BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. InternsipProgram Internsip Dokter Indonesia merupakan tahap pelatihan
keprofesian pra‐registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer guna
memahirkan kompetensi yang telah mereka capai setelah memperoleh kualifikasi
sebagai dokter melalui pendidikan kedokteran dasar. Program Internsip Dokter
Indonesia dilaksanakan di Sarana Pelayanan Kesehatan (Saryankes) yang telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan disyahkan oleh Komite Internsip
Dokter Indonesia Pusat (KIDI Pusat) sebagai wahana Internsip. Selama
menempuh Internsip Dokter Indonesia, peserta didampingi oleh Dokter
Pendamping. Peserta Internsip hanya diijinkan melakukan praktik dokter di
Wahana Internsip. Setelah menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia,
para peserta Internsip Dokter Indonesia akan memperoleh Surat Tanda Selesai
Internsip (STSI) yang dikeluarkan oleh KIDI Pusat. Untuk memudahkan
terlaksananya Program Internsip Dokter Indonesia ini, terdapat 4 pedoman,
yaitu:
1. Pedoman Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia
2. Pedoman Peserta Internsip Dokter Indonesia
3. Pedoman Pendamping Peserta Internsip Dokter Indonesia.
4. Pedoman Wahana Internsip Dokter Indonesia
Prinsip Internsip Dokter adalah :
a) Dokter mempraktikan standar pelayanan kedokteran (UKP dan UKM) yang
baik dengan menyadari keterbatasan kemampuannya dan memastikan
tidak menempatkan pasien/keluarga/masyarakat dalam keadaan bahaya.
b) Dokter mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kedokteran dan Kesehatan (IPTEKDOKKES) serta selalu meningkatkan
keterampilannya dalam UKP dan UKM.
c) Dokter mampu membangun meningkatkan dan memelihara hubungan baik
dengan pasien/kolega/petugas kesehatan yang lain.
1
d) Dokter dapat bekerjasama secara efektif dengan sejawat dokter dan tenaga
kesehatan profesi dan tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/
penunjang kesehatan.
e) Dokter mengembangkan kompetensi sebagai pendidik bagi sejawat, pasien
dan keluarga maupun masyarakat.
f) Dokter jujur dan bertindak serta berperilaku berdasarkan kaidah ilmiah, etika
dan humanistik.
g) Dokter memelihara kesehatan pribadinya sehingga tidak membahayakan
pasien, sejawatnya dan orang lain.
II. PuskesmasPusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah satuan organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran
serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI,
2006).
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menyeluruh adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif (peningkatan kesehatan), preventif
(pencegahan penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit) maupun rehabilitatif
(pemulihan kesehatan) dan ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis
kelamin (Depkes RI, 2006).
Pengertian ”terpadu” dan ”integrasi” menurut WHO bila dilihat dari aspek
fungsional, integrasi adalah suatu upaya untuk menyatukan berbagai fungsi dan
struktur administratif yang berdiri sendiri sedemikian rupa sehingga menjadi satu
kesatuan (Depkes RI, 2006).
Sedangkan bila dilihat dari aspek pengorganisasiannya, ”pelayanan
kesehatan integrasi” yaitu berbagai jenis upaya kesehatan yang ditujukan untuk
melindungi kesehatan masyarakat wilayah tertentu dilakukan satu administrasi
2
dan satu pimpinan, atau dilakukan oleh berbagai instansi akan tetapi harus dengan
koordinasi yang baik (Depkes RI, 2006).
Pelayanan kesehatan integrasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas upaya kesehatan sehingga dapat melaksanakan kegiatan dengan baik
walaupun sumber dayanya terbatas (Depkes RI, 2006).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2006, pelayanan kesehatan
melalui puskesmas diperlukan karena:
a. Demi pemerataan pelayanan kesehatan, agar dapat menjangkau seluruh
penduduk, maka pelayanan kesehatan diberikan tidak hanya melalui rumah
sakit yang membutuhkan sumber daya yang tinggi, tapi dapat diberikan
melalui fasilitas yang lebih sederhana, lebih murah tapi lebih tersebar luas
seperti puskesmas, puskesmas pembantu, bidan di desa, dan didukung dengan
sistem rujukan sehingga dapat menjangkau penduduk lebih banyak.
b. Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan hanya
ada pelayanan pengobatan jalan, BKIA, vaksinasi cacar dan petugas
kesehatan lingkungan, yang pada umumnya tidak berhubungan dan tidak
peduli keadaan yang satu dengan yang lainnya. Di samping itu pelayanan
kesehatan belum ditujukan kepada masyarakat secara keseluruhan. Keadaan
demikian dirasakan tidak efisien dan belum dapat mencapai sasaran yang
sebenarnya.
Visi dan Misi Puskesmas
Visi puskesmas adalah mampu melindungi kesehatan penduduk
wilayah kerjanya dan memacu peningkatan kemandirian masyarakat untuk
menolong dirinya dalam bidang kesehatan serta membudayakan hidup sehat dan
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Depkes RI, 2006).
Sedangkan misi puskesmas adalah (Depkes RI, 2006) :
a. Menyelenggarakan upaya kesehatan esensial yang bermutu, merata,
terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dengan membina peran serta
masyarakat wilayah kerjanya.
b. Kerjasama lintas sektoral dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
mengembangkan upaya kesehatan inovatif dan pemanfaatan teknologi tepat
guna.
3
Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2006,
antara lain :
a. Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten:
1. Kedudukan dalam bidang administrasi
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II dan
bertanggung jawab langsung baik teknis maupun administratif kepada
Kepala Dinas Kesehatan Dati II.
2. Kedudukan dalam jenjang sistem rujukan pelayanan kesehatan:
Pada urutan tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan, puskesmas
berkedudukan pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan pertama.
b. Kedudukan dalam sistem kesehatan secara nasional
Puskesmas berkedudukan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
nasional.
c. Kedudukan dalam sistem pembangunan nasional
Puskesmas berkedudukan sebagai salah satu unsur pembangunan dalam
bidang kesehatan yang terdepan dan yang pada dasarnya saling tergantung
satu dengan lainnya dengan unsur pembangunan sektor terkait di tingkat
kecamatan.
Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja puskesmas bisa satu kecamatan atau sebagian dari wilayah
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menetukan
wilayah kerja puskesmas (Depkes RI, 2006).
Luas wilayah kerja yang masih efektif bagi sebuah puskesmas di daerah
pedesaan adalah suatu area dengan jari-jari 5 km, sedangkan luas wilayah kerja
yang dipandang optimal adalah area dengan jari-jari 3 km (Depkes RI, 2006).
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga
pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati/Walikota, mendengar
saran teknis dari Kepala Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya/Kepala Dinas
Kesehatan Dati II yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan Provinsi (Depkes RI, 2006).
4
Lokasi wilayah kerja puskesmas bisa berada di:
a. daerah pedesaan
b. daerah perkotaan
c. daerah industri
d. daerah perbatasan
e. daerah masyarakat terasing
f. daerah transmigrasi/pemukiman baru
g. daerah gugus kepulauan
Variasi lingkungan lokasi wilayah kerja puskesmas perlu mendapatkan
perhatian dalam upaya menjangkau dan memenuhi kebutuhan penduduk wilayah
kerjanya. Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat masing-masing
lokasi yang spesifik, tentunya puskesmas pada lokasi tertentu mempunyai corak
tersendiri, baik jenis pelayanannya, maupun strategi untuk menjangkau
masyarakat seluas mungkin serta cara melindungi kesehatan masyarakat wilayah
kerjanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya (Depkes RI,
2006).
Fungsi Puskesmas
Puskesmas mempunyai fungsi pengembangan upaya kesehatan,
pembinaan peran serta masyarakat dan pelayanan kesehatan masyarakat sebagai
berikut :
a. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan pemerataan jangkauan
pelayanan kesehatan, puskesmas berfungsi menegakkan diagnosis masalah
masyarakat, mengadakan pengamatan secara terus menerus terhadap segala
perubahan yang terjadi yang mungkin membahayakan kesehatan masyarakat,
mengembangkan inovasi dan memanfaatkan teknologi tepat guna
penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat.
b. Sebagai pusat pembinaan peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam
rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
c. Puskesmas berfungsi mendidik, mendorong dan membantu masyarakat untuk
mandiri dalam bidang kesehatan, meningkatkan pengertian, kemauan dan
kemampuannya untuk hidup sehat.
5
d. Sebagai pusat untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh,
terpadu dan bermutu kepada masyarakat dalam rangka memelihara dan
melindungi kesehatan masyarakat.
Kegiatan Pelayanan Puskesmas
Dalam pendekatan Primary Health Care telah ditetapkan minimal
melaksanakan delapan unsur pelayanan kesehatan pokok yaitu :
a. Penyuluhan kesehatan mengenai berbagai masalah kesehatan yang
dihadapi dan cara pencegahan serta pengendaliannya.
b. Peningkatan pengadaan makanan dan perbaikan gizi.
c. Penyediaan air bersih dan perbaikan kesehatan lingkungan.
d. Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.
e. Imunisasi terhadap berbagai penyakit menular yang utama.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemik setempat.
g. Pengobatan penyakit umum dan cedera.
h. Pengadaan obat essensial.
Di samping itu ada sepuluh pelayanan dasar (PKD) yang tersebut di bawah
ini merupakan pelayanan kesehatan yang pada saat ini dianggap efektif dan
efisien dan mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat pada umumnya.
a. Imunisasi bayi lengkap.
b. Pemeriksaan ibu hamil berkala, termasuk pemberian imunisasi tetanus
toxoid, tablet besi, dan mendeteksi faktor resiko pada kehamilan,
konseling serta pertolongan persalinan yang aman.
c. Pencegahan, deteksi dan pengobatan penyakit Tuberkulosis.
d. Pencegahan, deteksi dan pengobatan penyakit malaria.
e. Deteksi dan pengobatan ISPA dan diare pada balita.
f. Pencegahan dan pengobatan defisiensi yodium, zat besi dan vitamin A.
g. Pencegahan, deteksi dan pengobatan penyakit demam berdarah.
h. Penyuluhan kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan kesehatan
lingkungan dan penyuluhan dalam rangka mencegah AIDS.
i. Keluarga Berencana.
j. Kesehatan usia sekolah serta pencegahan dan pengobatan penyakit cacing
pada anak sekolah.
6
Berdasarkan komuniti diagnosis yang dilakukan oleh puskesmas,
pelayanan kesehatan dasar lainnya yang dikenal dengan delapan belas kegiatan
pokok puskesmas juga dapat dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
masyarakat wilayah kerjanya diseduaikan dengan fungsi puskesmas dan
kemampuan sumber daya yang tersedia. Penyelenggaraan delapan belas kegiatan
pokok yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Kesehatan Ibu dan Anak.
2. Keluarga Berencana
3. Perbaikan gzi
4. Kesehatan lingkungan
5. Surveilens, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan imunisasi
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
8. Kesehatan sekolah
9. Perawatan kesehatan masyarakat
10. Kesehatan gigi dan mulut
11. Kesehatan jiwa
12. Kesehatan mata
13. Kesehatan lanjut usia
14. Kesehatan olahraga
15. Pembinaan pengobatan tradisional
16. Kesehatan kerja
17. Laboratorium sederhana
18. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan
III. Akreditasi3.1 Pengertian
Accreditation is a process by which an institution or disciplinary unit
within an institution periodically evaluates its work and seeks an
independent judgment by peers that it achieves substantially its own
educational objectives and meets the established standards of the
body from which it seeks accreditation.
7
Accreditation is a recognized method by which organizations can
achieve measurable improvements. Accreditation demonstrates
willingness to self-assess against national standards.
Usually a voluntary process by which a government or non-
government agency grants recognition to health care institutions
which meet certain standards that require continuous improvement in
structures, processes, and outcomes.
Menurut Pasal 40 ayat (3) UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit
yang diberikan oleh lembaga independen yang ditetapkan oleh
Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar
pelayanan rumah sakit yang berlaku. Akreditasi juga merupakan
penilaian yang dilakukan oleh lembaga independen pelaksana
akreditasi rumah sakit untuk mengukur pencapaian dan cara
penerapan standar pelayanan.
Jadi akreditasi merupakan suatu proses pengakuan yang
diberikan kepada rumah sakit dalam rangka peningkatan nilai mutu
dengan keberhasilan suatu rumah sakit dalam memenuhi standar
pelayanan rumah sakit.
IV. Puskesmas terakreditasi
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan
mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas
merupakan garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang ”Pusat Kesehatan
8
Masyarakat”, merupakan landasan hukum dalam penyelenggaraan Puskesmas.
Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan sehat adalah: lingungan
sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta derajat
kesehatan penduduk kecamatan. Untuk mendukung kecamatan sehat salah satu
upaya yang dikembangkan saat ini adalah dengan adanya Desa Siaga, yang salah
satu indikatornya adalah ada Pos Kesehatan Desa sebagai Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat (UKBM), dengan penggerakan masyarakat wilayah desa/
kelurahan, dan sebagai upaya pertolongan pertama pada penyakit (P3P) dan
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu
dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan, maupun sumber
daya yang digunakan. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman
dan bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya
peningkatan mutu, manajemen risiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan
dalam pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif kepada masyarakat melalui upaya pemberdayaan masyarakat dan
swasta.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal
organisasi Puskesmas itu sendiri, yaitu dengan ”Penilaian Kinerja Puskesmas,”
yang mencakup manajemen sumber daya termasuk alat, obat, keuangan dan
tenaga, serta didukung dengan manajemen sistem pencatatan dan pelaporan,
disebut Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS).
9
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan
penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di
Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan
menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 39 ayat (1) juga
mewajibkan Puskesmas untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun
sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan
BPJS, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 tahun
2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional Pasal 6 ayat
(2).
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan
mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem
manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan
program, serta penerapan manajemen risiko, dan bukan sekedar penilaian untuk
mendapatkan sertifikat akreditasi.
Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi Puskesmas adalah keselamatan
dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini
ditegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.
Selain itu, prinsip dan dasar yang ditetapkan dalam Sistem Kesehatan
Nasional 2009 yang menggarisbawahi soal hak asasi manusia dan responsif
gender, juga dipakai dalam standar akreditasi Puskesmas ini untuk menjamin
bahwa semua pasien mendapatkan pelayanan dan informasi yang sebaik-baiknya
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien, tanpa memandang golongan sosial,
ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, ras, maupun suku.
V. Standard Operating Procedure (SOP)a. Pengertian
i. Pengertian Standard (Standar)
“Something used as a measure, norm, or model in comparative
evaluations” (Oxford Dictionary). Sesuatu yang digunakan sebagai
ukuran, norma, atau model dalam evaluasi komparatif.
ii. Pengertian Operating (Operasional)
10
“Control the functioning of (a machine, process, or system)”
(Oxford Dictionary). Mengontrol fungsi (mesin, proses, atau
sistem).
iii. Pengertian Procedure (Prosedur)
“An established or official way of doing something” (Oxford
Dictionary). Cara yang tersusun atau resmi melakukan sesuatu
iv. Pengertian Standard Operational Procedure (SOP)
Menurut Tjipto Atmoko, Standar Operasional Prosedur merupakan
suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan
sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah
berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan
prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada
unit kerja yang bersangkutan.
b. Dasar Hukum SOP
i. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
ii. Undang-Undang nomor 43 tahun 2009 tentang kearsipan
(lembaran Negara Repulik Indonesia tahun 2009 nomor 152 ,
tambahan lembaran Negara nomoor 5071)
iii. Permen PAN Nomor: PER/21/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi
Pemerintahan.
c. Tujuan dan Manfaat SOP
SOP (Standar Operasional Prosedur) merupakan dokumen yang berisi
langkah-langkah/sistematika kerja dalam sebuah organisasi. Dari
beberapa pengertian SOP menurut para ahli, tujuan utama dari penyusunan
SOP adalah untuk mempermudah setiap proses kerja dan meminimalisir
adanya kesalahan di dalam proses pengerjaannya. Adapun tujuan dari
penyusunan SOP diantaranya :
11
Agar petugas atau pegawai menjaga konsisitensi dan tingkat
kinerja petugas atau pegawai atau tim dalam organisasi atau unit
kerja.
Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap–tiap posisi
dalam organisasi.
Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas atau pegawai terkait.
Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas atau pegawai
dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan, duplikasi
dan inefisiensi.
Memberikan keterangan tentang dokumen- dokumen yang
dibutuhkan dalam suatu proses kerja.
Manfaat yang didapat dengan pembuatan Standar Operasional
Prosedur ini diantaranya:
Efisiensi Waktu, karena semua proses menjadi lebih cepat ketika
pekerjaan itu sudah terstruktur secara sistematis dalam sebuah
dokumen tertulis. Semua kegiatan karyawan sudah tercantum
dalam SOP sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukan selama
masa kerja.
Memudahkan tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat sebagai konsumen dilihat dari sisi kesederhanaan alur
pelayanan.
Kesungguhan karyawan dalam memberikan pelayanan, terutama
terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang
berlaku. Ini merupakan standardisasi bagaimana seorang karyawan
menyelesaikan tugasnya.
Dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan
pelaksanaan suatu pekerjaan.
Dapat digunakan sebagai sarana acuan dalam melakukan penilaian
terhadap proses layanan. Jika karyawan bertindak tidak sesuai
dengan SOP berarti dia memiliki nilai kurang dalam melakukan
layanan.
12
Dapat digunakan sebagai sarana mengendalikan dan mengantisipasi
apabila terdapat suatu perubahan sistem.
Dapat digunakan sebagai daftar yang digunakan secara berkala oleh
pengawas ketika diadakan audit. SOP yang valid akan mengurangi
beban kerja. Bersamaan dengan itu dapat juga meningkatkan
comparability, credibility dan defensibility.
Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung
pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan
pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari.
Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin
dilakukan oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.
d. Prinsip SOP
i. Prinsip Penyusunan SOP
Penyusunan SOP harus mengacu pada SOTK, TUPOKSI,
serta alur dokumen.
Prosedur kerja menjadi tanggung jawab semua anggota
organisasi.
Fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur, sehingga
perlu dikembangkandiagram alur dari kegiatan organisasi.
SOP didasarkan atas kebijakan yang berlaku.
SOP dikoordinasikan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan/penyimpangan.
SOP tidak terlalu rinci.
SOP dibuat sesederhana mungkin.
SOP tidak tumpang tindih, bertentangan atau duplikasi dengan
prosedur lain.
SOP ditinjau ulang secara periodik dan dikembangkan sesuai
kebutuhan.
ii. Prinsip Pelaksanaan SOP
Pelaksanaan SOP harus memenuhi prinsip sebagai berikut:
Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari
waktu ke waktu, oleh siapa pun dan dalam kondisi apa pun
13
oleh seluruh pejabat dan pelaksana di lingkungan Inspektorat
Jenderal Departemen Agama.
Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab dari seluruh jajaran organisasi, dari level yang paling
rendah sampai yang tertinggi.
Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka
terhadap segala penyempurnaan untuk memperoleh prosedur
yang benar-benar efisien dan efektif.
Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan.
Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh pegawai
berperan dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika ada
pegawai yang tidak melaksanakan perannya dengan baik,
maka akan mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya
juga berdampak pada proses penyelenggaraan pemerintahan.
Didokumentasikan dengan baik. Seluruh prosedur yang telah
distandarkan harus didokumentasikan dengan baik, sehingga
dapat selalu dijadikan referensi.
e. Bentuk SOP
SOP memiliki berbagai macam jenis/bentuk sesuai dengan sistem kerja
yangdijelaskannya. Bentuk-bentuk SOP itu sendiri dapat dibagi menjadi 4
jenis dengan bentuk yang berbeda:
i. Simple Steps
Simple steps berisi prosedur kerja yang sangat sederhana dan tidak
terlalu terperinci, biasanya SOP jenis ini digunakan hanya untuk
situasi kerja dengan sedikit operator. SOP jenisini tepat digunakan
untuk prosedur kerja dengan sedikit pengambilan keputusan, dna
kurang darisepuluh langkah. Contoh SOP jenis simple step:
14
Gambar 1. Simple Steps
ii. Hierarchical steps
Hierarchical steps lebih terinci daripada jenis-jenis SOP simple
steps, dimana pada SOP initerdapat kalimat dan terdapat sub-
kalimat sehingga memudahkan operator untuk memahaminya.Jenis
SOP ini cocol untuk digunakan untuk prosedur yang cukup
panjang, yakni jika proses yangakan ditulis lebih dari 10 langkah,
dan tidak mempunyai banyak keputusan. Contoh SOP jenis
hierarchical steps:
15
Gambar 2. Hierarchical steps
iii. Graphic Format
Graphic format merupakan pengambangan dari SOP Hierarchical
steps, dimana dalam penulisannya SOP jenis ini menyertakan
gambar-gambar atau diagram untuk mempermudah pengertiannya.
Grafik yang digunakan dapat menyederhanakan suatu prosedur
dari bentuk yang panjang menjadi lebih singkat. SOP jenis ini
biasanya dipakai untuk prosedur yang cukup panjang, yakni jika
proses yang akan ditulis lebih dari 10 langkah. Dalam pembuatan
SOP jenisini sebaiknya gunakan kalimat singkat yang dapat
membantu untuk menjelaskan maksud dari gambar atau diagram
yang ada, dan jika memungkinkan, gambar atau diagram yang
digunakandapat mengilustrasikan tujuan dari prosedur tersebut.
Contoh SOP jenis graphic format:
16
Gambar 3. Graphic Format
iv. Flowchart
merupakan grafik sederhana yang menjelaskan langkah-langkah
proses dalam pembuatan suatu keputusan, flowchart berisi
pertimbangan, langkah-langkah dan juga pengambilan keputusan
dalam suatu prosedur kerja. Apabila dalam suatu prosedur
kerjadibutuhkan banyak pengambilan keputusan sebaiknya
menggunakan flowchart untuk mempermudah pengertian prosedur
yang dilakukan, dimana didalam flowchart akan
dijelaskanlangkah-langkah mana yang harus dipilih dan apa yang
harus dilakukan setelah langkah tersebut diambil. Flowchart
menggunakan symbol-simbol yang mempresentasikan suatu
tindakan.Contoh simbol-simbol yang digunakan pada SOP jenis
flowchart:
17
Gambar 4. Graphic Format
f. Format
i. Format SOP
Pada suatu SOP akan tergambar identifikasi, pengendalian,
kemampuan selusur, konsistensi, dan akuntabilitas. Suatu SOP
hendaklah mempunyai format sebagai berikut :
Nama lembaga, nama selain pada kop juga ada pada setiap
halaman.
Judul, judul harus jelas terurai dan terukur. Karena, pada setiap
prosedur diuraikan bagaimana mengerjakannya, judul mesti
bergaya bahasa perintah (direktif) untuk menjelaskan ‘siapa
mengerjakan apa’. Suatu SOP berjudul "Bahan bakar solar
untuk injeksi motor Diesel ” tidak menggambarkan prosedur;
lebih cocok diberi judul “Proses injeksi bahan bakar solar pada
18
motor Diesel.” Gaya bahasa direktif, seperti., "Pengujian
dari...," "Operasi dari...." atau "Perawatan dari...".
Halaman, harus tertulis "halaman 3 dari 7", ini
menggambarkan ada kelanjutan.
Identifikasi dan Pengendalian, pada suatu Prosedur mesti
teridentifikasi keunikannya. Identifikasi untuk mempersiapkan
akuntabilitas, dan gambaran suatu dokumentasi sampai
fasilitas dan masa kedaluwarsaan perubahan. Akuntabilitas dan
gambaran prosedur berdasarkan pada sejumlah identifikasi
atau kode, yang merupakan pengendalian (seperti., kapan dan
berapa kali revisi atau jumlah edisi SOP dilakukan).
Tujuan, suatu tujuan atau sasaran prosedur mesti dapat diulang
(repeat) dan dapat dikembangkan, dan dinyatakan dalam gaya
bahasa perintah, seperti., operasi, prosedur, proses, monitoring,
dan rutinitas perawatan dengan perusahaan ABC dand XYZ
sistem WFI.
Ruang lingkup. Ruang lingkup (scope) harus mempunyai batas
penggunaan prosedur. Apakah itu, sampel tertentu sesuai
pengujian dengan metode ini? Apakah operasi ini terpakai
hanya pada perlengkapan tertentu atau bagian tertentu?
Apakah ada batasan kapasitas, volume prosedur?
Tanggung Jawab. Siapa bertanggung jawab melaksanakan
uraian pekerjaan? Siapa melaporkan pekerjaan? Apakah
diperlukan pelatihan khusus atau sertifikat? Pada sesi ini
dibatasi karyawan yang melaksanakan, seperti: siapa yang
mempunyai atau sesuai kualifikasi dalam melaksanakan uraian
pekerjaan. Itu akan diatur suatu tahapan untuk sejumlah detail
dalam dokumen berikut.
Prosedur. Uraikan prosedur dalam langkah demi langkah (step-
by-step) atau kronologis cara kerja. Gunakan kata kerja aktif
dan pernyataan langsung, seperti., "Tambahkan 100.0 ml air
murni, PN 0128."
19
Kebutuhan Perhitungan / Penanganan data / Dokumensi.
Uraikan bagaimana data mentah diolah dan dilaporkan.
Sediakan contoh perhitungan, bila ada.
20
Top Related