Tinjauan Pustaka Myelitis

10

Click here to load reader

description

mielitis

Transcript of Tinjauan Pustaka Myelitis

Page 1: Tinjauan Pustaka Myelitis

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

III. Etiologi dan Faktor Resiko 2

Para peneliti tidak dapat menemukan secara pasti etiologi mielitis transversa.

Inflamasi yang menyebabkan kerusakan yang luas pada serabut saraf medulla spinalis

dapat disebabkan oleh infeksi viral, reaksi auto imun yang abnormal atau menurunnya

aliran darah melalui pembuluh darah yang terletak pada medulla spinalis. Mielitis dapat

juga terjadi sebagai komplikasi dari syphilis, campak dan beberapa vaksinasi seperti

chicken pox dan rabies.

Mielitis transversa sering terjadi setelah infeksi virus. Agen infeksi perikaran

penyebab mielitis transversa termasuk varicella zooster, Epstein – Barr, influenza

echovirus dan rubella. Mielitis juga dihubungkan dengan beberapa infeksi bakteri pada

kulit, infeksi telinga tengah (otitis media) dan mycoplasma pneumonia.

IV. Patofisiologi

Peneliti belum dapat mengidentifikasi secara pasti mekanisme yang tepat

bagaimana terjadinya kerusakan medulla spinalis dalam kasus mielitis, rangsangan sistem

kekebalan sebagai respon terhadap infeksi menunjukkan bahwa reaksi kekebalan tubuh

mungkin memainkan peranan penting dalam kasus ini. Pada penyakit autoimun, sistem

kekebalan tubuh, yang biasanya melindungi tubuh dari organisme asing, keliru

Page 2: Tinjauan Pustaka Myelitis

menyerang jaringan tubuh sendiri,menyebabkan terjadinya inflamasi dan dalam beberapa

kasus, menyebabkan kerusakan myelin dalam medulla spinalis.

Pada beberapa kasus myelitis transversa diketahui terjadi akibat dari malformasi

arteriovenosa spinal (kelainan yang mengubah pola-pola normal aliran darah) atau

penyakit pembuluh darah seperti aterosklerosis yang menyebabkan iskemia, penurunan

tingkat normal oksigen dalam jaringan medulla spinalis. Iskemia dapat terjadi di dalam

medulla spinalis akibat penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah membawa

oksigen dan nutrisi ke jaringan saraf medulla spinalis dan membawa sisa metabolik.

Ketika arterivenosus menjadi menyempit atau diblokir, mereka tidak dapat memberikan

oksigen darah ke jaringan saraf medulla spinalisdalam jumlah yang cukup. Ketika

wilayah tertentu dari medulla spinalis kekurangan oksigen, atau iskemik, menyebabkan

terjadinya kerusakan pada sel saraf. Kerusakan ini dapat menyebabkan peradangan luas,

terkadang dapat menyebabkan myelitis transversa.

V. Manifestasi Klinis 3,5

1

Page 3: Tinjauan Pustaka Myelitis

Pada myelitis transversa terjadi disfungsi neurologi pada saraf motorik, sensorik

dan otonom serta traktus saraf di medula spinalis baik akut maupun subakut. Inflamasi di

dalam medula spinalis memutus jaras-jaras ini sehingga menyebabkan terbentuknya

gejala umum dari myelitis transversa. Kelemahan digambarkan sebagai paraparesis yang

berlangsung progresif cepat, dimulai dari kaki. Keterlibatan level sensorik dapat

ditemukan hampir pada semua kasus. Nyeri dapat timbul pada punggung, ekstremitas

atau perut. Parestesi merupakan tanda awal paling umum dari myelitis transversa. Sensasi

berkurang di bawah level keterlibatan medula spinalis pada sebagian besar pasien. Gejala

otonom yang terjadi dapat berupa inkontinensia urin dan alvi. Perburukan fungsi

neurologis pada kasus myelitis transversa cendrung bervariasi dan berlangsung secara

progresif, biasanya gejala timbul dan menetap selama 4-21 hari.

VI. Pemeriksaan Penunjang 6,7

MRI spinal

MRI merupakan pemeriksaan penunjang utama pada kasus myelitis. Gambaran hasil

MRI pada kasus myelitis berupa hiperintensitas yang menempati lebih dari 2/3 area

medula spinalis yang terkadang diikuti oleh pembesaran segmen medula spinalis.

Lumbal pungsi

Terjadi leukositosis dari hasil hitung jenis sel

Peningkatan level albumin

Peningkatan imunoglobulin

2

Page 4: Tinjauan Pustaka Myelitis

VII. Diagnosa Banding 3

Diagnosa banding myelitis transversa antara lain :

a. Penyakit tumor medula spinalis

Pada tumor medula spinalis keluhan yang terjadi berupa paraparesis secara

progresif lambat dan tidak bersamaan antara kiri dan kanan., dimana pada

pasien ini paresis dimulai pada kaki kanan menjalar ke kaki kiri, tetapi hal ini

dapat disingkirkan dengan pemeriksaan MRI, dimana hasilnya tidak

ditemukan tumor medulla spinalis.

b. Guillain Barre Syndrome

Sifat paraparesis pada penyakit ini bersifat ascenden, dimulai dari kaki

kemudian naik ke lutut lalu bisa sampai ketinggi dada. Tetapi hal ini

disingkirkan karena pasien sebelumnya tidak menderita ISPA maupun

operasi. Pemeriksaan MRI yang dilakukan menyingkirkan hal ini.

c. Trauma medula spinalis

d. VIII. Penatalaksanaan 1,7

Tujuan penatalaksanaan myelitis transversa adalah ...???. Penatalaksanaannya

meliputi :

a. Medikamentosa

Obat-obatan yang digunakan pada myelitis transversa antara lain :

- Kortikosteroid

Kortikosteroid berfungsi untuk menurunkan aktifitas sistem imun

karena mekanisme autoimun merupakan penyebab terjadinya penyakit

3

Page 5: Tinjauan Pustaka Myelitis

ini. Selain itu kortikosteroid juga memberikan efek anti-inflamasi

terhadap lesi di medulla spinalis. Deksametason injeksi intravena 5 mg

setiap 6 jam dengan loading doses 10 mg kemudian di tappering off

setiap 4 hari atau metil prednisolon intravena 1000 mg.

- Plasmapharesis

Plasmapharesis berperan sebagai penghambat makrofag dan

peningkatan sel darah putih, selain itu plasmapharesis dapat

menginaktivasi antibodi yang menyebabkan terjadinya penyakit auto

imun.

Stalevo (Levodopa) for treatment of Parkinson's disease

- Dopamin agonis seperti bromocriptine, pergolide, pramipexole,

ropinirole, bekerja merangsang reseptor doopamin pada postsynaps.

- Dopamin releaser seperti Amantadine

- Antikolinergik seperti thihehyphenydil yang bertujuan mengatasi

tremor pada pasien parkinson, namun tidak megatasi bradykinesis atau

rigiditas

- MAO-B inhibitor seperti selegiline, bekerja menghambat aktivitas

MAO-B oksidase, karena enzim ini bertanggung jawab terhadap

inaktivasi dopamin

- Rasagiline, yaitu generasi kedua MAO-B inhibitor

4

Page 6: Tinjauan Pustaka Myelitis

b. Pembedahan

Pembedahan dilakukan bila mulai muncul komplikasi yang besar akibat

penggunaan levodopa jangka panjang meskipun pengobatan dengan levodopa

pada dosis optimum tersebut telah memberikan efek. Pembedahan yang

dilakukan antara lain :

- Pemebdahan pada daerah lesi, seperti thalamotomy, paliodotomy,

subthalamothomy

- DBS (Deep Brain Stimulation)

- Thalamic Stimulation

- Pallidal Stimulation

- Subthalamic stimulation

- Neural Transplantation

IX. Prognosa 4

Meskipun pasien parkinson dengan pengobatan levodopa menunjukkan respon

yang baik namun harapan kesembuhannya sangat kecil, dikarenakan parkinson ini

banyak dialami oleh orang tua usia 50 tahunan atau 60 tahunan sehingga degenerasi sel

syaraf juga sangat progressif. Apalagi efek samping pengobatan dengan levodopa dan

infeksi tidak langsung yang ditimbulkan.

5

Page 7: Tinjauan Pustaka Myelitis

Daftar Pustaka

1. Harsono dr. 2005. Kapita Selekta Neurologi. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

2. Hausher RA, et al. 2007. Parkinson Dissease. Emedicine (online www.emedicine.com, diakses 30 Juni 2007)

3. Gilroy John. 2000. Basic Neurology. Third Edition. McGraw-Hill. New York

4. Victor M, Ropper AH. 2001. Adam’s and Victor Principles of Neurology. Seventh Edition. McGraw-Hill. New York

5. Sidharta Priguna. 1999. Neurologi Klins Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta

6. Anonim. 2005. The Life and Death of Neuron. National Institute of Neurological Dissorders and Stroke (online www.ninds.gov, diakses 10 Juli 2007)

7. Anonim. 2007. Parkinson’s Disease. Wikimedia (online http://en.wikipedia.org/wiki/Parkinson's_disease, diakses 30 September 2007)

6