Tinjauan Pustaka Lila Antropo Dsb
-
Upload
ai-kustiani -
Category
Documents
-
view
881 -
download
7
Transcript of Tinjauan Pustaka Lila Antropo Dsb
TINJAUAN PUSTAKA
Antropometri
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode.
Secara garis besar, penilaian status gizi dapat dilaksanakan secara langsung
maupun tidak langsung. Penilaian status gizi secara tidak langsung antara lain
dengan metode survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.
Penilaian status gizi secara langsung adalah dengan antropometri, pemeriksaan
fisik seperti gejala-gejala klinis, biokomia dan biofisik (Supariasa 2001).
Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menilai status gizi. Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh,
ditinjau dari sudut gizi maka antropometri ditinjau dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi
untuk berbagai ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein (Gibson
2005).
Antropometri merupakan ukuran dari berbagai dimensi fisik dan
komposisi tubuh manusia yang dibedakan menurut umur dan tingkat gizi (Jellife
and Jellife 1960). Secara garis besar antropometri dibagi menjadi tiga jenis
penilaian yaitu berdasarkan pengukuran unutk pertumbuhan, penilaian
berdasarkan pengukuran bagian tubuh bebas lemak (fat free mass) dan
penilaian berdasarkan pengukuran lemak tubuh (Gibson 1993).
Metode antropometri digunakan dalam pengukuran secara dimensi fisika
dan komposisi tubuh (WHO 1995). Pengukuran bervariasi mulai dari umur,
derajat kesehatan, dan biasanya dikhususkan penggunaannya untuk keadaan
tidak seimbang energi dan protein. Antropometri dalam beberapa kasus dapat
mendeteksi beberapa gejala malnutrisi, tetapi metodenya tidak dapat digunakan
untuk mengidentifikasi defisiensi zat gizi secara spesifik. Pengukuran
antropometri memiliki keuntungan dalam penyediaan informasi zat gizi masa lalu
yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan teknik yang lain. Pengukuran
antropometri dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan menggunakan alat yang
dapat dibawa kemana-mana dan terpercaya, menyediakan standar metodenya
dan kaibrasi alat (Gibson 2005).
Pengukuran metode antropometri semakin penting dalam pengukuran zat
gizi dan memiliki beberapa kelebihan. Akan tetapi pengukuran antropometri
relatif insensitif dan tidak dapat mendeteksi gangguan zat gizi dalam waktu yang
pendek. Selain itu, antropometri tidak dapat mendeteksi secara spesifik pada
defisiensi zat gizi sehinga tidak dapat digunakan untuk membedakan gangguan
pada pertumbuhan dan pada komposisi tubuh. Antropometri gizi dapat
digunakan untuk mengawasi perubahan pada pertumbuhan dan komposisi tubuh
individu dan dalam populasi. Beberapa keuntungan metode antropometri adalah
sebagai berikut.
1. Sederhana dan aman, dapat digunakan untuk pasein sendiri atau dalam
jumlah banyak
2. Peralatan yang digunakan tidak mahal
3. Orang yang belum ahli dapat melakukan pengukuran
4. Metode yang digunakan teliti dan akurat
5. Dapat mengevaluasi perubahan pada status gzi
6. Dapat melakukan screening test untuk individu yang berisiko tinggi
kekurangan atau kelebihan zat gizi (Gibson 2005).
Pengukuran antropometri dapat mengalami error atau kesalahan yang
mengganggu ketelitian, keakuratan dan validitas data yang dihasilkan. Terdapat
tiga sumber utama kesalahan yang signifikan yaitu kesalahan dalam melakukan
pengukuran, perubahan dalam komposisi dan properti fisik jaringan tertentu serta
penggunaan perkiraan yang tidak valid dalam derivasi komposisi tubuh dari
pengkuran antropometri (Heymsfield dan Caasper 1987).
Kesalahan dalam antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu kesalahan
pengukuran random dan sistematik yang keduanya dapat berefek pada
antropometri gizi. Kesalahan random memiliki keterbatasan ketelitian atau
cenderung memberikan nilai yang sama pada berbagai rentang. Kesalahan
sistematik berefek pada keakuratan dan kesulitan dalam melakukan pengukuran
seperti mengukur ketebalan skinfold. Sumber kesalahan utama dalam
pengukuran adalah sebagai berikut. Pengukuran panjang dapat terjadi kesalahan
penerapan metode pada berbagai umur, tutup kepala atau alas kaki ikut terukur,
kepala tidak dalam posisi tepat. Pengukuran tinggi dapat terjadi kesalahan
penerapan metode pada berbagai umur, tutup kepala atau alas kaki ikut terukur,
kepala tidak dalam posisi tepat, dan subjek tida lurus. Pengukuran berat dapat
terjadi kesalahan karena pengukuran dilakukan pada ruangan dingin, skala tidak
dikalibrasi ke nol, subjek memakai pakaian berat, atau subjek tidak berada daam
posisi yang tepat. Kesalahan dalam pengukuran lemak trisep dapat terjadi
karena salah tangan, kesalahan letak pengukuran, tangan tidak dilepas ketika
pengukuran, pengukur tidak nyaman untuk subjek (Gibson 2005).
Komposisi Tubuh
Tubuh terdiri dari dua bagian yang terpisah secara kimiawi yaitu: lemak
tubuh dan massa lemak tubuh bebas. Kemudian juga dikenal sebagai massa sel
tubuh yang terdiri dari otot, bukan otot, jaringan tanpa lemak, dan rangka. Teknik
antropometri secara tidak langsung dapat menilai lemak tubuh dan massa lemak
tubuh dan variasi jumlah serta proporsi yang dapat digunakan sebagai indeks
dari status penilaian gizi (Supariasa 2001).
Lemak tubuh berisi berbagai komponen yang bersifat variabel, yang
berbeda untuk setiap individu dari jenis kelamin, tinggi, dan berat tubuh. Secara
rata-rata, lemak tubuh wanita lebih tinggi dibandingkan pria, yaitu mewakili
26,9% dari total berat badan dibandingkan 14,7% lemak tubuh pria. Berikut ini
tabel data distribusi lemak tubuh pria dan wanita.
Tabel 5. Data distribusi dari lemak tubuh pria dan wanita dalam kg
Lokasi Lemak Pria WanitaLemak esensial (lipid pada sum-sum tulang, sistem saraf pusat, kelenjer susu, dan organ lainnya)Simpanan lemak
SubcutaneousIntermuscularIntramuscularLemak pada bagian thorac dan rongga perut
Total lemakBerat badanPersentase lemak
2.18.2 3.1 3.3 0.8
1.010.570.014.7
4.910.4
5.13.50.61.2
15.356.826.9
Sumber : Gibson, 2005
LILA (Lingkar Lengan Atas)
Lingkar lengan atas (LILA) memberi gambaran hasil kumpulan
komponen–komponen tulang, otot dan tebal lemak subkulis. LILA lebih
ditunjukkan untuk pemeriksaan cepat (rapid screening) dalam situasi darurat
yang ditempat itu tidak ada alat timbang yang praktis untuk lapangan sehingga
penimbangan sukar dilakukan. Ukuran LILA sebagai Indeks malnutrisi lebih peka
untuk kasus – kasus marasmus dari pada dengan cara berat badan (BB) yang
dibandingkan terhadap tinggi badan (TB) (Nyoman 2002).
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh keadaan cairan
tubuh dibandingkan berat badan. LILA biasanya dilakukan pada wanita usia 15 -
45 tahun. Pengukuran lingkar lengan kiri atas (LILA) juga merupakan salah satu
cara untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur
prasekolah dan mengetahui resiko kekurangan energi protein (KEP).
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi
dalam jangka pendek. Ambang batas LILA wanita usia subur dengan resiko
kekurangan energi kronis (KEK) di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran
LILA < 23,5 cm atau dibagian pita merah LILA, artinya wanita tersebut
mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir
rendah (BBLR). Hasil pengukuran LILA ada 2 kemungkinan yaitu: < 23,5 cm dan
≥ 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5 cm berarti beresiko KEK dan ≥ 23,5
cm berarti tidak beresiko KEK (Supatiasa 2001).
Pengukuran lingkar lengan atas harus fleksibel. Subjek harus berdiri tegak
dan di samping pengukur. Tangan berada dalam keadaan rileks dan kaki
terpisah. Jika subjek memakai baju, harus dilepas atau bagian tangannya
digulung ke atas. Pengukuran dilakukan di titik tengah lengan atas antara proses
acromion dan ujung olecranon (Gibson 2005).
Keuntungan penggunaan LILA adalah alatnya murah, bisa dibuat sendiri,
mudah dibawa, cepat penggunaannya, dan dapat digunakan oleh tenaga yang
tidak terdidik, sedangkan kerugiannya adalah disaat pengidentifikasian anak
dengan gangguan gizi/pertumbuhan yang berat, sukar menentukan pertengahan
LILA tanpa menekan jaringan. Sedangkan kelemahannya yaitu tidak dapat
memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas, sering mengalami
kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak dalam keadaan takut dan
tegang, serta memerlukan pembedaan golongan umur (Nyoman 2002).
IMT (Indeks Masa Tubuh)
Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio
antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m2) yang disebut Indeks Massa Tubuh
(IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan, dengan menggunakan IMT dapat diketahui apakah seseorang berat
badannya berada di bawah batas minimum (underweigh/kekurusan) atau berat
badannya berada di atas maksimum (overweigh/kegemukan). Batas ambang
IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas
ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah
20,1 - 25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7 - 23,8. Klasifikasi IMT menurut
WHO (1995) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi dan interprestasi IMT berdasarkan WHO (1995)
Klasifikasi IMT (WHO, 1995) Interprestasi< 16,00 Severe thinness16,00 -16,99 Moderate thinness17,00 - 18,49 Mild thinness18,50 - 24,99 Normal25,00 - 29,99 Grade 1 overweight30,00 - 39,99 Grade 2 overweight≥ 40,00 Grade 3 overweight
Indonesia menyesuaikan batas ambang IMT sesuai dengan pengalaman klinis
dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Batas IMT untuk Indonesia
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Klasifikasi dan interprestasi IMT berdasarkan Depkes (2003)
Klasifikasi IMT (Depkes, 2003) Interprestasi< 17,0 Kurus (kekurangan berat badan tingkat berat)17,0 – 18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)18,5 – 25,0 Normal25,1 – 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)> 27 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat)
IMT yang normal berkisar antara 18,5 - 24,99. Seorang dikatakan kurus
bila IMT nya < 18,5 dan gemuk bila IMT nya > 25. Jika IMT > 30, orang tersebut
menderita obesitas dan perlu diwaspadai karena biasanya orang tesebut juga
menderita penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi,
hiperkolesterol dan kelainan metabolisme lain yang memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut baik klinis atau laboratorium. IMT dapat digunakan untuk menilai
resiko kesehatan yang berhubungan dengan overweigh, dan digunakan juga
sebagai pedoman untuk terapi pengobatan kegemukan. Berat badan yang
kurang dan berlebihan akan menimbulkan resiko terhadap berbagai penyakit.
Kerugian berat badan kurang, berlebih dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Kerugian berat badan kurang dan berat badan berlebih
Berat Badan Kerugian
Kurang (kurus)
- Penampilan cendrung kurang baik- Mudah letih-Resiko sakit tinggi: penyakit infeksi, depresi, anemia, diare, wanita
kurus yang hamil mempunyai resiko (tinggi melahirkan bayi BBLR, kurang mampu bekerja keras).
Kelebihan (gemuk)
- Penamilan kurang menarik- Gerakan tidak gesit/lamban- Mempunyai resiko penyakit antara lain: Jantung dan pembuluh
darah, Kencing manis (diabetes melitus), tekanan darah tinggi, gangguan sendi/tulang, gangguan ginjal, gangguan kandungan empedu dan kanker.
- Pada wanita dapat mengakibatkan gangguan haid (haid tidak teratur, pendarahan yang tidak teratur) dan faktor penyakit persalinan.
Sumber : (Depkes RI 1994)
IMT menggunakan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan. Berat
badan dibagi tinggi badan merupakan salah satu indikator status gizi
Penggunaan indikator BB/TB sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan indikator BB/TB yaitu independen terhadap umur dan ras
dan dapat menilai status kurus dan gemuk dan keadaan marasmus atau KEP
berat lain. Sedangkan kelamahan indikator BB/TB yaitu kesalahan pada saat
pengukuran karena pakaian yang tidak dilepas/dikoreksi dan subjek bergerak
terus, serta terjadinya kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur,
terutama bila dilakukan oleh petugas non professional (Nyoman 2002).
Skinfold
Metode antopometri kebanyakan digunakan untuk mengukur komposisi
tubuh yang didasarkan pada model dimana komposisi tubuh yang terdiri dari dua
kompartemen kimia yang berbeda yaitu lemak dan masa lemak bebas. Teknik
antropometri dapat langsung mengukur lemak dan masa lemak bebas untuk
digunakan dalam menentukan status gizi (Gibson 2005).
Kandungan lemak tubuh adalah komponen yang paling bervariasi dalam
tubuh, tergantung pada jenis kelamin, tinggi dan berat badan. Rata-rata
kandungan lemak perempuan lebih besar daripada laki-laki. Lemak tubuh dibagi
ke dalam dua tipe utama yaitu lemak esesnsial dan lemak yang tersimpan.
Lemak esensial ditemukan dalam sumsum tulang, sistem saraf utama, mammary
glands, dan organ-organ lain yang dibutuhkan untuk fungsi fisiologi normal,
lemak ini menyumbang 9% berat badan pada perempuan dan 3% pada laki-laki.
Lemak tersimpan teridiri dari lemak inter dan intramuscular, lemak di sekitar
organ dan saluran gastrointestinal dan lemak subkutan. Proporsi lemak
tersimpan pada perempuan dan laki-laki relatif konstan rata-rata 12% dari berat
badan pada pria dan 15% pada perempuan (Gibson 2005).
Pengukuran ketebalan skinfold menyediakan estimasi ukuran lemak
subkutan yang dapat digunakan untuk memperkirakan lemak tubuh. Perkiraan ini
didasarkan pada dua asumsi yaitu pertama ketebalan jaringan subkutan adipose
mencerminkan proporsi konstan dari total lemak tubuh dan kedua adalah titik
skinfold ditentukan untuk pengukuran mempresentasikan rata-rata ketebalan
jaringan adipose subkutan. Pengukuran ketebalan skinfold adalah cara terbaik
untuk ketelitian ketebalan karena mengukur tekanan lipatan pada lemak dan
kulit. Subjek yang sedang diukur harus berdiri dengann seimbang agar berat
badan terdistribusi secara merata ke seluruh tubuh.
Beberapa tempat yang diuraikan di bawah ini adaah yang biasanya
digunakan dalam pengukuran skinfold.
- Skinfod trisep diukur pada tengah-tengah tangan atas bagian belakang
- Skinfold bisep diukur pada ketebalan lipatan vertical bagian depan tangan
atas
- Skinfold subskapular diukur pada posisi bawah dan secara lateral bahu.
- Skinfold suprailiak yang diukur pada garis tengah kepala
- Skonfold midaksiliary yang diukur pada garis midaksiliary secara
horizontal
Pengukuran skinfold trisep dilakukan pada titik tengah tangan atas antara
proses akromion dan ujung olekranon dengan tangan dalam keadaan relaks.
Untuk menentukan titik tengah, tangan kanan dibengkokkan pada siku tangan
dan bagian depan tangan diluruskan membentuk horizontal pada tubuh. maka
ujung proses akromion tulang belikat di tepi terluar bahu dan ujung proses
olekranon ulna terletak dan ditandai. Jarak antara dua titik diukur menggunakan
tape nonstretchable, dan titik tengah ditandai dengan sebuah pena atau pensil
lembut tak terhapuskan, langsung sesuai dengan titik proses siku dan akromion
(Gibson 2005).
Pengukuran skinfold memerlukan ketelitian. Baik pengukur satu maupun
dengan dua pengukur dapat terjadi eror atau kesalahan dalam mengukur
skinfold. Kesalahan yang terjadi pada pengukur satu dapat terjadi karena adanya
ketidaktepatan pada saat mengulang pengukuran pada subjek yang sama.
Kemungkinan kesalahannya kecil. Sedangkan kesalahan diantara pengukur
terjadi ketika adanya ketidaksamaan dalam menentukan titik pengukuran.
Kesalahan ini dapat terjadi dengan perbedaan yang cukup luas rentangnya
(Gibson 2005).
Pengukuran tebal lemak (Skinfold) dilakukan untuk menilai apakah massa
tubuh terdiri dari otot atau lemak. Tebal lipatan kulit diukur dengan menggunakan
alat yang disebut Skinfold caliper. Alat ini digunakan untuk membedakan antara
bagian lemak dan otot pada kulit tubuh, sehingga dari pengukuran ini dapat
dihitung densitas tubuh. Pengukuran lemak tubuh dilakukan di 4 bagian tubuh
yaitu biceps (daerah lengan bagian depan), triceps (daerah lengan bagian
belakang), subscapular (daerah bagian bawah bahu), dan suprailiac (daerah
pinggang bagian depan). Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan
subskapular merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit,
yang mencerminkan kecukupan energi. Jika dalam keadaan defisiensi, lipatan
kulit menipis dan sebaliknya menebal jika masukan energi berlebihan. Tebal
lipatan kulit dimanfaatkan untuk menilai terdapatnya keadaan gizi lebih,
khususnya pada kasus obesitas. Lemak tubuh dapat diukur secara absolut dan
dinyatakan dalam kilo gram (kg) atau secara relatif dinyatakan dalam bentuk
persen (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi
tergantung dari jenis kelamin dan umur. Umumnya lemak bawah kulit untuk pria
3,1 kg dan pada wanita 5,1 kg (Nyoman 2002). Berikut ini tabel yang
menunjukkan klasifikasi dan interpretasi lemak tubuh.
Tabel 6. Klasifikasi dan interpretasi lemak tubuh
KlasifikasiInterpretasi
Laki-laki Wanita< 5% < 8% Tidak sehat (terlalu rendah)
6 - 15% 9 - 23% Boleh diterima (lower end)16 - 24% 24 -
31%Boleh diterima (higher end)
> 24% > 31% Tidak sehat (terlalu tinggi) Sumber : Nyoman (2002)
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Depkes. 2003. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa Dan Indeks Masa Tubuh. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
FAO (Food And Agriculture Organization). 1994. Body Mass Index: A Measure Of Chronic Energy Deficiency In Adults. Rome: Food And Nutrition Papers No. 56.
Gibson R.S. 2005. Principles Nutritional Assessment. New Zealand: University Of Otago.
Gibson. 1993. Nutritional Assesment Laboratory Manual. London: Oxford University Press.
Heymsfield And Casper. 1987. Antropometric Assessment Of The Adult Hospitalized Patient. Journal Of Parental And Enteral Nutrition 11: 36S-41S.
Nyoman S et al. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Supariasa, I.D.N. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
WHO (World Health Organization). 1995. Physical Status: The Use And Interpretation Of Antropometry.. Geneva: Report Of A WHO Expert Committee Tehcnical Report Series No. 854. World Health Organization.