Etika Bisnis Islam Dalam Praktik
-
Upload
nanaa-afifah -
Category
Economy & Finance
-
view
1.322 -
download
10
Transcript of Etika Bisnis Islam Dalam Praktik
Makalah Kelompok VI
ETIKA BISNIS DALAM PRAKTIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah : Etika Bisnis Islam
Dosen : Itsla Yunisva Aviva, M.ESy
Disusun oleh
AGUS SALIM NIM. 1202120199
BAKTI NENDRA NIM. 1202120198
NANA TAURAN SIDIK NIM. 1202120184
NINDA AYU SAGITA NIM. 1202120154
SA’ADATUNNISA NIM. 1202120194
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH KELAS A
TAHUN 1435 H / 2014 M
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar mendapatkan kedudukan yang penting dalam perekonomian Islam.
Rasulullah SAW. sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai
harga yang adil. Oleh karena itu, Islam menekankan adanya moralitas, seperti
persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Implementasi nilai-
nilai moralitas tersebut dalam pasar merupakan tanggung jawab bagi setiap pelaku
pasar. Bagi seorang Muslim, nilai-nilai ini merupakan refleksi dari keimanannya
kepada Allah SWT bahkan Rasulullah SAW memerankan dirinya sebagai
muhtasib dipasar. Beliau menegur langsung transaksi perdagangan yang tidak
mengindahkan nilai-nilai moralitas.1 Beranjak dari fakta tersebut, maka penulis
menyimpulkan perlunya penerapan nilai moralitas dalam dunia perekonomian,
khususnya dalam pembahasan mengenai bisnis. Jika sebelumnya kita telah
mengenal Etika dalam bisnis melalui berbagai macam aspek pengertian dan teori,
maka dalam makalah ini, pemakalah akan menyajikan etika bisnis Islam dalam
praktik yakni meliputi etika produksi, cara terbaik menjalankan bisnis, dan
strategi bisnis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika produksi dalam Islam?
2. Bagaimana cara terbaik menjalankan bisnis?
3. Bagaimana strategi bisnis yang baik menurut ajaran Rasulullah?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mampu memahami pengertian dari etika produksi dalam Islam.
2. Agar mampu memahami cara terbaik menjalankan bisnis.
3. Agar mampu memahami strategi bisnis yang terbaik menurut ajaran
Rasulullah.
1 Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethnics, Cet. 1, Jakarta: Bumi Aksara, 2012,
h. 1.
1
2
D. Kegunaan Penulisan
1. Kegunaan teoritis yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang
Etika Bisnis Islam dalam Praktik.
2. Kegunaan praktis yaitu menjadi khazanah keilmuan bagi mahasiswa yang
mempelajari Etika Bisnis Islam.
E. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah
metode telaah kepustakaan, yang mana penulis menggunakan buku-buku dari
perpustakan sebagai bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai
dengan materi yang di kupas dalam makalah ini dan penulis menyimpulkannya
dalam bentuk makalah.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Etika Produksi dalam Islam
Etika yang berasal dari kata ethos dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai
kebiasaan atau karakter.2 Maka dari itu penulis menyimpulkan bahwasanya etika
merupakan suatu yang dapat diartikan sebagai tabiat seseorang, entah itu tabiat
baik ataupun buruk. Produsen dalam bisnis memiliki peran yang sangat penting
yaitu untuk menghasilkan sebuah produksi. Secara tidak langsung produsen dapat
diartikan sebagai pelaku bisnis yang mengkhususkan diri dalam proses membuat
produksi, karena aktivitas produksi merupakan aktivitas yang fungsional dalam
suatu perusahaan. Tujuan dari produksi ini sendiri ialah untuk mendapatkan nilai
tambah daripada barang atau jasa yang dihasilkan.3 Maka dari itu etika bisnis
sangat erat kaitannya dengan hal-hal ini, memberikan solusi atas permasalahan
yang muncul akibat terciptanya harmoni bagi semua pihak yang mempunyai
kepentingan.
Dengan alasan ini pula suatu komoditas jika akan diproduksi haruslah terlebih
dahulu mempertimbangkan alasan sosial kemanusiaan, yaitu selain alasan tersebut
dibutuhkan oleh masyarakat juga faktor positif atau manfaat positif apa yang
dapat diambil dari produksi yang dihasilkan atau sebagai akibat dari apa yang
diproduksi oleh suatu komoditas. Selain itu produsen juga punya tanggung jawab
untuk menyediakan produk yang aman bagi konsumen. Karena sesungguhnya di
dalam Al-Qur’an pun telah dijabarkan mengenai tujuan dari bisnis itu sendiri,
bahwasanya bisnis bukan hanya semata-mata mencari keuntungan yang sifatnya
sementara akan tetapi yang secara hakikat sifatnya baik dan akan berakibat baik
pula untuk kedepannya, yaitu salah satunya melalui aktivitas produksi ini yang
mana mengedepankan etika dalam kegiatan produksinya sehingga mendatangkan
kemaslahatan dimasa yang akan datang.
Inilah yang membedakan antara perusahaan-perusahaan non-Islam yang mana
tidak hanya terletak pada tujuannya saja tapi dari segi kebijakan-kebijakannya dari
2Ibid., h. 276. 3Muhammad, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, h. 159.
3
4
strategi pasarnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwasanya untuk
barang dan jasa yang bersifat merusak maka tidak diperbolehkan untuk diproduksi
ataupun dilakukan. Menurut hemat penulis, prinsip etika dalam produksi yang
wajib dilaksanakan oleh setiap muslim baik individu ataupun kelompok ialah
berpegangan dengan semua yang dihalalkan Allah serta tidak melampaui batas.
Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya yang berjudul Islamic Business and
Economic Ethics mengatakan bahwasnya terdapat lima jenis kebutuhan yang
dipandang bermanfaat untuk mencapai falah, yaitu pertama kehidupan, kedua
harta, ketiga kebenaran, keempat ilmu pengetahuan, kelima kelangsungan
keturunan. Selain itu, Islam juga mengajarkan adanya skala prioritas
(dharuriyah, hajjiyah, dan tahsiniyah) dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi
serta melarang sikap berlebihan. Larangan ini juga berlaku bagi segala mata
rantai dalam produksinya.4
Manusia diberikan kebebasan dalam memanfaatkan potensi alam begitu juga
dalam hal berproduksi, akan tetapi Islam tidak membenarkan pemanfaatan pada
sisi yang tidak sesuai dengan tujuan disediakannya kekayaan alam yang
dianugerahi oleh Allah swt. Maka dari itu Allah akan meminta
pertanggungjawaban kepada manusia atas kenikmatan-kenikmatan yang telah
diberikan olehNya.5 Sebagaimana sepenggalan firman Allah SWT yang berbunyi:
Artinya: “kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”.6
Syariat juga tidak membenarkan segala perbuatan yang berkaitan dengan
pembuatan komoditi yang hanya bisa digunakan untuk hal yang diharamkan atau
mayoritas barangnya digunakan untuk berbuat dosa. Diantara produk yang
dilarang keras beredar ialah produk yang merusak akidah, etika, serta moral
manusia. Seperti produk yang berhubungan dengan pornografi, baik secara opera,
film, ataupun musik. Mengapa hal ini sangat dilarang, atau ditekan dalam hal
4Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethnics… h. 281. 5Ahmad Izzan dan Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah Ayat-ayat Al-Qur’an yang
Berdimensi Ekonomi, Cet. I, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 35. 6At-Taakatsur [102]:8.
5
produksinya, karena dampak negatif produk seperti ini lebih berbahaya daripada
apapun.7
Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa fungsi produksi berkaitan dengan solusi
dari produksi yakni berorientasi pada pencapaian harmoni atau keseimbangan bagi
semua atau beberapa pihak yang berkepentingan dengan masalah produksi.
Akhlak utama yang wajib diperhatikan kaum muslimin, baik individu maupun
kelompok adalah bekerja pada bidang yang dihalalkan Allah. Tidak melampaui
apa yang diharamkan-Nya. Dengan demikian tujuan produksi seperti yang
dikatakan Qardhawi, adalah: (1) untuk memenuhi kebutuhan setiap individu, (2)
mewujudkan kemandirian umat.
Terkait dengan tujuan pertama, bisnis Islam sangat mendorong produktivitas
dan mengembangkannya baik kuantitas maupun kualitas. Islam melarang menyia-
nyiakan potensi material maupun potensi sumber daya manusia. Bahkan Islam
mengerahkan semua itu untuk kepentingan produksi. Tujuan lain dalam produksi
adalah merealisasikan kemandirian ekonomi umat. Maknanya adalah agar umat
memiliki berbagai kemampuan, keahlian dan prasarana yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan material dan spiritual.8
B. Cara Terbaik Menjalankan Bisnis
Cara terbaik dalam menjalankan bisnis, adapun beberapa cara yang dinyatakan
oleh Rasulullah saw. yaitu dengan membangun citra, maksud daripada
membangun citra ialah menanamkan bahwasanya reputasi kita terlihat baik bukan
hanya sebagai pencitraan saja tapi memang benar adanya bahwa kita sebagai
pembisnis ialah seseorang yang mempunyai reuptasi baik. Hal ini dapat
diwujudkan melalui penampilan, pelayanan, persuasi, dan pemuasan.9
Islam sebagai suatu aturan hidup yang khas telah memberikan aturan-aturannya
yang rinci untuk menghindarkan munculnya permasalahan akibat praktik
persaingan yang tidak sehat. Dalam kaitan ini, maka Islam memberikan resep
7Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Cet. 1, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, h.
118. 8 Muhammad, Etika Bisnis Islam…h. 103-105 9Yusanto, dan Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 2002,
h. 168.
6
untuk menyikapi persaingan dalam bisnis, yaitu: ada tiga unsur yang perlu
dicermati (1) pihak yang bersaing, (2) cara persaingan (3) produk dan jasa yang
dipersaingkan.
Ajaran berikut dapat dijadikan pijakan dalam melakukan persaingan bisnis,
yaitu:
1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesam
kalian secara bathil.10
2. Seorang Muslim adalah bersaudar dengan Muslim lainnya, tidak menzhalimi,
dan tidak menekannya.11
3. Menciptakan suasana:
a. Pebisnis Muslim tidak menghalalkan segala cara.
b. Pebisnis Muslim berupaya menghasilkan produk berkualitas dan pelayanan
terbaik sesuai syari’ah.
c. Pebisnis Muslim harus memperhatikan hukum Islam yang berkaitan dengan
akad-akad bisnis.
d. Nagara harus mampu menjamin terciptanya sistem yang adil dan kondusif
dalam persaingan.12
C. Strategi Bisnis Dalam Islam
Dalam strategi bisnis dalam Islam, seperti yang telah kita ketahui bahwasanya
Rasulullah saw merupakan orang yang ulung dalam hal berbisnis, untuk itu
strategi yang digunakan sudah tentu tidak diragukan lagi. Maka dari itu ada
beberapa strategi bisnis dalam Islam yang diterapkan oleh Rasulullah saw. yaitu
meliputi strategi operasi, strategi pemasaran, strategi sumber daya manusia, serta
strategi keuangan.
Adapun strategi-strategi tersebut akan dijabarkan lebih lanjut, sebagai berikut:
1. Strategi Operasi
Adapun strategi operasi dalam berbisnis yang mana meliputi fasilitas,
peralatan, sumber daya perencanaan, serta pengendalian operasi. Meskipun
10 Q.S. An-Nisaa’ : 29. 11 H.R. Muslim. 12 Muhammad, Etika Bisnis Islam…h. 251-252.
7
begitu strategi operasi yang baik ialah apabila dalam berbisnis dapat berjalan
dengan baik serta mengikuti ketentuan syariah, mengutamakan produktivitas
juga termasuk kedalam strategi operasi karena jauh lebih baik apabila kita lebih
mengutamakan produktivitas tentu akan mendapatkan keuntungan bagi kita
misalnya kita mempunyai sebuah harta tanah maka alangkah lebih baiknya kita
manfaatkan lahan tersebut dengan menanami yang sekiranya dapat
menghasilkan, contohnya: menanami tomat, cabai, dan lain-lain.
2. Strategi Sumber Daya Manusia
Strategi sumber daya manusia merupakan salah satu strategi yang digunakan
dalam strategi bisnis Islam, mengapa sumber daya manusia termasuk kedalam
kategori strategi bisnis, penulis megambil kesimpulan bahwasanya suatu bisnis
takkan berjalan dengan baik meskipun faktor-faktor lainnya mendukung akan
tetapi dari manusianya tidak, misalnya suatu bisnis tersebut mempunyai cukup
modal, dan hal lainnya mendukung, akan tetapi yang akan menjalankan bisnis
ini tidak mengetahui seluk beluk bisnis yang akan dia jalankan dikarenakan
tidak memiliki atau tidak mengetahui bagaimana ilmu-ilmunya atau dengan
kata lain mempunyai sedikit pengetahuan. Atau dalam Islam, seseorang
tersebut mengetahui bagaimana seluk beluknya tapi lemah pada kepribadian,
misalnya tidak jujur ataupun adil sehingga strategi bisnisnya tidak dapat
berjalan dengan baik dikarenakan ulah dirinya sendiri.Maka dari itu adapun
strategi pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan oleh baginda
Rasulullah saw. yang pertama yaitu merencanakan terlebih dahulu kemudian
menarik sumber daya manusia yang berkualitas, kemudian mempunyai tujuan
yaitu guna dapat mengembangkan sumber daya manusia agar berkualitas,
kemudian menilai kinerja sumber daya manusia, selanjutnya yaitu memberikan
motivasi dan memelihara sumber daya manusia yang berkualitas ini.13 Hal ini
tidak lain didasari daripada firman Allah swt. yang mana Nabi Muhammad
saw. menganjurkan kepada manusia untuk menjadi rahmat bagi manusia
lainnya dengan budi pekerti yang luhur, karena merupakan anjuran Allah swt.,
Allah berfirman:
13Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethnics… h. 301.
8
Artinya:”dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam”.14
3. Strategi Keuangan15
Strategi ini dilakukan untuk tujuan memanfaatkan sumber daya keuangan
demi kelancaran bisnis, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Strategi
ini mencakup penghapusan riba, spekulasi, dan perjudian dalam semua
transaksi, peningkatan kekayaan dan pemerataan distribusi pendapatan serta
pencapaian masyarakat yang sejahtera dibawah perlindungan Allah Swt.
Adapun prinsip yang berlaku dalam strategi keuangan diantaranya adalah
sebagai berikut.
a. Prinsip Bagi Hasil
Prinsip ini merupakan prinsip kemitraan antara dua orang atau lebih dalam
melakukan bisnis. Adapun prinsip bagi hasil ini terbagi atas beberapa
prinsip, yakni sebagai berikut.
1) Musyarakah (syirkah)
Syirkah atau syarikah atau musyarakah merujuk pada kemitraan dua
orang atau lebih. Walaupun tidak menggunakan istilah musyarakah yang
mempunyai arti kemitraan dalam suatu kongsi bisnis, namun demikian
surah yang terkait erat dengan musyarakah adalah surah An-Nisa ayat 12
yang berbunyi sebagai berikut.
Artinya: “Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka
mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.”
2) Mudharabah
Mudharabah merupakan kontrak antara dua pihak, yang mana pihak
pertama disebut rab al maal (shahibul maal) atau investor
mempercayakan kepada pihak kedua, yan disebut mudharib, dengan
14Al-Anbiyaa’ [021]: 107. 15 Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethnics… h. 339-378.
9
tujuan menjalankan dagang. Mudharib menyediakan tenaga dan
waktunya serta mengelola kongsi mereka sesuai dengan syarat-syarat
kontrak. Keuntungan dibagi antara shahibul maal dengan mudharib
berdasarkan yang telah disepakati. Jika mengalami kerugian, ditanggung
shahibul maal, selama kerugian itu bukan kelalaian mudharib.
Adapun surah dalam al-Qur’an yang memiliki kaitan erat dengan
mudharabah antara lain adlaah Al-Baqarah ayat 273:
Artinya: “(273). (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat
(oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi;
orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena
memelihara diri dari minta-minta”
3) Muzara’ah
Muzara’ah adalah kerja sama antara orang yang mempunyai tanah yang
subur untuk ditanami dengan orang yang mempunyai ternak dan mampu
untuk menggarapnya, imbalannya didasarkan pada kesepakatan kedua
belah pihak atau persentase dari hasil panen yang telah ditentukan.
4) Musaqah
Musaqah merupakan kerjasama antara dua orang yang memiliki tanah
yang ditanami pohon menghasilkan buah-buahan, dengan orang yang
mampu memelihara (menyirami) pohon tersebut dengan imbalan yang
memelihara tersebut mendapat imbalan sesuai dengan kesepakatan dari
hasil panen.
b. Prinsip Jual-Beli
1) Murabahah
Secara bahasa, murabahah berarti keuntungan, yakni pertambahan nilai
modal atau saling mendapatka keuntungan. Sedangkan menurut istilah,
10
murabahah adalah menjual dengan modal asli bersama tambahan
keuntungan yang jelas.
Artinya: “(29). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”
2) Salam
Salam atau salaf merupakan jual beli terhadap satu barang yang
digambarkan dan dalam kepemilikan dengan pembayaran tunai dalam
perjanjian, tetapi penyerahan barangnya tertunda.
3) Istishna’
Secara bahasa, artinya pemesanan atau meminta dibuatkan. Sedangkan
menurut istilah, istishna’ merupakan perjanjian terhadap barang jualan
yang berada dalam kepemilikan penjual dengan syarat dibuatkan oleh
penjual atau meminta dibuatkan dengan cara khusus sementara bahan
bakunya dari pihak penjual.
4) Syuf’ah
Syuf’ah merupakan hak membeli bagian dari rumah atau yang dipunyai
oleh dua orang yang bersekutu. Satu tanah atau satu rumah yang dipunyai
oleh dua orang yang batas-batasnya dan jalan-jalannya belum dibuat,
maka seorang dari dua orang itu tidak boleh menjual bagiannya kepada
orang lain, sebelum ditawarkan kepada sekutunya. Sebaliknya, apabila
batas-batasnya dan jalan-jalannya sudah dibuat, maka masing-masing
pihak boleh menjual bagiannya kepada orang lain.
11
c. Prinsip Kepercayaan
1) Wadi’ah
Wadi’ah merupakan prinsip memberikan kekuasaan kepada orang lain
untuk menjaga hartanya atau barangnya dengan secara terang-terangan
atau dengan syarat yang bermakna itu.
2) Wakalah
Secara bahasa, artinya perwakilan atau pendelegasian. Sedangkan
menurut istilah, artinya menjadikan orang lain sebagai wakil dalam
melakukan setiap pekerjaan, misalnya memungut zakat, melunasi utang,
membeli barang, membayar budak, dan sebagainya.
3) Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh orang mampu kepada
orang yang memberikan utang, karena orang yang diberi utang tersebut
tidak mampu membayarnya.
4) Hawalah
Hawalah berarti pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang
lain untuk menanggung utangnya.
5) Rahn (Gadai)
Rahn adalah menahan barang milik orang lain sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya.
d. Prinsip Sewa
Sewa (ijarah) merupakan perjanjian untuk mendapatkan manfaat dari
pembayaran. Orang yang menyewakan barang disebut musta’jir dan yang
membayar sewa disebut mu’jar.
e. Prinsip Kesejahteraan Sosial
1) Qardh
Qardh merupakan pinjaman kepada orang lain dengan syarat pihak
peminjam mengembalikan gantinya. Dinamakan qardh karena orang
yang memberikan qardh memotong sebagian dari hartanya untuk
dipinjamkan kepada orang lain.
12
2) Waqaf
Waqaf merupakan menahan harta yang dapat dimanfaatkann untuk jalan
kebaikan demi mendekatkan diri kepada Allah Swt. Waqaf terdiri dari
dua macam, yaitu waqaf ahli dan waqaf Khairi.
4. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah strategi yang berorientasi pada pasar yang mana
meliputi kumpulan petunjuk dan kebijakan yang digunakan secara efektif guna
mencocokkan program pemasaran yaitu dari hal produk, harga, distribusi, serta
promosi.16 Tujuan dari strategi ini ialah agar barang ataupun jasa yang kita
miliki dapat diminati oleh pangsa pasar. Maka dari itu penting kiranya agar kita
memperhatikan letak, harga, serta produk kita. Secara langung penulis
mengartikan bahwasanya suatu strategi pemasaran pada dasarnya menunjukkan
bagaimana sasaran pemasaran dapat dicapai. Mengenai hal ini ada beberapa hal
yang menjadi implementasi syari’ah dalam hal strategi pemasaran yang
meliputi produk dari segi tampilan dll nya haruslah berkualitas serta sesuai
dengan yang dijanjikan, harga daripada barangnya haruslah kompetitif baik
dari daftar barang ataupun potongan harga dll, distribusinya dilarang untuk
zalim terhadap pesaing lain dan tidak machiavelis baik dari segi
saluran/perantara serta tingkat pelayanan dll, dan promosinya haruslah dengan
cara Islami yaitu dihindari hal-hal yang berbau porno atau berbohong dan
machiavelis baik dari segi iklan atu promosi penjualan dan publikasinya.17
Sebuah studi menyatakan bahwasanya seberapa pentingnya suatu
manajemen pemasaran atau strategi pemasaran ialah untuk meminimalisir dari
suatu kerugian yang akan dihadapi oleh suatu perusahaaan, terutama dalam hal
produksi serta jasanya. Sehingga nilai kegagalan usaha dapat diturunkan
melalui analisis pasar yang lebih baik ini.
16Yusanto, dan Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, . . . .h. 169. 17Ibid., h. 171.
13
a. Segmentasi Pasar dan Pembidikan Pasar
Kegiatan ini merupakan kegiatan membagi wilayah pasar atas beberapa
kategori sesuai dengan budaya dan kondisi yang berlaku di wilayah tersebut.
Segementasi ini bisa dilakukan berdasarkan geografi, demografi, psikografi
dan manfaat. Hal ini dilakukan untuk membaca kondisi kebutuhan pasar dan
mempermudah seorang pembisnis untuk melakukan pembidikan pasar
terbaik. Dari pembagian-pembagian segmen tersebut, seorang pembisnis
dituntut untuk dapat memperhitungkan laba pada masing-masing segmen
untuk dapat membaca pada segmen mana bisnis tersebut yang paling
menguntungkan.
b. Penentuan Posisi
Pembidikan pasar juga berarti menentukan pesaing. Penentuan posisi
pedagang adalah tindakan untuk merancang citra pedagang serta nilai yang
ditawarkan sehingga pelanggan dalam suatu segmen memahami dan
menghargai kedudukan pedagang dalam kaitannya dengan pesaingnya.
Tugas penentuan posisi terdiri dari tiga langkah: mengenali keunggulan
bersaing yang mungkin untuk dimanfaatkan, memilih yang tepat dan secara
efektif mengisyaratkan kepada pasar tentang posisi yang dipilih pedagang.
c. Strategi Produk
Produk meliputi kualitas, keistimewaan, desain, gaya, keanekaragaman,
bentuk, merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan, dan pengembalian.
d. Strategi Penetapan Harga
e. Strategi ini seperti yang diterapkan Rasulullah atas dasar prinsip suka sama
suka, prinsip untuk tidak menyaingi harga orang lain dan tidak
menyongsong membeli barang sebelum dibawa kepasar serta tidak
berbohong. 18
f. Strategi Tempat
Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk berjual beli di pasar. Dari
Abdullah r.a., Rasulullah berkata, “Janganlah kamu menjual menyaingi
18 Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethnics… h. 378-389.
14
harga jual orang lain, dan janganlah kamu menyongsong membeli barang
dagangan sebelum dibawa kepasar.” (Bukhari).
g. Strategi Promosi
Promosi dilakukan Rasulullah SAW. lebih menekankan pada hubungan
dengan pelanggan meliputi berpenampilan menawan, membangun relasi,
mengutamakan keberkahan, memahami pelanggan, mendapatkan
kepercayaan, memberikan pelayanan hebat, berkomunikasi, menjalin
hubungan yang bersifat pribadi, tanggap terhadap permasalahan,
menciptakan perasaan satu komunitas, berintegrasi, menciptakan
keterlibatan, dan menawarkan pilihan.19
19 Ibid., h. 390-391.
15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Dari serangkaian penjelasan tersebut, maka kita dapat menarik beberapa
kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Manusia diberikan kebebasan untuk mengolah sumber daya alam yang
merupakan titipan Allah dengan sebaik-baiknya hingga menghasilkan manfaat,
namun dibatasi dengan segala ketentuan yang berlaku dalam syari’ah. Itulah
etika yang berlaku dalam produksi. Segala sesuatunya boleh diproduksi selama
tidak melanggar hingga menimbulkan mudharat.
2. Cara terbaik menjalankan bisnis adalah dengan tidak memakan harta sesame
muslim dengan cara bathil, tidak mendzhalimi orang lain, tidak menghalalkan
segala cara untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya serta
memperhatikan segala akad yang berlaku dalam bisnis islam.
3. Strategi bisnis dalam islam terbagi atas strategi operasi, strategi sumber daya
manusia, strategi keuangan dan strategi pemasaran.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Telaah Kepustakaan
Izzan, Ahmad, dan Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah Ayat-ayat Al-
Qur’an yang Berdimensi Ekonomi, Cet. I, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Muhammad, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN, t.th.
Qardawi, Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Cet. 1, Jakarta: Gema Insani
Press, 1997.
Rivai, Veithzal, dkk, Islamic Business and Economic Ethnics, Cet. 1, Jakarta:
Bumi Aksara, 2012.
Yusanto, dan Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Cet. I, Jakarta: Gema
Insani Press, 2002.
17
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga makalah dengan judul “Etika Bisnis Islam dalam
Praktik” ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya, sebagai pemenuhan tugas
Etika Bisnis Islam.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan, susunan kata, maupun isi materi. Dengan ini
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini, serta sebagai jembatan ilmu yang berujung pada
intelektualitas. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Palangka Raya, Oktober 2014
Tim Penulis
i
18
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
D. Kegunaan Penulisan ........................................................................ 2
E. Metode Penulisan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Etika dalam Produksi ...................................................................... 3
B. Cara Terbaik Menjalankan Bisnis .................................................. 5
C. Strategi Bisnis ................................................................................. 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
ii