TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP …
Transcript of TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP …
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP
RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
DI RW 04 KELURAHAN PALASARI KECAMATAN CIBIRU KOTA
BANDUNG
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari
Oleh
ALINDA PUSPITASARI
D1A151039
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT
TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT
SWAMEDIKASI ANALGETIK DI RW 04
KELURAHAN PALASARI KECAMATAN CIBIRU
KOTA BANDUNG
PENYUSUN ALINDA PUSPITASARI
NIM D1A151039
Setelah membaca skripsi ini dengan seksama menurut pertimbangan kami telah
memenuhi persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi
Bandung Agustus 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Sri Setiatjahjati SSi MMkesApt Thito Dwi Evrianto SSi MMkesApt
KATA PENGANTAR
Assalamursquoalaikumn Warohmatullahi Wabarokatuh
Dengan mengucapkan Alhamdulillahi Rabbilrsquoalamin puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah serta
pertolongannya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Farmasi pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari Adapun judul skripsi ini adalah
ldquoTINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP
RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
DI RW 04 KELURAHAN PALASARI KECAMATAN CIBIRU KOTA
BANDUNGrdquo Penulis menyadari sepenuhnya akan segala keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga masih banyak kekurangan
dan hasil yang masih jauh dari kesempurnaan Dukungan dari banyak pihak
sangatlah berarti bagi penulis oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada
1 Bapak Dr H Didin Muhafidin SIP MSi selaku Rektor Universitas Al-
Ghifari Bandung
2 Bapak Ardian Baitariza MSiApt selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi Universitas Al-Ghifari
3 Ibu Ginayanti Hadisoebroto MSiApt selaku Ketua Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari
dan selaku dosen wali
4 Ibu Sri Setiatjahjati SSi MMkesApt selaku Pembimbing I di
Universitas Al-Ghifari yang telah meluangkan waktu kepada kami dalam
rangka penyelesaian skripsi
5 Bapak Thito Dwi Evrianto SSi MMkesApt selaku Pembimbing II di
Universitas Al-Ghifari yang telah meluangkan waktu kepada kami dalam
rangka penyelesaian skripsi
6 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Farmasi Universitas Al-Ghifari
7 Orang tua keluarga besar teman sahabat dan suami tercinta yang selalu
setiap saat memberi dukungan semangat dan dorsquoa yang tulus dan selalu
membantu baik moril maupun materil selama penyusunan skripsi
berlangsung dengan penuh kesabaran dan ketulusan yang sangat berarti
bagi penulis
8 Teman-teman Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari khususnya angkatan 2015
terima kasih untuk kebersamaannya motivasi dan semangat selama ini
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis mengharapkan ada kritik dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaan dari skripsi ini Harapan dari penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi dan pembaca
Wassalamursquoalaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Bandung Agustus 2019
Penulis
i
ABSTRAK
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul bila ada jaringan rusak
hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri Nyeri
dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak segera diobati sehingga
penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan penderita Berbagai upaya telah
dilakukan manusia untuk meringankan rasa nyeri Dengan tindakan pengobatan sendiri
(swamedikasi) diperlukan pengetahuan dan pemahaman penggunaan obat rasional dalam
melaksanakan pengobatan sendiri Identifikasi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung menggunakan metode observasi deskriptif secara
purposive sampling Berdasarkan analisis univariat hasil kuesioner tergolong cukup
dengan persentasi 376 dan mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42
Kata Kunci Tingkat Pengetahuan Rasionalitas Swamedikasi Analgetik
ii
ABSTRACT
Pain is the bodys defense mechanism arises when there is damage and tissue this will
cause the individual to react by moving the pain stimulus Pain can be a problem if the
pain is not treated immediately so the disease becomes prolonged and can be detrimental
to sufferers Therefore various efforts have been made by humans to ease the pain With
self-medication action (swamedication) required knowledge and understanding of the us
of rational drugs carrying out self-medication Identification level of public knowledge
about rationality of the use of analgesic self-medication in RW 04 Palasari Village
Cibiru Sub-District Bandung City employed descriptive observation methods by
purposive sampling Based on univariate analysis the results of the questionnaire were
quite sufficient with a percentage of 376 and helped respondens used drug rationally
58 and irrational 42
Keywords Level of knowledge Rationally self medication Analgesics
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1 12 Rumusan Masalah 3
13 Tujuan Penelitian 3
14 Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
21 Nyeri 5 211 Definisi Nyeri 5
212 Klasifikasi Nyeri 5
213 Mekanisme Nyeri 6
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri 7
215 Tatalaksana Nyeri 7
22 Analgetik 8
221 Penggolongan Analgetik 9
23 Swamedikasi 11
231 Definisi Swamedikasi 11
232 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi 12
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi 16
24 Penggunaan Obat yang Rasional 24
25 Pengetahuan 27
251 Definisi Pengetahuan 27
252 Tingkat Pengetahuan 27
253 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan 27
254 Pengukuran Pengetahuan 30
26 Masyarakat 30
261 Definisi Masyarakat 30
262 Ciri-ciri Masyarakat 30
263 Profil Kelurahan Palasari 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32
31 Jenis Penelitian 32 32 Lokasi Penelitian 32
33 Waktu Penelitian 33
iv
34 Variabel Penelitian 33
35 Definis Operasional 33
36 Populasi dan Sampel 33
361 Populasi 33
362 Sampel 34
37 Jenis Dan Sumber Data 36
38 Teknik Pengumpulan Data 36
39 Teknik Pengolahan Data 36
310 Teknik Analis Data 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
41 Karakteristik Responden 40 42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik 41
43 Jenis Keluhan Penyakit 42
44 Jenis Obat yang Digunakan 43
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas 44
451 Tingkat Pengetahuan 44
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 50
51 Simpulan 50 52 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 21 Tingkat Pendidikan di Kelurahan Palasari 31
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi
Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi 42
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden 40
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap Jenis Penyakit 42
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Jenis Obat yang digunakan 43
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 44
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden 45
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 49
DAFTAR LAMPIRAN
vii
LAMPIRAN I ALUR KERJA 53
LAMPIRAN II SURAT IJIN KESBANGPOL 54
LAMPIRAN III SURAT IJIN DINAS KESEHATAN 55
LAMPIRAN IV SURAT IJIN KELURAHAN PALASARI 56
LAMPIRAN V LANJUTAN 57
LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN DARI PKM CIPADUNG 58
LAMPIRAN VII KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL 59
LAMPIRAN VIII OUTPUT UJI VALIDASI DAN RELIABEL KUESIONER 62
LAMPIRAN IX ANALISIS UNIVARIAT 67
LAMPIRAN X TABEL KODING KARAKTERISTIK RESPONDEN 69
LAMPIRAN XI TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI
ANALGETIK 73
LAMPIRAN XII TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN 79
LAMPIRAN XIII DOKUMENTASI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT
TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT
SWAMEDIKASI ANALGETIK DI RW 04
KELURAHAN PALASARI KECAMATAN CIBIRU
KOTA BANDUNG
PENYUSUN ALINDA PUSPITASARI
NIM D1A151039
Setelah membaca skripsi ini dengan seksama menurut pertimbangan kami telah
memenuhi persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi
Bandung Agustus 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Sri Setiatjahjati SSi MMkesApt Thito Dwi Evrianto SSi MMkesApt
KATA PENGANTAR
Assalamursquoalaikumn Warohmatullahi Wabarokatuh
Dengan mengucapkan Alhamdulillahi Rabbilrsquoalamin puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah serta
pertolongannya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Farmasi pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari Adapun judul skripsi ini adalah
ldquoTINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP
RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
DI RW 04 KELURAHAN PALASARI KECAMATAN CIBIRU KOTA
BANDUNGrdquo Penulis menyadari sepenuhnya akan segala keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga masih banyak kekurangan
dan hasil yang masih jauh dari kesempurnaan Dukungan dari banyak pihak
sangatlah berarti bagi penulis oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada
1 Bapak Dr H Didin Muhafidin SIP MSi selaku Rektor Universitas Al-
Ghifari Bandung
2 Bapak Ardian Baitariza MSiApt selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi Universitas Al-Ghifari
3 Ibu Ginayanti Hadisoebroto MSiApt selaku Ketua Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari
dan selaku dosen wali
4 Ibu Sri Setiatjahjati SSi MMkesApt selaku Pembimbing I di
Universitas Al-Ghifari yang telah meluangkan waktu kepada kami dalam
rangka penyelesaian skripsi
5 Bapak Thito Dwi Evrianto SSi MMkesApt selaku Pembimbing II di
Universitas Al-Ghifari yang telah meluangkan waktu kepada kami dalam
rangka penyelesaian skripsi
6 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Farmasi Universitas Al-Ghifari
7 Orang tua keluarga besar teman sahabat dan suami tercinta yang selalu
setiap saat memberi dukungan semangat dan dorsquoa yang tulus dan selalu
membantu baik moril maupun materil selama penyusunan skripsi
berlangsung dengan penuh kesabaran dan ketulusan yang sangat berarti
bagi penulis
8 Teman-teman Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari khususnya angkatan 2015
terima kasih untuk kebersamaannya motivasi dan semangat selama ini
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis mengharapkan ada kritik dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaan dari skripsi ini Harapan dari penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi dan pembaca
Wassalamursquoalaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Bandung Agustus 2019
Penulis
i
ABSTRAK
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul bila ada jaringan rusak
hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri Nyeri
dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak segera diobati sehingga
penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan penderita Berbagai upaya telah
dilakukan manusia untuk meringankan rasa nyeri Dengan tindakan pengobatan sendiri
(swamedikasi) diperlukan pengetahuan dan pemahaman penggunaan obat rasional dalam
melaksanakan pengobatan sendiri Identifikasi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung menggunakan metode observasi deskriptif secara
purposive sampling Berdasarkan analisis univariat hasil kuesioner tergolong cukup
dengan persentasi 376 dan mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42
Kata Kunci Tingkat Pengetahuan Rasionalitas Swamedikasi Analgetik
ii
ABSTRACT
Pain is the bodys defense mechanism arises when there is damage and tissue this will
cause the individual to react by moving the pain stimulus Pain can be a problem if the
pain is not treated immediately so the disease becomes prolonged and can be detrimental
to sufferers Therefore various efforts have been made by humans to ease the pain With
self-medication action (swamedication) required knowledge and understanding of the us
of rational drugs carrying out self-medication Identification level of public knowledge
about rationality of the use of analgesic self-medication in RW 04 Palasari Village
Cibiru Sub-District Bandung City employed descriptive observation methods by
purposive sampling Based on univariate analysis the results of the questionnaire were
quite sufficient with a percentage of 376 and helped respondens used drug rationally
58 and irrational 42
Keywords Level of knowledge Rationally self medication Analgesics
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1 12 Rumusan Masalah 3
13 Tujuan Penelitian 3
14 Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
21 Nyeri 5 211 Definisi Nyeri 5
212 Klasifikasi Nyeri 5
213 Mekanisme Nyeri 6
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri 7
215 Tatalaksana Nyeri 7
22 Analgetik 8
221 Penggolongan Analgetik 9
23 Swamedikasi 11
231 Definisi Swamedikasi 11
232 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi 12
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi 16
24 Penggunaan Obat yang Rasional 24
25 Pengetahuan 27
251 Definisi Pengetahuan 27
252 Tingkat Pengetahuan 27
253 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan 27
254 Pengukuran Pengetahuan 30
26 Masyarakat 30
261 Definisi Masyarakat 30
262 Ciri-ciri Masyarakat 30
263 Profil Kelurahan Palasari 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32
31 Jenis Penelitian 32 32 Lokasi Penelitian 32
33 Waktu Penelitian 33
iv
34 Variabel Penelitian 33
35 Definis Operasional 33
36 Populasi dan Sampel 33
361 Populasi 33
362 Sampel 34
37 Jenis Dan Sumber Data 36
38 Teknik Pengumpulan Data 36
39 Teknik Pengolahan Data 36
310 Teknik Analis Data 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
41 Karakteristik Responden 40 42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik 41
43 Jenis Keluhan Penyakit 42
44 Jenis Obat yang Digunakan 43
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas 44
451 Tingkat Pengetahuan 44
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 50
51 Simpulan 50 52 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 21 Tingkat Pendidikan di Kelurahan Palasari 31
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi
Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi 42
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden 40
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap Jenis Penyakit 42
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Jenis Obat yang digunakan 43
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 44
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden 45
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 49
DAFTAR LAMPIRAN
vii
LAMPIRAN I ALUR KERJA 53
LAMPIRAN II SURAT IJIN KESBANGPOL 54
LAMPIRAN III SURAT IJIN DINAS KESEHATAN 55
LAMPIRAN IV SURAT IJIN KELURAHAN PALASARI 56
LAMPIRAN V LANJUTAN 57
LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN DARI PKM CIPADUNG 58
LAMPIRAN VII KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL 59
LAMPIRAN VIII OUTPUT UJI VALIDASI DAN RELIABEL KUESIONER 62
LAMPIRAN IX ANALISIS UNIVARIAT 67
LAMPIRAN X TABEL KODING KARAKTERISTIK RESPONDEN 69
LAMPIRAN XI TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI
ANALGETIK 73
LAMPIRAN XII TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN 79
LAMPIRAN XIII DOKUMENTASI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
KATA PENGANTAR
Assalamursquoalaikumn Warohmatullahi Wabarokatuh
Dengan mengucapkan Alhamdulillahi Rabbilrsquoalamin puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah serta
pertolongannya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Farmasi pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari Adapun judul skripsi ini adalah
ldquoTINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP
RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
DI RW 04 KELURAHAN PALASARI KECAMATAN CIBIRU KOTA
BANDUNGrdquo Penulis menyadari sepenuhnya akan segala keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga masih banyak kekurangan
dan hasil yang masih jauh dari kesempurnaan Dukungan dari banyak pihak
sangatlah berarti bagi penulis oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada
1 Bapak Dr H Didin Muhafidin SIP MSi selaku Rektor Universitas Al-
Ghifari Bandung
2 Bapak Ardian Baitariza MSiApt selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi Universitas Al-Ghifari
3 Ibu Ginayanti Hadisoebroto MSiApt selaku Ketua Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari
dan selaku dosen wali
4 Ibu Sri Setiatjahjati SSi MMkesApt selaku Pembimbing I di
Universitas Al-Ghifari yang telah meluangkan waktu kepada kami dalam
rangka penyelesaian skripsi
5 Bapak Thito Dwi Evrianto SSi MMkesApt selaku Pembimbing II di
Universitas Al-Ghifari yang telah meluangkan waktu kepada kami dalam
rangka penyelesaian skripsi
6 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Farmasi Universitas Al-Ghifari
7 Orang tua keluarga besar teman sahabat dan suami tercinta yang selalu
setiap saat memberi dukungan semangat dan dorsquoa yang tulus dan selalu
membantu baik moril maupun materil selama penyusunan skripsi
berlangsung dengan penuh kesabaran dan ketulusan yang sangat berarti
bagi penulis
8 Teman-teman Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari khususnya angkatan 2015
terima kasih untuk kebersamaannya motivasi dan semangat selama ini
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis mengharapkan ada kritik dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaan dari skripsi ini Harapan dari penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi dan pembaca
Wassalamursquoalaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Bandung Agustus 2019
Penulis
i
ABSTRAK
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul bila ada jaringan rusak
hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri Nyeri
dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak segera diobati sehingga
penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan penderita Berbagai upaya telah
dilakukan manusia untuk meringankan rasa nyeri Dengan tindakan pengobatan sendiri
(swamedikasi) diperlukan pengetahuan dan pemahaman penggunaan obat rasional dalam
melaksanakan pengobatan sendiri Identifikasi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung menggunakan metode observasi deskriptif secara
purposive sampling Berdasarkan analisis univariat hasil kuesioner tergolong cukup
dengan persentasi 376 dan mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42
Kata Kunci Tingkat Pengetahuan Rasionalitas Swamedikasi Analgetik
ii
ABSTRACT
Pain is the bodys defense mechanism arises when there is damage and tissue this will
cause the individual to react by moving the pain stimulus Pain can be a problem if the
pain is not treated immediately so the disease becomes prolonged and can be detrimental
to sufferers Therefore various efforts have been made by humans to ease the pain With
self-medication action (swamedication) required knowledge and understanding of the us
of rational drugs carrying out self-medication Identification level of public knowledge
about rationality of the use of analgesic self-medication in RW 04 Palasari Village
Cibiru Sub-District Bandung City employed descriptive observation methods by
purposive sampling Based on univariate analysis the results of the questionnaire were
quite sufficient with a percentage of 376 and helped respondens used drug rationally
58 and irrational 42
Keywords Level of knowledge Rationally self medication Analgesics
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1 12 Rumusan Masalah 3
13 Tujuan Penelitian 3
14 Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
21 Nyeri 5 211 Definisi Nyeri 5
212 Klasifikasi Nyeri 5
213 Mekanisme Nyeri 6
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri 7
215 Tatalaksana Nyeri 7
22 Analgetik 8
221 Penggolongan Analgetik 9
23 Swamedikasi 11
231 Definisi Swamedikasi 11
232 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi 12
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi 16
24 Penggunaan Obat yang Rasional 24
25 Pengetahuan 27
251 Definisi Pengetahuan 27
252 Tingkat Pengetahuan 27
253 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan 27
254 Pengukuran Pengetahuan 30
26 Masyarakat 30
261 Definisi Masyarakat 30
262 Ciri-ciri Masyarakat 30
263 Profil Kelurahan Palasari 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32
31 Jenis Penelitian 32 32 Lokasi Penelitian 32
33 Waktu Penelitian 33
iv
34 Variabel Penelitian 33
35 Definis Operasional 33
36 Populasi dan Sampel 33
361 Populasi 33
362 Sampel 34
37 Jenis Dan Sumber Data 36
38 Teknik Pengumpulan Data 36
39 Teknik Pengolahan Data 36
310 Teknik Analis Data 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
41 Karakteristik Responden 40 42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik 41
43 Jenis Keluhan Penyakit 42
44 Jenis Obat yang Digunakan 43
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas 44
451 Tingkat Pengetahuan 44
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 50
51 Simpulan 50 52 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 21 Tingkat Pendidikan di Kelurahan Palasari 31
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi
Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi 42
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden 40
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap Jenis Penyakit 42
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Jenis Obat yang digunakan 43
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 44
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden 45
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 49
DAFTAR LAMPIRAN
vii
LAMPIRAN I ALUR KERJA 53
LAMPIRAN II SURAT IJIN KESBANGPOL 54
LAMPIRAN III SURAT IJIN DINAS KESEHATAN 55
LAMPIRAN IV SURAT IJIN KELURAHAN PALASARI 56
LAMPIRAN V LANJUTAN 57
LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN DARI PKM CIPADUNG 58
LAMPIRAN VII KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL 59
LAMPIRAN VIII OUTPUT UJI VALIDASI DAN RELIABEL KUESIONER 62
LAMPIRAN IX ANALISIS UNIVARIAT 67
LAMPIRAN X TABEL KODING KARAKTERISTIK RESPONDEN 69
LAMPIRAN XI TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI
ANALGETIK 73
LAMPIRAN XII TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN 79
LAMPIRAN XIII DOKUMENTASI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
5 Bapak Thito Dwi Evrianto SSi MMkesApt selaku Pembimbing II di
Universitas Al-Ghifari yang telah meluangkan waktu kepada kami dalam
rangka penyelesaian skripsi
6 Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Farmasi Universitas Al-Ghifari
7 Orang tua keluarga besar teman sahabat dan suami tercinta yang selalu
setiap saat memberi dukungan semangat dan dorsquoa yang tulus dan selalu
membantu baik moril maupun materil selama penyusunan skripsi
berlangsung dengan penuh kesabaran dan ketulusan yang sangat berarti
bagi penulis
8 Teman-teman Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari khususnya angkatan 2015
terima kasih untuk kebersamaannya motivasi dan semangat selama ini
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis mengharapkan ada kritik dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaan dari skripsi ini Harapan dari penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi dan pembaca
Wassalamursquoalaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Bandung Agustus 2019
Penulis
i
ABSTRAK
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul bila ada jaringan rusak
hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri Nyeri
dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak segera diobati sehingga
penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan penderita Berbagai upaya telah
dilakukan manusia untuk meringankan rasa nyeri Dengan tindakan pengobatan sendiri
(swamedikasi) diperlukan pengetahuan dan pemahaman penggunaan obat rasional dalam
melaksanakan pengobatan sendiri Identifikasi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung menggunakan metode observasi deskriptif secara
purposive sampling Berdasarkan analisis univariat hasil kuesioner tergolong cukup
dengan persentasi 376 dan mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42
Kata Kunci Tingkat Pengetahuan Rasionalitas Swamedikasi Analgetik
ii
ABSTRACT
Pain is the bodys defense mechanism arises when there is damage and tissue this will
cause the individual to react by moving the pain stimulus Pain can be a problem if the
pain is not treated immediately so the disease becomes prolonged and can be detrimental
to sufferers Therefore various efforts have been made by humans to ease the pain With
self-medication action (swamedication) required knowledge and understanding of the us
of rational drugs carrying out self-medication Identification level of public knowledge
about rationality of the use of analgesic self-medication in RW 04 Palasari Village
Cibiru Sub-District Bandung City employed descriptive observation methods by
purposive sampling Based on univariate analysis the results of the questionnaire were
quite sufficient with a percentage of 376 and helped respondens used drug rationally
58 and irrational 42
Keywords Level of knowledge Rationally self medication Analgesics
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1 12 Rumusan Masalah 3
13 Tujuan Penelitian 3
14 Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
21 Nyeri 5 211 Definisi Nyeri 5
212 Klasifikasi Nyeri 5
213 Mekanisme Nyeri 6
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri 7
215 Tatalaksana Nyeri 7
22 Analgetik 8
221 Penggolongan Analgetik 9
23 Swamedikasi 11
231 Definisi Swamedikasi 11
232 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi 12
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi 16
24 Penggunaan Obat yang Rasional 24
25 Pengetahuan 27
251 Definisi Pengetahuan 27
252 Tingkat Pengetahuan 27
253 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan 27
254 Pengukuran Pengetahuan 30
26 Masyarakat 30
261 Definisi Masyarakat 30
262 Ciri-ciri Masyarakat 30
263 Profil Kelurahan Palasari 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32
31 Jenis Penelitian 32 32 Lokasi Penelitian 32
33 Waktu Penelitian 33
iv
34 Variabel Penelitian 33
35 Definis Operasional 33
36 Populasi dan Sampel 33
361 Populasi 33
362 Sampel 34
37 Jenis Dan Sumber Data 36
38 Teknik Pengumpulan Data 36
39 Teknik Pengolahan Data 36
310 Teknik Analis Data 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
41 Karakteristik Responden 40 42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik 41
43 Jenis Keluhan Penyakit 42
44 Jenis Obat yang Digunakan 43
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas 44
451 Tingkat Pengetahuan 44
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 50
51 Simpulan 50 52 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 21 Tingkat Pendidikan di Kelurahan Palasari 31
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi
Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi 42
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden 40
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap Jenis Penyakit 42
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Jenis Obat yang digunakan 43
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 44
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden 45
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 49
DAFTAR LAMPIRAN
vii
LAMPIRAN I ALUR KERJA 53
LAMPIRAN II SURAT IJIN KESBANGPOL 54
LAMPIRAN III SURAT IJIN DINAS KESEHATAN 55
LAMPIRAN IV SURAT IJIN KELURAHAN PALASARI 56
LAMPIRAN V LANJUTAN 57
LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN DARI PKM CIPADUNG 58
LAMPIRAN VII KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL 59
LAMPIRAN VIII OUTPUT UJI VALIDASI DAN RELIABEL KUESIONER 62
LAMPIRAN IX ANALISIS UNIVARIAT 67
LAMPIRAN X TABEL KODING KARAKTERISTIK RESPONDEN 69
LAMPIRAN XI TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI
ANALGETIK 73
LAMPIRAN XII TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN 79
LAMPIRAN XIII DOKUMENTASI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
i
ABSTRAK
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul bila ada jaringan rusak
hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri Nyeri
dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak segera diobati sehingga
penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan penderita Berbagai upaya telah
dilakukan manusia untuk meringankan rasa nyeri Dengan tindakan pengobatan sendiri
(swamedikasi) diperlukan pengetahuan dan pemahaman penggunaan obat rasional dalam
melaksanakan pengobatan sendiri Identifikasi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung menggunakan metode observasi deskriptif secara
purposive sampling Berdasarkan analisis univariat hasil kuesioner tergolong cukup
dengan persentasi 376 dan mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42
Kata Kunci Tingkat Pengetahuan Rasionalitas Swamedikasi Analgetik
ii
ABSTRACT
Pain is the bodys defense mechanism arises when there is damage and tissue this will
cause the individual to react by moving the pain stimulus Pain can be a problem if the
pain is not treated immediately so the disease becomes prolonged and can be detrimental
to sufferers Therefore various efforts have been made by humans to ease the pain With
self-medication action (swamedication) required knowledge and understanding of the us
of rational drugs carrying out self-medication Identification level of public knowledge
about rationality of the use of analgesic self-medication in RW 04 Palasari Village
Cibiru Sub-District Bandung City employed descriptive observation methods by
purposive sampling Based on univariate analysis the results of the questionnaire were
quite sufficient with a percentage of 376 and helped respondens used drug rationally
58 and irrational 42
Keywords Level of knowledge Rationally self medication Analgesics
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1 12 Rumusan Masalah 3
13 Tujuan Penelitian 3
14 Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
21 Nyeri 5 211 Definisi Nyeri 5
212 Klasifikasi Nyeri 5
213 Mekanisme Nyeri 6
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri 7
215 Tatalaksana Nyeri 7
22 Analgetik 8
221 Penggolongan Analgetik 9
23 Swamedikasi 11
231 Definisi Swamedikasi 11
232 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi 12
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi 16
24 Penggunaan Obat yang Rasional 24
25 Pengetahuan 27
251 Definisi Pengetahuan 27
252 Tingkat Pengetahuan 27
253 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan 27
254 Pengukuran Pengetahuan 30
26 Masyarakat 30
261 Definisi Masyarakat 30
262 Ciri-ciri Masyarakat 30
263 Profil Kelurahan Palasari 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32
31 Jenis Penelitian 32 32 Lokasi Penelitian 32
33 Waktu Penelitian 33
iv
34 Variabel Penelitian 33
35 Definis Operasional 33
36 Populasi dan Sampel 33
361 Populasi 33
362 Sampel 34
37 Jenis Dan Sumber Data 36
38 Teknik Pengumpulan Data 36
39 Teknik Pengolahan Data 36
310 Teknik Analis Data 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
41 Karakteristik Responden 40 42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik 41
43 Jenis Keluhan Penyakit 42
44 Jenis Obat yang Digunakan 43
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas 44
451 Tingkat Pengetahuan 44
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 50
51 Simpulan 50 52 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 21 Tingkat Pendidikan di Kelurahan Palasari 31
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi
Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi 42
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden 40
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap Jenis Penyakit 42
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Jenis Obat yang digunakan 43
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 44
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden 45
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 49
DAFTAR LAMPIRAN
vii
LAMPIRAN I ALUR KERJA 53
LAMPIRAN II SURAT IJIN KESBANGPOL 54
LAMPIRAN III SURAT IJIN DINAS KESEHATAN 55
LAMPIRAN IV SURAT IJIN KELURAHAN PALASARI 56
LAMPIRAN V LANJUTAN 57
LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN DARI PKM CIPADUNG 58
LAMPIRAN VII KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL 59
LAMPIRAN VIII OUTPUT UJI VALIDASI DAN RELIABEL KUESIONER 62
LAMPIRAN IX ANALISIS UNIVARIAT 67
LAMPIRAN X TABEL KODING KARAKTERISTIK RESPONDEN 69
LAMPIRAN XI TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI
ANALGETIK 73
LAMPIRAN XII TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN 79
LAMPIRAN XIII DOKUMENTASI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
ii
ABSTRACT
Pain is the bodys defense mechanism arises when there is damage and tissue this will
cause the individual to react by moving the pain stimulus Pain can be a problem if the
pain is not treated immediately so the disease becomes prolonged and can be detrimental
to sufferers Therefore various efforts have been made by humans to ease the pain With
self-medication action (swamedication) required knowledge and understanding of the us
of rational drugs carrying out self-medication Identification level of public knowledge
about rationality of the use of analgesic self-medication in RW 04 Palasari Village
Cibiru Sub-District Bandung City employed descriptive observation methods by
purposive sampling Based on univariate analysis the results of the questionnaire were
quite sufficient with a percentage of 376 and helped respondens used drug rationally
58 and irrational 42
Keywords Level of knowledge Rationally self medication Analgesics
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1 12 Rumusan Masalah 3
13 Tujuan Penelitian 3
14 Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
21 Nyeri 5 211 Definisi Nyeri 5
212 Klasifikasi Nyeri 5
213 Mekanisme Nyeri 6
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri 7
215 Tatalaksana Nyeri 7
22 Analgetik 8
221 Penggolongan Analgetik 9
23 Swamedikasi 11
231 Definisi Swamedikasi 11
232 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi 12
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi 16
24 Penggunaan Obat yang Rasional 24
25 Pengetahuan 27
251 Definisi Pengetahuan 27
252 Tingkat Pengetahuan 27
253 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan 27
254 Pengukuran Pengetahuan 30
26 Masyarakat 30
261 Definisi Masyarakat 30
262 Ciri-ciri Masyarakat 30
263 Profil Kelurahan Palasari 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32
31 Jenis Penelitian 32 32 Lokasi Penelitian 32
33 Waktu Penelitian 33
iv
34 Variabel Penelitian 33
35 Definis Operasional 33
36 Populasi dan Sampel 33
361 Populasi 33
362 Sampel 34
37 Jenis Dan Sumber Data 36
38 Teknik Pengumpulan Data 36
39 Teknik Pengolahan Data 36
310 Teknik Analis Data 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
41 Karakteristik Responden 40 42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik 41
43 Jenis Keluhan Penyakit 42
44 Jenis Obat yang Digunakan 43
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas 44
451 Tingkat Pengetahuan 44
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 50
51 Simpulan 50 52 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 21 Tingkat Pendidikan di Kelurahan Palasari 31
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi
Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi 42
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden 40
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap Jenis Penyakit 42
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Jenis Obat yang digunakan 43
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 44
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden 45
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 49
DAFTAR LAMPIRAN
vii
LAMPIRAN I ALUR KERJA 53
LAMPIRAN II SURAT IJIN KESBANGPOL 54
LAMPIRAN III SURAT IJIN DINAS KESEHATAN 55
LAMPIRAN IV SURAT IJIN KELURAHAN PALASARI 56
LAMPIRAN V LANJUTAN 57
LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN DARI PKM CIPADUNG 58
LAMPIRAN VII KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL 59
LAMPIRAN VIII OUTPUT UJI VALIDASI DAN RELIABEL KUESIONER 62
LAMPIRAN IX ANALISIS UNIVARIAT 67
LAMPIRAN X TABEL KODING KARAKTERISTIK RESPONDEN 69
LAMPIRAN XI TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI
ANALGETIK 73
LAMPIRAN XII TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN 79
LAMPIRAN XIII DOKUMENTASI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1 12 Rumusan Masalah 3
13 Tujuan Penelitian 3
14 Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
21 Nyeri 5 211 Definisi Nyeri 5
212 Klasifikasi Nyeri 5
213 Mekanisme Nyeri 6
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri 7
215 Tatalaksana Nyeri 7
22 Analgetik 8
221 Penggolongan Analgetik 9
23 Swamedikasi 11
231 Definisi Swamedikasi 11
232 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi 12
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi 16
24 Penggunaan Obat yang Rasional 24
25 Pengetahuan 27
251 Definisi Pengetahuan 27
252 Tingkat Pengetahuan 27
253 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan 27
254 Pengukuran Pengetahuan 30
26 Masyarakat 30
261 Definisi Masyarakat 30
262 Ciri-ciri Masyarakat 30
263 Profil Kelurahan Palasari 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32
31 Jenis Penelitian 32 32 Lokasi Penelitian 32
33 Waktu Penelitian 33
iv
34 Variabel Penelitian 33
35 Definis Operasional 33
36 Populasi dan Sampel 33
361 Populasi 33
362 Sampel 34
37 Jenis Dan Sumber Data 36
38 Teknik Pengumpulan Data 36
39 Teknik Pengolahan Data 36
310 Teknik Analis Data 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
41 Karakteristik Responden 40 42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik 41
43 Jenis Keluhan Penyakit 42
44 Jenis Obat yang Digunakan 43
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas 44
451 Tingkat Pengetahuan 44
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 50
51 Simpulan 50 52 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 21 Tingkat Pendidikan di Kelurahan Palasari 31
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi
Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi 42
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden 40
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap Jenis Penyakit 42
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Jenis Obat yang digunakan 43
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 44
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden 45
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 49
DAFTAR LAMPIRAN
vii
LAMPIRAN I ALUR KERJA 53
LAMPIRAN II SURAT IJIN KESBANGPOL 54
LAMPIRAN III SURAT IJIN DINAS KESEHATAN 55
LAMPIRAN IV SURAT IJIN KELURAHAN PALASARI 56
LAMPIRAN V LANJUTAN 57
LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN DARI PKM CIPADUNG 58
LAMPIRAN VII KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL 59
LAMPIRAN VIII OUTPUT UJI VALIDASI DAN RELIABEL KUESIONER 62
LAMPIRAN IX ANALISIS UNIVARIAT 67
LAMPIRAN X TABEL KODING KARAKTERISTIK RESPONDEN 69
LAMPIRAN XI TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI
ANALGETIK 73
LAMPIRAN XII TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN 79
LAMPIRAN XIII DOKUMENTASI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
iv
34 Variabel Penelitian 33
35 Definis Operasional 33
36 Populasi dan Sampel 33
361 Populasi 33
362 Sampel 34
37 Jenis Dan Sumber Data 36
38 Teknik Pengumpulan Data 36
39 Teknik Pengolahan Data 36
310 Teknik Analis Data 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
41 Karakteristik Responden 40 42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik 41
43 Jenis Keluhan Penyakit 42
44 Jenis Obat yang Digunakan 43
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas 44
451 Tingkat Pengetahuan 44
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 50
51 Simpulan 50 52 Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 21 Tingkat Pendidikan di Kelurahan Palasari 31
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi
Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi 42
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden 40
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap Jenis Penyakit 42
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Jenis Obat yang digunakan 43
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 44
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden 45
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 49
DAFTAR LAMPIRAN
vii
LAMPIRAN I ALUR KERJA 53
LAMPIRAN II SURAT IJIN KESBANGPOL 54
LAMPIRAN III SURAT IJIN DINAS KESEHATAN 55
LAMPIRAN IV SURAT IJIN KELURAHAN PALASARI 56
LAMPIRAN V LANJUTAN 57
LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN DARI PKM CIPADUNG 58
LAMPIRAN VII KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL 59
LAMPIRAN VIII OUTPUT UJI VALIDASI DAN RELIABEL KUESIONER 62
LAMPIRAN IX ANALISIS UNIVARIAT 67
LAMPIRAN X TABEL KODING KARAKTERISTIK RESPONDEN 69
LAMPIRAN XI TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI
ANALGETIK 73
LAMPIRAN XII TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN 79
LAMPIRAN XIII DOKUMENTASI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 21 Tingkat Pendidikan di Kelurahan Palasari 31
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi
Tempat Memperoleh Obat Swamedikasi 42
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden 40
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap Jenis Penyakit 42
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Jenis Obat yang digunakan 43
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 44
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden 45
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 49
DAFTAR LAMPIRAN
vii
LAMPIRAN I ALUR KERJA 53
LAMPIRAN II SURAT IJIN KESBANGPOL 54
LAMPIRAN III SURAT IJIN DINAS KESEHATAN 55
LAMPIRAN IV SURAT IJIN KELURAHAN PALASARI 56
LAMPIRAN V LANJUTAN 57
LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN DARI PKM CIPADUNG 58
LAMPIRAN VII KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL 59
LAMPIRAN VIII OUTPUT UJI VALIDASI DAN RELIABEL KUESIONER 62
LAMPIRAN IX ANALISIS UNIVARIAT 67
LAMPIRAN X TABEL KODING KARAKTERISTIK RESPONDEN 69
LAMPIRAN XI TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI
ANALGETIK 73
LAMPIRAN XII TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN 79
LAMPIRAN XIII DOKUMENTASI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden 40
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap Jenis Penyakit 42
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Jenis Obat yang digunakan 43
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden 44
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden 45
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik 49
DAFTAR LAMPIRAN
vii
LAMPIRAN I ALUR KERJA 53
LAMPIRAN II SURAT IJIN KESBANGPOL 54
LAMPIRAN III SURAT IJIN DINAS KESEHATAN 55
LAMPIRAN IV SURAT IJIN KELURAHAN PALASARI 56
LAMPIRAN V LANJUTAN 57
LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN DARI PKM CIPADUNG 58
LAMPIRAN VII KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL 59
LAMPIRAN VIII OUTPUT UJI VALIDASI DAN RELIABEL KUESIONER 62
LAMPIRAN IX ANALISIS UNIVARIAT 67
LAMPIRAN X TABEL KODING KARAKTERISTIK RESPONDEN 69
LAMPIRAN XI TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI
ANALGETIK 73
LAMPIRAN XII TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN 79
LAMPIRAN XIII DOKUMENTASI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
DAFTAR LAMPIRAN
vii
LAMPIRAN I ALUR KERJA 53
LAMPIRAN II SURAT IJIN KESBANGPOL 54
LAMPIRAN III SURAT IJIN DINAS KESEHATAN 55
LAMPIRAN IV SURAT IJIN KELURAHAN PALASARI 56
LAMPIRAN V LANJUTAN 57
LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN DARI PKM CIPADUNG 58
LAMPIRAN VII KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL 59
LAMPIRAN VIII OUTPUT UJI VALIDASI DAN RELIABEL KUESIONER 62
LAMPIRAN IX ANALISIS UNIVARIAT 67
LAMPIRAN X TABEL KODING KARAKTERISTIK RESPONDEN 69
LAMPIRAN XI TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI
ANALGETIK 73
LAMPIRAN XII TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN 79
LAMPIRAN XIII DOKUMENTASI 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh timbul bila ada jaringan
rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan
stimulus nyeri Nyeri dapat menjadi suatu masalah jika rasa nyeri tersebut tidak
segera di obati sehingga penyakit menjadi berkepanjangan dan dapat merugikan
penderita Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan manusia untuk
meringankan rasa nyeri tersebut supaya dapat berkurang bahkan sampai hari ini
pengaruh nyeri atau rasa sakit ini adalah penyebab utama pasien menemui dokter
untuk pengobatan Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang
rasa nyeri merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Penggunaan analgesik sering digunakan secara bebas hal ini menyebabkan
ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit gagal ginjal kronis
di masyarakat saat periode tahun 1900 (WHO 2000) Keluhan yang seringkali
mendorong pasien untuk menggunakan analgesik secara swamedikasi antara lain
sakit kepala nyeri sendi dan gangguan mulut serta gigi (French DP James DH
etal 2008) Mayoritas (gt50) pasien menggunakan obat tersebut dengan
frekuensi beberapa kali dalam sebulan (Brewer C etal 2013)
1
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
2
Prevalensi penggunaan obat nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri
(swamedikasi) dilaporkan sebanyak 394 Penyakit nyeri juga dihubungkan
dengan penyebab mordibitas populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30
populasi dan laporan terbaru menunjukkan hingga 50 (Pilar Carasso etal
2014)
Di Indonesia perilaku pengobatan sendiri sudah banyak dilakukan oleh
masyakarat Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
masyarakat yang menyimpan obat untuk pengobatan diri sendiri Data
menunjukkan sebesar 352 masyarakat telah menyimpan obat hasil
swamedikasi Dalam hal ini adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi
menunjukkan adanya penggunaan obat yang tidak rasional (Riskesdas 2013)
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami
pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang
rasional Kriteria obat yang rasional antara lain ketepatan pemilihan obat
ketepatan dosis obat tidak adanya efek samping tidak adanya kontra indikasi
tidak adanya interaksi dan tidak adanya polifarmasi (Muharni 2015)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007) Berdasarkan
penelitian yang dilakukan wulandari (2011) terkait tingkat pengetahuan
penggunaan analgetik pada pengobatan sendiri menunjukkan hasil penilaian
pengetahuan responden sebesar 656 dengan kategori cukup dan 344 baik
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
3
Hasil penelitian Yanuardi Aditya (2015) tingkat pengetahuan mengenai
penggunaan obat swamedikasi dalam kategori sedang dengan presentasi sebesar
406 Hasil penelitian Gusta dkk (2011) presentase yang melakukan
swamedikasi berdasarkan jenis kelamin wanita sebesar 692 sedangkan laki-
laki sebesar 308 dikarenakan penggunaan obat nyeri paling banyak
dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap bulannya untuk
mengurangi rasa nyeri haid
Berdasarakan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
12 Rumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2 Apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik swamedikasi
secara tepat atau rasional
13 Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap rasionalitas
penggunaan obat swamedikasi analgetik di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
4
2 Mengetahui apakah masyarakat sudah menggunakan obat analgetik secara
tepat atau rasional
14 Manfaat Penelitian
1 Masyarakat Dalam penelitian ini masyarakat dapat menggunakan obat
swamedikasi analgesik secara rasional
2 Institusi Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi gambaran
penggunaan obat analgesik pada masyarakat RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung agar masyarakat menggunakan obat
antinyeri secara aman dan rasional
3 Penelitian Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
selama proses penelitian dan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Nyeri
211 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun
berat Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
Menurut Internasional Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan (Marta dkk 2013)
Beberapa penyebab adanya nyeri ketika terjadi rangsangan pada ujung
saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
1 Trauma seperti benda tajam benda tumpul bahan kimia
2 Proses infeksi atau peradangan (Depkes RI 2007)
212 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
a Nyeri akut atau nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara
Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti takikardi
hipertensi hiperhidrosis pucat dan midriasis dan perubahan wajah
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa
5
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
6
1 Nyeri somatik luar nyeri tajam di kulit subkutis dan mukosa
2 Nyeri somatik dalam nyeri tumpul pada otot rangka sendi dan
jaringan ikat
3 Nyeri viseral nyeri akibat disfungsi organ viseral (Marta dkk 2013)
b Nyeri kronik atau nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa
tanda-tanda aktivitas otonom kecuali serangan akut Nyeri tersebut dapat
berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah penyembuhan luka
(penyakitoperasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap sampai
melebihi 3 bulan Nyeri ini disebabkan oleh
1 kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
2 non kanker akibat trauma proses degenerasi dll (Marta dkk 2013)
213 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri terdiri dari 4 proses elektro fisiologi nociseptif yaitu
1 Transduksi adalah proses perubahan stimulus menjadi impuls saraf
Stimulus nyeri akan diterima oleh nociceptor pada ujung saraf bebas A
delta dan C kemudian mengalami perubahan atau diterjemahkan menjadi
aktifitas fisik pada impuls saraf
2 Transmisi adalah proses penyaluran impuls saraf melalui serabut saraf
sensoris menuju ke medulla spinalis Impuls tersebut dibaca oleh serabut
saraf A delta dan C
3 Modulasi adalah proses interaksi antara analgetik endogen dengan impuls
nyeri yang masuk kedalam kornu posterior medulla spinalis Sistem
analgesik endogen meliputi enkafalis endorphin serotonin dan
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
7
nonepinefrin Dengan demikian kornu posterior seperti sebuah gerbang
yang dapat tertutp atau terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut
4 Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
mulai dari proses tansduksi transmisi dam modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi
nyeri ( Mangku G 2002)
214 Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon tubuh terhadap nyeri berupa terjadinya respon hormonal melalui
mobilisasi hormon-hormon katabolisme dan reaksi imunologis yang secara
umum disebut respon stress Respon nyeri sangat merugikan tubuh karena
dapat menurunkan cadangan makanan daya tahan tubuh meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung menganggu fungsi respirasi dan segala
konsekuensi dari gangguan tersebut dan pada akhirnya dapat menyebabkan
tromboemboli dan meningkatnya mordibitas dan mortalitas (Mangku G
2002)
215 Tatalaksana nyeri
Secara umum penatalaksaan nyeri dikelompokkan menjadi dua yaitu
penatalaksaan secara farmakologi dan non farmakologi
1 Penatalaksaan secara Farmakologi
Praktik dalam tatalaksana nyeri secara garis besar stategi farmakologi
mengikuti rdquoWHO Three Step Analgesic Ladderrdquo yaitu
a Tahap pertama dengan menggunakan obat analgetik nonopiat seperti
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83
8
NSAID atau COX2 spesific inhibitors
b Tahap kedua dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri Maka
diberikan obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara
intermiten
c Tahap ketiga dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat
yang lebih kuat
Penanganan nyeri berdasarkan mekanisme nyeri pada proses transduksi
dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid pada
transmisi inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal pada proses
modulasi diberikan kombinasi anestetik lokal narkotik dan atau klonidin dan
pada persepsi diberikan anestetik umum narkotik atau parasetamol (Morgan
GE 1996)
22 Analgetik
Analgetika atau yang sering disebut dengan obat penghalang rasa nyeri
merupakan bagian zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja 2010)
Analgesik baik nonnarkotik maupun narkotik diresepkan untuk meredakan
nyeri pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri Nyeri yang ringan sampai
sedang dari otot rangka dan sendi sering kali diredakan dengan pemakaian
analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat pada otot polos organ
dan tulang biasanya membutuhkan analgesik narkotik (Sujati Woro 2016)
9
221 Pengolongan Analgesik
Atas dasar cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu
1 Analgetika narkotik
Analgetik non narkotik khusus digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri hebat seperti dalam fraktur dan kanker Cara kerja obat ini adalah
memblokir pusat nyeri di SSP dengan anestesi umum (Tan Hoan Tjay
2010) Analgetika narkotik disebut juga opioida yang memiliki kerja
mirip opioid dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid yang khas di SSP hingga persepsi dan respon emosional terhadap
nyeri berkurang
Efek samping yang ditimbulkan anlgetika narkotik adalah supresi
SSP (sedasi menekan pernafasan dan batuk miosis hipotermia
perubahan mood) saluran nafas (bronkokontriksi pernafasan menjadi
dangkal dan menurun frekuensinya) sistem sirkuasi (vasodilatasi
perifer) saluran cerna (motilitas berkurang) saluran uroginetal histamin
liberator kebiasaan atau reaksi adiksi pada penggunaan lama
Untuk wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk meminum
obat golongan ini karena opioda dapat melintasi plasenta dan jika
diberikan terus-menerus akan merusak janin dan menjadikan depresi
pernafasan serta lambat dalam persalinan (Tan Hoan Tjay 2010)
Hal yang dapat dilakukan dengan munculnya nyeri adalah
10
a Tetap aktif dan fokus dalam pekerjaan
b Menggunakan air hangat untuk kompres bagian yang nyeri
c Menggunakan obat penghilang nyeri
d Menghubungi dokter jika nyeri berkelanjutan
2 Analgesik Perifer (Non Narkotik)
Penggunaan obat ini tidak menimbulkan ketagihan dan terkadang
memberikan daya antipiretis dan antiradang biasa diberikan untuk obat
nyeri ringan hingga sedang dengan penyebab yang beranekaragam seperti
nyeri kepala sendi otot gigi perut nyeri haid benturan dan kecelakaan
(Tan Hoan Tjay 2010) Golongan Analgetik perifer memiliki beberapa
efek samping yaitu gangguan lambung-usus kerusakan darah hati dan
ginjal serta reaksi alergi pada kulit jika digunakan dalam waktu lama dan
dosis yang tinggi Maka dari itu penggunaan dalam waktu terus-menerus
tidak dianjurkan Pada wanita hamil dan menyusui obat analgetika yang
aman digunakan hanyalah parasetamol sedangkan asetosal salisilat
NSAID dan metamizol dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
perlu dihindari (Tan Hoan Tjay 2010)
Beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat nyeri dengan
pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan Aspirin (asetosal)
(BPOM RI 2015)
11
23 Swamedikasi
231 Definisi Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk
merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit Masyarakat
melakukan swamedikasi biasanya untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang sering dialami seperti demam nyeri pusing batuk
influenza maag Kecacingan diare penyakit kulit dan lain- lain Golongan
obat yang digunakan swamedikasi merupakan obat- obat yang relatif aman
meliputi golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (BPOM RI 2014)
Swamedikasi dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau rasional
Penggunaan obat yang rasional adalah bahwa pasien menerima obat yang
tepat dengan keadaan kliniknya dalam dosis yang sesuai dengan keadaan
individunya pada waktu yang tepat dan dengan harga terjangkau Pengertian
lain dari penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologi yang benar dari
penyakit
Menurut WHO swamedikasi memiliki beberapa hal yang harus
diperhatikan Seperti penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala
ringan yang tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis
lainnya Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-counter
(OTC) (WHO 2000)
12
232 Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi agar
diperoleh swamedikasi yang benar dan aman maka hal- hal yang perlu
diperhatikan meliputi (BPOM RI 2014)
1 Mengenali kondisi ketika akan melakukan swamedikasi
Kondisi individu yang akan melakukan swamedikasi merupakan hal
pertama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan swamedikasi Beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan meliputi kehamilan berencana untuk hamil
menyusui umur sedang dalam diet khusus baru saja berhenti mengonsumsi
obat lain atau suplemen makanan serta mempunyai masalah kesehatan baru
selain penyakit yang selama ini diderita dan sudah mendapatkan pengobatan
dari dokter (BPOM RI 2014)
Pemilihan obat untuk ibu yang sedang hamil dilakukan dengan lebih
hati- hati karena beberapa jenis dapat menimbulkan pengaruh yang tidak
diinginkan pada janin Beberapa obat disekresikan melalui air susu ibu
walaupun jumlah obat di ASI kadarnya kecil namun kemungkinan dapat
berpengaruh pada janin Komposisi obat terdapat beberapa zat tambahan yang
harus diperhatikan oleh pasien dengan diet khusus contoh obat dalam bentuk
sirup umumnya mengandung gula dalam kadar cukup tinggi sehingga dapat
mempengaruhi kondisi pasien dengan diet gula (BPOM RI 2014)
Mambaca peringatan atau perhatian yang tertera pada label atau brosur
obat manjadi hal yang perlu dilakukan untuk mecegah kejadian di atas Brosur
obat biasanya menjelaskan hal- hal yang perlu diperhatikan baik sebelum atau
13
sesudah mengonsumsi obat yang dimaksud (BPOM RI 2014)
2 Memahami bahwa ada kemungkinan interaksi obat
Banyak obat yang dapat menimbulkan interaksi baik dengan obat lain
atau makanan dan minuman yang dikonsumsi Kenali nama obat atau nama
zat berkhasiat yang terkandung dalam obat yang sedang dikonsumsi atau yang
akan digunakan Interaksi obat dapat ditanyakan pada apoteker di apotek atau
membaca aturan pakai yang tercantum pada label kemasan obat untuk
menghindari masalah yang akan terjadi (BPOM RI 2014)
3 Mewaspadai efek samping yang mungkin muncul
Obat tidak hanya menimbulkan efek mengatasi penyakit atau gejala
penyakit namun obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
Mengatasi efek samping yang terjadi tidak selalu memerlukan tindakan medis
namun demikian beberapa efek samping membutuhkan perhatian lebih dalam
penanganannya (BPOM RI 2014)
Efek samping dapat timbul dalam mengkonsumsi obat antara lain reaksi
alergi gatal- gatal ruam mengantuk mual dan lain- lain Mengetahui efek
samping yang mungkin terjadi dan apa yang harus dilakukan saat
mengalaminya merupakan hal penting Efek samping bisa terjadi pada siapa
saja namun umumnya dapat ditoleransi Segera hentikan pengobatan dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan bila timbul efek samping dalam
mengonsumsi obat tersebut (BPOM RI 2014)
4 Meneliti obat yang akan dibeli
Bentuk sediaan (tablet sirup kapsul krim dll) merupakan hal yang
14
perlu diperhatikan ketika akan membeli obat dan dipastikan kemasan obat
yang akan beli tidak rusak Jangan mengambil obat yang menunjukkan adanya
kerusakan walaupun kecil Selain kemasan perlu diperhatikan bentuk fisik
sediaan (BPOM RI 2014)
Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah warna dan
kekentalan dan tidak ada partikel- partikel kecil di bagian bawah botol atau
mengapung dalam sirup Jika berbentuk suspensi suspensi dapat tercampur
rata setelah dikocok dan tidak terlihat ada bagian yang memisah Sediaan
tablet harus benar- benar utuh dan tidak satupun yang pecah atau rusak Jika
pada tablet memiliki cetakan atau tulisan pastikan bahwa semua tablet
memiliki hal yang sama Hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan kapsul
yaitu kapsul tidak pecah atau penyok dan mempunyai ukuran dan warna yang
sama dari semua kapsul Jika kapsul memiliki cetakan atau tulisan maka harus
dipastikan cetakan atau tulisan semua kapsul seragam (BPOM RI 2014)
Penyimpanan obat di tempat penjual juga perlu diperhatikan Jika obat
disimpan di tempat yang terpapar cahaya matahari langsung maka sebaiknya
membeli obat di tempat lain yang memiliki kondisi penyimpanan yang lebih
baik Lebih baik membeli obat di sarana distribusi obat yang resmi seperti
apotek dan toko obat berijin (BPOM RI 2014)
Obat yang diminum harus memiliki nomor izin edar karena hal tersebut
menunjukkan obat tersebut telah memenuhi persyaratan keamanan khasiat
dan mutu yang ditetapkan oleh Badan POM Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah tanggal kadaluwarsa Penggunaan obat yang sudah melewati tanggal
15
kadaluwarsa dapat membahayakan karena pada obat tersebut dapat terjadi
perubahan bentuk atau perubahan menjadi zat lain yang berbahaya (BPOM
RI 2014)
5 Mengetahui cara penggunaan obat yang benar
Obat yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang sesuai
pada saat yang tepat dan jangka waktu terapi sesuai anjuran akan memberikan
efek terapi yang baik Label atau bagian kemasan obat yang memberikan
informasi mengenai penggunaan obat tersebut sebaiknya tidak dibuang supaya
tidak terjadi kesalahan penggunaan obat Apabila obat yang digunakan dirasa
tidak menimbulkan efek yang diinginkan setelah jangka penggunaan waktu
yang dianjurkan maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya (BPOM RI 2014)
6 Tanggal Kadalursa Obat
Tanggal kadaluwarsa obat bisa lebih pendek dari waktu yang tertera
setelah kemasan obat dibuka Cara membuang obat yang baik dan benar
adalah dengan membuka kemasan obat dan dibuang di tempat yang jauh dari
jangkauan anak misalnya obat dalam bentuk sediaan cair dibuka kemasannya
kemudian dikeluarkan isinya ke dalam toilet lalu dibilas sampai bersih Jika
obat dalam bentuk sediaan tablet atau kapsul obat dibuka dari kemasannya
lalu obat tersebut ditimbun dalam tanah (BPOM RI 2014)
7 Cara penyimpanan obat
Penyimpanan obat dapat mempengaruhi potensi obat Obat oral seperti
tablet kapsul dan serbuk tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembab
16
karena dapat menyebabkan bakteri dan jamur tumbuh dengan baik sehingga
dapat merusak kondisi obat Obat dalam bentuk sediaan cair biasanya mudah
terurai oleh cahaya sehingga harus disimpan pada wadah aslinya yang
terlindung dari cahaya atau sinar matahari langsung dan tidak disimpan di
tempat yang lembab Jangan menyimpan obat di dalam lemari pendingin
kecuali disarankan pada label penyimpanan obat tersebut (BPOM RI 2014)
233 Golongan Obat untuk Swamedikasi
Berdasarkan UU No 39 tahun 2009 tentang kesehatan obat adalah
bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis pencegahan penyembuhan pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
Adapun golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri
swamedikasi adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek ( SK Menkes No23801983)
a Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat tanpa
resep dokter Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2007)
17
b Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringatan Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam Tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas merupakan
empat persegi panjang yang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm
dengan 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2007)
Adapun tanda peringatan yang dicantumkan ada 6 macam sesuai
dengan aturan pemakaian masing-masing obatnya yaitu
a P no 1 Awas Obat Keras Bacalah aturan memakainya
b P no 5 Awas Obat Keras Tidak boleh ditelan
c P no 2 Awas Obat Keras Hanya untuk kumur jangan ditelan
d P no 4 Awas Obat Keras Hanya untuk dibakar
e P no 3 Awas Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
f P no 6 Awas Obat Keras Obat wasir jangan ditelan
c Obat Wajib Apotek (OTC)
Obat-obat yang dapat digunakan di dalam swamedikasi sering disebut
sebagai obat- obatan over-the-counter (OTC) dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter (World Self-Medication Industry nd) Bagi sebagian orang
beberapa produk obat OTC dapat berbahaya ketika digunakan sendiri atau
18
dikombinasikan dengan obat lain Meskipun demikian beberapa obat OTC
sangat bermanfaat di dalam pengobatan sendiri untuk masalah kesehatan
yang ringan hingga sedang (Fleckenstein Hanson amp Venturelli 2011) Obat
yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut
(Permenkes No 919MenkesPerX1993)
a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit
c Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
d Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia
Berikut ini beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat
nyeri dengan pengobatan sendiri antara lain Ibuprofen Parsetamol dan
Aspirin (asetosal) (Depkes RI 2007)
1 Aspirin
Aspirin yang memiliki nama lain asam asetil salisilat atau asetosal
adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas Selain sebagai prototip obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis (Departeman Farmakologi dan
Terapeutik 2007)
Aspirin diindikasikan dengan rasa sakit dan demam Aspirin
19
dikontraindikasikan dengan hemophilia dan kehamilan trisemester akhir Efek
samping yang sering dijumpai meliputi terjadinya iritasi mukosa lambung
Aspirin juga dapat memeperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis tinggi
dapat membuat telinga berdengung dan juga sesak napas Aspirin tidak boleh
digunakan pada penderita alergi termasuk asma tukak lambung (maag)
sering perdarahan di bawah kulit penderita hemofilia dan trombositopenia
(Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan aspirin meliputi
aturan pemakaian harus tepat tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung dilarang menkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
fungsi ginjal atau hati ibu hamil ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung (Depkes RI 2007)
Bentuk Sediaan asetosal yang beredar di masyarakat meliputi tablet
100 mg tablet 500 mg Aturan pemakaian asetosal meliputi dewasa 500 mg
setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) anak usia 2 ndash 3 tahun frac12 - 1 frac12 tablet
100 mg setiap 4 jam anak usia 4 ndash 5 tahun 1 frac12 - 2 tablet 100 mg setiap 4
jam anak usia 6 ndash 8 tahun frac12 - frac34 tablet 500 mg setiap 4 jam anak usia 9 ndash
11 tahun frac34 - 1 tablet 500 mg setiap 4 jam dan usia di atas 11 tahun 1
tablet 500 mg setiap 4 jam (Depkes RI 2007)
2 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionate Obat ini bersifat
20
analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat Efek anti-
inflamsinya terlihat dengan dosis 1200- 2400 mg sehari Absorbsi ibuprofen
cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-
2 jam (Depkes RI 2007)
Ibuprofen dikontraindikasikan dengan penderita hipersensitif terhadap
ibuprofen penderita polip hidung Ibuprofen tidak dianjurkan bagi wanita
hamil menyusui dan penderita tukak peptic Ibuprofen biasa berbentuk tablet
dengan kekuatan 300 dan 400 mg Dosis maksimum ibuprofen 2400 mg
sehari (Mutschier 1991)
Hal- hal yang perlu diinformasikan kepada pasien dalam mengkonsumsi
ibuprofen meliputi obat diminum bersama- sama makanan dan minum dengan
segelas air penuh bila timbul rasa pusing dilarang mengemudi segeralah ke
dokter bila penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Depkes RI
2007)
Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini meliputi nervus pusing
mata kabur skotoma atau perubahan menafsirkan warna telinga berdenging
dan kejang perut Ibuprofen memiliki interaksi dengan antikoagulan dan
asetosal Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi
metotreksat urikosurik kumarin antikoagulan kortiko-steroid penisilin dan
vitamin C atau minta petunjuk dokter obat ini tidak boleh diminum
bersamaan ( Depkes RI 2007)
Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita tukak lambung dan
duodenum (ulkus peptikum) aktif penderita alergi terhadap asetosal dan
21
ibuprofen penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk
tonjolan pada hidung) kehamilan tiga bulan terakhir (Depkes RI 2007)
Aturan pemakaian ibuprofen
a Dewasa 1 tablet 200 mg 2 ndash 4 kali sehari Diminum setelah makan
b Anak 1 ndash 2 tahun frac14 tablet 200 mg 3 ndash 4 kali sehari 3 ndash 7 tahun
frac12 tablet 500 mg 3 ndash 4 kali sehari 8 ndash 12 tahun 1 tablet 500 mg 3 ndash
4 kali sehari dan tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya
kurang dari 7 kg (Depkes RI 2007)
3 Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik antiinflamasi Asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma sehingga interaksi dengan antikoagulan
harus diperhatikan (Mutschier 1991)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa lambung
Amerika Serikat tidak menganjurkan obat ini diberikan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil Pemberian tidak melebih 7 hari Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah
secara bermakna (Depkes RI 2007)
Asam mefenamat tersedia dalam sediaan tablet atau kaplet dengan
kekuatan 500 mg Dosis asam mefenamat untuk pasien dewasa 2-3 kali sehari
sebanyak 250 mg- 500 mg (Team medical mini notes 2017)
22
4 Diklofenak
Diklofenak tergolong dalam preferential COX-2 inhibitor Absorbsi obat
ini berlangsung cepat dan lengkap pada saluran cerna Obat ini terikat 99
pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50 (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Diklofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium diklofenak dan kalium
diklofenak Kalium diklofenak lebih larut air dan dapat diabsorbsi dengan
cepat sehingga memiliki onset kerja lebih cepat dibanding natrium
diklofenak Kalium diklofenak biasanya juga diindikasikan untuk
penanganan kondisi yang memerlukan efek analgesia secara cepat ((Team
medical mini notes 2017)
Efek samping yang lazim adalah mual dan gastritis Eritema kulit dan
sakit kepala seperti obat AINS lainnya Pemakaian obat ini harus hati- hati
pada pasien dengan tukak lambung Peningkatan enzim transaminase dapat
terjadi pada 15 pasien umumnya kembali ke normal Gangguan hati lebih
sering terjadi dibandingkan obat AINS lain Pemakaian selama kehamilan
tidak dianjurkan Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dalam dua
atau tiga dosis (Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
5 Parasetamol
Parasetamol memiliki indikasi membantu melegakan rasa sakit dan
mengurangi demam rematik sakit gigi dan sakit kepala Parasetamol
dikontraindikasikan dengan penderita gangguan fungsi hati Parasetamol
hampir tidak memiliki efek samping namun kadang timbul bisul atau
23
hipoglikemi pada anak (Mutschier 1991)
Parasetamol dapat berupa sediaan solid dan liquid Sediaan solid
parasetamol meliputi tablet atau tablet salut gula dengan kekuatan 120 mg
325 mg dan 500 mg Sedangkan dalam bentuk liquid parasetamol dapat
berupa sediaan obat tetes sirup elixir dengan kekuatan 60 mg06 ml 150
mg5 ml dan 120 mg 5 ml (Depkes RI 2007)
Dosis paracetamol untuk dewasa (usia diatas 12 tahun) 3-4 jam 325-650
mg maksimum 4 g sehari Sedangkan untuk anak (6-12 tahun) tiap 4 jam 500
mg (Depkes RI 2007)
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi parasetamol
meliputi orang dewasa jangan menggunakan lebih dari 10 hari secara terus
menerus anak di bawah dua belas tahun dilarang memakan obat ini lebih dari
lima kali sehari atau lebih dari lima hari segeralah ke dokter bila timbul
warna kekuningan pada mata atau kulit (Depkes RI 2007)
Parasetamol adalah derivat dari para amino fenol yang mempunyai daya
analgetika dan daya antipiretika Obat ini tidak menimbulkan perdarahan pada
lambung sehingga banyak dipakai sebagai analgetika dan antipiretika yang
aman namun Parasetamol memiliki daya inflamasi yang sangat lemah
(Departeman Farmakologi dan Terapeutik 2007)
Tambahan
a Ibuprofen memiliki efek terapi antiradang lebih tinggi daripada efek anti
demamnya
b Parasetamol dan Asetosal memiliki efek anti demam yang lebih tinggi
daripada efek antinyeri dan antiradangnya (Depkes RI 2007)
24
24 Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang benar
sesuai dan tepat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat dan dosis yang sesuai dengan kebutuhannya untuk jangka waktu
yang adekuat dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien Masalah-masalah
yang sering timbul sebagai bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain
polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) penggunaan yang berlebihan
dari antibiotika dan injeksi kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai dengan
panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (World Health
Organization 2010)
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan penggunaan
suatu obat Menurut WHO penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai
dengan kebutuhannya untuk jangka waktu yang adekuat dan dengan biaya
serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (World Health Organization
2010)
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa kriteria
antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008)
a Tepat diagnosis yaitu obat diberikan sesuai dengan diagnosis Apabila
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah
b Tepat indikasi penyakit yaitu obat yang diberikan harus tepat bagi suatu
25
penyakit
c Tepat pemilihan obat yaitu obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
sesuai dengan penyakit
d Tepat dosis yaitu jumlah cara waktu dan lama pemberian obat harus
tepat Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi maka efek
terapi tidak tercapai
1 Tepat jumlah yaitu obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
2 Tepat cara pemberian yaitu cara pemberian obat yang tepat disesuaikan
dengan jenis obat yang digunakan Misalnya obat antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan
3 Tepat interval waktu pemberian yaitu cara pemberian obat hendaknya
dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh
pasien Misalnya obat yang diminum tiga kali sehari diartikan bahwa
obat tersebut harus diminum dengan interval setiap delapan jam
4 Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian obat harus tepat sesuai
penyakitnya masing-masing
e Tepat penilaian kondisi pasien yaitu penggunaan obat disesuaikan dengan
kondisi pasien antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat
komplikasi kehamilan menyusui lanjut usia atau bayi
f Waspada terhadap efek samping yaitu obat dapat menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian
obat dengan dosis terapi seperti timbulnya mual muntah gatal-gatal dan
26
lain sebagainya
g Efektif aman mutu terjamin tersedia setiap saat dan harga terjangkau
untuk mencapai kriteria efektif maka obat harus dibeli melalui jalur
resmi
h Tepat tindak lanjut (follow-up) yaitu apabila sakit berlanjut setelah
swamedikasi dilakukan maka konsultasikan ke dokter
i Tepat penyerahan obat (dispensing) yaitu penggunaan obat rasional
melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen Resep
yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi
yang tepat
j Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan
seperti berikut
1 Jenis sediaan obat beragam
2 Jumlah obat terlalu banyak
3 Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
4 Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5 Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat timbulnya
6 Efek samping
27
25 Pengetahuan
251 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya yang meliputi
pengelihatan pendengaran penciuman rasa dan raba Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
pengelihatan (Notoatmodjo 2010)
252 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia
pendidikan lingkungan intelegensia dan pekerjaan Pengetahuan secara garis
besar dibagi menjadi enam tingkat meliputi tahu (know) memahami
(comprehension) aplikasi (aplication) analisa (analysis) sintesis (syntesis)
dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo 2010)
253 Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
a Jenis kelamin
Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh jenis kelamin Logan dan Rose
(2004) telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan nyeri antara laki-laki dan perempuan
Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan
28
mengenai tingkat pengetahuan nyeri yaitu perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan nyeri lebih baik dari pada laki-laki
b Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik
Pada usia madya individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca (Anonim 2011)
Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009)
1 Masa balita 0-5 tahun
2 Masa kanak- kanak 5-11 tahun
3 Masa remaja awal 12-16 tahun
4 Masa remaja akhir 17-25 tahun
5 Masa dewasa awal 26-35 tahun
6 Masa dewasa akhir 36-45 tahun
7 Masa Lansia Awal 46-55 tahun
8 Masa lansia akhir 56-65 tahun
9 Masa manula gt 65 tahun
c Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup
29
Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut menerima informasi Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya
(Anonim2011)
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berpikir
rasional serta menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
Menurut UU RI No 20 tahun 2003 jalur pendidikan sekolah terdiri dari
1 Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama
pada masa sekolah anak yang melandasi jenjang pendidikan
2 Pendidikan menengah adalah pendidikan menengah adalah jenjang
pendidikan dasar Pendidikan menengah dibagi menjadi
a Pendidikan Menengah Umum adalah pendidikan menengah di
selenggarakan oleh SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA
(Madrasah Aliyah) Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke
Perguruan Tinggi
b Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan Menengah
Kejuruan diselenggarakan oleh SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) dan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) Pendidikan
Menengah Kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi seni dunia industri tenaga kerja baik
secara nasional maupun global regional
30
c Pendidikan Tinggi adalah pendidikan tinggi adalah jenjang
setelah pendidikan menengah Pendidikan tinggi diselenggarakan
oleh akademi institusi sekolah tinggi dan universitas
254 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden
atau subjek penelitian Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau
diketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo
2010)
26 Masyarakat
261 Definisi Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup
karena proses masyarakat Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang
kontinyu antar individu Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai
saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan
bermasyarakat (Soetomo 2009)
262 Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia
yang mempunyai sebagai berikut
31
a Berada di wilayah tertentu
b Hidup secara berkelompok
c Terdapat suatu kebudayaan
d Terdapat interaksi sosial
e Terdapat pemimpin
f Terdapat stratafikasi sosial
263 Profil Kelurahan Palasari
Secara geografis Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
memiliki bentuk wilayah datar Kelurahan Palasari memiliki jumlah
penduduk 17421 jiwa pada keadaan 31 Desember tahun 2018 terdiri dari
8996 jiwa laki-laki dan 8425 jiwa perempuan Jumlah kepala keluarga di
Kelurahan Palasari saat ini mencapai sekitar 5091 KK
Tabel 21 Tingkat pendidikan di Kelurahan Palasari
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JML
1 Tamat SD 1815 1676 3491
2 SMP 1780 1521 3301
3 SMA 421 376 797
4 Sarjana 87 54 141
5
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi deskriptif Penelitian deskriptif
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah baik yang berupa faktor risiko
maupun faktor efek Penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey
32 Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian (Notoatmodjo
2010) Penelitian ini akan di laksanakan di Cilengkrang 1 RW 04 Kelurahan
Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
33 Waktu Penelitian
Waktu adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
(Notoatmodjo 2010) Penelitian ini dilaksanakan di Cilengkrang 1 RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru dan akan dilaksanakan bulan Mei ndash Juni
2019
32
33
34 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat dan
rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35 Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan agar pengukuran
variable atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data (responden)
yang di bantu dengan responden yang lain (Notoatmodjo 2010)
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a Pengetahuan penggunaan analgetik merupakan berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh responden mengenai penggunaan antinyeri secara
aman dan rasional
b penggunaan obat swamedikasi antinyeri dilihat berdasarkan cara
mendapatkannya
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi
Populasi adalah subyek atau golongan yang menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo 2010) Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung
34
a Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
1 Masyarakat yang menggunakan obat swamedikasi analgetik
2 Berusia 17-55 tahun
3 Berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
4 Bersedia menjadi responden
b Kriteria Eksklusi
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sampel (Notoatmodjo 2010)
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang tidak
menggunakan obat swamedikasi analgetika obat dengan resep dokter dan
berusia dibawah 17 tahun dan diatas 55 tahun Masyarakat yang tidak
berdomisili di RW 04 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung
362 Sampel
Penarikan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan kriteria
inklusi dan eksklusi Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin
(Anwar Hidayat 2013)
Rumus Slovin
35
Dimana
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = penyimpangan terhadap populasi yang inginkan 10 atau 01
n =
=
= 85 sampel
Dari perhitungan rumus slovin didapatkan hasil 85 responden yang
dibagi ke dalam beberapa Rt yaitu
Rt 01
Rt 02
Rt 03
Rt 04
Rt 05
36
37 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa data primer data primer merupakan data yang
sumber data dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada responden
38 Teknik Pengumpulan Data
1 Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
2 Kueisioner dibuat 3 bagian yaitu bagian ke 1 berisi identitas responden
(nama jenis kelamin usia pendidikan terakhir) bagian ke 2 penggunaan
obat swamedikasi analgetik berjumlah 5 pertanyaan bagian ke 3 mengenai
tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi
analgetik
39 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah pengumpulan data Untuk kemudian dalam pengolahan data dipergunakan
bantuan program komputer Langkah-langkah pengolahan data meliputi editing
coding entry dan analizing (Notoatmodjo2010)
Tahapan pengolahan data diantaranya
a Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh Editing dalam penelitian ini setelah data terkumpul yaitu
kelengkapan jawaban kuesioner
b Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan Coding dalam penelitian disini memberikan kode
angka pada jawaban responden untuk memudahkan analisis data
37
c Entry adalah proses memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam
program atau software komputer Dalam penelitian ini entry data
dilakukan dengan memasukkan data jawaban dan kemudian di masukkan
ke dalam program atau software komputer
d Analizing yaitu proses analisis data ditabulasi dan diberi skor (skoring)
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan uji statistik terhadap data
310 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS for window release 2300
a Analisis Demografi Responden
Bagian pertama dari kuesioner adalah data pribadi responden yang berupa
jawaban singkat terdiri dari nama responden jenis kelamin usia dan pendidikan
terakhir Pada bagian ini dilakukan analisis secara deskriftif
b Analisis Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian kedua terdiri dari pertanyaan seputar penggunaan obat swamedikasi
analgetik berjumlah 5 pertanyaan Pada pertanyaan ini penilaian dihitung
berdasarkan distribusi frekuensi persentase () jumlah responden dengan jawaban
yang dipilih
c Analisis Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Obat Swamedikasi Analgetik
Bagian ketiga terdiri dari 18 pertanyaan tingkat pengetahuan dan rasionalitas
obat swamedikasi analgetik yang berupa pilihan ganda (dengan 2 atau 3 pilihan
jawaban)
38
Responden yang telah menjawab pertanyaan dengan akan diberi nilai yaitu
a 1 untuk jawaban benar jika menjawab benar maka dinilai rasional
b 0 untuk jawaban salah atau tidak tahu jika menjawab salah atau tidak
tahu maka dinilai tidak rasional
Sehingga diperoleh total skor untuk pertanyaan seputar pengetahuan tentang
penggunaan analgetik adalah
a Maximum 1x 18 = 18
b Minimum 0 x 18 = 0
Ketentuan skor total pertanyaan kuesioner tentang pengetahuan dan
rasionalitas obat swamedikasi analgetik
a lt 55 dengan skor 9 Tingkat pengetahuan kurang
b 56-74 dengan skor 9-12 Tingkat pengetahuan cukup
c gt 75 dengan skor 13 Tingkat pengetahuan baik
(Budiman 2013)
Data yang diolah kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat
Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif Analisis univariat (analisis deskriptif) merupakan analisis yang
dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang
menjelaskan angka atau jumlah presentasi masing-masing kelompok dari setiap
variabel Bagian yang akan dilakukan analisis univariat adalah bagian
39
identitas responden (jenis kelamin usia dan pendidikan terakhir) tingkat
pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi analgetik
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Karateristik Responden
Responden yang diteliti berjumlah 85 sampel yang berada di RW 04
Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung Karakteristik responden
yang dilihat meliputi jenis kelamin usia dan pendidikan
Tabel 41 Distribusi dan Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Jumlah Persentasi
(n=85) ()
1 Jenis kelamin
Laki-laki 24 2824
Perempuan 61 7176
2 Usia (tahun)
Remaja akhir 17 - 25 tahun 16 1882
Dewasa awal 26 - 35 tahun 29 3412
Dewasa akhir 36 - 45 tahun 19 2235
Lansia awal 46 - 55 tahun 21 2470
3 Pendidikan Terakhir
SD 19 2235
SMP 10 11 76
SMA 45 5294
S1 9 1059
S2 2 235
Berdasarkan hasil penelitian ini responden didominasi oleh perempuan
sebanyak 61 (7176) dengan golongan usia antara 26-35 tahun (3412)
penyebab nya karena pengobatan antinyeri menurut riskesdas pada tahun 2013
menunjukkan bahwa nyeri banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki
40
41
(Riskesdas 2013) Mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 45
(5294) Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan
SMA pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang obat
swamedikasi Pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang seperti yang
dinyatakan Notoadmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula intelektualnya Seseorang yang berpendidikan tinggi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
lainnya Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
manusia dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berkualitas
hidupnya Karateristik respoden dapat dilihat pada tabel 41
42 Tempat Mendapatkan Obat Swamedikasi Analgetik
Tempat responden dalam memperoleh obat swamedikasi analgetik adalah di
apotek sebanyak 54 responden (635) di mini market sebanyak 5 responden
(69) membeli obat di warung sebanyak 26 responden (306) dan tidak ada
responden yang membeli di toko obat Dari seluruh responden pengobatan sendiri
paling banyak mendapatkan obat antinyeri yaitu di apotek Secara nasional pun
menunjukkan apotek dan toko obat warung merupakan sumber utama
mendapatkan obat rumah tangga atau obat swamedikasi (Riskesda 2013)
Tingkat pengetahuan masyarakat di RW 4 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru
Kota Bandung tentang swamedikasi sudah tergolong baik karena masyarakat
lebih banyak membelinya di apotek yaitu 54 responden (635) yang secara
langsung ada petugas kesehatan yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti
cara penggunaan atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung
42
6
64 31 Mini Market
Warung
Apotek
pada petugas yang ada di apotek tersebut dibandingkan dengan membeli obat di
warung Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 41
Gambar 41 Diagram Pie Distribusi dan Frekuensi Tempat
Memperoleh Obat Swamedikasi
43 Jenis Penyakit Atau Keluhan Penyakit
Tabel 42 Distribusi dan Frekuensi Responden Terhadap
Jenis keluhan Penyakit
Jenis Penyakit N
Nyeri sendi 1 12
Sakit haid 6 71
Sakit badan 11 129
Sakit gigi 20 235 Sakit kepala 47 553
Jumlah 85 100
Berdasarkan hasil penelitian ini keluhan nyeri yang paling banyak dialami
responden adalah sakit kepala sebanyak 47 responden (553) Pada tahun 2011
WHO juga menyatakan bahwa sebanyak 50-75 orang dewasa usia 18-65 tahun
di dunia mengalami sakit kepala selama setahun terakhir Faktor penyebab sakit
43
kepala yang dialami oleh bermacam-macam mulai dari karena mengidap suatu
penyakit tertentu seperti meningitis kanker otak maupun konsumsi obat berlebih
hingga akibat dari suatu aktifitas dan makanan yang di konsumsi Tanpa disadari
sakit kepala juga bisa muncul dari kegitan rutinitas yang sepele misalnya lama
menatap layar computer maupun ponsel terlalu lam duduk banyak tekanan atau
stress kurang tidur sedikit minum merokok dan banyak hal lainnya
(Cermaticom 2019) Maka dari itu responden harus sebijak mungkin memahami
cara penggunaan obat yang tepat supaya menghindarkan masyarakat dari
penggunaan obat yang salah Presentase keluhan yang dialami responden dapat
dilihat pada tabel 42
44 Jenis Obat yang digunakan
Tabel 43 Distribusi dan Frekuensi Responden
Terhadap Jenis Obat yang digunakan
Obat yang digunakan N
Metampiron 4 47
Natrium Diklofenak 9 106
Ibuprofen 11 129
Asam Mefenamat 13 153 Paracetamol 48 565
Jumlah 85 100
Dilihat dari jenis obat nyeri yang dipilih kebanyakan responden memilih
menggunakan parasetamol dalam swamedikasi analgetik dengan keluhan sakit
kepala terbanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gissele Sarganas yang
mengatakan bahwa parasetamol merupakan obat yang umum dan mudah di akses
dibanyak Negara (Sarganas2015) Responden dalam penelitian ini telah
menggunakan obat secara benar karena sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan
44
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa golongan obat yang digunakan
swamedikasi merupakan obat-obat yang relatif aman meliputi golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas ( BPOM 2014)
45 Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas
451 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penilaian mengenai tingkat pengetahuan dapat
diketahui mayoritas tingkat pengetahuan pasien tergolong cukup yaitu
(376) sebanyak 32 responden Data lengkap dapat dilihat di tabel 44
Tabel 44 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pengetahaun Responden
Tingkat
Pengetahuan
Jumlah
responden
Persentase
Kurang 30 353
Cukup 32 376
Tinggi 23 211
Jumlah 85 100
452 Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Dari seluruh responden yang berada di RW 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru Kota Bandung tidak semuanya melakukan pengobatan
swamedikasi obat antinyeri secara rasional dan tepat Pada perilaku
pengggunaan obat swamedikasi obat antinyeri dinilai dari beberapa sub
indikator yaitu tepat indikasi tepat obat tepat dosis tepat pemakaian tepat
efek samping tepat interaksi obat dan tepat kontraindikasi Seacara lebih
rincinya dapat dilihat pada tabel 413
45
Tabel 45 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuesioner Responden
No
Tepat indikasi
Tepat
Tidak
Tepat
N
P1
Menurut Anda apakah
benar analgesik merupakan
obat yang mampu
meredakan atau mengurangi
nyeri
83
976
2
24
85
P2
Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk
mengobati nyeri saja
29
341
56
659
85
P4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
29
341
56
659
85
P5
Paracetamol merupakan
obat penurun panas Apakah
parasetamol mampu meredakan nyeri
49
576
36
424
85
P7
Jika Anda mengalami sakit
kepala apakah jenis obat yang sebaiknya dikonsumsi
60
706
25
294
85
Jumlah 250 59 175 41
Tepat Obat
P3
Termasuk jenis obat
golongan apakah obat pereda
nyeri yang hanya boleh
digunakan secara swamedikasi
40
471
45
529
85
P6
Jenis obat apa yang anda
pahami sebagai obat pereda
nyeri yang dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
50
588
35
412
85
Jumlah 90 54 80 46
Tepat Pemakaian
P8
Apakah Anda mengetahui
kapan waktu yang tepat
dalam mengkonsumsi obat
pereda nyeri
77
906
8
94
85 Jumlah 77 91 8 8
Tepat Efek Samping
P9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik
35
412
50
588
85
46
di rumah
P10
Dampak apakah yang
terjadi apabila menggunakan
dosis obat pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
28
329
57
671
85
Jumlah 63 37 107 63
Tepat Dosis
P11
Apakah dosis obat pereda
nyeri anak sama dengan
dosis obat pereda nyeri dewasa
67
788
18
212
85
P12
Apakah benar obat pereda
nyeri boleh digunakan secara
terus menerus meski rasa
sakit telah hilang
54
635
31
365
85
P18
Menurut Anda apakah boleh
meningkatkan konsumsi
obat pereda nyeri yang
diminum dalam sekali
konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet lebih)
37
435
48
565
85
Jumlah 158 62 97 38
Tepat Interaksi
P13
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
digunakan bersamaan
dengan obat maag dalam
sekali konsumsi tanpa
adanya rentang waktu
konsumsi
48
565
37
435
85
P14
Menurut Anda apakah
boleh obat pereda nyeri
diminum bersamaan dengan kopi
55
647
30
353
85
Jumlah 103 54 67 46
Tepat Kontraindikasi
P15
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu hamil
58
682
27
318
85
P16
Berikut ini obat pereda
nyeri yang aman di
konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
31
365
54
635
85
P17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh
35
412
50
588
85
47
mengkonsumsi aspirin untuk meredakan nyeri
Jumlah 124 49 131 51
Hasil dari kuesioner yang dibagikan menunjukkan 59 responden
melakukan ketepatan indikasi sebagian dari responden yang memiliki nilai
buruk dan tidak memperhatikan indikasi obat sebelum meminum obat
antinyeri yaitu sekitar 41 Indikasi obat antinyeri untuk penanganan obat
antinyeri penting diperhatikan secara cermat karena apabila salah indikasi
obat maka akan menimbulkan kesalahan obat yang akan digunakan
Tabel diatas menunjukkkan bahwa rata-rata jumlah responden yang
menjawab tepat obat 54 tidak jauh berbeda dengan jumlah responden yang
memiliki jawaban tidak tepat obat yaitu 46 Hal ini dikarenakan karena
masyarakat sudah mengetahui jenis obat yang di pahami untuk mengobati
nyeri dan mayoritas masyarakat sebagian besar belum mengetahui golongan
obat apa yang tepat untuk digunakan dalam swamedikasi
Hasil yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan terdapat 62
responden benar dan tepat dosis sebelum melakukan pengobatan nyeri secara
swamedikasi dan bernilai 38 responden tidak tepat dalam melihat dosis
sebelum penggunaan obat antinyeri secara swamedikasi Hal-hal tersebut
memang perlu ditanyakan kepada responden karena hal inilah yang terjadi di
masyarakat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji Pratiwi (2014)
bahwa dari 100 responden di Surabaya hanya 80 orang yang melakukan cara
minum dan jumlah minum obat yang tepat ketika ingin mempercepat
48
penyembuhan terdapat 20 responden menyatakan mereka meminum dua
tablet ketika ingin menyembuhkan nyeri yang dialaminya dan ini berkaitan
dengan bioavaibilitas obat di tubuh serta akumulasi obat yang ditubuh
sehingga perlu diperhatikan penggunaan dosis obat antinyeri yang dilakukan
secara swamedikasi
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tabel diketahui hanya 37
responden yang menjawab rasional dengan sub indikator tepat efek samping
hal dikarenakan masyarakat tidak memahami mengenai efek samping obat
yang terjadi setelah meminumnya Efek samping yang ditimbulkan oleh suatu
obat terkadang tidak perlu dilakukan tindakan medis untuk mengatasinya
namun beberapa obat perlu diperhatikan secara lebih penanganannya (BPOM
2014) Untuk mencegah terjadinya efek samping yang lebih parah maka
sebaiknya dilakukan penghentian obat dan segera dikonsultasikan dengan
tenaga medis terkait Efek samping obat golongan AINS (obat antinyeri)
menurut Goodman amp Gilman (2006) secara umum memiliki efek samping
perdarahan lambung nefrotoksisitas dan bronskopasme jika obat tidak tepat
digunakan
Beberapa hal yang menjadi penilaian ketepatan interaksi obat adalah
obat lain yang dikonsumsi selain obat antinyeri membolehkan meminum obat
lain dan meminum obat dengan kopi Interaksi obat terjadi antara obat dengan
obat dan obat dengan makanan Nilai yang muncul untuk ketepatan interaksi
obat adalah 54 tepat interaksi dan hanya 46 tidak tepat interaksi obat
Interaksi obat ini perlu diperhatikan karena interaksi obat dengan obat akan
49
menjadikan sistem kompetitor satu sama lain antara satu obat dengan obat lain
yang menjadikan salah satu obat menjadi tidak aktif (Stockley Drug
Interaction 2000)
ketepatan kontraindikasi obat nilai yang muncul terkait ketepatan
kontraindikasi obat ini adalah 49 mengetahui tepat kontraindikasi dan 51
tidak mengetahui ketepatan kontraindikasi Pada pasien penyakit asma tidak
diperbolehkan menggunakan obat antinyeri secara bebas karena efek samping
dari nyeri yang menjadikan bronkospasme terutama pada pasien yang
memiliki riwayat penyakit asma (Ioana Dana Alexa 2014)
Tabel 46 Rata-rata Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Analgetik
Aspek Pernyataan Benar Salah Nomor Sumber
Pernyataan
Tepat indikasi 59 41 1245 amp 7
Tepat obat 54 46 3 amp 6
Tepat pemakaian 91 8 8
Tepat efek samping 37 63 9 amp 10
Tepat dosis 62 38 1112 amp 18
Tepat interaksi 54 46 13 amp 14
Tepat kontra
indikasi 49 51 15 16 amp 17
Rata- rata 58 42
Berdasarkan hasil penilaian rata-rata mengenai obat dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden menggunakkan obat secara rasional 58 dan
tidak rasional 42 Penggunaan obat yang tidak rasional paling banyak
disebabkan oleh ketidaktepatan efek samping obat 37
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
a Tingkat pengetahuan masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari Kecmatan
Cibiru tergolong cukup dengan Persentasi 376 bedasarkan instrument
kuesioner tingkat pengetahuan swamedikasi yang sudah di validasi
b Masyarakat yang di jadikan responden menggunakkan obat secara rasional
58 dan tidak rasional 42 di masyarakat Rw 04 Kelurahan Palasari
Kecamatan Cibiru
52 Saran
Berdasarkan penelitian ini saran-saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut
a Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengukur tingkat pengetahuan
mengenai suamedikasi khususnya obat analgetik lebih rinci mendalam
dan akurat sesuai dengan aturan sehingga dapat di ketahui lebih jelas apa
yang tidak di ketahui oleh responden
b Institusi terkait lebih meningkatkan lagi tentang pengetahuan penggunaan
obat swamedikasi analgetik agar masyarakat dapat menggunakan obat
secara rasional
51
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 2013 Riset
Kesehatan Dasar 2013 Jakarta Kementrian Kesehatan RI halaman 40
BPOM RI 2014 Menuju Swamedikasi yang Aman Info Pom Vol 15 No 1
Budiman dan Riyanto 2013 Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan Penerbit Salemba Medika Jakarta
pp 11-12
Departemen Farmakologi dan Terapeutik 2007 Farmakologi dan Terapi
Jakarta FKUI
Departemen kesehatan RI 1993 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
919MenKesPERX1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Jakarta Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Materi pelatihan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga
kesehatan (pp 0- 8 13-14 18 20-23 31) Jakarta Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Garrido Pilar Carrasco etal 2014 Predictive factors of self-medicated
analgesic use in Spanish adults a cross-sectional national study
BMC Pharmacology amp Toxicology 2050-05111536
Marta Halim dkk 2013 Dasar-dasar Farmakologi 2 edisi 1
Mangku G Diktat Kumpulan Kuliah BagianSMF Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 2002
Morgan GE Pain Management In Clinical Anesthesiology 2nd ed
Stamford Appleton and Lange 1996 274-316
Mutschier Ernst 1991 Dinamika Obat Bandung Penerbit ITB
Notoatmodjo Soekidjo 2010 Ilmu Pengetahuan dan penelitian dan
Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta Rineka Cipta
52
Sarganas Giselle dkk(2015) Prevalence trend patterns and associations of
analgesic use in Gremany (22 September 2015) Biomed Central Jerman
Tim Medical Mini Notes 2017 Basic Pharmacology and Drug Notes Makassar
MMN Publishing
Tjay TH dan Rahardja K 2010 Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan
Sehari- hari Jakarta PT Elex Media Komputindo
Anonim 2011 Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi httpduniabacacomdefinisi-pengetahuan-serta-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuanhtml (Diakses 20 juli 2019)
Anwar Hidayat Cara Perhitungan Rumus Slovin
httpswwwstatistikiancom2017hitung-rumus-slovin-sampelhtmlamp
(Diakses 8 Maret 2019)
Fitriya 2019 Sakit Kepala Penyebab Sakit kepala dan Cara menghilangkan
sakit Kepala yang Perlu kamu tahu httpswww-
cermaicomcdnampprojectorgvswwwcermaticomartikelampsakit-
kepala-penyebab-sakit-kepala-da-cara-menghilangkan-sakit-kepala-yang-
perlu-kamu-tahuamp_js_v (Diakses 22 Agustus 2019)
WHO 2000 Drug Information Geneva World Health Organization Page 1
World Health Organization (2010 May) Rational use of medicines Juli
28 2019 httpwwwwhointmediacentrefactsheetsfs338enindexhtml
LAMPIRAN
53
53
Identifikasi masalah
Merumuskan masalah
Menentukan sampel
ALUR PENELITIAN
Pengolahan data
(editingkoding
skoring)
Analisiss data
(Analisis Univariat)
Penyajian data
kueisioner
Kesimpulan dan saran
LAMPIRAN II
54
SURAT IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN III
55
SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINAS KESEHATAN
LAMPIRAN IV
56
SURAT IZIN PENELITIAN DARI KELURAHAN
LAMPIRAN V
57
(LANJUTAN)
LAMPIRAN VI
58
SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS CIPADUNG
LAMPIRAN 59
59
KUESIONER YANG TELAH VALID DAN RELIABEL
I Identitas Responden
Nama
Jenis jenis kelamin Laki-laki Wanita
USIA
Alamat
No Telepon HP
Pendidikan terakhir
TAHUN
II Pendahuluan
1 Apakah anda pernah melakukan swamedikasi (pengobatan tanpa
harus datang ke dokter)
a Ya b Tidak
2 Apakah Anda pernah meminum obat antinyeri sebelumnya
a Ya b Tidak
3 Di manakah Anda memperoleh obat antinyeri tersebut
a Apotek b Warung
c Toko obat d Mini market
4 Penyakit apa yang bisa Anda obati dengan antinyeri tersebut
Jawab
5 Apa saja nama obat antinyeri yang biasa Anda gunakan untuk mengobati penyakit tersebut
Jawab
III Rasionalitas Penggunaan Obat Analgetik
1 Menurut Anda apakah benar analgesik merupakan obat yang
mampu meredakan atau mengurangi nyeri
a Benar b Salah
2 Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas untuk mengobati
60
nyeri saja
a Benar b Salah
3 Termasuk jenis obat golongan apakah obat pereda nyeri yang
hanya boleh digunakan secara swamedikasi
a Obat keras b Obat bebas
Terbatas
4 Apakah aspirin mampu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
5 Paracetamol merupakan obat penurun panas Apakah parasetamol
mapu meredakan nyeri
a Ya b Tidak
6 Jenis obat apa yang anda pahami sebagai obat pereda nyeri yang
dapat digunakan sebagai pengobatan sendiri
a Paracetamol b Ibuprofen
c Natrium
diklofenak
d Asam
mefenamat
7 Jika Anda mengalami sakit kepala apakah jenis obat yang
sebaiknya dikonsumsi
a Antibiotik b Analgesik c Antitusif
8 Apakah Anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam
mengkonsumsi obat pereda nyeri
a Sebelum
makan
b Sebelum
tidur
c Sesudah makan
9 Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah
a Lemari b Tempat
obat
c Kulkas
10 Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis obat
pereda nyeri lebih dari yang ditentukan
a Sesak napas b Terjadi gangguan pada
lambung-usus
11 Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis obat
pereda nyeri dewasa
a Ya b Tidak
12 Apakah benar obat pereda nyeri boleh digunakan secara terus
menerus meski rasa sakit telah hilang
a Benar b Salah
cBadan lemas
61
13 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri digunakan
bersamaan dengan obat maag dalam sekali konsumsi tanpa adanya
rentang waktu konsumsi
a Boleh b Tidak boleh
14 Menurut Anda apakah boleh obat pereda nyeri diminum
bersamaan dengan kopi
a Boleh b Tidak boleh
15 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk ibu
hamil
a Aspirin b Parasetamol
16 Berikut ini obat pereda nyeri yang aman di konsumsi untuk penderita
gangguan lambung
a Diklofenak b Parasetamol
17 Menurut Anda apakah pasien penderita asma boleh mengkonsumsi
aspirin untuk meredakan nyeri
a Boleh b Tidak boleh
18 Menurut Anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda
nyeri yang diminum dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung
2 tablet lebih)
a Boleh b Tidak boleh
62
LAMPIRAN VIII
OUTPUT HASIL UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS KUESIONER
63
64
65
66
Case Processing Summary
N
Cases Valid 20 1000
Excludeda 0 0
Total 20 1000
a Listwise deletion based on all variables in the procedure
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha N of Items
933 18
67
LAMPIRAN IX
ANALISIS UNIVARIAT
1 Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan
laki-laki
Total
61
24
718
282
718
282
718
282
85 1000 1000 1000
Usia
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Remaja Akhir (17 - 25 Thn) 16 188 188 188
Dewasa Awal (26 - 35 Thn) 29 341 341 529
Dewasa Akhir (36 - 45 Thn) 19 224 224 753
Lansia Awal (46 - 55 Thn)
Total
21
85
247
1000
247
1000
247
1000
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
SD 19 224 224 224
SMP 10 118 118 341
SMA 45 529 529 871
S1 9 106 106 976
S2 2 24 24 24
Total 85 1000 1000 1000
68
2 Penggunaan Obat Swamedikasi Analgetik
Melakukan swamedikasi
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 85 1000 1000 1000
Pernah minum obat antinyeri
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 85 1000 1000 1000
Tempat mendapatkan obat
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid mini market 5 59 59 59
warung 26 306 306 365
apotek 54 635 635 1000
Total 85 1000 1000
Obat yang digunakan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid metampiron 4 47 47 47
natrium diklofenak 9 106 106 153
ibuprofen 11 129 129 282
asam mefenamat 13 153 153 435
paracetamol 48 565 565 1000
Total 85 1000 1000
Jenis penyakit
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid nyeri sendi 1 12 12 12
sakit haid 6 71 71 82
sakit badan 11 129 129 212
sakit gigi 20 235 235 447
sakit kepala 47 553 553 1000
Total 85 1000 1000
69
LAMPIRAN X
TABEL CODING KARAKTERISTIK RESPONDEN
JENIS KELAMIN PEREMPUAN 0
LAKI-LAKI 1
USIA
REMAJA AKHIR 0
DEWASA AWAL 1
DEWASA AKHIR 2
LANSIA AWAL 3
PENDIDIKAN
SD 0
SMP 1
SMA 2
S1 3
S2 4
Responden
Jenis
Kelamin Coding
Usia
Coding
Pendidikan
Coding
RT
1
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
RT 1
2
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
3
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
4
L
1
dewasa
awal
1 sd
0
5
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
6 p 0 lansia awal 3 sd 0
7
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
8
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
9
p
0
remaja
akhir
0 sd
0
10
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
11 p 0 lansia awal 3 sd 0
12
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
13
p
0
dewasa akhir
2
sd
0
70
14
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
15
p
0
dewasa
akhir
2 sd
0
16
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
17
L
1
dewasa
akhir
2 sd
0
18
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
19
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
20 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 2
21
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
22
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
23 p 0 lansia awal 3 s2 4
24
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
25 L 1 lansia awal 3 sma 2
26 p 0 lansia awal 3 sd 0
27
p
0
dewasa
akhir
2 sma
2
28
L
1
dewasa
awal
1 smp
1
29
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
30 p 0 lansia awal 3 sd 0
31
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
32 p 0 lansia awal 3 sd 0
33
p
0
dewasa
akhir
2 smp
1
34 p 0 lansia awal 3 sd 0
35
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
RT 3
36
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
37 L 1 lansia awal 3 S1 3
38
L
1
dewasa
akhir
2
S2
4
39
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
40
p
0
dewasa akhir
2
sma
2
71
41 p 0 lansia awal 3 sma 2
42
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
43
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
44
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
45
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
46
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
47
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
48
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
49
p
0
remaja
akhir
0 sma
2
50
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
51 p 0 lansia awal 3 smp 1
52
L
1
dewasa
akhir
2 sma
2
53
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
54
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
55
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
56 p 1 lansia awal 3 sma 2
57 p 0 lansia awal 3 sma 2
58 p 0 lansia awal 3 sma 2
59
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
60
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
61
L
1
dewasa
awal
1
S1
3
62
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
63
P
0
dewasa
akhir
2
S1
3
64
L
1
dewasa
awal
1 s1
3
65
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
66 p 0 dewasa 1 sma 2
72
awal
67
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
68 p 0 lansia awal 3 sma 2
69
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
70
L
1
remaja
akhir
0 sma
2
71
L
1
dewasa
akhir
2 s1
3
72 p 0 lansia awal 3 sd 0
73
p
0
dewasa
akhir
1 sma
2
74
L
1
dewasa
awal
1 sma
2
75 p 0 lansia awal 3 sma 2
RT 4
76
p
0
dewasa
awal
1 s1
3
77 p 0 lansia awal 3 sma 2
78
p
0
dewasa
awal
1 sma
2
79 p 0 lansia awal 3 sma 2
80
P
0
dewasa
akhir
1 smp
1
81 p 0 lansia awal 3 smp 1
82
p
0
dewasa
awal
1 sd
0
RT 5
83
p
0
dewasa
akhir
1 sd
0
84
p
0
remaja
akhir
0 smp
1
85
p
0
dewasa
awal
1 smp
1
73
LAMPIRAN XI
TABEL CODING PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI ANALGETIK
KETERANGAN P1
amp P2
KETERANGAN P 3
KETERANGAN P 4
KETERANGAN P 5
Ya 0 Toko Obat 0 Nyeri sendi 0 Metampiron 0
Tidak
1
Mini Market
1
Sakit haid
1
Natrium
Diklofenak 1
Warung 2 Sakit badan 2 Ibuprofen 2
Apotek 3 Sakit gigi 3 Asam Mefenamat 3
Sakit kepala 4 Paracetamol 4
Respon
den
P1
Codi
ng
P2
Codi
ng
P3
Codi
ng
P4
Codi
ng
P5
Codin
g
1
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
2
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
3
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
4
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
5
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
6
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
7
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
8
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
9
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
10
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
3
74
at
11
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
12
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
13
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
14
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
15
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
16
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
gigi
3
paraceta
mol
4
17
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
18
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
19
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
20
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
21
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
22
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
23
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
24
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
25
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
26
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
4
paraceta
mol
4
75
la
27
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
28
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
29
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
30
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
31
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
32
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
33
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
4
paraceta
mol
4
34
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
35
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
36
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Saki
kepa
la
4
metampi
ron
0
37
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
38
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
39
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Nyer
i
haid
1
ibuprofe
n
2
40
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Gigi
3
paraceta
mol
4
41
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
42
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
76
43
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
44
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
45
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
46
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
47
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
k
1
48
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
49
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
ibuprofe
n
2
50
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
51
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
0
natrium
diklofena
k
1
52
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
53
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
54
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
ibuprofe
n
2
55
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
56
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
57
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Haid
1
paraceta
mol
4
58
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
59
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
natrium
diklofena
1
77
k
60
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
61
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
62
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
63
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
natrium
diklofena
k
1
64
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
metampi
ron
0
65
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
3
metampi
ron
0
66
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
67
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
68
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
metampi
ron
0
69
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
70
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
71
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
72
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
asam
mefenam
at
3
73
ya
1
ya
1
Mini
Mark
et
1
Sakit
Haid
1
ibuprofe
n
2
74
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
75 ya 1 ya 1 Apote 3 nyeri 1 natrium 1
78
k send i
diklofena k
76
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
77
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
78
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
asam
mefenam
at
3
79
ya
1
ya
1
Apote
k
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
80
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
81
ya
1
ya
1
Waru
ng
3
sakit
bada
n
2
ibuprofe
n
2
82
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
83
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
84
ya
1
ya
1
Apote
k
3
Sakit
Gigi
3
asam
mefenam
at
3
85
ya
1
ya
1
Waru
ng
2
Sakit
Kepa
la
4
paraceta
mol
4
79
LAMPIRAN XII
TABEL REKAPITULASI PENILAIAN KUESIONER TINGKAT
PENGETAHUAN
Responden
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Jumlah
1 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 25
2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 30
3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 24
4 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 22
5 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
6 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 0 0 18
7 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 20
8 2 0 2 2 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 0 0 0 18
9 2 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 16
10 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 0 2 0 20
12 2 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 14
13 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
14 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
15 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 12
16 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 2 10
17 2 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 24
18 2 2 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
19 2 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 20
20 2 0 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 0 24
21 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 0 1 2 2 22
22 2 2 0 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 30
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 33
24 2 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 2 0 25
25 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 2 2 1 2 1 2 16
26 2 0 0 2 2 0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 24
27 2 2 2 2 2 0 0 2 0 1 2 0 2 1 2 0 1 0 21
80
28 2 0 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 24
29 2 0 2 2 2 0 2 2 1 0 2 2 2 1 0 0 0 0 20
30 2 0 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 1 2 2 0 1 1 19
31 2 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 0 1 2 2 0 1 0 17
32 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
33 2 0 1 1 2 0 0 2 0 1 0 2 2 1 2 0 2 2 20
34 2 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 1 1 0 12
35 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
36 2 0 1 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 1 0 0 18
37 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
38 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
39 2 0 2 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 0 2 2 2 18
40 2 2 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 1 2 2 1 1 0 23
41 2 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 1 2 1 0 0 22
42 2 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 18
43 2 2 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 2 2 1 0 0 20
44 2 2 1 1 2 2 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 18
45 2 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 28
47 2 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 1 2 0 0 2 21
48 2 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 20
49 2 1 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 1 0 2 0 1 2 19
50 2 0 2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 18
51 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 0 21
52 2 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 0 0 2 0 2 0 16
53 2 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 1 0 23
54 2 0 0 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 1 2 25
55 2 2 0 0 2 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 12
56 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
57 2 0 0 0 0 0 2 1 0 0 2 0 0 2 2 1 1 0 13
58 2 0 0 0 2 0 1 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 10
59 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 12
60 2 2 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32
61 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36
62 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
63 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 30
81
64 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
65 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 30
66 2 0 0 1 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 1 1 0 0 15
67 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 21
68 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 2 1 1 0 16
69 2 2 0 0 2 0 0 2 2 0 2 1 0 2 2 0 1 0 18
70 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 2 21
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 34
72 2 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 11
73 2 2 2 0 2 2 0 2 0 0 2 2 0 1 2 1 1 0 21
74 2 0 0 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 2 15
75 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
76 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 32
77 2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 0 2 1 2 23
78 2 0 0 2 2 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
79 2 0 2 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 29
80 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 2 2 2 0 0 2 26
81 2 0 2 2 0 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 18
82 2 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 1 1 0 2 1 0 12
83 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 1 0 11
84 2 2 2 0 0 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12
85 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 9
82
LAMPIRAN XIII
DOKUMENTASI
83