Tinea Capitis-responsi.docx

download Tinea Capitis-responsi.docx

of 15

Transcript of Tinea Capitis-responsi.docx

RESPONSI

TINEA CAPITIS

Disusun Oleh:Hernowo Setyo UtomoG99142116

Pembimbing: dr. Nugrohoaji Dharmawan, SpKK, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDISURAKARTA2015STATUS RESPONSIILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing: dr. Nugrohoaji Dharmawan, SpKK, M.KesNama Mahasiswa: Hernowo Setyo UtomoNIM: G99142116

TINEA CAPITIS

I. PENDAHULUANInfeksi jamur dapat superfisial, subkutan dan sistemik, tergantung pada karakteristik dari host. Dermatofita merupakan kelompok jamur yang terkait secara taksonomi. Kemampuan mereka untuk membentuk lampiran molekul kertatin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi memungkinkan mereka untuk berkoloni pada jaringan keratin, masuk ke dalam stratum korneum dan epidermis, rambut, kuku dan jaringan pada hewan. Infeksi superfisial yang disebabkan oleh dermatofit yang disebut dermatofitosis dimana dermatimikosis mengacu pada infeksi jamur . (Clayton YM, 2006)Banyak cara untuk mengklasifikasikan jamur superfisial, tergantung habitat dan pola infeksi. Organisme geofilik berasal dari tanah dan hanya sesekali menyerang manusia,biasanya melalui kontak langsung dengan tanah. Tinea kapitis adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh jamur dermatofit. (Clayton YM, 2006)Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans. adalah infeksi dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata karena spesies Microsporum dan Trichophyton. Penyakitnya bervariasi dari kolonisasi subklinis non inflamasi berskuama ringan sampai penyakit yang beradang ditandai dengan produksi lesi kemerahan berskuama dan alopesia (kebotakan) yang mungkin menjadi beradang berat dengan pembentukan erupsi kerion ulseratif dalam. Ini sering menyebabkan pembentukan keloid dan skar dengan alopesia permanen. Tipe timbulnya penyakit tergantung pada interaksi pejamu dan jamur penyebab. (Nelson MM et al, 2003)Tinea kapitis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofit (biasanya berasal dari spesies microsporum dan trichophyton) yang terjadi pada folikel rambut kulit kepala dan kulit sekitarnya

II. EPIDEMIOLOGIInsidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada anak-anak 3-14 tahun jarang pada dewasa, kasus pada dewasa karena infeksi T. tonsurans dapat dijumpai misalkan pada pasien AIDS dewasa. Transmisi meningkat dengan berkurangnya higiene sanitasi individu, padatnya penduduk, dan status ekonomi rendah. Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis di Medan 0,4% (1996 -1998), RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 -1991) dan Semarang 0,2%.5 Secara umum pasien tinea kapitis terbanyak pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33%, anak laki-laki lebih banyak (54,5%) dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot jarang diketemukan. Spesies penyebab Microsporum gypseum (geofilik), Microsporum ferrugineum (antropofilik) dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai pada hewan kucing, anjing, sapi, kambing, babi, kuda, binatang pengerat dan kera 3).III. ETIOPATOGENESISSpesies dermatofit umumnya dapat sebagai penyebab, kecuali E. floccosum, T. concentricum dan T. mentagrophytes var. interdigitale (T. interdigitale) yang semuanya jamur antropofilik tidak menyebabkan tinea kapitis dan T. rubrum jarang. Tiap negara dan daerah berbeda-beda untuk spesies penyebab tinea kapitis , juga perubahan waktu dapat ada spesies baru karena penduduk migrasi. Spesies antropofilik (yang hidup di manusia) sebagai penyebab yang predominan. (Nelson MM et al, 2003)Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang rambut dan dibatang rambut bawak kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen saja sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamsons fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan membagi menjadi artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop hanya artrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa intrapilari ada juga.Patogenesis infeksi endotrik (didalam rambut) sama kecuali kutikula tidak terkena1 dan artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding folikuler hilang meninggalkan titik hitam kecil (black dot). Infeksi endotrik juga lebih kronis karena kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen. (Nelson MM et al, 2003)

IV. MANIFESTASI KLINISManifestasi klinis tergantung etiologinya:1. Bentuk Non- inflamasi, manusia atau epidemikUmumnya karena jamur ektotriks antropofilik, M. audouinii di Amerika dan Eropa namun sekarang jarang atau M. ferrugineum di Asia. Lesi mula-mula berupa papula kecil yang eritematus, mengelilingi satu batang rambut yang meluas sentrifugal mengelilingi rambut-rambut sekitarnya. Biasanya ada skuama, tetapi keradangan minimal. Rambut-rambut pada daerah yang terkena berubah menjadi abu-abu dan kusam sekunder dibungkus artrokonidia dan patah beberapa milimeter diatas kepala . Seringkali lesinya tampak satu atau beberapa daerah yang berbatas jelas pada daerah oksiput atau leher belakang. Kesembuhan spontan biasanya terjadi pada infeksi Microsporum. Ini berhubungan dengan mulainya masa puber yang terjadi perubahan komposisi sebum dengan meningkatnya asam lemak-lemak yang fungistatik, bahkan asam lemak yang berantai medium mempunyai efek fungistatik yang terbesar. Juga bahan wetting (pembasah) pada shampo merugikan jamur seperti M. audouinii. 2. Bentuk inflamasiBiasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M. canis) atau geofilik (M. gypseum). Keradangannya mulai dari folikulitis pustula sampai kerion yaitu pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut yang patah-patah dan lubang-lubang folikular yang mengandung pus. Inflamasi seperti ini sering menimbulkan alopesia yang sikatrik. Lesi keradangan biasanya gatal dan dapat nyeri, limfadenopati servikal, panas badan dan lesi tambahan pada kulit halus.3. Tinea Kapitis black dotBentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu T. onsurans atau T. violaceum. Rontok rambut dapat ada atau tidak. Bila ada kerontokan rambut maka rambut-rambut patah pada permukaan kepala hingga membentuk gambaran kelompok black dot. Biasanya disertai skuama yang difus; tetapi keradangannya bervariasi dari minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti furunkel sampai kerion. Daerah yang terkena biasanya banyak atau poligonal dengan batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-jari yang membuka. Rambut-rambut normal biasanya masih ada dalam alopesianya.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Pemeriksaan Lampu Wood

Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M. ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada manusia memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu1 yaitu M. gypsium dan spesies Trichophyton (kecuali T. schoenleinii penyebab tinea favosa memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi. (Nelson MM et al, 2003)b. Pemeriksaan sediaan KOHKepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel. Juga kasa basah digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek patahan rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di objek glas selain skuama, KOH 20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Hanya potongan rambut pada kepala harus termasuk akar rambut, folikel rambut dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi hifa dan artrokonidia. Yang menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh karena rambut-rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur. Pada pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu pecahan miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat dibawah kutikula rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut.c. KulturMemakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur. Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic (Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh karena ada bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit positif.VI. DIAGNOSIS BANDINGTinea Kapitis dapat di diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang diantaranya :1. Dermatosis seboroikGambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat yang seboroik. Psoriasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat skuama yang berlapis-lapis berwarna putih seperti mika disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda. Dermatitis seboroik biasanya pada alis, sudut nasolabial, telinga, daerah sternum dan fleksor. Sedangkan psoriasis banyak terdapat pada daerah-daerah ekstensor, yaitu siku, lutut dan scalp. (Luigi et al, 2009)

Dermatitis Seboroik pada wajah.Tampak makula eritema dengan dengan skuama kekuningan.2. Dermatitis atopikDermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala dengan skuama kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan kerontokan rambut, bila ada biasanya karena trauma sekunder karena garukan kepala yang gatal. Disertai lesi dermatitis atopik di daerah lain.3. Psoriasis Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan rambut-rambut tidak patah. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga meningkatnya menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan kecepatan rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis terjadi pada anak kurang dari 10 tahun dan 50% mengenai kepala , dan sering dijumpai lesi psoriasis anak terjadi pada kepala.4. Alopesia areataAlopesia areata mempunyai tepi yang eritematus pada stadium permulaan, tetapi dapat berubah kembali ke kulit normal. Juga jarang ada skuama dan rambut-rambut pada tepinya tidak patah tetapi mudah dicabut. (Luigi et al, 2009)

VII. PENATALAKSANAAN1. Penatalaksanaan Umum a. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan pakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau lebik baik dibuangb. Menjaga hygiene pribadic. Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala.( Nasution et al, 2004)2. Terapi Medis A. Terapi UtamaTablet GriseofulvinSebagai Gold StandardDosis : a. Tablet microsize (125, 250, 500mg)20 mg / Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggub. Tablet ultramicrosize (330mg)15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 mingguDiminum bersama susu atau es krim oleh karena absorbsinya dipercepat dengan makanan berlemak. Semua baik untuk karena Microsporum maupun Trichophyton.Pemberian pertama untuk 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan lampu Wood, KOH dan kultur. Bila masih ada yang positif maka sebaiknya dosis dinaikkan. Bila hasil negatif maka obat diteruskan sampai 6 minggu. Bila hasil kultur negatif terbaik diteruskan 4-6 minggu. Pemeriksaan laboratorioum rutin tidak diperlukan. Kegagalan pengobatan tinea kapitis dengan griseofuvin dapat disebabkan karena :- dosis tidak adekwat (sebab tersering) maka sebaiknya dosis dinaikkan dapat sampai 25 mg/Kg BB/ hari terutama untuk kasus sulit sembuh.3- pasien tidak patuh- gangguan absorbsi pencernaan-Interaksi obat, bersamaan phenobarbital mengurangi absorbsi griseofuvin menyebabkan kegagalan terapi14.- jenis dermatofit yang resisten terhadap griseofuvin- Terjadi reinfeksi terutama dari anggota keluarga atau teman bermain.(Higgins et al,, 2000)Kapsul Itrakonazol (100 mg)a. Dosis 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6 minggub.Terapi denyut dosis 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu, istirahat 2 minggu/siklus bila belum sembuh diulang dapat sampai 2-3 siklus. Bersifat fungisidal sekunder oleh karena terjadi fungitoksik. Sama efektifnya untuk karena Microsporum canis maupun Trichophyton. Tidak boleh diminum bersama antasida atau H2 blocker oleh karena absorbsinya perlu suasana asam. Bila diberikan bersama phenytoin dan H2 antagonis akan meningkatkan kadar kedua obat tersebut. Sedang kadar Itrakonazol akan lebih rendah bila diberikan bersamaan rifampisin, isoniasid, phenytoin dan karbamazepin. Monitor laboratorium fungsi hepar dan darah lengkap bila pemakaian lebih 4 minggu.Tablet Terbinafin (tablet 250 mg) - bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit- dosis 3-6mg/KgBB/ hari selama 4 minggu :< 20 mg : 62,5 mg (1/4 tablet)/ hari20-40 mg : 125 mg (1/2 tablet)/ hari> 40 mg : 250 mg/ hariBila karena M. canis perlu 6-8 minggu, lebih sukar untuk dibasmi daripada karena Trichophyton oleh karena virulensinya atau karena infeksi ektotriknya masih belum diketahui. Diberikan untuk anak umur > 2 tahun. Monitor laboratorium fungsi liver dan darah lengkap diperiksa bila pemakaian lebih 6 minggu. (Higgins et al, 2000)Tablet FlukonazolSebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea kapitis namun tidak lebih superior daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan untuk infeksi mukosa dan infeksi sistemik pada kasus Kandidiasis, dan Kriptokokosis, terutama pada pasien imunokompromais. Flukonazol lebih cepat resisten dibanding obat jamur lain, sedangkan untuk tinea kapitis, flukonazol tidak lebih superior, sehingga sebaiknya flukonazol digunakan untuk kasus selektif. Dosisnya 8 mg/Kg BB/minggu selama 8-16 minggu. Efektif untuk Microsporum maupun Trichophyton. (Higgins et al, 2000)

B. Terapi AjuvanShampoShampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah kekambuhan dan mencegah penularan, serta membuang skuama dan membasmi spora viabel, diberikan sampai sembuh klinis dan mikologis :a. Shampo selenium zulfit 1% - 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru dicucib. Shampo Ketokonazole 1% - 2% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru dicucic. Shampo povidine iodine dipakai 2 kali / minggu selama 15 menitSetelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair Conditioner dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu menit baru dicuci air. Hal ini untuk membuat rambut tidak kering.Juga shampo ini dipakai untuk karier asimptomatik yaitu kontak dekat dengan pasien, seminggu 2 kali selama 4 minggu. Karena asimptomatik lebih menyebarkan tinea kapitis disekolah atau penitipan anak yang kontak dekat dengan karier daripada anak-anak yang terinfeksi jelas. (Herbert et al, 1983)

C. Terapi KerionPengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat oral antibiotika dan kortikosteroid sebagai terapi ajuvan dengan griseofulvin Beberapa penelitian menyatakan :a. kerion lebih cepat kempes dengan kelompok yang menerima griseofulvin sajab. sedangkan skuama dan gatal lebih cepat bersih / hilang dengan kelompok yang menerima ke 3 obat yaitu griseofuvin, antibiotika dan kortikosteroid oralc. Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga bermanfaat menyembuhkan nyeri dan pembengkakan. Dosis prednison 1 mg/Kg BB/pagi untuk 10-15 hari pertama terapid. Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama bila dijumpai banyak krusta (Nelson et al, 2003)

CI. KOMPLIKASI1. Infeksi sekunder2. Alopesia sikatrik permanen3. Kambuh (Nasution et al, 2004)

VIII. PROGNOSISPrognosis baik jika mendapat terapi yang efektif namun angka kekambuhan dan perbaikan spontan tidak dapat diduga sebelumnya. Belum pernah dilaporkan kematian karena kasus ini, tetapi biasanya angka kesakitan pasien akan meningkat akibat seringnya kekambuhan dari penyakit. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya penyakit, yaitu yang zoofilik (M. canis, T. mentagrophytes dan T. verrucosum). Dilaporkan juga kekambuhan dalam 8 minggu setelah inisiasi pemberian griseofulvin tanpa terapi adjuvan yang diulang tiap 1 atau 2 minggu sekali. Rambut dapat beregenerasi dengan cepat apabila dermatofitosis dapat diatasi dengan baik. (Nasution et al, 2004)

IX. KESIMPULANTinea kapitis adalah infeksi yang sering terjadi pada anak-anak dengan bermacam macam gejala klinis. Keadaan penduduk yang padat menyimpan jamur penyebab dan adanya karier asimtomatis yang tidak diketahui menyebabkan prevalensi penyakit.( Clayton et al, 2006)Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman, sebagai obat lini pertama (gold standard). Obat lini kedua yaitu Itrakonazol, terbinafin atau kalau terpaksa dengan flukonazol diberikan untuk pasien yang tidak sembuh dengan griseofuvin, atau dapat sebagai obat jamur lini pertama. Terapi ajuvan dengan shampo anti jamur untuk membasmi serpihan (fomites) yang terinfeksi, mengevaluasi serta penanganan kontak yang dekat dengan pasien. (Nasution et al, 2004)

DAFTAR PUSTAKA

Clayton YM, Moore MK. Superficial Fungal Infection. Dalam : Harper J; Oranje A, Prose N. editors. Textbook of Pediatric Dermatology. 2nd ed. Massachusetts. Blackwell Publishing, 2006 : p 542-56.Cohen BA. Pediatric Dermatology 3rd ed. Philadelphia; Elsevier Mosby, 2005.Fanny Lanternier, Saad Pathan, Quentin BV, et al. (2013). Deep Dermatophytosis and Inherited CARD9 Deficiency. N Engl J Med Volume 369: p1704-1714Hebert AA. Diagnosis and treatment of tinea capitis in children. Dermatol Ther 1997; 2 : 78-83Herbert BA, Paul JH, James JL, et al (1982). Selenium sulfide : Adjunctive Therapy for Tinea Capitis. Pediatrics Vol 69 No 1 January 1982: p81-85Higgins EM, Fuller LC, Smith CH (2000). Guidelines for The Management of Tinea Capitis. British Journal of Dermatology Volume 143: p53-58Loura Aztori, Nicola Azte, Monica Pau (2014). Tinea Capitis in Adults. Journal of Symptomp and Signs Volume 3 Number 5. Department of Medical Science University of Cagliari : p 392-398Luigi Naldi. Alfredo Rebora (2009). Seborrheic Dermatitis. N Engl J Med Volume 360:p387- 369Nasution MA, Muis K, Rusmawardiana. Tinea Kapitis. Dalam : Budimulya U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S. editor. Dermatomikosis Superfisialis cetakan ke 2. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2004 : h.24-30Nelson MM; Martin AG, Heffernan MP. Superficial Fungal infection : Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 6th ed. New York Mc Graw Hill, 2003 : p 1989-2005..

STATUS RESPONSII. ANAMNESISA. IdentitasNama: Ny.PUmur: 43 tahunJenis kelamin: PerempuanAgama: IslamAlamat: SurakartaTanggal periksa: 25 Mei 2015No rekam medik: 01 29 xx xxB. Keluhan utamaGatal dan botak di ubun-ubunC. Riwayat penyakit sekarangPasien datang ke Poli Kulit RSDM tanggal 15 Juni 2015 dengan keluhan sejak 1 tahun yang lalu muncul pitak dan kecil di ubun-ubun dan terasa gatal hilang timbul. Gatal bertambah saat berkeringat. namun pasien tidak berobat. Kurang lebih 5 bulan yang lalu pitak tersebut meluas disertai gatal pada bagian tersebut, pasien juga mengeluhkan kulit kepala pada bagian tersebut menebal dan bersisik. Pasien memeriksakan diri ke dokter praktik umum sekitar 4 bulan yang lalu dikatakan alergi semir rambut dan diberikan obat oral dan salep serta dianjurkan untuk menghentikan pemakaian semir rambut yang sudah 5tahun digunakan pasien namun keluhan tidak membaik dan pitak semakin luas sehingga mengganggu pasien. Diketahui bahwa pasien tidak memelihara hewan namun di sekitar rumah pasien terdapat kucing dan anjing,D. Riwayat penyakit dahuluRiwayat penyakit serupa: (-)E. Riwayat penyakit keluargaRiwayat penyakit serupa pada keluarga: disangkalF. Riwayat kebiasaanKeramas: 3x seminggu

II. PEMERIKSAAN FISIKA. Status generalisKeadaan umum: baik, kompos mentis, gizi kesan baikBB: 52kgVital sign : TD = 120/80 mmHg HR = 76x/menit RR = 22x/menit T = 36,8o CKepala: lihat status dermatologiMata: dalam batas normalMulut: dalam batas normalWajah: dalam batas normalTruncusAnterior: dalam batas normalTruncusPosterior: dalam batas normalEkstremitas atas: dalam batas normalEkstremitas bawah: dalam batas normalB. Status dermatologi Regio scalp :Tampak patch eritematosa dengan skuama di atasnya disertai alopesia.III. DIAGNOSIS BANDINGTinea capitisDermatitis seboroikScalp psoriasis

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan KOH : (+) tampak spora ektotrik

Spora jamur ektotrik Lampu wood : (+) berwarna kuning kehijauan

V. PLANKultur VI. DIAGNOSIS KERJATinea Capitis tipe gray patch

VII. TERAPI Griseofulvin 20-25mg/kgBB Sediaan : tablet 125mg dan 500mgDosis perhari : 1000mgCara minum : 2x 500mg perhari.

VIII. PROGNOSISAd vitam: bonamAd sanam: bonamAd fungsionam: bonamAd kosmetikam: bonam

13