Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

19
Makalah Kelompok VI ETIKA BISNIS DALAM PRAKTIK Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah : Etika Bisnis Islam Dosen : Itsla Yunisva Aviva, M.ESy Disusun oleh AGUS SALIM NIM. 1202120199 BAKTI NENDRA NIM. 1202120198 NANA TAURAN SIDIK NIM. 1202120184 NINDA AYU SAGITA NIM. 1202120154 SAADATUNNISA NIM. 1202120194 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH KELAS A TAHUN 1435 H / 2014 M

Transcript of Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

Page 1: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

Makalah Kelompok VI

ETIKA BISNIS DALAM PRAKTIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah : Etika Bisnis Islam

Dosen : Itsla Yunisva Aviva, M.ESy

Disusun oleh

AGUS SALIM NIM. 1202120199

BAKTI NENDRA NIM. 1202120198

NANA TAURAN SIDIK NIM. 1202120184

NINDA AYU SAGITA NIM. 1202120154

SA’ADATUNNISA NIM. 1202120194

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH KELAS A

TAHUN 1435 H / 2014 M

Page 2: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar mendapatkan kedudukan yang penting dalam perekonomian Islam.

Rasulullah SAW. sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai

harga yang adil. Oleh karena itu, Islam menekankan adanya moralitas, seperti

persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Implementasi nilai-

nilai moralitas tersebut dalam pasar merupakan tanggung jawab bagi setiap pelaku

pasar. Bagi seorang Muslim, nilai-nilai ini merupakan refleksi dari keimanannya

kepada Allah SWT bahkan Rasulullah SAW memerankan dirinya sebagai

muhtasib dipasar. Beliau menegur langsung transaksi perdagangan yang tidak

mengindahkan nilai-nilai moralitas.1 Beranjak dari fakta tersebut, maka penulis

menyimpulkan perlunya penerapan nilai moralitas dalam dunia perekonomian,

khususnya dalam pembahasan mengenai bisnis. Jika sebelumnya kita telah

mengenal Etika dalam bisnis melalui berbagai macam aspek pengertian dan teori,

maka dalam makalah ini, pemakalah akan menyajikan etika bisnis Islam dalam

praktik yakni meliputi etika produksi, cara terbaik menjalankan bisnis, dan

strategi bisnis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan etika produksi dalam Islam?

2. Bagaimana cara terbaik menjalankan bisnis?

3. Bagaimana strategi bisnis yang baik menurut ajaran Rasulullah?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar mampu memahami pengertian dari etika produksi dalam Islam.

2. Agar mampu memahami cara terbaik menjalankan bisnis.

3. Agar mampu memahami strategi bisnis yang terbaik menurut ajaran

Rasulullah.

1 Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethnics, Cet. 1, Jakarta: Bumi Aksara, 2012,

h. 1.

1

Page 3: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

2

D. Kegunaan Penulisan

1. Kegunaan teoritis yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang

Etika Bisnis Islam dalam Praktik.

2. Kegunaan praktis yaitu menjadi khazanah keilmuan bagi mahasiswa yang

mempelajari Etika Bisnis Islam.

E. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah

metode telaah kepustakaan, yang mana penulis menggunakan buku-buku dari

perpustakan sebagai bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai

dengan materi yang di kupas dalam makalah ini dan penulis menyimpulkannya

dalam bentuk makalah.

Page 4: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

3

BAB II PEMBAHASAN

A. Etika Produksi dalam Islam

Etika yang berasal dari kata ethos dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai

kebiasaan atau karakter.2 Maka dari itu penulis menyimpulkan bahwasanya etika

merupakan suatu yang dapat diartikan sebagai tabiat seseorang, entah itu tabiat

baik ataupun buruk. Produsen dalam bisnis memiliki peran yang sangat penting

yaitu untuk menghasilkan sebuah produksi. Secara tidak langsung produsen dapat

diartikan sebagai pelaku bisnis yang mengkhususkan diri dalam proses membuat

produksi, karena aktivitas produksi merupakan aktivitas yang fungsional dalam

suatu perusahaan. Tujuan dari produksi ini sendiri ialah untuk mendapatkan nilai

tambah daripada barang atau jasa yang dihasilkan.3 Maka dari itu etika bisnis

sangat erat kaitannya dengan hal-hal ini, memberikan solusi atas permasalahan

yang muncul akibat terciptanya harmoni bagi semua pihak yang mempunyai

kepentingan.

Dengan alasan ini pula suatu komoditas jika akan diproduksi haruslah terlebih

dahulu mempertimbangkan alasan sosial kemanusiaan, yaitu selain alasan tersebut

dibutuhkan oleh masyarakat juga faktor positif atau manfaat positif apa yang

dapat diambil dari produksi yang dihasilkan atau sebagai akibat dari apa yang

diproduksi oleh suatu komoditas. Selain itu produsen juga punya tanggung jawab

untuk menyediakan produk yang aman bagi konsumen. Karena sesungguhnya di

dalam Al-Qur’an pun telah dijabarkan mengenai tujuan dari bisnis itu sendiri,

bahwasanya bisnis bukan hanya semata-mata mencari keuntungan yang sifatnya

sementara akan tetapi yang secara hakikat sifatnya baik dan akan berakibat baik

pula untuk kedepannya, yaitu salah satunya melalui aktivitas produksi ini yang

mana mengedepankan etika dalam kegiatan produksinya sehingga mendatangkan

kemaslahatan dimasa yang akan datang.

Inilah yang membedakan antara perusahaan-perusahaan non-Islam yang mana

tidak hanya terletak pada tujuannya saja tapi dari segi kebijakan-kebijakannya dari

2Ibid., h. 276. 3Muhammad, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, h. 159.

3

Page 5: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

4

strategi pasarnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwasanya untuk

barang dan jasa yang bersifat merusak maka tidak diperbolehkan untuk diproduksi

ataupun dilakukan. Menurut hemat penulis, prinsip etika dalam produksi yang

wajib dilaksanakan oleh setiap muslim baik individu ataupun kelompok ialah

berpegangan dengan semua yang dihalalkan Allah serta tidak melampaui batas.

Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya yang berjudul Islamic Business and

Economic Ethics mengatakan bahwasnya terdapat lima jenis kebutuhan yang

dipandang bermanfaat untuk mencapai falah, yaitu pertama kehidupan, kedua

harta, ketiga kebenaran, keempat ilmu pengetahuan, kelima kelangsungan

keturunan. Selain itu, Islam juga mengajarkan adanya skala prioritas

(dharuriyah, hajjiyah, dan tahsiniyah) dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi

serta melarang sikap berlebihan. Larangan ini juga berlaku bagi segala mata

rantai dalam produksinya.4

Manusia diberikan kebebasan dalam memanfaatkan potensi alam begitu juga

dalam hal berproduksi, akan tetapi Islam tidak membenarkan pemanfaatan pada

sisi yang tidak sesuai dengan tujuan disediakannya kekayaan alam yang

dianugerahi oleh Allah swt. Maka dari itu Allah akan meminta

pertanggungjawaban kepada manusia atas kenikmatan-kenikmatan yang telah

diberikan olehNya.5 Sebagaimana sepenggalan firman Allah SWT yang berbunyi:

Artinya: “kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan

(yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”.6

Syariat juga tidak membenarkan segala perbuatan yang berkaitan dengan

pembuatan komoditi yang hanya bisa digunakan untuk hal yang diharamkan atau

mayoritas barangnya digunakan untuk berbuat dosa. Diantara produk yang

dilarang keras beredar ialah produk yang merusak akidah, etika, serta moral

manusia. Seperti produk yang berhubungan dengan pornografi, baik secara opera,

film, ataupun musik. Mengapa hal ini sangat dilarang, atau ditekan dalam hal

4Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethnics… h. 281. 5Ahmad Izzan dan Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah Ayat-ayat Al-Qur’an yang

Berdimensi Ekonomi, Cet. I, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 35. 6At-Taakatsur [102]:8.

Page 6: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

5

produksinya, karena dampak negatif produk seperti ini lebih berbahaya daripada

apapun.7

Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa fungsi produksi berkaitan dengan solusi

dari produksi yakni berorientasi pada pencapaian harmoni atau keseimbangan bagi

semua atau beberapa pihak yang berkepentingan dengan masalah produksi.

Akhlak utama yang wajib diperhatikan kaum muslimin, baik individu maupun

kelompok adalah bekerja pada bidang yang dihalalkan Allah. Tidak melampaui

apa yang diharamkan-Nya. Dengan demikian tujuan produksi seperti yang

dikatakan Qardhawi, adalah: (1) untuk memenuhi kebutuhan setiap individu, (2)

mewujudkan kemandirian umat.

Terkait dengan tujuan pertama, bisnis Islam sangat mendorong produktivitas

dan mengembangkannya baik kuantitas maupun kualitas. Islam melarang menyia-

nyiakan potensi material maupun potensi sumber daya manusia. Bahkan Islam

mengerahkan semua itu untuk kepentingan produksi. Tujuan lain dalam produksi

adalah merealisasikan kemandirian ekonomi umat. Maknanya adalah agar umat

memiliki berbagai kemampuan, keahlian dan prasarana yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan material dan spiritual.8

B. Cara Terbaik Menjalankan Bisnis

Cara terbaik dalam menjalankan bisnis, adapun beberapa cara yang dinyatakan

oleh Rasulullah saw. yaitu dengan membangun citra, maksud daripada

membangun citra ialah menanamkan bahwasanya reputasi kita terlihat baik bukan

hanya sebagai pencitraan saja tapi memang benar adanya bahwa kita sebagai

pembisnis ialah seseorang yang mempunyai reuptasi baik. Hal ini dapat

diwujudkan melalui penampilan, pelayanan, persuasi, dan pemuasan.9

Islam sebagai suatu aturan hidup yang khas telah memberikan aturan-aturannya

yang rinci untuk menghindarkan munculnya permasalahan akibat praktik

persaingan yang tidak sehat. Dalam kaitan ini, maka Islam memberikan resep

7Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Cet. 1, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, h.

118. 8 Muhammad, Etika Bisnis Islam…h. 103-105 9Yusanto, dan Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 2002,

h. 168.

Page 7: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

6

untuk menyikapi persaingan dalam bisnis, yaitu: ada tiga unsur yang perlu

dicermati (1) pihak yang bersaing, (2) cara persaingan (3) produk dan jasa yang

dipersaingkan.

Ajaran berikut dapat dijadikan pijakan dalam melakukan persaingan bisnis,

yaitu:

1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesam

kalian secara bathil.10

2. Seorang Muslim adalah bersaudar dengan Muslim lainnya, tidak menzhalimi,

dan tidak menekannya.11

3. Menciptakan suasana:

a. Pebisnis Muslim tidak menghalalkan segala cara.

b. Pebisnis Muslim berupaya menghasilkan produk berkualitas dan pelayanan

terbaik sesuai syari’ah.

c. Pebisnis Muslim harus memperhatikan hukum Islam yang berkaitan dengan

akad-akad bisnis.

d. Nagara harus mampu menjamin terciptanya sistem yang adil dan kondusif

dalam persaingan.12

C. Strategi Bisnis Dalam Islam

Dalam strategi bisnis dalam Islam, seperti yang telah kita ketahui bahwasanya

Rasulullah saw merupakan orang yang ulung dalam hal berbisnis, untuk itu

strategi yang digunakan sudah tentu tidak diragukan lagi. Maka dari itu ada

beberapa strategi bisnis dalam Islam yang diterapkan oleh Rasulullah saw. yaitu

meliputi strategi operasi, strategi pemasaran, strategi sumber daya manusia, serta

strategi keuangan.

Adapun strategi-strategi tersebut akan dijabarkan lebih lanjut, sebagai berikut:

1. Strategi Operasi

Adapun strategi operasi dalam berbisnis yang mana meliputi fasilitas,

peralatan, sumber daya perencanaan, serta pengendalian operasi. Meskipun

10 Q.S. An-Nisaa’ : 29. 11 H.R. Muslim. 12 Muhammad, Etika Bisnis Islam…h. 251-252.

Page 8: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

7

begitu strategi operasi yang baik ialah apabila dalam berbisnis dapat berjalan

dengan baik serta mengikuti ketentuan syariah, mengutamakan produktivitas

juga termasuk kedalam strategi operasi karena jauh lebih baik apabila kita lebih

mengutamakan produktivitas tentu akan mendapatkan keuntungan bagi kita

misalnya kita mempunyai sebuah harta tanah maka alangkah lebih baiknya kita

manfaatkan lahan tersebut dengan menanami yang sekiranya dapat

menghasilkan, contohnya: menanami tomat, cabai, dan lain-lain.

2. Strategi Sumber Daya Manusia

Strategi sumber daya manusia merupakan salah satu strategi yang digunakan

dalam strategi bisnis Islam, mengapa sumber daya manusia termasuk kedalam

kategori strategi bisnis, penulis megambil kesimpulan bahwasanya suatu bisnis

takkan berjalan dengan baik meskipun faktor-faktor lainnya mendukung akan

tetapi dari manusianya tidak, misalnya suatu bisnis tersebut mempunyai cukup

modal, dan hal lainnya mendukung, akan tetapi yang akan menjalankan bisnis

ini tidak mengetahui seluk beluk bisnis yang akan dia jalankan dikarenakan

tidak memiliki atau tidak mengetahui bagaimana ilmu-ilmunya atau dengan

kata lain mempunyai sedikit pengetahuan. Atau dalam Islam, seseorang

tersebut mengetahui bagaimana seluk beluknya tapi lemah pada kepribadian,

misalnya tidak jujur ataupun adil sehingga strategi bisnisnya tidak dapat

berjalan dengan baik dikarenakan ulah dirinya sendiri.Maka dari itu adapun

strategi pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan oleh baginda

Rasulullah saw. yang pertama yaitu merencanakan terlebih dahulu kemudian

menarik sumber daya manusia yang berkualitas, kemudian mempunyai tujuan

yaitu guna dapat mengembangkan sumber daya manusia agar berkualitas,

kemudian menilai kinerja sumber daya manusia, selanjutnya yaitu memberikan

motivasi dan memelihara sumber daya manusia yang berkualitas ini.13 Hal ini

tidak lain didasari daripada firman Allah swt. yang mana Nabi Muhammad

saw. menganjurkan kepada manusia untuk menjadi rahmat bagi manusia

lainnya dengan budi pekerti yang luhur, karena merupakan anjuran Allah swt.,

Allah berfirman:

13Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethnics… h. 301.

Page 9: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

8

Artinya:”dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam”.14

3. Strategi Keuangan15

Strategi ini dilakukan untuk tujuan memanfaatkan sumber daya keuangan

demi kelancaran bisnis, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Strategi

ini mencakup penghapusan riba, spekulasi, dan perjudian dalam semua

transaksi, peningkatan kekayaan dan pemerataan distribusi pendapatan serta

pencapaian masyarakat yang sejahtera dibawah perlindungan Allah Swt.

Adapun prinsip yang berlaku dalam strategi keuangan diantaranya adalah

sebagai berikut.

a. Prinsip Bagi Hasil

Prinsip ini merupakan prinsip kemitraan antara dua orang atau lebih dalam

melakukan bisnis. Adapun prinsip bagi hasil ini terbagi atas beberapa

prinsip, yakni sebagai berikut.

1) Musyarakah (syirkah)

Syirkah atau syarikah atau musyarakah merujuk pada kemitraan dua

orang atau lebih. Walaupun tidak menggunakan istilah musyarakah yang

mempunyai arti kemitraan dalam suatu kongsi bisnis, namun demikian

surah yang terkait erat dengan musyarakah adalah surah An-Nisa ayat 12

yang berbunyi sebagai berikut.

Artinya: “Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka

mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu.”

2) Mudharabah

Mudharabah merupakan kontrak antara dua pihak, yang mana pihak

pertama disebut rab al maal (shahibul maal) atau investor

mempercayakan kepada pihak kedua, yan disebut mudharib, dengan

14Al-Anbiyaa’ [021]: 107. 15 Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethnics… h. 339-378.

Page 10: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

9

tujuan menjalankan dagang. Mudharib menyediakan tenaga dan

waktunya serta mengelola kongsi mereka sesuai dengan syarat-syarat

kontrak. Keuntungan dibagi antara shahibul maal dengan mudharib

berdasarkan yang telah disepakati. Jika mengalami kerugian, ditanggung

shahibul maal, selama kerugian itu bukan kelalaian mudharib.

Adapun surah dalam al-Qur’an yang memiliki kaitan erat dengan

mudharabah antara lain adlaah Al-Baqarah ayat 273:

Artinya: “(273). (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat

(oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi;

orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena

memelihara diri dari minta-minta”

3) Muzara’ah

Muzara’ah adalah kerja sama antara orang yang mempunyai tanah yang

subur untuk ditanami dengan orang yang mempunyai ternak dan mampu

untuk menggarapnya, imbalannya didasarkan pada kesepakatan kedua

belah pihak atau persentase dari hasil panen yang telah ditentukan.

4) Musaqah

Musaqah merupakan kerjasama antara dua orang yang memiliki tanah

yang ditanami pohon menghasilkan buah-buahan, dengan orang yang

mampu memelihara (menyirami) pohon tersebut dengan imbalan yang

memelihara tersebut mendapat imbalan sesuai dengan kesepakatan dari

hasil panen.

b. Prinsip Jual-Beli

1) Murabahah

Secara bahasa, murabahah berarti keuntungan, yakni pertambahan nilai

modal atau saling mendapatka keuntungan. Sedangkan menurut istilah,

Page 11: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

10

murabahah adalah menjual dengan modal asli bersama tambahan

keuntungan yang jelas.

Artinya: “(29). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.”

2) Salam

Salam atau salaf merupakan jual beli terhadap satu barang yang

digambarkan dan dalam kepemilikan dengan pembayaran tunai dalam

perjanjian, tetapi penyerahan barangnya tertunda.

3) Istishna’

Secara bahasa, artinya pemesanan atau meminta dibuatkan. Sedangkan

menurut istilah, istishna’ merupakan perjanjian terhadap barang jualan

yang berada dalam kepemilikan penjual dengan syarat dibuatkan oleh

penjual atau meminta dibuatkan dengan cara khusus sementara bahan

bakunya dari pihak penjual.

4) Syuf’ah

Syuf’ah merupakan hak membeli bagian dari rumah atau yang dipunyai

oleh dua orang yang bersekutu. Satu tanah atau satu rumah yang dipunyai

oleh dua orang yang batas-batasnya dan jalan-jalannya belum dibuat,

maka seorang dari dua orang itu tidak boleh menjual bagiannya kepada

orang lain, sebelum ditawarkan kepada sekutunya. Sebaliknya, apabila

batas-batasnya dan jalan-jalannya sudah dibuat, maka masing-masing

pihak boleh menjual bagiannya kepada orang lain.

Page 12: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

11

c. Prinsip Kepercayaan

1) Wadi’ah

Wadi’ah merupakan prinsip memberikan kekuasaan kepada orang lain

untuk menjaga hartanya atau barangnya dengan secara terang-terangan

atau dengan syarat yang bermakna itu.

2) Wakalah

Secara bahasa, artinya perwakilan atau pendelegasian. Sedangkan

menurut istilah, artinya menjadikan orang lain sebagai wakil dalam

melakukan setiap pekerjaan, misalnya memungut zakat, melunasi utang,

membeli barang, membayar budak, dan sebagainya.

3) Kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh orang mampu kepada

orang yang memberikan utang, karena orang yang diberi utang tersebut

tidak mampu membayarnya.

4) Hawalah

Hawalah berarti pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang

lain untuk menanggung utangnya.

5) Rahn (Gadai)

Rahn adalah menahan barang milik orang lain sebagai jaminan atas

pinjaman yang diterimanya.

d. Prinsip Sewa

Sewa (ijarah) merupakan perjanjian untuk mendapatkan manfaat dari

pembayaran. Orang yang menyewakan barang disebut musta’jir dan yang

membayar sewa disebut mu’jar.

e. Prinsip Kesejahteraan Sosial

1) Qardh

Qardh merupakan pinjaman kepada orang lain dengan syarat pihak

peminjam mengembalikan gantinya. Dinamakan qardh karena orang

yang memberikan qardh memotong sebagian dari hartanya untuk

dipinjamkan kepada orang lain.

Page 13: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

12

2) Waqaf

Waqaf merupakan menahan harta yang dapat dimanfaatkann untuk jalan

kebaikan demi mendekatkan diri kepada Allah Swt. Waqaf terdiri dari

dua macam, yaitu waqaf ahli dan waqaf Khairi.

4. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah strategi yang berorientasi pada pasar yang mana

meliputi kumpulan petunjuk dan kebijakan yang digunakan secara efektif guna

mencocokkan program pemasaran yaitu dari hal produk, harga, distribusi, serta

promosi.16 Tujuan dari strategi ini ialah agar barang ataupun jasa yang kita

miliki dapat diminati oleh pangsa pasar. Maka dari itu penting kiranya agar kita

memperhatikan letak, harga, serta produk kita. Secara langung penulis

mengartikan bahwasanya suatu strategi pemasaran pada dasarnya menunjukkan

bagaimana sasaran pemasaran dapat dicapai. Mengenai hal ini ada beberapa hal

yang menjadi implementasi syari’ah dalam hal strategi pemasaran yang

meliputi produk dari segi tampilan dll nya haruslah berkualitas serta sesuai

dengan yang dijanjikan, harga daripada barangnya haruslah kompetitif baik

dari daftar barang ataupun potongan harga dll, distribusinya dilarang untuk

zalim terhadap pesaing lain dan tidak machiavelis baik dari segi

saluran/perantara serta tingkat pelayanan dll, dan promosinya haruslah dengan

cara Islami yaitu dihindari hal-hal yang berbau porno atau berbohong dan

machiavelis baik dari segi iklan atu promosi penjualan dan publikasinya.17

Sebuah studi menyatakan bahwasanya seberapa pentingnya suatu

manajemen pemasaran atau strategi pemasaran ialah untuk meminimalisir dari

suatu kerugian yang akan dihadapi oleh suatu perusahaaan, terutama dalam hal

produksi serta jasanya. Sehingga nilai kegagalan usaha dapat diturunkan

melalui analisis pasar yang lebih baik ini.

16Yusanto, dan Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, . . . .h. 169. 17Ibid., h. 171.

Page 14: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

13

a. Segmentasi Pasar dan Pembidikan Pasar

Kegiatan ini merupakan kegiatan membagi wilayah pasar atas beberapa

kategori sesuai dengan budaya dan kondisi yang berlaku di wilayah tersebut.

Segementasi ini bisa dilakukan berdasarkan geografi, demografi, psikografi

dan manfaat. Hal ini dilakukan untuk membaca kondisi kebutuhan pasar dan

mempermudah seorang pembisnis untuk melakukan pembidikan pasar

terbaik. Dari pembagian-pembagian segmen tersebut, seorang pembisnis

dituntut untuk dapat memperhitungkan laba pada masing-masing segmen

untuk dapat membaca pada segmen mana bisnis tersebut yang paling

menguntungkan.

b. Penentuan Posisi

Pembidikan pasar juga berarti menentukan pesaing. Penentuan posisi

pedagang adalah tindakan untuk merancang citra pedagang serta nilai yang

ditawarkan sehingga pelanggan dalam suatu segmen memahami dan

menghargai kedudukan pedagang dalam kaitannya dengan pesaingnya.

Tugas penentuan posisi terdiri dari tiga langkah: mengenali keunggulan

bersaing yang mungkin untuk dimanfaatkan, memilih yang tepat dan secara

efektif mengisyaratkan kepada pasar tentang posisi yang dipilih pedagang.

c. Strategi Produk

Produk meliputi kualitas, keistimewaan, desain, gaya, keanekaragaman,

bentuk, merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan, dan pengembalian.

d. Strategi Penetapan Harga

e. Strategi ini seperti yang diterapkan Rasulullah atas dasar prinsip suka sama

suka, prinsip untuk tidak menyaingi harga orang lain dan tidak

menyongsong membeli barang sebelum dibawa kepasar serta tidak

berbohong. 18

f. Strategi Tempat

Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk berjual beli di pasar. Dari

Abdullah r.a., Rasulullah berkata, “Janganlah kamu menjual menyaingi

18 Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethnics… h. 378-389.

Page 15: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

14

harga jual orang lain, dan janganlah kamu menyongsong membeli barang

dagangan sebelum dibawa kepasar.” (Bukhari).

g. Strategi Promosi

Promosi dilakukan Rasulullah SAW. lebih menekankan pada hubungan

dengan pelanggan meliputi berpenampilan menawan, membangun relasi,

mengutamakan keberkahan, memahami pelanggan, mendapatkan

kepercayaan, memberikan pelayanan hebat, berkomunikasi, menjalin

hubungan yang bersifat pribadi, tanggap terhadap permasalahan,

menciptakan perasaan satu komunitas, berintegrasi, menciptakan

keterlibatan, dan menawarkan pilihan.19

19 Ibid., h. 390-391.

Page 16: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

15

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Dari serangkaian penjelasan tersebut, maka kita dapat menarik beberapa

kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Manusia diberikan kebebasan untuk mengolah sumber daya alam yang

merupakan titipan Allah dengan sebaik-baiknya hingga menghasilkan manfaat,

namun dibatasi dengan segala ketentuan yang berlaku dalam syari’ah. Itulah

etika yang berlaku dalam produksi. Segala sesuatunya boleh diproduksi selama

tidak melanggar hingga menimbulkan mudharat.

2. Cara terbaik menjalankan bisnis adalah dengan tidak memakan harta sesame

muslim dengan cara bathil, tidak mendzhalimi orang lain, tidak menghalalkan

segala cara untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya serta

memperhatikan segala akad yang berlaku dalam bisnis islam.

3. Strategi bisnis dalam islam terbagi atas strategi operasi, strategi sumber daya

manusia, strategi keuangan dan strategi pemasaran.

15

Page 17: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

16

DAFTAR PUSTAKA

Telaah Kepustakaan

Izzan, Ahmad, dan Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah Ayat-ayat Al-

Qur’an yang Berdimensi Ekonomi, Cet. I, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006.

Muhammad, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan

YKPN, t.th.

Qardawi, Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Cet. 1, Jakarta: Gema Insani

Press, 1997.

Rivai, Veithzal, dkk, Islamic Business and Economic Ethnics, Cet. 1, Jakarta:

Bumi Aksara, 2012.

Yusanto, dan Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Cet. I, Jakarta: Gema

Insani Press, 2002.

Page 18: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

17

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya lah sehingga makalah dengan judul “Etika Bisnis Islam dalam

Praktik” ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya, sebagai pemenuhan tugas

Etika Bisnis Islam.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan baik dari segi penulisan, susunan kata, maupun isi materi. Dengan ini

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini, serta sebagai jembatan ilmu yang berujung pada

intelektualitas. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palangka Raya, Oktober 2014

Tim Penulis

i

Page 19: Etika Bisnis Islam Dalam Praktik

18

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1

D. Kegunaan Penulisan ........................................................................ 2

E. Metode Penulisan ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Etika dalam Produksi ...................................................................... 3

B. Cara Terbaik Menjalankan Bisnis .................................................. 5

C. Strategi Bisnis ................................................................................. 6

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii