TINJAUAN PUSTAKA
-
Upload
widya-fitri -
Category
Documents
-
view
298 -
download
0
Transcript of TINJAUAN PUSTAKA
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 1/27
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Gizi
Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952-1955 sebagai terjemahan
kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan.
Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition
dengan mengejanya sebagai ”nutrisi”. Terjemahan ini terdapat dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia Badudu-Zain tahun 1994. WHO mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari
proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat
padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan,
berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi. Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang
diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi
mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut
selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh.
Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan
dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan
juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui
penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Depkes
(2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat
berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan. Dalam menetukan klasifikasi status gizi
harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di
Indonesia adalah World Health Organization – National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS).
Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over
weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi
kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition).
Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor.
Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi yang cukup serta
waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan
faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut.
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 2/27
Kurang Energi Protein
Kurang Energi Protein (KEP) diberi nama internasional Calori Protein Malnutrition (CPM) dan
kemudian diganti dengan Protein Energy Malnutrition (PEM). Kurang Energi Protein adalah
seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalammakanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Manifestasi KEP dari diri penderitanya
ditentukan dengan mengukur status gizi anak atau orang yang menderita KEP.
KEP pada balita sangat berbeda sifatnya dengan KEP orang dewasa. Pada
balita, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi, kematian anak dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan.
Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktivitas kerja dan derajad kesehatan
sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit.
16
Diperkirakan bahwa Indonesia
kehilangan 220 juta IQ poin akibat kekurangan gizi dan penurunan produktivitas
diperkirakan antara 20% - 30%.
20
Salah satu gejala dari penderita KEP ialah hepatomegali, yaitu pembesaran
hepar yang terlihat sebagai pembuncitan perut. Anak yang menderita tersebut sering
pula terkena infeksi cacing. Kedua gejala pembuncitan perut dan infeksi cacing ini
diasosiasikan dalam pendapat oleh para ibu-ibu di Indonesia bahwa anak yang
perutnya buncit
menderita penyakit cacingan dan bukan karena kurang energi
protein.
19
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 3/27
Dalam pandangan ahli gizi KEP dibedakan gambaran penyakit kwashiorkor,
marasmus dan marasmus kwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KEP dengan
kekurangan protein sebagai penyebab dominan, marasmus adalah gambaran KEP
dengan defisiensi energi yang kronis dan marasmus kwashiorkor adalah kombinasi
defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi.
19
Upaya terhadap penanggulangan KEP merupakan tindakan-tindakan
preventif. Pencegahan dan penanggulangan KEP tidak cukup ditinjau dari aspek
pangan atau makananya. Di masyarakat sering terdapat anggapan bahwa masalah
Universitas Sumatera Utarakurang gizi adalah sama dengan kekurangan pangan. Upaya yang
langsung ke sasaran
berupa pelayanan dasar gizi, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan upaya tidak
langsung meliputi : a) jaminan ketahan pangan, b) memperluas kesempatan kerja
untuk meningkatkan daya beli, dan c) membangun dan meningkatkan industri kecil
dan menengah untuk memberikan kesemapatan pada penduduk miskin meningkatkan
pendapatan.
13
2.4 Epidemiologi Masalah Gizi
2.4.1 Distribusi dan Frekuensi Masalah Gizi
a. Orang
Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi
pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada status gizi pada periode
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 4/27
siklus kehidupan berikutnya (intergenerational impact). Masa kehamilan merupakan
periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh
kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin dalam kandungan.
Akan tetapi perlu diingat bahwa keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil
ditentukan juga jauh sebelumnya, yaitu pada saat remaja atau usia sekolah.
4
Masa balita merupaka masa dimana terjadi pertumbuhan badan yag cukup
pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi di setiap kilo gram berat
badannya. Dalam keadaan seperti ini anak balita justru paling sering mengalami
kekurangan gizi sehingga anak balita merupakan kelompok umur yang rentan
menderita kekurangan gizi.
5
Universitas Sumatera Utarab. Tempat dan Waktu.
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak
balita menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya
menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000
menderita gizi buruk tingkat berat.
21
Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 5/27
berdasarkan BB/U adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%.
Prevalensi nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan
dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia
sebesar 18,5%, maka secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui. Namun
pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi. Sebanyak 19 provinsi mempunyai
prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam (26,5%), Sumatera Utara (22,7%), Sumatera Barat (20,2%), Riau
(21,4%), Jambi (18,9%), Nusa Tenggara Barat (24,8%), Nusa Tenggara Timur (33,6),
Kalimantan Barat (22,5%), Kalimantan Tengah (24,2%), Kalimantan Selatan
(26,6%), Kalimantan Timur (19,2%), Sulawesi Tengah (27,6%), Sulawesi Tenggara
(22,7%), Gorontalo (25,4%), Sulawesi Barat (16,4%), Maluku (27,8%), Maluku
Utara (22,8%), Papua Barat (23,2%)dan Papua (21,2).
10
Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi
Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%), Rote
Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%), Simeulue
(39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%),
Universitas Sumatera UtaraKupang (38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota
dengan prevalensi
Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%),
Minahasa (6,0%), Kota Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%),
Bantul(7,4%), Badung (7,5%), Kota Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%),
dan Bondowoso (8,7%).
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 6/27
10
2.4.2 Determinan Masalah Gizi
Proses riwayat terjadinya penyakit pada masalah gizi (gizi kurang) melalui
berbagai tahap yaitu diawali dengan terjadinya interaksi antara pejamu, sumber
penyakit dan lingkungan. Ketidakseimbangan antara ketiga faktor ini, misalnya
terjadi ketidakcukupan zat gizi dalam tubuh. Akibat kekurangan zat gizi, maka
simpanan zat gizi dalam tubuh dugunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila
keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya
terjadi kemerosotan jaringan. Proses ini berlanjut sehingga menyebabkan malnutrisi,
walupun hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.
18
Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi, dipengaruhi oleh
berbagai faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan.
22
Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah, atau
masyarakat bahkan keluarga, karena anak tidak tampak sakit. Terjadinya kurang gizi
(KEP) tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan
seperti KEP dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah, masih mungkin
terjadi kasus kurang gizi pada anak balita. KEP pada anak balita sering disebut
sebagai kelaparan tersembunyi atau hidden hunger. Dengan demikian penyebab KEP
Universitas Sumatera UtaraKURANG GIZI
Makanan tidak seimbang Penyakit infeksi
Tidak cukup
persediaan
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 7/27
pangan
Pola asuh anak
tidak memadai
Sanitasi dan air
bersih/pelayanan
kesehatan dasar
tidak memadai
Kurang pendidikan, pengetahuan , dan keterampilan
Krisis ekonomi,
politik, dan sosial
Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga,
kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat.
anak balita lebih kompleks dan melalui berbagai tahapan, yaitu penyebab langsung,
tidak langsung, akar masalah, dan pokok masalah
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 8/27
a. Agen
Penyebab langsung timbulnya kurang gizi pada anak balita adalah makanan
tidak seimbang dan penyakit infeksi yang mungkin di derita anak. Kedua penyebab
tersebut saling berpengaruh. Dengan demikian timbulnya kurang gizi tidak hanya
kurang makan tetapi juga karena penyakit, terutama diare dan ISPA. Anak yang
mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya
dapat menderita kurang gizi. Sebaliknya anak yang tidak memperoleh makanan
cukup dan seimbang, daya tahan tubuhnya (immunitas) dapat melemah. Dalam
keadaan demikian anak mudah diserang infeksi dan kurang nafsu makan sehingga
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 9/27
anak kekurangan makan, akhirnya berat badan anak menurun. Apabila keadaan ini
terus berlangsung, anak menjadi kurus dan timbul kurang gizi (KEP). Dalam
kenyataan keduanya (makanan dan penyakit) secara bersama-sama merupakan
penyebab kurang gizi
13,20
Penyebab langsung seperti diuraikan pada gambar 2.4, timbul karena ketiga
faktor penyebab tidak langsung, yaitu: (1) tidak cukup tersedia pangan atau makanan
di keluarga, (2) pola pengasuhan anak yang tidak memadai, dan (3) keadaan sanitasi
yang buruk dan tidak tersedia air bersih, serta pelayanan kesehatan dasar yang tidak
memadai. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut tidak berdiri sendiri tetapi
saling berkaitan.
22
b. Host
b.1 Berat Badan Lahir Anak Balita
Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500
gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir.
Universitas Sumatera UtaraBerat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap
kematian perinatal dan neonatal.
17
Berat badan lahir berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
di masa yang akan datang. Bayi lahir dengan berat di bawah 2.500 gram
dikategorikan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR akan
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 10/27
mengalami gangguan dan belum sempurna pertumbuhan dan pematangan organ atau
alat-alat tubuh, akibatnya BBLR sering mengalami komplikasi yang berakhir dengan
kemat ian.
17
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama
kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR).
18
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa dari hasil penimbangan
berat badan waktu lahir 11,5% lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram atau
BBLR. Jika dilihat dari jenis kelamin, persenatse BBLR lebih tinggi pada bayi
perempuan dibandingkan laki-laki yaitu masing-masing 13% dan 10%.
10
Penelitian Hermansyah (2002) dengan menggunakan desain cross sectional
menunjukkan bahwa berat badan lahir anak balita berhubungan dengan status gizi
balita. (p= 0,000).
23
b.2 Status Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak yang
diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Dalam
imunologi, kuman atau racun kuman(toksin) disebut sebagai antigen. Imunisasi
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 11/27
merupakan upaya pemberian ketahanan tubuh yang terbentuk melalui vaksinasi.
24
Universitas Sumatera Utara Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit dan kematian anak balita
yang
disebabkan oleh wabah yang sering terjangkit, artinya anak balita yang telah
memperoleh imunisasi yang lengkap sesuai dengan umurnya otomatis sudah
memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika ada kuman yang masuk
ketubuhnya secara langsung tubuh akan membentuk antibodi terhadap kuman
tersebut. Penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah
Tuberculosis , Difteri, batuk rejan (Pertusis0, Tetanus, Campak, Polio dan Hepatitis-B24
Indekskemiskinan di Provinsi Riau dankabupaten/kotaakhir-akhirinisudahbisaditurunkan,haliniterlihatdariurutan 24 tahun 1999, menjadiurutan 20 tahun 2002.
KeberhasilanpenurunanIndekskemiskinan di Provinsi Riautidakterlepasdarisemakinmembaiknyaaksespendudukterhadap air
bersihdanfasilitaskesehatansertaadanyaperbaikangizibalita.KeberhasilanmenurunkannilaiInde
kskemiskinan di kabupaten/kotamerupakanhasildaripeningkatanpenyediaanpendidikandasar,
perbaikanaksesterhadap air bersihdanperbaikangizibalita.
Namun yang lebihpentingadalahbukansekedarmelihatdariangka-angka yang
menjadiindikatornya, tetapi yang
lebihpentingadalahmenurunnyaangkakemiskinantersebutbenar-benarbisadilapangan.Artinya,
pendudukmemangsudahmeningkattarafkehidupannyadaritahun-tahunsebelumnya.Banyaknyapandangan yang
berbedasekaranginidalammelihatdefenisitentangkemisikinanitusendiri,
sehinggamenyebabkanangka-angka yang dikeluarkanpunterjadiperbedaan.
KemiskinandarisudutpandangpendapatantidakselalusejalandenganIndekskemiskinan,
karenakeduaukurantersebutmengukuraspekkemiskinan yang berbeda.Kemiskinanpendapatan
yang dinyatakandalambentukproporsipenduduk yang hidupdibawahgariskemiskinan
(angkakemiskinan) mengukurdeprivasirelatifpadastandarkehidupan yang sudahtercapai,
sedangkanindekskemiskinanmengukurdeprivasi yang dapatmenghambatkesempatan yang
dimilikipendudukuntukmencapaistandarkehidupan yang lebihbaik.
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 12/27
Meskipundemikian,
penggabunganantarakeduaukuraniniakanmenghasilkangambaranmenariktentangkondisikemis
kinan. Data di
kabupaten/kotamemperlihatkanbahwadaerahdenganindekskemiskinanrendahcenderunguntuk
mempunyaiangkakemiskinan yang rendah pula,namundaerahdengannilaiindekskemiskinantinggimemilikiangkakemiskinan yang
lebihbervariasi.
Untukmelihatjumlahpendudukmiskin di Provinsi Riau daritahun 2002 sampaidengan 2006
dapatdilhatpadaGrafik di bawahini.
Jumlahpendudukmiskin di Provinsi Riau relatifbesar yang tersebar di kantong-
kantongkemiskinanpadadaerahpesisir, aliransungai, kepulauandandaerahpedalaman yang
terisolir.Menurut data BPS yang diukurberdasarkankebutuhanmakanansebesar 2.100 kalori
per kapita per hari, padatahun 2003 persentasependudukmiskin di Provinsi Riau sebanyak
660.700 jiwaatau 14,99 persen.
Angkainiterusmengalamipenurunan, dimanatahun 2004 jumlahpendudukmiskin di Provinsi
Riau sebanyak 658.600 jiwaatau 14.67 persen, tahun 2005 menjadi 600.400 jiwaatau 12.51
persendantahun 2006 menjadi 574.500 jiwaatau 11.20 persen. Dari data
diatasterlihatbahwakecendrunganpendudukmiskin di Provinsi Riau
daritahunketahunselalumengalamipenurunan, haliniseiringdenganberbagai program yang
dilaksanakanolehPemerintah Daerah untukmengurangiangkakemiskinantersebut.
Padaumumnyapendudukmiskinbergerak di sektorpertanian,dimanasektorpertanianbanyakmenyeraptenagakerja di Provinsi
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 13/27
Riau.DengankondisisepertiinidiharapkanperhatiandariPemerintahProvinsi Riau agar
melaluiberbagaipaket program
kebijakanekonomikerakyatanmampumengangkatketerpurukansosialekonomipenduduk Riau
umumnyadankhususnyamereka yang bekerja di sektorpertanian.
Salah satuupayakongkritdariPemerintah Daerah Provinsi Riau adalahmelaluidana
budget/sharing antaraPemerintah Daerah Provinsi Riau dankabupaten/kota. Dana
inicukupsignifikanuntukmendongkrakjumlahrakyatmiskin yang ada di Provinsi Riau. Dana
budget/sharing inidaritahunketahunselalumengalamipeningkatan, khususnya di
prioritaskankepadamasalahisupokok yang ada di Provinsi Riau yaitu, kemiskinan,
sumberdayamanusiadaninfrastruktur.
Untuktahun 2005, total dana budget/sharing antaraprovinsidankabupaten/kotayaitusebesarRp.
1.114.623 Milyar, denganalokasidanauntukpenanggulangankemiskinansebesarRp. 250.398
Milyar, dariprovinsisebesarRp. 162.391 Milyardandarikabupaten/kotasebesarRp. 88.007Milyar. Padatahun 2006 total keseluruhandana budget sharing
untukpenanggulangankemiskinanyaitusebesarRp. 214.844 Milyar, dariprovinsisebesarRp.
114.904 Milyardankabupaten/kotasebesarRp. 99.940 Milyar.
Padatahun 2007 terjadipeningkatandanayaitumenjadiRp. 323.763 Milyar,
dariprovinsisebesarRp. 172.318 Milyardankabupaten/kotasebesarRp. 151.445 Milyar.
SelainbantuandanabergulirdariPemerintahProvinsi Riau dankabupaten/kotamelalui programbudget/sharing yang telahdiberikan,
tampaknyaperlujugamelakukanpembinaansecarakhususdalamhalmelakukanproduksibarangda
njasa, karenaternyatadaripendudukmiskintersebutsekitar 80 persenhanyaberpendidikan SD
kebawah.
A. GAMBARAN UMUM PENDUDUK
1. LUAS WILAYAH
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 14/27
Propinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329 867,61 km²,
sebesar 235 306 km² (71,33 persen) merupakan daerah lautan dan hanya 94 561,61 km² (28,67
persen) daerah daratan. Di samping itu di daerah lautan yang berbatasan dengan negara lain
diperkirakan luas daerah Zone Ekonomi Ekslusif adalah 379 000 km². Keberadaannya membentang
dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka, terletak antara 01º 05´ 00 ´́ Lintang Selatan
sampai 02 º 25´ 00 ´´ Lintang Utara atau antara 100º 00´ 00 ´´ Bujur Timur. Di daerah daratan
terdapat 15 sungai, diantaranya ada 4 sungai yang mempunyai arti penting sebagai prasarana
perhubungan seperti Sungai Siak (300 km) dengan kedalaman 8 – 12 m, Sungai Rokan (400 km)
dengan kedalaman lebih kurang 6 m dan Sungai Indragiri (500 km) dengan kedalaman 6-8 m. Ke 4
sungai yang membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit Barisan bermuara di Selat Malaka dan
Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut.
Batas – batas daerah Riau adalah :
• Sebelah Utara : Selat Malaka dan Propinsi Sumatera Utara
• Sebelah Selatan : Propinsi Jambi dan Propinsi Sumatera Barat
• Sebelah Timur : Propinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka.
• Sebelah Barat : Propinsi Sumatera Barat dan Propinsi Sumatera Utara
Sedangkan batas – batas Kabupaten/ Kota dalam Propinsi Riau
adalah :
51. Kabupaten Kuantan Singingi :
- Sebelah Utara : Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan.
- Sebelah Selatan : Propinsi Jambi
- Sebelah Barat : Propinsi Sumatera Barat
- Sebelah Timur : Kabupaten Indragiri Hulu.
2. Kabupaten Indragiri Hulu :
- Sebelah Utara : Kabupaten Pelalawan.
- Sebelah Selatan : Propinsi Jambi
- Sebelah Barat : Kabupaten Kuantan Singingi
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 15/27
- Sebelah Timur : Kabupaten Indragiri Hulu.
3. Kabupaten Indragiri Hilir :
- Sebelah Utara : Kabupaten Pelalawan.
- Sebelah Selatan : Propinsi Jambi
- Sebelah Barat : Kabupaten Indragiri Hulu
- Sebelah Timur : Kabupaten Karimun.
4. Kabupaten Pelalawan :
- Sebelah Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis
- Sebelah Selatan : Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir
- Sebelah Barat : Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru
5. Kabupaten Siak :
- Sebelah Utara : Kabupaten Bengkalis
- Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar dan Pelalawan
- Sebelah Barat : Kabupaten Bengkalis dan Kota Pekanbaru
- Sebelah Timur : Kabupaten Bengkalis dan Pelalawan
6. Kabupaten Kampar :
- Sebelah Utara : Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak
- Sebelah Selatan : Kabupaten Kuantan Singingi
- Sebelah Barat : Kabupaten Rokan Hulu dan Propinsi Sumatera Barat.
- Sebelah Timur : Kabupaten Pelalawan dan Siak
67. Kabupaten Rokan Hulu :
- Sebelah Utara : Kabupaten Rokan Hilir dan Propinsi Sumatera Utara
- Sebelah Selatan : Kabupaten Kampar
- Sebelah Barat : Propinsi Sumatera Barat.
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 16/27
- Sebelah Timur : Kabupaten Kampar.
8. Kabupaten Bengkalis:
- Sebelah Utara : Selat Malaka
- Sebelah Selatan : Kabupaten Siak
- Sebelah Barat : Kabupaten Rokan Hilir
- Sebelah Timur : Kabupaten Kepulauan Riau
9. Kabupaten Rokan Hilir:
- Sebelah Utara : Propinsi Sumatera Utara dan Selat Malaka
- Sebelah Selatan : Kabupaten Bengkalis
- Sebelah Barat : Propinsi Sumatera Utara
- Sebelah Timur : Kota Dumai
10. Kota Pekanbaru :
- Sebelah Utara : Kabupaten Siak
- Sebelah Selatan : Kabupaten Pelalawan
- Sebelah Barat : Kabupaten Siak
- Sebelah Timur : Kabupaten Kampar
11. Kota Dumai :
- Sebelah Utara : Selat Rupat
- Sebelah Selatan : Kabupaten Bengkalis
- Sebelah Barat : Kabupaten Rokan Hilir
- Sebelah Timur : Kabupaten Bengkalis
Daerah Riau beriklim tropis basah dengan rata – rata curah hujan berkisar antara
15.000 – 3. 000 mm per tahun, yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan.
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 17/27
Wilayah Propinsi Riau dengan bentangan yang sedemikian luas dengan penduduk
jarang dan tersebar tidak merata menyebabkan sulitnya perjangkauan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
72. KEPENDUDUKAN
Penduduk merupakan modal pembangunan tetapi juga beban dalam pembangunan, karena itu
pembangunan sumber daya manusia dan pengarahan mobilitas penduduk perlu diarahkan agar
mempunyai ciri dan karateristik yang mendukung pembangunan.
2.1. Jumlah Penduduk
Berdasarkan Proyeksi SUPAS tahun 2005, penduduk Propinsi Riau Tahun 2006 berjumlah 4.762.653
jiwa, naik 3,1 % dari tahun 2005 (4.614.930 jiwa). Keadaan penduduk dari tahun 2004 (sejak
berpisahnya Kepulauan Riau) sampai dengan tahun 2006, dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut :
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 18/27
2.2. Kepadatan Penduduk
Penyebaran penduduk yang tidak merata merupakan salah satu ciri demografi Propinsi Riau. Hal ini
menjadikan kepadatan penduduk yang berbeda di Kabupaten/Kota. Kepadatan penduduk Propinsi
Riau tahun 2005 adalah 53,38 orang per Km², terjadi sedikit kenaikan pada tahun 2006 yaitu 58,54
orang per Km². Kota Pekanbaru yang memiliki luas terkecil dari pada kabupaten/kota lainnya (632,26
Km2) memiliki kepadatan penduduk tertinggi sebesar 1.192,87 orang per Km2. Hal ini disebabkan
karena tingkat urban yang cukup tinggi , baik perpindahan penduduk dari Kab/ Kota di Riau ataupun
dari Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa karena pertumbuhan ekonomi yang pesat di Kota
Pekanbaru. Rata-rata jiwa per rumah tangga pada tahun 2006 di Propinsi Riau adalah 4,27, sedikit
naik dibanding Tahun 2005 (3,97) per rumah tangga. Keadaan ini dapat dilihat di tabel lampiran (tabel
1) Dari tabel dapat dilihat bahwa rata – rata jiwa per rumah tangga tertinggi adalah Kota Dumai
(4,47) dan terendah adalah Kabupaten Pelalawan (3,99). Rata – rata jiwa per rumah tangga menurut
kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar ini:
C. STATUS GIZI
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 19/27
Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dinilai untuk mengetahui apakah seseorang itu
normal atau bermasalah (gizi salah). Gizi salah adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kekurangan/kelebihan dan atau ketidakseimbangan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,
kecerdasan, dan aktivitas/produktivitas. Masalah gizi di Propinsi Riau terutama masalah status gizi
buruk dan gizi kurang terutama pada kelompok rentan terhadap masalah gizi yaitu ibu hamil, bayi dan
balita. Data dari laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA),
pemantauan status gizi dan laporan penimbangan bulanan balita dapat menggambarkan
perkembangan status gizi masyarakat pada ibu hamil, bayi dan balita yang berkunjung ke pelayanan
kesehatan di Propinsi Riau.
1. Status Gizi Ibu Hamil
Wanita usia sumbur (WUS) dan ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi disebut Kekurangan
Energi Kalori (KEK). WUS dan ibu hamil status gizinya kurang, maka ia akan cenderung dengan Hb
< 11 gr persen atau disebut anemia. Anemia yang umumnya terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi
besi. Anemia dan KEK akan mengakibatkan turunnya kesehatan wanita tersebut. Dari laporan PWS
KIA Dinas Kesehatan Propinsi Riau, dari ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan serta
diperiksa kadar Hb-nya dapat diketahui apakah ibu hamil tersebut menderita anemia gizi atau tidak.
Di Propinsi Riau angka anemia gizi masih cukup tinggi walaupun tiap tahun mengalami penurunan
,tahun 2003 ibu hamil yang anemia 64 % menjadi 55 % pada tahun 2004 dan tahun 2005 menurun
lagi menjadi 53,2 % , tahun 2006 menurun menjadi 47,8 %.
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 20/27
Tingginya persentase ibu hamil Anemia memungkinkan banyak ibu hamil mengalami pendarahan
waktu melahirkan dan melahirkan anak BBLR. Berdasarkan penyebab kematian maternal perdarahan
masih memiliki proporsi cukup besar ( 33,5%) .
Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi difokuskan pada sasaran ibu hamil, sedangkan
kelompok lainnya seperti anak sekolah, remaja, pekerja berpenghasilan rendah, dan wanita usia subur
belum ditangani. Intervensi yang dilakukan adalah dengan cara pemberian suplementasi langsung zat
besi berupa tablet besi ( Fe ) kepada ibu hamil. Intervensi ini dilakukan melalui kegiatan UPGK di
Posyandu maupun Puskesmas, Klinik bersalin dan Rumah sakit. Pemberian tablet besi diberikan
kepada seluruh ibu hamil sejak awal kehamilan. Diharapkan setiap ibu hamil dapat minum tablet besi
setiap hari paling sedikit 90 tablet selama kehamilannya. Cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet
Fe tahun 2006 adalah 73,57 persen.
2. Status Gizi Bayi
Status gizi bayi dilihat dari berat bayi waktu lahir. Status gizi bayi lahir dengan berat badan rendah (<
2.500 gram) atau disebut BBLR . Data bayi BBLR dari Laporan PWS-KIA, diketahui 9,14 persen
(888 kasus) bayi lahir dengan berat badan rendah dari 106.677 kelahiran. Persentase Bayi BBLR
terbanyak terdapat di Kota Pekanbaru yaitu 1,23 persen (262 kasus). Tingginya persentase bayi BBLR
di Kota Pekanbaru disebabkan karena tahun 2006 laporan kasus terbesar dari RSUD Pekanbaru,
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 21/27
dimana tahun – tahun sebelumnya tidak ada laporan dari RSUD. RSUD Pekanbaru menangani kasus
rujukan dari semua Kab/Kota. Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu juga mempunyai persentase
BBLR cukup besar yaitu 1,13 persen di Pelalawan dan 1,01 persen di Inhu. Tingginya persentase bayi
BBLR di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu dapat disebabkan terganggunya kesehatan dan gizi
ibu selama hamil dan masih rendahnya cakupan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan atau
K4 (K4 di Kabupaten Pelalawan = 73,22 persen dan K4 di Kabupaten Inhu = 70,46 persen), angka
tersebut jauh dari target K4 Propinsi Riau Tahun 2006 (92%). Gambaran persentase bayi BBLR
menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada grafik berikut:
3. Status Gizi Balita
Balita adalah anak yang usianya 0-4 tahun, pada periode umur ini anak tumbuh dan berkembang
secara optimal. Status gizi balita ditentukan melalui standar baku dari WHO. Pekan Bulan
Penimbangan adalah satu bentuk pengembangan dari Pemantauan Status Gizi (PSG) yang merupakan
salah satu komponen Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang telah dilakukan semenjak
Pelita IV dengan tujuan memberikan informasi gambaran besaran masalah kurang gizi secara berkala.
Pekan Bulan Penimbangan dilakukan di 1405 desa yang ada di Propinsi Riau. Hasil pemantauan padatahun 2006 diperoleh balita yang mengalami gizi buruk sebesar 4,4 persen, kemudian balita yang
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 22/27
menderita gizi kurang sebesar 14,8 persen, gizi baik sebesar 77,4 persen dan gizi lebih sebesar 3,4
persen. Bila dibandingkan dengan hasil pemantauan pada tahun 2005, terjadi peningkatan persentase
balita yang mengalami gizi buruk, gizi kurang pada tahun 2006. Pada tabel berikut dapat dilihat
gambaran status gizi balita secara Kabupaten/kota se Propinsi Riau pada tahun 2006.
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 23/27
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 24/27
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 25/27
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 26/27
Secara keseluruhan pada tahun 2006 ini terjadi peningkatan kecamatan rawan gizi. Gambaran
kecamatan rawan gizi tahun 2006 di masing-masing kabupaten/kota adalah sebagai berikut :
Investigasi KLB Gizi Buruk yang telah dilaksanakan berdasarkan adanya laporan kasus ataupun W1
yang dikirim oleh Kabupaten/Kota, sampai dengan Desember tahun 2006 ada beberapa Kabupaten
yang melaporkan kasus gizi buruk: Kasus Gizi Buruk yang dilaporkan berjumlah 41 kasus, kasus
yang telah diinvestigasi /diintervensi oleh Propinsi berjumlah 11 Kasus , 2 kasus diintervensi berasal
dari dana APBN , sedangkan 9 kasus diintervensi dari APBD. Untuk PMT Pemulihan diberikan pada
9 kasus , 1 kasus belum sempat diintervensi dengan PMT Pemulihan , dan masih dalam perawatan di
Rumah Sakit kasus meninggal , namun Tim Propinsi telah melakukan Investigasi kelokasi tempat
tinggal kasus, dan tidak ditemukan kasus Gizi Buruk yang lain, sedangkan pada saat Investigasi KLB
Gizi di Kabupaten Indragiri Hilir, pada Kecamatan Gaung Anak serka ditemukan lagi 2 kasus gizi
buruk , sehingga kasus yang ditemukan menjadi 4 kasus. Uraian Investigasi KLB Gizi Buruk dapat
dilihat pada tabel berikut :
5/16/2018 TINJAUAN PUSTAKA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pustaka-55ab4f52a6e57 27/27
Dari 10 Desa yang melaporkan W 1 Gizi Buruk ke Propinsi sampai akhir Desember 2006,sudah
dilakukan penanganan kasus Gizi Buruk di semua Desa tersebut oleh Tenaga kesehatan. Untuk
Kasus Gizi Buruk semuanya mendapat Perawatan di sarana Kesehatan baik di Rumah sakit ,
Puskesmas ataupun tatalaksana Gizi Buruk di Rumah tangga.