TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan...

56
Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 1 TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL Sinyal Penguatan Ekonomi EDISI II / MEI 2017

Transcript of TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan...

Page 1: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 1

TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL

Sinyal Penguatan Ekonomi

EDISI II / MEI 2017

Page 2: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

2 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Diterbitkan oleh: Badan Kebijakan Fiskal.

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal.

Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro.

Editor: Yoopi A, Noeroso L. Wahyudi, Syaifullah, Wahyu Utomo, Dewi Puspitasari, Thomas N, Suharto H, Endang Larasati.

Redaktur Pelaksana: Adriyanto.

Dewan Redaksi: Dwi Anggi Novianti, Taufan Pamungkas, Indra Budi, Abdul Aziz, Fathul Kamil, Yusuf Munandar, Bhayu Purnomo.

Desain Grafis: Rizki Saputri, Johan Zulkarnain, Bagus Handoko.

Foto Sampul/Foto Ilustrasi: Bramantiyo/Masyitha Mutiara Ramadhan

Sekretariat: Puguh, Innes Clara, Dhoni, Adi Triyono.

Alamat Redaksi: Gedung R.M. Notohamiprodjo, Jalan Dr. Wahidin Raya Nomor 1 Jakarta 10710.

Situs Web: www.fiskal.kemenkeu.go.id

Tinjauan Kebijakan Fiskal diterbitkan oleh Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian

Keuangan, dengan periode publikasi dwi-bulanan dan memuat mengenai

perkembangan kebijakan ekonomi, fiskal, dan keuangan terkini.

EDISI II / Mei 2017

Foto Sampul : Pembangunan Gedung di Kawasan Bekasi

Page 3: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 3

Tinjauan

EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL

Edisi II / Mei 2017

Page 4: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

4 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

VISI

“Menjadi unit terpercaya dalam perumusan kebijakan fiskal dan sektor keuangan yang antisipatif dan responsif untuk mewujudkan masyarakat Indonesia sejahtera”

Page 5: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 5

KATA PENGANTAR Sinyal penguatan ekonomi terus berlanjut. Aktivitas perdagangan dan harga komoditas global

yang membaik mendorong kinerja ekspor dan impor Indonesia sehingga mendukung

pencapaian pertumbuhan ekonomi 5,0 persen pada triwulan pertama 2017. Di sisi fiskal,

kinerja pelaksanaan anggaran juga terpantau mengalami perbaikan dibanding tahun lalu.

Kesuksesan pelaksanaan program Amnesti Pajak yang berakhir pada pada 31 Maret, juga

menandai momentum penguatan kebijakan fiskal ke depan. Kondisi makro dan fiskal yang

sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus

berjalan, serta posisi sovereign credit rating yang semakin kuat dengan diperolehnya

investment grade dari Standard and Poors.

Tinjauan Ekonomi, Keuangan, dan Fiskal Edisi II Tahun 2017 ini mengambil tajuk Sinyal

Penguatan Ekonomi yang mencoba menggambarkan perkembangan perekonomian global dan

domestik sepanjang triwulan pertama 2017. Tajuk yang diambil ini juga merefleksikan

optimisme atas kondisi di masa depan.

Tinjauan ini merupakan terbitan dwi-bulanan yang menyajikan data-data dan informasi terkini

mengenai ekonomi makro dan kebijakan fiskal. Diharapkan, materi yang terangkum dalam

Tinjauan ini dapat menjadi referensi bagi para pemangku kepentingan dan masyarakat luas

dalam memahami kondisi ekonomi dan kebijakan fiskal terkini. Dengan pemahaman tersebut,

para pemangku kepentingan dan masyarakat dapat memberikan quality control terhadap

kebijakan yang disusun pemerintah. Hal ini sejalan dengan visi Badan Kebijakan Fiskal sebagai

unit perumus kebijakan fiskal yang terpercaya, antisipatif, dan responsif.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Indonesia-Australia Government Partnership

Fund yang telah mendukung kelancaran terbitnya Tinjauan ini. Kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca sangat kami butuhkan untuk perbaikan ke depan.

Selamat membaca.

Mei 2017

Suahasil Nazara

Kepala Badan Kebijakan Fiskal

Page 6: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

6 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 5

Daftar Isi 6

Abreviasi 7

Ringkasan Eksekutif 8

Executive Summary 10

Bagian I: Tinjauan Perkembangan Ekonomi Makro 13

A. Aktivitas Perekonomian Global Meningkat Pada Triwulan I 2017 14

B. Pertumbuhan PDB Triwulan I 2017: Keberlanjutan Momentum Perbaikan 19

C. Stabilitas Ekonomi Terjaga, Neraca Perdagangan Membaik 23

D. Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat 28

E. Perkembangan Pasar Modal Indonesia Sampai dengan Triwulan Pertama 2017 31

F. Tinjauan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia 34

Bagian II: Analisis Kinerja APBN Triwulan Pertama 2017 37

Review Kinerja APBN Triwulan Pertama 2017 38

Realisasi Program Amnesti Pajak 41

Lampiran Data Ekonomi Makro dan APBN 49

A. Data Perkembangan Indikator Ekonomi Makro 2016 50

B. Data Penyerapan APBN Hingga Triwulan Pertama 2017 51

Page 7: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 7

ABREVIASI 7DRR : (suku bunga) 7-Day Reverse Repo LDR : Loan to Deposit Ratio

AEoI : Automatic Exchange of LNPRT : Lembaga Non-Profit yang

Information Melayani Rumah Tangga

APBD : Anggaran Pendapatan dan Migas : Minyak dan Gas

Belanja Daerah NIM : Net Interest Margin

APBN : Anggaran Pendapatan dan NPL : Non Performing Loan

Belanja Negara PDB : Produk Domestik Bruto

APBNP : Anggaran Pendapatan dan Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah

Belanja Negara Perubahan PLTP : Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

AS : Amerika Serikat PMA : Penanaman Modal Asing

ASEAN : Association of Southeast Asian PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri

Nations PMK : Peraturan Menteri Keuangan

BBM : Bahan Bakar Minyak PMTB : Pembentukan Modal Tetap Bruto

BLU : Badan Layanan Umum PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak

BoJ : Bank of Japan PP : Peraturan Pemerintah

BOPO : Beban Operasional PPh : Pajak Penghasilan

terhadap Pendapatan PPN : Pajak Pertambahan Nilai

Operasional PT : Perseroan Terbatas

bps : basis points qoq : quarter on quarter

BPS : Badan Pusat Statistik ROA : Return on Asset

Brexit : British Exit S&P : Standard and Poor’s

BUMN : Badan Usaha Milik Negara SILPA : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

CAR : Capital Adequacy Ratio SPAN : Sistem Perbendaharaan dan Anggaran

DAK : Dana Alokasi Khusus Negara

DAU : Dana Alokasi Umum SPN : Surat Perbendaharaan Negara

DJP : Direktorat Jenderal Pajak SPT : Surat Pemberitahuan

DPK : Dana Pihak Ketiga STNK : Surat Tanda Nomor Kendaraan

ECB : European Central Bank SUN : Surat Utang Negara

FOMC : Federal Open Market Committee TEPRA : Tim Evaluasi dan Pengawasan

ICP : Indonesian Crude Price Realisasi APBN dan APBD

IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan The Fed : The Federal Reserve

IKK : Indeks Keyakinan Konsumen TKDD Transfer ke Daerah dan Dana Desa

IMF : International Monetary Fund UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah

IRU : Investor Relation Unit UU : Undang-Undang

JCR : Japan Credit Rating VA : Volt-ampere

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional WEO : World Economic Outlook

KI : Kredit Investasi WP : Wajib Pajak

KK : Kredit Konsumsi yoy : year on year

KMK : Kredit Modal Kerja ytd : year to date

Page 8: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

8 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

RINGKASAN EKSEKUTIF Aktivitas perekonomian global pada triwulan pertama 2017 mulai menunjukkan peningkatan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut antara lain

ditunjukkan oleh indikator aktivitas perdagangan global yang meningkat seperti total

perdagangan Tiongkok yang tumbuh sebesar 15,6 persen pada Maret 2017. Selain itu,

peningkatan aktivitas ekonomi juga ditunjukkan oleh harga komoditas yang membaik serta

Indeks Pembelian Manager untuk manufaktur yang berada di zona ekspansi. Perbaikan

ekonomi global juga ditunjukkan oleh membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS) dengan

naiknya suku bunga acuan The Fed sebesar 25 bps pada Maret 2017. Secara umum, ekonomi

global tahun 2017 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 3,5 persen di tahun 2017, membaik

dibandingkan pertumbuhan di tahun 2016 yang sebesar 3,1 persen dan merupakan

pertumbuhan terendah sejak krisis keuangan global. Meskipun prospek ekonomi global tahun

2017 diperkirakan membaik, namun masih dibayangi oleh beberapa ketidakpastian seperti

arah kebijakan ekonomi di AS, serta kondisi geopolitik di beberapa kawasan.

Di sisi domestik, perekonomian Indonesia terus menunjukkan tren perbaikan dengan

pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0 persen (yoy) pada triwulan pertama tahun 2017. Perbaikan

ekonomi triwulan ini didukung oleh perbaikan kinerja ekspor dan impor. Sementara itu, laju

inflasi hingga akhir triwulan pertama 2017 tercatat terkendali sebesar 1,19 persen (ytd) atau

sebesar 3,61 (yoy), masih dalam rentang sasaran inflasi 4,0+1,0 persen. Sejalan dengan hal

tersebut, pergerakan nilai tukar Rupiah cukup stabil di kisaran Rp13.345 yang ditopang oleh

arus modal asing yang cukup besar di pasar keuangan Indonesia. Kondisi fundamental ekonomi

domestik yang sehat serta stabilitas yang terjaga tersebut membuat Bank Indonesia

mempertahankan suku bunga acuan 7DRR di level 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur

tanggal 15-16 Maret 2017.

Pada triwulan pertama 2017, kesehatan kondisi domestik juga ditunjukkan oleh keseimbangan

eksternal yang terus membaik. Neraca pembayaran Indonesia mampu mencatatkan surplus,

setelah pada periode yang sama tahun lalu tercatat defisit, sehingga mendorong kenaikan

cadangan devisa. Terdorong oleh perbaikan harga komoditas serta permintaan yang

meningkat, neraca perdagangan juga mencatatkan surplus sebesar 3,95 miliar dolar AS, lebih

tinggi dibandingkan surplus neraca perdagangan pada triwulan sebelumnya dan periode yang

sama tahun 2016. Di sisi perbankan, pertumbuhan kredit perbankan masih tercatat tumbuh

melambat meskipun kondisi likuiditas cukup baik yang ditunjukkan oleh kenaikan DPK.

Sementara itu di pasar keuangan, IHSG terus menunjukkan kinerja yang positif. Dengan telah

diperolehnya posisi investment grade dari S&P serta positive outlook dari lembaga rating

lainnya, pasar keuangan Indonesia memiliki prospek ke depan yang semakin baik.

Dengan kondisi ekonomi makro yang membaik, tekanan terhadap sisi fiskal juga sedikit mereda.

Secara umum, kinerja APBN pada triwulan pertama 2017 lebih baik dibandingkan dengan

kinerja pada periode yang sama tahun 2016. Hal ini didukung oleh suksesnya program-program

yang dijalankan oleh pemerintah, seperti Amnesti Pajak yang mendukung optimalisasi

pendapatan, serta pre-funding yang mendukung akselerasi belanja yang berkualitas. Dengan

Page 9: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 9

demikian, hingga triwulan pertama tahun 2017, kesinambungan fiskal dapat terjaga dengan

tingkat defisit yang aman.

Realisasi pendapatan negara dan belanja negara tercatat lebih baik dibandingkan periode yang

sama tahun lalu. Realisasi pendapatan negara mencapai Rp295,1 triliun atau 16,9 persen dari

target. Sementara itu, realisasi belanja negara secara umum mencapai Rp400 triliun atau 19,2

persen dari alokasi. Di sisi belanja tersebut, alokasi dan realisasi untuk belanja modal

meningkat. Dengan adanya perbaikan di sisi Pendapatan serta penyerapan Belanja, realisasi

defisit APBN terkendali sebesar Rp104,9 triliun atau 0,77 persen terhadap PDB. Upaya untuk

menciptakan pelaksanaan APBN yang efektif dan efisien sudah mulai masuk dalam kebijakan

desentralisasi fiskal. Hal tersebut antara lain melalui upaya mendorong peningkatan kualitas

pemanfaatan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD), di mana mulai tahun 2017 dilakukan

pengaturan pemanfaatan sebagian Dana Transfer Umum (DTU) untuk belanja infrastruktur.

Pengelolaan fiskal yang baik juga ditunjukkan oleh realisasi program Amnesti Pajak yang telah

berakhir pada tanggal triwulan pertama 2017. Program tersebut terhitung sukses dengan

menghasilkan penerimaan dan deklarasi harta yang lebih tinggi dibandingkan dengan program

serupa di negara lain. Meskipun demikian, jumlah peserta yang mengikuti Amnesti Pajak serta

nilai repatriasi masih di bawah potensi yang diperkirakan. Selanjutnya, data dan informasi yang

didapat dari program tersebut menjadi modal penting untuk terus memperkuat sistem

perpajakan antara lain untuk memperluas basis pajak dan meningkatkan kepatuhan.

Meskipun hingga triwulan pertama 2017 kondisi makro fiskal menunjukkan sinyal penguatan,

beberapa tantangan baik global maupun domestik harus diwaspadai. Di sisi global,

perkembangan kebijakan ekonomi dan politik yang terjadi perlu untuk terus mendapat

perhatian. Sementara di sisi domestik, tantangan terletak pada pemanfaatan momentum

perbaikan persepsi investasi, seperti dari lembaga rating, agar betul-betul dapat terealisasi

menajdi peningatan investasi yang bermanfaat bagi perekonomian. Selain itu, penguatan

kebijakan fiskal juga harus terus dilakukan agar efektivitas dan efisiensi fiskal dapat terwujud

guna mendukung, pertumbuhan serta mengurangi kemiskinan dan ketimpangan.

Page 10: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

10 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

EXECUTIVE SUMMARY Global economic activity in the first quarter of 2017 began to show improvement, as indicated

by increases in global trade activities, improved consumption indicators in several major

countries, and expansion in the Purchasing Managers Index for manufacturing. In the US, the

economic improvement was indicated by a 25 bps rise in the Federal Fund Rate in March 2017.

The global economy is projected to grow by 3.5 percent in 2017, better than 2016 global

economic growth of 3.1 percent. Although the global economic outlook for 2017 is improved,

it still faces some uncertainties such as the economic policy direction in the US, as well as post-

election geopolitical conditions in Europe.

Domestically, Indonesia's economy continues to show an upward trend with economic growth

of 5.0 percent (yoy) in the first quarter of 2017. This economic recovery is supported by

improved export and import performance. Meanwhile, the inflation rate until the end of the

first quarter of 2017 was under control at 1.19 percent (ytd) or 3.61 (yoy), still within the

4.0+1.0 percent inflation target range. In line with this, the movement of the rupiah exchange

rate is quite stable in the range of Rp13,345, which is sustained by considerable foreign capital

flows in the Indonesian financial market. These healthy domestic economic fundamentals

condition prompted Bank Indonesia to keep the 7DRR rate at 4.75 percent at the Board of

Governors' Meeting on 15-16 March 2017.

The sound state of domestic economic conditions was shown through the improved external

balance. Indonesia's balance of payments recorded a surplus, after it recorded a deficit in the

same period last year, prompting an increase in foreign exchange reserves. Driven by

commodity price improvements and rising demand, the trade balance also posted a surplus of

3.95 billion US dollars, higher than the trade balance surplus in the previous quarter and the

same period in 2016. Banking credit growth is still growing slowly despite good liquidity

conditions demonstrated by the increase in Third Party Fund. Meanwhile, in the financial

market, JCI continues to show a positive performance. Given the investment grade decision

from S&P rating agency, as well as the positive outlook of other rating agencies, Indonesian

financial market has attractive future prospect.

With improved macroeconomic conditions, fiscal’s pressures eased. In general, the performance

of the APBN in the first quarter of 2017 is better than the performance in the same period of

2016. This is supported by the success of government programs such as Tax Amnesty that

support revenue optimization, as well as pre-funding to support expenditure acceleration.

Realized state revenues and state expenditures were recorded better than the same period last

year. State revenue realization reached Rp295.1 trillion or 16.9 percent of the target.

Meanwhile, public expenditure reached Rp400 trillion or 19.2 percent of the target. With

improvements in the State Revenue and State Expenditures’ absorption, the realization of the

state budget deficit is at a manageable level of Rp104.9 trillion (or 0.77 percent of GDP). The

Government continues to commit to creating effective and efficient State Budget

Page 11: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 11

implementation including via fiscal decentralization policies such as the Transfer to Region

Funds to accelerate infrastructure spending.

Good fiscal management is also demonstrated by the realization of the Tax Amnesty program

that ended on 31 March 2017. The program has been successful by generating higher revenue

receipts and asset declarations compared to similar programs in other countries. Nevertheless,

the number of participants who joined the Tax Amnesty program, as well as the total

repatriation, is still below the estimated potential. Furthermore, the data and information

gained from the Tax Amnesty program will be the important asset to continuously strengthen

the tax system, among others, to expand the tax base and improve compliance.

Although fiscal and macroeconomic conditions in the first quarter of 2017 has shown

strengthening signals, some global and domestic challenges still need to be cautioned. On the

global side, some major countries’ economic policies and political development need to be

monitored continously. On the domestic side, one of the challenges lies on how to take

advantage from the improvement in investment perceptions, such as rating increase from the

rating agencies. This momentum should be utilized so that Indonesia can increase its

investment realization. Other challenge is to strengthen fiscal policy to increase its

effectiveness and efficiency. Strengthening fiscal policy should be the priority to further

support the economic growth and help reducing poverty and inequality.

Page 12: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

12 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Page 13: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 13

BAGIAN I TINJAUAN

PERKEMBANGAN

EKONOMI MAKRO Indikator-indikator ekonomi seperti perdagangan global

dan Indeks Pembelian Manager untuk Manufaktur

menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian global pada

triwulan pertama 2017 mulai membaik. Di sisi domestik,

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama

2017 tercatat sebesar 5,0 persen (yoy) dengan indikator

makro ekonomi lainnya yang juga relatif terjaga.

Page 14: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

14 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

A. Aktivitas Perekonomian Global Meningkat Pada Triwulan I 2017

Grafik 1. (a) Pertumbuhan Total Perdagangan, dan (b) Normalisasi Suku Bunga Federal Reserve

(dalam persen, yoy) (dalam persen)

(a) (b)

Sumber: Bloomberg dan WEO IMF

Memasuki triwulan pertama 2017, aktivitas perekonomian global mulai menunjukkan

peningkatan. Membaiknya konsumsi di negara-negara besar serta Indeks Pembelian Manager

untuk manufaktur yang berada di zona ekspansi merupakan beberapa indikator yang

menunjukkan peningkatan aktivitas tersebut. Di sisi perdagangan, peningkatan aktivitas juga

mulai terlihat dibandingkan dengan tahun sebelumnya (lihat grafik 1a). Hal ini antara lain

didorong oleh harga komoditas yang berangsur membaik, meski laju kenaikan harga minyak

sedikit tertahan oleh cukup tingginya cadangan minyak AS.

Di AS, kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve sebesar 25 bps pada 15 Maret 2017 menjadi

sinyal membaiknya kinerja perekonomian negara tersebut (lihat grafik 1b). Langkah normalisasi

kebijakan moneter tersebut dilatarbelakangi oleh tingkat pengangguran AS hingga Maret 2017

yang mengalami penurunan menjadi 4,5 persen, serta inflasi pada Maret 2017 yang sebesar

2,4 persen dan telah memenuhi target The Fed. Meski demikian, realisasi pertumbuhan

ekonomi AS pada triwulan pertama 2017 meleset dari ekspektasi dengan hanya tumbuh

sebesar 1,9 persen (yoy).

Melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat yang memiliki porsi dua pertiga dari PDB,

berkontribusi pada realisasi pertumbuhan ekonomi AS yang lebih rendah dari ekspektasi

tersebut. Selain tergerus oleh inflasi yang cukup tinggi, rendahnya konsumsi masyarakat juga

disebabkan oleh faktor musim dingin. Belanja pemerintah juga tercatat rendah dengan adanya

pemotongan belanja pertahanan militer. Meski demikian, data keyakinan konsumen yang

cenderung lebih tinggi pada triwulan pertama 2017 dibandingkan dengan tahun 2016

mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi AS berpotensi untuk kembali meningkat.

Kondisi investasi yang baik juga diperkirakan akan berlanjut. Ke depan, patut diwaspadai

kebijakan AS mengenai proteksionisme dan pemotongan pajak, yang dapat memberikan

tantangan dan risiko tersendiri bagi perekonomian AS dan negara lain.

-25,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

Jan

-15

Mar

-15

Mei

-15

Jul-

15

Sep

-15

No

v-1

5

Jan

-16

Mar

-16

Mei

-16

Jul-

16

Sep

-16

No

v-1

6

Jan

-17

Mar

-17

Tiongkok US

EU Jepang

1,0

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

J M M J S N J M M J S N J M

2015 2016 2017

Page 15: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 15

Proteksionisme, pemotongan secara signifikan terhadap pajak korporasi, serta peningkatan

belanja pemerintah menjadi kebijakan yang telah diwacanakan oleh pemerintahan baru AS.

Kebijakan perdagangan AS yang protektif diwujudkan dengan dikeluarkannya dua executive

orders pada tanggal 31 Maret, yang berisi pengenaan pungutan antidumping dan pungutan

impor tambahan, serta Omnibus Report on Significant Trade Deficits yang mengharuskan

jajaran pemerintahan AS terkait memberikan informasi komprehensif mengenai praktik unfair

trade yang dilakukan mitra dagang AS yang menyebabkan AS tersebut mencatatkan defisit

neraca perdagangan besar. Langkah proteksionisme AS tersebut berisiko menciptakan

hambatan perdagangan internasional serta berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan

ekonomi global secara umum. Sementara itu, wacana penurunan tarif pajak korporasi di satu

sisi dapat menjadi pendorong investasi, namun di sisi lain, peningkatan belanja pemerintah

memiliki risiko terciptanya pelebaran defisit fiskal AS yang dapat berujung pada kenaikan imbal

hasil dan mendorong penarikan arus modal dari negara berkembang.

Di kawasan Eropa, pertumbuhan ekonomi Zona Euro pada triwulan pertama tumbuh cukup solid

sebesar 1,7 persen (yoy). Secara triwulanan, meski terdapat beberapa momentum politik

seperti berlanjutnya proses Brexit serta diselenggarakannya pemilihan umum di Perancis,

pertumbuhan ekonomi di Zona Euro masih tercatat tumbuh sebesar 0,5 persen (qoq), tidak

berubah dari triwulan sebelumnya dan sejalan dengan perkiraan para analis. Secara umum,

faktor risiko ekonomi di Zona Euro semakin menurun dengan ditopang oleh perbaikan

konsumsi, pertumbuhan tingkat upah, dan pemulihan ekonomi global yang diperkirakan dapat

mendorong aktivitas perdagangan internasional. ECB juga mulai mengurangi volume

pembelian aset, meski kebijakan tersebut bukan pertanda berakhirnya kebijakan moneter

longgar yang sedang mereka tempuh. Indikator inflasi Zona Euro yang masih berada di bawah

target ECB sebesar 2,0 persen masih belum memungkinkan kawasan tersebut menaikkan suku

bunga acuan dan mengubah skema stimulus ekonominya.

Di sisi lain, Jepang masih menghadapi tantangan inflasi rendah meskipun pasar tenaga kerja

mendekati kondisi optimal. BoJ menurunkan proyeksi inflasi tahun 2017 sebesar 0,1

percentage point, yakni dari 1,5 persen menjadi 1,4 persen. Untuk menghadapi tantangan

tersebut, Jepang masih melanjutkan program stimulus ekonomi berupa pembelian aset, serta

mempertahankan kebijakan suku bunga negatif. Masih rendahnya inflasi di Jepang antara lain

disebabkan oleh adanya penyesuaian tingkat upah dan berlebihnya persediaan (supply

produksi) yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat yang cukup kuat.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok di triwulan pertama 2017 tercatat sebesar 6,9

persen (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan keempat 2016

yang tumbuh sebesar 6,8 persen (yoy) dan melebihi proyeksi para ekonom. Tingginya serapan

belanja pemerintah dan kuatnya belanja konsumen menjadi penopang utama atas realisasi

pertumbuhan Tiongkok tersebut. Di sisi perdagangan, neraca perdagangan Tiongkok

mengalami surplus sebesar 65,6 miliar dolar AS, meski pada bulan Februari sempat mencatat

defisit 9,1 miliar dolar AS yang merupakan defisit pertama sejak Februari 2014. Sementara itu,

sebagai upaya menjaga kestabilan sektor keuangan, pemerintah Tiongkok sempat

memberlakukan kebijakan administratif untuk mengontrol aliran modal asing. Ketidakstabilan

Page 16: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

16 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

tersebut sempat terindikasi dari cadangan devisa di bulan Januari 2017 yang berada di bawah

3 triliun dolar AS, atau di bawah batas psikologis. Namun demikian, cadangan devisa Tiongkok

pada bulan Februari dan Maret telah kembali meningkat di atas 3 triliun dolar AS.

Grafik 2. Bloomberg Commodity Price Index

(dalam indeks)

Tren peningkatan juga nampak pada harga

komoditas, melanjutkan tren yang sudah

terjadi sejak pertengahan tahun 2016.

Beberapa faktor yang mendorong perbaikan

tren harga komoditas adalah aktivitas

perekonomian yang memang sedang

menguat yang mendorong permintaan, serta

beberapa perjanjian terkait dengan

pembatasan persediaan minyak. Kenaikan

harga komoditas ini cukup membantu kinerja

negara-negara eksportir komoditas, namun

di sisi lain mendorong inflasi global.

Sumber: Bloomberg dan WEO IMF

Secara umum, ekonomi global diproyeksikan akan tumbuh 3,5 persen di tahun 2017. Proyeksi

pertumbuhan tahun 2017 tersebut lebih baik dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 3,4

persen. Meski proyeksi tahun 2017 direvisi meningkat, proyeksi untuk jangka panjang tetap

moderat karena beberapa risiko yang masih membayangi. Salah satu risiko yang paling

menonjol adalah adanya tren proteksionisme, terutama di negara maju, yang mengancam

kondisi perdagangan internasional. Hal tersebut salah satunya ditunjukkan oleh volume

ekspor barang dan jasa ekspor negara maju yang diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 persen

pada tahun 2017 dan kemudian tumbuh melambat menjadi 3,2 persen pada tahun 2018.

Adapun impor barang dan jasa di negara maju pada 2017 dan 2018 diproyeksikan akan

tumbuh sebesar 4,0 persen. Secara keseluruhan, volume perdagangan pada tahun 2017 dan

2018 diproyeksikan tumbuh sebesar masing-masing 3,8 persen dan 3,9 persen.

Tabel 1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

(dalam persen, yoy)

Sumber: WEO IMF

50

60

70

80

90

100

110

120

130

Jan

-15

Mar

-15

May

-15

Jul-

15

Sep

-15

No

v-1

5

Jan

-16

Mar

-16

May

-16

Jul-

16

Sep

-16

No

v-1

6

Jan

-17

Mar

-17

Index Harga Komoditas Global

Makanan dan Pertanian

Logam

Minyak Mentah Dunia

Pertumbuhan Ekonomi

2015 2016 2017p 2018p Pertumbuhan Ekonomi

2015 2016 2017p 2018p

Global 3,4 3,1 3,5 3,6 Negara Berkembang 4,2 4,1 4,5 4,8 Negara Maju 2,1 1,7 2,0 2,0 Rusia -2,8 -0,2 1,4 1,4

AS 2,6 1,6 2,3 2,5 Tiongkok 6,9 6,7 6,6 6,2 Zona Euro 2,0 1,7 1,7 1,6 India 7,9 6,8 7,2 7,7

- Jerman 1,5 1,8 1,6 1,5 ASEAN-5 4,8 4,9 5,0 5,2

- Perancis 1,3 1,2 1,4 1,6 Brazil -3,8 -3,6 0,2 1,7 - Italia 0,8 0,9 0,8 0,8 Volume Perdagangan 2,7 2,2 3,8 3,9

Inggris 2,2 1,8 2,0 1,5 Brent (USD/barrel) 52,4 44,0 56,3 55,9

Jepang 1,2 1,0 1,2 0,6 WTI (USD/barrel) 48,7 43,2 54,4 54,5

Page 17: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 17

Boks 1. Perkembangan Rating Indonesia

Pada tanggal 19 Mei 2017, lembaga rating internasional Standard and Poor’s (S&P)

memberikan kenaikan peringkat utang indonesia dari BB+ positive outlook menjadi BBB-

stable outlook, atau peringkat layak investasi (investment grade). Langkah S&P tersebut

melengkapi investment grade yang telah diperoleh Indonesia dari lembaga pemeringkat

lain yakni Fitch, Moody’s, dan Japan Credit Rating (JCR), dan Rating and Investment (R&I).

Dalam laporannya S&P mengapresiasi langkah pemerintah khususnya di dalam

pengelolaan fiskal yang disiplin dan pruden, sebagai salah satu alasan utama bagi S&P

dalam memberikan posisi Investment Grade tersebut.

Di luar S&P, lembaga rating internasional lainnya—Fitch2, Moody’s3, JCR4, dan R&I5—telah

mengafirmasi peringkat utang Indonesia pada kategori Investment Grade sekaligus

meningkatkan outlook peringkat utang Indonesia dari stable menjadi positive. Outlook

positive ini dapat diartikan bahwa peringkat utang Indonesia dapat mengalami peningkatan

(upgrade) dalam kurun waktu 12 bulan ke depan. Dalam kondisi ketidakpastian dalam pasar

keuangan global, peningkatan outlook peringkat utang ini merupakan informasi yang amat

baik bagi Indonesia.

Peningkatan peringkat utang diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi

perekonomian Indonesia, melalui perluasan basis investor dan menurunkan imbal hasil

(yield) Surat Berharga Negara. Potensi penurunan yield diharapkan tidak hanya terjadi bagi

instrumen surat utang yang diterbitkan pemerintah, tetapi juga swasta dan BUMN. Hal ini

tentunya dapat membantu sektor privat dalam memperoleh sumber pembiayaan yang

lebih murah. Di samping dampak terhadap sektor keuangan, perbaikan peringkat ini

diharapkan akan dapat mendorong investasi langsung, baik dari dalam maupun luar negeri,

yang pada akhirnya akan dapat menopang pertumbuhan ekonomi.

Perbaikan outlook atau peningkatan rating dalam kondisi perekonomian yang sedang

berjalan baik dapat memberikan dorongan tambahan bagi perekonomian secara

keseluruhan. Hal ini seperti yang tampak pada perekonomian Indonesia pasca

mendapatkan investment grade dari Moody’s dan Fitch masing-masing di akhir tahun 2011

dan awal tahun 2012. Tingkat imbal hasil surat berharga negara secara berangsur

mengalami penurunan sejalan dengan creditworthiness yang dianggap membaik.

Dalam tiga tahun terakhir, perhatian utama lembaga rating terhadap Indonesia terletak

pada, antara lain, mengenai tingkat kerentanan ekonomi Indonesia terhadap guncangan

eksternal, komitmen pemerintah dalam melakukan reformasi struktur ekonomi (meliputi

reformasi fiskal dan struktural), serta kebijakan menjaga stabilitas ekonomi domestik. Tim

Investor Relation Unit (IRU) Kementerian Keuangan, bersama dengan Tim IRU Nasional,

selalu aktif berkomunikasi dengan lembaga rating untuk memberikan informasi terkini

serta update kebijakan atas isu-isu yang menjadi perhatian dari lembaga rating.

Boks 2. Tugas Berat Tim Reformasi Perpajakan

Page 18: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

18 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Jika melihat pencapaian indikator perekonomian dan pengelolaan anggaran Indonesia dalam

beberapa tahun terakhir, indikator kunci yang digunakan pada metodologi lembaga rating

menunjukan pencapaian yang positif. Dalam lima tahun terakhir, perekonomian Indonesia

mencapai rata-rata pertumbuhan sebesar 5 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan

negara-negara yang memiliki peringkat utang yang sama dengan Indonesia (peer

countries). Kondisi ini juga didukung dengan perbaikan neraca pembayaran Indonesia

dalam dua tahun terakhir, sebagaimana tercermin pada tren peningkatan cadangan devisa

hingga saat ini.

Kementerian Keuangan, telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga agar tantangan dari

sisi fiskal dapat dikelola dengan kredibel. Secara faktual, apabila dibandingkan dengan peer

countries, kondisi pengelolaan fiskal Indonesia jauh lebih pruden dengan defisit dan tingkat

utang dapat dijaga pada tingkat moderat. Selain itu, pemerintah telah dapat mengelola

dampak gejolak kondisi global untuk tidak menyebabkan pelebaran defisit yang berlebihan.

Pencapaian penerimaan nasional yang dipengaruhi gejolak global juga diantisipasi melalui

kebijakan realokasi belanja dan penghematan. Pencapaian sisi fiskal Indonesia, khususnya

mengenai disiplin pengelolaan anggaran, telah mendapatkan apresiasi dari para lembaga

rating.

Peningkatan keyakinan lembaga rating terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia

juga ditunjukan dengan tingginya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh lembaga

rating. Fitch memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,4 persen

pada tahun 2017 dan 5,7 persen pada tahun 2018. Sementara Moody’s, perekonomian

Indonesia akan tumbuh sebesar 5,0 persen pada tahun 2017 dan 5,2 persen pada tahun

2018. Adapun S&P sebagai lembaga yang paling akhir melakukan perubahan peringkat

utang Indonesia, memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2017 dan 2018

masing-masing 5,3 persen dan 5,4 persen.

Secara keseluruhan, lembaga rating terus mengikuti perkembangan perekonomian

Indonesia, khususnya program reformasi struktur ekonomi. Perkembangan dari reformasi

perpajakan dan terobosan paket kebijakan baru menjadi faktor penting bagi lembaga rating

dalam melihat potensi perekonomian Indonesia di masa depan. Saat ini, sebagai bagian

dari Tim IRU Nasional, Tim IRU Kementerian Keuangan terus menjaga komunikasi dengan

para lembaga rating. Peningkatan peringkat utang Indonesia merupakan bagian dari

strategi pemerintah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan

berkeadilan.

https://www.standardandpoors.com 2 https://www.fitchratings.com/site/pr/1016832 3 https://www.moodys.com/research/Moodys-changes-outlook-on-Indonesias-rating-to-positive-from-stable--PR_361047 4 https://www.jcr.co.jp/download/a924a1f9c0a2afbb903a69e38b0dc60b9b928593e828a2d20e/16i0077_f.pdf 5 https://www.r-i.co.jp/eng/body/cfp/news_release_A/2017/04/news_release_2017-A-0305_01.pdf 6 Sumber data: CEIC, IMF

Page 19: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 19

B. Pertumbuhan PDB Triwulan I 2017: Keberlanjutan Momentum

Perbaikan

Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2017 sebesar 5,0 persen (yoy) atau sebesar -0,3

persen (qoq). Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

triwulan yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar 4,92 persen. Perbaikan ekonomi terus

berlanjut didukung oleh perbaikan kinerja ekspor dan impor. Sejak akhir tahun 2016,

peningkatan kinerja ekspor dan impor yang cukup signifikan menjadi faktor positif pendorong

ekonomi. Sementara itu, komponen terbesar pembentuk PDB yakni konsumsi dan investasi

tumbuh relatif stabil. Dari sisi lapangan usaha seluruh sektor mampu mencatatkan

pertumbuhan positif kecuali sektor pertambangan. Sektor yang tercatat menjadi penyumbang

utama pertumbuhan adalah pertanian dan jasa.

Tabel 2. Pertumbuhan PDB triwulan pertama 2017 didukung oleh perbaikan kinerja ekspor dan impor.

(dalam persen, yoy)

Sumber: BPS

Konsumsi rumah tangga stabil, didorong oleh pertumbuhan konsumsi Lembaga Non Profit

Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang tinggi. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,0

persen atau terendah sejak pertengahan 2011. Namun, secara total, konsumsi mampu

tumbuh stabil dengan dukungan LNPRT yang tumbuh tinggi sebesar 8,0 persen. Aktivitas

Pilkada dan kegiatan sosial menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan LNPRT. Lebih

lanjut, pada triwulan pertama 2017 tingkat inflasi relatif terjaga meskipun ada sedikit lonjakan

pada bulan Januari 2017 akibat kenaikan biaya Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Di sisi

lain, terjadi penurunan harga bahan pokok seperti beras, daging ayam, cabai, dan telur pada

akhir triwulan pertama 2017.

Konsumsi pemerintah memberikan sinyal positif di awal tahun. Konsumsi Pemerintah mampu

tumbuh positif yaitu 2,7 persen, meskipun sedikit lebih rendah dari triwulan yang sama tahun

2016. Kinerja konsumsi pemerintah ini terkait dengan pertumbuhan realisasi belanja barang

dan pegawai yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan pertama tahun 2016

meskipun belanja sosial mengalami kenaikan pertumbuhan. Selain faktor tersebut, belanja

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) juga mendukung kinerja konsumsi

pemerintah pada triwulan pertama 2017.

Komponen Pengeluaran

2015 2016 2017

Q1 Q2 Q3 Q4 Y Q1 Q2 Q3 Q4 Y Q1

Kons. RT dan LNPRT 4,7 4,7 5,0 5,0 4,8 5,0 5,1 5,0 5,0 5,0 5,0

Kons. Pemerintah 2,9 2,6 7,1 7,1 5,3 3,4 6,2 -2,9 -4,0 -0,1 2,7

PMTB 4,6 4,0 4,9 6,4 5,0 4,7 4,2 4,2 4,8 4,5 4,8

Ekspor -0,7 -0,3 -0,9 -6,4 -2,1 -3,3 -2,2 -5,6 4,2 -1,7 8,0

Impor -2,6 -7,4 -6,6 -8,7 -6,4 -5,1 -3,2 -3,7 2,8 -2,3 5,0

PDB 4,8 4,7 4,8 5,2 4,9 4,9 5,2 4,9 5,0 5,0 5,0

Page 20: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

20 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 4,8 persen atau lebih tinggi dari

pertumbuhan di triwulan pertama 2016. Pertumbuhan PMTB didukung oleh pertumbuhan tiga

komponen terbesar yaitu bangunan, kendaraan, serta mesin dan perlengkapan. Investasi

bangunan yang mencakup lebih dari 70 persen PMTB, tumbuh sebesar 5,9 persen.

Pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan konsumsi semen dalam negeri dan

perkembangan sektor konstruksi yang juga meningkat. Sementara itu, investasi mesin dan

perlengkapan mampu mencatatkan pertumbuhan positif 1,4 persen setelah terkontraksi

selama tahun 2016. Pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan impor mesin dan peralatan

mekanik serta mesin dan peralatan listrik pada komponen impor barang modal. Seiring dengan

pertumbuhan PMTB, indikator investasi langsung tumbuh positif sebesar 13,2 persen.

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencatatkan pertumbuhan tertinggi sejak 2014

yaitu sebesar 36,5 persen. Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) naik sebesar 0,9 persen

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Dari sisi perdagangan internasional, kinerja ekspor dan impor mengalami perbaikan sejalan

dengan kenaikan permintaan global. Ekspor mampu tumbuh sebesar 8,0 persen dan impor 5,0

persen. Perbaikan kinerja ekspor didukung oleh peningkatan permintaan negara mitra dagang

utama. Berdasarkan komponen, kenaikan terjadi pada ekspor non migas, terutama ekspor

industri manufaktur. Sementara itu, kinerja impor didukung oleh pertumbuhan positif seluruh

komponen, terutama didorong oleh impor barang modal dan bahan baku. Peningkatan impor

barang modal terutama tercermin pada peningkatan impor mesin dan peralatan mekanik,

mesin, besi dan baja. Sementara impor bahan baku tercermin pada bahan bakar pelumas,

bahan bakar motor, plastik dan barang dari plastik, serta biji-bijian berminyak.

Dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor tumbuh positif kecuali sektor pertambangan. Beberapa

sektor mencatat peningkatan dan menopang pertumbuhan ekonomi nasional di triwulan

pertama 2017, antara lain: Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan, Sektor Perdagangan,

serta Sektor Informasi dan Komunikasi (tabel 3). Sektor Industri Pengolahan yang merupakan

kontributor terbesar pada perekonomian nasional tumbuh sedikit melambat. Sementara itu,

Sektor Pertambangan menjadi satu-satunya sektor yang berkontribusi negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi nasional.

Sektor Pertanian, Kehutanan, & Perikanan tumbuh tinggi sebesar 7,1 persen, terutama

didukung oleh kondisi cuaca yang lebih kondusif dibanding periode yang sama tahun lalu.

Dampak dari cuaca yang kondusif telah mendorong peningkatan produksi (hasil panen)

tanaman pangan sebesar 12,9 persen, mengindikasikan musim tanam dan panen tahun ini

bergeser lebih cepat dibanding tahun lalu. Kondisi alam yang bersahabat juga mendorong hasil

produksi perikanan lebih baik dengan tumbuh sebesar 7,1 persen terutama didukung oleh

peningkatan hasil produksi perikanan laut dan budidaya.

Sektor jasa-jasa utama terus berkontribusi positif terhadap kinerja pertumbuhan. Sektor

Informasi dan Komunikasi menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 9,1

persen, didukung oleh peningkatan layanan data komunikasi dan internet serta

berkembangnya layanan berbasis elektronik. Sektor Transportasi dan Pergudangan juga

Page 21: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 21

menunjukkan kinerja yang positif dengan tumbuh sebesar 7,7 persen ditopang oleh

peningkatan jumlah penumpang dan pengiriman barang, terutama pada angkutan udara dan

perkeretaapian. Selain itu, sektor Perdagangan Besar dan Eceran juga tumbuh sebesar 4,8

persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya, sejalan dengan peningkatan total penjualan

kendaraan, dan kinerja perdagangan internasional.

Kinerja sektor sekunder, seperti Industri Pengolahan dan Konstruksi sedikit mengalami

perlambatan. Kinerja Sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,2 persen, lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan pertama 2016 yang tumbuh sebesar 4,7 persen.

Perlambatan ini terutama disebabkan oleh kinerja beberapa industri hilir pertambangan yang

menurun, seperti industri pengilangan migas, barang galian, logam dasar, dan barang logam.

Di sisi lain, kinerja Industri Pengolahan masih didukung oleh peningkatan kinerja industri

nonmigas, seperti industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, dan industri pengolahan

berbasis agro yang mencakup industri makanan dan minuman, serta industri karet. Sementara

itu, Sektor Konstruksi tumbuh 6,3 persen, sedikit melambat meskipun masih berada di atas

rata-rata nasional. Kinerja sektor ini tumbuh sejalan dengan perkembangan kinerja investasi

bangunan (dalam PMTB) yang mendukung keberlanjutan pembangunan infrastruktur

nasional.

Sektor Pertambangan kembali mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,5 persen. Hal

tersebut terutama disebabkan oleh produksi di sektor hulu migas yang menghadapi gangguan

produksi di awal tahun, terutama untuk kegiatan produksi di laut lepas, sehingga tumbuh

negatif 4,0 persen. Di samping itu, kinerja pertambangan bijih logam juga mengalami

penurunan 0,5 persen dipengaruhi oleh penurunan kinerja produksi pada beberapa

perusahaan tambang yang masih dalam proses perubahan menuju status izin usaha

pertambangan khusus. Di sisi lain, terdapat sinyal positif dari pertambangan batubara yang

mampu kembali tumbuh positif 3,7 persen setelah mengalami pertumbuhan negatif dalam 4

triwulan sebelumnya. Perkembangan positif tersebut sejalan dengan perbaikan ekspor yang

didukung oleh tren peningkatan harga komoditas batubara.

Tabel 3. Kinerja ekonomi triwulan pertama 2017 di sisi produksi ditopang oleh kinerja sektor pertanian dan jasa

(dalam persen, yoy)

Sumber: BPS

Lapangan Usaha 2015 2016 2017

Q1 Q2 Q3 Q4 Y Q1 Q2 Q3 Q4 Y Q1

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,8 6,5 2,9 1,6 3,8 1,5 3,4 3,0 5,3 3,3 7,1

Pertambangan dan Penggalian 0,6 -3,6 -4,4 -6,0 -3,4 1,2 1,2 0,3 1,6 1,1 -0,5

Industri Pengolahan 4,1 4,2 4,6 4,4 4,3 4,7 4,6 4,5 3,4 4,3 4,2

Konstruksi 6,0 5,4 6,8 7,1 6,4 6,8 5,1 5,0 4,2 5,2 6,3

Perdagangan Besar dan Eceran 3,8 1,6 1,4 3,7 2,6 4,1 4,1 3,6 3,9 3,9 4,8

Transportasi & Pergudangan 5,8 5,9 7,3 7,7 6,7 7,9 6,9 8,3 7,9 7,7 7,6

Informasi dan Komunikasi 9,7 9,3 10,6 9,2 9,7 7,6 9,3 9,0 9,6 8,9 9,1

Jasa Keuangan dan Asuransi 8,6 2,6 10,4 12,8 8,6 9,3 13,6 9,0 4,2 8,9 5,7

Jasa-jasa lainnya 5,1 6,5 4,7 5,5 5,4 5,9 5,4 4,4 3,6 4,8 4,1

PDB 4,8 4,7 4,8 5,2 4,9 4,9 5,2 5,0 4,9 5,0 5,0

Page 22: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

22 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Secara spasial, kinerja perekonomian kawasan bervariasi. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi dan

Jawa tumbuh diatas rata-rata nasional dan mencatat pertumbuhan tertinggi dibandingkan

kawasan lain yakni masing-masing sebesar 6,9 persen dan 5,7 persen. Pertumbuhan ekonomi

Sulawesi didukung oleh sektor Pertanian sedangkan Jawa ditopang oleh sektor Industri

Pengolahan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Kalimantan juga terus menunjukan

peningkatan sejak akhir tahun 2016. Pada triwulan pertama 2017, Kalimantan tumbuh 4,9

persen dan merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2015. Sementara itu, pertumbuhan

ekonomi Bali dan Nusa Tenggara cenderung terus melambat. Pada triwulan ini, Bali dan Nusa

Tenggara tumbuh 2,4 persen atau terendah sejak 2012.

Page 23: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 23

C. Stabilitas Ekonomi Terjaga, Neraca Perdagangan Membaik

Inflasi

Laju inflasi tahun 2017 hingga akhir triwulan pertama tercatat sebesar 1,19 persen (ytd) atau

sebesar 3,61 (yoy), masih dalam rentang sasaran inflasi 4,0+1,0 persen. Pada tiga bulan pertama

di tahun 2017, tekanan inflasi terbesar masih berasal dari sisi administered price atau harga

yang diatur pemerintah. Meskipun demikian, tekanan di sisi administered price dapat

diimbangi oleh harga pangan yang terkendali. Penurunan harga pangan yang terjadi di bulan

Maret mampu meredam tekanan inflasi sehingga laju inflasi tahunan pada akhir triwulan jauh

lebih rendah dibandingkan rata-rata laju inflasi dalam lima tahun terakhir, yaitu sebesar 5,51

persen. Penurunan harga pangan tersebut tercermin dari deflasi bulanan komponen harga

pangan bergejolak yang terjadi pada dua bulan terakhir.

Komponen harga diatur pemerintah menjadi faktor pendorong utama laju inflasi pada triwulan

pertama 2017. Tekanan inflasi yang terjadi, terutama didorong oleh implementasi kebijakan

penyesuaian besaran subsidi listrik daya 900VA pada golongan mampu. Penyesuaian subsidi

ini berupa kenaikan tarif tenaga listrik selama tiga tahap, masing-masing sebesar 32 persen

hingga mencapai tarif keekonomian. Kebijakan ini diberlakukan dalam rangka perbaikan

skema subsidi yang lebih tepat sasaran. Kenaikan tarif listrik cukup memberikan tekanan pada

laju inflasi dengan kontribusi separuh dari inflasi kumulatif dalam triwulan ini. Selain itu,

kenaikan harga BBM nonsubsidi juga berpengaruh pada laju inflasi seiring dengan adanya tren

harga minyak dunia yang cenderung naik. Sementara itu, adanya penerapan Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor 14 tahun 2016 yang mengatur penurunan tariff angkutan udara

batas atas dan bawah kelas ekonomi dalam negeri sebesar 5 persen menyumbang deflasi.

Secara kumulatif, komponen harga diatur pemerintah menyumbang inflasi tertinggi

dibandingkan laju historis delapan tahun terakhir pada periode yang sama, yaitu sebesar 0,68

persen.

Grafik 3. Komponen Pembentuk Inflasi hingga Maret 2017

(dalam persen, ytd)

Sumber: BPS

0,971,21 1,19

-0,4

0,0

0,4

0,8

1,2

1,6

Jan-17 Feb-17 Mar-17

Inti Harga diatur Pemerintah Harga Bergejolak Umum

Page 24: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

24 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Sementara itu, penurunan harga pangan terjadi seiring dengan masa panen raya beras dan

ketersediaan pasokan komoditas pangan strategis sehingga komponen harga bergejolak

mengalami deflasi. Selain beras, penurunan harga juga terjadi pada telur ayam ras yang sudah

mulai turun sejak Februari 2017. Hal ini disebabkan oleh turunnya harga pakan ternak seiring

dengan melimpahnya stok jagung pakan. Penurunan harga juga terjadi pada beberapa

komoditas hortikultura, seperti cabai rawit, cabai merah, dan bawang putih. Sementara itu,

bawang merah mulai menunjukkan kenaikan harga yang sudah terjadi sejak Februari 2017.

Hingga akhir triwulan pertama 2017, kontribusi kumulatif komponen harga bergejolak

mencapai -0,11 persen.

Di sisi lain, peningkatan laju inflasi inti mengindikasikan perbaikan permintaan masyarakat pada

triwulan pertama tahun 2017. Secara kumulatif, inflasi inti menyumbang sebesar 0,61 persen.

Pada triwulan pertama 2017, inflasi terjadi baik pada kelompok traded maupun non-traded.

Inflasi inti pada kelompok traded terdorong oleh adanya peningkatan harga komoditas global,

termasuk harga minyak mentah. Sementara pada kelompok non-traded, kontrak rumah juga

mengalami peningkatan sejak awal tahun 2017 yang turut memberi kontribusi pada inflasi inti.

Adapun tarif pulsa ponsel yang mengalami peningkatan sejak September 2016 mengalami

penurunan pada Maret 2017 seiring dengan persaingan harga oleh beberapa provider seluler.

Suku Bunga dan Nilai Tukar

Suku bunga acuan domestik Bank Indonesia, suku bunga 7-Day Reverse Repo (7DRR)

dipertahankan di level 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur tanggal 15-16 Maret 2017.

Langkah ini diambil dengan telah mencermati berbagai risiko baik yang bersumber dari

eksternal maupun domestik. Kinerja ekonomi domestik yang sehat dan stabil seperti ditandai

oleh inflasi yang relatif terkendali serta kondisi likuiditas yang terjaga mendorong tetap

dipertahankannya tingkat suku bunga meski kondisi global masih penuh ketidakpastian. Salah

satu faktor global yang terus dicermati adalah perbaikan ekonomi AS yang mendorong pada

dinaikkannya suku bunga acuan AS (the Federal Funds Rate - FFR) sebesar 25 bps menjadi 1

persen. Selain FFR, risiko ketidakpastian global juga berasal dari masih belum jelasnya arah

kebijakan perdagangan AS, kondisi geopolitik di kawasan Eropa, dan tekanan inflasi yang mulai

meningkat di negara maju yang dapat memicu pengetatan kebijakan moneter di negara-

negara tersebut.

Meskipun The Fed melakukan normalisasi kebijakan, tekanan terhadap sektor keuangan

domestik dapat diserap dengan baik antara lain karena kondisi likuiditas dalam negeri yang

meningkat. Program Amnesti Pajak berperan besar dalam peningkatan likuiditas ini, terutama

sejak bulan Oktober 2016 di mana likuiditas perbankan meningkat cukup pesat yang ditandai

dengan meningkatnya pertumbuhan DPK. Peningkatan likuiditas juga terjadi di pasar obligasi

pemerintah yang ditunjukkan dari penurunan suku tingkat imbal hasil Surat Utang Negara 10

tahun sebesar 93 bps menuju 7,04 persen selama periode Januari hingga Maret 2017, serta

penurunan suku bunga pasar uang.

Page 25: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 25

Stabilitas ekonomi domestik juga ditandai oleh nilai tukar rupiah selama bulan Maret yang 2017

mengalami penguatan, antara lain didorong oleh tingginya arus masuk dana asing ke portofolio

investasi domestik, terutama obligasi pemerintah. Dibandingkan dengan bulan Desember

2016, rata-rata nilai tukar rupiah per dolar AS di bulan Maret 2017 menguat tipis sebesar 0,67

persen menuju Rp13.345. Penguatan ini terjadi seiring dengan masuknya dana asing sebesar

Rp65,76 triliun, melalui pasar saham (Rp8,35 triliun) dan pasar obligasi pemerintah (Rp57,41

triliun). Jumlah ini 11,1 persen lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya. Masih

tingginya minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia ini terutama disebabkan oleh

masih tingginya perbedaan tingkat suku bunga di Indonesia dan negara maju. Selain itu, kinerja

perekonomian Indonesia yang relatif baik dibandingkan dengan negara emerging market

lainnya juga berkontribusi positif terhadap penguatan nilai tukar rupiah. Sentimen ini

diperkuat oleh outlook positive yang diberikan oleh S&P, Moody’s dan Fitch terhadap peringkat

utang Indonesia. Dari sisi domestik, menguatnya aliran modal ini di antaranya disebabkan oleh

program Amnesti Pajak yang berakhir tepat pada bulan Maret 2017. Membaiknya harga

komoditas dan ekspor juga diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja rupiah.

Pemerintah dan otoritas terkait terus berkoordinasi dalam mempersiapkan langkah-langkah

proaktif dan antisipatif terhadap perkembangan perekonomian global. Meskipun persepsi

investor secara umum masih positif terhadap Indonesia seiring perbaikan struktural

perekonomian melalui reformasi di berbagai bidang yang terus dilaksanakan, terdapat

beberapa faktor risiko ke depannya. Selain itu, perkembangan perekonomian global juga

menjadi perhatian Pemerintah, utamanya arah kebijakan perdagangan AS serta potensi

kenaikan suku bunga The Fed sebanyak dua kali sampai akhir tahun 2017. Dukungan kondisi

perekonomian domestik yang stabil dan terus membaik serta dengan berbagai kebijakan yang

akan diambil oleh pemerintah maupun Bank Indonesia diharapkan dapat menjaga performa

suku bunga domestik dan nilai tukar rupiah.

Neraca Pembayaran Indonesia

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia di triwulan pertama 2017 tercatat sebesar 4,5 miliar

dolar AS, membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami defisit

0,3 miliar dolar AS. Surplus yang besar pada Transaksi Modal dan Finansial mampu menutupi

defisit pada Transaksi Berjalan. Surplus Neraca Pembayaran tersebut telah mendorong

peningkatan posisi cadangan devisa pada akhir triwulan pertama 2017 menjadi sebesar 121,8

miliar dolar AS, cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri

pemerintah selama 8,6 bulan.

Transaksi Berjalan pada triwulan pertama 2017 masih mengalami defisit yang dipicu oleh

meningkatnya defisit neraca perdagangan migas, seiring dengan naiknya harga minyak mentah

dunia. Selain itu, defisit pada pendapatan primer masih tinggi yang disebabkan oleh

pembayaran bunga surat utang pemerintah yang lebih tinggi dan meningkatnya pembayaran

pendapatan investasi langsung. Di sisi lain, neraca perdagangan nonmigas mencatat surplus

sejalan dengan berlanjutnya kenaikan harga komoditas dan kenaikan pada surplus jasa

perjalanan yang mendorong penurunan defisit neraca jasa. Defisit transaksi berjalan pada

Page 26: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

26 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

triwulan pertama 2017 tercatat sebesar 2,4 miliar dolar AS (1,0 persen dari PDB), lebih rendah

dibandingkan dengan defisit pada triwulan pertama 2016 yang sebesar 4,7 miliar dolar AS (2,1

persen dari PDB).

Transaksi Modal dan Finansial mencatatkan surplus sebesar 7,9 miliar dolar AS sejalan dengan

membaiknya pertumbuhan ekonomi dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian.

Surplus tersebut lebih besar dibandingkan dengan surplus pada triwulan pertama 2016 yang

sebesar 4,2 miliar dolar AS. Peningkatan surplus ini terutama didorong oleh derasnya aliran

masuk modal investasi portofolio terutama pada instrumen domestik (Surat Utang Negara,

Surat Perbendaharaan Negara, dan saham) dan adanya penerbitan sukuk global pemerintah.

Sementara itu di sisi investasi langsung terjadi penurunan surplus, akibat arus keluar investasi

langsung sektor migas. Investasi lainnya juga mencatatkan defisit terdorong oleh adanya

penempatan aset sektor swasta di luar negeri, meskipun di sisi kewajiban terdapat arus masuk

dari penarikan pinjaman luar negeri.

Neraca Perdagangan Indonesia

Kinerja neraca perdagangan menunjukkan tren yang terus meningkat hingga triwulan pertama

2017. Surplus neraca perdagangan pada triwulan pertama 2017 tercatat sebesar 3,95 miliar

dolar AS, lebih tinggi dibandingkan surplus neraca perdagangan pada triwulan sebelumnya

maupun pada periode yang sama tahun 2016. Peningkatan ini didukung oleh surplus neraca

non migas sebesar 6,54 miliar dolar AS yang mampu menutupi defisit neraca migas yang

sebesar 2,59 miliar dolar AS. Tingginya surplus neraca nonmigas pada triwulan pertama 2017

ini terutama berasal dari komoditas ekspor sektor industri pengolahan (manufaktur) dengan

kontribusi sebesar 75,3 persen terhadap total ekspor atau sebesar 30,57 miliar dolar AS, dan

tumbuh 20,0 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara sektor

pertambangan dan pertanian masing masing menyumbang sebesar 12,9 persen dan 2,1

Grafik 4. Neraca Pembayaran Indonesia masih melanjutkan tren surplus sejak triwulan kedua 2016, yang didorong oleh tingginya surplus transaksi modal dan finansial yang melampaui defisit transaksi berjalan.

(dalam persen)

Sumber: BPS, data diolah

s

5

25

45

65

85

105

125

145

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

USD miliarUSD miliar

Trans. Modal & Finansial Transaksi Berjalan Neraca Keseluruhan Cadangan Devisa (RHS)

Page 27: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 27

persen, dan tumbuh masing-masing sebesar 32,3 persen dan 22,9 persen. Tren harga

komoditas yang meningkat pada awal tahun mendorong positifnya pertumbuhan ekspor pada

kedua sektor tersebut. Selain itu, kembali diizinkannya PT Freeport dan Amman untuk ekspor

komoditas tambang turut mendukung kinerja ekspor sektor pertambangan. Secara umum,

komoditas ekspor utama di triwulan pertama 2017 antara lain bahan bakar mineral, mesin dan

peralatan listrik, serta karet dan bahan dari karet.

Total ekspor Indonesia di triwulan pertama 2017 tercatat sebesar 40,61 miliar dolar AS atau

meningkat 20,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Ditinjau dari negara tujuan ekspor, masih

didominasi oleh Tiongkok, dengan nilai 4.689,4 juta dolar AS (12,8 persen), diikuti AS dengan

nilai 4.287,5 juta dolar AS (11,7 persen), dan India dengan nilai 3.406,3 juta dolar AS (9,3

persen). Seiring dengan mulai aktifnya pelabuhan New Tanjung Priok, pertumbuhan ekspor

Indonesia ke hampir semua mitra dagang utama tercatat positif kecuali ke Singapura dan

Australia yang masing-masing mengalami pertumbuhan negatif sebesar -4,92 persen dan -

28,7 persen.

Nilai impor pada triwulan pertama 2017 tercatat sebesar 36,68 dolar AS atau tumbuh 14,8

persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ditinjau dari sisi penggunaan, tren positif

impor bahan baku masih berlanjut, dan bahkan mencapai pertumbuhan tertinggi sejak 2015

yakni sebesar 18 persen (yoy). Momentum ini diharapkan akan terus mendukung

pertumbuhan sektor manufaktur serta mendorong petumbuhan ekspor manufaktur termasuk

manufaktur berbasis komoditas. Sementara itu impor barang modal dan barang konsumsi juga

mencatatkan pertumbuhan masing-masing sebesar 6,5 persen dan 4,8 persen. Perbaikan

aktivitas baik impor maupun ekspor di triwulan pertama tahun 2017 tersebut merupakan

sinyal positif bagi perekonomian secara umum di tahun 2017. Pertumbuhan perdagangan

internasional diperkirakan akan memberikan dorongan tambahan bagi pertumbuhan

ekonomi.

Grafik 5. Sampai dengan triwulan pertama 2017, neraca perdagangan Indonesia terus melanjutkan surplus hingga dua kali lipat dari surplus neraca perdagangan triwulan pertama 2016

(dalam juta dolar AS)

Sumber: BPS, data diolah

S

-5.000

-3.000

-1.000

1.000

3.000

5.000

7.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2014 2015 2016 2017

(Juta dolar AS)

Non Migas Migas Neraca Perdagangan

Page 28: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

28 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

D. Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat

Grafik 6. Kredit tumbuh terbatas di awal tahun 2017

(dalam persen) j

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, diolah

Pertumbuhan kredit perbankan masih melambat di awal tahun 2017. Hingga akhir bulan

Februari 2017, kredit tercatat sebesar Rp4.308 triliun atau lebih rendah dibanding jumlah

kredit di bulan Januari yang mencapai Rp4.312 triliun. Namun, apabila dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya, kredit mampu tumbuh sebesar 8,57 persen.

Pertumbuhan ini terutama dipengaruhi oleh konsolidasi perbankan yang masih berlanjut serta

tren rasio kredit bermasalah yang cenderung meningkat sehingga mendorong perlambatan

permintaan kredit. Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan memproyeksikan pertumbuhan

kredit pada Q1-2017 mencapai 8,5 persen yoy dan diperkirakan akan terus melambat hingga

akhir tahun. Namun demikian, berdasarkan hasil survei Pricewaterhouse Coopers Indonesia

(PWC Indonesia), pelaku perbankan nasional melihat bahwa perbankan Indonesia merupakan

pasar yang paling menarik di Asia Tenggara pada tahun 2017 dengan didukung oleh tingkat

margin yang tinggi. Kondisi perbankan nasional dinilai sudah jauh lebih baik dibanding tahun

sebelumnya setelah Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan di tahun 2015 dan 2016

dalam rangka menstimulus perekonomian.

Kredit dalam nilai tukar rupiah melanjutkan pertumbuhan pada bulan Februari 2017 dengan

pertumbuhan sebesar 9,3 persen (yoy). Sementara itu, pertumbuhan kredit dalam valuta asing

tercatat sebesar 4,1 persen (yoy) meskipun dibanding bulan sebelumnya mengalami kontraksi

sebesar 3,1 persen. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi mencatatkan

pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 9,97 persen yoy yang kemudian disusul oleh kredit

konsumsi dan kredit modal kerja dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 8,87 persen

yoy dan 7,61 persen yoy. Meningkatnya kredit investasi ini ditopang oleh semakin

bertambahnya proyek infrastruktur di beberapa daerah di Indonesia. Secara sektoral, kredit

sektor listrik, gas, dan air masih menjadi sektor dengan realisasi penyaluran kredit tertinggi,

yaitu sebesar 32,91 persen yoy. Tingginya pertumbuhan kredit sektor listrik tersebut masih

didorong oleh adanya proyek listrik 35.000 MW yang digulirkan oleh Pemerintah. Sementara

itu, kredit bermasalah pada sektor perdagangan perlu dicermati mengingat sektor tersebut

merupakan sektor dengan porsi terbesar dari total kredit.

8,57

0,00

5,00

10,00

15,00

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb

2016 2017KMK KI KK Kredit

Page 29: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 29

Secara spasial, provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) masih menjadi provinsi dengan pertumbuhan kredit tertinggi, yaitu sebesar 28,02 persen (yoy) yang didominasi oleh sektor produktif, khususnya perdagangan. Tingginya penyaluran kredit di provinsi tersebut juga sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi NTB sepanjang tahun 2016 yang mencapai 5,82 persen. Sementara itu, Kalimantan Timur dan Papua Barat menjadi provinsi dengan rasio kredit bermasalah tertinggi. Tingginya rasio kredit bermasalah di Papua Barat, antara lain diakibatkan oleh penurunan kinerja korporasi yang berdampak pada penurunan kinerja keuangan sektor jasa keuangan serta perlunya perbaikan manajemen risiko kredit di wilayah tersebut. Adapun Pulau Jawa, masih menjadi pusat penyaluran kredit terbesar dengan proporsi sebesar 74,34 persen dari keseluruhan total kredit.

Tabel 4. Provinsi Nusa Tenggara Barat mencatatkan pertumbuhan kredit tertinggi

(dalam persen)

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, diolah

Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,21

persen yoy pada bulan Februari 2017, lebih rendah dibanding pertumbuhan pada bulan

sebelumnya yang mencapai 10,04 persen (yoy). Pertumbuhan DPK didominasi oleh

pertumbuhan tabungan yang mencapai 11,51 persen, sementara giro dan simpanan

berjangka masing-masing tumbuh sebesar 10,92 persen dan 6,92 persen. Dalam survei

Perbankan yang dilakukan Bank Indonesia (BI), pertumbuhan DPK diperkirakan menguat pada

Q2-2017 tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pertumbuhan DPK yang naik menjadi

89,4 persen. Penguatan pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh suku bunga dana

yang masih dianggap menarik oleh nasabah dan peningkatan pelayanan bank di Q2-2017.

Grafik 7. Kredit bermasalah pada sektor perdagangan perlu dicermati karena merupakan sektor dengan porsi terbesar

(dalam persen, besar bubble: porsi kredit)

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, diolah

Listrik, Gas, Air3,10

Konstruksi 4,89Perantara Keuangan

4,52Pertambangan

2,95

Transportasi3,87

Perdagangan18,95

Industri Pengolahan 17,40

Pinjaman multiguna11,11

-15,00

-5,00

5,00

15,00

25,00

35,00

45,00

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

Listrik, Gas, Air Konstruksi Perantara Keuangan PertambanganTransportasi Perdagangan Industri Pengolahan Pinjaman multiguna

Per

tum

bu

han

Kre

dit

Non Performing Loan (NPL)

No Provinsi Kredit (yoy)

NPL Porsi

1 NTB 28,02 1,80 0,72

2 Sulawesi Barat 22,66 1,70 0,13

3 Kaltim -0,03 8,05 1,53

4 Papua Barat 17,58 6,12 0,22

5 DKI Jakarta 8,56 3,15 48,37

6 Jawa Timur 6,23 3,00 8,87

No Pulau Kredit (yoy)

NPL Porsi

1 Bali & Nusra 15,09 2,43 2,78

2 Maluku & Papua 11,32 4,60 1,10

3 Kalimantan 6,68 4,85 4,03

4 Sulawesi 9,90 2,88 4,44

5 Jawa 8,36 3,16 74,34

6 Sumatera 6,95 2,97 12,03

Page 30: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

30 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Grafik 8. Pertumbuhan DPK melambat di bulan Februari 2017

(dalam persen)

j

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, diolah

Seiring dengan pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibanding kredit, risiko pengetatan likuiditas

mulai melonggar tercermin dari tren penurunan loan to deposit ratio (LDR). Adapun dari sisi

permodalan, ketahanan industri perbankan masih dinilai cukup mampu untuk mengantisipasi

potensi risiko dengan capital adequacy ratio (CAR) yang stabil. Rentabilitas dan tingkat

efisiensi perbankan di awal tahun 2017 menunjukan perbaikan tercermin dari BOPO pada

bulan Februari yang mencatatkan penurunan. Sebelumnya, nilai BOPO tercatat relatif tinggi di

bulan Januari 2017 disebabkan oleh banyaknya bank yang mengalokasikan dana cadangan

kerugian penurunan nilai untuk mengantisipasi kenaikan rasio kredit bermasalah sehingga

meningkatkan biaya operasional. Rasio kredit bermasalah kembali meningkat di bulan

Februari tahun 2017 disumbang oleh beberapa sektor, antara lain pertambangan, konstruksi,

dan perdagangan besar. Namun, Otoritas Jasa Keuangan memperkirakan rasio kredit

bermasalah akan menurun di tahun 2017 seiring membaiknya kinerja beberapa sektor,

misalnya pertambangan yang ditopang perbaikan harga komoditas dan pertumbuhan

ekonomi. Selain itu, rasio pencadangan (coverage ratio) juga cukup besar untuk

mengantisipasi kenaikan kredit bermasalah. Secara umum, kinerja perbankan masih terpantau

cukup baik. Namun, Pemerintah perlu mengantisipasi beberapa downside risks, di antaranya

potensi kenaikan tekanan inflasi yang didorong oleh kenaikan tarif listrik dan faktor cuaca serta

kondisi ekonomi global.

Tabel 5. Kinerja perbankan secara umum masih mampu mengantisipasi potensi risiko

(dalam persen)

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, diolah

9,21

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb

2016 2017Giro Tabungan Simpanan Berjangka DPK

Indikator Umum

2016 2017

Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nov Des Jan Feb Aset (T Rp) 6.168 6.181 6.243 6.362 6.350 6.383 6.466 6.460 6.582 6.730 6.707 6.744

DPK (T Rp) 4.469 4.478 4.508 4.574 4.585 4.610 4.605 4.653 4.734 4.837 4.825 4.846 DPK (%, yoy) 6,44 6,18 6,53 5,90 5,93 5,58 3,15 6,46 8,40 9,60 10,04 9,21

Kredit (T Rp) 4.000 4.007 4.070 4.168 4.130 4.146 4.212 4.216 4.285 4.377 4.313 4.308 Kredit (%, yoy) 8,71 7,95 8,34 8,89 7,74 6,83 6,47 7,44 8,46 7,87 8,28 8,57

LDR (%) 89,60 89,52 90,32 91,19 90,18 90,04 91,71 90,77 90,70 90,70 89,59 89,12 NPL (%) 2,83 2,93 3,11 3,05 3,18 3,22 3,10 3,22 3,18 2,93 3,09 3,16

CAR (%) 22,00 21,95 22,41 22,56 23,19 23,26 22,60 23,19 23,04 22,93 23,21 23,18 BOPO (%) 82,96 82,30 82,36 82,23 81,37 81,31 81,02 81,26 80,64 82,22 83,94 81,69 NIM (%) 5,55 5,56 5,60 5,59 5,59 5,59 5,65 5,65 5,62 5,63 5,39 5,28

ROA (%) 2,44 2,38 2,34 2,31 2,35 2,36 2,38 2,41 2,37 2,23 2,46 2,35

Page 31: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 31

E. Perkembangan Pasar Modal Indonesia Sampai dengan Triwulan

Pertama 2017

Grafik 9. Pergerakan IHSG Kuartal Pertama 2017

(dalam indeks)

Sumber: Bloomberg

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada triwulan pertama 2017, berada di level 5.568,11,

menguat 5,12 persen secara triwulanan setelah. Kinerja IHSG ini sejalan dengan tren positif

yang terjadi pada umumnya indeks global lain yang mencapai rata-rata 5 persen. Kinerja positif

IHSG pada triwulan pertama 2017 lebih banyak ditopang oleh aksi beli investor domestik di

tengah investor non residen yang masih membukukan jual bersih sampai dengan pekan ketiga

Maret 2017. Per 31 Maret 2017, investor non residen mencatatkan beli bersih sebesar Rp7,4

triliun.

Kinerja positif indeks terjadi di tengah tekanan perekonomian dan politik global. Tekanan

tersebut antara lain ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang semakin kuat,

ketidakpastian perkembangan arah kebijakan ekonomi dan perdagangan AS di bawah

pemerintahan Donald Trump, serta risiko politik di kawasan Eropa. Potensi tekanan global

tersebut dapat diredam oleh sentimen positif dalam negeri antara lain pertumbuhan ekonomi

yang sehat serta keyakinan masyarakat terhadap kinerja ekonomi Indonesia yang membaik.

Beberapa sentimen positif yang turut mendorong kinerja IHSG antara lain nilai tukar rupiah

yang stabil, perkembangan inflasi yang masih terkendali, cadangan devisa yang masih

melanjutkan tren peningkatan, peningkatan outlook sovereign credit rating Indonesia oleh

Moody’s dan JCR, serta didukung dengan situasi politik yang stabil seiring pelaksanaan pilkada

serentak yang berjalan aman dan lancar.

Dari sisi sektoral, perkembangan positif IHSG pada triwulan pertama 2017 ditopang oleh kinerja

semua sektor yang tumbuh signifikan kecuali sektor properti yang mengalami tekanan. Sektor

pertambangan mencatatkan pertumbuhan paling tinggi yaitu 10,1 persen diikuti sektor

keuangan 7,4 persen, sektor aneka industri 9,5 persen, sektor manufaktur 5,2 persen serta

sektor-sektor lain yang rata-rata tumbuh di atas 1 persen. Sektor properti pada periode yang

sama mengalami tekanan, turun 1,4 persen dibandingkan posisi pada akhir Desember 2016.

5200

5250

5300

5350

5400

5450

5500

5550

5600

Jan-17 Feb-17 Mar-17

(19/1) Suku bunga acuan BI tetap

(6/2) Rilis data PDB Indonesia

(16/2) Suku bunga acuan BI tetap

(15/3) Kenaikan Fed Fund Rate 25 bps

(16/3) Suku bunga acuan BI tetap

(31/3) Akhir periode Amnesti Pajak

Page 32: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

32 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Tabel 6. Kinerja IHSG triwulan pertama 2017 ditopang oleh semua sektor, kecuali sektor properti.

(dalam persen)

) Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar Sumber: Bloomberg, diolah

Sektor pertambangan selama triwulan pertama 2017 mengalami perbaikan didorong oleh

pemulihan harga komoditas energi global. Selain itu, proyeksi Bank Dunia mengenai

pertumbuhan harga logam dan mineral yang akan meningkat 11 persen pada 2017 turut

menjadi sentimen positif bagi sektor ini. Selain faktor global, terdapat faktor domestik yang

berperan dalam mendongkrak kinerja emiten sektor pertambangan, salah satunya adalah

kebijakan pemerintah yang mengubah tata cara pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan

minerba yang mengganti PP Nomor 23 Tahun 2010. Perubahan beleid ini disusun untuk

meneruskan semangat terkait hilirisasi mineral yang sebelumnya tercantum di dalam UU

Nomor 4 Tahun 2009.

Sementara itu, kinerja sektor keuangan serta sektor manufaktur mencatatkan hasil positif

ditopang oleh hasil positif dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

Implementasi Amnesti Pajak, misalnya mendorong kinerja sektor keuangan dan mampu

memberi sentimen positif di tengah terjadinya kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed.

Selain itu, rilis laporan keuangan tahunan bank untuk periode 2016 yang sebagian besar

mencatatkan pertumbuhan laba juga menjadi sentimen positif bagi sektor ini. Sektor

manufaktur juga mencatakan hasil sejalan dengan data Nikkei Indonesia Manufacturing

Purchasing Managers’ Index yang naik ke level 50,5 pada Maret dibandingkan posisi pada

Desember 2016 yang berada di level 49,0. Meningkatnya nilai indeks di atas level 50 tersebut

mengindikasikan peningkatan aktivitas bisnis di sektor industri pengolahan. Peningkatan

aktivitas industri ini untuk mengantisipasi meningkatnya kebutuhan menjelang puasa dan

lebaran. Selain itu, sentimen positif bagi sektor ini juga dipicu oleh upaya Pemerintah untuk

memacu pertumbuhan industri manufaktur pada tahun ini antara lain melalui penyiapan lima

insentif baru yaitu (1) perluasan sektor penerima harga gas murah, (2) diskon PPh 5 persen

untuk industri padat karya berorientasi ekspor, (3) pembentukan lembaga pembiayaan

industri, (4) perluasan tax allowance untuk perusahaan yang terlibat dalam pendidikan vokasi

dan, (5) kemudahan impor bahan baku industri.

Sektor Perkembangan Bulanan ( persen)

Ytd Jan Feb Mar

Keuangan (0,6) 3,2 5,0 7,4

Manufaktur 0,3 2,5 2,8 5,2

Konsumsi 0,4 2,2 1,3 3,5

Infrastruktur (0,3) 1,0 3,8 4,4

Perdagangan 1,2 0,2 2,6 3,2

Properti 1,3 (0,9) (1,3) (1,4)

Aneka Industri (2,5) 5,0 5,3 6,8

Industri Dasar 2,8 1,2 5,3 9,5

Pertambangan 1,3 1,4 6,6 10,1

Pertanian 5,7 (5,7) 2,4 1,0

IHSG 0,3 1,7 3,4 5,1

Page 33: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 33

Sejalan beberapa sektor lainnya, harga saham sektor konsumsi terus menunjukkan tren positif

seiring dengan meningkatnya optimisme terhadap perkeonomian nasional. Kondisi ini juga

didukung dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada triwulan pertama 2017 yang

secara umum mengindikasikan peningkatan optimisme konsumen. IKK bulanan di sepanjang

triwulan pertama 2017 menunjukkan tren penguatan dan berada di level 121,5 pada Maret

2017, lebih tinggi dibandingkan indeks pada bulan Desember 2016 yang sebesar 115,4. Dari

sektor riil, perkembangan positif hasil survei tersebut dapat dijelaskan oleh meningkatnya

aktivitas konsumsi menjelang tahun baru Imlek yang jatuh pada bulan Januari serta menjelang

bulan Ramadan dan puasa yang sebagian dampaknya telah dirasakan memasuki bulan Maret

ini.

Di sisi lain, saham sektor infrastruktur mencatatkan pertumbuhan 4,4 persen (ytd), atau berada

di bawah pertumbuhan IHSG. Faktor yang menjadi sentimen negatif bagi sektor ini adalah

realisasi belanja Pemerintah yang masih rendah di awal tahun. Namun demikian, jika melihat

tren bulanan dari bulan Januari hingga Maret, sektor ini menunjukkan kinerja yang terus

tumbuh. Ke depannya, kinerja sektor ini akan sangat dipengaruhi oleh realisasi belanja

infrastruktur pemerintah yang nilainya sangat signifkan. Sebagaimana tertuang di dalam APBN

2017, dana yang dianggarkan untuk pembangunan fasilitas publik mencapai Rp387,3 triliun.

Tekanan terjadi pada saham sektor properti seiring dengan adanya ekspektasi kenaikan suku

bunga The Fed yang menciptakan ekspektasi akan adanya peningkatan suku bunga acuan Bank

Indonesia. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada kenaikan suku bunga kredit pemilikan

rumah. Di samping itu, tekanan yang dialami sektor properti juga ditimbulkan oleh rencana

Pemerintah untuk mengenakan pajak progresif pada aset tanah dan bangunan yang tidak

produktif.

Grafik 10. Kinerja Indeks Global Hingga Maret 2017

(dalam persen, ytd)

Sumber: Bloomberg

3,8

-1,1

9,6

10,2

2,5

5,5

6,0

4,6

6,6

5,1

2,1

-2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0

Shenzen Comp

Nikkei

Hangseng

STI

FTSE 100

S&P 500

KLCI

DJIA

KOSPI

IHSG

SET Maret

Februari

Januari

Page 34: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

34 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

F. Tinjauan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia

Berdasarkan hasil pemantauan dan asesmen terhadap kondisi stabilitas sistem keuangan,

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyimpulkan stabilitas sistem keuangan triwulan

pertama 2017 dalam kondisi normal. Kondisi tersebut ditopang antara lain oleh tingkat inflasi

yang terjaga, tingkat permodalan dan likuiditas perbankan yang mulai menunjukan

peningkatan, risiko industri perbankan yang terkendali, nilai tukar Rupiah yang masih terjaga,

kinerja Surat Berharga Negara (SBN) yang berada dalam rentang normal dan penguatan pada

pasar saham. Stabilitas sistem keuangan ke depan diperkirakan akan terjaga dengan baik yang

ditunjukkan dengan adanya perbaikan prospek ekonomi global.

Namun demikian, potensi risiko eksternal maupun domestik perlu tetap dicermati. Dari sisi

eksternal, KSSK akan memantau perkembangan kebijakan ekonomi AS serta peningkatan

tekanan geopolitik. Sedangkan dari faktor domestik, KSSK mencermati perkembangan kualitas

kredit yang disalurkan perbankan dan industri keuangan non-bank (IKNB), aliran dana investor

non residen, dampak perubahan administered price terhadap inflasi, serta ekspansi korporasi

dan perbankan yang masih perlu didorong. Di sisi lain, perkembangan realisasi APBN terus

dipantau untuk menjaga defisit APBN pada level aman.

Guna memperkokoh stabilitas sistem keuangan di Indonesia, lembaga anggota KSSK secara

keseluruhan telah menetapkan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang tentang

Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU PPKSK) sesuai dengan amanat UU

PPKSK dan kewenangan masing-masing. Peraturan-peraturan tersebut antara lain mencakup

recovery plan, exit policy, pinjaman/pembiayaan likuiditas jangka pendek, penanganan bank

sistemik yang mengalami permasalahan solvabilitas. Adapun satu peraturan pelaksanaan

masih dalam proses pembahasan, termasuk konsultasi dengan DPR, yaitu Rancangan

Peraturan Pemerintah mengenai Besaran Premi untuk Pendanaan Program Restrukturisasi

Perbankan.

Dengan telah ditetapkan dan diundangkannya peraturan pelaksanaan UU PPKSK, usaha untuk

membangun stabilitas sistem keuangan yang bertitik berat pada pencegahan dan penanganan

permasalahan tetap berjalan. Hal ini sejalan dengan hasil asesmen oleh Financial Sector

Assessment Program (FSAP) yang menilai sistem keuangan Indonesia kuat dan stabil serta

teruji ketahanannya dari guncangan Global Financial Crisis. Asesor mengapresiasi reformasi

signifikan terhadap tata kelola manajemen krisis yang telah dilaksanakan sejak FSAP terakhir

pada tahun 2010, diantaranya mencakup implementasi penguatan permodalan sesuai Basel

III, integrasi pengawasan sistem keuangan, penguatan protokol manajemen krisis dan

kerangka resolusi. Asesor FSAP juga mendukung langkah kebijakan dengan merekomendasi

prioritas kebijakan pada penegasan tugas dan fungsi OJK dan Bank Indonesia terkait mandat

pengawasan stabilitas sistem keuangan dan makroprudensial, perlindungan hukum pejabat

dan pegawai dalam menjalankan tugas pengawasan dan manajemen krisis, pengaturan

konglomerasi keuangan, dan opsi pencegahan krisis keuangan antara lain melalui peninjauan

kembali Emergency Liquidity Assistance (ELA).

Page 35: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 35

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 36: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

36 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Page 37: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 37

BAGIAN II ANALISIS KINERJA APBN

TRIWULAN PERTAMA

2017

Realisasi pendapatan negara dan belanja negara

tercatat lebih baik dibandingkan periode yang sama

tahun lalu. Meskipun demikian, beberapa tantangan

masih harus dihadapi.

Page 38: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

38 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Review Kinerja APBN Triwulan Pertama 2017

Penganggaran pemerintah pada tahun 2017 merupakan refleksi dari pelaksanaan APBN tahun

2016 yang kredibel dan efektif. APBN 2017 disusun dengan mengupayakan optimalisasi

pendapatan negara dengan tetap menjaga agar investasi domestik tetap atraktif. Selain itu,

kualitas belanja dalam APBN 2017 terus ditingkatkan guna mengatasi permasalahan sosio-

ekonomi domestik. Disiplin dan kesinambungan fiskal tetap dipertahankan dengan

mengendalikan defisit dalam batas yang aman.

APBN 2017 disusun sebagai instrumen fiskal dalam merangsang daya gerak ekonomi agar tetap

dapat tumbuh positif di tengah ketidakpastian global serta semakin kompleksnya tantangan

sosial-ekonomi domestik. Untuk menjaga momentum pertumbuhan tersebut, pemerintah

menetapkan program-program pembangunan strategis yang memiliki dampak multiplier

tinggi terhadap perekonomian, di antaranya adalah pembangunan infrastruktur.

Tabel 7. Kinerja APBN Hingga Maret 2017 (dalam triliun rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan

Secara umum, kinerja APBN pada triwulan pertama 2017 lebih baik dibandingkan dengan kinerja

pada periode yang sama tahun 2016. Baik sisi pendapatan maupun belanja menunjukkan

pencapaian yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini didukung oleh suksesnya

program yang dijalankan oleh pemerintah seperti Amnesti Pajak yang mendukung optimalisasi

pendapatan, serta pre-funding yang mendukung akselerasi belanja yang berkualitas. Dengan

Uraian 2016 2017

APBN-P s.d Mar % Real APBN s.d Mar % Real

A. PENDAPATAN DAN HIBAH 1.786,2 247,5 13,9 1.750,3 295,1 16,9

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 1.784,2 247,4 13,9 1.748,9 295,1 16,9

1. Penerimaan Perpajakan 1.539,2 204,5 13,3 1.498,9 237,7 15,9

- Pajak Dalam Negeri 1.503,3 195,8 13,0 1.464,8 229,2 15,6

- Pajak Perdagangan Internasional 35,9 8,7 24,2 34,1 8,5 25,0

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 245,1 42,9 17,5 250,0 57,4 22,9

- Penerimaan SDA 90,5 13,8 15,2 87,0 28,4 32,6

- Laba BUMN 34,2 0,0 0,0 41,0 0,0 0,0

- PNBP Lainnya 84,1 21,7 25,8 84,4 21,8 25,8

- BLU 36,3 7,5 20,7 37,6 7,2 19,2

II. PENERIMAAN HIBAH 2,0 0,1 5,0 1,4 0,0 0,0

B. BELANJA NEGARA 2.082,9 390,9 18,8 2.080,5 400,0 19,2

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.306,7 193,5 14,8 1.315,5 204,8 15,6

1. Belanja K/L 767,8 82,7 10,8 763,6 92,4 12,1

2. Belanja Non K/L 538,9 110,8 20,6 552,0 112,5 20,4

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 776,3 197,4 25,4 764,9 195,2 25,5

1. Transfer Ke Daerah 729,3 197,3 27,1 704,9 195,2 27,7

2. Dana Desa 47,0 7,1 15,1 60,0 0,0 0,0

C. SURPLUS (DEFISIT) ANGGARAN (A-B) (296,7) (143,4) 48,3 (330,2) 104,9 (31,8)

% Surplus/(Defisit) Terhadap PDB (2,35) (1,16) (2,41) (0,8)

D. PEMBIAYAAN ANGGARAN 296,7 200,2 67,5 330,2 187,9 56,9

I. Pembiayaan Utang 371,6 198,4 53,4 384,7 186,6 48,5

1. Surat Berharga Negara (Neto) 364,9 199,2 54,6 400,0 190,4 47,6

2. Pinjaman (Neto 6,7 (0,8) (11,9) (15,3) (3,8) 24,8

II. Pembiayaan Investasi (94,0) 0,0 0,0 (47,5) 0,0 0,0

III. Pemberian Pinjaman 0,5 1,7 340,0 (6,4) 1,2 (18,8)

IV. Kewajiban Penjaminan 0,7 0,0 0,0 (0,9) 0,0 0,0

V. Pembiayaan Lainnya 19,3 0,1 0,5 0,3 0,1 20,5

Kelebihan/Kekurangan Pembiayaan 0,0 56,9 (0,0) 82,9

Page 39: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 39

demikian, hingga triwulan pertama tahun 2017, kesinambungan fiskal dapat terjaga dengan

tingkat defisit yang aman.

Realisasi pendapatan negara mencapai Rp295,1 triliun atau 16,9 persen dari target. Pencapaian

ini lebih baik jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang realisasinya sebesar

Rp247,5 triliun atau 13,9 persen. Realisasi penerimaan perpajakan sampai akhir Maret 2017

tercatat sebesar Rp237,7 triliun (15,9 persen). Penerimaan tersebut secara nominal maupun

persentase lebih tinggi dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian

tersebut utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya penerimaan pajak yang bersumber dari

Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Perbaikan realisasi perpajakan terutama didukung oleh kontribusi positif program Amnesti Pajak

tahap ketiga yang masih berlangsung sampai dengan akhir Maret. Sejak dilaksanakan pada Juli

2016 hingga Maret 2017, Amnesti Pajak telah menghasilkan penerimaan pajak sebesar

Rp134,8 T. Dengan selesainya program Amnesti Pajak di tahun ini, diharapkan memiliki

dampak optimal terhadap penguatan fondasi basis perpajakan serta menumbuhkan

optimisme pengelolaan dan penegakan peraturan perpajakan yang lebih baik sehingga

kualitas penerimaan perpajakan di masa yang akan datang juga akan lebih baik.

Yang juga perlu menjadi perhatian adalah membaiknya realisasi Penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNBP) periode ini yang mencapai Rp57,4 T (22,9 persen). Realisasi PNBP tersebut

meningkat dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp42,9 T (17,5

persen). Peningkatan PNBP utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja sektor migas

dan non-migas melalui kenaikan lifting minyak dan pengendalian cost recovery. Peningkatan

kinerja PNBP dari sumber daya alam sejalan pada triwulan pertama 2017 tersebut sejalan

dengan tren perbaikan harga komoditas.

Realisasi belanja negara secara umum mencapai Rp400 triliun atau 19,2 persen, lebih baik jika

dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang realisasinya sebesar Rp247,5 triliun atau 13,9

persen. Perbaikan pola realisasi belanja negara tahun ini turut didukung oleh perbaikan

mekanisme monitoring dan evaluasi pelaksanaan APBN melalui Sistem Perbendaharaan dan

Anggaran Negara (SPAN) dan efektivitas pelaksanaan Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi

Anggaran (Tim TEPRA). Selain itu, akselerasi kegiatan prioritas juga dapat dilaksanakan sejak

dini dengan didukung oleh ketersediaan kas di awal tahun hasil dari program pre-funding. Pre-

funding merupakan program penerbitan Surat Berharga Negara pada akhir tahun 2016, yang

akan digunakan untuk pembiayaan APBN 2017. Perbaikan pola penyerapan belanja akan

mendorong peningkatan dari sisi kualitas sehingga penumpukan belanja di akhir tahun dapat

direduksi.

Adapun realisasi belanja pemerintah pusat triwulan ini tercatat sebesar Rp204,8 T atau 15,6

persen, lebih tinggi dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar Rp193,5

triliun atau 14,8 persen. Menurut jenisnya, realisasi semua pos belanja pemerintah relatif lebih

tinggi, kecuali untuk belanja subsidi dan belanja bantuan sosial. Sementara belanja modal dan

belanja barang terserap lebih baik dari sebelumnya dengan capaian masing-masing sebesar

Rp11,8 triliun (6,1 persen) dan Rp 31,7 triliun (0,7 persen). Kinerja belanja barang dan belanja

Page 40: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

40 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

modal yang lebih tinggi merefleksikan adanya komitmen pemerintah dalam mendorong

kegiatan prioritas utamanya pada belanja infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.

Sementara itu peran Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) dalam APBN diharapkan dapat

mendorong kualitas desentralisasi fiskal dan peningkatan pelayanan publik (public service

delivery) di daerah. Realisasi TKDD secara persentase adalah 25,5 persen, meningkat tipis

dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama meskipun secara nominal lebih rendah yaitu

sebesar Rp195,2 triliun. realisasi yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya adalah karena belum tersalurkannya Dana Desa akibat perubahan

pola penyaluran melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

Dengan adanya perbaikan Pendapatan Negara serta penyerapan Belanja Negara yang cukup

efektif, realisasi defisit APBN terkendali sebesar Rp104,9 triliun atau 0,77 persen terhadap PDB.

Untuk menutupi defisit serta dalam rangka mendukung investasi khususnya pembangunan

infrastruktur, realisasi pembiayaan pada triwulan pertama 2017 tercatat sebesar Rp187,9

triliun atau 56,9 persen dari target. Secara detil, Realisasi pembiayaan utang tercatat sebesar

Rp186,6 triliun atau 56,9 persen. Front loading pembiayaan tersebut juga ditujukan dalam

rangka manajemen biaya bunga yang lebih rendah (cost of fund) dengan memperhatikan

momentum ekonomi domestik yang baik dan kondusif. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

(SILPA) yang terjadi hingga triwulan pertama 2017 adalah sebesar Rp82,9T.

Meskipun pengelolaan fiskal pada triwulan pertama 2017 relatif lebih baik jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya, namun beberapa tantangan masih harus dihadapi. Di dalam

mencapai target pembangunan optimalisasi perpajakan melalui penggalian potensi,

ekstensifikasi, intensifikasi, pemeriksaan dan penindakan serta revaluasi harus terus

diupayakan. Selain itu, basis pajak harus terus diperluas terutama dengan memanfaatkan hasil

yang diperoleh dari program Amnesti Pajak. Tantangan di sisi perpajakan juga terletak pada

keberlanjutan agenda reformasi perpajakan baik di sisi administrasi maupun kebijakan.

Sementara itu di sisi belanja, kualitas akan terus ditingkatkan melalui akselerasi penyerapan

belanja modal khususnya pada belanja produktif untuk mendukung pembangunan

infrastruktur, serta menjaga efisiensi belanja barang dan belanja non prioritas. Dengan

mengatasi berbagai tantangan di sisi pendapatan dan belanja tersebut, defisit akan terkendali

pada batas yang aman, serta keseimbangan primer dapat diarahkan menuju positif.

Grafik 11. Penyerapan Belanja Hingga Maret 2017

(dalam triliun rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan

Realisasi Program Amnesti Pajak

73,1

24,610,2

52,9

21,19,2

0 2,3

74

31,7

11,8

65,1

12,3 9,50 0,4

0

50

100

BelanjaPegawai

BelanjaBarang

Belanja Modal PembayaranBunga Utang

Subsidi BantuanSosial

Belanja Hibah Belanja Lain-lain

2016 2017

Page 41: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 41

Program Amnesti Pajak atau yang dikenal dengan Tax Amnesty telah berakhir pada akhir Maret

2017. Program yang telah dimulai pada Juli 2016 tersebut merupakan sebuah terobosan

kebijakan yang diselenggarakan dalam rangka menciptakan sistem perpajakan yang lebih

sehat dan penerimaan pajak yang berkesinambungan. Dengan latar belakang adanya

kebutuhan pendanaan pembangunan yang besar serta persiapan Indonesia memasuki era

keterbukaan informasi yang ditandai dengan berlakunya Automatic Exchange of Information

(AEoI), program Amnesti Pajak diluncurkan dan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan

Wajib Pajak (WP) yang saat ini masih rendah. Program ini juga menandai era baru hubungan

antara WP dan pemerintah yang lebih sehat dan konstruktif melalui semangat kebersamaan

dan saling percaya. Bagi WP, program ini menjadi momentum untuk kepatuhan yang lebih

baik, sedangkan bagi pemerintah sebagai momentum pemungutan pajak yang lebih

berintegritas serta pengelolaan APBN yang lebih kredibel.

Amnesti Pajak memiliki beberapa tujuan dan manfaat yang penting bagi penguatan makro-fiskal

Indonesia. Beberapa tujuan utama dari program tersebut antara lain untuk perbaikan basis

data pajak yang lebih valid, komprehensif dan terintegrasi, serta menciptakan perluasan basis

perpajakan sebagai modal penting untuk meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka

pendek maupun panjang. Secara makroekonomi, Amnesti Pajak bertujuan untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi melalui dana repariasi aset yang disalurkan pada investasi produktif,

seperti infrastruktur. Sebagai sebuah terobosan kebijakan, Amnesti Pajak mendapat dukungan

positif serta apresiasi yang baik dari berbagai pihak yang tercermin dari kegiatan sosialisasi

yang selalu dihadiri oleh banyak peserta.

Grafik 12. (a) Penerimaan dari Amnesti Pajak, dan (b) Harta Deklarasi

(dalam triliun rupiah)

(a) (b)

Sumber: Kementerian Keuangan

Pembayaran Uang

Tebusan; 114,5

Penghentian Bukti

Permulaan; 19,4

Pembayaran Utang Pajak

untuk Kepesertaan

TA; 1,7

135,3 triliun

Deklarasi DN;

3698,7

Deklarasi LN;

1036,7

Repatriasi; 146,7

4882,2 triliun

Page 42: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

42 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Dampak positif dari Amnesti Pajak nampak dari peroleh penerimaan yang dicapai, yang

memberikan kontribusi signifikan pada penerimaan negara. Secara keseluruhan Amnesti Pajak

menghasilkan total penerimaan sebesar Rp135,3 triliun, dengan Rp114,5 triliun di antaranya

berasal dari pembayaran uang tebusan. Sebesar Rp103,96 triliun dari total penerimaan

diperoleh di periode pertama dan kedua di tahun 2016, sehingga memberikan kontribusi yang

baik pada penerimaan negara tahun 2016 yang masih dipengaruhi oleh faktor perlambatan

ekonomi global serta rendahnya harga komoditas. Penerimaan Amnesti Pajak tersebut

merupakan salah satu yang tertinggi dibandingkan program serupa yang telah dilaksanakan di

negara lain.

Tabel 8. Harta yang Dideklarasikan

(dalam triliun rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan

Keberhasilan program Amnesti Pajak Indonesia juga tercermin dari jumlah harta yang

dideklarasi yang mencapai 34,4 persen terhadap PDB, juga merupakan yang tertinggi di dunia

di antara program sejenis. Secara nominal, total aset yang dideklarasikan mencapai Rp4.882,2

triliun dengan rincian Rp3.698,7 triliun berasal dari Deklarasi Dalam Negeri; Rp1.036,7 triliun

Deklarasi Luar Negeri; dan Rp146,7 triliun dari Repatriasi. Kelompok aset yang paling banyak

dideklarasi adalah Kas dan Setara Kas yang mencapai 33,9 persen, disusul oleh Investasi dan

Surat Berharga sebesar 24,7 persen, serta Tanah, Bangunan, dan Harta tak Gerak Lainnya

sebesar 20,2 persen. Data aset ini menjadi informasi yang penting bagi dalam basis data DJP

sebagai masukan di dalam analisis potensi penerimaan dan pengawasan kepatuhan pajak.

Tabel 9. Peserta Amnesti Pajak

(dalam satuan)

Sumber: Kementerian Keuangan

Kelompok Harta Harta Deklarasi Kontribusi

Kas & Setara Kas 1.739,26 33,9 persen

Investasi & Surat Berharga 1.269,52 24,7 persen

Tanah, Bangunan & Harta tak Gerak Lainnya 1.036,46 20,2 persen

Piutang & Persediaan 731,97 14,3 persen

Logam Mulia & Barang Berharga & Harta Gerak Lainnya 243,05 4,7 persen

Kendaraan Bermotor 106,88 2,1 persen

HAKI & Harta tak Berwujud Lainnya 7,81 0,2 persen

Keterangan Jumlah Peserta Nilai Tebusan Harta Deklarasi

WP Badan 237.223 15,35 682,93

UMKM 111.336 0,68 87,10

Non UMKM 125.887 14,67 595,83

WP Orang Pribadi 735.918 99,17 4.199,26

UMKM 322.096 7,81 867,85

Non UMKM 413.822 91,36 3.331,41

Total 937.141 114,52 4.882,19

Page 43: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 43

Program Amnesti Pajak juga membuka kesempatan bagi pemerintah untuk memperkuat basis

data perpajakan termasuk termasuk dalam pemutakhiran data identitas, profil, dan harta WP.

Total peserta yang mengikuti program tersebut tercatat berjumlah 973.141, yang sebagian

besar didominasi oleh WP Orang Pribadi sebanyak 735.918 orang. Amnesti Pajak juga

mencatatkan adanya partisipasi yang tinggi dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),

sebanyak 30 persen dari total peserta. Kriteria WP UMKM adalah WP dengan jumlah

peredaran usaha sampai dengan Rp4,8 miliar dan/atau total harta sampai dengan Rp10 miliar.

Dengan adanya basis data baik subjek maupun objek pajak yang lebih baik upaya untuk

menggali potensi pajak lebih optimal dapat tercapai dengan lebih mudah. Melalui program ini

pemerintah dapat melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi antara lain melalui identifikasi WP

yang diaktifkan kembali setelah sebelumnya berstatus non-efektif, serta menjaring WP baru

yang sebelumnya belum terdaftar. Melalui program ini terdapat 52.784 WP baru, serta 24.820

WP yang dalam periode 2010-2014 tidak lapor Surat Pemberitahuan (SPT).

Grafik 11. Kepatuhan Formal WP Peserta Tax Amnesty

(dalam satuan)

Sumber: Kementerian Keuangan

Kesuksesan program Amnesti Pajak akan diperkuat melalui keberlanjutan reformasi perpajakan

yang lebih komprehensif. Langkah tersebut akan menyentuh baik sisi administrasi maupun sisi

kebijakan perpajakan. Dengan mempergunakan data dan informasi yang diperoleh dari

program tersebut, pemerintah akan terus meningkatkan kepatuhan perpajakan agar tercipta

sistem perpajakan yang kuat dan menjadi sumber penerimaan yang berkesinambungan bagi

pembangunan. Upaya melanjutkan langkah reformasi perpajakan juga penting karena potensi

perpajakan masih sangat besar. Hal ini terlihat dari nilai harta repatriasi yang berada di bawah

harapan, serta jumlah peserta Amnesti Pajak yang diperkirakan masih di bawah potensi

sesungguhnya.

Amnesti Pajak dan reformasi perpajakan yang komprehensif dan berkelanjutan, diperkirakan

akan memberikan kontribusi pada peningkatan rasio penerimaan pajak. Saat ini tingkat rasio

penerimaan perpajakan Indonesia masih sangat rendah yakni sekitar 10,9 persen (APBN

2017). Sebagai bagian dari extra effort, Amnesti Pajak dan reformasi perpajakan diarahkan

untuk memperluas basis pajak serta meningkatkan kepatuhan. Dengan memperhitungkan

pertumbuhan alamiah serta extra effort tersebut, di dalam periode 2018-2021 penerimaan

perpajakan diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 14-16 persen. Dengan demikian, rasio

penerimaan perpajakan akan meningkat menjadi 11-12 persen di tahun 2018, serta mencapai

kisaran 13,2-14,1 persen pada tahun 2021.

Keterangan Jumlah Peserta Nilai Tebusan Harta Deklarasi

WP Terdaftar 2016 Pasca Amnesti Pajak 52.784 2,51 168,01

WP Daftar 2016 Sebelum Amnesti Pajak 8.459 0,34 21,94

WP Terdaftar 2015 25.533 0,97 53,80

WP Tidak Lapor SPT (2010 – 2014) 249.820 10,17 575,25

WP Lapor SPT (2010 – 2014) 723.321 104,35 4.306,94

Page 44: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

44 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Boks 2. Dana Transfer Umum Untuk Infrastruktur

Pemerintah berkomitmen kuat untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal, salah satunya melalui alokasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana

Desa (TKDD) yang terus meningkat dalam APBN. Pada tahun 2012, anggaran TKDD baru

mencapai Rp480,6 triliun dan tahun 2017 TKDD dialokasikan sebesar Rp764,9 triliun.

Semakin besarnya pendanaan melalui TKDD tidak terlepas dari upaya Pemerintah

membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam

kerangka negara kesatuan. Di samping itu, anggaran TKDD yang semakin besar juga

memiliki nilai strategis dalam mendorong pencapaian target-target pembangunan

diantaranya mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan dan memeratakan

pelayanan publik, serta mengurangi kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan

antardaerah. Tujuan-tujuan mulia tersebut akan sangat sulit dicapai apabila dana TKDD

yang besar tidak dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah daerah dan menjadi SILPA

dalam APBD.

Grafik 12. Komposisi Jenis-jenis Dana TKDD 2017

(dalam persen)

Sumber: Kementerian Keuangan

TKDD meliputi beberapa jenis dana dengan tujuan pengalokasian yang berbeda-beda, yaitu

Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan DAK

Non Fisik, Dana Insentif Daerah (DID), Dana Otonomi Khusus (Otsus) dan Dana

Kesistimewaan DIY, serta Dana Desa (DD). Salah satu jenis TKDD yang memiliki komposisi

terbesar dalam TKDD (mencapai 65,8 persen pada tahun 2017) adalah Dana Transfer

Umum (DTU). DTU merupakan jenis dana transfer yang dapat digunakan oleh daerah sesuai

dengan prioritas daerah. DTU meliputi DBH dan DAU. DBH dialokasikan berdasarkan

persentase tertentu dari pendapatan negara dan ditujukan untuk mengurangi kesenjangan

fiskal vertikal. Sementara DAU dialokasikan dengan tujuan untuk memeratakan

kemampuan fiskal horizontal.

DTU; 65,8 DAK Fisik dan DAK Non Fisik (DTK), 22,7

DID; 1,0

Otsus dan DIY; 2,7 Dana Desa; 7,8

Page 45: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 45

Salah satu upaya Pemerintah dalam meningkatkan kualitas pemanfaatan TKDD mulai tahun

2017 dilakukan pengaturan pemanfaatan sebagian Dana Transfer Umum (DTU) untuk

belanja infrastruktur. Pengaturan tersebut dituangkan dalam Pasal 11 ayat (15) UU Nomor

18 Tahun 2016 tentang APBN 2017 yang berbunyi “Dana Transfer Umum diarahkan

penggunaannya, yaitu sekurang-kurangnya 25 persen (dua puluh lima persen) untuk

belanja infrastruktur daerah yang langsung terkait dengan percepatan pembangunan

fasilitas pelayanan publik dan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja,

mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan penyediaan layanan publik

antardaerah.

Pengaturan lebih lanjut terkait hal tersebut dimuat dalam Pasal 121 dan Pasal 122 Peraturan

Menteri Keuangan (PMK) Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah

dan Dana Desa. Dalam PMK tersebut dijelaskan bahwa DTU yang diarahkan

penggunaannya untuk belanja infrastruktur diperhitungkan dari besaran DTU setelah

dikurangi kewajiban pemerintah daerah menganggarkan Alokasi Dana Desa (ADD).

Sementara itu, untuk memberikan panduan kepada daerah terkait pengertian belanja

infrastruktur, dijelaskan pula bahwa belanja infrastruktur daerah dimaksud merupakan

belanja yang langsung terkait dengan percepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik

dan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan

mengurangi kesenjangan penyediaan pelayanan publik antardaerah. Besaran belanja

infrastruktur daerah dimaksud dihitung dari total belanja modal dan belanja pemeliharaan

setelah dikurangi belanja modal dan pemeliharaan untuk aparatur seperti pembangunan

dan/atau pemeliharaan gedung pemerintahan yang mempunyai fungsi utama pelayanan

administratif dan kendaraan dinas.

Untuk menjaga efektivitas pengaturan tersebut, diatur pula bahwa pembatasan alokasi

minimal DTU untuk belanja infrastruktur daerah menjadi dasar evaluasi Rancangan

Peraturan Daerah mengenai APBD provinsi oleh Menteri Dalam Negeri dan Rancangan

Peraturan Daerah mengenai APBD kabupaten/kota oleh gubernur. Selain itu, kepala daerah

juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan belanja infrastruktur daerah kepada Menteri

Keuangan paling lambat tanggal 31 Juli 2017 dan menjadi syarat penyaluran DAU bulan

September 2017.

Pengaturan tersebut diharapkan dapat memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal

melalui peningkatan belanja pemerintah daerah yang produktif dan penurunan belanja

kurang produktif dalam APBD pemerintah daerah. Selanjutnya lebih jauh diharapkan

pilihan belanja infrastruktur yang diambil oleh daerah merupakan kegiatan-kegiatan yang

bermanfaat besar terhadap penyediaan fasilitas pelayanan publik dan memberikan

dorongan terhadap kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat meningkatkan

kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan penyediaan

pelayanan publik antardaerah.

Page 46: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

46 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Boks 3. Catatan Anggaran Kesehatan

Kesehatan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional sebuah negara karena

kondisi kesehatan masyarakat merupakan sebuah cerminan kondisi pembangunan suatu

negara. Masyarakat yang sehat akan lebih produktif sehingga dapat mendukung

pencapaian target-target pembangunan, baik pembangunan ekonomi maupun

pembangunan sosial. Mengingat pentingnya sektor kesehatan, global competitiveness

index memasukkan sektor kesehatan sebagai salah satu indikator utama dalam subindex

kebutuhan dasar bersama dengan infrastruktur dan pendidikan.

Dalam rangka pembangunan sektor kesehatan, Pemerintah mencanangkan Program

Indonesia Sehat yang meliputi penerapan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan,

dan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN mulai dilaksanakan pada Januari

2014 dengan mekanisme asuransi sosial dengan tujuan memberikan jaminan kepada

peserta untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Selain itu, sejak tahun 2016 Pemerintah juga

melaksanakan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang bertujuan untuk

meningkatkan upaya preventif dan promotif di masyarakat.

Untuk mendukung program-program tersebut, Pemerintah terus meningkatkan alokasi

anggaran untuk kesehatan. Dalam lima tahun terakhir, anggaran kesehatan meningkat

secara rata-rata sebesar 26 persen per tahun. Bahkan sejak tahun 2016, Pemerintah telah

mengalokasikan 5 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk

sektor kesehatan sesuai dengan yang diamanatkan dalam UU Nomor 36 Tahun tentang

Kesehatan. Pada tahun 2017, anggaran kesehatan telah mencapai Rp104 triliun atau

sekitar 0,76 persen dari PDB. Salah satu alokasi terbesar anggaran kesehatan adalah iuran

JKN bagi penduduk miskin atau Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang mencapai 24,50 persen

dari total anggaran kesehatan. Di samping itu, terjadi perubahan komposisi anggaran

kesehatan di mana porsi anggaran kesehatan melalui Belanja Pemerintah Pusat menurun

sedangkan porsi yang melalui transfer ke daerah dan Dana desa meningkat dari 10,12

persen pada tahun 2012.

Upaya pembangunan yang dilakukan mampu meningkatkan capaian pembangunan di sektor

kesehatan. Angka harapan hidup meningkat, dari 69,9 di tahun 2012 menjadi 70,8 di tahun

2015. Di sisi lain, angka kematian bayi dan ibu melahirkan mengalami penurunan meskipun

angkanya masih cukup kecil. Program JKN telah memberikan perlindungan bagi penduduk,

baik perlindungan kesehatan maupun perlindungan finansial. Dari sisi kesehatan, JKN

memberikan pelayanan kesehatan dari pelayanan dasar hingga penyakit katastropik

asalkan terindikasi medis. Sedangkan dari sisi finansial, JKN berhasil memberikan proteksi

keuangan kepada penduduk yang sedang jatuh sakit agar tidak jatuh miskin. Selain itu, JKN

juga meningkatkan akses ke layanan kesehatan dengan biaya yang lebih terjangkau.

Page 47: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 47

Meskipun telah menunjukkan perbaikan, masih terdapat tantangan yang harus diatasi antara

lain yaitu masih tingginya tingkat kematian ibu melahirkan, meningkatnya penyakit tidak

menular yang erat kaitannya dengan gaya hidup yang tidak sehat dan faktor

sociodemographic termasuk aging population, dan terbatasnya jumlah dan tidak

meratanya distribusi fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan. Selain itu, perlu untuk

meningkatkan efektivitas penyelenggaraan JKN dan menjaga keberlanjutannya untuk

mencapai Universal Health Coverage pada tahun 2019. Ke depannya, Pemerintah akan

terus menjaga pemenuhan anggaran kesehatan sebesar lima persen dari APBN. Anggaran

kesehatan diarahkan untuk peningkatan supply side, peningkatan aksesdan kualitas

layanan kesehatan, program promotif dan preventif, dan mendorong efektivitas dan

menjaga keberlanjutan JKN. Selain itu, anggaran kesehatan juga akan lebih dioptimalkan

melalui penetapan alokasi anggaran sesuai dengan kebutuhan, peningkatan harmonisasi

perencanaan dan penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau. Selanjutnya,

Pemerintah akan terus memperkuat tindakan preventif dan promotif untuk pencegahan

penyakit menular, penguatan program ibu hamil dan menyusui dan peningkatan gizi anak.

Untuk meningkatkan kualitas Program Indonesia Sehat, Pemerintah akan terus

meningkatkan efektivitas penyelenggaraan JKN yang meliputi peningkatan akses, kualitas

dan perlindungan finansial.

Untuk itu, evaluasi jumlah peserta dan penyesuaian iuran penting untuk dilakukan untuk

menjaga kesinambungan program. Selain itu, seiring dengan desentralisasi fiskal, peran

Pemda perlu didorong untuk peningkatan kuantitas fasilitas kesehatan dan kualitas layanan

kesehatan di wilayahnya.

Page 48: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

48 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Page 49: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 49

BAGIAN III LAMPIRAN

DATA EKONOMI

MAKRO DAN APBN

Page 50: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

50 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Data P

erkemb

angan

Ind

ikator Eko

no

mi M

akro H

ingga A

pril 2

01

7

Ind

ikator

2012

2013

2014

2015

2016

2017

Des

Jan

Feb M

ar A

pr

Pertu

mb

uh

an Eko

nom

i

G

row

th ( p

ersen)

6,2

6

5,7

8

5,0

1

4,7

9

4.9

4

5

,01

N

om

inal (triliu

n)

8.2

29

,44

9

.08

7,2

8

10

.56

5,8

2

11

.53

1,7

2

12

.40

6,8

1

3

.22

7,2

0

In

flasi ( persen

) 4

,3

8,3

8

8,3

6

3,3

5

3,0

2 3

,49

3

,83

3

,61

4

,17

IH

K

13

5,4

9

14

6,8

4

11

9

12

2,9

9

12

6,7

1

12

7,9

4

12

8,2

4

12

8,2

2

12

8,3

3

C

ore

4,4

4

,98

4

,93

3

,95

3

,07

3

,35

3

,41

3

,30

3

,28

A

dm

inistrative P

rice 2

,66

1

6,6

5

17

,57

0

,39

0

,21

3

,35

4

,74

5

,50

8

,68

V

olatile Fo

od

5

,68

1

1,8

3

10

,88

4

,84

5

,92

4

,13

4

,46

2

,89

2

,66

Nilai Tu

kar (Rp

/US$1

)

R

ata-rata 9

.38

0

10

.45

1

12

.43

8

13

.30

8

13

.41

7

13

.35

9

13

.34

1

13

.34

6

13

.30

7

En

d O

f Perio

d

9.6

70

1

2.1

89

1

2.4

40

1

3.4

36

1

3.4

63

1

3.3

43

1

3.3

47

1

3.3

21

1

3.3

27

Suku

Bu

nga ( p

ersen)

B

I-7 D

ay Reverse R

epo

Rate

- -

- 7

,5

4,7

5

4,7

5

4,7

5

4,7

5

4,7

5

K

redit K

on

sum

si (eop

) 1

3,5

8

13

,13

1

3,5

8

13

,88

1

3,5

9

13

,58

1

3.5

6

13

.48

K

redit M

od

al Kerja (eo

p)

11

,49

1

2,1

2

12

,79

1

2,4

6

11

,36

1

1,3

4

11

.26

1

1.1

9

K

redit In

vestasi (eop

) 1

1,2

7

11

,82

1

2,3

6

12

,12

1

1,2

1

11

,17

1

1.1

1

1.0

5

Harga M

inyak (US$/b

arel)

R

ata-rata (ICP

) 1

12

,7

10

5,8

5

9,6

3

5,5

5

1,1

5

1,9

5

2,5

4

8,7

4

9,6

W

TI 9

4,0

5

97

,61

5

3,2

7

37

5

3,7

5

2,8

5

4,0

5

0,6

4

9,3

B

rent

11

2,1

0

10

8,8

5

5,7

6

35

,8

55

,4

54

,7

55

,6

52

,7

50

,9

SUN

dan

Saham

O

bligasi

Yield (5

YR)

4,7

6

8,0

3

7,7

0

8,8

2

7,5

8

7,3

0

7,2

9

6,8

5

6,6

9

Yield (1

0YR

) 5

,19

8

,83

7

,80

8

,75

7

,97

7

,65

7

,54

7

,04

7

,05

Sah

am

IHSG

4

.31

6

4.2

74

5

.22

7

5.6

06

5

.29

7

5.2

94

5

.38

7

5.5

68

5

.68

5

N

FB

SUN

, Saham

, SBI

34

.68

4

63

.94

3

-28

.31

4

5.3

53

5

,00

9

23

.62

1

5.9

99

4

.16

61

Perb

ankan

( persen

)

C

AR

1

7,3

0

18

,36

1

9,4

0

21

,16

2

2,6

9

23

,0

23

,0

LD

R

83

,58

8

9,7

8

9,4

2

91

,95

9

0,7

8

6,5

9

89

,12

N

PL

1,9

1

,77

2

,2

2,4

9

2,9

3

3,1

0

3,2

0

P

ertum

bu

han

Kred

it 2

3,1

3

21

,35

1

1,5

6

10

,12

1

0,4

1

9,7

2

8,9

6

Page 51: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 51

Data P

en

yera

pan

AP

BN

Tahu

n 2

01

5-2

01

7

U

raian

2015

2016

2017 (aku

mu

lasi)

AP

BN

P R

ealisasi (LKPP

A

udited)

% th

d

AP

BN

P A

PB

NP

Realisasi

(Jum

lah)

% th

d A

PB

NP

AP

BN

Jan

uari

Febru

ari M

aret

A. P

end

apatan N

egara dan

Hib

ah 1.76

1,6 1.50

8,0 85

,6 1.786,2

3 1.551,7

9 86

,9 1.750,3

87,9

170,1

295,1

I. P

enerim

aan D

alam N

egeri 1

.75

8,3

1

.49

6,0

8

5,1

1

.78

4,2

5

1.5

45

,96

8

6,6

1

.74

8,9

8

7,9

1

70

,1

29

5,1

1

. Pen

erimaan

Perp

ajakan

1.4

89

,3

1.2

40

,4

83

,3

1.5

39

,17

1

.28

3,6

0

83

,4

1.4

98

,9

73

,6

14

1,4

2

37

,7

a. P

ajak Dalam

Ne

geri 1

.44

0,0

1

.20

5,5

8

3,7

1

.50

3,2

9

1.2

48

,38

8

3

1.4

64

,8

70

,8

13

6,1

2

29

,1

b

. Pajak P

erd

agangan

Intern

asion

al 4

9,3

3

4,9

7

0,9

3

5,8

7

35

,21

9

8,2

3

4,1

2

,8

5,3

8

,5

2. P

enerim

aan N

egara Bu

kan P

ajak 2

69

,1

25

5,6

9

5,0

2

45

,08

2

62

,36

1

07

2

50

,0

14

,3

28

,7

57

,4

a. P

enerim

aan Su

mb

er Daya A

lam

11

8,9

1

01

,0

84

,9

90

,52

6

5,4

7

72

,3

87

,0

7,8

1

7,1

2

8,4

b. B

agian Lab

a BU

MN

3

7,0

3

7,6

1

01

,9

34

,16

3

7,1

3

10

8,7

4

1,0

0

,0

0,0

0

,0

c. P

NB

P Lain

nya

90

,1

81

,7

90

,7

84

,12

1

17

,31

1

39

,5

84

,4

6,5

1

1,6

2

1,8

d. P

end

apatan

BLU

2

3,1

3

5,3

1

53

,0

36

,27

4

2,4

4

11

7

37

,6

0,0

0

,0

7,2

II. Hib

ah

3,3

1

2,0

3

61

,5

1,9

8

5,8

3

29

5,2

1

,4

0,0

0

,0

0,0

B

. Belan

ja Negara

1.984,1

1.806,5

91,1

2.082,95

1.859,46

89,3

2.080,5 13

3,3 22

5,6 40

0,0

I Belan

ja Pem

erintah

Pu

sat 1

.31

9,5

1

.18

3,3

8

9,7

1

.30

6,7

0

1.1

48

,60

8

7,9

1

.31

5,5

5

7,6

1

02

,8

20

4,8

1

. Belan

ja Pegaw

ai 2

93

,1

28

1,1

9

5,9

3

42

,45

3

04

,83

8

9

34

3,3

3

0,6

5

1,7

7

4,0

2

. Belan

ja Baran

g 2

38

,8

23

3,3

9

7,7

3

04

,24

2

05

,55

6

7,6

2

96

,6

1,2

8

,3

31

,7

3. B

elanja M

od

al 2

75

,8

21

5,4

7

8,1

2

06

,57

1

64

,98

7

9,9

1

94

,3

0,6

5

,0

11

8

4. P

emb

ayaran K

ewajib

an U

tang

15

5,7

1

56

,0

10

0,2

1

91

,22

1

82

,76

9

5,6

2

21

,2

22

,6

32

,4

65

,1

5. Su

bsid

i 2

12

,1

18

6,0

8

7,7

1

77

,75

1

74

,57

9

8,2

1

60

,1

0,0

0

,1

12

,3

6. B

elanja H

ibah

4

,6

4,3

9

1,8

8

,54

7

1

83

,3

2,2

0

,0

0,0

0

,0

7. B

antu

an So

sial 1

07

,7

97

,2

90

,2

53

,40

4

9,6

2

92

,9

57

,0

2,4

5

,1

9,5

8

. Belan

ja Lainn

ya 3

1,7

1

0,1

3

1,8

2

2,5

3

6,8

7

30

,5

41

,0

0,2

0

,2

0,4

II. Transfe

r Ke D

aerah D

an D

ana D

esa

66

4,6

6

23

,1

93

,8

77

6,2

5

71

0,8

6

91

,6

76

4,9

7

5,6

1

22

,7

19

5,2

1

. Transfer ke D

aerah

64

3,8

6

02

,4

93

,6

72

9,2

7

66

4,1

8

91

,1

70

4,9

7

5,6

1

22

,7

19

5,2

a. Dan

a Pe

rimb

angan

5

21

,8

48

5,8

9

3,1

7

05

,46

6

40

,36

9

0,8

6

77

,1

75

,6

12

2,6

1

90

,8

i. Dan

a Transfer U

mu

m

46

3,0

4

31

,0

93

,1

49

4,4

4

47

5,9

0

96

,3

50

3,6

6

6,5

1

13

,4

16

3,0

- D

ana B

agi Hasil

11

0,1

7

8,1

7

0,9

1

09

,08

9

0,5

4

83

9

2,8

0

,0

14

,4

30

,0

- Dan

a Alo

kasi Um

um

3

52

,9

35

2,9

1

00

,0

38

5,3

6

38

5,3

6

10

0

41

0,8

6

6,5

9

9,0

1

33

,0

ii. Dan

a Transfe

r Kh

usu

s 5

8,8

5

4,9

9

3,3

2

11

,02

1

64

,47

7

7,9

1

73

,4

9,2

9

,2

27

,8

b

. Dan

a Insen

tif Dae

rah

- -

- 5

,00

5

,00

1

00

7

,5

0,0

0

,0

4,3

c. Dan

a Oto

no

mi K

hu

sus d

an K

eistimew

aan D

IY 1

7,6

1

7,6

1

00

,0

18

,81

1

8,8

1

10

0

20

,3

0,0

0

,1

0,1

d. D

ana Tran

sfer Lainn

ya 1

04

,4

98

,9

94

,7

0,0

0

0,0

0

0,0

0

,0

0,0

2

. Dan

a Desa

20

,8

20

,8

10

0,0

4

6,9

8

46

,68

9

9,4

6

0,0

0

,0

0,0

0

,0

C. K

eseimb

angan

Prim

er (6

6,8

) (1

36

,1)

20

3,7

-1

05

,51

-1

24

,91

1

18

,4

(10

9,0

) (2

2,8

) (2

3,1

) (3

9,8

) D

. Surp

lus/D

efisit An

ggaran (A

- B)

(22

2,5

) (2

98

,5)

13

4,2

-2

96

,72

-3

07

,67

1

03

,7

(33

0,2

) (4

5,4

) (3

30

,2)

(10

4,9

) E. Pem

biayaan

222,5 323,1

145,2

296,72

330,33

111,3

330,2

82,7

120,6

187,9

I. P

emb

iayaan D

alam N

egeri 2

42

,5

30

7,9

1

01

,5

29

9,2

5

34

4,9

3

11

5,3

n

.a n

.a n

.a n

.a

Ii. Pem

biayaan

Luar N

egeri (n

eto)

(20

,0)

15

,3

-76

,2

-2,5

3

-14

,59

5

77

,5

n.a

n.a

n.a

n.a

1. P

enarikan

Pin

jaman

Luar N

egeri (Bru

to)

48

,6

83

,8

17

2,3

7

2,9

6

58

,96

8

0,8

n

.a n

.a n

.a n

.a

a. Pin

jaman

Pro

gram

7,5

5

5,1

7

34

,5

0,0

0

0,0

0

n

.a n

.a n

.a n

.a

b. P

injam

an P

royek

41

,1

28

,7

69

,8

0,0

0

0,0

0

n

.a n

.a n

.a n

.a

2

. Pen

erusan

SLA

(4,5

) (2

,6)

57

,6

-5,8

3

-4,8

3

82

,8

n.a

n.a

n.a

n.a

3. P

emb

ayaran C

icilan P

oko

k Utan

g LN

(64

,2)

(66

,0)

10

2,8

-6

9,6

5

-68

,73

9

8,7

n

.a n

.a n

.a n

.a

Page 52: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

52 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Page 53: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 53

CATATAN :

Page 54: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

54 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal

Page 55: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal 55

Page 56: TINJAUAN EKONOMI, KEUANGAN, & FISKAL · Kondisi makro dan fiskal yang sehat ini diharapkan akan terus ditingkatkan melalui langkah-langkah reformasi yang terus berjalan, serta posisi

56 Edisi II / Mei 2017 | Tinjauan Ekonomi, Keuangan, & Fiskal