Tinjauan pustaka geri.doc

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Internsip Program Internsip Dokter Indonesia merupakan tahap pelatihan keprofesian pra‐registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer guna memahirkan kompetensi yang telah mereka capai setelah memperoleh kualifikasi sebagai dokter melalui pendidikan kedokteran dasar. Program Internsip Dokter Indonesia dilaksanakan di Sarana Pelayanan Kesehatan (Saryankes) yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan disyahkan oleh Komite Internsip Dokter Indonesia Pusat (KIDI Pusat) sebagai wahana Internsip. Selama menempuh Internsip Dokter Indonesia, peserta didampingi oleh Dokter Pendamping. Peserta Internsip hanya diijinkan melakukan praktik dokter di Wahana Internsip. Setelah menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia, para peserta Internsip Dokter Indonesia akan memperoleh Surat Tanda Selesai Internsip (STSI) yang dikeluarkan oleh KIDI Pusat. Untuk memudahkan terlaksananya Program Internsip Dokter Indonesia ini, terdapat 4 pedoman, yaitu: 1. Pedoman Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia 2. Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia 3. Pedoman Pendamping Peserta Internsip Dokter Indonesia. 4. Pedoman Wahana Internsip Dokter Indonesia 1

Transcript of Tinjauan pustaka geri.doc

Page 1: Tinjauan pustaka geri.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. InternsipProgram Internsip Dokter Indonesia merupakan tahap pelatihan

keprofesian pra‐registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer guna

memahirkan kompetensi yang telah mereka capai setelah memperoleh kualifikasi

sebagai dokter melalui pendidikan kedokteran dasar. Program Internsip Dokter

Indonesia dilaksanakan di Sarana Pelayanan Kesehatan (Saryankes) yang telah

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan disyahkan oleh Komite Internsip

Dokter Indonesia Pusat (KIDI Pusat) sebagai wahana  Internsip. Selama

menempuh Internsip Dokter Indonesia, peserta didampingi oleh Dokter

Pendamping. Peserta Internsip hanya diijinkan melakukan praktik dokter di

Wahana Internsip. Setelah   menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia,

para peserta Internsip Dokter Indonesia akan memperoleh Surat Tanda Selesai

Internsip (STSI) yang dikeluarkan oleh KIDI Pusat. Untuk memudahkan

terlaksananya Program Internsip Dokter Indonesia ini, terdapat 4 pedoman,

yaitu:  

1. Pedoman Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia

2. Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia

3. Pedoman Pendamping Peserta Internsip Dokter Indonesia.

4. Pedoman Wahana Internsip Dokter Indonesia

Prinsip Internsip Dokter adalah : 

a) Dokter mempraktikan standar pelayanan kedokteran (UKP dan UKM) yang

baik dengan menyadari keterbatasan kemampuannya dan memastikan

tidak menempatkan pasien/keluarga/masyarakat dalam keadaan bahaya. 

b) Dokter mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Kedokteran dan Kesehatan (IPTEKDOKKES) serta selalu meningkatkan

keterampilannya dalam UKP dan UKM. 

c) Dokter mampu membangun meningkatkan dan memelihara hubungan baik

dengan pasien/kolega/petugas kesehatan yang lain. 

1

Page 2: Tinjauan pustaka geri.doc

d) Dokter dapat bekerjasama secara efektif dengan sejawat dokter dan tenaga

kesehatan profesi dan tenaga kesehatan non profesi serta  tenaga pendukung/

penunjang kesehatan.  

e) Dokter mengembangkan kompetensi sebagai pendidik bagi sejawat, pasien

dan keluarga maupun masyarakat. 

f) Dokter jujur dan bertindak serta berperilaku berdasarkan kaidah ilmiah, etika

dan humanistik. 

g) Dokter memelihara kesehatan pribadinya sehingga tidak membahayakan

pasien, sejawatnya dan orang lain. 

II. PuskesmasPusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah satuan organisasi

fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,

terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran

serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan

masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan

kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang

optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI,

2006).

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menyeluruh adalah

pelayanan kesehatan yang meliputi promotif (peningkatan kesehatan), preventif

(pencegahan penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit) maupun rehabilitatif

(pemulihan kesehatan) dan ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis

kelamin (Depkes RI, 2006).

Pengertian ”terpadu” dan ”integrasi” menurut WHO bila dilihat dari aspek

fungsional, integrasi adalah suatu upaya untuk menyatukan berbagai fungsi dan

struktur administratif yang berdiri sendiri sedemikian rupa sehingga menjadi satu

kesatuan (Depkes RI, 2006).

Sedangkan bila dilihat dari aspek pengorganisasiannya, ”pelayanan

kesehatan integrasi” yaitu berbagai jenis upaya kesehatan yang ditujukan untuk

melindungi kesehatan masyarakat wilayah tertentu dilakukan satu administrasi

2

Page 3: Tinjauan pustaka geri.doc

dan satu pimpinan, atau dilakukan oleh berbagai instansi akan tetapi harus dengan

koordinasi yang baik (Depkes RI, 2006).

Pelayanan kesehatan integrasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas upaya kesehatan sehingga dapat melaksanakan kegiatan dengan baik

walaupun sumber dayanya terbatas (Depkes RI, 2006).

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2006, pelayanan kesehatan

melalui puskesmas diperlukan karena:

a. Demi pemerataan pelayanan kesehatan, agar dapat menjangkau seluruh

penduduk, maka pelayanan kesehatan diberikan tidak hanya melalui rumah

sakit yang membutuhkan sumber daya yang tinggi, tapi dapat diberikan

melalui fasilitas yang lebih sederhana, lebih murah tapi lebih tersebar luas

seperti puskesmas, puskesmas pembantu, bidan di desa, dan didukung dengan

sistem rujukan sehingga dapat menjangkau penduduk lebih banyak.

b. Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan hanya

ada pelayanan pengobatan jalan, BKIA, vaksinasi cacar dan petugas

kesehatan lingkungan, yang pada umumnya tidak berhubungan dan tidak

peduli keadaan yang satu dengan yang lainnya. Di samping itu pelayanan

kesehatan belum ditujukan kepada masyarakat secara keseluruhan. Keadaan

demikian dirasakan tidak efisien dan belum dapat mencapai sasaran yang

sebenarnya.

Visi dan Misi Puskesmas

Visi puskesmas adalah mampu melindungi kesehatan penduduk

wilayah kerjanya dan memacu peningkatan kemandirian masyarakat untuk

menolong dirinya dalam bidang kesehatan serta membudayakan hidup sehat dan

norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Depkes RI, 2006).

Sedangkan misi puskesmas adalah (Depkes RI, 2006) :

a. Menyelenggarakan upaya kesehatan esensial yang bermutu, merata,

terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dengan membina peran serta

masyarakat wilayah kerjanya.

b. Kerjasama lintas sektoral dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan

mengembangkan upaya kesehatan inovatif dan pemanfaatan teknologi tepat

guna.

3

Page 4: Tinjauan pustaka geri.doc

Kedudukan Puskesmas

Kedudukan Puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2006,

antara lain :

a. Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten:

1. Kedudukan dalam bidang administrasi

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II dan

bertanggung jawab langsung baik teknis maupun administratif kepada

Kepala Dinas Kesehatan Dati II.

2. Kedudukan dalam jenjang sistem rujukan pelayanan kesehatan:

Pada urutan tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan, puskesmas

berkedudukan pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan pertama.

b. Kedudukan dalam sistem kesehatan secara nasional

Puskesmas berkedudukan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan

nasional.

c. Kedudukan dalam sistem pembangunan nasional

Puskesmas berkedudukan sebagai salah satu unsur pembangunan dalam

bidang kesehatan yang terdepan dan yang pada dasarnya saling tergantung

satu dengan lainnya dengan unsur pembangunan sektor terkait di tingkat

kecamatan.

Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas bisa satu kecamatan atau sebagian dari wilayah

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan

keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menetukan

wilayah kerja puskesmas (Depkes RI, 2006).

Luas wilayah kerja yang masih efektif bagi sebuah puskesmas di daerah

pedesaan adalah suatu area dengan jari-jari 5 km, sedangkan luas wilayah kerja

yang dipandang optimal adalah area dengan jari-jari 3 km (Depkes RI, 2006).

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga

pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati/Walikota, mendengar

saran teknis dari Kepala Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya/Kepala Dinas

Kesehatan Dati II yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan Provinsi (Depkes RI, 2006).

4

Page 5: Tinjauan pustaka geri.doc

Lokasi wilayah kerja puskesmas bisa berada di:

a. daerah pedesaan

b. daerah perkotaan

c. daerah industri

d. daerah perbatasan

e. daerah masyarakat terasing

f. daerah transmigrasi/pemukiman baru

g. daerah gugus kepulauan

Variasi lingkungan lokasi wilayah kerja puskesmas perlu mendapatkan

perhatian dalam upaya menjangkau dan memenuhi kebutuhan penduduk wilayah

kerjanya. Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat masing-masing

lokasi yang spesifik, tentunya puskesmas pada lokasi tertentu mempunyai corak

tersendiri, baik jenis pelayanannya, maupun strategi untuk menjangkau

masyarakat seluas mungkin serta cara melindungi kesehatan masyarakat wilayah

kerjanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya (Depkes RI,

2006).

Fungsi Puskesmas

Puskesmas mempunyai fungsi pengembangan upaya kesehatan,

pembinaan peran serta masyarakat dan pelayanan kesehatan masyarakat sebagai

berikut :

a. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan pemerataan jangkauan

pelayanan kesehatan, puskesmas berfungsi menegakkan diagnosis masalah

masyarakat, mengadakan pengamatan secara terus menerus terhadap segala

perubahan yang terjadi yang mungkin membahayakan kesehatan masyarakat,

mengembangkan inovasi dan memanfaatkan teknologi tepat guna

penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat.

b. Sebagai pusat pembinaan peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam

rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

c. Puskesmas berfungsi mendidik, mendorong dan membantu masyarakat untuk

mandiri dalam bidang kesehatan, meningkatkan pengertian, kemauan dan

kemampuannya untuk hidup sehat.

5

Page 6: Tinjauan pustaka geri.doc

d. Sebagai pusat untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh,

terpadu dan bermutu kepada masyarakat dalam rangka memelihara dan

melindungi kesehatan masyarakat.

Kegiatan Pelayanan Puskesmas

Dalam pendekatan Primary Health Care telah ditetapkan minimal

melaksanakan delapan unsur pelayanan kesehatan pokok yaitu :

a. Penyuluhan kesehatan mengenai berbagai masalah kesehatan yang

dihadapi dan cara pencegahan serta pengendaliannya.

b. Peningkatan pengadaan makanan dan perbaikan gizi.

c. Penyediaan air bersih dan perbaikan kesehatan lingkungan.

d. Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.

e. Imunisasi terhadap berbagai penyakit menular yang utama.

f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemik setempat.

g. Pengobatan penyakit umum dan cedera.

h. Pengadaan obat essensial.

Di samping itu ada sepuluh pelayanan dasar (PKD) yang tersebut di bawah

ini merupakan pelayanan kesehatan yang pada saat ini dianggap efektif dan

efisien dan mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat

kesehatan masyarakat pada umumnya.

a. Imunisasi bayi lengkap.

b. Pemeriksaan ibu hamil berkala, termasuk pemberian imunisasi tetanus

toxoid, tablet besi, dan mendeteksi faktor resiko pada kehamilan,

konseling serta pertolongan persalinan yang aman.

c. Pencegahan, deteksi dan pengobatan penyakit Tuberkulosis.

d. Pencegahan, deteksi dan pengobatan penyakit malaria.

e. Deteksi dan pengobatan ISPA dan diare pada balita.

f. Pencegahan dan pengobatan defisiensi yodium, zat besi dan vitamin A.

g. Pencegahan, deteksi dan pengobatan penyakit demam berdarah.

h. Penyuluhan kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan kesehatan

lingkungan dan penyuluhan dalam rangka mencegah AIDS.

i. Keluarga Berencana.

j. Kesehatan usia sekolah serta pencegahan dan pengobatan penyakit cacing

pada anak sekolah.

6

Page 7: Tinjauan pustaka geri.doc

Berdasarkan komuniti diagnosis yang dilakukan oleh puskesmas,

pelayanan kesehatan dasar lainnya yang dikenal dengan delapan belas kegiatan

pokok puskesmas juga dapat dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

masyarakat wilayah kerjanya diseduaikan dengan fungsi puskesmas dan

kemampuan sumber daya yang tersedia. Penyelenggaraan delapan belas kegiatan

pokok yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Kesehatan Ibu dan Anak.

2. Keluarga Berencana

3. Perbaikan gzi

4. Kesehatan lingkungan

5. Surveilens, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan imunisasi

6. Penyuluhan kesehatan masyarakat

7. Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan

8. Kesehatan sekolah

9. Perawatan kesehatan masyarakat

10. Kesehatan gigi dan mulut

11. Kesehatan jiwa

12. Kesehatan mata

13. Kesehatan lanjut usia

14. Kesehatan olahraga

15. Pembinaan pengobatan tradisional

16. Kesehatan kerja

17. Laboratorium sederhana

18. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan

III. Akreditasi3.1 Pengertian

Accreditation is a process by which an institution or disciplinary unit

within an institution periodically evaluates its work and seeks an

independent judgment by peers that it achieves substantially its own

educational objectives and meets the established standards of the

body from which it seeks accreditation.

7

Page 8: Tinjauan pustaka geri.doc

Accreditation is a recognized method by which organizations can

achieve measurable improvements. Accreditation demonstrates

willingness to self-assess against national standards.

Usually a voluntary process by which a government or non-

government agency grants recognition to health care institutions

which meet certain standards that require continuous improvement in

structures, processes, and outcomes.

Menurut Pasal 40 ayat (3) UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit

yang diberikan oleh lembaga independen yang ditetapkan oleh

Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar

pelayanan rumah sakit yang berlaku. Akreditasi juga merupakan

penilaian yang dilakukan oleh lembaga independen pelaksana

akreditasi rumah sakit untuk mengukur pencapaian dan cara

penerapan standar pelayanan.

Jadi akreditasi merupakan suatu proses pengakuan yang

diberikan kepada rumah sakit dalam rangka peningkatan nilai mutu

dengan keberhasilan suatu rumah sakit dalam memenuhi standar

pelayanan rumah sakit.

IV. Puskesmas terakreditasi

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

pembangunan nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan

adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan

mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan

berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas

merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang ”Pusat Kesehatan

8

Page 9: Tinjauan pustaka geri.doc

Masyarakat”, merupakan landasan hukum dalam penyelenggaraan Puskesmas.

Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.

Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin

dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam

lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan sehat adalah: lingungan

sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta derajat

kesehatan penduduk kecamatan. Untuk mendukung kecamatan sehat salah satu

upaya yang dikembangkan saat ini adalah dengan adanya Desa Siaga, yang salah

satu indikatornya adalah ada Pos Kesehatan Desa sebagai Upaya Kesehatan

Berbasis Masyarakat (UKBM), dengan penggerakan masyarakat wilayah desa/

kelurahan, dan sebagai upaya pertolongan pertama pada penyakit (P3P) dan

pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).

Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu

dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan, maupun sumber

daya yang digunakan. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman

dan bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya

peningkatan mutu, manajemen risiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan

dalam pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang

komprehensif kepada masyarakat melalui upaya pemberdayaan masyarakat dan

swasta.

Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal

organisasi Puskesmas itu sendiri, yaitu dengan ”Penilaian Kinerja Puskesmas,”

yang mencakup manajemen sumber daya termasuk alat, obat, keuangan dan

tenaga, serta didukung dengan manajemen sistem pencatatan dan pelaporan,

disebut Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS).

9

Page 10: Tinjauan pustaka geri.doc

Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan

penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di

Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan

menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 39 ayat (1) juga

mewajibkan Puskesmas untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun

sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial

sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan

BPJS, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 tahun

2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional Pasal 6 ayat

(2).

Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan

mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem

manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan

program, serta penerapan manajemen risiko, dan bukan sekedar penilaian untuk

mendapatkan sertifikat akreditasi.

Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi Puskesmas adalah keselamatan

dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini

ditegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.

Selain itu, prinsip dan dasar yang ditetapkan dalam Sistem Kesehatan

Nasional 2009 yang menggarisbawahi soal hak asasi manusia dan responsif

gender, juga dipakai dalam standar akreditasi Puskesmas ini untuk menjamin

bahwa semua pasien mendapatkan pelayanan dan informasi yang sebaik-baiknya

sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien, tanpa memandang golongan sosial,

ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, ras, maupun suku.

V. Standard Operating Procedure (SOP)a. Pengertian

i. Pengertian Standard (Standar)

“Something used as a measure, norm, or model in comparative

evaluations” (Oxford Dictionary). Sesuatu yang digunakan sebagai

ukuran, norma, atau model dalam evaluasi komparatif.

ii. Pengertian Operating (Operasional)

10

Page 11: Tinjauan pustaka geri.doc

“Control the functioning of (a machine, process, or system)”

(Oxford Dictionary). Mengontrol fungsi (mesin, proses, atau

sistem).

iii. Pengertian Procedure (Prosedur)

“An established or official way of doing something” (Oxford

Dictionary). Cara yang tersusun atau resmi melakukan sesuatu

iv. Pengertian Standard Operational Procedure (SOP)

Menurut Tjipto Atmoko, Standar Operasional Prosedur merupakan

suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan

sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah

berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan

prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada

unit kerja yang bersangkutan.

b. Dasar Hukum SOP

i. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)

ii. Undang-Undang nomor 43 tahun 2009 tentang kearsipan

(lembaran Negara Repulik Indonesia tahun 2009 nomor 152 ,

tambahan lembaran Negara nomoor 5071)

iii. Permen PAN Nomor: PER/21/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman

Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi

Pemerintahan.

c. Tujuan dan Manfaat SOP

SOP (Standar Operasional Prosedur) merupakan dokumen yang berisi

langkah-langkah/sistematika kerja dalam sebuah organisasi. Dari

beberapa pengertian SOP menurut para ahli, tujuan utama dari penyusunan

SOP adalah untuk mempermudah setiap proses kerja dan meminimalisir

adanya kesalahan di dalam proses pengerjaannya. Adapun tujuan dari

penyusunan SOP diantaranya :

11

Page 12: Tinjauan pustaka geri.doc

Agar petugas atau pegawai menjaga konsisitensi dan tingkat

kinerja petugas atau pegawai atau tim dalam organisasi atau unit

kerja.

Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap–tiap posisi

dalam organisasi.

Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari

petugas atau pegawai terkait.

Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas atau pegawai

dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan, duplikasi

dan inefisiensi.

Memberikan keterangan tentang dokumen- dokumen yang

dibutuhkan dalam suatu proses kerja.

Manfaat yang didapat dengan pembuatan Standar Operasional

Prosedur ini diantaranya:

Efisiensi Waktu, karena semua proses menjadi lebih cepat ketika

pekerjaan itu sudah terstruktur secara sistematis dalam sebuah

dokumen tertulis. Semua kegiatan karyawan sudah tercantum

dalam SOP sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukan selama

masa kerja.

Memudahkan tahapan pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat sebagai konsumen dilihat dari sisi kesederhanaan alur

pelayanan.

Kesungguhan karyawan dalam memberikan pelayanan, terutama

terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang

berlaku. Ini merupakan standardisasi bagaimana seorang karyawan

menyelesaikan tugasnya.

Dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan

pelaksanaan suatu pekerjaan.

Dapat digunakan sebagai sarana acuan dalam melakukan penilaian

terhadap proses layanan. Jika karyawan bertindak tidak sesuai

dengan SOP berarti dia memiliki nilai kurang dalam melakukan

layanan.

12

Page 13: Tinjauan pustaka geri.doc

Dapat digunakan sebagai sarana mengendalikan dan mengantisipasi

apabila terdapat suatu perubahan sistem.

Dapat digunakan sebagai daftar yang digunakan secara berkala oleh

pengawas ketika diadakan audit. SOP yang valid akan mengurangi

beban kerja. Bersamaan dengan itu dapat juga meningkatkan

comparability, credibility dan defensibility.

Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung

pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan

pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari.

Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin

dilakukan oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.

d. Prinsip SOP

i. Prinsip Penyusunan SOP

Penyusunan SOP harus mengacu pada SOTK, TUPOKSI,

serta alur dokumen.

Prosedur kerja menjadi tanggung jawab semua anggota

organisasi.

Fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur, sehingga

perlu dikembangkandiagram alur dari kegiatan organisasi.

SOP didasarkan atas kebijakan yang berlaku.

SOP dikoordinasikan untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya kesalahan/penyimpangan.

SOP tidak terlalu rinci.

SOP dibuat sesederhana mungkin.

SOP tidak tumpang tindih, bertentangan atau duplikasi dengan

prosedur lain.

SOP ditinjau ulang secara periodik dan dikembangkan sesuai

kebutuhan.

ii. Prinsip Pelaksanaan SOP

Pelaksanaan SOP harus memenuhi prinsip sebagai berikut:

Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari

waktu ke waktu, oleh siapa pun dan dalam kondisi apa pun

13

Page 14: Tinjauan pustaka geri.doc

oleh seluruh pejabat dan pelaksana di lingkungan Inspektorat

Jenderal Departemen Agama.

Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan penuh tanggung

jawab dari seluruh jajaran organisasi, dari level yang paling

rendah sampai yang tertinggi.

Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka

terhadap segala penyempurnaan untuk memperoleh prosedur

yang benar-benar efisien dan efektif.

Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan.

Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh pegawai

berperan dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika ada

pegawai yang tidak melaksanakan perannya dengan baik,

maka akan mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya

juga berdampak pada proses penyelenggaraan pemerintahan.

Didokumentasikan dengan baik. Seluruh prosedur yang telah

distandarkan harus didokumentasikan dengan baik, sehingga

dapat selalu dijadikan referensi.

e. Bentuk SOP

SOP memiliki berbagai macam jenis/bentuk sesuai dengan sistem kerja

yangdijelaskannya. Bentuk-bentuk SOP itu sendiri dapat dibagi menjadi 4

jenis dengan bentuk yang berbeda:

i. Simple Steps

Simple steps berisi prosedur kerja yang sangat sederhana dan tidak

terlalu terperinci, biasanya SOP jenis ini digunakan hanya untuk

situasi kerja dengan sedikit operator. SOP jenisini tepat digunakan

untuk prosedur kerja dengan sedikit pengambilan keputusan, dna

kurang darisepuluh langkah. Contoh SOP jenis simple step:

14

Page 15: Tinjauan pustaka geri.doc

Gambar 1. Simple Steps

ii. Hierarchical steps

Hierarchical steps lebih terinci daripada jenis-jenis SOP simple

steps, dimana pada SOP initerdapat kalimat dan terdapat sub-

kalimat sehingga memudahkan operator untuk memahaminya.Jenis

SOP ini cocol untuk digunakan untuk prosedur yang cukup

panjang, yakni jika proses yangakan ditulis lebih dari 10 langkah,

dan tidak mempunyai banyak keputusan. Contoh SOP jenis

hierarchical steps:

15

Page 16: Tinjauan pustaka geri.doc

Gambar 2. Hierarchical steps

iii. Graphic Format

Graphic format merupakan pengambangan dari SOP Hierarchical

steps, dimana dalam penulisannya SOP jenis ini menyertakan

gambar-gambar atau diagram untuk mempermudah pengertiannya.

Grafik yang digunakan dapat menyederhanakan suatu prosedur

dari bentuk yang panjang menjadi lebih singkat. SOP jenis ini

biasanya dipakai untuk prosedur yang cukup panjang, yakni jika

proses yang akan ditulis lebih dari 10 langkah. Dalam pembuatan

SOP jenisini sebaiknya gunakan kalimat singkat yang dapat

membantu untuk menjelaskan maksud dari gambar atau diagram

yang ada, dan jika memungkinkan, gambar atau diagram yang

digunakandapat mengilustrasikan tujuan dari prosedur tersebut.

Contoh SOP jenis graphic format:

16

Page 17: Tinjauan pustaka geri.doc

Gambar 3. Graphic Format

iv. Flowchart

merupakan grafik sederhana yang menjelaskan langkah-langkah

proses dalam pembuatan suatu keputusan, flowchart berisi

pertimbangan, langkah-langkah dan juga pengambilan keputusan

dalam suatu prosedur kerja. Apabila dalam suatu prosedur

kerjadibutuhkan banyak pengambilan keputusan sebaiknya

menggunakan flowchart untuk mempermudah pengertian prosedur

yang dilakukan, dimana didalam flowchart akan

dijelaskanlangkah-langkah mana yang harus dipilih dan apa yang

harus dilakukan setelah langkah tersebut diambil. Flowchart

menggunakan symbol-simbol yang mempresentasikan suatu

tindakan.Contoh simbol-simbol yang digunakan pada SOP jenis

flowchart:

17

Page 18: Tinjauan pustaka geri.doc

Gambar 4. Graphic Format

f. Format

i. Format SOP

Pada suatu SOP akan tergambar identifikasi, pengendalian,

kemampuan selusur, konsistensi, dan akuntabilitas. Suatu SOP

hendaklah mempunyai format sebagai berikut :

Nama lembaga, nama selain pada kop juga ada pada setiap

halaman.

Judul, judul harus jelas terurai dan terukur. Karena, pada setiap

prosedur diuraikan bagaimana mengerjakannya, judul mesti

bergaya bahasa perintah (direktif) untuk menjelaskan ‘siapa

mengerjakan apa’. Suatu SOP berjudul "Bahan bakar solar

untuk injeksi motor Diesel ” tidak menggambarkan prosedur;

lebih cocok diberi judul “Proses injeksi bahan bakar solar pada

18

Page 19: Tinjauan pustaka geri.doc

motor Diesel.” Gaya bahasa direktif, seperti., "Pengujian

dari...," "Operasi dari...." atau "Perawatan dari...".

Halaman, harus tertulis "halaman 3 dari 7", ini

menggambarkan ada kelanjutan.

Identifikasi dan Pengendalian, pada suatu Prosedur mesti

teridentifikasi keunikannya. Identifikasi untuk mempersiapkan

akuntabilitas, dan gambaran suatu dokumentasi sampai

fasilitas dan masa kedaluwarsaan perubahan. Akuntabilitas dan

gambaran prosedur berdasarkan pada sejumlah identifikasi

atau kode, yang merupakan pengendalian (seperti., kapan dan

berapa kali revisi atau jumlah edisi SOP dilakukan).

Tujuan, suatu tujuan atau sasaran prosedur mesti dapat diulang

(repeat) dan dapat dikembangkan, dan dinyatakan dalam gaya

bahasa perintah, seperti., operasi, prosedur, proses, monitoring,

dan rutinitas perawatan dengan perusahaan ABC dand XYZ

sistem WFI.

Ruang lingkup. Ruang lingkup (scope) harus mempunyai batas

penggunaan prosedur. Apakah itu, sampel tertentu sesuai

pengujian dengan metode ini? Apakah operasi ini terpakai

hanya pada perlengkapan tertentu atau bagian tertentu?

Apakah ada batasan kapasitas, volume prosedur?

Tanggung Jawab. Siapa bertanggung jawab melaksanakan

uraian pekerjaan? Siapa melaporkan pekerjaan? Apakah

diperlukan pelatihan khusus atau sertifikat? Pada sesi ini

dibatasi karyawan yang melaksanakan, seperti: siapa yang

mempunyai atau sesuai kualifikasi dalam melaksanakan uraian

pekerjaan. Itu akan diatur suatu tahapan untuk sejumlah detail

dalam dokumen berikut.

Prosedur. Uraikan prosedur dalam langkah demi langkah (step-

by-step) atau kronologis cara kerja. Gunakan kata kerja aktif

dan pernyataan langsung, seperti., "Tambahkan 100.0 ml air

murni, PN 0128."

19

Page 20: Tinjauan pustaka geri.doc

Kebutuhan Perhitungan / Penanganan data / Dokumensi.

Uraikan bagaimana data mentah diolah dan dilaporkan.

Sediakan contoh perhitungan, bila ada.

20