Tinjauan Pustaka Pengolahan Limbah Bandara
-
Upload
gunk-lanank -
Category
Documents
-
view
234 -
download
2
description
Transcript of Tinjauan Pustaka Pengolahan Limbah Bandara
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Air Limbah atau Air Buangan
Menurut Ehless dan Steel, air limbah atau air buangan adalah sisa air
dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mangganggu lingkungan hidup.
Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari
cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan,
perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman dan air
hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air
yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan
lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa,
namun volumenya besar, karena kurang lebih 80% dari air yang digunakan bagi
kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang
sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan kembali ke
sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh karena itu, air
buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik.
2.2. Sumber Air Limbah
Air limbah ini dapat berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes
water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk.
Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting, yaitu :
a. Tinja (faeces), berpotensi mengandung mikroba pathogen
b. Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen (N) dan Fosfor,
serta kemungkinan kecil mikro-organisme.
c. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan
kamar mandi. Grey water sering juga disebut dengan istilah
sullage.
Campuran faeces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan
campuran excreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black
water. Mikroba pathogen banyak terdapat pada excreta. Excreta ini
merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan.
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari
berbagai jenis industry akibat proses produksi. Zat-zat yang
terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku
yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain: nitrogen,
sulfide, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam
berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi
lingkungan menjadi lebih rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan
yang berasal dari daerah; perkantoran, perdagangan, hotel, restoran,
tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada
umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama
dengan jenis air limbah rumah tangga.
Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan-bahan
organik sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya, limbah
industri lebih sulit pengelolaannya karena mengandung pelarut mineral, logam
berat, dan zat-zat organic lain yang bersifat toksik.
Volume air limbah yang dihasilkan pada suatu masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Kebiasaan manusia.
Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah
yang dihasilkan.
b. Penggunaan system pembuangan kombinasi atau terpisah.
Pada sistem kombinasi, volume air limbah bervariasi dari 80-100
galon atau lebih per kapita, sedangkan pada sistem terpisah volume air
limbah mencapai rata-rata 25-50 galon per kapita.
2.3. Karakteristik Air Limbah
Karakteristik air limbah penting untuk diketahui, karena hal ini akan
menentukan pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup.
Secara garis besar dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Karakteristik fisik
Air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan bahan
padatnya mencapai 0,1% dalam bentuk suspensi padat (suspended
solid) yang volumenya bervariasi antara 100-500 mg/l. Apabila
volume suspensi padat kurang dari 100mg/l, air limbah disebut lemah,
sedangkan bila lebih dari 500mg/l disebut kuat.
Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti
larutan sabun, bekas cucian beras dan sayur, dan sebagainya.
2. Karakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia
anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat
organik berasal dari penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah
lainnya. Oleh sebab itu, pada umumnya bersifat basa pada waktu
masih baru, dan cenderung ke asam apabila sudah mulai membusuk.
Substansi organik dalam air buangan terdiri dari 2 golongan, yakni:
a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya; urea, protein,
atau asam amino.
b. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya: lemak,
sabun, atau karbohidrat.
3. Karakteristik bakteriologis
Bakteri dalam air limbah berfungsi untuk menyeimbangkan DO dan
BOD. Sedangkan bakteri pathogen banyak terdapat dari hasil buangan
dari peternakan, rumah sakit, laboratorium, sanatorium, buangan
rumah tangga khususnya dari kamar mandi/wc. Kandungan bakteri
pathogen serta organism golongan E. coli terdapat juga dalam air
limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak
berperan dalam proses pengolahan air limbah. Limbah industri tidak
banyak mengandung bakteri kecuali dari bahan produksinya memang
berhubungan dengan potensi adanya bakteri diantaranya industri
makanan/minuman, pengalengan ikan dan daging, abbatoir.
Beberapa mikroorganisme dalam air limbah, antara lain:
1. Kelompok protista : virus, bakteri, jamur, protozoa.
2. Kelompok tanaman dan bintang :algae, cacing.
2.4. Parameter Air Limbah
Berikut adalah parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air
limbah.
1. Kandungan zat padat (total solid, suspending solid, dissolved solid)
2. Kandungan zat organik
3. Kandungan zat anorganik (mis; P, Pb, Cd, Mg)
4. Kandungan gas (mis: O2, N, CO2)
5. Kandungan bakteri (mis: E.coli)
6. Kandungan pH
7. Suhu
Pengukuran kadar oksigen dalam air limbah
Berikut beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur kandungan
oksigen dalam air limbah.
1. Chemical oxygen demand (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat di
dekomposisi secara biologis maupun yang sulit di dekomposisi
secara biologis. Oksigen yang dikonsumsi setara jumlah dikromat
yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel.
2. Biochemical oxygen demand (BOD)
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
melakukan proses dekomposisi aerobik terhadap bahan organik
dari larutan, di bawah kondisi suhu tertentu (umumnya 20o) dan
waktu tertentu (umumnya 5 hari). Hasil pengukuran BOD dapat
dinyatakan dalam mg/l. Kebutuhan BOD bervariasi antara 100-300
mg/l. Apabila hasil pengukuran menunjukkan angka lebih dari
300mg/l, BOD dinyatakan kuat, sedangkan bila kurang dari
100mg/l disebut lemah.
3. Dissolved Oxygen (DO)
DO adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air dan
diukur dalam satuan milligram per liter. Oksigen terlarut ini
digunakan sebagai tanda derajat pengotoran limbah yang ada.
Semakin besar oksigen terlarut, maka menunjukkan derajat
pengotoran yang relative kecil.
4. Hardness (kesadahan)
Kesadahan adalah gambaran kation logam ekivalen yang terdapat
dalam air. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun
membentuk endapan maupun anion-anion yang terdapat di dalam
air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam.
5. Settleable solid
Adalah lumpur yang mengendap dengan sendirinya pada kondisi
yang tenang selama 1 jam secara gaya beratnya sendiri.
6. Total suspended solid
Adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada dalam air
limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran
berukuran 0,45 mikron. Suspended solid dapat dibagi menjadi zat
padat dan koloid. Selain suspended solid ada juga istilah dissolved
solid.
7. Mixed Liquor Suspended Solid (MLSS)
Adalah jumlah TSS yang berasal dari bak pengendap lumpur aktif
setelah dipanaskan pada suhu 103o-105o C.
8. Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
Adalah kandungan organic matter yang terdapat dalam MLSS
pada suhu 600oC, benda volatile menguap disebut MLVSS.
9. Turbidity (kekeruhan)
Adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebgai dasar untuk
mengukur keadaan air sungai, kekeruhan ini disebabkan oleh
adanya benda tercampur atau benda koloid dalam air.
2.5. Dampak Pembuangan Air Limbah
Air limbah yang tidak menjalani proses pengolahan yang benar tentunya
dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain:
1) Gangguan Kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan
penyakit bawaan air. Selain itu di dalam air limbah mungkin juga
terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya.
Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat
menjadi sarang vector penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan
lain-lain) .
2) Penurunan Kualitas Lingkungan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai
dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut.
Sebagai contoh, bahan organic yang terdapat dalam air limbah bila
dibuang langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan kadar
oksigen yang terlarut didalam sungai tersebut. Dengan demikian
menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen
akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya.
Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah,
sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar,
maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan
sesuai peruntukannya.
3) Gangguan Terhadap Keindahan
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu
kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh : air
limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan
perubahan warna pada badan air penerima. Walaupun pigmen tersebut
tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan, tetapi terjadi
gangguan keindahan terhadap badan air penerima tersebut. Kadang-
kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila
terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini
mencemari badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan
pada badan air tersebut.
4) Gangguan terhadap kerusakan benda
Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh
bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat
mempercepat proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi
(mis. Pipa saluran air limbah) dan bangunan air kotor lainnya. Dengan
cepat rusaknya air tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin
besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material.
Untuk menghindarkan terjadinya gangguan-gangguan diatas, air limbah
yang dialirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan
dalam Baku Mutu Air Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan
tersebut, maka perlu dilakukan pengolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke
lingkungan.
2.6. Pengelolaan Air Limbah
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani
pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah
yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Pengelolaan air limbah
dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan air
limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi
sedangkan pengolahan air dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah/ IPAL (Waste Water Treatment Plant / WWTP).
2.6.1. Tujuan Pengelolaan Limbah
Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain:
1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.
2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup didalam air.
3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit.
2.6.2. Syarat Sistem Pengelolaan Air Limbah
Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus
memenuhi persyaratan berikut:
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air
minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di
air di dalam penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang mengakibatkan
penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.
2.6.3. Metode Pengelolaan Air Limbah
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelolah air limbah,
diantaranya:
a. Pengenceran (disposal by dilution)
Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mengalami
pengenceran. Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami.
Namun, cara semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri
pathogen, larva dan telur cacing, serta bibit penyakit lain yang ada di
dalam air limbah itu.
Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan berikut
harus dipenuhi:
1. Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
2. Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang
dari 30-40 kali
3. Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus
mengalir (tidak boleh stagnan) agar tidak menimmbulkan bau.
b. Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk
pembuangan air limbah. Dibuat pada tanah yang berpasir agar air buangan
mudah meresap kedalam tanah. Bagian atas ditembok agar tidak tembus
air. Apabila ceespool sudah penuh (±60bulan), lumpur didalamnya dapat
dihisap keluar atau dari semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga
bila yang satu penuh, air akan mengalir ke cesspool berikutnya. Jarak
cesspool dengan sumur air bersih adalah 45 meter dan minimal 6 meter
dari pondasi rumah.
c. Sumur resapan (seepage pit)
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang
telah mengalami pengolahan dalam system lain, misalnya dari aqua privy
atau septic tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan
ke dalam tanah. Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang berpasir,
dengan diameter 1-2,5 meter dan kedalaman 2,5 meter. Lama pemakaian
dapat mencapai 6-10 tahun.
d. Septic tank
Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelolah
air limbah walau biayanya mahal, rumit, dan memerlukan tanah yang luas.
Septic tank memiliki 4 bagian, antara lain:
1. Ruang pembusukan
Dalam ruang ini, air kotor akan tertahan 13 hari dan akan
mengalami penguraian oleh bakteri pembusuk yang akan
menghasilkan gas, cairan, dan lumpur. Gas dan cairan akan masuk
kedalam dosing chamber melalui pipa. Lumpur akan masuk ke
ruang lumpur.
2. Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan lumpur. Apabila
ruang sudah penuh, lumpur dapat dipompa keluar.
3. Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat siphon McDonald yang berfumgsi
untuk mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang
resapan agar merata.
4. Bidang resapan
Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari dosing chamber dan
menyaring bakteri pathogen maupun bibit penyakit lain. Panjang
minimal bidang resapan ini 10meter dan dibuat pada tanah
berpasir.
e. System Riool (sewage)
System riool menampung semua air kotor dari rumah maupun perusahaan,
dan terkadang menampung kotoran dari lingkungan. Apabila dipakai untuk
menampung air hujan, sistem riool ini disebut combined system,
sedangkan jika bak penampung air hujannya dipisahkan maka disebut
separated system. Agar tidak merugikan kepentingan lain, air kotor
dialirkan ke ujung kota, misalnya ke daerah peternakan, pertanian, atau
perikanan darat. Air kotor itu masih memerlukan pengolahan.
Proses pengolahan yang dilakukan, antara lain:
1. Penyaringan (screening)
Penyaringan ditujukan untuk menangkap benda-benda yang
terapung diatas permukaan air.
2. Pengendapan (sedimentation)
Pada proses ini, air limbah dialirkan ke dalam bak besar (sand
trap) sehingga aliran menjadi lambat dan lumpur serta pasir
mengendap.
3. Proses biologis
Proses ini menggunakan mikroba untuk memusnahkan zat organic
di dalam limbah baik secara aerob maupun anaerob.
4. Disaring dengan saringan pasir (sand filter)
5. Desinfeksi
Desinfeksi dengan kaporit (10kg/1 juta air limbah) untuk
membunuh mikroba patogen.
6. Pengenceran
Terakhir, air limbah dibuang ke sungai, danau atau laut sehingga
mengalami pengenceran.
Semua proses pengolahan air limbah ini dilakukan dalan suatu instalasi
khusus yang dibangun diujung kota.
Cara Lain Pengelolaan Limbah
Pengolahan air limbah dapat juga dilakukan dengan cara:
1. Dilution (pengenceran)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah,kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin
bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia,
maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air
pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.
Di samping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya: bahaya
kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang
akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti
selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan
banjir.
2. Irrigation (irigasi)
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit
tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk
pengairan lading pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk
pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah
tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lain di mana
kandungan zat-zat organikdan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh
tanaman.
3. Self purification/oxidation ponds (kolam oksidasi)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari,
ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air
limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan
kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan lapisan kolam tidak perlu diberi
lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan di
daerah yang terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
Cara kerjanya antara lain sebagai berikut:
Empat unsur yang berperan dalam pembersihan alamiah ini adalah: sinar
matahari, ganggang, bakteridan oksigen. Ganggang dengan butir klorofilnya
dalam air limbah melakukan proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari,
sehingga tumbuh dengan subur. Pada proses sintesis untuk pembentukan
karbohidrat dari H2O dan CO2 oleh klorofil di bawah pengaruh sinar matahari
terbentuk O2. Kemudian oksigen ini digunakan oleh bakteri aerobik untuk
melakukan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam air buangan. Di
samping itu, terjadi pengendapan. Sebagai hasilnya BOD dari air limbah tersebut
akan berkurang, sehingga relatif aman apabila akan dibuang ke dalam badan-
badan air (kali, danau, dan sebagainya).
1. Pengolahan air limbah secara primer dan sekunder
Pengolahan secara primer terdiri atas:
a. Screen (saringan). Kotoran yang besar disaring.
b. Grit Chamber. Detritus berupa lapisan air, kerikil dan pasir, aliran
air diperhambat dengan grit channel.
c. Primary sedimentation tank. Endapan crude sludge dialirkan ke
sludge digestion tank dan menghasilkan gas metana.
d. Cairan yang tertinggal dialirkan sebagai primary effluent ke
pengolahan sekunder.
Pengolahan sekunder terdiri dari;
a. Cairan yang bersal dari primary treatment dialirkan ke bak
biological treatment kemudian dialirkan ke tangki pengendapan
terakhir (final sedimentation tank). Dari total volume endapan
lumpur aktif (activated sludge) yang dihasilkan, 25%-nya akan
digunakan kembali sehingga dimasukkan lagi kedalam tangki
aerasi, sedangkan yang 75%-nya akan dibuang ke laut,
ditimbun di rawa-rawa, atau dijadikan pupuk.
b. Air yang tertinggal cukup jernih sehingga dapat langsung
disalurkan ke badan-badan air setelah mengalami proses
klorinasi.
c. Crudge sludge dialirkan ke sludge digestion tank untuk diubah
menjadi gas metana yang akan digunakan untuk menghasilkan
tenaga listrik.
d. Endapan lumpur dalam sludge digestion tank dikeringkan
dengan alat pengering lumpur.
2.7. Purifikasi Air Limbah
Tujuan purifikasi air limbah, antara lain;
1. Untuk menstabilkan bahan-bahan organik melalui proses stabilisasi.
Materi organik akan diurai oleh bakteri menjadi bahan-bahan sederhana
yang tidak akan didekomposisi.
2. Untuk menghasilkan effluent yang bebas dari keadaan patogen.
3. Air dapat digunakan tanpa menimbulkan risiko gangguan kesehatan.
Dekomposisi materi organik di dalam air limbah terjadi melalui proses aerob dan
anaerob, seperti berikut.
a. Proses aerob
Proses aerob merupakan proses paling efisien untuk menurunkan
kandungan materi organik di dalam air limbah. Proses ini memerlukan
pasokan oksigen terlarut yang kontinu. Bahan-bahan organik dipecah
menjadi bahan yang lebih sederhana, seperti CO2, air, ammonia, nitrit,
nitrat, dan sulfat melalui kerja bakteri, jamur dan protozoa.
b. Proses anaerob
Proses ini sangat efektif untuk air limbah yang mengandung banyak benda
padat. Reaksi dekomposisi anaerob berlangsung lebih lambat dan sangat
kompleks. Produk akhir dari dekomposisi tersebut adalah metana,
ammonia, CO2, dan H2.
Dalam melakukan purifikasi air limbah, terdapat 3 cara berikut yang dapat dipilih.
a. Modern sewage treatment,terdiri dari:
1. Pengolahan primer, yang meliputi screening, grit chamber, dan
primary sedimentation.
2. Pengolahan sekunder, yang meliputi biological treatment,
secondary sedimentation dan klorinasi.
b. Traditional sewage treatment (oxidation pond)
c. Land treatment atau sewage farming. Metode ini memanfaatkan
sebidang tanah yang dikelilingi parit berisi air limbah yang mengalir
secara intermiten. Tanah tersebut ditanami tumbuhan semacam
kentang dan pohon buah-buahan.
2.8. Air Limbah Rumah Tangga
Air limbah rumah tangga (sullage) adalah air limbah yang tidak
mengandung ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan kamar mandi,
dapur, air cuci pakaian dan lain-lain yang mungkin dapat mengandung
mikroorganisme patogen.
Volume air limbah rumah tangga bergantung pada volume pemakaian air
penduduk setempat. Penggunaan air untuk keperluan sehari-hari mungkin kurang
dari 10 liter per orang di daerah yang sumber airnya berasal dari kran umum,
sedangkan di daerah yang sumber airnya berasal dari sumur pompa atau
sambungan rumah sendiri, penggunaan air dapat mencapai 200liter per orang.
Implikasi dan dampak kesehatan akibat pembuangan air limbah rumah
tangga bergantung pada;
1. Teknologi yang dimanfaatkan
2. Volume air limbah
3. Iklim setempat
4. Jenis tanah
5. Kondisi air tanah
Ada 5 cara pembuangan air limbah rumah tangga, yaitu:
1. Pembuangan umum, yaitu melalui tempat penampungan air limbah
yang terletak dihalaman.
2. Digunakan untuk menyiram tanaman kebun.
3. Dibuang ke lapangan peresapan.
4. Dialirkan ke saluran terbuka.
5. Dialirkan saluran tertutup atau selokan.
Setiap cara tersebut memiliki implikasi kesehatan yang berbeda-beda.
Pembuangan melalui tempat-tempat penampungan air limbah di halaman akan
memberikan tempat bagi perkembangbiakan serangga seperti Culex pipiens selain
menghasilkan lumpur dan kondisi yang tidak saniter karena dekat dengan sumur
air bersih. Halaman ini juga sering dijadikan arena bermain anak-anak, bahkan
tidak jarang digunakan untuk tempat buang air besar yang memungkinkan telur
cacing untuk tidak cepat matang sehingga potensi untuk menularkan penyakit
tetap besar.
Air limbah yang mengandung mikroorganisme patogen dan berasal dari
pembersihan kamar mandi mungkin dapat menginfeksi anak-anak yang sedang
bermain di halaman. Di daerah yang volume air limbah dan angka kepadatan
rumahnya masih rendah, pembuangan air limbah di luar rumah dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia. Jika kondisi tanah kurang dapat
ditembus air, sementara penggunaan air atau kepadatan rumah tinggi, metode
pembuangan air limbah yang memenuhi syarat mutlak dipenuhi.
Penggunaan air limbah dengan cara dimanfaatkan untuk penyiraman
sayur-sayuran di kebun dekat rumah memberikan dampak negatif yang lebih kecil
terhadap kesehatan. Namun, pemanfaatan tersebut jangan sampai membentuk
genangan air karena dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
2.9. Limbah Industri
Limbah industri (industrial waste) yang berbentuk cair dapat berasal dari
pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya. Selain
itu limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga
di dalam proses pengolahannya, air harus dibuang. Jenis-jenis industry yang
menghasilkan limbah cair antara lain, industri pulp dan rayon, pengolahan cramb
rubber, minyak kelapa sawit, baja dan besi, minyak goring, kertas, tekstil, kaustik
soda, elektor plating, plywood, tepung tapioka, pengalengan, pencelupan dan
pewarna, daging dan lain-lain.
Limbah cair industri mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya yang dikenal dengan sebutan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).
Menurut Undang-undang RI No. 23 / 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain. Bahan ini dirumuskan sebagai bahan yang dalam jumlah
relative sedikit tetapi mempunyai potensi untuk mencemarkan dan merusak
kehidupan dan sumber daya. Apabila ditinjau secara kimia, bahan-bahan tersebut
mengandung 60.000 jenis bahan kimia dari 5 juta jenis bahan kimia yang sudah
dikenal.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah ini bergantung pada
jenis dan karakteristiknya, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang. Mengingat sifat, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan limbah di
masa sekarang maupun di masa akan datang, diperlukan langkah-langkah
pencegahan, penanggulangan, dan pengelolaannya secara efektif.
Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut
maupun yang mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan halus. Kerapkali air dari
pabrik berwarna keruh dan temperaturnya tinggi,
Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai
sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan ciri yang dapat
diidentifikasi secara visual maupun melalui pemeriksaan laboratorium.
Identifikasi secara visual dapat diketahui melalui: kekeruhan, warna air, rasa, bau
yang ditimbulkan, dan indikasi lain. Sementara itu, identifikasi secara
laboratorium ditandai dengan terjadinya perubahan sifat kimia air karena air telah
mengandung bahan kimia beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang
melebihi batas yang dianjurkan.
Jumlah limbah yang dikeluarkan masing-masing industri bergantung pada
banyaknya produksi yang dihasilkan serta jenis produknya. Sebagai gambaran,
industri pulp dan rayon menghasilkan limbah air sebanyak 30 m3 setiap ton pulp
yang diproduksi. Contoh lainnya, industri ikan dan makanan laut menghasilkan
limbah air berkisar antara 79-500 m3 per hari, sedangkan industri pengolahan
crumb rubber menghasilkan antara 100-1000 m3 limbah air per hari.
2.9.1. Sifat-Sifat Limbah Cair Industri
Berdasarkan persenyawaan yang ditemukan dalam air buangan industri,
sifat limbah cair tersebut dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik fisika,
kimia, dan biologinya. Pengamatan mengenai karakteristik ini penting untuk
menetapkan jenis parameter pencemar yang terdapat di dalamnya. Sifat kimia dan
fisika masing-masing parameter dapat menunjukkan akibat yang akan ditimbulkan
terhadap lingkungan.
Berikut karakteristik yang dimiliki limbah cair industri.
1. Karakteristik fisik
Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam limbah cair industry,
antara lain:
a. Padatan
Berasal dari bahan organik maupun anorganik, baik yang larut,
mengendap maupun berbentuk suspense. Pengendapan di bagian
dasarair akan mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada badan
dasar penerima, selain menyebabkan tumbuhnya tanaman tertentu,
seperti eceng gondok, juga berbahaya bagi makhluk hidup lain
dalam air. Banyaknya padatan menunjukkan banyaknya lumpur
yang terkandung dalam air limbah.
b. Kekeruhan
Kekeruhan menunjukkan sifat atis optis air yang menyebabkan
pembiasan cahaya ke dalam air. Kekeruhan akan membatasi
pencahayaan ke dalam air. Sifat ini terjadi karena adanya bahan
yang terapung maupun yang terurai seperti bahan organik, jasad
renik, lumpur, tanah liat, dan benda lain yang melayag maupun
terapung. Nilai kekeruhan air dikonversikan ke dalam ukuran SiO2
dalam satuan mg/1. Semakin keruh air, semakin tinggi daya hantar
listrik dan makin tinggi pula kepadatannya.
c. Bau
Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang
menguraikan zat organik untuk menghasilkan gas tertentu. Bau
juga timbul karena reaksi kimia yang menimbulkan gas. Kuat
lemahnya bau yang di timbulkan bergantung pada jenis dan
banyaknya gas yang dihasilkan.
d. Temperatur
Temperatur air limbah akan memengaruhi badan penerima apabila
terdapat perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur juga dapat
memengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam
air. Perubaha suhu memperlihatkan aktivitas kimia dan biologis
pada benda padat dan gas dalam air. Pada suhu yang tinggi terjadi
pembusukan dan penambahan tingkatan oksidasi zat organik.
e. Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik merupakan kemampuan air untuk mengalirkan
arus listrik, yang tercermin dari kadar padatan total dalam air dan
suhu pada saat pengukuran. Konduktivitas limbah cair dalam
mengalirkan arus listrik bergantung pada mobilitas ion dan kadar
yang terlarut di dalam limbah tersebut (senyawa anorganik >
konduktor senyawa organik).
f. Warna
Warna timbul akibat terdapatnya suatu bahan terlarut atau
tersuspensi dalam air, selain bahan pewarna tertentu yang
mengandung logam berat.
2. Karakteristik Kimia
Bahan kimia yang terdapat dalam air akan menentukan sifat air baik dalam
tingkat keracunan maupun bahaya yang di timbulkannya. Secara umum sifat air di
pengaruhi oleh banhan kimia organik dan anorganik.
a. Bahan kimia organik
1. Karbohidrat dan perotein
2. Minyak dan lemak
3. Pestisida
4. Fenol
5. Zat warna dan surfaktan
b. Bahan kimia anorganik
1. Klorida
2. fosfor
3. logam berat dan beracun
4. nitrogen
5. sulfur
c. Karakteristik biologi
1. Virus
2.9.2. Pengolahan Limbah Cair Industri
Pengolahan limbah cair industri dapat dibagi menjadi dua, pengolahan
menurut tingkat perlakuan dan pengolahan menurut karakteristiknya.
1. Pengolahan berdasarkan tingkat perlakuan
Menurut tingkatan prosesnya, pengolahan limbah dapat
digolongkan menjadi 5 tingkatan. Namun, tidak berarti bahwa semua
tingkatan harus dilalui karena pilihan tingkatan proses tetap
bergantung pada kondisi limbah yang diketahui dari hasil pemeriksaan
laboratorium. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter dalam limbah,
dapat ditetapkan jenis peralatan yang dibutuhkan. Berikut beberapa
tahapan pengolahan air limbah.
a. Pra-pengolahan (pre-treatment)
Pada tahap ini, saringan kasar yang tidak mudah berkarat dan
berukuran ± 30×30 cm untuk debit air 100 m2 per jam sudah cukup
baik. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, saringan dapat
dipasang secara seri sebanyak dua atau tiga saringan. Ukuran
messnya (besar lubang kawat tikus) dapat dibandingkan dengan
kawat kasa penghalang nyamuk. Saringan tersebut diperiksa setiap
hari untuk mengambil bahan yang terjaring. Contoh bahan-bahan
yang terjaring dapat berupa padatan terapung atau melayang yang
ikut bersama air. Bahan lainnya adalah lapisan minyak dan lemak
di atas permukaan air.
b. Pengolahan primer (primary treatment)
Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan halus
atau zat warna terlarut maupun tersuspensi yang tidak terjaring
pada penyaringan terdahulu.
Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan
bahan padatan melalui penambahan zat kimia. Reaksi yang terjadi
akan menyebabkan berat jenis bahan padatan menjadi lebih besar
daripada air. Tidak semua reaksi dapat berlaku untuk semua senyawa
kimia (terutama senyawa organik).
Pengolahan secara fisika dilakukan melalui pengendapan
maupun pengapungan yang ditujukan untuk bahan kasar yang
terkandung dalam air limbah. Penguapan dilakukan dengan
memasukkan udara ke dalam air dan menciptakan gelembung gas
sehingga partikel halus terbawa bersama gelembung ke permukaan air.
Sementara itu, pengendapan (tanpa penambahan bahan kimia)
dilakukan dengan memanfaatkan kolam berukuran tertentu untuk
mengendapkan partikel-partikel dari air yang mengalir di atasnya.
c. Pengolahan sekunder (secondary treatment)
Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk
menghilangkan bahan organik melalui proses oksidasi biokimia. Di
dalam proses biologis ini, banyak dipergunakan reactor lumpur
aktif dan trickling filter.
d. Pengolahan tersier (tertiary treatment)
Pengolahan tersier merupakan tahap pengolahan tingkat lanjut
yang ditujukan terutama untuk menghilangkan senyawa organik
maupun anorganik. Proses pada tingkat lanjut ini dilakukan melalui
proses fisik (filtrasi, destilasi, pengapungan, pembekuan, dan lain-
lain), proses kimia (absorbs karbon aktif, pengendapan kimia,
pertukaran ion, elektrokimia, oksidasi, dan reduks), dan proses
biologi (pembusukan oleh bakteri dan nitrifikasi alga).
2. Pengolahan berdasarkan karakteristik
Proses pengolahan berdasarkan karakteristik air limbah dapat dilakukan
secara:
a. Proses fisik, dapat dilakukan melalui:
1. Penghancuran
2. Perataan air (misalnya: mengubah system saluran dan membuat
kolam)
3. Penggumpalan (misalnya: menggunakan alumunium sulfat dan
ferrosulfat)
4. Sedimentasi
5. Pengapungan
6. Filtrasi
b. Proses kimia, dapat dilakukan melalui:
1.Pengendapan dengan bahan kimia
2.Pengolahan dengan logoon atau kolam
3. Netralisasi
4. Penggumpalan atau koagulasi
5. Sedimentasi (misalnya dengan discrete settling, floculant
settling, dan zone settling)
6. Oksidasi dan reduksi
7. Klorinasi
8. Penghilangan klor (biasanya menggunakan karbon aktif atau
natrium sulfat)
9. Pembuangan fenol
10. Pembuangan sulfur
d. Proses biologi, dapt dilakukan dengan:
1. Kolam oksidasi
2. Lumpur aktif (mixed liquid suspende solid / MLSS)
3. Trickling filter
4. Lagoon
5. Fakultatif
e. Proses fisika kimia biologi
f. Pengolahan tingkat lanjut
2.10 Limbah Rumah Sakit
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah domestic cair yakni
buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis
rumah sakit misalnya air bekas cuci luka, cuci darah, dll ; air bekas laboratorium
dan lainnya. Beberapa teknologi yang digunakan dalam pengolahan air limbah
rumah sakit yakni antara lain: proses lumpur aktif, reactor putar biologis, proses
pengolahan dengan biofilter “Up Flow”, serta proses pengolahan dengan system
“biofilter anaerob-aerob.
2.11 Limbah nuklir
Pengelolaan limbah radioaktif bertujuan untuk meminimalkan dosis
radiasi yang diterima penduduk <0,1 dosis radiasi maksimum yang
diperkenankan bagi karyawan di medan radiasi. Tahap-tahap yang dilakukan
untuk pengelolaan limbah radioaktif adalah: pengangkutan limbah, pra-
pengolahan, penyimpanan sementara dan penyimpanan akhir.