TINJAUAN PUSTAKA BAB II -...
Transcript of TINJAUAN PUSTAKA BAB II -...
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengangguran
Penganggur merupakan seseorang yang berada pada umur angkatanl kerja
(15 β 64 tahun) yang sedangl mencari pekerjaani namun belum menemukan
pekerjaan yang layak. Orang yang berada pada umur angkatan kerja namun tidak
sedang mencari pekerjaan tidak termasuk ke dalam kelompok pengangguran.
Pengangguran merupakani salah satu masalah yangi dihadapi oleh banyak negara
yang umumnya menjadi masalah yang relatif besar pada negara berkembang seperti
Indonesia. Karena dengan jumlah pengangguran yang banyak mencerminkan
adanya ketidak-efisienan dalam penggunaan sumber daya manusia, akibatnya
pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan lebih rendah dari seharusnya.
Pengangguran juga dapat membuat standar hidup seseorang menurun dikarenakan
pendapatannya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang layak.
Stober (2015) mengatakan bahwa tidak ada negara tanpa pengangguran dan
tingkat pengangguran merupakan salah satu indikator kinerja ekonomi setiap
negara. Tingkat pengangguran juga dapat menjadi pertimbangan bagi investor
untuk menginvestasikan dananya karena tingkat pengangguran yang tinggi
merupakan ciri dari tidak stabilnya perekonomian suatu negara. Negara yang
memiliki tingkat perekonomian yang tidak stabil akan membuat investor takut
untuk menginvestasikan dananya di negara tersebut
11
Menurut Case (2014) pengangguran dapat dibagi menjadi beberapa jenis
yaitu:
1. Pengangguran Siklis (cyclical unemployment)
Pengangguran yangi terjadi karenai adanya penurunan produksi perusahaan
yang dikarenakan peningkatan harga bahan baku atau kemunduran dalam
perekonomian yang memberi dampak pada perusahaan β perusahaan yang
juga akan mengalami penurunan permintaan produksinya. Hal ini akan
menyebabkan perusahaan mengurangi tingkat tenaga kerjanya sehingga
jumlah pengangguran meningkat. Pengangguran Siklis ialah tingkat
pengangguran di atas tingkat naturalnya dikarenakan fluktuasi dalam siklus
ekonomi
2. Pengangguran Struktural (struktural unemployment)
Penganggurani yang terjadi karena adanyai kekakuan upah dan jumlah
pekerjaan yang tersedia di lapangan tidak cukup untuk jumlah angkatan
kerja yang membutuhkan pekerjaan (Mankiw, 2003). Kekakuan upah ialah
gagalnya penyesuaian tingkat upah sampai di titik penawarani tenaga kerjai
sama dengan permintaannyai hal ini dapat di sebabkan salah satunya karena
adanya kebijakan upah minimum sedangkan adanya ketidakseimbangan
antara jumlahi lapangan kerja yangi tersediai dengan jumlahi angkatan kerja
umumnya dikarenakan tingkat pendidikan tenaga kerja tidak sesuai dengan
yang diharapkan oleh perusahaan faktor lainnya ialah laju pertumbuhan
penduduk yang lebih besar di bandingkan laju pertumbuhan lapangan kerja
12
3. Pengangguran Friksionali (frictional unemployment)
Pengangguran Friksional adalahi penganggurani yang terjadii karena butuh
waktu bagi para pencarii kerja untuk mencarii pekerjaan yang sesuai dengan
minatnya. Pengangguran friksional ini memiliki jangka waktu pendek atau
short term karena dapat terjadi jika ada pergeseran sektoral dan PHK,
dimana pekerja membutuhkan waktu untuk memperoleh pekerjaan
pengganti.
Pengangguran umumnya di sebabkan karena jumlah populasi penduduk di
negara tersebut terus meningkat sedangkan jumlah lapangan kerja nya terbatas. Hal
ini menyebabkan banyaknya angkatan kerja yangi tidak dapati bekerja karenai tidak
mendapat lapangan kerja yang sesuai. Angkatan kerja adalah penduduk yang
berusia produktif atau 15 β 64 tahun yang sedangi mencari pekerjaani atau pun yang
sudah bekerja. Menurut BPS (2010) angkatan kerja di bagi menjadi 2 jenis
kelompok yaitu:
1. Bekerja
Angkatan kerja yang masuk dalam golongan bekerja adalah angkatan kerja
yang memiliki pekerjaan dan penghasilan untuk mencukupi kebutuhannya
2. Menganggur
Sedangkan angkatan kerja yang masuk dalam kategori menganggur ialah
tenaga kerja yang tidak pernah bekerja namun sedang mencari pekerjaan
dan tenaga kerja yang sudah pernah bekerja namun sedang menganggur
dikarenakan mencari pekerjaan lain.
13
Tingkat angkatan kerja yang tinggi dapat menyebabkani tingkati
pengangguran di negara tersebut meningkati jika jumlah lapangan kerja yangi
tersedia tidak mampui menampung jumlahi angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja
di suatu daerah bisa saja lebih besar di bandingkan jumlah lapangan kerja begitu
juga sebaliknya. Maka pemerintah perlu mendorong migrasi antar daerah agar
terjadi pemerataan antara jumlah tenaga kerja dan jumlah lapangan kerja.
Pengangguran juga dapat memberi dampak negatif terhadap perekonomian antara
lain dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat karena dengan
meningkatnya jumlah pengangguran maka daya beli masyarakat pun akan
menurun. Dampak lain dari pengangguran ialah meningkatnya tingkat kemiskinan
di suatu negara sehingga akan terjadi kesenjangan sosial di masyarakatnya yang
dapat meningkatkan tingkat kriminalitas di negara tersebut.
2.1.2 Pengangguran dan Kesenjangan Output
Pengangguran dan kesenjangan output memiliki hubungani yangi sangat
erat, karena setiap tenaga kerja yang memiliki pekerjaan berkontribusi dalam
peningkatan output yang menyebabkan adanya kenaikan dalam pertumbuhan
ekonomi sedangkan pengangguran tidak memiliki kontribusi dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Okun (1962) menemukan adanya hubungan
negatif antarai tingkat pengangguran dengan kesenjangan output negara tersebut.
Bila kesenjangan output di suatu negara meningkat maka tingkat pengangguran
negara tersebut akan menurun. Hubungan negatif antara pengangguran dan
kesenjangan output ini yang akhirnya di sebut sebagai Hukum Okun. Berlawanan
dengan Hukum Okun, (Lal, 2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
14
antara kesenjangan output dan tingkat pengangguran, sehingga Hukum Okun tidak
berlaku di beberapa negara berkembang di asia.
Menurut (Robert M. Solow, 1994) pertumbuhan ekonomi suatu negara
dapat meningkat jika persediaan modal, teknologi dan angkatan kerjanya ikut
meningkat. Persediaan modal bersumber dari investasi yang dapat di gunakan untuk
produksi di masa depan, sehingga semakin tinggi tingkat persediaan modal maka
semakin tinggi pula tingkat produksi yang dihasilkan suatu negara. Hal ini akan
berdampak pada tingkat pengangguran karena perusahaani akan membutuhkani
tenaga kerjai yang lebih banyak ketika produksi barang meningkat sehingga tingkat
pengangguran negara tersebut akan menurun. Namun, menurut hasil (Johnny,
Timipere, & Krokeme, 2018) terdapat hubungan positif antara tingkat investasi
dengan tingkat pengangguran yang artinya ketika tingkat investasi negara tersebut
meningkat maka tingkat pengangguran negara tersebut juga meningkat, hal ini
diduga diakibatkan karena penambahan modal tidak dikelola secara produktif.
2.1.3 Pengangguran dan Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan peningkatan harga secara umumi dan terus
menerus yang mengakibatkani nilai mata uang negara tersebut menurun. Menurut
Parkin dan Bade (2008) inflasi adalah pergerakan tingkat harga ke arah atas
sedangkan menurut Waluyo (2003) inflasi adalah salah satu penyakit ekonomii
yang hampir terjadii di semua negara di dunia.
Tingkat inflasi suatu negara memiliki hubungan dengan tingkat
pengangguran di negara tersebut. Seperti penelitian yang di lakukan oleh Phillips
(1958) yang menemukan bahwai terdapat hubungani negatif antara inflasi dan
15
tingkat penganggurani. Penelitian ini sejalani dengan penelitian yangi di lakukan Eita
(2013) di Namibia yang menyatakan bahwa inflasi dan pengangguran memiliki
hubungan negatif. Namun penelitiani yang dilakukan oleh Haug and King (2014)
menyatakani bahwa terdapat hubungani positifi antara inflasi dan pengangguran di
Amerika.
16
Grafik II-1 Hubungan Upah Tenaga Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja
Upah riil Tenaga Kerja (W/P)
π·=f((W/P)
π1
π2
π1/π1
π1/π2
0
πβ3πβ1 πβ2
Working Hour (Wh)
π2
π1 π3
0
π3 π1
π2
Jumlah Tenaga Kerja (Q)
π2/π2
π3
17
Dapat dilihat pada kurva di atas upah riil tenaga kerja (π1/π) dan working
hour (πβ1) berada pada tingkat keseimbangannya di titik π1/π1 dan πβ1 namun
ketika terjadi inflasi maka upah riil tenaga kerja menurun ke titik π2/π1sehingga
kurva penawaran tenaga kerja bergeser ke kanan dari π1 menjadi π2 yang
mengakibatkan working hour pekerja meningkat dikarenakan pekerja akan
meningkatkan waktu bekerjanya agar dapat mencukupi kebutuhannya. Peningkatan
waktu bekerja ini akan menyebabkan jumlah tenaga kerja (Q) meningkat sehingga
output (Y) yang dapat diproduksi perusahaan juga meningkat. Namum, dalam
jangka panjang peningkatan inflasi menyebabkan pekerja menyadari bahwa daya
belinya akan suatu barang menurun sehingga pekerja meminta kenaikan upah riil
yang mengakibatkan kurva penawaran tenaga kerja bergeser ke kiri dari π2 menjadi
π3. Penurunan kurva penawaran tenaga kerja ini akan menyebabkan working hour
pekerja menurun yang akan mengakibatkan jumlah tenaga kerja (Q) menurun
sejalan dengan penurunan output (Y) yang dapat diproduksi perusahaan.
2.2 Tinjauan Empiris
2.2.1 Penelitian Odo Stephen dkk
Dalam penelitiannya yang berjudul Understanding the Relationship
between Unemployment and Inflation in Nigeria (Stephen, Favour, Thomas, &
Johnson, 2017) menguji hubungan antara pengangguran dan inflasi di Nigeria
dengan menggunakan data tahunan pada periode 1980 sampai 2015. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memahami hubungan kausal antara pengangguran dan
18
inflasi di Nigeria. . Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah vector error
correction model (VECM) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
πππΈππ‘ = π½0 + π½1πΌππΉπ‘β1 + π½2π2πΊπ·ππ‘β1 + π½3ππΊπΈππΊπ·ππ‘β1 + Β΅π‘
dimana :
πππΈπ = Tingkat Pengangguran di Nigeria
πΌππΉπ‘ = Inflasi
π2πΊπ·ππ‘ = Jumlah uang beredar % PDB
ππΊπΈππΊπ·ππ‘ = Total pengeluaran pemerintah
Penelitian ini menemukan hasil bahwa : (1) inflasi positif signifikan
mempengaruhi pengangguran di Nigeria dalam jangka panjang dan pendek. (2)
terdapat hubungan kausal signifikan antara variabel β variabel dalam model dan
merekomendasikan pemerintah harus menerapkan kebijakan yang akan
mengurangi pengangguran dengan cara meningkatkan pengeluaran pemrintah dan
menjaga stabilitas jumlah uang beredar karena jumlah uang beredar memiliki
pengaruh positif terhadap tingkat pengangguran dalam jangka panjang.
2.2.2 Penelitian Valadkhani
Dalam penelitiannya yang berjudul The causes of unemployment in Iran: an
empirical investigation (Valadkhani, 2003) menguji penyebab pengagguran di iran
pada periode 1968 sampai 2000 dengan menggunakan variabel inflasi,
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan investasi. Penelitiani ini menggunakan
model persamaan simultani dengan metode OLS dan 2SLS (two stage least square)
berdasarkan model :
19
ln(ππ‘) = π½10 + π½11β ln(ππ‘) + π½12 [ln(ππ‘) β ln(ππ‘π)] + π½13 ln(π΅π‘
π) + π½14β ln(πΌπ‘) +
π½14 ln(ππ‘β1) + π½15 π· + ν1π‘ (1)
βln(ππ‘) = π½20 + π½21β ln(π2π‘) + π½22 βln(ππ‘ β πππ‘) + π½23 ππ‘ ν2π‘ (2)
βln(ππ‘) = π½30 + π½31β ln(πππ‘) + π½32 βln(πΌπ‘) + π½33 βln(π2π‘/ ππ‘) + π½34β ln(ππ‘β1) +
ν3π‘ (3)
β ln(πΌπ‘) = π½40 + π½41 β β ln(ππ‘βπ) + ν4π‘1π=0 (4)
dimana :
U = Tingkat Pengangguran tahunan
P = Indeks harga konsumen
Y = Output riil (PDB pada harga konstan 1982)
ππ = ukuran output potensial
π΅π = perbedaan nilai tukar pasar gelap dengan nilai tukar resmi
I = Total Investment
D = variabel dummy
OV = Sektor Minyak
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat masalah endogenitas
antara variabel pengangguran terhadap variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi dan
investasi namun variabel tersebut juga dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Dari
persamaan di atas variabel inflasi dapat dipengaruhi oleh jumlah uang beredar, PDB
tanpa sektor minyak dan variabel trend. Variabel pertumbuhan ekonomi dapat
dipengaruhi oleh nilai tambah sektor minyak, investasi, pertumbuhan jumlah uang
beredar riil dan inflasi periode sebelumnya sedangkan invesatsi dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya.
20
Hasil empiris dari penelitian ini menujukan bahwa variabel inflasi,
kesenjangan output, ketidakseimbangan ekonomi karena nilai mata uang yang tidak
stabil, pertumbuhan investasi dan dummy variabel mempengaruhi secara signifikan
terhadap tingkat pengangguran di Irak dan hasil regresi penelitian menunjukan
bahwai terdapat hubungani positif antara tingkat pengangguran dengan kesenjangan
output dan hubungan negatif terhadap tingkat pertumbuhan investasi rill dan inflasi.
2.2.3 Penelitian Sadiku dkk
Sadiku, Ibraimi and Sadiku (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
Econometric Estimation of the Relationship between Unemployment Rate and
Economic Growth of FYR of Macedonia, Penelitian ini bertujuan untuk
memperkirakan secara empiris hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara
pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di negara Macadonia dengan
menggunakan 4 model yang berbeda yaitu model diferensiasi (OLS), model
dinamis (ARDL), ECM dan pendekatan estimasi VAR menggunakan data kuartal
pada periode 2000-2012.
Hasil empiris dari semua model mengemukakan bahwa tidak ada hubungan
sebab-akibat antara tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi seperti yang
dijelaskan pada teori hukum okun. Berdasarkan metodologi VAR dan kointegrasi
Engel-Granger tidak ada sebab-akibat antara dua variabel ini dan perubahan dalam
tingkat PDB riil tidak menyebabkan perubahan dalam tingkat pengangguran. Studi
ini juga melihat bahwa kebijakan ekonomi yang di terapkan di negara ini tidak
cocok untuk mendorong pembangunan ekonomi dan tingkat pengangguran, karena
sumber utama penyerapan tenaga kerja adalah sektor publik daripada sektor swasta.
21
2.2.4 Penelitian Christopoulos
Christopoulos (2004) dalam penelitiannya yang berjudul The relationship
between output and unemployment: Evidence from Greek regions menguji
hubungan antara output dan pengangguran (ππ‘) pada 13 daerah di Yunani dengan
menggunakan data panel pada periode 1971 - 1993. Metodei yang digunakan dalam
penelitian ini ialah ordinary least square (OLS) dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
ln (πππ‘
πππ‘β ) = π½π ln (
πππ‘
πππ‘β ) + πππ‘ π = 1,2, β¦ , π π‘ = 1,2, β¦ , π (1)
dimana :
πππ‘ = output riil daerah
πππ‘ = tingkat pengangguran
πππ‘β dan πππ‘
β = nilai potensial
Pertimbangan model heterogenitas data panel :
π¦ππ‘ = πΌπ + π’ππ‘π½π + πΏππ‘ + πππ‘ π’ππ‘ = π’π , π‘ β 1 + πππ‘ (2)
Sistem kointegrasi untuk data panel :
π¦ππ‘ = πΌπ + π’ππ‘π½π + πΏππ‘ + πππ‘ π’ππ‘ = π’π , π‘ β 1 + νππ‘ (3)
Penelitian ini dapat mendapatkan hasil bahwa : (1) terdapat hubungan jangka
panjang antara pengangguran dan output di daerah Yunani. (2) 6 dari 13 daerah
mendapatkan hasil bahwa pengangguran dan output bergerak secara bersamaan. (3)
di 7 daerah sisanya mendapatkan hasil bahwa pengangguran tidak bergerak
bersamaan dengan pergerakan output.
22
2.2.5 Penelitian Nelson Johnny dkk
Dalam penelitiannya yang berjudul Impact of Foreign Direct Investment on
Unemployment rate in Nigeria (Johnny et al., 2018) menguji dampak dari Investasi
Asing Langsung dan investasi terhadap pengangguran di Nigeria pada periode 1980
sampai 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah ordinary least
square (OLS) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
ππΈπ = π½0 + π½1πΉπ·πΌ + π½2πΆπΉ + π
dimana :
ππΈπ = Tingkat Pengangguran di Nigeria
πΉπ·πΌ = Investasi Asing Langsung
πΆπΉ = Investasi
Penelitian ini menemukan hasil bahwa terdapat hubungan negatif tidak signifikan
antara investasi asing langsung terhadap pengangguran di Nigeria dan terdapat
hubungan positif signifikan antara tingkat investasi dan tingkat pengangguran di
Nigeria.
2.3 Kerangka Pemikiran
Dari beberapa penelitian di atas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
jangka panjang antara pengangguran dan output (Christopoulos, 2004) namun
menurut penelitian (Sadiku et al., 2015) tidak terdapat hubungan sebab akibat antara
perumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran hal ini dapat disebabkan karena
penigkatan presentase pertumbuhan ekonomi tidak selamanya meningkatkan
produksi dan jumlah lapangan kerja sehingga tidak akan berdampak pada tingkat
pengangguran suatu negara. Pengangguran suatu negara juga dapat dipengaruhi
23
secara signifikan oleh investasi dan inflasi (Valadkhani, 2003) hal ini dapat
disebabkan karena ketika investasi menurun maka perusahaan akan kekurangan
tambahan modal untuk mengembangkan produknya sehingga angkatan kerja yang
tersedia tidak dapat terserap sepenuhnya yang mengakibatkan jumlah
pengangguran tetap meningkat namun menurut (Johnny et al., 2018) terdapat
hubungan positif antara investasi dan pengagguran. Dalam jangka panjang tingkat
inflasi juga dapat memberikan pengaruh positif ataupun negatif terhadap jumlah
pengangguran. Karena ketika inflasi meningkat maka daya beli masyarakat akan
menurun yang menyebabkan perusahaan akan menurunkan produksinya karena
kurangnya modal untuk memproduksi barang. Hal ini akan menyebabkan
perusahaan mengurangi penggunaan pekerjanya yang menyebabkan tingkat
pengangguran meningkat.
24
Gambar II-1 Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan Investasi
Pertumbuhan
Ekonomi
Tingkat
Pengangguran
RKP 2006
Jumlah Uang
Beredar
Tingkat
Pengangguran
Periode
sebelumnya Kesenjangan
Output
PDB tanpa
sektor minyak
Pertumbuhan
jumlah uang
beredar riil Inflasi periode
sebelumnya
Pertumbuhan
Ekonomi
periode
sebelumnya
Sektor
Pengolahan
Tingkat Inflasi
25
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel kesenjangan output diduga memiliki pengaruhi negatif
terhadap tingkati pengangguran Indonesia pada tahun 1997 β 2017.
2. Variabel investasi diduga memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat
pengangguran Indonesia pada tahun 1997 β 2017.
3. Variabel inflasi diduga memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
pengangguran Indonesia pada tahun 1997 β 2017.