TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

86
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN DENGAN CALO DI DESA SESELA KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT Skripsi Oleh : ABDU SOMAD NIM. 150.211.125.7 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2019

Transcript of TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN

DENGAN CALO DI DESA SESELA KECAMATAN GUNUNGSARI

KABUPATEN LOMBOK BARAT

Skripsi

Oleh :

ABDU SOMAD

NIM. 150.211.125.7

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM 2019

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN

DENGAN CALO DI DESA SESELA KECAMATAN GUNUNGSARI

KABUPATEN LOMBOK BARAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh :

ABDU SOMAD NIM. 150.211.125.7

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM 2019

ii

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

iii

iii

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

iv

iv

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

vi

vi

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

vii

MOTTO

ظ إ ظي ظإ ظم إ

Artinya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS, Surah Al-Insyirah, Ayat, 6.)1

1 Mushaf Al-Kamil Al-Quran dan Terjemahan di Sertai Tema Penjelasan Kandungan

Ayat , Surah Al-Insyirah. hlm. 596.

vii

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

viii

PERSEMBAHAN

Tidak lupa puji syukur Alhamdulillah atas segala nikmat dan karunia

yang telah di berikan Allah SWT, yang telah mempermudah dan memberikan

kelancaran dalam penyusunan karya sederhana ini. Dengan kerendahan hati

saya persembahkan karya ini kepada:

1. Ayahanda Bapak Jamhur dan ibunda Ibu Siti Fatimah tercinta yang

telah bekerja keras, berbesar hati, penuh kelembutan dan kasih sayang,

yang tiada ahir dengan penuh kesabaran kepada ananda, di setiap

langkah ananda yang tak pernah putus memberikan semangat, terimaksih

tiada tara atas keikhlasan dan ketulusan doa demi doa hanya untuk

kesuksesan selama studi di universitas islam negri (UIN) mataram.

2. Buat kakakku Zakiah, Syaripudin, Huliatul izzah, Hani Malkan,

Misbah, Qurratul aini, dan Juga buat keponakanku Ummu Haniq,

Ummu Syari’ah Dan Syafaatul Ulumatuzzahra I love For You, serta

semua keluarga besarku ku ucapkan bayank terimaksih atas doa dan

dukungan kalian selama ini.

3. Buat adekku Hj. Risma Diana terimaksih atas semngat yang telah adeq

berikan sehingga membuat ananda bangkit meski pernah dalam keadaan

terpuruk.

4. Buat teman seperjuangan Romi Zulmi, Erris Prasetia, Ahmad Syarif

Hidayat terimaksih atas kebersamaan kaliah canda tawa kita bersama.

Rima kalsera, dan masih banyak lagi yang tidak bisa ananda sebutkan

satu persatu

viii

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam

semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “(Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Rahn

Dengan Calo di Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten

Lombok Barat.)” disusun berdasarkan hasil penelitian di Desa Pejanggik

Kecamatan Praya Tenggah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat

terwujud tanpa bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Mataram;

2. Dr. H. Musawar, M.Ag selaku Dekan Fakultas syari‟ah

Universitas Islam Negeri Mataram;

3. Ketua prodi Hukum Bisnis Islam (MUAMALAH) Fakultas

Syri‟ah Universitas Islam Negeri Mataram; Saprudin, M.Si.

4. Dr. H. Miftahul Huda, M.Ag, Dr. Khairul Hamim, M.A.

selaku dosen pembimbing yang selalu sabar memberikan

ix

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

x

bimbingan, arahan dan motivasi sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Guru besar dan seluruh dosen UIN Mataram yang telah

memberikan banyak ilmu dan wawasan kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Kedua orang tua ku bapak Jamhur dan ibunda ku Siti Fatimah

tercinta yang tak pernah lelah membesarkan dan mendidikku

dengan penuh kasih sayang, serta memberi dukungan,

perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup ini. Terima

kasih untuk segalanya.

7. Segenap keluargaku yang telah mendukung terselesainya

skripsi ini baik moril maupun spiritual.

8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Demikian sekilas kata pengantar dari penulis. Penulis menyadari

bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan.Akhirnya, hanya

kepada Allah segala kebaikan dikembalikan, karena dialah yang Maha

Luas ilmu-Nya lagi Maha sempurna. Semoga skripsi ini senantiasa

bermanfaat bagi para pembaca, Aamiin

Mataram, 07 Januari 2020

Abdu Somad 1502111257

x

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING..................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... v

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................... vi

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

ABSTRAK .......................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Fokus Penelitian ........................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8

D. Ruang Lingkup dan Seting Penelitian ........................................ 10

E. Telaah Pustaka ........................................................................... 10

F. Kerangka Teoritis ...................................................................... 12

G. Metode Penelitian ...................................................................... 18

H. Sistematika ................................................................................. 24

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN .................................................... 25

A. Paparan Umum Praktik Rahn Dengan Calo di Desa

Sesela Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok

Barat ........................................................................................... 25

1. Sejarah Terbentuknya .......................................................... 25

2. Tabel Rekan Kerja ............................................................... 26

3. Struktur Cara Kerja .............................................................. 27

B. Gambaran Umum Desa Sesela Kecamatan Gunungsari

Kabupaten Lombok Barat ........................................................... 27

xi

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

xii

1. Letak Geografis Desa Sesela ............................................... 30

2. Keadaan Sosial Ekonomi ..................................................... 30

C. Peraktik Gadai Motor di Sesela, Kecamatan

Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat ...................................... 32

1. Prosedur Terjadinya Gadai .................................................. 33

2. Akad Gadai .......................................................................... 35

3. Syarat-Syarat dan Ketentuan Gadai ..................................... 36

4. Hak dan Kewajiban Para Pihak ........................................... 37

D. Proses Penukaran Barang Gadai ................................................. 38

1. Akad Saat penukaran Barang Gadai ..................................... 39

2. Ketetapan Barang Gadai ....................................................... 40

BAB III ANALISIS HASIL TEMUAN ........................................................... 42

A. Analisi Peraktik Rahn Dengan Calo di Desa Sesela,

Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombik Barat ................... 42

1. Analisis Akad Pertukaran .................................................... 43

2. Analisis Nilai-Nilai Keadilan dan Kemaslahatan ................ 46

3. Analisis dari Status Barang .................................................. 48

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Peraktik Rahn Dengan

Calo di Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari,

Kabupaten Lombik Barat ............................................................ 50

1. Ditinjau dari Akad Pertukaran .............................................. 50

2. Ditinjau dari Nilai Keadilan dan Kemaslahatan ................... 54

3. Ditinjau dari Status Ketetapan Barang Gadai ...................... 58

C. Kajian Hukum Islam Terhadaap Praktik Rahn Dengan

Calo di Desa Sesela Kecamatan Gunungsari Kabupaten

Lombok Barat ............................................................................. 59

1. Aspek Ekonomi Islam ........................................................... 60

2. Pendapat Para Ulama ............................................................ 60

a. Imam Syafi’i ................................................................... 61

b. Imam Maliki ................................................................... 61

c. Imam Ahmad bin Hambal ............................................... 62

xii

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

xiii

d. Imam Abu Hanifah ......................................................... 62

3. Al-Qur’an dan Hadist ............................................................ 63

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 65

A. Kesimpulan ................................................................................ 65

B. Saran-Saran ................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

xiv

ABSTRAK

Melakukan akad gadai, tidak boleh secara sembarangan tapi harus didasarkan pada sebab-sebab yang diperolehkan syara‟. Karena itu tidak boleh melakukan akad gadai melalui akad jual beli (bay‟), bagi hasil (mudharabah), dan lain sebagainya. Menurut hukum islam, jika telah jatuh tempo membayar hutang, pemilik barang gadai (rahin), wajib melunasi dan penggadai (murtahin), wajib menyerahkan barangnya dengan segera. Asfek tujuan dari adanya praktik gadai dalam islam, yaitu untuk menimbulkan rasa tolong menolong antara sesama ummat beragam (islam), sehingga terjalinnya rasa kemanusiaan, tersambungnya tali silaturrahim, dan terkait langsung dengan hubungan dengan Allah SWT, yaitu menjadikan muamalah sebagai ladang ibadah, untuk memahami bagaimana islam memandang terkait dengan praktik penukarang barang gadai yang dilakukan sebgaian masyarakat di Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat

Melakukan sebuah praktik gadai, dengan melibatkan calo, memang sangatlah membantu dan mempermudah pemilik barang dan pemberi hutang. Akan tetapi perlu di ketahui bahwa jika calo ingin melakukan suatu tindakan entah apapun itu, maka haruslah meminta persetujuan pemilik barang jaminan gadai atau yang berhutang, agar tidak terjadi perampasan hak kepemilikan atas barang jaminan tersebut.

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dan tehnik pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah, observasi, dan wawancara. Dalam penelitian ini adapun sumber data yang digunakan yaitu, primer, imporman dan ada juga skunder yaitu, melalui buku, jurnal, dan skripsi.

Adapun permasalahan penelitian ini adalah, diantaranya, (1). Gadai yang menggunakan praktik calo atau (simasarah.) (2).Gadai yang menggunakan barang jaminan sperti pada umumnya namun tanpa menggunakan batas waktu berahirnya suatu akad gadai,(3). Pemanfaatan barang gadai sebagai sumber keuntungan dalam praktik tersebut oleh penerima gadai atau murtahin, (4). Melakukan pertukaran terhadap barang jaminan gadai, apabila barang jaminan awal ditebus oleh pemiliknya (rahin), dan terjadi praktik pertukaran tanpa adanaya kejelasan barang pengganti. Hasil temuan penelitian ini adalah, bahwa di Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok barat. Terjadi sebuah praktik yang tidak sesuai dengan apa yang digariskan dalam syari’at islam dan ada beberapa kejanggalan dalam praktik ini di antaranya: terjadinya praktik menggunkan calo, tidak menggunakan batas waktu dalam praktik tersebut, telah terjadi pemanfaatan barang gadai, dan terjadi pertukaran objek gadai tanpa mengetahui kejelasan objek pengganti tersebut, apakah layak atau tidak.

Kata kunci: Gadai, calo dalam sebuah praktik gadai, aturan hukum islam.

xiv

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia dilahirkan seorang diri, akan tetapi dia

tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, manusia selalu hidup

dalam kelompok masyarrakat untuk bersama-sama memenuhi

kehidupan bermasyarakat. Hal ini menunjukan saling berhubungan

satu sama lain, baik disadari atau tidak yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Pergaulan hidup tempat setiap

orang melakukan perbuatan dalam melakukan hubungannya dengan

orang lain disebut muamalat.

Melakukan kegiatan muamalat tentu saja tidak bisa lepas dari

yang namanya hak dan kewajiban sebagai umat yang beragama dan

hidup dalam lingkup bermasyarakat. Setiap manusia memiliki hak

yang harus diperhatikan orang lain dan kewajiban yang harus

dijalankan terhadap orang lain. Hubungan hak dan kewajiban tersebut

diatur dalam hukum bermuamalat dengan tujuan menghindari

terjadinya bentrok antara berbagai kepentingan dan untuk mencapai

kemaslahatan.

Dalam bermuamalat ada perintah yang dimana orang yang kaya

harus menolong orang yang miskin, yang mampu menolong yang

kurang mampu. Adapun bentuk pertolongan tersebut bisa berupa

1

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

2

pinjaman secara Cuma-Cuma dan bisa juga memberikan pinjaman

dengan menggunakan jaminan atas pemberian hutang kepada orang

lain. Sebenarnya pemberian hutang itu merupakan suatu tindakan

kebajikan untuk menolong orang yang sedang dalam keadaan terpaksa

dan tidak mempunyai uang dalam keadaan kontan, namun untuk

ketenangan hati, pemberi hutang memberikan suatu jaminan, bahwa

uang itu akan dibayar oleh yang berhutang, untuk maksud itu pemilik

uang boleh meminta jaminan dalam bentuk barang berharga.2

Hutang-piutang adalah memberikan sesuatu kepada orang lain

dengan perjanjian dia akan membayar suatu yang sama pula. Maksud

kata tersebut bisa berbentuk uang dan juga bisa berbentuk barang,

asalkan barang tersebut habis karna pemakaian. Hutang-piutang

dengan barang jaminan disebut gadai atau dalam islam disebut ar-rahn

dalam bahasa arab adalah ast-tsubut wa ad-dawam berarti “tetap” dan

“kekal”. Secara etimologi adalah menyandera sejumlah harta yang

diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

sejumlah harta dimaksud sesudah ditebus.3

Masalah hutang-piutang termasuk dalam kategori muamalah

dan dalam konteks ini, islam menetapkan hukumnya boleh (mubah),

sebagaimana disebutkan dalam kaidah fiqih:4

2 Abdul Rahman Ghazaly. H. Ghufron Ihsan. Fiqih Muamalat ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, ), hlm. 265

3 H. Zainuddin Ali. Hukum Gadai Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 3 4 Muhammad Harfin Zuhdi. Muqaranah Mazahib Filmuamalah (Mataram: Sanabil

Perum Puri Bunga Amanah, 2015), hlm. 221

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

3

امظإلح ظيظإ اظإظ‘ظإظص ظ ظم ظد ظ ظ ل ‘ظظإ

Artinya: “hukum asal dalam semua bentuk mu‟amalah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkan”.

Dalam al-Quran dan hadist tidak sedikit ditemukan ayat dan sabda

rasulullah SAW yang menegaskan tentang gadai, sudah barang tentu

merupakan titah Allah yang tidak bisa diabaikan begitu saja tanpa

kesungguhan dari setiap umat yang menunaikanya, misalnya dalam al-

Qur’an surah Al-baqarah ayat 283 yang berbunyi:

مظظظ نظ ظس ظ ظإ ض ب ظم باظفم ظ‘ظمظؤإظ ظب ظدم فاظ ظدم ظإؤ إ اظفلؤ ظ‘ظب ب ظهظ ظ‘ظ ش إظإ ‘ظظلب ظءإظ اظفأ ظي لظ‘ظم ظ ل اظ ظهظب مظ

Artinya: “jika kamu dalam perjalanan (dan bermu‟amalat tidak secara tunai sedangkamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah adabarang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada allah dan tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”5( QS al-Baqarah.283)

Pungsi barang gadai pada ayat diatas untuk menjaga kepercayaan

masing masing pihak sehingga penerima gadai meyakini bahwa pemberi

gadai beriktikad baik untuk mengembalikan pinjamannya dengan cara

5Al-hikmah, al-Qur‟an dan Terjemahanya, Diponegoro: Al-Baqarah. hlm. 49

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

4

menggadaikan barang atau benda yang dimiliknya, serta tidak melalaikan

jangka waktu pengembalian hutangnya. 6

Dalam hadist juga juga sudah dijelaskan tentang gadai tersebut

seperti dalam hadist berikut:

ظ ل ظهظ س ظهظص ظ ا :ظ ظ ن ظهظ ظ ميم ظإىظبظ مظيم ظإ ظس ظمم إظ ظد ظ‘ظبن ظبن ظي ظإ

نا ظمم إ .‘ظد ن ظإ ي بظ ظيم بخاظظإ ظإ إ

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a ia berkata rasulullah SAW bersabda: punggung (binatang) yang dinaiki itu dengan nafkah (bayaran bagi yang punya) kalau ia barang jaminan (gadaian). Dan susu yang diminum itu dengan nafkah (bayaran bagi yang punya) kalau ia itu barang jaminan (gadaian) dan hendaklah orang yang menaiki dan meminum itu memberi (bayaran bagi yang punya) biaya‟‟ (diriwayatkan oleh Bukhary).”7

ظ ل ظهظ س ظهظص ظ ا :ظ ظ ن ا ظ ظهظ ظ نظ.ظ ظغمم ل ظ ظظغن ظ ظإ ظصاحب ظم م ظإ سظظغل

ىظ ظ إ ظ ظ‘ظإحامإ إ نظدىظ ظ ح ظإ ظإظإ اظسا. ظإ غ

Artinya: “dari padanya r.a ia berkata: rasulullah SAW bersabda: barang jaminan (gadai) itu tidak tertutup bagi yang punya barang itu, dialah yang tetap punya, dan dialah yng tetap berutang (sebelum dibayar hutangnya)”. Diriwayatkan oleh Darukutny dan Hakim, dan rawi-rawinya dapat dipercaya melainkan yang mahfud menurut Abu Daud dan lainya ialah mursalnya.”8

6 Muhammad Harfin Zuhdi. Muqaranah..., hlm. 6. 7 Muh. Sjarief Sukandi Terjemahan Bulugul Maram Fiqih Berdasarkan Hadist, (PT

Al Ma’arif: Bandung 1984), hlm. 315 8 Ibid., hlm. 316

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

5

Dari kedua hadist diatas ditegaskan bahwa barang jaminan adalah

tetap milik si pemilik barang tersebut tetapi kalau sipemilik sudah

melunasi hutangnya atau menebus barangya, dan jika sewaktu-waktu para

pihak ingin melakukan sebuah tindakan apapun itu harus melalui

persetujuan pemilik barang gadai.

Praktik gadai yang dilakukan oleh salah satu calo gadai yaitu

bapak Munawir Haris yang mengatakan:

sebenarne ye pade sih entan te begade marak dengan-dengan sik lain, cume lamun lek aku ne dengan ye tukerinku montor ne isik montor sik lainan lamun ne tebus montor ne isik sik epe montor ini, jarine ndek ne skek montor siktegadean ini yeluek dengan nyerah montor ne lek aku bsuruk gadean jok dengan lain,9

Artinya: Pada umunya praktik gadai yang saya lakukan ini sama seperti praktik gadai yang lain, cuma kalau disaya motor yang saya gadaikan ini akan saya tukar dengan motor yang lain kepada konsumen apabila motor ini ditebus oleh pemiliknya, jadi bukan hanya satu motor yang akan saya gadaikan, banyak orang yang menyerahkan motornya kesaya untuk digadaikan kepada orang lain.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, praktik yang dilakukan

masyarakat Lombok khususnya dalam hal praktik gadai motor dengan

sistem penukaran barang gadai yang diterapkan oleh sebagian masyarat

yang ada di Desa Sesela Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok

Barat, yang dimana dalam praktik ini ada tiga pihak yang sangat berperan

diantaranya pihak pertama si pemilik barang gadai, pihak kedua yaitu calo

gadai, dan pihak ketiga konsumen atau penerima barang gadai. Dalam

praktiknya pemilik barang ini memberikan barangnya kepada pihak calo

9 Munawir Haris, Wawancara, Rabu 30 Oktober 2019.

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

6

untuk dicarikan konsumen untuk menggadai motornya, pihak calo

menyimpan barang yang akan digadaikan dirumahnya untuk sementara

waktu si calo gadai mencari konsumen. Dalam proses pencarian

konsumen, calo gadai seringkali melibatkan rekan-rekan kerja yang juga

berprofesi sama yaitu sebagai calo untuk membantu mencarikan

konsumen atas barang yang akan digadaikan, jika para calo gadai sudah

menemukan konsumen untuk menggadai motor si pihak pertama atau

pemilik barang maka konsumen memberikan sejumlah uang kepada calo

sesuai kebutuhan pemilik barang, lalu si calo gadai memberikan motor

yang digadaikan sebagai barang jaminan kepada konsumen tanpa jangka

waktu yang ditentukan. Jika suatu ketika pemilik barang ingin menebus

barangnya kembali, pemilik barang harus menebus melalui calo, kemudian

calo akan mengambil barang jaminan ini pada pihak konsumen.

Masalah motor yang menjadai objek gadai yang ditebus oleh

pemiliknya, calo harus memberikan motor lain kepada konsumen, dan

seringkali motor yang diberikan berbeda jenis maupun merek sebagai

ganti agar konsumen tidak merasa dirugikan, karna kebanyakan konsumen

tidak ingin proses gadai berakhir sampai disini, konsumen sering merasa

belum puas atas pemanfaatan barang gadai.

Yang menjadi pokok permasalahan dalam praktik ini adalah pada

kenyataannya status barang yang digadai tidak bersifat tetap, dan

seringkali barang ini ditukar dengan jenis yang lain dan merek yang lain

pula oleh calo, disesuaikan dengan besar dan kecilnya budget konsumen.

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

7

Apabila konsumen mempunyai budget dengan jumlah yang kecil maka

motor yang akan didapati relatif sesderhana dan disesuaikan dengan

tahun produksinya yang relatif lebih lama, dan sebaliknya jika konsumen

mempunya budget yang lebih besar, secara otomatis motor yang akan

didapatipun disesuaikan dengan ukuran budget yang ada, dengan motor

yang bermerek kekinian, dan tahun produksinyapun dengan tahun-tahun

yang sekarang. Dalam praktik yang terjadi di Desa Sesela Kecamatan

Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat ini dilakukan seperti yng penulis

jelaskan sebelumnya sehingga tidak adanya persetujuan terlebih dahulu

saat penggantian barang atau penukaran barang jaminan.

Persoalan di atas, menjadi perlu untuk dijadikan sebuah penelitian

yang berhubungan dengan praktik ar rahn dengan melakukan pengkajian

dari sisi praktik penukaran barang gadai sehingga diketahui bagaimana

pandangan hukum Islam terhadap praktik tersebut, karena dari segi teori

sesuai dengan hukum islam sudah berbeda dengan praktik yang terjadi

dimasyarakat. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut

lagi supaya dapat mengetahui dan memahami persoalan tersebut.

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

8

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi fokus kajian dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Bagaimana Praktik Gadai Motor Dengan Calo di Desa Sesela,

Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat?

2. Bagaimana Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktik Gadai

Motor Dengan Calo di Desa Sesela Kecamatan Gunungsari,

Kabupaten Lombok Barat?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin di capai pada penelitian ini

terhadap adanya rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana praktik Gadai Motor di Desa

Sesela Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat.

b. Untuk Memahami Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktik

Gadai Motor di Desa Sesela Kecamatan Gunungsari,

Kabupaten Lombok Barat.

2. Manfaat

Dalam mengadakan penelitian, manfaat suatu penelitian

karya ilmiah sangatlah penting. Sehingga manfaat penelitian dapat

di lihat dari dua segi yaitu:

a. Manfaat secara Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran bagi upaya mengetahui pandangan hukum islam

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

9

pada praktik gadai motor dengan system penukaran barang

gadai

2) Manfaat penelitian ini dapat berguna sebagai bentuk

pengembangan khazanah keilmuan di dalam bidang hukum

Islam, terutama di dalam kajian pada disiplin ilmu fikih

Muamalah dalam bab ar-rhn (gadai) yang berkaitan dengan

penelitian pada praktik ar-rhn (gadai motor) dengan sitem

penukaran barang gadai

3) Dengan kehadiran penelitian ini akan mampu memberikan

konstribusi terhadap para peneliti lain untuk melakukan

penelitian secara mendalam dan luas tentang peraktik gadai

yang sesuai dengan syariat islam.

b. Manfaat secara praktis

1) Manfaat yang bisa dirasakan didalam penelitian ini adalah

mampu dijadikan tolak ukur atau refrensi, bahan informasi

bagi masyarakat yang melakukan praktik ar-rhn (gadai

motor) dengan system penukaran barang gadai terutama

disesela Gunungsari.

2) Hasil dari penelitian ini dapat berguna sebagai bahan acuan

untuk masyarakat agar lebih memperhatikan tata cara

bermuamalat sesuai dengan syariat islam.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

10

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian akan dilaksakan di

dusun Sesela, yang berada di Desa Sesela, Kecamatan Gunngsari,

Kabupaten Lombok Barat. Adapun yang menjadi alasan penulis

memilih Dusun Sesela ini sebagai lokasi penelitian berdasarkan

pertimbangan bahwa di Desa Sesela terdapat beberapa dusun yang

melakukan praktik yang sangat relevan dengan konteks penelitian,

yaitu praktik gadai motor dengan sistem penukran barang gadai.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap karya-karya atau

studi-studi terdahulu yang berdekatan atau beraitan topiknya dengan

penelitian yng sedang dilakukan guna untuk menghindari duplikasi,

serta menjamin keabsahan dan keaslian penelitian yang dilakukan oleh

peneliti. Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa penelitian yang

dianggap terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah

sebagai berikut:

1. Baiq. Aida Mutiraningsih. “Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap

Praktik Gadai Sepeda Motor Study Kasus DesaTawun Kecamatan

Sekotong Barat”. Skripsi fakultas syari’ah jurusan ekonomi islam

institut agama islam negeri IAIN mataram, 2013.

Dalam penelitian ini Baiq Aida Mutiraningsih

memfokuskan objek penelitiannya terhadap pendorong terjadinya

gadai sepeda motor dan tinjauannya dalam persefektip ekonomi

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

11

islam. Dalam sistem operasionalnya barang jaminan gadai ini

dimanfaatkan oleh murtahin (penerima gadai) untuk mengambil

keuntungan seperti ngojek. Dan sehingga pada pengambilan

barang gadai tersebut tidak sesuai dengan keadaan pada saat

barang tersebut dijadikan barang jaminan.

Menurut penelitian yang dilakukan Baiq Aida

Mutiraningsih diatas berbeda degan apa yang dilakukan atau

diteliti oleh peneliti saat ini yang dimana peneliti saat ini lebih

cendrung kepada tijauan hokum islam terhadap praktik pertukaran

barang gadai.10

2. Maya Azkyani. “Pemanfaatan Brang Gadai Dalam Transaksi

Gadai Dikelurahan Babakan Dikecamatan Sandubaya Mataram

Persefektip Islam”. Skripsi Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam

Negeri IAIN Mataram.

Dalam skripsi ini peneliti sebelumnya membahas tentang

pemanfaatan barang gadai yang dilakukan oleh nmurtahin

dikelurahan babakan kecmatan sandubaya mataram, yang dimana

dalam permasalahan ini tidak sesuai dengan syariat islam karena

penerima gadai tidak dibenarkan memanfaatkan barang gadai,

karena sebelum dan sesudah digadaikan barang jaminan tetap

milik pemberi gadai.

10 Baiq Aida Mutiraningsih, Tijauan Ekonomi Islam Terhadap Praktik Gadai sepeda

Motor. Skripsi IAIN Mataram, 2013

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

12

Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu

dengan peneliti saat ini yaitu lebih fokus terhadap praktik

pertukaran barang gadai saat penebusan barang jaminan gadai.11

3. Abdul Ghofur, “Tinjauan Hokum Islam Terhadap Praktek Gadai

Motor” Skripsi Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari’ah Jurusan Muamalah Surabaya, 2010.

Dalam penelitian ini peneliti sebelumya meneliti tentang

praktik gadai yang lewat calo yang dimana peneliti sebelumnya

lebih memfokuskan kepada proses gadai lelwat calo. Berbeda

dengan penelitian yang dilakukan saat ini yang dimana peneliti

lebih fokus kepada praktik gadai yang menggunakan sistem

penukaran objek gadai.12

F. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Gadai

Gadai dalam bahasa arab disebut rahn yang menurut

bahasa berarti tetap, kekal, dan jaminan. Sedangkan dalam hokum

positif Indonesia disebut dengan barang jaminan, anggunan, dan

rungguhan. Dalam islam rahn merupakan sarana tolong menolong

bagi umat islam, tanpa adanya imbalan jasa.

Didalam fiqih rahn dirumuskan dengan cara yang

berbeda-beda anatara lain: “harata yang dijadikan pemiliknya

sebagai jaminan hutang yang bersifat mengikat” sehingga yang di

11 Skripsi Maya Azkyani. “Pemanfaatan Brang Gadai Dalam Transaksi Gadai Persefektip Islam”. Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri IAIN Mataram. 2012

12 http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/23792

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

13

jadikan anggunan tersebut bukan saja harta yang bersifat materi,

tetapi juga harta yang bersifat manfaat tertentu, dan harta yang

dijadikan anggunan tersebut tidak harus diserahkan secara aktual

melainkan juga bisa diserahkan secara hokum, seperti menjadikan

sawah sebagai agunan, maka yang diserahkan itu adalah

sertifikatnya. Difinisi lainya adalah “menjadikan materi (barang)

sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang

apabila yang behutang tidak bisa membayarkan hutangnnya itu.

Menurut difinisi ini atau pengertian ini barang yang bisa dijadikan

agunan hutang hanyalah yang bersifat materi, bukan harta yang

bersifat manfaat. Dalam literature fiqih, para ulama mendifinisikan

rahn sebagai berikut

a. Ulama syafi’iyah mendifinisikannya “menjadikan suatu barang

yang bisa dijual sebagai jaminan hutang dipenuhi dari

harganya, bila yang berhutang tidak sanggup membayar

hutangnya.

b. Ulama hanabilah memberikan difinisi “suatu benda yang

dijadikan kepercayaan suatu hutang, untuk dipenuhi dari

harganya, bila yang berhutang tidak sanggup membayar

hutangnya.

c. Ulama malikiyah mendifinisikan “suatu yang bernilai harta

(Mutamawwal) yang diambil dari pemiliknya untuk dijadikan

pengikat atas utang yang tetap.

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

14

Dari beberapa pengertian gadai yang dikemukakan diatas,

diketahui bahwa gadai rahn adalah menahan barang jaminan yang

bersifat materi milik sipeminjam (rahin) sebagai jaminan atau

pinjaman yang diterima, dan barang tersebut bernilai ekonomi

sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan

untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian utangnya dari

barang gadai dimaksud bila pihak yang menggadaikan tidak dapat

membayar utang pada waktu yang telah ditentukan.13

2. Dasar Hukum Gadai

a. Al-Qur’an

Pandangan puqaha tentang kebolehan akad gadai

didasarkan pada keterangan al-Qur’an anatara lain sebagai

berikut:14

ظظ ض ب ظم باظفم مظؤإظ مظ نظ ظس ظ ظ‘ظإ ظدم فاظ ظدم ظإؤ إ اظفلؤ ظب ظ‘ظب ب ظهظ ظ‘ظ

ظ ش لب‘ظإظإ ظءإظ اظفأ ظي ظظ‘م ل اظ هظبظ لمظ

Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah (tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) maka hendaklah ia bertaqwa kepada allah tuhannya...”. (Al-baqarah 283).

13 Muh. Baihaqi Fiqih Muamalah Kontemporer, (Institut Agama Islam Negeri IAIN

Mataram 2016) cet. 1. hlm. 100-101 14 Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002). hlm, 176

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

15

b. Al-Hadis

Didalam hadist juga diterangkan masalah gadai yang

artinya sebagai berikut:

ظ ل ظهظ س ظهظص ظ ا :ظ ظ ن ا ظ ظهظ ظ نظ ظغمم ل ظ ظظغن ظ ظإ ظصاحب ظم م ظإ سظظغل

إحام ىظ ظ إ ظ إ نظدظ‘ظ.ظ ظ ح ظإ ظإظإ ىظاظسا. ظإ غ ظ إ

Artinya: “dari padanya r.a ia berkata: rasulullah SAW bersabda: barang jaminan (gadai) itu tidak tertutup bagi yang punya barang itu, dialah yang tetap punya, dan dialah yng tetap berutang (sebelum dibayar hutangnya)”. Diriwayatkan oleh Darukutny dan Hakim, dan rawi-rawinya dapat dipercaya melainkan yang mahfud menurut Abu Daud dan lainya ialah mursalnya.” c. Ijma’ Ulama

Para ulama’ semuanya sependapat, bahwa perjanjian gadai

hukumnya (mubah) boleh. Namun ada yang berpegang kepada

zahir ayat, yaitu gadai yang diperbolehkan dalam keadaan

bepergian saja, seperti paham yang dianut mazhab zahiri,

Mujahid dan Al-Dhahak. Sedangkan jumhur (kebanyakan

ulama) mombolehkan gadai, baik dalam keadaan bepergian

maupun tidak, sepernah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah

dimadinah, seperti telah disebutkan dalam hadist diatas.15

15 M. Ali Hasan. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (fiqih muamalat) (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2003,) cet.1 hlm. 254-255

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

16

3. Rukun dan Syarat Gadai

Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan rukun

rahn menurut jumhur ulama, rukun rahn itu ada empat 4, yaituu:

a. Shigat maksudnya adalah: lafaz ijab qabul atau akad saat

melakukan perjanjian.

b. Orang yang berakad : dua orang melakukan perjanjian rahin

dan murtahin.

c. Harta yang dijadikan marhun.

d. utang marhun bih.

Sedangkan syarat-syarat rahn sebagaimana disebutkan

oleh ulam fiqih adalah:

a. syarat yang terkait dengan orang yang berakad, adalah cakap

bertindak hokum (baligh dan berakal)

b. syarat shigat (lafaz). Ulama hanafiyah mengatakan dalam

akad itu tidak boleh dikaitkan dengan syarat-syarat tertentu

atau dengan masa yang akan dating, karena akad rahn itu

sama dengan akad jual beli.

c. Syarat marhun bih, adalah merupakan hak yang wajib

dikembalikan kepada murtahin, marhun bih itu boleh

dilunasi dengan marhun itu, marhun bih itu jelas/tetap dan

tertentu.

d. Syarat marhun adalah marhun itu boleh dijual dan nilainya

seimbang dengan marhun bih, marhun itu benilai harta dan

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

17

boleh dimanfaatkan, marhun itu jelas dan tertentu, marhun

itu milik sah rahin, marhun itu tidak terkait dengan orang

lain, marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak

bertebaran dibeberapa tempat.16

4. Pendapat Ulama Tentang Pemanfaatan Barang Gadai

Menurut hanafiyah dan hanabilah, rahin tidak boleh

mengambil manfaat atas borg kecuali dengan persetujuan

murtahin. Malikiyah tidak memboleh oleh rahin secara mutlak.

Bahkan menurut mereka (malikiyah apabila murtahin mengizinkan

kepada rahin untuk mengambil manfaat atas borg, maka akad

gadai menjadi batal.17 Akad arhn diperbolehkan oleh syra’ dengan

berbagai dalil dalam al-Quran ataupun hadist nabi saw, begitu juga

dengan ijma’ ulama.18

Dengan demikian hukumnya juga sama dengan meminjam

uang di bank. Ada ulama yang mengatakan haram, ada yang

mengatakan syubhat, dan adapula yang bependapat boleh, dalam

keadaan darurat.19

16 Ibid, hlm.104-105 17 H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalah (Jakarta: Amzah 2010), hlm. 308 18 Dimyauddin Djuwaini,. Pengantar Fiqih Muamalah. (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010) cet II, hlm. 262. 19 M. Ali. Hasan, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003)cet.3,

hlm. 128.

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

18

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Kualitatif

Berdasarkan pendekatan kualitatif,untuk mengkaji

permasalahan ini, maka peneliti melakukan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang menghasilkan data-

data berupa kata cepat secara ilmiah dan alamiah. Pendekatan ini

harus peneliti gunakan karena dalam penelitian ini penulisakan

memaparkan data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang atau perilaku yang dapat diamati bukan merupakan

angka-angka.20 Digunakan pendekatan kualitatif didasarkan dari

beberapa pertimbangan sebagai mana yang dimekukakan oleh

meleong berikut ini:

a. Menyangkut analisis terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi

dalam masyarakat.

b. Metode ini menyajikan data-data yang tidak berhubungan

dengan angka-angka.

c. Metode ini berhubungan dengan penomena sosial yang terjadi

secara langsung dan diamati dalam masyarakat.21

20 Nasution S, metode penelitian naturalistic kualitatif, cet III, (bandung: PT.

Tarsito, 2003), hlm 14 21 Suharmini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.

4.

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

19

2. Sumber Data

a. Data primer

Data yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian

di lapangan.22 Sumber data primer yang digunakan peneliti ini

adalah wawancara. Dalam penelitian, ini wawancara diperlukan

untuk memberikan keterangan suatu fakta atau pendapat.

Keterangan tersebut dapat disampaikan baik dalam bentuk lisan

maupun tulisan.23 Dalam hal ini yang menjadi narasumber

wawancara adalah pemilik barang gadai dan konsumen atau

penerima baang gadai.

b. Data skunder

Data yang diperoleh peneliti tidak secara langsung, tetapi

melalui calo.24 Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu

data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, karya ilmiah dan

dari dokumen-dokumen yang digunakan untuk menjawab

pertanyaan mengenai tinjauan hukum islam terhadap praktik

RAHN Dengan Calo di Desa Sesela Kecamatan Gunungsari,

Kabupaten Lombok Barat.

22 Ibid. 23 Ibid., hlm. 175. 24 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), hlm. 217.

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

20

3. Tehnik Pengumpulan Data

Adapun metode yang dipergunakan dalam pengumpulan

data yang terkait dalam bahasan penelitian adalah metode

observasi, metode dokumentasi dan metode wawancara.

a. Observasi (observation)

Pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti yang mengandalkan pengamatan dan

ingatan si peneliti.25 Metode ini di gunakan untuk memperoleh

data mengenai praktik gadai motor di Desa Sesela Kecamatan

Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat.26

b. Wawancara (interview)

Adapun yang akan diwawancarai dalaim penelitian ini

adalah calo gadai dan konsumen gadai. Metode ini digunakan

untuk memperoleh gambaran tentang proses terjadinya praktik

gadai dengan sistem penukaran barang gadai.27

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara

tak terstruktur untuk memperoleh data-data di lapangan dan

mempermudah lancarnya wawancara bagi peneliti dilokasi

penelitian. Yang di mana metode wawancara ini dirasa lebih

25 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, Cet ke-2 (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2009), hlm. 52. 26 Imam Gunawan, Metodelogi Penelitian Kualitatif Teori dan Praktif, Cet ke 1

(Jakarta: PT Borni Kenaya, 2014), hlm. 162. 27 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-5(Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), hlm. 180.

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

21

nyaman dan tidak terpaku pada pedoman wawancara28. Adapun

responden tersebut meliputi, pihak calo dan pihak penerima

gadai, di Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten

Lombok Barat.

4. Teknik analisis data

Dalam penelitian ini menggunakan jenis analisis kualitatif,

yaitu “proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di

peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan

lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuan tersebut dapat di

informasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang

dapat diceritakan kepada orang lain”.29

5. Uji Kesahihan Data

Kredibilitas data merupakan konsep penting yang

perbaharui dan konsep kesahihan dan keadaan yang disesuaikan

dengan tuntunan pengetahuan kriteria dan paradigma sendiri.

Dalam penelitian ini, tehnik pemeriksaan yang dipakai

antara lain:ketekunan, pengamatan, triangulasi, kecukupan refrensi.

28 Ibid. 29 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 88

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

22

a. Ketentuan pengamatan.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik pengamatan

untuk menerapkan keabsahan data temuan, dengan memusatkan

ketekunan pengamtan pada hal-hal yang menjadi fokus

penelitian dalam upaya mewujudkan bermualah secra syariat

islam.

Ketentuan pengamatan bermaksud menemukan cirri-ciri

dan unsure situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut. Dengan kata lain, ketekunan pengamatan

menyediakan kedalam keluansan berfikir.

b. Triangulasi

Triangulasi dalam penelitian ini adalah sebagai tehnik

pengumpulan data yang bersifat membandingkan dari berbagai

tehnik pengumpulan data yang telah ada.

Tehnik ini dibedakan menjadi empat macam, yaitu

triangulasi dengan sumber, triangulasi sebagai metode,

triangulasi sebagai penyidik dan triangulasi sebagai teori.

Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber

dan metode.

1) Triangulasi sumber.

Triangulasi sumber adalah untuk membandingkan

untuk mengecek balik data dari hasil penelitian atau suatu

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

23

informasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan langkah

sebagai berikut:

a) Membandingkan hasil observasi dengan hasil

wawancara.

b) Membanduingkan apa yang dikatakan responden

didepan umum dan apa yang dikatakan secara pribadi.

c) Membandingkan keadaan dan persepektif antara

respondeng yang satu dengan responden yang lain.

2) Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan secara bersamaan

dalam suatu kegiatan wawancara dengan responden yang

ada dilokasi. Kecukupan refrensi.

Merupakan alat untuk menampung dan

menyesuaikan dengan keritik tertulis utnuk memperluas

evaluasi.30 Ini dimaksudakan sebagai bahan pemeriksaan

kebenaran data informasi yang dipakai seperti catatan-

catatan lapangan, surat-surat atau arsip yang penting, yang

ada kaitannya dengan penelitian dan mendukung

terlaksananya penelitian.

30 Meleong, Metode..., hlm. 181.

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

24

H. Sistematika

Penulisan laporan hasil penelitian yang digunakan oleh

peneliti ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi UIN Mataram

tahun 2018. Guna mendapat gambaran yang jelas mengenai laporan

penelitian ini, maka laporan penelitian ini akan disusun dengan

sistematika sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan; pada bab ini dipaparkan latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori,

metode penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II memaparkan data; pada bagian ini diuraikan tentang

gambaran umum lokasi penelitian dan tinjauan Hukum Islam

Terhadap Praktik Rahn (Gadai Motor) Dengan Sistim Penukaran

Barang Gadai di Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari).

Bab III membahas analisis hasil penemuan yang penulis

paparkan pada bab sebelumnya yaitu tinjauan Hukum Islam Terhadap

Praktik Rahn (Gadai Motor) Dengan Sistim Penukaran Barang Gadai

di Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari).

Bab IV merupakan penutup; bab ini berisikan kesimpulan-

kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian dan saran-saran yang

sesuai dengan persoalan penelitian.

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

25

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Paparan Umum Praktik Rahn Dengan Calo di Desa Sesela,

Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat

1. Sejarah Terbentuknya

Asal mula terjadinya praktik Rahn Deengan Calo di Desa

Sesela, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, di

dirikan oleh seseorang yang bernama bapak Munawir Haris pada

tahun 2010 (dua ribu sepuluh), pada awalnya bapak Munawir Haris

tidak melakukan prktik gadai begitu saja, namun beliau mulanya

berpropesi sebagai pegawai di salah satu pegadaian cabang

gunungsari.

Setelah selang beberapa bulan, bapak munawir haris

memutuskan resain dari kantor pegadaian cabang gunungsari pada

tahun, 2010 (dua ribu sepuluh), bulan november, di karenakan

pernghasilan yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga

beliau. Dan dari sanalah muncul keinginan untuk bergelut dalam

dunia muamalah, akan tetapi bapak Munawir Haris tidak langsung

mendirikan atau melakukan praktik gadai beliau mengawali

propesinya sebagai, penerima jual beli motor bekas pada tahun

2011 (dua ribu sebelas.

25

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

26

Setelah berjalan lancar propesi beliau sebagai penerima jual

beli motor bekas, beliau berkeinginan untuk mengembangkan

usahanya untuk menerima gadai motor pada bulan juni 2011 (dua

ribu sebelas), setelah beliau memilki banyak rekan kerja, sebagai

sarana pembantu untuk melancarkan usahanya atau praktiknya,

kembali bapak Munawir Haris, menerima jasa sebagai calo gadai

motor pada tahun, 2012 (dua ribu dua belas), untuk mempermudah

sebuah transaksi gadai, di samping beliau perpropesi sebagai

penerima gadai motor. Dari sinilah awal mulanya terjadi atau

terbentuk sebuah praktik gadai motor dengan menggunkan jasa

caloan dan praktik penukaran objek gadai motor, yang belangsung

sampai detik ini

2. Tabel Rekan Kerja

Adapun nama-nama fatner kerja yang bertugas sebagai

pembantu dalam menemukan konsumen adalah sebagai berikut:

No Nama Alamat 1 Muazakkir Dusun Kebun Indah 2 Khaerul Anwar Dusun Kebun Bawah 3 Kaharudin Dusun Cengok 4 Samsul Dusun Kebon Lauq

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

27

3. Struktur Cara Kerja

Cara kerja dari struktur di atas awalnya pemilik

menyerahkan barang jaminan gadai kepada bapak Munawir Haris,

jika bapak Munawir Haris merasa kesulitan untuk menemukan

konsumen untuk menerima barang jaminan tersebut, beliau

menghubungi rekan kerja untuk membantu menemukan konsumen.

B. Gambaran Umum Desa Sesela Kecamatan Gunugsari Kabupaten

Lombok Barat

Asal muasal Desa Sesela adalah salah satu Desa tua yamg

ada di pulau lombok, terletak di anatar dua kali, sebelah selatan kali

midang dan sebelah utara kali meninting, berada di pinggirang kota

Pemilik Barang

Munawir Haris

Muazakkir Khaerul Anwar Kaharudin Samsul

Penerima gadai Penerima gadai Penerima gadai Penerima gadai

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

28

administratif kota mataram, jarak dari ibu kota Lombok Barat tidak

kurang dari 24 (dua puluh empat) kilometer jalan yang harus ditempuh

baru mencapai gerung ibukota kabupaten Lombok Barat.

Menurut sejarah nama Desa Sesela di ambil dari bahasa jawa

kuno yang berarti: SE= satu (sebuah) sedangkan SELA= (selo) = batu.

Jadi sesela sama dengan sebuah batu. Sebab itu Desa Sesela juga

terkena denagn sebutan batu sela atau selaparang di sebabkan oleh

lambang Desayang dibuat oleh tokoh masyarakat jaman dulu, terdiri

dari sebuah batu hitam di atasnya tertancap sembian keris pusaka

sebab itu di namakan selaparang yang berarti sebuah batu tajam. Desa

Sesela terdapat 3 bukti sejarah, yang sampai saat ini masih terpelihara

dengan baik, di antaranya: 1. Makam keramat Desa Sesela 2. Masjid

jamiq nurussalam 3. Sebuah sumur

Adapun luas Desa Sesela adalah 227, 027 Ha, terdiri dari 29,

874 Ha tanah pekarangan dan sisanya merupakan tanah persawah

tehnis perkebunan. Dengan jumlah penduduk 12.341 (dua belas ribu

tiga ratus empat puluh satu) terdiri dari laki-laki 5,177 (lima ribu

seratus tujuh puluh tujuh) dan perempuan 6,164 (enam ribu seratus

enam puluh empat) dibagi menjadi sebelas dusun dan 49 (empat puluh

sembilan) RT dengan rincian sebagai berikut.

Dusub Kebun Indah Memiliki 11 RT, Dusun Sesela 4 RT

Dusun Cengok 5RT, Dusun Bile Tepung 2RT, Dusun Lendang 4RT,

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

29

Dusun Dasan Utama 5RT, Dusun Kebon Bawah 5RT, Dusun Barat

Kubur 5RT, Dusun Kebon Lauk 4RT, dan Dusun Muhajirin 2RT.

Tabel 2.1 Nama-Nama Dusun di Desa Sesela

Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat NO Nama Dusun JUMLAH RT KETERANGAN 1 Dusun Kebun Indah 11 RT - 2 Dusun Sesela 4 RT - 3 Dusun Cengok 4 RT - 4 Dusun Bile Tepung 2 RT - 5 Dusun Lendang 4 RT - 6 Dusun Dasan Utama 5 RT - 7 Dusun Kebun Bawah 5 RT - 8 Dusun Baret Kubur 5 RT - 9 Dusun Kebon Lauq 4 RT - 10 Dusun Muhajirin 2 RT -

Sumber data: profil Desa Sesela kec gunungsari kab.lobar di petik hari senin tanggal 2 desember 2019

Desa Sesela sejak tahun 1.880 telah tercatat sebagai

Desadefinitif, di pimpin oleh seorang Kepala Desayang bernama

Muhammad Putra Desa Sesela asli, sampai saat ini tealh mengalami

14 kali pergantian Kepala Desadengan tabel sebagai berikut.

Tabel 2.2 Daftar Nama-Nama

Kepala Desa Sesela Dari Tahun 1980-2019 No Nama Kepala Desa Tahun Keteranga 1 Muhammad 1980-1900 10 Tahun 2 H. Arif 1900-1923 23 Tahun 3 H. Ahmad Saruji 1924-1959 35 Tahun 4 H. Zaini As 1959-1960 1 Tahun 5 H. Mustafa Kamal 1960-1974 5 Tahun 6 H. Muhammad Ishak 1974-1975 1 Tahun 7 Muhsinin 1975-1976 2 Tahun 8 Darma Setiawaan 1976-1978 3 Tahun 9 Abdul Kadir 1978-1982 5 Tahun 10 Abdul Hamid 1982-1990 7 Tahun 11 Ahmad Sanusi 1990-2001 10 Tahun 12 H. Muhajirin Hs 2001-2013 10 Tahun

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

30

13 Asmuni As 2013-2019 5 Tahun 14 H. Abu Bakar 2019- Sekarang -

Sumber Data: profil Desa Sesela kec, gunungsari kab. Lobar di petik pada 2 desember 2019

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selama ini sudah

yang sudah menjadi kepala Desa Sesela sudah 14 orang sampai

sekarang. Selama mereka menjabat sebagai Kepala Desa, sektor

pemerintahannya cukup baik dan berkembang. Pemerintah di Desa

Sesela kecamatan Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat,

di pimpin oleh seornag Kepala Desa, BPD, dan Staf Desa. Agar lebih

jelasnya berikut setruktur organisasi pemerintahan Desa Sesela.

1. Letak Geografis Desa Sesela

Desa Sesela merupakan salah satu dari 14 Desadari

kecamatan gunungsari yang terletak 2km ke arah selatan ke kota

kecamatan, Desa Sesela mempunyai luas wilayah seluas 12.350

hektar.

Iklim Desa Sesela sebagaimana Desa-desa lain diwilayah

indonesia mempunyai iklim kemarau dan hujan, hal tersebut

mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di

Desa Sesela Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat.31

2. Keadaan Sosial Ekonomi

Desa Sesela merupakan kawasan yang mayoritas penduduk

yang bermata pencaharia sebagai petani, selain itu anggota

31 Dokumen di petik pada hari senin 2 desember 2019 jam 9.30.

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

31

masyarakat Desa Sesela juga ada yang terdiri dari pegawai Negri

Sipil (PNS), Polisi, TNI, Peternak, Pedagang dan lain sebagainya,

berikut tabelnya:

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Di Desa Sesela

Kec. Gunungsari Kab. Lombok Barat Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2019

JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN Petani 391 orang 40 orang Buruh tani 72 orang 78 orang Buruh migran perempuan 34 orang Buruh migran laki-laki 88 orang Pegawai Negeri Sipil 175 orang 120 orang Pengrajin industry rumah tangga 823 orang 777 orang Pedagang keliling 25 orang 70 Peternak 26 orang 3 Nelayan 12 orang Montir 96 orang Dokter swasta 1 orang 1 orang Bidan swasta Perawat swasta 11 orang 13 orang Pembantu rumah tangga TNI 20 orang POLRI 9 orang Pensiunan PNS/TNI/POLRI 52 orang 5 orang PengusaHa kecil dan menengah 100 orang 253 orang Pengacara Notaris Dukun kampong terlatih 2 orang Jasa pengobatan alternatif 2 orang Dosen swasta 6 orang 4 orang PengusaHa besar 14 orang 2 orang Arsitektur 5 orang Guru swasta 81 orang 72 orang Seniman/Artis 32 orang 2 orang Karyawan perusaHaan swasta 150 orang 132 orang Karyawan perusaHaan pemerintah 10 orang 4 orang

Jumlah Total1839 Orang Sumber Data: profil Desa Sesela kec, gunungsari kab. Lobar di

petik pada 2 desember 2019

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

32

C. Praktik Rahn Dengan Calo di Desa Sesela Kecamatan

Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat

Mahalnya kebutuhan pokok saat ini juga memaksa masyarakat

untuk melakukan segala sesuatu untuk mendapatkan uang seperti jual

beli, sewa menyewa, hutang piutang serta gadai. Dalam hal ini penulis

membahas mengenai praktik gadai dengan sistem penukaran barang

gadai. Gadai adalah salah satu cara untuk mengatasi kesulitan

finansial masyarakat dan juga untuk memenuhi kebutuhan sehari hari

baik primer maupun skunder. Sebagaian banyak masyarakat

melakukan praktik gadai dengan menukar objek gadai.

Praktik gadai dengan sistem penukaran barang gadai dilakukan

oleh sebagian masyarakat yang ada di Desa Sesela Kecamatan

Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Lantaran masyarakat sudah

menganggap gadai dengan cara yng demikian sudah menjadi faktor

kebiasan, selain itu juga praktik yang demikian juga sebagai salah satu

alternatif untuk mempermudah sebuah terjadinya proses gadai, yang

dimana pemilik motor hanya memberikan wewenang kepada calo

gadai untuk mencarikan pelanggan atau konsumen yang akan

menggadai motornya.

Dalam praktik yang terjadi selain dua pihak yaitu pemilik dan

penerima ada pula orang yang ikut andil dalam transaksi gadai

tersebut yaitu calo. Orang yang berperan sebagai pelancar jalannya

sebuah peraktik gadai denga cara atau sistem penukaran objek gadai.

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

33

Sehingga pengadai lebih mudah mendapatkan orang yang mau

menggadai motornya, sedangkan bagi penerima gadai bisa cepat

mendapatkan objek gadai supaya bisa secepatnya di manfaatkan.

1. Prosedur terjadinya gadai

Secara singkat perosedur terjadinya gadai yang dilakukan

oleh sbagian masyarakat Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari,

Kabupaten Lombok Barat, yaitu dengan cara, pemilik barang

gadai meneyerahan objek gadai kepada calo, kemudian calo

menyerahkan kepada penerima gadai, dan penerima gadai

meneyerahkan sejumlah uang kepada calo, dan kemudian calo

menyerahkan uang kepada pemilik barang.

Selaras dengan apa yang di kemukakan dalam wawancara

dengan salah satu calo gadai motor dengan sistem penukaran

barang gadai atau objek gadai, yaitu Bapak Munawir Haris yang

menjelaskan prosedur atau tata cara pelaksanaan praktik gadai

sebagai berikut:

Lamun gade marak sik gawek ku ne biese sih misal ente epe montor, neke mele mek gadean montor mek, sedangkan wah mek taok oku girang gadean montor marak ngene, ahirne suruk meklah oku lalo gadean montor mek jok dengan loin, sengak oku kan wah luek konce ku gawek ye jari ne jelap oku mouk dengan sik gin gade montor mek, sengak lamun ndek narak mele baturku gade ye, bareh operku jok batur ku bgawean sik loin ye suruk ku metean ente dengan sik mele lamun ne wah mouk tinggal kubaitan ente kepeng mek pire sik mek gingade yene. Trus ente ne bebas piran piran mek mele tebus montor mek, nyak seminggu kek sebulan kek terserah ente, jmak oku ngatur ne konce sik gade montor mek ini. Sengak kebanyakan dengan dengan sik bgade montor lek oku ini

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

34

jarang arak mele bgade sekoli mele ne lanjutan doang, misal lamun mek tebus montor mek kadang ndek arak ne kodu sik dengan ini kadang yerugi sik ne idap dirik ne sengak ndk ne mouk sue kodu montor mek, nah jarine mele ne lanjutan begade montor lek oku, yelah ampok ku tukerin sik montor loin, sengak lek bale tono ye luek montor sik gin tegadean mosi, nah ye lah bengku yene sik ku gentik montor mek ini loguk kepeng menyesuaikan sok mosi, pokokne tetep wah ngeno sampe piran jak ne pendak dengan ini mele boit kepengne, jorine sik epe montor selo sik nerimak montor selo mosi tinggal oku doang lekaq lamun masalah tips jak sik epe montor ngbeng ite.32 Artinya: Kalau gadai seperti yang saya lakukan ini sebenarnya biasa, misalnya kamu mempunyai motor, sekarang kamu ingin menggadaikan motor kamu, sedangkan kamu sudah tahu bahwa saya sudah sering melakukan praktik gadai seperti ini, akhirnya kamu pun menyuruh saya untuk menggadaikan motor kamu kepada orang lain, karena saya mempunyai beberapa rekan kerja, saya pun bisa dengan cepat mendapatkan orang yang akan menggadai motor kamu, kalaupun teman saya tidak ada yang mau menggadai motor kamu, nanti motor akan saya berikan kepada teman-teman saya yang lain, dan seandainya teman saya sudah mendapatkan konsumen yang akan menggadai motor kamu tinggal saya akan mengambilkan kamu uangnya seberapa besar kamu ingin menggadaikannya, selanjutnya kamu bebas kapan pun kamu ingin menebus motormu, entah satu minggu entah satu bulan terserah kamu, saya yang akan mengatur semua dengan orang yang menggadai motor kamu ini. Soalnya kebanyakan orang yang menggadai motornya disaya ini tidak ingin proses gadai berahir sampai satu kali gadai, dia pasti ingin melanjutkannya, misalnya kalau kamu menebus motor kamu terkadang konsumen itu tidak ada yang akan dia pakai, seringkali konsumen merasa dirugikan karna belum lama memakai motor kamu, dahirnya konsumen ini mau melanjutkan gadai motornya di saya, itulah kenapa saya menukar motor konsumenya dengan motor yang lain, karena dirumah saya banyak motor yang akan digadaikan juga, nah itulah yang akan saya berikan kepada dia sebagai ganti motor kamu, tapi, uangnya menyesuaikan juga intinya prosesnya akan tetap

32 Wawancara Dengan Bapak Munawir Haris, Pada Hari Minggu, 20 November

2019.

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

35

seperti ini sampai konsumennya bosan dan mau mengambil uangnya kembali, jadinya yang punya motor santai yang menerima motor gadaian juga santai tinggal saya saja yang bekerja, masalah tips saya diberikan oleh pemilik motornya. Dalam penjelasan diatas bahwa praktik tersebut tidak hanya

melibatkan satu calo namun beberapa calo, yang bertujuan

membantu dalam menemukan konsumen untuk menerima barang

gadai tersebut, selain itu pemilik barang di beri kebebasan

sesukanya dalam melunasi hutangnya tanpa batas waktu, jika

sewaktu-waktu barang jaminan di ambil pemiliknya, dalam waktu

yang singkat maka calo memberikan jaminan baru kepada

konsumen untuk mengisi kekosongan agar konsumen tidak

dirugikan karena penebusan barang gadai yang terlalu cepat.

2. Akad Gadai

Akad dalam sebuah perjanjian merupakan rukun dan syarat

yang sangat penting dilakukan, namun tidak semua akad

menggunkan sebuah kalimat yang baku, dalam artian akad di era

modern ini sering kali di landaskan atas dasar kepercayaan satu

sama lain anatara pemilik dengan penerima

Berikutnya mengenai akad dari proses terjadinya gadai

dikemukakan oleh salah satu konsumen gadai yaitu dengan Ibu

Yati Zakia yang yang mengatakan sebagai berikut:

Masalah akad ne jak aro ndek narak sih, cume mungkin ite wah terbiase jage bgade marak ngne, jarine ite wah saling percaye, sengak lamun te gin ngadu akad sik resmi marak sik ketuanan de jak, ngumbe gin te ntan masalah ne knce sik epe montor bae ndek

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

36

te saling kenal ndeq te wah bedait jaq, pokoq ne jari jari sik pak munawir wah ite trimaq kadu.33 Artinya: Masalah akad yang kami lakukan tidak seperti akad yang pada umumnya, Cuma mungkin kita sudah terbiasa melakukan gadai seperti ini, jadinya kita sudah saling percaya, persoalnya jika kita ingin menggunakan akad yang resmi seperti yang anda tanyakan, bagaimana caranya?. Masalahnya dengan pemilik motor pun kita tidak saling mengenal dan tidak pernah bertemu, intinya semua sudah di atur sama pak munawir kita terima jadi. Penjelasan menganai akad dalam perjanjian gadai di atas

mnegandung unsur saling percaya satu sama lain, di karenkan

pemilik dengan penerima gadai tidak pernah bertatapan muka

sehingga, dalam akad tersebut di landaskan kepada keyakinan

bahwa tidak akan terjadi suatu hal yang tidak di inginkan.

3. Syarat-Syarat dan Ketentuan Gadai

Sehubungan dengan sebuah praktik gadai, tidak terlepas

dari yang namanya syarat-syarat yang bertujuan memberikan

kekuatan hukum bagi para pelaku, sehingga suatu ketika terjadi

sebuah permasalahan, adanya hukum yang dapat menyelesaika

permasalahan tersebut.

Tidak sejalan dengan wawancara yang dilakukan kepada

salah satu calo gadai yang lain, yaitu Bapak Muzakkir yang

menjelaskan tentang bagaimana syarat-syarat dan ketentuan gadai

adalah sebagai berikut:

33 Wawancara Dengan, Ibu Yati Zakia, Selaku Konsumen Gadai, Pada Tanggal 21

November 2019, Pukul 17.23 WIB.

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

37

Lamun masalah syarat-syarat jak, aro ndeq naraq sih siq resmi jak marak te begade marak bos-bos blek jak sik harus ngadu peresmian slapuk ape, palingan lamun ite jak modal saling percaye doang antere siq epe montor knce sik bgade, laguq selame ku gaweq pegawean siq mene ini ndeq narak sih masalah jaq, lancar-lancar doang. Sengaq kance te ne kanyan yaq te doang.34 Artinya: Mengenia syarat-syarat, tidak ada syarat yang resmi seperti proses gadainya orang-orang pada umumnya, yang harus menggunakan peresmian, kalaupun kita, Cuma menggunakan modal kepercayaan antara si pemilik motor dengan si penerima gadai, tapi selama saya mengerjakan pekerjaan ini tidak ada masalah, lancar-lancar saja. karena yang terlibat disni semua dari teman ke teman.

Dalam penjelasan yang demikian dikemukakan, syarat-

syarat dalam praktik tersbut hanya mengandalkan modal

kepercayaan, dengan alasan bahwa yang terlibat dalam praktik

tersebut hanya sebatas dari teman ke teman.

4. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Terpenuhinya suatu hak dan kewajiban dalam akad gadai

yaitu, penyerahan barang jaminan oleh pemilik dan menerima

sebuah pinjaman berupa uang oleh penerima. Kewajiban para

pihak melunasi hutang dan mengembalikan objek jaminan.

Hal yang sama dikemukakan oleh Bapak Khaerul Anwar

dalam wawancara mengenai hak dan kewajiban para pihak sebagai

berikut:

34 Wawancara, Dengan Bapak Muzakkir, Pada Tanggal 21 November 2019

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

38

Lamun masalah hak konce kewajiban sik epe montor konce sik bgade maraq biese se ne, siq epe serahang montor ne konce ne nerimaq kepeng trus sbalikne ye daong, cume taoq bede ne siq bgade wajib nerawat montor ini ne gentiq oli ne ne servis yene lamun araq sede ne krisaq yene tinggal ne piaan nota ampok ne beng okune jmaq oku blapor jok epe montor tegentiq soq kepeng ne trus, siq epe wajib negentiq kepeng dngan ini kcuoli lamun ne ehlas dengan siq bgade ini.35 Artinya: Masalah hak dan kewajiban pemilik motor sama si pnerima gadai sama seperti biasa, pemilik motor menyerahkan motornya dan menerima uang dan sebaliknya. Tempat perbedanya si penerima gadai ini wajib merawat motor tersebut, dia mengganti oli dan servis bilamana ada kerusakan dia harus menggantinya, setelah itu di bauatkan nota, dan di berikan kepada saya, dan saya yang akan melapor kepada pemilik motor selanjutnya uang si penerima gadai akan diganti oleh pemilik motor, kecuali atas dasr keikhlasan.

Hak dan kewajiban dalam praktik tersebut sama dengan hak

dan kewajiban pada umumnya, namun ada yang membedakan,

bahwa penerima gadai wajib memelihara kondisi kesehatan dari

objek ngadai tersebut, dan jikalaupun ada baiaya yang dikeluarkan

pemilik barang brkewajiban mengganti biaya perbaikan objek

tersebut.

D. Proses Penukaran Barang Gadai

Proses pertukaran barang gadai hanya dilakukan oleh calo

gadai dan pihak konsumen, dan sekaligus disaat pertukaran barang

gadai proses gadai yang pertama akan berakhir dan selanjutnya akan

terjadi proses gadai selanjutnya dan dengan lain pemilik pula.

35 Wawancara, Dengan Bapak Khaerul Anwar, Pada Tanggal 23 November 2019

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

39

1. Akad Saat Penukaran Barang Gadai

Bertemunya kedua belah pihak dalam suatu hubngan

perjanjian adalah sesuatu yang harus dilakuakan, sehingga

tercapainya sebuah kesepakatan bersama. Setelah bertemunya

kedua belah pihak, dalam melakukan sebuah akad perjanjian

haruslah didasarkan kepada sebuah aturan ataupun kemaslahatan

sehingga teracapainya sebuah hubungan kemanusiaan yang

mendekatakan kepada hal ibadah.

Wawancara dilakaukan dengan salah satu pihak calo yang

lain yaitu, Bapak Kaharudin yang mengungkapkan mengenai

akad saat penukaran barang gadai, terkait dengan kejelasan akad

saat penukaran terjadi.

Masalah akad ne biase doang palingan jari jari leman telpon, badaqku ye gin ku tuker montor sik ni nke gne tetebus sik epene mbe taok te bdait, nggaq ne wah, ndeq narak sik gin ribet ribet laloq jak harus ngne harus ngno, separo lamun ku taoq, taoq bale ne selun selun entan ne ku dateng jok ito, dakaq ndek te ngadu kata-kata siq resmi bae harus ne terimaq montor ini gin tetuker sengaq wah mule ngno ntan te mau ndak mau sengaq tetep te beng ye gentiq ne, tapi ndek narak sih siq wah araq masalah, palingan cume sparo pade girang komplin masalah girang ndek ne bau nanjak montor siq beng te ye no, blakoq ye trus tukerinku lne tukerin te ye trus beng te sik lainan .36 Artinya: Masalah akadnya biasa saja, sering kali hanya sebatas lewat telpon saya memberitahukan bahwa motor tersebut hari ini akan saya ambil atau tukar dan akan di tebus oleh pemiliknya, cuma itu saja. Tidak ada yang terlalu ribet yang harus begini dan yang harus begitu, seringkali kalau saya mengetahui tempat tinggal konsumen, saya tiba-tiba datang ke sana, walaupun kita

36 Wawancara, Dengan Bapak Kaharudin, Pada Tanggal, 16 November 2019.

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

40

tidak menggunakan kata-kata yang resmi saat penukaran, itu harus diterima bahwa motor itu akan diambil dan ditukar, karena memang sudah seperti demikian, mau tidak mau, karena kita akan tetap memberikannya pengganti motor yang lain. Akan tetapi tidak pernah ada masalah, Cuma seringkali ada yang komplin masalah, terkadang motor yang kita berikan itu tidak sesuai kondisi, konsumen sering meminta utuk di tuker kembali dan kami pun memberikannya. Menggunakan alternatif dalam akad seperti menggunkan

media telpon hal itulah yang dilakukan dalam praktik tersebut,

mendasarkan pada paktor kebiasan, yang harus di terima oleh para

pihak yang terlibat, dan tanpa menggunkan kalimat-kalimat yang

mengandung kejelasan, sehingga mengakibatkan terjadinya

kesenggangan yang menguntungkan sepihak dan merugikan salah

satu pihak lain.

2. Ketetapan Barang Gadai

Objek gadai haruslah bersifat tetap bertujuan untuk

menghindarkan dari yang nama nya 2 akad dalam satu transaksi

perjanjian atau multi akad.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu

pihak ketiga atau konsumen yaitu dengan ibu Zakiah masalah

ketepan barang gadai beliau mengatakan.

Selame ku begade lek ye ndek ne wah arak sik tetep motor ini pasti ne tuker ye, paling sue ku begade selame ne arak ( 2 ) bulan ye paling sue, slain no paling ( 2 ) minggu kadang araq sampe ( 1 ) minggu tebus ne ye laguk tetep beng ne ite sik lainan37

37 Wawancar Dengan, Ibu Zakiah, Pada Tanggal, 17 November 2019

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

41

Artinya: Selama saya melakukan gadai pada dia, tidak pernah ada barang yang tetap pasti dia menukarnya, selama ini barang yang paling lama cuma ( 2 ) bulan, itu yang paling lama, salain itu ( 2) minggu, kadang ada yang sampai ( 1 ) minggu, ditebus tetapi dia tetap memberikan kita barang penggantinya. Dalam wawancara di atas objek gadai seringkali

bergantikan,, dan tanpa adanya batasan waktu penebusan dan

penggantian barang, sehingga suatu ketika, dapat menimbulkan

hal yang tidak di inginkan seperti akad yang tidak jelas dan hal

yang demikian dilarang oleh islam.

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

42

BAB III

ANALISIS HASIL TEMUAN

A. Analisis Praktik Rahn Dengan Calo di Desa Sesela Kecamatan

Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat

Gadai merupakan hal yang sangat lazim pada era modern seperti

sekarang ini, gadai sudah merupakan salah satu mata pencaharian

masyarakat pada umumnya, dikarenakan gadai adalah, salah satu

alternatif untuk mempermudah melakukan sebuah teransaksi dalam

rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Entah itu sebagai sarana

saling tolong menolong dalam menutupi sebuah permasalahan

kelaurga, atau sebagai kebiasaan yang dilakukan masyarakat dalam

setrategi bisnis untuk meraih keuntungan.

Pelaksanan gadai tidak hanya dilakukan berdasarkan apa yang

telah dilakukan secara berulang-ulang atau kebiasaan masyarakat,

akan tetapi ada aturan yang membatasi terjadinya sebuah praktik di

dalam kehidupan manusia,. Aturan tersebut, bertujuan untuk

memberikan keamanan dan kemaslahatan, yang bisa membawa kepada

praktik yang bernilai ibadah, seperti halnya islam, islam telah

menetapkan dan mengatur setiap langkah dan sendi-sendi kehidupan

manusia entah dalam semua segi yang bersifat ibadah, terutama

mengenai gadai, demi untuk menghindari perilaku manusia yang

bertindak di luar zona syari’at islam.

42

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

43

Gadai merupakan salah satu bagian dari bab dalam jual beli

yang dimana dalam gadai ini menhan saalah satu harta milik peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima38. Gadai dalam artian

meminjam uang dengan menyerahkan barang dan dengan batas waktu

yang tertentu.39 Gadai tidak hanya dilakukan oleh manusia biasa akan

tetapi Nabi Muhammad SAW pun pernah melakukan hal yang

demikian, maka dari itulah islam mengatur hukum gadai agar apa yang

kita lakukan bisa seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Sejalan dengan hal yang diatas berkaitan dengan praktik yang

dilakukan masyarakat Desa Sesela Kecamatan Gunungsari, yang

dimana masyarakat gunungsari melakukan praktik gadai yang pada

umumnya, akan tetapi ada beberapa perbedaan dalam prktik tersebut,

sebagian masyarakat sesela melakukan peraktik gadai menggunakan

calo dan terjadi praktik pertukaran barang gadai. Dalam artian

sebagaian penduduk masyarakat Desa Sesela melakukan praktik gadai

dengan menggunkan jasa bantuan yaitu calo dan barang gadai tidak

bersifat tetap.

Kaitannya dengan hal diatas, ada beberapa bentuk pelaksanaan

peraktik dalam proses gadai yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Analisis akad pertukaran

Peminjaman sejumlah uang dan penyerahan barang jaminan

yang dilakukan oleh masyarakat, memiliki karakteristik yang sama

38 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari‟ah dan Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2001 M.), hlm. 128.

39 Ibid.

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

44

seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya.

Namun berbeda dengan masyarakat Desa Sesela Kecamatan

gunungsari, praktik ini lahir atas beberapa pertimbangan yang

dilakuakan oleh sejumlah calo atau calo, selain

mempertimbangkan beberapa resiko yang akan terjadi karena

praktik yang dilakukan ada perbedaan dengan praktik pada

umumnya, para calo juga mempertimbangkan dari segi

kemudahan masyarakat dalam menggunakan jasa mereka dalam

melakukan praktik ini.

Pertimbangan dari sisi kemudahannya yang diamana dalam

praktik ini, selain mempermudah pemilik barang untuk

menemukan konsumen untuk menggadai motornya, juga sebagai

sarana perwakilan atas akad gadai yang dilakukan. Kemudahan

dalam melakukan praktik ini disambut baik oleh beberapa

konsumen, pasalnya setiap penyerahan barang jaminan gadai

pemilik tidak banyak ikut campur dalam melakukan akad dan

tidak perlu turun tangan langsung, pemilik barang hanya

menyerahkan kepada calo gadai atau calo, dan calolah yang akan

menyerahkan kepada konsumen atau penerima gadai, dan pemilik

barang menerima sejumlah uang dari calo sebesar jumlah

pinjaman yang dibutuhkan.

Karena dengan kemudahan tersebut dan tanpa jangka waktu

atas pinjamannya, pemilik bisa kapanpun untuk menarik kembali

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

45

barang miliknya, kesadaran para pelaku dalam mengetahui tentang

perlunya jangka waktu dalam pinjaman, demi terciptanya sebuah

praktik yang terhindar dari keuntungan sepihak. Dalam sejumlah

pinjaman, pemilik barang juga menyerahkan barang jaminan

kepada calo dan disalurkan kepada konsumen, lalu konsumen

dengan bebas memanfaatkan barang jaminan gadai tersebut,

walalupun konsumen mendapat keuntungan dari pemanfaatan

barang jaminan gadai, karena telah terbiasa dan kebolehan dalam

memanfaatkan barang jaminan gadai dalam praktik ini.

Dari sanalah konsumen seringkali merasa dirugikan juga,

karena konsumen merasa belum puas dalam memanfaatkan barang

tersebut pemilik barang sudah melunasi hutangnya dan menarik

kembali barang miliknya, faktor penyebab konsumen merasa

dirugikan adalah, dikarenakan tidak adanya persetujuan atau akad

terhadap jangka waktu berahirnya hutang, disaat konsumen sedang

menikmati dalam memanfaatkan barang tersebut pemilik sudah

menarik kembali dan melunasi hutangnya.

Karena tidak adanya persetujuan tentang berakhirnya

pinjaman gadai, dan konsumen atau penerima barang gadai

merasa dirugikan, karena tidak puas dalam memanfaatkan barang

tersebut, sesuai dengan praktik yang sudah memang begitu

berlaku, maka konsumen akan menrima barang atau motor lain

sebagai ganti dari barang yang awalnya sudah diambil oleh

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

46

pemiliknya. Namun barang yang diberikan kapada konsumen oleh

calo gadai, berbeda pemilik lagi tanpa adanya bembaharuan akad

gadai kembali, dan belum tentu barang jaminan yang diberikan

calo akan sama dari segi kualitas, kuantitas, jenis maupun kondisi

dengan barang pada awalnya, dan sehingga seringkali, barang

jaminan yang diberikan tidak sesuai dengan keinginan dari

konsumen, dan berarti sudah tentu konsumen akan merasa

dirugikan kembali, penukaran atau pergantian barang jaminan

tersebutpun dilakukan tanpa adanya kejelasan bahwa barang apa

atau motor apa yang akan diterima oleh konsumen

Jika kita mengkaji dan di dasarkan dari ekonomi

islam, gadai adalah: menyediakan pelayanan dan

kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan

berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan sesuai dengan isi

pasal 7 di jabarkan:

Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman tidak wajar.

2. Analisis Nilai-Nilai Keadilan dan Kemaslahatan

Dalam melakukan sebuah praktik gadai, salah satu tujuan

dari syari’at islam adalah, demi keadilan dan kemaslahatan ummat

islam secara keseluruhan agar terciptanya, ketentraman dalam

sebuah hungungan kemanusian dalam melakukan sebuah

transaksi. Sejalan dengan hubungan kemanusiaan yang yang

dilakukan masyarakat Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari,

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

47

Kabupaen Lombok Barat, melalui proses praktik gadai yang harus

memenuhi asas.

a. Keadilan

Adil dalam artian seimbang, tidak memihak kepada

satu orang, namun dalam muamalah, adil berarti tidak ada

yang dirugikan dan sama-sama diunguntungkan. Sehubungan

dengan praktik gadai, oleh sebagian penghuni Desa Sesela,

Kecamatan Gunungsari, yang menerapkan praktik gadai

dengan sistem penukaran objek atau barang jaminan gadai

yang dimana dalam praktiknya, terjadi pemanfaatan barang

gadai yang menyebabkan, ketidak puasan konsumen, yang bisa

berakibat ada pihak yang merasa dirugikan.

Bila mana, pemilik barang gadai mengambil kembali

miliknya dan melunasi hutangnya, dan konsumen atau

penerima barang gadai tidak lagi dapat memanfaatkan barang

tersebut secara maksimal, dan calo suatu ketika menggantikan

konsumen dengan barang jaminan lain, konsumen tidak dapat

menentukan barang apa yang mau dia jadikan barang jaminan.

Akan beruntung jika barang jaminan tersebut dalam kondisi

bagus, namun ketika sebaliknya.

b. Kemaslahatan

Islam dalam menerapkan hukum-hukumnya yang

didahulukan adalah kemaslahatan, yang dimana bertujuan

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

48

untuk kesejahteraan ummat, begitu juga dalam bermuamalah

yang masih dalam naungan, dan ruang lingkup aturan islam,

maka yang seharusnya didahulukan adalah kemaslahatan

ummat. Peraktik gadai motor oleh sebagian masyarakat

DesaSesesla, Kecamatan Gunungsar, yang memberikan

kemudahan kepada masyarakat dalam mendapatkan pinjaman

untuk memnuhi kebutuhan, entah kebutuhan primer atau

skunder pada umumnya, dan kemudahn kepada pemilik

barang, calo, dan konsumen atau penerima barang jaminan

gadai, mereka masing-masing memilik keuntungan masing-

masing. Pemilik barang diuntungkan dengan bebas jangka

waktu penebusan barang miliknya dari tangan konsumen, calo

diuntungkan dengan mendapatkan bagian atau tips karena telah

menjual jasa atau digunakan jasa, dan penerima barang gadai

mendapat keuntungan dalam memanfaatkan barang jaminan

tersebut, semua tidak terlepas dari kemaslahatn bersama.

3. Analisis dari status barang

Objek gadai bisa berupa benda apa saja, dan boleh

menjadikan barang apa saja sebagai jaminan asalkan mempunyai

nilai harta (dapat diperjualbelikan).40 Sehubungan dengan praktik

gadai yang diterapkan sbagian masyarakat, Desa Sesela,

Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Yang

40 Idri, Hadist Ekonomi, Ekonomi Dalam Perspektif Hadist Nabi, (Jakarta: Prenada

Media Group, 2015,). hlm. 201.

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

49

menggunakan kendaraan/ barang bergerak seperti motor dalam

praktik ini, yang termasuk dalam golongan harta, akan tetapi objek

gadai pada parktik yang demikian seringkali, diganti atau ditukar

dengan objek (motor) yang lain, dan bersifat tidak tetap. Dengan

alasan praktik ini selain mengunakan jasa caloan atau pecaloan

(simsarah), yang menjadikan semua proses digantungkan kepada

calo, dan calo ini tidak hanya menerima satu objek gadai akan

tetapi calo ini menerima sekian banyak barang atau objek gadai

(motor), yang terlebih dahulu disimpannya dirumahnya sebelum

menemukan konsumen untuk menggadainya, setelah menemukan

konsumen maka, calo akan menyerahkan barang jaminan kepada

konsumen dan memberikan sejumlah uang kepada pemilik motor

atau barang jaminan tersebut.

Selang beberapa waktu suatu ketika si pemilik motor ingin

menebus barangnya kembali dan melunasi hutangnya, maka calo

akan mengambil barang jaminan tersebut dari konsumen dan

mengembalikan kepada pemiliknya, setelah dikembalikan calo

akan memberikan ganti atau akan menukar motor (barang

jaminan) yang di ambilnya dari konsumen, dan memberikan

konsumen jaminan baru yang telah terlebih dahulu disimpan

dirumahnya atau entah barang baru yang di miliki calo untuk

digadaikan. Hal yang demikian akan terus terjadi selama

konsumen belum mengambil uangnya dari calo, dan calo akan

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

50

tetap mengelola uang konsumen sampai konsumen menyudahi

praktik gadainya.

B. Anaisis Hukum Islam Terhadap Terhadap Praktik Rahn Dengan

Calo di Desa Sesela Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok

Barat

Hukum isam mengatur segala peri kehidupan manusia secara

menyeluruh, mencakup segala aspek yang ada kaitannya dengan

kehidupan tersebut, hubungan Allah dengan manusia di atur dalam

bidang ibadah, dan hal-hal yang berhubungan antara manusia dengan

manusia berkaitan dengan bidang muamalah. Hukum islam sudah

menggariskan bagai mana tata cara dalam melakukan muamalah

khususnya dalam bidang gadai (rahn).

Dari hasil penelitian terhadap praktik gadai (rahn) di Desa

Sesela Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat yang

dimana peneliti menggaris besarkan penelitian ini pada praktik

penukaran barang gadai yang harus memenuhi aturan dalam hukum

islam.

1. Di tinjau dari Akad Pertukaran

Secara bahasa kata tukar (mu‟awadhat) berarti bertukar

atau berganti (muabadalah), yaitu mem peroleh sesuatu dengan

memberikan sesuatu atau mengganti sesuatu dengan sesuatu yang

lain. Menurut kamus besar nahasa indonesia, pertukaran adalah

perbuaan bertukar atau mempertukaran yang satu dengan yang

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

51

lain. Secara istilah al-mu‟awadhat iadalh adalah segala aktifitas

pertukaran harta/aset baik dalam real asset ataupun non real aset.

Dengan demikian, yang dinmaksud pertukaran dalam tulisan ini

adalah proses atau perbuatan memperoleh sesuatu dengan

memberikan sesuatu (irtibathu baina „iwadh wa akhar).

Objek dari pertukaran ini dapat berupa benda („ain)

maupun jasa (manfaah). Apabila objek pertukaran tersebut anatara

sebuah benda dengan benda dinamakan tukar menukar

(mubadalat) apabila petukaran tersebut antara benda dengan

uang/harga dinamakan jaul beli (al-bai‟ wal syira‟) dan apabila

pertukaran tersebut anatar uang/harga dengan manfaat benda atau

keahlian disebut dengan sewa-menyewa atau upah-mengupah.

Dalam kajian hukum islam, pertukaran ini merupakan kajian yang

berkaitan dengan transaksi tukar-menukar.41

Dalam pertukaran barang dengan barang yang lainnya para

fuqaha menjelaskan bahwa jenis barangnya bisa berbeda seperti

pembayaran upah tenaga kerja yang dibayar denga beras maka

pertukaran tersebut dianggap tidak ada masalah. Sedangkan

pertukaran yang tidak dapat dibedakan mutunya, seperti terigu

dengan terigu, maka hal ini tidak boleh melakukan pertukaran

kecuali dalam pertukaran memenuhi syarat yaitu adanya kesamaan

jumlah ( sawa‟an bi sawa‟in / same quantity), kesamaan kualitas

41 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Di

Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm 74.

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

52

(mitslan bi mitslin/same quantity), dan kesamaan waktu

penyerahan (yadan bi yadin/same time is delivery).42

Dalam melakukan suatu praktik gadai maupun praktik

muamalah lainnya, hal yang paling uatama di perhatikan adalah

akadnya, dengan tujuan mengetahui praktik apa yang dilakukan

dan keteransparanan dalam prosesnya, firman Allah SWT,

mengenai anjuran akad.

ظظدظيظ ظظفظظدظظظظمظدظظظيظاظإ ظظظظظإظ

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu..... (Qs, Al-ma‟idah : 1 )43

Ayat diatas memberikan pengertian kepada kita ketika

bahwa, melakukan suatu perbuatan muamalah, hendaknya

melakukan akad terlebih dahulu dan melaksanakan akad yang telah

disepakati, keumuman ayat menunjukan kebolehan segala bentuk

akad, termasuk akad penjamin sewa menyewa, jual beli, dan

sebagainya.44

Diantara barang-barang yang sejenis yang secara kasat

mata yang tidak dapat dibedakan mutunya kecuali dngan kesamaan

jumlah, kuantitas dan kualitas serta waktu penyerahannya sama,

antara lain didasarkan kepada Hadist sebagai berikut.

42 Adiwarman Karim, Bank Islam Anlisa Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta Grafindo,

2004), hlm 53. 43 Al-Hakim al-Quran dan...,al-Maidah hlm, 106 44 Abu Bakar Ahmad al-Razi al-Jashash, Ahkam Al-Quran Jilid, II (Beirut; Dar, al-

Fikr, tt.), hlm. 27.

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

53

س ظهظصظ ا ظ ا :ظ ظ ن ظإظ ظ صام ظإ ظب با ظ ظظبظظظسظظظظظلظظظهظ بظظ إ ظ’ظ ظظإ ظ’ظ ظ ل ظ’ظإ ش إ

ظ ش مظ مظ لحظ’ظإ لحظ لظ’ظإ ظم ث إءظ’ظب إءظظس ظ’ظبس ظإ ’ظبظ ظإظب إظ

فظش ظإ ظ ظفب ظإصنا ذ ظ ل إإخ ظ’ظفا إ

ظمسArtinya: “Dari Ubaidah Bin Shamit r.a ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: emas dengan emas, perak dengan perak, gandum denan gandum, garam dengan garam, semuanya harus sama ukurannya dan harus berhadapan muka apabila berselisih jenis jenis tersebut, maka berjual belilah sesuai yang kamu inginkan apabila masih berhadapan muka” ( Di riwayatkan oleh Muslim )45

Maksud dari hadist ini adalah dalam melakukan jual beli

maupun tukar menukar barang yang sejenis diperbolehkan dengan

syarat barang tersebut harus sama ukurannya dan melakukan

transaksi atau akad dengan bertemunya kedua belah

pihak/berhadapan muka.Dalam hadist lain juga rasulullah SAW

bersabda sebagai berikut:

س ظهظص ظهظ ا ظ ا :ظ ظ ن ظهظ ظ ميم ظإظ

ظ ث لظب ظم ظب بظ بظ سظإ ظ ظ’ظل ظ إ

ظ ظ ظف إ س ظد إ ظ ظف ث لظب ظم ظمس’ظظب إ

Arrtinya: “Dari abu huraiarah r.a ia berkata: Rasulullah SAW

bersabda: “emas dengan emas lagi yang sama jenisnya dan

45 Sa’id Muhammad Al-Liham , Hayat Syaiban Al-Ladaqi, Musnad Imam Syafi‟i Koreksi Dan takhrij hadist, (jakarta, pustaka azzam,2008),hlm. 562.

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

54

timbangannya; perak dengan perak lagi yang sama jenis dan

timbangannya; barang siapa yang menambahkan atau meminta

tambahan, itu adalah riba” (Di riwayatkan oleh Muslim)46

Maksud hadist ini adalah, apabila terjadi pertukaran barang

maka harus diketahui jenis dan timbangan, maupun kualitas dan

kuantitas barang tersebut harus sama, dan jikalau saat terjadi

penukaran ada permintaan penambahan harga ataupun yang

lainnya maka itu hukumnya riba.

Berkaiatan dengan akad penukaran barang akan menjadi

sah apabila mencakup persyaratan penukaran yaitu adanya, objek

akad, waktu akad,dan harga dari objek akad, sehubungan dengan

pendapat ulama dan hadist tentang kebolehan penukaran barang

dimaksudkan bahwa proses akad penukaran barang akan menjadi

boleh apabila, barang yang akan ditukar sudah diketahui kualitas

dan jenis yang harus sama dan sebaliknya akan menjadi dilarang

apabila penukaran barang tersebut mengandung riba, gharar,

penipuan,penipuan pada harga barang, dan perjudian.

2. Ditinjau dari nilai keadilan dan kemaslahatan

Hukum perdata islam telah menetapkan beberapa kontrak

yang berpengaruh kepada pelaksanaan perjanjian yang

dilaksanakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Jika asas-

asas ini tidak terpenuhi dalam melaksanakan perjanjian yang

46 Ibid, hlm.562

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

55

disepakati, maka akan berakibat batalnya atau tidak sahnya

kontrak yang dibuatnya,47

a. Keadilan

Pelaksanan asas ini dalam perjanjian dituntut untuk

berlaku benar dalam mengungkapkan kehendak dan keadaan,

memenuhi perjanjian yang telah disepakati bersama dan

memenuhi segala hak dan kewajiban, tidak saling menzalimi

dan dilakukan secara berimbang tanpa merugikan pihak lain

yang terlibat dalam perjanjian tersebut.Berbuat adil adalah

setandar minimal bagi perilaku manusia. Kebanyakan dari

bersifat adil itu ialah bebuat kebajikan dan beramal sosial,

setidaknya harus mampu kepada kaum kerabatnya sendiri.48

Al-Qur’an

با ظإخاظش ظإظغ’ظإىظمي ظم بهظما ظإ ظ’ظا ظظلظظ ظ ظإخا

إ إمظظ ظإ

ظإ إ إ يا ظ إظإ ص ظن ظ ذإ

ظ محArtinya: dan kepada (penduduk)madyan (kami utus)

saudara mereka, syu‟aib ia berkata, “wahai kaumku!

Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain dia, dan

janganlah kamu kurangi takaran tombangan, sesungguhnya

aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (makmur). Dan

47 Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syari‟ah, Dalam Mariam Darus

Baadrulzaman, Kmpilasi Hukum Perikatan,(Bandung: Pt Citra Adtya Bakhti, 2001), hlm. 249

48 Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur‟an Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci Paramadina Bekerjasama Dengan Jurnal Umum Qur‟an, (Jakarta:, 2002). hlm. 369

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

56

sesungguhnya aku hawatir kamu di timpa azab pada hari yang

membinasakan (kiamat). 49

Konsep gadai dalam islam, tidak terlepas dari asas keadilan

juga, dari sanalah larangan dalam memanfaatkan barang

jaminan gadai, dikarenaakan barang jaminan gadai hanya

sebagai jaminan atas hutang yang ia pinjamkn, apabila

pemberi gadai (rahin), tidak mampu melunasi hutangnya

barulah ia bisa menjual atau menhargai barang, sebagai

pelunasan hutang. Jika penerima memanfaatkan barang gadai

maka pemberi gadai akan merasa bahwa objek gadai tidak

akan seutuh saat pemberian sebagai barang jaminan. Lihat

halaman 4.

ظ م ظ ظظل ظ ظف مظم

Artinya “Setiap pinjaman dengan menarik manfaat (oleh

kreditor) adalah sama dengan riba”. 50

Oleh karena itu, setiap kontrak yang dilakukan oleh pihak-

pihak yang berkepentingan, maka prinsip keadilan sangatlah

menentukan berlangsungnya kontrak tersebut, sebab keadilan

merupakan hal yang bersifat multidimensional, yang

berintikan kebenaran dan sebaliknya itulah hal yang dilarang

karena dapat merugikan salah satu pihak dalam perjanjian.

b. Kemaslahatan (persamaan dan kesetaran)

Dalam melakukan sebuah kontrak, salah satu prinsip yang

harus dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian

adalah prinsif kemaslahatan/kesetaraan, asas ini memberikan

49 Mushaf al-Kamil, al-Quran dan...,Qs, Surah Hud, hlm. 221 50 A. Jazuli, Kaidah-Kaidah Fikih,Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam

Menyelesaikan Masalah-Masaalah Yang Praktis, (Jakarta,Kencana Prenadamedia Group, 2006.), hlm. 138.

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

57

landasan bahwa kedua belah pihak yang melakukan kontrak

mempunyai kedudukan yang sama atau setara antara satu

dengan yang lain.51 Dan didalam Al-Qur’an telah didasarkan

pada surah Al-hujarat ayat 13 yang berbunyi

ظ ظإ نا اظإ ل باء ظي ظ لنظش ظ إ مظ ظ ظم ظخلإ ف ظ’ظا نهظإ ممظ ظإ ظ’ظإ لمظخب ظهظ إ

Artinya: wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal . sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti.52

Asas ini menunjukan bahwa diantara sesama manusia

masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu,

antara manusia yang satu dengan manusia yang lain hendaknya

saling melengkapi atas kekurangan yang lain dari kelebihan

yang dimilikinya. Dalam melakukan kontrak perjanjian para

pihak bebas menentukan hak dan kewajiban masing-masing

yang didasarkan pada asas atau prinsif persamaan dan

kesetaran ini tidak boleh ada kezaliman yang dilakukan oleh

satu pihak dalam pembuatan perjanjian tersbut.

51 Abdul Manan,Hukum Ekonomi Syari‟ah Dalam Perspektif Kewenangan

Peradilan Agama, (Jakarta:, Kencana, 2012), hlm 76. 52 Al-Hikmah, al-Quran dan..., Qs, Al-Hujarat. hlm. 515

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

58

3. Di tinjau dari status ketetapan barang gadai

Bermacam jenis barang yang menjadi objek gadai,

menjadikan praktik pada masa yang sekarang menjadi jauh

dari syari’at islam, oleh karena itu islam menegasakan

mengenai kebolehan pertukaran objek gadai yang awalnya

hanya satu objek gadai menjadi banyak dikarenakan

pertukaran barang gadai tersebut, meski di dalam ayat Al-

Qur’an dan hadist tidak secara spesifik dijelaskan dalam ayat-

ayat dan hadist tersebut.

Berkaitkan dengan tidak menetapnya objek gadai,

didasarkan pada ayat Al-Qur’an dan hadist sebagai berikut.

Al-Qur’an

ب ظ خبي إظإ ب ظ مظ إ ظإم م إظإ ظ’ظإ ظ

ظ إ مظإظإم إ ظ’ظإم ظح ظ ظإ إ ب

Artinya : dan berikanlah kepada anak-anak yatim yang sudah dewasa harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk, dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu, sungguh, itu adalah dosa yang besar (Qs Surah Annisa ayat 2)53

Sehubungan dengan ketetapan objek gadai, akan menjadi

boleh melakukan pertukaran barang jika didasarkan pada ayat

diatas yang melarang menukar yang baik dengan yang buruk,

53 Al-Quran Dan Terjemahnya Surah Annisa Ayat 2 hlm.114

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

59

jika dalam pertukaran objek gadai memenuhi syarat-syarat dan

tidak ada kecurangan dalamnya maka hukumnya adalah boleh.

Al-Hadist

ظ ل س ظهظص ظهظ ظ ا :ظإ اظ ظهظ ظإىظمظ

ظ ا ظي ظح اماظفلظب ظ ظإش ا ظم ظمسظ’ظسظ إ

Artinya: “Dari ibnu umar r.a ia berkata, bahwa rasulullah SAW bersabda,” barang siapa membeli makanan, maka jangaanlah ia menjualnya sebelum ia mengetahui takarannya (timbangannya)” (HR. Muslim)54

Penegrtian dari hadist ini adalah larangan dalam membeli

sesuatu jika belum mengetahui kualitas dari barang tersebut,

jika dikaitkan kedalam penukaran barang gadai konsumen

harus mengetahui kondisi dari barang penggantinya, jika

kondisi dari barang tersebut tidak sesuai kelayakan maka

hukumnya tidak boleh dan sebaliknya.

C. Kajian Hukum Islam Terhadap Praktik Rahn di Desa Sesela,

Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat

Melakuka sebuah praktik muamalah haruslah di dasarkan pada

aturan dan dalil-dalil syar’i yang sesuai dan agar mengkaji terlebih

dahulu apakah hal yang akan dilakukan, berbentuk larangan atau

anjuran sehingga apa yang dilakukan bisa bernilai ibadah, terhindar

dari praktik riba yang sangat di larang dalam dunia muamalah. Jika

54 Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, (Jakarta:, Sinar Grafika,2013),

hlm. 99.

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

60

kita mengkaji dan mendasarkan praktik yang terjadi, di sebgaian

masyarakat yang ada di Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari,

Kabupaten Lombok barat, aspek kajiannya adalah sebagai berikut:

1. Aspek Ekonomi Islam

Jika kita mengkaji dan di dasarkan dari ekonomi islam, gadai

adalah: menyediakan pelayanan dan kemanfaatan umum dan

sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip

pengelolaan sesuai dengan isi pasal 7 di jabarkan:

Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman tidak wajar.55 Pasal di atas menerangkan dan memberikan aturan kepada

masyarakat khususnya yang beragama islam, tentang bagaimana

ketatnya islam melarang yang namanya praktik riba, bukan hanya

dalam pasal saja di terangkan masalah riba akan tetapi masih

banyak lagi dalam buku-buku dan kitab-kitab lainnya.

2. Pendapat para ulama

Pendapat para ulama mengenai praktik yang dapat

menjauhkan manusia dari tuhannya khususnya dalam muamalah, di

anataranya salah satu praktik masyarakat yaitu dalam dunia gadai.

Yang tidak terlepas dari penyalah gunaan objek jaminan atas utang

Para ulama mendasarkan gadai sebagai berikut:

55M. Nur Rianto Al-Arif, Pengantar Ekonomi Syariah, (Jakarta:, Pustaka Setia,

2015), hlm. 64.

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

61

a. Imam Syafi’i

Di dalam kitab Al-Umm karya imam syafi’i berpendapat

tentang penyalah gunaan praktik gadai khusunya dalam objek

yang di manfaatkan.

ظظظاظفظظمظ ظمظلظظظظظمظإ اظمظظظتظمظظلظظظسظيظظظظإ ......

Artinya : “.....manfaat dari barang jaminan adalah bagi yang menggadaikan, tidak ada sesuatupun dari barang jaminan bagi yang menerima gadai.56

Dengan ketentuan di atas, jelaslah bahwa yang berhak

mengambil manfaat atas barang jaminan yang di gadaikan

adalah orang yang menggadaikan bukan orang yang menerima

gadai.

b. Imam Malik

Para ulama malikiah mengatakan:

ظظظظظحظظظمظظظظمظظظظنظاظظمظظظظظظمظظإظظظمظظظ ظمظإ ظمظاظمظظظظظفظظظإلظإظظظظتظمظظإظظظظشظيظ

Artinya: “hasil dari barang gadaian dan segala sesuatu yang di hasilkan dari padanya, adalah termasuk hal-hal yang menggadaikan, hasil gadaian itu adalah bagi yang menggadikan selama si penerima gadai tidak mensyaratkan57.

56 Imam Syafi’i, Al-Umm, Jilid III, (Beirut: Dar Al-Kitab Al-Ilmiyyah, 1993), hlm.

155. 57 Muhammad Bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulussalam Syarah Bulughul

Maram, Jilid II, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2013), hlm 324.

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

62

Sebagaimana yang sudah di jelaskan, bahwa jaminan dalam

gadai menggadai itu berkedudukan sebagai kepercayaan, atas

utang bukan untuk memperoleh laba atau keuntungan.

c. Imam Ahmad Bin Hambal (Hambaliyah)

Imam Ahmad bin Hambal berpendapat.

Penerima gadai tidak boleh mengambil hasil atau manfaat dari barang gadian sedikitpun kecuali, dari yang bisa di tunggangi, dan di perah sesuai biaya yang di keluarkan.58

Memperhatikan penjelasan tersebut, dapat di ambil

pengertian, bahwa pada pokonya penerima gadai, atas jaminan

yang bukan hewan, tidak dapat mengambil manfaat dari barang

gadaian.

d. Abu Hanifah

Pendapat imam Abu Hanifah:

نظظظدظظظمظيظمظظظظإظظظظظحظاظصظظظإظظظظ سظظظبظإ ظ ل :ظظا ظص ظهظظ ظظظظظظلظحظمظظظظظظمظمظظظظمظإظ نظظبظلظيظظظبظظمظيظظظظإ ظظ.ظظظإ إ

بخا إArtinya: “dari Abu Shalih dari Abu Hurairah sesungguhnya nabi SAW, bersabda: barang jaminan utang bisa di tunggangi dan bisa di perah dan atas menunggangi dan memerah susunya wajib nafkah”. (HR. Bukhari)59 Nafkah bagi barang yang di gadaikan itu adaalah kewajiban

yang menerima gadai, karena barang tersebut di tangan dan

kekuasaan penerima gadai.

58 Ibnu Qudamah, Al-Mughny... , hlm 398 59 Ibnu Qayyim, Illamul Muwaqqiin, Jilid II ], Beirut: Darul Jalil, t.t., hlm 41

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

63

3. Al-Qur’an dan Hadist

Al-Qur’an

Allah berfirman dalam Al-Qur’an tentang gadai dan

batasan waktu berahirnya gadai:

شلظظظأ ظظظظظ ظظإءظظإظإظمظظإ ظظدظإظظغظصظظظظبظظظظظظإظإظظظسظظظظظظيإظظاظ

ظإظظبظظظلشظظظظظظإظظظهظظنظظظسظظإظظظإظظظيظلظظدظظلظإ ظلظظإظظظإظظظظا

إ.ظبظظمظظ

Artinya: “dan janganlah kamu bosan menuliskan untuk batas waktunya (utang) itu kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidak raguan (QS. Al-Baqarah. 282.)60

Firman Allah di atas memberikan pengertian kepada kita

bahwa, besar kecilnya suatu pinjaman atas utang, jangan lah sekali-

kali meremehkan yang namanya menentukan jangka waktu agar,

dikemudian hari tidak terjadi suatu permasalhan.

Al-Hadist

Dalam hadist lain juga Rasulullah SAW memberikan aturan

kepad kita tentang bermuamalah.

ظظسظظظظظلظظظإهظظ ظصظظهظظ ظظسظظظا ظ:ظظظظظظظظسظمظظظبظإظظظظ ظ.ظسظظشظظ ظإم’ظظمظغظظظظاظفظ’ظاءظظإظظيظظظظإظإ ظشظإظظ’ظإ ظظإظظىظإظظا

صظ ظظإ .ظظظظظإ

60 Mushaf Al-Kamil, Al-Qur‟an dan Terjemahannya di Sertai Tema Penjelasan

Kandungan Ayat, (Al-Baqarah,282). hlm. 49

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

64

Artinya: “dari ibnu mas‟ud r.a. ia berkata: rasulullah SAW bersabda: janganlah kalian membeli ikan di dalam air,karena perbuatan itu adalah gharar, (tidak tentu, masih gelap) diriwayatkan oleh ahmad dan ia mengisyaratkan, bahwa sebenarnya hadist ini mauquf.61 Hadist di atas menjelaskna kepada kita bhawa terdapat

larang memalkukan sebuah praktik muamlah yang mengandung

unsur ketidak jelasn barang.

61 Muh. Sjarief Sukandi, Tarjamah Bulughul Maram, Cet ke7 (Bandung: PT Al-

Ma’arif, 1984.), hlm. 302.

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

65

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis tarik dari penjelasan dan

pemaparan di atas, dapat dipaparkan sebagai berikut.

1. Praktik gadai motor Dengan Calo di Desa Sesela, Kecamatan

Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, sesuai dengan realita yang

terjadi di sebagian masyarakat, ada beberpa pelaku yang terlibat

dalam praktik tersebut, di antaranya: pemilik barang gadai

(murtahin), penerima barang gadai (rahin), dan ada juga calo atau

calo gadai (simsarah). Dalam paraktik terebut, terjadi sebuah akad

yang menggunakan faktor kebiasaan, dan tanpa kejelasan

berakhirnya suatu praktik gadai/jangka waktu. Selanjutnya terjadi

praktik pemanfaatan barang gadai, dan pertukaran objek gadai tanpa

adanya pembaharuan akad. Selain itu salah satu pihak merasaa di

rugikan, dan dalam praktik tersebut juga terdapat pertukaran objek

gadai, yang mengandung unsur tidak pastinya dan tidak jelasnya

kondisi fisik, kualitas dan kuantitas objek pengganti.

2. Menurut hukum islam, sesuai yang di jelaskan dalam Al-Qur’an dan

Hadist, yang memberikan aturan tentang, pinjam meminjam uang

dengan memberikan jaminan dan menyerahkan barang dan dengan

batasan waktu. Terkait dengan larangan dalam pemanfaatan barang

65

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

66

gadai, sesuai dengan kaidah-kaidah fiqh , setiap pinjaman yang

menarik manfaat hukumnya adalah riba. Apabila dalam praktiknya

terjadi pertukaran objek gadai maka seharusnya terjadi pula

pembaharuan akad. Meskipun dalam islam penggantian barang

jaminan gadai sah-sah saja, namun terdapat larangan, ketika

penukran objek gadai tidak sama dengan kondisi dari segi fisik,

kualitas, kuantitas, barang yang awal dengan barang pengganti,

sehubungan dengan makna hadist, janganlah ia menjualnya

sebelum mengetahui takaran dan timbangannya.

B. Saran-saran

1. Untuk Calo Atau Makelar (Simsarah)

Diharapkan kepada calo atau calo (simsarah), ketika

melakukan praktik yang demikian, untuk lebih mendahulukan,

aturan yang sesuai dengan syari’at islam. Terutama yang pertama

dalam hal akad yang dilakuan, agar lebih memperjelas antara akad

barang awal dengan barang pengganti jaminan tersebut. Sehingga

dikemudian hari tidak terjadi permasalahan yang tidak di inginkan.

Yang kedua saat penukaran barang jaminan, sebaiknya, calo

memberikan barang jaminan yang sesuai kualitas, dan kuantitas

seperti barang jaminan awal dan akan lebih tepatnya jikalau calo

meminta persutujuan penerima gadai atau konsumen, dan yang ke

tiga gunakanlah jangka waktu berakhirnya akad gadai.

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

67

2. Untuk penerima gadai

Harapan kepada penerima barang jaminan agar lebih cerdas

dalam melakukan sebuah transaksi seperti hal gadai tersebut,

konsumen sebaiknya memberikan jangka waktu atas pinjaman

yang diberikan. Dan memriksa kembali barang pengganti yang

diberikan perantara sebelum memanfaatkan.

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghazaly. H. Ghufron Ihsan. Fiqih Muamalat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2008.

Adiwarman Karim, Bank Islam Anlisa Fiqih Dan Keuangan, Jakarta Grafindo,

Jilid, II. Abu Bakar Ahmad al-Razi al-Jashash, Ahkam Al-Quran Beirut; Dar, al-Fikr, tt, Abdul Manan,Hukum Ekonomi Syari‟ah Dalam Perspektif Kewenangan

Peradilan Agama, Jakarta, Kencana, 2012 Al-Quran Dan Terjemahnya Surah Annisa Ayat 2 . A. Jazuli, Kaidah-Kaidah Fikih,Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam

Menyelesaikan Masalah-Masaalah Yang Praktis, Jakarta,Kencana Prenadamedia Group, 2006.

Al-Hafidh Ibnu Hajar Asqalany, Terjemahan Bulugul Maram Fiqih Berdasarkan

Hadist, Bandung: Al-Maarif, 1984. Baiq Aida Mutiraningsih, Tijauan Ekonomi Islam Terhadap Praktik Gadai sepeda

Motor. Skripsi IAIN Mataram. Dimyauddin Djuwaini,. Pengantar Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya:

Bandung 2006 Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur‟an Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci

Paramadina Bekerjasama Dengan Jurnal Umum Qur‟an, Jakarta, 2002. Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syari‟ah, Dalam Mariam Darus

Baadrulzaman, Kmpilasi Hukum Perikatan, Pt Citra Adtya Bakhti Bandung, 2001

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

2

_______________________, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Di Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, Sinar Grafika, 2013

Ghufron A. Mas’adi. Fiqih Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002. H. Zainuddin Ali. Hukum Gadai Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2010. H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalah Jakarta: Amzah 2010 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, Cet ke-2 Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2009 Imam Gunawan, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, PT Borni

Kenaya, Jakarta 2014. Ibnu Qayyim, Illamul Muwaqqiin, Jilid II, Beirut: Darul Jalil, t. Imam Syafi’i, Al-Umm, Jilid III, Beirut: Dar Al-Kitab Al-Ilmiyyah, 1993 Idri, Hadist Ekonomi, Ekonomi Dalam Perspektif Hadist Nabi, Jakarta, Prenada

Media Group, 2015 Lexiy J Maleong, metode penelitian kaulitatif, Bandung PT Remaaj Rosdakarya,

2010. Muhammad Harfin Zuhdi. Muqaranah Mazahib Filmuamalah ,Sayang-sayang

Cakranegara Mataram, Sanabil Perum Puri Bunga Amanah, 2015 Muh. Sjarief Sukandi Terjemahan Bulughul Maram Fiqih Berdasarkan Hadist, Pt

Al Ma’arif Bandung 1984 Muh. Baihaqi. Fiqih Muamalah Kontemporer, Institut Agama Islam Negeri IAIN Mataram, 2016. M. Ali Hasan. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqih Muamalah),

Jakarta: PT Granfindo Persada, 2003. ________________________, Masail Fiqhiyah, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

3

Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika,2 M. Nur Rianto Al-Arif, Pengantar Ekonomi Syariah, Jakarta, Pustaka Setia, 2015 Muhammad Bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, Subulussalam Syarah Bulughul

Maram, Julid II, Jakarta: Darus Sunnah Press, 2013 Mushaf Al-Kamil, Al-Qur‟an dan Terjemahannya di Sertai Tema Penjelasan

Kandungan Ayat, Al-Baqarah,282 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari‟ah dan Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema

Insani Pers, 2001 Nasution S, Metodologi Penelitian Natulalistik Kualitatif, cet. III. Bandung PT

Tarsito, 2003 Suharsimi, Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta 2010 Sugiyono, Memahami Peneitian Kualitatif, Bandung Alfabeta, 2013 Sa’id Muhammad Al-Liham , Hayat Syaiban Al-Ladaqi, Musnad Imam Syafi‟i

Koreksi Dan takhrij hadist, jakarta, pustaka azzam,2008 Skripsi Maya Azkyani. “Pemanfaatan Brang Gadai Dalam Transaksi Gadai

Persefektip Islam”. Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri IAIN Mataram

http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/23792

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

LAMPIRAN

Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

6

Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK RAHN …

7