TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

78
SKRIPSI TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ( Studi Kasus di Kab.Sidrap Tahun 2005 2009 ) OLEH : ANDI NURILAH NOVIANTI FIRMAN JAYA B111 07 642 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS HUKUM BAGIAN HUKUM PIDANA MAKASSAR 2011

Transcript of TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

Page 1: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

SKRIPSI

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN

( Studi Kasus di Kab.Sidrap Tahun 2005 – 2009 )

OLEH :

ANDI NURILAH NOVIANTI FIRMAN JAYA B111 07 642

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS HUKUM

BAGIAN HUKUM PIDANA MAKASSAR

2011

Page 2: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

i

HALAMAN JUDUL

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN

( Studi Kasus di Kab.Sidrap Tahun 2005 – 2009 )

OLEH :

ANDI NURILAH NOVIANTI FIRMAN JAYA B111 07 642

SKRIPSI

Diajukan sebagai tugas akhir dalam rangka penyelesaian studi Sarjana dalam

Bagian Hukum Pidana Program Studi Ilmu Hukum

pada

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS HUKUM BAGIAN HUKUM PIDANA

MAKASSAR 2011

Page 3: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

ii

Page 4: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

iii

Page 5: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

iv

Page 6: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

v

ABSTRAK

ANDI NURILAH NOVIANTI FIRMAN JAYA (B 111 07 642), Tinjauan Kriminologis Tentang Kejahatan Pencurian Hewan Di Kabupaten Sidrap (Studi Kasus Di Kabupaten Sidrap Tahun 2005-2009 ) dengan dosen pembimbing M. Said Karim selaku pembimbing I dan Haeranah selaku

pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan

terjadinya pencurian hewan di Kabupaten Sidrap, serta untuk mengetahui apa upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dan menanggulangi terjadinya pencurian hewan di Kabupaten Sidrap. penelitian ini di laksanakan di POLRES Sidrap dengan mewawancarai oknum kepolisian di POLRES Sidrap, juga Pelaku Pencurian Hewan di RUTAN Sidrap.

Sumber data yang diperoleh yaitu data yang didapatkan dari hasil kunjungan ke lokasi penelitian yaitu Polres Kabupaten Sidrap, Pelaku dan Staf Lembaga pemasyarakatan, juga buku-buku yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan kepustakaan yang merupakan rujukan untuk menganalisis hasil penelitian.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain bahwa, Faktor terjadinya pencurian hewan di daerah Kabupaten Sidrap disebabkan beberapa faktor yaitu faktor ekonomi yang lemah dimana pengaruh tekanan ekonomi yang lemah mendorong para pelaku untuk melakukan kejahatan pencurian, faktor pendidikan rendah disebabkan karena tingkat pendidikan para pelaku sangat rendah, faktor Lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan perbuatan jahat, faktor Agama karena rendahnya pemahaman dan keyakinan agama seseorang untuk mudah melakukan kejahatan. Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dan penanggulangan tindak pidana pencurian hewan ini adalah sebagai upaya untuk menekan laju peningkatan kejahatan pencurian. Dengan melihat laju peningkatan kuantitas kejahatan pencurian yang mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ketahun, yakni patroli, mengadakan pengarahan kepada masyarakat, melakukan pemeriksaan di daerah rawan, serta melakukan piket tiap-tiap daerah.

Page 7: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat dan karunianya, sehingga skripsi ini dapat dirampung sebagaimana

diharapkan.

Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah barusaha dengan

semaksimal mungkin sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

“Tinjauan Kriminologis Tentang Kejahatan Pencurian Hewan ( Studi

Kasus Di Kabupaten Sidrap Tahun 2005-2009 )” sebagai upaya untuk

memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian Studi Strata Satu ( S1 ) pada

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

Terimakasih Ibunda tercinta Dra.Hj.Khaeriyah Misbah Harun, M.Si dan

Ayah tercinta dr.H.Andi Firman Jaya.BAP, Kakakku Andi Sabri Mundzir, S.IP

dan Andi Fithrani Neilufar,S.Ked, serta seluruh keluargaku yang telah

memberikan bantuan, dorongan dan Do’a hingga selesainya studi ini.

Penulisan Skripsi ini dibimbing dan diarahkan oleh Bapak Prof.Dr.H.M

Said Karim, S.H, M.H dan Ibu Hj. Haeranah, S.H, M.H yang masing-masing

sebagai pembimbing satu dan dua selama masa pembimbingan dan konsultasi

penulis banyak mendapatkan masukan dan wawasan yang memperkaya ilmu

pengetahuan penulis mulai dari tahap proposal penulisan sampai tahap

penyelesaian skripsi.

Page 8: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

vii

Dengan tidak kalah pentingnya pula penulis mengucapkan banyak

terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. DR. Dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B.O, selaku Rektor

Universitas Hasanuddin.

2. Bapak Prof.Dr.H.M Said Karim, S.H, M.H selaku pembimbing

pertama yang telah membimbing dan memberi ilmunya hingga

selesainya skripsi ini.

3. Ibu Hj. Haeranah, S.H, M.H selaku pembimbing kedua yang telah

membimbing dan memberi ilmunya hingga selesainya skripsi ini.

4. Kepolisian Resort Sidrap dan Lembaga Pemasyarakatan Sidrap

yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini saya

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

5. Bapak Prof. Dr. Aswanto, S.H. M.H., D.F.M., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

6. Bapak Alm. Prof.Dr. Mas Bakar, S.H, M.H dan Bapak Maskun, S.H,

LLM selaku Penasehat Akademik penulis yang telah memberikan

nasehat, baik dalam perkuliahan maupun di luar perkuliahan.

7. Bapak Prof.Dr.Ir. Abrar Saleng, S.H, M.H., Dr. Ansori Ilyas, Romi

Librayanto selaku Wakil Dekan 1, Wakil Dekan 2, dan Wakil Dekan

3 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Makassar.

9. Habib Airlangga Nugraha yang telah banyak memberikan semangat

dan bantuan yang membuat saya semakin bangga dan banyak

belajar darinya, semoga hubungan kita dapat langgeng dan tetap

indah sampai tua, Aamiin.

10. Rekan mahasiswa di Fakultas Hukum dari beberapa Universitas,

khususnya kakak Sry Wahyuni, Ridwan S.H., kakak Nining

Page 9: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

viii

Angraeny, Rustan S.H., dan kakak Citra Negara, S.H yang juga

banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Teman-teman DFF, Cozy, IKA SMA, IKA SMP, dan IKA SD yang

telah memberikan banyak semangat dan Do’a dalam terselesainya

skripsi ini untuk mencapai gelar Sarjana Hukum yang berkualitas.

12. Teman-teman OM yang sempat membuat saya drop, tapi itu

merupakan pembangkit semangat bagi saya untuk membuktikan

bawa saya hebat.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan serta jasa baiknya kepada penulis, disadari

sepenuhnya bahwa setiap orang mempunyai keterbatasan sehingga

kekurangan mungkin saja terdapat dalam skripsi ini, oleh karena itu saran dan

kritik dari pembaca sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

membacanya. Amin…!!!

Wassalamu Alaikum Wr. Wb

Makassar, 2011

Penulis

Page 10: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI .................... iv

ABSTRAK ................................................................................................ v

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ vi

DAFTAR ISI ......................................................................... .................. ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………. . 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………… 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian ......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7

A. Pengertian-pengertian ........................................................ 7

a. Pengertian Kriminologi .................................................... 7

b. Pengertian Kejahatan……………………………………… 14

c. Pengertian Delik dan Unsur-Unsurnya ........................... 25

d. Pengertian Pencurian dan Hewan ................................. 34

B. Jenis Pencurian dan Unsur-Unsurnya ................................ 37

Page 11: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

x

C. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Kejahatan dan Upaya

Penanggulangannya ........................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 44

A. Lokasi Penelitian ................................................................. 44

B. Jenis dan Sumber Data ...................................................... 44

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 44

D. Analisis Data....................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 46

A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Pencurian

Hewan ................................................................................ 46

B. Upaya Yang Dilakukan Oleh Pihak Berwenang Dalam

Menanggulangi Terjadinya Pencurian Hewan .................... 54

BAB V PENUTUP ............................................................................... 62

A. Kesimpulan ......................................................................... 62

B. Saran .................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65

LAMPIRAN

Page 12: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini telah dinyatakan dengan

tegas dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 bahwa “Negara Republik Indonesia berdasar atas hukum

(rechstaat)”, tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machstaat).

Cita-cita filsafat yang telah dirumuskan para pendiri kenegaraan dalam

konsep “Indonesia adalah negara hukum”, mengandung arti bahwa dalam

hubungan antara hukum dan kekuasaan, kekuasaan tunduk pada hukum

sebagai kunci kestabilan politik dalam masyarakat. Dalam negara hukum

merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Salah satu ciri utama dari suatu negara hukum terletak pada

kecenderungannya untuk menilai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

masyarakat atas dasar peraturan-peraturan hukum. Pembicaraan mengenai

hukum selalu berkaitan dengan masalah penegakan hukum (law

enfocement) dalam pengertian luas juga merupakan penegakan keadilan.

Apabila dikonkrotkan lagi, akan terarah pada aparat penegak hukum, yaitu

mereka yang secara langsung terlibat dalam memperjuangkan penegakan

hukum dan keadilan.

Page 13: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

2

Kepolisian sebagai salah satu penegak hukum merupakan alat negara

yang menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan

pelayan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam

negeri.

Dalam rangka mengantisipasi era globalisasi laju perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam aspek kehidupan masyarakat, maka

Kepolisian Negara Republik Indonesia dituntut lebih professional. Efektif, dan

modern, Kepolosian Negara Republik Indonesia sebagai bagian integral

fungsi pemerintah Negara mempunyai tatanan yang sangat luas, oleh karena

fungsi kepolisian tidak hanya aspek refresif dalam kaitannya dengan proses

pidana khususnya pada tindak penyidik, tetapi mencakup pula aspek

preventif berupa tugas-tugas yang melekat pada fungsi utama administrasi

Negara mulai dari bimbingan dan pengaturan sampai dengan tindakan

kepolisian yang bersifat administrasi yang bukan kompetensi pengadilan.

Perubahan sosial yang ditimbulkan seringkali berdampak bagi

kehidupan masyarakat, di satu pihak memperlihatkan hasil yang bermanfaat

sedang di lain pihak melahirkan persoalan sosial seperti pengangguran,

gelandangan, perjudian, pembunuhan, dan kejahatan lainnya seperti

pencurian pada akhirnya dapat menimbulkan kecemasan dan keresahan

dalam masyarakat.

Page 14: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

3

Upaya pemerintah dalam menekan laju perkembangan kejahatan

dengan segala macam cara, baik pencegahan maupun penanggulangan

yang timbul dan berkembangan dalam kehidupan masyarakat, masih saja

menemui jalan buntu bahkan dapat menyebar kemana-mana, sehingga

dapat menimbulkan akibat negative yang semakin luas dan dapat

menghambat kehidupan sosial masyarakat.

Salah satu bentuk kejahatan yang selalu meresahkan masyarakat

serta mengganggu ketentraman masyarakat adalah kejahatan pencurian

khususnya pencurian hewan ternak. Dari berbagai bentuk dan modus

operandinya terus berkembang seiring dengan perkembangan dalam

masyarakat, baik kualitas maupun kuantitasnya. Bentuknya semakin maju

sehingga masyarakat semakin resah serta menimbulkan kekhawatiran untuk

melakukan aktifitas sehari-hari. Delik pencurian diatur dalam Pasal 362

sampai dengan Pasal 367 KUHP, berdasarkan judul skripsi ini maka akan

menjadi sebuah rujukan kajian adalah dalam Pasal 363 KUHPidana.

Kabupaten Sidrap merupakan salah satu daerah di Sulawesi selatan

yang sebagian besar penduduknya hidup dengan bergantung pada aktifitas

perdagangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan melakukan

transaksi jual beli misalnya hewan ternak. Pada umumnya masyarakat di

Kabupaten Sidrap dalam menjalankan aktifitas perdagangan hewan tidak

jarang pula seringnya diresahkan dengan hilangnya hewan ternak mereka.

Page 15: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

4

Dalam bidang perdagangan hewan ternak merupakan kegiatan vital

yang bagi kehidupan masyarakat di Kabupaten Sidrap, oleh karena itu

perlunya perlindungan khusus agar tercipta keamanan dan ketentraman

dalam melakukan sistem jual beli hewan ternak maupun dalam melakukan

kehidupan beternak sehingga tercipta kenyamanan dalam mengelola

ternaknya sehari-hari.

Rasa aman dan tentram merupakan dambaan setiap anggota

masyarakat, namun kenyataannya selalu muncul dan stabilitas nasional.

Dalam hal ini bahwa kejahatan adalah suatu gejala atau persoalan klasik

yang menjadi bagian hidup masyarakat, karena manusia sesuai dengan

kodratnya lahir dan memiliki perbedaan signifikan baik tipe dan karakteristik

yang berbeda, hal tersebut selalu tidak sejalan dengan apa yang di

kehendakinya oleh tuntutan masyarakat. Meski telah banyak dirumuskan

kedalam suatu undang-undang namun selalu timbul persepsi yang keliru

tentang delik yang terjadi, sehingga penerapan undang-undang ada yang

kurang tepat, sehingga dapat menggoyahkan kepastian hukum juga sangat

tidak membantu pemeliharaan, dan tentram dalam masyarakat.

Negara Indonesia sebagai Negara hukum adalah prinsip dasar yang

tidak dapat di ganggu gugat, karena supremasi hukum dengan perangkat

hukum serta aparat hukum yang ada dalam penegakan hukum di

masyarakat sangat signifikan untuk mengstimulir kasus yang menimpa

Page 16: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

5

warga masyarakat. Sebagai realisasi hal tersebut, maka di dalam Garis-garis

Besar Haluan Negara yang selanjutnya disingkat GBHN 1998 mengarahkan

supaya hukum dapat menjadikan dasar penegak hukum guna melaksanakan

tugas mereka untuk menjamin agar masyarakat dapat menikmati kepastian

hukum, memberi rasa aman dan tentram, mendorong kreatifitas dan peran

aktif masyarakat dalam pembangunan.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) secara tegas melarang

dan mengancam pidana bagi setiap orang yang melakukan pencurian hewan

(Pasal 363 KUHP), oleh karena pencurian hewan termasuk kejahatan yang

berkualisifikasi dengan ancaman pidana yang sangat berat.

Pengaruh pemidanaan termasuk kejahatan pencurian dan

pemberatan adalah masalah yang tidak dapat dilepas dari berbagai faktor,

baik faktor penyebab terjadinya kejahatan maupun faktor dalam proses

pemeriksaan di sidang pengadilan.

Penjatuhan pidana merupakan faktor yang sangat menentukan, oleh

karena kelemahan-kelemahan pemidanaan yang dijatuhkan tanpa

pertimbangan mengenai jenis kasus tertentu, sehingga kemungkinan

tersebut tidak mencapai sasaran sebagaimana yang diharapakan sesuai

rasa keadilan masyarakat.

Page 17: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

6

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang pemikiran tersebut, maka dapat

diidentifikasikan pokok permasalahan yang dibahas, adalah sebagai berikut:

1. Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya pencurian hewan di

Kabupaten Sidrap ?

2. Upaya apakah yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam

menanggulangi terjadinya pencurian hewan di Kabupaten Sidrap ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya pencurian hewan

di Kabupaten Sidrap.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dan

menanggulangi terjadinya pencurian hewan di Kabupaten Sidrap.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada semua pihak, terutama kepada aparat

penegak hukum yang berwenang dalam hal ini polri dalam melakukan

suatu tindakan hukum terhadap delik pancurian hewan di Kabupaten

Sidrap.

2. Sebagai bahan yang dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan

informasi untuk mengetahui delik pencurian di Kabupaten Sidrap.

Page 18: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian-pengertian

a. Pengertian Kriminologi

Secara etimologi, istilah kriminologi berasal dari kata “crime” dan

“logos”. Crime berarti kejahatan, sedang “logos” berarti ilmu pengetahuan

jadi secara umum kriminologi dapat ditafsirkan sebagai ilmu pengetahuan

yang mempelajari tentang kejahatan atau lebih tegasnya dapat kita maknai

sebagai sarana untuk mengetahui sebab dan akibat kejahatan (Abdulsyani,

1987 : 6).

Rusli Effendi (1978 : 9), merumuskan kriminologi adalah suatu ilmu

pengetahuan tentang kejahatan itu senduri, obyeknya adalah yang

melakukan kejahatan itu sendiri. Tujuannya adalah mempelajari sebab-

sebabnya sehingga orang itu adalah jahat ataukah disebabkan karena

keadaan sosiologi maupun ekonomis.

Sementara itu Romli Atmasasmita (1981 : 11) membedakan

kriminologi dalam 2 arti, yaitu:

1. Kriminologi dalam arti sempit, ialah ilmu yang mempelajari tentang

kejahatan.

Page 19: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

8

2. Kriminologi dalam arti luas, ialah ilmu yang mempelajari tentang

penology (perkembangan hukuman) dan metode-metode yang

berkaitan dengan kejahatan dan masalah prevensi kejahatan

dengan tindakan-tindakan yang bersifat non-punitif.

Secara tegas, menurut Romli Atmasasmita ( 1984 : 5 ), dapat

dikatakan bahwa batasan kejahatan dalam arti yuridis adalah tingkah laku

manusia yang dapat dihukum berdasarkan Hukum Pidana.

Dari beberapa defenisi yang telah dikemukakan, Soedjono

Dirjosiswono ( 1984 : 28 ) memberikan batasan tentang tujuan tertentu dari

kriminologi, yaitu:

1. Memperoleh gambaran yang lebih mendalam mengenai perilaku

manusia dari lembaga-lembaga sosial masyarakat yang

mempengaruhi kecenderungan dan penyimpangan norma-norma

hukum.

2. Mencari cara-cara yang lebih baik untuk mempergunakan

pengertian kriminologi dalam melaksanakan kebijaksanaan sosial

yang dapat mencegah atau mengurangi dan menanggulangi

kejahatan.

Beberapa sarjana memberikan defenisi kriminologi sebagai ilmu

pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.

Page 20: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

9

Melalui defenisi ini, Bawengan, (1991 : 5), membagi kriminologi

menjadi kriminologi murni yang mencakup:

1. Antropologi Kriminil, ialah ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatis). Ilmu pengetahuan ini memberikan jawaban atas pertanyaan tentang orang jahat dalam tubuhnya mempunyai tanda-tanda seperti apa? Apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.

2. Sosiologi Kriminil, ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat. Pokok persoalan yang dijawab oleh bidang ilmu ini adalah sampai di mana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat.

3. Psikologi Kriminil, ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya.

4. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil, ialah ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf.

5. Penologi, ialah ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.

Di samping itu terdapat kriminologi terapan yang berupa:

1. Higiene Kriminil, ialah suatu usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan, misalnya usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerapkan undang-undang, system jaminan hidup dan kesejahteraan yang dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya kejahatan.

2. Politik kriminil, suatu usaha penanggulangan kejahatan di mana suatu kejahatan telah terjadi. Di sini dilihat sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan. Apabila disebabkan oleh faktor ekonomi maka usaha yang dilakukan adalah meningkatkan keterampilan atau membuka lapangan kerja, jadi tidak semata-mata dengan penjatuhan sanksi.

3. Kriminolistik (Polce Scientific), ialah merupakan ilmu tentang pelaksanaan penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.

Page 21: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

10

Menurut Soedjono (1984:7), memberikan defenisi tentang kriminologi,

yaitu sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan

untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang gejala kejahatan

dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-

keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-pola dan faktor-faktor kausal

yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku kejahatan serta reaksi

masyarakat terhadap keduanya.

Romli Atmasasmita (1984 : 9), merumuskan bahwa Kriminologi

adalah suatu ilmu pengetahuan yang menggunakan metode-metode ilmiah

dalam mempelajari dan menganalisa keteraturan keseragaman pola-pola

dan faktor-faktor, sebab-sebab yang berhubungan dengan kejahatan dan

penjahat, serta reaksi-reaksi sosial terhadap kedua-duanya.

Bonger (1982 : 21), mengemukakan bahwa kriminologi dalam ilmu

pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya

(Kriminoogi teoritis atau murni)”. Bonger (Topo Santoso dan Eva achjani,

2004:9) lalu membagi kriminologi menjadi kriminologi murni yang mencakup:

a. Antropologi Kriminil

Yaitu Ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatis).

b. Sosiologi Kriminil

Yaitu ilmu tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat.

c. Psikologi Kriminil

Page 22: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

11

Yaitu ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut

jiwanya.

d. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil

Adalah ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat saraf.

e. Penologi

Adalah ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.

Wolfgang, Savitz dan Johnston (Topo Santoso dan Eva Achjani,

2004:120, memberikan defenisi kriminologi sebagai kumpulan ilmu

pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh

pengetahuan dan pengertian tentang gejala kejahatan dengan jalan

mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-keterangan,

keseragaman-keseragaman, pola-pola, dan faktor-faktor kausal yang

berhubungan dengan kejahatan, pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat

terhadap keduanya.

Adapun Ruang lingkup kriminologi mencakup tiga hal pokok yakni:

a. Proses pembuatan hukum pidana dan acara pidana (making laws).

b. Etiologi criminal, yang membahas teori-teori yang menyebabkan

terjadinya kejahatan (breaking of laws), dan

c. Reaksi terhadap pelanggaran hukum (reacting toward the breaking

of laws). Reaksi dalam hal ini bukan hanya ditunjukkan kepada

pelanggar hukum berupa tindakan represif tetapi juga reaksi

Page 23: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

12

terhadap “calon” pelanggar hukum berupa upaya-upaya pencegahan

kejahatan (criminal prevention).

Yang dibahas dalam proses pembuatan hukum pidana (process of

making laws) adalah:

a. Defenisi kejahatan;

b. Unsur-unsur kejahatan;

c. Relativitas pengertian kejahatan;

d. Penggolongan kejahatan;

e. Statistik kejahatan.

Yang dibahas dalam etiologi (breaking laws) adalah:

a. Aliran-aliran (mazhab-mazhab) kriminologi;

b. Teori-teori kriminologi; dan

c. Berbagai perspektif kriminologi.

Yang dibahas dalam bagian ketiga adalah perlakuan terhadap

pelanggar-pelanggar hukum (reacting toward the breaking laws) antara lain:

a. Teori-teori penghukuman;

b. Upaya-upaya penanggulangan/pencegahan kejahatan, baik berupa

tindakan pre-entif, preventif, represif, dan rehabilitatif.

Soedjono D (1983:1), merumuskan bahwa:

“Kriminologi adalah sarana untuk mengetahui sebab-sebab kejahatan

dan akibatnya, mempelajari cara-cara memperbaiki kejahatan dan cara-cara

mencegah kemungkinan timbulnya kejahatan”.

Page 24: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

13

Abdulsyani (1987:9), memberikan rumusan kriminologi bahwa

kriminologi dianggap bagian dari science yang dengan penelitian empiris

berusaha memberi gambaran tentang fakta-fakta kriminologi dipandangnya

sebagia suatu istilah global untuk suatu lapangan ilmu pengetahuan yang

demikian tidak mungkin dikuasai oleh seorang ahli saja.

Constan (Abdulsyani, 1987:10), mengemukakan bahwa “Kriminologi

adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menentukan faktor-faktor yang

menjadi sebab musabab terjadinya suatu kejahatan dan penjahat.

Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa sasaran utama kriminologi adalah menyangkut

kejahatan dengan segala aspeknya yang ditunjang oleh berbagai ilmu

lainnya yang mempelajari kejahatan atau penjahat, penampilannya, sebab

dan akibat serta penanggulangannya sebagai ilmu teoritis sekaligus

mengadakan usaha-usaha pencegahan serta penanggulangan atau

pemberantasan terhadap hal-hal yang mempengaruhi terjadinya kejahatan

dan sebab-sebab orang melakukan kejahatan.

Page 25: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

14

b. Pengertian Kejahatan

Kata kejahatan menurut pengertian orang banyak sehari-hari adalah

tingkah laku atau perbuatan yang jahat yang tiap-tiap orang dapat

merasakannya, bahwa itu jahat, seperti pemerasan, pencurian, penadahan

dan lain sebagainya yang dilakukan oleh manusia. Sebagaimana yang

dikemukakan Rusli Effendy (1978:1).

Kejahatan adalah delik hukum (Rechts delicten) yaitu perbuatan-

perbuatan yang meskipun tidak ditentukan dalam undang-undang sebagai

peristiwa pidana, tetapi dirasakan sebagai perbuatan yang bertentangan

dengan tata hukum.

Terdapat berbagai pendapat mengenai kejahatan. Menurut

B.Simandjuntak kejahatan merupakan “suatu tindakan anti sosial yang

merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan

kegoncangan dalam masyarakat.” Sedangkan Van Bammelen merumuskan:

Kejahatan adalah tiap kelakuan yang bersifat tidak susila dan

merugikan, dan menimbulkan begitu banyak ketidaktenangan dalam suatu

masyarakat tertentu, sehingga masyarakat itu berhak untuk mencelanya dan

menyatakan penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk nestapa dengan

sengaja diberikan karena kelakuan tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur penting dari

kejahatan adalah:

Page 26: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

15

1. Perbuatan yang anti sosial

2. Merugikan dan menimbulkan ketidaktenangan masyarakat

3. Bertentangan dengan moral masyarakat.

Dari sudut pandang sosiologi. Sosiologi berpendapat bahwa kejahatan

disebabkan karena kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang sama,

yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya. Analisis terhadap kondisi

dan proses-proses tersebut menghasilkan dua kesimpulan, yaitu pertama

terdapat terdapat hubungan antara variasi angka kejahatan dengan variasi

organisasi-organisasi sosial di mana kejahatan tersebut terjadi. Tinggi

rendahnya angka kejahatan berhubungan erat dengan bentuk-bentuk dan

organisasi-organisasi sosial di mana kejahatan tersebut terjadi. Maka, angka-

angka kejahatan dalam masyarakat, golongan-golongan masyarakat dan

kelompok-kelompok sosial mempunyai hubungan dengan kondisi-kondisi dan

proses-proses. Misalnya, gerak sosial. Persaingan serta pertentangan

kebudayaan, ideologi politik, adama, ekonomi, dan seterusnya.

Kedua, para sosiolog berusaha untuk menentukan proses-proses

yang menyebabkan seseorang menjadi penjahat. Analisis ini bersifat sosial

psikologis. Beberapa orang ahli menekankan pada beberapa bentuk proses

seperti imitasi, pelaksanaan peranan sosial, asosiasi diferensial, kompensasi,

identifikasi, konsepsi diri pribadi ( self conception ) dan kekecewaan yang

agresif sebagai proses-proses yang menyebabkan seseorang menjadi

Page 27: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

16

penjahat. Sehubungan dengan pendekatan sosiologis tersebut di atas dapat

dikemukakan teori-teori sosiologis tentang perilaku penjahat. Salah-satu di

antara sekian teori-teori tarsebut adalah dari E.H Sutherland yang

mengatakan bahwa seseorang berperilaku jahat dengan cara yang sama

dengan perilaku yang tidak jahat. Artinya, perilaku jahat dipelajari dalam

interaksi dengan orang-orang lain, dan orang tersebut mendapatkan perilaku

jahat sebagai hasil interaksi yang dilakukannya dengan orang-orang yang

berperilaku dengan kecenduringan melawan norma- norma hukum yang ada.

Sutherland menyebutnya sebagai proses asosiasi yang diferensial

(differential association), karena apa yang dipelajari dalam proses tersebut

sebagai akibat interaksi dengan pola-pola perilaku yang jahat, berbeda

dengan apa yang dipelajari dalam proses interaksi dengan pola-pola perilaku

yang tidak suka pada kejahatan. Apabila seseorang menjadi jahat, maka hal

itu disebabkan orang tadi mengadakan kontak dengan pola-pola perilaku

jahat dan juga karena dia mengasingkan diri terhadap pola-pola perilaku

yang tidak menyukai kejahatan tersebut.

Selanjutnya dikatakan bahwa bagian pokok dari pola-pola perilaku

jahat tadi dipelajari dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat intim. Alat-

alat komunikasi tertentu seperti buku, surat kabar, film, televise, radio,

memberikan pengaruh-pengaruh tertentu, yaitu dalam memberikan sugesti

kepada orang perorangan untuk menerima atau menolak pola-pola perilaku

jahat.

Page 28: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

17

Untuk mengatasi masalah kejahatan tadi, kecuali tindakan preventif,

dapat pula diadakan tindakan-tindakan represif antara lain dengan teknik

rehabilitasi. Menurut Cressey ada dua konsepsi mengenai mengenai taknik

rahabilitasi rahabilitasi tersebut. Yang pertama menciptakan sistem dan

program-program yang bertujuan untuk menghukum orang-orang jahat

tersebut. Sistem serta program-program tersebut bersifat reformatif, misalnya

hukuman bersyarat, hukuman kurungan serta hukuman penjara. Teknuk

kedua lebih ditekankan pada usaha agar penjahat dapat berubag menjadi

orang biasa ( yang tidak jahat ). Dalam hal ini, maka selama menjalani

hukuman bersyarat, diusahakan mencari pekerjaan bagi si terhukum dan

diberikan konsultasi psikologis. Kepada para narapidana di lembaga-

lembaga pemasyarakatan diberikan pendidikan serta latihan-latihan untuk

menguasai bidang-bidang tertentu, supaya kelak setelah masa hukuman

selesai punya modal untuk mencari pekerjaan di masyarakat.

Suatu gejala lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah apa yang

disebut sebagai white-collar crime, suatu gejala yang timbul pada abad

modern ini. Banyak ahli beranggapan, bahwa tipe kejahatan ini merupakan

akses dari proses perkembangan ekonomi yang terlalu cepat, dan yang

menekankan pada aspek material-finansial belaka. Karena itu, pada mulanya

gejala ini disebut business crime atau economic criminality. Memang, white-

collar crime merupakan kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha atau para

pejabat di dalam menjalankan peranan fungsinya. Keadaan keuangan yang

Page 29: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

18

relatif kuat memungkinkan mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan

yang oleh hukum dan masyarakat umum dikualifikasikan sebagai kejahatan.

Golongan tersebut menganggap dirinya kebal terhadap hukum dan sarana-

sarana pengadilan sosial lainnya, karena kekuasaan dan keuangan yang

dimilikinya dengan kuat. Sukar sekali untuk memidana mereka, sehingga

dengan tepat dikatakan bahwa kekuatan penjahat whitw-collar terletak pada

kelemahan korban-korbannya.

Masalah di atas memang terkenal rumit karena menyangkut paling

sedikit beberapa aspek sebagai berikut :

a. Siapakah lapisan tertinggi masyarakat yang karena profesi dan

kedudukannya mempunyai peluang untuk melakukan kejahatan tersebut.

b. Apakah perbuatan serta gejala-gejala yang dapat dikualifikasikan sebagai

whitw-collar crime.

c. Faktor-faktor sosial dan individual apa yang menyebabkan orang berbuat

demikian.

d. Bagaimanakah tindakan-tindakan pencegahannya melalui sarana-sarana

pengendalian sosial tertentu.

Sebenarnya faktor-faktor individual tak akan mungkin dipisahkan dari

faktor-faktor sosial, walaupun dapat dibedakan. Namun demikian, faktor-

faktor ini akan dibicarakan tersendiri, semata-mata dari segi praktisinya.

Page 30: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

19

Penelitian-penelitian terhadap faktor ini belum banyak dilakukan, karena

sulitnya memperoleh data dasar tentang white-collar crime tersebut.

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara Eropa

menunjukkan, bahwa dorongan utama adalah masalah kebutuhan. Hal ini

sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari faktor sosial. Mungkin dorongan

tersebut sama saja dengan dorongan yang ada pada stratum rendah, yaitu

golongan blue-collar. Namun ada suatu perbedaan yaitu bahwa dorongan

pada golongan lapisan tertinggi terletak pada kemantapan untuk memenuhi

keinginan-keinginannya. Lagipula kebutuhan mereka terang lebih besar

daripada kebutuhan golongan strata rendah. Juga kedudukan serta peranan

mereka memberikan peluang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

tersebut.

Mengenai latar belakang sosialnya, maka mereka berasal dari

keluarga yang pada umumnya tidak mengalami gangguan. Walaupun

kadang-kadang ayah tidak melakukan peranannya sebagai seorang ayah

yang baik. Akan tetapi sejak kecil, dia tidak dididik untuk dapat

mengendalikan keinginan-keinginannya dalam memperoleh apa yang

dibutuhkan. Setelah semakin dewasa, keinginan-keinginan tersebut

bertambah banyak yang mau dipenuhi, dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sangat

kecil. Kecerdasannya cukup tinggi, orangnya praktis, akan tetapi tidak

mempunyai prinsip-prinsip moral yang kuat (kesusilaan yang kuat).

Page 31: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

20

Faktor-faktor individual tersebut di atas dapat saja dimiliki oleh tipe

penjahat lain. Akan tetapi yang justru membedakannya adalah kedudukan

dan peranan yang melekat padanya. Peluang-peluang yang dapat

disalahgunakan justru tersedia karena kedudukannya tersebut.

Suatu studi yang pernah dilakukan di Yugoslavia misalnya

memberikan petunjuk bahwa timbulnya white-collar crime karena situasi

sosial memberikan peluang. Situasi tersebut justru dimulai oleh golongan

yang seyogyanya memberikan contoh teladan kepada masyarakat luas. Di

dalam situasi demikian terjadilah kepudaran pada hukum yang berlaku,

sehingga timbul suasana yang penuh dengan peluang-peluang dan

kesempatan-kesempatan. Situasi tersebut menyebabkan warga masyarakat

mulai tidak mempercayai nilai dan norma-norma hukum yang berlaku.

Setiap orang yang melakukan kejahatan akan diberi sanksi pidana

yang telah diatur dalam Buku kesatu KUHP yang dinyatakan didalamnya

sebagai kejahatan. Hal ini dipertegas oleh J.E Sahetapy (1989:11)

kejahatan, sebagaimana terdapat dalam perundang-undangan adalah setiap

perbuatan (termasuk kelalaian) yang dilarang oleh hukum publik untuk

melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa pidana oleh Negara.

Menurut A. S. Alam (2002:1) defenisi kejahatan dapat dilihat dari dua

sudut pandang, yaitu:

Page 32: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

21

a. Dari sudut pandang hukum Kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum pidana, bagaimanapun jeleknya suatu perbuatan, sepanjang perbuatan itu tidak dilarang di dalam perundang-undangan pidana, perbuatan itu telah dianggap perbuatan yang bukan kejahatan. Contohnya: perbuatan seseorang yang melakukan kejahatan penadahan. Dilihat dari defenisi kejahatan menurut hukum, perbuatan itu bukan kejahatan, karena dalam perundang-undangan pidana (KUHP), meskipun perbuatan itu sangat jelek bila dilihat dari sudut pandang agama, adat istiadat dan lain-lainnya.

b. Dari sudut pandang masyarakat Kejahatan adalah setiap perbuatan yang melanggar norma-norma yang masih hidup di dalam masyarakat. Contoh: bila seorang meminum minuman keras sampai mabuk, maka perbuatan itu merupakan kejahatan (dosa) dari sudut pandang hukum.

Van Bemmelen (Roeslan Saleh 1983 : 17) merumuskan kejahatan:

Tiap kelakuan yang bersifat merugikan, yang menimbulkan begitu banyak ketidaktenangan dalam suatu masyarakat tertentu, sehingga masyarakat itu berhak untuk mencela dan menyatakan penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk nestapa dengan sengaja diberikan karena kelakuan tersebut.

Frank Tannembaum (J.E Sahetapy, 1979:11) menyatakan, crime is

eternal as society, artinya dimana ada manusia disana pasti ada kejahatan.

Lebih lanjut pengertian kejahatan dapat dilihat dari pembagian

dibawah ini sebagai berikut:

a. Pengertian dari sudut pandang hukum

Secara hukum kejahatan menurut pengertian sehari-hari adalah

tingkah laku atau perbuatan jahat yang tiap-tiap orang dapat

Page 33: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

22

merasakannya bahwa perbuatan itu adalah jahat, seperti pencurian,

penadahan, dan lain-lain yang dilakukan manusia.

Menurut A. S. Alam (2002:310), menyebutkan pengertian kejahatan

dari sudut pandang hukum adalah sebagai berikut:

Pandangan dari hukum adalah suatu perbuatan itu telah diatur oleh

suatu peraturan perundang-undangan atau satu aturan pidana.

b. Pengertian dari sudut pandang sosiologi

Sosiologi berpendapat bahwa kejahatan disebabkan karena kondisi-

kondisi dan proses-proses sosial yang sama, yang menghasilkan

perilaku-perilaku sosial lainnya. Analisis terhadap kondisi dan

proses-proses tersebut menghasilkan dua kesimpulan, yaitu pertama

terdapat hubungan antara variasi angka dengan variasi organisai-

organisasi sosial dimana kejahatan tersebut terjadi. Maka angka

kejahatan dalam masyarakat, golongan-golongan masyarakat dan

kelompok-kelompok sosial mempunyai hubungan dengan kondisi-

kondisi dan proses-proses. Misalnya gerakan sosial, persaingan

serta pertentangan kebudayaan, sosiologi politik, agama, ekonomi

dan seterusnya.

Kedua para sosiolog berusaha untuk menentukan proses-proses

yang menyebabkan seseorang menjadi penjahat. Analisis ini bersifat

sosial psikologis. Beberapa ahli menekankan pada beberapa bentuk

proses seperti imitasi, konsepsi, pelaksanaan peranan sosial,

Page 34: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

23

asosiasi differentasial, konpensasi, isentifikasi, konsepsi diri pribadi

dan kekecewaan yang agresif sebagai proses-proses yang

menyebabkan seseorang menjadi penjahat.

Untuk lebih mengetahui pengertian kejahatan dapat dilihat dari

beberapa pakar:

R. Soesilo (1985:19) mengemukakan pengertian kejahatan sebagai

berikut:

Kejahatan sebagai suatu perbuatan yang merumuskan kejahatan hukum, jika perbuatan itu bertentangan dengan asas-asas hukum positif yang hidup dalam rasa hukum kalangan rakyat, terlepas dari pada hal apakah asas-asas tersebut dicantumkan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Gerson W. Bawengan (Abdul Wahid dan Muhammad Irfan

2001:27) membagi tiga pengertian kejahatan menurut penggunaannya

masing-masing yaitu:

a. Pengertian secara praktis Kejahatan dalam pengertian ini adalah suatu pengertian yang merupakan pelanggaran atas norma-norma keagamaan, kebiasaan, kesusilaan dan norma-norma yang berasal dari adat istiadat yang mendapat reaksi baik berupa hukuman maupun pengecualian.

b. Pengertian secara religious Kejahatan dalam arti religious ini mengidentifikasikan arti kejahatan dengan dosa, dan setiap dosa terancam dengan hukuman api neraka terhadap jiwa yang berdosa.

c. Pengertian secara yuridis Kejahatan dalam arti yuridis disini, maka kita dapat melihat misalnya dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana hanyalah setiap perbuatan yang bertentangan dengan pasal-pasal dari buku kedua, itulah yang disebut kejahatan. Selain KUHP, kita dapat menjumpai hukum pidana khusus, hukum

Page 35: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

24

pidana militer, fiscal, ekonomi, atau pada ketentuan lain yang menyebut suatu perbuatan sebagai kejahatan.

Hal itu sejalan dengan A. Qirom Syamsuddin dan E. Sumaryono

(Abdul Wahid dan Muhammad Irfan 2001:28) yang memberikan

penjelasan mengenai kejahatan sebagai berikut:

a. Segi Sosiologi Kejahatan yang ditekankan pada ciri-ciri khas yang dapat dirasakan dan diketahui oleh masyarakat tertentu. Masalahnya terletak pada perbuatan moral yang dipandang secara objektif, yaitu jika dari sudut masyarakat di mana masyarakat dirugikan.

b. Segi Psikologi Kejahatan merupakan manifestasi kejiwaan yang terungkap pada tingkah laku manusia yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

c. Segi Yuridis Kejahatan yang dinyatakan secara formil dalam hukum pidana.

Jadi semua perbuatan manusia yang memenuhi perumusan ketentuan

hukum pidana secara definite dinyatakan sebagai perbuatan kejahatan.

Menurut Hari Saheroji (Abdul wahid dan Muhammad Irfan 2001:28)

kejahatan diartikan sebagai berikut:

a. Perbuatan anti sosial yang melanggar hukum atau Undang-Undang pada suatu waktu tertentu.

b. Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja. c. Yang perbuatan mana diancam dengan hukuman/suatu

perbuatan anti sosial yang sengaja, merugikan serta menggangu ketertiban umum, perbuatan mana dapat dihukum oleh Negara.

Beberapa defenisi kejahatan diatas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa unsur-unsur dari kejahatan adalah perbuatan yang dilakukan dengan

Page 36: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

25

sengaja, perbuatan yang merugikan orang lain, perbuatan yang

menimbulkan kejengkelan pada orang lain (masyarakat)

c. Pengertian Delik dan Unsur-Unsurnya

Kata delik berasal dari bahasa latin “delictum” atau “delicte” yang

dalam bahasa Belanda dengan istilah “strafbaar feit”. Kata strafbaar feit oleh

para pengarang di Indonesia menggunakan sebagai istilah sesuai dengan

sudut pandangnya masing-masing (Andi.Zainal.Abidin, 1983:145).

Moeljatno (Adami Chazawi, 2002:72) mengatakan bahwa suatu

strafbaarfeit itu sebenarnya adalah suatu kelakuan manusia yang diancam

pidana oleh peraturan perundang-undangan.

Utrecht (1990 : 252) memakai istilah peristiwa pidana yang

rumusannya sebagai berikut : Suatu peristiwa hukum (rechts Feit) yaitu suatu

peristiwa kemasyarakatan yang membawa akibat yang diatur oleh hukum,

alasan Beliau sehingga lebih cenderung menggunakan istilah peristiwa

pidana karena peristiwa itu meliputi suatu perbuatan atau suatu melalaikan

maupun akibat (keadaan yang ditimbulkan oleh karena perbuatan atau

melalaikan itu).

Simons (Bambang Poernomo,1973:65), memakai istilah strafbaarfeit

menyatakan bahwa: Strafbaarfeit (terjemahan harafiah: peristiwa pidana)

Page 37: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

26

ialah perbuatan yang melawan hukum yang berkaitan dengan kesalahan

(schuld) seseorang yang mampu bertanggung jawab. Kesalahan yang

dimaksud adalah kesalahan dalam arti luas yang meliputi dolus (sengaja)

dan culpa late (alpa dan lalai).

Vos (Andi Zainal Abidin Farid, 1995 : 225) memberikan defenisi

yang singkat tentang strafbaarfeit bahwa : Strafbaarfeit ialah kelakuan atau

tingkah laku manusia, yang oleh peraturan perundang-undangan diberikan

pidana.

Moeljatno ( 1982 : 54 ) lebih suka memakai istilah perbuatan pidana

yang dirumuskan sebagai berikut : Perbuatan pidana adalah perbuatan yang

dilarang oleh suatu hukum, karena larangan maka disertai ancaman yang

berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan

tersebut.

Andi Zainal Abidin Farid ( 1981 : 145 ), lebih senang memakai

perkataan delik, yang berasal dari bahasa latin delictum dan delicta karena:

1. Bersifat Universal, semua orang di dunia ini mengenalnya;

2. Bersifat Ekonomis, karena singkat;

3. Tidak menimbulkan kejanggalan seperti peristiwa pidana, perbuatan pidana (bukan peristiwa perbuatan yang dipidana, tetapi perbuatannya);

4. Luas pengertiannya sehingga meliputi orang yang tidak dikenal menurut hukum pidana ekonomi pidana Indonesia.

Page 38: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

27

Berikut adalah beberapa pengertian tindak pidana dalam arti

strafbaarfeit menurut pendapat ahli:

Pompe (Bambang Purnomo, 1982) membagi atas dua pengertian

yaitu:

1. Defenisi menurut teori memberikan pengertian “strafbaarfeit” adalah

suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan si

pelanggar dan ancaman dengan pidana untuk mempertahankan tata

hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum

2. Defenisi menurut hukum positif, merumuskan pengertian ”strafbaarfeit”

adalah suatu kejadian (feit) yang oleh peraturan perundang-undangan

dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum

Simon (P.A.F Lamintang, 1997:18)

“Strafbaarfeit adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah

dilakukan dengan sengaja ataupun dilakukan dengan tidak sengaja oleh

seorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh

undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat

dihukum”

Van Hammel (P.A.F Lamintang, 1997:18)

“Strafbaarfeit adalah suatu serangan atau ancaman terhadap hak-hak

orang lain.”

Istilah strafbaarfeit juga diterjemahkan oleh R. Soesilo (1984:6)

sebagai berikut:

“Tindak pidana sebagai istilah delik atau peristiwa pidana atau perbuatan

yang dapat dihukum yaitu suatu perbuatan yang dilarang atau diwajibkan

oleh undang-undang yang apabila dilakukan atau diabaikan, maka orang

yang melakukan atau mengabaikan akan diancam dengan pidana.”

Page 39: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

28

Sedangkan Bambang Purnomo (1982:90) menyatakan bahwa:

“Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUUHPid) dikenall

dengan istilah strafbaarfeit. Kepustakaan tentang hukum pidana sering

mempergunakan istilan peristiwa pidana tanpa mempersoalkan

perbedaan istilah tersebut”.

Lebih lanjut, Bambang Poernomo menjelaskan bahwa istilah delik,

strafbaarfeit, peristiwa pidana dan tindak pidana serta perbuatan pidana

mempunyai pengertian yang sama yaitu suatu perbuatan yang dilarang oleh

aturan hukum dan larangan tersebut disertai dengan ancaman dan sanksi

berupa pidana yang melanggar larangan tersebut.

Vos (Bambang Poernomo, 1982:90) terlebih dahulu mengemukakan

arti delik sebagai “Tatabestandnassigheit” dan delik sebagai “Wasenschau”.

Makna “Tatabestandnassigheit” merupakan kelakuan yang yang mencocoki

lukisan dan ketentuan yang dirumuskan dalam undang-undang yang

bersangkutan maka disitu telah ada delik. Sedangkan makna “Wasenschau”

merupakan kelakuan yang mencocoki ketentuan yang merupakan

dirumuskan dalam undang-undang yang bersangkutan, maka baru

merupakan delik apabila apabila kelakuan itu “dem Wesen Nach” yaitu

menurut sifatnya cocok dengan makna dari ketentuan yang dirumuskan

dalam undang-undang yang bersangkutan.

Delik menurt pengertian “Wesenchau” telah diikuti oleh para ahli

hukum pidana dan yurisprudensi Nederland dalam hubungannya dengan

ajaran sifat melawan hukum yang materil. Pengertian dan istilah Strafbaarfeit

Page 40: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

29

menurut Vos (Bambang Purnomo,1992:91) mengatakan bahwa

strafbaarfeit adalah “suatu kelakuan manusia yang diancam pidana oleh

peraturan undang-undang, jadi suatu kelakuan yang pada umumnya yang

dilarang dengan ancaman pidana”.

Di dalam mencari elemen yang terdapat pada Strafbaarfeit oleh Vos

telah ditunjuk pendapat oleh Simons (Bambang Poernomo, 1982:92) yang

menyatukan suatu Strafbaafeit adalah perbuatan yang melanggar hukum

dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat

dipertanggungjawabkan. Dari pengertian ini dapat dikatakan strafbaarfeit

mempunyai elemen “Wederrechtinjkheid” dan “Schuld”.

Hal ini sesuai dengan pandangan dari Pompe yang menyebutkan

defenisi menurut hukum positif dan menurut teori, sedangkan bagi

Jokers menyebutkan sebagai defenisi pendek dan defenisi panjang. Bagi

Vos lebih menjurus kepada pengertian Strafbaarfeit dalam arti menurut

hukum positif atau defenisi pendek. Hal ini akan berbeda dengan Simons

yang memberikan pengertian Strafbaarfeit dalam arti menurut teori atau

defenisi yang panjang.

Adapun unsur delik menurut doktrin, terdiri dari unsur subjektif dan

unsur objektif. Leden Marpaung (2005:9) mengemukakan unsur-unsur delik

sebagai berikut:

a. Unsur Subjektif

Unsur subjektif adalah unsur yang berasal dalam diri pelaku. Asas

hukum pidana mengatakan “tidak ada hukuman kalau tidak ada kesalahan”

(does not make a person guilty unless the mind is guilty or actus non fault

reum nisi mens sit rea). Kesalahan yang dimaksud disini adalah kesalahan

yang diakibatkan oleh kesengajaan (intention/opzet/dolus) dan kealpaan

(schuld).

Page 41: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

30

b. Unsur Objektif

Unsur objektif merupakan unsur dari luar diri perilaku yang terdiri atas:

1) Perbuatan manusia berupa:

a) Act, yakni perbuatan aktif atau posesif;

b) Omissions, yakni perbuatan pasif atau perbuatan negatif yaitu

perbuatan yang mendiamkan atau membiarkan

2) Akibat (Result) perbuatan manusia

Akibat tersebut membahayakan atau merusak, bahkan menghilangkan

kepentingan-kepentingan yang diperintahkan oleh hukum, misalnya

nyawa, badan, kemerdekaan, hak milik, kehormatan dan sebagainya.

3) Keadaan-keadaan (Circumstances)

Pada umumnya keadaan ini dibedakan antara lain:

a) keadaan pada saat perbuatan dilakukan;

b) keadaan setelah perbuatan dilakukan;

c) sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum.

Sifat dapat dihukum berkenaan dengan alasan-alasan yang

membebaskan parilaku dari hukum. Adapun sifat melawan hukum adalah

apabila perbuatan itu bertentangan dengan hukum yakni berkenaan dengan

larangan atau perintah.

Semua unsur delik tersebut merupakan satu kesatuan. Salah satu

unsur saja terbukti, bisa menyebabkan terdakwa dibebaskan dari pengadilan.

Berdasarkan dari beberapa pengertian tentang delik oleh beberapa

ahli hukum pidana, penulis mencoba memberikan pengertian bahwa delik

adalah suatu perbuatan yang melawan hak atau perbuatan yang oleh hukum

dilarang dan diancam pidana oleh undang-undang bagi barang siapa yang

melakukan perbuatan tersebut oleh orang yang dapat dipertanggung

jawabkan.

Page 42: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

31

Untuk mengetahui bahwa apakah suatu perbuatan termasuk delik

(strafbaarfeit), terlebih dahulu harus mengetahui unsur-unsur dari suatu delik.

Untuk mengetahui unsur-unsur dari sebuah delik penulis mengutip beberapa

pendapat ahli hukum tentang unsur sebuah delik yaitu:

Menurut pandangan monistis yang dikemukakan oleh Simon ( Andi

Zainal Abidin Farid, 1983 : 44-46 ) mempersatukan unsur perbuatan dan

unsur pembuatnya, yang meliputi:

a. Kemampuan bertanggung jawab.

b. Kesalahan dalam arti luas, sengaja dan/kealpaan.

c. Tidak ada alasan pemaaf.

Moeljatno ( 1982 : 32 ), syarat-syarat adanya delik adalah sebagai

berikut :

1. Adanya unsur perbuatan yaitu;

a. Dilarang oleh undang-undang yang diancam pidana.

b. Melawan hukum (tidak ada alasan pembenaran).

c. Tidak patut, menurut pandangan masyarakat, (sifat melawan

hukum materil)

2. Adanya unsur pembuatan yaitu:

Page 43: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

32

a. Ada kesalahan.

b. Dapat dipertanggung jawabkan (tidak ada alasan pemaaf)

c. Dapat menginsafi bahwa perbuatan itu adalah keliru.

Andi Zainal Abidin Farid, (1995:235) menyebutkan unsur delik

sebagai berikut:

a. Unsur-unsur konstitutif sesuai uraian delik (bestandelan ; tatbestanmassingkeit)

b. Unsur diam-diam (kenmerk elemen)

1. Perbuatan aktif atau diam.

2. melawan hukum obyektif atau subyektif.

3.Tidak ada dasar pembenaran (rechtsvaardingingsgrond, justification).

Dengan melihat unsur delik yang dikemukakan oleh para ahli hukum,

maka penulis menarik suatu kesimpulan bahwa suatu perbuatan termasuk

delik apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

a. Harus ada perbuatan (perbuatan manusia);

b. Harus ada perbuatan yang melanggar peraturan-peraturan pidana;

c. Harus ada bukti-bukti adanya kesengajaan atau kelalaian;

d. Dapat dipertanggung jawabkan;

e. Harus ada ancaman dalam Undang-Undang.

Menurut hukum pidana ada dua aliran atau pandangan terhadap delik

yaitu aliran monoisme dan aliran dualism. Aliran monoisme tentang delik

Page 44: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

33

menyatukan unsur perbuatan pidana dengan pertanggungan jawaban

pidana. Aliran ini berpandangan bahwa jika ada delik di situ ada orang yang

harus dipidana. Ini berarti semua unsur delik sama dengan syarat-syarat

orang yang dijatuhi pidana.

Berikut ini pendapat para pakar mengenai unsur-unsur tindak pidana:

a. Moeljatno (Adami Chazawi, 2001:79)

Unsur tindak pidana adalah:

1) Perbuatan;

2) Yang dilarang (oleh aturan hukum);

3) Ancaman pidana (bagi pelanggarnya).

b. Jonkers (Adami Chazawi, 2001:81)

Unsur tindak pidana adalah:

1) Perbuatan (yang);

2) Melawan hukum (yang berhubungan dengan);

3) Kesalahan.

c. Vos (Adami Chazawi, 2001:80)

Unsur tindak pidana adalah:

1) Kelakuan manusia;

2) Diancam dengan pidana;

Dalam peraturan perundang-undangan.

Lain halnya dengan aliran dualisme yang berpandangan bahwa dalam

suatu delik haruslah dipisahkan antara perbuatan dan pembuat (feit dan

dader) yang masing-masing mempunyai unsur-unsur tersendiri. Unsur-unsur

yang masuk perbuatan mencocoki rumusan delik, melawan hukum (tak ada

Page 45: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

34

alasan pembenar), sedangkan unsur pembuat ialah kesalahan (dolus atau

culpa) dan kemampuan bertanggung jawab (tidak ada alasan pemaaf). Akan

tetapi kedua aliran ini tidaklah terpisah secara prinsipil melainkan hanya

bersifat teknis saja. Tujuannya ialah untuk menggampangkan bagi hakim

dalam menjatuhkan pidana. Pemisahan itu diadakan pada waktu menyelidiki

atau tidaknya delik guna mensistimatisir tumpukan syarat-syarat pemidanaan

yang rumit.

d. Pengertian Pencurian dan Hewan.

a. Pengertian pencurian

Untuk lebih memudahkan memberikan pengertian tentang

pencurian maka terlebih dahulu penulis menguraikan secara etimologi,

pencurian berasal dari kata curi yang berawalan pen dan berakhiranan.

Dalam hukum kriminal, pencurian adalah pengambilan properti

milik orang lain secara tidak sah tanpa seizing pemilik. Kata ini juga

digunakan sebagai sebutan informal untuk sejumlah kejahatan

terhapdap properti orang lain, seperti perampokan rumah, penggelapan,

larseni, penjarahan, perampokan, pencurian toko, penipuan dan kadang

pertukaran kriminal. Dalam yurisdiksi tertentu pencurian dianggap sama

dengan larseni, sementara yang lain menyebutkan pencurian telah

menggantikan larseni.

Page 46: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

35

Seseorang yang melakukan tindakan atau berkarir dalam

pencurian disebut pencuri dan tindakannya disebut mencuri.

Purwadarminta ( 1984 :217 ) dalam Kamus Umum Indonesia

yaitu sembunyi-sembunyi atau diam-diam dan pencuri adalah orang

yang melakukan perbuatan pencurian. Olehnya itu pengertian pencurian

adalah orang yang mengambil barang orang lain secara sembunyi-

sembunyi atau diam-diam dengan jalan yang tidak sahatau bertentangan

dengan hukum (melawan hak).

Purwadarminta ( 1982 : 27 ) juga merumuskan bahwa : Curi

sama dengan maling, mencuri berarti mengambil milik orang lain tidak

dengan jalan yang sah.

Dalam hukum kriminal, pencurian adalah pengambilan

properti milik orang lain secara tidak sah tanpa seizin pemilik. Kata ini

juga digunakan sebagai sebutan informal untuk

sejumlah kejahatan terhadap properti orang lain, seperti perampokan

rumah,penggelapan, larseni, penjarahan, perampokan, pencurian

toko, penipuan dan kadang pertukaran kriminal. Dalam yurisdiksi

tertentu, pencurian dianggap sama dengan larseni; sementara yang lain

menyebutkan pencurian telah menggantikan larseni.

Seseorang yang melakukan tindakan atau berkarir dalam

pencurian disebut pencuri, dan tindakannya disebut mencuri.

Page 47: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

36

Menurut Fauzal Al Anshari dan Abdurrahman Madjrie (2002:8)

menyatakan bahwa : Mencuri ialah suatu tindak kejahatan mengambil

harta orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi, baik dari pandangan

pemilik harta yang dicuri atau pihak lain menurut anggapan orang yang

mencurinya.

b.Pengertian hewan

Definisi hewan menurut UU di Negara ini masih terlalu sederhana

dan sempit. Pengertian hewan seperti halnya yang tertuang dalam UU

No 06 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Peternakan dan Kesehatan

Hewan, bahwa hewan adalah semua binatang yang hidup di darat, baik

yang dipelihara maupun yang hidup secara liar. Sehingga makhluk hidup

yang hidup selain di darat, seperti contohnya di air (ikan, udang, dan

lain-lain) bukan termasuk hewan.

Hewan binatang atau margasatwa atau satwa saja adalah

sekelompok organism yang diklasifikasikan dalam kerajaan Aninalia atau

Metozoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup yang terdapat

di alam semesta. Hewan dapat terdiri dari satu sel (uniseluler) ataupun

banyak sel (multiseluler).

Para ilmuan mengklasifikasikan hewan kepada dua kelompok

besar, yaitu hewan bertulang belakang dan hewan tanpa tulang

belakang.

Page 48: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

37

1. Hewan yang bertulang belakang disebut Vertebrata

2. Hewan tanpa tulang belakang disebut Invertebrata atau

Avertebrata.

Hewan juga diklasifikasikan menurut makanan mereka.

1. Hewan yang memakan daging dikenal sebagai hewan

karnivora.

Contoh: anjing, kucing, harimau.

2. Hewan yang memakan tumbuhan dikenal sebagai hewan

herbivora.

Contoh: kambing, kuda.

3. Hewan yang memakan daging dan tumbuhan dikenal sebagai

hewan omnivora.

4. Hewan yang memakan serangga dikenal sebagai hewan

insektivora.

B. Jenis Pencurian dan Unsur-Unsurnya

Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 362 KUHP unsur-unsur

pencurian adalah sebagai berikut :

1. Tindakan yang dilakukan adalah “Mengambil” 2. Yang diambil adalah “Barang”

Page 49: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

38

3. Status barang itu “seluruhnya atau sebagian milik orang lain”

4. Tujuan perbuatan itu adalah dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.

Berdasarkan rumusan Pasal 362 KUHP suatu perbuatan baru dapat

dikatakan mencuri apabila maksud untuk memiliki sebagian atau seluruhnya

kepunyaan orang lain tersebut harus ada sejak semula dan harus dibarengi

dengan perbuatan mengambil. Seseorang yang menerima titipan untuk

disampaikan kepada orang lain di mana niat untuk memiliki barang tersebut

tidak ada sejak semula namun ketika barang tersebut sudah ada di

tangannya muncul niat untuk memiliki sehingga barang tersebut tidak

disampaikan kepada orang yang dimaksud untuk barang tersebut, hal

tersebut tidak dapat dikatakan mencuri karena niat/ maksud untuk memiliki

barang tersebut muncul setelah barang berada di tangannya sehingga tidak

dapat dikenakan Pasal 362 KUHP, tetapi dapat dikenakan atau dituntut

dengan perkara penggelapan (Pasal 372 KUHP).

Pencurian merupakan suatu kejahatan, oleh pidana Indonesia

diancam dengan hukuman bagi barang siapa yang melakukannya. Berdasar

pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana ( KUHP) pencurian dirumuskan

dalam Pasal 362-367 KUHP. Dan adapun jenis pencurian berdasarkan

KUHPidana adalah sebagai berikut :

1. Pencurian biasa (Pasal 362 KUHPidana) 2. Pencurian dengan pemberatan ((Pasal 363 KUHPidana) 3. Pencurian ringan (Pasal 364 KUHPidana) 4. Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHPidana)

Page 50: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

39

5. Pencurian dengan penjatuhan pencabutan hak (Pasal 366 KUHPidana) 6. Pencurian dalam kalangan keluarga (Pasal 367 KUHPidana)

Untuk lebih jelasnya, penulis menguraikan pasal demi pasal sebagai

berikut :

Ad.1. Arti beberapa istilah yang dipakai dalam Kitab Undang-Undang (Pasal 101 KUHPidana) Yang disebut ternak yaitu semua binatang yang berkuku satu, binatang memamah biak, dan babi.

Ad.2. Pencurian biasa (Pasal 362 KUHPidana), berbunyi : “Barang siapa mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun, atau pidana denda paling banyak sebanyak Sembilan ratus rupiah”.

Ad.3. Pencurian dengan pemberatan atau pencurian berkualifikasi (Pasal

363 KUHPidana), berbunyi : (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

Ke-1 Pencurian ternak; Ke-2 Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjur,

gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, hura-hura, pemberontakan atau bahaya perang;

Ke-3 Pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak;

Ke-4 Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

Ke-5 Pencurian yang untuk masuk ke tempat kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam Butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun.

Ad.4. Pencurian ringan (Pasal 364 KUHPidana), berbunyi :

Page 51: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

40

“Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 362 dan Pasal 363 Butir 4, begitu pula perbuatan yang diterangkan dalam pasal 363 Butir 5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dua puluh lima ribu rupiah, diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima puluh rupiah”.

Ad.5. Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHPidana), berbunyi :

a. Diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

b. Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun: Ke-1 Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan; Ke-2 Jika perbuatan itu dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu; Ke-3 Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu; Ke-4 Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

c. Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidan penjara paling lama lima belas tahun.

d. Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam No.1 dan 3.

Ad.6. Pencurian dengan penjatuhan pencabutan hak (Pasal 366

KUHPidana), berbunyi : “Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu perbuatan yang dirumuskan dalam pasal 362, 363 dan 365 dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan Pasal 35 No.1-4”.

Ad.7. Pencurian dalam kalangan keluarga (Pasal 367 KUHPidana),

berbunyi :

Page 52: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

41

(1) Jika perbuatan atau pembantu dari salah satu kajahatan dalam hal ini adalah suami (isteri) dari orang yang terkena kejahatan dan tidak terpisah meja dan ranjang atau terpisah harta kekayaan, maka terhadap perbuatan atau pembantu itu tidak mungkin diadakan tuntutan padanya.

(2) Jika dia adalah suami (isteri) yang terpisah meja dan ranjang atau terpisah harta kekayaan, atau jika dia adalah keluarga sedarah atau semenda baik dalam garis lurus maupun garis menyimpang derajat kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penuntutan jika ada pengaduan yang terkena kejahatan.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Kejahatan dan Upaya

Pananggulangannya

Menurut Kartini Kartono (2006 : 109) mengemukakan bahwa factor

penyebab terjadinya kejahatan pada umumnya dibagi dua yaitu factor intern

dan factor ekstern.

a. Faktor Intern

Yang dimaksudkan adalah pendorong terjadinya kejahatan yang

berasal dari dalam diri setiap pelaku tindak pidana.

Yang dimaksud dalam factor ini antara lain :

- Faktor kepribadian

- Factor intelegansi (IQ)

- Factor usia

b. Faktor Ekstern

Page 53: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

42

Yang dimaksudkan adalah factor pendorong terjadinya kejahatan

yang bersumber dari luar sisi seseorang pelaku atau biasa disebut juga

factor lingkungan, yaitu :

- Faktor lingkungan keluarga

- Faktor lingkungan sosial masyarakat

- Faktor kondisi ekonomi

Upaya penanggulangan kejahatan mencakup upaya yang bersifat

preventif dan usaha yang bersifat refresif, antara lain :

1. Upaya Preventif.

Upaya preventif dimaksud sebagai upaya untuk mengadakan

perubahan yang bersifat positif terhadap kemungkinan terjadi

gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan

keadilan.

Seperti yang telah dikemukakan bahwa usaha pencegahan

adalah lebih baik dari pada usaha penanggulangan kejahatan. Hal ini

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana menurut

Ninik Widiyanti (1987 : 154) mengemukakan bahwa :

a. Upaya pencegahan tidak selalu memerlukan suatu organisasi yang seperti halnya pada upaya penindakan dan pembinaan,

b. Upaya pencegahan lebih bersifat ekonomis, dalam arti bahwa untuk melayani orang yang lebih besar jumlahnya tidak diperlukan banyak tenaga dan biaya seperti pada upaya regresif dan rehabilitasi menurut perbandingan,

c. Upaya pencegahan dapat dilakukan secara perorangan dan tidak selalu memerlukan keahlian seperti pada penindakan pembinaan.

Page 54: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

43

d. Upaya pencegahan dapat mempererat rasa persatuan, kerukunan dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesame anggota masyarakat.

2 . Upaya Refresif

Upaya refresif bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang

pernah mengalami gangguan, dengan kata lain upaya

penanggulangannya yang berwujud penindakan terhadap warga

masyarakat dan upaya pembinaan terhadap para pelaku kejahatan

agar tidak mengulangi kejahatan yang telah dilakukannya atau tidak

melakukan kejahatan lainnya.

Page 55: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Dalam lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sidrap, dengan

alasan bahwa kejahatan pencurian hewan di Kabupaten ini sering kali terjadi

dan cukup menonjol sehingga cukup mudah dalam pengambilan data di

Kabupaten Sidrap.

B. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan data yang dibutuhkan dalam rangka penelitian ini

adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

didapatkan dari hasil kunjungan ke lokasi penelitian yaitu Polres Kabupaten

Sidrap, Pelaku dan Staf Lembaga permasyarakatan, sedangkan data

sekunder adalah data yang didapatkan dari hasil pembacaan sejumlah

literatur yang relevan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Untuk data primer pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara

langsung atau Tanya jawab dengan beberapa pihak yang dianggap

Page 56: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

45

berkompeten dalam hal ini pelaku pencurian hewan, pihak lembaga

pemasyarakatan dan pihak kepolisian.

2. Untuk data sekunder pengumpulan data dilakukan dengan cara

penelusuran langsung dari beberapa literatur dan dokumen-dokumen

yang dianggap relevan dalam topik kajian ini.

D. Analisis Data

Dalam analisis data yang terkumpul baik data yang diperoleh dari

studi kepustakaan maupun data lapangan dianalisis Kualitatif kemudian

disajikan secara deskriptif yaitu menggambarkan fakta-fakta tentang factor

terjadinya delik pencurian hewan di Kabupaten Sidrap dan upaya

penanggulangannya, adapun data kuantitatif mengenai tingkat

perkembangan delik pencurian hewan di Kabupaten Sidrap sejak tahun

2005 hingga tahun 2009.

Page 57: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Pencurian Hewan.

Adapun informasi dari pihak Kepolisian Resort Sidrap bahwa yang

menyebabkan terjadinya pencurian khususnya pencurian hewan yang terjadi di

Kabupaten Sidrap yakni :

Faktor lingkungan,

Faktor agama,

Faktor ekonomi, dan

Faktor pendidikan.

Penulis memaparkan faktor yang menyebabkan terjadinya pencurian yang

khususnya pencurian hewan yang terjadi di Kabupaten Sidrap yang diantaranya

disebabkan oleh :

1. Faktor lingkungan yang buruk,

2. Faktor agama,

3. Faktor ekonomi yang lemah, dan

4. Faktor pendidikan rendah.

Page 58: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

47

1. Faktor Lingkungan yang buruk

Seperti yang telah penulis kemukakan bahwa seseorang menjadi jahat

tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dimana mereka berada. Pengertian

dalam arti sempit maksudnya hanya terbatas baik dalam lingkungan keluarga

maupun dalam lingkungan pergaulan didalam masyarakat dimana seseorang

bertempat tinggal.

Lingkungan dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.

Dalam keadaan keluarga yang tidak terlalu menguntungkan bagi diri seseorang

dapat menyebabkan dirinya akan mencari tempat diluar lingkungan keluarga

seperti dalam pergaulan dengan teman-temannya. Jika pergaulan yang

dimasukinya kurang sehat, maka terbentuk pribadi orang tersebut yang rapuh

serta tidak tahan menghadapi tantangan hidup didalam masyarakat.

Sehubungan dengan itu, maka untuk mengetahui tentang tingkah laku

jahat yang dilakukan oleh seseorang haruslah memperhatikan keadaan

lingkungan dimana ia berada.

Berdasarkan hal tersebut, penulis berpendapat bahwa pengaruh

lingkungan dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat dapat

mempengaruhi seseorang untuk melakukan perbuatan jahat, seperti melakukan

kejahatan pencurian ternak yang banyak terdapat di pedesaan.

Page 59: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

48

Sektor peternakan di Kabupaten Sidenreng Rappang mempunyai

potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut khususnya peternakan ayam.

Hal ini dimungkinkan karena pakan ternak ayam itu dedak sangat mudah

diperoleh dari hasil penggilingan padi. Banyaknya industri penggilingan padi

yang beroperasi di Kabupaten Sidrap merupakan modal utama dalam

pengembangan sektor peternakan.

Jenis ternak yang dikembangkan saat ini di Kabupaten Sidenreng

Rappang dibagi dalam dua kelompok ternak besar (sapi, kerbau, kambing atau

domba, dan kuda) dan ternak kecil (unggas).

Kabupaten Sidrap merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan

yang sebagian besar penduduknya hidup dengan bergantung pada aktifitas

perdagangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan melakukan

transaksi jual beli misalnya hewan ternak. Pada umumnya masyarakat di

Kabupaten Sidrap dalam menjalankan aktifitas perdagangan hewan sering pula

diresahkan dengan hilangnya hewan ternak mereka.

Selanjutnya penulis mengemukakan faktor-faktor penyebab pencurian

hewan yang disebabkan kesalahan pemilik hewan tersebut. Berdasarkan hasil

pengamatan penulis selama melakukan penelitian di Kabupaten Sidrap terlihat

ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemilik hewan baik secara sadar

maupun tanpa disadarinya, dapat memberikan peluang terjadinya pencurian

hewan sebagai berikut :

Page 60: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

49

a. Masih banyak pemilik hewan yang tidak mendaftarkan hewan untuk

identifikasi oleh pihak peternakan. Hal ini disebabkan karena belum

disadari kegunaannya, selain itu karena mereka tidak mau mengeluarkan

uang sebagai kas Desa yang terlalu banyak prosedurnya.

b. Pengawasan pada tempat pemotongan hewan kurang ketat, sehingga

masih ada hewan tidak memiliki identitas lolos dari periksaan tempat itu,

karena hal ini kurang terkoordinir dengan baik atau ada kerja sama

dengan petugas setempat, tentu saja hal ini dapat memungkinkan adanya

hewan hasil curian yang lolos dari tempat pemotongan.

c. Terlihat masih ada pemilik hewan yang belum menyadari kegunaan

kandang khusus untuk tempat hewan, agar hewan mereka tidak lagi

berkeliaran dan mudah diawasi serta mudah diberi makanan sehingga

tidak lagi berkeliaran dijalan.

d. masih terjadi penjualan hewan yang tidak sesuai dengan aturan yang

sebenarnya, yaitu tanpa memakai surat hewan atau surat tanda bukti

lainnya, sehingga hal ini dapat dipergunakan oleh pihak tertentu secara

tidak sah.

Hal-hal yang telah dikemukakan dapat mempengaruhi terjadinya

pencurian ternak atau setidak-tidaknya memberikan peluang bagi para pelaku

kejahatan pencurian hewan tersebut. Faktor lingkungan menurut penulis sangat

mempengaruhi terjadinya pencurian hewan di Kabupaten Sidrap karena

Page 61: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

50

manusia sebagai subjek si pelaku yang dilahirkan dan dibesarkan di tengah-

tengah lingkungan pergaulan keluarga maupun dalam pergaulan sehari-hari.

Hasil wawancara penulis dengan salah seorang pelaku pencurian hewan,

bahwa pelaku pernah dihukum karena pernah mencuri dua ekor sapi, ia

mengatakan bahwa perbuatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan

temannya karena tekanan ekonomi.

Selanjutnya penulis berpendapat bahwa apabila teman bergaul sering

melakukan perbuatan jahat, maka tanpa disadari seseorang dapat dipengaruhi

karena lingkungan pergaulan.

2. Faktor Agama

Kejahatan dapat terjadi disebabkan oleh berkurangnya atau lunturnya

nilai-nilai agama yang tertanam dalam dirinya. Norma-norma yang terkandung

dalam agama (semua agama mengajarkan kebenaran dan kebaikan)

mempunyai nilai-nilai yang tinggi dalam hidup manusia, sebab norma-norma

tersebut merupakan norma Ke-Tuhanan dan segala sesuatu yang digariskan

oleh agama itu senantiasa baik dalam membimbing manusia kearah jalan yang

benar.

Norma-norma dalam agama menunjukkan hal-hal yang dilarang dan

diharuskan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga manusia benar-

benar mendalami dan menghayati tentang isi ajaran agamanya dan senantiasa

Page 62: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

51

menjadi manusia yang baik pula yakni tidak akan berbuat hal-hal yang

merugikan pihak lain, akan tetapi kalau sebaliknya nilai-nilai agama telah

berkurang atau luntur bahkan hilang sama sekali dalam diri seseorang maka

kemungkinan orang tersebut gampang terseret pada perbuatan-perbuatan yang

menyimpang.

Jika ajaran agama ini tidak berfungsi bagi manusia, artinya hanya

sekedar lambang saja, maka ia akan tidak berarti sama sekali bahkan akan

mudah sekali untuk melakukan hal-hal yang buruk karena sosial kontrolnya

tidak kuat dan itulah sebabnya di Lembaga Pemasyarakatan pada waktu

tertentu diberi ceramah agama dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Hal

ini dimaksudkan untuk mendidik dan mengajarkan para terpidana agar kembali

kejalan yang benar sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing agar dapat

menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna artinya tidak akan

mengulangi lagi perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma yang ada,

khususnya perbuatan yang pernah mereka lakukan.

3. Faktor Ekonomi yang lemah

Pada hakikatnya seseorang melakukan kejahatan disebabkan karena

dorongan ekonomi yang lemah, hal ini dilakukan karena untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan keluarganya faktor ekonomi merupakan salah satu

pendorong yang sangat mempengaruhi timbulnya keinginan seseorang untuk

melakukan kejahatan.

Page 63: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

52

Pengaruh kemiskinan bagi seseorang dalam melakukan kejahatan

senantiasa mendapat perhatian dan usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak

dan para ahli sejak dahulu kala sampai sekarang.

Sehubungan dengan pengaruh ekonomi terhadap timbulnya kejahatan di

daerah Kabupaten Sidrap khususnya pencurian hewan, maka sangat menonjol

sekali pada umumnya para pelaku pencurian hewan berasal dari masyarakat

ekonomi lemah dan pengangguran.

Latar belakang ekonomi sangat berpengaruh terjadi adanya kejahatan

sebagai akibat kondisi dinamis masyarakat yang masih terbagi dalam golongan

kaya dan miskin.

Berdasarkan hal tersebut, penulis berkesimpulan bahwa :

1. Akibat pengaruh tekanan ekonomi yang mendesak dan meningkat

sehingga seseorang terdorong untuk melakukan kejahatan.

2. Seseorang yang tingkat ekonominya serba kekurangan selain mudah

tergoda dan terpengaruh untuk melakukan kejahatan, juga dapat

mengganggu segala kegiatan atau pergaulan yang selalu berdampak

negatif.

3. Faktor ekonomi yang dikondisikan oleh kebutuhan kongkrit serta harapan

yang mengalami frustasi dapat membuat seseorang melakukan suatu

kejahatan.

Page 64: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

53

4. Faktor Pendidikan yang rendah

Pendidikan sangat besar pengaruhnya dan merupakan salah satu tolak

ukur bangsa terutama disaat sekarang ini. Kemajuan suatu bangsa tidak saja

dilihat dari perkembangan teknologinya tetapi ditentukan pula oleh banyak

warga negara yang telah menikmati pendidikan non formal maupun formal, jadi

tidak heran jika bangsa Indonesia mengemukakan bahwa pendidikan itu dapat

dituangkan dalam suatu konsep nasional yang setiap lima tahun ditinjau

kembali atau dievaluasi jika perlu diadakan perubahan seperlunya.

Tentang masalah pendidikan sebagaimana yang rendah dalam

hubungannya dengan faktor-faktor terjadinya pencurian hewan di daerah

Kabupaten Sidrap, maka penulis berpendapat bahwa sangat mempengaruhi

seseorang baik itu pengaruh terhadap jiwanya maupun tingkah lakunya. Jika

tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi maka cara berpikirnya semakin

rasional dan dalam mengambil tindakan selalu dipertimbangkan terlebih dahulu.

Salah satu faktor penyebab terjadi pencurian hewan di Kabupaten Sidrap

adalah rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para pelaku kejahatan

pencurian. Hal ini dapat mendorong serta mempengaruhi seseorang untuk

berlaku jahat, daya nalar dan cara berpikir yang sangat terbatas dapat dengan

mudah terjerumus dalam melakukan tindakan kriminal.

Selanjutnya bahwa yang mempengaruhi atau berhubungan dengan

masalah ini adalah pengangguran. Mereka yang tidak melanjutkan pendidikan

Page 65: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

54

kejenjang yang lebih tinggi atau karena putus sekolah dan tidak mampu

membayar uang sekolah akhirnya jadi pengangguran. Hal ini mendorong

mereka mencari pekerjaan yang dapat menghasilkan uang walaupun dengan

melakukan kejahatan.

B. Upaya-upaya Yang Dilakukan Oleh Pihak Berwenang Untuk

Menanggulangi Pencurian Hewan Di Kabupaten Sidrap

Upaya-upaya pemerintah yang khususnya pihak kepolisian dalam

menekan laju perkembangan kejahatan dengan segala macam cara, baik

pencegahan maupun penanggulangan yang timbul dan berkembang dalam

kehidupan masyarakat, masih saja menemui jalan buntu karena kurangnya

sarana dan prasarana yang menunjang.

Adapun upaya-upaya yang dikemukakan oleh Brigadir Ibrahim

(Wawancara, tanggal 18 November 2011) :

Melakukan patroli,

Mengadakan pengarahan kepada masyarakat yang dilakukan oleh

pihak-pihak Bimaspol,

Melakukan piket pada tiap-tiap daerah,

Melakukan pemeriksaan di daerah.

Page 66: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

55

Dari uraian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk

menghambat terjadinya kejahatan khususnya pencurian hewan, maka pihak

kepolisian harus terjun langsung di tiap-tiap daerah.

Selanjutnya jika ada laporan dari masyarakat bahwa telah terjadi suatu

kejahatan, maka polisi yang menerima laporan tersebut langsung menuju ke

tempat kejadian perkara yang telah dilaporkan oleh masyarakat tentang

terjadinya suatu tindak pidana dan diadakanlah penyelidikan.

Disinalah peran serta aparat kepolisian khususnya penyidik untuk

mencari perbuatan kejahatan yang tentunya para penyidik tersebut adalah

orang-orang yang telah ditentukan oleh KUHP.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Rumah Tahanan dalam

melakukan pembinaan terhadap pelaku pemidanaan (Wawancara, 17

November 2011):

1. Kepribadian

Pendidikan

Kebangsaan

Mental

2. Kemandirian

Keterampilan

Page 67: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

56

3. Asimilasi

Kerja di luar tembok

PB : Pembebasan bersyarat

CMB : Cuti Menjelang Bebas

CB : Cuti Bersyarat

Tugas pokok pemidanaan yakni memberi pembinaan serta pendidikan

terhadap pelanggar hukum setelah diputuskan oleh Hakim. Tujuan pemidanaan

yakni mengembalikan dan mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan

motifasi seseorang pelaku kejahatan. Berdasarkan uraian tersebut, maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Setelah keluar dari rumah tahanan tidak lagi melakukan tindak pidana,

2. Menjadi manusia yang berguna, berperan aktif dan kreatif dalam

membangun Bangsa dan Negara,

3. Mampu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa dan mendapatkan

tempat di dunia dan akhirat.

Adapun Hambatan yang dihadapi pihak Kepolisian Resort Sidrap dalam

rangka menjaga keamanan dan ketertiban, maka peran kepolisian sebagai

pengayom dalam pelaksanaan tugas dan wewenang untuk bertindak menurut

penilaian sendiri demi kepentingan umum (diskreasi) perlu dikembangkan,

Page 68: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

57

sehingga upaya perlindungan dan pelayanan terhadap masyarakat dapat

dilaksanakan dengan baik.

Pelaksanaan tugas dan wewenang polisi dihadapkan pada situasi

konflik dimana ia bertugas untuk mengambil keputusan dalam menghadapi

situasi konflik tersebut. Apabila ia pada akhirnya bertindak maka pada saat itu

telah melakukan sesuatu yang menguntungkan atau melindungi salah satu

pihak dalam konflik itu, tetapi dengan melawan, mengalahkan dan merugikan

pihak lain.

Berbagai kendala yang dialami Polri sehubungan dengan pelaksanaan

tugas, karena adanya peningkatan kompleksitas fungsi polisi yakni harus

memperhatikan semangat penegakan Hak Asasi Manusia, Hukum dan

Keadilan (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia). Adapun hambatan yang dikemukakan oleh

Brigadir Ibrahim (Wawancara 18 November 2011) yang bertugas di Kepolisian

Resort Sidrap :

Kurang Fasilitas Kendaraan,

Kurang Personil Polisi Yang Diturunkan,

Kurang Informasi,

Tidak Adanya Saksi Yang Mendukung,

Cuaca Yang Kurang Mendukung.

Page 69: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

58

Permasalahan yang serius dihadapi polisi sebagaimana diuraikan oleh

Brigadir Ibrahim tersebut dapat dipahami dan hal ini adalah merupakan faktor

yang sangat menentukan pelaksanaan tugas pokok aparat kepolisian. Dalam

pelaksanaan tugas kepolisian, baik pencegahan maupun penaggulangan, polisi

diperhadapkan suatu kendala yang serius khususnya keterbatasan jumlah

personil dalam menanggulangi berbagai jenis kejahatan.

Dari pandangan-pandangan tersebut dapat diketahui bahwa hambatan-

hambatan dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Polri adalah keterbatasan

personil dalam menanggulangi berbagai jenis kejahatan juga anggaran dan

sumber daya menjadi hambatan dalam hal ini adalah faktor yang harus

dipertimbangkan yaitu kerjasama masyarakat, pembinaan Hukum dan

kewaspadaan masyarakat terhadap gangguan keamanan ketertiban

masyarakat.

Data Jumlah Kejahatan Pencurian Hewan Di Kabupaten Sidrap Dari Tahun

2005 Sampai Tahun 2009.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Batas-batas wilayah Hukum Kepolisian Resort Sidrap

Sebelah Utara berbatasan dengan Kebupaten Enrekang dan Kabupaten

Luwu

Page 70: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

59

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pinrang, Kota Pare-pare

dan Kabupaten Enrekang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru dan Kabupaten

Soppeng

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Kabupaten

Wajo.

Kabupaten Sidrap mempunyai luas wilayah sekitar 1.883,25 km2 yang terdiri

atas 11 kecamatan (Kecamatan Panca Lantang, Kecamatan Tellu Limpoe,

Kecamatan Watang Pulu, Kecamatan Baranti, Kecamatan Panca Rijang,

Kecamatan Kulo, Kecamatan Maritengngae, Kecamatan Wattang Sidenreng,

Kecamatan Pitu Riawa, Kecamatan Dua Pitue, Kecamatan Pitu Riase), 38

kelurahan dan 67 desa. Letak geografisnya berada pada titik koordinat 3o43o-

4o09 Lintang Selatan dan 119041-120o10 Bujur Timur.

2. Jumlah penduduk Kabupaten Sidrap yang tersebar dari beberapa

Kecamatan dari tahun2008 adalah 252.879 jiwa (Sumber : Badan Pusat

Statistik Kabupaten Sidrap) terdiri dari :

3. Pendidikan :

SLTA

SLTP

SD

Page 71: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

60

Tabel 1. Jumlah kejahatan pencurian hewan di Kabupaten Sidrap dari tahun

2005 sampai 2009.

TAHUN LAPOR SELESAI KET

2005 3 4

2006 5 3

2007 2 2

2008 - 2

2009 4 6

JUMLAH 15 17

Sumber : Polres Sidrap 2011

Dari data tersebut dapat diketahui jumlah pencurian hewan di Kab.

Sidrap sepanjang tahun 2005 sampai dengan 2009 (15) lima belas kasus, pada

tahun 2005 yang dilaporkan sebanyak tiga kasus dan selesai empat kasus,

kemudian disusul jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2006 sebanyak

lima kasus dan selesai sebanyak tiga kasus dan jika dibandingkan dengan

jumlah kasus pada tahun 2005, maka jumlah kasus yang terjadi pada tahun

2006 terdapat peningkatan yakni dua kasus.

Pada tahun 2007, ada dua kasus yang dilaporkan dan dua kasus

selesai. Jika dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada tahun 2006, maka

jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2007 terjadi penurunan yakni tiga kasus.

Pada tahun 2008 tidak ada kasus yang dilaporkan dan dua kasus selesai, jika

Page 72: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

61

dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada tahun 2007, maka jumlah kasus

yang terjadi pada tahun 2008 mengalami penurunan sebanyak dua kasus.

Kemudian disusul jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2009

sebanyak empat kasus dan selesai enam kasus, jika dibandingkan dengan

kasus yang terjadi pada tahun 2008, maka jumlah kasus yang terjadi pada

tahun 2009 terjadi peningkatan sebanyak empat kasus.

Dengan memperhatikan data pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa

tingkat Kriminalitas dalam jangka waktu tahun 2005 sampai dengan 2009

tergolong meningkat, walaupun dari tahun ketahun terjadi penurunan dan

peningkatan jumlah kejahatan tetap tidak berarti, akan tetapi tidak menutup

kemungkinan tingkat Kriminalitas pada tahun-tahun berikutnya akan meningkat.

Untuk itu dapat ditangani dan dicegah laju perkembangan tersebut secara

efektif.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyelesaian kasus mendapat

kendala untuk mengungkap pelaku pencurian karena keterbatasan sarana dan

prasarana yang dimiliki pihak Kepolisian Resort Sidrap.

Page 73: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka penulis

dapat menarik kesimpulan dan memberikan saran yaitu :

1. Faktor terjadinya pencurian hewan di daerah Kabupaten Sidrap disebabkan

beberapa faktor antara lain :

a. Faktor Ekonomi yang lemah

Pengaruh tekanan ekonomi yang lemah mendorong para pelaku untuk

melakukan kejahatan pencurian. Hal ini disebabkan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari yang mendesak sehingga mendorong seseorang

melakukan kejahatan pencurian.

b. Faktor Pendidikan rendah

Salah satu penyebab terjadinya kejahatan pencurian hewan di Kabupaten

Sidrap disebabkan karena tingkat pendidikan para pelaku sangat rendah.

Hal ini yang mendorong pelaku tersebut mudah terpengaruh dan

terjerumus untuk melakukan kejahatan pencurian.

Page 74: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

63

c. Faktor Lingkungan yang buruk

Pengaruh lingkungan dan pergaulan yang kurang baik dapat

mempengaruhi seseorang untuk melakukan perbuatan jahat.

d. Faktor Agama

Norma agama mengajarkan hal-hal yang dilarang dan diharuskan, mana

yang baik dan mana yang buruk. Rendahnya pemahaman dan keyakinan

agama seseorang untuk mudah melakukan kejahatan.

2. Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dan penanggulangan

tindak pidana pencurian hewan ini adalah sebagai upaya untuk menekan

laju peningkatan kejahatan pencurian. Dengan melihat laju peningkatan

kuantitas kejahatan pencurian yang mengalami peningkatan yang signifikan

dari tahun ketahun, yakni patroli, mengadakan pengarahan kepada

masyarakat, melakukan pemeriksaan di daerah rawan, serta melakukan

piket tiap-tiap daerah.

B. Saran

1. Menyarankan kepada Pemerintah Kabupaten Sidrap untuk membuka

lapangan pekerjaan khususnya bagi masyarakat yang berpendidikan

rendah dan ekonomi lemah dengan tujuan agar tingkat kesejahteraan

rakyat terjamin sehingga angka kejahatan khususnya pencurian yang

dilakukan oleh pelaku diminalisir.

Page 75: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

64

2. Menyarankan kepada pimpinan Polri agar melakukan pembinaan

kemampuan profesional kepolisian lebih ditingkatkan yaitu dengan jalan

melalui kesempatan mengikuti pendidikan lanjutan seperti Strata Satu

(S1) dan Strata Dua (S2) yang bertugas dengan tugas kepolisian,

khususnya dibidang penyidikan, pembinaan etika profesi, pelatihan dan

penugasan secara berjenjang sesuai keahlian masing-masing personil

Polri.

Page 76: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Syani, 1987. Sosiologi Kriminalitas, Remaja Karya. Bandung.

Andi Zaenal Abidin Farid, 1981. Azas-azas Hukum Pidana Bagian I Himpunan Kuliah 1960 Sampai 1981, Fakultas Hukum UNHAS.

Andi Zaenal Abidin Farid, 1983. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia. Jakarta.

____________________ 1995. Hukum Pidana I, Cetakan I : Sinar Grafika. Jakarta.

A.S Alam, 2002, Kejahatan, Penjahat dan Sistem Pemidanaan, Makassar: Lembaga Kriminologi Universitas Hasanuddin.

Atmasasmita Romli, 1981. Bunga Rampai Kriminologi, Rajawali. Jakarta.

________________ 1984. Bunga Rampai Kriminologi, Rajawali. Jakarta.

A.W Bonger, 1977. Pengantar Tentang Psikologi, Ghalia Indonesia. Jakarta.

Bawengan, 1991, Pengantar Psikologis Kriminal, Pradya Pramita Jakarta.

Chazawi, Adami. 2001. Pelajaran Hukum Pidana 1, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kartono Kartini, 2006, Patologi 2 (Kenakalan Remaja), PT. Raja Grasindo Persada. Jakarta.

Marpaung, Leden. 2005. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, PT. Sinar Grafika. Jakarta.

Page 77: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

66

Moleatno L, 1982, Azas-azas Hukum Pidana, PT. Bina Aksara. Jakarta.

_________ 1986, Kriminologi, Bina Aksara. Jakarta.

P.A F Lamintang. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra

Aditya Bakti. Bandung.

Poernomo, Bambang. 1982. Asas-Asas Hukum Pidana, PT. Ghalilea

Indonesia. Jogjakarta. _________1973. Azas-azas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia. Jakarta.

Purwardarminta. W.J.S, 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bali

Pustaka. Jakarta.

___________________ 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bali

Pustaka. Jakarta.

Rusli Effendi, 1978, Asas Hukum Pidana I, Lembaga Kriminologi UNHAS,

Ujung Pandang.

__________ 1989, Teori Hukum, Hasanuddin University Press.

Ujung Pandang.

Sahepti, J.E, 1978, Teori Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia Indonesia.

Jakarta.

Saleh, Roeslan, 1983, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana,

Centara. Jakarta.

Santoso, Topo dan E. A Zulfa. 2001. Kriminologi, PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Page 78: TINJAUAN KRIMINOLOGIS TENTANG KEJAHATAN PENCURIAN HEWAN ...

67

Soejono Dirjosiswono, 1984, Pengantar Tentang Kriminologi, Remaja Karya.

Bandung.

Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers. Jakarta.

Soesilo, R, 1985, Kriminologi (Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab Kejahatan), Politea. Bogor.

_________1995. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeia. Bogor.

Utrecht, 1990. Ringkasan Sari Kuliah Hukum Pidana, Pustaka Tinta Mas.

Jakarta.

Wahid, Abdul dan Irfan, Muhammad, 2001, Perlindungan Terhadap Kekerasan Seksual, PT. Refika Aditama. Jakarta

Widiyanti, Ninik dan Yulius W. Askita, 1987. Kejahatan Dalam Masyarakat

dan Pemecahannya, Bina Aksara, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan.