Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Edisi Juli
description
Transcript of Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Edisi Juli
-
| Mengelola Faktor Produksi Untuk Pembangunan Ekonomi yang
Inklusif
|Kontribusi Tenaga Kerja Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
| Melihat Pergerakan Harga Minyak Dunia Akibat Gejolak Politik Mesir
| Pembangunan Daerah Perbatasan Indonesia
| Tantangan Pemerataan Pembangunan Indonesia
| Koordinasi Mendorong Pembangunan Infrastruktur Melalui Proyek
Prioritas MP3EI
-
Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Fiskal & Moneter Koordinator : Bobby Hamzar Rafinus
Editor : Edi Prio Pambudi, Puji Gunawan Analis : Alexcius Winang, Al isa Fatimah, Dara Ayu
Prastiwi, Fitria Faradila, Insani Sukandar, Masyitha Mutiara Ramadhan, Oktya Setya Pratidina, Ratih
Kania, Riski Raisa Putra, Windy Pradipta Distribusi : Chandra Mercury Kontributor : Vivi Alatas,
Vitri Nurmalasari , Erns Saptenno, Alvin Adisasmita, Predi Mul iansyah, Alvian Syahfrizal , Adji
Dharma, Tim Pemantauan dan Pengendal ian Inflasi , Komite Kebijakan KUR, Tim Koordinasi
Kebijakan Stabil isasi Harga Pangan Pokok.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembangan
indikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010
KUR & UKM 27
Realisasi Penyaluran KUR Periode Juni 2013
OPINI PAKAR 18
Tantangan Pemerataan Pembangunan Indonesia
KEUANGAN 20
Penajaman Regulasi Kredit Pemilikan Rumah:
Untuk Mengurangi Aktivitas Spekulasi
BUMN 21
Peranan BUMN Dalam Ketahanan Pangan
FISKAL & REGULASI EKONOMI 22
Mengelola Utang Untuk Menghindari Debt TrackMP3EI 27
Mendorong Pembangunan Infrastruktur Melalui
56 Proyek Prioritas MP3EI
KETENAGAKERJAAN 26
Mengkaji dan Menanggulangi Dampak
Perdagangan Ketenagakerjaan
LAPORAN KEGIATAN 28KEK Sei Mangkei Siap Menjadi Simpul Ekonomi
Dunia |
Indonesia Menuju Komunitas Ekonomi Asean
2015 |
Membangun Ekonomi Yang Inklusif - FGD
UNAIR
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia
MERAIH KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN
EKONOMI YANG INKLUSIF 7
Mengelola Faktor Produksi Untuk Pembangunan
Ekonomi Yang Inklusif |
Pertumbuhan Minus Kesejahteraan|
Kontribusi Tenaga Kerja Dalam Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi |
Kondisi Pengelolaan TKI dan Aktivitas Ekonomi TKI
Purna |
Mampukah Balai Latihan Kerja Meningkatkan
Produktivitas Tenaga Kerja?|
Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Untuk
Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas|
KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI 2
Kebijakan Stabilisasi Harga Pasca Kenaikan BBM
dan Selama Bulan Ramadan
EKONOMI INTERNASIONAL 3
Melihat Pergerakan Harga Minyak Dunia Akibat
Gejolak Politik Mesir
EKONOMI DOMESTIK 4
Tekanan Inflasi dan Depresiasi Nilai Tukar
EKONOMI DAERAH 5
Pembangunan Daerah Perbatasan Indonesia
(Gambaran daerah perbatasan perlu mendapat
perhatian pemerintah)
-
Editorial
Bobby Hamzar Rafinus
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juni 2013
1
Indikator Ekonomi
Kesiagaan Indonesia menghadapi turbulensi ekonomi
global yang belum reda nampaknya perlu ditingkatkan.
Publ ikasi Bank Dunia berjudul Adjusting to
Pressuresyang diterbitkan awal Jul i 2013 mengingatkan
hal tersebut. Perkembangan beberapa indikator makro
yang diterbitkan awal Agustus 2013 menegaskan
kondisi eksternal dan internal yang perlu diwaspadai.
Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2013 melambat
menjadi 5,8 persen (yoy), inflasi Ju l i melonjak 8,6 persen
(yoy), dan defisit neraca perdagangan naik capai USD
0, 8 mil iar pada Juni 2013.
Perkembangan ekonomi Indonesia tersebut seakan
melanjutkan rambatan perlambatan pertumbuhan
ekonomi Asia yang diawal i oleh India dan selanjutnya
Cina pada awal tahun ini. Gejala tersebut ditengarai
merupakan dampakdari pemul ihan ekonomi yang
lambat di Amerika Serikat dan krisis utang pemerintah
yang masih berlangsung di Eropa. Kondisi ini
memberikan sinyal perlunya Asia mengurangi
ketergantungan pada ekonomi Amerika Serikat dan
Eropa.
Untuk itu Haruhiko Kuroda, saat ini Gubernur Bank
Sentral Jepang, sewaktu masih menjabat Presiden Asian
Development Bank menyarankan negara-negara Asia
melakukan percepatan peningkatan peran sektor jasa-
jasa agar momentum pertumbuhan ekonominya tetap
berlanjut. Saran tersebut dilandasi pemikiran bahwa
tahapan perkembangan kelompok negara maju saat ini
akan diikuti oleh kelompok negara berkembang Asia.
Peran sektor jasa-jasa pada negara-negara OECD sudah
mencapai 75 persen, sementara Asia sekitar 48 persen.
Era pertumbuhan ekonomi Asia yang tinggi selama ini
ditopang oleh sektor manufaktur yang pada tahun 2010
kontribusinya telah melampaui OECD yaitu 41 persen
dibanding 24 persen. Sektor jasa menurutnya memil iki
potensi penciptaan lapangan kerja yang lebih besar dan
inklusif karena banyak menyerap tenaga kerja wanita
dibanding sektor manufaktur yang makin cenderung
padat modal .
Struktur produksi domestik Indonesia ditopang oleh
sektor manufaktur sekitar 24 persen, pertanian dan
pertambangan 26 persen, serta jasa-jasa 50 persen.
Sementara jika dil ihat dari struktur lapangan kerja,
sektor manufaktur menyerap 13 persen, pertanian 35
persen, dan jasa-jasa 48 persen. Kedua struktur tersebut
menunjukkan dominasi sektor jasa dalam
perekonomian Indonesia. Peran domestik yang besar
tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan
produktivitas dan efisiensi , sehingga daya saingnya
rendah. Hal tersebut tercermin dari defisit neraca jasa-
jasa dalam neraca pembayaran Indonesia yang
cenderung membesar dengan semakin bebasnya arus
pergerakan faktor-faktor produksi antar negara. Kondisi
ini menegaskan bahwa penguatan sektor jasa menjadi
semakin penting dengan akan dimulainya skema
Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015.
Separuh nilai tambah sektor jasa Indonesia masih
bertumpu pada kegiatan konstruksi, perdagangan,
restoran, dan hotel . Kegiatan ini didominasi oleh tenaga
kerja informal dengan tuntutan keahl ian yang relatif
rendah. Untuk itu perlu terus didorong pengembangan
ketrampilan di sektor ini dan peningkatan jumlah
tenaga ahl i di sektor pengangkutan dan komunikasi ,
serta keuangan - real estat dan jasa perusahaan.
Kuroda menyarankan perlunya sinergi pengembangan
sektor jasa-jasa dengan sektor manufaktur dengan
didukung oleh kelangsungan penyediaan infrastruktur
dan reformasi regulasi . J ika hal ini terjadi menurutnya
momentum pertumbuhan ekonomi cepat di Asia akan
berlanjut, inklusif, dan seimbang. Indonesia bisa.
-
Dalam rangka menjaga daya bel i
masyarakat pasca kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
untuk mengendal ikan inflasi
khususnya di bulan Ramadhan,
Pemerintah telah dan akan terus
melakukan koordinasi dengan
Gubernur Bank Indonesia. Melalui
koordinasi ini , d iharapkan inflasi
tahun 2013 tidak melebihi target
inflasi sebesar 7,2% dan
momentum pertumbuhan ekonomi
dapat terjaga dengan sasaran
pertumbuhan sebesar 6,2%. Selain
itu, daya bel i masyarakat
diharapkan dapat tetap terjaga
mengingat konsumsi memil iki porsi
yang cukup besar dalam
pertumbuhan ekonomi. Harga
komoditas memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap
konsumsi masyarakat sehari-hari .
Oleh karena itu, salah satu dari
sejumlah permasalahan ekonomi
yang dibahas di dalam Rapat
Koordinasi Terbatas Bidang
Perekonomian adalah Kebijakan
Stabil isasi Pangan. Rapat ini
di laksanakan pada tanggal 17 Jul i
2013 di Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian.
Dibandingkan dengan Minggu II
Jul i 2013, harga pangan pokok
pada Minggu III Jul i 2013 telah
mulai menunjukan tren penurunan
meskipun masih pada tingkat harga
yang tinggi. Kenaikan harga terjadi
pada sejumlah komoditas antara
lain: bawang merah (18,77%), cabe
rawit (11,55%), telur ayam (1,48%),
daging ayam ras (0,24%), minyak
goreng curah (0,70%) dan daging
sapi (0,65%). Sedangkan beberapa
komoditas pangan yang mengalami
penurunan diantaranya adalah: ikan
bandeng (0,34%), cabe merah
(10,58%) dan ikan kembung
(0,10%).
Untuk komoditas daging sapi,
penurunan harga yang terjadi pada
minggu III Jul i 2013 dirasakan
belum signifikan karena harapan
pemerintah adalah harga daging
sapi dapat menyentuh angka
Rp75.000 s.d. Rp80.000 per kg.
Untuk menekan harga ke level
sasaran, pemerintah akan
mereal isasikan rencana impor
tambahan dalam bentuk sapi siap
potong melalui Peraturan Menteri
Perdagangan dan Peraturan
Menteri Pertanian. Kedua peraturan
menteri tersebut diharapkan dapat
segera ditetapkan pada tanggal 18
Jul i 2013, hal ini di lakukan agar ij in
impor dapat segera diterbitkan.
Impor daging yang dilakukan oleh
Perum BULOG belum semuanya
tereal isasi , baik yang dilaksanakan
melalui Bandar Udara Soekarno
Hatta maupun pelabuhan Tanjung
Priok. Untuk itu, Perum BULOG
akan melakukan percepatan
pelaksanaan impor daging beku
yang telah mulai tiba di Bandar
Udara Soekarno Hatta sejak tanggal
16 Jul i 2013 sampai dengan awal
Agustus 2013.
Kementerian Pertanian dan
Kementerian Perdagangan akan
mengkaji peraturan perundang-
undangan sebagai aturan
pelaksanaan dari UU Nomor 18
Tahun 2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan yang
memuat ketentuan mengenai
pelaksanaan importasi daging sapi.
Selain itu, pemerintah pun akan
melakukan percepatan proses
pemberian rekomendasi dan izin
impor untuk impor daging jenis
prime cut yang telah dibebaskan
alokasi impornya untuk kebutuhan
hotel , restoran dan katering serta
memperlancar proses verifikasi oleh
surveyor di pelabuhan muat.
Selanjutnya, harga bawang merah
dan cabe rawit di beberapa kota
besar sudah mengalami penurunan
walaupun belum signifikan. Dalam
waktu dekat impor bawang merah
dan cabe akan masuk ke pasar dan
diharapkan dapat menstabilkan
harga. Pemerintah akan melakukan
akselerasi impor bawang merah
dan cabe mengingat waktu panen
yang mundur karena anomal i ikl im
dan adanya keterbatasan pasokan
di negara asal impor, Cina,
sehingga diperlukan penyesuaian
ij in impornya untuk supplier negara
lain.
Terkait harga daging ayam,
Kementerian Perdagangan telah
bekerja sama dengan GPPU, PD.
Pasar Jaya, ASPARINDO untuk
menstabilkan harga daging ayam di
DKI Jakarta. Selain itu, APSI telah
melaksanakan Operasi Pasar (OP)
untuk daging ayam dengan harga
Rp28.000 per kg. Operasi Pasar
tersebut turut mel ibatkan PT. Japfa
Comfeed Indonesia, PT Charoen
Pokphand Indonesia dan PT. Sierad
Produce. Pemerintah akan terus
melakukan pemantauan pasokan
dan harga daging ayam di pasar
tradisional selama bulan Ramadhan
dan lebaran guna pelaksanaan OP
lanjutan apabila harga daging ayam
diatas batas kewajaran.
Khusus untuk komoditas beras,
harga beras sampai dengan
Minggu III Jul i 2013 menunjukan
tren kenaikan. Pemerintah akan
mengantisipasi kenaikan harga
beras premium melalui mekanisme
OP dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya inflasi .
Koordinasi Kebijakan Ekonomi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
2
Erns Saptenno
KEBIJAKAN STABILISASI HARGA
PASCA KENAIKAN BBM DAN
SELAMA BULAN RAMADHAN
-
Selama bulan Jul i 2013, harga
komoditas dunia cenderung
meningkat. Salah satu komoditas
yang mengalami kenaikan harga
pal ing tinggi adalah minyak
mentah. Pada tanggal 5 Jul i 2013,
harga WTI Crude Oil berada pada
level 103,63 US$/ barrel . Angka ini
tercatat sebagai level tertinggi sejak
Mei 2012. Bahkan harga minyak
cenderung terus meningkat hingga
mencapai level 108,47 pada 19 Jul i
2013.
Gejolak pol itik di Mesir selama
bulan Jul i 2013 ternyata memil iki
pengaruh besar terhadap
perekonomian dunia, khususnya
terhadap pergerakan harga minyak.
Aksi unjuk rasa di Mesir yang
menuntut turunnya presiden
Muhammad Mursi memicu
pecahnya aksi kekerasan.
Ketidakstabilan pol itik ini
mendorong kekhawatiran para
pedagang karena dapat
mengganggu arus perdagangan
minyak, khususnya yang melewati
Terusan Suez.
Mesir adalah negara non- OPEC
yang menjadi produsen minyak
terbesar di benua Afrika., Selain
minyak, Mesir juga menjadi Negara
penghasil gas alam terbesar kedua
setelah Algeria. Selain itu, Mesir
memainkan peran penting pada
perdagangan energi di pasar
internasional . Peran Terusan Suez
sangat vital karena menjadi rute
transit strategis yang
menghubungkan Teluk Persian ke
Eropa dan Amerika Utara. Selain
Terusan Suez, Mesir juga memil iki
Suez Canal and Suez Mediterranean
(SUMED) Pipeline. Jalur ini menjadi
rute alternatif yang
menghubungkan laut Mediterania
dan Laut Merah saat kapal tidak
bisa melalui Terusan Suez. Dengan
memil iki jalur perdagangan
internasional , Mesir memperoleh
banyak kontribusi penerimaan.
Terusan Suez menjadi jalur
perdagangan minyak yang relatif
penting, yakni sekitar 25% output
minyak dunia. Barclays memprediksi
bahwa Terusan Suez menjadi jalur
perdagangan 800.000 barel minyak
mentah dan 1,4 juta barel minyak
olahan setiap harinya. Jumlah ini
setara dengan 2 persen kebutuhan
minyak dunia. Selain itu, Suez
menjadi jalur utama pipa
penghubung ke negara Eropa.
Berdasarkan ril is laporan dari US
Energy Information , secara umum
produksi minyak dan gas di Mesir
tidak terpengaruh meskipun
beberapa perusahaan luar negeri
menarik stafnya sebagai antisipasi
dari ketidakpastian di Mesir.
Pengiriman minyak dan gas dari
Terusan Suez juga tetap terjaga
dengan adanya pengamanan di
Terusan Suez.
Ternyata, ketidakpastian ekonomi
dan pol itik di Mesir bukan menjadi
satu-satunya penyebab kenaikan
harga minyak dunia. Menurut
Departemen Energi Amerika Serikat
produksi minyak mingguan
mengalami penurunan hingga 10,3
juta barel pada awal Jul i 2103. Hal
ini merupakan penurunan tertinggi
selama tiga belas tahun terakhir
dan jumlah ini tiga kal i lebih besar
dibandingkan prediksi. Selain itu,
naiknya harga minyak didorong
oleh adanya kenaikan permintaan
seiring dengan mulai beroperasinya
kilang minyak di Indiana.
Volati l itas harga minyak
diperkirakan masih terus berlanjut.
Gejolak ekonomi dan pol itik di
Mesir masih menjadi pendorong
utama kekhawatiran para
pedagang. Pemerintah perlu
memperhatikan pergerakan harga
minyak mengingat hal ini terkait
dengan kesehatan fiskal . Harga
minyak yang terus merangkak naik
dapat menggerus anggaran.
EKONOMI INTERNASIONAL
3
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
Masyitha Mutiara R
Pergerakan Harga Minyak Dunia Akibat Gejolak Politik Mesir
-
Tekanan Inflasi dan Depresiasi Nilai Tukar
4
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
Ekonomi Domestik
Kenaikan harga BBM bersubsidi
mendorong tingginya tingkat inflasi
pada bulan Juni 2013, khususnya
komponen inflasi volatile food dan
administered price. Inflasi volati le
food tercatat 1,18% (mtm) dan
11,46% (yoy). Kenaikan harga BBM
bersubsidi meningkatkan biaya
transportasi pada distribusi
komoditas pangan, sehingga harga
pangan di konsumen akhir
cenderung meningkat. Adapun
faktor lainnya berasal dari pasokan
yang relatif terbatas.
Kenaikan harga BBM juga memicu
inflasi administered price. Ditambah
lagi dengan adanya penyesuaian
tarif dasar l istrik semakin menaikkan
komponen inflasi ini . Dorongan dua
hal di atas menyebabkan inflasi
administered price naik 3,24% dari
bulan sebelumnya (mtm) dan
bahkan dari periode yang sama
tahun lalu (yoy) naik 6,70%.
Berbeda halnya dengan inflasi
volatile food dan administered price
yang cenderung tinggi, komponen
inflasi inti relatif lebih stabil .
Komponen inflasi ini tercatat 0,32%
(mtm) dan 3,98% (yoy). Beberapa
faktor utama yang mendorong
stabilnya inflasi inti , antara lain
permintaan domestik yang terjaga
seiring dengan respon sisi
penawaran yang memadai dan
harga komoditas internasional yang
menurun.
Tingkat inflasi umum pada bulan
Juni 2013 tercatat 1,03% (mtm) dan
5,90% (yoy). Berdasarkan spasial , 65
dari 66 kota IHK mengalami inflasi .
Kota Sibolga, Sumatera Utara
mengalami inflasi tertinggi
dibandingkan kota lain, yaitu
sebesar 1,96% (mtm). Hanya
terdapat satu kota yang mengalami
deflasi yaitu Ambon, Maluku
sebesar 0,15% (mtm). Berdasarkan
golongan barang, kenaikan harga
bahan makanan yang mencapai
10,70% (yoy) masih menjadi sumber
kenaikan inflasi yang pal ing
dominan pada bulan Juni.
Bank Indonesia optimis menyatakan
dampak kenaikan harga BBM
bersubsidi hanya akan berlangsung
selama tiga bulan mendatang dan
puncak inflasi akan terjadi pada
bulan Jul i 2013. Kendati demikian,
ekspektasi inflasi diperkirakan
meningkat sehingga proyeksi ke
depan akan mendorong kenaikan
komponen inflasi inti .
Ekspektasi inflasi tidak hanya
terpicu oleh kenaikan harga BBM
bersubsidi , beberapa penyebab lain
adalah kenaikan harga bahan baku,
tarif dasar l istrik dan kenaikan Upah
Minimum Provinsi (UMP). Secara
bersama, Pemerintah dan Bank
Indonesia terus menunjukkan
koordinasi nyata mengendal ikan
inflasi melalui penguatan langkah-
langkah mitigasi dampak lanjutan
kenaikan BBM. Upaya mitigasi
tersebut diharapkan dapat menekan
inflasi ke dalam sasaran sebesar
4,5%1% pada tahun 2014.
Sementara itu, Rupiah masih
mengalami depresiasi terhadap
Dol lar AS. Berdasarkan data kurs
tengah Bank Indonesia, rata-rata
nilai Rupiah bulan Juni mencapai Rp
9.881 per Dol lar AS, terdepresiasi
sebesar 1,24% dibanding rata-rata
bulan Mei sebesar Rp 9.7961 per
dol lar AS.
Faktor eksternal maupun internal
mempengaruhi pelemahan nilai
tukar terhadap Dol lar AS. Faktor
eksternal terutama berasal dari
penguatan Dol lar AS karena indikasi
perbaikan ekonomi AS dan
pengurangan jumlah pembel ian
obl igasi oleh The Fed. Penguatan
Dol lar AS menyebabkan pelemahan
sejumlah nilai mata uang Asia,
termasuk Indonesia. Selain itu,
-
5Fitria Faradila
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
perlambatan ekonomi China dan
Eropa turut mendorong pelemahan
pada Rupiah. Sentimen negatif dan
ketidakpastian global mendorong
peningkatan kekhawatiran atas
perekonomian domestik dan
menyebabkan koreksi kepemil ikan
aset non-residen pada instrumen
keuangan. Pelepasan kepemil ikan
ini akan menyebabkan penurunan
indeks saham sekal igus depresiasi
Rupiah.
Sementara itu, faktor internal juga
berasal dari antisipasi kenaikan
harga BBM bersubsidi dan
kekhawatiran akan berlanjutnya
defisit neraca perdagangan seiring
dengan penurunan ekspor.
Lemahnya permintaan global dan
penurunan harga komoditas dunia
diperkirakan akan mengurangi
ekspor Indonesia.
Bank Indonesia memperkirakan nilai
Rupiah akan terdepresiasi pada
bulan mendatang. Kekhawatiran
berlanjutnya defisit neraca
perdagangan lebih lanjut akan
mendorong defisit neraca
pembayaran, sehingga pemintaan
Dol lar AS akan semakin meningkat
dan nilai Rupiah akan kembal i
terdepresiasi . Oleh karena itu,
diharapkan Bank Indonesia lebih
gencar melakukan stabil isasi ni lai
tukar agar kondisi ni lai tukar Rupiah
tetap terjaga.
-
Menurut UU No.43 Tahun 2008 tentang Wilayah
Negara disebutkan bahwa kawasan perbatasan adalah
bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi
dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan
negara lain dalam hal batas wilayah negara didarat,
kawasan perbatasan berada di kecamatan.
Dalam pengelolaan kawasan perbatasan pemerintah
Kabupaten/Kota berwenang menjaga dan memelihara
tanda batas, melakukan koordinasi dalam
pembangunan di kawasan perbatasan diwilayahnya,
serta melakukan pembangunan kawasan perbatasan
antar pemerintah daerah.
Ketimpangan yang terjadi diberbagai kawasan
perbatasan Indonesia dengan negara tetangga terl ihat
sangat jelas sekal i terutama daerah darat yang
berbatasan dengan Malaysia. Sebal iknya terjadi dimana
kehidupan di wilayah Indonesia lebih layak untuk
daerah yang berbatasan dengan Papua Nugini dan
Timor Leste.
Faktanya, kebijakan pembangunan kurang
memperhatikan kawasan perbatasan. Alokasi anggaran
untuk pengelolaan daerah-daerah perbatasan masih
minim serta kebijakan pembangunan lebih dipusatkan
di ibukota kabupaten/Kota sehingga terjadi
ketimpangan yang cukup besar antara perkotaan dan
daerah perbatasan. Minimnya sarana dan prasarana
seperti infrastruktur, jalan, transportasi , l istrik, serta
fasi l itas pendidikan dan kesehatan merupakan
gambaran nyata kehidupan kawasan perbatasan.
Kondisi masyarakat umumnya miskin dan tinggal
diwilayah yang terisol ir serta sul it dijangkau. Mata
pencahariannya berupa pertanian lahan kering yang
sangat tergantung pada ikl im.
Permasalahan yang timbul terutama berkisar pada
Sumber Daya Manusia, Infrastruktur, Kependudukan,
serta kegiatan Perekonomian. Diwilayah yang
berbatasan dengan Serawak, Malaysia seperti di daerah
Kampung Mongkos, Kal imantan Barat, banyak
keturunan orang Indonesia yang mempunyai KTP
Malaysia, karena kehidupan di negara tetangga lebih
makmur dan sangat menjanjikan. Namun sebal iknya di
beberapa kecamatan yang berbatasan dengan negara
Papua Nugini, banyak warga Papua Nugini yang tinggal
di Indonesia, karena kehidupan di wilayah Indonesia
dirasa lebih baik, begitu pula dengan daerah yang
berbatasan dengan negara Timor Leste.
Permasalahan infrastruktur yang merupakan akses
utama penghubung dengan wilayah lainnya banyak
yang mengalami masalah. Akses jalan setapak yang
hanya tanah ataupun batu keriki l sangat menghambat
kegiatan perekonomian, bahkan ada yang hanya bisa
dilalui oleh sungai sebagai penghubung dengan
kecamatan lainnya di wilayah Indonesia, sedangkan
untuk mencapai negara tetangga bisa dengan
mudahnya hanya dengan berjalan kaki saja, penduduk
perbatasan dapat dengan mudah memasarkan hasil
bumi dengan menjualnya kenegara tetangga. Tak
dipungkiri , terjadi peredaran dua mata uang yang
digunakan sebagai alat tukar dalam kegiatan ekonomi.
Pemerintah Pusat, melalui Kementerian Perumahan
Rakyat, melakukan upaya pembangunan perumahan
untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di
kawasan perbatasan dalam upaya peningkatan rumah
swadaya. Pada tahun 2012 pemerintah membangun
rumah untuk warga eks Timtim khususnya dan daerah
perbatasan umumnya di Kabupaten Belu, Nusa
Tenggara Timur.
Kementerian Komunikasi dan Informatika, dibuatkan
program Desa Informasi sebagai sarana dalam menjaga
keutuhan negara kesatuan,, kalau infrastruktur belum
tersambung, minimal dari sisi informasi dapat diakses
di kawasan perbatasan. Salah satu unsur pendukung
desa informasi yaitu desa pintar (desa punya internet),
radio komunikasi serta peberdayaan kimtas(kelompok
informasi masyarakat perbatasan). Desa Informasi pada
daerah perbatasan diharapkan dapat menjaga
kesenjangan masyarakat diperbatasan karena mayoritas
informasi yang terserap dari negara tetangga.
Pada kawasan perbatasan seperti di Nunukan, Mal inau
serta Kutai Barat, pemerintah memperkuat kuota
peredaran uang kartal sebagai alat transaksi
masyarakat setempat, dikhawatirkan nantinya mata
uang asing akan bercampur dengan rupiah.
Permasalahan-permasalahan infrastruktur dasar,
perekonomian, pendidikan, kependudukan, kesehatan,
serta tenaga kerja yang terdapat dikawasan perbatasan
secara bertahap dapat diselesaikan melalui koordinasi
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
dalam melaksanakan pembangunan di kawasan
perbatasan Indonesia.
Ekonomi Daerah
Pembangunan Daerah Perbatasan Indonesia
(Gambaran daerah perbatasan perlu mendapat perhatian pemerintah)
Ratih Purbasari Kania
6
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
-
Mengelola Faktor Produksi Untuk Pembangunan yang Inklusif|
Pertumbuhan Minus Kesejahteraan| Kontribusi Tenaga Kerja
Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi|
Kondisi Pengelolaan TKI dan Aktivitas Ekonomi TKI Purna|
Mampukah Balai Latihan Kerja Meningkatkan Produktivitas
Tenaga Kerja? | Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Untuk
Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas|
-
8Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
Laporan Utama
Mengelola Faktor Produksi
Untuk Pembangunan Ekonomi Yang Inklusif
Orientasi keberhasilan pembangunan ekonomi saat ini
mulai beral ih dari mengejar pertumbuhan PDB dan
PDRB menjadi peningkatan kesejahteraan yang
tercermin dalam indeks pembangunan manusia.
Pertumbuhan pendapatan per kapita menjadi indikator
penting, namun pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat dan masalah pemerataan pendapatan
membuat indikator ini tidak cukup menjelaskan kondisi
kesejahteraan. Hal ini tampak jelas ketika pendapatan
perkapita Indonesia terus meningkat dalam lima tahun
terakhir, namun dilain sisi indeks gini Indonesia juga
meningkat. Untuk itu diperlukan pola pembangunan
yang inklusif guna meningkatkan keseimbangan
pembangunan dan tercapainya kesejahteraan rakyat.
Bagaimana cara mengelola faktor produksi dalam
pertumbuhan yang inklusif? Tenaga kerja memil iki
peran yang sangat penting untuk mewujudkan
kesejahteraan. Adanya kesempatan kerja yang lebih luas
khususnya sektor formal , akan berdampak pada
kepastian upah yang diterima para pekerja. Dengan
demikian kemampuan rakyat untuk mengakses fasi l itas
kesehatan dan pendidikan akan meningkat. Namun,
tidak semua daerah di Indonesia dapat dengan mudah
memperoleh tenaga kerja yang berkual itas baik guna
mendorong perekonomian mereka. Kual itas sumber
daya manusia di beberapa daerah masih relatif rendah
dibandingkan dengan daerah lain akibat keterbatasan
sarana pendidikan dan latihan. Meskipun sarana
tersebut tersedia tetapi tidak sebanding dan paralel
dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Kenyataan lain,
daerah memil iki tenaga kerja terampil tetapi enggan
bekerja di sektor unggulan karena hanya memberikan
upah yang rendah, seperti perbandingan bekerja di
sektor pertanian dengan menjadi pekerja perkebunan di
luar negeri sebagai TKI.
Pengamatan kondisi faktor produksi di Jawa Timur
bagian selatan menunjukkan adanya tarik-menarik
tenaga kerja yang cukup kuat antara sektor-sektor
unggulan seperti perkebunan, pertanian dan menjadi
TKI. Sektor perkebunan tembakau di Jember yang
berkual itas ekspor ke Jerman memerlukan tenaga kerja
sekitar 19 ribu, perkebunan teh di Wonosari Malang
juga memerlukan tenaga kerja cukup banyak. Tetapi
jumlah TKI di Jawa Timur juga terus bertambah,
sehingga potensi tenaga kerja untuk sektor unggulan
dapat terkikis. Kedua sektor tersebut hampir mengalami
zero growth untuk tenaga kerja, khususnya untuk para
pemetik di perkebunan. Perkebunan teh yang ada harus
mengimpor tenaga kerja dari luar daerah guna
membantu proses pemetikan yang membutuhkan
tenaga kerja yang banyak. Generasi muda lebih memil ih
bekerja pada sektor jasa di kota daripada bekerja
sebagai buruh di perkebunan. Meskipun bekerja di
perkotaan lebih besar upahnya secara nominal daripada
di pedesaan, namun biaya hidup di kota lebih besar.
Akibatnya, secara rii l upah kerja yang diterima relatif
hampir sama. Untuk itu penetapan UMR perlu
memperhatikan gejala tarik-menarik potensi tenaga
kerja yang dapat menurunkan produksi sektor unggulan
daerah berkual itas ekspor.
Indonesia memil iki sumber daya alam yang berl impah,
baik yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat
diperbarui. Namun sayangnya pengelolaan sumber
daya alam belum optimal terbukti dari semakin besar
impor BBM, ketebatasan sumber energi untuk
pembangkit l istrik dan nilai tambah ekspor mineral
yang rendah. Teknologi pengelolaan SDA di daerah
belum banyak mel ibatkan masyarakat lokal , sehingga
tingkat kesejahteraan masyarakat di areal tambang
masih memprihatinkan.
Rendahnya tingkat penguasaan teknologi penduduk
lokal daerah berdampak pada lebih banyaknya bahan
mentah yang di ekspor dibandingkan dengan barang
hasil produksi lokal . Produksi tembakau Jember dan
produksi teh Wonosari adalah contoh dari produk lokal
yang memil iki daya saing internasional . Cerutu yang
dihasilkan dari tembakau Jember sangat laku dijual di
pasar Eropa, akan tetapi cerutu tersebut di produksi
oleh perusahaan dari Swiss yang membel i bahan baku
dari PTPN X Jember. Kual itas teh hasil kebun di
Wonosari tidak kalah bagusnya dengan teh produksi
Kenya. Tetapi kedua bahan mentah tersebut tidak dijual
dengan brand dari Indonesia, sehingga nilai jual yang
berhasil didapatkan oleh perkebunan lokal pun tidak
sebesar yang didapatkan pihak asing. Masih banyak lagi
contoh hasil bumi Indonesia yang berkual itas
internasional namun diolah dan dipasarkan oleh pihak
asing,seperti hasi l bumi kawasan Indonesia timur.
Keterbatasan modal menjadi kendala bagi
pembangunan ekonomi untuk membangun di
beberapa daerah. Keterkaitan antara ketersediaan
modal dan infrastruktur sangatlah erat. Dalam
-
penyediaan infrastruktur di sebuah daerah tentu
dibutuhkan modal , sebal iknya dengan ketersediaan
infrastruktur maka modal atau investasi akan masuk ke
daerah tersebut. Dengan adanya pembangunan
infrastruktur dan al iran modal masuk,maka akan tercipta
perluasan kesempatan kerja yang mendorong
pertumbuhan ekonomi di daerah. Adanya ketimpangan
pembangunan infrastruktur secara otomatis
berpengaruh terhadap ketimpangan pertumbuhan
ekonomi antardaerah. Perbedaan pertumbuhan
tersebut berdampak pada perbedaan daya tarik
ekonomi antar daerah, termasuk daya tarik desa-kota.
Infrastruktur di kota yang lebih maju membuat
masyarakat lebih memil ih bekerja di kota daripada di
desa. Akan tetapi lapangan pekerjaan yang tersedia di
kota tidak mampu menampung seluruh pencari kerja ,
sehingga banyak pencari kerja bertahan hidup di kota
sebagai pekerja informal .
Fenomena ketimpangan akibat ketidakmerataan
infrastruktur tidak hanya terjadi antara desa-kota saja,
namun juga antarwilayah baik sisi barat-timur atau
utara-selatan. Misalnya infrastruktur Pulau Jawa bagian
utara lebih baik dibandingkan di bagian selatan.
Berdasarkan hasil pengamatan di Jawa Timur, waktu
tempuh sisi utara lebih cepat dibandingkan sisi selatan.
Pembangunan jalanPantura sudah terjadi sejak jaman
kolonial , sehingga pesisir utara Jawa lebih maju
dibandingkan pesisir selatan Jawa. Misalnya saja waktu
tempuh Malang-Banyuwangi melalui jalur utara hanya
tujuh jam, sedangkan melalui jalur selatan bisa sembilan
jam. Selain itu, jarak tempuh Pacitan-Malang yang lebih
dekat dibandingkan Malang-Banyuwangi
membutuhkan waktu tempuh yang lebih lama akibat
kondisi jalan yang buruk.
Berdasarkan anal isis FEB Universitas Brawijaya
menunjukan bahwa empat dari sembilan kabupaten
yang terletak di sisi selatan Jawa Timur menempati
posisi 10 besar PDRB tertinggi dari 29 kabupaten yang
ada, yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Jember,
Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Tulungagung.
Sedangkan l ima lainnya belum menunjukan
pertumbuhan ekonomi yang optimal , khususnya
Ponorogo, Trenggalek dan Pacitan, bahkan Pacitan
menempati urutan terbawah. Data poverty gap juga
menunjukan bahwa Pacitan dan Trenggalek masih
masuk kedalam 10 besar kabupaten/kota dengan nilai
poverty gap tertinggi di Jawa Timur.
Adanya perbedaan pertumbuhan ekonomi di Jawa
Timur tersebut berdampak pada masih rendahnya IPM
Jawa Timur secara keseluruhan. Berdasarkan data
perkembangan IPM Jawa Timur delapan tahun terakhir
diketahui bahwa pertumbuhan IPM Jatim masih berada
dibawah IPM Nasional . Selain IPM, nilai TPT Jawa Timur
juga masih terbilang lebih buruk dibandingkan TPT
Nasional . Cukup tingginya urbanisasi di Jawa Timur
tidak diimbangi dengan tingginya kesempatan kerja di
perkotaan, sehingga TPT wilayah kota di Jawa Timur
lebih tinggi dibandingkan wilayah kabupatennya.
Ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan di
Jawa Timur membuat sebagian penduduk lokal memil ih
untuk menjadi tenaga kerja migran (TKI). Dari 50
kantong TKI yang ada di Indonesia, 12 diantaranya
terdapat di Jawa Timur yang sebagian besar berada di
Jawa Timur bagian selatan. Minat tenaga kerja lokal
Jawa Timur untuk bekerja sebagai TKI terbilang besar,
sehingga wajar saja j ika beberapa daerah disana
mengalami kekurangan tenaga kerja. Cukup tingginya
persyaratan keahl ian tertentu yang diberikan oleh para
perusahaan disana membuat tenaga kerja lokal memil ih
menjadi TKI karena dianggap membutuhkan kual ifikasi
yang lebih rendah.
Menanggapi permasalahan tersebut, kebutuhan akan
pemberian bekal pendidikan dan keterampilan pada
penduduk usia produktif di Jawa Timur sangat besar.
Dengan demikian penduduk setempat akan memil iki
daya saing yang lebih kompetitif dalam pasar dunia
kerja, sehingga tidak perlu lagi bekerja sebaga tenaga
kerja migran. Ketersediaan tenaga kerja lokal yang
berkual itas juga akan menguntungkan bagi
pembangunan ekonomi daerah. Dilain sisi , dengan
tingginya kual itas yang dimil iki para tenaga kerja
tersebut maka mereka akan lebih mudah mendapatkan
pekerjaan dengan upah yang layak sehingga tingkat
kesejahteraan mereka pun akan bertambah.
Dara Ayu Prastiwi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
9
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
9
-
10
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
Pertumbuhan Minus Kesejahteraan
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi bertujuan
untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat yang adil
dan merata. Secara konseptual , konteks distribusi
kesejahteraan (the distribution ofwealth) berbeda
dengan konteks produksi kesejahteraan (the production
ofwealth) . Distribusi kesejahteraan berdasarkan pada
dua opsi prinsip, yaitu pemerataan (equality) dan
perbedaan (diversity) yang mengakui adanya
ketidaksamaan (ineqaulity) meskipun tetap
memperhatikan prinsip keadilan. Distribusi
kesejahteraan dipengaruhi oleh keinginan (willingness)
dan tata nilai kehidupan yang berlaku dalam
masyarakat. Sementara produksi kesejahteraan sangat
ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu tenaga kerja,
sumber daya alam dan modal .
Kedua konsep tersebut semestinya berkaitan erat dan
sal ing mendukung dalam mengarahkan target
pembangunan ekonomi di mana struktur tata kelola
pemerintahan yang kuat dalam menyusun dan
melaksanakan perencanaan pembangunan modern
yang menghasilkan peningkatan kual itas hidup
masyarakat. Berbagai upaya perlu dilakukan oleh
pemerintah untuk mewujudkan pemerataan
pembangunan dengan investasi infrastruktur (kapital )
dan sumber daya manusia (SDM). Perbaikan pada
sistem dan tata kelola ketenagakerjaan menjadi faktor
yang penting untuk mendorong pemerataan distribusi
kesejahteraan.
Secara statistik beberapa indikator ekonomi maupun
indikator sosial Indonesia terus tumbuh dan memil iki
tren positif. Namun, pencapaian ini masih belum cukup
untuk membuat kita berpuas diri , bi la mel ihat kondisi
faktual di lapangan rasanya masih banyak catatan dan
pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Distribusi
yang mereta dari pertumbuhan ekonomi pada setiap
level masyarakat dan perluasan kesempatan kerja
setidaknya dua hal pokok yang perlu menjadi prioritas.
Indikator ekonomi
Sebagai sampel , pada tahun 2012, perekonomian Jawa
Timur mampu tumbuh sebesar 7,27%, lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang
tercatat pada angka 6,23%. Struktur ekonomi Jawa
Timur memil iki kemiripan struktur ekonomi Nasional .
Pertama, struktur perekonomian Jawa Timur dan
Nasional sama-sama ditopang oleh sektor industri dan
pertanian. Pada tahun 2012, sumbangan sektor industri
dan pertanian untuk ekonomi Jatim masing-masing
mencapai 27,11% dan 15,42%, hampir sama dengan
porsi pada PDB nasional yang tercatat pada angka
23,94% dan 14,44%.
Kedua, pertumbuhan sektor non-tradable yang cukup
tinggi sementara pertumbuhan sektor pertanian dan
industri berada dibawah pertumbuhan rata-rata-rata.
Hal ini akan menimbulkan masalah ketidak seimbangan
sektoral . Dari sisi investasi , real isasi investasi di Jawa
Timur pada tahun 2012 mencapai Rp 53,86 T dengan
total proyek sebanyak 477 buah. Tiga daerah yang
mendapatkan investasi tertinggi adalah Kab. Pasuruan
(Rp 9,7 T), Kab. Probol inggo (Rp 7,61 T) dan Kab. Gresik
(Rp 7,40 T).
Setal i tiga uang dengan kondisi nasional , beberapa
tahun terakhir sektor industri Jatim terus mengalami
peningkatan bersamaan dengan itu sektor pertanian
mengalami penyusutan produksi. Faktor pertumbuhan
jumlah penduduk dan realokasi lahan pertanian
menjadi pasar dan pusat produksi industri menjadi
faktor pemicu menurunnya sumbangan pertanian
dalam perekonomian Jawa Timur.
Indikator sosialIndeks Pembangunan Manusia (IPM) dan rata-rata
pendapatan Jatim masih di bawah rata-rata nasional .
Indeks pembangunan manusia menunjukan kual itas
hidup dan pendapatan rata-rata menunjukan daya bel i
masyarakat.
Kabupaten Kediri menjadi Kabupaten dengan rata-rata
pendapatan tertinggi di Jawa Timur yakni 80-90 juta/
tahun. Tingginya pendapatan di Kediri karena adanya
perusahaan Gudang Garam. Selain Kediri , Surabaya
sebagai pusat industri memil iki rata-rata pendapatan
yang tinggi, yakni 65 juta/tahun. Dil ihat dari porsi PDB
per koridor Jawa Timur, daerah tengah yang terdiri dari
Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Malang, Mojokerto, Bl itar
menyumbang 52,73% terhadap PDB Jatim. Sedangkan
kontribusi ekonomi daerah timur sangat rendah.
Proporsi tenaga kerja informal masih mendominasi
-
Riski Raisa Putra
11
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
struktur tenaga kerja di Jawa Timur. Per tahun 2012 saja
66,22% tenaga kerja di Jatim tergolong pekerja
informal . Sementara itu, tingkat penganggurannya
berada dibawah tingkat pengangguran nasional . Pada
Agustus 2011, Tingkat Pengangguran Terbuka di Jatim
sebesar 4,16%.
Dalam kaitannya dengan tenaga kerja, Pemerintah
daerah dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja dan Balai
Latihan Kerja harus mampu beradaptasi untuk
menyiapkan tenaga kerja mengiringi pertumbuhan
sektor industri . Kondisi ini merupakan tantangan bagi
Provinsi Jatim mengingat berdasarkan temuan tim
tinjauan lapangan mel ihat bahwa masih minimnya
perhatian pemerintah lokal dalam upaya penyiapan
tenaga kerja terampil . Sebagian besar kabupaten yang
dijadikan sampel menunjukkan bahwa dinas tenaga
kerja masih menggunakan pendekatan konvensional
dalam pelaksanaan programnya bahkan beberapa dinas
hanya berfungsi sebagai lembaga administrasi ,
pencataan dan pendataan tenaga kerja. Lebih jauh
mel ihat Balai Latihan Kerja yang semestinya menjadi
pabrikan tenaga kerja terampil terkendala dengan
minimnya peralatan dan kapasitas tenaga pengajar
(instruktur).
Hal lain yang patut menjadi perhatian adalah mengenai
tingginya ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar
Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Sul it disangkal hal ini
terjadi karena potensi lokal yang memang jauh
berbeda. Tranformasi ekonomi Jatim dari Pertanian ke
Industri hendaknya harus diiringi dengan kemampuan
pemerintah untuk menjembatani agar terjadi
pertumbuhan yang inklusif dan merata pada setiap
kabupaten/kota. Pemerintah Provinsi hendaknya
mampu menyiapkan program inisiatif untuk
mendorong percepatan pembangunan daerah yang
masih tertinggal .
Selama ini pertumbuhan ekonomi Jatim sudah baik
bahkan di atas rata-rata nasional namun hal ini belum
tercermin dalam indeks pembangunan manusia. Karena
salah satu bobot yang dihitung dalam penilaian indeks
pembangunan manusia adalah pendapatan perkapita,
angka melek huruf dan tingkat usia harapan hidup.
Beberapa hal yang perlu dilakukan di Jatim untuk
mendorong kesesuaian dua indikator ini di masa depan
adalah: (1) Mengoptimalkan Komposisi usia penduduk
ideal (lebih banyak usia produktif) dengan pembekalan
melalui pendidikan dan keterampilan yang memadai.
(2) Upaya mendorong pemerataan dengan penyebaran
pembangunan ke berbagai wilayah, khususnya dengan
penciptaan industri pengolahan komoditas primer.
Komoditas primer tidak boleh keluar daerah sebelum
diolah terlebih dulu. (3) Penciptaan titik-titik sentra baru
industri , perdagangan, dan jasa/wisata; termasuk
penataan pendidikan, keuangan, dan infrastruktur
(jalan, irigasi , pelabuhan, l istrik) (4) Memberikan
prioritas kepada pelaku ekonomi domestik/lokal
ketimbang PMA dalam kegiatan investasi .
-
Kontribusi Tenaga Kerja dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
9
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
12
Menurut konsep pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja
dan kapital merupakan faktor utama pendorong
pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi akan berjalan
optimal apabila jumlah kapital yang masuk diiringi oleh
tenaga kerja yang menggerakkan kapital tersebut. Oleh
karena itu, kontribusi tenaga kerja dirasakan sangat
besar dalam mendorong pertumbuhan. Pulau Jawa
memberikan kontribusi tertinggi yaitu 57,63% terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012. Selain itu,
jumlah tenaga kerja di pulau Jawa pun merupakan yang
terbesar yaitu 58,52% terhadap total tenaga kerja di
Indonesia.
Tenaga kerja Provinsi Jawa Timur mencapai 19,1 juta
jiwa, terbanyak dibandingkan Provinsi lain di Pulau
Jawa. Adapun pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa
Timur sebesar 7,27%, lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,23%.
Selain itu, indikator ketenagakerjaan lainnya yaitu
Tingkat pengangguran Terbuka (TPT) juga menunjukkan
sinyal positif. Pada tahun 2012, TPT Jawa Timur tercatat
4,12%, jauh dibawah target sebesar 5,60%-5,80%.
Capaian ini didapatkan melalui program perluasan dan
penempatan tenaga kerja oleh Dinas Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan kependudukan (Disnakertransduk).
Adapun kebijakan-kebijakan yang dilakukan dalam
mendukung program ini adalah: (i) mengoptimalkan
program penempatan Antar Kerja Lokal (AKL), Antar
Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Antar
Negara (AKAN); (i i ) mengembangkan jejaring informasi
pasar kerja; (i i i ) mengembangkan fungsi lembaga
layanan bursa kerja; (iv) meningkatkan profesional isme
tenaga fungsional pengantar kerja; dan (v)
meningkatkan budaya kewirausahaan, pembinaan padat
karya produktif dan pengenalan Teknologi Tepat Guna
(TTG).
Selain mengembangkan program perluasan dan
penempatan tenaga kerja, Disnakertransduk Jawa Timur
pun kerap mendorong program peningkatan kual itas
dan produktivitas tenaga kerja. Kebijakan program ini
mel iputi : (i) Optimal isasi pelatihan serta perbaikan
kurikulum pelatihan, (i i ) pengembangan BLK bertaraf
internasional , (i i i ) pengembangan standar kompetensi
tenaga kerja dan sistem sertifikasi kompetensi tenaga
kerja; (iv) peningkatan kual itas dan optimil isasi fungsi
lembaga-lembaga pelatihan kerja; dan (v) peningkatan
profesional isme tenaga pelatihan dan instruktur
pelatihan kerja.
Khusus untuk pengembangan potensi TKI,
Disnakertransduk Jawa Timur telah menyediakan 57
Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLK-LN) dimana salah
satu pelatihannya adalah pelatihan bahasa, seperti
bahasa Kantonis, Mandarin, Melayu dan Inggris.
Adapun sekitar 73,37% dari total TKI Jawa Timur masih
berada pada sektor jasa kemasyarakatan sosial dan
perseorangan. Disnakertransduk mengupayakan agar
TKI tidak ditempatkan dalam status Pembantu Rumah
Tangga (PRT) dengan memberikan pelatihan yang jelas
untuk status juru masak, housekeeping, baby sitter dan
adult sitter. Berdasarkan Kabupaten/Kota asal , TKI Jawa
Timur sebagian berasal dari Kabupaten Malang, Bl itar
dan Ponorogo. Faktor kesenjangan upah antara bekerja
di dalam dan luar negeri masih menjadi faktor utama
yang melatarbelakangi TKI untuk bekerja di luar negeri.
Walaupun potensi TKI di Jawa Timur cenderung besar,
namun Disnakertransduk Jawa Timur hingga saat ini
kerap melakukan sosial isasi kepada masyarakat untuk
bekerja di dalam negeri dan memanfaatkan potensi
yang ada. Bagian selatan Jawa Timur cenderung lebih
tertinggal dibandingkan dengan bagian utara, padahal
bagian selatan mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan dan dapat menyerap tenaga kerja yang
tinggi. Bahkan produk hasil alam yang berasal dari Jawa
Timur bagian selatan telah masuk ke pasar internasional
dan mempunyai kual itas yang tinggi.
-
Fitria Faradila
13
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
Sebal iknya, tiga kabupaten penyumbang TKI terbesar
merupakan bagian selatan Jawa Timur. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa banyaknya tenaga kerja yang
terserap di luar negeri menyebabkan tidak
termanfaatkannya potensi yang ada di bagian selatan
Jawa Timur. Salah satu contoh Wonosari , kabupaten ini
merupakan salah satu produsen teh terbesar di dunia
dan mempunyai kual itas yang tinggi, namun PTPN XII
selaku pemil ik perkebunan teh kerap menghadapi
berbagai kendala, salah satunya adalah kelangkaan
tenaga pemetik teh. Kendala ini pada akhirnya
memaksa mereka untuk menarik tenaga kerja dari luar
Wonosari bahkan luar Jawa Timur.
Contoh lain Pacitan, kabupaten ini memil iki sektor
perikanan yang unggul , bahkan hasil perikanan Pacitan
telah di ekspor ke Asia Timur, seperti Taiwan, Jepang
dan Korea. Salah satu produsen terbesar ikan tangkap
di Pacitan, UD Putra Samudra, menyatakan bahwa 80%
dari nelayan yang bekerja berasal dari luar Jawa Timur,
yaitu Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah. Kelangkaan
tenaga kerja dan rendahnya keterampilan tenaga kerja
Pacitan di bidang perikanan menyebabkan penyerapan
tenaga kerja di sektor ini cenderung rendah.
Kedua contoh di atas memberikan kesimpulan bahwa
pemanfaatan potensi bagian selatan Jawa Timur
cenderung kurang maksimal karena kurangnya tenaga
kerja dan keterampilan tenaga kerja di sektor unggulan.
Oleh karena itu, pelatihan tenaga kerja di bagian
selatan Jawa Timur harus disesuaikan dengan potensi
daerah tersebut, sehingga tercapai penyerapan tenaga
kerja yang optimal dan pada akhirnya akan mendorong
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang lebih tinggi.
Secara umum, kebijakan pengembangan tenaga kerja
harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh daerah.
Hal ini di lakukan agar potensi daerah dapat
termanfaatkan dengan baik, sehingga kedepannya akan
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi.
Kondisi Pengelolaan TKI dan Aktivitas Ekonomi TKI Purna
Permasalahan ketenagakerjaan
yang terjadi di Indonesia masih
tergolong tinggi seperti (i)
terbatasnya kesempatan kerja, (i i )
rendahnya kual itas tenaga kerja, (i i i )
pengangguran yang turun
melambat, (iv) perputaran arus
barang dan jasa secara global .
Rendahnya kual itas tenaga kerja
dipengaruhi oleh masih rendahnya
tingkat pendidikan SDM kita.
Berdasarkan data Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
pada Agustus 2012 tercatat 68%
pekerja memil iki kual ifikasi
pendidikan rendah ( SD dan SMP).
Pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan merupakan salah satu
kebijakan yang cukup strategis
untuk meningkatkan produktivitas
kerja dan mengatasi
pengangguran. Dengan adanya
kegiatan tersebut diharapkan akan
mampu melahirkan tenaga kerja
terdidik yang berkual itas baik dari
segi pengusaan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang
dibutuhkan oleh dunia kerja.
Sebagian besar pekerja yang
bekerja pada sektor strategis
memil iki tingkat pendidikan yang
rendah, yaitu jenjang SD ke bawah.
Kondisi tersebut mempersempit
kesempatan kerja mereka.
Dibukanya hubungan kerja di luar
negeri , memberikan peluang bagi
para TKI untuk memil iki kehidupan
yang lebih baik dan sejahtera.
Jumlah penempatan TKI ke luar
negeri terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya.
Sentra TKI di Jawa Timur khususnya
Kabupaten Malang, Kabupaten
Bl itar dan Kabupaten Ponorogo
merupakan daerah yang tergolong
-
Windy Pradipta
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013
9
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
14
memil iki pengiriman TKI terbanyak
ke luar negeri. Pada tahun 2012
jumlah pengiriman dari masing-
masing daerah tersebut adalah
8.610 orang, 7.525 orang dan 7.282
orang.
Tingginya jumlah pengiriman TKI
dari daerah tersebut ternyata juga
diikuti oleh tingginya kasus
pengiriman TKI. Berdasarkan data
Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Jawa Timur diketahui
bahwa per Mei 2013 jumlah kasus
pada Kabupaten Malang sebanyak
27 kasus, Kabupaten Bl itar sebanyak
42 kasus dan Kabupaten Ponorogo
sebanyak 23 kasus.
Bekerja di luar negeri memil iki
keuntungan, risiko dan juga
tantangan. Faktor pendorong yang
menjadi daya tarik untuk menjadi
TKI di luar negeri selain pendapatan
yang lebih besar adalah mereka
dapat bekerja walaupun memil iki
tingkat pendidikan yang rendah.
Mel ihat minimnya pendidikan yang
dimil iki oleh para TKI, Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Provinsi dan
Kabupaten memil iki program untuk
pengembangan potensi dan
kemampuan para TKI sebelum
keberangkatan ke negara
penempatan. Program tersebut
dijalankan oleh Balai Latihan Kerja
(BLK) dimana para TKI akan dilatih
sesuai dengan pasar kerja di negara
penempatan. Pelatihan yang
didapat para TKI antara lain
pelatihan bahasa, tata kelola rumah
tangga, perawatan. Selanjutnya,
setelah menyelesaikan pelatihan
tersebut, para calon TKI akan
diberikan sertifikasi pelatihan yang
akan menambah daya bel i ketika
ditempatkan di negara
penempatan.
Untuk menjaga ketertiban selama
pelatihan, BNP2TKI telah
menyiapkan CCTV dan finger print
agar peserta latih dapat dimonitor
sesuai jam latih yang telah
ditentukan oleh pusat.
Keberangkatan para TKI keluar
negeri dengan kontrak selama 2
tahun, diharapkan dapat memil iki
usaha mandiri dengan hasil kerja
selama diluar negeri. J ika
membutuhkan pembiayaan untuk
usaha, perbankan akan memberikan
modal tambahan untuk para TKI
Purna. Walaupun minat para TKI
Purna untuk memil iki usaha
tergolong tinggi, namun
kemampuan mereka untuk
mengelola keuangan pribadi
maupun usaha masih kurang.
Bank Indonesia bekerja sama
dengan ILO untuk membantu para
TKI, keluarga TKI dan purna TKI
dalam hal pengelolaan keuangan.
Hasil pelatihan tersebut bisa
dikatakan berhasil , karena sebagian
besar dari TKI purna telah sukses.
Bahkan tidak sedikit dari mereka
yang mendirikan BLK/tempat
pelatihan untuk para calon TKI
lainnya.
Pemerintah diharapkan terus
memberikan insentif bagi para TKI
dalam hal pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi serta
kual itas para calon TKI. Mengingat
tahun 2015 ditargetkan Indonesia
tidak lagi mengirimkan TKI ke luar
negeri, melainkan mereka bisa
bekerja di negara mereka sendiri .
Masih banyak lapangan pekerjaan
dalam negeri yang membutuhkan
tenaga kerja lokal . Dengan adanya
komitmen yang kuat untuk
meningkatkan kual itas para pencari
kerja, maka target tersebut akan
bisa tercapai.
-
Mampukah Balai Latihan Kerja Meningkatkan
Produktivitas Tenaga Kerja?
15
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
Masuknya investasi merupakan
momentum bagi tersedianya
lapangan kerja. Pentingnya kual itas
sumber daya manusia menjadi
sangat diperlukan agar tenaga kerja
lokal mampu terserap oleh
lapangan kerja yang tercipta.
Tahun 2012 merupakan tahun
cemerlang bagi peningkatan
investasi di Indonesia. Badan
Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) mencatat real isasi investasi
PMA dan PMDN selama tahun 2012
(Januari-Desember) mencapai
Rp313,2 tri l iun, tumbuh sebesar
24,6 persen dibanding real isasi
investasi tahun 2011 sebesar
Rp251,3 tri l iun. Indonesia pun
mampu mencapai pertumbuhan
ekonomi tahun 2012 sebesar 6,23
persen dengan tingkat
pengangguran sebesar 6,14 persen.
Berbagai program telah dilakukan
untuk menurunkan tingkat
pengangguran, salah satunya
melalui peningkatan produktivitas
tenaga kerja.
Balai Latihan Kerja (BLK) merupakan
salah satu tempat untuk
meningkatkan kual itas dan
produktivitas tenaga kerja. Tugas
pokok BLK adalah melaksanakan
sebagian tugas Dinas Tenaga Kerja
dalam pelatihan keterampilan,
pengetahuan dan ketatausahaan
serta pelayanan masyarakat.
Dalam rangka pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya, pelaksanaan
pelatihan BLK dilakukan
berdasarkan Trilogi Pelatihan, yaitu:
(1) Latihan kerja harus sesuai
dengan kebutuhan pasar
kerja/kesempatan kerja; (2) Latihan
kerja harus senantiasa mengikuti
perkembangan dan kemajuan iptek;
(3) Latihan kerja merupakan
kegiatan yang bersifat terpadu, baik
dalam pengertian proses (kaitan
antara latihan, pendidikan dan
pengembangan) maupun
implementasinya (keterpaduan
antara Disnaker dan stakeholder
terkait) .
Mampukah BLK meningkatkan
produktivitas tenaga kerja?
Secara umum, BLK memil iki 7
program kejuruan, yaitu (1)
Kejuruan Teknologi Mekanik; (2)
Kejuruan Otomotif; (3) Kejuruan
Listrik; (4) Kejuruan Bangunan; (5)
Kejuruan Tata Niaga, dengan
subkejuruan : Perhotelan, Sekretaris,
Komputer, Administrasi
Perkantoran, Bahasa Inggris, Bahasa
Korea, Tata Boga; (6) Aneka
Kejuruan, dengan subkejuruan :
Menjahit, Bordir/Menyulam,
Anyaman, Ukir Kayu, Tata
Rias/Salon Kecantikan; (7) Kejuruan
Pertanian
Sesuai dengan Trilogi Pelatihan,
yaitu Latihan kerja harus sesuai
dengan kebutuhan pasar
kerja/kesempatan kerja, maka
setiap BLK memil iki program
kejuruan yang telah disesuaikan
dengan kebutuhan pasar kerja
didaerah masing-masing-masing.
Seperti BLK yang berada di
Singosari , Tulungagung, Pacitan
dan Jember.
BLK Singosari merupakan BLK tertua
di Jawa Timur. BLK ini telah berdiri
sejak tahun 1950-an. BLK Singosari
memil iki enam program kejuruan
yang ditawarkan, yaitu otomotif,
teknologi mekanik, l istrik,
bangunan, tata niaga dan aneka
kejuruan lainnya seperti menjahit,
border, rias kecantikan, dan lain-
lain.
BLK Tulungagung telah berdiri sejak
tahun 1980. BLK Tulungagung
memil iki 2 program pelatihan, yaitu
program reguler dan program
pengembangan. Program regular,
terdiri dari 7 kejuruan, yaitu
Otomotif, Tata Niaga, Listrik,
Bangunan, Pertanian, Aneka
Kejuruan, dan Teknologi Mekanik.
Program pengembangan, terdiri
dari CSR (Corporate Social
Responsibil ity), PTC (Product
Training Center), TUK (Tempat Uji
Kompetensi) dan Entrepreuner
(Wirausaha).
Kejuruan yang pal ing diminati pada
program regular, yaitu Tata Niaga.
Kejuruan yang pal ing diminati pada
program pengembangan, yaitu
Wirausaha. Pelatihan diadakan di
BLK Tulungagung. Untuk kejurusan
pertanian, BLK menyediakan fasil itas
Mobile Training Center yang masuk
ke desa-desa.
BLK Pelatihan Kerja Pacitan baru
berdiri sejak tahun 2011. Saat ini
telah mempunyai tujuh program
kejuruan, antara lain otomotif,
pemahat kayu (mebel) , tekno
mekanik, teknologi tepat guna,
teknologi pendingin, instalasi l istrik
dan komputer. Dari 7 program
kejuruan, hanya 3 program yang
secara aktif dilakukan. Hal ini karena
masih terkendalanya beberapa
fasil itas, baik infrastruktur, tenaga
pengajar dan kurikulum.
BLK Jember memil iki 7 jenis
kejuruan, yaitu Otomotif, Listrik,
Bangunan, Teknologi Mekanik,
Aneka Kejuruan, Tata Niaga dan
Pertanian. BLK Jember telah
melakukan kerjasama dengan
perusahaan swasta untuk
membantu penyerapan tenaga
kerja. Berdasarkan data
-
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
16
penempatan hingga tahun 2013
tercatat 643 orang (65% yang
terpantau) yang telah ditempatkan.
Secara umum, BLK yang berada di
Singosari , Tulungagung, Pacitan
dan Jember memil iki kendala yang
sama. Pertama, BLK tersebut
sebagian besar masih
menggunakan mesin atau peralatan
yang berumur lama. Pembaharuan
mesin atau peralatan sesuai dengan
kebutuhan masa kini perlu
dilakukan, agar para peserta didik
memil iki l ink and match ilmu
pelatihan yang didapatkan dengan
kebutuhan masa kini. Lulusan BLK
yang dibekal i dengan keahl ian
teknologi terkini dapat bersaing
dengan tenaga kerja lainnya, baik
dalam maupun luar negeri.
Kedua, sebagian besar tenaga
pengajar BLK di Singosari ,
Tulungagung, Pacitan dan Jember
akan memasuki masa pensiun.
Tenaga pengajar muda diperlukan
untuk regenerasi dan transfer
teknologi.
Tidak semua kota memil iki BLK.
Contohnya, Banyuwangi dan Bl itar.
Kedua kota tersebut memil iki
beberapa persamaan kondisi .
Pertama, Banyuwangi dan Bl itar
belum memil iki BLK. Kedua,
Banyuwangi dan Bl itar merupakan
kantong TKI (Tenaga Kerja
Indonesia), meskipun kedua kota
tersebut memil iki potensi ekonomi
yang cukup baik.
Tingginya investasi dikedua kota
tersebut, tidak dibarengi dengan
penyerapan tenaga kerja.
Kebutuhan tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh para investor di
Banyuwangi dan Bl itar tidak mampu
dipenuhi oleh penduduk lokal . Hal
ini disebabkan kurangnya keahl ian
penduduk lokal yang memenuhi
syarat dari para investor tersebut.
Sehingga penduduk lokal lebih
memil ih bekerja sebagai TKI ke luar
negeri. Alasan lain keberangkatan
mereka sebagai TKI yaitu sel isih gaji
yang cukup besar antara bekerja di
Banyuwangi dan bekerja di luar
negeri.
Dalam rangka meningkatkan
keahl ian penduduk lokal , Dinas
Tenaga Kerja mengajukan
pembangunan BLK berstandar
internasional di Banyuwangi dan
Bl itar. Ketiadaan BLK di Banyuwangi
dan Bl itar selama ini merupakan
salah satu alasan kurangnya
keahl ian penduduk lokal .
Dengan keberadaan BLK di
Banyuwangi dan Bl itar, diharapkan
mampu meningkatkan keahl ian
penduduk lokal . Meningkatnya
skil led penduduk lokal diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan
dan tingkat kesejahteraan
masyarakat setempat. Sehingga
keseimbangan pembangunan
ekonomi yang inklusif mampu
tercapai.
Oktya Setya Pratidina
-
Alisa Fatimah
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
17
Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja
Untuk Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas
Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah
utama yang menjadi fokus pemerintah. J ika dirunut ke
akarnya, pengangguran dan kemiskinan sangat erat
kaitannya dengan kompetensi tenaga kerja. Tenaga
kerja yang berkompeten tentu akan lebih mudah
diserap pasar, dan secara berkesinambungan dapat
menurunkan angka kemiskinan.
Berdasarkan data BPS tahun 2012, jumlah penduduk
Indonesia mencapai 237,641 juta jiwa, dengan jumlah
angkatan kerja sebesar 118,053 juta jiwa, penduduk
yang bekerja 110,80 juta jiwa dan sebanyak 7,24 juta
jiwa atau sekitar 6,50% menganggur. Besarnya jumlah
penduduk yang menganggur tersebut antara lain
disebabkan oleh terbatasnya jumlah lapangan kerja
untuk menyerap angkatan kerja Indonesia, dan
kompetensi tenaga kerja yang belum memenuhi
standar permintaan pasar.
Kondisi ketenagakerjaan nasional tersebut tidak jauh
berbeda dengan kondisi regionalnya. Sebagai contoh,
di provinsi Jawa Timur sebagai daerah representatif
yang menggambarkan kondisi TKI (adanya kantong TKI
terbesar), meskipun angka penganggurannya lebih
rendah dari angka pengangguran nasional (sebesar
4,14%) tetapi lebih banyak tenaga kerja yang bekerja di
luar negeri sebagai buruh atau aisten rumah tangga.
Fenomena tersebut menandakan tenaga kerja lokal
tidak terserap dengan baik di daerahnya, sehingga
kecenderungan untuk bekerja di luar daerah asalnya
menjadi sangat tinggi. Meskipun dalam kenyataannya,
tenaga kerja yang terserap di luar negeri pun mayoritas
belum berada di posisi manajerial .
Menurut pengamat ekonomi dari FEUI, Nina Sapti ,
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi
semestinya tidak hanya berpatokan pada angka, tetapi
harus memperhatikan kual itas, terutama dalam
menyerap tenaga kerja. Elastisitas pertumbuhan
ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja juga
menunjukkan tren yang menurun dalam dua tahun
belakangan ini.
Pada tahun 2010, setiap 1 persen pertumbuhan
ekonomi bisa menyerap 600 ribu tenaga kerja, namun
setahun kemudian, 2011, elastisitas pertumbuhan
ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja merosot
menjadi 250 ribu tenaga kerja. Penyerapan hingga
September 2012 lalu , baru menyerap sebesar 180 ribu
tenaga kerja.
Dua komponen utama yang sangat menentukan dalam
penyerapan tenaga kerja ialah jumlah lapangan
pekerjaan yang mencukupi dan tingkat kompetensi
tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar/
perusahaan. Kasus yang terjadi di Jawa Timur,
khususnya Ponorogo mungkin salah satu contoh
dimana jumlah lapangan pekerjaan tidak dapat
menyerap seluruh jumlah tenaga kerja yang ada. Kasus
yang berbeda dengan provinsi Jawa Timur bagian
barat, yaitu Malang (Wonosari) , Banyuwangi dan
Jember dimana kompetensi tenaga kerja menjadi salah
satu kendala kurang optimalnya penyerapan tenaga
kerja lokal di daerah tersebut.
Selain menarik minat investor untuk membuka lahan
usaha, upaya penciptaan lapangan kerja baru yang
belakangan digalakkan adalah dengan
mengembangkan potensi berwirausaha. Hal ini karena
wirausaha dinilai lebih efektif dalam meningkatkan
kesejahteraan, memperluas lapangan dan kesempatan
kerja baru, serta dapat mendorong perekonomian
daerah yang lebih jauh dapat menopang perekonomian
negara . Kompetensi tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pasar dan meningkatnya jumlah wirausaha
baru dapat menjadi faktor yang dapat menunjang
keberhasilan upaya perluasan kesemptan kerja.
Pada dasarnya penciptaan lapangan kerja menjadi
tugas dunia usaha, namun pemerintah tetap perlu
mendukung melalui penciptaan kepastian berusaha dan
perbaikan ikl im berusaha serta melalui pemberian
insentif fiskal . Selain itu, evaluasi permasalahan tenaga
kerja secara komprehensif dan pengambilan kebijakan
yang tepat untuk menanggulangi masalah
ketenagakerjaan masih sangat dibutuhkan untuk
mendorong terciptanya kesinambungan antara
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
-
STANTANGAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN INDONESIA
Opini Pakar
Sebagai negara kepulauan, Indonesia
memil iki tingkat ketimpangan
pembangunan ekonomi antar daerah.
Vivi Alatas, PhD, Senior Ekonom dan
Team Leader Kemiskinan, Bank Dunia
Jakarta menjelaskan bahwa terdapat
dua macam ketimpangan, yaitu
ketimpangan antar daerah atau
regional disparities dan ketimpangan
secara keseluruhan, antara yang miskin
dan yang kaya dan Indonesia memil iki
kedua macam ketimpangan tersebut.
Ketimpangan yang terjadi di Indonesia,
menurut Vivi dikarenakan konektivitas
belum dapat
dioptimalkan,
Konektivitas disini ,
baik dalam artian
transportasi , namun
juga keterhubungan
dengan ide, pasar,
bukan berarti jaraknya
itu sendiri tetapi
apakah ada sesuatu
yang menguhubungkan secara lain?
jelas Vivi. Tidak hanya itu, ketimpangan
pembangunan Indonesia juga di
karenakan adanya perbedaan
kebijakan-kebijakan, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), kepegawaian, kemampuan,
kapabil itas dan mobil itas penduduk
antar daerah.
Kendala yang menjadi faktor utama
dalam pembangunan kawasan di
Indonesia adalah tingkat opportunity
yang tidak cukup banyak, baik dari sisi
permintaan maupun penawaran.
Kendala lain yang dihadapi adalah
konektivitas, keterhubungan suatu
daerah dengan tempat-tempat pemberi
kerja dan/ atau yang dapat
meningkatkan kenaikan pendapatan.
Dan kendala terakhir adalah
ketidakmampuan suatu daerah dalam
menghadapi sebuah guncangan.
Hambatan pemerataan pertumbuhan
pada sebuah daerah yang sama
diakibatkan karena memil iki tingkat
guncangan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah-daerah
lain. Menurut Vivi , cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah adalah
memil iki instrumen-intrumen
manejemen resiko untuk masing-
masing keluarga, pencegahan, dan
penanggulangan dengan
menggunakan instrumen yang
berbentuk formal maupun informal .
Indonesia, terutama daerah-daerah
tertentu masih bergantung kepada
instrumen-instrumen informal , seperti
diantaranya melakukan atau
memanfaatkan modal
sosial melalui
masyarakat, dan
sebenarnya dengan cara
ini tidak begitu
memberikan dampak
yang signifikan.
Sedangkan untuk
kurangnya penggunaan
instrumuen-instrumen
formal , melalui semacam asuransi,
diakibatkan karena tidak besarnya akses
masyarakat. Permasalahan tingkat akses
instrumen di setiap daerah-daerah tidak
bisa dijadikan sebuah permasalahan
yang umum. Kedepannya, lebih
bagaimana belajar antar daerah yang
perlu ditingkatkan usul Vivi.
Untuk ketenagakerjaan, khususnya
pulau Jawa, memil iki tingkat arus
mobil itas tenaga kerja yang signifikan,
baik dalam maupun luar negeri.
Perpindahalan pekerjaan ini diakibatkan
karena adanya tingkat ekspektasi upah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah asalnya.
Namun, dalam sepengamatan Senior
Ekonom Bank Dunia ini , ekspektasi
tersebut bukan merupakan hasil dari
ekspektasi rasional yang murni.
Menurutnya, pencari lapangan kerja di
Indonesia masih berbasis sistem mouth
to mouth . Tentunya dimasa yang akan
datang dibutuhkan sebuah sistem yang
dapat menyimbangi dan melaraskan
kebutuhan pihak pencari dan pemberi
18
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
TANTANGAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN INDONESIA
Vivi Alatas
Senior Ekonom
dan Team Leader
Kemiskinan
World Bank
-
Insani Sukandar
kerja yang berbasis transparansi
informasi. Sistem ini dapat dibantu
oleh pihak pemerintahan atau
akademisi sebagai broker, agar
masyarakat yang bermigrasi benar-
benar mendapatkan dan
melakukannya dengan alasan dan
pengetahuan yang cukup.
Guna mempercepat penurunan
ketimpangan Indonesia, dibutuhkan
kebijakan yang terkait dengan
proteksi dan promosi, baik untuk
keluarga miskin, mendekati miskin
bahkan keluarga secara keseluruhan.
Tentunya untuk tingkat keluarga
miskin dan/ atau mendekati miskin
peran pemerintah harus lebih
dominan.
Kebijakan proteksi adalah kebijakan
yang dirancang untuk membantu,
memastikan dan yang berhubungan
dengan bagaimana masyarakat dapat
menghadapi segala macam shock
dengan menggunakan instrumen
yang sesuai. Akan tetapi kedepannya,
kebijakan yang terkait dengan
promosi juga penting untuk
memastikan bahwa setiap orang
dapat menolong dirinya sendiri untuk
meningkatkan pendapatannya atau
terlepas dari kemiskan, melalui
tenaganya atau kesempatan untuk
dapat berinvestasi dalam human
capital atau education .
H ingga saat ini , Indonesia dan
banyak negara di dunia lainnya masih
menggunakan pendekatan PDRB per
kapita dalam menghitung tingkat
pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan sebuah negara.
Namun, menurut Vivi , tidak bisa
hanya dil ihat dari sisi pendapatan
saja. Untuk mel ihat atau menghitung
tingkat kesejahteraan dari masyarkat
sebuah negara, diperlukan sebuah
pendekatan dari berbagai macam
indikator yang multi-dimensi. Untuk
Indonesia, sangat dibutuhkan
pendekatan dan/ atau anal isis dari
sisi bagaimana tingkat human capital,
pendidikan, partisipasi masyarakat
dan konfl ik yang perlu menjadi
prioritas untuk menilai bagaimana
tingkat kesejahteraan dari
masyarakatnya.
19
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
"Kendala yang
menjadi faktor
utama dalam
pembangunan
kawasan di
Indonesia adalah
tingkat
opportunity yang
tidak cukup
banyak, baik dari
sisi permintaan
maupun
penawaran"
VS
Antrian Sembako
Antrian Pembel ian Smarthphone
-
BKeuangan
Bank Indonesia berencana mempertajam aturan uang
muka Kredit Pemil ikan Rumah (KPR) di atas 70 meter
persegi, Kredit Pemil ikan Apartemen (KPA) dan Ruko.
Regulasi ini mengatur KPR di atas 70 meter persegi
akan dikenakan uang muka minimal 30% untuk kredit
pemil ikan yang pertama, minimal 40% untuk kredit
pemil ikan yang kedua dan 50% untuk kredit pemil ikan
yang ketiga dan seterusnya. Sebelumnya, berdasarkan
Surat Edaran Bank Indonesia No.14/10/DPNP tanggal
15 Maret 2012 tentang Penerapan Manajemen Risiko
pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemil ikan
Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor, uang muka
KPR di atas 70 meter persegi ditetapkan sebesar
minimal 30%, tanpa membedakan baik untuk pemil ikan
rumah pertama maupun berikutnya.
Lebih lanjut Bank Indonesia juga akan mengatur KPR
dan KPA kepemil ikan suami dan istri akan dihitung
menjadi satu kepemil ikan, kecual i terdapat pemisahan
harta antara suami istri tersebut melalui kesepakatan
legal . Sementara bagi pemberi kredit, yakni perbankan,
BI akan melarang pembiayaan uang muka oleh
perbankan untuk KPA dan KPR, dan mengatur kredit
properti beragunan properti.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hal im Alamsyah,
seperti di lansir Tempo, mengemukakan pengaturan
harus dilakukan karena aktivitas spekulasi membuat
harga properti meningkat dan berimbas pada harga
rumah di bawah 70 meter persegi. Harga rumah
dengan tipe 70 meter persegi ke atas mengalami
kenaikan harga yang tidak wajar. Kebijakan ini diambil
menyusul tingginya pertumbuhan KPR di atas 70 meter
persegi sebesar 25,9% dan pertumbuhan kredit
apartemen sebesar 100,3%. Pertumbuhan kredit yang
terlalu cepat dikhawatirkan akan meningkatkan resiko
gagal bayar.
Menurut Direktur Mortgage & Consumer Bank
Tabungan Negara (BTN) Mansyur Nasution, kendala
yang mungkin timbul adalah sul itnya verifikasi KPR
yang diajukan, apabila pembel ian rumah sebelumnya
dilakukan secara tunai. Selain itu verifikasi kepemil ikan
rumah mil ik suami dan istri yang akan dihitung sebagai
satu debitur belum memil iki metode yang tepat.
Sementara CEO & Chairman Sanggar Indah Group, F
Teguh Satria mengungkapkan kebijakan tersebut
kurang tepat karena pembel ian rumah kedua dan
selanjutnya sering dilakukan oleh orang tua untuk
anaknya, karena pendapat anak belum mencukupi.
Lebih lanjut ditambahkan bahwa pembel ian properti
untuk tujuan investasi di lakukan secara tunai untuk
mendapatkan potongan harga, sehingga mendapatkan
margin yang besar ketika dijual kembal i .
Melalui kebijakan pengaturan uang muka diharapkan
kepemil ikan rumah untuk keperluan spekulasi akan
berkurang, karena beberapa pembatasan untuk
kepemil ikan rumah kedua diberlakukan seperti : i )
semakin meningkatnya presentase uang muka untuk
pemil ikan rumah kedua dan ketiga; i i ) penyatuan
perhitungan kepemil ikan bagi suami dan istri ; i i i )
pelarangan perbankan membiayai kredit uang muka,
sehingga mengurangi kemungkinan pembayaran uang
muka secara kredit; iv) pengaturan kredit properti
beragunan properti , sehingga mengurangi pembel ian
rumah kedua dan selanjutnya dengan agunan rumah
sebelumnya. Regulasi ini sebenarnya ditujukan bagi
pengurangan kegiatan spekulasi yang berimbas pada
pertumbuhan kredit yang tidak wajar dan
meningkatnya harga rumah tipe di bawah 70 meter
persegi sehingga masyarakat tidak mampu membel i
rumah. Tingginya pertumbuhan permintaan masyarakat
akan tempat tinggal dan terbatasnya ketersediaan
lahan menjadi salah satu faktor pendorong tingginya
harga properti . Pemerintah selaku regulator harus
menjaga agar kenaikan harga tersebut tidak
ditumpangi oleh aksi spekulan yang berpotensi ikut
meningkatkan harga properti .
20
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
Alexcius Winang
Penajaman Regulasi Kredit Pemilikan Rumah:
Untuk Mengurangi Aktivitas Spekulasi
-
PPerusahaan BUMN memil iki fungsi strategis dalam
mensukseskan program ketahanan pangan. Sebagai
perusahaan mil ik negara yang bergerak diberbagai
sector usaha, BUMN dapat melakukan trobosan-
terobosan dalam mensukseskan program tersebut.
Beberapa program BUMN dalam ketahanan pangan
yang telah berhasil di laksanakan diantaranya adalah:
Program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan
Berbasis Korporasi (GP3K), pembenahan pabrik gula
dan garam, serta integrasi sawit sapi. Program tersebut
tidak hanya dilaksanakan oleh BUMN yang bergerak di
bidang pangan seperti PTPN, PT Berdikari , PT RNI,
Perum Bulog, PT Pupuk Indonesia dan PT Sang Hyang
seri , namun juga dilakukan sinergi dengan BUMN lain.
Persoalan pangan khususnya dibidang pertanian yang
sangat beragam diperlukan sinergitas antar BUMN. Hal
ini bertujuan untuk dapat memenuhi swasembada
pangan di tahun 2014 yang tidak mungkin dapat di
penuhi oleh BUMN bidang pangan saja.
Begitupula dengan PT Perkebunan Nusantara III yang
turut aktif membantu dalam program ketahanan
pangan nasional . Program yang dicanangkan oleh
Kementerian BUMN melalui berbagai program di luar
core business perusahaan, salah satu programnya
adalah menanam kedelai di sela-sela (di gawangan)
tanaman karet yang berukuran 20 kal i 20 sentimeter
yang terletak di wilayah kebun PTPN III.
Sedangkan Untuk membantu Program Swasembada
Daging Sapi (PSDS) tahun 2014, BUMN melaksanakan
Program Sapi-Sawit dengan memelihara sapi di semua
perkebunan kelapa sawit dan juga perkebunan tebu
mil ik BUMN. Sebab, pelepah daun tebu dan daun sawit
bisa dijadikan pakanan ternak murah. PT Perkebunan
Nusantara (PTPN) I hingga VII dan PT Rajawal i
Nusantara Indonesia (RNI) sudah menjalankan program
tersebut.
Beberapa program BUMN dalam bidang pangan yang
telah dimulai pada musim tanam akhir 2012, melalaui
program Gerakan Peningkatan Produksi Pertanian
Berbasis Korporas (GP3K) telah berhasil meningkatkan
penanganan produksi padi menjadi 3,2 juta hektar.
Program Yarnen al ias bayar setelah panen ini
diperkirakan akan meningkatkan produksi beras
sampai 1,5 juta ton pada 2013. Begitu juga dengan
Perum Bulog pada tahun 2012 berhasil melakukan
pengadaan beras sampai dengan 3.2 juta ton.
Dalam pemenuhan swasembada gula, peran BUMN
diantaranya dengan melakukan revital isasi dan
peremajaan pabrik-pabrik gula di l ingkungan PTPN X
(Persero). Namun hal tersebut tidak cukup baik karena
kuantitas dan kual itas pasokan tebu tidak ikut
bertambah, dengan demikian tantangan tersendiri bagi
PTPN X (Persero) untuk menyinergikan kinerja pabrik
gula dengan kinerja petani tebu
Untuk meningkatkan keuntungan, pabrik gula harus
dapat melakukan diversifikasi produk dari ampas gula,
teres dan biotong yang dapat diolah menjadi barang
yang memil iki jual tinggi, dihampir setiap negara
bentuk diversifikasi dapat menghasilkan lebih dari 50
macam produk diantaranya pulp dan kertas, particle
board, microcryastalline cellulose, kanvas rem, asam
amino, pelarut, alkohol , silase, biodegradable plastic,
biobleching dan sebagainya
Sedangkan dalam mensukseskan swasembada garam
PT Garam selaku BUMN melakukan peningkatan salah
satunya dalam bidang teknologi produksi dengan
menggunakan membranisasi , yang nantinya akan
digunakan untuk membantu petani untuk melakukan
dengan cara serupa. Selain dari pada itu PT Garam juga
melakukan perluasan lahan produksi.
Dengan berbagai program tersebut diharapkan dapat
tercapai Swasembada pangan di tahun 2014.
Peranan BUMN dalam Ketahanan Pangan
BUMN/ Korporasi
21
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
Adji Dharma
-
PPembangunan ekonomi suatu Negara berkembang
membutuhkan dana yang relatif besar. Untuk itu,
kebutuhan dana tersebut dipenuhi dengan pengerahan
modal yang bersumber dari dalam negeri (tabungan
masyarakat dan pemerintah) dan luar negeri (pinjaman
atau utang luar negeri) .
Pada dasarnya, utang merupakan salah satu kebijakan
fiskal (APBN) yang menjadi bagian dari kebijakan
pengelolaan ekonomi secara
keseluruhan. Pembiayaan APBN
melalui utang merupakan bagian
dari pengelolaan keuangan
Negara yang lazim dilakukan
oleh suatu Negara. Adanya utang
merupakan konsekuensi dari
postur APBN yang mengalami
defisit, d imana Pendapatan
Negara lebih kecil daripada
Belanja Negara. Selain itu, juga
digunakan untuk membayar
kembal i utang yang jatuh tempo
(refinancing) .
Kebijakan utang dilakukan oleh Pemerintah untuk
mencapai tujuan pengelolaan ekonomi dalam jangka
pendek dan jangka panjang. Memastikan ketersediaan
dana untuk menutup defisit dan pembiayaan kewajiban
pokok utang secara tepat waktu dan efisien merupakan
tujuan jangka pendek yang ingin dicapai. Selanjutnya,
sebagai tujuan jangka panjang adalah mengamankan
kebutuhan pembiayaan APBN dengan biaya minimal
pada tingkat resiko terkendal i sehingga kesinambungan
fiskal dapat terjaga, serta sebagai upaya untuk
menciptakan pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang
dalam, aktif dan l ikuid.
Terdapat dua jenis pinjaman/utang yang digunakan
oleh pemerintah Indonesia, 1) Pinjaman Dalam Negeri
dan 2) Pinjaman Luar Negeri. Di sisi lain, Pinjaman
Dalam Negeri didasarkan pada Peraturan Pemerintah
No 54 Tahun 2008 mengenai Tata Cara Pengadaan dan
Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah.
Pinjaman ini digunakan untuk membiayai kegiatan
dalam rangka pemberdayaan industri dalam negeri dan
pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum,
serta kegiatan-kegiatan investasi yang dapat
menghasilkan penerimaan. Sumber utang dalam negeri
dapat berasal dari Badan Usaha Mil ik Negara (BUMN),
Pemerintah Daerah dan Perusahaan Daerah. Di sisi lain,
Pinjaman Luar Negeri dapat berupa pinjaman program
maupun pinjaman proyek. Pinjaman program digunakan
untuk mendukung pembiayaan dan pencairannya
dikaitkan dengan pemenuhan Policy Matrix di bidang-
bidang kegiatan untuk mencapai MDGs (seperti
pengentasan kemiskinan, pendidikan, pemberdayaan
masyarakat, kebijakan terkait cl imate change dan
sebagainya). Selanjutnya, pinjaman proyek digunakan
untuk membiayai proyek infrastruktur di berbagai sektor
(perhubungan, energi, dsb) maupun proyek-proyek
dalam rangka pengentasan kemiskinan. Sumber
utang luar negeri ini berasal dari Negara-negara
dan badan-badan bantuan multi lateral seperti
World Bank, IBRD, ADB, IDB, dan beberapa
lainnya.
Ditinjau dari sudut manfaatnya, utang luar negeri
(bantuan luar negeri) mempunyai 2 (dua)
peranan, yaitu: (a) untuk mengatasi masalah
kekurangan mata uang asing, dan (b) untuk
mengatasi masalah kekurangan tabungan.
Kedua masalah tersebut biasa disebut dengan
masalah kesenjangan ganda (the two gap
problems) , yaitu kesenjangan tabungan (saving gap) dan
kesenjangan mata uang asing (foreign exchange gap) .
Banyak ahl i berpendapat bahwa apabila suatu Negara
mempunyai profi l utang yang wajar atau yang
diinginkan (a desirable debt profile) , maka Negara
tersebut tidak perlu mengkhawatirkan eksistensi utang
sebagai salah satu pendukung keberhasilan
pembangunan nasional .
Lebih lanjut, Wil l iamson (1999) berpendapat bahwa
profil utang yang wajar oleh suatu Negara mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut: (1) jumlah utang tidak boleh
melebihi 40 persen GNP, (2) jumlah utang tidak boleh
melebihi 200 persen jumlah ekspor suatu negara, dan
(3) DSR (debt service ratio) , yang menunjukkan ratio
jumlah utang terhadap ekspor, tidak boleh lebih dari 25
persen. J ika jumlah utang melebihi kondisi dalam profil
utang yang wajar, maka eksistensi utang dapat
dianggap sebagai ancaman yang dapat menyebabkan
krisis ekonomi suatu Negara, dan dapat terjebak dalam
kondisi Debt Trap.
Kondisi Debt Trap dapat berlaku jika total keseluruhan
pembayaran atas utang (pembayaran bunga utang luar
negeri dan pembayaran cici lan pokok utang luar negeri)
pada satu periode anggaran lebih besar daripada total
penerimaan yang berasal dari utang. Pada kondisi di
Indonesia, perkembangan nilai pinjaman luar negeri
ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini :
Fiskal dan Regulasi Ekonomi
22
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013
Mengelola Utang Untuk Menghindari Debt Track
-
Dalam Gambar 1 diketahui bahwa pembayaran
kewajiban utang yaitu cici lan pokok, bunga pinjaman
dan biaya pinjaman masih di bawah nilai pinjaman
utangnya. Artinya, pemerintah masih memil iki
kemampuan untuk membayar semua kewajiban utang
dan menggunakan dana utang tersebut untuk
mendanai program-program pembangunan, seperti
Metropolitan Sanitation Management and Health Project
dengan ADB dan Urban Water Supply and Sanitation
Project dengan IBRD.
Selanjutnya ditinjau dari proporsinya, rasio pinjaman
luar negeri terhadap GDP hanya berkisar 1% dan
perlahan-lahan menurun setiap tahun. Selain itu, defisit
APBN juga terjaga di bawah 2% terhadap GDP
sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat
disimpulkan beberapa hal : 1) utang pemerintah
diperlukan untuk membiayai defisit APBN, penyediaan
arus kas jangka pendek dan refinancing utang lama, 2)
Meskipun nominal utang luar negeri mengalami
peningkatan, namun rasio terhadap GDP cenderung
menurun dan masih berada pada batas wajar, dan 3)
pengelolaan utang diarahkan untuk mendapat sumber
pembiayaan dengan biaya dan resiko rendah, jangka
panjang, dan terbebas dari ikatan pol itik, sehingga
dapat membantu kelancaran pelaksanaan program-
program pembangunan.
Untuk ke depannya, pemanfaatan utang