Tinjauan Pustaka Praktikum Ekonomi Pertanian

12
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pedesaan Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis, social, ekonomi, politik dan kulural yng terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbale balik dengan daerah lain. Pola keruangan desa bersifat agraris yang sebagian atau seluruhnya terisolasi dari kota. Tempat kediaman penduduk mencerminkan tingkat penyesuaian penduduk terhadap lingkungan alam, seperti iklim, tanah, topografi, tata air, sumber alam, dan lain- lain. Tingkat penyesuaian penduduk desa terjhadap lingkungan alam bergantung factor ekonomi, social, pendidikan dan kebudayaan (Kandary, 2010). Pendidikan petani umumnya masih rendah. Namun tingkat pendidikan yang rendah tidak berpengaruh dalam partisipasi pada sebuah proyek dan sebaliknya pendidikan yang tinggi tidak menjamin mereka berpartisipasi pada tingkat yang lebih tinggi. Besarnya luas lahan garapan akan mendorong petani dalam kegiatan yang ditujukan usahatani. Jumlah anggota keluarga yang besar tidak mendorong peserta untuk berpartisipasi lebih aktif. Hal ini 4

description

Tipus praktikum EKOPER 2012

Transcript of Tinjauan Pustaka Praktikum Ekonomi Pertanian

5

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Karakteristik PedesaanDesa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis, social, ekonomi, politik dan kulural yng terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbale balik dengan daerah lain. Pola keruangan desa bersifat agraris yang sebagian atau seluruhnya terisolasi dari kota. Tempat kediaman penduduk mencerminkan tingkat penyesuaian penduduk terhadap lingkungan alam, seperti iklim, tanah, topografi, tata air, sumber alam, dan lain-lain. Tingkat penyesuaian penduduk desa terjhadap lingkungan alam bergantung factor ekonomi, social, pendidikan dan kebudayaan

(Kandary, 2010).

Pendidikan petani umumnya masih rendah. Namun tingkat pendidikan yang rendah tidak berpengaruh dalam partisipasi pada sebuah proyek dan sebaliknya pendidikan yang tinggi tidak menjamin mereka berpartisipasi pada tingkat yang lebih tinggi. Besarnya luas lahan garapan akan mendorong petani dalam kegiatan yang ditujukan usahatani. Jumlah anggota keluarga yang besar tidak mendorong peserta untuk berpartisipasi lebih aktif. Hal ini dikarenakan anggota keluarga lainnya bekerja di sektor yang lain

(Effendi, 2003).Arah pertumbuhan penduduk terutama ditentukan oleh interaksi antara dua kekuatan alamiah, yaitu kecenderungan pertambahan penduduk sebagai akibat dari daya tarik antara dua jenis kelamin dan pengendalian secara positif oleh kematian dan kemandulan akibat kelaparan, wabah dan tindak kejahatan. Pada tingkat perkembangan ilmu dan teknologi yang lamban, sarana-sarana produksi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu negara, hampir seluruhnya ditentukan oleh sumber-sumber alamnya. Kemajuan ilmu dan teknologi tidak memberikan keuntungan-keuntungan yang segera dapat dinikmati oleh suatu gelombang penduduk tertentu dan menggiatkan kembali kekuatan-kekuatan yang menyebabkan kesengsaraan umat manusia. Ilmu dan teknologi harus diperhatikan karena dapat mengakibatkan perubahan struktur sosial, perubahan budaya dan institusi ekonomi (Fawcett, 2002).

Kesepakatan mengakibatkan adanya harapan kebersamaan bahwa penduduk yang bertambah dengan cepat akan mempersulit keadaan terutama dalam pembahasan pencapaian stabilitas baik nasional maupun internasional. Tambahan penduduk akan memerlukan makanan, pakaian, tempat tinggal, pekerjaan dan kesempatan memperoleh pendidikan. Kelestarian sumber alam pun secara langsung atau tidak terancam dengan pertambahan penduduk yang cepat. Struktur umur pendidikan yang dipunyai oleh negara-negara berkembang membawa konsekuensi yang penting pula, lebih banyak penduduk muda dan anak-anak berarti lebih banyak biaya ekonomi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup (Makeham, 2001). Masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata dan lainnya. Akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian (Yuniastuti, 2001).B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani

Pertanian merupakan basis Indonesia walaupun sumbangan nisbi dalam sektor pertanian diukur berdasarkan proporsi nilai tambahnya dan bentuk produk domestik atau pendapatan nasional tahun demi tahun mengecil, hal ini bukanlah berarti nilai dan pertambahannya dari waktu ke waktu tetap selalu menhingkat kecuali peranan sektor pertanian ini dalam menyerap tenaga kerja terpenting. Mayoritas penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah pedesaan sehingga saat ini masih menyandarkan mata pencaharian pada sektor pertanian (Casmir, 2007).

Produktivitas usahatani yang dicapai, dipengaruhi oleh kualitas lahan garapan petani. Pada tingkat teknologi yang sama, baik dalam jenis, varietas yang digunakan maupun kualitas usahatani yang diterapkan pada produktivitas usahatani dapat bervariasi antar daerah akibat perbedaan kualitas lahan. Oleh karena itu, produktivitas usahatani sangatlah menentukan hasil pertanian (Maulana, 2004).

Secara umum sumber pendapatan petani bersumber dari dua macam, yaitu dari pertanian dan non-pertanian. Pendapatan dari pertanian terdiri dari hasil usahatani sendiri dan dari hasil berburuh tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri adalah dari hasil pertanian yang meiputi komoditas pangan, hortikultura, perkebunan, ternak dan perikanan. Sedangkan pendapatan dari hasil berburuh tani dari luar kegiatan usahatani sendiri. Pendapatan dari luar usahatani adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha pertanian. Kelompok pendapatan ini secara garis besar dibagi lima sub sumber pendapatan, yaitu dari hasil perdagangan, menjual jasa (jasa transportasi, jasa kesehatan dan jasa alat pertanian) dan kegiatan industri dari kegiatan berburuh di antaranya adalah dari pertukangan, buruh industri dan buruh di luar pertanian lainnya (Sudana et al, 2001).

Sifat khusus dari masyarakat petani adalah hubungan dengan tanah dengan ciri spesifik produksi pertanian berakar pada keadaan khusus petani; usahatani keluarga merupakan satuan dasar pemilikan, produksi dan kehidupan sosial petani; kepentingan pokok pekerjaan dalam menentukan kedudukan sosial, peranan dan kepribadian petani dikenal baik oleh masyarakat bersangkutan; struktur sosial desa merupakan keadaan khusus bagi daerah tertentu dab waktu tertentu; masyarakat petani merupakan sebuah kesatuan sosial pra-industri yang memindahkan unsur-unsur spesifik struktur sosial-ekonomi dan kebudayaan lama ke dalam masyarakat kontemporer (Triyono, 2008).

Rendahnya penerapan teknologi budidaya tampak dari besarnya kesenjangan potensi produksi dari hasil penelitian dengan hasil di lapangan yang diperoleh oleh petani. Hal ini disebabkan karena pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi baru yang kurang dapat dipahami oleh petani secara utuh sehingga penerapan teknologinya sepotong-sepotong. Seperti penggunaan pupuk yang tidak tepat, bibit unggul dan cara pemeliharaan yang belum optimal diterapkan petani belum optimal karena lemahnya sosialisasi teknologi, sistem pembinaan serta lemahnya modal usaha petani itu sendiri. Selain itu juga karena cara budidaya petani yang menerapkan budidaya konvensional dan kurang inovatif seperti kecenderungan menggunakan input pupuk kimia yang terus menerus, tidak menggunakan pergiliran tanaman, kehilangan pasca panen yang masih tinggi 15-20% dan memakai air irigasi yang tidak efisien (Anonimb, 2008).

C. Pendapatan Petani Pedesaan

Sekitar 75% penduduk mempunyai mata pencaharian utama dalam sektor pertanian. Pendapatan, distribusi kekayaan dan status sosial sangat tergantung pada ukuran penguasaan tanah, yaitu banyaknya lahan yang dimiliki sebagaimana biasa ditemui dalam masyarakat tani. Penambahan pekerjaan menyebabkan banyak pekerjaan kasar menjadi tersedia di areal proyek, karena umumnya pekerjaan itu dikerjakan oleh buruh tani, peningkatan jam kerja memungkinkan perolehan tambahan upah yang bermanfaat bagi lapisan masyarakat miskin. Penyelidikan lebih lanjut tentang pendapatan usahatani menunjukan bahwa penggarap yang dengan keadaan produksinya menguntungkan adalah yang paling banyak diuntungkan, akibatnya perbedaan antara penggarap-penggarap individu telah bertambah besar. Selama usahatani digarap oleh petani-petani kecil dengan mengupah buruh-buruh tani, maka sebagian besar penduduk memperoleh manfaat dengan bertambahnya pendapatan (Nurasa, 2003).

Variabel ada atau tidaknya teman atau saudara di tempat tujuan dan peluang bekerja di luar sektor pertanian di pedesaan berpengaruh terhadap tingkat mobilitas penduduk untuk masing-masing desa. Hal ini menunjukkan adanya teman atau saudara di tempat tujuan dan peluang bekerja di luar sektor pertanian di pedesaan merupakan variabel-variabel yang ikut menentukan penduduk dalam memutuskan untuk melakukan mobilitas penduduk. Variabel tingkat pendidikan rumah tangga petani belum tampak pengaruhnya di semua desa kasus (Irawan, 2008).

Sumber penghasilan penduduk desa pada umumnya melalui sektor pertanian, yaitu perkebunan, tanaman pangan dan peternakan serta holtikultura. Kegiatan lain dapat berupa usaha sambilan yaitu mencari kayu, berdagang kecil-kecilan di rumah dan menjadi perangkat desa. Pertanian merupakan mata pencaharian pokok masyarakat karena keterbatasan modal, tingkat pendidikan, terbatasnya pengetahuan terhadap pemasaran pokok pertanian. Transportasi yang terbatas juga menyebabkan sulitnya petani untuk memasarkan produk mereka ke luar daerah (Syahza, 2008).

Keragaman sumber daya mempengaruhi struktur pendapatan rumah tangga pedesaan. Sumber pendapatan rumah tangga di suatu lokasi erat kaitannya dengan agroekosistem lokasi tersebut. Secara umum agroekosistem pedesaan dapat dibagi ke dalam dua klasifikasi yaitu lahan basah (sawah) dan lahan kering. Pendapatan rumah tangga pedesaan sangat bervariasi. Variasi itu tidak hanya disebebkan oleh faktor potensi daerah, tetapi juga karakteristik rumah tangga. Aksebilitas ke daerah perkotaan yang merupakan pusat kehiatan ekonomi seringkali merupakan faktor dominan terhadap variasi struktur pendapatan rumah tangga pedesaan. Secara garis besar ada dua sumber pendapatan rumah tangga pedesaan yaitu sektor pertanian dan non pertanian (Anonimd, 2009).

Pendapatan rumah tangga diperhitungan dari seluruh pendapatan yang diperoleh rumah tangga dari berbagai ragam sumber pendapatan, yang terinci pendapatan non pertanian dan sektor pertanian dalam waktu satu tahun. Pendapatan pertanian meliputi pendapatan dari usaha pangan dan tanaman keras, usaha ternak dan buruh tani. Sedangkan pendapatan non pertanian berasal dari pendapatan luar pertanian dan pendapatan lain (Sudana, 2002).

D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi

Tingkat konsumsi seseorang dipengaruhi oleh banyak hal yang berkaitan. Seseorang membelanjakan uang yang dimiliki sebelumnya dipengaruhi oleh banyak pertimbangan akibat adanya kelangkaan. Berikut ini dipaparkan penyebab perubahan tingkat pengeluaran atau konsumsi dalam rumah tangga, yaitu penyebab faktor ekonomi, penyebab faktor demografi dan penyebab faktor lain (Anonime, 2007).

Salah satu hal yang mencolok dan menjadi permasalahan utama di desa, terutama di sektor pendidikan adalah rendahnya minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan anak-anak di desa rata-rata hanya sebatas sekolah dasar. Beberapa hal dapat menjadi alasan mengapa para orang tua enggan menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, terutama alasan ekonomi. Masalah biaya pendidikan sang anak sebenarnya juga bukan menjadi masalah krusial, jika sang orang tua menggalakkan budaya menabung. Menurut kajian kalender musim sekama setahun, sebenarnya ada satu sampai dua bulan saja aktivitas masyarakat terhenti di desa tersebut. Artinya, selama 10 bulan lebih masyarakat dapat menggantungkan hidupnya dari sumber daya yang ada di desa tersebut, mulai dari sawah lebak, menjadi nelayan musiman hingga hail tanaman buah tropis. Dan dari kegiatan tersebut dapat disishkan sebagian sebagai biaya pendidikan sang anak. Namun, tetap saja hal ini menjadi sulit dilakukan ketika masyarakat yang budaya menabungnya juga rendah (Joomla, 2008).

Pembangunan di sektor pertanian khususnya pada tanaman pangan ini di Indonesia pada awalnya dengan melakukan pengenalan sistem demonstrasi massal (demas), bimbingan massal (bimas). Sistem ini hingga sekarang terus menerus disempurnakan melalui program penyuluhan pertanian dimana pada petani diajarkan dengan berbagai teknologi baru yang dihasilkan dari penelitian yang mendalam. Teknologi tersebut meliputi teknologi biologis (berupa bibit unggul), teknologi biokimia (berupa insektisida dan pestisida) dan teknologi mekanis (seperti pemakaian mesin penggosok beras dari traktor dan traktor mengolah lahan pertanian). Masyarakat pedesaan harus mengeluarkan biaya yang lebih besar agar dapat menyerap teknologi baru ini. Pengeluarannya berupa membeli bibit, pestisida dan alat-alat mesin. Masyarakat pedesaan yang umumnya bergerak di bidang pertanian menerima teknologi baru ini dengan harapan penerapannya akan menaikkan pendapatan mereka di sektor pertanian dan pendapatan masyarakat pedesaan

(Firman, 2002).

Dalam perekonomian rumah tangga pertanian, tabungan mempunyai peranan cukup strategis sehingga preferensi menabung menjadi bagian dari perilaku mereka. Tabungan sering digunakan sebagai peredam instabilitas pengeluaran, terutama di masa paceklik. Peran tabungan yang lain adalah sebagai cadangan modal untuk membiayai usahatani. Konteks ketahanan pangan, peran sebagai stabilisator konsumsi menunjukkan penggunaan tabungan menjadi salah satu pilihan strategi dalam menghadapi ancaman rawan pangan (Hardono, 2008).

Semakin bertambahnya pendapatan, maka hasrat mengkonsumsi rendah. Itu berarti pada sisi lain hasrat menabung rumah tangga semakin tinggi sejalan dengan kenaikan pendapatan. Tabungan rumah tangga pada dasarnya adalah bagian pendapatan rumah tangga yang tidak dibelanjakan untuk konsumsi. Karena umumnya telah disepakati ekonom, bahwa konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga, maka tabungan rumah tangga sebagai bagian pendapatan yang tidak dikonsumsikan ini pun terpengaruh oleh pendapatan rumah tangga (Sudana, 2002).

4