Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi...

107
i UNIVERSITAS INDONESIA Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus : PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)) SKRIPSI Muhammad Fikry Yonesyahardi 0806342573 FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM DEPOK JULI 2012 Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Transcript of Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi...

Page 1: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

i

UNIVERSITAS INDONESIA

Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi

Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus : PT Pelabuhan

Indonesia II (Persero))

SKRIPSI

Muhammad Fikry Yonesyahardi

0806342573

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

DEPOK

JULI 2012

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 2: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi

Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus : PT Pelabuhan

Indonesia II (Persero))

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Muhammad Fikry Yonesyahardi

0806342573

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG KEGIATAN EKONOMI

DEPOK

JULI 2012

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 3: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 4: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 5: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

v

KATA PENGANTAR

Dalam hidup kita tidak dapat mengetahui apa yang direncanakan oleh

Tuhan Yang Maha Esa. Kadang kita menyesali kejadian yang menimpa kita dan

sulit untuk mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Ketika satu pintu tertutup,

pintu lain terbuka. Namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup

terlalu lama sehingga tidak melihat pintu lain yang telah terbuka. Inilah yang

banyak dialami orang-orang termasuk penulis hingga akhirnya penulis sadar

bahwa inilah pintu yang telah dibukakan Allah SWT. Maka dengan penulisan

karya tulis ini penulis berharap dengan ditutupnya pintu ini akan terbuka pintu-

pintu lainnya.

Dalam proses penyelesaian karya tulis ini penulis menemui banyak

kesulitan. Namun dorongan dari keluarga dan rekan-rekan Penulis membuat

penulis merasa termotivasi sehingga proses penulisan karya tulis ini pun dapat

berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, izinkanlah Penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan kesempatan yang tidak terhingga

kepada Penulis. Tuhan yang Maha Pemberi lagi Maha Penyayang yang selalu

memberikan yang terbaik untuk Penulis, dan selalu mengingatkan Penulis

ketika Penulis menyimpang dari jalan-Nya.

2. Ibunda Fazat Adibah Amin, perempuan nomor satu dalam hidup Penulis.

Bunda yang penuh rasa kasih sayang dan selalu mendukung Penulis. Bunda

yang sangat sabar menghadapi Penulis dan mengingatkan Penulis untuk

selalu bersyukur. Bunda yang tidak henti-hentinya mendoakan Penulis.

Though I’ve made hurtful wrong choices, you silently watched over me from

behind. Now I know the meaning of mom’s silent prayers. I love you Mom.

3. Ayahanda Sholvasdi Syarief, pemimpin keluarga yang bijak. Ayah yang

selalu menempatkan anak-anaknya sebagai prioritas utama. Ayah yang

menjadi mentor hidup penulis. Ayah yang selalu memberikan yang terbaik

untuk Penulis. Ayah adalah pemimpin yang memiliki etos kerja yang luar

biasa dan sangat menjunjung kejujuran. Semoga suatu saat nanti Penulis

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 6: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

vi

dapat mengikuti jejak Ayahanda. Terima kasih Papa sudah mempercayakan

Ocha, I love you Dad.

4. Adik tersayang Miratunnisa Duhati Hardiniziya, adik yang sangat Penulis

sayangi. Rumah terasa sepi ketika dia tidak pulang dari Bandung. Adik yang

sangat rajin dalam kegiatannya baik dalam maupun luar kampus. Adik yang

selalu mendukung Penulis. Partner in crime terutama dalam membuat acara

kejutan untuk kedua orang tua. Zie, amu itu rajin dan pintar, jadi berhentilah

merasa tidak percaya diri.

5. Para pembimbing Penulis, yaitu Bapak Ditha Wiradiputra, S.H, M.E atas

semua waktu, nasihat, dan bimbingan yang berharga bagi Penulis sehingga

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

6. Ibu Henny Marlyna S.H., M.H., MLI. selaku Pembimbing Akademis Penulis

yang telah membimbing dan memberikan pengarahan terhadap penulis dalam

melewati setiap semester, saya ucapkan terimakasih dan doa sebesar-besarnya

kepada ibu.

7. Terimakasih khusus Penulis sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan

Penulis: Adhindra Ario, Andara Annisa, Rasyad Andhika, Hulman Bona,

Alfina Narang, Tantia Rahmadhina, Budi Widuro, Annisa Suci Ramadhani,

Dito Ariotedjo, Aida Heksanto, Femalia I.K, Wuri Prastiti Rahajeng, Indra

Prabowo, Lidzikri Caesar Dustira, Chentini Prameswari, M. Subuh rezki,

yang telah menjadi kawan yang luar biasa bagi Penulis serta telah

memberikan kebersamaan, keceriaan, dan semangat yang tidak henti-henti

diberikan kepada Penulis. Penulis selalu merasa bersyukur dapat berkenalan

dan menjadi bagian dari kalian semua.

8. Semua teman-teman Penulis angkatan 2008 yang tidak bisa Penulis sebutkan

satu per satu atas semua kehangatan, kebersamaan, dan keceriaan yang

mewarnai hari-hari perkuliahan Penulis selama kurang lebih 4 tahun.

9. Teman-teman dibawah bimbingan Bang Ditha yaitu Ohyong, Sondra, Mance

dan Kristiono dan lainnya yang telah bersama-sama merasakan suka duka dan

canda tawa selama masa bimbingan skripsi. Suka duka mengejar, menunggu,

dan mencari pembimbing dan revisi, hingga daftar sidang. Terima kasih atas

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 7: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

vii

doa dan semangat yang diberikan, dan akhirnya kerja keras kita terbayar

teman-teman.

10. Kepada setiap orang yang telah datang dalam kehidupan Penulis dan

menjadikan hari-hari Penulis menjadi lebih bermakna dan berwarna.

Terimakasih untuk semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari sempurna. Tentunya

terselip banyak kekurangan di dalam skripsi ini. Kendati demikian, besar harapan

Penulis, semoga karya ini sedikit banyak dapat memberikan warna dalam

khazanah ilmu pengetahuan, terutama di bidang Hukum Persaingan Usaha. Segala

kekurangan adalah milik Penulis, dan segala kesempurnaan adalah milik Allah

SWT.

Depok, Juli 2012

Muhammad Fikry Yonesyahardi

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 8: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 9: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

ix

ABSTRAK

Nama : Muhammad Fikry Yonesyahardi

Program Studi : Hukum Tentang Kegiatan Ekonomi

Judul : “Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi

Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus : PT Pelabuhan

Indonesia II (Persero))”

Skripsi ini membahas tentang kepelabuhan di Indonesia yang dahulu dilakukan

secara monopoli oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia sebagai BUMN.

Monopoli yang dilakukan oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia ini

diperbolehkan oleh undang-undang (monopoly by law) yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran dan Undang-Undang

Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak

Sehat. Kemudian pada tahun 2008 lahirlah Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran yang membuat hilangnya status monopoli PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia. Hal ini tentunya akan sangat membahayakan sektor kepelabuhan,

dikarenakan pentingnya sektor ini dan juga menyangkut hajat hidup orang banyak.

Oleh sebab itu perlu dianalisa dampak-dampak terhadap liberalisasi pelabuhan ini

agar liberalisasi sektor pelabuhan tidak menjadi bumerang yang dapat merugikan

negara dan rakyat. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dimana

data penelitian ini sebagian besar dari studi kepustakaan. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa liberalisasi pelabuhan memiliki dampak yang signifikan

terhadap penyelenggaraan kepelabuhanan dan persaingan usaha dalam bidang

kepelabuhanan.

Kata kunci:

Hukum persaingan usaha, pelabuhan, pelayaran, BUMN.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 10: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

x

ABSTRACT

Name : Muhammad Fikry Yonesyahardi

Study Program: Law – ( Law on Economic Activities)

Title : “Competition Law Review Regarding Liberalization of the Port

as an Implementation of Law Number 17 Year 2008 concerning

Shipping (Case Study: Pelabuhan Indonesia II Limited Liability

Company)”

This thesis discusses the port in Indonesia formerly monopolized by PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia as a state company. Monopoly by PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia is allowed by law (monopoly by law) is regulated in Law Number 21

Year 1992 concerning Shipping and Law Number 5 Year 1999 concerning

Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Competition. Later in the year

2008 was born the Law No. 17 Year 2008 concerning Shipping which makes the

loss of monopoly status PT (Persero) Port of Indonesia. This condition will greatly

harm the port sector, due to the importance of this sector and also about the

welfare of the majority. Therefore it is necessary to analyze the effects on the

liberalization of port and to prevent this liberalization to becoming a boomerang

that could harm the country and its people. This study uses a normative juridical

studies where data is mostly from the literature study. The results suggest that the

liberalization of the port has a significant impact on the implementation of port

and port competition in the field.

Key words:

Competition Law, port, shipping, BUMN.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 11: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................... viii

ABSTRAK .......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Permasalahan ................................................................. 1

1.2 Pokok Permasalahan ............................................................................... 6

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 6

1.4 Definisi Operasional................................................................................ 7

1.5 Metode Penelitian.................................................................................... 9

1.6 Kegunaan Teoritis dan Praktis…………………………………………. 11

1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................. 12

BAB 2 TINJAUAN UMUM MENGENAI MONOPOLI DAN

PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT PADA HUKUM

PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA .......................................... 14

2.1 Tinjauan Umum Hukum Persaingan Usaha ............................................ 14

2.1.1 Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat .......................................... 14

2.1.2 Aspek Positif Monopoli ................................................................. 16

2.1.3 Aspek Negatif Monopoli ................................................................ 17

2.1.4 Karakteristik Monopoli .................................................................. 19

2.1.5 Jenis Monopoli ............................................................................... 21

2.1.6 Pengaturan Hukum Mengenai Monopoli ....................................... 25

2.2 Monopoli Negara .................................................................................... 28

2.3 Ketentuan Pengecualian Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat Terhadap Badan Usaha Milik Negara Menurut Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Tidak Sehat .................................................................... 48

BAB 3 ANALISA LIBERALISASI PELABUHAN SEBAGAI

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN

2008 TENTANG PELAYARAN OLEH PT. (PERSERO)

PELABUHAN INDONESIA II DI INDONESIA DITINJAU

DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA ........................................... 52

3.1 Tinjauan terhadap PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II ......................... 52

3.1.1 Sejarah Pendirian Pelabuhan Indonesia ......................................... 52

3.1.2 Visi dan Misi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II ....................... 54

3.1.3 Kegiatan Usaha PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II ................... 55

3.1.4 Anak Perusahaan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II ................. 57

3.2 Pengaturan Kepelabuhan Indonesia ........................................................ 59

3.2.1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran ......... 59

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 12: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

xii

3.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang

Kepelabuhan……………………………………………….…….61

3.3 Pengaturan Persaingan dalam Bidang Kepelabuhan yang Tertuang

dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran ....... 62

3.3.1 Isu-isu strategis Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran ........................................................................................ 62

3.3.2 Faktor-faktor pemicu perlunya persaingan dalam bidang

kepelabuhan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008 tentang Pelayaran ....................................................... 73

3.4 Pengaturan Bidang Kepelabuhan dalam Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008 Tentang Pelayaran dikaitkan dengan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Tidak Sehat ........................................................................... 79

BAB 4 PENUTUP .............................................................................................. 88

4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 88

4.2 Saran ........................................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 93

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 13: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki

13.000 pulau dalam bentang 3.500 mil. Indonesia juga memiliki garis pantai

terpanjang ke-empat di dunia dengan panjang lebih dari 95.181 kilometer.

Indonesia adalah Negara maritim, dimana lautan Indonesia lebih luas

dibandingkan daratannya. Kondisi geografi Indonesia ini kemudian menghasilkan

pola pikir yang diperkuat Pancasila sebagai ideologi bangsa yakni sebuah

pemikiran mengenai wawasan nusantara dimana di dalamnya laut memiliki fungsi

sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Pemikiran mengenai wawasan nusantara ini

dimulai dengan konsepsi nusantara (Archipelago concept).1 Konsepsi nusantara

merupakan suatu konsepsi kewilayahan nasional, sedangkan wawasaan nusantara

adalah wawasan nasional bangsa dan negara yang pada awalnya berkembang atas

dasar konsepsi kewilayahan. Pada tahun 1957, yang dimulai dengan adanya

Deklarasi Djoeanda yang dikeluarkan tanggal 13 Desember 1957. Dimana dalam

naskah tersebut dinyatakan

Segala perairan disekitar, di antara dan yang menghubungkan

pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan

Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau

lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah

daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian

merupakan bagian daripada perairan nasional yang berada

dibawah kedaulatan mutlak daripada Negara Republik Indonesia…2

Terlihat jelas fungsi laut dalam negara nusantara. Kemudian dari konsepsi

nusantara ini dikembangkan menjadi wawasan nusantara yang memandang

Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi tanah (darat), air (laut) dan

1 Christo Yosafat, “Tinjauan Yuridis Dampak Penerapan Asas Cabotage Dalam Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Terhadap Jasa Perhubungan Laut” (Depok:

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010), hal. 1.

2 Ibid.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 14: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

2

Universitas Indonesia

dirgantara (udara) di atasnya jelas tidak terpisahkan. Dengan usaha yang tidak

sedikit Indonesia akhirnya mampu mengukuhkan asas negara kepulauan yang

telah diakui dunia internasional tentang prinsip hukum negara kepulauan seperti

yang tercantum dalam konvensi PBB ke-III tentang Hukum Laut 1982 (United

Nation Canvention on the Law of the Sea), dimana Indonesia telah meratifikasi

dengan Undang-undang No. 17 tahun 1985.3 Pandangan bangsa Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tentang diri dan lingkungannya yang

berbentuk kehidupan sebagai suatu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan

hankam dalam satu ruang kehidupan yaitu seluas perairan dan pulau-pulau di

dalamnya beserta udara di atasnya karena dipandang sebagai satu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan satu sama lain termasuk kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya. Wawasan nusantara ini akan selalu menjiwai bangsa Indonesia baik

dalam hidup dan kehidupan nasional meupun kehidupan internasional.

Berdasarkan pandangan wawasan nusantara tersebut, bangsa Indonesia

harus dapat memanfaatkan wilayah laut guna mempertahankan kelangsungan

hidup dan mengembangkan kehidupannya. Dari sudut geografis Indonesia

terbentang dari 94° Bujur Timur sampai dengan 141° Bujur Timur dan 6° Lintang

Utara sampai dengan 11° Lintang Selatan mencapai luas 5,8 juta km2, Indonesia

memiliki kekayaan sumber daya yang sangat besar terkandung di dalamnya.

Berdasarkan kondisi geografi tersebut dapat dipahami bahwa luasnya

wilayah laut Indonesia juga merupakan potensi kekuatan usaha kelautan yang

dimiliki Indonesia dan harus dikelola oleh pemerintah dengan sebaik-baiknya

demi mencapai tujuannya yaitu mensejahterakan rakyat Indonesia. Dari sisi

kelautan ini, Indonesia dapat mengembangkan berbagai macam industri dan jasa,

hal ini mencakup industri perikanan, pertambangan laut hingga pariwisata bahari.

Dan untuk memaksimalkan potensi tersebut dibutuhkan infrastruktur yang dapat

menunjang kegiatan usaha kelautan Indonesia. Infrastruktur yang paling penting

dalam usaha kelautan adalah pelabuhan. Pelabuhan yang berkualitas dan

berstandard dunia adalah cerminan kekuatan potensi sumber daya maritim sebuah

negara. Indonesia sebagai negara yang dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan

terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

3 Deklarasi juanda,

http://www.dephub.go.id/index2.php?module=deklarasi_juanda&act=list, diunduh 5 Maret 2012

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 15: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

3

Universitas Indonesia

dunia. Sehingga peran pelabuhan menjadi sangat penting dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi maupun mobilitas sosial dan perdagangan di wilayah ini.

Oleh karena itu pelabuhan merupakan faktor penting bagi pemerintah dalam

menjalankan roda perekonomian negara. Peran dan fungsi pelabuhan menjadi

sangat penting, pelabuhan menjadi pintu gerbang ekonomi dan penggerak

perdagangan dalam rangka meningkatkan dan mempercepat aktivitas ekonom

nasional.

Berbagai kegiatan penyediaan dan pengusahaan pelabuhan dikelola oleh

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia. Kegiatan itu antara lain, perairan kolam

pelabuhan untuk lalu lintas dan tempat kapal berlabuh. Pelayanan pemanduan dan

penundaan kapal keluar masuk pelabuhan, olah kapal gerak didalam kolam serta

jasa pemanduan dan penundaan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya.

Menyediakan fasilitas untuk kapal bertambat serta melakukan bongkar muat

barang dan hewan. Fasilitas pergudangan dan lapangan penumpukan. Terminal

konvensional, terminal peti kemas, dan terminal curah untuk melayani bongkar

muat komoditas sesuai dengan jenisnya. Terminal penumpang untuk melayani

pelayanan embarkasi dan debarkasi penumpang melalui laut. Fasilitas listrik, air

minum dan telepon untuk kapal dan umum di daerah lingkungan kerja pelabuhan.

Lahan untuk industri, bangunan dan ruang kantor umum. Pendidikan dan

pelatihan yang berkaitan dengan kegiatan kepelabuhan. Disamping berbagai usaha

tersebut, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia memiliki peluang untuk

mengembangkan kegiatan usaha lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha yang

telah ada. Antara lain dibidang jasa informasi, pengelolaan cargo distributor

centre, maupun inland container depot dan bidang lainnya, baik yang dikelola

oleh perusahaan sendiri, maupun yang dilaksanakan oleh anak perusahaan

ataupun melalui kerjasama usaha dengan pihak swasta.

Melihat berbagai peranan perusahaan pelabuhan menjadikan perusahaan

mempunyai peranan yang cukup sentral dalam meningkatkan pendapatan dan

devisa negara serta untuk meningkatkan kesejahteraan kepada siapa saja yang

terlibat dalam proses kegiatan niaga kepelabuhan. PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia merupakan salah satu Badan usaha milik Negara yang melaksanakan

kegiatan di bidang pelayanan jasa kepelabuhan. Mempunyai pengaruh yang besar

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 16: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

4

Universitas Indonesia

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena selain membantu perekomian

nasional, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia memiliki usaha yang menyangkut

hajat hidup orang banyak.

Pentingnya sektor pelabuhan di Indonesia ini membuat PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia memiliki perlakuan khusus oleh Pemerintah. Hal ini

diperlukan untuk memenuhi tujuan yang diamanatkan oleh UUD 1945 dimana

tertuang pada Pembukaan UUD 1945

…Pemerintah Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa...4

Untuk mencapai tujuan tersebut, terhadap bidang-bidang penting negara

harus dikuasai negara, sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 ayat (2) yang berbunyi

Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai

hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara5

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia merupakan perusahaan cabang produksi

jasa kepelabuhan yang sangat penting bagi negara dan juga menguasai hajat hidup

orang banyak, sehingga PT (Persero) Pelabuhan Indonesia haruslah dikuasai oleh

negara. Kemudian sebagai perusahaan yang menguasai hajat hidup orang banyak,

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia dalam hukum persaingan usaha mendapat

pengecualian yang dituangkan dalam Pasal 51 Undang-Undang nomor 5 tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat yang

berbunyi

Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan

produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai

hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang

penting bagi negara diatur dengan undang-undang dan

4 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,

Pembukaan.

5 Ibid, Pasal 33 ayat (2).

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 17: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

5

Universitas Indonesia

diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau badan

atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah6

Negara memperbolehkan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia untuk

melakukan monopoli di bidang usahanya yaitu bidang kepelabuhan. Hal ini demi

menjamin sektor penting seperti pelabuhan akan dimanfaatkan sebesar-besarnya

untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Namun dengan berlakunya undang-

undang baru pelayaran, yaitu undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang

Pelayaran. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia sebagai otoritas kepelabuhan

Indonesia yang tunduk kepada undang-undang tersebut, kehilangan sebuah

previlege yang dapat mengancam keberlangsungan kepelabuhan di Indonesia.

Dalam undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran diatur mengenai

penghapusan monopoli dalam penyelenggaraan pelabuhan, pemisahan antara

fungsi regulator dan operator serta memberikan peran serta pemerintah daerah dan

swasta secara proposional di dalam penyelenggaraan kepelabuhan. Sebagai salah

satu sektor penting, penghapusan monopoli PT (Persero) Pelabuhan Indonesia

menjadi sebuah ancaman dan kekhawatiran sendiri terhadap perekonomian

negara.

Isu strategis penghapusan monopoli yang terkandung dalam undang-

undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran ini menjadi pembahasan

tersendiri karena dengan diberlakukanya akan terdapat benturan peraturan yang

telah berlaku sebelumnya dan atau diatasnya. Pemberlakuan undang-undang

nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran akan mengarah kepada liberalisasi

pelabuhan, hal ini tentu tidak sesuai dengan Pasal 33 ayat (2) UUD 1945. Selain

itu juga akan terjadi pelanggaran terhadap Pasal 51 undang-undang nomor 5 tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, dimana PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia adalah sebuah BUMN dan diperbolehkan untuk

melakukan praktek monopoli. Dengan tidak terpenuhinya ketentuan tersebut maka

akan gagal pula semangat dari Pembukaan UUD 1945 untuk melindungi dan

mensejahterakan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, dengan ini penulis bermaksud

6 Republik Indonesia, Undang-Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, UU No. 5 Tahun 1999, LN No.33 Tahun 1999, TLN No.

3817, Pasal 51.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 18: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

6

Universitas Indonesia

untuk menyajikan suatu karya tulis atau penelitian hukum mengenai

pemberlakuan undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran dengan

dampaknya ditinjau dari kacamata hukum persaingan usaha maupun ekonomi

makro yang diberi judul, “Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai

Liberalisasi Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Studi Kasus : PT Pelabuhan Indonesia II

(Persero))”.

1.2 Pokok Permasalahan

Pokok permasalahan adalah salah satu hal yang penting dalam suatu

penelitian. Oleh karena itu dalam penulisan skripsi ini terlebih dahulu akan

dimulai dengan merumuskan pokok-pokok yang menjadi masalah dan hendak

diteliti. Berdasarkan uraian tersebut di atas, selanjutnya pada bagian ini akan

dipaparkan beberapa pokok permasalahan yang akan dianalisa pada karya tulis ini.

Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan terhadap monopoli sektor pelabuhan oleh PT

Pelabuhan Indonesia II (Persero) sebagai BUMN dalam Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Tidak Sehat dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran.

2. Bagaimana dampak penerapan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

tentang Pelayaran terhadap sektor kepelabuhan Indonesia yang dikelola

sepenuhnya oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan skripsi ini adalah untuk memberikan

gambaran mengenai pentingnya sektor kepelabuhan di Indonesia sehingga harus

dapat selalu dilindungi oleh pemerintah dikarenakan bidang usaha ini menyangkut

hajat hidup orang banyak. Di samping itu, akan diberikan gambaran mengenai

dampak liberalisasi pelabuhan yang akan disajikan dalam bentuk studi dari segi

hukum terutama hukum persaingan usaha dan juga perekonomian makro. Melalui

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 19: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

7

Universitas Indonesia

studi kepustakaan ilmiah pada tulisan ini, juga diharapkan adanya kontribusi yang

dapat Penulis berikan di bidang pembahasan monopoli pada hukum persaingan

usaha, dengan memberikan pengetahuan tentang pengaturan tentang anti

monopoli di Indonesia dan pengecualiannya.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan pengetahuan yang komrprehensif mengenai pengaturan

tentang anti monopoli dan pengecualiannya yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Tidak Sehat;

2. Mendapatkan gambaran mengenai dampak liberalisai pelabuhan atas

berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

dilihat dari sisi hukum maupun ekonomi makro;

3. Mendapatkan pengetahuan mengenai peraturan perundang-undangan di

Indonesia yang mengatur masalah anti monopoli di Indonesia;

1.4 Definisi Operasional

1. Liberalisasi adalah proses (usaha) untuk menerapkan paham liberal di

kehidupan (tata negara dan ekonomi).7

2. Liberal adalah bersifat bebas; berpandangan bebas (luas dan terbuka)8

3. Kepelabuhan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan

fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban

arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan

keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta

mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap

memperhatikan tata ruang wilayah.9

7 Bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, diunduh 12 Maret 2012 pukul 19.04.

8 Bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, diunduh 12 Maret 2012 pukul 19.05.

9 Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.17 tahun 2008, LN

No.64 Tahun 2008, TLN No. 4849 , Pasal 1 butir 14.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 20: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

8

Universitas Indonesia

4. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan

dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan

kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,

naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal

dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai

tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.10

5. Implementasi adalah pelaksanaan; penerapan.11

6. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan

atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu

kelompok pelaku usaha.12

7. Praktek Monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau

lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau

pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan

persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.13

8. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh

atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.14

9. Perusahaan perseroan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk perseroan

terbatas yang modalnya terbagi atas saham yang seluruh atau paling

sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara

Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.15

10

Ibid., Pasal 1 butir 16.

11

Bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, diunduh 12 Maret 2012 pukul 22.39.

12

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, UU No.5 tahun 1999, LN No.33 Tahun 1999, TLN No. 3817 ,

Pasal 1 butir 1.

13

Ibid., Pasal 1 butir 2.

14

Indonesia, Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara, UU No.19 tahun

2003, LN No.70 Tahun 2003, TLN No. 4297, Pasal 1 butir 1.

15

Ibid., Pasal 1 butir 2.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 21: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

9

Universitas Indonesia

1.5 Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis

dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.16

Suatu penelitian yang baik membutuhkan metodologi untuk mengarahkan

penelitian ke arah yang benar secara sistematis dan kronologis, sesuai dengan

tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Bentuk penelitian yang dilakukan dalam

karya tulis ilmiah ini adalah penelitian yuridis normatif, data utama yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa bahan pustaka

yang mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.

Bahan hukum primer merupakan dasar hukum bagi penulisan skripsi ini.

Bahan hukum primer terdiri dari norma dasar, peraturan dasar, Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Instruksi Presiden, Peraturan Daerah,

Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, Yurisprudensi, Traktat, Konvensi

Internasional, Peraturan dari zaman penjajahan hingga sekarang yang masih

berlaku.17

Semua bahan hukum primer yang berkaitan dengan topik dalam skripsi

ini yaitu, Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi Pelabuhan

Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

(Studi Kasus : PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)).

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang isinya mempunyai

kekuatan mengikat kepada masyarakat. Bahan hukum primer yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran. Selain itu, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat yang juga menjadi bahan hukum

primer dalam penelitian ini. Kemudian Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003

tentang Badan Usaha Milik Negara. Serta Peraturan Pemerintah yang berkaitan

seperti Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan dan

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,

Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

16

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cet. 3., (Jakarta: UI-Press, 1986),

hlm. 42.

17

Sri Mamudji, et. Al., Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 30.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 22: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

10

Universitas Indonesia

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang memberikan informasi

atau hal-hal yang berkaitan dengan isi bahan hukum primer serta

implementasinya. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

adalah berupa skripsi, tesis, disertasi, literatur bacaan yang bersumber dari media

cetak maupun elektronik serta buku-buku yang yang berhubungan dengan

penelitian tersebut.18

Buku-buku yang dipakai antara lain adalah sebagai berikut:

Pengantar Hukum Persaingan Usaha, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks &

Konteks, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia. Selain buku-buku

yang telah disebutkan, terdapat kemungkinan bahwa penulis akan menggunakan

sumber buku ataupun jurnal yang lain sepanjang memiliki relevansi yang baik

serta dapat menjadi bahan referensi yang berkualitas guna mendukung

pembahasan penelitian ini.

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya abstrak,

almanak, bibliografi, buku pegangan, buku petunjuk, buku tahunan, ensiklopedia,

ideks artikel, atau kamus. Dalam penelitian kamus yang digunakan utamanya

adalah kamus hukum.

Alat pengumpulan data dalam penelitian skripsi ini adalah dengan studi

dokumen dan wawancara, dimana studi dokumen merupakan alat pengumpulan

data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan “content

analysis”.19

Berdasarkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini, maka dapat diketahui bahwa jenis data yang dipakai adalah data sekunder

yakni data yang berasal dari studi pustaka. Sifat analisis data pada penelitian ini

adalah analisis secara kualitatif, yang mana terletak pada kumpulan info subyektif

yang berasal dari peneliti dimana jenis data berbentuk kalimat, bukan data

statistik. Penelitian yang dilakukan dalam menjawab pokok peramasalahan yang

ada di sini adalah penelitian analitis-deskriptif. Penelitian analitis deskriptif

merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data seakurat

mungkin keadaan atau gejala agar dapat memperjelas hipotesis guna memperkuat

18 Ibid, hal. 31

19

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cet. 3., (Jakarta: UI-Press, 1986), hal.

52.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 23: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

11

Universitas Indonesia

teori. Tipologi dari penelitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis-normatif.

Penelitian tersebut berarti melihat hubungan antara ketentuan hukum yang ada

dengan kenyataan yang sedang terjadi. Penelitian ini memberikan tinjauan yuridis

mengenai bagaimana kegiatan usaha oleh PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)

berlangsung berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait yang berlaku.

Setelah itu, penelitian ini akan memberikan pemahaman tentang liberalisasi

pelabuhan berdasarkan Undang-undang Pelayaran, dengan memaparkan PT.

Pelabuhan Indonesia II (Persero) sebagai studi kasus.

1.6 Kegunaan Teoritis dan Praktis

Kegunaan Teoritis adalah agar pembaca dan penulis mengetahui mengenai

bagaimana kegiatan usaha PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) sebagai otoritas

pelabuhan di Indonesia. Pengaturan tentang anti monopoli yang berlaku di

Indonesia. Penelitian ini juga akan memberikan kegunaan bagi pihak-pihak yang

ingin mendapatkan pemahaman mengenai Hukum Persaingan Usaha yang berlaku

di Indonesia. Pengaturan mengenai pengecualian monopoli yang berlaku terhadap

sektor-sektor penting di Indonesia khususnya sektor kepelabuhan. Selain itu,

penelitian ini juga akan berguna secara teoritis dalam melengkapi ilmu

pengetahuan yang telah ada dengan mempelajari pengaturan hukum nasional

terhadap implementasi Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

terhadap kegiatan usaha kepelabuhan di Indonesia. Studi kasus terhadap PT.

Pelabuhan Indonesia II (Persero) yang nyata terjadi di dunia usaha yang disajikan

dalam penelitian ini akan memberikan pemahaman yang mendalam serta

komprehensif bagi pihak yang ingin mempelajari permasalahan yang dibahas.

Adapun Kegunaan Praktis dari penelitian ini adalah agar pembaca, penulis,

maupun pelaku usaha terkait mengetahui bagaimana kegiatan kepelabuhan di

Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran. Pembaca pun akan mengetahui bagaimana PT. Pelabuhan Indonesia II

(Persero) sebagai BUMN yang menguasai hajat hidup orang banyak mendapat

perlakuan khusus oleh pemerintah dalam menjalankan kegiatan usahanya. Secara

praktis, penelitian ini juga berguna untuk menambah pengetahuan mengenai

bagaimana kegiatan usaha pelabuhan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 24: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

12

Universitas Indonesia

17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan dilaksanakan oleh PT. Pelabuhan Indonesia

sebagai otoritas pelabuhan di Indonesia.

1.7 Sistematika Penulisan

Agar memenuhi syarat sebagai karya tulis ilmiah maka diperlukan suatu

sistematika agar pembahasan menjadi terarah sehingga apa yang menjadi tujuan

pembahasan dapat dijabarkan dengan jelas. Adapun sistematika penulisan yang

penulis susun adalah sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan

Bab ini memuat tentang latar belakang yang berisi tentang situasi dan kondisi

pada saat penelitian dilakukan, alasan mengapa penelitian dilakukan, dan hal-hal

yang telah diketahui dan belum diketahui penulis berkaitan dengan judul

penulisan ini. Bab I juga memuat pokok permasalahan yang akan dibahas dalam

penulisan ini, tujuan penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.

Bab 2 : Tinjauan Umum mengenai Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

pada Hukum Persaingan Usaha di Indonesia

Pada bab ini akan dibahas mengenai monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

pada hukum persaingan usaha pada umumnya yang dibagi menjadi beberapa sub

bab yaitu : monopoli dan persaingan tidak sehat, aspek positif monopoli, aspek

negatif monopoli, karakteristik monopoli, jenis monopoli, pengaturan hukum

mengenai monopoli, monopoli negara, dan ketentuan pengecualian praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat terhadap badan usaha milik negara

menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.

Bab 3 : Analisa Liberalisasi Pelabuhan sebagai Implementasi Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia

II di Indonesia Ditinjau dari Hukum Persaingan Usaha

Bab ini akan membahas mengenai sejarah pendirian PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia II, sejarah pelabuhan indonesia, visi dan misi PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia II, kegiatan usaha PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, anak

perusahaan dan afiliasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, pengaturan

kepelabuhan indonesia, dan monopoli sektor kepelabuhan oleh PT (Persero)

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 25: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

13

Universitas Indonesia

Pelabuhan Indonesia II. Kemudian dijelaskan pula analisa terhadap pengaturan

persaingan dalam bidang kepelabuhan yang tertuang dalam Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, isu-isu strategis Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Faktor-faktor pemicu perlunya

persaingan dalam bidang kepelabuhan yang tertuang dalam Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan pengaturan bidang kepelabuhan

dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dikaitkan

dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.

Bab 4 : Penutup

Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan bab

pertama sampai dengan bab terakhir.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 26: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

14

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM MENGENAI MONOPOLI DAN PERSAINGAN

USAHA TIDAK SEHAT PADA HUKUM PERSAINGAN USAHA DI

INDONESIA

2.1 Tinjauan Umum Hukum Persaingan Usaha

2.1.1 Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat

Persaingan dalam dunia usaha merupakan condition sine qua non (syarat

mutlak) bagi terselenggaranya ekonomi pasar. Persaingan dapat dibedakan atas

persaingan sehat (fair competition) dan persaingan usaha tidak sehat (unfair

competition). Persaingan tidak sehat pada akhirnya dapat mematikan persaingan,

yang kemudian memunculkan monopoli. Dalam monopoli terdapat suatu pasar

tanpa persaingan dan monopoli dapat pula diartikan sebagai penguasaan lebih dari

50% pangsa pasar atas komoditi tertentu oleh satu atau gabungan beberapa

perusahaan.20

Secara etimologi, monopoli berasal dari bahasa Yunani, yakni “monos”

yang berarti sendiri dan “polein” yang berarti penjual.21

Dari akar kata tersebut,

secara sederhana orang dapat mendapat pengertian monopoli sebagai kondisi

dimana hanya ada satu penjual yang menawarkan (supply) suatu barang atau jasa

tertentu.

Dalam Black’s Law Dictionary, monopoli diartikan sebagai berikut

A privilege or peculiar advantage vested in one or more persons or

companies, consisting in exclusive right (or power) to carry on

particular business or trade, manufacture a particular article, or

control the sale of the whole supply of a particular commodity.

Suatu keuntungan atau keunggulan yang tidak lazim yang dimiliki

satu atau lebih orang atau perusahaan, termasuk suatu hak eksklusif

atau kekuatan mutlak untuk menjalankan suatu bisnis atau

20 Redjeki Hartono, “Membudayakan Persaingan Sehat”, Jurnal Hukum Bisnis Volume

19 (Mei-Juni 2001): hal. 4.

21

Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet I, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal

18.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 27: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

15

Universitas Indonesia

perdagangan, produksi suatu barang, atau memegang kontrol

seluruh penjualan dan persediaan dari suatu komoditi.

Dari pengertian di atas, Black’s Law Dictionary memberikan penekanan lebih

pada adanya suatu hak istimewa (privilege) yang menghapuskan persaingan

bebas, yang pada akhirnya juga akan menciptakan penguasaan pasar.

Dalam perkembangannya, meskipun dimaksudkan untuk menggambarkan

fakta yang kurang lebih sama, istilah monopoli sering dipakai orang untuk

menunjuk tiga titik yang berbeda. Pertama, istilah monopoli dipakai untuk

menggambarkan suatu struktur pasar (keadaan korelatif permintaan dan

penawaran). Kedua, istilah monopoli juga sering dipergunakan untuk

menggambarkan suatu posisi, yang dimaksudkan disini adalah posisi penjual yang

memiliki penguasaan dan kontrol eksklusif atas barang atau jasa tertentu. Ketiga,

istilah monopoli juga digunakan untuk menggambarkan kekuatan yang dipegang

oleh penjual untuk menguasai penawaran, menentukan harga serta memanipulasi

harga. Meskipun ada titik berat yang berbeda-beda dalam penggunaan istilah,

monopoli secara umum menggambarkan fakta yang sama, yakni pemusatan

kekuatan penawaran eksklusif pada pihak penjual dalam suatu pasar.22

Definisi monopoli yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak

Sehat sebenarnya merupakan bagian dari pengertian posisi dominan, yaitu

penguasaan pasar lebih dari 50% oleh pelaku usaha yang merujuk pada Pasal 25

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Tidak Sehat. Hal ini dapat diartikan bahwa monopoli terdapat pada

suatu pasar dimana terdapat salah satu pelaku usaha mempunyai pangsa pasar

yang lebih tinggi daripada pelaku usaha lain pada pasar yang bersangkutan.23

Berbeda dengan persaingan yang bersifat mendesentralisasikan kekuatan

ekonomi, di dalam monopoli justru terkandung pengertian adanya pemusatan

kekuatan. Monopoli selalu ditafsirkan sebagai kondisi yang negatif karena

monopoli adalah keadaan yang tidak seimbangan antara penjual dan pembeli. Ini

22 Ibid. hal. 19.

23

M. Udin Silalahi, Kegiatan yang Dilarang dalam Hukum Persaingan Usaha, Jurnal

Hukum Persaingan Usaha, Vol. 1, No. Mei 2004, hal. 19.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 28: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

16

Universitas Indonesia

bisa dapat dianggap logis karena kondisi monopoli memungkinkan adanya

penyalahgunaan oleh pemegang kekuasaan monopoli.24

Walaupun demikian,

monopoli tidak selalu dianggap sebagai kondisi yang negatif. Monopoli juga

dapat kita lihat dari sisi positifnya.

2.1.2 Aspek Positif Monopoli

Bagi masyarakat luas dan kalangan pengusaha, monopoli secara konotatif

terkesan sebagai sesuatu yang negatif mengingat keberadaannya yang seringkali

dianggap merugikan kepentingan orang banyak. Persepsi-persepsi yang ada dalam

masyarakat luas dan kalangan pengusaha mengenai monopoli25

, telah menjadikan

makna monopoli bergeser dari pengertiannya yang semula. Padahal,

sesungguhnya tidak semua monopoli berdampak negatif. Aspek positif pun bisa

dibawa pula oleh monopoli disamping aspek negatifnya yang lebih sering

dikemukakan, diantaranya:

Pertama, monopoli bisa memaksimalkan efisiensi pengelolaan sumber

daya ekonomi tertentu. Apabila sumber daya alam minyak bumi dikelola oleh satu

unit usaha tunggal yang besar, maka ada kemungkinan bahwa biaya-biaya tertentu

akan bisa dihindari.26

Kedua, monopoli bisa menjadi sarana untuk meningkatkan pelayanan

terhadap konsumen dalam industri tertentu. Dalam bidang usaha pelayanan

telekomunikasi, misalnya, para pengguna jasa bisa saling berhubungan tanpa

kesulitan karena hubungan itu difasilitasi oleh satu perusahaan yang memiliki

basis teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh semua konsumen.27

24 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet I, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal

19.

25

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Persaingan Usaha, cetakan

ketiga, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hal. 2.

26

Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet. 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),

hal. 18.

27

Ibid.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 29: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

17

Universitas Indonesia

Ketiga, monopoli bisa menghindarkan duplikasi fasilitas umum.

Adakalanya bidang usaha tertentu akan lebih efisien bagi publik apabila dikelola

hanya oleh salah satu perusahaan.28

Keempat, dilihat dari sisi produsen, monopoli bisa menghindarkan biaya

pariwara serta biaya diferensiensi. Jika terjadi persaingan, setiap perusahaan yang

bersaingan akan saling mencoba merebut konsumen dengan banyak cara termasuk

menyelenggarakan pariwara dan kecenderungan untuk membuat produk mereka

bisa dibedakan dari produk perusahaan lain. Biaya-biaya seperti itu dapat

dihindari apabila pasar tersebut adalah monopoli.29

Kelima, dalam monopoli, biaya kontraktual (contractual cost) bisa

dihindarkan karena peluang untuk bernegosiasi antar para pihak tidak terlampau

besar seperti yang terjadi di pasar persaingan sempurna. Dalam pasar persaingan

sempurna akan ada waktu yang lebih lama dan upaya yang lebih keras dari

masing-masing pihak untuk mencapai kesepakatan karena pihak-pihak tersebut

memiliki kekuatan yang tidak jauh berbeda dalam posisi tawar menawar.30

Keenam, monopoli bisa digunakan sebagai sarana untuk melindungi

sumber daya tertentu yang penting bagi masyarakat luas dari eksploitasi yang

semata-mata bersifat “profit-motive”.31

Akan tetapi, pada kenyataannya monopoli

lebih sering dikonotasikan negatif karena keberadaannya yang seringkali

menyebabkan distorsi pasar. Hal ini cukup logis karena dalam monopoli terbuka

kemungkinan cukup besar bagi penyalahgunaan oleh pemegang kekuasaan

monopoli mengingat terdapat keadaan yang tidak seimbang antara penjual dan

pembeli.32

2.1.3 Aspek Negatif Monopoli

Monopoli cenderung tidak dijadikan sebagai pilihan dalam suatu kondisi

pasar karena monopoli dapat menghambat alokasi sumber daya secara efisien.

28 Ibid.

29

Ibid.

30

Ibid, hal. 20-21.

31

Ibid.

32

Ibid. hal. 19.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 30: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

18

Universitas Indonesia

Berbeda dengan persaingan yang cenderung lebih disukai karena dapat

mendorong alokasi sumber daya secara efisien. Beberapa argumentasi yang

digunakan sebagai alasan menolak monopoli adalah sebagai berikut:

a. Monopoli membuat konsumen tidak mempunyai kebebasan memilih

produk sesuai dengan kehendak dan keinginan mereka. Jika penawaran

sepenuhnya dikuasai oleh seorang produsen, secara praktis para konsumen

tidak punya pilihan. Dengan kata lain, mau tidak mau ia harus

menggunakan produk satu-satunya itu.

b. Monopoli membuat posisi konsumen menjadi rentan dihadapan produsen.

Ketika produsen menempati posisi sebagai pihak yang lebih dibutuhkan

daripada konsumen, terbuka peluang besar bagi produsen untuk merugikan

konsumen melalui penyalahgunaan posisi monopolistiknya. Hal ini dapat

terjadi misalnya ketika, menetukan harga secara sepihak secara

menyimpang dari biaya produksi riil.

c. Monopoli juga berpotensi menghambat inovasi teknologi dan proses

produksi. Dalam keadaan tidak ada pesaing, produsen kemudian tidak

memiliki motivasi yang cukup besar untuk mencari dan mengembangkan

teknologi dan proses produksi baru. Akibatnya, inovasi teknologi dan

proses produksi akan mengalami stagnansi.33

Selain itu akibat yang akan timbul bila pelaku-pelaku usaha bila diberikan

hak monopoli, antar lain:

a. Harga produk yang tinggi

Karena tidak adanya kompetisi, maka harga produk akan tinggi. Ini

akan mendorong timbulnya inflasi, sehingga merugikan masyarakat

luas.

b. Excess Profit

Yaitu terdapat keuntungan di atas keuntungan produk normal karena

suatu monopoli. Karena monopoli merupakan suatu pranata

ketidakadilan.

33 Ibid.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 31: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

19

Universitas Indonesia

c. Eksploitasi

Monopoli dapat menyebabkan eksploitasi yang terjadi baik terhadap

buruh dalam bentuk upah dan terlebih terhadap konsumen melalui

harga produk.

d. Pemborosan

Karena perusahaan monopoli cenderung tidak beroperasi pada avarage

cost yang minimum, menyebabkan ketidakmampuan perusahaan dan

akhirnya cost tersebut akan ditanggung oleh konsumen.

e. Entry Barrier

Karena monopoli menguasai pangsa pasar yang besar maka

perusahaan lain terhambat untuk bisa masuk ke bidang perusahaan

tersebut dan dapat juga mematikan usaha kecil.34

2.1.4 Karakteristik Monopoli

Gambaran keadaan pasar persaingan sempurna dalam dunia nyata sangat

sulit ditemui. Pasar yang paling sering kita jumpai adalah pasar struktur

persaingan tidak sempurna. Jenis paling ekstrim dari persaingan tidak sempurna

yang biasa ditemui adalah monopoli. Dalam bentuk yang paling mendasar,

monopoli diartikan sebagai monopoli murni (pure monopoly) yang memiliki tiga

(3) karakteristik utama35

, sebagai berikut :

(1) One seller occupies the entire market (suatu bentuk pasar dikatakan

sebagai monopoli, adalah hanya terdapat satu pelaku usaha dalam

pasar bersangkutan. Dalam hal ini, hanya terdapat satu pelaku usaha

yang menyediakan seluruh persediaan barang/jasa dalam pasar

bersangkutan.);

(2) The seller’s product is unique i.e., there are no close subtitute to

which consumers can turn (pelaku usaha yang berada dalam

kedudukan monopoli, yang selanjutnya disebut monopolis,

memproduksi barang/jasa yang unik, dimana tidak ada barang/jasa

34 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Kedua, (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 1994), hal. 177-178.

35

Victor Purba, Analisa Ekonomi Dari Hukum (Modul 1), (Jakarta : Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, 2005), hal. 66.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 32: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

20

Universitas Indonesia

yang dapat menggantikan barang/jasa yang dihasilkan oleh monopolis.

Oleh karena itu, monopolis tidak memiliki pesaing dalam pasar

bersangkutan.);

(3) Substantial barriers bar entry by other firms into the industry, and exit

is difficult (adanya hambatan masuk (barrier of entry)36

bagi pelaku

usaha baru untuk masuk ke dalam pasar bersangkutan. Dengan adanya

hambatan masuk yang diciptakan oleh monopolis, menyebabkan

pelaku usaha baru sulit atau bahkan tidak mungkin masuk dalam pasar

bersangkutan.)37

Dari ketiga karakteristik tersebut, entry barrier adalah penyebab paling

mendasar mengapa monopoli itu muncul. Entry Barrier bisa muncul dari beberapa

hal, namun entry barrier yang paling potensial berupa legal constraints yang

secara efektif dapat menghalangi perusahaan-perusahaan lain untuk dapat

berusaha di pasar tersebut atau berupa adanya pemberian property right yang

eksklusif bagi investor dari produk-produk baru sedangkan produk-produk baru

tersebut tidak ada barang subtitusinya. Entry Barrier yang lain adalah tidak

tersedianya bahan baku yang diperlukan atau tidak adanya saluran distribusi yang

mengakibatkan sulitnya bagi pengusaha tersebut untuk dapat masuk ke pasar

tersebut karena untuk masuk ke pasar tersebut biayanya sedemikian tinggi

sehingga menimbulkan keengganan bagi pelaku usaha lain yang menjadi pesaing

untuk masuk ke pasar.38

Apabila adanya kemudahan masuk ke dalam pasar, menyebabkan

penawaran atas barang/jasa menjadi meningkat dan akan meningkat pula jumlah

pelaku usaha dalam pasar tersebut. Akibatnya kontrol monopolis terhadap harga

36 William A. Mceachern, Ekonomi Mikro [Microeconomic], diterjemahkan oleh Sigit

Triandaru (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal. 132.

37

Ibid., hal. 58

38

Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, SH., “Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat”, (Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis Jurnal Hukum Bisnis

Volume 10, 2000), hal. 13.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 33: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

21

Universitas Indonesia

tidak lagi dapat dilakukan dan pasar akan berubah menjadi pasar yang

kompetitif.39

Pada kenyataannya bentuk monopoli murni (pure monopoly) sangatlah

jarang terjadi. Hal ini dikarenakan, adanya perkembangan ekonomi menyebabkan

tidak selalu monopoli terjadi ketika hanya terdapat satu pelaku usaha saja di

dalam pasar bersangkutan dan sangat sedikit produk yang tidak memiliki

barang/jasa subtitusi. Sehingga, yang dihadapi dalam kenyataannya adalah

struktur-struktur monopoli dimana pasar dikuasai oleh satu pelaku usaha, yang

pangsa pasarnya jauh lebih besar daripada pangsa pasar pesaing atau kelompok

pesaing lain dan pelaku usaha tersebut sanggup menguasai pasar bersangkutan.40

2.1.5 Jenis Monopoli

Monopoli dapat terjadi dalam setiap sistem ekonomi. Dalam sistem

ekonomi kapitalisme dan liberalisme, dengan instrumen adanya kebebasan pasar,

kebebasan keluar masuk tanpa larangan (restriction), serta informasi dan bentuk

pasar yang atomistic monopolistic telah melahirkan monopoli sebagai anak

kandungnya. Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya perusahaan-

perusahaan yang secara naluriah ingin mengalahkan pesaing-pesaingnya agar

menjadi yang paling besar. Dalam sistem ekonomi sosialisme dan komunisme,

monopoli juga terjadi dengan bentuk khas. Dengan nilai instrumental perencanaan

ekonomi yang sentralistik monistik dan pemilikan faktor produksi secara kolektif,

segalanya dimonopoli Negara dan diatur dari pusat.41

Dalam sistem ekonomi Pancasila yang diterapkan di Indonesia,

perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan, sehingga

menciptakan adanya bentuk monopoli yang berupa penguasaan sektor-sektor yang

menguasai hajat hidup orang banyak.42

Oleh karena itu, pada dasarnya monopoli

39 David N. Hyman, Modern Economics: Analysis and Applications (St. Louis: Times

Mirror/Mosby College Publishing, 1986), hal. 318.

40

Knud Hansen, et. Al., UU No. 5 Tahun 1999: UU Larangan Praktik monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat (Jakarta: Katalis, 2002), hal. 19.

41

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaya, Seri Hukum Bisnis: Persaingan Usaha (Jakarta:

PT. Rajagrafindo Persada, 1999), hal. 3.

42

Ibid., hal. 4.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 34: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

22

Universitas Indonesia

merupakan suatu hal yang wajar. Monopoli sudah merupakan suatu konsekuensi

logis atas pemilihan sistem-sistem ekonomi yang ada.

Adanya monopoli pun dapat terjadi dalam berbagai jenis. Pada umumnya,

pembagian jenis monopoli didasarkan pada bentuk dan cara yang dilakukan

monopolis untuk menciptakan barriers to entry ke dalam pasar bersangkutan. Hal

ini dikarenakan barriers to entry merupakan elemen yang paling penting untuk

menjaga kedudukan monopoli (menjaga pelaku usaha baru potensial untuk tidak

masuk ke dalam pasar). Beberapa jenis monopoli yang terjadi di dalam pasar

berdasarkan barriers to entry yang diciptakan oleh monopolis, yaitu :

a. Monopoli alami (natural monopoly)

Jenis monopoli yang pertama adalah monopoli alami (natural monoply).

Natural monopoly terjadi kalau economies of scale sangat mempersulit atau

tidak memungkinkan sama sekali bagi pelaku usaha lain masuk ke pasar

bersangkutan dan bersaing dengan monopolis. Dalam hal ini, natural monopoly

dilakukan secara tidak sengaja dan muncul dari sifat alamiah penawaran.

Sehingga, masuknya pelaku usaha baru sudah secara alamiah dihalangi.43

Pada umumnya terdapat dua (2) kemungkinan natural monopoly ini

terjadi. Pertama, adanya monopoli yang berada di tangan satu pelaku usaha

merupakan pemecahan yang paling efisien daripada menciptakan persaingan di

dalam pasar (lebih dari satu pelaku usaha).44

Hal ini dikarenakan, biaya

produksi akan jauh lebih murah apabila barang atau jasa tersebut diproduksi

oleh satu pelaku usaha saja dalam jumlah yang besar daripada diproduksi oleh

lebih dari satu pelaku usaha yang setiap pelaku usaha memproduksi dalam

jumlah yang lebih kecil. Dalam hal ini, pelaku usaha baru tidak dapat menjual

output dalam jumlah yang cukup untuk menikmati economies of scale.45

Sehingga, pada akhirnya hanya ada satu pelaku usaha yang akan muncul dari

43 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi

Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Bayumedia, 2007), hal. 40.

44

Knud Hansen, et. Al., UU No. 5 Tahun 1999: UU Larangan Praktik monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat (Jakarta: Katalis, 2002), hal. 20.

45

William A. Mceachern, Ekonomi Mikro [Microeconomic], diterjemahkan oleh Sigit

Triandaru (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal. 133.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 35: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

23

Universitas Indonesia

proses persaingan dan bertindak sebagai pelaku usaha tunggal di pasar

bersangkutan.46

Kedua, natural monopoly terjadi apabila hanya monopolis yang dapat

melakukan usaha di pasar bersangkutan. Misalnya apabila biaya usaha

(production cost) yang terlalu besar menyebabkan tidak ada pelaku usaha baru

yang mampu untuk masuk dalam pasar bersangkutan; atau apabila hanya

monopolis yang mengontrol seluruh sumber daya utama yang digunakan untuk

memproduksi barang/jasa; atau dapat pula diperoleh dengan mempertahankan

posisi tersebut melalui kemampuan prediksi dan naluri yang professional.47

b. Monopoli berdasarkan undang-undang (monopoly by law)

Jenis monopoli yang kedua adalah monopoli yang berdasarkan undang-

undang (monopoly by law). Jenis monopoli seperti ini terjadi kalau pemerintah

memberi izin kepada satu pelaku usaha tertentu untuk memonopoli suatu

bidang usaha dan tindakan monopoli tersebut dilindungi oleh undang-undang.

Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 (yang selanjutnya disebut UUD

1945) memberikan kemungkinan monopoli yang dilakukan oleh negara untuk

menguasai bumi dan air berikut kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

serta cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.48

Pemberian hak monopoli kepada Negara ditegaskan dalam Pasal 51 Undang-

Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Tidak Sehat.

Monopoli yang diperoleh melalui undang-undang yang pertama adalah

pemerintah melalui undang-undang memberikan hak istimewa dan yang kedua

perlindungan hukum dalam jangka waktu tertentu terhadap pelaku usaha yang

memenuhi syarat tertentu atas hasil riset dan inovasi yang dilakukan sebagai

hasil pengembangan teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia.49

Dengan

adanya perlindungan ini, mendorong penemu untuk menginvestasikan waktu,

46 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi

Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Bayumedia, 2007), hal. 40.

47

Ibid.

48

Ibid.

49

Ibid., hal. 41.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 36: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

24

Universitas Indonesia

tenaga dan uang untuk menemukan produk dan mengembangkan produk atau

menanggung biaya pengembangan produk baru, dan mengubah penemuan

menjadi produk yang bisa dipasarkan.50

c. Monopoli yang diperoleh melalui lisensi dengan menggunakan mekanisme

kekuasaan (monopoly by license)

Berdasarkan prinsip ekonomi, hal yang wajar apabila pelaku usaha

menginginkan keuntungan yang sebesar-bessarnya dengan pengorbanan

(modal dan biaya usaha) yang seminimal mungkin dalam menjalankan

usahanya. Namun dengan adanya pesaing-pesaing baru, menyebabkan

berkurangnya keuntungan yang mereka dapatkan. Oleh karena itu, pelaku

usaha akan cenderung melakukan tindakan-tindakan anti persaingan dalam

menjalankan usahanya dengan menciptakan barrier to entry bagi pelaku usaha

baru.51

Barrier to entry yang diciptakan oleh pelaku usaha, baik untuk

mendapatkan kedudukan monopoli maupun untuk mempertahankan kedudukan

monopolinya, seringkali dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur yang

dilakukan secara sendiri atau bekerja sama dengan para pelaku usaha lainnya.

Bentuk monopoli seperti ini sangat menghambat persaingan dan menyimpang

dari struktur pasar yang ada karena menyebabkan terjadinya pembentukan

pasar, pembagian pasar, dan penyalahgunaan kekuatan pasar (market power)

untuk menyingkirkan para pesaingnya keluar dari pasar. Setelah para pesaing

tersingkir dari pasar maka dengan sesukanya monopolis melakukan kontrol

atas harga.52

50 William A. Mceachern, Ekonomi Mikro [Microeconomic], diterjemahkan oleh Sigit

Triandaru (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal. 132.

51

Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi

Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Bayumedia, 2007), hal 41.

52

Ibid., hal. 44.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 37: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

25

Universitas Indonesia

2.1.6 Pengaturan Hukum Mengenai Monopoli

Monopoli seringkali dianggap sebagai struktur pasar yang tidak efisien.53

Monopolis membatasi output-nya (memproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit

dibandingkan dengan jumlah output yang seharusnya diproduksi dalam pasar

kompetitif) dan mengenakan harga yang tinggi bagi konsumen tanpa takut akan

kehilangan konsumennya.54

Jumlah output yang lebih sedikit ini disebabkan

karena apabila monopolis menambah jumlah output-nya satu unit saja maka hal

tersebut akan mengurangi keuntungan yang ia dapat. Oleh karena itu, monopolis

tidak akan menaikkan jumlah output-nya dan hak tersebut menyebabkan alokasi

terhadap sumber daya akan menjadi tidak efisien.

Pasal 17 Undang-Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat melarang kegiatan monopoli tersebut. Pasal

17 tersebut menyatakan sebagai berikut :

(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi

dan atau pemasaran barang atau jasa yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat.

(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan

penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau

jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:

a. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada

substitusinya; atau

b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke

dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama;

atau

53 J. Baumol dan Alan S. Blinder, Mircoeconomics: Principles and Policy (Orlando: The

Dryde Press, 1997), hal. 263.

54

William A. Mceachern, Ekonomi Mikro [Microeconomic], diterjemahkan oleh Sigit

Triandaru (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal 139.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 38: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

26

Universitas Indonesia

c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai

lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis

barang atau jasa tertentu.55

Dari isi pasal tersebut dapat ditafsirkan bahwa tidak semua monopoli

dilarang. Monopoli dilarang apabila mengakibatkan terjadinya praktek dan atau

persaingan usaha tidak sehat. Kondisi dimana monopoli yang dilarang adalah

kondisi yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan

usaha tidak sehat sebenarnya berlebihan. Dengan mengacu pada definisi yang

terdapat dalam Pasal 1 Undang-Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, sesungguhnya cukup disyaratkan

bahwa monopoli yang dilarang adalah yang mengakibatkan praktek monopoli.56

Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran yang dapat mengakibatkan

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat tersebut dapat terjadi antara lain

dengan cara (tetapi bukan satu-satunya cara) apa yang dapat kita sebut sebagai

presumsi monopoli.57

Presumsi monopoli tersebut menyatakan bahwa oleh hukum

dianggap telah terjadi suatu monopoli dan atau persaingan tidak sehat, kecuali

dapat dibuktikan sebaliknya, dalam hal terpenuhinya salah satu dari kreteria

berikut ini:

(1) Produk yang bersangkutan belum ada substitusinya;

(2) Pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha produk

yang sama;

(3) Pelaku usaha lain tersebut adalah pelaku usaha yang mempunyai

kemampuan bersaing yang signifikan dalam pasar yang bersangkutan;

55 Indonesia, Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat, Nomor 5 Tahun 1999, LN. No. 33 TLN. No. 3817. Pasal 17.

56

Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet. 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),

hal. 88.

57

Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat (Bandung:

PT. Citra aditya Bakti, 1999), hal. 76.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 39: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

27

Universitas Indonesia

(4) Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha telah menguasai lebih

dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar dari satu jenis produk

tertentu.58

Baik persaingan maupun monopoli memiliki aspek-aspek positif dan

negatif. Aspek positif dan negatif tersebut sebagian besar akan ditentukan oleh

tujuan yang diletakkan. Artinya, baik persaingan maupun monopoli dapat

dikatakan positif apabila didorang oleh tujuan yang positif pula. Misalnya,

monopoli yang ditujukan untuk melindungi sumber daya yang vital dari

eksploitasi banyak pihak yang semata-mata ingin mendapatkan keuntungan bisa

dianggap sebagai monopoli yang baik. Sebaliknya, persaingan buta yang

dilakukan tanpa memperhatikan lagi pertimbangan-pertimbangan ekonomi,

melainkan sekedar dilandasi oleh kehendak mematikan pesaing adalah persaingan

yang tidak baik.59

Untuk itu, tepat kalau dikatakan monopoli lebih merupakan

suatu instrumen daripada tujuan akhir.60

Dengan memandang monopoli sebagai satu instrumen, satu hal yang

relevan bagi suatu ekonomi adalah mengatur bagaimana instrumen itu digunakan.

Atau dengan kata lain, bagaimana monopoli diatur sehingga bisa menonjolkan

aspek-aspek positifnya. Ketika berbicara tentang pengaturan, berarti pemikiran

kita mulai memasuki domain hukum. Walaupun hukum bukan merupakan satu-

satunya instrumen yang memiliki kekuatan mengatur, secara luas dipahami bahwa

hukum adalah sarana pengatur yang memiliki kekuatan pemaksa yang memadai.

Dalam bidang usaha dikenal ada etika usaha yang menjadi code of conduct.

Meskipun demikian, kekuatan yang mendorong ditaatinya etika semacam itu lebih

terletak pada moralitas yang sering terkalahkan oleh kepentingan-kepentigan lain

yang dianggap lebih signifikan. Berbeda dari etika yang lebih banyak dimotori

oleh moralitas, hukum didorong oleh daya paksa yang lebih konkret berupa

58 Ibid., hal. 77.

59

Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet. 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),

hal. 23.

60

Kwik Kian Gie, Analisis Ekonomi Politik Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia & STIE

IBII, 1995), hal. 10.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 40: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

28

Universitas Indonesia

sanksi. Dengan begitu, kekuatan yang memaksa orang untuk menaati hukum

bukan sekedar moralitas, melainkan juga sanksi.61

Jadi pada dasarnya, tidak selalu monopoli bertujuan buruk, hal ini

terutama karena pada sektor-sektor strategis masih diperlukan adanya monopoli

sebagai suatu jalan untuk melindungi kepentingan yang lebih besar seperti

mensejahterakan rakyat. Baik berdampak positif maupun negatif, monopoli tetap

memerlukan pengaturan hukum. Peraturan hukum tersebut ditujukan agar tetap

menjaga adanya produksi yang efisien dan alokasi sumber daya yang efisien. Di

Indonesia, pengaturan hukum terhadap monopoli dilakukan dengan menggunakan

pendekatan “Kinerja – Perilaku -- Struktur”.62

Pendekatan ini menganalisis

berjalannya suatu proses pasar dengan mengetahui bahwa terdapat

hubungan/interaksi antara struktur (structure)63

, perilaku (conduct)64

, dan kinerja

(performance)65

dari pasar tersebut.

Ketiga unsur tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Dimana

konsumen berharap adanya kinerja pasar yang memberikan kesejahteraan kepada

mereka yang diperoleh jika perilaku pasar dari usaha pelaku usaha dan struktur

pasar mendukung kinerja pasar tersebut. Interaksi ketiga unsur tersebut akan

berpengaruh pada proses alokasi sumber daya ekonomi dan alokasi hasil produksi

kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Ketiga unsur tersebut juga dapat

dipengaruhi oleh kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Begitu pula

kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah juga dipengaruhi ketiga unsur tersebut.

2.2 Monopoli Negara

Negara mempunyai beberapa cara untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah

satunya dengan pembangunan ekonomi. Pembangunan adalah usaha untuk

61 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet. 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),

hal. 23.

62

Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat (Bandung:

PT. Citra aditya Bakti, 1999), hal. 25.

63

Legowo, Persaingan Usaha dan pengambilan Keputusan Manajerial (Jakarta: UI

Depok, 1996), hal. 27.

64

Ibid., hal. 28.

65

Ibid.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 41: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

29

Universitas Indonesia

mencapai suatu perubahan ke arah yang jauh lebih baik dengan berbagai bentuk

perbaikan di dalam segala bidang kehidupan bangsa dengan tujuan memakmurkan

rakyatnya. Indonesia salah satu Negara yang sedang berkembang juga

melaksanakan pembangunan di berbagai sektor kehidupan termasuk ekonomi

dengan tujuan agar Indonesia dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan

makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. UUD 1945 yang

merupakan konstitusi Negara Republik Indonesia, mengatur segala aspek

kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Termasuk di dalamnya adalah

masalah perekonomian. Pada amandemen konstitusi, bidang ekonomi secara tegas

dan jelas dimasukkan beberapa ayat tambahan yang menunjukkan peran Negara

yang semakin kuat, khususnya dalam Pasal 33 UUD 1945 yang mengatur

mengenai peran Negara dalam menguasai komoditas-komoditas utama yang

menyangkut kepentingan rakyat.

Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah merupakan

usaha untuk mensejahterakan rakyat dan pada dasarnya sejalan denga UUD 1945

Pasal 33 ayat (1) sampai dengan ayat (4) yang menyebutkan bahwa:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta

dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional.66

Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia yang diamanatkan

oleh konstitusi dilaksanakan dengan segenap potensi yang ada di masyarakat.

66 Gunarto Suhardi, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, (Yogyakarta:

Universitas Atma Jaya, 2002), hal. 12.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 42: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

30

Universitas Indonesia

Pasal 33 UUD 1945 itu adalah sendi utama bagi politik perekonomian dan politik

sosial Republik Indonesia.67

Sistem ekonomi yang dianut oleh Indonesia yaitu sistem ekonomi

Pancasila, menurut Gunawan Sumodiningrat ekonomi Pancasila itu sendiri dapat

disamakan dengan ekonomi campuran. Sistem ekonomi campuran pada dasarnya

merupakan perpaduan antara sistem ekonomi sosialis yang bercirikan

komunalistik dengan sistem ekonomi liberal yang mendukung kapitalistik. Sistem

ekonomi campuran mencoba untuk menghilangkan ciri-ciri negatif sistem

liberalisme dan sosialisme.68

Sistem ekonomi campuran mewajibkan pemerintah dan swasta untuk

saling bekerja berdampingan. Pemerintah tetap memegang peranan penting

terhadap kegiatan ekonomi yang menguasai hajat hidup dan kepentingan orang

banyak. Karena hal itu merupakan amanat dari UUD 1945. Interaksi para pelaku

ekonomi terjadi di dalam pasar dengan campur tangan pemerintah melalui

berbagai kebijakan. Kebijakan tersebut merupakan bentuk dan intervensi

pemerintah terhadap pasar, agar pengalokasian sumber-sumber produksi secara

lebih terarah, efektif dan efisien. Hal ini perlu dilakukan oleh pemerintah untuk

menjamin kepentingan masyarakat secara keseluruhan berdasarkan nilai-nilai

keadilan sosial dan menciptakan demokrasi ekonomi yang tercantum dalam

Undang-Undang Dasar 1945.

Dari sudut pandang lain, Sri Rejeki Hartono berpendapat bahwa asas

campur tangan Negara terhadap kegiatan ekonomi merupakan salah satu dari tiga

asas penting yang dibutuhkan dalam rangka pembinaan cita-cita hukum dari asas-

asas hukum nasional ditinjau dari aspek hukum Dagang dan Ekonomi.69

Menurut

pendapatnya, mengingat bahwa tujuan dasar kegiatan ekonomi adalah untuk

mencapai keuntungan dan untuk mencapai sasaran tersebut pelaku usaha akan

terdorong untuk melakukan penyimpangan bahkan kecurangan yang dapat

merugikan pihak tertentu, kegiatan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat

67 Mohammad Hatta, Pengertian Pancasila, (Jakarta: Idayu, 1981), hal. 36.

68

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Persaingan Usaha, cetakan

ketiga, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hal. 4.

69

Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi

Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Bayumedia, 2007), hal. 35.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 43: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

31

Universitas Indonesia

membutuhkan campur tangan negara agar menjaga keseimbangan kepentingan

semua pihak dalam masyarakat, melindungi kepentingan produsen dan konsumen,

sekaligus melindungi kepentingan negara dan kepentingan umum terhadap

kepentingan perusahaan atau pribadi.

Negara melalui Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa cabang-

cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang

banyak dikuasai oleh Negara. Berdasarkan penjelasan Pasal 33 UUD 1945, alasan

mengapa penguasaan oleh Negara tersebut diperlukan adalah perekonomian

berdasarkan atas asas demokrasi ekonomi, yang berarti kemakmuran bagi semua

orang. Melalui penjelasan ini cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara

dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh Negara. Karena

apabila tidak, hanya orang-orang berkuasa yang akan bisa menikmati produksi-

produksi penting ini dan rakyat akan banyak yang tertindas, oleh karena itu hanya

perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan

perseorangan.

Hal prinsip dalam Ekonomi Pancasila adalah adanya kekuasaan tunggal

yaitu Negara yang merepresentasikan rakyat sebagai pemegang kedaulatan untuk

menguasai dan mengatur perekonomian, yang menyangkut kepentingan hajat

hidup orang banyak. Negara berkepentingan menjamin rakyatnya bebas dari

tindakan sewenang-wenang oleh suatu pihak yang semata-mata bertujuan hanya

untuk mengeksploitasi rakyat secara ekonomi. Penguasaan kegiatan ekonomi yang

menyangkut hajat hidup orang banyak oleh negara perlu diberikan definisi yang

jelas sehingga tidak menimbulkan multi-tafsir dan tidak berdampak pada

terganggunya mekanisme pasar yang sehat. Untuk menghindari hal itu maka

diperlukan aturan untuk memandu tindakan monopoli dan pemusatan kegiatan

produksi dan distribusi sebagai refleksi hak menguasai Negara dalam

perekonomian agar dapat dilaksanakan tanpa menimbulkan kerugian bagi pihak

manapun yaitu dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.70

70 Adi Wibowo, “Analisa Yuridis Tentang Monopoli Negara atas Pengelolaan air Bersih

Di Wilayah DKI Jakarta Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha” (Tesis Program Pasca Sarjana

Hukum Universitas Indonesia, Depok: Juli 2008), hal. 31.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 44: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

32

Universitas Indonesia

Terdapat perbedaan antara konsep monopoli Negara dengan konsep

monopoli yang dilakukan oleh pelaku usaha swasta. Monopoli yang dilakukan

oleh swasta muncul sebagai akibat perilaku pasar sedangkan monopoli Negara

muncul sebagai akibat pengaturan (melalui regulasi atau undang-undang yang

mengaturnya) dan tugas yang diembannya. Selain itu, berbeda dengan monopoli

swasta yang bertujuan untuk memperbesar keuntungan dan memperluas wilayah

pemasaran, monopoli Negara bertujuan untuk memberikan layanan sebagaimana

tugas dan peran Negara kepada rakyatnya.71

Konsep monopoli Negara adalah

untuk pelayanan bagi masyarakatnya tetapi bukan berarti tidak dapat menarik

keuntungan atau Negara menjadi merugi. Yang diutamakan adalah kepentingan

rakyat, diharapkan dengan memperoleh keuntungan yang cukup dapat memajukan

fasilitas pelayanan yang ditujukan untuk rakyat sebagai konsumen. Seperti yang

tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi “Semua cabang-cabang

produksi penting yang berkenaan dengan hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh

Negara untuk sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.”72

Ketentuan pasal

tersebut dimaksudkan untuk melindungi rakyat dari potensi timbulnya

ketidakadilan dan penindasan secara ekonomi oleh golongan tertentu yang

menguasai ekonomi. Dengan demikian UUD 1945 sejak awal memang telah

mengistruksikan adanya proteksi terhadap bidang-bidang perekonomian tertentu.

Perlindungan terhadap bidang-bidang perekonomian tertentu ini bertujuan untuk

menjaga rakyat banyak dari ketidakadilan akibat motif-motif ekonomi dan motif

lainnya.73

Karena fungsi Negara adalah antara lain untuk melindungi, melayani

dan memakmurkan rakyat. Dalam konteks ekonomi campuran, Friedman

menguraikan empat fungsi Negara, yaitu :

1. Negara sebagai penyedia (provider) dalam kapasitas tersebut dilaksanakan

upaya untuk memenuhi standar minimal yang diperlukan masyarakat

71 Tadjuddin Noer Said, “Monopoli Negara Dalam Perspektif Kebijakan Persaingan”,

http://www.kppu.go.id, diakses 20 April 2012 pukul 19.31.

72

Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, pasal 33.

73

Sulaiman Hartono, “Analisa Tentang Monopoli Oleh Negara Di Bidang

Ketenangalistrikan” (Tesis Program Pasca Sarjana Hukum Universitas Indonesia, Depok: 2006),

hal. 16-17.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 45: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

33

Universitas Indonesia

dalam rangka mengurangi dampak pasar bebas yang dapat merugikan

masyarakat;

2. Negara sebagai pengatur (regulator) untuk menjamin ketertiban agar tidak

muncul kekacauan;

3. Campur tangan langsung dalam perekonomian (enterpreneur) melalui

BUMN, karena bidang usaha tertentu yang vital bagi masyarakat, namun

tidak menguntungkan bagi usaha swasta atau usaha yang berhubungan

dengan kepentingan pelayanan publik (public service);

4. Fungsi Negara sebagai pengawas (umpire) yang berkaitan dengan berbagai

produk aturan hukum untuk menjaga ketertiban dan keadilan sekaligus

bertindak sebagai penegak hukum.74

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Tidak Sehat tidak bertujuan untuk menghukum pelaku usaha

melakukan monopoli tetapi bertujuan untuk menghukum perilaku pelaku usaha

yang menjalankan bisnisnya secara tidak sehat. Di dalam suatu larangan yang

diatur oleh undang-undang biasanya memiliki pengecualian, demikian juga dalam

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Tidak Sehat. Pada dasarnya pelaku usaha dilarang melakukan

persaingan tidak sehat tetapi untuk perilaku-perilaku tertentu tetap ada

pengecualian. Pengecualian-pengecualian yang tersebut diatur dalam Pasal 50 dan

Pasal 51. Pasal 50 yaitu:

a. Perbuatan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual

seperti lisensi, paten, merek, hak cipta, desain produk industri,

rangkaian elektronik terpadu dan rahasia dagang, serta

perjanjian yang berkaitan dengan waralaba.

c. Perjanjian penetapan standar teknis produk barang atau jasa

yang tidak mengekang dan atau menghalangi pesaingan.

74 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi

Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Bayumedia, 2007), hal. 36.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 46: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

34

Universitas Indonesia

d. Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat

ketentuan untuk memasok kembali barang atau jasa dengan

harga yang lebih rendah daripada harga yang telah

diperjanjikan.

e. Perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau

perbaikan standar hidup masyarkat luas.

f. Perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh pemerintah

Indonesia.

g. Perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk mengekspor

yang tidak mengganggu kebutuhan dan atau pasokan dalam

negeri.

h. Pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil.

i. Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk

melayani anggotanya.75

Dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Negara diberikan

legitimasi untuk melakukan monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang

berkaitan dengan produksi dan atau distribusi yang menguasai hajat hidup orang

banyak serta cabang produksi penting bagi Negara. Apabila merujuk pada Pasal 1

angka 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dimaksud dengan monopoli

adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas

penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.

Sementara itu, Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memberikan

pengertian pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan secara nyata atas

suatu pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha, sehingga dapat

menentukan harga barang dan atau jasa. Pasal 51 mengatur mengenai monopoli

yang dilakukan oleh pemerintah yang isinya sebagai berikut:

75 Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat, UU No.5 tahun 1999, LN No.33 Tahun 1999, TLN No. 3817, Pasal 50.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 47: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

35

Universitas Indonesia

“Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan

produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai

hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang

penting bagi Negara diatur dengan undang-undang dan

diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan atau

badan atau lembaga yang ditunjuk atau dibentuk oleh

pemerintah.”76

Monopoli atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan dan

atau pemasaran barang dan atau jasa tersebut diatur dengan undang-undang

tersendiri, artinya hal tersebut telah dikecualikan dari ketetapan larangan dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dapat

diuraikan dalam beberapa unsur sebagai berikut :

1. Monopoli

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

definisi monopoli adalah :

“Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan

atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha

atau satu kelompok usaha.”77

Berdasarkan definisi tersebut, monopoli pada dasarnya menggambarkan

suatu keadaan penguasaan pelaku usaha atas barang dan atau jasa tertentu

yang dapat dicapai tanpa harus melakukan ataupun mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Definisi tersebut tidak secara kaku berpegang pada gagasan bahwa

monopoli hanya bisa dilakukan oleh satu pelaku usaha. Beberapa pelaku

usaha yang tergabung dalam satu kelompok pun dimungkinkan untuk

76 Ibid., Pasal 51.

77

Ibid., Pasal 1 angka 1.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 48: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

36

Universitas Indonesia

melakukan monopoli.78

Istilah monopoli tidak mengindikasikan negatif

atau positif.

2. Pemusatan Kegiatan

Unsur pemusatan kegiatan dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat dapat didefinisikan sebagai pemusatan kekuatan ekonomi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, yaitu:

“Penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh

satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan

harga barang dan atau jasa.”79

Berdasarkan definisi tersebut, pemusatan kegiatan pada dasarnya

menggambarkan suatu keadaan penguasaan yang nyata atas suatu pasar

bersangkutan yang dicerminkan dari kemampuannya dalam menentukan

harga yang dapat dicapai oleh satu atau lebih pelaku usaha tanpa harus

melakukan ataupun mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat. Secara substansial istilah pemusatan kegiatan

hampir sama dengan istilah monopoli. Istilah monopoli lebih ditekankan

pada penguasaan produksi dan pemasaran, sedangkan istilah pemusatan

kegiatan lebih ditekankan pada penguasaan nyata atas pasar bersangkutan

yang disertai dengan kekuatan untuk menentukan harga (pricing power).

Sama seperti istilah monopoli, istilah pemusatan kegiatan tidak

diindikasikan negatif atau positif.80

78 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet. 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),

hal. 77.

79

Indonesia, Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat, UU No.5 tahun 1999, LN No.33 Tahun 1999, TLN No. 3817,, Pasal 1 angka

3.

80

Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet. 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),

hal. 77-78.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 49: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

37

Universitas Indonesia

3. Produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat

hidup orang banyak.

Unsur ini memiliki deviasi materi muatan yang sama dengan Pasal 33 ayat

(2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa cabang-cabang produksi yang

penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak apabila

memiliki fungsi, yaitu:

a. Fungsi alokasi, yang ditujukan pada sumber daya alam Negara yang

bermanfaat bagi kepentingan umum;

b. Fungsi distribusi, yang diarahkan pada pelayanan publik dan

pemerataan pembangunan yang bersifat vital untuk menjamin

ketersediaan barang dan jasa skala yang tetap dan menjamin produksi

barang dan jasa secara efisien jika dikelola Negara;

c. Fungi stabilisasi, yang berkaitan dengan pertahanan keamanan,

moneter, dan fiskal yang mengharuskan peraturan dan pengawasan

khusus.81

4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara

Monopoli Negara dimungkinkan apabila barang dan atau jasa yang

dimonopoli oleh Negara merupakan cabang produksi yang dinilai penting

bagi Negara dengan tujuan pelayanan publik. Ketentuan ini juga

merupakan deviasi Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 yang pada hakikatnya

barang dan atau jasa yang terkait dengan unsur ini harus bersifat:

a. Strategis, yaitu cabang produksi atas barang dan atau jasa yang

menyangkut pertahanan keamanan Negara secara langsung dalam

rangka melindungi kepentingan Negara dan kesatuan bangsa;

b. Finansial, yaitu cabang produksi yang berkaitan erat dengan

pembuatan barang dan atau jasa untuk menstabilkan moneter dan

jaminan perpajakan dan sektor jasa keuangan yang dimanfaatkan

untuk kepentingan umum.82

81 Tadjuddin Noer Said, “Monopoli Negara Dalam Perspektif Kebijakan Persaingan”,

http://www.kppu.go.id, diakses 20 April 2012 pukul 19.31.

82

Ibid.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 50: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

38

Universitas Indonesia

Tetapi pada hakekatnya, Negara mempunyai kewajiban memakmurkan

rakyatnya. Selain dari 2 (dua) sifat di atas, harus diingat juga kepentingan

untuk mensejahterakan rakyat. Sifat finansial sebenarnya kurang tepat,

karena esensi dari monopoli Negara bukanlah profit-oriented melainkan

benefit-oriented. Boleh mendapatkan keuntungan tetapi keuntungan yang

diperoleh seharusnya digunakan untuk mengembangkan fasilitas rakyat.

5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Monopoli negara juga dimungkinkan selama monopoli atas suatu

bidang usaha tertentu diselenggarakan oleh BUMN. Dalam rangka

menciptakan perekonomian yang stabil, pemerintah ikut berperan aktif

tidak hanya sebagai regulator atau pengawas tetapi sebagai pelaku usaha83

yaitu dengan mendirikan Badan Usaha Milik Negara. Di samping itu,

setelah Indonesia merdeka, terdapat cabang-cabang penting seperti

pertambangan, perminyakan, tenaga listrik, komunikasi dan transportasi

yang butuh investasi besar dan tidak dapat dikelola secara penuh oleh

swasta. Pendirian BUMN pada saat itu tidak hanya untuk mencari

keuntungan tetapi juga untuk membantu meningkatkan perekonomian dan

melayani kepentingan publik84

atau dikatakan menyediakan pelayanan

publik.

Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oeh Negara melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.85

BUMN

ada terdiri dari dua jenis, yaitu perusahaan perseroan yang berbentuk

perseroan terbatas dengan modal terbagi dalam saham yang seluruh atau

paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia

dengan tujuan utamanya mengejar keuntungan, dan Perusahaan Umum

83 Riant Nugroho D dan Ricky Siahaan, BUMN Indonesia, Isu, Kebijakan dan Strategi,

(Jakarta: PT. Elex Media Computindo, 2006), hal. 5.

84

Budi Agus Riswadi, Percepatan Implementasi GCG Dalam Pengelolaan BUMN

Strategis dan Upaya Pemberantasan Korupsi di Badan Usaha Milik Negara, Jurnal Keadilan Vol.

2-No. 1, 2005/2006, hal.8.

85

Indonesia, Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara, UU No.19 tahun

2003, LN No.70 Tahun 2003, TLN No. 4297, Pasal 1 angka 1.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 51: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

39

Universitas Indonesia

yang merupakan BUMN dengan modal dimiliki Negara dan tidak terbagi

atas saham yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar

keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Berdasarkan hal

tersebut maka dapat dikatakan BUMN merupakan percampuran tangan

dari Negara dalam berbisnis karena peran dan pengaruh Negara sangat

besar dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang tujuan utamanya

adalah untuk kesejahteraan masyarakat.

BUMN memiliki karakteristik istimewa yang tidak dimiliki oleh

badan usaha lain, yang dirumuskan sebagai: “A corporation clothed with

the power of government but possessed the flexibility an initiative of a

private enterprise” (suatu badan usaha yang “berbaju” pemerintah tetapi

mempunyai fleksibilitas dan inisiatif sebagai perusahaan swasta).86

Inti

dari konsep BUMN adalah public purpose, yang telah dijabarkan

sebelumnya yaitu tujuan pemerintah untuk mencapai cita-cita

pembangunan baik sosial, politik dan ekonomi bagi kesejahteraan bangsa

dan Negara.

Pemerintah di Negara manapun seringkali terlibat dalam

perekonomian, baik dalam aktivitas produksi, distribusi hingga konsumsi

dimana untuk itu sering dibentuk suatu badan usaha milik negara.87

Berbeda dengan swasta yang selalu mencari keuntungan, BUMN tidak

sekedar mencari keuntungan semata. BUMN dirancang untuk suatu tujuan

tertentu, yaitu menciptakan lapangan kerja, pengembangan daerah,

merintis sektor yang belum dimasuki swasta, menyediakan fasilitas semi

publik dan lain-lain. Singkatnya, tujuan BUMN adalah untuk

memaksimalkan kesejahteraan masyarakat dan memaksimumkan tujuan

tersebut, termasuk memungkinkan memperoleh keuntungan maksimal.88

86 Pandji Anoraga, BUMN, Swasta dan Koperasi, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,

1995), hal. 2.

87

Syamsul Hadi, Rio Syarial Jaslim, dkk, Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF,

(Jakarta: Granit, 2004), hal. 218-219.

88

Edy Suandi Hamid dan M. B. Hendra Ario, Ekonomi Indonesia Memasuki Milenium

III, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hal. 91.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 52: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

40

Universitas Indonesia

Di Indonesia peranan BUMN tidak hanya sebatas pengelolaan

sumber daya alam dan produksi barang yang meliputi hajat hidup orang

banyak, tetapi juga berbagai kegiatan produksi dan pelayanan yang

merupakan porsi swasta.89

Negara memainkan peranan penting secara

langsung dan tidak langsung dalam kehidupan ekonomi untuk menghindari

dampak eksternal dan khusus dampak sampingan bagi lingkungan alam

dan lingkungan sosial. Salah satu peran BUMN selama ini adalah sebagai

pelaksana pelayanan publik, menjadi kekuatan penyeimbang di dalam

berbagai tingkat kegiatan perekonomian baik di dalam negeri maupun

dalam hubungannya dengan luar negeri. Dalam hal ini, termasuk

peranannya di dalam menciptakan kemitraan dengan para pelaku usaha

dengan skala kecil, menengah dan koperasi.90

Terdapat 2 (dua) pihak yang sangat berkepentingan terhadap

keberadaan BUMN saat ini, yaitu Pemerintah dan Masyarakat.91

Menurut

Faisal Basri, terdapat 5 (lima) faktor yang melatarbelakangi keberadaan

BUMN di Indonesia, yaitu:

a. Pelopor atau perintis karena swasta tidak tertarik untuk

menggelutinya;

b. Pengelola bidang-bidang usaha yang strategis dan pelaksana

pelayanan publik;

c. Penyeimbang kekuatan-kekuatan besar;

d. Sumber pendapatan Negara;

e. Hasil dari nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda.92

Dari kelima latar belakang tersebut, dapat dibedakan sifat BUMN yang

ada di Indonesia, antara lain:

a. BUMN sebagai pelopor atau perintis

89 Gunarto Suhardi, Revitalitasi BUMN, (Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya

Yogyakarta,2007), hal.15.

90

Sandra Firmania, Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada BUMN, (Tesis

Magister Universitas Indonesia, Jakarta, 2006), hal. 30.

91

Ibid.

92

Faisal Basri, Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan

Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002), hal. 268.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 53: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

41

Universitas Indonesia

Atas pertimbangan kesejahteraan rakyat banyak, untuk barang atau

jasa yang vital dan menguasai hajat hidup orang banyak, dimana tidak

ada swasta yang berminat untuk menanganinya, barang dan jasa yang

bersangkutan diadakan oleh Negara agar rakyat banyak dapat

menikmati barang atau jasa yang bersifat vital tersebut. Ukuran vital

atau tidaknya suatu barang dan jasa sangat relatif sehingga dapat

dikaitkan dengan faktor lain, yaitu apakah barang dan jasa yang

bersangkutan dapat diproduksi dengan kualitas yang baik dan

harganya terjangkau. Berdasarkan eksklusifitasnya (apakah suatu

barang atau jasa hanya dapat dinikmati oleh satu orang saja) dan

derajat kehabisannya (apakah suatu barang atau jasa habis

terkonsumsi atau tidak setelah terjadinya transaksi ekonomi), Howlett

dan Ramesh membedakannya ada empat macam barang atau jasa:93

Barang atau jasa privat;

Ini adalah barang atau jasa yang derajat eksklusifitas dan derajat

keterhabisannya sangat tinggi, misalnya: makanan atau jasa potong

rambut yang dapat dibagi-bagi untuk beberapa pengguna, tetapi

kemudia tidak tersedia lagi untuk orang lain apabila telah di

konsumsi oleh seorang pengguna.

Barang atau jasa publik;

Ini adalah barang atau jasa yang derajat eksklusifitas dan derajat

keterhabisannya sangat rendah, misalnya penerangan jalan atau

keamanan, yang tidak dibatasi penggunaannya dan tidak habis

meskipun telah dinikmati oleh banyak pengguna.

Peralatan publik

Peralatan publik ini sering disebut juga barang atau jasa publik,

yaitu barang atau jasa yang tingkat eksklusifitasnya tinggi, tetapi

tingkat keterhabisannya rendah, misalnya barang atau jasa

semipublik antara lain jembatan atau jalan raya tetap masih dapat

dipakai oleh pengguna, tetapi yang memungkinkan untuk

dilakukan penarikan biaya kepada setiap pemakai.

93 Arif Setiawan, Manajemen Pelayanan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal.7.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 54: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

42

Universitas Indonesia

Barang atau jasa milik bersama;

Adalah barang atau jasa yang tingkat eksklusifitasnya rendah,

tetapi mungkin tingkat keterhabisannya tinggi. Contoh dari barang

atau jasa milik bersama adalah ikan di laut yang kuantitasnya

berkurang setelah terjadinya pemakaian, tetapi yang tidak mungkin

untuk dilakukan penarikan biaya secara langsung kepada orang

yang menikmatinya.

BUMN ditunjuk sebagai badan usaha pelopor atau perintis atas

suatu usaha diharapkan dengan begitu para pelaku usaha swasta dapat

ikut terjun dalam usaha tersebut. Awalnya BUMN tersebut merupakan

pelaku usaha satu-satunya di dalam bidang tersebut, tetapi

dimungkinkan pelaku usaha swasta lainnya masuk. Kalau sudah

banyak pelaku usaha swasta yang masuk berarti ada kompetisi yang

tujuannya mencari profit, berarti harus tunduk dengan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli

Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai peraturan perundang-

undangan yang berlaku terhadap persaingan usaha.

b. BUMN sebagai pelaksana pelayanan publik (public services)

Tidak dapat dibantah bahwa BUMN dibentuk karena satu alasan

mutlak yaitu bahwa untuk produk atau jasa tertentu, dalam kondisi

dan situasi tertentu, memang harus diadakan oleh pemerintah.94

Salah

satu kondisi yang memaksa pemerintah mendirikan dan memiliki

BUMN adalah karena barang dan jasa yang penting dan menguasai

hajat hidup orang banyak tersebut, sangat mempengaruhi

kesejahteraan rakyat, hanya dapat diadakan dengan merugi. Ini

disebabkan karena harga pokok produksi barang tersebut memang

sangat tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh rakyat banyak.95

Ini

berkaitan dengan pelayanan publik. Salah satu fungsi BUMN adalah

melaksanakan pelayanan publik.

94 Kwik Kian Gie, Gonjang-Ganjing Ekonomi Indonesia: Badai Belum Akan Segera

Berlalu, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998), hal. 358.

95

Ibid. hal. 360.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 55: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

43

Universitas Indonesia

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat diartikan sebagai

segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik

maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab

dan dilaksanakan oleh instasi pemerintah di pusat, di daerah dan di

lingkungan BUMN/BUMD, dalam rangka upaya pemenuhan

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelakasanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.96

Berdasarkan organisasi yang

menyelenggarakan pelayanan publik atau pelayanan umum dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh

organisasi publik; dan

b. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan

organisasi privat. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang

diselenggarakan oleh organisasi privat ini dibedakan lagi menjadi

yang bersifat primer dan yang bersifat sekunder.97

Perbedaan antara jenis-jenis pelayanan publik atau pelayanan

umum tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh privat. Ini adalah

semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan

oleh swasta, misalnya rumah sakit swasta, perguruan tinggi swasta,

perusahaan pengangkutan milik swasta.

2. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan

bersifat primer. Ini adalah semua penyediaan barang atau jasa

publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang didalamnya

pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna

atau klien mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya

pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan pelayan

perizinan.

96 Arif Setiawan , “Reformasi Birokrasi Terhadap Pelayanan Publik”, (Skripsi Program

Sarjana Hukum, Depok: 2007), hal. 79.

97

Ibid., hal. 9.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 56: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

44

Universitas Indonesia

3. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan

bersifat sekuder. Ini adalah segala bentuk penyediaan barang atau

jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di

dalamnya pengguna atau klien tidak harus mempergunakannya

karena ada beberapa penyelenggara pelayanan, misalnya program

asuransi tenaga kerja, program pendidikan dan pelayanan yang

diberikan oleh BUMN.98

Ada lima karakteristik yang dapat dipakai untuk membedakan

jenis-jenis penyelenggara pelayanan publik tersebut, yaitu:

1. Adaptabilitas layanan;

Ini berarti derajat perubahan layanan sesuai dengan tuntutan

perubahan yang diterima oleh pengguna.

2. Posisi tawar pengguna atau klien;

Semakin tinggi posisi tawar pengguna atau klien, maka akan

semakin tinggi pula peluang pengguna untuk meminta pelayanan

yang lebih baik.

3. Tipe pasar;

Karakteristik ini menggambarkan jumlah penyelenggara pelayanan

yang ada dan hubungannya dengan pengguna atau klien.

4. Locus control;

Karakteristik ini menjelaskan siapa yang memegang kontrol atas

transaksi, apakah pengguna ataukah penyelenggara pelayanan.

5. Sifat pelayanan.

Hal ini menunjukkan kepentingan pengguna atau penyelenggara

pelayanan yang lebih dominan.99

Dari penjelasan mengenai pelayanan publik di atas, kita dapat

mengetahui pelayanan publik seperti apa yang dilakukan oleh

pemerintah. Pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah

berbeda dengan pelayanan publik yang dilakukan oleh swasta. Dalam

98 Ibid., hal.10

.

99

Ibid.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 57: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

45

Universitas Indonesia

pelayanan publik yang diselenggarakan swasta, adaptabilitas

pelayanan sangat tinggi. Apabila keinginan pengguna tidak direspon,

maka pengguna akan beralih kepada penyelenggara pelayanan yang

lain. Jelas sekali bahwa locus control ada di pihak pengguna atau

klien. Dengan demikian sifat pelayanannya adalah pelayanan yang

dikendalikan oleh pengguna.100

Dalam penyelenggaraan pelayanan

publik oleh pemerintah dan bersifat primer, adaptabilitas sangat

rendah, intervensi pemerintah sangat tinggi, dan locus control juga

ada di tangan pemerintah. Konsekuensinya, posisi tawar pengguna

sangat rendah dan sifat pelayanannya ditentukan oleh pemerintah.

Sedangkan bentuk pasarnya adalah monopoli.101

Bila bentuk pasar

monopoli terjadi karena menyangkut hajat hidup orang banyak, maka

bentuk pasar ini dikecualikan sesuai dengan Pasal 51 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Praktek di banyak Negara menunjukkan bahwa banyak BUMN

beroperasi tidak efisien dan justru menjadi beban Negara. Hal ini telah

mendorong dilakukannya privatisasi dan korporasi sebagaimana juga yang

dianjurkan oleh Bank Dunia dan IMF sejak tahun 1980-an. Korporasi

merupakan proses dimana aktivitas perdagangan atau komersial suatu

departemen pemerintah dipisahkan dari kegiatan non komersial serta

ditempatkan pada oraganisasi yang bertujuan mencari keuntungan.

Privatisasi adalah melepas sebagian atau seluruh saham pemerintah kepada

swasta baik secara langsung maupun melalui pasar modal. Dasar

pemikiran privatisasi adalah bahwa swasta cenderung lebih efisien

dibandingkan pemerintah sehingga peran pemerintah dalam BUMN

seringkali menyebabkan ekonomi biaya tinggi.102

100 Ibid., hal. 11.

101

Lijan Poltak Sinambela, “Reformasi Pelayanan Publik”, (Jakarta: Bumi Aksara,

2006), hal.6.

102

Erna wahyuni, S. Msi., Drs Tomo HS, M.Si., dkk, Kebijakan & Manajemen

Privatisasi BUMN/BUMD, (Yogyakarta: penerbit YPAPI, tanpa tahun), hal.6.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 58: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

46

Universitas Indonesia

Melalui berbagai tujuan hukum persaingan, efisiensi ekonomi,

kesetaraan dalam kesempatan masuk ke pasar, dan pengurangan regulasi

pemerintah akan menciptakan tidak hanya konsentrasi pasar yang berada

pada beberapa pelaku usaha, menciptakan pembatasan pada kerjasama

antara pesaingan yang memberikan kesempatan untuk berkolusi,

mendahulukan kepentingan konsumen dengan mengajak manufaktur

memberikan konsumen produk dan jasa yang mereka inginkan, dan

menekan biaya produksi serta meneruskan keuntungan proses ini pada

konsumen.103

Konsentrasi pasar sebetulnya tidaklah selalu berakibat buruk bagi

suatu perekonomian, sepanjang industri atau pelaku usaha tersebut dapat

bekerja secara efisien dan tidak memanfaatkan konsentrasi yang tinggi

untuk mengeksploitasi konsumen dengan harga produk yang tinggi. Hal ini

umumnya dapat terjadi bila konsentrasi tersebut diperoleh melalui suatu

proses persaingan yang sehat yang melahirkan hanya satu atau beberapa

perusahaan saja yang mendominasi pasar. Namun demikian, persoalan

yang sering muncul adalah terjadinya konsentrasi yang berbentuk

monopoli atau oligopoli karena berbagai perlindungan ataupun fasilitas

dari birokrasi serta adanya kolusi bisnis yang mempersempit atau

menghalangi masuknya pesaing-pesaing baru ke dalam pasar. Dengan

demikian, persaingan usaha yang sehat juga bertujuan untuk menghindari

terjadinya inefesiensi perekonomian, termasuk terhadap pelaku usaha

ataupun BUMN yang terlihat dari kinerja usaha yang dihasilkan untuk

dapat bersaing secara sehat guna mendapatkan pangsa pasar.

Dalam hukum persaingan, BUMN adalah salah satu subjek

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai pelaku usaha yang

melakukan kegiatan ekonomi di wilayah hukum Indonesia. Kegiatan

BUMN yang cenderung berkaitan dengan kegiatan monopoli tentu saja

harus berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

103 Nigrum Natasya Sirait, Asosiasi & Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Medan: Pustaka

Bangsa Press, 2003), hal. 9.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 59: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

47

Universitas Indonesia

6. Badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah

Selain BUMN, monopoli Negara juga dimungkinkan dilakukan

oleh lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah. Badan usaha

milik swasta yang ditunjuk oleh pemerintah adalah perusahaan-perusahaan

yang menurut bentuk luarnya memang merupakan badan usaha milik

swasta, akan tetapi berada di bawah tanggung jawab Negara. Intensitas

kemungkinan intervensi Negara terhadap kegiatan pelaku usaha swasta

tersebut didasarkan pada ketidakmampuan bertindak pelaku usaha tersebut

atas tanggung jawab sendiri.104

Badan atau lembaga yang dibentuk atau

ditunjuk oleh pemerintah tersebut haruslah badan atau lembaga yang

fungsinya bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat,

yang pencapaiannya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-

undangan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dikecualikan dengan

undang-undang lain adalah monopoli atau pemusatan kegiatan yang berkaitan

dengan penyediaan dan pemasaran barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 33 ayat (2) UUD 1945. Walaupun demikian Negara diwakili oleh

pemerintah, persoalan yang timbul dari kesimpulan ini adalah pemerintah tidak

selalu memiliki cukup dana untuk menyelenggarakan penyediaan tersebut. Selain

itu seringkali kultur birokrasi pemerintah tidak efisien untuk menyelenggarakan

penyediaan langsung barang dan jasa tersebut. Teori praktek di Negara lain

menunjukkan bahwa penyediaan akan menjadi lebih berkualitas dan efisien ketika

dilakukan oleh korporasi. Hal ini menyebabkan penguasaan oleh Negara tidak

harus langsung oleh Negara dan hanya oleh Negara, akan tetapi bergantung pada

karakteristik barang dan jasa, ketersediaan dana penyelenggaraan dan kesiapan

pelaku usaha swasta. Penguasaan Negara yang diwakili oleh pemerintah lebih

diartikan sebagai kontrol yang efektif oleh pemerintah lebih terhadap

104 Knud Hansen, et. Al., UU No. 5 Tahun 1999: UU Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Jakarta: Katalis, 2002), hal. 19.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 60: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

48

Universitas Indonesia

penyelenggaraan penyediaan yang dilakukan oleh penyedia barang dan jasa

tersebut.105

Walaupun monopoli Negara dilakukan oleh Negara dan berdasarkan

peraturan perundang-undangan, tidak berarti monopoli tersebut terlepas dari

pengwasan pemerintah. Monopoli Negara terlaksana dengan baik apabila Negara

tidak mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya (PT BUMN tujuannya

mencari keuntungan). Salah bila Negara mencari keuntungan yang sebanyak-

banyaknya dan ditambah pelaku usaha lain tidak bisa masuk ke dalam pasar.

Tujuan utama Negara adalah to serve the people, seharusnya kepentingan

publiklah yang dilayani oleh Negara. Monopoli Negara harus tetap terkontrol dan

bila terjadi penyimpangan dan merugikan kepentingan umum yang sesuai diatur

dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka akan tetap dilarang. Selain

itu juga ada kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam bidang ekonomi

yang berperan dalam kebijakan persaingan usaha dalam hal monopoli yang

dilakukan oleh Negara, yaitu kebijakan proteksi dan subsidi.

Kebijakan proteksi dan subsidi merupakan keputusan pemerintah untuk

melindungi sektor ekonomi atau kelompok pelaku usaha tertentu untuk

melindungi kepentingan rakyat, Negara dan bangsa secara luas. Kebijakan ini

ditujukan untuk mencegah adanya monopoli Negara yang dilakukan hanya dengan

tujuan, baik secara eksplisit maupun implisit, melindungi pengusaha tertentu saja,

yang pada akhirnya menumbuhkan diskriminasi dan persaingan usaha yang tidak

sehat. Selain itu, kebijakan ini ditujukan agar monopoli Negara harus dilakukan

atas dasar meningkatkan kemampuan bersaing pelaku usaha atau untuk menjaga

ketahanan ekonomi sosial masyarakat (sebagai tujuan jangka panjangnya).

2.3 Ketentuan Pengecualian Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat Terhadap Badan Usaha Milik Negara Menurut Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Tidak Sehat.

105 Adi Wibowo, “Analisa Yuridis Tentang Monopoli Negara atas Pengelolaan air

Bersih Di Wilayah DKI Jakarta Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha” (Tesis Program Pasca

Sarjana Hukum Universitas Indonesia, Depok: Juli 2008), hal.35.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 61: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

49

Universitas Indonesia

Sebagai upaya menghindari eksploitasi ataupun bentuk monopoli oleh

Negara yang tidak terkontrol maka dilakukan dengan memberikan

penyelenggaraan monopoli atau pemusatan kegiatan produksi atau pemasaran

barang dan jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak dan cabang produksi

yang penting bagi Negara yang pelaksanaannya diatur oleh undang-undang dan

diselenggarakan oleh BUMN dan/atau badan/lembaga lain yang dibentuk atau

ditunjuk oleh pemerintah. Perhitungan ekonomi memperlihatkan bahwa monopoli

alamiah yang dilakukan oleh suatu perusahaan jelas akan lebih menguntungkan

apalagi bila hal tersebut berhubungan dengan hajat hidup orang banyak dan

industri yang vital.106

Pasal 50 dan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang merupakan

dasar hukum pemberlakuan pengecualian praktek monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat terhadap BUMN dijadikan satu dalam Bab IX mengenai Ketentuan

Lain dimana ketentuan tersebut dapat memberikan makna yang sedikit lebih

rendah dibandingan dengan bab-bab lain yang memiliki judaul yang lebih jelas

dan spesifik. Dari judul Bab IX tentang Ketentuan Lain mengindikasikan pembuat

undang-undang tidak mempunyai pemikiran yang mendasar.107

Ketentuan tersebut juga mencakup tujuan dan filosofis yang mendasari

pengecualian diberikan. Filosofi dalam Pasal 51 lebih mendasar dibandingkan

pasal 50 karena isinya berkaitan dengan Pasal 33 UUD 1945 yaitu monopoli dan

atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran

barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak. Filosofinya

adalah adanya dasar pemikiran pengaturan ekonomi yang untuk kesejahteraan

hidup orang banyak atau bentuk ekonomi yang mau dikembangkan oleh bangsa

ini, yaitu ekonomi yang bersifat kekeluargaan. Dengan kata lain, filosofi Pasal 51

adalah untuk mendorong ekonomi kekeluargaan dan suatu pengamanan pada

kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan usaha itu sendiri. Disini

106 Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan di Indonesia, (Medan: Pustaka Bangsa

Press, 2004), hal. 213-233.

107

Soy M. Pardede, Makalh berjudul “Pengecualian dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”,

disampaikan pada Lokakarya Terbatas UU No. 5 Tahun 1999 dan KPPU, Selasa 10 September

2002.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 62: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

50

Universitas Indonesia

terlihat nuansa kepentingan orang banyak didahulukan daripada kepentingan

pelaku usaha saja, lebih luas lagi adalah kepentingan konsumen.

Terdapat unsur-unsur dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

yang dilandasi oleh Pasal 33 UUD 1945, yaitu:

1. Kegiatan monopoli dan atau pemusatan kegiatan;

2. Berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang

menguasai hajat hidup orang banyak; serta

3. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara;

4. Diatur dengan undang-undang; dan

5. Diselenggarakan oleh BUMN dan atau badan atau lembaga yang dibentuk

atau ditunjuk oleh pemerintah.

Dalam perkembangannya, banyak produksi dan distribusi yang dulu dikuasai atau

dimiliki oleh Negara, ternyata banyak cabang-cabang produksi yang menguasai

hajat hidup orang banyak beralih dimiliki oleh swasta. Kemudian, pengertian

menguasai hajat hidup orang banyak adalah pengertian yang dinamis.108

Dalam

hal penentuan tolak ukurnya menjadi tugas dan wewenang pemerintah

memutuskan barang dan jasa apa saja yang dapat dikatakan menguasai hajat hidup

orang banyak.

Dalam UUD 1945 dikatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting

bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

Kalimat “dikuasai” bisa diartikan dimiliki, tetapi bisa juga sebagai “diatur”.109

Unsur diatur dalam undang-undang bila dikaitkan dengan kehadiran peraturan

tentang BUMN yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN

dapat menghilangkan kesimpangsiuran tentang eksistensi BUMN. Akan tetapi,

bila dikaitkan dengan ketentuan pengecualian pada Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat, undang-undang ini tidak mengatur tentang hal tersebut, terutama penentuan

BUMN mana yang diberlakukan terhadap ketentuan pengecualian tersebut.

108 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi

Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Bayumedia, 2007), hal. 74.

109

Ibid.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 63: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

51

Universitas Indonesia

Dengan demikian, ketentuan pengecualian bisa diartikan berlaku terhadap semua

bentuk BUMN, atau diatur lebih rinci dalam undang-undang yang mengatur

sektor usaha tertentu, misalnya UU Pelayaran terhadap pelabuhan atau UU

Perkeretaapian terhadap jasa kereta api.

Selain itu terdapat ketidak-konsistenan dalam hal landasan hukum dan

aturan, juga terdapat pelanggaran dalam pengelolaan BUMN, terutama terhadap

sila kelima Pancasila dan Pasal 33 UUD 1945. Pelanggaran terutama dalam hal

status BUMN sebagai perusahaan Negara. Awal Orde Baru, pemerintah

menetapkan prinsip-prinsip pengelolaan yaitu dekonsentrasi, debirokrasi, dan

desentralisasi. Upaya ini sebagai bentuk perbaikan kinerja BUMN yang

dicanangkan melalui regulasi tentang bentuk-bentuk usaha Negara. BUMN

dipisahkan berdasarkan fungsi dan peran sosial ekonominya.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 64: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

52

Universitas Indonesia

BAB 3

ANALISA LIBERALISASI PELABUHAN SEBAGAI IMPLEMENTASI

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

OLEH PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA II DI INDONESIA

DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA

3.1 Tinjauan terhadap PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II

3.1.1 Sejarah Pendirian Pelabuhan Indonesia

Pengelolaan pelabuhan umum di Indonesia sejak tahun 1960 dilaksanakan

oleh Badan Usaha Milik Negara di bawah pengendalian Pemerintah. Bentuk

BUMN tersebut sejak tahun 1960 sampai tahun 1993 mengalami beberapa kali

perubahan.110

Pada tahun 1960 sampai 1963, pengelolaan pelabuhan umum dilaksanakan

oleh Pemerintah melalui Perusahaan Negara (PN) Pelabuhan I sampai dengan

VIII berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1960. Pada tahun 1964 aspek

operasional pelabuhan dikoordinasikan oleh lembaga pemerintah yang disebut

Port Authority, sedangkan aspek komersial tetap di bawah pengelolaan PN

Pelabuhan I sampai dengan VIII. Kondisi demikian berlangsung sampai tahun

1969, ketika PN Pelabuhan dibubarkan dan lembaga Port Authority diganti

menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) untuk yang berwenang mengelola

pelabuhan umum berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1969 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1969.

Pada tahun 1983, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun

1983 BPP diubah menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan I sampai

dengan IV yang mengelola pelabuhan umum yang diusahakan, sementara

pengelolaan pelabuhan yang tidak diusahakan dilakukan oleh Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Direktorat Jendral Perhubungan Laut.

Status PERUM berlangsung hingga tahun 1992 saat diubah menjadi PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia I, II, III dan IV. PERUM Pelabuhan II menjadi PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia II, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57

Tahun 1991. Peningkatan status perusahaan dari PERUM Pelabuhan II menjadi

110 PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2009-

2013, hal. 2.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 65: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

53

Universitas Indonesia

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II merupakan upaya peningkatan kinerja

pengusahaan dengan memberikan independensi yang lebih besar untuk

pengambilan dan pelaksanaan keputusan-keputusan komersial/pengusahaan.

Kemudian, perubahan tersebut juga ditetapkan melalui perubahan

ketetapan Rapat Umum pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tanggal 14

Januari 1998, dan telah diaktanotariskan di hadapan notaris Imas Fatimah, SH,

nomor 4 tanggal 14 Januari serta telah memperoleh persetujuan dari Menteri

Kehakiman RI dengan Surat Keputusan Nomor C2-17612-HT.01.01.TH.98

tanggal 6 Oktober 1998.

Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan,

terakhir berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang dituangkan

dalam Akta Notaris No. 2 dari Notaris Agus Sudiono Kuntjoro, SH., tanggal 15

Agustus 2008. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah mendapat pengesahan

dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-

80894.AH.01.02.2008 tanggal 3 November 2008.

Kantor Pusat Perseroan berkedudukan di Jakarta, memiliki wilayah operasi

di 10 propinsi dan mengelola 12 pelabuhan yang diusahakan yaitu: Pelabuhan

Teluk Bayur di Propinsi Sumatera Barat, Pelabuhan Jambi di Propinsi Jambi,

Pelabuhan Boom Baru Palembang di Propinsi Sumatera Selatan, Pelabuhan

Bengkulu di Propinsi Bengkulu, Pelabuhan Panjang di Propinsi Lampung,

Pelabuhan Tanjung Pandan dan Pelabuhan Pangkal Balam di Propinsi Bangka

Belitung, Pelabuhan Banten di Propinsi Banten, Pelabuhan Tanjung Priok dan

Sunda Kelapa di Propinsi DKI Jakarta, Pelabuhan Cirebon di Propinsi Jawa Barat,

serta Pelabuhan Pontianak di Propinsi Kalimantan Barat.

Perseroan juga memiliki tiga anak perusahaan, satu perusahaan afiliasi,

dua sub unit bisnis dan satu kerja sama operasi (KSO). Ketiga anak perusahaan

tersebut adalah PT Rumah Sakit Pelabuhan (PT RSP), PT Multi Terminal

Indonesia (PT MTI), dan PT EDI lndonesia. Perusahaan afiliasi yaitu PT Jakarta

International Container Terminal (PT JICT). Sedangkan kedua sub unit bisnis

tersebut adalah Tanjung Priok Car Terminal (TPT) dan Pusat Pelatihan

Kepelabuhanan (PPK). Adapun KSO adalah Terminal Petikemas Koja (TPK

Koja).

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 66: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

54

Universitas Indonesia

Dalam menjalankan operasi/kegiatan usaha, Perseroan mengadakan Kerja

Sama Mitra Usaha/KSMU dengan beberapa mitra usaha dari pihak swasta seperti

kerja sama Terminal Operator, kapal tunda, dan pengelolaan gudang-gudang

pelabuhan. Selain aktif menjalankan kegiatan pengelolaan pelabuhan, Perseroan

juga berusaha di bidang lain yang relevan seperti menyewakan tanah, bangunan

dan fasilitas pendukung lain yang diperlukan dalam kegiatan kepelabuhanan.

Pada tanggal 22 Februari 2012, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau

PT (Persero) Pelabuhan indonesia II meluncurkan identitas baru PT (Persero)

Pelabuhan indonesia II dalam bertransformasi menjadi IPC, perusahaan penyedia

layanan kepelabuhanan di Indonesia yang lebih efisien dan modern dalam

berbagai aspek operasinya guna mencapai tujuan menjadi operator pelabuhan

berkelas dunia. Semangat transformasi tersebut akan diterapkan ke dalam seluruh

aktivitas perusahaan, baik pada aspek strategis manajemen, gesit dan fleksibel

dengan berpegang pada prinsip memajukan perdagangan, memajukan

Indonesia. Energizing Trade. Energizing Indonesia. Identitas korporasi

yang baru ini berbalut warna jingga dan biru yang masing-masing

merepresentasikan sinar matahari terbit dan ketangkasan dalam berekspresi.

Nilai‐nilai yang terkandung di dalam jingga adalah semangat perubahan,

kekuatan, optimisme, serta kebanggaan setiap karyawan, untuk bersama-sama

berdiri di garis terdepan dalam mencapai tujuan organisasi. Sisi biru pada logo

menggambarkan kesiapan memasuki erabaru yang dinamis dan fleksibilitas

setiap komponen dalam perusahaan menghadapi berbagai tantangan guna

mencapai tujuan perusahaan, sebagai a world-class port operator. 111

3.1.2 Visi dan Misi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II112

Pelayanan dan kepuasan pelanggan sebagai kata kunci seluruh aktivitas

perusahaan harus menjadi budaya dan etika setiap elemen perusahaan dalam

pelaksanaan tugasnya, sebagaimana yang tercermin dalam visi dan misi

perusahaan.

111 http://www.indonesiaport.co.id/read/sejarah-perusahaan.html, diakses pada 12 Juni

2012.

112

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, Laporan Tahunan 2010 Mengubah Tantangan

Menjadi Kemajuan, hal. 14.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 67: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

55

Universitas Indonesia

Visi Perusahaan

Memberikan jasa kepelabuhanan secara handal dengan mutu pelayanan kelas

dunia.

Misi Perusahaan

Mewujudkan visi perusahaan melalui peningkatan realisasi komitmen perusahaan

kepada mitra, pelanggan, kepentingan nasional, pemilik, masyarakat pelabuhan,

dan anggota perusahaan.

Komitmen Perusahaan

1. Kepada mitra dan pelanggan jasa kepelabuhanan : Menyediakan dan

mengoperasikan jasa pelayanan kepelabuhanan yang handal dengan mutu

kelas dunia.

2. Kepada kepentingan nasional : Meningkatkan kesehatan perusahaan secara

professional dan dapat mendorong pengembangan ekonomi nasional.

3. Kepada masyarakat pelabuhan : Mendorong terbentuknya masyarakat

pelabuhan yang kooperatif dan mempunyai rasa saling memiliki.

4. Kepada anggota perusahaan : Mewujudkan sumber daya insani yang

beriman, bermutu, optimis, bersikap melayani dan ramah, bangga kepada

perusahaan dan budayanya, serta mampu memberikan kesejahteraan dan

kepuasan kerja kepada karyawan.

3.1.3 Kegiatan Usaha PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II113

Bidang usaha PT Pelabuhan Indonesia II meliputi beberapa kegiatan usaha

yaitu:

1. Penyediaan dan/atau pelayanan kolam-kolam pelabuhan dan perairan

untuk lalu lintas dan tempat berlabuhnya kapal;

2. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa-jasa yang berhubungan dengan

pemanduan (pilotage) dan penundaan kapal;

3. Penyediaan dan/atau pelayanan Dermaga dan fasilitas lain untuk

bertambat, bongkar muat petikemas, curah cair, curah kering, multi

113 http://www.indonesiaport.co.id/read/produk-and-layanan.html, diakses pada 12 Juni

2012.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 68: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

56

Universitas Indonesia

purpose, barang termasuk hewan (general cargo) dan fasilitas

naik/turunnya penumpang dan/atau kendaraan;

4. Penyediaan pelayanan jasa bongkar muat, petikemas, curah cair, curah

kering (general cargo), dan kendaraan; – Penyediaan dan/atau pelayanan

jasa terminal petikemas, curah cair, curah kering, multi purpose,

penumpang, pelayanan rakyat, dan Ro-Ro;

5. Penyediaan dan/atau pelayanan gudang-gudang dan lapangan penumpukan

dan tangki/tempat penimbunan barang-barang, angkutan bandar, alat

bongkar muat, serta peralatan pelabuhan;

6. Penyediaan dan/atau pelayanan tanah untuk berbagai bangunan dan

lapangan, industri dan gedung-gedung/bangunan yang berhubungan

dengan kepentingan kelancaran angkutan multi moda; – Penyediaan

dan/atau pelayanan listrik, air minum dan instalasi dan limbah serta

pembuangan sampah;

7. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa pengisian BBM untuk kapal dan

kendaraan di lingkungan pelabuhan;

8. Penyediaan dan/atau pelayanan kegiatan konsolidasi dan distribusi barang

termasuk hewan;

9. Penyediaan dan pengelolaan Jasa Konsultasi, pendidikan dan pelatihan

yang berkaitan dengan kepelabuhanan;

10. Pengusahaan dan penyelenggaraan depo petikemas dan perbaikan,

cleaning, fumigasi, serta pelayanan logistik;

11. Pengusahaan kawasan pabean dan tempat penimbunan sementara.

Selain berbagai kegiatan usaha utama tersebut PT Pelabuhan Indonesia II juga

mengembangkan kegiatan usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan

Perseroan dan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki

Perseroan, meliputi: Jasa Angkutan; Jasa persewaan dan perbaikan fasilitas dan

peralatan; Jasa perawatan kapal dan peralatan di bidang kepelabuhanan; Jasa

pelayanan alih muat dari kapal ke kapal (Ship to ship transfer) termasuk jasa

ikutan lainnya; Properti diluar kegiatan utama kepelabuhanan; Kawasan Industri;

Fasilitas pariwisata dan perhotelan; Jasa konsultan dan surveyor kepelabuhanan;

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 69: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

57

Universitas Indonesia

Jasa komunikasi dan informasi; Jasa konstruksi kepelabuhanan; Jasa

forwarding/ekspedisi; Jasa kesehatan; Perbekalan dan catering; Tempat tunggu

kendaraan bermotor dan shuttle bus; Jasa penyelaman (salvage); Jasa Tally; Jasa

pas pelabuhan; Jasa timbangan.

3.1.4 Anak Perusahaan dan Afiliasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II114

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II memiliki tiga anak perusahaan, satu

perusahaan afiliasi, dua sub unit bisnis, dan satu kerja sama operasi. Semua

perusahaan tersebut mampu menghasilkan kontribusi pendapatan yang cukup

signifikan kepada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II.

1. PT EDI Indonesia

Perusahaan ini bergerak di bidang jasa telekomunikasi, teknologi

informasi, jaringan electronic data interchange, distribusi peralatan

komunikasi, pemasangan instalasi dan peralatan komunikasi.

Berdiri pada bulan Juli 1995, kepemilikan saham di PT EDI

Indonesia terdiri dari 51% milik PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II dan

49% saham milik PT Sisindosat Lintas Buana (anak perusahaan PT

Indosat). Dalam perkembangan terjadi pengalihan seluruh saham PT

Sisindosat Lintas Buana kepada PT Sisindokom Lintas Buana.

Meningkatnya kebutuhan akan jasa elektronik di berbagai bidang

dijawab oleh PT EDI dengan memperkuat dan mengembangkan berbagai

produk dan jasa untuk komunitas bea dan cukai, komunitas pelabuhan juga

komunitas ritel dan perbankan. PT EDI juga melakukan perluasan cakupan

layanan dengan membangun jaringan di kota-kota strategis, interkoneksi

dengan jaringan-jaringan lain, meningkatkan tingkat keamanan jaringan

dan penyediaan solusi menyeluruh kepada pelanggan.

2. PT Multi Terminal Indonesia (PT MTI)

PT Multi Terminal Indonesia adalah anak perusahaan PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia II yang bergerak dalam tiga segmen usaha yaitu

Multi Purpose Terminal, Container Terminal dan Freight Forwarding.

Perusahaan ini merupakan hasil spin off dari Divisi Usaha Terminal (DUT)

114 PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, Laporan Tahunan 2010 Mengubah Tantangan

Menjadi Kemajuan, hal. 24.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 70: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

58

Universitas Indonesia

di bawah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok. PT

MTI didirikan pada 15 Februari 2002 yang bertujuan untuk

mengoptimalkan potensi bisnis dan memperkuat competitive advantage

sebagai service provider. Komposisi kepemilikan saham terdiri dari 99%

saham PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II dan 1% sahamnya dimiliki

Koperasi Pegawai Maritim (Kopegmar)

3. PT Rumah Sakit Pelabuhan (PT RSP)

Meski secara resmi masuk sebagai anak perusahaan PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia II pada bulan Mei 1999, sejarah PT RSP bisa

dibilang sejalan beriringan dengan perusahaan induknya. Cikal bakal PT

RSP adalah Port Health Center (PHC) yang didirikan pada 21 Agustus

1971. Pada 21 Maret 1972, PHC kemudian bergabung dengan Rumah

Sakit Pelayaran dan berubah menjadi Rumah Sakit Pelabuhan pada 20 Mei

1978.

Perubahan status dari Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan

menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II membuat status Rumah Sakit

Pelabuhan pun ikut berubah. Tahun 1999 secara resmi menjadi badan

hukum berbentuk Perseroan Terbatas sekaligus menjadi anak perusahaan

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Komposisi kepemilikan Saham di PT

RSP terbagi atas 99,52% milik PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II dan

0,48 % milik Koperasi Pegawai Maritim (Kopegmar).

PT RSP membawahi empat rumah sakit yaitu RSP Jakarta, RSP

Cirebon, RSP Boom Baru Palembang dan RS Port Medical Center,

Jakarta.

4. PT Jakarta International Container Terminal (PT JICT)

PT JICT merupakan perusahaan afiliasi PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia II yang didirikan pada tahun 1999. Komposisi kepemilikan

sahamnya mayoritas dikuasai Hutchison Port Holding Group (HPH

Group) dengan menguasai 51% saham. Sisanya dimiliki PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia II dengan 48,9% dan koperasi Pegawai Maritim

0,1%. Bisnis utama PT JICT adalah melaksanakan kegiatan pelayanan

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 71: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

59

Universitas Indonesia

bongkar muat petikemas baik ekspor maupun impor di Pelabuhan Tanjung

Priok.

Pada awal berdirinya, PT JICT mampu menangani 1,8 juta TEUs

(twenty-foot equivalent units) dan meningkat hingga 2,4 TEUs pada akhir

2007. Dengan lingkup operasional dan kapasitas yang ada, PT JICT

merupakan terminal petikemas terbesar dan tersibuk di Indonesia. Dengan

penambahan dermaga sepanjang 552 meter dan lapangan penumpukan

seluas 3,5 Ha, kini PT JICT mampu melayani arus petikemas melalui

Pelabuhan Tanjung Priok hingga 3 juta TEUs per tahun.

5. KSO Terminal Petikemas Koja (TPK Koja)

TPK Koja merupakan kerja sama operasi antara PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia II dengan PT Ocean Terminal Petikemas yang

kemudian dialihkan ke Hutchison Ports Indonesia. Dalam KSO yang mulai

beroperasi sejak tahun 1998 ini, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II

memiliki 52,12% kepemilikan saham.

Dengan areal yang tersedia, TPK Koja mampu menampung

petikemas untuk impor hingga 7.500 TEUs dan untuk ekspor hingga 6.700

TEUs. Pada tahun 2003 dilakukan pemanjangan dermaga sejauh 200 meter

sekaligus penyedian peralatan bongkar muat petikemas demi

meningkatkan pelayanan.

3.2 Pengaturan Kepelabuhan Indonesia

3.2.1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran disahkan pada

9 April 2008 dalam rapat paripurna DPR yang dipimpin Ketua DPR Agung

Laksono. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran disetujui 10

fraksi yang ada di DPR secara aklamasi. UU ini merupakan penyempurnaan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.

RUU Pelayaran yang disahkan tersebut merupakan penyempurnaan dari

UU sejenis yakni No. 21/1992. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran terdiri atas 22 bab dan 355 pasal atau lebih banyak dari usulan

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 72: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

60

Universitas Indonesia

pemerintah sebelumnya. Pemerintah sebelumnya mengusulkan RUU Pelayaran

dengan 17 bab dan 164 pasal.

Pemerintah dalam pandangan akhirnya yang diwakili Menteri

Perhubungan Jusman Syafii Djamal menegaskan, semangat baru dalam RUU

Pelayaran yang baru itu telah diterima secara baik oleh fraksi fraksi di DPR, sebab

RUU Pelayaran membawa perubahan baru yakni mengakhiri monopoli PT PT

(Persero) Pelabuhan indonesia, sehingga PT PT (Persero) Pelabuhan indonesia

hanya sebagai operator, sementara Pemerintah menjadi regulator. Hal ini akan

memberikan dampak bagi terciptanya persaingan usaha yang sehat.115

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menegaskan

tentang tiga hal. Pertama, memisahkan regulator dan operator. Kedua, mengakhiri

monopoli, dan ketiga membuka persaingan. Peran utama Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2008 tentang Pelayaran adalah membedakan regulator dan operator,

maka yang tadinya ada administrator sekarang ditegaskan bahwa sesuai dengan

aturan internasional maka regulator dalam satu pelabuhan adalah otoritas

pelabuhan. Sehingga hal-hal yang terkait dengan regulator otomatis dilimpahkan

kepada PT (Persero) Pelabuhan indonesia. Contohnya soal pemanduan, sehingga

pada dasarnya kewenangan PT (Persero) Pelabuhan indonesia tidak ada yang

dikurangi. Hanya terdapat perbedaan terminologi antara otoritas dan badan usaha

pelabuhan. Dengan demikian, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran memberi keleluasaan pada PT (Persero) Pelabuhan indonesia untuk

menjadi pelabuhan yang lebih besar, sehingga dapat bekerja sama dengan pihak

luar.

Isu strategis dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran mengenai kepelabuhanan dituangkan dalam penjelasan umum dimana

tertulis

Pengaturan untuk bidang kepelabuhan memuat ketentuan mengenai

penghapusan monopoli dalam penyelenggaraan pelabuhan,

pemisahan antar fungsi regulator dan operator serta memberikan

115 http://analisis.vivanews.com/news/read/2697-uu_pelayaran, diakses pada 11 Juni

2012.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 73: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

61

Universitas Indonesia

peran serta pemerintah daerah dan swasta secara proposional di

dalam penyelenggaraan kepelabuhanan.116

3.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhan

Peraturan Pemerintah (disingkat PP) adalah Peraturan Perundang-

undangan di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-

Undang sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah

materi untuk menjalankan Undang-Undang.117

Berangkat dari definisi di atas maka untuk dapat melaksanakan pasal-pasal

yang berkaitan dengan kepelabuhanan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2008 tentang Pelayaran dibutuhkan sebuah Peraturan Pemerintah yang mengatur

tentang kepelabuhan. Dari 22 bab dan 355 pasal dalam Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2008 tentang Pelayaran terdapat pasal-pasal yang mengatur tentang

kepelabuhan yang memerlukan pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan

Pemerintah. Diantaranya adalah pasal 78, 89, 95, 99, 108, 112 ayat (2), 113, dan

210 ayat (2).

Oleh karena kebutuhan pasal-pasal tersebut di atas, maka perlu ditetapkan

sebuah Peraturan Pemerintah. Seperti yang tertulis dalam konsiderans Peraturan

Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan.

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78, Pasal 89, Pasal 95,

Pasal 99, Pasal 108, Pasal 112 ayat (2), Pasal 113, dan Pasal 210

ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,

perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Kepelabuhanan.118

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,

diperlukan pengaturan di bidang kepelabuhan yang memuat ketentuan mengenai

isu-isu strategis yang tertuang dalam undang-undang tersebut.

Untuk kepentingan tersebut di atas maka dalam Peraturan Pemerintah ini

diatur mengenai Rencana Induk Pelabuhan Nasional, penetapan lokasi, rencana

induk pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan

116 Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.17 tahun 2008, LN

No.64 Tahun 2008, TLN No. 4849 , Penjelasan Umum.

117

http://publikasi.kominfo.go.id/handle/54323613/11, diakses 13 Juni 2012

118

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pelayaran, PP No.61 tahun 2009,

LN No.151 Tahun 2009, TLN No. 5070, Konsiderans.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 74: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

62

Universitas Indonesia

Kepentingan pelabuhan, penyelenggaran kegiatan di pelabuhan, perizinan

pembangunan dan pengoperasian pelabuhan atau terminal, terminal khusus dan

terminal untuk kepentingan sendiri, penarifan, pelabuhan dan terminal khusus

yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan sistem informasi pelabuhan.119

3.3 Pengaturan persaingan dalam bidang kepelabuhan yang tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

3.3.1 Isu Strategis Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

Indonesia adalah negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah

perairan dengan berbagai pualu serta terletak di lokasi yang strategis, karena

berada di persilangan rute perdagangan dunia.120

Oleh karena itu peran pelabuhan

dalam mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mobilitas sosial dan

perdagangan di Indonesia sangat besar, sehingga pelabuan menjadi faktor penting

bagi Pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian negara.121

Bidang usaha dari PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II meliputi usaha

perairan dan kolam pelabuhan untuk lalu lintas pelayaran dan tempat kapal

berlabuh, pelayanan pemanduan dan penundaan kapal keluar masuk pelabuhan,

olah gerak kapal didalam kolam serta jasa pemanduan dan penundaan dari satu

pelabuhan ke pelabuhan lainnya, fasilitas untuk kapal bertambat serta melakukan

bongkar muat barang dan hewan, fasilitas pergudangan dan lapangan

penumpukan, terminal konvensional, terminal petikemas, dan terminal curah

untuk melayani bongkar muat komoditas sesuai jenisnya, terminal penumpang

untuk pelayanan embarkasi dan debarkasi penumpang kapal laut, fasilitas listrik,

air minum dan telepon untuk kapal dan umum di daerah lingkungan kerja

pelabuhan, lahan untuk industri, bangunan dan ruang perkantoran umum, dan

pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan kegiatan kepelabuhan.

119 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pelayaran, PP No.61 tahun 2009,

LN No.151 Tahun 2009, TLN No. 5070, Penjelasan Umum.

120

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.17 tahun 2008, LN

No.64 Tahun 2008, TLN No. 4849, Penjelasan Umum.

121

Administrator, “Operational area”,

www.inaport2.co.id/index.php?mod=profile&smod-sekilas, diakses pada 13 Juni 2012.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 75: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

63

Universitas Indonesia

Pentingnya sektor pelabuhan di Indonesia ini membuat PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia II memiliki perlakuan khusus oleh Pemerintah. Hal ini

bertujuan agar sektor kepelabuhan yang dikelola oleh PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia II berhasil menjalankan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini

kemudian menjadi salah satu pertimbangan (konsiderans) dalam pembentukan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.122

Pada 9 April 2008 lahirlah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

tentang Pelayaran. Ini berarti Undang-Undang Pelayaran yang lama yaitu

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 sudah tidak berlaku lagi atau sudah

dicabut. Adapun latar belakang pencabutan Undang-Undang Nomor 21 Tahun

1992 karena dinilai undang-undang tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan

kebutuhan penyelenggaraan pelayaran saat ini sehingga perlu diganti dengan

undang-undang yang baru.123

Oleh karena itu, pemerintah melakukan revisi

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008 tentang Pelayaran.

Terdapat 3 (tiga) isu strategis dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

tentang Pelayaran terhadap kepelabuhan Indonesia yang memiliki dampak

langsung terhadap PT (Persero) Pelabuhan Indonesia. Isu strategis tersebut adalah

(1) Penghapusan Monopoli; (2) Pemisahan fungsi regulator dan operator; dan (3)

Peran serta Pemda dan swasta secara proposional dalam kegiatan kepelabuhan. Isu

strategis ini yang kemudian menjadi dasar perubahan dalam kegiatan kepelabuhan

di Indonesia.

Pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 disebutkan bahwa

penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan olch Pemerintah dan

pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada Badan Usaha Milik Negara yang

didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

122 bahwa dalam upaya mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mewujudkan Wawasan Nusantara serta

memantapkan ketahanan nasional diperlukan sistem transportasi nasional untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan memperkukuh kedaulatan negara. Lihat

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.17 tahun 2008, LN No.64 Tahun

2008, TLN No. 4849, Konsiderans huruf b.

123

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.17 tahun 2008, LN

No.64 Tahun 2008, TLN No. 4849, Konsiderans huruf e.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 76: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

64

Universitas Indonesia

berlaku.124

Kemudian juga diatur bagaimana badan usaha lain selain badan usaha

penyelenggara dapat diikutsertakan dalam kegiatan penyelenggaraan pelabuhan

dengan atas dasar kerja sama dengan BUMN yang melaksanakan pengusahaan

pelabuhan.125

Ketentuan ini diubah yang intinya adalah penyelenggaraan

kepelabuhan dilakukan oleh lembaga penyelenggara yang dibentuk khusus untuk

melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan

kepelabuhan.126

Artinya terdapat suatu badan khusus yang mengatur regulasi

mengenai kepelabuhan di Indonesia. Badan khusus ini adalah Otoritas Pelabuhan.

Hal ini berbeda dengan pengaturan dalam undang-undang tentang pelayaran yang

terdahulu (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992) dimana penyelenggaraan

pelabuhan umum dilakukan olch Pemerintah dan pelaksanaannya dapat

dilimpahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (dalam hal ini PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia).

Penyelenggaraan pelabuhan yang pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2008 tentang Pelayaran dilakukan oleh Otoritas Pelabuhan terhadap pelabuhan

yang diusahakan secara komersial127

(yang sebelumnya adalah pelabuhan-

pelabuhan dibawah kuasa PT (Persero) Pelabuhan Indonesia). Kemudian Otoritas

Pelabuhan ini berperan sebagai wakil pemerintah untuk memberikan konsesi atau

bentuk lainnya kepada badan usaha pelabuhan untuk melakukan kegiatan

pengusahaan di pelabuhan yang dituangkan dalam perjanjian.128

PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia, yang dahulu memegang penuh semua penyelenggaraan

pelabuhan, pada undang-undang pelayaran baru (Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008 tentang Pelayaran) hanyalah bertindak sebagai Badan Usaha

Pelabuhan. Oleh karena itu, maka dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008 tentang Pelayaran, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia bukan lagi

124

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.21 tahun 1992, LN

No.98 Tahun 1992, TLN No. 3493, Pasal 26 ayat (1).

125

Ibid. Pasal 26 ayat (2).

126

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.17 tahun 2008, LN

No.64 Tahun 2008, TLN No. 4849, Pasal 81 ayat (1).

127

Ibid. Pasal 81 ayat (2).

128

Ibid. Pasal 82 ayat (4).

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 77: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

65

Universitas Indonesia

otoritas pelabuhan seperti yang berlaku pada undang-undang pelayaran

sebelumnya.

Badan Usaha Pelabuhan adalah badan usaha yang kegiatan usahanya

khusus di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya.129

Jika

melihat ketentuan penyelenggaraan pelabuhan di atas, siapapun badan usaha

pelabuhan, tidak hanya PT (Persero) Pelabuhan Indonesia, yang mendapatkan izin

melakukan kegiatan pengusahaan pelabuhan dari Otoritas Pelabuhan berhak

melakukan kegiatannya di pelabuhan sesuai dengan izinnya tersebut. Dari

pengertian ini maka kegiatan pengusahaan pelabuhan dapat dilakukan oleh

swasta. Maka pengaturan mengenai penyelenggara pelabuhan dalam Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran berfungsi menjalankan salah

satu isu strategis, yaitu untuk menghilangkan monopoli dalam pengusahaan

kegiatan pelabuhan.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

juga memberikan pengaruh terhadap status PT (Persero) Pelabuhan Indonesia

sebagai penguasa penuh otoritas pelabuhan. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia

tidak lagi berkuasa penuh seperti yang diatur dalam undang-undang pelayaran

sebelumnya (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992). Dalam Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 1992 disebutkan dalam Pasal 26 ayat (1) bahwa

penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan olch Pemerintah dan

pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada Badan Usaha Milik Negara yang

didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Sementara Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

dalam Pasal 81 menyebutkan bahwa kegiatan pelabuhan dilakukan oleh Otoritas

Pelabuhan. Definisi dari Otoritas Pelabuhan sendiri adalah lembaga pemerintah di

pelabuhan sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian,

dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan yang diusahakan secara komersial.130

Dari definisi tersebut, Otoritas Pelabuhan memiliki fungsi sebagai Regulator.

Artinya terjadi pemisahan terhadap kekuasaan penuh PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia yang sebelumnya merangkap sebagai Regulator dan Operator.

129 Ibid. Pasal 1 angka 28.

130

Ibid. Pasal 1 angka 26.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 78: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

66

Universitas Indonesia

Untuk menjalankan fungsinya sebagai Regulator, Otoritas Pelabuhan

memiliki wewenang-wewenang yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008 tentang Pelayaran. Pemberian konsesi131

kepada Badan Usaha

Pelabuhan (BUP) untuk melakukan kegiatan pengusahaan pelabuhan.132

Penyediaan Infrastrukstur dasar133

(yang sebelumnya sudah disediakan oleh PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia menjadi milik Pemerintah). Penyediaan dan/atau

pelayanan jasa kepelabuhan yang belum disediakan oleh Badan Usaha

Pelabuhan.134

Mengatur penggunaan daratan, perairan dan lalu lintas pelabuhan.135

Otoritas Pelabuhan juga diberi hak pengelolaan atas tanah (HPL) dan pemanfaatan

perairan.136

Dari kewenangan-kewenangan Otoritas Pelabuhan yang diberikan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, jelaslah bahwa

Otoritas Pelabuhan adalah lembaga pemerintah yang ditugaskan sebagai

Regulator.

Inovasi utama Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

adalah pengembangan Otoritas Pelabuhan untuk mengawasi dan mengelola

operasi dagang dalam setiap pelabuhan. Tanggung-jawab utama mereka adalah

untuk mengatur, memberi harga dan mengawasi akses ke prasarana dan layanan

pelabuhan dasar termasuk daratan dan perairan pelabuhan, alat-alat navigasi,

kepanduan (pilotage), pemecah ombak, tempat pelabuhan, jalur laut (pengerukan)

dan jaringan jalan pelabuhan. Selain itu, otoritas pelabuhan juga akan bertanggung

jawab untuk mengembangkan dan menerapkan rencana induk pelabuhan

(termasuk menentukan daerah kendali darat dan laut) sekaligus menjamin

ketertiban, keamanan dan kelestarian lingkungan pelabuhan. Operator pelabuhan,

131 Konsesi adalah pemberian hak oleh penyelenggara pelabuhan kepada Badan Usaha

Pelabuhan untuk melakukan kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan tertentu

dalam jangka waktu tertentu dan kompensasi tertentu. Lihat Republik Indonesia, Peraturan

Pemerintah tentang Pelayaran, PP No.61 tahun 2009, LN No.151 Tahun 2009, TLN No. 5070,

Pasal 1 angka 30.

132

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.17 tahun 2008, LN

No.64 Tahun 2008, TLN No. 4849, Pasal 82 ayat (4).

133

Ibid. Pasal 83 ayat (1).

134

Ibid. Pasal 83 ayat (2).

135

Ibid. Pasal 84.

136

Ibid. Pasal 85.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 79: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

67

Universitas Indonesia

di sisi lain, dapat berpartisipasi dalam menyediakan antara lain penanganan kargo,

sarana penumpang, layanan tambat, pengisian bahan bakar dan persediaan air,

penarikan kapal sekaligus penyimpanan dan bangunan di atas pelabuhan lainnya.

Hal tersebut merupakan cara yang umum untuk pembagian tanggung

jawab di seluruh sektor publik dan swasta dalam lingkungan sistem pelabuhan

sewa/landlord port. Meskipun biasanya terdapat perbedaan dalam pengaturan

tersebut di seluruh pelabuhan dan negara, aturan umumnya adalah bahwa apabila

terdapat pertimbangan tentang kepentingan umum atau monopoli alamiah, fungsi-

fungsi tersebut sebaiknya dijalankan oleh pemerintah. Dalam hal ini, otoritas

pelabuhan Indonesia tidak mendapat pengecualian dan memiliki peranan dan

fungsi yang sama dengan otoritas pelabuhan di manapun. Namun demikian,

persoalan yang perlu mendapatkan perhatian yang sangat besar adalah apakah

otoritas pelabuhan Indonesia akan memiliki kapasitas teknis dan finansial yang

diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara efektif.

Secara teknis, perhatian akan difokuskan pada persyaratan yang ditetapkan

dalam Undang-Undang bahwa hanya pegawai negeri (PN) yang dapat menjabat

sebagai staf dalam otoritas pelabuhan (Ayat 86). Hal ini merupakan suatu

peninggalan terhadap praktik yang baru saja diterapkan, yaitu pembentukan

badan-badan pengatur dan pengawas pemerintah (serta instansi pemerintah

lainnya yang menyediakan layanan-layanan utama), dengan status yang dikenal

sebagai Badan Layanan Umum atau BLU, suatu jenis badan hukum pemerintah

dengan fleksibilitas yang jauh lebih besar untuk merekrut staf profesional. Dengan

mengizinkan otoritas pelabuhan untuk menggunakan status BLU akan

memungkinkan perekrutan dengan upah yang lebih tinggi untuk staf yang

memiliki rangkaian keahlian yang lebih beragam, seperti pensiunan pengusaha

jasa angkutan. Akan tetapi, Departemen Perhubungan telah menyatakan dengan

jelas bahwa otoritas pelabuhan diharapkan untuk memiliki pegawai yang berasal

dari gabungan pejabat departemen dari Direktorat Perhubungan Laut dan kantor-

kantor Administrasi Pelabuhan (Adpel).

Perpindahan ke model sistem landlord tentunya berarti pengembangan

suatu interaksi yang lebih rumit antara sektor publik dan swasta di tingkat

pelabuhan. Tugas otoritas pelabuhan yang sangat penting adalah untuk mengelola

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 80: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

68

Universitas Indonesia

interaksi-interaksi tersebut sedemikian rupa untuk memastikan penetapan harga

dan penyediaan pelayanan yang kompetitif. Namun demikian, Indonesia tidak

berpengalaman dalam mengelola pelabuhan dalam konteks persaingan usaha.

Satu-satunya konteks saat ini adalah bahwa monopoli sektor publik dicirikan

dengan sedikitnya atau tidak adanya persaingan dalam penyediaan layanan

pelabuhan. Apabila terdapat peluang munculnya persaingan, maka persaingan

tersebut akan dikelola dengan cara yang buruk.

Hal lainnya adalah menyangkut bagaimana otoritas pelabuhan yang

direncakan akan berinteraksi dengan PT (Persero) Pelabuhan indonesia yang

berwenang dahulu. Mengingat keunikan hubungan sejarah, kelembagaan dan

bahkan hubungan pribadi yang dimiliki PT (Persero) Pelabuhan indonesia dengan

para pegawai negeri yang mungkin menjadi otoritas pelabuhan tersebut, terdapat

kekhawatiran mengenai kemungkinan adanya perlakuan diskriminatif terhadap

para investor baru. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk sebagai

contoh, perbedaan dalam akses ke fasilitas dan layanan utama seperti tanah dan

infrastruktur dasar, rencana induk pelabuhan yang memiliki terlalu banyak

ketentuan dan/atau terlalu membatasi yang mana menjadi penghalang untuk

masuk bagi para investor baru, penetapan harga yang diskriminatif, dan lain

sebagainya.

Secara finansial, perhatian difokuskan pada kemampuan otoritas

pelabuhan untuk memenuhi amanat untuk menyediakan infrastruktur dasar.

Infrastruktur pelabuhan yang ada saat ini digunakan oleh PT (Persero) Pelabuhan

indonesia yang berwenang. Meskipun beberapa pelabuhan dapat diperluas

sehingga pendatang baru dapat menggunakan pemecah ombak, jalur laut,

peralatan navigasi yang ada, kemungkinan besar terminal-terminal dan fasilitas-

fasilitas baru memerlukan investasi pada infrastruktur dasar yang baru.

Keterlambatan dalam investasi tersebut akan menghambat masuknya pelaku

investasi baru yang jelas-jelas menguntungkan PT (Persero) Pelabuhan indonesia.

Dengan ditetapkannya Otoritas Pelabuhan sebagai lembaga regulator maka

status PT (Persero) Pelabuhan Indonesia dalam kegiatan kepelabuhan menjadi

berubah. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia kehilangan fungsinya sebagai

regulator dan statusnya berubah menjadi Badan Usaha Pelabuhan (bukan lagi

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 81: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

69

Universitas Indonesia

penyelenggara pelabuhan). Badan Usaha Pelabuhan berperan sebagai operator

yang mengoperasikan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya.137

Pengusahaan

operasional kegiatan pelabuhan dilakukan oleh Badan Usaha Pelabuhan dengan

pemberian konsesi oleh Otoritas Pelabuhan. Oleh karena itu peran PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia sebagai operator hanya sebatas pengusahaan terminal.

Kegiatan pengusahaan terminal ini antara lain:

a. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk tertambat.

b. Penyediaan dan.atau pelayanan pengisian bahan bakar dan pelayanan

air bersih.

c. Penyediaan dan/atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang dan/atau

kendaraan;

d. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan

kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas;

e. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan

barang, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan;

f. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair,

curah kering, dan Ro-Ro;

g. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang;

h. Penyediaan dan/atau pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang;

dan/atau

i. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa penundaan kapal.138

Jika dilihat dari wewenang yang dimiliki oleh lembaga operator yang dilakukan

oleh Badan Usaha Pelabuhan, tidak termasuk pengusahaan daratan (tanah),

perairan (kolam) dan pemanduan. Sehingga sebuah Badan Usaha Pelabuhan yang

ingin melakukan penguasaan terhadap daratan, perairan dan pemanduan haruslah

terlebih dahulu mendapat izin pengusahaan/pelimpahan dari Otoritas Pelabuhan

(regulator). Kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhan tersebut

diusahakan secara komersial oleh Badan Usaha Pelabuhan sesuai dengan jenis

usaha yang dimilikinya139

dan kegiatan pengusahaan tersebut dapat dilakukan

137 Ibid. Pasal 93.

138

Ibid. Pasal 90 ayat (3).

139

Ibid. Pasal 91 ayat (1).

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 82: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

70

Universitas Indonesia

untuk lebih dari satu terminal.140

Artinya izin pengusahaan (konsesi) yang

diberikan kepada Badan Usaha Pelabuhan dilakukan per segmen usaha dan dapat

dilakukan lebih dari satu terminal.

Perubahan status PT (Persero) Pelabuhan Indonesia juga mempengaruhi

kegiatan penyelenggaraan pelabuhan yang sedang berjalan sebelum berlakunya

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Dibutuhkan

penyesuaian terhadap kegiatan-kegiatan tersebut. Pengaturan dalam Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menyebutkan bahwa pada saat

berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, BUMN

sebagai penyelenggara pelabuhan tetap menyelenggarakan kegiatannya

berdasarkan Undang-Undang yang berlaku (Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2008 tentang Pelayaran)141

dan kegiatan-kegiatan tersebut dalam waktu paling

lama 3 (tiga) tahun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

tentang Pelayaran, wajib disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dalam

Undang-Undang Pelayaran yang baru diberlakukan tersebut.142

Melihat

pengaturan tersebut, BUMN (PT (Persero) Pelabuhan Indonesia) tetap dapat

menyelenggarakan kegiatan pelabuhan akan tetapi terbatas pada kegiatan

pengusahaan terminal (Pasal 90 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran) dan fasilitas lain (tanah, kolam dan pemanduan). Dan sejalan dengan

kegiatan tersebut PT (Persero) Pelabuhan Indonesia diberi waktu 3 (tiga) tahun

untuk menyesuaikan dengan Undang-Undang yang berlaku. PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia harus segera mendapat konsesi atau perjanjian tertulis

lainnya dari Otoritas Pelabuhan (penyelenggara pelabuhan) untuk mengamankan

kegiatan-kegiatan pengusahaan pelabuhan yang telah PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia miliki sebelumnya.

Dengan demikian terlihat bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran terjadi pemisahan fungsi regulator dan

operator di sektor pelabuhan di Indonesia. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia yang

sebelumnya adalah penyelenggara penuh pelabuhan menjadi berubah.

140 Ibid, Pasal 91 ayat (2).

141

Ibid, Pasal 344 ayat (1).

142

Ibid, Pasal 344 ayat (2).

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 83: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

71

Universitas Indonesia

Penyelenggara pelabuhan bukan lagi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia, tapi

dibentuk sebuah lembaga penyelenggara yang dibentuk khusus untuk

melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan

kepelabuhan bernama Otoritas Pelabuhan. Lembaga ini tidaklah mengambil penuh

wewenang PT (Persero) Pelabuhan Indonesia, namun hanya fungsi sebagai

regulator yang menjadi bidang kerja dari Otoritas Pelabuhan. Sementara fungsi

sebagai operator tetap menjadi wilayah kerja dari PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia dengan status Badan Usaha Pelabuhan.

Isu strategis yang ketiga adalah Peran serta Pemda dan swasta secara

proposional dalam kegiatan kepelabuhan. Penyelenggaraan pemerintahan daerah

disesuaikan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, yaitu pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan

untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,

pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia.143

Dengan dasar tersebut pemerintah daerah diharapkan dapat mengatur dan

mengurus kegiatan-kegiatan yang ada di daerahnya, termasuk dalam hal ini adalah

bidang kepelabuhan. Dengan semangat UUD 1945 tersebut, Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran juga telah mengatur tentang

penyelenggara pelabuhan di daerah. Melihat hierarki pelabuhan yang diatur dalam

Undang-Undang Pelayaran, pelabuhan laut mempunyai hierarki terdiri atas144

:

a. Pelabuhan Utama

Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani

kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat

angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan

143 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal

18.

144

Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.17 tahun 2008, LN

No.64 Tahun 2008, TLN No. 4849, Pasal 70 ayat (2).

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 84: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

72

Universitas Indonesia

sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan

penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.145

b. Pelabuhan Pengumpul

Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani

kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam

negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan

penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan

jangkauan pelayanan antarprovinsi.146

c. Pelabuhan Pengumpan

Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya

melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut

dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi

pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal

tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan

dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi.147

Dari hierarki tersebut terdapat perbedaan antara pelabuhan utama dengan

pelabuhan pengumpul dan pelabuhan pengumpan. Pelabuhan utama memiliki

fungsi pokok melayani kegiatan pelabuhan dalam negeri dan internasional,

sementara pelabuhan pengumpul dan pelabuhan pengumpan memiliki fungsi

pokok melayani kegiatan pelabuhan dalam negeri saja.

Fungsi pokok ketiga pelabuhan ini yang kelak menjadi pembeda lembaga

yang menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan pelabuhan. Menurut

wawancara penulis dengan mantan pejabat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia,

Pelabuhan Utama dibawahi oleh Otoritas Pelabuhan sementara pelabuhan

pengumpul dan pelabuhan pengumpan dibawahi oleh Unit Penyelenggara

Pelabuhan.

Penyelenggaraan pelabuhan di daerah ini bertujuan untuk menjalankan

semangat desentralisasi yang diamanatkan dalam Undang-Undang dasar 1945.

145 Ibid. Pasal 1 angka 17.

146

Ibid. Pasal 1 angka 18.

147

Ibid. Pasal 1 angka 19.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 85: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

73

Universitas Indonesia

Maka karena itu Unit Penyelenggara Pelabuhan yang membawahi pelabuhan-

pelabuhan di daerah ini bertanggung jawab kepada kepala daerah (Gubernur atau

Bupati/Walikota) dimana pelabuhan tersebut berada.148

Dengan begitu maka

pelabuhan dapat digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan daerah dengan

menggunakan kebijakan-kebijakan daerah itu sendiri.

Selain peran Pemda, peran swasta dalam kegiatan pelabuhan juga menjadi

bagian penting dari berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran. Melihat kembali isu strategis penghapusan monopoli dan pemisahan

fungsi regulator dan operator PT (Persero) Pelabuhan Indonesia. Dengan

dibentuknya Otoritas Pelabuhan sebagai badan regulator dan berubahnya status

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia menjadi hanya operator (Badan Usaha

Pelabuhan), maka terbukalah peluang swasta untuk masuk ke dalam pengusahaan

kegiatan pelabuhan. Hal ini disebabkan Otoritas Pelabuhan adalah lembaga yang

berhak memberikan konsesi kepada Badan Usaha Pelabuhan siapa saja, tidak

hanya PT (Persero) Pelabuhan Indonesia, sepanjang memenuhi persyaratan yang

ditentukan oleh Otoritas Pelabuhan tersebut.

Pengusahaan yang bisa menjadi kegiatan dari swasta adalah kegiatan-

kegiatan yang diatur dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

tentang Pelayaran. Sementara untuk penguasaan tanah, perairan dan pemanduan,

Badan Usaha Pelabuhan swasta dapat mengajukan permohonan pelimpahan hak

tersebut kepada Otoritas Pelabuhan. Dengan terbukanya peluang Badan Usaha

Pelabuhan swasta ini, diharapkan terjadi perkembangan yang signifikan terhadap

sektor pelabuhan di Indonesia.

3.3.2 Faktor-faktor pemicu perlunya persaingan dalam bidang kepelabuhan

yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran

Dari sejak tahun 1960, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia merupakan

Badan Usaha Milik Negara yang memonopoli usaha kepelabuhan di Indonesia.

Perusahaan yang menguasai bidang kepelabuhan di Indonesia oleh negara

diserahkan penyelenggaraannya kepada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia sebagai

148 Ibid. Pasal 82 ayat (2).

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 86: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

74

Universitas Indonesia

BUMN. Ini berarti tidak ada perusahaan lain yang bisa masuk ke dalam bidang

kepelabuhan. Pertimbangan dasar bidang kepelabuhan dikuasai oleh Negara

adalah sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 bahwa bidang yang mencakup

kehidupan atau hajat hidup orang banyak seharusnya dikuasai oleh Negara. UU

Persaingan Usaha memungkinkan adanya monopoli oleh suatu Badan Usaha

Milik Negara sesuai dengan pasal 51 atau merupakan pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 50 huruf a UU

Persaingan Usaha.

Sebelum berlakunya Undang-Undang Pelayaran yang baru yaitu Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia merupakan salah satu BUMN yang dilindungi melalui Pasal 51

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Tidak Sehat ini. Perhitungan ekonomi memperlihatkan bahwa

monopoli berdasarkan undang-undang (monopoly by law)149

yang dilakukan oleh

suatu perusahaan jelas akan lebih menguntungkan apabila bila hal tersebut

berhubungan dengan hajat hidup orang banyak dan industri yang vital, seperti

bidang Kepelabuhan ini.

Latar belakang filosofis yuridis mengenai pengecualian Pasal 51 Undang-

Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Tidak Sehat adalah berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yaitu bumi, air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Oleh sebab itu,

Demokrasi Ekonomi adalah berdasarkan pada perekonomian yang disusun

sebagai usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan dimana:

1. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai

hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

2. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat.

149 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi

Penerapannya di Indonesia (Jakarta: Bayumedia, 2007), hal. 40.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 87: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

75

Universitas Indonesia

3. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga Negara dikembangkan

sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan

umum.150

Kemudian beberapa alasan pengecualian yang diberlakukan dalam Hukum

Persaingan Usaha, yaitu:

a. Industri atau badan yang dikecualikan umumnya telah diregulasikan

atau diatur oleh badan pemerintah yang lain dengan tujuan memberikan

perlindungan khusus atas nama kepentingan umum, misalnya

transportasi, air minum, listrik, dan lain-lain. Atau disebut dengan

Monopoli Alamiah (natural monopoly).

b. Suatu industri membutuhkan adanya perlindungan khusus karena

praktek kartelisme tidak dapat lagi dihindarkan dan lebih baik

memberikan proteksi yang jelas kepada suatu pihak daripada berupaya

memberlakukan undang-undang.

c. Suatu industri diberikan pengecualian dengan dasar pemberian proteksi

kepada suatu industri tertentu yang dianggap masih belum mampu

menghadapi persaingan karena berbagai faktor, misalnya keterbatasan

modal, belum efisien, belum inovatif sehingga tidak akan mampu

bertahan di pasar.

d. Sedangkan pemberian proteksi terhadap jenis pelaku usaha tertentu

pada umumnya bukan saja diberikan berdasarkan kemampuan, tetapi

juga dengan melihat jumlah mereka dalam roda ekonomi, apakah

sifatnya mayoritas atau tidak.151

Berdasarkan hal di atas, adanya pengecualian pada PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia dalam penyelenggaraan bidang usaha yang penting dan menguasai hajat

hidup orang banyak. Bidang kepelabuhan sifatnya adalah sarana publik (public

utilities) dimana masuk ke pasar, tarif dan pelayanan, keseluruhannya diatur oleh

peraturan. Pelabuhan merupakann infrastruktur transportasi yang sesuai dengan

150 Nigrum Natasya Sirait, Asosiasi & Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Medan: Pustaka

Bangsa Press, 2003), hal. 9.

151

Ibid.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 88: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

76

Universitas Indonesia

pekerjaan-pekerjaan tertentu, seperti mengangkut muatan dalam jumlah sangat

besar dalam jarak jauh dan membawa sejumlah besar penumpang dalam jarak

jauh.

Pelabuhan bermakna penting bagi banyak orang karena pelabuhan memiliki

peran sebagai :

a. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya;

b. Pintu gerbang kegiatan perekonomian;

c. Tempat kegiatan alih moda transportasi;

d. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan;

e. Tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang; dan

f. Mewujudkan Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara152

Pelaksanaan pelabuhan yang dikuasai oleh PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia harus dipisahkan karena menurut pertimbangan pemerintah, sektor

pelabuhan yang sangat berguna bagi kepentingan masyarakat umum ini belumlah

mencapai kinerja yang optimal sehingga perlu langkah-langkah yang bisa

menstimulasi kinerja pelabuhan di Indonesia. Langkah pemerintah untuk

menstimulasi bidang pelabuhan diantaranya dengan menjalankan isu strategis

yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Kepelabuhan. Pemerintah beranggapan bahwa keadaan monopoli yang dijalankan

oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia sebagai salah satu hambatan kinerja

pelabuhan.

Dengan adanya pelabuhan kapal-kapal dapat mendistribusikan barang

kebutuhan rakyat banyak dalam jumlah yang besar, bukan hanya yang berasal dari

luar negeri (impor) tapi juga kebutuhan industri dalam negeri yang ingin menjual

barang-barangnya ke luar negeri (ekspor), juga pemenuhan logistik domestik dari

satu daerah ke daerah lain dalam wilayah Indonesia. Karena salah satu

pertimbangan itu, pemerintah mencoba mengambil alih penyelenggaraan kegiatan

kepelabuhan dengan menjalankan fungsi regulator dan akhirnya lahir Undang-

152 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pelayaran, PP No.61 tahun 2009,

LN No.151 Tahun 2009, TLN No. 5070, Pasal 4.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 89: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

77

Universitas Indonesia

Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Kepelabuhan yang mengakhiri monopoli

tersebut.

Kurangnya pemahaman akan dampak dari beberapa faktor penting menjadi

penyebab utama pelabuhan bekerja kurang optimal. Inilah yang menyebabkan PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia kalah bersaing dengan pelabuhan-pelabuhan

internasional lainnya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan itu adalah penting

untuk memahami apa saja kelebihan Pelabuhan di Indonesia terutama jika melihat

kondisi geografis yang berada di persimpangan perdagangan dunia, serta

pentingnya bidang pelabuhan bagi perdagangan internasional. Perdagangan

internasional dalam berkegiatan pasti menggunakan jasa pelabuhan, pengiriman

barang-barang antar negara didominasi dengan menggunakan jasa perkapalan,

dari segi biaya dibandingkan moda transportasi lainnya penggunaan jasa

perkapalan lebih murah. Kedua, harus dipahami pula kebutuhan para pengguna

jasa pelabuhan, misalnya mereka yang menggunakan sarana pelabuhan sebagai

tempat berlabuh kapal-kapal pengirim komoditas maupun orang-orang yang

menggunakan jasa pelabuhan untuk melakukan perjalanan menggunakan kapal.

Dalam pasar bebas, dunia usaha dan orang-orang yang bepergian bebas

menentukan moda transportasi dan operator yang sesuai untuk kebutuhan mereka.

Mereka tidak hanya mempertimbangkan faktor harga, melainkan juga faktor

lainnya, seperti lamanya waktu transit, lamanya waktu tunggu, kehandalan,

kenyamanan, dan keamanan. Oleh karena itu pengoptimalisasi kinerja pelabuhan

harus segera dilakukan.

Kebijakan pemerintah terdahulu tidak menciptakan iklim yang kondusif

bagi pelabuhan untuk dapat menggali potensinya secara optimal. Sebelum

berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kinerja PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia hanya bergerak pada status quo. Status PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia yang merupakan penyelenggara pelabuhan satu-

satunya (monopoli), Monopoli ini kemudian dapat menghambat proses produksi

jasa pelayanan kepelabuhan. Dalam keadaan tidak ada pesaing, PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia kemudian tidak memiliki motivasi yang cukup besar untuk

mencari dan mengembangkan produksi pelayanan jasa kepelabuhan baru.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 90: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

78

Universitas Indonesia

Akibatnya, proses produksi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia akan mengalami

stagnansi dan bidang kepelabuhan di Indonesia tidak akan mengalami kemajuan.

Setelah lahir Undang-Undang Pelayaran yang baru, monopoli tersebut

berakhir secara hukum karena pada undang-undang tersebut menetapkan bahwa

Badan Usaha Pelabuhan yang dapat melakukan kegiatan kepelabuhan selama

Badan Usaha Pelabuhan tersebut memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh

Otoritas Pelabuhan sebagai penyelenggara pelabuhan, hal ini terdapat dalam Pasal

91 ayat (1) jo. Pasal 82 ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia yang berstatus BUMN berubah

status menjadi Badan Usaha Pelabuhan dan akan bersaing dengan Badan Usaha

Pelabuhan lainnya dalam berkegiatan kepelabuhan. Dengan diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, sektor kepelabuhan

Indonesia memasuki era baru yang menengahkan kegiatan multi-operator yang

melibatkan swasta di bidang kepelabuhan ini.

Maksud pemerintah membuat Undang-Undang Pelayaran yang baru yaitu

dengan semangat memberikan kesempatan bagi Pemda atau konsorsium swasta,

baik nasional maupun asing untuk investasi pada kegiatan kepelabuhan dengan

koridor yang disetujui pemerintah (diwakili oleh Otoritas Pelabuhan), sehingga

pelabuhan mengalami pertumbuhan. Pemerintah juga ingin menciptakan iklim

bisnis kepelabuhan yang kompetitif, sehingga menghilangkan monopoli dengan

menerapkan prinsip open access dan multi-operator. Selain itu pemerintah ingin

memisahkan kepemilikan antara prasarana dan sarana, di mana prasarana milik

Pemerintah dan sarana milik Badan Usaha Pelabuhan.

Membuka akses berarti memberikan kesempatan setiap Badan Usaha

Pelabuhan untuk menjadi operator pelabuhan yang berkualitas untuk menyediakan

layanan di bidang kepelabuhan. Yang dikatakan membuka akses untuk pelaku

usaha lainnya berarti menghapus citra monopoli pelabuhan oleh PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia yang selama ini telah melekat untuk waktu yang cukup lama

dan merangsang adanya terbentuk kompetisi, yaitu dengan berbagai cara misalnya

meningkatkan pelayanan, kehandalan dan kenyamanan standar pelayanan

kepelabuhan.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 91: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

79

Universitas Indonesia

Pada saat akan disahkanya Undang-Undang Nmor 17 Tahun 2008 Tentang

Pelayaran, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia secara terbuka menyatakan

keresahannya terkait dengan implementasi Undang-Undang Pelayaran yang baru.

Sektor pelabuhan dimana pun di dunia ini adalah untuk sektor yang sangat vital

dan harus didukung penuh oleh negara untuk digunakan demi kemakmuran dan

kepentingan ekonomi rakyatya. Peran pelabuhan haruslah sangat didukung oleh

pemerintah dan negara untuk kepentingan masyarakatnya. BUMN di Indoensia

khususnya BUMN Pelabuhan (PT (Persero) Pelabuhan Indonesia) tidak akan

berhasil dipecah-pecah untuk keuntungan asing. Pengalaman dan fakta yang

pernah terjadi yaitu BUMN Telekomunikasi di Indonesia yang akhirnya sebagian

sahamnya dimiliki oleh asing.

Penulis sendiri berpendapat dengan diterapkannya open access dan multi-

operator sebenarnya ada baiknya. Karena selama ini pelayanan yang diberikan

oleh PT (persero) Pelabuhan Indonesia tidak optimal. Diharapkan dengan adanya

persaingan dapat mendorong kinerja PT (Persero) Pelabuhan Indonesia sehingga

pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia

menjadi jauh lebih baik juga dapat mendorong perkembangan industri

kepelabuhan Indonesia menjadi jauh lebih baik lagi. Tetapi ada sisi negatif yang

dapat terjadi dengan ditetapkannya open access dan multi-operator yaitu akan

terjadi ditakutkan kegiatan Badan Usaha Pelabuhan swasta tidak memperhatikan

rakyat dan lingkungan karena pelaku usaha swasta yang masuk tujuannya adalah

mencari keuntungan.

3.4 Pengaturan Bidang Kepelabuhan dalam Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2008 Tentang Pelayaran dikaitkan dengan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Tidak Sehat.

Penyelenggara pelabuhan di Indonesia sebelum berlakunya Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dilakukan oleh BUMN

Pelabuhan, yaitu PT (Persero) Pelabuhan Indonesia. Sebelum berakhirnya

monopoli Negara dalam bidang kepelabuhan oleh BUMN, PT (persero)

Pelabuhan Indonesia sebenarnya telah banyak mengundang pendapat pro dan

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 92: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

80

Universitas Indonesia

kontra. Pihak yang pro berargumentasi bahwa bidang kepelabuhan merupakan

salah satu bidang yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak.

Sehingga seharusnya bidang usaha tersebut dimonopoli oleh pemerintah melalui

BUMN yang ditunjuk. Sedangkan pihak yang kontra beranggapan bahwa dengan

dimonopolinya pelabuhan, pelabuhan di Indonesia tidak akan berjalan dengan

optimal.153

Kualitas pelabuhan di Indonesia sangat buruk dan masih tertinggal

dengan negara-negara tetangga. Jadi dengan diakhirinya monopoli ini diharapkan

pelabuhan di Indonesia menjadi lebih baik kualitas pelayanannya.

Untuk waktu yang cukup lama PT (Persero) Pelabuhan Indonesia tidak

memiliki saingan. Sehingga dapat dikatakan kondisi pelabuhan di Indonesia

bersifat monopoli, seperti yang disebutkan dalam isu strategis Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dihadapkan pada berbagai masalah

antara lain kontribusi pelabuhan terhadap pembangunan nasional masih rendah,

infrastruktur belum memadai atau kurang berkualitas, birokrasi masih sulit dan

tingkat pelayanan masih jauh dari harapan. Dan memang faktanya selama ini,

ketika PT (Persero) Pelabuhan Indonesia memonopoli di Indonesia, tidak terbukti

pelayanannya menjadi lebih baik kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan

oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia masih rendah selama diberikan kekuasaan

untuk memonopoli bidang kepelabuhan di Indonesia, hal ini terlihat dari peringkat

pelabuhan dunia tahun 2007, dimana Pelabuhan Tanjung Priok menempati

peringkat ke-125 dunia.154

Padahal sebagai BUMN Pelabuhan yang diberikan

tanggung jawab sangatlah penting yang menyangkut kepentingan umum yaitu

untuk mengoperasikan pelabuhan di Indonesia. Kemudian ketika monopoli

tersebut berakhir secara hukum, yaitu dengan lahirnya Undang-Undang Pelayaran

yang baru, awalnya PT (Persero) Pelabuhan Indonesia, yang selama ini merasa

aman karena tidak memiliki pesaing, tentu saja merasa terusik dengan

diberlakukannya undang-undang baru tersebut.

Keberadaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

dengan isu-isu strategis yang semula disinyalir dapat merugikan PT (Persero)

153 Tri Widodo W. Utomo ”Mencermati Polemik Pengelolaan Pelabuhan”,

http://www.geocities.com/triwidodowu/pelabuhan.pdf, diakses 20 Juni 2012.

154

American Association of Port Authorities (AAPA), http://aapa.files.cms-

plus.com/Statistics/WORLDPORTRANKINGS2007.xls, diakses 21 Juni 2010.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 93: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

81

Universitas Indonesia

Pelabuhan Indonesia coba dijadikan motivasi oleh manajemen perusahaan.

Terbukti PT (Persero) Pelabuhan Indonesia menunjukan perubahan ke arah yang

lebih baik dalam hal pelayanan terhadap konsumennya. Perubahan itu dibuktikan

sebagai berikut:

1. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II mencatat kenaikan-kenaikan baik

dalam jumlah kunjungan kapal, arus barang, maupun arus petikemas.

Kunjungan kapal mengalami kenaikan dari 53.666 unit di tahun 2007

menjadi 54.664 unit di tahun 2008. Begitu pula dengan arus barang

yang pada tahun 2007 tercatat 108.290.763 ton menjadi 116.183.700

ton di tahun 2008 atau naik sebesar 7,29%.

2. Kunjungan kapal dari segi Gross Tonnage (GT) mengalami kenaikan

sebesar 3,64% dari 160.753.297 GT di tahun 2007 menjadi 166.606.797

GT di tahun 2008.

3. Kenaikan juga tampak dari arus penumpang yang pada tahun 2008

terealisasi sebesar 1.763.468 orang, atau naik 3,47%.

4. Dengan pencapaian terasebut, pada tahun 2008 pendapatan bersih PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia menjadi sebesar Rp 2.457,39 miliar, atau

naik 23,94% dibandingkan tahun sebelumnya (2007).155

5. Peringkat Pelabuhan Tanjung Priok menempati peringkat ke-96 dunia

atau naik 29 tingkat dibanding tahun 2007.156

Kehadiran Undang-Undang Pelayaran yang baru ternyata bisa

meningkatkan daya saing pelabuhan Indonesia di dunia dalam menunjang

terwujudnya kepelabuhan yang handal dan terpadu. Sesuai dengan UU tersebut,

pemerintah juga akan memberikan kesempatan bagi swasta untuk ikut

berpartisipasi dalam mengembangkan kegiatan kepelabuhan. Hal ini justru

menjadi cambuk dan tantangan bagi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia untuk

mempertahankan keberadaannya sekaligus menyiapkan perusahaan untuk terus

155 PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), Annual Report 2008 Winds of Change, hal. 7.

156

American Association of Port Authorities (AAPA), http://aapa.files.cms-

plus.com/Statistics/WORLD%20PORT%20RANKINGS%2020081.pdf, diakses 21 Juni 2010.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 94: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

82

Universitas Indonesia

tumbuh di masa mendatang.157

Sehingga diharapkan pengembangan pelabuhan

bisa lebih akseleratif. Sesuai ketentuan baru ini, pemerintah melalui Otoritas

Pelabuhan hanya akan bertindak selaku regulator yang antara lain menjalankan

fungsi pengaturan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelabuhan.

Beberapa perubahan penting yang dimuat dalam undang-undang tersebut

adalah dihilangkannya hak monopoli PT (Persero) Pelabuhan Indonesia dengan

membuka peluang bagi pihak swasta dalam kegiatan kepelabuhan di bidang yang

telah diatur dalam Pasal 90 ayat (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

tentang Pelayaran. Memisahkan fungsi regulator dan operator, sehingga dapat

mendorong masuknya investasi swasta di bidang pelayaran sebagai Badan Usaha

Pelabuhan. Kemudian hal lainnya menyangkut desentralisasi (seiring dengan

otonomisasi daerah), sehingga pemerintah daerah dapat berperan serta sebagai

penyelenggara pelabuhan di daerahnya sekaligus membuka peluang pemerintah

daerah untuk mendayagunakan pelabuhan di daerahnya semaksimal mungkin

untuk kemajuan daerah itu sendiri.

Kemudian bentuk keseriusan pemerintah membuka peluang ketertiban

swasta dalam bisnis pelayaran adalah dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah

Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan yang merupakan peraturan teknis

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Peraturan Pemerintah

tersebut antara lain, mengatur tentang Badan Usaha Pelabuhan yang dapat ikut

melakukan kegiatan kepelabuhan sepanjang memenuhi syarat yang diberikan

Otoritas Pelabuhan dan tidak melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Dengan begitu swasta bisa mulai berjalan ikut

dalam kegiatan kepelabuhan, lengkap berdasarkan petunjuk pelaksanaannya.

Peraturan pemerintah tersebut mengatur secara terperinci mengenai

penyelenggaraan sarana dan prasarana kepelabuhan, termasuk pelimpahan izin

kegiatan kepelabuhan dan pemberian konsesi/perjajian kerja sama. Dengan

adanya peraturan pemerintah ini bisa melengkapi dan memberikan kekuatan

hukum pada Undang-Undang pelayaran yang sudah keluar lebih dahulu.

157

PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), Annual Report 2008 Winds of Change, hal. 20.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 95: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

83

Universitas Indonesia

Pada saat ini memang sudah ada pelaku usaha swasta yang ikut dalam

kegiatan kepelabuhan untuk masuk ke dalam bidang usaha pelabuhan. Tujuan

membuka kesempatan berkegiatan kepelabuhan pada pelaku usaha swasta adalah

demi kemajuan sektor Pelabuhan di Indonesia. Penyelenggaraan pelabuhan di

Indonesia pada saat belum berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

tentang Pelayaran oleh PT (Persero) dianggap tidak memuaskan. PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia berkegiatan sebatas status quo, hal ini dapat menyebabkan

stagnansi di bidang kepelabuhan. Oleh karena itu, dengan dibukanya peluang bagi

pihak swasta untuk masuk ke dalam bidang usaha pelayaran ada dua kemungkinan

yang terjadi. Pertama, dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut:

a. Mendorong untuk meningkatkan mutu produk, pelayanan, proses

produksi dan teknologi;158

Adanya persaingan menciptakan efisiensi dalam pengalokasian sumber

daya. Persaingan yang kompetitif akan mendorong perusahaan-

perusahaan untuk beroperasi dengan biaya rata-rata terendah dari

produksi, namun menghasilkan produk berkualitas tinggi. Dalam sektor

usaha jasa, kinerja persaingan dilihat dari derajat/tingkat jasa pelayanan

yang diterima, digunakan, dialami, dan/atau dirasakan konsumen,

apakah sangat memuaskan, memuaskan, atau tidak memuaskan dan

disebut sebagai kualitas jasa (service quality).159

Maka dengan adanya

persaingan dalam sektor kepelabuhan, diharapkan dapat menciptakan

persaingan yang menuntut pelaku usaha untuk menggunakan sumber

dayanya secara efisien dan mengingkatkan pelayanan jasanya

(memberikan pelayanan yang memuaskan bagi konsumen) untuk

menciptakan loyalitas konsumen.

158 Haris Budiman, “Monopoli Pemerintah Dalam Pengelolaan Asuransi Kesehatan

Pegawai Negeri Sipil Menurut UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat”, (Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, Depok 2005), hal. 157.

159

Didie S. Marthadisastra, “Tinjauan Atas Persaingan dan Pengaruhnya Terhadap

Kinerja Usaha Pada sektor Jasa di Indonesia”, www.kppu.go.id, diakses pada tanggal 15 Juni 2010

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 96: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

84

Universitas Indonesia

b. Menghindarkan terjadinya konsentrasi kekuatan pasar pada satu atau

beberapa perusahaan yang akan membuat banyak produsen terlibat

dalam pasar yang bersangkutan sehingga konsumen memiliki banyak

alternatif dalam memilih barang dan/atau jasa;160

Dengan adanya persaingan, maka konsumen akan memiliki beberapa

pilihan. Sehingga, konsumen memiliki kebebasan untuk memilih

beberapa Badan Usaha Pelabuhan lain atau memilih PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia yang juga berstatus Badan Usaha Pelabuhan.

Dengan adanya kebebasan inilah, konsumen dapat memilih dan

menentukan sendiri jasa kegiatan kepelabuhan mana yang akan

digunakan dengan pertimbangan dari segi harga, fasilitas, dan

pelayanannya.

c. Pembagian sumber daya alam dan pemerataan pendapatan akan terjadi

secara mekanik, terlepas sama sekali dari campur tangan kekuasaan

pemerintah maupun pihak swasta yang memegang kekuasaan;161

Hal ini berarti tidak adanya pelaku usaha yang menguasai atau

melakukan penguasaan terhadap pasar. Sehingga dalam kegiatan

kepelabuhan di Indonesia tidak berpusat pada satu pelaku usaha saja

dan keuntungan yang didapat tidak hanya dinikmati satu pelaku usaha

saja.

d. Dapat menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi secara impersonal,

bukan melalui personal penguasa terganjal keputusan pengusaha

maupun penguasa tidak akan terjadi;162

Sistem ekonomi pasar yang kompetitif akan menghindari adanya

campur tangan pemerintah yang dapat memperburuk stabilitas pelaku

usaha dengan mengeluarkan kebijakan yang tidak pro pasar.

160

Haris Budiman, “Monopoli Pemerintah Dalam Pengelolaan Asuransi Kesehatan

Pegawai Negeri Sipil Menurut UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat”, (Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, Depok 2005), hal. 158.

161

Ibid. hal 159.

162

Ibid. hal 160.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 97: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

85

Universitas Indonesia

e. Terdapatnya kesempatan berusaha untuk masuk ke dalam pasar;163

Dengan menyerahkan kegiatan kepelabuhan dalam bidang kepelabuhan

pada mekanisme pasar akan membuka kesempatan berusaha pelaku

usaha, seperti perusahaan-perusahaan swasta untuk masuk dan

berkecimpung dalam bidang kegiatan kepelabuhan;

f. Proses persaingan dapat menyumbang penghapusan KKN karena

persaingan membuat sektor swasta dan hubungan antara penguasa-

penguasa menjadi lebih transparan dan accountable;164

Adanya persaingan, setiap pelaku usaha akan berusaha sebaik mungkin

memberikan yang terbaik kepada konsumennya, seperti mengaudit

keuangannya oleh akuntan publik dan menentang KKN yang dapat

merusak citranya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepercayaan

dari konsumen untuk tetap menggunakan jasanya.

Berdasarkan hal-hal di atas, membuktikan bahwa pelaku usaha swasta

dapat dianggap sebagai pesaing potensial165

dalam bidang kepelabuhan.

Kemungkinan yang kedua adalah dengan masuknya pelaku usaha swasta, akan

terjadi kenaikan harga yang merugikan rakyat, karena tujuan dari perusahaan

swasta tersebut adalah mengejar keuntungan. Contoh bidang usaha yang telah

dibuka untuk swasta adalah jalan tol.

Sektor pelabuhan menyangkut hajat hidup orang banyak, oleh karena itu

sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, kepentingan hajat hidup orang banyak

tersebut harus diutamakan. Monopoli dalam bidang kegiatan kepelabuhan

dianggap tidak lagi memuaskan karena belum mampunya PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia memberikan pelayanan yang memadai dan melindungi kepentingan

konsumennya. Sudah seharusnya pemerintah melalui Otoritas Pelabuhan sebagai

penyelenggara pelabuhan, meningkatkan kualitas PT (Persero) Pelabuhan

163 Ibid.

164

Ibid.

165

Pesaing yang potensial adalah pelaku usaha yang tidak (belum) bergeka di pasar yang

bersangkutan akan tetapi mempunyai kemampuan untuk bersaing di pasar itu yang mungkin

mempengaruhi persaingan. Lihat Knud Hansen, et. Al., UU No. 5 Tahun 1999: UU Larangan

Praktik monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Jakarta: Katalis, 2002), hal. 41.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 98: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

86

Universitas Indonesia

Indonesia, agar ketika pihak swasta masuk ke dalam persaingan, PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia dapat bersaing. Hal ini harus mendapat atensi lebih dari

pemerintah, pihak swasta melakukan suatu pengusahaan bertujuan untuk

mendapat keuntungan sebesar-besarnya, berbeda dengan PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia sebagai Badan Negara yang melakukan pengusahaannya dengan

berdasarkan kepentingan publik.

Kepentingan hajat hidup orang banyak berarti menyangkut kepentingan

umum, kepentingan umum harus didahulukan dibanding kepentingan pribadi.

Karena menyangkut kepentingan umum maka seharusnya bidang usaha ini

dimonopoli oleh negara. Dasar filosofisnya adalah Pancasila sila kedua dan sila

kelima, sedangkan dasar yuridisnya adalah Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.

Dengan berakhirnya monopoli PT (Persero) Pelabuhan Indonesia, berarti

bidang kepelabuhan sudah tidak lagi masuk dalam ruang lingkup Pasal 51

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Tidak Sehat. Bagi pengusaha yang ingin masuk dalam bidang

kepelabuhan harus sesuai dengan peraturan persaingan yang berlaku yaitu

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Tidak Sehat

Di dunia usaha, persaingan usaha atau kompetisi antar para pelaku usaha

dalam merebut pasar adalah hal yang sangat wajar. Namun hal itu menjadi tidak

wajar manakala persaingan tersebut dilakukan dengan cara yang curang (unfair),

dengan tujuan untuk menghalangi pelaku usaha lain untuk bersaing (barrier to

entry) atau mematikan usaha persaingannya. Namun demikian, kompetisi dapat

dilaksanakan secara wajar, apabila tercipta pertumbuhan dunia usaha yang sehat

dan menjamin adanya kesempatan berusaha yang sama dan adil. Dibutuhkan suatu

iklim persaingan usaha yang kondusif. Oleh karena itu, untuk menciptakan

persaingan usaha yang sehat dengan terbangunnya iklim yang kondusif,

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat. Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak

Sehat dapat mengantisipasi beberapa perilaku pelaku usaha yang tidak sehat yang

dilakukan oleh pelaku usaha dalam menciptakan kekuatan pasar yang cenderung

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 99: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

87

Universitas Indonesia

anti persaingan. Begitu juga dengan bisnis kepelabuhan, bila PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia melakukan tindakan monopoli dalam bidang kepelabuham

ini, maka PT (Persero) Pelabuhan Indonesia akan menyalahi aturan yang telah

ditentukan yaitu Pasal 17 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.

Untuk menyikapi Undang-Undang Pelayaran yang baru, PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia harus proaktif melakukan penjajakan dan merealisasikan

sebagai kerja sama pengembangan sarana dan prasarana serta perluasan bisnis

kegiatan kepelabuhan baik dengan pihak swasta maupun Pemda agar dapat

mempertahankan eksistensinya sebagai pihak paling dominan dalam bisnis

kepelabuhan Indonesia. Upaya ini diharapkan membuat PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia akan selalu terlibat dan dilibatkan dalam setiap perkembanan bisnis

kepelabuhan dengan mengedepankan pengalaman dan keahlian teknis pengolahan

yang sudah terbentuk puluhan tahun. Ini juga harus dilakukan sesuai dengan

koridor hukum persaingan usaha yang berlaku. Jangan sampai PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia menyalahgunakan posisi dominan yang dimilikinya.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 100: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

88

Universitas Indonesia

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan pada

pembahasan-pembahasan sebelumnya, maka penulis akan menjabarkan beberapa

kesimpulan sebagai jawaban dari pokok permasalahan yang ada pada Bab 1.

1. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia merupakan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang diberi pelimpahan dari Pemerintah untuk

bertindak sebagai penyelenggara pelabuhan dan terhadap badan usaha

penyelenggara kegiatan pelabuhan lainnya dapat diikutsertakan atas dasar

kerja sama dengan BUMN (PT (Persero) Pelabuhan Indonesia). Dengan

pengaturan ini terlihat bagaimana untuk melakukan kegiatan kepelabuhan

pada era sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

tentang Pelayaran seluruh pengusahaan kegiatan kepelabuhan dilakukan

atas kendali dari BUMN atau dengan kata lain seluruh pengusahaan

kegiatan kepelabuhan dilakukan dengan monopoli dari BUMN. PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia merupakan perusahaan cabang produksi

jasa kepelabuhan yang sangat penting bagi negara dan juga menguasai

hajat hidup orang banyak, sehingga PT (Persero) Pelabuhan Indonesia

haruslah dikuasai oleh negara. Kemudian sebagai perusahaan yang

menguasai hajat hidup orang banyak, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia

dalam hukum persaingan usaha mendapat pengecualian yang dituangkan

dalam Pasal 51 Undang-Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat. Artinya monopoli yang

dilakukan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia adalah monopoli yang

diperbolehkan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat (Monopoly by

law).

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II mengalami perubahan

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 101: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

89

Universitas Indonesia

terhadap status monopoli yang dimilikinya. Salah satu isu strategis yang

dikandung Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

adalah pengapusan monopoli sektor pelabuhan oleh PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,

Otoritas Pelabuhan ini yang melaksanakan fungsi sebagai regulator.

Sementara setelah dicabutnya fungsi regulator oleh Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia hanya bertindak sebagai operator. Pengertian operator yang

dimaksud Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran sama

dengan Badan Usaha Pelabuhan.

Hierarki penyelenggaraan pelabuhan yang dibentuk Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran ini membuka peluang swasta

untuk dapat melakukan kegiatan kepelabuhan. Dengan demikian maka

berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

mengakibatkan berakhirnya monopoli PT (Persero) Pelabuhan Indonesia

sebagai BUMN sektor kepelabuhan dan juga mengakibatkan PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia tidak lagi dilindungi oleh Pasal 51 Undang-Undang

nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Tidak Sehat sehingga harus juga bersaing sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang tersebut.

2. Penerapan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

memiliki pengaruh yang positif kepada sektor kepelabuhan Indonesia.

Dengan penerapan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran yang di dalamnya terkandung isu-isu strategis mengenai

penyelenggaraan pelabuhan, membuat pelabuhan Indonesia yang selama

ini mengalami stagnansi menjadi mulai mengalami pertumbuhan.

Status monopoli yang diperbolehkan oleh hukum ini ternyata telah

membuat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia melakukan kegiatan

pengusahaan pelabuhannya dengan cara status quo. Hal inilah yang

menjadikan sektor kepelabuhan Indonesia di era monopoli PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia mengalami stagnansi.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 102: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

90

Universitas Indonesia

Dampak penerapan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran lainnya adalah pemisahan fungsi regulator dan operator dalam

sektor kepelabuhan. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia tidak lagi berkuasa

penuh seperti yang diatur dalam undang-undang pelayaran sebelumnya

(Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992).

Status PT (Persero) Pelabuhan Indonesia yang dahulu merangkap fungsi

sebagai regulator dan operator ikut berubah. Menurut Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, PT (Persero) Pelabuhan

Indonesia kini hanya berfungsi sebagai operator. Fungsi operator yang

dimaksud Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran sama

dengan Badan Usaha Pelabuhan. Maka dengan berlakunya Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, hierarki kepelabuhan di

Indonesia menjadi fungsi regulator yang dilaksanakan oleh Otoritas

Pelabuhan dan fungsi operator yang dilaksanakan oleh Badan Usaha

Pelabuhan.

Dampak lainnya adalah peran serta Pemda dan swasta secara proposional

dalam kegiatan kepelabuhan. Penyelenggaraan pemerintahan daerah

disesuaikan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, yaitu pemerintahan daerah, yang mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran

serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan

dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Dengan dasar tersebut pemerintah daerah diharapkan dapat

mengatur dan mengurus kegiatan-kegiatan yang ada di daerahnya,

termasuk dalam hal ini adalah bidang kepelabuhan.

Peran swasta dalam kegiatan pelabuhan juga menjadi bagian penting dari

berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

Melihat kembali isu strategis penghapusan monopoli dan pemisahan

fungsi regulator dan operator PT (Persero) Pelabuhan Indonesia. Dengan

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 103: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

91

Universitas Indonesia

dibentuknya Otoritas Pelabuhan sebagai badan regulator dan berubahnya

status PT (Persero) Pelabuhan Indonesia menjadi hanya operator (Badan

Usaha Pelabuhan), maka terbukalah peluang swasta untuk masuk ke dalam

pengusahaan kegiatan pelabuhan. Hal ini disebabkan Otoritas Pelabuhan

adalah lembaga yang berhak memberikan konsesi kepada Badan Usaha

Pelabuhan siapa saja, tidak hanya PT (Persero) Pelabuhan Indonesia,

sepanjang memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Otoritas Pelabuhan

tersebut.

4.2 Saran

Berdasarkan penelitan, analisa dan kesimpulan yang penulis lakukan,

maka penulis akan mengajukan beberapa saran mengenai pembahasan dalam

karya tulis ini.

1. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

telah membuka kesempatan melakukan kegiatan pengusahaan

kepelabuhan yang luas, oleh karena itu perlu pengawasan yang ketat dari

Otoritas Pelabuhan sebagai penyelenggara pelabuhan. Pengawasan ini

diperlukan mengingat sektor pelabuhan adalah salah satu sektor yang

sangat vital dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Pengawasan oleh

Otoritas Pelabuhan dapat dilakukan antara lain: pengawasan terhadap

konsesi yang diberikan harus sesuai dengan kegunaannya.

2. Pemberian konsesi kepada swasta oleh Otoritas Pelabuhan juga harus

dilakukan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Berbeda dengan PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia yang merupakan perusahaan Negara, pihak-

pihak swasta melakukan suatu kegiatan dengan tujuan untuk mencari

keuntungan (profit oriented). Jangan sampai pembukaan kesempatan

berkegiatan di sektor kepelabuhan menyebabkan kerugian bagi Negara.

Pemberian konsesi ini bisa terlebih dahulu dilakukan penelitian terhadap

dampak-dampak yang terjadi jika konsesi jadi diberikan, misalnya analisa

dampak lingkungan.

3. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia harus siap menghadapi persaingan

pasar. Oleh karena itu perlu adanya peningkatkan kinerjanya dalam

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 104: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

92

Universitas Indonesia

kegiatan kepelabuhan. Hal tersebut bisa dilakukan antara lain: (1)

Peningkatan kualitas SDM dengan mengirim pegawai-pegawai PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia untuk belajar ke luar negeri, studi banding

dengan pelabuhan-pelabuhan yang memiliki reputasi bagus di dunia,

pemberian pelatihan-pelatihan. (2) Modernisasi peralatan dan

perlengkapan, (3) menghapuskan birokrasi yang berbelit-belit. PT

(Persero) Pelabuhan Indonesia sebenarnya telah memiliki keuntungan

dengan memiliki pengalaman melakukan kegiatan kepelabuhan selama

bertahun-tahun.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 105: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

93

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Black, Henry Campbell. Black’s law Dictionary, 6th

Edition., (ST.Paul. Minnesota

: West Publishing Co., 1990).

Emirzon, Jonny. Hukum perbankan Indonesia, (Palembang : Unsri Press, 1998).

Fuady, Munir. Hukum anti Monopoli menyonsong era persaingan usaha yang

sehat, (bandung : Citra Aditya Bakti, 2003).

____________. Hukum Anti Monopoli, PT. Citra Aditya Bakti,, Bandung, 1999.

____________. Hukum Bisinis dalam Teori dan Praktek Buku Kesatu, ( Bandung

: Citra Aditya Bakti, 1996).

Hansen, Kneud et.al., Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan usaha

persaingan tidak sehat ( Katalis, 2001).

Hermansyah. Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Jakarta:

Kencana, 2009.

Ibrahim, Johnny Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teori dan implikasi

penerapannya di Indonesia, cet.2, ( Jawa Timur : Bayumedia, 2007).

J.K.L, Valerina. Metode Penelitian Hukum, Kumpulan Tulisan, (Depok: Program

Sarjana FHUI, 2005).

Kurnia. Pengantar Hukum Persaingan Usaha, Depok : Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, 2008.

Mamudji, Sri. et.al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005).

Prayoga, Ayudya. Persaingan usaha dan hukum yang mengaturnya di Indonesia,

( Jakarta : Elips, 1999).

Sirait, Nigrum Natasya. Asosiasi & Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Medan:

Pustaka Bangsa Press, 2003).

Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 3,(Jakarta: UI Press, 1986).

_______________ dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, cet. 7, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 2003.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 106: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

94

Universitas Indonesia

Yani, Ahmad dan Widjaja, Gunawan. Anti Monopoli, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta 1999.

Artikel, Jurnal, dan Majalah

Pakpahan, Normin. “ Hukum persaingan, suatu tinjauan konseptual “, Jurnal

Hukum Bisinis, (Vol. 1, tahun 1997).

Ray, David. “Reformasi Sektor Pelabuhan Indonesia Dan UU Pelayaran Tahun

2008”, Badan Amerika Serikat Untuk Pembangunan Internasional

(USAID), Agustus 2008.

Makalah, Tesis, Skripsi, dan Disertasi

Budiman, Haris. “Monopoli Pemerintah Dalam Pengelolaan Asuransi Kesehatan

Pegawai Negeri Sipil Menurut UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, (Skripsi Sarjana

Universitas Indonesia, Depok 2005).

Yosafat, Christo. “Tinjauan Yuridis Dampak Penerapan Asas Cabotage Dalam

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Terhadap Jasa

Perhubungan Laut” Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, 2010.

Sumber Internet

American Association of Port Authorities (AAPA), http://aapa.files.cms-

plus.com/Statistics/WORLDPORTRANKINGS2007.xls, diakses 21 Juni

2010.

Asriani, http://analisis.vivanews.com/news/read/2697-uu_pelayaran, diakses pada

11 Juni 2012.

Utomo, Tri Widodo W, ”Mencermati Polemik Pengelolaan Pelabuhan”,

http://www.geocities.com/triwidodowu/pelabuhan.pdf, diakses 20 Juni

2012.

Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. UUD NRI 1945.

________, Undang-Undang Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat, UU No.5 Tahun 1999, TLN No.3817

________, Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara, UU No.19 tahun

2003, LN No.70 Tahun 2003, TLN No. 4297.

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012

Page 107: Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Mengenai Liberalisasi ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308569-S42497-Tinjuan hukum.pdf · Pelabuhan Sebagai Implementasi Undang-Undang Nomor 17

95

Universitas Indonesia

________, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.17 tahun 2008, LN

No.64 Tahun 2008, TLN No. 4849.

-------------, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No.21 tahun 1992, LN

No.98 Tahun 1992, TLN No. 3493.

-------------, Peraturan Pemerintah tentang Pelayaran, PP No.61 tahun 2009, LN

No.151 Tahun 2009, TLN No. 5070

Lain-Lain

Laporan Tahunan 2008 PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, Winds of Change

Laporan Tahunan 2010 PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, Mengubah

Tantangan Menjadi Kemajuan

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2009-

2013

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, Pendapat Dari Segi Hukum Pengaturan

Materi Kepelabuhan UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

Tinjauan hukum..., Muhammad Fikry Yonesyahardi, FH UI, 2012