TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

74
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN KARYAWAN DI TOKO SINAR GROSIR KEBONSARI SKRIPSI Oleh SYAIFULLAH AL BAHRI NIM 210214157 Pembimbing: MARTHA ERI SAFIRA, M. H. NIP 198207270120092011 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2020

Transcript of TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN

KARYAWAN DI TOKO SINAR GROSIR KEBONSARI

SKRIPSI

Oleh

SYAIFULLAH AL BAHRI

NIM 210214157

Pembimbing:

MARTHA ERI SAFIRA, M. H.

NIP 198207270120092011

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2020

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

ABSTRAK

Al-Bahri, Syaifullah. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pengupahan

Karyawan di Toko Sinar Grosir Kebonsari. Skripsi. Jurusan Hukum

Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Istitut Agama Islam Negeri (IAIN)

Ponorogo. Pembimbing Martha Eri Safira, M. H.

Kata Kunci : Ija>rah, Upah Pokok, Upah Lembur

Upah atau gaji adalah hak pemenuhan ekonomi bagi pekerja yang menjadi

kewajiban dan tidak boleh diabaikan oleh para pihak yang mempekerjakan. Islam

menekankan perlunya keadilan dalam segala hal, yang salah satunya mengenai

keadilan dalam waktu kerja kepada pekerja. Di toko Sinar Grosir Kebonsari untuk

pembagian waktu kerja para karyawan terbagi atas dua gelombang yang

ditentukan yaitu waktu pagi yang dimulai pukul 06:00 hingga pukul 14:00 dan

gelombang dua waktu dimulai pukul 14:00 hingga pukul 20:30. Disini terlihat

jelas bahwa perbedaan antara shift pagi dan siang berbeda 1,5 jam, untuk

pemberian upah diberikan dengan jumlah yang sama rata. Apabila ada tambahan

jam lembur, upah lembur diberikan sama rata sebesar Rp.50.000 dalam sebulan

sekali tanpa meperhitungkan banyaknya jumlah lembur antar karyawan.

Dari latar belakang tersebut, dapat ditarik rumusan masalah yakni, 1)

Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengupahan karyawan di toko Sinar

Grosir Kebonsari? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengupahan

kerja lembur karyawan di toko Sinar Grosir Kebonsari?

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan mengumpulkan data melalui

wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan metode induktif.

Dalam skripsi ini dapat ditarik kesimpulan 1) Tinjauan hukum Islam

terhadap pengupahan karyawan di toko Sinar Grosir Kebonsari pada praktiknya

ada ketidakadilan dalam pengupahan yang dilakukan majikan kepada para

karyawannya yaitu selisih perbedaan jam kerja antara para karyawan selama satu

setengah jam kerja, tetapi upah yang mereka terima sama. Akan tetapi karena di

awal akad karyawan dan pemilik toko sudah sepakat terhadap sistem

pengupahannya, maka akad ija>rah tetap sah. 2) Tinjauan hukum Islam terhadap

pengupahan kerja lembur karyawan di toko Sinar Grosir Kebonsari pada di toko

Sinar Grosir Kebonsari dalam praktiknya tidak ada patokan jumlah pengupahan

kerja lembur, hanya memberikan upah Rp. 50.000 dalam sebulan sekali. Tetapi

sudah ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Ketentuan tersebut dapat

diterima oleh para karyawan di karenakan setiap empat bulan sekali gaji mereka

naik.

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …
Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …
Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …
Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …
Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hubungan sosial yang paling dominan dalam kehidupan manusia

adalah hubungan ekonomi. Karena untuk memudahkan pemenuhan segala

kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan bantuan orang lain, terutama

dalam hal kehidupan modern dimana kehidupan manusia sudah mengarah

pada spesialisasi profesi dan produksi. Dalam hubungan ekonomi kegiatan

tukar menukar terjadi dalam sebuah proses yang dinamakan transaksi.

Secara hukum transaksi adalah bagian dari kesepakatan perjanjian,

sedangkan perjanjian bagian dari perikatan.1

Perkembangan jenis dan bentuk muamalah yang dilaksanakan oleh

manusia sejak dahulu sampai sekarang sejalan dengan perkembangan

kebutuhan dan pengetahuan manusia itu sendiri. Atas dasar itu, dijumpai

dalam berbagai jenis suku bangsa dan bentuk muamalah yang beragam,

yang esensinya adalah saling melakukan transaksi sosial dalam upaya

memenuhi kebutuhan masing-masing.2

Salah satu kegiatan manusia dalam lapangan muamalah ialah ija>rah.

Menurut bahasa, ija>rah berarti upah atau ganti atau imbalan. Karena itu,

lafaz} ija>rah mempunyai pengertian umum yang meliputi upah atas

pemanfaatan sesuatu benda atau imbalan sesuatu kegiatan, atau upah karena

1 Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam

(Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta, 2004), 153. 2 Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer (Bandung:

Alfabeta, 2010), V.

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

2

melakukan sesuatu aktifitas. Kalau sekiranya kitab-kitab Fiqh selalu

menerjemahkan kata ija>rah dengan sewa-menyewa, maka hal tersebut tidak

selamanya diartikan menyewa sesuatu barang untuk diambil manfaatnya

saja, tetapi harus dipahami dalam arti yang luas.3

Menurut istilah, ija>rah adalah kontrak atas jasa atau manfaat yang

memiliki nilai ekonomis, diketahui, legal, diserah terimakan kepada orang

lain, dengan menggunakan upah yang diketahui.4

Selain itu, ija>rah bermakna suatu akad yang berisi penukaran manfaat

sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Hal ini

sama artinya dengan menjual manfaat sesuatu benda, menjual „ayn dari

benda itu sendiri. Kelompok H{anafiyah mengartikan ija>rah dengan akad

yang berisi pemanfaatan manfaat tertentu dari suatu benda yang diganti

dengan pembayaran dalam jumlah yang disepakati. Dengan istilah lain dapat

pula disebutkan bahwa ija>rah adalah salah satu akad yang berisi

pengambilan manfaat sesuatu dengan jalan penggantian.5

Pada prinsipnya setiap orang yang bekerja pasti akan mendapat

imbalan dari apa yang dikerjakannya dan masing-masing tidak akan

dirugikan. Sehingga terciptalah suatu keadilan diantara mereka. 6

Allah

SWT berfirman:

ى لله لأ و لله لأ وى ىاوىلله لأى و ى تو ى ولو و لأ ىاوات لله لأ و ى لله لى نو لأ س ى ت الأو ق ورلأ و ىاو الأ ى اللهى الس و او ات ىىىاو و و و

3 Helmi Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 29.

4 Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqh Muamalah (Kediri: Lirboyo Press, 2013), 278.

5 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, 29.

6 Vikha Vardha Aulia, Praktik Pengupahan Buruh Gendong Di Pasar Blimbing Malang

Perspektif Mazhab Syafi‟i, Skripsi (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016), 3.

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

3

Artinya: Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan

agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan

mereka tidak akan dirugikan. (QS. Al-Jaatsiyah : 22)7

Dalam ketentuan fiqh ija<rah harus adanya keadilan dan kelayakan

dalam memberikan upah. Islam memberi pedoman kepada para pihak yang

mempekerjakan orang lain bahwa prinsip pemberian upah harus mencakup

dua hal, yaitu adil dan mencukupi. Prinsip tersebut terangkum dalam sebuah

hadith Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Al-Baihaqi,

“Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering keringatnya, dan

beritahukan ketentuan gajinya, terhadap apa yang dikerjakan”.8

Seiring dengan terciptanya hubungan kerja antar pemberi kerja dan

pekerja menimbulkan adanya hak dan kewajiban yang harus mereka terima

dan mereka penuhi. Diantara hak yang harus diterima oleh pemberi kerja

adalah memperoleh hasil kerja dari pekerja yang baik, sedangkan kewajiban

yang harus dipenuhinnya adalah memberi upah kepada para pekerja. Di

dalam Islam hubungan kerja antara pemberi kerja dengan pekerja disebut

dengan ija>rah. Pekerja adalah para tenaga kerja yang bekerja pada

perusahaan, dimana para tenaga kerja itu harus tunduk kepada perintah dan

peraturan kerja yang diadakan oleh pengusaha (majikan) yang bertanggung

jawab atas lingkungan perusahaannya, tenaga kerja itu akan memperoleh

upah dan atau jaminan hidup lainnya yang wajar.9

7 CV Karya Utama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya Juz 1-30 Edisi Baru (Surabaya: CV

Karya Utama, 2005), 720. 8 Vikha Vardha Aulia, “Praktik Pengupahan Buruh Gendong Di Pasar Blimbing Malang

Perspektif Mazhab Syafi‟i”, Skripsi, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016), 2. 9 Ika Novi, Pengupahan Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif, Jurnal Az

Zarqa‟ Vol.9 No.2 (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017), 187.

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

4

Upah atau gaji adalah hak pemenuhan ekonomi bagi pekerja yang

menjadi kewajiban dan tidak boleh diabaikan oleh para majikan atau pihak

yang mempekerjakan. Islam menekankan perlunya keadilan dalam segala

hal, yang salah satunya mengenai keadilan dalam waktu kerja kepada

pekerja. Keadilan dalam arti ini adalah pihak yang terdzalimi antar kedua

pihak maka besaran upah dalam mempekerjakan seorang pekerja harus jelas

dan disepakati oleh kedua belah pihak, baik dari pemilik usaha maupun

pekerja.10

Menetapkan upah yang adil bagi seorang buruh sesuai kehendak

Shari<’ah bukan suatu pekerjaan yang mudah. Kompleksitas

permasalahannya terletak pada ukuran yang akan digunakan dan dapat

membantu mentransformasikan konsep upah yang adil ke dalam dunia

kerja.11

Selain itu, pemerintah juga sudah mengatur dalam UU No. 13 tahun

2003 tentang ketenagakerjaan, dan telah dijelaskan bahwa untuk

mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan. Pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang

melindungi pekerja atau buruh. kebijakan pengupahan tersebut diantaranya

yaitu upah minimum, upah lembur, dan juga bentuk dan pembayaran upah.

Secara universal, praktek pengupahan ini hendaknya memenuhi

konsep keadilan dan tidak merugikan salah satu pihak, baik itu buruh

ataupun majikan. kemudian bentuk dari keadilan tersebut juga sangat

banyak, keadilan dalam hal jam kerja, keadilan dalam hal jumlah upah,

10

Adiwarman Azhar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012),359. 11

Ika Novi, Pengupahan Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif, 212.

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

5

keadilan dalam porsi kerja dan keadilan dalam hal jaminan kesejahteraan

lainnya. Namun praktiknya di lapangan, dewasa ini banyak sekali praktik

sistem pengupahan yang kurang tepat dengan aturan sehingga muncullah

berbagai permasalahan yang terkadang menimbulkan rasa ketidakadilan

bagi para buruh atau karyawan.

Salah satu contoh yang dimaksud dalam permasalahan tersebut yaitu

penerapan pada usaha pribadi toko Sinar Grosir Kebonsari, toko ini

merupakan salah satu dari sekian banyak toko yang ada di Kebonsari,

gambaran usaha yang telah berjalan sejak tahun 2011. Toko ini menjual

berbagai jenis bahan pokok di antaranya yaitu beras, gula, minyak goreng,

serta makanan ringan dan juga minuman-minuman instan. Toko Sinar

Grosir berlokasi di Jl. Raya Kebonsari, Kedondong Kecamatan Kebonsari

Kabupaten Madiun.

Toko Sinar Grosir ini juga seperti halnya bentuk hubungan industrial

lainnya yang di dalamnya terdapat pihak pekerja dan pihak pemilik juga

mempunyai sistem dalam pengupahan karyawan. Beberapa bentuk

pelaksanaan pengupahan dan fasilitas yang diperolah karyawan Toko Sinar

Grosir Kebonsari diantanranya :

1. Upah pokok yang berjumlah Rp. 250.000

2. Makan 1 kali

3. Minum free

4. Tempat ibadah

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

6

Jadi seluruh karyawan di toko Sinar Grosir Kebonsari mendapat upah

pokok sebesar Rp. 250.000 bersih, yaitu dalam bentuk cash dan dibayarkan

tiap minggu, kemudian beberapa fasilitas selain uang cash yaitu makan 1

kali dan bebas untuk minum, selain itu juga disediakan tempat untuk

beribadah.

Waktu kerja di toko tersebut mulai pukul 06:00 WIB dan waktu

pulang pukul 20:30 WIB. Pembagian masuk kerja para karyawan terbagi

atas dua gelombang yang ditentukan yaitu masuk pagi yang dimulai pukul

06:00 WIB hingga pukul 14:00 WIB dan gelombang dua masuk mulai pukul

14:00 WIB hingga pukul 20:30 WIB. 12

Di sini terlihat jelas kurang adil

dengan adanya perbedaan jam kerja antar para karyawan yang masuk pagi

dengan siang, karyawan yang masuk pagi bekerja selama delapan jam

sedangkan yang masuk siang bekerja selama enam jam setengah. perbedaan

tersebut yakni 1.5 jam.

Selain itu, ketika barang–barang yang diorder oleh pemilik toko

datang, karyawan ditugaskan mengecek ulang barang dagangan yang

masuk, dan biasanya barang dagangan yang masuk terbilang banyak,

sehingga beberapa kali mengakibatkan karyawan lembur kerja antara satu

sampai dua jam. Di toko ini telah disepakati antara pemilik toko dengan

karyawan bahwasannya perhitungan waktu lembur dihargai 15.000 per

jamnya. Akan tetapi pada praktiknya upah hasil lembur tidak seperti yang

12

Fuad Zuhdi, wawancara tentang sistem pengupahan kerja, 20 Juni 2019, tempat di rumah

narasumber pukul 18:30 WIB.

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

7

disepakati di awal perjanjian, karyawan mendapat upah tambahan Rp,

50.000,- per bulan tanpa memperhitungkan jam lembur.13

Berdasarkan penjelasan dan latar belakang di atas, peneliti tertarik

untuk meneliti lebih jauh dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul tentang

Tinjauan Fiqh Terhadap Sistem Pengupahan Karyawan di Toko Sinar Grosir

Kebonsari.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengupahan karyawan di

toko Sinar Grosir Kebonsari ?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengupahan kerja lembur

karyawan di toko Sinar Grosir Kebonsari ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis tentang sistem pengupahan

karyawan di toko Sinar Grosir Kebonsari.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis tentang pengupahan kerja lembur

karyawan di toko Sinar Grosir Kebonsari.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis, kajian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan pemikiran bagi pengembangan kajian Islam, khususnya

bagi Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah serta menjadi

referensi dan juga refleksi kajian berikutnya yang berkaitan dengan

13

Nurwatul Khasanah, wawancara tentang sistem pengupahan kerja, 21 Juni 2019, tempat

di rumah narasumber pukul 18:30 WIB.20 Juni 2019.

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

8

“Tinjauan Fiqh Terhadap Sistem Pengupahan Karyawan di Toko Sinar

Grosir Kebonsari”. Selain itu diharapkan hasil dari kajian ini dapat

menarik perhatian peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang masalah yang serupa.

2. Praktis

Secara praktis, kajian skripsi ini diharapkan menjadi sumbangan

yang berarti bagi masyarakat pada umumnya dan semoga dapat

digunakan kajian lebih lanjut oleh para peminat untuk mengetahui

bagaimana Tinjauan Fiqh Terhadap Sistem Pengupahan Karyawan di

Toko Sinar Grosir Kebonsari

E. Telaah Pustaka

Sejauh ini sudah banyak yang meneliti tentang sistem pengupahan,

tetapi belum banyak mengenai pengupahan kerja lembur pada bisnis ini.

Dengan demikian penulis beranggapan bahwa penelitian ini masih layak

dilakukan. Karya tulis yang penulis dapat tentukan di antaranya :

Skripsi Tahun 2013 yang ditulis Bayu Aji Santoso Jurusan Muamalah

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Sistem Penggajian di G‟bol Coffe Yogyakarta”. Dengan hasil

penelitian adalah penitikberatan pada sistem penggajian karyawan meskipun

akad yang digunakan menggunakan lisan, namun semua rukun dan

syaratnya telah terpenuhi. Dalam akad tersebut jelas mengenai sistem kerja,

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

9

jangka waktu, besar upah yang akan di terima pekerja, dan tata cara

pembayarannya.14

Skripsi Tahun 2018 yang ditulis Wahyu Nely Gayatri Jurusan Hukum

Ekonomi Syariah UI Walisongo Semarang yang berjudul “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Sistem Pengupahan pada Pemeliharaan Sapi di Kecamatan

Plantungan Kabupaten Kendal.” Dengan hasil penelitian adalah praktik

pengupahan pemeliharaan sapi di Kecamatan Plantungan Kabupaen Kendal.

Dalam pelaksaan yang terjadi, buruh tidak dibayar dengan apa yang telah

disepakati di awal akad.15

Skripsi Tahun 2017 yang ditulis Elin Rahmawati Jurusan Muamalah

IAIN Ponorogo yang berjudul “Tinjauan Fiqh Ijarah Terhadap Sistem

Pengupahan Karyawan Dan Ganti Rugi Di Rumah Makan Bu Lis Ngebel

Ponorogo.” Dengan hasil penelitian adalah menurut fiqh ija<rah akad yang

terjadi di rumah makan bu Lis telah sesuai dengan hukum Islam karena

maksud dari upah yang harus diketahui di sini bukanlah disebutkan

nominalnya namun di sini karyawan umumnya telah mengetahui upah yang

akan diterima baik dari karyawan yang telah bekerja di tempat tersebut

maupun dari pihak lain. Sistem pengupahan karyawan di rumah makan bu

Lis tidak sesuai dengan fiqh ija<rah, karena adanya ketidakadilan dalam

pengupahan yang dilakukan oleh majikan kepada karyawan dalam

memberikan upah. Dan penerapan ganti rugi pembukuan keuangan

14

Bayu Aji Santoso, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Penggajian di G‟bol Coffe”,

Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2013. 15

Wahyu Nely Gayatri, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pengupahan pada

Pemeliharaan Sapi di Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal”, Skripsi, UIN Walisongo

Semarang: 2018.

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

10

pendapatan belum sesuai dengan fiqh ija<rah karena ketidaksesuaian

pembukuan keuangan rumah makan bukanlah kesalahan akibat kelalaian

ataupun kesengajaan dari para karyawan.16

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian lapangan merupakan

penelitian kualitatif dimana peneliti mengamati dan berpartisipasi

secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil dan mengamati

budaya setempat. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian

yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.17

2. Kehadiran Peneliti

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari

pengamatan berperan serta, namun peranan penelitian yang

menentukan keseluruhan skenarionya. Untuk itu dalam penelitian ini,

peneliti bertindak sebagai instrument kunci, pengamat penuh sekaligus

pengumpulan data, sedangkan instrumen yang lain sebagai

penunjang.18

16

Elin Rahmawati, “Tinjauan Fiqh Ijarah Terhadap Sistem Pengupahan Karyawan Dan

Ganti Rugi Di Rumah Makan Bu Lis Ngebel Ponorogo”, Skripsi, IAIN Ponorogo, 2015. 17

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),

21. 18

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Gajah Mada, 1980), 3.

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

11

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi yang diambil oleh penulis dalam

penulisan untuk menyusun skripsi yaitu di Toko Sinar Grosir

Kebonsari. Dengan mempertimbangkan lokasi Toko Sinar Grosir yang

memperkerjakan karyawan dengan sistem pengupahan yang sedikit

berbeda dengan toko lainnya di sekitarnya.

4. Data dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah jenis data yanng diperoleh langsung

dari objek penelitian dari sumber asli. Dalam hal ini, maka

proses pengumpulan datanya perlu dilakukan dengan

memperhatikan siapa sumber yang akan dijadikan objek

penelitian. Dalam penelitian ini sumber primer berasal dari

wawancara peneliti dengan pemilik toko Sinar Grosir

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk

yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain,

biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data sekunder ini

biasanya sebagai pelengkap dari data primer. Sumber sekunder,

diperoleh dari masyarakat.19

19

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2009), 19.

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

12

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data

yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-

hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan

benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.20

Peneliti

terjun langsung ke lapangan untuk melihat praktek upah

mengupah dan kerja lembur di toko Sinar Grosir Kebonsari guna

mendapatkan data yang diperlukan dan dicatat secara sistematis

terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini

adalah masalah sistem pengupahan karyawan yang berbeda jam

kerja tetapi diberikan gaji yang sama dan kerja lembur yang

tidak mendapatkan upah tambahan yang sesuai kesepakatan di

awal.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud

untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,

organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainnya, yang dilakukan

dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan

pertanyaan dengan yang diwawancarai (interviewee).21

Wawancara merupakan komunikasi antara dua orang,

20

Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almashur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media, 2012), 165. 21

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2004), 108.

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

13

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari

seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

berdasarkan tujuan tertentu.22

Dalam hal ini peneliti melakukan

tanya jawab langsung dengan pemilik toko dan karyawan yang

bekerja di toko Sinar Grosir Kebonsari. Wawancara ini

digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sistem

pengupahan dan kerja lembur di Toko Sinar Grosir Kebonsari.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah mencari data mengenai suatu hal yang

berasal dari pihak lain yang berupa catatan, buku, dan surat

kabar.23

Dalam hal ini penulis mengumpulkan dokumentasi

untuk melengkapi data-data dan dokumentasi tersebut penulis

pilih yang berkaitan langsung dengan sistem pengupahan dan

kerja lembur di toko Sinar Grosir Kebonsari.

6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan analisis

data kualitatif yang bersifat membangun, mengembangkan dan

menemukan teori-teori sosial.24

Analisis data bermaksud untuk

mengorganisasikan data, data yang terkumpul terdiri dari catatan

22

Deddy Maulana, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2004), 180. 23

Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 135. 24

Ibid., 80.

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

14

lapangan dan tanggapan peneliti, gambaran, foto, dokumen, artikel

dan sebagainnya. 25

Seluruh data penelitian yang telah dikumpulkan ataupun

diperoleh dianalisa secara kualitatif dengan cara menggambarkan

masalah secara jelas dan mendalam. Peneliti mengumpulkan informasi

dari pemilik dan karyawan sehingga di akhir penelitian nanti akan

menghasilkan suatu kesimpulan mengenai permasalahan pelaksanaan

upah-mengupah dan kerja lembur di toko Sinar Grosir Kebonsari.

7. Pengecekan Keabsahan

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari

konsep kesahihan (Validitas) dan keandalan (reabilitas) serta derajat

kepercayaan dan keabsahan data (Kreabilitas data).26

Uji kredibilitas

data antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan dalam penelitian, trianggulasi, diskusi dengan

teman, analisis kasus negative dan membercheck.27

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika penyusunan laporan hasil penelitian kualitatif ini nantinya

akan dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti dan

bagian akhir untuk memudahkan dalam penulisan, maka pembahasan dalam

laporan penelitian ini penulis kelompokkan menjadi 5 bab. Masing-masing

bab terdiri dari sub-sub yang berkaitan. Sistematika pembahasan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

25

Ibid., 85. 26

Ibid., 178. 27

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2015), 270.

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

15

Bab Pertama, dalam bab ini berisi mengenai penjelasan secara umum

dan gambaran tentang isi skripsi diantarannya berisi tentang : latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah

pustaka, metode penelitian dan sistematika penelitian.

Bab Kedua, pada bab ini landasan teori, yang merupakan pijakan

selanjutnya yang digunakan untuk menganalisis data di dalam laporan

penelitian. Yang terdiri dari dua sub bab, yaitu : pertama mengenai konsep

ija<rah yang dimulai dari pengertian ija<rah , dasar hukum ija<rah , rukun dan

syarat ija<rah , hak dan kewajiban para pihak, dan pembatalan dan berahirnya

ija<rah .

Bab Ketiga, menjelaskan penyajian hasil penelitian yang berisi

tentang paparan data secara rinci. Data dalam bab ini akan dipilih menjadi

dua, yaitu data umum dan data khusus. Data umum antara lain keberadaan

lokasi penelitian, sejarah berdirinya toko Sinar Grosir Kebonsari.

Sedangkan data khusus adalah sistem pengupahan karyawan di toko Sinar

Grosir dan pengupahan kerja lembur di toko Sinar Grosir Kebonsari.

Bab Keempat, merupakan analisis data, yaitu pembacaan data dengan

menggunakan teori-teori yang ada dalam bab II sehingga dapat diketahui

bagaimana pandangan fiqh ija<rah terhadap sistem pengupahan karyawan

dan sistem pengupahan kerja lembur.

Bab Kelima, Penutup. Bab ini merupakan bab yang berisi kesimpulan

dan dilengkapi dengan saran sebagai bahan rekomendasi dari hasil

penelitian penulis.

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

16

BAB II

IJA>RAH

A. Definisi Ija >rah

Upah/al-ija>rah berasal dari kata al-ajru yang berarti al’Iwadu (ganti).

Menurut pengertian shara‟, al-ija>rah adalah suatu jenis akad untuk

mengambil manfaat dengan jalan penggantian.28

Secara etimologi, ija>rah

berarti “upah” atau “ganti” atau “imbalan”. Sedangkan dalam konteks

KUHPerdata al-ija>rah disebut sebagai sewa-menyewa. Sewa-menyewa

adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu mengikatkan diri untuk

memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama

waktu tertentu dan dengan pembayaran sejumlah harga yang besarnya

sesuai dengan kesepakatan. Dengan demikian unsur esensial dari sewa

menyewa sebagaimana yang diatur dalam KUHPerdata adalah kenikmatan/

manfaat, uang sewa dan jangka waktu.

Dalam bahasa Arab sewa-menyewa dikenal dengan al-ija>rah yang

diartikan sebagai suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan

penggantian sejumlah uang. Sedangkan dalam Ensiklopedia Muslim ija>rah

diartikan sebagai akad terhadap manfaat untuk masa tertentu dengan harga

tertentu.29

Menurut H. Moh. Anwar menerangkan bahwa ija<rah adalah perakadan

(perikatan) pemberian manfaat (jasa) kepada orang lain dengan

28

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah. Terj.Moh. Nabhan Husein Jiilid 12 (Bandung: Al-Ma‟arif,

1996), 15. 29

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2010), 70.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

17

syarat memakai ‘iwadh (penggantian/balas jasa) dengan berupa uang atau

barang yang ditentukan.30

Adapun pengertian ija>rah dikemukakan oleh para ulama madzab serta

para tokoh sebagai berikut:

1. Ulama H}anafi<yah

ى رو ةتى تعو لأ س ى الأ للهللأ وألأىجت ت ى الأعويلأ ىموننلأ وعوةسىموعلأ لله لأموةسىموقلأصلله دوةسىمتنو دى لله تيلأدللهىتولأ تكلله عوقلأArtinya: Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui

dan dilakukan dengan sengaja dari suatu zat yang disewa

dengan disertai imbalan.

2. Ulama Sha>fi’iyah

ىموعلأ لله وسى ىاو ات و اوةسى تعو لأ س دىعو و ىموننلأ وعوةسىموقلأصلله لأدوةسىموعلأ لله لأموةسىملله و اوةسى و ت وةسىات لأ و لأ ت عوقلأ

Artinya: “Akad atas suatu manfaat yang mengandung maksud

tertentu dan mubah serta menerima pengganti atau

kebolehan dengan pengganti tertentu.”

3. Ulama Ma>likiyah dan Hanabilah

ىملله و اوةسىمللهدسةةىموعلأ لله لأموةةى تعو لأ سى ى و س ىمونو ات ت تولأ تيلأكلله

Artinya: “Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam

waktu tertentu dengan pengganti.”

4. Menurut Idris Ahmad bahwa upah artinya mengambil manfaat tenaga

orang lain dengan jalan memberi ganti menurut syarat- syarat tertentu.

5. Menurut Fatwa DSN MUI No. 09/DSN- MUI/IV/2000, ija>rah

adalah: “akad pemindahan hak guna pakai (manfaat) atas suatu barang

30

Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 422.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

18

atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah,

tanpa diikuti pemindahan kepemilikan itu sendiri.31

6. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, ija>rah adalah sewa

barang dengan jangka waktu tertentu dengan pembayaran.

7. Menurut UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, ija>rah

adalah akad penyediaan dana dalam rangkamemindahkan hak guna

atau manfaar dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa,

tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

8. Menurut UU No 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara, ija>rah adalah akad yang satu pihak bertindak sendiri atau

melalui wakilnya menyewakan hak suatu aset kepada pihak lain

berdasarkan harga sewa dan periode sewa yang disepakati.32

Dari definisi di atas dapat disimpulkan, ija>rah menurut istilah syara‟

yaitu suatu bentuk akad atas kemanfaatan yang telah dimaklumi, disengaja

dan menerima penyerahan, serta diperbolehkannya dengan pergantian yang

jelas.33

Ada yang menerjemahkan, ija>rah sebagai jual beli atas jasa (upah-

mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia.

Ija>rah dalam bentuk sewa menyewa, maupun dalam bentuk upah

mengupah, merupakan mu‟amalah yang telah dishari<’atkan dalam Islam.

Hukum asalnya adalah boleh atau mubah bila dilakukan sesuai dengan

31

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Prenada Media,

2012), 249. 32

Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam (Depok: Kharisma Putra Utama Offset, 2015),

195. 33

Imron Abu Amar, Fathul Qarib. Terj. Jilid 1 (Kudus: Menara Kudus, 1983), 297.

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

19

ketentuan yang ditetapkan dalam Islam. Bolehnya hukum ija>rah

berdasarkan pada ayat-ayat al-Quran dan al-Hadi>th.34

B. Dasar Hukum Ija>rah

Dasar- dasar hukum atau rujukan ija>rah adalah al-Quran, al-Sunnah

dan al-Ijma‟ :

1. Firman Allah

al-Tala>q: 6

ىاوألأ نلله للهنسى... ىاو لله لأ ى ورلأ وعلأنو ...او ت لأ

Artinya: “.....kemudian jika mereka menyusukan (anak- anak)mu

untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya....”35

al-Qashash: 26

للهى ى الأقو تيلى اومتيلأ ىمونتى سلأ وألأجورلأاو ينلأرو رللههللهىإت سى و ى سلأ وألأجت دو هللهو ى و أو و ت ىإتالأ نو و لأAtinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai

bapakku ambilah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita),

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu

ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi

dapat dipercaya.”36

al-kahfi: 77

ى للهضوينق لله هللهو ىانو وجودو ىاتينلأ و ى ىإتذو ىأو نويو ىأوىلأ وى نورلأ وةسىآسلأ وطلأعو و ىأوىلأ و و ىاوأو نو لأ ىأو لأ او لأطو وقو ىاوتسىاوأو و مووللهى ى نوننلأقو س دو رة ى للهرت لأدللهىأو لأ رة جت ىعو ويلأوتىأوجلأ ىات سخو لأاو ئلأ و ىاو لأ ت و و

Artinya: “ kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding

rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding

itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu

mengambil upah untuk itu”.37

34

Yazid Affandi, Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), 179. 35

al -Qur‟an dan Terjemah 65: 6. 36

al -Qur‟an dan Terjemah 28: 26. 37

al -Qur‟an dan Terjemah 18: 77.

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

20

2. al-Hadi>th

Dasar hukum ija>rah dalam al-hadi>th sebagai berikut :

Hadith Riwayah Ibn Ma>jah

ىعورو للهوللهى ى وت س روهللهى نو لأ وىأو لأ ىأوجلأ ينلأرو أوعلأطلله ى اوجتArtinya: “Berilah upah kepada para pekerja sebelum mengering

keringatnya”38

Hadith Riwayah „Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa‟id al-

Khudri

روهللهى وللهىأوجلأ ينلأرة ىانو لأينللهعلأ ت لأ مونتى سلأ وأجورو ىأوجت

Artinya: “Barang siapa memperkerjakan pekerja, beritahukanlah

upahnya.”39

3. Ijma‟

Ulama‟ pada akhir zaman sahabat telah sepakat akan kebolehan

(jawaz) akad ija>rah, hal ini didasari pada kebutuhan masyarakat akan

jasa-jasa tertentu seperti halnya kebutuhan akan barang- barang. Ketika

akad jual beli diperbolehkan, maka terdapat suatu kewajiban untuk

membolehkan akad ija>rah atas manfaat / jasa. Dengan adanya ijma‟,

akan memperkuat keabsahan akad ija>rah.40

Ija>rah disyaratkan, karena manusia menghajatkannya. Mereka

membutuhkan rumah untuk tempat tinggal, sebagian mereka

membutuhkan sebagian yang lainnya, mereka butuh binatang untuk

38

Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Sharah Bulughul Maram, Terj. Tahirin Suparta,

dkk (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), 72. 39

Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam (Depok: Raja Grafindo Persada. 2015), 196. 40

Dimyauddin Djuwani, Pengantar Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008),

158.

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

21

kendaraan dan angkutan, membutuhkan berbagai peralatan untuk

digunakan dalam kebutuhan hidup mereka, membutuhkan tanah untuk

bercocok tanam.41

C. Rukun dan Syarat Ija >rah

Dalam akad ija>rah diperlukan adanya rukun dan syarat, keduanya

harus terpenuhi sebab keduanya dapat menentukan apakah akad itu bisa

dianggap sah atau tidak.

1. Rukun Ija>rah

Menurut ulama H}anafi>yah bahwa rukun ija>rah hanya terdiri dari

ija<b dan qa<bul. Karena itu akad ija>rah sudah dianggap sah dengan

adanya ija>b-qa>bul tersebut, baik dengan lafadh ija>rah atau lafadh yang

menunjukkan makna tersebut.42

Sedangkan menurut Jumhur ulama

rukun dan syarat ija>rah sebagai berikut:

a. Aqid (orang yang akad)

Al-a<qid adalah orang yang melakukan akad. Keberadaannya

sangat penting sebab tidak dapat dikatakan akad jika tidak ada aqid.

Begitu pula tidak akan terjadi ija<b dan qa<bul tanpa adanya a<qid.

Secara umum, a<qid disyariatkan harus sahih dan memiliki

kemampuan untuk melakukan akad atau mampu menjadi pengganti

orang lain jika ia menjadi wakil.43

41

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Terj. Moh Nabhan Husein Jilid 13 (Bandung: Al-Ma‟rif,

1998), 10-11. 42

Qomarul Huda, Fiqh muamalah (Yogyakarta: Teras, 2011), 80. 43

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2001), 53.

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

22

A<qid. terdiri dari mu‟jir dan musta‟jir, yaitu orang yang

melakukan akad sewa-menyewa atau upah-mengupah. mu‟jir adalah

orang yang menerima upah dan menyewakan, musta‟jir adalah orang

yang menyewa atau orang yang melakukan sesuatu.44

Syarat bagi

kedua orang yang berakad, adalah telah baligh dan berakal menurut

Mazhab Sha>fi’i dan H{anbali. Dengan demikian, apabila orang itu

belum atau tidak berakal, seperti anak kecil atau orang gila.

menyewakan hartanya, atau diri mereka sebagai buruh (tenaga dan

ilmu boleh disewa), maka ija>rahnya tidak sah.45

Berbeda dengan

Mazhab H}anafi< dan Ma>liki mengatakan, bahwa orang yang

melakukan akad, tidak harus mencapai usia baligh, tetapi anak yang

telah mumayyiz pun boleh melakukan akad ija>rah dengan ketentuan,

disetujui oleh walinya.

Kedua belah pihak yang melakukan akad menyatakan,

kerelaannya untuk melakukan akad ija>rah itu. Apabila salah seorang

di antara keduanya terpaksa melakukan akad, maka akadnya tidak

sah. Tidak mengaitkan dengan syarat seperti jika si fulan datang

maka saya menyewakan rumah ini kepada tamu dengan harga

sekian.

44

Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah (Bogor:Ghalia Indonesia 2011),

170. 45

M Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),

231.

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

23

b. Shi>ghat akad

Disyariatkan dalam Shi>ghat terdapat adanya keseauaian antara

qa>bul dengan ija>b, tidak ada pemisah yang lama antara keduanya

diam atau perkataan asing (yang tidak ada kaitanya dengan akad).

Shi>ghat Akad adalah sesuatu yang disandarkan dari dua pihak yang

berakad yang menunjukkan atas apa yang ada di hati keduanya

tentang terjadinya suatu akad. Hal itu dapat diketahui dengan ucapan

perbuatan, isyarat, dan tulisan. shi>ghat tersebut biasa disebut ija<b

dan qa<bul.

Metode (uslub) shi<ghat dalam akad dapat diungkapkan dengan

beberapa cara, yaitu berikut ini.

1) Akad dengan Lafazh (Ucapan)

Shi<ghat dengan ucapan adalah shighat akad yang paling

banyak digunakan orang sebab paling mudah digunakan dan cepat

dipahami. Tentu saja, kedua pihak harus mengerti ucapan masing-

masing serta menunjukkan keridaannya. Shi>ghat akad dengan

ucapan tidak disyaratkan untuk menyebutkan barang yang

dijadikan objek-objek akad, baik dalam jual-beli hibah, sewa-

menyewa, dan lain-lain. Disepakati oleh jumhur ulama, kecuali

akad pernikahan.46

2) Akad Dengan Perbuatan

46

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 46.

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

24

Dalam akad dengan Perbuatan, terkadang tidak digunakan

ucapan, tetapi cukup dengan perbuatan yang menunjukkan saling

meridai, misalnya penjual memberikan barang dan pembeli

memberikan uang. Hal ini sangat umum terjadi di zaman

sekarang. Dalam menanggapi persoalan ini, di antara para ulama

berbeda pendapat, yaitu:

a) Ulama H}anafi>yah dan H{ana>bilah membolehkan akad dengan

perbuatan terhadap barang-barang yang sudah sangat

diketahui secara umum oleh manusia. Jika belum diketahui

secara umum, akad seperti itu dianggap batal.

b) Madzhab Imam Mali<ki dan pendapat awal imam Ahmad

membolehkan akad dengan perbuatan jika jelas menunjukkan

kerelaan, baik barang tersebut diketahui secara umum atau

tidak, kecuali dalam pernikahan.

c) Ulama Sha>fi’i>yah, Syi'ah, dan Zha<hiriyyah berpendapat

bahwa akad dengan perbuatan tidak dibenarkan karena tidak

ada petunjuk yang kuat terhadap akad tersebut. Selain itu,

keridaan adalah sesuatu yang samar, yang tidak dapat

diketahui, kecuali dengan ucapan. Hanya saja, golongan ini

membolehkan ucapan, baik secara sharih atau kinayah. Jika

terpaksa, boleh pula dengan isyarat atau tulisan. Pendapat ini

dianggap paling ekstrim. Namun demikian, di antara ulama

pengikut Shafi<’iyah sendiri, ada yang membolehkan akad

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

25

dengan perbuatan dalam berbagai hal, seperti Imam Nawawi<,

Al-Baghawi<, dan Al-Murtawalli<. Ulama Sha>fi’i>yah lainnya,

seperti lbn Suraij dan Ar-Ruyani membolehkan akad dengan

perbuatan dalam jual-beli yang ringan, seperti membeli

kebutuhan sehari-hari.47

3) Akad Dengan Isyarat

Akad dangan Isyarat Bagi orang yang mampu berbicara.

tidak dibenarkan akan dengan isyarat, melainkan harus

menggunakan lisan atau tulisan. Adapun bagi mereka yang tidak

dapat berbicara, boleh menggunakan isyarat, tetapi jika tulisannya

bagus dianjurkan menggunakan tulisan. Hal itu dibolehkan

apabila ia sudah cacat sejak lahir. Jika tidak sejak lahir, ia harus

berusaha untuk tidak menggunakan isyarat.

4) Akad Dengan Tulisan

Dibolehkan akad dengan tulisan, baik bagi orang yang

mampu berbicara ataupun tidak, dengan syarat tulisan tersebut

harus jelas, tampak, dan dapat dipahami oleh keduanya. Sebab

tulisan sebagaimana dalam qaidah fikihiyah. Namun demikian,

dalam akad nikah tidak boleh menggunakan tulisan jika kedua

orang yang akad itu hadir. Hal ini karena akad harus dihadiri oleh

saksi, yang harus mendengar ucapan orang yang akad, kecuali

bagi orang yang tidak dapat berbicara. Ulama Sha>fi’i>yah dan

47

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 50.

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

26

H{ana>bilah berpendapat bahwa akad dengan tulisan adalah sah jika

dua orang yang akad tidak hadir. Akan tetapi, jika yang akad itu

hadir, tidak dibolehkan memakai tulisan sebab tulisan tidak

dibutuhkan.

c. Manfaat

Manfaat yang menjadi obyek ija>rah harus diketahui secara

jelas, sehingga tidak terjadi perselisihan di belakang hari. Jika

manfaatnya tidak jelas, maka akad itu tidak sah. Manfaat

disyariatkan atas manfaat merupakan sesuatu yang bernilai, baik

secara syara maupun kebiasaan umum.48

Barang yang disewakan

atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah-mengupah, disyaratkan

barang yang disewakan dengan beberapa syarat sebagai berikut:

1) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan

upah mengupah dapat dimanfaatkan kegunannya,

2) Hendaklah benda-beda yang menjadi objek sewa-menyewa dan

upah-mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja

berikut kegunannya (khusus dalam sewa-menyewa),

3) Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang mubah

(boleh) menurut sha>ra’, bukan hal yang dilarang (diharamkan),

4) Benda yang disewakan disyaratkan kekal „ain (zat)-nya hingga

waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.49

48

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, 409. 49

Sohari Sahrani dan Ruf‟ah Abdullah, Fikih Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia,2011).

170.

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

27

5) Barang yang disewakan harus diketahui jenis, kadar dan

sifatnya.

2. Syarat Ija>rah

a. Muta’a>qidayn

Menurut ulama‟ Sha>fi’iyah dan Hana>billah disyaratkan

Mu‟jir dan Musta‟jir telah baligh dan berakal. Hanafiyah dan

Ma>likiyah berpendapat bahwa kedua orang yang berakad itu tidak

harus mencapai usia baligh, tetapi anak yang telah mumayiz pun

boleh melakukan akad ija>rah. Namun mereka mengatakan, apabila

seorang anak mumayiz melakukan akad Ija>rah terhadap harta atau

dirinya, maka akad itu baru dianggap sah apabila disetujui oleh

walinya.50

Bagi orang yang berakad Ija>rah juga disyaratkan mengetahui

manfaat barang yang diakadkan dengan sempurna, sehingga dapat

mencegah terjadinya perselisihan. Dengan jalan menyaksikan

barang itu sendiri, atau kejelasan sifat- sifatnya jika hal ini dapat,

menjelaskan masa sewa, seperti sebulan atau setahun atau lebih

atau kurang, serta menjelaskan pekerjaan yang diharapkan.51

b. S}i>ghat (ija>b dan qabu>l)

S}i>ghat dapat dilakukan dengan cara lisan, tulisan, atau isyarat

yang memberikan pengertian dengan jelas tentang adanya ija>b dan

50

Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama: 2000), 232. 51

Ibid., 243.

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

28

qabu>l. S}i>ghat ija>b dan qabu>l antara mu‟jir dan musta‟jir, ija>b qabu>l

sewa menyewa dan upah-mengupah, ija>b dan qabu>l sewa-menyewa

misalnya: “Aku sewakan sepeda ini kepadamu setiap hari Rp.

5.000,-“, maka musta‟jir menjawab “Aku terima sewa sepeda

tersebut dengan harga demikian setiap hari”. Ija>b dan qabu>l upah

mengupah misalnya seseorang berkata “Kuserahkan kebun ini

kepadamu untuk dicangkuli dengan upah setiap hari Rp. 5.000,-“,

kemudian musta‟jir menjawab “Aku akan kerjakan pekerjaan itu

sesuai dengan apa yang engkau ucapkan”. Jika muta’a>qidayn

mengerti maksud lafal s}i>ghat, maka ijara>h telah sah apa pun lafal

yang digunakan karena Shar’i<.52

c. Ujrah (harga sewa)

Ujrah atau upah disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua

belah pihak, baik dalam sewa-menyewa maupun dalam upah. Jika

manfaat telah diperoleh oleh penyewa, ia wajib membayar upah

yang berlaku, yaitu yang telah ditetapkan oleh orang yang ahli

dibidangnya.53

Islam juga mengatur upah persyaratan yang berkaitan dengan

ujrah (upah) sebagai berikut:

1) Upah tersebut berupa harta yang diketahui dan upah tersebut

harus dinyatakan secara jelas, karena akan mengandung

unsur jihalah (ketidakjelasan) hal itu sudah menjadi

52

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 118. 53

Sohari Sahrani, Fikih Muamalah (Bogor: Ghalia Indah, 2011), 170.

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

29

kesepakatan ulama‟ akan tetapi ulama‟ Ma>likiyah

menetapkan keabsahan ija>rah tersebut sepanjang ukuran

upah yang dimaksud dapat diketahui berdasarkan adat

kebiasaan.

2) Upah harus berbeda dengan jenis dan obyeknya, menupah

suatu pekerjaan yang serupa, seperti menyewa tempat tinggal,

pelayan dengan pelayanan, hal itu menurut Hanafi hukumnya

tidak sah dan dapat mengantarkan pada praktek riba.

3) Upah harus memenuhi konsep keadilan dan tidak merugikan

salah satu pihak, baik itu buruh ataupun majikan. Kemudian

bentuk dari keadilan tersebut juga sangat banyak, keadilan

dalam hal kerja, keadila dalam hal jumlah upah, keadilan

dalam porsi kerja, dan keadilan dalam hal jaminan

kesejahteraan lainnya.54

Sebagaimana yang ada di Q.S An-

Nahl ayat 90

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil

dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum

kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamu dapat

mengambil pelajaran.”55

54

G. Kartasaputra, Hukum Perjanjian di Indonesia Berlandaskan Pancasila , 102. 55

al-Qur‟an, 16: 90.

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

30

Berdasarkan uraian tersebut, para ulama fiqh membolehkan

mengambil upah sebagai imbalan dari pekerjaan, karena hal itu

merupakan hak dari pekerja untuk mendapatkan upah yang layak

mereka terima.56

Pendapat ulama tentang sistem pembayaran upah antara lain:

1) Upah waktu yaitu upah yang ditetapkan menurut jam, hari,

minggu, bulanan atau tahunan. Keuntungan dari sistem ini

pekerjaan tidak dilakukan dengan terburu-buru, sehingga

akan diperoleh pekerjaan yang rapi dan sistem ini umumnya

baik untuk pekerjaan yang lebih mementingkan kualitas

daripada jumlah. Sedangkan kerugiannya orang yang rajin

bekerja akan sama besar upahnya dengan orang yang malas.

2) Upah borongan yaitu upah yang ditetapkan menurut

banyaknya pekerjaan. Kebaikan dari sistem ini adalah buruh

yang rajin akan mendapatkan upah lebih banyak

dibandingkan buruh yang malas. Sedangkan keburukannya

yaitu tidak adanya ketentuan besar upah.

3) Upah premi adalah sistem upah yang mengurangi atau

menghilangkan keburukan-keburukan yang ada pada sistem

upah waktu dan upah borongan.

56

Gufron A. Mas‟adi, Fiqh Muamalah Kontekstual (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002),

187.

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

31

Di dalam fiqh muamalah upah dapat diklasifikasikan menjadi

dua:

1) Upah yang telah disebutkan (ajrun musamma) adalah upah

yang sudah disebutkan itu syaratnya ketika disebutkan harus

disertai kerelaan kedua belah pihak yang berakad.

2) Upah yang sepadan (ajrun mithli) adalah upah yang sepadan

dengan kerjanya serta sepadan dengan kondisi pekerjanya

(profesi kerja) jika akad ija>rahnya telah menyebutkan jasa

(manfaat) kerjanya.

Dilihat dari segi objeknya, akad ija>rah dibagi menjadi

dua:

1) Ijarah manfaat (al-ija>rah ala al-manfa’ah), misalnya sewa-

menyewa rumah, kendaraan, pakaian dan perhiasan. Dalam

hal ini mu‟ajir mempunyai benda-benda tertentu dan

musta‟jir butuh benda tersebut dan terjadi kesepakatan antara

keduanya, dimana mu‟ajir mendapatkan imbalan tertentu dari

musta‟jir, dan musta‟jir mendapatkan manfaat dari benda

tersebut. Apabila manfaat itu yang dibolehkan syara‟ untuk

dipergunakan, maka para ulama fiqh sepakat menyatakan

boleh dijadikan akad sewa-menyewa.

2) Ija>rah yang bersifat pekerjaan (al-ija>rah ala al-a’mal) ialah

dengan cara memperkerjakan seseorang untuk melakukan

suatu pekerjaan. Ija>rah seperti ini menurut ulama fiqh,

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

32

hukumnya boleh apabila jenis pekerjaan itu jelas, seperti

buruh bangunan, tukang jahit, buruh tani dan buruh pabrik.

Mu‟ajir adalah orang yang mempunyai keahlian, tenaga, jasa

dan lain-lain, kemudian musta‟jir adalah pihak yang

membutuhkan keahlian, tenaga atau jasa tersebut dengan

imbalan tertentu. Mu‟ajir mendapatkan upah atas tenaga yang

ia keluarkan untuk musta‟jir mendapatkan tenaga atau jasa

dari mu‟ajir.

d. Ma’uqu>d‘alayh (manfaat yang ditransaksikan). Barang yang

disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah-mengupah,

disyaratkan pada barang yang disewakan dengan beberapa syarat:

1) Hendaklah barang yang menjadi obyek akad sewa- menyewa

dan upah mengupah dapat dimanfaatkan kegunaannya.

2) Hendaklah yang menjadi obyek sewa menyewa dan upah

mengupah dapat diserahkan kepadaa penyewa dan pekerja

berikut kegunaannya (khusus dalam sewa- menyewa).

3) Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang mubah

(boleh) menurut Shara‟, bukan hal yang dilarang (diharamkan).

Para ulama fiqh sepakat menyatakan tidak boleh menyewa

seseorang untuk mengajarkan ilmu sihir, menyewa seseorang

untuk membunuh orang lain (pembunuh bayaran), dan orang

Islam tidak boleh menyewakan rumah kepada orang non

muslim untuk dijadikan tempat ibadah mereka. Menurut

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

33

mereka, obyek sewa-menyewa dalam contoh tersebut

termasuk maksiat.

4) Benda yang disewakan disyaratkan kekal „ayn (zat) nya hingga

waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.

Sementara itu syarat sahnya ija>rah menurut Sayid Sabiq adalah

sebagai berikut:

a) Kerelaan dua belah pihak yang berakad.

b) Mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang

diakadkan, sehingga mencegah terjadinya perselisihan.

c) Hendaklah barang yang menjadi objek transaksi dapat

dimanfaatkan kegunaannya menurut syara‟.

d) Dapat diserahkannya sesuatu yang disewakan berikut

kegunaan (manfaat).57

D. Macam-macam Ija>rah

Ditinjau dari obyeknya, akad ijārah bisa diklarifikasikan menjadi

dua, yakni Ija>rah ‘ain dan Ija>rah dhimmah.

1. Ija>rah ‘ain

Yaitu akad ija>rah dengan obyek berupa jasa orang atau manfaat

dari barang yang telah ditentukan secara spesifik. Seperti menyewa

jasa pengajar yang telah ditentukan orangnya, menyewa jasa

transportasi yang telah ditentukan mobilnya, dan lain-lain. Dengan

demikian, istilah ‘ain dalam konteks ini bukan ‘ain yang menjadi

57

Nurcholish Madjid, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeva, 1994)

287.

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

34

lawan kata manfa‟ah, tetapi ‘ain yang menjadi lawan kata dzimmah.

Dalam kontrak ijarah ‘ain apabila terdapat cacat pada obyek ija>rah

yang bisa mempengaruhi ujrah, maka musta‟jir memiliki hak khiyar

antara membatalkan ija>rah atau melanjutkan. Sedangkan apabila

obyek mengalami kerusakan di tengah masa kontrak, masa akad

ija>rah menjadi batal. Sebab obyek akad ija>rah yang mengalami

kerusakan telah ditentukan, sehingga pihak mu‟jir tidak memiliki

tanggungan untuk menggantinya dengan obyek lain.58

Syarat ija>rah ‘ain :

a. Obyek yang disewa ditentukan secara spesifik, seperti jasa dari

orang ini, atau manfaat dari barang ini.

b. Objek yang disewa hadir di majlis akad dan disaksikan seacara

langsung oleh aqidain pada sa at akad ija>rah dilangsungkan, sebab

ija>rah ‘ain secara substansi adalah bai’ al-musya>hadah (bai’ al-

‘ain). Karena itu dalam ija>rah ‘ain, tidak sah apabila objek tidak

ada dalam majlis akad, kecuali objek pernah disaksikan

sebelumnya secara langsung dan dipastikan belum mengalami

perubahan hingga akad ija>rah dilangsungkan.

c. Ija>rah ‘ain hanya sah diadakan dengan sistem langsung (ha>llan).

Artinya, pemanfaatan objek akad ijarah tidak ditunda dari waktu

akad, sebab disamakan dengan bai’ al-musya>hadah (bai’ al-‘ain).

58

Nasrun Haroen, Fiqh Mu‟amalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 236.

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

35

d. Ujrah dalam akad ija>rah ‘ain tidak wajib diserah terimakan

(qabdl) dan cash (ha>llan) di majlis akad, sebagaimana tsaman

dalam bai‟ al-musya>hadah (bai’ al-‘ain). Artinya, ujrah bisa

dibayar secara cash atau kredit, apabila ujrah dalam tanggungan

(fi dhimmah). Sedangkan apabila ujrah sudah ditentukan di majlis

akad (mu‟ayyan), maka pembayaran harus secara cash, sebab

barang yang telah ditentukan (mu‟ayyan), secara hukum tidak bisa

dikreditkan (la>tu’ajjalu). Karena tempo (ajal) diberlaku kan untuk

memberikan kelonggaran pengadaan barang, sedangkan barang

yang telah ditentukan secara fisik (mu‟ayyan), berarti barang

sudah ada (ha>shil). Al-Ija>rah yang bersifat pekerjaan ialah

dengan cara memperkerjakan seseorang untuk melakukan suatu

pekerjaan. Al-Ija>rah seperti ini, menurut ulama fiqh, hukumnya

boleh apabila jenis pekerjaan itu jelas, seperti buruh bangunan,

tukang jahit, buruh pabrik, dan tukang sepatu. Al-ija>rah seperti ini

ada yang bersifat pribadi, seperti menggaji seorang pembantu

rumah tangga, dan yang bersifat serikat, yaitu seseorang atau

sekelompok orang yang menjual jasanya untuk kepentingan orang

banyak, seperti tukang sepatu, buruh pabrik, dan tukang jahit.59

Apabila orang yang dipekerjakan itu bersifat pribadi, maka

seluruh pekerjaan yang ditentukan untuk dikerjakan menjadi

tanggungjawabnya. Akan tetapi, para ulama fiqh sepakat

59

Ibid., 236.

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

36

menyatakan bahwa apabila objek yang dikerjakannya itu rusak

ditangannya, bukan karena kesengajaan atau kelalaian, maka ia

tidak boleh.

2. Ija>rah dhimmah

Ija>rah dhimmah adalah ija>rah dengan obyek berupa jasa orang

atau manfaat dari barang yang berada dalam tanggungan mu‟jir yang

bersifat tidak tertentu secara fisik. Artinya mu‟jir memiliki

tanggungan untuk memberikan layanan jasa atau manfaat yang disewa

musta‟jir, tanpa terikat dengan orang atau barang tertentu secara fisik.

Seperti menyewa jasa transportasi untuk pengiriman barang ke suatu

tempat tanpa menentukan mobil atau bus secara fisik, menyewa jasa

servis telepon tanpa menentukan servernya, menyewa jasa kontraktor

pembangunan sebuah gedung tanpa menentukan pekerjaannya secara

fisik, dan lain sebagainya.60

Dalam kontrak ija>rah dhimmah, apabila terdapat cacat pada

obyek, tidak menetapkan hak khiyar bagi musta‟jir. Demikian juga

apabila obyek mengalami kerusakan di tengah kontrak, akad ija>rah

tidak batal. Artinya, pihak mu‟jir tetap memiliki tanggungan untuk

memberikan layanan jasa atau manfaat sesuai perjanjian hingga

kontrak selesai. Sebab, ija>rah tidak bersifat tertentu pada obyek yang

mengalami kerusakan, melainkan obyek yang berada dalam

tanggungan mu‟jir, sehingga mu‟jir berkewajiban mengganti obyek

60

Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Muamalah (Kediri: Lirboyo Press, 2013), 288.

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

37

yang cacat atau rusak. Dan ketika pihak mu‟jir tidak sanggup

memberikan ganti, musta‟jir baru memiliki hak khiyar.

Syarat ija>rah dhimmah:

a. Ujrah harus diserahkan-terimakan (qabdl) dan cash (hu>lul ) di

majlis akad, sebagaimana ra’s al-ma>l dalam akad salam. Sebab,

menurut qaul ashah, ija>rah dhimmah secara substansial adalah

akad salam dengan muslam fiqh berupa jasa atau manfaat. Karena

itu, dalam ujrah akad ija>rah dhimmah, tidak boleh ada ta’khir,

istibdal, hawala>h, dan ibra>, sebagaimana ra’s al-ma>l dalam akad

salam.

b. Menyebutkan kriteria (washa>f) barang yang disewa secara

spesifik, yang bisa berpengaruh terhadap minat (gharadl),

sebagaimana kriteria dalam muslam fiqh .61

E. Ketentuan Hukum Ija>rah

1. Ketentuan dan Waktu Berlakunya Perjanjian.

Bila perjanjian kerja tertuju pada aji>r khas, lama waktu perjanjian

harus diterangkan dengan akibat bila waktu tidak diterangkan, perjanjian

dipandang rusak (fas}id), sebab faktor waktu dalam perjanjian tersebut

menjadi pasti sehingga mudah menimbulkan sengketa dibelakang hari.62

Berbeda halnya bila perjanjian kerja ditujukan pada aji>r

musytarak, menentukan waktu perjanjian hanya kadang-kadang

61

Ibid., 289. 62

Ahmad Ahzar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalah: Hukum Perdata Islam (Yogyakarta:

UII Press Yogyakarta, 2004), 36.

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

38

diperlukan guna kadar manfaat yang dinikmati, bila untuk itu harus

melalui waktu panjang, seperti memelihara ternak dan sebagainya.

Dalam perjanjian yang demikian sifatnya, keterangan waktu

diperlukan dengan akibat bila ketentuan waktu tidak disebutkan sama

sekali perjanjian dipandang fas}id, karena dengan demikian terdapat unsur

ketidak jelasan (gharar) dalam objek perjanjian. Ketentuan waktu dalam

perjanjian kerja tertuju pada aji>r musytarak pada umumnya hanya

mengira-ngirakan selesainya pekerjaan yang dimaksud, yang erat

hubungannya dengan besar kecilnya upah yang dibanyarkan. Dalam hal

ini ajir berhak penuh atas upah yang telah ditentukan bila dapat

menyelesaikan pekerjaan pada waktu yang telah ditentukan pula.63

2. Pembayaran Harga Sewa Jasa

Menurut Madzhab H}anafi< tidak disyaratkan menyerahkan upah

atau ongkos secara ditempokan, bagaimanakah keadaannya. Baik berupa

benda bukan hutang seperti binatang yang hadir ataupun berupa yang

disifati berupa dalam tanggungan. Hal ini karena upah tersebut tidaklah

dimiliki dengan semata-mata perjanjian, karena perjanjian sewa itu

terselenggara atas manfaat, sedangkan manfaat itu bisa dicapai secara

berangsur dan upah itupun merupakan imbalan dari manfaat.64

Menurut Sayid Sabiq jika dalam akad tidak terdapat kesepakatan

mempercepat atau menan gguhkan, sekiranya upah itu dikaitkan dengan

waktu tertentu, maka wajib dipenuhi sesudah berakhirnya masa tersebut.

63

Ibid., 36. 64

Abdurrahman Al-Jaziri, al-Fiqh „Alal Madzhabil Arba‟ah Jilid 4 Terj. Moh Zuhiri dkk

(Semarang: asy -syifa‟, 1994), 178.

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

39

Misalnya seorang menyewa satu rumah untuk selama satu bulan

kemudian masa satu bulan telah berlalu maka ia wajib membayar

sewaan.65

Jika akad suatu ijara>h untuk suatu pekerjaan maka kewajiban

membayar upahnya pada waktu berakhirnya pekerjaan. Kemudian jika

akad sudah berlangsung dan tidak disyaratkan mengenai penerimaan

bayaran dan tidak ada ketentuan menangguhkannya, menurut Abu

Hanifah dan Imam Malik wajib diserahkan secara angsuran sesuai

dengan manfaat yang diterima.

3. Hak Atas Upah

Bagi aji>r berhak atas upah yang telah ditentukan, bila ia telah

menyerahkan dirinya atas musta‟jir, dalam waktu berlakunya perjanjian

itu meskipun ia tidak mengerjakan apapun, karena misalnya memang

pekerjaan tidak ada. Hak atas upah itu masih dikaitkan pada syarat aji>r

menyerahkan diri kepada musta‟jir itu dalam keadaan yang

memungkinkan untuk melakukan pekerjaan yang dimaksud. Dengan

demikian bila aji>r datang dan meneyrahkan diri dalam keadaan sakit dan

tidak memungkinkan untuk bekerja sesuai dengan isi perjanjian, maka

tidak atas upah yang ditentukan.66

Apabila musta‟jir tidak memerintahkan lagi, tetapi masih dalam

waktu berlakunya perjanjian, ia masih berkewajiban membayar upah

penuh kepada aji>r, kecuali bila pada diri aji>r terdapat halangan yang

65

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, 26. 66

Ahmad Ahzar, Azas-azas Huk um Muamalah, 31.

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

40

memungkinkan musta‟jir membatalkan perjanjian, misalnya aji>r dalam

keadaan sakit yang tidak memungkinkan untuk bekerja sesuai dengan isi

perjanjian tersebut.67

Menurut Sayyid Sabiq dalam fiqh al-sunnah disebutkan bahwa hak

menerima upah itu apabila:

a. Selesai bekerja

Berdalih pada hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Nabi

SAW Bersabda: “ Berikanlah olehmu upah orang bayaran sebelum

keringatnya kering.”

b. Mengalirnya ijara>h, jika itu untuk barang

c. Memungkinkan mengalirnya manfaat jika masanya berlangsung, ia

mungkin mendatangkan manfaat pada masa itu sekalipun tidak

terpenuhi keseluruhannya.

d. Mempercepat dalam bentuk pelayanan atau sesuai dengan

kesepakatan dengan kedua belah pihak sesuai dengan syarat, yaitu

mempercepat pembayaran.

Selain itu, upah juga ada tingkatan, ada beberapa faktor yang

menyebabkan perbedaanya dalam kehidupan berbisnis, diantaranya

mengacu pada bakat dan ketrampilan seorang pekerja, adanya pekerja

intelektual dan pekerja kasar atau pekerja yang handal dan pekerja yang

kurang handal mengakibatkan upah berbeda tingkatannya. Islam

mengakui adanya berbagai pekerja, hal tersebut dikarenkan adanya

67

Ibid., 34.

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

41

perbedaan kemampuan dan bakat yang dimiliki masing-masing pekerja.

Upah ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan, ini merupakan asas

pemberian upah sebagaimana ketentuan yang dinyatakan Allah dalam

firman-Nya Q.S Al-Ahqaf ayat 19:

ى لله لأ و لله لأ وى اوات لله قىدوروجو ىمتس ىعو ت لله ىاواتينلله وانقينو لله لأىاوىلله لأى وArtinya : Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang

telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi

mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka

tiada dirugikan.68

Oleh karena itu, upah yang dibayarkan kepada masing-masing

pekerja bisa berbeda berdasarkan jenis pekerjaan69

F. Hak dan Kewajiban Para Pekerja

Perjanjian/akad, termasuk akad upah-mengupah/ ijara>h menimbulkan

hak dan kewajiban para pihak yang membuatnya. Di bawah ini adalah hak-

hak dan kewajiban para pekerja dalam ijara>h.70

Adapun yang menjadi hak-hak pekerja yang wajib dipenuhi oleh

pemberi kerja adalah sebagai berikut:

1. Hak untuk memperoleh pekerjaan

2. Hak atas upah sesuai dengan yang ada dalam perjanjian

3. Hak untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan pekerjaan

4. Hak atas jaminan sosial, terutama sekali menyangkut bahaya- bahaya yang

dialami oleh pekerja dalam melakukan pekerjaan.

68

Departemen Agama RI, 401. 69

Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), 365. 70

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, 235.

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

42

Adapun yang menjadi kewaji ban pekerja adalah sebagai berikut:

1. Mengerjakan sendiri pekerjaan yang ada dalam perjanjian kalau pekerjaan

tersebut merupakan pekerjaan khas

2. Benar-benar bekerja sesuai dengan waktu perjanjian

3. Mengerjakan pekerjaan dengan tekun, cermat, dan teliti.

4. Menjaga keselamatan barang yang dipercayakan kepadanya untuk

dikerjakannya, sednagkan kalu bentuk pekerjaan berupa urusan, hendaklah

mengurus urusan tersebut sebagaimana mestinya.

5. Mengganti kerugian kalau ada barang yang rusak, apabila kerusakan

tersebut dilakukan dengan kesengajaan atau kelengahan.

Adanya wanprestasi bisa menyebabkan pembatalan perjanjian dan

dalam hal-hal tetentu, bisa menimbulkan tuntutan ganti kerugian bagi pihak

yang dirug ikan.71

G. Standar Upah Pekerja Dalam Islam

Untuk menentukan standar upah yang adil dan batasan-batasan yang

menunjukkan eksploitasi terhadap pekerja, Islam mengajarkan bagaimana

menetapka upah yaitu dengan tidak melakukan kedzaliman terhadap buruh

ataupun didzalimi oleh buruh. Majikan tidak akan dibenarkan

mengeksploitasi buruh dan buruh juga tidak boleh mengeksploitasi

majikannya. Secara teori dapat dikatakan bahwa upah yang adil adalah upah

71

Ibid,. 48.

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

43

yang sepadan dengan upah yang di lakukannya. Tentu saja penetapan tersebut

dengan mempertimbangkan situasi serta faktor-faktor yang berkaitan dengan

nilai pekerjan dan penetapan upah yang sesuai, tanpa perlakuan dzalim baik

kepada pekerja maupun kepada majikan. Oleh karna itu jika

memberikanpekerjaan kepada seorang pekerja maka berilah upah kepada

pekerja tersebut yaitu upah yang sebanding dengan apa yang telah dia

kerajakan.72

Rasulullah juga memberikan ancaman, beliau mengemukakan bahwa

ada tiga orang yang akan digugat dihari akhirat kelak. salah satu diantaranya

adalah majikan yang tidak memberikan hak pekerja sebagaimana layaknya,

padahal pekerja telah memenuhi keawjibannya sebagaimana mestinya.73

untuk menentukan upah kerja, setidaknya dapat dipedomi sunnah

Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, “bahwa ajir khas

pembantu rumah tangga, hendaklah dipandang sebagai keluarga sendiri yang

kebetulan berada dibawah kekuasaan kepala rumah tangga. pembantu rumah

tangga yang berada dibawah kekuasaan rumah tangga hendaklah diberi

makan seperti yang dimakan oleh keluarga rumah tangganya.jangan diberi

pekerjaan diluar kekuatan yang wajar. jika dibebani pekerjaan hendaklah

dibantu meringankan.”

72

Lutfiah Nofita, “Pembayaran Upah kepada Pekerja Menurut kacamata Islam”, dalam

https://www.kompasiana.com/ (diakses pada tanggal 24 April 2019, jam 05:20 WIB). 73

Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), 155.

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

44

dalam ketentuan hadits tersebut tidak dikemukakan mengenai tempat

tinggalnya. hal ini tentu dimaklumi, sebab pembantu rumah tangga selalu

bertempat tinggal di rumah keluarga tempat bekerjanya.74

Sementara menurut upah minimum regional (UMR) adalah suatu

standar minimum upah bulanan yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan

tetap bagi seorang pekerja tingkat paling bawah dan bermasa kerja kurang

dari satu tahun yang berlaku di suatu daerah tertentu, yang digunakan oleh

para pengusaha atau pelaku industry untuk memberikan upah kepada

pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.

Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-

01/MEN/1999 tentang Upah Minimum. Upah Minimum Regional (UMR)

dibedakan menjadi dua yaitu Upah Minimum Regional Tingkat I (UMR Tk-I)

dan Upah Minimum Regional Tingkat II (UMR Tk II). Namun sesuai dengan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja da Transmigrasi (KEP- 226/MEN/2000)

tentang perubahan pada pasal 1,3,4,8,11,20 dan 21 PER- 01/MEN/21999

tentang upah minimum, maka istilah Upah Minimum Regional Tingkat I

(UMR Tk I) diubah menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Regional

Tingkat II (UMR Tk II) diubah menjadi Upah Minimum Kabupaten/Kota

(UM kab/kota).

Dasar hukum dalam penetapan Upah Minimum terletak pada Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal88 ayat (4)

yaitu Pemerintah menetapkan Upah Minimum berdasarkan Kebutuhan Hidup

74

Ibid., 156.

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

45

Layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan

ekonomi. Tingkat pencapaian upah minimum terhadap nilai KHL dapat

diketahui melalui presentase dari perbandingan Upah Minimum dengan nilai

KHL.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, pegusaha yang tidak membayarkan upah sesuai ketentuan

UMP dianggap sebagai pelaku kejahatan dengan ancaman sanksi penjara dari

satu hingga empat tahun dan denda minimal Rp100 juta dan maksimal Rp.

400 juta. UMP yang ditetapkan merupakan gaji pokok bagi pekerja yang

masih belum menikah dan punya masa kerja 0-12 bulan. Dalam hal

komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka besarnya

upah pokok sedikit- dikitnya 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah

upah pokok dan tunjangan tetap. 75

75

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 88 ayat 4.

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

46

46

BAB III

PRAKTIK PENGUPAHAN KARYAWAN DI TOKO SINAR GROSIR

KEBONSARI

A. Gambaran Umum

1. Letak Geografis Toko Sinar Grosir Kebonsari

Toko Sinar Grosir berada di area strategis, sehingga

memudahkan pelanggan untuk menemukannya. Adapun keberadaan

toko Sinar Grosir di Dusun Sukorejo Kecamatan Kebonsari Kabupaten

Madiun. Kecamatan Kebonsari memiliki batas sebelah timur dengan

Kecamatan Dolopo dan Kecamatan Geger, sebelah selatan berbatasan

dengan Kabupaten Ponorogo, sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Magetan, dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan

Geger.

Berdasarkan survey tahun 2018 jumlah kepala keluarga (KK)

Kecamatan Kebonsari sebesar 19.327 KK. Jumlah pendduk Kecamatan

Kebonsari sebesar 53.034 jiwa dengan rincian laki-laki 26.658 jiwa dan

perempuan 26.376 jiwa. Kecamatan Kebonsari terdiri dari 14

kelurahan/desa. Kecamatan Kebonsari memiliki sumber ekonomi yang

mayoritas dari hasil pertanian seperti padi, tebu, jagung, bawang

merah,dll. Selain itu, terdapat pasar ekonomi yang menjadi tumpuan

ekonomi sebagian masyarakat Kecamatan Kebonsari. Meskipun

letaknya di jalur utama penghubung Kabupaten Magetan dan Madiun,

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

47

namun sektor ekonomi Kecamatan Kebonsari belum digarap secara

optimal.76

2. Sejarah Toko Sinar Grosir Kebonsari

Berdirinya toko ini dimulai pada pertengahan tahun 2011 oleh

Bapak Anam. Sebelum mendirikan toko ini, Bapak Anam bekerja

sebagai salesman, beliau bekerja kurang lebih selama 3 tahun. Selama

bekerja beliau sambi belajar dan membangun relasi di toko-toko yang

beliau setori hampir seminggu sekali. Setelah sekian lamanya

membangun relasi, beliau ahirnya memutuskan untuk berhenti menjadi

salesman dan membangun toko bersama sang istri yang di beri nama

Sinar Grosir. beliau bermodal keyakinan serta diberi modal dengan

orang tuanya. Karena beliau melihat bahwa toko dengan sistem grosir

memiliki peluang yang sangat bagus yang mana di sekitar wilayah

Kecamatan Kebonsari baru ada beberapa yang menjual bahan sembako

dengan sistem grosiran.

Seiring berjalannya waktu, toko Sinar Grosir semakin

berkembang, usahanya mengalami kemajuan sehingga area tokonya

diperluas karena untuk menyimpan barang dagangan yang sangat

banyak yang dijual dengan sistem grosir maupun ecer. mulai dari snack

anak-anak sampai bahan kebutuhan sehari-hari. Toko Sinar Grosir ini

setiap hari ramai pembeli, bahkan banyak juga pesanan yang diterima

untuk dikirim menyetok toko-toko di luar daerah, sehingga juga di

76

Jalan-jalanmadiun.blogspot.com (Diakses pada hari Kamis 05-03-2020 Pukul 20;35).

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

48

perlukan karyawan untuk membantu penjualan dan juga pengiriman

barang, hingga saat ini karyawan toko Sinar Grosir yang dimiliki oleh

Bapak Anam ini sudah memperkerjakan 18 orang.

B. Sistem Pengupahan Karyawan di Toko Sinar Grosir Kebonsari

1. Sistem Pengupahan Kerja Karyawan

Diawal kontrak tidak dijelaskan mengenai besar dan kecilnya

upah yang akan diterima para karyawan dan waktu pembayaran yang

akan diterima oleh karyawam. Selain itu waktu bekerja mereka

dijelaskan di awal akad yaitu masuk pagi mulai pukul 06:00 WIB

sampai dengan pukul 14:00 WIB dan masuk siang mulai pukul 14:00

WIB sampai dengan pukul 20:30 WIB. Upah para karyawan diberikan

tiap ahir pekan, yakni hari sabtu. Jumlah upah yang mereka terima

sebesar Rp. 250.000,- sampai Rp. 350.000,- baik yang masuk pagi

atau masuk siang. Namun, ada satu hal yang menarik bagi penulis

yaitu ketika pembayaran upah yakni tidak ada perbedaan besaran upah

yang para karyawan terima padahal terlihat jelas perbedaan jam kerja

para karyawan yakni perbedaan selama satu setengah jam kerja. Yang

mana karyawan yang masuk pagi bekerja selama delapan jam kerja

sedangkan yang masuk siang bekerja selama enam setengah jam kerja.

Disinilah letak perbedaan jam kerja antar para karyawan yang bekerja

di toko Sinar Grosir Kebonsari.

Proses awal masuknya para karyawan untuk bekerja di toko ini

adalah para pekerja datang meminta izin kepada pemilik toko untuk

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

49

ikut bekerja di toko tersebut. Apakah diperbolehkan atau tidak,

kemudian jika pemilik toko menghendaki, maka calon karyawan

diminta untuk datang ke toko untuk bertemu langsung dengan pemilik

toko.

“Saya diajak kakak saya mas untuk bekerja di sini, daripada di

rumah nganggur, jadi saya ikut saja diajak bekerja di sini,

walaupun saya belum ada pengalaman sebelumnya sama

sekali, katanya nanti mau di ajari.”77

Dengan bertemunya pihak pemilik toko dan calon karyawan

akan ditentukan secara langsung apakah calon karyawan tersebut

layak untuk bekerja di toko tersebut atau tidak. Pihak toko

mengutamakan karyawan yang jujur dan bertanggung jawab. Setelah

dirasa mereka layak maka langsung diperbolehkan untuk bekerja

untuk ke esokan harinya.

“Kalau masalah upah memang tidak pernah disebutkan di awal

mas, yang di bicarakan cuma kerja di sini bayarannya setiap

akhir pekan yaitu setiap hari sabtu, terus untuk jam kerja mulai

pukul 06:00 sampai dengan pukul 14:00 untuk shif pagi, dan

pukul 14:00 sampai 20:30 untuk shif sore.”78

Berdasarkan wawancara karyawati yang bekerja di toko Sinar

Grosir Kebonsari, majikan memberikan upah untuk karyawan

perminggu. Upah yang para karyawan terima tidak ada selisihnya,

padahal jelas ada perbedaan jam kerja antara mereka yakni satu

setengah jam bekerja.

77

Ika, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 18 September 2019, tempat di

toko Sinar Grosir, pukul 10:45 WIB. 78

Iffah, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 15 September 2019, tempat di

toko Sinar Grosir, pukul 11:45 WIB.

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

50

“Biasanya para karyawan menerima gaji tiap ahir pekan,

gajinya diantar oleh majikan ke toko. Dan biasanya majikan

juga memberikan bonus di ahir bulan.”79

Menurut pemilik toko, jam kerja karyawan dibedakan namun

upah mereka disamakan karena waktu malam lebih beresiko bagi

perempuan, apalagi mayoritas konsumen yang membeli adalah laki-

laki, dan pembukuan sehingga waktu kerjanya dikurangi.

“Saya memberikan upah pada karyawan itu besarannya yakni

Rp.250.000 sampai Rp.350.000,- tiap minggu. Tidak ada

perbedaan besaran upah antar karyawan dan waktu kerja yang

gelombang malam sengaja saya buat lebih sedikit karena

mayoritas yang membeli laki - laki dan juga waktunya

malam.”80

Menurut mbak Ida selaku karyawati di toko Sinar Grosir

Kebonsari, ketika menerima upah dia mengatakan keberatan atas

pemberian upah tersebut. Meskipun shif malam memiliki banyak

resiko, akan tetapi untuk yang masuk shif pagi juga terkadang harus

lembur apabila ada barang yang datang. Akan tetapi mbak Ida tetap

bekerja seperti biasanya walaupun terjadi ketidakadilan dalam

pengupahan.

“Setiap sabtu sore saya selalu menemui bosnya mas, untuk

menerima upah, dan kalau memberi upah antar karyawan itu

berbeda-beda, dan saya sampai sekarang juga tidak tahu

bagaimana menghitungnya. Ada salah satu temen saya

upahnya selalu sama terus meskipun dia juga ikut lembur.

Tetapi kalau saya tidak pasti, terkadang Rp.250.000 terkadang

Rp.350.000 jadi tidak pasti mas.”81

79

Dwi Aimma, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 18 September 2019,

tempat di rumah narasumber, pukul 18:30 WIB. 80

Ibu Anam, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 3 Agustus 2019, tempat di

rumah narasumber, pukul 18:30 WIB. 81

Dwi Aimma, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 18 September 2019,

tempat di rumah narasumber, pukul 18:30 WIB.

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

51

Dari ulasan di atas bahwa terdapat perbedaan jam kerja antar

karyawan yang masuk pagi dengan siang yakni selama satu setengah

jam kerja di toko Sinar Grosir Kebonsari ini.

“Saya mendapatkan upah setiap minggu itu berbeda –beda

mas, terkadang Rp.250.000 kadang juga Rp.300.000 jadi

terkadang saya bingung sama upah saya setiap harinya itu

sebenarnya berapa. Padahal dilihat dari jam kerja saja sudah

berbeda, seharusnya antar karyawan juga berbeda upahnya,

tetapi disini semua karyawan gajinya sama, meskipun masuk

shif pagi ataupun shif sore.”82

Lebih jauh mengejar keuntungan dengan menyembunyikan

mutu, identik dengan bersikap tidak adil. Bahkan secara tidak langsung

telah mengadakan penindasan terhadap karyawan. Penindasan

merupakan aspek negatif bagi keadilan, yang sangat bertentangan

dengan ajaran Islam.

“Saya sebenarnya juga tidak terima mas dengan gaji saya

sekarang, yang tidak dijelaskan dengan jelas, tapi mau

bagaimana lagi, kalau tidak saya terima saya tidak akan

menerima upah. Dan sekarang cari kerja itu susah mas, apalagi

seperti saya ini yang hanya lulusan SMA jadi susah cari

kerjanya.”83

Karyawan yang kerja masuk pagi mulai pukul 06:00 WIB

sampai dengan pukul 14:00 WIB, dan masuk siang mulai pukul 14:00

WIB sampai dengan pukul 20:30 WIB. Walaupun ada perbedaan jam,

majikan tetap memberikan upah kepada mereka dengan besaran sama

yaitu sebesar Rp. 250.000,- sampai Rp. 350.000,- perminggu.

82

Indah, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 18 September 2019, tempat di

toko Sinar Grosir, pukul 09:30 WIB. 83

Ika, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 18 September 2019, tempat di

toko Sinar Grosir, pukul 10:45 WIB.

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

52

“Saya pernah bertanya mas tentang upah yang sama sedangkan

jam kerja saja berbeda. Sebenarnya ini tidak adil mas. Tidak

adil karena masuk shif malam waktunya lebih sedikit dan

pekerjaanya pun juga sedikit, tidak seperti yang shif pagi lebih

banyak yang harus dikerjakan tetapi kita semua di berikan gaji

yang sama rata. Akan tetapi ibu pemilik toko selalu beralasan

karena shif malam beresiko tinggi. Padahal masuk shif pagi

maupun siang resikonya juga sama.”84

Di sini ada kejanggalan dalam pengupahan, yaitu upah yang

sama yang didapat oleh para karyawan namun jam kerja berbeda

antara mereka sehingga menimbulkan ketidakadilan dalam

pengupahan yang dilakukan oleh majikan kepada para karyawannya.

2. Sistem Pengupahan Kerja Lembur Karyawan

Para karyawan yang bekerja di toko Sinar Grosir mempunyai

tugas yang sama yaitu menjadi pramuniaga, waktu kerja mereka

dibagi menjadi dua bagian, masuk pagi dan masuk siang. Mereka

bekerja sesuai dengan jam kerja yang sudah ditentukan oleh majikan.

“sebenernya saya ingin sekali meminta ganti jam kerja,

soalnya beberapa bulan terakhir ini saya mendapat lembur

terus, dan ini semua tidak adil, apa karena saya tidak dekat

dengan ibu (bos) jadi saya kebagian lembur terus. Dan masnya

tau kan kalau tambahan untuk uang lembur itu tidak sepadan

dengan capeknya”85

Karena konsumen selalu ramai, stok barang di toko cepat

habis, stok barang dagangan diantar langsung dari sales ke toko.

“Stok barang dagangan yang habis di datangkan langsung

dari salesnya ke toko, datangnya tidak tentu tetapi selalu

mepet dengan pergantian shift yaitu jam 14.00 WIB. Kalau

barangnya datangnya malam itu sekitar jam 19:00 WIB

84

Dwi Aimma, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 18 September 2019,

tempat di rumah narasumber, pukul 18:30 WIB. 85

Pujiastuti, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 15 September 2019, tempat

di toko Sinar Grosir, pukul 10:30 WIB.

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

53

sedangkan selesai kerja gelombang malam itu jam 20:00 WIB.

Sehingga membuat karyawan gelombang malam kerja lembur,

sekitar satu jam.”86

Majikan datang ke toko hanya ketika mengantar gaji dan

ketika mengecek keadaan toko. Apabila stok barang dagangan

datang ke toko, tugas karyawan mengecek dan menata barang

dagangan tersebut di gudang maupun di rak. Kemudian apabila

barang dagangan yang datang ke toko dalam jumlah yang banyak,

karyawan harus menyelesaikan mengecek dan menata barang hari itu

sehingga harus menambah jam kerja. Dalam satu pekan dua sampai

tiga kali stok barang dagangan datang ke toko.

“ketika barang atau stock yang ada di gudang mulai menipis,

biasanya ibu (bos) mengirim barang ke toko yang ada di

rumah. Dan biasanya ketika barang datang otomatis harus

langsung di tata dong, yam au tidak mau harus lembur.”87

Di toko Sinar Grosir dalam satu bulan sekali karyawan

diberikan untuk mengambil libur, tidak dipotong gaji, tetapi dengan

syarat harus diganti hari lainnya dengan kerja masuk full.

“sebenarnya jika disuruh lembur itu hal yang paling tidak suka

aku mas, soalnya tambahannya itu lo sedikit, dan tidak jelas,

terkadang entah ibu(pemilik toko) lupa atau gimana, jelas-jelas

kemaren lembur, tapi gajinya tidak di tambahin. Kan ya bukan

gimana-gimana, yang namanya lembur kan juga butuh

tenaga.”88

86

Ika, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 18 September 2019, tempat di

toko Sinar Grosir, pukul 10:45 WIB. 87

Pujiastuti, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 15 September 2019, tempat

di toko Sinar Grosir, pukul 10:30 WIB. 88

Andista, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 18 September 2019, tempat di

toko Sinar Grosir, pukul 10:30 WIB.

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

54

Ketika karyawan yang gelombang pagi hendak mengambil

libur, terlebih dahulu membuat janji dengan karyawan gelombang

malam, kemudian karyawan gelombang malam mengkonfirmasi

apakah bisa untuk masuk kerja full. Sang majikan membuat metode

seperti supaya tokonya tidak tutup.

“sebenernya jika ditanya seperti itu, saya tidak tau mas, sampei

sekarang saya tidak tau ibu (pemilik toko) menghitung

lemburan kami gimana. Yang jelas semisal lembur seminggu

berapa kali gitu, ya tambahannya tetep sama. kami lebih

memilih untuk diam karena memang kami butuh pekerjaan ini

mas, jaman sekarang cari kerja sulit banget. Apalagi ijasah

kami hanya SMP-SMA.”89

Jadi uang lembur kerja dengan uang masuk full dijadikan satu

sejumlah Rp. 50.000,-. Jadi tidak ada patokan tetap dari sang majikan

dalam memberikan upah kerja lembur untuk karyawan.

Dari ulasan di atas bahwa upah kerja lembur dan upah masuk

full dijadikan satu. Sang majikan memberikan upah kerja lembur

dengan upah masuk full dijadikan satu karena setiap empat bulan gaji

karyawan dinaikkan sebanyak Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000 sesuai

dengan omset hasil penjualan. Jadi menurut beliau itu sudah menutupi

dengan kerja lembur dan masuk full yang dijalankan para karyawan

dan sudah ada kesepakatan antara kedua belah pihak.

89

Dwi Aimma, wawancara tentang sistem pengupahan karyawan, 18 September 2019,

tempat di rumah narasumber, pukul 18:30 WIB.

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

55

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN

KARYAWAN DI TOKO SINAR GROSIR KEBONSARI

A. Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Pengupahan Karyawan

di Toko Sinar Grosir Kebonsari

Allah menciptakan manusia untuk saling tolong-menolong antar

sesama manusia yang satu dengan yang lainnya salah satunya adalah

dengan cara muamalah. Prinsip dasar muamalah adalah untuk

mencipatakan kemaslahatan umat manusia, dalam memenuhi

kebutuhannya, manusia harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam

yang disebut sebagai fiqih muamalah yang semuanya merupakan hasil

penggalian dari al-Qur‟an dan hadith.

Di toko Sinar Grosir karyawan dibagi menjadi dua shift yaitu

Karyawan yang kerja masuk pagi mulai pukul 06:00 WIB sampai

dengan pukul 14:00 WIB, dan masuk siang mulai pukul 14:00 WIB

sampai dengan pukul 20:30 WIB. Walaupun ada perbedaan jam,

majikan tetap memberikan upah kepada mereka dengan besaran sama

yaitu sebesar Rp. 250.000,- sampai dengan Rp. 350.000,-. Di sini ada

kejanggalan dalam pengupahan, yaitu upah yang sama yang didapat

oleh para karyawan namun jam kerja berbeda antara mereka sehingga

menimbulkan ketidakadilan dalam pengupahan yang dilakukan oleh

majikan kepada para karyawannya.

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

Dilihat dari segi obyeknya, akad ija>rah dibagi menjadi dua yaitu

ija>rah manfaat (al-ija>rah ala al-manfa’ah), dan ija>rah yang bersifat

pekerjaan (al-ija>rah ‘amal) ialah dengan cara memperkerjakan

seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.

Sebagaimana dengan praktiknya di toko Sinar Grosir ini

termasuk dalam al-ija>rah ‘amal yaitu dengan memperkerjakan

beberapa orang di toko untuk melakukan suatu pekerjaan yaitu

menjadi pramuniaga.

Selain itu fiqh ija>rah juga menjelaskan sistem pembayaran upah

antara lain: Upah waktu yaitu upah yang ditetapkan menurut jam, hari,

minggu, bulanan atau tahunan; upah borongan yaitu upah yang

ditetapkan menurut banyaknya pekerjaan dan upah premi.90

Melihat hal di atas, praktik yang dilakukan di toko Sinar Grosir

Kebonsari Madiun termasuk pada jenis yang pertama yaitu upah

waktu atau upah yang ditetapkan mingguan sebesar Rp. 250.000,-

sampai dengan Rp. 350.000,- dan dibayarkan tiap ahir pekan.

Sebagaimana dengan hasil wawancara saya dengan salah satu

karyawan “Biasanya para karyawan menerima upah tiap ahir pekan,

gaji diberikan oleh majikan diantar ke toko”.

Dalam hal ini dijelaskan bahwa jika ija>rah itu suatu pekerjaan,

maka kewajiban pembayaran upahnya pada waktu berakhirnya

pekerjaan. Bila tidak ada pekerjaan lain, jika akad sudah berlangsung

90

Nurcholis Madjid, dkk, Ensiklopiedia Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeva, 1994), 287.

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

dan tidak disyaratkan mengenai pembayaran dan tidak ada ketentuan

penangguhannya. Secara umum dalam ketentuan al-Qur‟an yang

berkaitan dengan penentuan upah kerja ini terdapat dalam surat al-

Nahl ayat 90:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan

permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar

kamu dapat mengambil pelajaran.”91

Apabila ayat ini dikaitkan dengan perjanjian kerja, maka dapat

dikemukakan bahwa Allah memerintahkan kepada para pemberi

pekerjaan untuk berlaku adil, berbuat adil dan dermawan kepada para

pekerja. Oleh karena itu maka kewajiban si majikan adalah untuk

mensejahterahkan pekerjanya, termasuk dalam hal membayar upah

yang layak dan adil.92

Melihat dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

teori ija>rah harus adanya keadilan dan kelayakan dalam pengupahan

antara karyawan satu dengan yang lain oleh sang majikan. Namun,

dalam praktiknya ada ketidakadilan dalam pengupahan yang

dilakukan majikan kepada para karyawannya yaitu selisih perbedaan

91

al-Qur‟an, 16: 90. 92

Chairumman Passaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam (Jakarta: Sinar Grafika,

1996), 157.

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

jam kerja antara para karyawan selama satu setengah jam kerja, tetapi

upah yang mereka terima sama, sebagaimana dengan hasil wawancara

saya dengan salah satu karyawan di toko Sinar Grosir Kebonsari.

Sehingga standar pengupahan di toko Sinar Grosir Kebonsari belum

sesuai jika dilihat dari sisi keadilan secara tekstual. Namun secara

universal bentuk keadilan tersebut sangatlah banyak, keadilan dalam

hal kerja, keadilan dalam hal jumlah upah, keadilan dalam porsi kerja,

dan keadilan dalam hal jaminan kesejahteraan lainnya.

Namun setelah saya wawancara lebih lanjut dengan sang

pemilik toko Sinar Grosir Kebonsari, apa yang membedakan sehingga

seakan-akan tidak ada keadilan dalam hal jam kerja yang mana shift

pagi lebih lama dan yang sore lebih sedikit satu setengah jam kerja,

ternyata yang membedakan shift pagi lebih panjang jam kerjanya

adalah mereka kerja dengan porsi yang lebih ringan, karena rata-rata

pembeli ramai disaat sore hari sampai malam menjelang tutupnya

toko.Dari ulasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem

pengupahan karyawan di toko Sinar Grosir Kebonsari sudah sesuai

dan memenuhi aspek keadilan, maka hal tersebut diperbolehkan dan

tetap sah.

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pengupahan Kerja Lembur

Karyawan di Toko Sinar Grosir Kebonsari

Upah merupakan aspek yang paling sensitif di dalam hubungan

kerja. Berbagai pihak yang terkait melihat upah dari sisi masing-

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

masing yang berbeda. Pekerja melihat upah sebagai sumber

penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan

keluargannya. Secara psikologi upah juga dapat menciptakan

kepuasan bagi pekerja, di pihak lain pengusaha melihat upah sebagai

salah satu biaya produksi. Dan pemerintah melihat upah itu di satu

pihak untuk tetap dapat menjamin terpenuhinnya kehidupan yang

layak bagi pekerja atau buruh dan keluargannya, dan meningkatkan

produktifitas pekerja/buruh, dan meningkatkan daya beli masyarakat,

di pihak lain pemerintah juga menghargai ketentuan kearifan local

agar terciptanya keseimbangan antara kedua belah pihak. Sistem

pembayaran upah yang sudah menjadi tradisi di masyarakat sangat

berpengaruh dalam kehidupan mereka. Dalam kerjasama ini terdapat

nilai-nilai sosial dan moral yang sangat dihormati oleh masyarakat

seperti tolong menolong.

Di toko Sinar Grosir Kebonsari apabila stok barang dagangan

datang ke toko, tugas karyawan membongkar, mengecek dan menata

barang dagangan tersebut. Kemudian apabila barang dagangan yang

datang ke toko dalam jumlah yang banyak, karyawan harus

menyelesaikan mengecek dan menata barang hari itu sehingga harus

menambah jam kerja. Dalam satu pekan sekali stok barang dagangan

diantar majikan ke toko.

Dalam satu bulan sekali karyawan diberikan untuk mengambil

libur, tidak dipotong gaji, tetapi dengan syarat harus diganti hari

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

lainnya dengan kerja masuk full. Ketika karyawan yang gelombang

pagi hendak mengambil libur, terlebih dahulu membuat janji dengan

karyawan gelombang malam, kemudian karyawan gelombang malam

mengkonfirmasi apakah bisa untuk masuk kerja full. Sang majikan

membuat metode seperti ini supaya tokonya tidak tutup. Jadi uang

lembur kerja dengan uang masuk full dijadikan satu sejumlah Rp.

50.000,- tersebut. Padahal bisa dikatakan kerja lembur kerjanya berat

karena hanya dikerjakan seorang diri.

Dalam Jumhur ulama berpendapat bahwa ija>rah disyariatkan

berdasarkan al-Quran, as-Sunnah:

1. Al - Qur‟an Surat al-Qasash ayat 26-27 disebutkan:

للهى ى الأقو تيلى اومتيلأ ىمونتى سلأ وألأجورلأاو ينلأرو رللههللهىإت سى و ى سلأ وألأجت دو هللهو ى و أو و ت ىإتالأ نو و لأ

ى ى وألأجللهرونت تىعو و ىأو لأ دو ى نلأنوتوسىىو نويلأ ىإتالأ ىألله لأ تحوكت ىأللهرت لأدللهىأو لأ ىإتنق و و

ى و يلأ ى اصس تحت ى و ءو اللهىمتنو ىإت لأ دللهنت ىسو و ت ىأو لله سىعو ويلأكو ىاومو ىأللهرت لأدللهىأو لأ ثوونتوىات وجس

Artinya : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya

bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja

(pada kita), Karena sesungguhnya orang yang paling

baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah

orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. Berkatalah

dia (Syua‟ib): “Sesungguhnya Aku bermaksud

menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua

anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja delapan

tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka

itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku

tidak hendak me mberati kamu, dan kamu insya Allah

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

akan mendapatiku termasuk orang - orang yang

baik”.93

Ayat di atas menerangkan bahwa ija>rah telah disyariatkan

oleh umat Islam, dalam ayat ini terdapat pernyataan seorang

anak yang diucapkan imbalan yang telah disepakati sesuai

dengan ketentuan waktu dan manfaat yang dapat diterima oleh

ayah tersebut.

2. As-Sunnah

Di samping ayat al-Qur‟an di atas, ada beberapa hadi>th

yang menegaskan tentang upah, hadi>th Rasulullah SAW

menegaskan:

ىعورو للهوللهى ى وت س روهللهى نو لأ وىأو لأ ىأوجلأ ينلأرو أوعلأطلله ى اوجت

Artinya: “Dari Ibnu Umar, ia berkata: telah bersabda Rasulullah

“berikanlah upahnya kepada seorang pekerja

sebelum keringatnya kering.” (H.R Ibn Ma>jah).94

Disyaratkan pula agar upah dalam transaksi ija>rah

disebutkan secara jelas dan diberitahukan berapa besar atau

kecilnya upah pekerja. Hadi>th riwayat Abu Sa‟id Al - Khudri,

Nabi SAW bersabda, yang artinya: “ Dari Abu Sa‟id Al Khudri

ra. Bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Barang siapa

93

al-Qur‟an, 28: 26-27. 94

Al-Hafid Ibnu Hajar, Terjemah Bulughul maram (Ibnu Hajar Al-Asqalani)

(Jakarta: Pustaka Amani, 1995), 361.

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

memperkerjakan pekerja maka tentukanlah upahnya.” (H.R Abd

ar-Razaq).95

Allah memusuhi orang- orang yang melakukan hal - hal

yang dilarang oleh agama, seperti dalam hadith yang

diriwayatkan Muslim, sebagai berikut, yang artinya: “Abu Hu

ray rah ra. Berkata, Rasulullah bersabda: “Tiga golongan yang

aku musuhi kelak di hari kiamat ialah: seseorang yang memberi

perjanjian dengan nama-Ku, kemudian ia khianat, seseorang

yang menjual orang merdeka dan menikmati hasilnya, dan

seseorang yang memperkerjakan kuli, lalu pekerja itu bekerja

dengan baik namun ia tidak memenuhi upahnya.” (H.R

Muslim).96

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam fiqh ija>rah

apabila dalam membayar upah kepada pekerja harus sesuai dengan

apa yang telah mereka kerjakan dan sesuai dengan ketentuan yang

telah disepakati. Namun, dalam praktiknya tidak ada patokan jumlah

pengupahan kerja lembur, hanya memberikan upah Rp. 50.000 dalam

sebulan sekali. Tetapi sudah ada kesepakatan antara kedua belah

pihak. Ketentuan tersebut dapat diterima oleh para karyawan

dikarenakan setiap empat bulan sekali gaji mereka naik. Oleh karena

itu, ketentuan tersebut belum sesuai dengan ketentuan fiqh ija>rah.

Karena dalam Islam tidak diatur secara rinci aturan mengenai gaji

95

Ibid., 360. 96

Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin Muhammad, Khifayatul Akhyar (Kelengkapan

Orang Saleh) (Surabaya: Bina Iman, 1994), 695.

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

karyawan kerja lembur, maka pengaturan sepenuhnya diserahkan

kepada pemerintah untuk membuat rincian-rincian terhadap peraturan

Shari>’ah yang masih global.

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tinjauan hukum Islam terhadap pengupahan karyawan di toko Sinar

Grosir Kebonsari adalah pada praktiknya ada ketidakadilan dalam

pengupahan yang dilakukan majikan kepada para karyawannya yaitu

selisih perbedaan jam kerja antara para karyawan selama satu setengah

jam kerja, tetapi upah yang mereka terima sama. Dalam teori fiqh

ija>rah harus adanya keadilan dan kelayakan dalam pengupahan.

Menurut fiqh ija>rah hal tersebut tidak diperbolehkan, akan tetapi

karena diawal akad karyawan dan pemilik sudah sepakat terhadap

sistem pengupahannya, maka akad ija>rah tetap sah.

2. Tinjauan hukum Islam terhadap pengupahan kerja lembur karyawan di

toko Sinar Grosir Kebonsari adalah pada praktiknya tidak ada

patokan jumlah pengupahan kerja lembur, hanya memberikan upah

Rp. 50.000 dalam sebulan sekali. Tetapi sudah ada kesepakatan

antara kedua belah pihak. Ketentuan tersebut dapat diterima oleh para

karyawan dikarenakan setiap empat bulan sekali gaji mereka naik.

Menurut tinjauan fiqh ija>rah apabila dalam membayar upah kepada

pekerja harus sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan

sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Oleh karena itu,

ketentuan tersebut belum sesuai dengan fiqh ija>rah. Karena dalam

Islam tidak diatur secara rinci aturan mengenai gaji karyawan kerja

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

65

lembur, maka pengaturan sepenuhnya diserahkan kepada

pemerintahuntuk membuat rincian-rincian terhadap peraturan shari>’ah

yang masih global.

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Yazid. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009.

al-Bassam, Abdullah bin Abdurrahman. Sharah Bulughul Maram, Terj. Tahirin

Suparta, dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.

Al-Jaziri, Abdurrahman. al-Fiqh „Alal Madzhabil Arba‟ah Jilid 4 Terj. Moh

Zuhiri dkk. Semarang: asy -syifa‟, 1994.

Amar, Imron Abu. Fathul Qarib. Terj. Jilid 1. Kudus: Menara Kudus, 1983.

Anshori, Abdul Ghofur. Hukum Perjanjian Islam di Indonesia. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 2010

Aziz, Abdul. Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer. Bandung: Alfabeta,

2010.

Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta,

2008.

Basyir, Ahmad Ahzar. Asas-asas Hukum Muamalah: Hukum Perdata Islam.

Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2004.

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2004.

CV Karya Utama. Al-Qur‟an dan Terjemahannya Juz 1-30 Edisi Baru. Surabaya:

CV Karya Utama, 2005.

Djuwani, Dimyauddin. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Belajar,

2008.

Ghoni, Djunaidi. Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Gajah Mada, 1980.

Hajar, Al-Hafid Ibnu. Terjemah Bulughul maram (Ibnu Hajar Al-Asqalani).

Jakarta: Pustaka Amani, 1995.

Hasan, M Ali. Berbagai Macam Transaksi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2003.

Huda, Qomarul. Fiqh muamalah. Yogyakarta: Teras, 2011.

Karim, Adiwarman Azhar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2012.

Karim, Helmi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

Lubis, Suhrawardi K. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2000.

Madjid, Nurcholish. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeva,

1994.

Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana Prenada

Media, 2012.

--------. Hukum Sistem Ekonomi Islam. Depok: Kharisma Putra Utama Offset,

2015.

Mas‟adi, Gufron A. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002.

Maulana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2004.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009.

Muhammad dan Alimin. Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi

Islam. Yogyakarta: BPFE, 2004.

Muhammad, Imam Taqiyuddin Abu Bakar Bin. Khifayatul Akhyar (Kelengkapan

Orang Saleh). Surabaya: Bina Iman, 1994.

Nofita, Lutfiah. “Pembayaran Upah kepada Pekerja Menurut kacamata Islam”,

dalam https://www.kompasiana.com/. diakses pada tanggal 24 April 2019,

jam 05:20 WIB.

Passaribu, Chairumman. Hukum Perjanjian dalam Islam. Jakarta: Sinar Grafika,

1996.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah. Terj.Moh. Nabhan Husein Jiilid 12. Bandung: Al-

Ma‟arif, 1996.

Sahrani, Sohari. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Soekarno, Rahardi. “Besaran UMK 38 Kabupaten dan Kota se-Jatim Tahun

2020,” dalam https://beritajatim.com/politik-pemerintahan/ini-besaran-umk-

38-kabupaten-dan-kota-se-jatim-tahun-2020/. diakses pada tanggal 28 Maret

2020, jam 14:30.

Sudarsono. Pokok-Pokok Hukum Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2015.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Syafei, Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung: Cv Pustaka Setia, 2001.

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN …

Tim Laskar Pelangi. Metodologi Fiqh Muamalah. Kediri: Lirboyo Press, 2013.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.