Tinjauan Pustaka Case Wdy

21
BAB 1 PENDAHULUAN Damam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut ya disebabkanoleh salmonella typhi . Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur en atau endokardinal dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch . 1 Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoi dan demam enterik. Demam paratifoid baik secara klinis maupun patologis s dengan demam tifoid, namun biasanya lebih ringan. Terdapat 3 bioserotipe salmonella enteriditis, yaitu bioserotipe paratyphi A, paratyphi B salm schottmuelleri ! dan paratyphi " salmonella hirschfeldii ! , sedangkan enterik dipakai baik pada demam tifoid maupun demam paratifoid. # Pada tahun $%#& Pierre Perancis! mengeluarkan istilah typhoid yang berarti seperti typhus. Baik kata typhoid maupun typhus berasal dari kata typhos. Teminologi ini dipakai pada penderita yang mengalami demam disertai kesadaran yang terganggu. Baru pada tahun $%3( )illiam )ord *erh dari Philadelpia dapat membedakan tifoid dari typhus . pada tahun $%% menemukan bacillus typhosus pada sediaan histologi yang berasal dari kele limfe mesentarial dan limpa. Pada tahun $%%- *affky berhasil mem Salmonella typhi, dan memastikan bah a penularannya melalui air dan bukan udara . 1 Pada tahun $%&/ )idal mendapatkan salah satu metode untuk diagnosis penyakit demam tifoid. Pada tahun yang sama )right dari 0nggris dan Pfeif 1erman mencoba vaksinasi terhadap demam tifoid. Pada era $&(+ dan $&%+ mu dicoba vaksin oral yang berisi kuman hidup yang dilemahkan dan vaksin sun yang berisi 2i kapsul polisakarida . 1 1

Transcript of Tinjauan Pustaka Case Wdy

BAB 1PENDAHULUANDamam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur enotelial atau endokardinal dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyers patchBeberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan demam enterik. Demam paratifoid baik secara klinis maupun patologis sama dengan demam tifoid, namun biasanya lebih ringan. Terdapat 3 bioserotipe salmonella enteriditis, yaitu bioserotipe paratyphi A, paratyphi B ( salmonella schottmuelleri ) dan paratyphi C ( salmonella hirschfeldii ) , sedangkan demam enterik dipakai baik pada demam tifoid maupun demam paratifoid.2Pada tahun 1829 Pierre (Perancis) mengeluarkan istilah typhoid yang berarti seperti typhus. Baik kata typhoid maupun typhus berasal dari kata Yunani typhos. Teminologi ini dipakai pada penderita yang mengalami demam disertai kesadaran yang terganggu. Baru pada tahun 1837 William Word Gerhard dari Philadelpia dapat membedakan tifoid dari typhus . pada tahun 1880 Eberth menemukan bacillus typhosus pada sediaan histologi yang berasal dari kelenjar limfe mesentarial dan limpa. Pada tahun 1884 Gaffky berhasil membiakkan Salmonella typhi, dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan udaraPada tahun 1896 Widal mendapatkan salah satu metode untuk diagnosis penyakit demam tifoid. Pada tahun yang sama Wright dari Inggris dan Pfeifer dari Jerman mencoba vaksinasi terhadap demam tifoid. Pada era 1970 dan 1980 mulai dicoba vaksin oral yang berisi kuman hidup yang dilemahkan dan vaksin suntik yang berisi Vi kapsul polisakarida WHO memperkirakan jumlah kasus demam tifoid diseluruh dunia mencapai 16 - 33 juta dengan 500 600 ribu kematian tiap tahunnya, yaitu sekitar 3,5% dari seluruh kasus yang adaDi Indonesia terdapat dalam keadaan endemik. Pendrita anak yang ditemukan biasanya berumur di atas satu tahun. Sebagian besar dari penderita (80%) yang dirawat Bibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur di atas 5 tahun.3

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1. DEFINISIDemam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usu dan peyers patchDemam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran2.2. ETIOLOGIPenyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhosa/Eberthella typhosa yang merupakan kuman gram negatif, motil dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup paik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, sertra mati pada suhu 700 C ataupun oleh antiseptik. Sampai nsaat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia. Salmonella typhosa mempunya 3 macam antigen, yaitu : 1) Antigen O (Onhe Hauch) antigen somatik yang terdiri dari oligosakarida, 2) Antigen H (Hauch) terdapat pada flagela dan bersifat termolabil, 3) Antigen V1 (kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis. Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinin. Salmonella tiphosa juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resiten terhadap multiple antibiotik.2Manusia dapat terinfeksi tifoid setelah makan atau meminum makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran ( feses ) atau air seni ( urin ) yang tercemar Salmonella typhi. Sumber penularan penyakit adalah penderita yang aktif mengeluarkan salmonella typhi dalam kotoran ( feses ) dan air seninya, baik pada saat sedang sakit maupun pada fase penyembuhan. Selain itu, sebanyak 3- 5% penderita akan menjadi carrier ( pembawa kuman ). Demam penderita tifoid paling sering diderita pada kelompok umur 12 30 tahun ( 70% - 80% ), diikuti kelompok umur 30 40 tahun ( 10% - 20% )Penularan Salmonella typhi dapat juga terjadi melalui transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada dalam bakteremia kepada bayinya. Pernah dilaporkan pula transmisi oro-fekal dari seorang ibu pembawa kuman pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber kuman berasal dari laboratorium penelitian2.3. EPIDEMIOLOGIDemam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai negara sedang berkembang. Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia ini sangat sukar ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinisnya sangat luas. Diperkirakan angka kejadian dari 150/100.000/tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000/tahun di AsiaDi Indonesia terdapat dalam keadaan endemik. Penderita anak yang ditemukan biasanya berumur diatas 1 tahun. Sebagian besar dari penderita ( 80% ) yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur diatas 5 tahun Salmonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia ( manusia sebagai natural reservoir ). Manusia yang terinfeksi salmonella typhi dapat mengekskresikannya melalui sekret saluran napas, urin, dan tinja dalam jangka waktu yang sangat bervariasi. Salmonella typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu, atau kotoran yang kering maupun pada pakaian. Akan tetapi Salmonella typhi hanya dapat hidup kurang dari1 minggu pada raw sewage, dan mudah dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi ( temperatur 63C )2.4. PATOGENESISPatogenesa demam tifoid melibatkan proses kompleks mengikuti ingesti organisme, yaitu: (1) penempelan dan invasi sel-sel M Peyers patch , (2) bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag Peyers Patch, nodus limfatikus mesenterikus, dan organ-organ ekstra intestinal system retikuloendotelial (3) bakteri bertahan hidup didalam aliran darah, dan (4) produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.Bakteri Salmonella Typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut.Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat padasel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan yeyunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyers Patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella Typhi.Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan limfe.Salmonella typhi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuclear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe.1Kuman salmonela menghasilkan endotoksin yang merupakan kompleks lipopolisakarida dan dianggap berperan penting pada patogenesis demam tipoid. Endotoksin bersifat pirogenik serta memperbesar reaksi peradangan dimana kuman salmonella berkembang biak. Disamping itu merupakan stimulator yang kuat untuk memproduksi sitokin oleh sel-sel makrofag dan sel leukosit di jaringa yang meradang. Sitokin ini merupkan mediator mediator untuk timbulnya demam dan gejala toksemia (proinflammatory). Oleh karena basil salmonella bersifat intraselluler maka hampir semua bagian tubuh dapat terserang dan kadang-kadang pada jaringan yang terinvasi dapa timbul fokal-fokal infeksi. Kelainan patologis yang utama terdapat di usus halus terutama di ileum bagian terdapat kelenjar plak peyer. Pada minggu pertama, pada plak peyer terjadi hiperplasi berlanjut menjadi nekrosis pada minggu ke-2 dan ulserasi pada minggu ke-3, alkhirnya terbentuk ulkus. Ulkus ini mudah menimbulkan perdarahan dan perforasi yang merupakan komplikasi yang berbahaya. Hati membesar karena infiltrasi sel-sel limfosit Dan sel mononuklear lainnya serta nekrosis fokal. Demikian juga prose ini terjadi pada jaringa retikuloendotelial lainnya seperti limpa dan kelenjar mesenterika. Kelainan-kelaina patologis yang sama juga dapat ditemukan pada organ tubuh lain sperti tulang , usus, paru, ginjal, jantung dan selaput otak. Pada pemeriksaan klinis, sering ditemukan proses raddang dan abses abses pada banyak organ, sehingga ditemukan bronkitis, artristis septik, piolnefritis dan meningitis dll. Kantong empedu merupkan tempat yang paling disenangi kuman salmonella. Bila pennyembuhannya tidak sempurna, basil tetap tahan dikandung empedu ini, mengalir kedalam usus, sehingga menjadi karier intestinal. Demikian juga ginjal dapat mengandung basil dalam waktu lama sehingga juga menjadi karier (urinary carier). Adapun tempat-tempat yang menghasilkan basil ini, memungkinkan penderita mengalami relaps (kambuh).5Pada demam tifoid terjadi respons imun humoral maupun selular baik di tingkat lokal (gastroentestinal) maupun sistemik. Akan tetapi bagaimana mekanisme imunologik ini dalam menimbulkan kekebalan maupun eliminasi terhadap Salmonella Typhi tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan bahwa imunitas selular lebih berperan.Penurunan jumlah limfosit T ditemukan pada pasien sakit berat dengan demam tifoid.Karier memperlihatkan gangguan reaktivitas seluler terhadap antigen Salmonella ser.typhi pada ujian hambatanmigrasi leukosit.Pada karier, sejumlah besar basil virulen melewati usus tiap harinya dan dikeluarkan dalam tinja, tanpa memasuki epitel pejamu.1,2 2.5. PATOLOGIPada anak yang lebih muda, perubahan morfologi infeksi S. Typhosa kurang mencolok dari pada anak yang lebih tua dan dewasa. Hiperplasia lempengan peyer dengan nekrosis dan pengelupasan epitel yang menutupi, yang menimbukan ulkus, adalah khas. Jaringan mukosa dan limfatik saluran usus teradang dan nekrosis berat. Ulserasi sembuh tanpa jaringan parut adalah lazim. Struktur dan penyumbatan usus sebenarnya tidak pernah terjadi sesudah demam tifoid. Dapat terjadi perdarahan. Lesi radang kadang-kadang dapat menembus tunika muskularis dan serosa usus dan menyebabkan perforasi. Limfonodi mesentrika, hati dan limfa hiperemia dan biasanya menunjukan daerah nekrosis setempat. Hiperplasia jaringan endotelial dengan poliferasi sel mononuklear merupakan penemuan dominan. Respons mononuklear dapat di temukan pada sumsum tulang yang disertai dengan daerah nekrosis fokal. Radang fesika felen adalah setempat, tidak tetap, dan pertengahan dalam porposi terhadap luasnya multifikasi bakteri fokal. Bronkitis lazim, radang juga dapat ditemukan dalam bentuk abses terlokalisasi, pneumonia, atritis septik, osteomielitis, pielonefritis, endofalmitis dan meningitis.6Otot jantung membengkak dan menjadi lunak serta memberikan gambaran miokarditis. Biasanya tekanan darah turun dengan nadi lambat (bradikardi relatif) akibat miokarditis tersebut. Vena sering mengalami trombosis, terutama v. Femoralis, v. Safena, dan sinus otak. Otot lurik dapat mengalami degenerasi zenker berupa hilangnya striae tranversales disertai pembengkakan otot. Otot yang sering terserang adalah otot diafragma, m. Rektus abdominis, dan otot paha. Ini yang mendasari kelemahan otot pada penderita. Toksin di otot dapat juga menyebabkan ruptur spontan disertai pendarahan lokal. Infeksi sekunder kemudian menyebabkan abses di otot bersangkutan.72.6. MANIFESTASI KLINISPada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata antar 10-14 hari.Gejala demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat sehingga harus di rawat.Variasi gejala ini disebabkan faktor galur Salmonella, status nutris dan imunologik pejamu serta lama sakit dirumahnya.1Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada awal penyakit. Pada era pemakaian antibiotik belum seperti pada saat ini, penampilan demam pada kasus demam tifoid mempunyai istilah khusus yaitu step-ladder temperature chart yang ditandai dengan demam timbul insidius, kemudian naik secara bertahap tiap harinya dan mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama, setelah itu demam akan bertahan tinggi dan pada minggu ke-4 demam turun perlahan secara lisis, kecuali apabila terjadi focus infeksi seperti kolesistitis, abses jaringan lunak maka demam akan menetap. Banyak orang tua pasien demam tifoid melaporkan bahwa demam lebih tinggi saat sore dan malam hari dibandingkan dengan pagi harinya.Pada saat demam sudah tinggi, pada kasus demam tifoid dapat disertai gejala system saraf pusat, seperti kesadaran berkabut atau delirium atau obtundasi, atau penurunan kesadaran mulai apatis sampai koma. Gejala sistemik lain yang meyertai timbulnya demam adalah nyeri kepala, malaise, anoreksia, nausea, mialgia, nyeri perut dan radang tenggorokan. Pada kasus yang berpenampilan klinis berat, pada saat demam tinggi akan tampak toksis atau sakit berat. Bahkan dapat juga di jumpai pada penderita demam tifoid yang datang dengan syok hipovolemik sebagai akibat kurang masukan cairan dan makanan.Gejala gastrointestinal pada demam tifoid sangat bervariasi.Pasien dapat mengeluh diare, obstipasi, atau obstipasi kemudian disusul episode diare, pada sebagian pasien lidah tampak kotor dengan putih di tengah, sedang tepi dan ujungnya kemerahan.Banyak dijumpai gejala meteorismus, berbeda dengan buku bacaan Barat pada anak Indonesia lebih banyak dijumpai hepatomegali dibandingkan splenomegali.1,5Rose spot, suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 1-5 mm, sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung pada orang kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak Indonesia. Ruam ini muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.12.7. DIAGNOSISa. AnamnesisPada saat anamnesis bisa dijumpai keluhan seperti : Demam yang naik secara bertahap tiap hari, biasanya cenderung meningkat pada sore dan malam hari. Demam mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus, anak sering mengigau, malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung, pada demem tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran.8b. Pemeriksaan FisikGejala klinis berfariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat dengan komplikasi, kesadaran menurun, delirium, sebagian anak mempunyai lidah tifoid yaitu dibagian tengan kotor dan bagian pinggir hiperemis, meteorismus, dan hepatomegali.8c. Pemeriksaaan penunjang1. Pemeriksaan Darah Tepi 4- Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sum-sum tulang, defesiensi Fe, atau perdarahan usus.- Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul- Limfositosis relatif- Trombositopenia terutama pada demam tifoid berat2. Uji Serologis1, 5 Uji Widal Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibody agglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatic (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukan titer antibody dalam serum.Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan digunakan dalam prosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik yang lebih rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusanInterpretasi dari uji Widal ini harus diperhatikan beberapa faktor antara lain sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibody; gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis); faktor antigen; teknik serta reagen yang digunakan.Kelainan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta sulitnya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam penatalaksanaan penerita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda infeksi). Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia, manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). Untuk mencari standar titer uji widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada anak sehat di populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan peningkatan titer O dan H pada anak-anak sehat. Tes TubexTes Tubex merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.Walaupun belum banyak penelitian yang menggunak tes Tubex ini, beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik dari pada uji Widal.3. Pemeriksaan biakan Salmonella8 Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit Biakan sum-sum tulang masih positif sampai minggu ke 42.8. DIAGNOSIS BANDINGSelama stadium awal demam tifoid, beberapa penyakit kadang-kadang secara klinis dapat menjadi diagnosis bandingnya yaitu influenza, gastroenteritis, bronkitis, atau bronkopneumonia. Selanjutnya diagnosis banding meliputi sepsis dengan bakteri patogen lain, infeksi yang disebabkan mikroorganisme intraseluler, seperti tuberkulosis, bruselosis, tularemia, leptospirosis, sighelosis dan malaria juga perlu dipikirkan. Pada demem tifoid berat, sepsis, leukimia, limfoma dan penyakit Hodgkin dapat sebagai diagnosis banding.12.9. PENATALAKSANAANPenderita yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai penderita tifus abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai berikut :1. Isolasi penderita desinfeksi pakaian dan ekskreta.2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah dan anoreksia.3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat mutlak, berbaring terus di tempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali 1 gelas sehari perlu diberikan. Jenis makanan untuk penderita dengan kesadaran menurun ialah makanan cair yang dapat diberikan melalui pipa lambung. Bila anak sadar dan nafsu makan baik, maka dapat diberikan makanan lunak.5. Kloramfenikol masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan penderita demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 100mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian peroral atau intramuskulus atau intravena bila diperlukan selama 10-14 hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun, sedangkan pada kasus dengan malnutrisi atau penyakit, pengobatan dapat diperpanjang sampai 21 hari, 4-6 minggu untuk osteomielitis akut, dan 4 minggu untuk meningitis. 6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesua. Misalnya pemberian cairan intravena untuk penderita dengan dehidrasi dan asidosis. Bila terdapat bronkopneumoni harus ditambahkan penisilin dan lain-lain

Bedah Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus Suportif Tirah baring Isolasi memadai Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi Indikasi rawat Demam tifoid berat harus dirawat inap di Rumah Sakit Cairan dan kalori Terutama pada demam tinggi, muntah, atau diare, bila perlu asupan cairan dan kalori diberikan melalui sonde lambung Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi menjadi 4/5 kebutuhan dengan kadar natrium rendah Penuhi kebutuhan volume cairan intravascular dan jaringan Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan O2 Pelihara keadaan nutrisi Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit Antipiretik, diberikan apabila demam >39C, kecuali pada pasien dengan riwayat kejang demam dapat diberikan lebih awal Diet Makanan tidak berserat dan mudah dicerna Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori cukup Transfusi darah, kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan perforasi usus.82.10. PENCEGAHANUsaha pencegahan dapat dibagi atas :1. Usaha terhadap lingkungan hidup Sanitasi diperbaiki dan bersih, air mengalir sangat penting untuk mengendalikan demam tifoid Untuk meminimalkan penularan dari orang ke orang dan kontaminasi makana, cara-cara hygiene personil cuci tangan, dan perhatian terhadap praktek-praktek persiapan makanan diperlukan

2. Usaha terhadap manusia Imunisasi Menemukan dan mengobati karier Pendidikan kesehatan masyarakat. 82.11. KOMPLIKASIKomplikasi pada demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian4 :1. Komplokasi pada usus halus- Perdarahan- perforasi- Peritonitis2. Komplikasi diluar usus halus- Bronkitis- Bronkopneumonia- Ensepalopati- Colesistitis- Meningitis- Miokarditis- Karier kronik

2.12. PROGNOSISPrognosis pasien tergantung pada ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komlikasi. Di negara maju dengan pengobatan antibiotik yang adekuat angka mortalitas < 1%, di negara berkembang angka mortalitas >10%, niasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan pengobatan, munculnya komplikasi, sperti perforasi gastro intestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia mengakibatkan morbidotas dan mortalitas yang tinggi.1

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULANDemam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif Salmonella typhi. Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat lebih ringan dan lebih bervariasi. Demam adalah gejala yang paling konstan di antara semuapenampakan klinis. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyaki tinfeksi akutpadaumumnyasepertidemam,sakitkepala,mual,muntah,nafsumakanmenurun, sakit perut, diare atau sulit buang air beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisikhanya didapatkan suhu tubuh meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama soredan malam hari. Setelah minggu ke dua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi terus menerus, nafas berbau tak sedap, lidah ditutupiselaputputihkotor, ujungdan tepinya kemerahandan tremor, pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung. Anak nampak sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidurpasif, acuh tak acuh (apatis) sampai berat (delirium, koma).

BAB IIIPENUTUP

3.1. DAFTAR PUSTAKA

1. Poorwo sumarmo ,dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta : FKUI. Hal 338-345.2. Rampengan,T,H. 2008 Penyakit infeksi tropik pada anak, Edisi 2. Jakarta: IKAPI. Hal 46-633. Cahyono J B Suharjo B, dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Kanisius. Hal 92-964. Hassan Rusepno, dkk.1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta :FKUI. Hal 593-598.5. Kemenkes Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Demam Tipoid6. Nelson.1996. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta : EGC. Hal 970-973.7. Sjamsuhidayat,R. 2004. Bukiu Ajar Imu Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC. Hal 35-398. Nelwan. 2012. Tatalaksana Terkini Demam Tipoid. Jakarta : Devisi Penyakit Tropik dan Infeksi FK-UI

STATUS ORANG SAKITAnamnese Pribadi os

Nama: Abdillah Umur: 11 Tahun 10 bulanJenis Kelamin: Laki-lakiAgama: IslamSuku : Jawa Alamat: Jl. Ciamis no. 006 Belawan. Kecamatan Medan Kota Belawan. Kabupaten Kota Medan. Propinsi Sumatra Utara.Tanggal Masuk: 24 November 2014BB Masuk: 24 kgPB Masuk: 135 cmAnamnese mengenai orangtua osIdentitasAyahIbu

NamaUmur SukuAgamaPendidikanPekerjaanPenyakitPerkawinanAlamatAnwar43 tahunJawaIslamSTMWiraswasta-Pertama Jl. Ciamis no. 006 Belawan. Kecamatan Medan Kota Belawan. Kabupaten Kota Medan. Propinsi Sumatra Utara.Fitriani37 tahunJawaIslamSMPIRT-PertamaJl. Ciamis no. 006 Belawan. Kecamatan Medan Kota Belawan. Kabupaten Kota Medan. Propinsi Sumatra Utara.

Riwayat Kelahiran osCara kelahiran : NormalTanggal Lahir: 1 Januari 2003Tempat Lahir: Klinik BersalinDitolong Oleh: BidanBB lahir: 3500 gramPB lahir: 45 cmUsia kehamilan: 37 minggu

Perkembangan FisikSaat lahir: Menangis1 bulan : Sudah bisa tersenyum3 bulan: Sudah bisa mengangkat kepala 5 bulan : Sudah bisa telungkup 6 bulan: Sudah dapat duduk dengan dibantu9 bulan: Sudah bisa duduk sendiri12 bulan: Sudah bisa berdiri dan berjalan sendiri1 sekarang: Sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan

Anamnese Makanan

0-6 bulan: ASI eksklusif6 bln- 1th: ASI + Susu Formula + Nasi Tim1th-2th: Susu Formula + Nasi Tim 2th-sekarang: Makanan Keluarga

ImunisasiHpatitis B: (-)Polio: (+) 4xBCG: (+) 1x scar (+)DPT: (+) 3xCampak: (-)Tifoid: (-)Kesan imunisasi tidak lengkap

Penyakit yang pernah diderita: -

Keterangan mengenai saudara os: OS anak 1 dari 1 bersaudara.

Alloanamnese mengenai penyakit os:Keluhan Utama : DemamTelaah : - Hal in dialami OS sejak 13 hari yang lalu, demam naik-turun, demam saat sore dan malam hari, demam turun dengan obat penurun panas, menggigil (-), kejang (-).- demam hari ke 4 OS muntah darah, 1 kali saat itu OS berobat ke puskesmas, diberi obat kemudian OS disuruh kontrol 3 hari lagi namun OS tidak dibawa kontrol 3 hari lagi namun OS tidak dibawa kontrol lagi oleh orang tuanya.- riwayat perdarahan spontan lainnya (-), ptekie (-).- batuk (-), riwayat kontak dengan penderita batuk lama disangkal.- muntah (-)- selama sakit nafsu makan menurun, ibu OS merasa anaknya semakin kurus.- mencret (-)- BAK (+) N, BAB (+) N, nyeri BAK disangkal.- OS mengeluh nyeri di tulang paha kiri dan kanan.RPT:OS rujukan dokter dengan diagnosa febris, OS sebelumnya dirawat di RS PAC kawan selama 2 hari dengan diagnosa DBD, namun di rumah Os tetap demam.RPO : tidak jelas

Pemeriksaan Fisik1. Status presensKU/KP/KG:sedang/sedang/sedangAnemis: (-)Sensorium:compos mentisIkterik: (-)Frek. Nadi:120x/iOedem: (-)Frek. Nafas:24x/iSianosis: (-)Temperatur:37,6c Dyspnoe: (-)Tekanan darah : 110/80 mmHg

2. Status Lokalisataa. Kepala : Mata:RC +/+, pupil isokor, conj, palp, inf pucat -/- Hidung: dalam batas normalTelinga: dalam batas normalMulut : coated tounge (-)b. Leher: pembesaran KGB (-)c. Thorax:HR 120x/i, reg, desah (-), RR 24x/i, reg, rongki (-/-)Inspeksi : Simetris Fusiformis, retraksi (-).Palpasi: steam fremitus kiri dan kanan samaPerkusi: sonor pada kedua lapangan paruAuskultasi: SP = Vesikuler ST = -

d. Abdomen:Inspeksi: simetris Palpasi: soepel, H/L tidak terabaPerkusi: tympaniAuskultasi: peristaltik (+) N

e. Ekstermitas: Atas: pulse 120x/i, t/v cukup, akral hangat, TD 110/80 mmHg Bawah: CTR < 3, Rumple leed (-)f. Genitalia:.

XI. Status Neurologi :a. Syaraf otak : b. Sistem Monotorik :Pertumbuhan otot: Kekuatan Otot: Neuromuskular: Involutary Movement : Dalam batas normalc. Koordinasi: Dalam batas normald. Sensibilitas: Dalam batas normal

XII. Pemeriksaan Khusus:Widal Test tanggal 24 november 2014 Antigen O Typhi O: 1/320 Antigen O P. Typhi A: 1/160 Antigen O P. Typhi B: 1/160 Antigen O P. Typhi C: 1/45 Antigen H Typhi O: 1/320 Antigen H P. Typhi A : 1/80 Antigen H P. Typhi B : 1/160 Antigen H P. Typhi C : 1/80

XIII. Pemeriksaan Laboratorium :tanggal 24 november 2014PemeriksaanHasilNilai Normal

WBC9.400 uL4000-10.000 uL

RBC4,01 x 106 uL4-5 x 106/uL

HGB11,0 g/dl12-14 gr/dL

HCT32,5 %36,0-42,0 %

MCV81,0 Fl80-90 fL

MCH27,4 pg27-33,7 pg

MCHC33,8 dL31,5-35,0 dL

PLT366.000 uL150.000-440.000 uL

KGD98 ml/dl