Tinjauan Pustaka Rs Al

95
III. A. RSAL Dr. Mintohardjo III.A.1. Sejarah RSAL Dr. Mintohardjo Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo Jakarta berlokasi di Jalan Bendungan Hilir No. 17 Pejompongan Jakarta Pusat yang dibangun di atas lahan seluas 42.586 m 2 . Cikal bakal rumah sakit ini bermula dari sebuah kegiatan pelayanan kesehatan berupa tempat perawatan pasien dan klinik bersalin yang kesemuanya di kelola oleh Dinas Kesehatan Komando Daerah Maritim Djakarta (KDMD). Kemudian pada tahun 1957 dengan berkembangnya TNI-AL dan tuntutan kebutuhan pelayanan dan perawatan kesehatan dibangun suatu rumah sakit dengan nama Rumah Sakit Angkatan Laut Djakarta (RSALD) dan diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1957. Sejalan dengan perkembangan Republik Indonesia, para pemimpin TNI-AL dan pimpinan RSALD juga mengalami beberapa pergantian. Pada tanggal 15 Mei 1974

Transcript of Tinjauan Pustaka Rs Al

Page 1: Tinjauan Pustaka Rs Al

III. A. RSAL Dr. Mintohardjo

III.A.1. Sejarah RSAL Dr. Mintohardjo

Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo Jakarta berlokasi di

Jalan Bendungan Hilir No. 17 Pejompongan Jakarta Pusat yang

dibangun di atas lahan seluas 42.586 m2. Cikal bakal rumah sakit ini

bermula dari sebuah kegiatan pelayanan kesehatan berupa tempat

perawatan pasien dan klinik bersalin yang kesemuanya di kelola oleh

Dinas Kesehatan Komando Daerah Maritim Djakarta (KDMD).

Kemudian pada tahun 1957 dengan berkembangnya TNI-AL dan

tuntutan kebutuhan pelayanan dan perawatan kesehatan dibangun suatu

rumah sakit dengan nama Rumah Sakit Angkatan Laut Djakarta

(RSALD) dan diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1957. Sejalan dengan

perkembangan Republik Indonesia, para pemimpin TNI-AL dan

pimpinan RSALD juga mengalami beberapa pergantian. Pada tanggal

15 Mei 1974 RSALD berganti nama menjadi RSAL Dr. Mintohardjo,

yang pada awalnya mempunyai UGD, poliklinik umum, dan poliklinik

spesialis. Kesehatan adalah bagian terpenting bagi setiap manusia, oleh

karena itu rumah sakit harus selalu berupaya meningkatkan pelayanan

dan fasilitas yang dimilikinya, seperti pada RSAL Dr. Mintohardjo ini

yang memiliki uji kesehatan (medical check up) yang ditunjang oleh

unit rawat inap dan unit penunjang lain yang dapat meningkatkan mutu

pelayanan. Mutu pelayanan RSAL Dr. Mintohardjo ini telah

Page 2: Tinjauan Pustaka Rs Al

terakreditasi sejak tahun 1998 dengan status akreditasi penuh dan

sekarang merupakan rumah sakit tingkat II golongan B Pendidikan.

RSAL Dr. Mintohardjo adalah rumah sakit tipe II yang setara

denga rumah sakit tipe B pendidikan, yaitu rumah sakit yang

mempunyai fasilitas 256 tempat tidur dan kemampuan pelayanan medis

spesialistik dan sub spesialistik terbatas dan digunakan sebagai tempat

pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No.

983/MENKES/SK/IX/1992.

Adapun pelayanan medis spesialistik yang terdapat di RSAL

Dr. Mintohardjo antara lain pelayanan medis spesialis bedah, spesialis

bedah ortopedi, spesialis bedah urologi, spesialis bedah plastic, spesialis

bedah anak, spesialis bedah anak KIA, spesialis akupuntur, spesialis

KB, atau kebidanan dan penyakit kandungan dan spesialis jantung.

Sedangkan subspesialisnya antara lain subspesialis penyakit dalam,

subspesialis alergi, subspesialis syaraf, subspesialis jiwa, subspesialis

gigi dan mulut, subspesialis mata, subspesialis paru-paru, subspesialis

kulit dan kelamin, sub spesialis gizi dan optik, membantu mendeteksi

penyakit secara dini serta pemeriksaan bagi anggota TNI, selain itu

pelayanan di RSAL Dr. Mintohardjo juga terdapat pelayanan kesehatan

hiperbarik guna meningkatkan dan mengembangkan kesehatan udara

bertekanan tinggi, untuk mengobati penyakit akibat penyelaman

(dekompresi), keracunan gas (CO, HCN, H2S, CCl4), meningkatkan dan

Page 3: Tinjauan Pustaka Rs Al

memeliharan kebugaran atau vitalitas dan mempercepat penyembuhan

berbagai penyakit misalnya: ganggren, luka bakar, anemia, perawatan

kecantikan dan lain-lain. Hiperbarik ini merupakan pusat hiberbarik di

wilayah Jakarta Pusat.

RSAL Dr. Mintohardjo telah memiliki akreditasi penuh tingkat

lengkap (16 pelayanan). Akreditasi rumah sakit ini merupakan suatu

pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena

telah memenuhi standar yang ditentukan dengan tujuan untuk

meningkatkan mutu layanan di rumah sakit.

III.A.2. Visi, Misi, dan Motto RSAL Dr. Mintohardjo

III.A.3. Struktur Organisasi RSAL Dr. Mintohardjo

RSAL Dr. Mintohardjo diketuai oleh seorang Kepala RSAL

yang berpangkat colonel dan dibantuk oleh dua WaKa yaitu Wakil

Kepala Bidang Pembinaan dan Wakil Kepala Bidang Medis yang

berpangkat Kolonel. Kepala RSAL Dr. MIntohardjo juga membawahi

tiga bidang pelayanan yaitu sekretariat, satma (satuan markas) dan pekas

(pemegang kas). RSAL Dr. Mintohardjo memiliki sebelas departemen

unsure pelaksana antar lain: Dep. Kesla (kesehatan kelautan), Dep. Gilut

(gigi dan mulut), Dep. Bedah, Dep. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),

Dep Kitlam (penyakit dalam), Dep Saware (saraf jiwa rehabilitasi), Dep

Kutema (kulit telinga dan mata), Dep. Jangklin (penunjang klinis), Dep.

Wat (keperawatan), Dep. Far, dan Dep. Bangdiklat (pengembangan

Page 4: Tinjauan Pustaka Rs Al

pendidikan dan pelatihan) yang masing-masing memiliki sub

departemen dan tugas yang berbeda.

III.A.4. Pelayanan RSAL Dr. Mintohardjo

III.A.4.a Unit Gawat Darurat

Pelayanan gawat daruta merupakan pelayanan 24 jam

yang tersedia di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo

Jakarta, berlokasi di Gedung Unit Gawat Darutat, di sisi utara

rumah sakit, berhadapan dengan Gedung Hyperbaric Center.

Dalam menjalankan kegiatan medis dan non medis

unit gawat darurat dilayani oleh tenaga professional, terdiri dari

dokter umum, para medis dengan berbagai kuliafikasi kegawat

daruratan serta dokter spesialis dan sub spesialis yang terkait

denga pelayanan Unit Gawat Darurat. Fasilitas pelayanan UGD

meliputi : Emergensi 24 jam, Disaster atau bencana, Observasi,

Bedah minor, Kasus no emergensi di luar poliklinik dan lain-

lain.

III.A.4.b. Administrasi Medis

Data diri dan status kesehatan pasien yang dicatat

secara komputerisasi dan akan memudahkan dalam

mendapatkan informasi kesehatan yang dibutuhkan.

III.A.4.c. Unit Rawat Jalan

Pelayanan Rawat Jalan RSAL Dr. Mintohardjo

Jakarta berlokasi di Gedung A dan Gedung B Rawat Jalan,

Page 5: Tinjauan Pustaka Rs Al

dilakukan waktu pagi hari dengan tugas pokok menetapkan

diagnosis, melaksanakan pengobatan, perawatan, dan

pemulihan penyakit pada penderita rawat jalan atau melakukan

rujukan keunit lain ataupun ke pelayanan kesehatan di luar

RSAL Dr. Mintohardjo.

Pelayanan Rawat Jalan RSAL Dr. Mintohardjo

berada dibawah naungan Unit Rawat Jalan, dilaksanakan di

poli-poli, dengan pola pelayanan yang ditata dengan baik oleh

tenaga spesialis dan sub spesialis meliputi: Penyakit Dalam,

Alergi, Jantung, Paru, Ginjal, dan Hipertensi, Kebidanan dan

Kandungan, Kesehatan anak, Keluarga Berencana, BKIA

(bidang kesehatan ibu dan anak), dan Laktasi, Bedah Umum,

Bedah Orthopedi, Bedah Urologi, Bedah Saraf, Bedah Plastik,

Mata, THT, Kulit dan Kelamin, Psikologi, Psikiatri,

Rehabilitasi Medik, Dokgium (dokter gigi dan umum),

Periodonsi (gigi palsu), Bedah mulut, Gizi, Akupuntur, dan

Umum.

Macam-macam ruangan rawat jalan yaitu:

1. Unit Rawat Jalan (URJ) A

Poli : Bedah, Jantung, Anak, KIA, Akupuntur, KB,

Kandungan, Urikkes.

2. Unit Rawat Jalan (URJ) B

Page 6: Tinjauan Pustaka Rs Al

Poli: Syaraf, Alergi, Jiwa/Psikologi, Paru, THT, Mata,

Gilut, PKT

3. Unit Gawat darurat (UGD)

4. KUBT atau Hyperbaric Chamber

5. Hemodialisa

6. Kamar Bersalin

III. A.4.d Unit Rawat Inap

Pelayanan rawat inap RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta

memiliki kelas yang bervariasi dan ditata secara baik sesuai

kebutuhan perawatan dan dilaksanakan oleh Departemen Rawat

Inap.

Nama-nama ruangan inap di RSAL Dr. Mintohardjo yaitu:

1. Bedah : Salawati, Sibatik, Marore, Bintan.

2. Kitlam : Sangenang, Tarempa, Pagai, Selayar.

3. Saware : Numfor, Bengkalis.

4. KIA : Bunyu, Subi.

5. Gilut dan Kutema : nempel di ruang lain.

6. Ruang kelas 1 : Marore, Melati.

7. Ruang kelas 2 : Selayar, Bintan.

8. VIP : Pav. Anggrek.

9. VVIP : Melati.

10.ICU : Sayang.

III.A.4.e Pelayanan Rawat Intensif

Page 7: Tinjauan Pustaka Rs Al

Pelayanan perawatan intensif RSAL Dr. Mintohardjo

diperuntukkan bagi pasin yang dalam keadaan sakit berat,

dikoordinir oleh dokter anastesi khusus intensive care.

Pelayanan perawatan intensif ini merupakan intensive care unit

tersier, karena mampu memberikan pelayanan tertinggi dan

tunjangan hidup dalam jangka panjang, meliputi: melakukan

pemantauan secara terus menerus, memberikan terapi titrasi,

menegakkan diagnosa pada keadaan kritis, memberikan

bantuan alat penunjang hidup, memberikan tunjangan renal plus

pemantaian kardiovaskuler dan memiliki dukungan

laboratorium dan radiologi 24 jam. Kapasitas tempat tidur

perawatan intensif RSAL Dr. Mintohardjo berjumlah 10 tempat

tidur.

III.A.4.f. Pelayanan Bedah

Merupakan sarana pelayanan terpadu yang meliputi

tindakan operatif berencana maupun darurat serta tindakan

diagnostic. Pelayanan bedah terdiri dari poliklinik bedah dan

instalasi bedah. Instalasi bedah memiliki 6 kamar operasi yang

dilengkapi ruangan persiapan operasi dan ruangan pemulihan

yang semuanya dilayani oelh staf berpengalaman yang terdiri

dari dokter spesialis dan subspesialis, perawat spesialis, serta

tenaga non medi bersertifikat keahlian khusus.

Page 8: Tinjauan Pustaka Rs Al

Instalasi bedah RSAL. Dr. Mintohardjo terdiri dari:

bedah umum, bedah kebidanan, bedah syaraf, bedah mata,

bedah gigi dan mulut, bedah THT, bedah ortopedi, anastesi,

bedah laser, bedah plastic, dan rekonstruksi.

III.A.4.g. Pelayanan Kamar Berasilin

Pelayanan kamar bersalin RSAL Dr. Mintohardjo

meliputi persalinan normal, pemeriksaan penunjangn

diagnostik, tindakan medis yang bersifat diagnostic, terapi dan

operatif, ruangan observasi dan ruangan bersalin, ruangan

tindakan untuk USG, kuret, pelayanan darah dan obat, ruangan

persiapan pasca tindakan, penyuluhan gizi dan ASI.

III.A.4.h. Hyperbaric Center

Indonesia baru memulai kesehatan udara bertekanan

tinggi atau hiperbarik tahun 1970 dan di RSAL Dr.Mintohardjo

dimulai pada tahun 1981. Untuk meningkatkan dan

mengembangkan kesehatan udara bertekanan tinggi

(Hiperbarik) maka dibangun Hyperbaric Center wilayah barat

tahun 1998 di rumah sakit ini. HIperbarik center memiliki dua

tempat Kamar Udara Bertekanan Tinggi (KUBT) yaitu: Satu

ruangan untuk pengonatan dan satu ruangan untuk kebugaran.

Terapi KUBT atau HBO selain untuk penyakit akibat

penyelaman juga sangat berguna untuk meningkatkan dan

Page 9: Tinjauan Pustaka Rs Al

memelihara kebugaran dan vitalitas dan diyakini bias

menjadikan awet muda.

Terapi Oksigen Hyperbaric adalah suatu cara

pengobatan dimana pasien yang dimasukkan pada suat ruangan

dinamakan KUBT, kemudian diberi tekanan lebih besar dari

tekanan udara normal yaitu lebih dari satu atm (atmosfir) dan

bernafas dengan oksigen murni (100%). Terapi ini dapat

merupakan terapi utama atau terapi penunjangn untuk berbagai

pengobatan penyakit dan dapat dikombinasikan dengan terapi

medis konvensional.

Sistem kerja terapi oksigen Hyperbaric pada tubuh kita,

pasien dimasukkan dalam ruangan dengan tekanan satu atm,

setelah mencapai kedalaman tertentu diberikan oksigen murni.

Kadar oksigen tersebut akan meningkat 2-3 kali. Oksigen akan

larut dalam cairan tubuh dan sebagian lagi diikat oleh sel darah

merah. Oksigen ini berguna untuk mengurang volume

gelembung gas pada penyakit dekompresi, meningkatkan

penyaluran oksigen pada jaringan yang kekurangan oksigen,

mendorong/merangsang pembentukan pembuluh darah baru,

menekan pertumbuhan kuman, mendorong pembentukan

jaringan dan meningkatkan daya butuh kuman oleh sel darah

putih dan mengeliminasi dan menurunkan zat beracun.

Page 10: Tinjauan Pustaka Rs Al

Terapi oksigen hyperbaric berguna untuk pengobatan penyakit

antara lain:

a.Terapi Primer

Penyakit Dekompresi, emboli gas, keracunan gas (CO, HCN,

H2S, CCl4), gangrene dan steoradionerosis.

b. Terapi Sekunder

Kerusakan jaringan akibat radiasi, akut ischemia dan crush

injuries, luka bakar, anemia akut, luka bakar yang sukar

sembuh, cangkokan kulit, osteomielitis, ulkus/ganggren DM,

tuli mendadak, patah tulang, rehabilitasi pasca stroke, alergi,

meningkatkan motilitas sperma pada infertilitas, kebugaran

dan estetika.

III. A.4.i Medical Check-up

Dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi

kesehatan, deteksi dini dan petunjuk medis yang benar,

penyakit atau ancaman tersebut dapat ditindak dan dicegah

melalui uji pemeriksaan kesehatan atau lebih dikenal dengan

Medical Check Up. Untuk itu RSAL Dr. Mintohardjo, medical

check up memberikan pelayanan uji pemeriksaan kesehatan

yang lengkap, terpadu yang dirancang oleh dokter spesialis.

Pelaksanaan uji badan dilakukan oleh para dokter spesialis

bedah, penyakit dalam, jantung, mata, THT, ditunjang dengan

pemeriksaan labortaorium, Ultrasonografi (USG), Rontgen, Pap

Page 11: Tinjauan Pustaka Rs Al

smear, Mammografi, Treadmill dan lain-lain. Dari hasil

laboratorium kesehatan akan diketahui fungsi hati, ginjal, dan

lain-lain. Bagian medical check up berada di gedung Unit

Rawat Jalan A lantai III.

III.A.4.j. Tindakan Medis Spesialistik dan Sub Spesialistik

Pelayanan ini dilakukan oleh medis spesialistik dan

sub spesialistik RSAL Dr. Mintohardjo disamping ditangani

oleh dokter-dokter spesialis yang berpengalaman didukung pula

oleh peralatan yang canggih dan modern. Kasus-kasus yang

ditangani antara lain: Bedah Umum, BEdah Ortopedi, Bedah

Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik, Pemyakit Dalam,

Spesialis Gigi dan Mulut, Kebidanan dan Kandungan,

Kesehatan Anak, Kulit dan Kelamin, Alergi, Jiwa, Mata, Paru,

Jantung, THT dan Akupuntur.

III.A.4.k. Fisioterapi

Unit rehabilitasi medis atau fisioterapi dengan alat

yang cukup memadai dan ruang latihan yang luas.

III.A.4.l. Penunjang Klinis

Pencapaian hasil yang maksimal dalam suatu

pengobatan dibutuhkan diagnosa yang tepat, untuk itu

diperlukan bagian penunjang klinis guna membantu

menegakkan diagnosa, antara lain : Whole body CT scan,

Radiologi, Mammografi, Ultrasonografi (USG), Endoskopi,

Page 12: Tinjauan Pustaka Rs Al

Elektro Encephalografi (EEG), Laboratorium klinik atau

patologi klinik, Patologi anatomi, Gizi, ESWL (Extracorporeal

Shock Wave Lithotripsy atau alat penghancur batu ginjal dari

luar).

III.A.4.m. Hemodialisa atau Cuci Darah

Unit hemodialisa merupakan suatu unit yang khusus

menangani pasien gagal ginjal yang harus menjalani cuci darah

secara rutin, dan di RSAL Dr. Mintohardjo mempunyai alat

hemodialisa sebanyak 11 unit.

III.A.4.n. Aesthetic Center

Aesthetic Center RSAL Dr. Mintohardjo memberikan

pelayanan One Stop Service untuk berbagai penyakit kulit pada

umumnya dan menjaga kesehatan kulit dengan pengobatan dari

luar serta melakukan proses peremajaan kulit. Dalam

pelayanannya aesthetic center terintegrasi dengan berbagai

dokter spesialis kulit dan kelamin, bedah plastic, Hyperbarik,

kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, Bedah Mulut dan

Orthodentist serta Syaraf.

III.A.4.o. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah

Sakit (PPIRS)

Tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Rumah Sakit (PPIRS) di RS AL Dr. Mintohardjo terbagi dua

yaitu:

Page 13: Tinjauan Pustaka Rs Al

1. Tujuan Umum : Meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman tentang konsep dasar pengendalian infeksi

nosokomial.

2. Tujuan Khusus

a. Peserta mampu memahami dan menjelaskan pengendalian

infeksi nosokomial.

b. Peserta mampu memahami dan menjelaskan upaya

pencegarahan infeksi.

Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Rumah Sakit (PPIRS) yaitu kewaspadaan infeksi, surveilans,

pendidikan dan pelatihan (Diklat), kebijakan antibiotika yang

rasional, pencegahan pengendalian infeksi dan juga kesehatan

karyawan.

Infeksi nosokomial merupakan masalah serius, yang

berdampak terhadap rumah sakit maupun pasien, kerugian

moril maupun material. Berdasarkan data WHO, 3-21% terjadi

infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada pasien, petugas

kesehatan dan pengunjung, serta perlu dilakukan pencegahan

dan pengendalian infeksi.

Pengendalian infeksi nosokomial merupakan

kegiatan yang meliputi perencanaan dan pengawasan serta

pembinaan dalam upaya menurunkan angka ke jadian infeksi di

rumah sakit. Faktor-faktor terjadinya infeksi nosokomial yaitu:

Page 14: Tinjauan Pustaka Rs Al

1. Peningkatan jumlah pasien rentan infeksi

2. Peningkatan jumlah tindakan invasive

3. Petugas kesehatan kurang terampil

4. Petugas kesehatan tidak termotivasi

Strategi pengendalian infeksi yaitu dengan cara :

1. Peningkatan daya tahan tubuh.

2. Inaktif agen infeksi.

3. Memutus mata rantai penularan infeksi.

III.A.5. Personil

Personil RSAL Dr. Mintohardjo sebanyak 1200 orang, yang

terdiri dari Militer dan PNS. Dokter spesialis aktif dan purnawirawan

sebanyak 55 orang. Perawat sebanyak 320 orang aktif dan non medis

sebanyak 750 orang. Personil RS AL Dr. Mintohardjo terdiri dari:

1. Tenaga Medis : Dokter Spesialis, Dokter Umum dan Dokter Gigi.

2. Tenaga Farmasi : Apoteker, Asisten Apoteker dan Ahli Farmasi.

3. Tenaga Keperawatan: Perawat dan Bidan.

4. Tenaga KesMas: Administrasi dan Sanitarian.

5. Tenaga Gizi : Nutrisionis dan Dietisien.

6. Tenaga Keterampilan Medik : Fisioterapi

7. Tenaga Kesehatan Medis: Radioterapis, Perekam Medis, dan Analis

Kesehatan.

8. Lain-lain: Psikolog, Akupuntur

III.A.6. Bangunan

Page 15: Tinjauan Pustaka Rs Al

RS AL Dr. Mintohardjo mempunayi tanah seluas 42.586 m2,

sedangkan luas bangunannya sebesar 36.846 m2.

III.B. Departemen Farmasi (DEPFAR)

Merupakan unusr pembantu pimpinan dan pelaksan rumah sakit yang

bertugas melaksanakan kegiatan kefarmasian, dipimpin oleh kepala departemen

(Kadepfar), dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab pada

kepala rumah sakit. Kepala Departemen Farmasi dijabat oleh apoteker yang

berpangkat colonel dan saat ini dijabat oleh apoteker yang berpangkat Kolonel

dibantuk kepala sub departemen (Kasubdep), Fungsi Departemen Farmasi:

a. Merumuskan, menyusun, dan menyiapkan kebijakan dalam kegiatan rumah

sakit.

b. Menyusun dan menyiapkan petunjuk-petunjuk dalam ragngka pelaksanaan

kegiatan di bidang farmasi.

c. Merencanakan, mengkoordinisasi, dan mengendalikan penyelanggaraan

program bidang farmasi.

III.B.1 Visi, Misi, Motto Departemen Farmasi

III.B.2 Sub Departemen Pembinaan Farmasi (BINFAR)

a. Kedudukan dan tanggung jawab:

1) Kasubdep BINFAR adalah pembantu dan pelaksana

DepFar yang menyelenggarakan pembinaan Farmasi

Rumah Sakit.

2) Kasubdep BINFAR bertanggung jawab kepada

KaDepFar

Page 16: Tinjauan Pustaka Rs Al

b. Tugas dan Fungsi BINFAR

1) Menyusun dan menyiapkan petunjuk-petunjuk dan

perangkat lunak pelaksaan pembinaan Farmasi Rumah

Sakit dan pembinaan material kesehatan.

2) Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data,

pengggunaaan atau pemakaian bekal kesehatan untuk

menyusun buku formularium rumah sakit.

3) Memantau penggunaan atau pemakaian bekal kesehatan

untuk menanggulangi efek samping, toksisitas dan

interaksi bekal kesehatan.

4) Melaksanakan pemeriksaan atau pengujian mutu bekal

kesehatan.

5) Membuat laporan pelaksanaan tugas, SubDep BINFAR

secara periodic.

III.B.3. Sub Departemen Pengendalian Farmasi (DALFAR)

Kedudukan dan tanggung jawab Kasubdep Dalfar adalah

pembantu dan pelaksana Departemen Farmasi yang menyelenggarakan

pengendalian farmasi rumah sakit.

a. Tugas dan fungsi Dalfar:

1) Menyusun rencana pengadaan dan pemeliharaan material

kesehatan terjadwal.

2) Membantu melaksanakan pengadaan material kesehatan.

3) Melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan.

Page 17: Tinjauan Pustaka Rs Al

4) Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan material

kesehatan.

5) Melaksankan pengendalian dan pengawasan pengadaan,

penyimpanan dan penyaluran material kesehatan.

6) Melaksanakan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran

material kesehatan.

7) Melaksanakan administrasi pengadaan, penyimpanan, dan

penyaluran material kesehatan.

8) Menyalurkan bekal diagnostic kepada unit pelaksana

diagnostic.

9) Menyususn laporan penerimaan dan penyaluran material

kesehatan serta pengajuan material kesehatan (PUT) secara

periodic.

III.B.4. Sub Departemen Alat Kesehatan (ALKES)

Dikepalai oleh seorang apoteker berpangkat Letnan Kolonel dan

membawahi kasi pengadaan alat kesehatan dan pemeliharaan alkes.

Dalam menjalankan kewajibannya bertanggung jawab kepada

Departemen Farmasi.

III.B.5. Sub Departemen Apotek

a. Kedudukan dan tanggung jawab:

1) Kasubdep Apotek adalah pembantuk dan pelaksana

Kepala Departemen Farmasi yang menyelenggarakan

penyaluran bekal kesehatan farmasi rumah sakit.

Page 18: Tinjauan Pustaka Rs Al

2) Kasubdep Apotek bertanggung jawab kepada Kadep

Farmasi.

b. Tugas Kewajiban Subdep Apotek:

1) Melaksanakan pelayanan bekal kesehatan kepada

penderita rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, dan

unit-unit perawatan.

2) Melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek

samping obat kepada penderita dalam rangka “Drug

Information”.

3) Membantu memberikan saran pemilihan dan

pemakaian obat dalam rangka “Drug Consultant”.

4) Menyelenggarakan administrasi penerimaan,

penyimpanan dan penyaluran bekal kesehatan.

5) Membuat laporan pelaksanaan tugas Subdep Apotek

secara periodic.

III.B.6. Sub Departemen Farmasi Klinik

a. Kedudukan dan tanggung jawab

1) Mendukung terlaksananya kegiatan farmasi klinik di

RSAL Dr.Mintohardjo

2) Menjamin pelaksanaan farmasi klinis yang terpadu dan

terpercaya.

3) Memberikan pelayanan pharmaceutical care yang

optimal.

Page 19: Tinjauan Pustaka Rs Al

b. Tugas

1) Menyelenggarakan perencanaan program kerja

pelayanan farmasi klinik.

2) Melakukan pengumpulan dan pengolahan data

terjadinya efek samping obat.

3) Ikut berperan serta dalam Sub Panitia Farmasi dan

Terapi dalam penyusunan formularium rumah sakit.

4) Melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi dan

Edukasi bidang farmasi.

5) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para

Kasi.

6) Melaporkan pelaksaan tugasnya secara periodic kepada

Kepala Departemen Farmasi.

III.B.7. Apotek Dinas

III.B.7.a. Apotek Dinas Rawat Jalan

Apotek berada di ruang lingkup RS AL Dr.

Mintohardjo melayani resep anggota TNI-AL beserta

keluarganya baik dari dalam maupun dari luar RSAL

Dr.Mintohardjo dan PNS di RS AL Dr. Mintohardjo beserta

keluarganya. Pada apotek dinas ini persediaan obat-obat

kebanyakan adalah obat generic dan obat produksi Lembaga

Farmasi Angkatan Laut (Lafial).

Page 20: Tinjauan Pustaka Rs Al

Apotek dinas memperoleh barang-barang dari gudang

farmasi berupa obat oral (tablet, kapsul, dan sirup) dan topical

(salep dan cream) serta bahan baku untuk produksi obat tertentu

seperti vaselin, asam salisilat, talk, dan CaCo3. Permintaan

barang ke gudang farmasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan

dengan menggunakan formulir permintaan barang setiap

seminggu dua kali.

Alur resep di apotek dinas yaitu diberi nomor urut

terlebuh dahulu, kemudian pasien diberi kartu nomor panggil

sesuai dengan nomor resepnya. Adapun resep yang masuk

ditandai dengan tanda yang berbeda-beda, untuk pasien yang

berasal dari RS Al Dr.Mintohardjo ditandai dengan nomor warna

biru, untuk pasien yang bukan berasald ari RS AL. Dr.

Mintohardjo, seperti Mabesal, Kolinlamil, Lantamal, Seskoal,

Diskesal, dan Mabes TNI ditandai dengan nomor warna merah.

Sedangkan untuk resep racikan ditandai dengan nomor warna

hijau. Selanjutnya obat disiapkan, dikemas, dan diserahkan

kepada pasien. Resep disimpan sebagai arsip. Obat-obat dari

apotek dinas diberikan tanpa dipungut biaya. Jika obat tidak

tersedia di apotek dinas maka obat akan direstitusi dari apotek

Yanmasum dengan membuat salina resep. Untuk resep restitusi

dengan harga di bawah Rp. 200.000 ACC oleh Wakamed

sedangkan harga di atas Rp. 500.000 ACC oleh Wakabin.

Page 21: Tinjauan Pustaka Rs Al

Setelah resep restitusi ACC, obat tersebut dapat diambil di

apotek. Yanmasum dengan ketentuan obat-obat tercantum pada

formularium RS AL Dr. Mintohardjo.

III.B.7.b. Apotek Dinas Rawat Inap

Dalam melayani resep di apotek dinas rawat inap

menggunakan sistem distribusi unit dose dan sistem distribusi

individual. UDDS adalah suatu sistem distribusi obat-obatan

yang disiapkan dalam bentuk satuan unit atau kemasan unit

untuk sekali pemakaian, yang disediakan dalam waktu tidak

lebih dari 24 jam. Pada UDDS obat di dispensing dalam unit

dose package (setiap dosis dikemas dalam kemasan yang

berbeda) dan ditempatkan dalam wadah masing-masing untuk

setiap pasien. Pada unit dose dispensing, obat diracik dalam

tempat-tempat yang siap diberikan kepada pasien, sebagai

contoh ketika dokter member resep kepada pasien, resep tersebut

dikirim ke instalasi farmasi kemudian apoteker akan mengecek

kerasionalan obat tersebut, lalu petugas apotek akan

menyediakan obat-obat dalam bentuk unit dosis dan ditaruh pada

masing-masing wadah dan diberi label nama pasien, bangsal

tempat pasien dirawat serta nomor tempat tidur pasien.

Sedangkan, untuk sistem distribusi resep individual, obat

disiapkan oleh petugas apotek berdasarkan resep yang diterima.

Sebelum obat diserahkan kepada pasien, asisten apoteker

Page 22: Tinjauan Pustaka Rs Al

memeriksa etiket obat yang sesuai dengan petunjuk dalam resep

dan memberikan informasi tentang aturan pakai dan informasi

lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Untuk melayani resep

yang tidak tersedia obatnya, diberi salinan resep dan setelah

diberikan persetujuan restitusi kemudian obat dapat diambil di

apotek Yanmasum. Petugas di apotek dinas rawat inap lalu

mencatan jumlah dan jenis obat yang di ambil dari apotek

Yanmasum, kemudian pihak rumah sakit akan membayar obat

yang di ambil dengan ketentuan obat termasuk dalam standar

formularium.

III.B.8. Apotek ASKES

Apotek Askes Rawat Jalan di RS AL Dr. Mintohardjo

diresmikan tanggal 1 Juli 2007 oleh Kadiskesal. Obat-obat

Askes Rawat Jalan di RSAL Dr. Mintohardjo sebelumnya

dikelola oleh Apotek Kimia Farma dan sekarang dikelola sendiri

oleh Apotek Askes RS AL Dr. Mintohardjo.

Apotek ASKES melayani resep ASKES SOSIAL dan

resep ASKES in health. Persediaan obat Askes di RS AL Dr.

Mintohardjo, adalah obat-obat yang tercantum di dalam Daftar

& Plafon Harga Obat (DPHO) dan Daftar Obat In Health (DOI).

DPHO merupakan pedoman dalam penyediaan dan pemberian

obat-obatan bagi peserta PT. Askes (persero) untuk pelayanan

tingkat pertama di dokter keluarga dan pelayanan tingkat

Page 23: Tinjauan Pustaka Rs Al

lanjutan, baik rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit.

DPHO adalah daftar obat dengan nama generic dan atau nama

lain yang diberikan oleh pabrik yang memproduksinya serta

daftar harganya.

III.b.8.a. Penerimaan Resep

Untuk resep ASKES harus memiliki

kelengkapan yang terdiri dari:

a. Resep dokter asli dan fotokopi.

b. Kartu ASKES pasien yang masih berlaku

dan fotokopi.

c. Surat Jaminan Pelayanan (SJP) dan

fotokopi. Lembaran SJP terdiri dari 3

rangkap yaitu lembaran merah (untuk

ASKES), kuning (untuk lab), lembaran

putih (untuk pasien).

d. Kartu putih dan fotokopiannya untuk obat

yang dikonsumsi satu bulan.

III.b.8.b. Pemasukan Data (Entry Data)

Setelah resep ASKES diterima di bagian

penerimaan resep, resep diserahkan ke bagian entry

data. Fungsi dari entry data adalah untuk mengontrol

pemberian obat bagi pasien. Sistem yang digunakan

adalah sistem komputerisasi, dimana pendataan harga

Page 24: Tinjauan Pustaka Rs Al

obat pada resep dilakukan setiap satu bulan sesuai

dengan aturan pemberian obat ASKES. Setelah data

dimasukkan ke computer, lalu resep diserahkan ke

bagian pelayanan untuk penyiapan obat.

III.b.8.c. Penyiapan Obat

Setelah resep diterima dari bagian entry data,

kemudian resep masuk ke dalam bagian pelayanan obat.

Resep yang diterima kemudian oleh asisten apoteker

disediakan oabtnya sesuai dengan resep. Bila obat

tersebut tidak terdapat dalam DPHO maka harus

menulis copy resep. Apabila resep tersebut racikan,

maka diserahkan ke bagian peracikan lalu diberi etiket

oleh bagian pelayanan.

III.b.8.d. Penyerahan Obat

Setelah obat selesai disiapkan, lalu diberikan

ke bagian penyerahan obat untuk diperiksa kembali

untuk menghindari kesalahan. Obat diserahkan kepada

pasien berikut informasi obat dengan lengkap dan jelas

agar pasien memahami aturan pemakaian obatnya.

III.b.9. Apotek Pelayanan Masyarakat Umum (Yanmasum)

Apotek Yanmasum pertama kali berdiri dengan nama

apotek Primkopal pada tanggal 5 September 1995 dibawah

naungan induk koperasi angkatan laut. Jumlah karyawan 4 orang

Page 25: Tinjauan Pustaka Rs Al

yaitu 1 orang apoteker, 2 orang asisten apoteker, dan 1 orang

kasir. Apotek Primkopal ini bertujuan sebagai penunjang apotek

dinas RS AL Dr. Mintohardjo dengan jam kerja 24 jam.

Pada bulan Juni 2000 apotek Primkopal diambil alih

oleh RSAL Dr. Mintohardjo dibawah naungan instalasi frmasi

dan mengganti nama Primkopal menjadi Yanmasum. Apotek

Yanmasum dipimpin oleh seorang Apoteker yang memegang

jabatan sebagai Kepala Unit Apotek di dalam kesatuan TNI AL

yang mengelola dan bertanggung jawab atas manjemen

operasional.

Pada tahun 2006 apotek Yanmasum dibantuk oleh

Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab

terhadap seluruh kegiatan apotek yang dibantuk oleh beberapa

asisten apoteker, juru resep dan bagian administrasi. Tujuan

Apotek Yanmasum adalah melayani masyarakat umum dengan

memberikan pelayanan yang lebih baik dan mempermudah

proses administrasi kefarmasian.

Penjulaan dan pelayanan resep yang dilakukan di apotek

Kefarmasian antara lain meliputi:

1. Penjualan bebas.

Penjualan bebas adalah penjualan yang dilakukan tanpa

resep dokter, yang meliputi penjulaan obat bebas, obat bebas

terbatas, perlengkapan bayi, alat kesehatan tertentu dan lain-

Page 26: Tinjauan Pustaka Rs Al

lain. Pembayaran dilakukan secara tunai dan petugas akan

mencatat jumlah pengeluaran barang pada masing-masing

kartu stok dan setiap barang yang terjual dicatat pada daftar

laporan penjualan bebas.

2. Penjualan melalui resep.

Penjualan melalui resep adalah penjualan obat

berdasarkan resep yang dibawa konsumen. Penjualan melalui

resep, dibagi menjadi:

a. Penjualan resep tunai

Resep yang diterima, diperiksa keaslian dan

kelengkapannya oleh asisten apoteker, diperiksa ada atau

tidaknya persediaan obat tersebut di apotek baru

kemudian diberi harga dan diberitahukan kepada

konsumen. Setelah konsumen membayar, bagian

peracikan akan menyiapkan obat dan memasukkannya ke

dalam wadah obat. AA memeriksa etiket obat yang

sesuai dengan petunjuk dalam resep dan memberikan

informasi tentang aturan pakai dan informasi lain yang

perlu diperhatikan oleh konsumen. Untuk resep yang

obatnya diambil sebagian, akan diberi salinan resep yang

ditanda tangani oleh AA dan diberi stempel apotek.

Lembar resep asli disimpan menurut tanggal dan

poliklinik resep itu berasal, dan bagi pasien yang

Page 27: Tinjauan Pustaka Rs Al

meminta kwitansi maka AA akan memberikan kwitansi

untuk pembelian obatnya. Untuk alur pelayanan resep

tunai Yanmasum

b. Penjualan resep kredit

Apotek Yanmasum dapat melayani resep secara kredit

yang dibagi atas:

1. Resep kredit untuk perusahaan, yaitu resep dari

perusahaan yang telah melakukan kerjasama dengan

RS AL Dr. Mintohardjo seperti PT. Pos Indonesia,

KONI, TVRI, Angkasa Pura, Asuransi Allians dan

lain-lain. Penagihan untuk perusahaan-perusahaan ini

dilakukan setiap 1 bulan sekali dan dibuat laporan

piutang perusahaan.

2. Resep restitusi yaitu resep anggota TNI AL yang

tidak dapat dilayani di apotek dinas dan telah

mendapat persetujuan dari tim restitusi, dapat

dilayani di apotek yanmasum tanpa dipungut biaya

dari anggota. Untuk penagihan biayaa dari resep

restitusi dapat diperoleh dari dana APBN dan non

APBN yang bias dilakukan setiap 3 bulan sekali atau

sesuai keadaan. Biaya untuk resep restitusi dibuat

laporan penagihan resep restitusi setiap 1 bulan

sekali.

Page 28: Tinjauan Pustaka Rs Al

III.C. Kegiatan Departemen Farmasi

III.C.1. Farmasi Manajemen

1. Pemilihan

Proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang

terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk

dan dosis, menentukan criteria pemilihan dengan

memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga

dan memperbaharui standar obat.

2. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu kegiatan membuat berbagai

rencana jangka panjang untuk tujuan yang telah ditentukan

sehingga dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Dalam

penyediaan barang di RSAL Dr. Mintohardjo dibentuk tiga

tim, yaitu : Tim Perencanaan, Tim pembelian dna Tim

penerimaan barang. Perencanaan pembelian dilakukan oleh

anggota Tim perencanaan dari Departemen Farmasi di bantuk

oleh Sub Gudang dan Sub Distribusi. Keputusan yang dibuat

juga dapat bersifat subyektif yaitu atas dasar intuisi, perkiraan

serta pengalaman dair pembuat keputusan atau perencanaan.

Adapun dua pendekatan yang digunakan dalam memprediksi

keadaaan atau kejadian yang akan dating, yaitu:

1) Prediksi secara kualitatif

Page 29: Tinjauan Pustaka Rs Al

Prediksi ini bersifat subyektif yaitu didasarkan pada

intuisi, emosi, perkiraan, pengalaman pribadai dari

pembuat keputusan atau perencana dan sistem nilai yang

dianutnya dengan dibantu berbagai teknik untuk

forecasting kualitatif, misalnya:

a. Dari staf pimpinan.

b. Informasi dari sales representative

c. Partisipasi dari komponen-komponen yakni pembuat

keputusan, staf personil, dan responden

d. Survey pasar untuk para konsumen melaui polling

atau Tanya jawab perorangan.

2) Prediksi secara kuantitatif

Metode ini tergantung pada banyak sedikitnya data-data

masa lalu, stabil atau tidaknya permintaan sesungguhnya

(actual demand) jangka waktu prediksi dan organisasi

atau bagian dari organisasi yang membuat ramalan.

3. Pengadaan

Pengadaan adalah upaya dan kegiatan untuk memenuhi

kebutuhan operasional yang telah ditetapkan dalam rencana.

Pengadaan di RS AL Dr. Mintohardjo terdiri atas: Pembelian,

Pembuatan, Sumbangan atau hibah, Dropping (dari diskesal

dan puskes TNI). Prinsip pengadaan adalah cukup, tidak lebih

sera mengacu pada perencanaan kebutuhan dan prioritas

Page 30: Tinjauan Pustaka Rs Al

Dalam pengadaan material kesehatan dilakukan berdasarkan

formularium rumah sakit, penggunaan obat generic,

efektifitas dan efisiensi.

1. Pembelian

Pengadaan di RS AL Dr. Mintohardjo juga mengandalkan

pembelian ke PBF. Pengadaan pembelian untuk matkes

(material kesehatan) yang dibutuhkan dapat di dropping

oleh diskesal pada puskes TNI, atau dikenal sebagai

barang rutin non dropping. Sejak awal, barang rutin non

dropping ini sudah dianggarkan dalam perencanaan

pengadaan, sedangkan matkes yang bersifat fast moving

(seperti paracetamol, mefinal, dll) apabila sudah sampai

pada batas buffer stock maka segera dilakukan pembelian

ke PBF. Pembelian yang dilakukan di DepFar antar lain:

a. Pembelian langsung

Untuk bekkes lain RS AL Dr. Mintohardjo, dengan

waktu pelaksanaan selama 7 hari, menggunakan

anggaran operasional Yankes MA.521119.5907.TA

2010.

b. Penunjukkan langsung

Untuk bekkes laboratorium RS AL Dr. Mintohardjo,

dengan waktu pelaksanaan selama 28 hari,

Page 31: Tinjauan Pustaka Rs Al

menggunakan anggaran operasional Yankes

MA.521119.5907.TA.2010

c. Pelelangan umum

Untuk bekkes laboratorium RSAL Dr. Mintohardjo

dengan waktu pelaksanaan selama 29 hari,

menggunakan anggaran operasional Yankes

MA.521119.5907.TA.2010. Berikut adalah alur

pemesanan Matkes ke PBF hingga barang sampai ke

gudang:

Matkes rutin non dropping Matkes dropping yang tidak cukup

Membuat SP ke PBF

Barang dating disesuaikan dengan faktur, jenis, jumlah, no.batch dan ED

Jika sesuai, dimasukkan dalam gudang dan ditulis pada buku penerimaan

Page 32: Tinjauan Pustaka Rs Al

2. Pembuatan

Ada beberapa obat dan golongan PKRT tertentu yang

dibuat sendiri oleh pihak RS AL Dr. Mintohardjo. Tujuan

rumah sakit berdiri sendiri barang-barang tersebut dibuat

antara lain:

a. Menekan biaya pengadaan

Dimana untuk beberapa obat tertentu ternyata

membutuhkan biaya produksi yang lebih murah

daripada harus melakukan pembelian, contohnya:

Pembuatan OBH, boorwater 3% dll.

b. Mencukupi kebutuhan obat di rumah sakit

Di RS AL Dr. Mintohardjo terdapat permintaan obat

terutama oleh dokter yang kadang tidka diproduksi

oleh industry tertentu sehingga harus diproduksi

dendiri oleh pihak rumah sakit, contohnya :

Unguentum 2-4, lotio kumerfeldi, Sol. Cupri Sulfat

dan mempercepat waktu pelayanan terutama yang

berkaitan dengan obat. Obat yang sering diminta

berulang oleh dokter dapat dibuat sekaligus dalam

skala lebih besar sehingga dapat disiapkan terlebih

dahulu sebelum ada permintaan dari resep dokter. Hal

ini akan mempersingkat waktu tunggu obat karena

Page 33: Tinjauan Pustaka Rs Al

pihak apotek tidak perlu meracik dahulu pada saat

resep baru datang. Contoh obat tersebut antara lain:

Puyer asma, BPP, BPP 1 (Batuk Pilek Puyer), BPP2,

BBP 3 dan sebagainya.

Produksi dilakukan secara rutin dengan expire date

yang tidak terlalu lama sehingga jumlah yang

diproduksi telah direncanakan. Itulah alas an kenapa

produksi sendiri masih dilakukan, alas an lain tetap

dilakukannya produksi sendiri yaitu masih

dibutuhkannya ketersediaan barang-barang tersebut

dan pembuatannya tidak memerlukan persyaratan

CPOB dan pembuatannya tetap diawasi apoteker

untuk menjamin kualitas sediaannya. Secara umum

sediaan yang diproduksi antara lain: Asma puyer,

Boorwater 3 %, Larutan Cuci Hidung, Lotio

Kumerfeldi, gargarisma Khan, Salicyl Talk 2 % dan 3

%, Hydrocortison Zalf, SASA, Sirupus Simplex, OBP,

Boortalk 3 %, Unguentum 2-4, 3-10, Gluco Ephedrin

1 %, Betadin Gargle, Rodehond Wassing, OBH,

Icchtyol Zalf, Borax Glycerin, Solutio Cupri Sulfat,

Larutan Recorcin, Solutio Lugoli, Liq. Burowi,

Disenfektan, Aquadest Steril.

3. Sumbangan atau Hibah

Page 34: Tinjauan Pustaka Rs Al

Sumbangan umumnya berupa hibah dari luar negeri, baik

obat ataupun alat kesehatan baru (belum terpakai) dan

yang sudah pernah terpakai.

4. Dropping

Dropping yaitu pengadaan barang yang dilakukan melalui

pemberian barang (drop barang) dari Diskesal (Dinas

Kesehatan Angkatan Laut) dan PusKes TNI (Pusat

Kesehatan TNI). Dropping barang dari Diskesal terjadi

setahun dua kali, yaitu pada bulan Mei (Semester I) dan

Oktober (Semester II). Pada semester I jenis barang

dropping Diskesal sebagian besar adalah obat-obatan,

terutama obat-obatan yang diproduksi oleh Lembaga

Farmasi Angkatan Laut (Lafial). Sedangkan pada

semester II adalah alat kesehatan. Dropping barang dari

Puskes TNI terjadi 1 tahun sekali, pada umumnya berupa

alat kesehatan antara lain: alat kesehatan Orthopedi,

Hemodialisa, dan alat kesehatan spesialistik menyangkut

obat-obat HIV, Sitostatika dan albumin. Dropping

material kesehatan diawali dengan pembuatan perikiraan

kebutuhan oleh RS AL Dr. Mintohardjo dan kemudian

pengajuan PUT (Permintan Untuk Terima) ke Diskesal

dan Peskes TNI. PUT yaitu daftar permintaan jenis dan

jumlah obat yang dibutuhkan oleh RS AL Mintohardjo

Page 35: Tinjauan Pustaka Rs Al

selama 1 semester. Data PUT didapatkan dari laptri

(laporan triwulan) ditambah dengan perkiraan kebutuhan

yang akan terjadi dengan melebihkan kebutuhan ± 10%.

Penerimaan barang untuk barang dropping harus dibuat

berita acara penerimaan, lalu dibuat laporan untuk

dilaporkan ke Diskesal, sedangkan untuk barang

pengadaan sendiri, penerimaan barang dicatata di buku

penerimaan. Dropping material kesehatan di RS AL Dr.

Mintohardjo secara skematis dapat dilihat sebagai berikut:

KIRBUT (Perkiraan Kebutuhan) RS AL Dr. Mintohardjo

PUT (Permintaan Untuk Terima) RS AL Dr. Mintohardjo

RenDis (Rencana Distribusi) Diskesal

Distribusi Diskesal

Page 36: Tinjauan Pustaka Rs Al

Alur pengadaan obat di DepFar untuk perencanaan

pembelian barang farmasi dilakukan berdasarkan kepada

kebutuhan tiap ruangan, sisa persediaan di gudang farmasi,

penggunaan obat bulan lalu, pola penyakit (Epidimiologi),

formularium rumah sakit dan dana tersedia. Tim perencanaan

membuat rencana pembelian, kemudian diserahkan ke

pimpinan rumah sakit untuk disetujui. Tim pembelian

melakukan pembelian barang dengan tender (diatas 50 juta),

sistem pembelian langsung (sampai 5 juta), dan sistem

penunjukkan (sampai dengan 50 juta). Untuk pembelian

langsung harus diketahui tanda tangan panitia perencanaan

barang farmasi, pimpinan utama, dan ketua panitia rumah

sakit.

Tim pembelian kemudian melakukan pembelian dengan

mengadakan lelang (tender). Setelah mendapat rekanan

(pemegang lelang), maka tim pembelian membuat Surat

Perintah Mulai Kerja (SPMK) yang disetujui pimpinan rumah

sakit. Pada saat ini pembelian dengan menggunakan tender

sangat terbatas , lebih banyak menggunakan pembelian secara

langsung ke distributor-distributor farmasi perencenaan

pembelian persediaan dalam jumlah banyak setiap satu bulan

sekali. Tim perencanaan barang akan menerima barang yang

dikirim oleh rekanan dan memeriksa kesesuaiannya dengan

Page 37: Tinjauan Pustaka Rs Al

Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK( yang dibuat oleh tim

pembelian. Pemeriksaan dilakukan secara fisik meliputi

spesifikasi barang, kondisi barang, serta tanggal kadaluarsa.

Tim penerimaan barang akan membuat berita acara

kemudian disampaikan kepada departemen farmasi untuk

disetujui, selanjutnya diserahkan kepada departemen farmasi

untuk disetujui, selanjutnya diserahkan kepada bendahara

Material Medik untuk ditandatangani. Berita acara tersebut

diserahkan ke bagian tata usaha rumah sakit untuk

ditandatangani oleh pimpinan rumah sakit. Berdasarkan berita

acara penerimaan barang, barang yang diterima akan dibayar

oleh bagian keuangan rumah sakit. Sistem penyimpanan

barang di gudang farmasi dilakukan berdasarkan bentuk

sediaan dan disusun secara alfabetis dan menggunakan sistem

FIFO (First In First Out) serta sistem FEFO (First Expired

First Out). Pemeriksaan barang dilakukan setiap bulan, serta

barang-barang yang masuk dan keluar gudang farmasi di catat

dalam :

1) Persediaan barang, yaitu kartu yang disimpan di

gudang dekat barang yang bersangkutan.

2) Kartu besar, yaitu kartu yang disimpan diruang

administrasi gudang untuk mempermnudah pengecekan

barang.

Page 38: Tinjauan Pustaka Rs Al

3) Buku persediaan, yaitu buku yang digunakan untuk

mencatat pemasukan dan pengeluaran barang.

4) Buku induk penerimaan barang, yaitu buku untuk

mencatat penerimaan barang berdasarkan surat perintah

kerja.

5) Semua data yang mencakup penerimaan dan

pengeluaran barang juga dimasukkan ke sistem

computer sehingga mempermudah pengecekan barang

persediaan dan pembuat laporan.

Perbekalan alat kesehatan terdiri dari:

a. Barang medis habis pakai, contohnya oksigen, tablet,

infuse, sirup, suppositoria, spuit, blood set, urine bag,

catheter, abbocath, hand scon.

b. Barang medis tidak habis pakai, contohnya selimut,

sprei, pakaian operasi, dan alat operasi.

4. Produksi

RS AL Dr. Mintohardjo memproduksi sediaan obat non steril

yang dibagi menjadi sediaan non obat dan obat. Produksi non

obat seperti Karbol, bayclin, pengenceran H2O2 , alcohol,

formalin, dll diproduksi langsung di rumah sakit, sedangkan

produksi obat seperti parasetamol, betadine, OBH, antiflu,

obat diare, obat maag, salep kulit, dll ditangani oleh Lembaga

Farmasi Angkatan Laut (LAFIAL).

Page 39: Tinjauan Pustaka Rs Al

5. Penerimaan

Setelah barang datang maka akan diterima oleh tim komisi

penerimaan barang yang didalamnya terdapat personil

departemen farmasi, personil provos dan juga oleh dokter

pemesan barang jika diperlukan. Proses pada waktu

penerimaan barang yaitu mengecek kelengkapan administrasi

barang seperti faktur, surat jalan, jenis, jumlah, no.batch,

tanggal kadaluarsa, tanggal produksi. Jika sudah lengkap

maka barang diterima, ditulis di dalam pembukuan dan

dimasukkan ke dalam gudang.

6. Penyimpanan

Merupakan kegiatan penyelenggaraan dan pengaturan sediaan

farmasi di dalam ruang penyimapanan. Gudang farmasi

merupakan tempat penyimpanan sementara perbekalan

farmasi dan tempat pembinaan bekal farmasi. Tugas kegiatan

yang dilakukan di gudang farmasi meliputi penerimaan,

penyimpanan, dan administrasi barang yang berasal dari

pembelian maupun berupa bantuan.

Penyimpanan perbekalan farmasi di RS AL Dr. Mintohardjo:

1) Gudang 1: untuk obat-obatan Non-LAFIAL

2) Gudang 2: untuk sediaan injeksi

3) Gudang 3: untuk perbekalan kesehatan (Matkes & Alkes)

4) Gudang 4 : untuk obat-obatan LAFIAL

Page 40: Tinjauan Pustaka Rs Al

5) Gudang tambahan untuk B3 (Bahan beracun berbahaya)

Sub gudang farmasi bertugas melayani permintaan barang

dari distribusi, produksi dan apotek dinas. Permintaan barang

dilakukan dengan menggunakan formulir permintaan barang

yang ditandatangani oleh kepala ruangan/unit/departemen/sub

departemen yang bersangkutan, diketahui oleh kepala bidang

yang bersangkutan dan disetujui oleh kepala bidang farmasi,

dan ditandatangani oleh penerima barang jika barang telah

diterima. Kemudian pihak gudang membuat bukti

pengeluaran barang farmasi rangkap empat, masing-masing

untuk arsip gudang, kepala gudang yang bersangkutan, tata

usaha farmasi, dan ruangan atau unit atau departemen atau

sub departemen yang bersangkutan dan juga memasukkan

datanya ke komputer.

Gudang farmasi melayani permintaan obat alat kesehatan

secara langsung, yaitu alat kesehatan inventaris dari ruangan

atau departemen, cairan hemodialisis dari ruangan

hemodialisa, reagen dari laboratorium, obat-obat dari apotek

dinas, obat, alat kesehatan sekali pakai, film rontgen, obat

gigi, antiseptic, bahan baku serta gas medis (O2, CO2N2, N2O),

Asetilen Udara tekan dari sub distribusi farmasi, bahan baku,

antiseptic untuk pengemas ulang, kemasan, dan alat farmasi.

Laporan yang dibuat oleh gudang farmasi antara lain:

Page 41: Tinjauan Pustaka Rs Al

1. Laporan mutasi barang bulanan, triwulan dan tahunan

yang berisin tanggal, nama barang, jumlah stok awal,

jumlah masuk, jumlah stok keluar, dan jumlah stok akhir.

Laporan ini dikelompokkan berdasarkan jenis barang dan

bentuk sediaan.

2. Laporan barang rusak atau kadaluarsa setiap bulan.

3. Laporan pemakaian narkotik dan psikotropika setiap

bulan.

Pedoman dalam sistem penyimpanan:

1. Menjami kualitas barang / obat tetap baik.

2. Memudahkan dalam pencarian.

3. Memudahkan pengawasan persediaan/stok.

4. Menjamin keamanan dari kecurian dan kebakaran.

5. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan:

1. Suhu dan lokasi

a. Penyimpanan normal pada suhu 25oC untuk tablet,

kapsul, injeksi dan cairan.

b. Penyimpanan dingin dalam lemari pendingin (2-8oC).

c. Narkotika disimpan dalam lemari narkotik, sesuai

standar Kemenkes.

d. Barang yang mudah terbakar, oksidator, berbau tajam,

disimpan di dalam gudang khusus yang dilengkapi

Page 42: Tinjauan Pustaka Rs Al

dengan alat pemadam kebakaran dengan sirkulasi

udara yang cukup.

e. Barang yang tidak boleh kontak langsung dengan

cahaya disimpan khusus

2. Bentuk / jenis barang yang disimpan.

a. Obat disimpan terpisah dengan bahan beracun.

b. Bahan mudah terbakar disimpan dalam gudang

khusus.

c. Obat luar dipisahkan dari obat dalam.

3. Pengaturan ruangan

a. Memisahkan tempat penyimpanan obat dengan alkes.

b. Ruang khusus untuk obat rusak/ED.

c. Ruang khusus untuk alkes yang rusak berat.

d. Ruang khusus untuk gas medik.

4. Sistem penyimpanan

a. Berdasarkan nomor / alphabet nama generic.

b. Berdasarkan volume barang.

c. Berdasarkan frekuensi penggunaan.

d. Sistem FIFO dan FEFO.

5. Penggunaan alat bantu

a. Kartu stok untuk tiap item barang

b. Trolly dan tangga

6. Pengamanan dan keselamatan

Page 43: Tinjauan Pustaka Rs Al

a. Alat pemadam kebakaran

b. Tiap pintu dan almari mempunyai kunci

c. Petugas khusus di dalam gudang.

d. Dilarang merokok/menyalakan api di dalam

gudang

e. Pemahaman tentang sifat bahan / alat / obat bagi

petugas gudang.

7. Pendistribusian

Distribusi Farmasi merupakan kegiatan menyalurkan material

kesehatan dari gudang. Perminataan barang dilakukan melalui

formulir permintaan barang setiap seminggu berdasarkan

kebutuhan. Permintaan barang ke sub gudang farmasi akan

datang setiap minggu dua kali. Jumlah permintaan di

sesuaikan dengan standar kebutuhan setiap ruangan atau

departemen atau sub departemen. Setiap pemasukan dan

pengeluaran barang dicatat di kartu persediaan dan juga

dimasukkan ke dalam sistem computer. Sasaran dari distribusi

adalah terlaksananya pelayanan kesehatan yang cepat, tepat,

dan aman.

Material kesehatan dari gudang didistribusikan pada:

1. Apotek rawat jalan.

2. Apotek rawat inap.

3. Ruang perawatan

Page 44: Tinjauan Pustaka Rs Al

4. Kamar operasi.

5. UGD

6. Laboratorium

7. Haemodialisa.

Distribusi bekal kesehatan meliputi

1. Individual prescription

Ruang tempat pasien menginap hanya disediakan obat

emergency. Doktor memberikan bila pasien

membutuhkan, lalu pasien mengambil resep di apotek.

Keuntungan:

a. Semua permintaan obat dalam diawasi oleh dokter,

perawat, apoteker dan diketahui pasien.

b. Kemungkinan terlambat untuk minum obat karena

obat terlambat diantar ke ruangan dapat dicegah.

c. Memudahkan untuk kontrol persediaan.

Kerugian:

a. Pasien lupa minum obat tanpa diingatkan perawat.

b. Biaya pengobatan dapat meingkat.

2. UDD (Unit Dose Dispensing)

Pasien mendapatkan obat untuk pemakaian 1 hari.

Tujuan:

a. Pasien mendapatkan pelayanan 24 jam

b. Pasien hanya membayar obat yang dipakai.

Page 45: Tinjauan Pustaka Rs Al

c. Pemakain obat dapat dikontrol

d. Terjadinya kesalahan pengobatan dapat dikurangi

e. Pasien lebih teredukasi

f. Tepat dosis, indikasi, penderita, obat, dan waspada

efek samping

Keuntungan sistem distribusi unit dose:

a. Dapat menghemat waktu perawat

b. Dapat menghemat pengadaan perbekalan farmasi.

c. Meningkatkan akurasi dalam hal kontrol inventaris,

perhitungan biaya dan tagihan.

d. Kualitas pekerjaan sistem distribusi obat dapat

diperbaiki secara signifikan dengan keterlibatan

farmasis dalam penyiapan medikasi untuk memastikan

kesempurnaan perbekalan dan pemakaian obat yang

tepat (efesien, aman, bermutu, dan ekonomis) dan

rasional.

e. Biaya per dose rumah sakit yang menggunakan sistem

unit dose lebih sedikit.

f. Komunikasi antar farmasis dengan tenaga kesehatan

lainnya meningkat.

g. Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga apoteker

dan perawat.

Page 46: Tinjauan Pustaka Rs Al

h. Penurunan biaya obat karena persediaan pada ruangan

menurun dari segi jumlah dan meminimalisasi

kerugian.

i. Menurunkan biaya pasien dirumah sakit.

j. Farmasi klinik dapat dijalankan dengan baik

Kerugian sistem distribusi unit dose:

a. Jalur komunikasi penggunaan obat cukup panjang.

b. Sistem unit dose gagal menyediakan informasi diskon

untuk farmasi perawat dan dokter hanya dari satu

sumber.

c. Menambah jam kerja farmasis dirumah sakit.

d. Kebutuhan tenaga farmasis mejadi lebih banyak.

3. Floor Stock

Semua obat dan alkes tersedia di ruangan sehingga obat

yang dibutuhkan dapat diambil langsung dari stok yang

tersedia di ruangan. Sistem ini dilakukan di ruang UGD

dan ruang operasi. Tugas dari bagian penyimpanan dan

distribusi adalah pembuktian dokumentasi barang masuk

dan keluar dari gudang RS AL Dr. Mintohardjo. Setiap

barang yang masuk dan keluar harus dicatat dan

didokumentasikan, karena salah satu syarat gudang yang

baik yaitu tata cara penyimpanan yang baik, rapi, dan

teratur serta ditinjau pada dari segi administrasi dan

Page 47: Tinjauan Pustaka Rs Al

dokumentasi yang menunjang. Dokumentasi yang

dilakukan antara lain dokumentasi faktur atau surat barang

datang (faktur dari PBF dan surat Dropping dari

Diskesal). Semua faktur tersebut diarsip, diberi nomor

arsip dan ditulis pada buku barang datang. Sedangkan

untuk barang keluar juga dicatat dalam buku pengeluaran

barang yang berisi tanggal, nama barang, jumlah

dimainta, unit yang meminta barang. Sistem di atas

bertujuan untuk mempermudah penulusarn distribusi

barang.

Sistem distribusi obat ke ruang perawatan yang dilakukan

di RS AL Dr. Mintohardjo adalah sistem distribusi unit

dose dan sistem distribusi kombinasi obat resep individual

dan sistem floor stock. Sistem distribusi unit dose adalah

suatu sistem distribusi obat-obat yang disiapkan dalam

bentuk satuan unit atau kemasan unit untuk sekali

pemakaian, yang disediakandalam waktu tidak lebih dari

24 jam dan diantarkan keruangan oleh farmasis.

Sedangkan pada sistem distribusi kombinasi obat resep

individual dan sistem floor stock, obat akan diambil oleh

perawat.

Untuk memenuhi perbekalan farmasi di luar kerja, di

ruangai perawatan disediakan lemari emergency. Di

Page 48: Tinjauan Pustaka Rs Al

dalamnya berisi obat-obatan yang diperlukan jika keadaan

darurat. Masing-masing ruangan akan menulis permintaan

barang-barang emergency ke apotek dinas rawat inap

sesuai kebutuhan.

8. Pencatatan

Pencatatan barang dilakukan setiap barang datang dan keluar

di dalam kartu stok. Pencatatan lain juga dilakukan pada

barang yang telah expired date. Sistem pencatatan dilakukan

secara manual.

9. Pelaporan

Pelaporan yang dilakukan di Departemen Farmasi DR AL Dr.

Mintohardjo yaitu pelaporan kepada DISKESAL yang

dilakukan setiap triwulan dan semester, untuk laporan

triwulan tentang penggunaan barang dalam bentuk item

barang sedangkan untuk laporan semester dalam bentuk

jumlah harga perbekalan farmasi yang telah

digunakan.Pelaporan kepada Dinas Kesehatan yang dilakukan

setiap bulan berupa laporan penggunaan obat-obat narkotika-

psikotropik dan obat HIV, malaria, dan TBC. Sedangkan

untuk narkotika dan psikotropika laporannya ditujukan

kepada/suku Dinas Kesehatan dengan tembusan ke badan

POM.

10. Pemusnahan dan Penghapusan

Page 49: Tinjauan Pustaka Rs Al

Pemusnahan dilakukan terhadap resep yang lebih dari 3

tahun disimpan dan obat-obatan yang telah expired date.

Barang yang telah expired date dikumpulkan, dicatat, dan

dimusnahkan dengan menggunakan incinerator setiap

tahunnya. Pemusnahan disaksikan oleh petugas gudang

farmasis juga Kesling. Penghapusan dilakukan terhadap alat-

alat kesehatan yang secara fisik dan fungsional sudah tidak

dapat dipergunakan dan diperbaiki lagi (rusak) atau tidak

memiliki nilai pakai, tidak laku jual, sudah ketinggalan

jaman, atau sesuai dengan ketentuang undang-undang

berlaku. Pemusnahan alat kesehatan dilakukn dengan cara

dibakar, ditanam, atau dihancurkan. Tata cara penghapusan

dan pemusnahan alat kesehatan di RS AL Dr. Mintohardjo

yaitu merujuk pada tata cara penghapusan barang milik atau

kekayaan negara di lingkungan Dephankam dan TNI.

Prosedur penghapusan yaitu menyusun rencana

penghapusan, membuat berita acara penghapusan, penerbitan

surat keputusan persetujuan penghapusan, membentuk

panitia pemeriksaan yang terpisah dari panitia penghapusan

dan panitia penghapusan menyusun laporan pelaksanaan

berikut berita acaranya, kemudian proses penghapusan siap

dilaksanakan. Secara financial, penghapusan lebih

Page 50: Tinjauan Pustaka Rs Al

menguntungkan pihak rumah sakit karena dapat menghemat

biaya operasional dan pemeliharaan alat kesehatan.

11. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk menjaga agar alat

kesehatan tetap dalam kondisi baik. Selain pemeliharaan

Depfar RS AL Dr. Mintohardjo juga melakukan perbaikan

alat dan pengkalibrasian alat. Apabila terjadi kerusakan alat

maka kerusakan harus dilaporkan ke petugas pemeliharaan

dan perbaikan alat kesehatan rumah sakit untuk diperbaiki

dan apabila memerlukan suku cadang yang baru maka harus

dilaporkan kepada Karumkit RS AL Dr. Mintohardo untuk

disetujui setelah itu melakukan proses perbaikan.

Pengkalibrasian alat dilakukan sekurang-kurangnya setahun

sekali untuk menjaga agar kondisi alat tetap baik dan siap

digunakan. Pengkalibrasian alat dilakukan oleh institusi

penguji secara berkala yang terjadwal secara periodik

berdasarkan skala prioritas dan anggaran yang tersedia.

III.C.2. Farmasi Klinik

Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di RS AL Dr.

Mintohardjo adalah:

III.C.2.a. Pengkajian Resep

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memastikan

ketepatan ataupun kerasionalan penggunaan obat. Yang

Page 51: Tinjauan Pustaka Rs Al

dimaksud dengan penggunaan obat dalam konteks ini tidak

hanya berupa resep, namun lebih ditekankan lagi pada

permintaan obat dari dokter yang mungkin ditulis dengan

format lain seperti penggunaan obat pada kartu pengobatan

(medication chart) dalam medical record.

Prosedur pengkajian adlah sebagai berikut:

1) Mengkaji resep sesuai persyaratan administrasi meliputi

a) Nama, umur, berat bada pasien

b) Nomor, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

c) Tanggal resep

d) Ruangan / unit asal resep

2) Mengkaji resep sesuai persyaratan farmasetik meliputi

a) Bentuk dan kekuatan sediaan

b) Dosis dan jumlah obat

c) Stabilitas dan ketersediaan

d) Aturan, cara, dan teknik penggunaan

e) Lama pemberian

3) Mengkaji resep sesuai persyaratan klinis, meliputi

a) Ketepatan indikasi

b) Duplikasi pengobatan

c) Alergi, interaksi dan efek samping obat

d) Kontra indikasi

e) Efek adiktif

Page 52: Tinjauan Pustaka Rs Al

III.C.2.b. Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan ini dilakukan dengan menilai kondisi

klinik pasien, menilai parameter laboratorium, menilai hasil

observasi tanda vital terkait dengan parameter efektivitas obat.

III.C.2.c. Wawancara Sejarang Penggunaan Obat

Kegiatan komunikasi dengan pasien dan atau

keluarga untuk memperoleh riwayat pengobatan yang berguna

bagi penyusunan data base pelayanan kefarmasian. Tujuan yang

inggin dicapai adalah untuk memperoleh informasi khususnya

aspek penggunaan obat yang dapat digunakan dalam

melaksanakan pelayanan kefarmasian.

III.C.2.d. Monitoring Efek Samping Obat

Apoteker mempunyai peran dalam mencegah,

deteksi, menilai, dan mengelola Efek Samping OBat (ESO).

Penekanan terletak kepada pencegrahan supaya reaksi obat

berlawanan tidak terjadi ataupun pencegahan agar tidak

terulang lagi.

III.C.2.e. Seleksi produk obat

Tujuan yang ingin dicapai adalah optimalisasi

kualitas pelayanan pasien dan outcome klinik, promosi

penggunaan obat secara kualitas, memastikan bahwa seleksi

obat mengikuti guideline local, formularium, ketersediaan dan

keterbatasan obat.

Page 53: Tinjauan Pustaka Rs Al

III.C.2.f. Pelayanan Informasi Obat

Pemberian informasi obat kepada pasien maupun

profesi kesehatan lain menjadi tanggung jawab fundamental

seorang Apoteker. Pemberian informasi dapat dimulai dari

inisiatif Apoteker atau dalam rangka menjawab pertanyaan

seputar obat yang diajukan oleh pasien maupun profesi

kesehatan lain. Tujuan pelayanan informasi obat adalah

memberikan informasi yang siap pakai bagi pelayanan

kesehatan kepada pelaksana pelayanan kesehatan maupun

pasien.

III.C.2.g. Panitia Farmasi dan Terapi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor: 085/MENKES/PER/1989 tentang kewajiban

menuliskan resep dan atau menggunakan obat generic di

fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah serta berdasarkan

JUKLAK DIRJEN YANMED No. 0428 tahun 1989 dan

JUKNIS DIRJEN YANMED No. 1467 tahun 1989 tentang

Pembentukan Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit maka

dibentuklah Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Tujuan

umum dibentuknya Panitian Farmasi dan Terapi ini adalah

untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dalam

bidang obat-obatan atau farmasi. Sedangkan tujuan khususnya

adalah memantau atau menjamin kelancaran pelayanan obat-

Page 54: Tinjauan Pustaka Rs Al

obatan Rumah Sakit yang efektif dan efisien. Tugas PFT RS

AL Dr. Mintohardjo adalah:

1) Membuat daftar obat standar yang diperlukan di ruangan

atau karyawan dan mengevaluasinya.

2) Merevisi daftar obat-obatan setiap tahun.

3) Turut memantau pengadaan dan keperluan obat-obatan

Rumah Sakit.

Di akhir tahun 2000, Panitia Farmasi dan Terapi RS AL Dr.

Mintohardjo telah berhasil menyusun formularium RS AL Dr.

Mintohardjo untuk tahun 2001 yang disusun berdasarkan data

penggunaan obat-obatan serta usulan dari departemen-

departemen di lingkungan RS AL Dr. Mintohardjo, kemudian

direvisi menjadi formularium tahun 2005. Tahun 2007 PFT

merevisi formularium tahun 2005. Dan tahun 2008 PFT

merevisi formularium 2007, jadi formularium direvisi satu kali

dalam setahun atau sekurang-kurangnya direvisi dua tahun

sekali. Dan sekarang formularium 2011 yang digunakan di RS

AL Dr. Mintohardjo.

III.D. Unit Pengolahan Limbah

Berdasarkan pengolahan limbah klinis dibagi menjadi lima golongan

yaitu:

a. Golongan A

Page 55: Tinjauan Pustaka Rs Al

1) Dressing bedah, swab, dan semua limbah yang terkontaminasi

dari daerah ini.

2) Bahan-bahan linen kasus penyakit infeksi

3) Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),

bangkai atau jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal yang

berkaitan dengan swab dan dressing.

b. Golongan B

Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas benda-benda tajam

lainnya.

c. Golongan C

Limbah dari ruangan laboratorium dan post martum kecuali yang

termasuk dalam golongan A.

d. Golongan D

Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu

e. Golongan E

Pelapis bel-pan disposable, incontinence-pad dan tabung gas

III.D.1 Penanganan limbah di RS AL Dr. Mintohardjo

III.D.1.1 Penanganan Limbah Padat

Penanganan limbah pada dilakukan dengan cara

pembakaran di dalam incinerator yaitu suatu proses dimana limbah

padat medis dibakar dengan oksigen dari udara dan diubah menjadi

gas hasil pembakaran serta residu berupa abu, tujuan pengolahan

limbah padat medis yaitu menghilangkan sifat infeksius dan

Page 56: Tinjauan Pustaka Rs Al

pathogen dari limbah serta meminimisasinya sehingga dapat

dibuang ke tempat penimbunan atau landfill dengan mudah dan

aman.

III.D.1.2 Penanganan Limbah Cair

Sedangkan untuk limbah cair diolah dalam bak

penampunagn sehingg ahasil akhir dari proses pengolahan limbah

tersebut aman terhadap lingkungan. Berdasarkan proses

pengolahannya, sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

dibagi menjadi dalam beberapa tahap.:

1) Pretreatment Limbah Cair

Pengolahan tahap awal yang dilakukan sebelum limbah cair

masuk ke dalam proses pengolahan utama.

2) Aero-Reactor

Pengolahan tahap awal yang dilakukan sebelum limbah cair

masuk ke dalam proses pengolahan utama.

3) Biomedia Filtration Technology

Mikroba pendegradasi limbah ditumbuhkembangkan untuk

optimalisasi aktivitasnya dalam limbah cair.

4) Sedimentasi

Mengendapkan bakteri-bakteri pendegradasi limbah.

5) Klorinasi

Limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan dan sudah

layak dibuang ke lingkungan / badan air akan melalui proses

Page 57: Tinjauan Pustaka Rs Al

desinfektan dengan menggunakan klorin untuk membunuh

bakteri-bakteri yang tersisa.

6) Organic Reducing Apparatus

Limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan dan telah

disterilkan oleh sistem klorinasi, perlu di klorinasi lagi dengan

sistem ultra violet, sehingga bilamana klorin tablet / parasit

habis pemakaian. Air limbah akan tetap disterilkan dengan

organic reducing apparatus. Jaringan pengumpul yang

berfungsi untuk mengalirkan.

DIAGRAM PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

INFLUENT

Septic Tank Pretreatmant Kicth Pretreatment Laundry Heavy Metal

Penyaringan (Bar Screen dan Fine Screen)

Ekualisasi

Unit Instalasi Pengolah Limbah Cair

Organic Reducing Apparatus

Aero-Reactor

Sedimentasi

Klorinasi

Biomedia Filtration Technology

Page 58: Tinjauan Pustaka Rs Al

III.D.2. Unit Sterilisasi

Unit sterilisasi di RS AL Dr. Mintohardjo berada di bawah OK

(Kamar bedah), dengan jumlah personalia sebanyak 20 orang yang

terdiri dari 14 orang perawat dan 6 orang pelayan. Unit sterilisasi ini

mempunyai tugas melaksanakan kegiatan sterilisasi alat-alat medic dan

alat-alat lainnya, seperti alat kesehatan. Proses sterilisasi ini dilakukan

oleh perawat. Proses sterilisasi yang dilakukan antara lain:

a. Sterilisasi kering/oven. Pada suhu 150oC selama 2 jam

untuk bahan kain kasa, linen, gunting, instrument logam,

dll. Sedangkan pada suhu 100oC selama 1 jam, untuk

bahan kaca, plastic, karet, perlak, dlll.

b. Sterilisasi basah/otoklaf. Sterilisasi autoklaf dilakukan

selama 30 menit pada tekanan 1,7 bar, untuk bahan linen,

Sterilisasi basah dilakukan 2 kali, untuk alat bekas operasi

kotor direndam dengan mikrosid selama 5 menit kemudian

disterilkan menggunakan autoklaf.

c. Penyimpanan dengn blue lamp. Penyimpanan ini dilakukan

sebelum dan sesudah operasi untuk ruangan dengan

menggunakan UV 8 x 10 W.

d. Sterilisasi uap air mengalir

e. Sterilisasi gas.