Tinjauan Pustaka Lapkas Rehab
-
Upload
febriyana-saleh -
Category
Documents
-
view
222 -
download
2
description
Transcript of Tinjauan Pustaka Lapkas Rehab
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Stroke menurut WHO didefiniskan sebagai tanda-tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.5
II.2. Epidemiologi
Stroke merupakan masalah kesehatan yang penting. Saat ini stroke menjadi
penyebab kematian ketiga dan mengakibatkan kecacatan (disability) dalam waktu
yang lama di Amerika. Sebanyak 750.000 kasus baru muncul setiap tahun dengan
angka kematian mencapai 250.000 diantaranya. Dari jumlah tersebut, pasien stroke
yang mengalami cacat permanen sekita 15-30%. Stroke juga bisa menjadi penyakit
dengan pengeluaran biaya terbanyak dalam perawatan. Walaupun terdapat 60%
penuruna kematian stroke selama periode antara tahun 1968-1996 ternyata angka
penurunan mengalami perlambatan pada tahun 1990 di beberapa negara bagian.
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena stroke dibandingkan
peprempuan, walaupun stroke sering terjadi pada orang tua, sekitar 25% dari
penderita stroke adalah orang dengan usia kurang dari 65 tahun.6
II.3. Klasifikasi
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik atau stroke perdarahan adalah perdarahan yang tidak
terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat menggenangi dan membunuh
sel-sel otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Stroke hemoragik
terbagi menjadi intracerebral hemorrhage (ICH), subarachnoid hemorrhage
(SAH)6. ICH penyebab utamanya adalah hipertensi, penyebab lainnya antara
lain trauma angioma cavernosa, alkoholisme, angiopati, dan terapi anti
koagulan.7
2. Stroke Non Hemoragik
Stroke ini terjadi oleh karena sirkulasi darah ke otak berkurang ataupun
terhenti secara tiba-tiba yang mengakibatkan adanya defisit neurologis.8
Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol
pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat di
sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Dapat berupa
iskemia, emboli, spasme ataupun trombus pembuluh darah otak.Umumnya
terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi
perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh
karena hipoksia jaringan otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebanyak
83% mengalami stroke jenis ini.6
Klasifikasi Oxford Community Stroke Project (OCSP, juga dikenal sebagai
Bamford atau Klasifikasi Oxford) membaginya berdasarkan gejala awal dan episode
stroke yaitu total anterior circulation infarct (TACI), partial anterior circulation
infarct (PACI), lacunar infarct (LACI), dan posterior circulation infarct (POCI). 6
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
penyakitnya, yaitu:
1. TIA (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologi sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan
gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologis Deficit)
Gangguan neurologi setempat yang akan hilang secara sempurna dalam
waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
3. Stroke in Evolution (Progressive Stroke)
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul
semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam
beberapa jam atau beberapa hari.
4. Stroke Komplit
Gangguan neurologi yang timbul bersifat menetap atau permanen. 6
II.4 Faktor Resiko
Studi epidemiologi telah melaporkan beberapa faktor resiko yang dapat
menimbulkan stroke. Faktor tersebut di klasifikasikan sebagai berikut9
FAKTOR RESIKO STROKE
Faktor biologik yang
tidak
dapat dimodifikasi
Faktor fisiologik yang
dapat dimodifikasi
Faktor gaya hidup
dan pola prilaku
Umur
Jenis kelamin
Ras
Herediter
Hipertensi
Diabetes
Dislipidemia
Penyakit jantung
Stenosis karotis
TIA
Homosisteinemia
Ateroma aorta
Merokok
Obesitas
Aktivitas fisik
Diet
Alkohol
Kontrasepsi oral
II.5. Gejala Klinik
Gejala neurologis yang timbul tergantung berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa: 6,8
- Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak
- Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan
hemisensorik)
- Perubahan mendadak status mental
- Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami
ucapan)
- Disartria
- Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia
- Ataksia
- Vertigo, mual dan muntah, nyeri kepala.
II.6. Diagnosis
Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan
pemeriksaan klinis yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
neurologis dan pemeriksaan radiologis.10
Perhatian utama rehabilitasi adalah evaluasi potensi perkembangan pasien
dengan rehabilitasi yang intensif. Tujuan dari rehabilitasi harus realistis dan fleksibel
sebab status neorologis dari pasien dan derajat kelainan biasanya berubah seiring
waktu. Hal terbaik didapatkan jika pasien dan keluarga berpartisipasi dalam
mencapai tujuan rehabilitasi. 11
II.7. Program Rehabilitasi bagi Penderita Stroke 4,6
1. Fase awal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi
yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum
memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan
adalah proper bed positioning, latihan luas gerak sendi, stimulasi elektrikal dan
begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah emosional.
2. Fase lanjutan
Tujuannya adalah unyuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan
aktifitas kegiatan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita
secara medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau
embolik, biasanya mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita
dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke.
Program pada fase ini meliputi :
a. Fisioterapi
- Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2
kebawah)
- Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot.
- Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantuatau aktif tergantung dari
kekuatan otot.
- Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.
- Latihan fasilitasi / redukasi otot
- Latihan mobilisasi.
b. Okupasi Terapi (aktifitas kehidupan sehari-hari/AKS)
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam AKS,
meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena belum
tentu baik. Dengan alat Bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan
satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian dapat dipermudah
dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan.
c. Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini
dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara:
- Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas, menelan,
meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
- Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan
mengucapkan kata-kata.
- Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi
mengucapkan kata-kata.
- Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.
d. Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam
membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan
antara lain: arm sling, hand sling, walker, wheel chair, knee back slap, short
leg brace, cock-up, ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot
orthotic (KAFO).
e. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui
serial fase psikologis, yaitu: fase shok, fase penolakan, fase penyesuaian dan
fase penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara
cepat, sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah
satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada
pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.
f. Sosial Medik dan Vokasional
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga,
keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan
hidup serta keadaan rumah penderita.