Lecture 9-10_Kebijakan Liberalisasi Perdagangan

42
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN PERDAGANGAN Pertemuan - 10 Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2013

description

Kebijakan liberalisasi perdagangan

Transcript of Lecture 9-10_Kebijakan Liberalisasi Perdagangan

Slide 1

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN PERDAGANGAN

Pertemuan - 10

Fakultas PertanianUniversitas Padjadjaran2013

General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)

TAHUN 1946 1948 SERANGKAIAN KONFERENSI DI LONDON, NEW YORK, JENEWA DAN HAVANA UNTUK MENDIRIKAN INTERNASIONAL TRADE ORGANISATION (IMF DAN WORLD BANK)

TUJUAN UTAMA PEMBENTUKAN ITO ADALAH MENGUSAHAKAN TERBENTUKNYA PERSETUJUAN PENGURANGAN TARIF DI BIDANG PERDAGANGAN DUNIA, DAN MENGUSAHAKAN PERATURAN PERDAGANGAN DUNIA

ITO GAGAL DIDIRIKAN, KRN KONGRES AS MENOLAK HAVANA CHARTER

GATT BERLAKU SEJAK JANUARI 1948

MISI GATT

Sebagai lembaga yang selalu mengupayakan terciptanya Pasar Bebas. Dengan senantiasa mengedepankan konsep Keunggulan Komparatif atau memaksimalkan potensi (David Ricardo-1772/1823).

Keunggulan Komparatif: Negara menjadi makmur melalui konsentrasi terhadap produk apa yang bisa diproduksi oleh negara dengan sebaik-baiknya.

TUJUAN GATT

MENINGKATKAN TARAF HIDUP UMAT MANUSIA

MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA

MENINGKATKAN PEMANFAATAN KEKAYAAN ALAM DUNIA, DAN

MENINGKATKAN PRODUKSI DAN TUKAR MENUKAR BARANG.

PRINSIP-PRINSIP GATT

MOST FAVOURED NATION

Suatu kebijakan perdagangan harus dilaksanakan atas dasar non-diskriminatif. Semua negara terikat untuk memberikan negara2 lainnya perlakuan yang sama dlm pelaksanaan dan kebikan impor dan ekspor serta biaya lainnya

NASIONAL TREATMENT

Produk dari suatu negara anggota yang diimpor ke dalam suatu negara harus diperlakukan sama seperti halnya produk dalam negeri

LARANGAN RESTRIKSI KUANTITATIF

Larangan RK terhadap ekspor atau impor dalam apapun (mis penetapan kuota exim, restriksi penggunaan lisensi exim)

PRINSIP-PRINSIP GATT

PERLINDUNGAN MELALUI TARIF

Pada prinsipnya GATT hanya memperkenankan tindakan proteksi terhadap industri domestik melalui tarif (menaikan tarif bea masuk)

RESIPOSITAS

Perundingan- perundingan tarif yang didasarkan atas dasar timbal balik dan saling menguntungkan kedua belah pihak.

PRINSIP-PRINSIP GATT

FUNGSI GATT

Sebagai perangkat aturan multilateral yang mengatur tindak tanduk perdagangan yang dilakukan oleh pemerintah.

Sebagai suatu forum perundingan perdagangan untuk mengurangi/menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan, dan memantau perkembangan perdagangan

Sebagai suatu pengadilan internasional di mana para anggotanya menyelesaikan sengketa dagangnya dg anggota2 GATT Lainnya

General agreement on tariffs and trade (GATT)

Sampai dengan negosiasi GATT putaran ke 8 membahas mengenai tarif untuk produk industri

Pada putaran ke 8 (Putaran Uruguay) mulai membahas mengenai perdagangan produk pertanian

Putaran Uruguay

Putaran Uruguay adalah babak 8 negosiasi perdagangan multilateral (MTN) dilakukan dalam kerangka Perjanjian Umum mengenai Tarif dan Perdagangan (GATT), mulai 1986-1994 dan merangkul 123 negara sebagai "pihak kontraktor".

Putaran Uruguay mengubah GATT ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

World Trade Organization (WTO)

BADAN INTERNASIONAL YANG SECARA KHUSUS MENGATUR MASALAH PERDAGANGAN ANTAR NEGARA

RESMI BERDIRI PADA TANGGAL 1 JANUARI 1995

PERJANJIAN PERTANIAN (AGREEMENT ON AGRICULTURE)

berlaku sejak tanggal 1 Januari 1995 bertujuan untuk melakukan reformasi kebijakan perdagangan di bidang pertanian dalam rangka menciptakan suatu sistem perdagangan pertanian yang adil dan berorientasi pasar.

Mengapa produk pertanian dimasukan dlm reformasi perdagangan WTO?

Alasan keunggulan komparatif

Tidak stabilnya harga produk pertanian di dunia

Pengaruh proteksi yang dapat mengancam petani negara berkembang

1. Alasan keunggulan komparatif: dipasar dunia telah terjadi distorsi yg cukup tinggi dan tingkat inefisiensi yg besar. Akibatnya negara yg memiliki keunggulan komparatif tidak ampu bersaing, sdgkn negara yg tdk memiiki keunggulan komparatif dgn berbagai subisidi tdk mengakami kesulitan

14

3 pilar perjanjian pertanian WTO

AKSES PASAR

DUKUNGAN DOMESTIK

SUBSIDI EKSPOR

Akses Pasar

Akses pasar produk pertanian yang transparan,

Peningkatan hubungan antara pasar produk pertanian nasional dengan pasar internasional,

Pengurangan tarif

Mengubah hambatan non tarif menjadi tarif

Persetujuan Bidang Pertanian dengan mengacu pada sistem klasifikasi HS (harmonized system of product classification), produk-produk pertanian didefinisikan sebagai komoditi dasar pertanian (seperti beras, gandum, dll.) dan produk-produk olahannya (seperti roti, mentega, dll.).

Akses Pasar

Negara anggota dari kelompok negara maju sepakat untuk mengurangi tarif mereka sebesar rata-rata 36% pada seluruh produk pertanian, dengan pengurangan minimum 15% untuk setiap produk, dalam periode enam tahun sejak tahun 1995.

Negara berkembang, pengurangannya adalah 24% dan minimum 10% untuk setiap produk.

Negara terbelakang diminta untuk mengikat seluruh tarif pertaniannya namun tidak diharuskan untuk melakukan pengurangan tarif.

Akses Pasar

Subsidi Domestik

Green box : subsidi domestik yang tidak terpengaruh atau kalaupun ada sangat kecil pengaruhnya terhadap distorsi perdagangan sehingga tidak perlu dikurangi.

Amber box : subsidi domestik yang mendistorsi perdagangan sehingga harus dikurangi sesuai komitmen

Negara maju harus mengurangi total aggregate measure of support sebesar 20% selama 6 tahun

Negara berkembang mengurangi sebesar 13,3 % selama 10 tahun

Subsidi Domestik

Subsidi Ekspor

Umumnya dilakukan negara maju terutama EU dan AS

Hampir semua subsidi komoditas pertanian dilarang, kecuali utk negara berkembang (subisidi pemasaran dan transportasi)

Negara maju harus mengurangi subsidi sebesar 36% dari total budget

Negara berkembang mengurangi 24 %

Keseimbangan semu

Negara maju menyusun hambatan baru (new non tarif barier) Sanitary and Phytosanitary dgn alasan kesehatan produk negara berkembang kesulitan untuk menembus ke negara maju

Mengemukakan bahwa negara berkembang mendapat fasilitas pemotongan tarif yg lebih rendah dan jangka waktu yang lama, pdhl tidak ada artinya dibandingkan permasalahan hambatan sisi supply seperti infrastruktur, teknologi , kualitas sdm tidakmampu scr maksimal memanfaatkan keterbukaan pasar

Keseimbangan semu

Negara maju membatasi perkembangan agroindustri dr negara berkembang, krn hanya tertarik dengan bahan baku saja, kurang berminat dengan produk olahan.

Beberapa Kelompok negara

Kelompok Uni Eropa dan Amerika Serikat

Kelompok Cairns Group

Kelompok G-6

Kelompok G-10

Kelompok G-20

Kelompok G-33

Formula penurunan tarif dgn pendekatan berjenjang

FORMULA URUGUAY

FORMULA SWISS

DLL

Formula Uruguay pemotongan dilakukan secara rata-rata keseluruhan

Formula Swiss tarif yg tinggi akan terpangkas lebih banyak dibanding tarif yang rendah

Formula Uruguay pemotongan dilakukan secara rata-rata keseluruhan

Formula Swiss tarif yg tinggi akan terpangkas lebih banyak dibanding tarif yang rendah

25

Model Simulasi Kebijakan Perdagangan Pertanian ATPSM

Agricultural Trade Policy Simulation Model (ATPSM)

Dikembangkan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO),

Merupakan suatu model perdagangan global yang dirancang dalam simulasi kebijakan-kebijakan perdagangan pertanian, khususnya dalam konteks Uruguay Round Agreement on Agriculture

kelompok negara maju (Developed Country-DVD), kelompok negara sedang berkembang (Developing Country-DVG) termasuk negara yang belum berkembang (Least Developing Country-LDCs)

Model Simulasi Kebijakan Perdagangan Pertanian ATPSM

Model simulasi dapat melihat dampak dari instrumen-instrumen kebijakan perdagangan, khususnya dalam:

Reduksi out-of-quota tarifs dalam suatu persentase yang tertentu

Reduksi in-quota tarifs dalam suatu persentase yang tertentu

Reduksi subsidi domestik

Reduksi subsidi ekspor.

Model Simulasi Kebijakan Perdagangan Pertanian ATPSM

Multilateral

Sistem Perdagangan diatur

Free flow of goods & services and Investments

Relokasi Sumber Daya yang Efisien

Regional

Bilateral

Building Block

Bilateral

Bilateral

Bilateral

Regional

FORUM KERJASAMA INTERNASIONAL

DAN HAKEKAT MANFAATNYA

Meningkatkan kesejahteraan bersama

29

BERBAGAI TRADE AGREEMENT

Doha Development Round (Term of Trade yang adil belum terwujud)

Perundingan Tingkat Menteri, Hong Kong 2005 belum mencapai kesepakatan

Perundingan Jenewa di-suspend Juli 2006

Multilateral

GATT 1947

WTO Uruguay Round 1994

Regional

Free Trade Agreement

Regional

Bilateral

ASEAN

APEC

EC

NAFTA

MERCURSOR

IJEPA

Aus-Thai

Etc.

Reaksi

WTO

OKI

D-8

Etc.

Customs Union

Preferential

Trade

Agreement

Indonesia Pakistan

Indonesia Iran

Indonesia Jepang

Indonesia Australia

ASEAN China

ASEAN Korea

ASEAN Jepang

ASEAN India

ASEAN Aust/NZ

AS Jordan

AS Chile

AS Singapore

EU

AEC tahun 2015

Etc.

30

31

expanding to

Eastern Europe

expanding to

Latin America

FTA Regional

Source : CIA Factbook (2007)

NAFTA

Population: 445 million

GDP: US$15.857 trillion

EU

Population: 491 million

GDP: US$ 14.38 trillion

CHINA

Population: 1.330 billion

GDP PPP: US$ 6.991 trillion

JAPAN

Population: 127 million

GDP PPP: US$ 4.29 trillion

ASEAN

Population: 575.5 million

GDP: US$ 3.431 billion

FTA Canada Chile 1997

FTA : Chile Mexico 1999

FTA : USA Chile 2004

FTA : USA Singapore 2004

FTA : USA Australia 2005

FTA : Mexico Japan 2005

FTA : Chile Brunei NZ Singapore 2006

MERCOSUR

Argentina, Brazil,

Paraguay, Uruguay

FTAA

(by 2005)

under negotiation

NAFTA

U.S.A.,

Canada,

Mexico

SAPTA

Bangladesh, Bhutan, India, Maldives,

Nepal, Pakistan, Sri Lanka

China - ASEAN FTA

ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP)

Japan-Korea FTA

(under negotiation)

Japan-Mexico EPA

(signed agreement)

Japans Bilaterals:

Japan-Singapore EPA

Japan-Philippines EPA

Japan-Thailand EPA

Japan-Malaysia EPA

Japan-Indonesia EPA

AFTA

Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, Brunei, Vietnam, Laos, Myanmar, Cambodia

India - ASEAN FTA

EU-MEXICO FTA

EU

25 countries

ACP-EU

Countries in Africa and the Caribbean

(approx. 70 countries)

Japan-Mexico EPA

(signed agreement)

Japan-Korea-China FTA

(under negotiation)

Australia-New Zealand-ASEAN FTA

Korea - ASEAN FTA

Posisi indonesia dalam perdagangan internasional

World Economic Forum (WEF) 2008-2009, yang menunjukkan peringkat Daya Saing Indonesia yang terus menurun.

Pada tahun 2008-2009 Global Competitiveness Index (GCI) Indonesia berada pada peringkat 55 dari 134 negara.

Global Competitiveness Index(CGI)

NoNegaraCGI 2006-2007CGI2007-2008CGI 2008-2009CGI 2009-20101Singapura77532Malaysia212121243Thailand282834294Indonesia515455545Vietnam646870756Philipina71677187

Sumber :WEF Report 2007-2009

Peringkat 12 Pilar global competitiveness Index

NoPilar2006-20072007-20082008-20091Kelembagaan6063682Infrastruktur7891863Stabilitas Ekonomi Makro7389724Pendidikan Dasar & Kesehatan8378875Pelatihan & Pendidikan Tinggi7065716Efisiensi Barang332337

Sumber: WEF Repot, berbagai edisi

Lanjutan .....

NoPilar2006-20072007-20082008-20097Efisiensi Pasar Tenaga Kerja5131438Kecanggihan Pasar Uang5850579Kesiapan Teknologi75758810Ukuran Pasar15151711Kecanggihan Bisnis41333912Inovasi394147

Sumber: WEF Repot, berbagai edisi

PERINGKAT INDONESIA DI DUNIA

KomoditiPeringkat DuniaKaret Alam2Total Karet (+sintetik)4Minyak Sawit1Lada Putih1Lada Hitam3Batubara2LNG3Panas bumi1Tembaga1KomoditiPeringkatDuniaBiji-bijian5Beras3Teh2Kopi3Coklat2Pala1Ikan3Emas3Produk hutan6

Peringkat kemudahan berbisnis (bank dunia, 2009)

NoNegaraPeringkat Kemudahan Berbisnis1Singapura12Malaysia203Thailand124Indonesia1295Vietnam926Philipina140

Laporan Bank Dunia Doing Business 2009

Lima masalah utama dalam menjalankan bisnis di Indonesia adalah :

Infrastruktur buruk,

ketidakefisienan birokrasi,

keterbatasan akses pendanaan,

kebijakan tidak stabil/inkonsistensi kebijakan

Peraturan tenaga kerja yang restriktif.

Indonesia

&

Partner Negosiasi

Liberalisasi

Fasilitasi

Economic

Cooperation

NEGOSIASI

Trade

Off

DAYA SAING PRODUK

Investment

climate

Trade in Goods

Trade in Services

Asosiasi

Sektor swasta

Government

Institute

Capacity Building

Standard, MRA

Tantangan Indonesia dalam menghadapi FTA

39

Daftar pustaka

Krugman, Paul R. dan Obstfeld, (2003), International Economics: Theory and Policy, Sixth Edition, Addison Wesley

Salvatore, D. (2004), International Economics, Eight Edition, Wiley.

Susanto, Hari (2006). Perdagangan Domestik dalam penguatan Ekonomi Domestik. Pusat Peneltian Ekonomi. Lembaga Penelitian Indonesia. Jakarta.

World Economic Forum (WEF) Report, Global Competitiveness Index 2006-2009

World Bank, Doing Business 2009-2010

Tugas Kelompok

Terima kasih ^_^