Tingkat Pengetahuan Yang Rendah Terhadap Kesehatan Seksual Pada Remaja Akan Berdampak Buruk

4
TINGKAT PENGETAHUAN YANG RENDAH TERHADAP KESEHATAN SEKSUAL PADA REMAJA AKAN BERDAMPAK BURUK Penelaahan terhadap 35 penelitian yang dilakukan di negara maju maupun negara berkembang menyimpulkan bahwa pendidikan seksualitas berbasis sekolah tidak menyebabkan terjadinya hubungan seks lebih dini dan juga tidak mengakibatkan bertambahnya kegiatan seksual remaja atau kaum muda. Sebaliknya, justru separuh dari program yang ditelaah memberikan bukti bahwa pendidikan seksual justru berdampak pada penundaan kegiatan seks dini, penurunan kegiatan seks secara keseluruhan; dan bagi kalangan remaja yang sudah aktif secara seksual meningkatkan kegiatan pencegahan PMS dan penggunaan kontrasepsi. Program yang mendukung penundaan kegiatan seks yang disertai dengan pemberian informasi mengenai seks aman dan kontrasepsi ternyata lebih efektif dibandingkan dengan program yang hanya mendukung abstinensi (tidak berhubungan seks). Program akan sangat efektif bila diperkenalkan pada remaja berusia lebih muda dimana mereka belum aktif secara seksual (Kaiser, 2011). Namun, banyak orang di Indonesia percaya bahwa pendidikan kesehatan reproduksi akan meningkatkan kegiatan seksual pelajar, sebenarnya pendapat ini sangat tidak benar Penelitian menunjukkan bahwa ketidak pedulian tentang diberikannya pendidikan kesehatan reproduksi bukanlah suatu kebijakan yang baik yang dapat mencegah seks sebelum menikah, tetapi seringkali bahwa anak yang tidak mendapatkan pendidikan tersebut justru

Transcript of Tingkat Pengetahuan Yang Rendah Terhadap Kesehatan Seksual Pada Remaja Akan Berdampak Buruk

Page 1: Tingkat Pengetahuan Yang Rendah Terhadap Kesehatan Seksual Pada Remaja Akan Berdampak Buruk

TINGKAT PENGETAHUAN YANG RENDAH TERHADAP KESEHATAN SEKSUAL PADA REMAJA AKAN BERDAMPAK BURUK

Penelaahan terhadap 35 penelitian yang dilakukan di negara maju maupun negara

berkembang menyimpulkan bahwa pendidikan seksualitas berbasis sekolah tidak menyebabkan

terjadinya hubungan seks lebih dini dan juga tidak mengakibatkan bertambahnya kegiatan

seksual remaja atau kaum muda. Sebaliknya, justru separuh dari program yang ditelaah

memberikan bukti bahwa pendidikan seksual justru berdampak pada penundaan kegiatan seks

dini, penurunan kegiatan seks secara keseluruhan; dan bagi kalangan remaja yang sudah aktif

secara seksual meningkatkan kegiatan pencegahan PMS dan penggunaan kontrasepsi. Program

yang mendukung penundaan kegiatan seks yang disertai dengan pemberian informasi mengenai

seks aman dan kontrasepsi ternyata lebih efektif dibandingkan dengan program yang hanya

mendukung abstinensi (tidak berhubungan seks). Program akan sangat efektif bila diperkenalkan

pada remaja berusia lebih muda dimana mereka belum aktif secara seksual (Kaiser, 2011).

Namun, banyak orang di Indonesia percaya bahwa pendidikan kesehatan reproduksi akan

meningkatkan kegiatan seksual pelajar, sebenarnya pendapat ini sangat tidak benar Penelitian

menunjukkan bahwa ketidak pedulian tentang diberikannya pendidikan kesehatan reproduksi

bukanlah suatu kebijakan yang baik yang dapat mencegah seks sebelum menikah, tetapi

seringkali bahwa anak yang tidak mendapatkan pendidikan tersebut justru dapat menjadi korban

kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual yang berbahaya (Utomo, 2012).

Berdasarkan data dari “Indonesia Young Adult Reproductive Health Survey 2007”

menunjukkan bahwa kaum remaja dan dewasa muda sangat sedikit yang mengetahui sumber

informasi tentang kesehatan reproduksi (11% perempuan dan 6% laki-laki). Untuk masalah

rencana pernikahan, responden berpendapat pada usia yang ideal untuk seorang perempuan dan

seorang laki-laki (60 % perempuan dan 68 % laki-laki) berpikir bahwa usia menikah yang ideal

bagi perempuan adalah antara 20 dan 24 tahun. Sedangkan untuk prilaku seksual, sekitar 22-44%

responden yang belum menikah pernah berhubungan seksual. Keingintahuan tampaknya menjadi

alasan utama untuk berhubungan seks (45%). Berdasarkan data Pusat Keluarga Berencana

Indonesia (PKBI) tahun 2008 didapatkan tidak kurang dari 2,5 juta kasus aborsi ditemukan di

Indonesia setiap tahunnya. Ironisnya pelaku aborsi 21,2 % adalah remaja, dan sebagian besar

dilakukan dengan cara tidak aman. Sekitar 30-35 % aborsi ini adalah penyumbang kematian ibu.

Page 2: Tingkat Pengetahuan Yang Rendah Terhadap Kesehatan Seksual Pada Remaja Akan Berdampak Buruk

Selain itu, untuk masalah infeksi menular seksual, 84% perempuan dan 77% laki-laki

mengatakan bahwa mereka pernah mendengar AIDS. 55-56% perempuan dan 42-45% laki-laki

mengetahui bahwa HIV mengenai cara penularannya. 55% perempuan dan 54% dari laki-laki

mengetahui bahwa menggunakan kondom dapat mengurangi risiko tertular HIV. Sedangkan

jumlah orang hidup dengan HIV dan AIDS di Indonesia sampai dengan bulan Maret 2010

mencapai 20.564 kasus, 54,3 % dari angka tersebut adalah remaja (Badan Pusat Statistik, 2008).

Program pcndidikan seksualitas pada remaja di Negara negara maju menemukan bahwa program ini efektif (WHO, 2009):

Memfokuskan pada pengurangan perilaku yang berakibat pada penularan PMS/HIV

serta kehamilan yang tidak diinginkan.

Memberikan informasi dasar yang tepat dan akurat mengenai berbagai risiko

berhubungan seks yang tidak terlindung/tidak aman.

Mengajarkan remaja atau kaum muda cara menunda hubungan seksual dan cara

menggunakan kontrasepsi.

Mendiskusikan pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual.

Mengembangkan keterampilan berkomunikasi.

Mengembangkan model tentang cara menolak hubungan seksual yang tidak

diinginkan dan mendukung pelilaku seksual yang bertanggung jawab.

Membantu remaja memahami masyarakat dan pengaruh-pengaruh lainnya.

Badan Pusat Statistik (BPS)-Statistics Indonesia and Macro International.2008, Indonesia Young

Adult Reproductive Health Survey 2007. Calverton, Maryland, USA: BPS and Macro

International. Available at http://www.measuredhs.com/pubs/pdf/FR219/FR219.pdf

Kaiser, H.J. (2011). Sexual Health of Adolescents and Young Adults in the United States. Kaiser

Family Foundation, pp. 1-2. Available from : www.kff.org/womens health /upload/3040-05-2. pdf

Utomo, I.D., et al. 2012. Reproductive Health Services for Single Young Adults. The 2010 Greater Jakarta

Transition to Adulthood Study. Available at http://adsri.anu.edu.au/sites/default/files/research/transition-to-

adulthood/Policy_Brief_%235_RH_Service.pdf

Page 3: Tingkat Pengetahuan Yang Rendah Terhadap Kesehatan Seksual Pada Remaja Akan Berdampak Buruk

World Health Organization (WHO). (2009). Mental health aspects of women’s reproductive

health. WHO, pp.1-181. Available from :

whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241563567_eng.pdf