TINJAUAN PENGEMBANGAN MODEL SISTEM...
Transcript of TINJAUAN PENGEMBANGAN MODEL SISTEM...
Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi
Vol. 2, No. 1, Mei 2010, 129 - 146
129
TINJAUAN PENGEMBANGAN MODEL SISTEM AKUNTANSI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS
(ACTIVITY-BASED COSTING) PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI
Rendra Trisyanto Surya Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Bandung
ABSTRAK
Departemen Pendidikan Nasional sejak beberapa tahun yang lalu secara bertahap menganjurkan Perguruan Tinggi Negeri (termasuk Politeknik Negeri Bandung/POLBAN) untuk mengkaji dan menerapkan Sistem Akuntansi Biaya berbasis Aktivitas yang dikenal dengan istilah Activity-Based Costing (ABC), sebagai salah satu instrumen dalam mewujudkan Tata Kelola lembaga pendidikan yang baik (Good Governance). Artikel ini ditujukan untuk (1) membahas apa kelemahan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang elama ini digunakan, (2) bagaimana model Sistem Akuntansi Biaya Activity-Based Costing (ABC) pada Perguruan Tinggi, (3) bagaimana peran Teknologi Informasi mempermudah dan memperjelas model Sistem Akuntansi Berbasis Aktivitas (ABC) dalam proses pengembangan sistem tersebut.
Kata Kunci: Good Governance, Sistem Akuntansi Instansi (SAI), Proses Bisnis Perguruan Tinggi, Activity-Based Costing Model, Software Activity-Analyzer
PENDAHULUAN
Menurunnya kemampuan pemerintah membiayai (memberi subsidi) terhadap
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sampai hampir 40% dari dana operasional semula
yang dibutuhkan, mengakibatkan banyak perguruan tinggi dewasa ini (termasuk
Politeknik Negeri Bandung/POLBAN), harus mencari berbagai tambahan dana
operasional dari berbagai sumber sesuai dengan apa yang diperbolehkan oleh
Undang-undang dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan lain-lain.
Meskipun berbagai upaya pengembangkan program-program kerjasama sudah
diupayakan secara maksimal, namun kenyataannya tidak selalu mudah bagi suatu
organisasi Perguruan Tinggi untuk mencapai target penerimaan tertentu karena pada
akhirnya pencapaian tersebut membutuhkan kemampuan positioning dan differensiasi
dari Perguruan Tinggi yang bersangkutan di masyarakat. Hal yang sama juga dialami
Ekspansi
Akuntansi
130
oleh Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) sebagai salah satu PTN muda yang sedang
tumbuh dan berkembang.
Jika ekspansi keluar yang dilakukan sudah mencapai titik optimal saat ini yang bisa
dilakukan (sesuai dengan Positioning dan diferensiasi yang dimiliki), maka alternatif
selanjutnya yang perlu dipikirkan yang juga strategis, adalah membenahi sistem
keuangan untuk mengontrol sumber daya yang digunakan organisasi/lembaga
pendidikan tinggi tersebut. Sistem Keuangan yang dijalankan oleh Politeknik Negeri
Bandung (POLBAN) sebagai contoh, yang merupakan lembaga pemerintah (sebagai
perguruan tinggi negeri) mengacu ke Peraturan Menteri Keuangan Nomor
171/PMK.05/2007, yang mengatur semua lembaga pemerintah dari berbagai level
(pusat dan daerah) untuk mengembangkan dan menggunakan “Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan (SAPK)” yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip Sistem
Akuntansi Pemerintah (SAP). Dari hasil evaluasi diri POLBAN sebagai suatu entitas
kelembagaan, terungkap keterbatasan-keterbatasan Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan (SAPK) yang selama ini diterapkan :
SAPK seharusnya: SAPK Polban saat ini:
Memiliki sumber dana dari pemerintah
Memiliki kaidah pengelolaan keuangan yaitu kaidan pengelolaan keuangan negara dan sistem informasi instansi (SAI)
Memiliki sistem pelaporan keuangan
Memiliki rencana anggaran tahunan
Tidak mandiri secara finansial
Belum memiliki sistem akutansi informasi dalam pengelolaan keuangan
Sistem audit internal dalam bidang keuangan masih dilakukan dalam taraf belajar
Terdapat kesenjangan kemampuan SDM dalam manajemen keuangan
(Sumber: Evaluasi Diri Polban, 2009)
Kelemahan-kelemahan tersebut menyebabkan banyak penggunaan sumber daya
organisasi yang tidak terkendali dengan maksimal. Dan disisi lain, dalam rangka
membangun lingkungan Tata Kelola (Good Government) yang baik, sebagaimana juga
menjadi Kebijakan dan Program Nasional Depdiknas sejak tahun 2009, maka
Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) berupaya untuk menguatkan Akuntabilitas,
diantaranya dengan menggunakan Critical Success Factors (CSF) sebagai berikut:
- Meningkatkan kapasitas dan kompetensi dalam melakukan perencanaan dan
penganggaran (Budgeting)
- Penataan pengelolaan anggaran sesuai dengan sistem akuntansi pemerintah
(Sistem Akuntansi Instansi/SAI)
- Penataan pengelolaan Barang Milik Pemerintah
Rendra T. S
131
- Meningkatkan layanan pendidikan yang efektif, inovatif, efisien dan akuntabel
(peningkata kinerja)
(Sumber: Kebijakan dan Program Kerja DIKTI tahun 2009)
Dalam Pasal 7 tentang Pencatatan dan Pelaporan berdasarkan PerMen DIKNAS No
16 tahun 2008 disebutkan, bahwa untuk mewujudkan Tata Kelola lembaga
pendidikan tinggi yang baik (Good Government), maka setiap instansi harus
menjabarkan SAPK ke dalam bentuk “Sistem Akuntansi Instansi/SAI”, yaitu
serangkaian kegiatan manual maupun yang terkomputerisasi (mulai dari pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan) secara terintegrasi pada kantor/satuan kerja yang bersangkutan.
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dijalankan oleh suatu Perguruan Tinggi
seyogyanya terdiri dari atas sub-sub sistem akuntansi sebagai berikut:
KERANGKA UMUM SAI
SAI
Sistim Akuntansi Keuangan
(SAK)
Sistem Informasi Manajemen
dan Akuntansi BMN
( SIMAK BMN)
Kedua sub-sistem tersebut (yang terbentuk secara terpadu), adalah pertama, SAK
yang bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan sesuai dengan standar Sistem
Akuntansi Pemerintah yang memberi pelaporan yang menggambarkan kinerja suatu
PTN selama satu periode akuntansi (satu tahun). Dan yang kedua adalah sub-sistem
SIA SIMAK BMN yang lebih difokuskan mengolah dokumen sumber dalam rangka
menghasilkan informasi penyusunan Neraca dan Laporan BMN (Barang Milik Negara),
serta laporan lainnya untuk mengontrol segala bentuk barang/inventaris yang dimiliki
tersebut.
Keterbatasan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) diatas terutama jika ditinjau dari
efektifitas pengembangan Tata Kelola yang baik (Good Government) adalah
mencakup Transparansi Pengelolaan (Transparency) sebagai salah satu
Ekspansi
Akuntansi
132
ukuran/indikator terpenting dari pewujudan Good Government. Transparansi diartikan
sebagai keterbukaan suatu organisasi dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan releven
mengenai suatu entitas. Dalam konteks Good Government, keterbukaan ini meliputi
pengungkapan kinerja perguruan tinggi negeri (PTN), baik dalam hal ketetapan waktu
maupun akurasinya seperti keterbukaan dalam proses, pengambilan keputusan,
pengendalian sumber daya, kualitas, efisiensi waktu dan biaya (cost). Hal-hal tersebut
ternyata bukan menjadi prioritas dalam Sistem Akuntansi Instansi (SAI), karena tujuan
utama SAI adalah menyajikan laporan keuangan entitas secara akuntabel.
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) tidak dapat digunakan secara optimal untuk
melakukan Pengendalian Biaya (Cost Control ) sebagaimana seharusnya. Karena sifat
dari SAI ini yang lebih ditujukan untuk menghasilkan laporan keuangan pertanggung
jawaban dalam penggunaan dana anggaran kepada pihak otoritas. Dengan kata lain,
kekurangan dana operasional perguruan tinggi tidak dapat dilakukan semata-mata
hanya melalui pengembangan dan implementasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang
baik saja (sebagaimana prioritas POLBAN selama ini), namun juga harus melalui
penerapan Strategi Pengurangan Biaya (Reduction Cost Leaderships Strategy) yang
dalam hal ini memerlukan sistem akuntansi lain sebagai pendamping Sistem Akuntansi
Instansi (SAI) tersebut.
Juan N.Alejandro Jr (2000) dalam penelitiannya menemukan fenomena permasalahan
yang hampir sama di berbagai universitas di Amerika Serikat, yaitu:
“Rather than increase tuition to address the rising cost of education, numerous colleges and universities have attempted to reduce the costs associated with offering their programs, courses, classes, and other academic activities. Many colleges and universities attempt to control rising costs by reducing and consolidating”
Strategi Pengurangan Biaya sudah menjadi alternatif diberbagai organisasi
perusahaan, termasuk Perguruan Tinggi di berbagai Negara maju. Strategi ini pada
dasarnya adalah melakukan pengendalian terhadap biaya-biaya tidak langsung
(Indirect Costs) yang dikonsumsi oleh lebih dari satu kegiatan dalam berbagai proses
bisnis suatu perguruan tinggi, seperti biaya penyusutan mesin/gedung/alat, utilitas dan
lain-lain yang tidak dapat ditelusuri dan dibebankan secara langsung ke jasa (output)
yang dihasilkan. Biaya-biaya tersebut agar efisien dan tidak terdistorsi maka harus
dicari keterkaitannya dengan aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya tersebut
sebelum diagregasikan ke dalam berbagai Pool Cost yang dibentuk sebagai
Rendra T. S
133
akumulasi satuan penyebab biaya (Cost Driver). Sistem Akuntansi pengurang biaya
seperti inilah yang disebut dengan Activity-Based Costing (ABC).
D.T Hick (1992) mendefinsikan sistem ABC sebagai berikut:
“ABC is a cost accounting concept based on the premise that product require an organization to perform activities and that those activities require an organization to incur costs. In activity-based costing (ABC), systems are designed so that costs that cannot be attributed directly to a product (service) flow into the activities that make them necessary and the cost of each activity then flows the roduct (services) that make the activity necessary, based on their respective consumption of that activity”.
Premis yang dikemukakan dalam sistem akuntansi biaya ABC ini adalah, biaya dari
suatu aktivitas dibebankan ke suatu produk atau jasa (servis) berdasarkan metode
pembebanan lebih dari satu penyebab (Multiple Assignment Methods), yang disebut
dengan istilah Cost Driver, dan hal ini hanya diakui terjadi (dan bersifat value-added)
jika produk atau jasa tersebut memag benar-benar menggunakan kegiatan tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan jasa yang dihasilkan tersebut
dianggap sebagai kegiatan non-Value added activities, yang harus secara terus
menerus diidentifikasi, dikurangi atau kalau memang perlu dihilangkan untuk
meningkatkan kinerja organisasi.
Bagi suatu lembaga perguruan tinggi seperti POLBAN, model Sistem Akuntansi Biaya
ABC akan jauh lebih bermanfaat (dalam mewujudkan Polban menjadi Badan Layanan
Umum/BLU) karena dapat mendukung upaya mengembangkan kemandirian
pengelolaan keuangan yang didasarkan kepada asas good government, jika diikuti
dengan pembentukan sistem manajemen “analisis aktivitas” (Activity-Based
Management/ABM) yang dapat mencari dan menganalisis juga kegiatan-kegiatan
dalam berbagai proses bisnis (kegiatan utama) yang dilakukan POLBAN. Sub-sistem
ABM ini merupakan counter-part dari Sistem ABC tersebut sehingga memungkinkan
(menjadi enabler) pimpinan perguruan tinggi dari berbagai level menejerial agar
dengan mudah mencari dan menemukan apa saja akivitas yang memberi nilai tambah
(value added activities) bagi konsumen akhir (yaitu mahasiswa sebagai Customer
Values), dan kegiatan mana saja yang tidak bernilai tambah (non-value added
activities). Peran Sistem Activity-Based Costing/ABC dalam suatu Perguruan Tinggi
tidak hanya digunakan untuk menentukan Harga Pokok (Biaya Kuliah Per Mahasiswa)
yang efisien, mengontrol penggunaan sumber daya (melalui informasi biaya) yang
lebih efektif, namun juga (jika dikombinasikan dengan system ABM) dapat memberikan
informasi untuk menentukan proses bisnis mana saja yang harus di tata-ulang (Re-
Ekspansi
Akuntansi
134
Business Enginering), termasuk dalam hal ini memperbaiki Standar Operating
Procedure (SOP) dari berbagai kegiatan (proses bisnis) utama perguruan tinggi
tersebut.
RISET TERDAHULU
Berikut beberapa kesimpulan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
pengembangan model Sistem Akuntansi Biaya Activity-Based Costing (ABC) di dalam
suatu Perguruan Tinggi:
Penelitian oleh:
Hasil Penelitian
Juan N. Alejandro, Jr (2000)
Numerous obstacles were encountered in demonstrating the model, incuding those caused by the fund accounting system, which is commonly used in higher education.
Anbalagan Krishnan (2006)
Noted that it is now more important than ever to have access good information in decision-making in the management of service firms. A number of research and studies reveal how the ABC system in the service sectors has effectively kept the operational cost at marginal level and still be able to provide better customer service at the same time.
Noor Azizi Ismail (2003) The financial management of a university is becoming increasingly complex. Recent cuts in government funding, greater student enrolments, expectations for better outcomes from their education and for programs that are tailored to the market needs, are demanding public universities to become more cost effective. Universities must strive to work on controlling costs while aggressively working to address faculty and administrative productivity.
Higher Education Division of The University of Newcastle, Australia (2001)
As was found during the study, focus upon a single „group‟ of cost objects, such as organisational units, was a more effective approach than utilising a spread of cost objects between organisational units and student types. The model apportioned some central costs, such as power and heating, cleaning, depreciation, insurance and so forth, but not others. There is no allowance within the model for apportioning costs associated with the University Executive (the VC‟s office), or for payroll or HR services. It is arguable therefore whether the costs as identified across activities, with the inclusion of some central costs, are truly reflective of the actual cost. Future studies might need to consider whether these other costs should sit „outside‟ the immediate service area, to be separately costed in a university-wide study, and only then apportioned back, if at all.
Rendra T. S
135
PERBEDAAN SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SAI) DAN SISTEM ABC
Metode pengendalian biaya yang disebut dengan Activity-Based Costing (ABC) ini
sudah lama dikenal dalam komunitas perusahaan skala besar, sebagai salah satu alat
bantu manejemen untuk menerapkan dan menjalankan strategi Cost Leaderships.
Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para pakar dalam bidang ini, diantaranya
adalah Edward J Blocher, Chen dan Lin (2000) yang mengatakan bahwa ABC
merupakan pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk
atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan oleh aktivitas. Dasar
pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah, bahwa produk atau jasa
perusahaan dilakukan oleh aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut
menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber biaya
dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan ke objek biaya berdasarkan
penggunananya. Sistem ABC fokusnya adalah memperkenalkan hubungan sebab
akibat antara ’cost driver’ dengan aktivitas, yang membedakan Sistem ini dengan
Sistem Akuntansi yang lain.
Berikut perbedaan Sistem akuntansi ABC dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI): .
Sistem Akuntansi Biaya Activity-Based Costing (ABC):
Sistem Akuntansi Instansi (SAI):
- Fokus: Internal Fokus: Eksternal (memenuhi kewajiban pengelolaan subsidi Umum APBN, Subsidi Khusus dari Pemda/APBD, Penerimaan Negara Bukan Pajak/PNBP, Hibah, Pinjaman Luar Negeri)
- Tidak mengikuti aturan baku (fleksibel)
- Mengikuti aturan yg ditentukan Departemen Keuangan dan prinsip-prinsip SAP.
- Informasi yang dihasilkan: informasi keuangan dan non-keuangan (informasi operasional)
- Hanya informasi keuangan seperti Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Neraca SAI yang tidak mengukur efektivitas pengendalian biaya yang sesungguhnya terjadi.
- Penekanan pada masa yang akan datang (future)
- Orientasi informasi: historis (yang telah terjadi/telah dilakukan) sebagaimana laporan-laporan LRA da Neraca SAI.
- Evaluasi internal dan keputusan didasarkan atas informasi yang sangat rinci
- Informasi (laporan keuangan ) yang dihasilkan menggambarkan organisasi secara keseluruhan, khususnya bentuk pertanggung jawaban ke departemen keuangan dan departemen pendidikan.
- Cakupan sangat luas dan multidisiplin
- Lebih spesifik ke pelaporan keuangan saja (kinerja organisasi sebagai suatu entitas, tidak detail ke pengendalian biaya)
(Diadaptasi dari Hansen/Mowen, 1999; dan Peraturan Menkeu RI 2007)
Dengan demikian, menjadi jelas mengapa Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang
dijalankan di Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) tidak terfokus ke pengelolaan
Ekspansi
Akuntansi
136
overhead cost yang menggunakan lebih dari satu penyebab (cost driver) tersebut.
Karena dalam Sistem Akuntansi Instnsi (SAI), metode alokasi biaya tidak langsung
hanya dilakukan dalam bentuk satu tahap saja (one-step process).
METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM ABC
Sebagaimana halnya suatu sistem informasi, maka Sistem Akuntansi Biaya ABC
dibangun dan dikembangkan dalam suatu Perguruan Tinggi harus menggunakan
metodologi tertentu yang terdiri dari metode, alat bantu dan tahap-tahap kegiatan
perancangan tertentu. Tahap-tahap kegiatan pengembangan Sistem Informasi ABC
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pembentukan tim dan Pemahaman Proses Bisnis
Agar sistem yang dirancang sukses, maka harus dibentuk tim perancang yang
terdiri dari berbagai staf administrsi, dosen dan pejabat strukural Perguruan Tinggi
lintas jurusan dan Fakultas (Cross-functional). Project Manager yang dintujuk akan
bertanggung jawab ke pimpina tertinggi perguruan tinggi seperti Rektor atau
Direktur Politeknik. Hal ini diperlukan karena sistem ABC akan mengubah banyak
hal yang mungkin menghadapi tantangan (resistensi) dari pihak-pihak terkait.
Kemauan pihak top management menjadi salah satu kunci sukses pengembangan
sistem ABC tersebut.
Setelah stuktur organisasi, pembagian kerja dan job description tim projek dibentuk
maka masing-masing pihak mempelajari dan memahami berbagai kegiatan
(berbagai proses bisnis) dalam Perguruan Tinggi tersebut, termasuk mempelajari
sistem akuntansi lama yang digunakan (Sistem Akuntansi Instansi/SAI).
2. Tahap Pengumpulan Data Biaya
Model Sistem Akuntansi Biaya ABC dibangun menggunakan data-data akuntansi
dari sistem lama (Sistem Akuntansi Instansi kalau di PTN).
Data dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI) ini kemudian diklasifikasikan kedalam
berbagai kegiatan (aktivitas) berdasarkan kriteria didalam sistem akuntansi
Activity-Based Costing (ABC) sebagai berikut:
- Data dalam bentuk aktivitas Level Unit (Unit-Level Activities)
Aktivitas Level Unit adalah aktivitas yang dilakukan terhadap satu kesatuan
unit untuk setiap aktivitasnya. Kegiatan konseling dan pembimbingan Tugas
Akhir oleh dosen adalah contoh aktivitas (biaya) level unit ini.
Rendra T. S
137
- Aktivitas Level Kelompok (Batch-Level Activities)
Aktivitas ini dilakukan terhadap satu kelompok unit (lebih dari satu unit
individual). Contoh dalam kegiatan perguruan tinggi adalah aktivitas mengajar
dosen di suatu kelas yang terdiri dari banyak mahasiswa, kegiatan
seminar/workshop yang diadakan suatu perguruan tinggi, kegiatan penelitian
mahasiswa maupun dosen yang dilakukan secara berkelompok.
- Aktivitas Level Produk (Product Supporting Activities)
Aktivitas ini dilakukan agar terjada kontinuitas/keberlangsungan berbagai
aktivitas produk atau cost object tertentu. Contohnya, aktivitas pemeliharaan
yang dilakukan oleh bagian Pemeliharaan dan Pengadaan suatu perguruan
tinggi, kegiatan perbaikan oleh teknisi laboratorium dsbnya.
- Aktivitas Dukungan Fasilitas (Facility Supporting Activities)
Aktivitas yang terjadi untuk menjaga dan menjamin berjalannya berbagai
fasilitas dan sarana dalam melakukan beberapa proses bisnis utama. Aktivitas-
aktivitas ini dapat berupa aktivitas penyusutan gedung Rektorat, pemakaian
mobil operasional (Biaya depresiasi), pengelolaan fasilitas umum kampus
seperti Air, listrik,energi dsbnya.
- Aktivitas Layanan Konsumen (Customer Supporting Activities)
Aktivitas yang ditujukan untuk menjamin keberlangsungan seluruh kegiatan di
POLBAN sebagai satu kesatuan ntitas, seperti penggunaan internet,
perpustakaan dsbnya.
3. Tahap Perancangan Model
Tahap paling penting dari semua tahap pengembangan sistem ABC adalah, apa
yang dinamakan dengan tahap perancangan model ABC. Model ABC ini terdiri dari
komponen-komponen seperti Sumber Daya (Resources), Resources Driver,
Aktivitas Pokok Perusahaan (Activity Center/Proses Bisnis), Aktivitas lain,
Penyebab Aktivitas (Activity Drivers), Elemen Biaya (Cost Elements) dan Objek
Biaya (Cost Object). Model ini menggambarkan peran dan fungsi komponen-
komponen tersebut dan menunjukkan ruang lingkup Sistem ABC yang akan
dibangun berdasarkan proses bisnis (kegiatan utama) perguruan tinggi. Fungsi
pembuatn pemodelan ini mengurangi kompleksitas, sehingga mudah diobservasi
Ekspansi
Akuntansi
138
dan diperbaiki serta didiskusikan (Compton et al, 1996). Alat bantu seperti
Flowchart dan software Activity Analyzer (software khusus untuk cost
management) akan sangat membantu menggambarkan secara visual sistem
akuntansi biaya ABC ini.
Elemen-elemen Sistem Informasi Activity-Based Costing
Aktivitas-1, Aktivitas-2, Aktivitas-3….dst Aktivitas-1, Aktivitas-2, Aktivitas-3...dst
MAHASISWA/Dosen/Penelitian
Unit LevelFacility
SupportingBatch Level
Product
Supporting
Customer
Supporting
Aktivitas Utama (proses bisnis
perhguruan tinggi) Aktivitas Utama (Pool Cost)
Satuan Jasa
yg dihslkan
perguruan
tinggi
Activity
Center
Sumber daya
perguruan tinggi
yg digunakan
(biaya)
Resource
Drivers
Activity
Drivers
Langkah-1
Langkah-2
(dirancang penulis berdasarkan konsep ABC)
4. Tahap Implementasi Model Sistem ABC
Setelah model sistem dirancang dan disempurnakan dengan kebutuhan
(berdasarkan proses iterasi maksimal) untuk mendapatkan model terbaik, maka
langkah selanjutnya adalah:
a) Penentuan Cost Driver Level Pertama (First-Stage Cost Driver)
b) Cost Driver Level Kedua (Second-Stage Cost Driver)
5. Tahap Penyajian Informasi Biaya
Laporan ini menyajikan informasi tidak saja informasi biaya yang bersifat
kuantitatif, namun juga informasi non-kuangan yang bersifat kualitatif. Laporan
Biaya penggunaan konsumsi sumber daya Perguruan Tinggi yang digunakan
Rendra T. S
139
dalam melakukan kegiatan utamanya (proses bisnis) maka laporan kuantitatif
terdiri dari Biaya Bahan (habis pakai di lab), Tenaga Kerja Langsung (gaji dosen),
Rekayasa produk/sof hasil riset, Utilitas, Penanganan material, pemeliharaan,
depresiasi , dan lain-lain yang relevan. Selain itu, sistem ABC juga dapat
mengindentifikasi biaya kualitas proses yang dibebankan secara langsung ke jasa
yang dihasilkan. Dengan demikian, laporan rata-rata biaya aktual yang disajikan
tidak hanya menyajikan Total Biaya kualitas proses produksi namun juga yang
justru lebih penting, apa yang menyebabkan biaya tersebut muncul.
BISNIS PROSES DALAM PERGURUAN TINGGI
Dalam kaitannya dengan Perguruan Tinggi, kegiatan pengembangan model Sistem
Akuntansi ABC harus mempertimbangkan hal-hal berikut sebagai Critical Succes
Factors (CSF) , yaitu:
”- Departemental mission statements/program goals, which are consistent with
the overall mission statement and goals of the college and university.
- Activity Code Definitions
- Faculty evaluation system, which will be significantly different for each
departement because of their mission and goals”
(Kelline S Cox cs, 2001)
Sasaran dan misi yang akan dicapai setiap jurusan pada dasarnya merupakan
keseluruhan dari misi Perguruan Tinggi tersebut. Dimana misi dan sasaran tersebut
hanya mungkin dicapai melalui empat kegiatan utama yang disebut dengan Proses
Bisnis. Berikut proses bisnis dalam suatu Perguruan Tinggi, yaitu Pengajaran
(teaching), Penelitian (Research) , pelayanan kepada masyarakat (Public Services),
dan Administrasi (Support Function). Dimana setiap Proses Bisnis tersebut terdiri dari
berbagai aktivitas dan sub-aktivitas rinci yang mungkin berbeda pada setiap jurusan
dan program studi sesuai dengan bidang, runag lingkup dan tujuan masing-masing.
Berikut merupakan model hubungan antara biaya (sumber daya) , aktivitas utama
(proses bisnis) dan Cost Object yang dihasilkan dalam suatu Perguruan Tinggi:
Ekspansi
Akuntansi
140
Sumber daya
perguruan
tinggi (Biaya)
Aktivitas Pengajaran
Aktivitas Penelitian
Akrtivitas Administrasi
dan perpustakaan
(support function)
Aktivitas Pengadian
Masyarakat (UPPM)
Mahasiswa
Teaching Mata
Kuliah
(Kurikulum)
Penelitian
Pelayanan
Masyarakat
Sumber Daya Aktivitas Cost Ovject
(Disesuaikan oleh Penulis dari F.Reich/Abraham, 2006 berdasarkan situasi di Indonesia)
Aktivitas Pengajaran (Teaching) ditujukan untuk mengajarkan mata kuliah (subjek)
sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan disetiap program studi yang dengan
demikian diserap oleh cost object “Kurikulum”, demikian juga halnya dengan cost
object “Mahasiswa” yang menyerap kegiatan pengajaran tersebut. Sedangkan
kegiatan-kegiatan penelitian hanya diserap oleh cost object Penelitian. Yang lebih
rumit proses pembebanannya adalah kegiatan administratif sebagai fungsi pendukung
(support) yang dibutuhkan oleh beberpa cost object, sehingga banyak menimbulkan
masalah keakurasian pembebanan biaya (allocation cost).
Dalam kaitannya dengan Perguruan Tinggi, Robertson cs (1998) mengemukakan
bahwa terdapat empat tahap pengembangan dan implementasi model sistem Activity-
Based Costing (ABC). Tahap pertama adalah mengidentifikasi tujuan projek
pengembangan model ABC, termasuk ruang lingkup dan objektif yang akan dicapai
serta tipe keputusan menejemen yang diharapkan akan dibuat berdasarkan output
sistem ABC yang dirancang. Misalnya Polban akan menghitung biaya pertahun setiap
jurusan, setiap kegiatan pelatihan terprogram yang akan diadakan, bahkan juga
setiap mata kuliah yang diajarkan, termasuk tipe mahasiswa (kelas regulaer, D4 atau
kerma) dan kegiatan komersial yang dilakukan (kerjasama) dan pelayanan pengabdian
masyarakat. Kegiatan Costing merupakan tahap kedua, yang difokuskan pada
penetapan kegiatan dalam kampus seperti pengajaran, pembimbingan, pendanaan
Rendra T. S
141
riset, kegiatan akademik pendukung, kegiatan dukungan penelitian dan administrasi,
humas, promosi dan kegiatan unit kemahasiwaan.
Tahap ketiga adalah, melakukan analisis cost object dan pengumpulan informasi
activity driver, seperti jumlah mahasiswa dalam setiap program studi yang kemudian
dihubungkan ke biaya kegiatan yang akan dibebankan ke cost object. Metode
pengumpulan data yang dilakukan dalam pengembangan sistem ABC dalam tahap
pertama, kedua dan ketiga yang umumnya dilakukan di Perguruan Tinggi adalah
survey, wawancara dan workshop.
Tahap keempat adalah pelaporan atau penyajian informasi biaya dari kegiatan (activity
cost report), laporan biaya aktivitas per unit, laporan biaya program studi, dan laporan
biaya per mahasiswa. Akhirnya untuk mentransformasikan model diatas kertas
tersebut ke model yang siap dipergunakan secara visual agar memudahkan, maka
Perguruan Tinggi tersebut dianjurkan menggunakan software khusus akuntansi
manajemen (ABC) seperti Activty Analyzer dan lain-lain yang relevan. Software khusus
tersebut dilengkapi dengan fitur-fitur yang dapat mengimpor file data dari file buku
besar di sistem komputerisasi akuntansi keuangan tradisional (SAI) untuk
mengefisienkan waktu. Fitur lain yang juga penting bagi peningkatan kinerja pihak
manajemen adalah, software tersebut dapat membantu kegiatan analisis aktivitas
(Activity-Based Management/ABM) yang sangat diperlukan oleh pihak menejemen
perguruan tinggi dari berbagai level menejerial dalam sistem informasi manajemen
(SIM) yang disebut dengan “Online Analytical Processing (OLAP)”. Fasilitas OLAP ini
memungkinkan pimpinan Perguruan Tinggi menganalisis data biaya dan kinerja lain
menggunakan alat bantu statistik dan pemodelan.
CONTOH MODEL ABC PROSES BISNIS KEMAHASISWAAN
Hampir mirip dengan perusahaan manufaktur, dimana setiap aktivitas dalam organisasi
jasa di dalam suatu lembaga pendidikan tinggi menurut konsep Activity-Based Costing
(ABC) dibagi menjadi empat kategori biaya, yaitu Unit Activities, Batch Activities,
Product Activities, dan Facility/Organizational Activities. Jika konsep atau model sistem
akuntansi biaya ABC tersebut diterjemahkan ke dalam Proses Bisnis suatu perguruan
tinggi, maka tampak seperti diagram di bawah ini. Diagram ini merupakan contoh
model sistem akuntansi biaya ABC yang cost objet-nya adalah Mahasiswa (Student).
Ekspansi
Akuntansi
142
(Sumber: Anbalagan Krishnan, 2006)
Student Services Department, atau Kantor Pembantu Direktur Bidang Kemahasiswaan
merupakan Resource Centre karena disinilah kegiatan/aktivitas yang berhubungan
dengan kemahasiswaan dimulai dan direncanakan. Rencana kerja Student Services
Department tersebut membutuhkan sumber daya organisasi (Perguruan Tinggi) agar
dapat dilaksanakan. Resource Driver level pertama dan kedua digunakan untuk
mengaitkan secara logis antara aktivitas yang akan dikerjakan dengan sumber daya
yang dibutuhkan.
Berbagai aktivitas Kemahasiswaan yang dilaksanakan tersebut kemudian dikumpulkan
(berdasarkan metode tertentu) ke dalam Activity Centre (proses bisnis) seperti Student
Affair Divison, Housing Division (Asrama Mahasiswa) dan sebagainya untuk
membentuk Activity Cost Pool berdasarkan Cost Driver yang sesuai. Kemudian Activity
Cost Pool tersebut dibebankan ke Cost Object (yang dalam hal ini adalah Uang Kuliah
Mahasiswa, atau biaya perguruan tinggi per satuan mahasiswa).
PERAN TEKNOLOGI INFORMASI
Data yang diperoleh dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan melalui angket serta
wawancara, setelah diklasifikasikan berdasarkan kategorisasi biaya Activity-Based
Costing (ABC) kemudian dijadikan dasar pembuatan model Sistem Akuntansi Biaya
ABC. Melalui Software Activity Analyzer pemodelan tersebut relative mudah
dibangun. Perangkat lunak ini merupakan perangkat lunak yang telah memenuhi
Rendra T. S
143
standar internasional CAM-I (Consortium for Advanced Manufacturing – International)
yang selama ini lazim digunakan diberbagai perusahaan besar diberbagai negara maju
sebagai alat pengumpulan data, pemodelan sistem akuntansi biaya ABC, perhitungan,
pembebanan dan pengalokasian biaya berdasarkan konsep ABC, pengukuran kinerja,
pembuatan anggaran berbasis aktivitas, bahkan sebagai sarana (alat) untuk
melakukan analisis What-If buat pihak manajemen.
Perangkat Lunak ini juga dapat digunakan untuk menelusuri Cost item dan resources
dari berbagai aktivitas dan proses bisnis suatu Perguruan Tinggi untuk menghasilkan
informasi yang bermanfaat untuk menganalisis tingkat pendapatan (kas) dari setiap
mahasiswa, dan produk/ jasa (Cost Object) yang dihasilkan. Informasi disajikan dalam
bentuk laporan, grafik dan diagram yang dibuat untuk memudahkan pihak manajemen
menganalisis lebih lanjut keluaran dari sistem ABC berdasarkan metode Activity-Based
Management (ABM).
Didalam software Activity Analyzer, data-data akuntansi dan biaya yang dihasilkan oleh
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) tersebut (setelah diklasifikasikan) kemudian diinputkan
ke komputer berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:
Identify Processes
and Build Process
Master
(BPM)
Continued On Next
Page
Correct
Assignments Based
Upon Reports
Run Where Used
and Utilization
Reports for
Employees &
Expenses
Run Activity Costing
& Process Costing
Functions
Assign Employee &
Expense Resources
to Activities &
Processes
(ARE) & (BPR)
Import or Enter
Employee &
Expense Resources
(EMP) & (EXP)
Import or Enter
Location/Cost
Centers
(LOC)
Identify Activities
Within Processes
and build Activity
Master File
(ACM)
Read "Getting Started"
Section of Manual
Make Sure Activity &
Process Totals
Reconcile With Each
Other & Tie Back to
Resources
Run Activity Costing
& Process Costing
Functions Again if
Changes Were Made
Steps To Data Processing in Activity Analyzer software
Ekspansi
Akuntansi
144
Identify & Enter
Cost Categories
(BOT)
Continued From
Previous Page Make Sure Activity &
Process Totals
Reconcile With Each
Other & Tie Back to
Resources
Continued On Next
Page
Gather Cost Driver
Data by Cost Object
Run "Generate Cost
Driver" Function to
Build a List of
Requested Cost Drivers
(ITD) or (PRD)
Attach Bills of
Activity to Cost
Objects
(ITO) or (PRO)
Identify & Enter
Bills of Activity &
Attach Activities to
Each Bill
(BOA) & (BAD)
Import or Enter
Cost Objects
(ITM) or (PRM)
Tag all Activities
which will drive cost
to Cost Objects with
Cost Drivers
Run Activity Cost
Reconciliation Function
to Add Up Cost Object/
Cost Driver Quantities
By Activity
If Cost Driver
Quantities Seem
Reasonable, Apply
Assigned Quantities
to Activity Master
Continued From
Previous Page
Finished
Run "Cost Roll-Up
Program
Import or Enter
Bill of Material or
Sales / Distribution
History
(IST) or (PTP)
Run Activity Costing
Functions Again To
Develop Activity
Rates
Run Activity Cost
Reconciliation
Function to Add Up
Assigned Activity
Costs By Activity
Run Costing
Function to Driver
Cost From Activities
to Cost Objects
If Assigned Cost Object
Cost Driver Quantities =
Activity Cost Driver
Quantities and Assigned
Activity Cost = Activity
Master Cost, the Model
Reconciled
Print Cost Object
Cost Reports
(Sumber: Activity Analyzer‟s Software Reference Guide, 2008
KESIMPULAN
Sistem Akuntansi Biaya Berbasis Aktivitas (Activity-Based Costing/ABC) pada awalnya
memang ditujukan pada perusahaan manufaktur untuk mencari keunggulan kompetitif
melalui perhitungan dan pembebanan komponen biaya produksi ke Harga Pokok
Rendra T. S
145
(Product Cost) yang akurat. Namun sering dengan perkembangannya, Sistem
Akuntansi Biaya Activity-Based Costing ini juga mulai populer digunakan pada
perusahaan jasa, termasuk pada lembaga pendidikan seperti Perguruan Tinggi
(Universitas).
Kemampuan konsep dan metode sistem ini mengaitkan aktivitas dalam suatu
organisasi ke penggunaan sumber daya secara logis dan akurat (bukan berdasarkan
perkiraan/arbitrase), terutama untuk biaya tidak langsung (overhead cost) yang
mengkonsumsi sumber daya yang sama, menyebabkan sistem ABC menjadi alternatif
untuk membangun kemampuan bersaingnya melalui pengelolaan Cost Leaderships
Strategy. Teknologi Informasi melalui software khusus Akuntansi Manajemen yang
diantaranya cukup populer yaitu Activity Anlyzer mampu mengurangi kompleksitas
pengembangan sistem akuntansi biaya ABC sebagaimana halnya sering dihadapi
akuntan pada beberapa dekade sebelumnya. Kemampuan perhitungan yang akurat
dan otomatis, serta kemampuan me-visualisasikan model sistem secara lebih jelas
menyebabkan sistem ABC bukan suatu keniscayaan untuk dikembangkan di suatu
Perguruan Tinggi. Hal ini sudah banyak dilakukan diberbagai universitas ternama
diberbagai negara maju. Artikel ini masih bersifat kajian teoritis, namun diharapkan
dapat membuka wawasan dan wacana baru mengenai pengembangan dan
implementasi sistem akuntansi biaya sebagai salah satu instrumen bagi Perguruan
Tinggi dalam mewujudkan kemampuan pengurangan biaya secara strategik dan
mewujudkan good governance.
DAFTAR PUSTAKA
Alejandro., N. Juan, “Utilizing an Activity-Based Approach for estimating the costs of college and Univ academic programs” (Unpublished Ph.d Dissertation), Baylor
University, Waco, Texas, 2000
Blocher, J Edward, Kung H Chen and Thomas W.Lin, “Cost Management: a strategic emphasis”, McGraw-Hill Co, 2000
Cokins, G., “Activity-Based Management making It Work”, Irwin Professional
Publishing, 1996
Compton, T.R., “Implementing Activity-Based Costing”, The CPA Journal, March 1996
Cox., S. Kelli., and Ronald G Douney Cs., “ABC and Higher Education – Can it work?” at www.K-state.edu/Pa/researchinfo/papers/depchair.pdf (diakses 14 des 2009)
Higher Education Division, , “Activity Based Costing: A Study to develop a costing methodology for Library and Information Technology Activities for the Australian Higher Education Sector”, The University of Newcastle, Australia, 2001
Ekspansi
Akuntansi
146
D.T., Hicks., “Activity-Based Costing for small and middlesized business: an implementation Guide”, John Wiley and son inc., New York, 1992
Ismail., Noor Azizi., “Activity-Based Management in Higher Education: Can it work?”, Faculty of Accounting, Universiti Utara Malaysia, 2003
Kebijakan dan Program Pendidikan Tinggi Tahun 2009. Sekretariat Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2009
Krishnan., Anbalagan., “An Application of ABC in Higher Learning Institution: A Local Case Study”, Curtin University of Technology, Contemporary Management Research Journal, pages 75-90, Vol.2, No.2, sept 2006
Norkiewicz, A., “Nine Steps to Implementing ABC”, Mgt Accounting Journal, April 1994
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang “Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat”, Jakarta, 2007
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2008 tentang “Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional”, Jakarta, 2008
Reference Guide Activity Analyzer Version 8.0, Lead Software Inc, 2008
Reich., F., and A . Abraham., “ABC and Activity Data Collection: A Case study in the higher education sector”, University of Wollongong, 2008
Robertson and Applebee G cs ., “Costing Methodology for use within Australian Higher Education Institution”, Ernst and Young, 1998
Activity Analyzer,, 144 Activity-Based Costing, 129, 133, 134,
135, 137, 138, 141, 142, 143, 146, 147
Critical Success Factors, 130
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, 130, 147
Sistem Akuntansi Instansi, 129, 131, 132, 135, 136, 137, 143, 144