Tinjauan Pustaka Roti Tawar

11
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Roti Roti sebagai panganan alternatif yang mengandung karbohidrat semakin berkembang di Indonesia. Roti merupakan panganan yang praktis sehingga dapat dikonsumsi saat sarapan maupun waktu selingan saat beraktifitas. Roti mampu memenuhi kecukupan gizi dengan cara yang singkat dan mudah didapat sehingga disukai oleh masyarakat di era globalisasi ini. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nasution (2006) mengenai Analisis Strategi Pemasaran Roti Unyil pada Perusahaan Roti Venus di Kota Bogor, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan aktifitas pembangunan di berbagai bidang membawa segala sesuatunya ke arah yang lebih praktis dan efisien termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Hal tersebut berdampak pada adanya perubahan konsumsi masyarakat dimana jenis makanan instan dan siap saji menjadi alternatif yang dipilih. Perubahan konsumsi yang terjadi salah satunya adalah peningkatan konsumsi makanan yang diolah dari tepung terigu, yaitu roti. Nusawanti (2009) memaparkan bahwa roti merupakan produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang lainnya kemudian dipanggang. Roti pada awalnya dihasilkan melalui bahan dan cara pembuatan yang sederhana, yaitu gandum yang digiling menjadi terigu murni dan dicampur air kemudian dibakar di atas batu panas. Namun dengan berkembangnya teknologi, saat ini roti lebih bervariasi baik dari segi ukuran, penampilan bentuk, tekstur, rasa, dan bahan pengisiannya. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan pembuatan roti yang meliputi aspek bahan baku, proses pencampuran, dan metode pengembangan adonan. Roti merupakan makanan pokok pendamping sebagai pengganti nasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2006) mengenai Analisis Strategi Pemasaran Industri Kecil Roti dan Kue (Studi Kasus Toko Ibu Ratna Roti dan Kue), masyarakat Indonesia yang tinggal di kota-kota besar lebih memilih roti sebagai makanan pokok pendamping dibandingkan jagung, ketela, ubi jalar, atau sagu. Hal ini dikarenakan sebagai bahan makanan olahan, roti memiliki nilai gizi yang tinggi dan lebih lengkap dibanding yang lain. Selain itu, roti juga lebih

description

roti tawar

Transcript of Tinjauan Pustaka Roti Tawar

Page 1: Tinjauan Pustaka Roti Tawar

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Roti

Roti sebagai panganan alternatif yang mengandung karbohidrat semakin

berkembang di Indonesia. Roti merupakan panganan yang praktis sehingga dapat

dikonsumsi saat sarapan maupun waktu selingan saat beraktifitas. Roti mampu

memenuhi kecukupan gizi dengan cara yang singkat dan mudah didapat sehingga

disukai oleh masyarakat di era globalisasi ini.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nasution (2006)

mengenai Analisis Strategi Pemasaran Roti Unyil pada Perusahaan Roti Venus di

Kota Bogor, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan aktifitas

pembangunan di berbagai bidang membawa segala sesuatunya ke arah yang lebih

praktis dan efisien termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Hal

tersebut berdampak pada adanya perubahan konsumsi masyarakat dimana jenis

makanan instan dan siap saji menjadi alternatif yang dipilih. Perubahan konsumsi

yang terjadi salah satunya adalah peningkatan konsumsi makanan yang diolah dari

tepung terigu, yaitu roti.

Nusawanti (2009) memaparkan bahwa roti merupakan produk makanan

yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang

lainnya kemudian dipanggang. Roti pada awalnya dihasilkan melalui bahan dan

cara pembuatan yang sederhana, yaitu gandum yang digiling menjadi terigu murni

dan dicampur air kemudian dibakar di atas batu panas. Namun dengan

berkembangnya teknologi, saat ini roti lebih bervariasi baik dari segi ukuran,

penampilan bentuk, tekstur, rasa, dan bahan pengisiannya. Hal ini dipengaruhi

oleh perkembangan pembuatan roti yang meliputi aspek bahan baku, proses

pencampuran, dan metode pengembangan adonan.

Roti merupakan makanan pokok pendamping sebagai pengganti nasi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2006) mengenai Analisis

Strategi Pemasaran Industri Kecil Roti dan Kue (Studi Kasus Toko Ibu Ratna Roti

dan Kue), masyarakat Indonesia yang tinggal di kota-kota besar lebih memilih roti

sebagai makanan pokok pendamping dibandingkan jagung, ketela, ubi jalar, atau

sagu. Hal ini dikarenakan sebagai bahan makanan olahan, roti memiliki nilai gizi

yang tinggi dan lebih lengkap dibanding yang lain. Selain itu, roti juga lebih

Page 2: Tinjauan Pustaka Roti Tawar

praktis, memiliki banyak variasi, harganya relatif terjangkau, mudah diperoleh,

dan lebih mengenyangkan. Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Gizi,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, diketahui bahwa dibandingkan

dengan 100 gram nasi putih atau mie basah, maka 100 gram roti akan memberikan

energi, karbohidrat, protein, kalsium, fosfor, dan besi yang lebih banyak.

Komposisi gizi roti apabila dibandingkan dengan nasi dan mie basah dapat dilihat

di Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mie Basah6

Zat Gizi Satuan Roti Putih Roti Cokelat Nasi Mie Basah

Energi kkal 248 249 178 86

Protein gr 8,0 7,9 2,1 0,6

Lemak gr 1,2 1,5 0,1 3,3

Karbohidrat gr 50,0 49,7 40,6 14,0

Kalsium mg 10 20 5 14

Fosfor mg 95 140 22 13

Besi mg 1,5 2,5 0,5 0,8

Vitamin A SI 0 0 0 0

Vitamin B1 mg 0,1 0,15 0,02 0

Vitamin C mg 0 0 0 0

Air gr 40 40 57 80 Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (2002)

2.2. Variasi Roti

Brownies merupakan salah satu variasi dari roti yang termasuk ke dalam

golongan cake, yaitu jenis roti yang rasanya manis dengan tambahan rasa tanpa

menggunakan isi. Delfani dalam Nasution (2006) memaparkan bahwa terdapat

lima jenis variasi roti, yaitu:

1) Bakery

Bakery merupakan jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigum

mentega, telur, susu, dan ragi. Jenis roti ini biasa diisi dengan cokelat, keju,

srikaya, selai buah, kelapa, pisang, fla, daging sapi atau ayam, dan sosis. Bakery

memiliki bentuk yang beragam seperti bulat, lonjong, keong, gulung, sampai

dengan bentuk-bentuk hewan.

6http://banabakery.wordpress.com/2008/06/30/roti-lebih-baik-dari-nasi-dan-mie/ [diakses tanggal

20 Januari 2012]

Page 3: Tinjauan Pustaka Roti Tawar

2) Roti Tawar

Roti tawar ialah salah satu jenis roti yang berbahan dasar tepung terigu,

mentega, telur, susu, dan air. Roti ini biasanya tanpa diisi dengan bahan tambahan

lain serta memiliki bentuk kotak, panjang, dan tabung.

3) Cake

Cake adalah jenis roti yang memiliki rasa manis dengan tambahan rasa

(essense) rhum, jeruk, atau cokelat. Bahan dasarnya antara lain tepung terigu,

telur, susu, mentega, serta tanpa menggunakan isi. Jenis roti ini dibagi menjadi

spikuk, roll tart, zebra cake, fruit cake, brownies, muffin, tart cake, cake siram,

dan caramel.

4) Pastry

Pastry merupakan salah satu jenis roti kering yang dapat berupa kue sus,

grem, dan croissant. Roti ini dapat diisi dengan kacang, keju, cokelat, daging

ayam dan sapi, sosis, fla, atau tidak diisi apapun.

5) Donat

Donat adalah jenis roti tawar atau manis yang proses pematangannya

dengan cara digoreng atau dipanggang. Roti ini dikenal dengan bentuknya yang

khas yaitu terdapat lubang pada bagian tengahnya. Ada beberapa jenis donat yang

sudah dikenal secara umum, antara lain donat siram, donat keju, donat meisses,

donat kacang, dan donat isi.

2.3. Pengertian Brownies

Brownies merupakan kue khas Amerika yang pertama kali dikenal pada

tahun 1987. Seorang koki di Amerika yang sedang membuat cake cokelat lupa

memasukkan baking powder sehingga terciptalah cake bantat yang tidak

mengembang namun lezat rasanya. Kegagalan membuat cake ini justru

menciptakan jenis cake baru yang menjadi terkenal hingga sekarang. Tekstur

brownies dianggap unik karena seperti persilangan antara cake dengan cookies

yang renyah. Pada tahun 1907, Maria Willet Howard dalam Lowney’s Cook Book

memunculkan resep Brownies dengan ekstra telur dan cokelat batangan. Menurut

situs The Amazing of Brownies, resep brownies pertama kali diterbitkan pada

tahun 1897 dalam Sears, Roebuck Catalogue. Pertama kali resep ini dibukukan di

Page 4: Tinjauan Pustaka Roti Tawar

The Boston Cooking School Cook Book oleh Fannie Merritt Farmer pada edisi

1906.

Nama brownies sendiri diambil karena cake tersebut dominan berwarna

cokelat pekat (brown), ditambah lagi karena bahan bakunya juga terdiri dari aneka

cokelat seperti dark chocolate, cokelat pasta, dan cokelat bubuk. Dalam

perkembangannya, banyak sekali brownies dengan aneka kreasi dan rasa yang

variatif. Penampilannya pun lebih cantik dan mengundang selera walaupun tidak

meninggalkan ciri khas asli brownies yang kaya akan rasa cokelatnya. Variasi

tersebut biasanya dengan menambah topping di atasnya seperti krim keju,

chocolate ganache, marshmellow, chocolate chip, atau taburan aneka jenis

kacang-kacangan.

Brownies tergolong jenis kue yang memiliki indeks glikemik tinggi artinya

dengan mengonsumsi brownies, gula darah dapat cepat naik sehingga sesaat

setelah mengonsumsi brownies badan akan lebih segar. Brownies juga

mengandung vitamin yang cukup lengkap seperti vitamin C, thiamin, riboflavin,

niasin, asam pantotenat, vitamin B6, dan vitamin B12. Komposisi angka

kecukupan gizi untuk setiap 100 gram brownies dapat dilihat pada Tabel 6.

Brownies dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu brownies panggang dan

brownies kukus. Berdasarkan penelitian dari Saragih (2011), secara umum tidak

terdapat perbedaan diantara keduanya. Perbedaannya terletak pada kandungan

kadar air di dalamnya. Brownies kukus memiliki kadar air yang lebih tinggi

dibanding brownies panggang sehingga memiliki daya simpan yang lebih rendah.

Apabila ditinjau dari segi rasa, brownies panggang lebih gurih. Namun, dari segi

kesehatan, brownies kukus lebih aman karena tidak terbentuk radikal bebas akibat

proses pemanggangan. Meskipun demikian, kekhawatiran berlebih terhadap

konsumsi brownies panggang tidaklah perlu. Hal ini dikarenakan secara alami

manusia juga selalu memproduksi radikal bebas di dalam tubuhnya. Selama

jumlah radikal bebas di dalam tubuh masih dalam batasan yang terkendali, maka

tidak perlu ada yang dikhawatirkan.

Page 5: Tinjauan Pustaka Roti Tawar

Tabel 6. Komposisi Angka Kecukupan Gizi per 100 gram Brownies7

Komponen Gizi Satuan Kadar

Air gr 2,80

Energi kkal 434,00

Protein gr 4,00

Lemak gr 14,00

Karbohidrat gr 76,60

Kalsium mg 19,00

Besi mg 1,99

Magnesium mg 40,00

Fosfor mg 82,00

Kalium mg 219,00

Natrium mg 303,00

Seng mg 0,64

Tembaga mg 0,27

Mangan mg 0,35

Selenium mcg 2,60

Vitamin C mg 0,30

Thiamin mg 0,16

Riboflavin mg 0,16

Niasin mg 1,88

Asam pantotenat mg 0,13

Vitamin B6 mg 0,01

Asam folat mcg 35,00

Vitamin A IU 11,00

2.4. Penelitian Terdahulu

Referensi melalui penelitian terdahulu merupakan salah satu sumber

informasi yang dapat dijadikan acuan bagi penelitian ini. Hal yang dikaji dalam

penelitian terdahulu diantaranya ialah produk yang diteliti, periode pembangunan

investasi, alat analisis yang digunakan, tingkat diskonto yang digunakan,

penetapan umur usaha, asumsi aspek finansial, dan indikator perubahan pada

analisis sensitivitas.

Proses pemasaran produk olahan roti salah satunya dilakukan melalui

restoran. Death by Chocolate (DBC) merupakan restoran yang mengusung

panganan berbasis cokelat dalam menunya, antara lain brownies. Heidyningsih

(2009) melakukan penelitian mengenai kelayakan usaha Death by Chocolate di

Kota Bogor, Jawa Barat. Analisis kelayakan berdasarkan produk agribisnis tidak

hanya dilakukan pada produk brownies. Penelitian terdahulu menunjukkan

7http://www.asiamaya.com/nutrients/brownies.htm [diakses tanggal 20 Januari 2012]

Page 6: Tinjauan Pustaka Roti Tawar

berbagai macam produk agribisnis yang telah diteliti kelayakan usahanya, antara

lain jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah, kerupuk rambak, dan

yoghurt. Produk agribisnis tersebut memiliki kesamaan karakteristik dengan

brownies yaitu produk olahan yang telah siap untuk dikonsumsi. Napitupulu

(2009) melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan

sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Lokasi penelitian dilakukan di CV.

Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat. Oktafiyani (2009)

melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk

rambak dengan membandingkan penggunaan bahan baku kulit sapi dan kulit

kerbau. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal,

Jawa Tengah. Syafrul (2010) meneliti tentang analisis kelayakan usaha pembuatan

yoghurt di Perusahaan Dafarm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Periode pembangunan investasi setiap perusahaan berbeda-beda. Hal ini

tergantung dari lamanya waktu yang diperlukan untuk membangun investasi

sebelum kegiatan operasional usaha dilakukan. Heidyningsih (2009)

menggunakan tahun ke-0 sebagai tahun pembangunan investasi. Hal ini

dikarenakan pembangunan investasi restoran Death by Chocolate (DBC) relatif

lama sehingga diasumsikan investasi dibangun selama tahun ke-0. Penelitian

Napitupulu (2009), Oktafiyani (2009), dan Syafrul (2010) menggunakan tahun

pertama untuk pembangunan investasi usaha. Pada penelitian mengenai analisis

kelayakan pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery ini, peneliti

menggunakan tahun pertama sebagai tahun pembangunan investasi usaha.

Investasi yang digunakan dalam usaha ini tidak memerlukan periode yang lama

untuk membangunnya. Oleh karena itu, investasi dilakukan pada tahun pertama

usaha.

Pada dasarnya, tidak terdapat perbedaan mengenai alat analisis yang

digunakan dalam penelitian mengenai studi kelayakan bisnis. Alat analisis yang

digunakan ialah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Penelitian terdahulu yang

dijadikan referensi pada penelitian ini menggunakan alat analisis yang sama.

Namun, terdapat perbedaan pada salah satu kriteria investasi yang digunakan,

yaitu payback period. Penelitian Oktafiyani (2009) menggunakan metode

Page 7: Tinjauan Pustaka Roti Tawar

discounted payback period dalam penentuan periode pengembalian investasi.

Penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha Elsari Brownies and

Bakery ini menggunakan metode yang sama yaitu discounted payback period

untuk menentukan periode pengembalian investasi. Penggunaan metode ini

ditujukan untuk mengetahui perbandingan manfaat yang diperoleh usaha di masa

mendatang dengan nilai uang saat ini. Oleh karena itu, nilai manfaat bersih yang

digunakan merupakan manfaat bersih yang telah didiskonto.

Tingkat diskonto dalam penelitian terdahulu memiliki nilai yang berbeda-

beda. Hal ini didasarkan melalui sumber permodalan yang digunakan dalam

pengembangan usaha. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heidyningsih

(2009), sumber permodalan pada restoran DBC berasal dari modal sendiri. Oleh

karena itu, tingkat diskonto yang digunakan sebesar tujuh persen dari tingkat suku

bunga deposito tahun 2009. Napitupulu (2009) menggunakan tingkat diskonto

sebesar 14 persen karena sumber modal diperoleh melalui pinjaman kepada Bank

Jabar Banten. Tingkat diskonto yang digunakan dalam penelitian Oktafiyani

(2009) ialah sebesar 8,38 persen. Nilai ini didasarkan pada tingkat suku bunga

deposito bank yang terdekat dengan pengusaha, yaitu Bank Rakyat Indonesia

(BRI) serta modal usaha berasal dari modal sendiri. Syafrul (2010) menggunakan

tingkat diskonto sebesar 6,5 persen. Nilai ini diperoleh melalui tingkat suku bunga

deposito rata-rata Bank Indonesia (BI) pada bulan November 2009 karena usaha

ini dijalankan melalui modal sendiri. Pada penelitian mengenai analisis kelayakan

pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery ini, tingkat diskonto yang

digunakan ialah rata-rata BI rate pada bulan Februari 2012 hingga Maret 2012

pada skenario usaha I. Tingkat diskonto pada skenario usaha II dan III ialah

opportunity cost of capital (OCC) berdasarkan rata-rata tertimbang antara BI rate

dan tingkat suku bunga pinjaman BRI selama Februari 2012 hingga Maret 2012.

Hal ini dikarenakan modal yang digunakan dalam skenario usaha II dan III berasal

dari pinjaman bank.

Umur bisnis ditetapkan melalui dasar yang berbeda-beda. Pada penelitian

Heidyningsih (2009), umur bisnis yang digunakan ialah selama sepuluh tahun

berdasarkan umur ekonomis peralatan yang digunakan perusahaan. Umur bisnis

pada penelitian Napitupulu (2009) didasarkan pada usia bangunan yaitu selama

Page 8: Tinjauan Pustaka Roti Tawar

sepuluh tahun. Umur ekonomis bangunan digunakan sebagai dasar penetapan

umur bisnis karena bangunan merupakan investasi yang memerlukan biaya

terbesar setelah lahan. Oktafiyani (2009) menentukan umur bisnis berdasarkan

umur ekonomis investasi terlama, yaitu bangunan. Umur bisnis yang digunakan

ialah sepuluh tahun. Penelitian Syafrul (2010) menggunakan umur bisnis selama

sepuluh tahun. Hal ini didasarkan pada umur ekonomis mesin inkubator dan

mesin pasteurisasi. Umur ekonomis yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

ialah 10 tahun. Hal ini berdasarkan pada umur ekonomis mixer sebagai peralatan

produksi yang paling krusial dalam usaha Elsari Brownies and Bakery.

Analisis aspek finansial dapat menggunakan berbagai macam asumsi dan

skenario usaha. Penentuan asumsi pada aspek finansial akan turut memengaruhi

perhitungan pada analisis laba rugi dan laporan arus kas. Penelitian yang

dilakukan oleh Napitupulu (2009) menggunakan asumsi bahwa pada tahun

pertama dan kedua CV. WPIU berproduksi sebesar 70 persen dari kapasitas yang

ingin dicapai. Hal ini dilakukan pada tahun-tahun awal produk yang dihasilkan

dipasarkan di supermarket sehingga produk belum dikenal konsumen secara luas.

Pada tahun ketiga hingga tahun kesepuluh, CV WPIU telah melakukan kegiatan

produksi sebesar 100 persen karena telah memiliki pengalaman dan produk telah

dikenal di pasaran.

Oktafiyani (2009) melakukan perbandingan antara pembuatan kerupuk

rambak dengan menggunakan bahan baku kulit sapi dan kerbau. Analisis finansial

dari penelitian ini menggunakan asumsi bahwa pada tahun pertama dan kedua

masing-masing berproduksi sebesar 50 persen dan 70 persen. Hal ini dikarenakan

usaha masih dalam tahap pengenalan produk kepada konsumen sehingga usaha

membatasi jumlah produksinya. Pada tahun ketiga hingga kesepuluh, jumlah

produksi telah mencapai 100 persen.

Penelitian yang dilakukan oleh Syafrul (2010) menggunakan dua skenario

usaha. Analisis kelayakan finansial skenario I mengacu pada kondisi usaha saat

ini dimana usaha belum berproduksi dengan memanfaatkan kapasitas maksimal

mesin produksi. Nilai tersebut diasumsikan konstan hingga umur usaha berakhir.

Pada analisis finansial skenario II, jumlah input produksi setiap bulannya

Page 9: Tinjauan Pustaka Roti Tawar

meningkat 16 persen dari skenario I dan diasumsikan konstan hingga akhir umur

usaha.

Penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha Elsari

Brownies and Bakery menggunakan tiga skenario usaha. Pada skenario usaha

satu, proses analisis kelayakan dilakukan dengan mengacu pada kondisi

perusahaan saat ini. Asumsi yang digunakan ialah kegiatan produksi sudah

berjalan dengan optimal sehingga jumlah produksi tetap hingga akhir umur usaha.

Pada skenario usaha dua dan tiga, asumsi yang digunakan ialah adanya

peningkatan produksi sebesar 50 persen pada tahun pertama dan kedua

pengembangan usaha serta peningkatan produksi sebesar 100 persen pada tahun

ketiga hingga akhir umur usaha.

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan pada faktor-

faktor yang akan memengaruhi biaya dan manfaat. Perubahan-perubahan yang

dimaksud berbeda tergantung dari pengalaman masing-masing perusahaan.

Analisis sensitivitas pada penelitian Heidyningsih (2009) berdasarkan pengalaman

perusahaan, yaitu perubahan harga output sebesar tujuh persen, peningkatan harga

input sebesar tujuh persen, dan perubahan penurunan produksi sebesar lima

persen.

Syafrul (2010) melakukan analisis sensitivitas terhadap usaha pembuatan

yoghurt. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan dari

usaha pembuatan yoghurt dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada.

Perubahan biasanya terjadi pada faktor-faktor produksi seperti kenaikan biaya

bahan baku dan penurunan penjualan. Berdasarkan pengalaman perusahaan, usaha

ini pernah mengalami penurunan penjualan sebesar 36,57 persen. Nilai tersebut

berasal dari jumlah penjualan terkecil dalam satu bulan dibandingkan dengan nilai

rata-rata penjualan per bulannya. Biaya bahan baku juga memiliki pengaruh dalam

komponen biaya usaha. Biaya bahan baku terbesar adalah biaya pembelian susu

segar. Kenaikan harga susu segar pernah mengalami peningkatan sebesar 12,5

persen. Penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku tersebut memerlukan

analisis sensitivitas untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan secara finansial.

Analisis sensitivitas juga dilakukan pada penelitian mengenai analisis

kelayakan pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery ini dengan

Page 10: Tinjauan Pustaka Roti Tawar

didasarkan pada pengalaman perusahaan. Perubahan yang pernah dialami

perusahaan ialah penurunan penjualan sebesar 3,85 persen, peningkatan harga

telur sebesar 14 persen, dan peningkatan harga BBM sebesar 33,33 persen.

Analisis nilai pengganti atau switching value merupakan variasi analisis

sensitivitas yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan

maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir

sehingga usaha masih layak untuk dijalankan. Penelitian Napitupulu (2009)

menggunakan analisis nilai pengganti untuk melihat perubahan maksimal pada

faktor-faktor yang memengaruhi biaya dan manfaat agar usaha masih dapat

dikatakan layak untuk dijalankan. Analisis nilai pengganti dilakukan pada

perubahan faktor-faktor yaitu kenaikan harga gula pasir, kenaikan harga botol jus,

penurunan penjualan jus, dan penurunan penjualan sirup. Analisis terhadap

variabel harga gula pasir dan botol jus dilakukan karena memegang proporsi yang

besar dalam biaya usaha. Analisis penurunan penjualan jus dan sirup dilakukan

karena persaingan yang terjadi di dalam industri semakin ketat dan produk tidak

lagi berada dalam tahap pertumbuhan dalam siklus hidup produk. Dengan

demikian, variabel yang dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan

terhadap usaha.

Oktafiyani (2009) melakukan analisis switching value untuk mengetahui

perubahan maksimal pada variabel yang berpengaruh dalam usaha. Variabel yang

dianalisis dalam switching value ialah variabel yang dianggap signifikan

memengaruhi usaha. Dalam penelitian ini variabel yang akan dianalisis yaitu

jumlah produksi dan biaya bahan baku. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan

penurunan penjualan produk sebagai akibat penurunan produksi. Selain itu, usaha

ini juga sangat bergantung pada kulit sapi dan kerbau sebagai bahan baku utama

dan lemak sebagai bahan baku penolong yang memiliki harga fluktuatif di pasar.

Penelitian terdahulu yang dilakukan di lokasi yang sama dengan penelitian

ini juga dijadikan acuan dalam perolehan informasi. Rahmanto (2010) meneliti

tentang strategi pengembangan usaha “Elsari Brownies and Bakery”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal

perusahaan Elsari serta merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi

Elsari. Hasil penelitian memberikan rekomendasi untuk menjaga dan

Page 11: Tinjauan Pustaka Roti Tawar

mempertahankan usaha. Strategi yang paling sesuai dengan Elsari adalah strategi

intensif yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan kondisi

perusahaan, sebaiknya perusahaan melaksanakan restrukturisasi sistem

manajemen perusahaan untuk mengatasi kelemahan sumberdaya perusahaan,

seperti tenaga pemasar dan keterbatasan peralatan, dan strategi meningkatkan

diferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen untuk mengatasi persaingan

sebagai solusi masalah eksternal perusahaan.

Penelitian yang dilakukan adalah analisis kelayakan usaha Elsari

Brownies and Bakery pada kondisi saat ini atau tanpa pengembangan usaha

dengan pengembangan usaha berupa pembukaan gerai baru. Kelebihan dari

penelitian yang dilakukan adalah adanya penambahan inovasi dari peneliti untuk

melengkapi gerai baru Elsari dengan counter penjualan kopi sebagai salah satu

rencana pengembangan usaha. Selain itu, terdapat perbedaan alat analisis yang

akan dipakai dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Penelitian

terdahulu menggunakan metode payback period untuk menentukan periode

pengembalian investasi sedangkan penelitian ini menggunakan metode discounted

payback period. Hal ini dikarenakan analisis dengan menggunakan payback

period memiliki kelemahan, yaitu diabaikannya nilai waktu uang (time value of

money) dan diabaikannya cash flow setelah periode payback (Nurmalina et al

2009). Oleh karena itu, pemakaian metode discounted payback period dapat

menjadi solusi untuk mengurangi kelemahan pertama. Menurut Umar (2007),

nilai discounted payback period diperoleh melalui nilai investasi dikurangi saldo

nilai tunai bersih sekarang dengan tingkat diskonto yang berlaku. Nilai tunai

bersih yang digunakan adalah nilai yang telah di diskon dengan tingkat suku

bunga yang berlaku.

Penelitian atas nama Rahmanto (2010) memiliki kesamaan lokasi dengan

penelitian yang akan dilakukan. Namun, perbedaannya ialah topik yang akan

dianalisis. Rahmato (2010) mengadakan penelitian mengenai strategi

pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery sedangkan penelitian yang akan

dilakukan terfokus pada analisis kelayakan rencana pengembangan usaha Elsari

Brownies and Bakery.