tinitus

13
Journal Reading Telinga Berdenging: Neuroscience Tinitus Oleh: Abcharina Rachmatina 102011101099 Pembimbing: dr. Bambang Indra, Sp.THT LAB/SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK RSD dr. SOEBANDI – FAKULTAS KEDOKTERAN UJ 2014 1

description

tinitus

Transcript of tinitus

Page 1: tinitus

1

Journal Reading

Telinga Berdenging: Neuroscience Tinitus

Oleh:Abcharina Rachmatina

102011101099

Pembimbing:dr. Bambang Indra, Sp.THT

LAB/SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK RSD dr. SOEBANDI – FAKULTAS KEDOKTERAN UJ

2014

Page 2: tinitus

2

TINITUS• Merupakan perasaan mendengar

bunyi denging dari dalam telinga.

• 8-20 % menyerang orang dengan usia lebih dari 60 tahun

• Dapat disebabkan oleh:– Terputusnya saraf pendengaran– Trauma bising– Gangguan vaskuler, dll

Page 3: tinitus

3

PENDAHULUAN• Di amerika, 12.5% anak usia 6-12 tahun

menunjukkan peningkatan ambang batas dengar akibat paparan bising.

• Tipe gangguan pendengaran yang sering timbul yaitu peningkatan ambang batas untuk frekuensi nada tinggi.

• Gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi menyebabkan neuron kortikal di daerah gangguan pendengaran mulai merespon berlebihan terhadap frekuensi bunyi pada pendengaran normal, sehingga frekuensi tersebut menempati daerah tonotopik kortikal.

Page 4: tinitus

4

• Pengaturan kembali dari daerah tonotopik pada penderita tinitus dengan pencitraan neuromagnetik pada otak, dapat terjadi ketika neuron yang menerima input talamokortikal mulai menanggapi masukan dari sekitarnya melalui koneksi lateral pada dendrit apikalnya.

• Penderita tinitus biasanya merasa frekuensi suara yang meliputi wilayah pendengaran menyerupai tinitus mereka, dan fenemona Residual Inhibition secara optimal akan bekerja ketika frekuensi pusat masking memasuki rentang frekuensi tinnitus.

• Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas neuron di daerah gangguan pendengaran dapat menyebabkan tinitus dan berhenti ketika ditekan.

Page 5: tinitus

5

Distribusi pada jalur pendengaran• Kerusakan koklea yang disebabkan oleh truma

suara, obat ototoksik, dan keadaan lain dapat menyebabkan peningkatan Spontaneus Firing Rate (SFR) neuron pendengaran seperti: Dorsal Cochelar Nucleus (DCN), Ventral Cochlear Nucleus (VCN), pusat nucleus Inferior Coliculus (IC), serta korteks pendengaran primer dan sekunder.

• Peningkatan SFR pada sel fusiform di DCN dan sel-sel piramida di korteks pendengaran mencerminkan pergeseran keseimbangan eksitasi dan inhibisi dalam jaringan kortikal .

Page 6: tinitus

6

• Peningkatan SFR setelah paparan bising dibandingkan dengan letupan tembakan setelah paparan bising.

• Letupan tembakan meningkat setelah paparan bising tapi kembali tingkat dasar dalam beberapa jam, sedangkan SFR tidak kembali ke tingkat dasar.

• Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan SFR lebih mungkin mendasari terjadinya tinitus akibat kebisingan daripada letupan tembakan di neuron kortikal maupun subkortikal.

Page 7: tinitus

7

Tinitus, Usia, dan Inhibisi• Tinitus kronis lebih banyak terjadi pada usia lanjut

pendengaran sering terganggu pada frekuensi 2-4 kHz

• Tetapi banyak orang usia lanjut menunjukkan peningkatan ambang dengar pada frekuensi tersebut namun tidak menimbulkan gejala tinitus.

• Penelitian saat ini difokuskan pada pemahaman tentang perubahan inhibisi yang terjadi pada proses penuaan dan bagaimana mereka berhubungan dengan tinnitus yang disebabkan oleh paparan bising pada hewan coba.

Page 8: tinitus

8

• Pada sel fusiform DCN yang membentuk link pada jalur tinitus menunjukkan perubahan yang berkaitan dengan usia pada glycine inhibitor neurotransmiter GlyRs dan Gephyrin

• Perubahan pada GlyRs juga diinduksi oleh paparan bising– Pada tikus muda dengan tinitus yang disebabkan

oleh paparan bising, GlyRs pada DCN menurun pada frekuensi tinggi dan sedang, sedangkan gephyrin meningkat perubahan reseptor intraseluler setelah berbulan-bulan terjadi trauma suara

– Penuaan juga menurunkan GlyRs α1 pada DCN pada frekuensi tinggi dan sedang hubungan antara usia dan berkurangnya ikatan GlyRs

Page 9: tinitus

9

Pencitraan aktivitas jaringan otak pada tinnitus

• Pada tinitus persepsi bunyi yang di dengar dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi yang lain, yang berfluktuasi dari waktu ke waktu, dan dapat dirasakan pada satu telinga atau kedua telinga.

• Selain itu, dapat juga ditemukan gejala kecemasan, konsentrasi beerkurang, gangguan tidur, serta depresi yang merupakan pencitraan fungsional otak.

Page 10: tinitus

10

• Dari hasil Positron Emission Tomografi (PET) menunjukkan peningkatan aliran darah di beberapa struktur pendengaran pada individu yang mengalami tinnitus.

Page 11: tinitus

11

• Perubahan otak pada tinnitus tidak terbatas pada daerah pendengaran.

• Peningkatan respon fungsional telah dilaporkan di beberapa struktur nonauditori termasuk hippocampus, amigdala, dan gyrus cingulate, sedangkan penurunan substansia abu-abu telah dilaporkan dalam hippocampus dan daerah subcallosal termasuk nucleus accumbens.

Page 12: tinitus

Kesimpulan • Tinnitus didiskripsikan sebagai persepsi sadar dari

suara yang tidak dihasilkan oleh sumber di luar tubuh.

• Fungsi dari sistem pendengaran adalah untuk melukiskan dan menyalurkan informasi ke daerah otak lainnya tentang suara di lingkungan.

• Suara ilusi dapat dihasilkan oleh aktivitas spontan yang abnormal pada sistem pendengaran atau tidak berfungsinya mekanisme yang biasanya mencegah aktivitas tersebut menjadi terdengar, atau kedua faktor tersebut.

12

Page 13: tinitus

13