TINJAUAN PUSTAKA

27
 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gizi Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek Mesi r, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai ”nutrisi”. Terjemahan ini terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994. WHO mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi. Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam ca iran tubuh. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan  juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan. Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran bak u yang sering disebut reference. Baku antropom etri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization   National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status g izi dibagi menjadi empat : Per tama, gizi lebih untuk ov er weight, termasuk kegemukan dan o besitas. Kedua, Gizi baik untuk well nou rished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor. Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut.

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 1/27

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Gizi

Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952-1955 sebagai terjemahan

kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan.

Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition

dengan mengejanya sebagai ”nutrisi”. Terjemahan ini terdapat dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia Badudu-Zain tahun 1994. WHO mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari

proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat

padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan,

berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi. Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang

diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi

mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut

selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh.

Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan

dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan

 juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui

penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Depkes

(2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara

pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat

berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan. Dalam menetukan klasifikasi status gizi

harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di

Indonesia adalah World Health Organization  –  National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS).

Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over

weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi

kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition).

Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor.

Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi yang cukup serta

waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan

faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut.

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 2/27

Kurang Energi Protein

Kurang Energi Protein (KEP) diberi nama internasional Calori Protein Malnutrition (CPM) dan

kemudian diganti dengan Protein Energy Malnutrition (PEM). Kurang Energi Protein adalah

seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalammakanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Manifestasi KEP dari diri penderitanya

ditentukan dengan mengukur status gizi anak atau orang yang menderita KEP.

KEP pada balita sangat berbeda sifatnya dengan KEP orang dewasa. Pada

balita, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama

penyakit infeksi, kematian anak dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan.

Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktivitas kerja dan derajad kesehatan

sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit.

16

Diperkirakan bahwa Indonesia

kehilangan 220 juta IQ poin akibat kekurangan gizi dan penurunan produktivitas

diperkirakan antara 20% - 30%.

20

Salah satu gejala dari penderita KEP ialah hepatomegali, yaitu pembesaran

hepar yang terlihat sebagai pembuncitan perut. Anak yang menderita tersebut sering

pula terkena infeksi cacing. Kedua gejala pembuncitan perut dan infeksi cacing ini

diasosiasikan dalam pendapat oleh para ibu-ibu di Indonesia bahwa anak yang

perutnya buncit

menderita penyakit cacingan dan bukan karena kurang energi

protein.

19

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 3/27

 

Dalam pandangan ahli gizi KEP dibedakan gambaran penyakit kwashiorkor,

marasmus dan marasmus kwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KEP dengan

kekurangan protein sebagai penyebab dominan, marasmus adalah gambaran KEP

dengan defisiensi energi yang kronis dan marasmus kwashiorkor adalah kombinasi

defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi.

19

Upaya terhadap penanggulangan KEP merupakan tindakan-tindakan

preventif. Pencegahan dan penanggulangan KEP tidak cukup ditinjau dari aspek 

pangan atau makananya. Di masyarakat sering terdapat anggapan bahwa masalah

Universitas Sumatera Utarakurang gizi adalah sama dengan kekurangan pangan. Upaya yang

langsung ke sasaran

berupa pelayanan dasar gizi, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan upaya tidak 

langsung meliputi : a) jaminan ketahan pangan, b) memperluas kesempatan kerja

untuk meningkatkan daya beli, dan c) membangun dan meningkatkan industri kecil

dan menengah untuk memberikan kesemapatan pada penduduk miskin meningkatkan

pendapatan.

13

2.4 Epidemiologi Masalah Gizi

2.4.1 Distribusi dan Frekuensi Masalah Gizi

a. Orang

Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi

pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada status gizi pada periode

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 4/27

siklus kehidupan berikutnya (intergenerational impact). Masa kehamilan merupakan

periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh

kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin dalam kandungan.

Akan tetapi perlu diingat bahwa keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil

ditentukan juga jauh sebelumnya, yaitu pada saat remaja atau usia sekolah.

4

Masa balita merupaka masa dimana terjadi pertumbuhan badan yag cukup

pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi di setiap kilo gram berat

badannya. Dalam keadaan seperti ini anak balita justru paling sering mengalami

kekurangan gizi sehingga anak balita merupakan kelompok umur yang rentan

menderita kekurangan gizi.

5

Universitas Sumatera Utarab. Tempat dan Waktu.

Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak 

balita menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya

menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000

menderita gizi buruk tingkat berat.

21

Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 5/27

berdasarkan BB/U adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%.

Prevalensi nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan

dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia

sebesar 18,5%, maka secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui. Namun

pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi. Sebanyak 19 provinsi mempunyai

prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe

Aceh Darussalam (26,5%), Sumatera Utara (22,7%), Sumatera Barat (20,2%), Riau

(21,4%), Jambi (18,9%), Nusa Tenggara Barat (24,8%), Nusa Tenggara Timur (33,6),

Kalimantan Barat (22,5%), Kalimantan Tengah (24,2%), Kalimantan Selatan

(26,6%), Kalimantan Timur (19,2%), Sulawesi Tengah (27,6%), Sulawesi Tenggara

(22,7%), Gorontalo (25,4%), Sulawesi Barat (16,4%), Maluku (27,8%), Maluku

Utara (22,8%), Papua Barat (23,2%)dan Papua (21,2).

10

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi

Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%), Rote

Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%), Simeulue

(39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%),

Universitas Sumatera UtaraKupang (38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota

dengan prevalensi

Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%),

Minahasa (6,0%), Kota Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%),

Bantul(7,4%), Badung (7,5%), Kota Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%),

dan Bondowoso (8,7%).

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 6/27

10

2.4.2 Determinan Masalah Gizi

Proses riwayat terjadinya penyakit pada masalah gizi (gizi kurang) melalui

berbagai tahap yaitu diawali dengan terjadinya interaksi antara pejamu, sumber

penyakit dan lingkungan. Ketidakseimbangan antara ketiga faktor ini, misalnya

terjadi ketidakcukupan zat gizi dalam tubuh. Akibat kekurangan zat gizi, maka

simpanan zat gizi dalam tubuh dugunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila

keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya

terjadi kemerosotan jaringan. Proses ini berlanjut sehingga menyebabkan malnutrisi,

walupun hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.

18

Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi, dipengaruhi oleh

berbagai faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan.

22

Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah, atau

masyarakat bahkan keluarga, karena anak tidak tampak sakit. Terjadinya kurang gizi

(KEP) tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan

seperti KEP dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah, masih mungkin

terjadi kasus kurang gizi pada anak balita. KEP pada anak balita sering disebut

sebagai kelaparan tersembunyi atau hidden hunger. Dengan demikian penyebab KEP

Universitas Sumatera UtaraKURANG GIZI

Makanan tidak seimbang Penyakit infeksi

Tidak cukup

persediaan

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 7/27

pangan

Pola asuh anak 

tidak memadai

Sanitasi dan air

bersih/pelayanan

kesehatan dasar

tidak memadai

Kurang pendidikan, pengetahuan , dan keterampilan

Krisis ekonomi,

politik, dan sosial

Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga,

kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat.

anak balita lebih kompleks dan melalui berbagai tahapan, yaitu penyebab langsung,

tidak langsung, akar masalah, dan pokok masalah

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 8/27

 

a. Agen

Penyebab langsung timbulnya kurang gizi pada anak balita adalah makanan

tidak seimbang dan penyakit infeksi yang mungkin di derita anak. Kedua penyebab

tersebut saling berpengaruh. Dengan demikian timbulnya kurang gizi tidak hanya

kurang makan tetapi juga karena penyakit, terutama diare dan ISPA. Anak yang

mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya

dapat menderita kurang gizi. Sebaliknya anak yang tidak memperoleh makanan

cukup dan seimbang, daya tahan tubuhnya (immunitas) dapat melemah. Dalam

keadaan demikian anak mudah diserang infeksi dan kurang nafsu makan sehingga

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 9/27

anak kekurangan makan, akhirnya berat badan anak menurun. Apabila keadaan ini

terus berlangsung, anak menjadi kurus dan timbul kurang gizi (KEP). Dalam

kenyataan keduanya (makanan dan penyakit) secara bersama-sama merupakan

penyebab kurang gizi

13,20

Penyebab langsung seperti diuraikan pada gambar 2.4, timbul karena ketiga

faktor penyebab tidak langsung, yaitu: (1) tidak cukup tersedia pangan atau makanan

di keluarga, (2) pola pengasuhan anak yang tidak memadai, dan (3) keadaan sanitasi

yang buruk dan tidak tersedia air bersih, serta pelayanan kesehatan dasar yang tidak 

memadai. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut tidak berdiri sendiri tetapi

saling berkaitan.

22

b. Host

b.1 Berat Badan Lahir Anak Balita

Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500

gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir.

Universitas Sumatera UtaraBerat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap

kematian perinatal dan neonatal.

17

Berat badan lahir berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak 

di masa yang akan datang. Bayi lahir dengan berat di bawah 2.500 gram

dikategorikan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR akan

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 10/27

mengalami gangguan dan belum sempurna pertumbuhan dan pematangan organ atau

alat-alat tubuh, akibatnya BBLR sering mengalami komplikasi yang berakhir dengan

kemat ian.

17

Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

kandungan. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama

kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR).

18

Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa dari hasil penimbangan

berat badan waktu lahir 11,5% lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram atau

BBLR. Jika dilihat dari jenis kelamin, persenatse BBLR lebih tinggi pada bayi

perempuan dibandingkan laki-laki yaitu masing-masing 13% dan 10%.

10

Penelitian Hermansyah (2002) dengan menggunakan desain cross sectional

menunjukkan bahwa berat badan lahir anak balita berhubungan dengan status gizi

balita. (p= 0,000).

23

b.2 Status Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak yang

diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Dalam

imunologi, kuman atau racun kuman(toksin) disebut sebagai antigen. Imunisasi

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 11/27

merupakan upaya pemberian ketahanan tubuh yang terbentuk melalui vaksinasi.

24

Universitas Sumatera Utara Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit dan kematian anak balita

yang

disebabkan oleh wabah yang sering terjangkit, artinya anak balita yang telah

memperoleh imunisasi yang lengkap sesuai dengan umurnya otomatis sudah

memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika ada kuman yang masuk 

ketubuhnya secara langsung tubuh akan membentuk antibodi terhadap kuman

tersebut. Penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah

Tuberculosis , Difteri, batuk rejan (Pertusis0, Tetanus, Campak, Polio dan Hepatitis-B24

Indekskemiskinan di Provinsi Riau dankabupaten/kotaakhir-akhirinisudahbisaditurunkan,haliniterlihatdariurutan 24 tahun 1999, menjadiurutan 20 tahun 2002.

KeberhasilanpenurunanIndekskemiskinan di Provinsi Riautidakterlepasdarisemakinmembaiknyaaksespendudukterhadap air

bersihdanfasilitaskesehatansertaadanyaperbaikangizibalita.KeberhasilanmenurunkannilaiInde

kskemiskinan di kabupaten/kotamerupakanhasildaripeningkatanpenyediaanpendidikandasar,

perbaikanaksesterhadap air bersihdanperbaikangizibalita.

Namun yang lebihpentingadalahbukansekedarmelihatdariangka-angka yang

menjadiindikatornya, tetapi yang

lebihpentingadalahmenurunnyaangkakemiskinantersebutbenar-benarbisadilapangan.Artinya,

pendudukmemangsudahmeningkattarafkehidupannyadaritahun-tahunsebelumnya.Banyaknyapandangan yang

berbedasekaranginidalammelihatdefenisitentangkemisikinanitusendiri,

sehinggamenyebabkanangka-angka yang dikeluarkanpunterjadiperbedaan.

KemiskinandarisudutpandangpendapatantidakselalusejalandenganIndekskemiskinan,

karenakeduaukurantersebutmengukuraspekkemiskinan yang berbeda.Kemiskinanpendapatan

yang dinyatakandalambentukproporsipenduduk yang hidupdibawahgariskemiskinan

(angkakemiskinan) mengukurdeprivasirelatifpadastandarkehidupan yang sudahtercapai,

sedangkanindekskemiskinanmengukurdeprivasi yang dapatmenghambatkesempatan yang

dimilikipendudukuntukmencapaistandarkehidupan yang lebihbaik.

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 12/27

 

Meskipundemikian,

penggabunganantarakeduaukuraniniakanmenghasilkangambaranmenariktentangkondisikemis

kinan. Data di

kabupaten/kotamemperlihatkanbahwadaerahdenganindekskemiskinanrendahcenderunguntuk 

mempunyaiangkakemiskinan yang rendah pula,namundaerahdengannilaiindekskemiskinantinggimemilikiangkakemiskinan yang

lebihbervariasi.

Untukmelihatjumlahpendudukmiskin di Provinsi Riau daritahun 2002 sampaidengan 2006

dapatdilhatpadaGrafik di bawahini.

Jumlahpendudukmiskin di Provinsi Riau relatifbesar yang tersebar di kantong-

kantongkemiskinanpadadaerahpesisir, aliransungai, kepulauandandaerahpedalaman yang

terisolir.Menurut data BPS yang diukurberdasarkankebutuhanmakanansebesar 2.100 kalori

per kapita per hari, padatahun 2003 persentasependudukmiskin di Provinsi Riau sebanyak 

660.700 jiwaatau 14,99 persen.

Angkainiterusmengalamipenurunan, dimanatahun 2004 jumlahpendudukmiskin di Provinsi

Riau sebanyak 658.600 jiwaatau 14.67 persen, tahun 2005 menjadi 600.400 jiwaatau 12.51

persendantahun 2006 menjadi 574.500 jiwaatau 11.20 persen. Dari data

diatasterlihatbahwakecendrunganpendudukmiskin di Provinsi Riau

daritahunketahunselalumengalamipenurunan, haliniseiringdenganberbagai program yang

dilaksanakanolehPemerintah Daerah untukmengurangiangkakemiskinantersebut.

Padaumumnyapendudukmiskinbergerak di sektorpertanian,dimanasektorpertanianbanyakmenyeraptenagakerja di Provinsi

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 13/27

Riau.DengankondisisepertiinidiharapkanperhatiandariPemerintahProvinsi Riau agar

melaluiberbagaipaket program

kebijakanekonomikerakyatanmampumengangkatketerpurukansosialekonomipenduduk Riau

umumnyadankhususnyamereka yang bekerja di sektorpertanian.

Salah satuupayakongkritdariPemerintah Daerah Provinsi Riau adalahmelaluidana

budget/sharing antaraPemerintah Daerah Provinsi Riau dankabupaten/kota. Dana

inicukupsignifikanuntukmendongkrakjumlahrakyatmiskin yang ada di Provinsi Riau. Dana

budget/sharing inidaritahunketahunselalumengalamipeningkatan, khususnya di

prioritaskankepadamasalahisupokok yang ada di Provinsi Riau yaitu, kemiskinan,

sumberdayamanusiadaninfrastruktur.

Untuktahun 2005, total dana budget/sharing antaraprovinsidankabupaten/kotayaitusebesarRp.

1.114.623 Milyar, denganalokasidanauntukpenanggulangankemiskinansebesarRp. 250.398

Milyar, dariprovinsisebesarRp. 162.391 Milyardandarikabupaten/kotasebesarRp. 88.007Milyar. Padatahun 2006 total keseluruhandana budget sharing

untukpenanggulangankemiskinanyaitusebesarRp. 214.844 Milyar, dariprovinsisebesarRp.

114.904 Milyardankabupaten/kotasebesarRp. 99.940 Milyar.

Padatahun 2007 terjadipeningkatandanayaitumenjadiRp. 323.763 Milyar,

dariprovinsisebesarRp. 172.318 Milyardankabupaten/kotasebesarRp. 151.445 Milyar.

SelainbantuandanabergulirdariPemerintahProvinsi Riau dankabupaten/kotamelalui programbudget/sharing yang telahdiberikan,

tampaknyaperlujugamelakukanpembinaansecarakhususdalamhalmelakukanproduksibarangda

njasa, karenaternyatadaripendudukmiskintersebutsekitar 80 persenhanyaberpendidikan SD

kebawah.

A. GAMBARAN UMUM PENDUDUK

1. LUAS WILAYAH

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 14/27

Propinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329 867,61 km²,

sebesar 235 306 km² (71,33 persen) merupakan daerah lautan dan hanya 94 561,61 km² (28,67

persen) daerah daratan. Di samping itu di daerah lautan yang berbatasan dengan negara lain

diperkirakan luas daerah Zone Ekonomi Ekslusif adalah 379 000 km². Keberadaannya membentang

dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka, terletak antara 01º 05´ 00 ´́ Lintang Selatan

sampai 02 º 25´ 00 ´´ Lintang Utara atau antara 100º 00´ 00 ´´ Bujur Timur. Di daerah daratan

terdapat 15 sungai, diantaranya ada 4 sungai yang mempunyai arti penting sebagai prasarana

perhubungan seperti Sungai Siak (300 km) dengan kedalaman 8  – 12 m, Sungai Rokan (400 km)

dengan kedalaman lebih kurang 6 m dan Sungai Indragiri (500 km) dengan kedalaman 6-8 m. Ke 4

sungai yang membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit Barisan bermuara di Selat Malaka dan

Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut.

Batas – batas daerah Riau adalah :

• Sebelah Utara : Selat Malaka dan Propinsi Sumatera Utara

• Sebelah Selatan : Propinsi Jambi dan Propinsi Sumatera Barat

• Sebelah Timur : Propinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka.

• Sebelah Barat : Propinsi Sumatera Barat dan Propinsi Sumatera Utara

Sedangkan batas – batas Kabupaten/ Kota dalam Propinsi Riau

adalah :

51. Kabupaten Kuantan Singingi :

- Sebelah Utara : Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan.

- Sebelah Selatan : Propinsi Jambi

- Sebelah Barat : Propinsi Sumatera Barat

- Sebelah Timur : Kabupaten Indragiri Hulu.

2. Kabupaten Indragiri Hulu :

- Sebelah Utara : Kabupaten Pelalawan.

- Sebelah Selatan : Propinsi Jambi

- Sebelah Barat : Kabupaten Kuantan Singingi

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 15/27

- Sebelah Timur : Kabupaten Indragiri Hulu.

3. Kabupaten Indragiri Hilir :

- Sebelah Utara : Kabupaten Pelalawan.

- Sebelah Selatan : Propinsi Jambi

- Sebelah Barat : Kabupaten Indragiri Hulu

- Sebelah Timur : Kabupaten Karimun.

4. Kabupaten Pelalawan :

- Sebelah Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis

- Sebelah Selatan : Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir

- Sebelah Barat : Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru

5. Kabupaten Siak :

- Sebelah Utara : Kabupaten Bengkalis

- Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar dan Pelalawan

- Sebelah Barat : Kabupaten Bengkalis dan Kota Pekanbaru

- Sebelah Timur : Kabupaten Bengkalis dan Pelalawan

6. Kabupaten Kampar :

- Sebelah Utara : Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak 

- Sebelah Selatan : Kabupaten Kuantan Singingi

- Sebelah Barat : Kabupaten Rokan Hulu dan Propinsi Sumatera Barat.

- Sebelah Timur : Kabupaten Pelalawan dan Siak 

67. Kabupaten Rokan Hulu :

- Sebelah Utara : Kabupaten Rokan Hilir dan Propinsi Sumatera Utara

- Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar

- Sebelah Barat : Propinsi Sumatera Barat.

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 16/27

- Sebelah Timur : Kabupaten Kampar.

8. Kabupaten Bengkalis:

- Sebelah Utara : Selat Malaka

- Sebelah Selatan : Kabupaten Siak 

- Sebelah Barat : Kabupaten Rokan Hilir

- Sebelah Timur : Kabupaten Kepulauan Riau

9. Kabupaten Rokan Hilir:

- Sebelah Utara : Propinsi Sumatera Utara dan Selat Malaka

- Sebelah Selatan : Kabupaten Bengkalis

- Sebelah Barat : Propinsi Sumatera Utara

- Sebelah Timur : Kota Dumai

10. Kota Pekanbaru :

- Sebelah Utara : Kabupaten Siak 

- Sebelah Selatan : Kabupaten Pelalawan

- Sebelah Barat : Kabupaten Siak 

- Sebelah Timur : Kabupaten Kampar

11. Kota Dumai :

- Sebelah Utara : Selat Rupat

- Sebelah Selatan : Kabupaten Bengkalis

- Sebelah Barat : Kabupaten Rokan Hilir

- Sebelah Timur : Kabupaten Bengkalis

Daerah Riau beriklim tropis basah dengan rata – rata curah hujan berkisar antara

15.000 – 3. 000 mm per tahun, yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan.

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 17/27

Wilayah Propinsi Riau dengan bentangan yang sedemikian luas dengan penduduk 

 jarang dan tersebar tidak merata menyebabkan sulitnya perjangkauan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat.

72. KEPENDUDUKAN

Penduduk merupakan modal pembangunan tetapi juga beban dalam pembangunan, karena itu

pembangunan sumber daya manusia dan pengarahan mobilitas penduduk perlu diarahkan agar

mempunyai ciri dan karateristik yang mendukung pembangunan.

2.1. Jumlah Penduduk 

Berdasarkan Proyeksi SUPAS tahun 2005, penduduk Propinsi Riau Tahun 2006 berjumlah 4.762.653

 jiwa, naik 3,1 % dari tahun 2005 (4.614.930 jiwa). Keadaan penduduk dari tahun 2004 (sejak 

berpisahnya Kepulauan Riau) sampai dengan tahun 2006, dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut :

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 18/27

 

2.2. Kepadatan Penduduk 

Penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan salah satu ciri demografi Propinsi Riau. Hal ini

menjadikan kepadatan penduduk yang berbeda di Kabupaten/Kota. Kepadatan penduduk Propinsi

Riau tahun 2005 adalah 53,38 orang per Km², terjadi sedikit kenaikan pada tahun 2006 yaitu 58,54

orang per Km². Kota Pekanbaru yang memiliki luas terkecil dari pada kabupaten/kota lainnya (632,26

Km2) memiliki kepadatan penduduk tertinggi sebesar 1.192,87 orang per Km2. Hal ini disebabkan

karena tingkat urban yang cukup tinggi , baik perpindahan penduduk dari Kab/ Kota di Riau ataupun

dari Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa karena pertumbuhan ekonomi yang pesat di Kota

Pekanbaru. Rata-rata jiwa per rumah tangga pada tahun 2006 di Propinsi Riau adalah 4,27, sedikit

naik dibanding Tahun 2005 (3,97) per rumah tangga. Keadaan ini dapat dilihat di tabel lampiran (tabel

1) Dari tabel dapat dilihat bahwa rata  –  rata jiwa per rumah tangga tertinggi adalah Kota Dumai

(4,47) dan terendah adalah Kabupaten Pelalawan (3,99). Rata – rata jiwa per rumah tangga menurut

kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar ini:

C. STATUS GIZI

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 19/27

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dinilai untuk mengetahui apakah seseorang itu

normal atau bermasalah (gizi salah). Gizi salah adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

kekurangan/kelebihan dan atau ketidakseimbangan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,

kecerdasan, dan aktivitas/produktivitas. Masalah gizi di Propinsi Riau terutama masalah status gizi

buruk dan gizi kurang terutama pada kelompok rentan terhadap masalah gizi yaitu ibu hamil, bayi dan

balita. Data dari laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA),

pemantauan status gizi dan laporan penimbangan bulanan balita dapat menggambarkan

perkembangan status gizi masyarakat pada ibu hamil, bayi dan balita yang berkunjung ke pelayanan

kesehatan di Propinsi Riau.

1. Status Gizi Ibu Hamil

Wanita usia sumbur (WUS) dan ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi disebut Kekurangan

Energi Kalori (KEK). WUS dan ibu hamil status gizinya kurang, maka ia akan cenderung dengan Hb

< 11 gr persen atau disebut anemia. Anemia yang umumnya terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi

besi. Anemia dan KEK akan mengakibatkan turunnya kesehatan wanita tersebut. Dari laporan PWS

KIA Dinas Kesehatan Propinsi Riau, dari ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan serta

diperiksa kadar Hb-nya dapat diketahui apakah ibu hamil tersebut menderita anemia gizi atau tidak.

Di Propinsi Riau angka anemia gizi masih cukup tinggi walaupun tiap tahun mengalami penurunan

,tahun 2003 ibu hamil yang anemia 64 % menjadi 55 % pada tahun 2004 dan tahun 2005 menurun

lagi menjadi 53,2 % , tahun 2006 menurun menjadi 47,8 %.

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 20/27

Tingginya persentase ibu hamil Anemia memungkinkan banyak ibu hamil mengalami pendarahan

waktu melahirkan dan melahirkan anak BBLR. Berdasarkan penyebab kematian maternal perdarahan

masih memiliki proporsi cukup besar ( 33,5%) .

Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi difokuskan pada sasaran ibu hamil, sedangkan

kelompok lainnya seperti anak sekolah, remaja, pekerja berpenghasilan rendah, dan wanita usia subur

belum ditangani. Intervensi yang dilakukan adalah dengan cara pemberian suplementasi langsung zat

besi berupa tablet besi ( Fe ) kepada ibu hamil. Intervensi ini dilakukan melalui kegiatan UPGK di

Posyandu maupun Puskesmas, Klinik bersalin dan Rumah sakit. Pemberian tablet besi diberikan

kepada seluruh ibu hamil sejak awal kehamilan. Diharapkan setiap ibu hamil dapat minum tablet besi

setiap hari paling sedikit 90 tablet selama kehamilannya. Cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet

Fe tahun 2006 adalah 73,57 persen.

2. Status Gizi Bayi

Status gizi bayi dilihat dari berat bayi waktu lahir. Status gizi bayi lahir dengan berat badan rendah (<

2.500 gram) atau disebut BBLR . Data bayi BBLR dari Laporan PWS-KIA, diketahui 9,14 persen

(888 kasus) bayi lahir dengan berat badan rendah dari 106.677 kelahiran. Persentase Bayi BBLR

terbanyak terdapat di Kota Pekanbaru yaitu 1,23 persen (262 kasus). Tingginya persentase bayi BBLR

di Kota Pekanbaru disebabkan karena tahun 2006 laporan kasus terbesar dari RSUD Pekanbaru,

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 21/27

dimana tahun – tahun sebelumnya tidak ada laporan dari RSUD. RSUD Pekanbaru menangani kasus

rujukan dari semua Kab/Kota. Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu juga mempunyai persentase

BBLR cukup besar yaitu 1,13 persen di Pelalawan dan 1,01 persen di Inhu. Tingginya persentase bayi

BBLR di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu dapat disebabkan terganggunya kesehatan dan gizi

ibu selama hamil dan masih rendahnya cakupan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan atau

K4 (K4 di Kabupaten Pelalawan = 73,22 persen dan K4 di Kabupaten Inhu = 70,46 persen), angka

tersebut jauh dari target K4 Propinsi Riau Tahun 2006 (92%). Gambaran persentase bayi BBLR

menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada grafik berikut:

3. Status Gizi Balita

Balita adalah anak yang usianya 0-4 tahun, pada periode umur ini anak tumbuh dan berkembang

secara optimal. Status gizi balita ditentukan melalui standar baku dari WHO. Pekan Bulan

Penimbangan adalah satu bentuk pengembangan dari Pemantauan Status Gizi (PSG) yang merupakan

salah satu komponen Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang telah dilakukan semenjak 

Pelita IV dengan tujuan memberikan informasi gambaran besaran masalah kurang gizi secara berkala.

Pekan Bulan Penimbangan dilakukan di 1405 desa yang ada di Propinsi Riau. Hasil pemantauan padatahun 2006 diperoleh balita yang mengalami gizi buruk sebesar 4,4 persen, kemudian balita yang

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 22/27

menderita gizi kurang sebesar 14,8 persen, gizi baik sebesar 77,4 persen dan gizi lebih sebesar 3,4

persen. Bila dibandingkan dengan hasil pemantauan pada tahun 2005, terjadi peningkatan persentase

balita yang mengalami gizi buruk, gizi kurang pada tahun 2006. Pada tabel berikut dapat dilihat

gambaran status gizi balita secara Kabupaten/kota se Propinsi Riau pada tahun 2006.

Page 23: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 23/27

 

Page 24: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 24/27

 

Page 25: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 25/27

 

Page 26: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 26/27

Secara keseluruhan pada tahun 2006 ini terjadi peningkatan kecamatan rawan gizi. Gambaran

kecamatan rawan gizi tahun 2006 di masing-masing kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

Investigasi KLB Gizi Buruk yang telah dilaksanakan berdasarkan adanya laporan kasus ataupun W1

yang dikirim oleh Kabupaten/Kota, sampai dengan Desember tahun 2006 ada beberapa Kabupaten

yang melaporkan kasus gizi buruk: Kasus Gizi Buruk yang dilaporkan berjumlah 41 kasus, kasus

yang telah diinvestigasi /diintervensi oleh Propinsi berjumlah 11 Kasus , 2 kasus diintervensi berasal

dari dana APBN , sedangkan 9 kasus diintervensi dari APBD. Untuk PMT Pemulihan diberikan pada

9 kasus , 1 kasus belum sempat diintervensi dengan PMT Pemulihan , dan masih dalam perawatan di

Rumah Sakit kasus meninggal , namun Tim Propinsi telah melakukan Investigasi kelokasi tempat

tinggal kasus, dan tidak ditemukan kasus Gizi Buruk yang lain, sedangkan pada saat Investigasi KLB

Gizi di Kabupaten Indragiri Hilir, pada Kecamatan Gaung Anak serka ditemukan lagi 2 kasus gizi

buruk , sehingga kasus yang ditemukan menjadi 4 kasus. Uraian Investigasi KLB Gizi Buruk dapat

dilihat pada tabel berikut :

Page 27: TINJAUAN PUSTAKA

5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 27/27

 

Dari 10 Desa yang melaporkan W 1 Gizi Buruk ke Propinsi sampai akhir Desember 2006,sudah

dilakukan penanganan kasus Gizi Buruk di semua Desa tersebut oleh Tenaga kesehatan. Untuk 

Kasus Gizi Buruk semuanya mendapat Perawatan di sarana Kesehatan baik di Rumah sakit ,

Puskesmas ataupun tatalaksana Gizi Buruk di Rumah tangga.