Tinjauan Pustaka Lutfiah

download Tinjauan Pustaka Lutfiah

of 18

description

free

Transcript of Tinjauan Pustaka Lutfiah

Tumor Intrakranial Fossa PosteriorDaniel Edward Ricardo Malau

1. PendahuluanTumor intrakranial adalah suatulesi ekspansifyang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Tumor pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase)seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.1 Tumor intrakranial jinak dapat mematikan karena berkembang di dalam rongga tengkorak yang berdinding kaku. Astrositoma jinak bisa menginfiltrasi jaringan otak secara luas hingga mencegah untuk pengangkatan total, atau mengisi daerah neurologis yang kritis yang bahkan mencegah pengangkatan parsial sekalipun. Tumor intrakranial ganas berarti pertumbuhan yang cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis, nekrosis dan proliferasi vaskuler. Namun metastasis kedaerah ekstrakranial jarang terjadi.2Fossa posterior merupakan daerah di cranium bagian belakang yang berisi otak, dikelilingi tulang dan dibatasi oleh tentorium di atasnya. Daerah ini berisi batang otak, cerebellum dan ventrikel IV. Bila ada massa/SOL di daerah tersebut akan memberikan efek penekanan pada struktur-struktur yang terletak di daerah tersebut, dan dapat menimbulkan gangguan fungsi batang otak dan cerebellum, dan sering menyebabkan penyumbatan ventrikel IV yang mengakibatkan timbulnya hidrosefalus.1Walaupun banyak jenis tumor yang berbeda dapat tumbuh di fossa posterior dan menekan batang otak, cerebellum dan ventrikel IV, jenis tumor yang paling sering adalah medulloblastoma, astrositoma cerebellar (jarang berupa tumor glia cerebellar grade tinggi), glioma batang otak, atau ependimoma. Jenis tumor lain yang lebih jarang berupa papilloma plexus choroideus, tumor germ cells, dan lesi dermoid. 1,2

2. Anatomi Ruang intrakranial dibagi menjadi fossa anterior, tengah dan posterior dengan dua terakhir yang dipisahkan oleh tentorium (lapisan duramater yang menebal ). 5Ruang infratentorial berisi struktur otak yang meliputi cerebellum, batang otak dan saraf kranial. Struktur penting lainnya yang ada di fossa posterior adalah ventrikel keempat yang terhubung ke sistem ventrikel pada ruang supratentorial. Sistem ventrikel yang terlibat dalam produksi dan aliran cairan serebrospinal fluid (CSF) yang akhirnya meninggalkan keempat ventrikel, membasahi permukaan otak. 5

Gambar 1. Fossa Posterior (dikutip dari kepustakaan 6 )Fossa posterior terdiri dari terutama tulang oksipital, dengan kontribusi dari tulang sphenoid dan temporal. Bagian basal tulang oksipital dan basisphenoid membentuk bagian anterior fossa posterior. Dua daerah ini bergabung untuk membentuk clivus garis tengah.6Permukaan posterior tulang temporal dan aspek lateral tulang oksipital membentuk dinding lateral. Tulang oksipital juga bergabung dengan bagian mastoid dari tulang temporal untuk membentuk sutura occipitomastoid. Bagian petrosa tulang temporal dan tulang sphenoid sangat penting untuk mengidentifikasi struktur. Tentorium cerebelli memisahkan cerebellum dari hemisfer otak di atasnya, sedangkan tulang oksipital membentuk dinding lateral dan dasar tengkorak.6

Gambar 2.Struktur yang terdapat dalam fossa posterior. (dikutip dari kepustakaan 5)Fossa cranii posterior terletak di bawah dan berisi cerebellum, pons, dan medulla oblongata. Fossa ini dibatasi oleh margo superior pars petrosal dari os temporal, dan di posterior dibatasi oleh permukaan dalam pars skuamosa dari os occipital. Dasar fossa posterior dibentuk oleh pars basilaris, condylaris dan skuamosa dari os occipital dan pars mastoidea dari os temporal.Atap fossa dibentuk oleh tentorium cerebelli yang membatasi cerebellum dan lobus occipital dari hemisfer cerebri. Foramen magnum terletak di tengah dasar fossa dan dilalui oleh medulla oblongata dan meninges yang mengelilinginya, pars asendens dari n.XI, dan dua arteri vertebralis.Kanalis hipoglossus terletak di tepi anterolateral dari foramen magnum, dan dilalui oleh n.hipoglossus. foramen jugularis terletak di antara tepi bawah pars petrosal os temporal dan pars condylaris os occipital. Foramen tersebut dilalui oleh sinus petrosus inferior, nn. kranialis IX, X, dan XI, dan sinus sigmoid. Sinus petrosus inferior menurun pada sulkus di tepi bawah pars petrosus os temporal sebelum masuk ke foramen. Sinus sigmoid turun menembus foramen menuju vena jugularis interna.4,5,6

Gambar 1 . Fossa cranii posterior dan nn.kraniales.6Meatus akustikus internus menembus permukaan posterior pars petrosal os temporal, dan dilalui oleh n. vestibulocochlearis dan radix motoris dan sensoris n facialis. Krista occipitalis interna berjalan ke atas di midline di belakang foramen magnum menuju protuberansia occipitalis interna, dan dilekati oleh falx cerebelli di atas sinus occipitalis.Pada kedua sisi protuberansia occipitalis interna terdapat sulkus untuk sinus transversus. Sulkus ini berjalan melingkar ke samping pada permukaan dalam os occipital dan mencapai sudut posteroinferior dari os parietal. Sulkus ini kemudian berjalan melalui pars mastoid os temporal, dan di sini sinus transversus menjadi sinus sigmoid. Sinus petrosus superior berjalan di belakang sepanjang tepi atas os petrosus dan masuk ke sinus sigmoid. Sinus sigmoid kemudian menuruni foramen jugularis, dengan membentuk sulkus yang dalam di os petrosus dan para mastoid os temporal.6,7

Gambar 2. Batang otak terdiri dari midbrain/mesencephalon, pons, dan medulla oblongata.7Pons terletak di permukaan anterior cerebellum di bawah midbrain dan di atas medulla oblongata. Pons terdiri dari serabut-serabut saraf yang menghubungkan kedia hemisfer cerebelli. Pons juga berisi serabut asendens dan desendens yang menghubungkan forebrain, midbrain dan medulla spinalis. Sebagian sel saraf di pons berfungsi sebagai stasiun relai, dan sebagian yang lain membentuk nukleus nervi kraniales.Medulla oblongata berbentuk kerucut dan menghubungkan pons dengan medulla spinalis. Terdapat fissura media di permukaan anterior medulla, dan pada tiap sisi terdapat pyramis. Pyramis terdiri dari kumpulan serabut saraf yang berasal dari sel-sel saraf besar di girus presentral pada korteks cerebri. Pyramis mengecil di bawah, dan di sini sebagian besar serabut desendens menyilang ke sisi kontralateral, membentuk dekusasio piramidalis.4,5

Gambar 3. Batang otak tampak dari anterior.5Di sisi posterior pyramis terdapat olive, yang berupa penonjolan berbentuk oval yang dibentuk oleh nuclei olivares di bawahnya. Di belakang olive terdapat pedunkulus cerebelli inferior, yang menghubungkan medulla dengan cerebellum.Pada permukaan posterior pars inferior medulla oblongata terdapat tuberculum gracilis dan cuneatus, yang dibentuk oleh nucleus di bawahnya, nucleus gracilis yang terletak di medial dan nucleus cuneatus yang terletak di lateral.Cerebellum terletak di dalam fossa posterior di bawah tentorium cerebelli. Cerebelum terletak di posterior pons dan medulla oblongata, dan terdiri dari dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis di medial. Cerebellum terhubung dengan midbrain melalui pedunkulus cerebelli superior, dengan pons melalui pedunkulus cerebelli media, dan dengan medulla oblongata melalui pedunkulus cerebelli inferior.Korteks kedua hemisfer cerebelli terdiri dari substansia grisea. Korteks cerebelli berbentuk lipatan, atau folia, yang dipisahkan oleh fisura transversal yang rapat. Beberapa massa substansia grisea didapatkan di dalam cerebellum yang tertanam di substansia alba, yang terbesar disebut nucleus dentatus. Cerebellum berperan dalam mengontrol tonus otot dan koordinasi gerakan otot sisi ipsilateral.Di dalam hindbrain terdapat kavitas, yaitu ventrikel IV. Batasnya di anterior adala pons dan medulla oblongata, dan di posterior berupa vela medullaris superior dan inferior dan cerebellum. Ventrikel IV berhubungan dengan ventrikel III melalui aquaductus Sylvii, dan berlanjut di bawah dengan canalis centralis dari medulla spinalis. Ventrikel IV berhubungan dengan ruang subarakhnoid melalui foramen Luschka dan Magendi.4,5,63. Epidemiologi Insiden tumor intrakranial primer di negara-negara berpenghasilan tinggi adalah 1-2/10.000 pertahun. Insiden di Afrika tidak diketahui, tetapi beberapa studi menunjukkan tumor intrakranial mungkin jarang ada. Penyebab tumor otak tidak diketahui namun ada juga yang berhubungan dengan faktor genetik, paparan radiasi dan mungkin lingkungan. Tumor primer intrakranial diperkirakan mayoritas, 70-80% dari semua tumor intrakranial, dengan sisanya 20-30% adalah tumor metastasis untuk. Frekuensi tumor intrakranial meningkat dengan usia dan tumor metastasis yang paling umum dalam kelompok usia yang lebih tua. 7Tumor otak paling banyak ditemukan pada anak, 55-70 persen , muncul dalam fossa posterior, dibandingkan dengan tumor pada orang dewasa 15 sampai 20 persen.2

4. EtiologiPenyebab tumor pada fossa posterior hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu : a. HerediterRiwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakitSturge-Weberyang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis tumor tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada tumor.2

b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Jaringan embrional berkembang menjadi organ - organ yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari jaringan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak jaringan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.2c. RadiasiJaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.2d. VirusBanyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya tumor, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.2

e. Substansi-substansi KarsinogenikPenyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan. 2

5. Klasifikasi Tumor Fossa PosteriorTumor fossa posterior umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu tumor primitif neuroectodermal (PNETs) dan tumor glial. 5Primitive neuroectodermal tumoursGlial tumours

Medulloblastoma Cerebral neuroblastoma Pineoblastoma

Astrocytoma Ependymoma Brain stem glioma

Tabel 1. Klasifikasi tumor fossa posterior ( dikutip dari kepustakaan 5)

6. Gambaran Klinisa. Gejala UmumGejala umum ini hanya menunjukkan adanya proses peninggian tekanan intrakranial, tidak membantu menetukan lokasi tumor, walaupun beberapa gejala dapat memungkinkan pengarahan lokasi tumor tersebut. 8Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). 3Tumor pada lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan gejala umum.9

b. Gejala LokalGejala lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim, infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor (contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel. 8Tumor fossa posterior sering tumbuh dan memblok aliran cairan serebrospinal, menyebabkan hydrocephalus, sebuah peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrekranial menyebabkan nyeri kepala, mual, dan muntah. Fossa posterior adalah ruang kecil yang berisi struktur fungsional penting. Saat tumor mengisi ruangan ini, makan akan menekan struktur struktur tersebut, menyebabkan gejala yang lain termasuk gangguan dalam penglihatan dan pendengaran, kelemahan atau baal pada wajah dan masalah pada keseimbangan dan berjalan. 7. Gambaran Radiologia. AstrositomaPemeriksaan computed tomography imaging (CT scan) dan magnetic resonance imaging (MRI) di daerah kepala dengan dan tanpa kontras, sangat membantu dalam diagnosa, penentuan grading, dan evaluasi patofisiologi tumor ini. MRI dapat memberikan gambaran yang lebih baik dari pada CT scan. Pada pemeriksaan CT scan, gambaran low grade astrocytoma akan terlihat sebagai lesi dengan batas tidak jelas, homogen, hipodens tanpa penyangatan kontras. Kadang - kadang dapat ditemukan kalsifikasi, perubahan kistik dan sedikit penyangatan kontras.9Pada astrocytoma anaplastic akan terlihat massa yang tidak homogen, sebagian dengan gambaran lesi hipodens dan sebagian lagi hiperdens. Umumnya disertai dengan penyangatan contrast. Pada glioblastoma multiforme akan tampak gambaran yang tidak homogen, sebagian massa hipodens, sebagian hiperdens dan terdapat gambaran nekrosis sentral. Tampak penyangatan pada tepi lesi sehingga memberikan gambaran seperti cincin dengan dinding yang tidak teratur. Secara umum, astrositoma akan memberikan gambaran isointens pada T1 dan hiperintens pada T2. 9, 11, 12

Gambar 2. CT scan low grade astrocytoma, kiri tanpa kontras, kanan dengan kontras, tidak tampak penyangatan (dikutip dari kepustakaan 8)

b. MedulloblastomaMeduloblastoma adalah tumor fossa posterior yang sering dijumpai pada anak-anak. Biasanya timbul dari vermis tetapi dapat juga timbul di hemisfer cerebelli. Semua varian meduloblastoma adalah tumor ganas, pertumbuhannya cepat, dengan penekanan pada ventrikel IV dan penyebaran melalui aliran CSF. Pasien-pasien dengan meduloblastoma biasanya menampakkan gejala nyeri kepala, muntah, dan gait ataksik. Manifestasi obstruksi ventrikel IV berupa nyeri kepala, muntah, letargis, dan papiledema. Muntah karena meduloblastoma biasa terjadi saat bangun pagi. Terdapat gangguan koordinasi gerakan yang progresif, dengan kesulitan berdiri maupun berjalan, yang menunjukkan gangguan pada hemisfer cerebelli. Dapat timbul parese nn. kraniales, terutama pada n.VI dan VII.

Gambar 4. Meduloblastoma. Gambaran (A) potongan sagital pasca kontras dan (B) axial T2WI menunjukkan meduloblastoma fossa posterior tipikal. Keduanya menunjukkan sifat heterogenisitas tumor ini. Obstruksi aquaductus dan hidrosefalus obstruktif sekunder tampak pada gambar (A). Gambar (C) menunjukkan meduloblastoma noduler pada pasien anak-anak dengan gambaran buah anggur. Gambar (D) adalah foto intraoperatif pada reseksi meduloblastoma fossa posterior t adalah tumor residual di sekitar kavitas; f adalah dasar ventrikel IV yang tampak bebas dari tumor, tanda panah menunjukkan pelebaran ujung kaudal dari akuaduktus setelah dekompresi.10

Pembedahan pada meduloblastoma bertujuan untuk mengangkat tumor secara total. Karena tumor ini ganas, diperlukan terapi adjuvan. Sekitar 30-50% pasien anak-anak dengan meduloblastoma memerlukan pemasangan VP shunt permanen.Tumor ini biasanya menyebar melalui aliran CSF, sehingga diperlukan radioterapi kraniospinal untuk mencakup seluruh daerah ruang subarachnoid. Tumor ini juga merupakan tumor yang relatif kemosensitif, tetapi penelitian menunjukkan pemberian kemoterapi adjuvan tidak banyak memberi manfaat pada kasus-kasus yang sudah lanjut.Sebagian besar (94%) dari medulloblastoma timbul dalam cerebellum dan paling banyak berasal dari vermis (75%). Mereka cenderung menonjol ke ventrikel keempat dari atapnya, dan bahkan dapat tumbuh secara langsung ke dalam otak. Daerah lain jarang terjadi, lebih sering pada anak-anak. Medulloblastoma dewasa biasanya terletak lateral, di belahan serebelum, dengan hanya 28% dipusatkan di vermis tersebut. Hal ini juga perlu diingat bahwa ketika tumor ini ditemukan dalam kelompok umur atipikal (yaitu anak-anak lebih tua atau orang dewasa) maka penampilan dan lokasi akan atipikal juga.10c. EpendymomaEpendymoma berasal dari ependyma yang melapisi dinding ventrikel. Ependymoma ini hanya merupakan 5% dari seluruh glioma intrakranial. Tumor lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita, dengan perbandingan 3:2. puncak tertinggi terjadi pada umur 5 tahun dan 34 tahun. 30-40% merupakan supratentorial, terutama terjadi pada usia dewasa, 60-70% merupakan infratentorial (25% terjadi pada dewasa dan 75% terjadi pada anak-anak.Ependymoma ini dibedakan atas 2 type yaitu ependymoma typical intrakranial atau intraspinal (berasal dari ependymal yang melapisi sistim ventrikel atau sisa dari canalis sentralis dalam medula spinalis) dan ependymoma myxopapiler (terdapat pada conus medularis dan fillum terminale). 70% ependymoma intrakranial berasal dari dinding ventrikel IV, terutama dari bagian kaudal dan dari dinding resesus lateralis. Sebagian besar ependymoma intrakranial terutama menyerang anak-anak, ependymoma infratentorial tersering terjadi pada dekade pertama, sedangkan bagian terbesar dari ependymoma intraspinal terdapat pada dewasa. Tumor ini tumbuh lambat, dan hanya sedikit menginvasi jaringan sekitar. Pada intrakranial, tumor ini tumbuh cepat kedalam ventrikel sebagai masa eksofitik, tapi hanya tumbuh sedikit kedlam jaringan parenchim. Ependymoma di ventrikel III biasanya menimbulkan gejala bila sudah terjadi kompresi pada jaringan sekitar dan penyumbatan pada sistem ventrikel. Ependymoma pada ventrikel IV selain terjadi penyumbatan pada ventrikel IV dan aquaductus, tumor ini dapat menekan struktur serebelum misalnya vermis inferior. Tumor ini hampir selalu berbentuk soliter. Secara makroskopis sering terlihat berbatas tegas, bergranular, keabuan, jarang terjadi nekrosis dan perdarahan. Tumor di ventrikel III terlihat menonjol ke dalam ventrikel dan menekan strutur disekitarnya. Secara mikroskopis terlihat saluran dengan lumen sentral yang bundar atau elongasi disekelilingnya terdapat sel tumor columnar yang tersusun konsentris. Intinya terletak didasar. Dapat pula terbentuk perivaskular pseudorosettes, yang sering kali merupakan satu-satunya pegangan diagnosa ependymoma. Pada 15% kasus ditemukan adanya fokus kalsifikasi. Adanya gambaran kalsifikasi pada ventrikel IV merupakan diagnostik yang sangat mambantu. Tidak jarang ditemukan adanya bentuk glioma campuran. Bentuk ini disebut malignant ependymoma. Pada CT scan terlihat isodens atau relatif hipodens terhadap jaringan otak. Sering terlihat gambaran lusensi yang menunjukkan adanya kista atau nekrosis. 50% kasus mengalami kalsifikasi, edema disekitarnya kecil. Dengan kontras terlihat enhancemen yang iregular.12Mayoritas ependymoma intrakranial (60%) berada di fossa posterior (infratentorial), biasanya timbul dari lantai ventrikel keempat 5-7. Hal ini terutama berlaku pada anak-anak. Sisanya (40%) berada di supratentorial dan sampai setengah dari ini intraparenkim. 13d. Glioma Batang OtakGlioma batang otak dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi terbanyak (sekitar 75%) pada usia di bawah 20 tahun. Insidens terbanyak adalah pada usia 5-10 tahun, dan tidak ada perbedaan antar jenis kelamin.Tumor ini cenderung tidak menampakkan gejala pada awalnya, tetapi kemudian dalam perjalanan penyakitnya dapat menampakkan gejala kerusakan traktus panjang, gangguan nn.kraniales, dan ataksia. Gejala hidrosefalus dan peningkatan TIK terjadi pada kurang dari sepertiga pasien. Pada pemeriksaan fisik, yang paling sering terkena adalah n.VI dan VII, tetapi nn.kraniales yang lain dapat juga terkena tergantung dari lokasi tumor di batang otak. Gejala gangguan keseimbangan, nyeri kepala dan muntah juga tampak. Gejala lanjut dapat berupa disfasia dan gangguan bicara. Tumor batang otak juga dapat menampakkan gejala parese n.kranialis isolated atau tunggal, termasuk parese n.VI atau VII isolated, walaupun jarang terjadi.

Gambar 7. Gambaran MRI FLAIR axial pada wanita usia 17 tahun dengan glioma batang otak difus yang diambil sebelum (atas) dan sesudah (bawah) radioterapi, menunjukkan penyusutan volume tumor mencapai 86%, dengan durasi bebas progresi 317 hari.11Pasien-pasien dengan tumor ini biasanya datang dengan hidrosefalus, dan bisa timbul gejala disfungsi tectum, seperti paresis pandangan ke atas (upward gaze), refleks cahaya pada pupil menurun, retraksi kelopak mata, dan nistagmus konvergen atau retraksi (sindrom Parinaud). Pasien dengan gejala-gejala tersebut sering memiliki riwayat gangguan mata, perubahan perilaku, dan kesulitan belajar jauh sebelum diagnosis ditegakkan.Terapi pada tumor ini adalah pembedahan, dan bila dapat dilakukan reseksi tumor komplit maka terapi adjuvan mungkin tidak diperlukan. Tetapi pembedahan dapat mengakibatkan kecacatan atau sekuelae yang berat, dan masih dipertentangkan apakah outcome pasien lebih baik bila dilakukan operasi radikal atau dilakukan reseksi subtotal dilanjutkan dengan radioterapi. Pada banyak penelitian, 5-year survival rate pada reseksi radikal maupun reseksi subtotal dengan radioterapi hampir sama, berkisar antara 80-90%. Penggunaan kemoterapi sampai saat ini belum banyak bermanfaat.7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pasien dengan tumor intrakranial meliputi: 3,7,9,11a. Simptomatik AntikonvulsiMengontrol epilepsi merupakan bagian penting dari tatalaksana pasien dengan tumor otak. Edema serebriJika pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan gambaran radiologi memperlihatkan adanya edema serebri, maka dexametason dapat digunakan dengan keuntungan yang signifikan. Rasa tidak menyenangkan pada pasien akan dikurangi dan kadang-kadang juga berbahaya, gejala dan tanda status intrakranial ini akan lebih aman bila intervensi bedah saraf akan diambil. Steroid secara langsung dapat mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor. Dosis deksametason 12 mg intravena diikuti 4 mg. q.i.d. sering mengurangi perburukan klinis yang progresif dalam beberapa jam. Setelah beberapa hari pengobatan, dosis dikurangi bertahap untuk menekan risiko efek samping yang tidak diharapkan.b. Etiologik (pembedahan) Complete removalMeningioma dan tumor-tumor kelenjar tidak mempan dengan terapi medis, neuroma akustik dan beberapa metastase padat di berbagai regio otak dapat diangkat total. Terkadang, operasi berlangsung lama dan sulit jika tumor jinak tersebut relatif sulit dijangkau. Partial removalGlioma di lobus frontal, oksipital dan temporal dapat diangkat dengan operasi radical debulking. Terkadang tumor jinak tidak dapat diangkat secara keseluruhan karena posisi tumor atau psikis pasien.c. Radioterapi

Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-6000 rad tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif.12Efek radioterapi tergantung dosis total dan durasi pengobatan. Harus terdapat keseimbangan terhadap risiko pada struktur normal sekitar. Umumnya, makin cepat sel membelah, makin besar sensitivitasnya. Radioterapi terutama bernilai pada pengelolaan tumor ganas, seperti astrositoma maligna, metastasis, medulloblastoma, dan germinoma. Namun juga berperan penting pada beberapa tumor jinak, seperti adenoma pituitary dan kraniofaringioma. Karena beberapa tumor menyebar melalui jalur cairan serebrospinal seperti medulloblastoma, iradiasi seluruh aksis neural dapat menekan risiko terjadinya rekurensi dalam selang waktu singkat.4 d. KemoterapiJika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.4 Obat kemoterapeutik ideal adalah membunuh sel tumor secara selektif, namun respon sel tumor berkaitan langsung dengan dosis. Tidak dapat dihindarkan bahwa dosis tinggi menyebabkan toksisitas pada sum-sum tulang. Dalam praktek, dosis yang tidak adekuat dapat menimbulkan depresi sum-sum tulang seperti leukopenia.11

e. ImunoterapiImunoterapi dengan menggunakan teknik produksi antibodi monoklonal memberi harapan yang lebih baik dalam mengatasi tumor ganas, walau pengangkutan dan lokasinya masih merupakan masalah. Antibodi monoklonal berperan sebagai karier, yang membawa obat sitotoksik, toksin atau radionuklida langsung ke daerah tumor. Antibodi monoklonal dapat mengidentifikasi antigen yang terdapat pada sel tumor.128. Prognosis Tumor intrakranial tergantung pada jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun berkisar 50-60 % dan angka ketahanan hidup 10 tahun berkisar 30-40 %.12

19