Tinea Capitis Case (Print)

29
REFERAT TINEA KAPITIS Wendy Ardiansyah, S.Ked. 70 2008 038 Pembimbing Dr. Riliani Hastuti, Sp.PK DEPARTEMEN KULIT KELAMIN RUMAH SAKIT KUSTA DR. RIVAI ABDULLAH

description

case

Transcript of Tinea Capitis Case (Print)

Page 1: Tinea Capitis Case (Print)

REFERAT

TINEA KAPITIS

Wendy Ardiansyah, S.Ked.70 2008 038

PembimbingDr. Riliani Hastuti, Sp.PK

DEPARTEMEN KULIT KELAMINRUMAH SAKIT KUSTA DR. RIVAI ABDULLAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2013

Page 2: Tinea Capitis Case (Print)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

April 2013

HALAMAN PENGESAHAN

Telaah Ilmiah berjudul

TINEA KAPITIS

Oleh:

Wendy Ardiansyah, S.Ked

telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan

Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran

Muhammadiyah Palembang

Palembang, April 2013

Dosen Pembimbing

Dr. Riliani Hastuti, Sp.KK

ii

Page 3: Tinea Capitis Case (Print)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas nikmat dan

karunia-Nya. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan selama pengerjaan referat,

yang berjudul “Tinea Kapitis”, ini kepada dr. Riliani Hastuti, Sp.KK dan terakhir,

bagi semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, rela

maupun tidak rela, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis haturkan

terima kasih atas bantuannya hingga referat ini dapat terselesaikan. Semoga bantuan

yang telah diberikan mendapatkan imbalan setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa didalam referat ini masih banyak kekurangan baik

itu dalam penulisan maupun isi referat. Karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun demi sempurnanya referat ini. Penulis berharap referat ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, April 2013

Penulis

iii

Page 4: Tinea Capitis Case (Print)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iiKATA PENGANTAR ………………………………………………………. iiiDAFTAR ISI ..................................................................................................... ivDAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… v

BAB I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Definisi……………………….…………………………………………… 32.2. Epidemiologi……........................................................................................ 32.3. Etiologi dan Patogenesis ….………………………………………………. 42.4. Manifestasi Klinis………………….……………………………………… 62.5. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………… 72.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding ..……………………………………….. 82.7. Tatalaksana ……………………………………………………………….. 102.9. Prognosis ..……………………………………………………………….. 10

BAB III. KESIMPULANKesimpulan …………………………………………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA

iv

Page 5: Tinea Capitis Case (Print)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan dan sistemik, tergantung pada

karakteristik dari host. Dermatofit merupakan kelompok jamur yang terkait secara

taksonomi. Kemampuan mereka untuk membentuk lampiran molekul kertatin dan

menggunakannya sebagai sumber nutrisi memungkinkan mereka untuk berkoloni

pada jaringan keratin, masuk ke dalam stratum korneum dan epidermis, rambut,

kuku dan jaringan pada hewan. Infeksi superfisial yang disebabkan oleh

dermatofit yang disebut dermatofitosis dimana dermatimicosis mengacu pada

infeksi jamur 1.

Banyak cara untuk mengklasifikasikan jamur superfisial, tergantung habitat

dan pola infeksi. Organisme geofilik berasal dari tanah dan hanya sesekali

menyerang manusia, biasanya melalui kontak langsung dengan tanah. Tinea

kapitis adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh jamur dermatofit.

Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes

tonsurans. 1,2 adalah infeksi dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata

karena spesies Microsporum dan Trichophyton.1 Penyakitnya bervariasi dari

kolonisasi subklinis non inflamasi berskuama ringan sampai penyakit yang

beradang ditandai dengan produksi lesi kemerahan berskuama dan alopesia

(kebotakan) yang mungkin menjadi inflamasi berat dengan pembentukan erupsi

kerion ulseratif dalam. Ini sering menyebabkan pembentukan keloid dan skar

dengan alopesia permanen. Tipe timbulnya penyakit tergantung pada interaksi

pejamu dan jamur penyebab.1

1

Page 6: Tinea Capitis Case (Print)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Tinea kapitis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofit

(biasanya berasal dari spesies microsporum dan trichophyton) yang terjadi pada

folikel rambut kulit kepala dan kulit sekitarnya. Kelainan ini ditandai dengan lesi

bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang kadang terjadi gambaran klinis

yang lebih berat yaitu kerion

2.2. Epidemiologi

Lebih sering menyerang balita dan anak-anak (6-10 tahun)

Lebih sering menyerang ras kulit putih daripada ras kulit hitam

Frekuensi tinea kapitis pada laki-laki dan wanita sama

Di Amerika dan Eropa, tinea capitis disebabkan oeh T.tonsurans. Di eropa

timur, eropa selatan dan afrika utara, tinea capitis disebabkan oleh

T.violaceum.

Penularannya bisa dari manusia ke manusia atau dari hewan ke manusia.

2.3. Etiologi

Spesies jamur yang dapat meyebabkan tinea capitis yaitu T.tonsurans,

M.canis, M.audouinii, M.gypseum, T.mentagrophytes, T.rubrum, T.violaceum

dan lain-lain. Ada pula spesies jamur yang tidak menyebabkan tinea capitis yaitu

T.concentricum dan T. mentagrophytes var. interdigitale (T. interdigitale). Tiap

negara dan daerah berbeda-beda untuk spesies penyebab tinea kapitis. Spesies

jamur antropofilik (yang hidup di manusia) biasanya sebagai penyebab yang

predominan.

2.4. Patogenesis

Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum korneum

perifolikulitis, menyebar sekitar batang rambut dan dibatang rambut bawah

2

Page 7: Tinea Capitis Case (Print)

kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen saja3 sebelum turun ke folikel

rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke

batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses

keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada

daerah batas ini disebut Adamson’s fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan

membagi menjadi artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas

pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut,

dimana rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop hanya

artrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa

intrapilari ada juga.3

Patogenesis infeksi endotrik (didalam rambut) sama kecuali kutikula tidak

terkena1 dan artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan

keratin intrapilari dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya

sangat rapuh dan patah pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding

folikuler hilang meninggalkan titik hitam kecil (black dot).3 Infeksi endotrik juga

lebih kronis karena kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase

telogen. 3

3.5. Manifestasi Klinik

Grey Patch Ringworm

Merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh Microsporum dan

sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul eritem di

sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat

dan bersisik. Penderita mulai merasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu

dan tidak mengkilat. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya,

sehingga mudah dicabut tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut

terserang jamur, sehingga menyebabkan alopesia setempat. Tempat-tempat

ini terlihat sebagai grey patch. Pada pemeriksaan dengan lampu wood dapat

dilihat flouresensi hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit

melampaui batas grey patch tersebut. Tinea kapitis yang disebabkan oleh

Microsporum audouini biasanya disertai tanda peradangan ringan dan kadang

terjadi kerion.

3

Page 8: Tinea Capitis Case (Print)

Kerion

Reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan yang

menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat disekitarnya.

Biasanya disebabkan oleh M. Canis dan M. Gypseum. Kelainan ini

menyebabkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan

parut yang menonjol kadang terbentuk.

Black Dot Ringworm

Biasanya disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton

violaceum. Gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh

genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi mudah patah, tepat pada

muara folikel dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora.

Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberikan gambara

yang khas yaitu black dot. Ujung rambut yang patah, kalu tumbuh kadang-

kadang masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan

pengerokan atau irisan kulit untuk mendapatkan biakan jamur.

3.6. Diagnosis Banding

a. Dermatitis seboroik

Peradangan yang biasanya terjadi pada sebelum usia 1 tahun atau

sesudah pubertas yang berhubungan dengan rangsangan kelenjar sebasea.

Tampak eritema dengan skuama diatasnya sering berminyak, rambut yang

terkena biasanya difus, tidak setempat. Rambut tidak patah. Distribusi

umumnya di kepala, leher dan daerah-daerah pelipatan. Alopesia

sementara dapat terjadi dengan penipisan rambut daerah kepala, alis mata,

bulu mata atau belakang telinga. Sering tampak pada pasien penyakit

syaraf atau immunodefisiensi.

b. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik yang berat dan luas mungkin mengenai kepala

dengan skuama kering putih dan halus. Khas tidak berhubungan dengan

kerontokan rambut, bila ada biasanya karena trauma sekunder karena

garukan kepala yang gatal. Disertai lesi dermatitis atopik di daerah lain.

4

Page 9: Tinea Capitis Case (Print)

c. Psoriasis

Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos

berbatas jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, dan

rambut tidak patah. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga

meningkatnya menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan kecepatan

rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis terjadi pada anak kurang 10

tahun dan 50% mengenai kepala, dan sering lesi psoriasis anak terjadi

pada kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu diagnosis psoriasis.

d. Alopesia areata

Mempunyai tepi yang eritematus pada stadium permulaan, tetapi

dapat berubah kembali ke kulit normal. Juga jarang ada skuama dan

rambut-rambut pada tepinya tidak patah tetapi mudah dicabut.

3.7. Diagnosis

1. Gejala Klinis

Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila pada anak-anak dengan kulit

kepala berskuama, alopesia, limfadenopati servikal posterior atau limfadenopati

aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk pustul atau abses, dissecting

cellulitis atau black dot.

2. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Lampu Wood

Rambut yang tampak dengan jamur M. canis, M. audouinii dan M.

ferrugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya

bahan pteridin. Jamur lain penyebab tinea kapitis pada manusia

memberikan fluoresen negatif artinya warna tetap ungu yaitu M. gypsium

dan spesies Trichophyton (kecuali T. schoenleinii penyebab tinea favosa

memberi fluoresen hijau gelap). Bahan fluoresen diproduksi oleh jamur

yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi.

b. Pemeriksaan sediaan KOH

5

Page 10: Tinea Capitis Case (Print)

Kepala dikerok dengan objek glas, atau skalpel no.15. Juga kasa

basah digunakan untuk mengusap kepala, akan ada potongan pendek

patahan rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di objek glas

selain skuama, KOH 20% ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Hanya

potongan rambut pada kepala harus termasuk akar rambut, folikel rambut

dan skuama kulit. Skuama kulit akan terisi hifa dan artrokonidia. Yang

menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh karena rambut-

rambut yang lebih panjang mungkin tidak terinfeksi jamur. Pada

pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu

pecahan miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat

dibawah kutikula rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi

endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium

didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut.

c. Kultur

Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan

digosokkan diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril

dipakai untuk menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di

kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur.

Spesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic

(Sabourraud dextrose agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau

Dermatophyte test medium (DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh

jamurnya. Dengan DTM ada perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh

karena ada bahan fenol di medianya, walau belum tumbuh jamurnya

berarti jamur dematofit positif.

3.8. Komplikasi

1. Infeksi sekunder

2. Alopesia sikatrik permanen

3. Kambuh

6

Page 11: Tinea Capitis Case (Print)

4. Reaksi Id. Pada tinea kapitis biasanya reaksi Id-nya lebih mengenai badan.

3.9 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Umum

a. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah

infeksi pada anak-anak lain.

b. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur

c. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi,

handuk, sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.

d. Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/

rumah sakit bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai

skuama. Dapat diperiksa dengan lampu Wood.

e. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering

perlu 3-6 bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan

alopesia permanen.

f. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka

dan pakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun14

atau lebik baik dibuang

g. Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo,

pasien dapat pergi ke sekolah.

h. Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup

kepala.

2. Terapi Medis

a. Terapi Utama

Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah sediaan

bentuk likuid, terasa enak, terapi singkat, keamanan yang baik dan sedikit

interaksi antar obat.

Tablet Griseofulvin

Sebagai Gold Standard

Dosis :

7

Page 12: Tinea Capitis Case (Print)

a. Tablet microsize (125, 250, 500mg)

20 mg / Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu

b. Tablet ultramicrosize (330mg)

15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu

Diminum bersama susu atau es krim oleh karena absorbsinya dipercepat

dengan makanan berlemak. Semua baik untuk karena Microsporum maupun

Trichophyton.

Pemberian pertama untuk 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan

lampu Wood, KOH dan kultur. Bila masih ada yang positif maka sebaiknya dosis

dinaikkan. Bila hasil negatif maka obat diteruskan sampai 6 minggu13. Bila hasil

kultur negatif terbaik diteruskan 4-6 minggu. Pemeriksaan laboratorioum rutin

tidak diperlukan. Kegagalan pengobatan tinea kapitis dengan griseofuvin dapat

disebabkan karena :

- dosis tidak adekwat (sebab tersering) maka sebaiknya dosis dinaikkan dapat

sampai 25 mg/Kg BB/ hari terutama untuk kasus sulit sembuh.

- pasien tidak patuh

- gangguan absorbsi pencernaan

- Interaksi obat, bersamaan phenobarbital mengurangi absorbsi griseofuvin

menyebabkan kegagalan terapi.

- jenis dermatofit yang resisten terhadap griseofuvin

- Terjadi reinfeksi terutama dari anggota keluarga atau teman bermain.

Kapsul Itrakonazol (100 mg)

a. Dosis 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6 minggu

b.Terapi dosis 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu, istirahat 2 minggu/siklus bila

belum sembuh diulang dapat sampai 2-3 siklus.

Bersifat fungisidal sekunder oleh karena terjadi fungitoksik. Sama

efektifnya untuk karena Microsporum canis maupun Trichophyton. Tidak boleh

diminum bersama antasida atau H2 blocker oleh karena absorbsinya perlu suasana

asam. Bila diberikan bersama phenytoin dan H2 antagonis akan meningkatkan

kadar kedua obat tersebut. Sedang kadar Itrakonazol akan lebih rendah bila

8

Page 13: Tinea Capitis Case (Print)

diberikan bersamaan rifampisin, isoniasid, phenytoin dan karbamazepin. Monitor

laboratorium fungsi hepar dan darah lengkap bila pemakaian lebih 4 minggu.

Tablet Terbinafin (tablet 250 mg)

- bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit

- dosis 3-6mg/KgBB/ hari selama 4 minggu :

< 20 mg : 62,5 mg (1/4 tablet)/ hari

20-40 mg : 125 mg (1/2 tablet)/ hari

> 40 mg : 250 mg/ hari

Bila karena M. canis perlu 6-8 minggu, lebih sukar untuk dibasmi daripada

karena Trichophyton oleh karena virulensinya atau karena infeksi ektotriknya

masih belum diketahui. Diberikan untuk anak umur > 2 tahun4. Monitor

laboratorium fungsi liver dan darah lengkap diperiksa bila pemakaian lebih 6

minggu.

Tablet Flukonazol

Sebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea kapitis namun tidak

lebih superior daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan untuk infeksi mukosa

dan infeksi sistemik pada kasus Kandidiasis, dan Kriptokokosis, terutama pada

pasien imunokompromais. Flukonazol lebih cepat resisten dibanding obat jamur

lain, sedangkan untuk tinea kapitis, flukonazol tidak lebih superior, sehingga

sebaiknya flukonazol digunakan untuk kasus selektif. Dosisya 8 mg/Kg

BB/minggu selama 8-16 minggu. Efektif untuk Microsporum maupun

Trichophyton.

b. Terapi Ajuvan

Shampo

Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah

kekambuhan dan mencegah penularan, serta membuang skuama dan membasmi

spora viabel, diberikan sampai sembuh klinis dan mikologis :

9

Page 14: Tinea Capitis Case (Print)

a. Shampo selenium zulfit 1% - 1,8% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5

menit baru dicuci

b. Shampo Ketokonazole 1% - 2% dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit

baru dicuci

c. Shampo povidine iodine dipakai 2 kali / minggu selama 15 menit

Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair

Conditioner dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu menit baru dicuci air. Hal

ini untuk membuat rambut tidak kering.

Juga shampo ini dipakai untuk karier asimptomatik yaitu kontak dekat

dengan pasien, seminggu 2 kali selama 4 minggu. Karena asimptomatik lebih

menyebarkan tinea kapitis disekolah atau penitipan anak yang kontak dekat

dengan karier daripada anak-anak yang terinfeksi jelas.

Terapi Kerion

Pengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat oral

antibiotika dan kortikosteroid sebagai terapi ajuvan dengan griseofulvin. Beberapa

penelitian menyatakan :

a. kerion lebih cepat kempes dengan kelompok yang menerima griseofulvin saja

b. sedangkan skuama dan gatal lebih cepat bersih / hilang dengan kelompok

yang menerima ke 3 obat yaitu griseofuvin, antibiotika dan kortikosteroid

oral

c. Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga bermanfaat

menyembuhkan nyeri dan pembengkakan. Dosis prednison 1 mg/Kg BB/pagi

untuk 10-15 hari pertama terapi.

d. Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama bila dijumpai banyak

krusta.

3.10. Prognosis

Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya

permulaan dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya

penyakit, yaitu yang zoofilik (M. canis, T. mentagrophytes dan T. verrucosum).

10

Page 15: Tinea Capitis Case (Print)

Infeksi ektotrik sembuh selama perjalanan normal penyakit tanpa pengobatan.

Namun pasien menyebarkan jamur penyebab kelain anak selama waktu infeksi1.9 Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa. T.

violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vektor untuk

menyebarkan penyakit dalam keluarga dan masyarakat1, pasien seharusnya cepat

diobati secara aktif untuk mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya1.

BAB III

KESIMPULAN

11

Page 16: Tinea Capitis Case (Print)

Tinea kapitis adalah infeksi yang sering terjadi pada anak-anak dengan

bermacammacam gejala klinis. Keadaan penduduk yang padat menyimpan jamur

penyebab dan adanya karier asimtomatis yang tidak diketahui menyebabkan

prevalensi penyakit.14

Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman, sebagai obat

lini pertama (gold standard). Obat lini kedua yaitu Itrakonazol, terbinafin atau

kalau terpaksa dengan flukonazol diberikan untuk pasien yang tidak sembuh

dengan griseofuvin, atau dapat sebagai obat jamur lini pertama. Terapi ajuvan

dengan shampo anti jamur untuk membasmi serpihan (fomites) yang terinfeksi,

mengevaluasi serta penanganan kontak yang dekat dengan pasien.14

12

Page 17: Tinea Capitis Case (Print)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rippon JW. Medical Mycology 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 1988

2. Hay RJ, Morre M. Mycology. Dalam : Champion RH, Burton JZ, Burns DA,

Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology,

6th ed Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 1277-350.

3. Nelson MM; Martin AG, Heffernan MP. Superficial Fungal infection :

Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam : Freedberg

IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine 6th ed. New York Mc Graw Hill, 2003 : p

1989-2005.

4. Clayton YM, Moore MK. Superficial Fungal Infection. Dalam : Harper J;

Oranje A, Prose N. editors. Textbook of Pediatric Dermatology. 2nd ed.

Massachusetts. Blackwell Publishing, 2006 : p 542-56.

5. Nasution MA, Muis K, Rusmawardiana. Tinea Kapitis. Dalam : Budimulya

U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S. editor.

Dermatomikosis Superfisialis cetakan ke 2. Jakarta, Balai Penerbit FKUI,

2004 : h.24-30.

6. Schroeder TL, Levy ML. Treatment of hair loss disorders in children.

Dermatol Ther 1997; 2 : 84-92.

7. Hebert AA. Diagnosis and treatment of tinea capitis in children. Dermatol

Ther 1997; 2 : 78-83

8. Dawber RPR, de Becker D, Wojnarowska F, Disorder of Hair. Dalam :

Champion RH, Burton JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors.

Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell

Science, 1998 : p 2869-973

9. Rowell NR, Goodfield MJD. The Connective Tissue diseases. Dalam :

Champion RH, Burton JZ, Burns DA, Breatnach SDM, editors.

Page 18: Tinea Capitis Case (Print)

Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell

Science, 1998 : p 2437-575.

10. Black MM. Lichen planus and Lichenoid Disorders. Dalam : Champion RH,

Burton JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling

Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 1899-

1926.

11. Cohen BA. Pediatric Dermatology 3rd ed. Philadelphia; Elsevier Mosby,

2005.

12. Richardson MD, Warnock DW. Fungal Infection. 3rd ed Massachusetts :

Blackwell Publishing, 2003.

13. Weston WL, Lane AT, Morelli JG. Color Textbook of Pediatric Dermatology.

3rd ed. St. louis : Mosby, 2002.

14. Mercurio MG, Elewski B. Tinea capitis treatment. Dermatol Ther 1997; 3 :

79-83.

15. Suyoso S. Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis masa kini. Dalam :

Simposium Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis masa kini, 11 Mei

2002; Surabaya; Indonesia.

16. Indranarum T, Suyoso S. Penatalaksanaan tinea kapitis. Berkala I. Penyakit

Kulit dan kelamin 2001; 13 : 30-5.

17. Paller AS, Mancini AJ, Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 3rd

ed.Philadelphia : Elsivier Saunders, 2006

18. Lab. / SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr. Soetomo.

Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press.

2007.

19. Janssen Research Council : Slide gambar dermatomikosis.

Page 19: Tinea Capitis Case (Print)

ter

Page 20: Tinea Capitis Case (Print)