tinjauan pustaka

22
VALIDASI METODE 2.6.2 Parameter Uji Terdapat beberapa karakteristik yang dievaluasi dalam prosedur validasi menurut CPOB (2003), antara lain: akurasi presisi yang terdiri atas dua pengu!ian yaitu ri presisi antara selekti"itas batas deteksi (limit of detection) linearitas dari batas linearitas dan ketegaran (robustness)# 2.6.2.1 Akurasi $kurasi dide"inisikan sebagai kedekatan antara %asil pengu!ian ter%ada sebenarnya atau yang diterima sebagai nilai benar yang konvensional (Badan PO&, 200 Pengu!ian dilakukan ole% satu orang analis dengan menggunakan larutan standar dengan konsentrasi 0 , *00 , dan *20 # Pengukuran dilakukan masing+masing sebanya kali# $kurasi dapat dinyatakan sebagai persen perole%an kembali (%recovery) dan per deviasi relati" ( -.) dengan syarat -B (simpangan baku relati") tidak bole% l 2,0 , dan nilai recovery dari akurasi %arus berada dalam batas / ,0+*02,0 # 2.6.2.2 Presisi Presisi dide"inisikan sebagai kedekatan beberapa nilai pengukuran dari %omogen pada kondisi normal, artinya onto% yang sama diu!i se ara berurutan (Badan 2003)# 1alidasi metode u!i pada parameter presisi ini pada umumnya men akup: a# ipitabilitas

description

Tinjauan Pustaka air limbah

Transcript of tinjauan pustaka

VALIDASI METODE2.6.2 Parameter UjiTerdapat beberapa karakteristik yang dievaluasi dalam prosedur validasi menurut CPOB (2003), antara lain: akurasi; presisi yang terdiri atas dua pengujian yaitu ripitabilitas dan presisi antara; selektifitas; batas deteksi (limit of detection); linearitas dari batas deteksi; linearitas dan ketegaran (robustness).

2.6.2.1 AkurasiAkurasi didefinisikan sebagai kedekatan antara hasil pengujian terhadap nilai yang sebenarnya atau yang diterima sebagai nilai benar yang konvensional (Badan POM, 2003).Pengujian dilakukan oleh satu orang analis dengan menggunakan larutan standar zat aktif dengan konsentrasi 80%, 100%, dan 120%. Pengukuran dilakukan masing-masing sebanyak tiga kali. Akurasi dapat dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (%recovery) dan persen standar deviasi relatif (%RSD) dengan syarat % SBR (simpangan baku relatif) tidak boleh lebih dari 2,0%, dan nilai recovery dari akurasi harus berada dalam batas 98,0-102,0%.

2.6.2.2 PresisiPresisi didefinisikan sebagai kedekatan beberapa nilai pengukuran dari contoh yang homogen pada kondisi normal, artinya contoh yang sama diuji secara berurutan (Badan POM, 2003).Validasi metode uji pada parameter presisi ini pada umumnya mencakup:a. Ripitabilitas Ripitabilitas dinyatakan sebagai hasil presisi di bawah perlakuan yang sama (analis dan alat yang sama) dalam interval waktu pemeriksaan yang singkat (Badan POM, 2003).Ripitabilitas dilakukan dengan menggunakan minimal sembilan kali pengukuran dengan tiga larutan pada konsentrasi yang berbeda (masing-masing larutan tiga kali pengukuran) atau dengan melakukan pengujian minimal enam kali terhadap contoh dengan konsentrasi 100%. Ripitabilitas dapat dinyatakan sebagai %SBR, dengan syarat nilainya tidak boleh lebih dari 2,0%. b. Presisi AntaraPresisi antara merupakan bagian dari presisi yang dilakukan dengan cara mengulang pemeriksaan tersebut dengan menggunakan alat yang berbeda, hari yang berbeda, analis yang berbeda tetapi pada laboratorium yang sama (Badan POM, 2003). Presisi antara dapat dinyatakan dengan %SBR, dengan syarat nilainya tidak boleh lebih dari 2,0%.

2.6.2.3 SelektifitasSelektifitas didefinisikan sebagai kemampuan metode uji untuk mendeteksi secara kuantitatif analit dengan komponen lain yang menyertainya (Badan POM, 2003). Komponen lain itu dapat berupa cemaran, hasil urai, atau matriks contoh misalnya komponen tablet, komponen sediaan cair dan sebagainya. Salah satu prosedur untuk penentuan selektifitas metode uji dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dari contoh dengan plasebo dan contoh tanpa plasebo. Apabila nilai bias yang diperoleh tidak lebih dari 2% maka metode uji tersebut termasuk kategori selektif (Hexpharm Jaya, 2004).

2.6.2.4 Batas Deteksi (Limit of Detection)Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi terendah contoh yang masih dapat dideteksi oleh metode uji namun tidak perlu terkuantitasi sebagai nilai yang tepat (Badan POM, 2003). Batas deteksi dapat ditentukan dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut:a. Secara visualCara in dapat digunakan untuk metode analisis non instrumental maupun metode analisis instrumental. Batas deteksi dilakukan dengan melakukan analisis terhadap contoh yang diketahui konsentrasinya dan menetapkan kadar terendah yang dapat dideteksi dengan baik.

b. Berdasarkan Signal to Noise Ratio (S/N)Pendekatan ini hanya dapat digunakan pada metode analisis yang memberikan baseline noise. Penentuan S/N dilakukan dengan membandingkan pengukuran sinyal contoh yang diketahui mengandung analit dalam konsentrasi rendah dan blankonya. Kemudian dapat ditetapkan konsentrasi minimum analit yang dapat dideteksi dengan baik. S/N sama dengan 3,0 atau 2:1 umumnya dapat diterima untuk perkiraan limit deteksi. c. Berdasarkan perbandingan standar deviasi dari resapan dan slope dengan kurva kalibrasi dari suatu larutan untuk penetapan batas deteksi.

2.6.2.5 Linearitas dari Batas DeteksiLinearitas dari batas deteksi merupakan parameter lanjutan dari batas deteksi, dengan cara membuat grafik persamaan regresi linear terhadap data yang diperoleh dari penetapan batas deteksi dengan angka korelasinya lebih besar dari 0,9950 atau r 0,9950 (Badan POM, 2003).

2.6.2.6 LinearitasLinearitas adalah kemampuan metode uji untuk memberikan hasil pengukuran yang secara langsung proporsional dengan rentang konsentrasi yang diberikan (Badan POM, 2003). Pengujian dilakukan oleh satu orang analis dengan menyediakan larutan standar zat aktif pada konsentrasi 70%, 80%, 90%, 100%, 110%, 120% dan 130% dari konsentrasi yang diperiksa. Linearitas dinyatakan dalam bentuk regresi linear, dengan syarat nilai korelasi yang dihasilkan lebih besar dari 0,9950 atau 0,9950.

2.6.2.7 Ketegaran (Robustness)Ketegaran didefinisikan sebagai kapasitas dari metode uji untuk tetap tidak terpengaruh oleh variasi kecil yang sengaja dilakukan pada parameter pemeriksaan atau metode ujinya (Badan POM, 2003). Sebagai contoh, variasi dapat dilakukan pada waktu, pH, dan suhu yang berbeda-beda. Ketegaran dapat dinyatakan dalam %SBR dengan syarat nilai %SBR yang didapat tidak boleh lebih dari 2,0%.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan jumlahnya baik secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk lain. Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri yang dimaksud dengan limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi, hal ini tergantung dari jenis industri dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan air limbah. Dari defenisi di atas maka secara umum dapat disimpulkan bahwa air limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan berupa cairan yang berasal dari rumah tangga,industri, atau tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung zat-zat yang membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

1. Sumber dan Macam Air Limbah Sumber dan macam air limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat atau dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kehidupan masyarakat maka semakin beragam pula sumber dan macam limbah yang dihasilkannya. Air limbah yang umum dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah : a. Air limbah rumah tangga (Domestic Sewage) misalnya air dari buangan kamar mandi dan dapur. b. Air limbah perdagangan (Comercial Wastes), misalnya air buangan dari hotel, restoran, dan kolam renang. c. Air limbah industri (Industrial Wastes), misalnya air buangan dari pabrik tepung tapioka, pabrik kelapa sawit, pabrik tahu, dll. d. Air limbah lainnya, misalnya air yang bercampur dengan air comberan. Pada lazimnya susunan air limbah terdiri dari tiga komponen utama yaitu bahan padat, bahan cair dan gas. Semua bahan ini berada dalam air limbah dengan bentuk bahan yang mengapung (Ploating Material), bahan yang terlarut (Disolved Solid), bahan kolodial (Coloid), bahan mengendap (Sediment), bahan melayang (Dispersed Solid).

Sumber-sumber limbah pada industri : 1) Sumber limbah padat Limbah padat berupa bahan padat seperti potongan kayu, serpihan logam, lumpur, kertas-kertas, kain-kain tekstil, ampas ubi kayu, ampas pabrik tahu, kulit ubi kayu, serta potongan-potongan karet dan lain-lain yang banyak terproduksi dari pabrik-pabrik yang merupakan sisa akhir proses. Pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah padat erat kaitannya dengan proses daur ulang dalam upaya memanfaatkan limbah yang berdaya guna. Proses daur ulang selain berguna untuk pemanfaatan limbah juga untuk mencegah agar limbah tidak mengganggu lingkungan hidup. Seringkali limbah padat ditumpukkan pada lapangan yang membuat pemandangan menjadi jelek dan estetika lingkungan kota terganggu. Limbah padat juga sering kali dibuang ke sungai sehingga membuat pendangkalan sungai dan akan berakibat pada kejadian banjir. 2) Sumber limbah cair Limbah cair dijumpai pada industri yang menggunakan air dalam proses produksinya. Mulai dari pra pengolahan bahan baku, seperti pencucian, sebagai bahan penolong, sampai pada produksi akhir menghasilkan limbah cair. Limbah cair ini tidak hanya bersumber dari air masuk melainkan air itu sendiri sudah ada dalam bahan baku dan harus dikeluarkan. Seperti pada pengolahan tepung tapioka ubi kayu mengandung kadar air mencapai 40% dari beratnya dan pada proses produksinya masih membutuhkan air. Limbah cair yang dihasilkannya nantinya akan lebih banyak dari air yang dimasukkan karena telah mendapat tambahan dari bahan baku. Pada dasarnya limbah air tidak memberi efek pencemaran sepanjang kandungan dalam air tidak membawa senyawa-senyawa yang membahayakan ataupun bahan-bahan endapan. Air adalah salah satu media yang sangat efektif untuk membawa limbah yang pada gilirannya mencemari lingkungan. Air digunakan sebagai bahan penolong, sehingga dalam air terdapat kandungan bahan organik dan anorganik yang berbahaya atau beracun. Seperti pabrik karet yang menghasilkan limbah cair yang amat banyak mengandung lumpur dan padatan tersuspensi. Pabrik pembuatan syrup markisa yang menghasilkan limbah berwarna dan mempunyai keasaman tinggi. Persoalan penting dalam limbah cair adalah bagaimana perusahaan industri mengolah limbahnya sebelum dilakukan pembuangan dan kemana hasil olahan tersebut akan dibuang. Oleh karena itu, industri perlu melakukan pengolahan limbah cairnya sebelum dibuang ke badan sungai atau ke lingkungan.

0. Karakteristik Air Limbah

Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut sifat-sifat dan karakteristik kimia, fisika, dan biologis. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan agar dapat dipahami sifat-sifat tersebut serta konsentrasinya dan sejauh mana tingkat pencemaran dapat ditimbulkan limbah terhadap lingkungan. Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada 3 jenis sifat yang harus diketahui yaitu : 1. Sifat Fisik Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut, tersuspensi dan total padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya hantar listrik, bau dan temperatur. Sifat fisik ini beberapa diantaranya dapat dikenali secara visual tapi untuk mengetahui secara lebih pasti maka digunakan analisa laboratorium. a) Padatan Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan ke dalam dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis maupun inorganis tergantung dari mana sumber limbah. Disamping kedua padatan ini ada lagi padatan yang dapat terendap karena mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam keadaan tenang dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri karena beratnya. Zat padat tersuspensi yang mengandung zat-zat organik pada umumnya terdiri dari protein, ganggang dan bakteri. Pengukuran konsentrasi mikroorganisme dalam limbah diukur dengan zat padat tersuspensi yang menguap pada temperatur tertentu. Padatan tersuspensi mempunyai diameter yang lebih besar daripada padatan terlarut. Padatan tersuspensi mempunyai diameter diameter antara 0.01 mm sampai dengan 0.001 mm. Pemahaman terhadap jenis-jenis padatan amat dibutuhkan dalam upaya mengendalikan pencemaran.Salah satu parameter yang sering digunakan adalah Total Suspended Solid (TSS). Total Suspended Solid merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukurannya, sebagai partikel tersuspensi koloid dan partikel tersuspensi biasa. Total Suspended Solid yaitu jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami proses penyaringan dengan membran berukuran 0,45 m. Adanya padatan-padatan ini menyebabkan kekeruhan air, padatan ini tidak terlarut dan tidak dapat mengendap secara langsung. TSS yang sangat tinggi menghalangi masuknya sinar matahari. Air buangan industri mengandung jumlah padatan tersuspensi dalam jumlah yang sangat bervariasi tergantung dari jenis industrinya. Air buangan dari industri-industri makanan, terutama industri fermentasi dan industri tekstil sering mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah relatif tinggi. Jumlah padatan tersuspensi di dalam air dapat diukur menggunakan alat turbidimeter. Seperti halnya padatan terendap, padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar/cahaya ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis.b) Kekeruhan Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada partikel kolodial (diameter 10-8 mm) yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang yang terdapat dalam limbah. Kekeruhan merupakan sifat optis larutan. Sifat keruh membuat hilang nilai estetikanya. c) Bau Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang menimbulkan bau tidak enak bagi penciuman disebabkan adanya campuran dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah. Dengan adanya bau ini akan lebih mudah mendeteksi adanya bahaya sehingga lebih mudah menghindarkan tingkat bahaya yang ditimbulkannya. d) Temperatur Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan mengganggu pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah. e) Warna Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara alami), humus, plankton, tanaman air dan buangan industri. Warna berkaitan dengan kekeruhan, warna disebabkan zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air limbah meskipun warna tidak menimbulkan sifat racun. Limbah berwarna ditemukan pada limbah tekstil, pabrik pembuatan alkohol, pabrik pembuatan cat, dan pabrik pengolahan tepung tapioka. 2. Sifat Kimia Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh Biological Oksigen Demand ( BOD), Chemical Oksigen Demand (COD) dan logam-logam berat yang terkandung dalam air limbah. Test BOD dalam air limbah merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan sampai saat ini. Metode pengukuran limbah dengan cara ini sebenarnya merupakan pengukuran tidak langsung dari bahan organik. Pengujian dilakukan pada temperatur 200 C selama 5 hari. Kalau disesuaikan dengan temperatur alami di Indonesia maka seharusnya pengukuran dapat dilakukan pada suhu lebih kurang 300C. Pengukuran dengan COD lebih singkat tapi tidak mampu mengukur limbah yang dioksidasi secara biologis. Nilai-nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD.

a) Biological Oksigen Demand (BOD) Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi.b) Chemical Oksigen Demand (COD) Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran oksigen dalam air. Metode ini lebih singkat waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dapat dipecah secara biokimia. Adanya racun atau logam tertentu dalam limbah mengakibatkan pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat menggunakan analisa COD. Chemical Oksigen Demand (COD) adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis sebagaimana BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik. Semakin dekat nilai BOD terhadap COD menunjukkan bahwa semakin sedikit bahan anorganik yang dapat dioksidasi dengan bahan kimia. c) Oksigen Terlarut (Demand Oksigen/ DO) Keadaan oksigen terlarut (DO) berlawanan dengan BOD. Semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut dan semakin kecil BOD semakin tinggi oksigen terlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Kemampuan air untuk mengadakan pemulihan secara alami tergantung pada tersedianya oksigen terlarut. Angka DO yang tinggi menunjukkan keadaan air semakin baik. d) Methan Gas methan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar. Suatu kolam limbah yang menghasilkan gas methan akan sedikit sekali menghasilkan lumpur, sebab lumpur habis terolah menjadi gas methan, air, dan CO2. e) Derajat Keasaman Air (pH)Keasaman diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hydrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH terlalu tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan biota tertentu. Air yang mempunyai pH rendah membuat air menjadi korosif terhadap bahan-bahan konstruksi besi yang kontak dengan air. f) Alkalinitas Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat, garam-garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air. g) Lemak dan Minyak Kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi dan proses perebusan. Lemak dan minyak merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar diuraikan oleh bakteri. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput. Karena berat jenisnya lebih kecil dari air maka minyak tersebut berbentuk lapisan tipis di permukaan air dan menutup permukaan yang mengakibatkan terbatasnya oksigen masuk dalam air. 3. Sifat Biologis Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan. Protein adalah salah satu senyawa kimia organik yang membentuk rantai kompleks, mudah terurai menjadi senyawa-senyawa lain seperti asam amino. Sebagai bahan organik mengandung karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, dan phosphor. Penyebab bau busuk pada suatu limbah adalah dekomposisi dari zat-zat tersebut dalam jumlah besar. Karbohidrat dengan rumus kimia (CH2O)n yang mempunyai komposisi karbon, hydrogen dan oksigen merupakan suatu polimer yang tersusun dari senyawa monomer-monomer. Bahan-bahan seperti gula, pati, sellulosa, serat kayu, adalah merupakan karbohidrat yang dapat terurai melalui bantuan enzim maupun mikroba. Pati sukar larut dalam air, akan tetapi dapat diubah menjadi gula oleh aktifitas mikrobiologi. Bahan ini dalam limbah akan diubah oleh mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sederhana seperti karbondiksida, air dan amoniak.

1. Air Limbah1. PengertianYang dimaksud dengan air limbah, air kotoran atau air bekas adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan, dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar, 1995).Menurut Haryoto Kusnoputranto (1985) air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa air limbah merupakan air sisa yang berasal dari kegiatan manusia yang mengandung zat-zat yang tidak diinginkan (zat pencemar). Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik.

0. Sumber Air LimbahBeberapa sumber air limbah/buangan secara garis besar, sebagai berikut:1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri atas bahan-bahan organik.1. Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.1. Air buangan kotapraja (municipal wastes water) yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

0. Karakteristik Air LimbahKarakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air limbah ini digolongkan sebagai berikut :1. Karakteristik fisikAir limbah terdiri atas 99,9% air, sedangkan kandungan bahan padatnya mencapai 0,1% dalam bentuk suspensi padat (suspended solid) yang volumenya bervariasi antara 100-500 mg/L. Apabila volume suspensi padat kurang dari 100 mg/L, air limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500 mg/L disebut kuat. 1. Karakteristik kimiawiBiasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urin, dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu, pada umumnya bersifat basa pada waktu masih baru, dan cenderung ke asam apabila sudah mulai membusuk. Substansi organik dalam air buangan terdiri dari 2 golongan, yakni:1. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya; urea, protein, atau asam amino.1. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, atau karbohidrat.

1. Karakteristik bakteriologisBakteri dalam air limbah berfungsi untuk menyeimbangkan DO dan BOD. Sedangkan bakteri patogen banyak terdapat dari hasil buangan dari peternakan, rumah sakit, laboratorium, sanatorium, buangan rumah tangga khususnya dari kamar mandi/wc. Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan E. Coli terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air limbah. Limbah industri tidak banyak mengandung bakteri kecuali dari bahan produksinya memang berhubungan dengan potensi adanya bakteri di antaranya industri makanan/minuman, pengalengan ikan dan daging, abbatoir. Beberapa mikroorganisme dalam air limbah, antara lain:1. Kelompok protista: virus, bakteri, jamur, protozoa1. Kelompok tanaman dan bintang : algae, cacing

0. Parameter Air LimbahUntuk mengetahui kualitas dari air limbah biasanya digunakan parameter-parameter seperti di bawah ini:1. Total Suspended Solid (TSS) atau Total Padatan Tersuspensi yang menunjukkan banyaknya padatan-padatan yang tidak terlarut / melayang-layang atau yang disebut dengan koloid.1. Total Disolved Solid (TDS) atau Total Padatan Terlarut yang menunjukkan banyaknya zat-zat padatan terlarut.1. Nilai pH, menunjukkan sifat keasaman atau kebasaan dari air limbah tersebut.1. Nilai BOD (Biological Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen secara Biologis (KOB) menunjukkan banyaknya zat-zat yang terlarut / tidak terlarut yang dapat diuraikan oleh bakteri.1. Nilai COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen secara Kimia (KOK) menunjukkan banyaknya zat-zat yang larut dan tidak larut, yang dapat dioksidkan secara kimia dengan mempergunakan larutan kalium dikromat dalam lingkungan asam sulfat.1. Kadar nitrit, menunjukkan banyaknya garam-garam nitrit yang terdapat dalam air limbah.1. Kadar besi atau logam lainnya, menunjukkan banyaknya besi atau kadar logam lainnya yang terkandung dalam air limbah.1. Kadar senyawa organik klorida atau organik pospat seperti DDT, karbamat dan sebagainya yang terdapat dalam air limbah.1. Kadar kesadahan air, menunjukkan banyaknya kandungan garam-garam kalsium dan magnesium dalam air limbah, sedangkan akibat pencemaran dari industri pertambangan dan sebagainya, air sadah juga mengandung garam-garam khrom, timbal, seng, besi dan sebagainya.

WARDOYO, S.T.H. 1978. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Dalam : Prosiding Seminar Pengendalian Pencemaran Air. (eds Dirjen Pengairan Dep. PU.), hal 293-300.WIROSARJONO, S. 1974. Masalah-masalah yang dihadapi dalam penyusunan kriteria kualitas air guna berbagai peruntukan.PPMKL-DKI Jaya, Seminar Pengelolaan Sumber Daya Air. , eds. Lembaga Ekologi UNPAD. Bandung, 27 - 29 Maret 1974, hal 9 15Metclaf,Eddy. 2003. WASTE WATER ENGINEERING DESIGN, Mc Graw-Hill, New York.Alaert.G dan Sri Sumestri Santika,Msc. 1984. METODA PENELITIAN AIR,Usaha Nasional, .Surabaya-IndonesiaHenze, Mogenz. 1995. Waste Water Treatment Biological and Chemical Process.Germany:Springer-verlagheidelbergEffeni, Farid. Diktat Kuliah Pengolahan Limbah Industri.Surabaya:Teknik Kimia ITSBadan Pengawasan Obat dan Makanan. 2003. Cara Pembuatan Obat yang Baik. Bandung: Badan Pengawasan Obat dan Makanan. hlm. 1-21.Blaschke, Gottfried. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakrta: Gajah Mada University Press. hlm. 278.Gandjar, Ibnu Ghalib., 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 378. APHA, AWWA, WPCF, 1992. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. Edisi ke-21. America Public Health Association. Washington DC.Azwar, Azrul, 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber. Jakarta.Fitria Chairini Pujiandhini, 2013. Pengujian Parameter Linieritas, Presisi, dan Akurasi dalam Rangka Verifikasi Metode Penentuan Kadar Cu Secara SSA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.KromAnderson K. 1999.AnalyticalTechniquesforInorganicContaminants.Gaitherburg (US): AOAC International.Alfian Z. 2007. Pengaruh pH dan Penambahan Asam terhadap Penentuan KadarUnsur Krom dengan menggunakan Metode Spektrofotometer Serapan Atom.JurnalSainsKimia[internet]. [diunduh 2013 9 Oktober]; 11(1):37-41.Tersedia pada:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21158/1/skm-jan2007-11(9).pdfArifin Z, Darmono, Sapuan A, Pratama R. 2006. Validasi Metode Analisis LogamCopper (Cu) dan Plumbum (Pb) dalam Jagung dengan caraSpektrofotometer Serapan Atom.Seminar Nasional Teknologi Peternakandan Veteriner 2006[internet]. [waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui].Jakarta (ID): Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. hlm 1003-1007;[diunduh 2013 Agustus 27]. Tersedia pada: http://www.bbalitvet.litbang.deptan. go.id/eng/attachments/247_60.pdf[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2002. AOAC Internationalmethods committee guidelines for validation of qualitative and quantitativefood microbiological official methods of analysis.JAOACInt[internet].[diunduh 2013 25 Aguatus]; 85: 15. Tersedia pada: xa.yimg.com/kq/groups/9510554/664948175/name/Food_Micro_Validation_Guidelines.pdf[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2010. SNI ISO 8124-3:2010, Keamananmainan-Bagian 3: Migrasi unsur tertentu. Jakarta (ID): DepartemenPerdagangan.Fifield F W dan Kealey D. 2000.Principles and Practice of Analytical Chemistry.London (GB): University of Kingston.Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungan.IlmuKefarmasian[internet]. [diunduh 2013 27 September]; 3:117-135.Tersedia pada:http://www.journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/view/1136/1043.Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Amerika Serikat (US): Mc-Graw-Hill.Khopkar SM. 2002.Konsep DasarKimia Analitik. Saptorahardjo A, penerjemah.Jakarta (ID): UI-Press. Terjemahan dari:BasicConceptsofAnalyticalChemistry.NoerpitasariEdanNugrohoA.2012.ValidasiMetodeAnalisisUnsurTanahJarang (Ce, Eu, Tb) dengan Alat ICP-AES Plasma 40.Seminar NasionalVIII SDM Teknologi Nuklir[internet].2012 31 Oktober. Yogyakarta (ID):Pusat Teknologi Bahan BakarNuklir-BATAN. hlm 347-352; [diunduh 2013september 27]. Tersedia pada: http://www.papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2012/51.pdfPalar H. 1994.PencemarandanToksidanLogamBerat.Jakarta (ID): PenerbitRineka Cipta.Purwanto A. Validasi metode spektrofotometri serapan atom pada analisis logamberatCr,Cu,Cd,Fe,Pb,Zn,danNidalamcontohujilarut.Prosidingpertemuandanpersentasiilmiahpenelitiandasarilmupengetahuandanteknologi nuklir[internet]. 2010 Juli 20. Yogyakarta (ID): Pusat Teknologi

13Akselerator dan Proses Bahan, BATAN. hlm 112-122; [diunduh 2013Agustus 29]. Tersedia pada: http://www.digilib.batan.go.id/ppin/katalog/index.ph/searchkatalog/downloadDatabyId/558/BP-6_[_115-122_].pdfSanusi A, Rahayu SW, Utami IP. 2010. Identifikasi Cemaran Logam Timbaldalam Mainan Gigitan Bayi yang Beredar di Purwokerto dengan MetodeSpektrofotometri Serapan Atom.PharmacyJ[internet]. [diunduh 2013 27September]; 7(03): 123-134. Tersedia pada: http://www.jurnal.ump.ac.id/index.php/pharmacy/article/view/398/376.Saputra E Y. 2009.Verifikasi dan Validasi Metoda di Laboratorium[internet].[diunduh 2013 24 Agustus]. Tersedia pada: http://www.chem-is-try.org.[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2010.KeamananMainanBagian3:MigrasiUnsur Tertentu. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.VandecasteeleCdanBlockCB.1993.ModernMethodsforTraceElementDetermination. Inggris (GB): John Wiley & Sons.Walpole RE. 1995.Pengantar Statistika.Ed ke-3. Jakarta (ID): Gramedia.