TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA … · tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut...
Transcript of TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA … · tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut...
i
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA
BAHAYA BAYI BARU LAHIR DI RB HARAPAN
BUNDA SURAKARTA
TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
OKTAVIANI BUDI RESPATI
NIM. B11.101
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA
BAHAYA BAYI BARU LAHIR DI RB HARAPAN
BUNDA SURAKARTA
TAHUN 2014
Diajukan Oleh :
OKTAVIANI BUDI RESPATI
NIM. B11.101
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal Juni 2014
Pembimbing
(Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes)
NIK 200580012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA
BAHAYA BAYI BARU LAHIR DI RB HARAPAN
BUNDA SURAKARTA
TAHUN 2014
Diajkan Oleh :
OKTAVIANI BUDI RESPATI
NIM. B11.101
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Pada tanggal Juni 2014
Penguji I Penguji II
(Ernawati, SST) (Hutari Puji Astuti, S. SiT)
NIK. 200886033 NIK 200580012
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Ka.Prodi
(Dheny Rohmatika, S.SiT)
NIK. 200582015
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ” Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya
Bayi Baru Lahir di BPS Harapan Bunda Surakarta”. Karya Tulis Imiah ini
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu
syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Imiah ini tidak
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Retno Wulandari, SST, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Hutari Puji Astuti, S.SiT.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Hj. Mamiek Sulistya, selaku pimpinan RB Harapan Bunda Surakarta yang
telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
5. Ratih Praningrium, SST, M.Kes, selaku pimpinan RB Harapan Bunda
Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk penelitian dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
v
6. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
7. Seluruh responden yang telah berkenan untuk mengisi kuesioner dalam
penelitian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
8. Semua teman-teman angkatan 2011 yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Imiaha ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Juni 2013
Penulis
vi
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2014
Oktaviani Budi Respati
B11 101
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA
BAHAYA BAYI BARU LAHIR DI RB HARAPAN
BUNDA SURAKARTA
TAHUN 2014
xiii + 51 halaman + 15 lampiran + 5 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Angka kematian bayi di Indonesia tahun 2007 tertinggi di
Negara ASEAN yaitu 35 bayi per 1000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi
meninggal dunia per hariTanda-tanda bahaya bayi baru lahir merupakan suatu
gejala yang dapat mengancam kesehatan bayi baru lahir, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir sejak dini, bayi
akan lebih cepat mendapat pertolongan sehingga dapat mencegah kematian.
Setelah peneliti melakukan wawancara terhadap 10 ibu nifas pada tanggal 12 – 17
November 2013 dengan hasil 7 orang (70%) diantaranya belum mengetahui tanda
bahaya bayi baru lahir, 3 orang (30%) sudah mengetahui tanda bahaya bayi baru
lahir.
Tujuan : mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya bayi
baru lahir di RB Harapan Bunda Surakarta Tahun 2014
Metode Penelitian : Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di RB Harapan Bunda Surakarta pada tanggal
9 April – 10 Mei 2014. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Variabel
tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya bayi baru lahir.
Analisa menggunakan analisa univariat.
Hasil Penelitian : Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Bayi
Baru Lahir di RB Harapan Bunda Surakarta dapat dikategorikan pengetahuan baik
sebanyak 7 responden (21,9%), pengetahuan cukup sebanyak 19 responden
(59,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (18,7%).Faktor yang
mempengaruhi pendidikan, informasi, pengalaman ,
Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Bayi Baru
Lahir di RB Harapan Bunda Surakarta dapat dikategorikan pengetahuan cukup
Kata Kunci : Pengetahuan, Ibu Nifas, bayi baru lahir
Kepustakaan : 23 literatur (tahun 2007 – 2013)
vii
MOTTO
Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah
untuk dirinyasendiri
(wa man jahada fa inama ya jahidu linafsih QS: Al-An-Kabut: 6)
Jangan takut pada masa depan dan jangan pernah menangis
untuk masa lalu
kehabagiaan kita bukanlah karena tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali
setiap kita jatuh
tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan dan saya
percaya pada disi sendiri
(Muhammad Ali)
Sukses seringkali data pada mereka yang berani bertindak dan jarang menghadapi
penakut yang tidak berani mengambil konekuensi
(Jawaharal Nehru)
PERSEMBAHAN
1. Trimakasih dan syujud sukur kepada Allah
SWT atas kesabaran dan kemudahan sehigga
KTI ini bisa terselesaikan
2. Trimakasih untuk kedua orang tuaku, tanpamu
aku bukanlah apa-apa.
3. Kakakaku, terima kasih semangat dan
dorongannya
4. Sahabat dan teman-teman Terimkasih atas
bantuan, do'a, nasehat, hiburan, tlaktiran,
ojekan dan semangat yang kalian berikan,
tertawa dan menangis bersama kalian, yang
selalu mengisi hari hariku
5. Almamater tercinta
viii
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama : Oktaviani Budi Respati
Tempat / Tanggal Lahir : Sukoharjo, 22 Oktober 1993
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kwarasan Jl. Kencur Baru III Solobaru, Sukoharjo
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri Sanggrahan 1 Sukoharjo Lulus tahun 2005
2. SMP Negeri 15 Surakarta Lulus tahun 2008
3. SMA Batik I Surakarta Lulus tahun 2011
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2011
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
CURICULUM VITAE ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
E. Keaslian Studi Kasus.................................................................... 4
F. Sistematika Penulisan................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................. 7
1. Pengetahuan ........................................................................... 7
2. Teori Nifas ............................................................................ 17
x
3. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir ............................................. 19
B. Kerangka Teori............................................................................. 30
C. Kerangka Konsep ........................................................................ 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 32
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 33
D. Instrumen Penelitian .................................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 36
F. Variabel Penelitian ...................................................................... 37
G. Definisi Operasional .................................................................... 37
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ........................................ 38
I. Etika Penelitian ........................................................................... 41
J. Jadwal Penelitian ......................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................ 43
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 44
C. Pembahasan .................................................................................. 46
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 49
B. Saran ............................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 30
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 31
Gambar 4.1 Diagram tingkat Pengetahuan Responden ................................... 45
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ...................................................................... 33
Tabel 3.2 Definisi Operasional .................................................................... 36
Tabel 4.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya
Bayi Baru Lahir di RB Harapan Bunda Surakarta ........................ 45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 6. Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian
Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian
Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 12. Hasil Uji Validitas
Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 14. Hasil Penelitian
Lampiran 15. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi di Indonesia tahun 2007 tertinggi di Negara
ASEAN yaitu 35 bayi per 1000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi
meninggal dunia per hari. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir
(neonatus) yang terbanyak disebabkan kegawatdaruratan dan penyulit pada
masa neonatus seperti berat bayi lahir rendah, asfiksia neonatorum, syndrome
gawat nafas, hiperbilirubenemia, sepsis neonatorum, trauma lahir dan
kelainan konginetal. World Health Organization (WHO) dalam pernyataaan
tentang neonates dunia tahun 2001 melaporkan bahwa penyebab langsung
kematian neonatus adalah infeksi (32%), asfiksia (29%), komplikasi
prematuritas (24%), kelainan bawaan (10%), dan lain-lain (5%)
(Anik & Haryati, 2009).
AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1.000
kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar
10,34/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium
Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran
hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah cukup baik
(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012).
Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir merupakan suatu gejala yang
dapat mengancam kesehatan bayi baru lahir, bahkan dapat menyebabkan
2
kematian. Orang tua seharusnya mengetahui tanda bahaya terhadap bayi baru
lahir yaitu bayi tidak mau menyusu atau muntah, kejang, lemah, sesak nafas,
rewel, pusar kemerahan, demam, suhu tubuh dingin, mata bernanah, diare,
bayi kuning (Muslihatun, 2010).
Mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir sejak dini, bayi akan lebih
cepat mendapat pertolongan sehingga dapat mencegah kematian. Namun
apabila terlambat dalam pengenalan dari tanda bahaya tersebut, bayi bisa
meninggal. Bayi baru lahir mempunyai masalah berat yang dapat mengancam
kehidupannya dan memerlukan diagnosa dan pengelolaan segera, terlambat
dalam pengenalan masalah dan manajemen yang tepat dapat mengakibatkan
kematian (Kosim, 2009).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RB Harapan Bunda
Surakarta pada per bulan rata-rata ibu nifas yaitu sebanyak 32 ibu nifas.
Setelah peneliti melakukan wawancara terhadap 10 ibu nifas pada tanggal 12
– 17 November 2013 dengan hasil 7 orang (70%) diantaranya belum
mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir, 3 orang (30%) sudah mengetahui
tanda bahaya bayi baru lahir. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda
Bahaya Bayi Baru Lahir di RB Harapan Bunda Surakarta Surakarta Tahun
2014”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dirumuskan dalam bentuk
perumusan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah Tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya bayi baru lahir di RB Harapan
Bunda Surakarta Tahun 2014?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya
bayi baru lahir di RB Harapan Bunda Surakarta Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda
bahaya bayi baru lahir di RB Harapan Bunda Surakarta Surakarta
Tahun 2014 dengan kategori pengetahuan baik.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda
bahaya bayi baru lahir di RB Harapan Bunda Surakarta Surakarta
Tahun 2014 dengan kategori pengetahuan cukup.
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda
bahaya bayi baru lahir di RB Harapan Bunda Surakarta Surakarta
Tahun 2014 dengan kategori kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan sumbangan pemikiran bagi peniliti serupa dikemudian hari
dan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya.
4
2. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, terutama tentang tanda
bahaya bayi baru lahir.
3. Bagi Institusi
a. Bagi institusi RB
Hasil penelitian menambah peningkatan pelayanan kesehatan
tentang tanda bahaya bayi baru lahir serta mendeteksi dini tanda
bahaya bayi baru lahir.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi bahan bacaan untuk menambah wawasan,
khususnya yang berkaitan dengan tanda bahaya bayi baru lahir.
E. Keaslian Penelitian
1. Pebri Nur Indrasti (2012), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di RSUD Kota Surakarta Tahun
2012. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Sampel yang diambil adalah 30 responden dengan teknik sampling jenuh.
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Hasil Penelitian dapat
dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 5 responden (16,7%),
pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60%) dan pengetahuan kurang
sebanyak 7 responden (23,3%).
2. Budi Triani Kusdiar (2013), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di BPS Hj. Sri Lumintu Jajar
5
Surakarta. Jenis mentode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Responden dalam penelitian 32 responden. Hasil penelitian ini
menunjukkan dari 32 ibu nifas tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 orang
(25%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19 orang (59,4%) dan tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 15,6%).
Persamaan penelitian ini adalah penelitian sebelumnya yaitu
menggunakan satu variabel yaitu pengetahuan sedangkan perbedaan terletak
pada hasil, waktu dan tempat
F. Siatematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah terdiri dari 5 BAB, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitan, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang akan
diteliti yaitu ibu nifas, pengetahuan, tanda bahaya bayi baru lahir,
kerangka teori, dan kerangka konsep penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan tentang jenis dan rancangan penelitian,
lokasi, dan waktu penelitain, populasi, sampel dan tenik
pengambilan sampel, alat penelitian, teknik pengumpulan data,
6
variabel penelitian, definisi operasional, pengolahan dan analisa
data, etika penelitian dan jadwal penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang hasil penelitian, pembahasan hasil
penelitian serta keterbatasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran
berisi tentang saran bagi bagi responden, bagi RB Harapan Bunda
Surakarta dan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
1) Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil
pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik
atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha
manusia untuk tahu (Nashrulloh, 2009).
2) Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia
terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami
suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang
baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang
dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan
dengan masalah kejiwaan (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada 6 tingkat pengetahuan yang
dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
8
mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan
kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
9
5) Sintesa (Syntesis)
Sintesa dalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada
misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional
atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern
atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
a) Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya
dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan
10
dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut
dapat terpecahkan.
b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan
seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini
seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.
Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama,
pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
11
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
e) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah
dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak
orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,
terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai
wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau
penyelidikan manusia.
12
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan
cara yang rasional dan yang sistematis.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan
umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini
manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan
cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataan-pernyataan yang dikemukan. Apabila proses
pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang
khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan
deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat
umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke
dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami suatu gejala.
13
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi
berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada
kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa
yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
2) Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology).
Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan
metode berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van
Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
14
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
Menurut Erfandi (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu :
1) Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan
non formal.
2) Media masa/ informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai
bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan
lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini
dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
15
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan
professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan
etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
16
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
e. Cara Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), menyebutkan bahwa pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
pendidikan atau responden.
Menurut Riwidikdo (2009), maka digunakan perhitungan sebagai
berikut:
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD < x < mean + 1 SD
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
17
2. Teori Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk
kembalinya organ genetalia internal menjadi normal secara anatomi
dan fungsional yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba, 2007).
Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Saleha, 2009).
b. Periode Nifas
Menurut Suherni (2009), masa nifas dibagi menjadi 3 periode :
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari
organ-organ genetalia kira-kira antara 6 – 8 minggu.
3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi.
Tabel 2.1 Perubahan Uterus Masa Nifas
Involusi Uteri Tinggi Fundus
Uteri
Berat
Uterus
Diameter
Uterus
Palpasi
Cerviks
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/lunak
7 hari (minggu
1)
Pertengahan
antara pusat dan
shymphisis
500 gr 7,5 cm 2 cm
14 hari
(minggu 2)
Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit
Sumber : Ambarwati dan Wulandari (2008)
18
c. Perubahan psikologis masa nifas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009), perubahan psikologis ibu
pada masa nifas meliputi:
1) Fase Taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu
focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung 3 – 10 hari setelah melahirkan. Pada fase
taking hold ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikannya
kurang hati-hati.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawabakan peran
barunya yang berlangsung10 hari setelah melahirka. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase
ini.
19
3. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Menurut Muslihatun (2010), tanda bahaya bayi baru lahir meliputi :
a. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
1) Pengertian
Menurut Prawirohardjo (2006), pengertian BBLR yaitu :
a) BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram).
b) BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram tanpa memandang kehamilan.
c) BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 (sampai dengan 2499 gram).
2) Klasifikasi BBLR menurut umur kehamilan:
a) Prematur Murni
Prematur murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan
untuk usia kehamilan.
b) Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
20
3) Klasifikasi BBLR menurut berat lahir
Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009), klasifikasi menurut
berat lahir, yaitu :
a) Berat bayi lahir rendah (BBLR) : Berat badan < 2500 gram
b) Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) : Berat badan 1000-
1500 gram
c) Berat Bayi Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) : Berat
Badan < 1000 gram.
4) Tanda-Tanda BBLR
Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009), menyatakan bahwa
tanda-tanda BBLR yaitu:
a) Berat Badan <2500 gr, PB <45 cm
b) Lingkar kepala < 33 cm, lingkaran dada < 30 cm
c) Letak kuping menurun
d) Pembesaran dari satu atau dua ginjal
e) Masalah dalam pemberian makan ( reflek menelan dan
menghisap berkurang)
f) Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan).
5) Penanganan BBLR
menurut Mochtar (2008), penanganan BBLR, meliputi :
a) Mempertahankan suhu dengan ketat
b) Mencegah infeksi dengan ketat
c) Pengawasan nutrisi/ASI
d) Penimbangan ketat
21
b. Asfiksia
1) Pengertian
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir
beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi
asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin dapat bernafas tetapi
kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia
sekunder (Sudarti dan Fauziah, 2013).
2) Gejala dan tanda-tanda asfiksia
Menurut (Sudarti dan Fauziah, 2013), gejala dan tanda akfiksia
yaitu:
a) Tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau pernafasan
lambat (kurang dari 30 kali per menit)
b) Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan
dada)
c) Tangisan lemah atau merintih
d) Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
e) Denyut jantung tida ada atau lambat (brakikardia) kurang dari
100 kali per menit).
3) Faktor-faktor penyebab terjadinya asfiksia
Menurut Mochtar (2008), faktor-faktor penyebab terjadinya
asfiksia:
a) Faktor ibu
(1) Preeklampsia dan eklampsia
22
(2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta)
(3) Partus lama atau partus macet
(4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis,
TBC, HIV)
(5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b) Faktor Tali Pusat
(1) Lilitan tali pusat
(2) Tali pusat pendek
(3) Simpul tali pusat
(4) Prolapsus tali pusat
c) Faktor Bayi
(1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
(2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
(3) Kelainan bawaan kongenital
(4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
4) Pentalaksanaan Asfiksia
Menurut Sudarti dan Fauziah (2013), penatalaksanaan Asfiksia,
meliputi:
Langkah awal
a) Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat
yang kering dan hangat untuk melakukan pertolongan.
23
b) Memposisikan bayi dengan baik (kepala bayi setengah atau
sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain).
c) Bersihkan jalan napas dengan alat penghisap yang tersedia.
d) Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat,
setelah itu gunakan kain kering dan hangay yang baru untuk
bayi sambil melakukan rangsangan taktil.
e) Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar kemudian niali
usaha napas, frekuensi denyut jangung dan warna kulit.
f) Gunakan penghisap lendir De Lee yang telah diproses hingga
tahap disinfektan tingkat tinggi atau steril atau bola karet
penghisap yang baru dan bersih untuk menghisap lendir di
mulut, kemudian hidung bayi secara halus dan lembut.
Jika bayi baru lahir tidak mulai bernafas memadai (setelah
tubuhnya dikeringkan dan lendirnya dihisap) posisi bayi diletakkan
dalam posisi yang benar dan jalan nafasnya telah bersih.
Rangsangan taktil harus dilakukan secara lembut dan hati-hati,
yaitu:
a) Dengan lembut gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan
(ektremitas) satu atau dua kali
b) Dengan lembut tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau
dua kali).
Proses menghisap lendir, pengeringan dan merangsang bayi tidak
berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga
24
proses tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kesulitan
bernafas segera mulai tindakan ventilasi aktif terhadap bayi.
c. Sindrom gangguan pernafasan
1) Pengertian
Sindrom gangguan pernafasan merupakan kumpulan gejala yang
terdiri atas bradikardi, adanya tarikan dinding dada kedalam,
sianosis dan adanya rintihan pada saat bernafas.
2) Gejala gangguan pernafasan
Menurut Kosim (2005), Gejala gangguan pernafasan, yaitu:
a) Nafas bayi berhenti lebih 20 detik
b) Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir)
c) Frekuensi nafas bayi kurang 30 kali/menit
d) Frekuensi nafas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin
menunjukkan tanda tambahan gangguan nafas
3) Penyebab
Menurut Sudarti dan Fauziah (2013), penyebab sindrome gangguan
pernafasan adalah:
a) Kelainan paru : pneumonia
b) Kelainan jantung: penyakit jantung bawaan, disfungsi
miokardium
c) Kelainan sususan saraf pusat akibat asfiksia, perdarahan otak.
d) Kelainan metabolik yaitu hipoglikemia, asidosis metabolik
e) Kelainan bedah yaitu pneumotoraks, fistel trakheaesofegael,
hernia diafragmatika
25
f) Kelainan lain yaitu sindrom aspirasi mekonium atau transient
tachypnea of the newborn, penyakit membra hialin.
4) Penanganan
Menurut Kosim (2005), penanganan gangguan pernafasan,
meliputi:
a) Pemberian oksigen
Terapi ventilasi: bertujuan untuk mencegah hipoventilasi dan
hipoksia, dimulai dari peningkatan konsentrasi oksigen
sampai penggunaan tekanan jalan nafas positif kontinu dan
ventilasi mekanik penuh serta penggunaan intubasi.
b) Uji gas darah untuk memantau kadar oksigen dan
karbondioksida.
d. Hipotermi
1) Pengertian
Hipotermi yaitu suhu tubuh bayi dibawah 360C serta kadua tangan
dan kaki teraba dingin, sedang suhu normal adalah 36,50C – 37,5
0C
(Muslihatun, 2010).
2) Gejala hipotermi
Menurut Muslihatun (2010), gejala hipotermi meliputi:
a) Tidak mau menyusu
b) Lesu dan mengantuk
c) Tubuh teraba dingin
d) Tangisan lemah
e) Bibir dan kuku kebiruan
26
3) Penyebab hipotermi
Menurut Saifuddin (2006), Penyebab hipotermi yaitu kehilangan
panas tubuh bayi baru lahir dapat disebabkan karena lingkungan,
udara yang terlalu dingin, pakaian yang basah, dan sebagainya.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
a) Radiasi yaitu dari objek ke panas bayi, misalnya bayi
ditimbang tanpa alas.
b) Evaporasi yaitu penguapan cairan yang melekat pada kulit,
misalnya pada air ketuban yang melekat ditubuh bayi dan tidak
cepat dikeringkan.
c) Konduksi yaitu sesuatu yang melekat ditubuh bayi misalnya
pakaian bayi yang basah tidak langsung diganti
d) Konveksi yaitu penguapan dari tubuh ke udar contohnya angin
disekitar tubuh bayi.
4) Penanganan hipotermi
Menurut Saifuddin (2006), penanganan hipotermi, meliputi :
a) Segera menghangatkan bayi di dalam incubator atu penyinaran
lampu
b) Menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu dan bayi
c) Hangatkan dengan selimut atau kain hangat yang disetrika
terlebih dahulu, lakukan berulang,sampai tubuh bayi hangat
d) Selalu menjaga kehangatan bayi,pakaikan topi
e) Beri ASI sesering mungkun,
f) Pantau terus suhu tubuh bayi setiap jam sampai normal.
27
e. Tetanus Neonatorum
1) Pengertian
Tetanus neonatorum merupakan kejang yang sering dijumpai pada
bayi baru lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia,
tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal
(Hidayat, 2008).
2) Penyebab Tetanus
Penyebab tetanus adalah clostridium tetani yang bersifat anaerob.
Infeksinya melalui luka pada tali pusat. Ini dapat terjadi karena
tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril (Hidayat, 2008).
3) Gejala
Menurut Muslihatun (2010), gejala penyakit tetanus neonaturum
antara lain:
a) Bayi tidak mau menetek secara tiba-tiba, padahal sebelumnya
biasa.
b) Suhu tubuh naik hingga 390C.
c) Mulut mecucu seperti mulut ikan, ini adalah gejala khas
d) Timbul kejang
e) Kaku kuduk
f) Masa inkubasi penyakit ini adalah antara 5-14 hari
g) Trismus, kesukaran membuka mulut
h) Kesukaran menelan
i) Bayi gelisah
28
4) Penanganan
Menurut Hidayat (2009), penanganan penyakit tetanus neonatorum,
meliputi :
1) Untuk mengatasi gangguan fungsi pernafasan, maka internvensi
yang dapat dilakukan adalah atur posisi bayi dengan kepala
ekstensi, berikan oksigen 1 -2 liter/menit dan apabila terjadi
kejang tinggikan kebutuhan oksigen sampai 4 liter/menit
setelah kejang hilang turunkan. Lakukan pengisapan lender dan
pasangkan spatula lidah untuk mencegah lidah jatuh ke
belakang.
2) Perawatan saat kejang untuk mencegah lidah tergigit, anoksia,
jatuh, lidah jatuh ke belakang, sehingga menutupi napas dan
mencegah kejang ualng dengan cara sebagai berikut:
a) Baringkan anak dengan posisi telentang serta kepala
dimiringkan dan ekstensi
b) Pasang spatel dengan dibungkus kain kassa
c) Berikan oksigen
d) Lakukan kompres
e) Lakukan observasi tanda vital dan sifat kejang.
3) Pemantauan tanda vital, dehidrasi dan kekurangan nutrisi..
29
f. Ikterus
1) Pengertian
Ikterus merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskular sehingga konjungtiva, kulit dan
mukosa akan berwarna kuning (Hidayat, 2009).
2) Gejala
Menurut Hasan (2005), gejala hipebilirubin, yaitu:
a) Kulit tubuh tampak kuning
b) Bayi tidak mau menghisap
c) Mata berputar
d) Gerakan tidak menentu
e) Tonus otot meninggi
f) Leher kaku
3) Penyebab ikterus
Menurut Surasmi (2003), penyebab ikterus, yaitu:
a) Peningkatan kadar billirubin
b) Gangguan Fungsi hati
c) Gangguan ekskresi
4) Penanganan ikterus
Menurut Surasmi (2003), penanganan ikterus yaitu:
a) Penyinaran (fototerapi)
b) Transfusi pengganti jika diperlukan
c) Terapi obat jika diperlukan
30
B. Kerangka Teori
Sumber: Notoatmodjo (2010) dimodifikasi
Gambar 21. Kerangka Teori
Tingkat pengetahuan
ibu nifas
Tanda Bahaya bayi baru lahir:
1. Berat badan lahir rendah
(BBLR)
2. Asfiksia
3. Sindrom gawat nafas
4. Tetanus neonatorum
5. Hipotermi
6. Ikterus
Faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan:
1. Pendidikan
2. Mass media / informasi
3. Sosial budaya dan ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
31
C. Kerangka konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Pengetahuan ibu nifas
tentang tanda bahaya
bayi baru lahir
Baik
Cukup
Kurang
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan fenomena yang ditemukan
dan hasil penelitian disajikan apa adanya (Sugiyono, 2010). Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan meggambarkan suatu fenomena
dengan berbentuk angka-angka (Hidayat, 2011). Penelitian ini menjabarkan
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya bayi baru lahir pada
tanggal 9 April – 10 Mei 2014 di RB Harapan Bunda Surakarta
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data
selama kasus berlangsung (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilakukan di RB
Harapan Bunda Surakarta.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis
untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Budiarto, 2003).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 9 April – 10 Mei 2014.
33
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan olehpeneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Hidayat, 2011 ). Populasi yang diteliti adalah ibu nifas di RB Harapan
Bunda Surakarta pada bulan 9 April – 10 Mei 2014 yaitu sebanyak 32 ibu
nifas.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas. Menurut Arikunto (2010),
jika populasi kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua dan jika
jumlah subyek lebih dari 100, maka dapat diambil 10 – 15% atau 20-25%.
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 32 ibu
nifas
3. teknik pengambilan sampel
Tehnik pengambilan sampling adalah suatu proses seleksi sampel
yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Alimul, 2007).
Dalam penelitian ini teknik sampling dengan menggunakan accidental
sampling yaitu adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
34
dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok
sebagai sumber data (Sugiyono, 2010).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang diisi oleh
responden. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal
yang ia ketahui dan sudah disediakan jawabannya (Arikunto, 2010). Dalam
penelitian ini menggunakan alternatif jawaban “benar” dan “salah”, kriteria
pertanyaan positif dan negatif. Dimana pernyataan dengan kriteria positif skor
1 untuk benar dan skor 0 bila jawaban salah dan kriteria negatif dengan skor 1
untuk jawaban salah dan skor 0 untuk jawaban benar.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Kuesioner Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Variabel Sub Variabel Pernyataan Jumlah
Soal Favorable Unfavorable
Pengetahuan
ibu nifas
tentang tanda
bahaya bayi
baru lahir
1. BBLR 1,3,4 2 4
2. Asfiksia 5,6,8,10
7,9,11
7
3. Sindrom gawat nafas 12,14 13,15 4
4. Hipotermi 16,18,19,20 17,21 6
5. Tetanus Neonatorum 22*,24,25 23 4
6. Ikterus 26*,29,30 27,28 5
Jumlah 30
Keterangan: *) = tidak valid
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. Uji
validitas dilakukan di RB Barokah Pajang Surakarta pada tanggal 2-6 April
2014
35
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
hendak diukur. Uji validitas dilakukan di RB Barokah Pajang Surakarta
terhadap 30 ibu nifas dan pengolahan menggunakan komputerisasi dengan
bantuan program SPSS for window dengan nilai taraf signifikan 5%,
rumus product moment, yaitu :
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Pernyataan dinyatakan valid jika nilai rhitung > rtabel. Setelah dilakukan uji
validitas didapat dua nomor pernyataan tidak valid yaitu nomor 22 nilai
rhitung sebesar 0,009 dan 26 dengan nilai rhitung 0,335 < rtabel (0,361). Untuk
selanjutnya nomor yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
( ) ( ) }Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2 SSS-S
SSS=
Nrxy
36
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).
Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha
Chronbach dengan bantuan program SPSS for window adalah sebagai
berikut :
úû
ùêë
é S-úû
ùêë
é-
=t
b
k
kr
2
2
11 11 s
s
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir
σt2
= Varians total
Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60)
(Ghozali, 2005). Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai alpha
cronbach’s 0,949 > 0,6, sehingga instrumen dikatakan reliabel. Jadi dalam
penelitian ini menggunakan 28 pernyataan valid dan reliabel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar
pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada Ibu nifas di RB
Harapan Bunda Surakarta, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya.
37
Responden disuruh mengisi kuesioner dengan selesai dan kuesioner diambil
pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2009).
Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner
pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya bayi baru lahir.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder didapatkan dari data
ibu nifas di RB Harapan Bunda Surakarta yaitu sebanyak 32 ibu nifas.
F. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam
penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu nifas
tentang tanda bahaya bayi baru lahir.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
38
Tabel 3.2
Definisi Operasional
Nama
Variabel
Pengertian Indikator Alat
Ukur
Skala
Pengetahuan
Ibu Nifas
tentang tanda
bahaya bayi
baru lahir
Kemampuan Ibu
nifas menjawab
kuesioner tentang
tanda bahaya
bayi baru lahir
meliputi:
1. Berat badan
lahir rendah
(BBLR)
2. Asfiksia
3. Sindrom
gawat nafas
4. Tetanus
neonatorum
5. Hipotermi
6. Ikterus
1. Baik : Bila nilai
responden yang diperoleh
(x) > mean + 1 SD
2. Cukup : Bila nilai
responden mean -1 SD ≤ x
≤ mean + 1 SD
3. Kurang : Bila nilai
responden yang diperoleh
(x) < mean – 1 SD
(Riwidikdo, 2009)
Kuesioner Ordinal
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakan analisa data beberapa
tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna mendapatkan data yang
valid sehingga saat menganalisa data tidak mendapat kendala. Menurut
Suyanto dan Salamah (2009), tahapan tersebut terdiri dari :
a. Cleaning
Tahapan ini dilakukan pada saat mengumpulkan atau ketika
memeriksa lembar observasi dari responden. Periksa kembali apakah
ada jawaban responden yang ganda atau belum dijawab.
39
b. Coding
Tahapan memberikan kode pada jawaban responden terdiri dari :
1) Memberi kode identitas responden untuk menjaga kerahasiaan
identitas responden dan mempermudah proses penelusuran biodata
responden.
2) Menentapkan kode untuk skoring jawaban responden atau hasil
observasi yang telah dilakukan.
c. Skoring
Tahap dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban sehingga
setiap jawaban responden dapat diberikan skor.
d. Entering
Memasukkan data yang telah diskor ke dalam komputer seperti
ke dalam program SPSS (Statistical Product and Service Solution).
2. Analisis Data
Analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap
penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Riwidikdo (2009), untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
nifas tentang tanda bahaya bayi baru lahir, maka digunakan perhitungan
sebagai berikut :
a. Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
b. Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
c. Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
40
Menurut Notoatmodjo (2007), rumus mean yaitu:
Rumus : X = n
xå
Keterangan :
X : rata-rata ( mean )
å x : Jumlah seluruh jawaban responden
n : Jumlah responden
Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap
rata-ratanya.
Rumus :
SD = 1
)( 2
2
-
- åån
n
xixi
Keterangan:
x : nilai responden
n : jumlah responden
Menurut Silalahi (2012), rumus persentase untuk mengetahui jumlah
ibu nifas dengan pengetahuan baik, cukup, kurang maka digunakan
perhitungan sebagai berikut :
fi
Persen = ––– x 100%
n
fi = Frekuensi
n = total kasus
41
I. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian
dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2011), meliputi :
1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian
peneliti menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan
serta manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,
lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek
penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek
penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
42
J. Jadwal Penelitian
Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun
proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta
waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2010). Jadwal penelitian terlampir
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Penelitian ini dilakukan di RB Harapan Bunda Surakarta yang
beralamat di Jl Sekar Jagat No. 44 Pajang, Laweyan Surakarta. Pimpinan di
RB Harapan Bunda Surakarta Hj. Mamiek Sulistyo dengan dibantu 9 tenaga
kesehatan. Secara umum jenis pelayanan yang diberikan di RB Harapan
Bunda Surakarta antara lain pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi
ANC (Ante Natal Care), persalinan, KB, Imunisasi, KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak). di RB Harapan Bunda Surakarta melayani selama 24 jam. RB Harapan
Bunda Surakarta bunda juga melayani pemeriksaan umum
Fasilitas untuk mendukung pelayanan rawat inap khususnya persalinan
sudah cukup memadai, yaitu 3 ruang nifas dengan masing-masing kamar
kapasitas 2 tempat tidur, 1 ruang bersalin, 1 ruang pemeriksaan, 1 ruang obat,
laboratorium, Poli Spesialis Kandungan dan USG dan Poli dokter.
44
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang
Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di RB Harapan Bunda Surakarta dengan
jumlah 32 responden.
1. Perhitungan Mean dan Standar Deviasi
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi
Variabel N Mean Standar Deviasi
Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
tentang Tanda Bahaya Bayi Baru
Lahir
32
18,9
4,9
Sumber: Data Primer, 2014
2. Tingkat Pengetauan
Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di
RB Harapan Bunda Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Bayi
Baru Lahir di RB Harapan Bunda Surakarta
No Pengetahuan Jumlah Persentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
7
19
6
21,9
59,4
18,7
Total 32 100
Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya
bayi baru lahir di RB Harapan Bunda Surakarta dapat dikategorikan
pengetahuan baik sebanyak 7 responden (21,9%), pengetahuan cukup
sebanyak 19 responden (59,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6
responden (18,7%). Jadi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
45
tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di RB Harapan Bunda Surakarta
dapat dikategorikan pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (59,4%).
Tingkat pengetahuan responden dapat digambarkan pada diagram
di bawah ini, sebagai berikut:
Gambar 4.1
Diagram Tingkat Pengetahuan Responden
C. PEMBAHASAN
Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
di RB Harapan Bunda Surakarta dapat dikategorikan pengetahuan baik
sebanyak 7 responden (21,9%), pengetahuan cukup sebanyak 19 responden
(59,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (18,7%).
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil
pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi
pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu
(Nashrulloh, 2009). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), pada dasarnya
pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat
berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula
46
objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan
dengan masalah kejiwaan
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
tanda bahaya bayi baru lahir di RB Harapan Bunda Surakarta dapat
dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 7 responden (21,9%). Dikarenakan
pendidikan responden mayoritas Sekolah Menengah Atas.
Menurut Erfandi (2009), pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah
dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari
media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Berdasarkan analisa kuesioner mayoritas responden salah dalam
menjawab pernyataan tentang tanda bahaya bayi baru lahir pada pernyataan
hipotermi. Hipotermi yaitu suhu tubuh bayi dibawah 360C serta kadua tangan
dan kaki teraba dingin, sedang suhu normal adalah 36,50C – 37,5
0C
(Muslihatun, 2010). Gejala hipotermi menurut Muslihatun (2010), gejala
hipotermi meliputi tidak mau menyusu, lesu dan mengantuk, Tubuh teraba
dingin, Tangisan lemah, Bibir dan kuku kebiruan
47
Penyebab hipotermi menurut Saifuddin (2006), Penyebab hipotermi
yaitu kehilangan panas tubuh bayi baru lahir dapat disebabkan karena
lingkungan, udara yang terlalu dingin, pakaian yang basah
Menurut Erfandi (2009), pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh
di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non
formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif
terhadap obyek tersebut.
Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya bayi baru lahir di
RB Harapan Bunda Surakarta mayoritas pengetahuan cukup sebanyak 19
responden (59,4%), dikarenakan mayoritas responden belum pernah
mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan, sehingga pengetahuan
mereka tebatas pada tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 responden
(18,7%)karena kurangnya pengalaman dan informasi yang didapatkan
responden.
48
Sedangkan menurut Menurut Erfandi (2009), informasi yang diperoleh
baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan Variabel penelitian ini merupakan
a. variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada pengetahuan
ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir, penelitian ini akan berbeda
hasil jika faktor yang mempengaruhi diteliti.
b. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner
tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab ya atau tidak dan
jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan secara
mendalam.
2. Kendala ibu kurang memahami bahasa kesehatan yang digunakan dalam
kuesioner sehingga responden banyak bertanya pada peneliti dan peneliti
tidak bisa melakukan penelitian sendiri sehingga harus dibantu tenaga
kesehatan yang berada di tempat penelitian karena penelitian tidak
mungkin menunggui pasien sehari penuh hanya.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini mengambil judul “Tingkat pengetahuan ibu nifas
tentang tanda bahaya bayi baru lahir di RB Harapan Bunda Surakarta Tahun
2014. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di
RB Harapan Bunda Surakarta tingkat pengetahuan baik sebanyak 7
responden (21,9%),
2. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di
RB Harapan Bunda Surakarta tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19
responden (59,4%)
3. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di
RB Harapan Bunda Surakarta tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6
responden (18,7%)
B. Saran
1. Bagi Responden
Diharapkan untuk memeriksakan kesehatan sejak kehamilan sehingga
diketahui tanda bahaya bayi baru lahir sejak dini, bayi akan lebih cepat
mendapat pertolongan sehingga dapat mencegah kematian bayi dan
diharapkan ibu lebih aktif mencari informasi tentang tanda bahaya bayi
baru lahir.
50
2. Bagi RB Harapan Bunda Surakarta
Diharapkan tenaga RB Harapan Bunda Surakarta meningkatkan
konseling maupun penyuluhan-penyuluhan tentang tanda bahaya bayi
baru lahir pada ibu nifas sehingga ibu lebih mengerti dan segera
membawa bayinya jika terdapat tanda bahaya bayi baru lahir.
3. Penelitian selanjutnya
Diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang senjenis dengan
menambah variabel dan jumlah sampel penelitian sehingga didapatkan
hasil penelitian yang lebih baik.