TINJAUAN PUSTAKA A.DEFINISI Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket,...

download TINJAUAN PUSTAKA A.DEFINISI Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,

of 11

description

TINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISIDefinisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium1.B. ANGKA KEJADIANKista ovarium paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas2.Kistadenoma ovarii musinosum terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%, sedangkan Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%, Sapardan (1970) 37,2%, dan Djaswadi 15,1%2.Sedangkan untuk kistadenoma ovarii serosum ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan kista bilateral (10-20%), Hariadi (1970) 10,9% dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya, di Surabaya Hariadi dan Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan 28,5%, di Jakarta Sapardan mencatat angka 20,0%, dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat angka 36,1%2.Frekuensi kista dermoid dijumpai 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai berikut, Sapardan mencatat angka 16,9%, Djaswadi 15,1%, Hariadi dan Gunawan masing-masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium. Sebelum perang dunia II, Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Instituut di Bandung, di antaranya satu kasus pada anak umur 13 tahun2.C. KLASIFIKASITerdapat berbagai macam tumor yang dapat tumbuh pada ovarium. Ada yang neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak (noncancerous) dan tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas (cancerous) dan dapat menyebat ke bagian-bagian tubuh lainnya. Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik dan tumor solid. Kista ovarium termasuk tumor neoplastik yang bersifat jinak dan diklasifikasikan menjadi.11. Kistoma Ovarii SimpleksKista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis tampak lapisan epitel jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.2. Kistadenoma Ovarii MusinosumTumor lazimnya berbentuk multilokuler, oleh karena itu, permukaan berlobus (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral.Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai, kadang-kadang dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietal.Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA A.DEFINISI Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket,...

DEFINISI DISTOSIA BAHUDistosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. pada persalinan persentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3 % dari seluruh persalinan vaginal persentasi kepala. apabila distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi lebih dari 60 detik, maka insidensinya menjadi 11%. Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu memasuki panggul dalam posisi oblig. bahu posterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum bahu anterior. ketika kepala melakukan putaran paksi luar bahu posterior berada dicekungan tulang sakrum atau disekitar spina ischiadika dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuka panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan puter fraksi luar dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign). 2.2PATOFISIOLOGISetelah kelahiran kepala,akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkankepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akanberada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibumeneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahugagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetapberada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahudepan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.2.3 ETIOLOGIDistosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul kegagalan bahuuntuk melipat ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh faseaktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepalayang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala IIsebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

2.4FAKTOR PENYEBAB DISTOSIA1. Distosia Karena Kelainan HisKelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik atau inersia uteri hipertonik.A. Inersia Uteri Hipotonik.Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.Inersia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :1) Inersia uteri primerTerjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.2) Inersia uteri sekunder Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.Penanganan :1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan.2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentangkemungkinan-kemungkinan yang ada.3. Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokongbila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuatdapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akandilakukan sectio cesaria.B. Inersia Uteri HipertonikAdalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. misalnya "tetania uteri" karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.Penanganan :Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri, mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.2. Distosia Karena Kelainan LetakA. Letak SungsangLetak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri.Macam Macam Letak Sungsang :1) Letak bokong murni ( frank breech )Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.2) Letak sungsang sempurna (complete breech)Kedua kaki ada disamping bokong dan letak bokong kaki sempurna.3) Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech )Selain bokong sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut.Etiologi Letak Sungsang :1. Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada ; pada panggul sempit, hidrocefalus, anencefalus, placenta previa, tumor.2. Janin mudah bergerak ; pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).3. Gemelli4. Kelainan uterus ; mioma uteri5. Janin sudah lama mati6. Sebab yang tidak diketahui.

Diagnosis Letak Sungsang :1. Pemeriksaan luar, janin letak memanjang, kepala di daerah fundus uteri2. Pemeriksaan dalam, teraba bokong saja, atau bokong dengan satu atau dua kaki.Syarat Partus Pervagina Pada Letak Sungsang :1. janin tidak terlalu besar2. tidak ada suspek CPD3. tidak ada kelainan jalan lahirJika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.B. Prolaps Tali PusatYaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin setelah ketuban pecah. Bila ketuban belum pecah disebut tali pusat terdepan.Pada keadaan prolaps tali pusat ( tali pusat menumbung ) timbul bahaya besar, tali pusat terjepit pada waktu bagian janin turun dalam panggul sehingga menyebabkan asfiksia pada janin.Prolaps tali pusat mudah terjadi bila pada waktu ketuban pecah bagian terdepan janin masih berada di atas PAP dan tidak seluruhnya menutup seperti yang terjadi pada persalinan ; hidramnion, tidak ada keseimbangan antara besar kepala dan panggul, premature, kelainan letak.Diagnosa prolaps tali pusat ditegakkan bila tampak tali pusat keluar dari liang senggama atau bila ada pemeriksaan dalam teraba tali pusat dalam liang senggama atau teraba tali pusat di samping bagian terendah janin.

Pencegahan Prolaps Tali Pusat :Menghindari pecahnya ketuban secara premature akibat tindakan kita.Penanganan Tali Pusat Terdepan ( Ketuban belum pecah ) :a) Usahakan agar ketuban tidak pecahb) Ibu posisi trendelenbergc) Posisi miring, arah berlawanan dengan posisi tali pusatd) Reposisi tali pusat

Penanganan Prolaps Tali Pusat :a) Apabila janin masih hidup , janin abnormal, janin sangat kecil harapan hidup Tunggu partus spontan.b) Pada presentasi kepala apabila pembukaan kecil, pembukaan lengkap Vacum ekstraksi, porcef.c) Pada Letak lintang atau letak sungsang Sectio cesaria

3. Distosia Karena Kelainan Jalan LahirDistosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.

A. Distosia karena kelainan panggul/bagian keras Dapat berupa :

1. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.2. Kelainan ukuran panggul.Panggul sempit (pelvic contaction) Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 2 cm kurang dari ukuran yang normal.

Kesempitan panggul bisa pada :1.Kesempitan pintu atas panggulInlet dianggap sempit apabila cephalopelvis kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Diagonalis (CD) maka inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5 cm.2. Kesempitan midpelvisa. Diameter interspinarum 9 cmb. Kalau diameter transversa ditambah dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan RO pelvimetri. Midpelvis contraction dapat member kesulitan sewaktu persalinan sesudah kepala melewati pintu atas panggul.3. Kesempitan outletKalau diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm. Kesempitan outlet, meskipun mungkin tidak menghalangi lahirnya janin, namun dapat menyebabkan rupture perineal yang hebat. Karena arkus pubis sempit, kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.Ukuran rata-rata panggul wanita normal 1) Pintu atas panggul (pelvic inlet) : Diameter transversal (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.2) Pintu tengah panggul (midpelvis) :Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.3) Pintu bawah panggul (pelvic outlet) : Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm. Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.B. Kelainan jalan lahir lunakAdalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir yang menghalangi lancarnya persalinan.1) Distosia ServisisAdalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada servik uteri. Walaupun harus normal dan baik, kadang kadang permukaan servik menjadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.Ada 4 jenis kelainan pada servik uteri : Servik kaku (rigid cervix) Servik gantung (hanging cervix) Servik konglumer (conglumer cervix) Edema servik2) Kelainan selaput dara dan vagina Selaput dara yang kaku, tebal Penanganannya : dilakukan eksisi selaput dara (hymen) Septa vagina Sirkuler Anterisposterior

Penanganan : Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga persalinan berjalan Lancar Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan sectio Cesaria3) Kelainan kelainan lainnya Tumor jalan lahir lunak : kista vagina ; polip serviks, miomauteri, dan sebagainya. Kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar. Rectum yang penuh skibala atau tumor. Kelainan letak serviks yang dijumpai pada multipara dengan perutgantung. Ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis. Kelainan kelainan bentuk uterus : uterus bikorvus, uterus septus,uterus arkuatus dan sebagainya.

2.5KOMPLIKASI DISTOSIA Komplikasi Maternal Perdarahan pasca persalinan Fistula Rectovaginal Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa transient femoral neuropathy Robekan perineum derajat III atau IV Rupture Uteri Komplikasi Fetal Brachial plexus palsy Fraktura Clavicle Kematian janin Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen Fraktura humerus Prediksi dan pencegahan Distosia BahuMeskipun ada sejumlah faktor resiko yang sudah diketahui, prediksi secara individual sebelum distosia bahu terjadi adalah suatu hal yang tidak mungkin.Faktor resiko:Kelainan bentuk panggul, diabetes gestasional, kehamilan postmature, riwayat persalinan dengan distosia bahu dan ibu yang pendek.Faktor Resiko Distosia Bahu :1. Maternala. Kelainan anatomi panggulb. Diabetes Gestational c. Kehamilan postmaturd. Riwayat distosia bahue. Tubuh ibu pendek 2. Fetalf. Dugaan macrosomia 3. Masalah persalinang. Assisted vaginal delivery (forceps atau vacum) h. Protracted active phase pada kala I persalinani. Protracted pada kala II persalinanDistosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah atau pada gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang.Ginsberg dan Moisidis (2001) : distosia bahu yang berulang terjadi pada 17% pasien.Rekomendasi dari American College of Obstetricians and Gynecologist (2002) untuk penatalaksanaan pasien dengan riwayat distosia bahu pada persalinan yang lalu:1. Perlu dilakukan evaluasi cermat terhadap perkiraan berat janin, usia kehamilan, intoleransi glukosa maternal dan tingkatan cedera janin pada kehamilan sebelumnya. 2. Keuntungan dan kerugian untuk dilakukannya tindakan SC harus dibahas secara baik dengan pasien dan keluarganya.American College Of Obstetricians and Gynecologist (2002) : Penelitian yang dilakukan dengan metode evidence based menyimpulkan bahwa : 1. Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah.2. Tindakan SC yang dilakukan pada semua pasien yang diduga mengandung janin makrosomia adalah sikap yang berlebihan, kecuali bila sudah diduga adanya kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat badan janin yang dikandung oleh penderita diabetes lebih dari 4500 gram.

2.6PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan Distosia Bahu:1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan.2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.3. Lakukan episiotomi.4. Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :a. Tekanan ringan pada suprapubicb. Maneuver Mc Robertc. Maneuver Woodsd. Persalinan bahu belakange. Maneuver Rubinf. Pematahan klavikulag. Maneuver Zavanellih. Kleidotomii. Simfsiotomi

1. Tekanan ringan pada suprapubicDilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin.Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah pada kepala janin.2. Maneuver Mc RobertTehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibu Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit. Maneuver Mc RobertFleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara bersamaan (panah vertikal) Analisa tindakan Maneuver Mc Robert dengan menggunakan x-ray. Ukuran panggul tak berubah, namun terjadi rotasi cephalad pelvic sehingga bahu anterior terbebas dari simfisis pubis

3. Maneuver Woods ( Wood crock screw maneuver )Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara crock screw maka bahu anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis4. Melahirkan bahu belakang A. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan mempertahankan posisi fleksi sikuB. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janinC. Lengan posterior dilahirkan5. Maneuver RubinTerdiri dari 2 langkah :a. Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :b. Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis

Maneuver Rubin IIA. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panahB. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit6. Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.7. Maneuver Zavanelli : mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui SC. 8. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi.9. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.10. Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.11. Simfisiotomi. Hernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan serangkaian tindakan emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu1. Minta bantuan asisten , ahli anaesthesi dan ahli anaesthesi.2. Kosongkan vesica urinaria bila penuh.3. Lakukan episiotomi mediolateral luas.4. Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah untuk melahirkan kepala.5. Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan diatas. Bila tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :a. Wood corkscrew maneuverb. Persalinan bahu posteriorc. Tehnik-tehnik lain yang sudah dikemukakan diatas.Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah disebutkan diatas, namun tindakan dengan maneuver Mc Robert sebagai pilihan utama adalah sangat beralasan.