TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR …/Tindak...melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,...

85
i TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ DI STASIUN TELEVISI ANTV: Sebuah Kajian Pragmatik SKRIPSI Diajukan untuk: Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh DWI PRASETYO C 0204019 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR …/Tindak...melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,...

i

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ

DI STASIUN TELEVISI ANTV: Sebuah Kajian Pragmatik

SKRIPSI

Diajukan untuk: Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh DWI PRASETYO

C 0204019

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2009

ii

TINDAK TUTUR ILOKUSI

DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ DI STASIUN TELEVISI ANTV:

Sebuah Kajian Pragmatik

Disusun oleh

DWI PRASETYO C 0204019

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum. NIP 195504091983032001

Mengetahui

Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. NIP 196206101989031001

iii

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ

DI STASIUN TELEVISI ANTV: Sebuah Kajian Pragmatik

Disusun oleh

DWI PRASETYO

C0204019

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal , …………….

Jabatan Nama

Tanda tangan

Ketua Dra.Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum

NIP 196412311994032005

………………..

Sekretaris Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum.

NIP 196806171999031002

…………………

Penguji I Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum.

NIP 195504091983032001

………………….

Penguji II Miftah Nugroho, S. S.,M.Hum.

NIP 197707252005011002

………………….

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M. A NIP 19530314198506100

iv

PERNYATAAN Nama : Dwi Prasetyo NIM : C 0204019

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi Cagur Naik Bajaj di Stasiun Televisi ANTV adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, 27 Desember 2009

Yang membuat pernyataan,

Dwi Prasetyo

v

MOTTO

Kebahagiaan dalam hidup adalah bukan karena kamu berbahagia Namun,

Kebahagiaan dalam hidup adalah karena kamu, orang lain menjadi bahagia

(Happiness in live is not because we live happily but happiness in live is because we make other people happy)

Maria Retno

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untuk orang-orang yang telah menjadi keluargaku dan saudara-

saudaraku yang memberi warna dalam mengarungi kehidupan ini

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah swt. Yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi Cagur Naik

Bajaj dalam Stasiun Televisi ANTV . Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

dan dukungan dari semua pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan sesuai dengan

waktu yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu, peneliti ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, M. A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk

menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Ahmad Taufig, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum selaku pembimbing skripsi, yang selalu

mengarahkan dan memberikan motivasi serta nasihat kepada peneliti selama

berlangsungnya penyusunan skripsi.

4. Drs. Wiranta, M. S. selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan

semangat dan nasihat selama studi di Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

5. Dosen-dosen di Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan.

viii

6. Staf Perpustakaan UNS dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kemudahan kepada

peneliti untuk membaca dan meminjam buku-buku referensi yang diperlukan

dalam penulisan skripsi ini.

7. Kedua orang tua, adik dan kakakku atas segala motivasi dan curahan kasih

sayangnya.

8. Kepada rekan-rekan angkatan 2002 (Wahyudianto, Pak Agus, Alfan, si Wel,

Rahmanto, Danang, dll), 2003 (Tanto, mbak Maria, Rena, cilik, dll) dan terutama

angkatan 2004 Gang Kobra (Achmadi joko, Damang, Pradityo, Rulis, Bayu

Djatmiko, Deni, Halfidz) dan Teman-teman KMF yang selalu memberikan

dorongan dan bantuan kepada peneliti selama kuliah di UNS.

9. Wanita yang kusayangi Riza Agustine yang telah banyak membantu dalam

berbagai hal serta selalu memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

Selain itu, tidak lupa peneliti berterima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pemerhati bahasa dan dapat

memperluas wawasan pembaca tentang kajian pragmatik khususnya yang berkaitan

dengan sinetron komedi.

Surakarta, 27 Desmber 2009

Peneliti

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………… i

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………… ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………. iii

LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………. iv

MOTTO ………………………………………………………………… v

PERSEMBAHAN …………………………………………………….... vi

KATA PENGANTAR …………………………………………………. vii

DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix

DAFTAR SINGKATAN......................................................................... xii

DAFTAR TABEL................................................................................... xiii

ABSTRAK …………………………………………………………….. xiv

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1

B. Pembatasan Masalah …………………………………………… 3

C. Perumusan Masalah ……………………………………………. 3

D. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 4

E. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 4

F. Sistematika Penelitian ………………………………………….. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR……………… 7

A. Tinjauan Pustaka……….. ……………………………………... 7

B. Landasan Teori........................................................................... 8

x

1).Definisi Pragmatik ……........................................................... 8

2). Konteks Situasi Tutur ……....................................................... 9

3). Definisi Tindak Tutur............................................................. 13

4) Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung... 18

5) Implikatur percakapan………………………………………. 21

6). Pengertian Sinetron Komedi/Humor………………………... 22

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………….. 25

A. Jenis Penelitian............................................................................. 25

B. Data dan Sumber Data................................................................... 25

C. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 26

D. Metode Analisis Data ………………………………………….. 27

BAB IV ANALISIS DATA..................................................................... 28

A. Tindak Tutur Ilokusi yang Digunakan dalam Sinetron Komedi

Cagur Naik Bajaj di Stasiun Televisi ANTV............................. 28

1. Tindak Tutur Representatif.................................................... 29

2. Tindak Tutur Direktif……………………………………… 33

3. Tindak Tutur Ekspresif……………………………………. 44

4. Tindak Tutur Komisif……………………………………… 53

B. Implikatur Percakapan pada Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”

di Stasiun Televisi ANTV........................................................... 62

1. Melarang………………………………………………….... 62

2. Menyuruh…………………...……………………………… 63

3. Memperingatkan…………………………………………… 63

xi

4. Menawarkan……………………………………………….. 64

5. Menegaskan………………………………………………... 65

BAB V PENUTUP ……………………………………………………. 66

A. Simpulan ………………………………………………………. 67

B. Saran …………………………………………………………… 68

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 69

LAMPIRAN …………………………………………………………… 1

xii

DAFTAR SINGKATAN

Sitkom : Sinetron Komedi

CNB : Cagur Naik Bajaj

CNB/1/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan

Januari.

CNB/2/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan

Januari.

CNB/1/Februari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan

Februari.

CNB/2/Februari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan

Februari.

CNB/1/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan

Maret.

CNB/2/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan

Maret.

Ket:

CNB/2/Januari

CNB : Cagur Naik Bajaj

2 : Nomor data

Januari : Bulan penayangan .

(Penomoran data selanjutnya sama dan mengikuti nomor datanya)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Fungsi Umum Tindak Tutur beserta Sifat-Sifat Kuncinya............ 13

Tabel 2 : Penggunaan Modus dalam Tindak Tutur....................................... 20

xiv

ABSTRAK

Dwi Prasetyo. C0204019. 2009. Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi ”Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yakni 1) bagaimanakah tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” ? 2) bagaimanakah implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”?

Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” 2) mendeskripsikan implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”

Jenis Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa teknik rekam, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Data dalam penelitian ini berupa semua tuturan para tokoh yang mengandung tidak tutur ilokusi dan implikatur percakapan dalam sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”. Teknik penyajian analisis menggunakan metode padan pragmatik dan berdasrkan pendekatan pragmatik.

Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal (1) ditemukan adanya tindak tutur ilokusi yang terdiri dari empat jenis tindak tutur yaitu tindak tutur representatif meliputi subtindak tutur menyatakan dan melaporkan. Tindak tutur direktif meliputi subtindak tutur mengajak, memohon, mengusulkan, menyuruh, dan menasehati. Tindak tutur komisif meliputi subtindak tutur menawarkan, menolak, mengancam, bersumpah, dan berjanji. Tindak tutur ekspresif meliputi subtindak tutur mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengkritik, menyalahkan, mengeluh, dan memuji. (2) Selain tindak tutur ilokusi juga terdapat beberapa macam implikatur percakapan. Implikatur-implikatur tersebut digunakan antara lain untuk menegaskan, menawarkan, memperingatkan, menyuruh, melarang.

xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk berpikir. Demikian tesis klasik yang ditemukan

dalam dunia filsafat. Konsekuensi logis dari tesis ini ialah bahwa manusia adalah

makhluk berbahasa. Manusia mengucapkan pikirannya lewat bahasa. Hubungan

antara sebuah bahasa dan pikirannya sangat erat. Dengan bahasa, manusia dapat

menyampaikan pikiran, gagasan, konsep baru atau juga perasaan. Manusia dapat juga

menerima pengetahuan, informasi, berita, atau pesan-pesan melalui bahasa.

Mengingat bahasa sebagai alat komunikasi, realisasi penggunaan bahasa dalam

masyarakat dapat terlihat pada media-media komunikasi, baik itu media elektronik

seperti radio dan televisi maupun media cetak seperti koran dan majalah. Salah satu

media elektronik yang paling banyak diminati oleh masyarakat adalah televisi.

Onong Uchjana Efendi mengungkapkan bahwa televisi merupakan salah satu

media komunikasi audio visual yang tidak pernah terlepas dari kebutuhan manusia

(1993:34), karena dalam penyiarannya berupa suara dan gambar bergerak sehingga

dapat dengan mudah suatu pesan ditangkap atau diterima oleh para penonton.

Sekarang ini televisi bukan lagi menjadi barang yang mewah melainkan sudah

menjadi kebutuhan yang primer. Televisi digunakan sebagai hiburan dalam

keluarga setelah melaksanakan aktivitas sehari-hari. Setiap keluarga biasanya

memilih acara yang dianggap menarik. Acara televisi sekarang ini banyak

1

xvi

dipenuhi oleh sinetron terutama pada malam hari. Salah satu tayangan televisi

yang menjadi unggulan pada stasiun televisi swasta di Indonesia adalah sinetron

komedi.

Sinetron komedi kebanyakan mengisahkan tentang kehidupan manusia dalam

kehidupan sehari-hari dan disajikan dalam bentuk yang lucu atau humor. Salah

satu program acara sinetron komedi yang menghibur, yang bermuatann budaya

dan unik adalah “Cagur Naik Bajaj” yang selanjutnya disingkat dengan CNB

yaitu merupakan sinetron komedi pertama yang diperankan dua kelompok

komedian yaitu kelompok komedian Bajaj dan Cagur. Bermuatan budaya karena

CNB sangat kental dalam menggambarkan tentang kebiasaan atau tingkah laku

mahasiswa sekarang yang suka berantem, demo, hutang, dan lain-lain. Unik

karena CNB mencampuradukan berbagai bahasa, baik bahasa asing maupun

bahasa daerah. Sinetron komedi CNB dalam dialognya terkadang menggunakan

improvisasi secara spontanitas, mereka hanya diberi teks dialog secara garis

besarnya lebih dari itu mereka improvisasi secara spontanitas. Sehingga, dialog

acara tersebut Semi alami dan secara tidak langsung CNB juga mengandalkan

kemampuan improvisasi.

CNB menarik untuk diteliti dan disimak. Dalam CNB tersebut selain

penutur menuturkan kalimat tuturan baik langsung maupun tidak langsung kepada

lawan tutur. Penutur juga menggunakan tingkah laku yang konyol dalam

berkomunikasi yang berwujud perintah, larangan, pernyataan, dan lain sebagainya,

kepada lawan tutur yang bertujuan untuk menambah daya tarik kepada penonton.

xvii

Secara pragmatik tuturan dalam CNB banyak mengimplikasikan makna atau

pesan. Pesan tersebut tertuang dalam bentuk penciptaan kehumoran yang dituangkan

dalam bentuk implikatur percakapan karena penggunaan implikatur sangatlah penting

dalam sitkom tersebut, selain itu juga banyak terkandung tindak tutur yang memiliki

berbagai maksud.

Berkaitan dengan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil

percakapan dalam acara yang bertajuk sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” di

stasiun televisi ANTV sebagai bahan penelitian. Fokus utama penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan Tindak tutur ilokusi dan implikatur yang terjadi dalam

Percakapan sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”. Berangkat dari hal ini, peneliti

mengambil judul penelitian Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi “Cagur

Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV, dengan menggunakan pragmatik sebagai

ancangannya.

B. Pembatasan Masalah

Peneliti menggunakan pendekatan pragmatik untuk menganalisis tindak tutur

Ilokusi dan implikatur percakapan dalam dialog atau percakapan sitkom “Cagur

Naik Bajaj” sebagai sarana kelucuan untuk menarik perhatian penonton.

.

C. Perumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan berhasil maka perlu diadakan perumusan

masalah. Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah:

xviii

1. Bagaimana tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh

pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” ?

2. Bagaimana implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh

pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”?

D. Tujuan Penelitian

Edi Subroto( 2007:98) mengatakan bahwa tujuan penelitian bersifat keilmuan

jelas berkaitan erat dengan perumusan masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan

penelitian. Tujuan penelitian harus membuat secara implisit tentang hal-hal yang akan

dicapai sebagaimana yang telah dirumuskan di dalam perumusan masalah. Untuk itu

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh

pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”

2. Mendeskripsikan implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan

seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”

E. Manfaat Penelitian

Adanya perumusan manfaat penelitian sering diperlukan dan biasanya juga

sering dikaitkan dengan masalah yang bersifat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat secara teoretis dan praktis Edi Subroto (2007:99). Di bawah ini

akan diuraikan setiap manfaat yang dimaksud sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

xix

Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu

pengetahuan dan dalam hal ini ilmu linguistik atau kebahasaan. Hasil penelitian

ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai tindak tutur para

komedian yang terdapat dalam media audio visual melalui pendekatan Pragmatik.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis pada penelitian ini adalah memberikan informasi yang

berarti bagi peneliti khususnya dan pemirsa televisi mengenai tindak tutur ilokusi

pada sinetron komedi CNB. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk landasan kajian penelitian sejenis selanjutnya.

F. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah penguraian dalam suatu penelitian, diperlukan sistematika

penulisan. Melalui sistematika tersebut menjadikan penulisan hasil penelitian

dapat dijabarkan secara sistematis. Sistematika penulisan ini dirinci sebagai

berikut.

Bab pertama merupakan pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,

Pembatasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian,

dan Sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teori, berisi teori-teori yang secara langsung

berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai landasan atau

acuan dalam sebuah penelitian.

xx

Bab ketiga merupakan metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian,

populasi dan sampel, data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan data,

dan metode dan teknik analisis data.

Bab keempat merupakan Analisis Data, menjabarkan data-data yang telah

dikumpulkan, diklasifikasikan sesuai dengan kepentingan, kemudian dianalisis

untuk mendapatkan deskripsi dari masalah yang diteliti berdasarkan landasan teori

yang digunakan. Dari analisis didapatkan hasil penelitian yang menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama.

Bab kelima berisi simpulan terhadap obyek yang telah diteliti dilanjutkan dengan

saran.

xxi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan pustaka

Sejauh penelusuran peneliti tentang Penelitian sejenis atau yang mempunyai

korelasi dengan penelitian ini masih jarang. Mengenai pertuturan humor dengan

menggunakan ancangan pragmatik sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian

humor telah dilakukan dengan sumber data tulisan dari beberapa media massa cetak,

akan tetapi pada penelitian pertuturan humor yang bersumber data dari media

komunikasi audio visual atau televisi dan membahas tentang sitkom baru satu orang

peneliti yang melakukannya.

Umi Kholifah (2006) dalam skripsinya yang berjudul ”Implikatur Percakapan

dalam Sinetron Komedi Bajaj Bajuri Edisi Salon Oneng: Sebuah Kajian Pragmatik”

. Penelitian ini membahas membahas tentang tindak tutur yang mematuhinya,

implikatur percakapan yang terkandung di dalam sitkom Bajai Bajuri Edisi Salon

Oneng (BBESO), dan penyimpangan dan pemenuhan terhadap maksim-maksim

yang terdapat dalam prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan serta adanya prinsip

ironi.

Studi penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi

Kholifah. Penelitian tindak tutur yang dilakukan oleh peneliti difokuskan pada jenis-

jenis tindak ilokusi dan implikatur percakapan yang juga melibatkan tindak tutur

tidak langsung didalam penelitian tersebut. sedangkan sumber data penelitian ini dari

sinetron komedi CNB di televisi .

7

xxii

B. Landasan Teori

1. Definisi Pragmatik

Morris (dalam Levinson, 1983:1) mengartikan pragmatik sebagai “the study of

relation of signs to interpreters” ‘studi relasi antara tanda-tanda dengan para

penafsirannya’. Tanda-tanda yang dimaksud adalah bahasa. Berawal dari

pemikiran tersebut maka muncul dan berkembanglah pragmatik sebagai salah satu

cabang dari linguistik.

Levinson (1983:9), “Pragmatics is the study of those relations between

language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a

language”. ‘Pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa dan

konteks yang digramatikalisasi atau ditandai (terlukiskan) di dalam struktur bahasa’.

Yule (1996:3) mengatakan bahwa “pragmatics is the study of contextual

meaning”. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual’. Studi ini akan

melakukan penginterpretasian makana sebuah tuturan dengan memperhatikan

konteks pemakaiannya dan bagaimana konteks itu mempengaruhi penutur dalam

menentukan suatu tuturan.

I Dewa Putu Wijana (1996:2) dalam bukunya Dasar-Dasar Pragmatik

menjelaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

struktur bahasa secara eksternal, bagaimana satuan kebahasaan yang digunakan

dalam komunikasi. Makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat

konteks atau mengkaji maksud penutur. Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap

penutur untuk memahami maksud penutur.

xxiii

2. Konteks Situasi Tutur

Pragmatik adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada

konteks. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang

dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi

sebuah tuturan. Menurut I Dewa Putu Wijana, (1996:10) dalam mengkaji makna

suatu tuturan ada beberapa aspek situasi yang harus diperhatikan, yaitu sebagai

berikut.

a. Penutur dan Lawan Tutur

Konsep penutur dan lawan tutur mencakup peneliti dan pembaca dikarenakan

tuturan yang bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-

aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar

belakang sosial ekonomi, jenis kelamin.

b. Konteks Tuturan

Penelitian pragmatik selalu mempertimbangkan konteks suatu tuturan.

Leech (1993:20) mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan latar

belakang yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur menafsirkan makna

tuturan. I Dewa Putu Wijana, (1996:11) menyebutkan bahwa konteks adalah

semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dipahami oleh penutur

dan lawan tutur. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa konteks

adalah semua latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang

dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur yang membantu lawan tutur

menafsirkan makna tuturan.

xxiv

Rustono (1999:19) menjelaskan bahwa konteks adalah sesuatu yang

menjadi sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi ekspresi dan

situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian.

Alwi et al. (dalam Rustono, 1999:20) menuturkan bahwa konteks

terdiri atas unsur-unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat,

adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Di dalam peristiwa

tutur ada sejumlah faktor yang menandai keberadaan persitiwa tutur. Hymes

(dalam Rustono, 1999:20) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

menandai dalam peristiwa tutur adalah 1) setting atau scene yaitu tempat dan

suasana peristiwa tutur; 2) participant, yaitu penutur, mitra tutur, atau pihak

lain; 3) end atau tujuan; 4) act yaitu tindakan yang dilakukan penutur di dalam

peristiwa tutur; 5) key yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan di

dalam mengekpresikan tuturan dan cara mengekspresikannya; 6) instrumen

yaitu alat atau sarana untuk mengekspresikan tuturan, apakah secara lisan,

tulis, melalui telepon atau bersemuka; 7) norm atau norma yaitu aturan

permainan yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur; dan 8) genre yaitu jenis

kegiatan peristiwa wawancara, diskusi, kampanye, dan sebagainya; yang

lazim dikenal dengan singkatan SPEAKING. Selanjutnya Hymes (dalam

Rustono, 1999:21) mengemukakan bahwa “ciri-ciri konteks yang relevan

meliputi delapan hal yaitu: Penutur, mitra tutur, topik tuturan, waktu dan

tempat bertutur, ciri konteks, kode, amanat atau pesan, peristiwa atau

kejadian.”

xxv

Halliday dan Ruqaya Hasan (1992:16) mengatakan bahwa semua

pemakaian bahasa mempunyai konteks. Ciri-ciri tekstual memungkinkan

wacana menjadi padu bukan hanya antara unsur-unsurnya dalam wacana itu

sendiri tetapi juga dengan konteks situasinya. Ada tiga ciri konteks situasi,

yaitu.

1) Medan wacana mengacu pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan

sosial yang sedang berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang

disibukkan oleh para pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta dengan

unsur pokok tertentu.

2) Pelibat wacana mengacu pada orang-orang yang mengambil bagian, pada

sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka, jenis-jenis hubungan

peranan apa yang terdapat di antara para pelibat, termasuk hubungan-

hubungan yang tetap dan sementara, baik jenis peranan tuturan mereka

lakukan dalam percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubungan-

hubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan

mereka.

3) Sarana wacana yang mengacu bagian yang diperankan oleh bahasa, hal

yang diharapkan oleh para pelibat dalam situasi itu, organisasi simbolik

teks, kedudukan yang dimilikinya, dan fungsinya dalam konteks, termasuk

salurannya (apakah dituturkan atau dituliskan semacam gabungan

keduanya) dan juga metode retoriknya, yaitu apa yang akan dicapai teks

berkenaan dengan pokok pengertian seperti membujuk, menjelaskan,

mendidik, dan semacamnya.

xxvi

c. Tujuan tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi

oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan

yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang

sama. Begitu sebaliknya Berbagai macam maksud dapat pula diutarakan

dengan tuturan yang sama (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).

d. Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas

Pragmatik selalu berhubungan dengan tindak verbal yang terjadi

dalam situasi dan waktu tertentu sehingga tuturan merupakan suatu bentuk

kesatuan yang lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai

entitas yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat

pengutaraannya (I Dewa Putu Wijana, 1996:11).

e. Tuturan sebagai Produk Tindakan Verbal

Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Karena tercipta

melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal.

Tindakan verbal adalah tindak mengekpresikan kata-kata atau bahasa.

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik merupakan bentuk

dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk

dari tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) (I Dewa Putu Wijana,

1996:11).

3. Definisi Tindak Tutur

Searle, 1969 (dalam Muhammad Rohmadi, 2004:29) Tindak tutur adalah

produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan

xxvii

terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan,

perintah atau yang lainnya. Searle mengatakan bahwa komunikasi bukan sekedar

lambang, kata, atau kalimat, tetapi lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari

lambang, kata, atau kalimat yang terwujud perilaku tindak tutur (the performance of

speech acts).

Gunarwan (dalam Rustono 1999:33) menyatakan bahwa mengujarkan sebuah

tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang

mengucapkan (mengujarkan) tuturan itu. Aktivitas mengujarkan atau menuturkan

tuturan dengan maksud tertentu itu merupakan tindak tutur atau tindak ujar (speech

act).

Searle (dalam Suwito, 1983:33) berpendapat bahwa dalam setiap komunikasi

bukanlah sekedar lambang, kata, atau kalimat, melainkan lebih tepat jika disebut

produk atau hasil lambang, kata atau lebih tegasnya bahwa tindak tutur adalah produk

atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil

dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah,

atau yang lainnya.

Di dalam bukunya How to Do Things with Words, Austin (1962:1-11) dalam

http://www.Community Portal of Gunadarma University.co.id, Berkenaan dengan

tuturan,Austin membedakan tiga jenis tindakan: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak

mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus

dan menurut kaidah sintaksisnya. (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang

mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di

xxviii

mana tindak tutur itu dilakukan,dsb. (3) tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang

pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.

a. Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak

tutur ini disebut sebagai The act of saying something. Kunjana Rahardi

(2005:35) menyatakan bahwa tindak lokusioner adalah tindak tutur dengan

kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa,

dan kalimat itu.

Tindak lokusi untuk menyatakan sesuatu adalah tindak lokusi (Wijana

1996:17). Pernyataan tersebut sama dengan Rustono (1999:35) bahwa lokusi

atau lengkapnya tindak lokusi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan

untuk menyatakan sesuatu. Di dalam tindak lokusi tidak mempermasalahkan

maksud atau fungsi tutur. Pernyataan yang diajukan berkenaan dengan lokusi

ini adalah apakah makna tuturan yang diucapkan itu. Lokusi semata-mata

tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan

kata-kata. Makna kata dalam tuturan lokusi itu sesuai dengan makna kata di

dalam kamus.

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk

diidentifikasi karena pengindentifikasianya cenderung dapat dilakukan tanpa

menyertakan tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting

peranaannya untuk memahami tindak tutur (Parker dalam Wijana 1996:18).

b. Tindak Ilokusi

xxix

Austin mengatakan bahwa tindak ilokusi adalah tindak melakukan

sesuatu (dalam Rustono, 1999:35). Tindak ilokusi merupakan tindak tutur

yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan (Rustono 1999:37).

Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi

atau daya tuturan. Tindak tutur ini sering disebut The act of doing something.

Searle (dalam Martinich (ed), 1996: 147-149) mengklasifikasikan tindak

tutur ilokusi menjadi lima jenis. Dasar utama pengklasifikasiannya adalah titik

ilokusi atau tujuan ilokusi.

1) Tindak Tutur Asertif

Titik ilokusi asertif ialah untuk mengikat penuturnya kepada

kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya yaitu menyatakan,

melaporkan, memprediksi, menunjukkan dan menyebutkan.

2) Tindak Tutur Direktif

Titik ilokusi direktif ialah yang dilakukan penuturnya dengan

maksud agar lawan tutur melakukan sesuatu, yaitu menyuruh,

memohon menuntut, menyarankan, memerintah, meminta dan

menantang.

3) Tindak Tutur Ekspresif

Titik ilokusi ekspresif ialah dilakukan dengan maksud agar

tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan

dalam tuturan untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur

terhadap suatu keadaan, yaitu memuji, mengucapkan terima kasih,

mengkritik, dan mengeluh.

xxx

4) Tindak Tutur Komisif

Titik ilokusi komisif ialah untuk mengikat penuturnya pada suatu

tindakan yang dilakukannya pada masa mendatang dan

melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam tuturan, yaitu

berjanji, bersumpah, menawarkan, kesanggupan dan mengancam.

5) Tindak Tutur Deklarasi

Deklarasi didefinisikan sebagai jenis ilokusi yang bersifat khas,

keberhasilan melakukan ilokusi akan menghubungkan antara isi

proposisi dan realita di dunia. Penutur Deklarasi haruslah seseorang

yang mempunyai kekuasaan atau wewenang khusus dalam sebuah

institusi tertentu. Deklarasi ialah tindak tutur yang dilakukan penutur

dengan maksud menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya)

yang baru yaitu memutuskan, melarang, mengizinkan, mengangkat

dan memberikan maaf.

Menuirut Leech (1993: 287) Walaupun deklarasi merupakan

tindak ujar yang menarik, jenis ini sama sekali tidak dapat mewakili

tindak ujar yang khas. Alasan untuk mengatakan bahwa deklarasi

bukan tindak ujar sama sekali, yaitu bahwa deklarasi adalah tindak

konvensional, bukan tindak komunikatif .

Tabel 1

fungsi umum tindak tutur beserta sifat-sifat kuncinya

xxxi

Tipe tindak tutur Arah penyesuaian P = penutur

X = situasi

Representatif

Ekspresif

Direktif

Komisif

Deklarasi

Kata disesuaikan dengan

dunia

Kata disesuaikan dengan

dunia

Dunia disesuaikan dengan

kata

Dunia disesuaikan dengan

kata

Kata mengubah dunia

P meyakini X

P merasakan X

P menginginkan X

P memaksudkan X

P menyebabkan X

Sumber : mengikuti Searle 1979 dalam Yule (1996) dan diindonesiakan

oleh Indah Fajar Wahyuni (2006:95)

xxxii

c. Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya

dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak tutur perlokusi

disebut sebagai The act of affecting someone. Tuturan yang diucapkan seorang

penutur sering memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutinary force). Efek

yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah oleh Austin dinamakan

tindak perlokusi (dalam Rustono, 1999:36). Efek atau daya tuturan itu dapat

ditimbulkan oleh penutur secara sengaja, dapat pula secara tidak sengaja.

Tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra

tutur inilah merupakan tindak perlokusi.

Ada beberapa verba yang menandai tindak perlokusi. Menurut Leech

verba itu antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel,

menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, menarik

perhatian, dan sebagainya (dalam Rustono, 1999:37).

Tindak perlokusi juga sulit dideteksi karena harus melibatkan konteks

tuturannya. Jadi dapat ditegaskan bahwa setiap tuturan dari seorang penutur

memungkinkan sekali mengandung lokusi saja, ilokusi saja, dan perlokusi

saja, tetapi tidak menutup kemungkinan pula bahwa satu tuturan mengandung

kedua atau tiga-tiganya sekaligus.

4. Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung.

xxxiii

Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat

berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).

Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu

(informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu,, dan kalimat perintah untuk

menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Bila kalimat berita

difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk

bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon dsb., tindak

tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct speech act), seperti contoh

kalimat berikut.

(a) Andi memiliki lima ekor kambing.

(b) Di manakah letak pulau bali?

(c) Ambilkan baju saya!

Selain contoh di atas untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan

dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa

dirinya diperintah. Bila hal ini terjadi, terbentuklah tindak tutur tidak langsung

(indirect speech act). Dapat dilihat contoh kalimatnya sebagai berikut.

(d) Ada makanan di almari

(e) Di mana sapunya?

Kalimat (d), bila diucapkan kepada seseorang teman yang membutuhkan

makanan, dimaksudkan untuk memerintah lawan tuturnya mengambil makanan yang

ada di almari yang dimaksud, bukan sekedar untuk menginformasikan bahwa di

almari ada makanan. Demikian pula tuturan (e) bila diutarakan oleh seorang ibu

kepada seorang anak, tidak semata-mata berfungsi untuk menanyakan di mana letak

xxxiv

sapu itu, tetapi juga secara tidak langsung memerintah sang anak untuk mengambil

sapu itu. Contoh kalimat berikut.

(f) + Don, perutku kok lapar, ya

- Ada makanan di almari

+ Baik kuambil semua, ya?

(g) Ibu : Di mana sapunya, ya?

Anak: Sebentar, bu, akan saya ambilkan.

(I Dewa Putu Wijana, 1996:31)

Tindakan (-) dalam (f) dan (g) , karena ia mengetahui bahwa tuturan yang

diutarakan oleh lawan tuturnya bukanlah sekedar menginformasikan sesuatu, tetapi

menyuruh orang yang diajak bicara.

Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dapat dijawab

secara langsung, tetapi segera dilaksanakan maksud yang terimplikasi di dalamnya.

Dari uraian tersebut, tabel penggunaan modus kalimat dalam kaitannya dengan

kelangsungan tindak tutur dapat diganbarkan sebagai berikut.

Tabel 2 Penggunaan modus dalam tindak tutur

Modus Tindak Tutur

Langsung Tidak Langsung

Berita Memberitakan Menyuruh

Tanya Bertanya Menyuruh

Perintah Memerintah -

Sumber : Wijana, 1996:32

xxxv

Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa kalimat perintah tidak dapat

digunakan untuk mengutarakan tuturan secara tidak langsung (Wijana, 1996:32)

Jenny Thomas (1995:119) “Indirectness is a universal phenomenon: as far as

we know it occurs in alll natural languages, a fact which in itself requires some

explaining” ‘tindak tutur tak langsung merupakan sebuah fenomena universal: selama

kalimat tersebut terjadi pada semua bahasa sehari-hari, sebuah fakta yang terdapat

dalam kalimat tersebut membutuhkan beberapa penjelasan’.

5. Implikatur Percakapan

“Implikatur adalah proposisi yang diimplikasikan dalam tuturan yang bukan

merupakan bagian dari tuturan bersangkutan“ (Grice dalam I Dewa Putu Wijana,

1996:37). “Implikatur percakapan adalah implikasi pragmatis yang terdapat dalam

percakapan yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaraan prinsip percakapan“.

Implikasi percakapan itu merupakan pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin

diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur berbeda dari apa yang dikatakan

penutur dalam percakapan tersebut (Grice dan Gazdar dalam Rustono, 1999:77).

“Implikatur adalah sesuatu yang terimplikasi dalam suatu percakapan yang dibiarkan

implisit dalam penggunaan bahasa secara aktual“. Menurut Gunarwan (dalam

Rustono) implikatur percakapan terjadi karena adanya kenyataan bahwa sebuah

ujaran yang mempunyai implikasi berupa proposisi yang sebenarnya bukan bagian

dari tuturan tersebut dan tidak pula merupakan konsekuensi yang harus ada dalam

tuturan tersebut (1999:77).

xxxvi

Menurut Grice, implikatur dibedakan menjadi dua, yaitu implikatur

konvensional dan implikatur nonkonvensional. “Implikatur konvensional adalah

makna suatu ujaran yang secara konvensional atau secara umum diterima oleh

masyarakat sedangkan implikatur nonkonvensional adalah ujaran yang menyiratkan

sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya“ (dalam Muhammad Rohmadi,

2004:55). Selanjutnya implikatur nonkonvensional dikenal dengan nama implikatur

percakapan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan

implikatur konvensional dan implikatur nonkonvensional (implikatur percakapan)

adalah terletak pada pengguna bahasa yang terlibat dalam peristiwa tutur.

Di dalam pembahasan tentang komunikasi antar pemakai bahasa, relevansi

antara konsep implikatur dan prinsip percakapan menjadi topik penting. Implikatur

percakapan yang merupakan hasil interferensi dari adanya tuturan yang melanggar

prinsip percakapan menjadi dasar pentingnya pembahasan kedua substansi itu. Hal itu

disebabkan karena implikatur percakapan timbul sebagai akibat terjadinya

pelanggaran prinsip percakapan. Dengan kata lain, sumber dari implikatur percakapan

adalah pelanggaran prinsip percakapan (Rustono, 1999:82).

6. Pengertian sinetron Komedi

Menurut Wardhana Veven, sinetron berasal dari dua buah kata yaitu sinema

dan elektronika, sama dengan TP play, sama dengan teledrama, sama dengan

sandiwara televisi sama dengan film televisi, sama dengan lakon televisi, yang

persamaannya yaitu sama-sama ditayangkan medium audio visual bernama televisi

(1997:268). Sinetron yang banyak diminati sekarang ini adalah sinetron komedi

xxxvii

karena sifanya menghibur penontonnya. Banyak orang menyebut komedi dengan

istilah humor maupun jenaka. Sumarlam menjelaskan tentang pengertian Humor

bahwa:

Dalam Ensiklopedia Indonesia kata humor berasal dari Yunani, yang berarti getah. Menurut kepercayaan bangsa Yunani pada zaman dahulu, tubuh manusia mengandung semacam getah yang dapat menentukan temperamen seseorang. Perbedaan temperamen dalam diri manusia, menurut kepercayaan orang Yunani, disebabkan perbedaan kadar campuran getah dalam tubuh manusia itu. Seandainya campuran itu seimbang, maka dikatakan orang tersebut mempunyai humor, tidak marah, tidak sedih, dan sebagainya (Sumarlam, 2003:137).

Di samping humor, R. J. Wkinson juga menerangkan tentang kata jenaka.

Menurutnya jenaka adalah:

Menurut R. J. Wkinson jenaka berarti a farce, a partical joke, atau farcical, willing. Cerita yang beraspek humor pada umumnya mengisahkan kejenakaan atau kelucuan akibat kecerdikan, kebodohan, kemalangan, dan keberuntungan tokoh utamanya. Tokoh ceritanya kadang-kadang sangat bodoh dan tidak dapat menangkap maksud orang lain, sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu (dalam Sumarlam, 2003:137) .

Humor dalam www.wikipedia.com (online 1 januari 2008) dikatakan bahwa

humor adalah kemampuan yang obyek atau situasi untuk membangkitkan perasaan

senang pada orang lain. Istilah tersebut mencangkup segala macam bentuk

entertainment atau komunikasi yang membangkitkan perasaan sejenisnya, atau yang

membuat tertawa dan merasa senang. Sense of humor atau rasa humor yang dimiliki

seseorang bersifat personal dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis kelamin,

usia, daerah asal, budaya, kedewasaan, tingkat pendidikan, konteks, dan lain

sebagainya.Suatu wacana humor dapat diterima sebagai hal yang lucu oleh seseorang

xxxviii

namun pada saat yang sama pula dapat ditanggapi dengan kemarahan orang lain

karena dianggap telah menyinggung dirinya.

Humor oleh Freud (dalam Sumarlam, 2003:137) dapat diklasifikasikan

menurut motivasinya, yaitu humor yang dibuat tanpa motivasi (komik) dan humor

yang secara sengaja mencapai kesenangan melalui penderitaan orang lain seperti

agresi, satire, dark jokes. Jika dilihat dari sasaran yang dijadikan lelucon, humor

dapat dibagi menjadi humor etnis, humor seksual, dan humor politik. Jenis humor

seperti ini secara umum mempergunakan hiperbola, prinsip litotes, atau ironi.

Menurut Wuri Soedjatmiko (dalam PELLBA 5, 1992:69) humor termasuk

salah satu alat komunikasi, seperti menyampaikan informasi, menyatakan rasa

senang, marah, jengkel, simpati. Sebagai sarana informasi apabila digunakan dengan

tepat humor dapat berfungsi bermacam-macam. Humor dapat mengendurkan

ketegangan atau berfungsi sebagai katup penyelamat. Misalnya jika terjadi

perselisihan antar kelompok, humor dapat menyelamatkan kelompok yang berselisih

tersebut dari lontaran kata-kata kotor atau baku hantam secara fisik. Terdapat dua

sebab orang berhumor, yaitu 1) karena selera humornya tinggi dan 2) karena tuntutan

profesi.

xxxix

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi

“Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV termasuk penelitian kualitatif. Edi

Subroto berpendapat bahwa “metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode

penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang dengan

menggunakan metode statistik“ (1992:5). Seperti yang disampaikan Edi Subroto

bahwa penelitian kualitatif itu bersifat deskriptif. Istilah deskriptif berarti bahwa

penelitian yang dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena

yang ada, sehingga hasilnya adalah perian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan

apa adanya (Sudaryanto, 1992:62).

B. Data dan Sumber Data

Suatu penelitian kualitatif, tentunya tidak lepas dari data yang diperlukan

untuk memperkuat hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

dari sumber lisan yaitu tuturan seluruh pemain yang mengandung tindak tutur ilokusi

dan tindak tutur langsung maupun tindak tutur tidak langsung dalam Sinetron

Komedi “Cagur Naik Bajaj” . Peneliti memilih percakapan yang banyak ditemukan

tindak tutur ilokusi, penggunaan implikatur dan tindak tutur langsung maupun tindak

tutur tidak langsung. Dari tiga episode, ditayangkan pada bulan : Januari 2009 ,

Februari 2009, Maret 2009.

25

xl

Menurut Edi Subroto, sumber data adalah asal data penelitian diperoleh. Data

sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan

oleh alam yang dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh penulis (1992:34).

Ada pun sumber data dalam penelitian yaitu sinetron komedi “Cagur Naik

Bajaj” yang ditayangkan pada awal bulan Januari, Februari, Maret tahun 2009.

C. Teknik Pengumpulan Data

Mengingat pentingnya data dalam suatu penelitian, maka data tersebut harus

dicari atau dikumpulkan dengan teknik tertentu. Teknik pengumpulan data yang

dipergunakan untuk meneliti tindak tutur ilokusi dan tindak tutur langsung maupun

tidak langsung dalam dialog/percakapan para pemain sitkom CNB, yang merupakan

bahasa lisan adalah dengan teknik rekam. Menurut Edi Subroto, yang dimaksud

dengan teknik rekam adalah pemerolehan data dengan cara merekam pemakaian

bahasa lisan yang bersifat spontan (1992:32).

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu; teknik rekam, teknik

simak dan catat. Teknik simak adalah penyimakan bahasa lisan yang secara spontan

dan mengadakan pencatatan data yang relevan dan sesuai dengan sasaran serta tujuan

penelitian (Edi Subroto, 1992:41). Jadi setelah data penelitian didapatkan melalui

teknik rekam (berupa MP3 Player), peneliti kemudian melakukan penyimakan dan

setelah itu melakukan pencatatan terhadap data tersebut.

Adapun proses pengumpulan ini dilakukan melalui beberapa langkah yakni;

(a) Peneliti mencari acara Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”, b) peneliti

menonton Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”, c) peneliti memilih tindak tutur

xli

yang ada dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”, d) peneliti menganalisis data

untuk mengetahui tindak tutur berdasarkan teori tindak tutur (lokusi, ilokusi,

perlokusi), dikhususkan pada tindak tutur ilokusi, e) data yang dipilih, dikumpulkan

berdasarkan masalah yang ditetapkan. Pada saat penganalisisan data, dilakukan

dengan penyeleksian data, pengklasifikasian data, serta pengkodean data.

D. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian data. Pekerjaan analisis data

dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode,

dan mengategorikannya (Moleong, 1996:103). Penelitian ini menggunakan pragmatik

sebagai ancangannya. Penelitian bahasa yang menggunakan pragmatik sebagai

ancangannya, selalu berkaitan dengan konteks, begitu pula penelitian ini. Konteks

merupakan alat penentu dari luar bahasa. Oleh karena itu, analisis dalam penelitian

ini akan memakai metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis adalah metode

yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan Lingual tertentu

dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa (Sudaryanto, 1993:13).

xlii

BAB IV

ANALISIS DATA

Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah penelitian.

Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengan

perumusan masalah. Analisis ini meliputi (A) tindak tutur ilokusi yang digunakan

oleh seluruh pendukung sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” dan (B) bentuk

implikatur percakapan pada sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” .

A. Tindak Tutur Ilokusi yang Digunakan dalam Sinetron Komedi

“Cagur Naik Bajaj ” di Stasiun Televisi ANTV .

Mengujarkan sebuah tuturan merupakan hal penting di dalam kajian

pragmatik. Mengujarkan sebuah tuturan tertentu untuk melakukan tindakan

(menyuruh, memerintah), di samping memang mengucapkan atau mengujarkan

tuturan itu. Kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan itulah yang

merupakan tindak tutur atau tindak ujar. Bahkan dalam acara televisi pun tidak lepas

dari tindakan mengujarkan tuturan seperti sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” yang

ditayangkan di stasiun televisi ANTV. Sinetron komedi tersebut menggunakan tindak

tutur untuk menimbulkan suatu kelucuan untuk menarik perhatian penonton. Tindak

tutur yang terdapat dalam sinetron “Cagur Naik Bajaj” yang dilihat dari daya

ilokusinya yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi.

1. Tindak Tutur Representatif

28

xliii

Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan

kebenaran atas apa yang diujarkannya. Jenis tindak tutur ini kadang-kadang disebut

juga Tindak tutur asertif, ditemukan 2 macam subtindak tutur yaitu subtindak tutur

menyatakan dan melaporkan.

a. Tindak Tutur Representatif “Menyatakan”

Menyatakan dalam KBBI memiliki arti menjelaskan, menerangkan, dan

mengemukakan (2005:790). Jadi, subtindak tutur “menyatakan” merupakan

tindak pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur untuk

menerangkan atau menunjukkan sesuatu yang telah diamati. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat data berikut.

a.1.Tindak tutur menyatakan “keinginan”

“Keinginan” dalam KBBI berarti perihal ingin atau suatu hasrat,

kehendak, harapan (hal 379:1989)

Tempat : Dalam kelas Konteks: Dialog terjadi di dalam kelas, saat Bunga melihat Lolok sedang

melamun dan cemberut. Bunga sebagai teman Lolok berusaha menghibur dan menanyakan perihal kegundahan yang dialami Lolok yang tak lain adalah keinginan Lolok untuk memiliki pacar.

1) Bunga : “Lok, kenapa sih? Kok dari kemaren cemberut bengong gitu, kenapa sih??”

Lolok : “Bunga, aku ini perempuan juga. Aku itu punya perasaan pengen punya pacar, emangnya kamu tiap hari dikejar-kejar ama cowok, aku kan juga pengen dikejar-kejar ama cowok.” (CNB/9/Januari)

Bunga : “Cuman itu masalahnya? Itu gampang!”

Analisis:

Pada tuturan (CNB/9/Januari) menunjukkan bahwa tuturan tersebut

adalah tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan

xliv

“keinginan”. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa “Aku itu punya

perasaan pengen punya pacar, aku kan juga pengen dikejar-kejar ama

cowok”. Penutur tersebut bermaksud mengatakan kepada mitra tutur bahwa

Lolok menginginkan pacar seperti cewek-cewek lainnya. Tuturan “aku

pengen” menunjukkan fungsi menyatakan keinginan. Berdasarkan data dialog

(CNB/9/Januari), lolok menyatakan keinginannya memiliki pacar dan menjadi

primadona yang dipuja para lelaki.

Kata “pengen” berasal dari Bahasa Jawa dan diadaptasikan ke bahasa

Indonesia menjadi “ingin”. Kata “ingin” dalam KBBI mengandung arti

hendak; mau; berhasrat (hal 379:89).

a.2. Tindak tutur menyatakan Status

Tindak tutur “menyatakan status” sebagai berikut.

Ø Tempat : Dialog terjadi dekat tempat parkir kampus. Konteks: Pada saat itu Andre sedang mengantar Lolok ke kampus kemudian

bertemu dengan Bunga. Setelah Bunga mengetahui kalau Andre itu cowok ganteng dengan segera Bunga ngenalin diri kepada Andre dan menawarkan Andre kencan atau ngedate. Akan tetapi Andre menolak karena dia sudah mempunyai pacar.

Lolok : “Andre, makasih ya. Kamu dah mau jemput aku.” Andre : “Gak apa-apa kok, Lok. Aku malah seneng kok nganter

cewek lucu kayak kamu.” Bunga : “Hai, nama gue Bunga, kenalin.” Andre : “Aku Andre.” Bunga : “Andre, ya ampun namanya lucu banget! Keren lagi

kayak orangnya, iya kan? Ntar sore loe ada acara gak?”

Andre : “Aku?” Bunga : “Gak ada ya? Yes, kalau gitu mau kan entar sore ngajakin

gue jalan?” Andre : “Wah, sorry. Kayaknya aku gak bisa deh..” Bunga : “Kenapa?” Andre : “Soalnya aku dah punya pacar.” (CNB/22/Januari)

xlv

Analisis

Pada tuturan (CNB/22/Januari) menunjukkan bahwa tuturan tersebut

merupakan tindak tutur representatif. tindak tutur representatif masuk dalam

sub tindak tutur menyatakan “status”. Penutur mengatakan kepada mitra tutur

bahwa “Soalnya aku dah punya pacar”penutur bermaksud mengatakan bahwa

dirinya (Andre) meyatakan sudah mempunyai pacar , untuk menolak tawaran

Bunga. Tuturan tersebut sangat jelas berfungsi sebagai pemberian pernyataan

status kepada mitra tutur bahwa penutur sudah mempunyai pacar atau kekasih.

b. Tindak Tutur Representatif “Melaporkan”

“Melaporkan” dalam KBBI memiliki arti memberitahukan (hal

566:1989).Melaporkan memiliki kata dasar “lapor” yang berarti memberitahu.

Contoh tindak tutur representative “melaporkan” adalah sebagai berikut.

Tempat : Dalam kampus dekat area parkiran. Ø Konteks :Dialog terjadi pada saat Bu Ayuk sedang makan siang di ruang

dosen, tiba-tiba Lolok datang tanpa mengetuk pintu dan memberitahu kepada Bu Ayuk tentang demo para mahasiswa.

3) Lolok : “Bu Ayu, gawat bu Ayu!”

Bu Ayuk : “Lain kali kalau kamu masuk ruangan, kamu ketuk pintu dulu. Oke, ada apa?”

Lolok : “Ada yang demo, bu” (CNB/11/Maret) Bu Ayuk : “Apa? Ada yang demo?”

Analisis

Pada percakapan (CNB/11/Maret) merupakan tindak tutur

representatif. Tindak tutur representatif yang masuk dalam subtindak tutur

“melaporkan”. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa “Ada yang

demo, bu”, Percakapan pada data (CNB/11/Maret) bermaksud Lolok

xlvi

memberitahukan atau melaporkan kepada Bu Ayuk tentang mahasiswa yang

melakukan demo.

Pada tuturan (CNB/11/Maret) merupakan tindak tutur langsung dan

bermoduskan kalimat berita. Tuturan ini berfungsi melaporkan secara

langsung atas fakta yang diamati oleh penutur.

Tempat : Dalam kampus dekat tempat parkiran. Ø Konteks : Ketika Narji tertangkap oleh preman tiba-tiba Deni datang dan

menendang preman tersebut, kemudian Bu Ayuk dan Lolok datang melerai mereka supaya tidak berkelahi lagi. Setelah berhasil dilerai Narji memberitahukan kepada Bu Ayuk kalau preman tersebut suruhannya rentenir).

4) Bu Ayuk : “Eee…Stop! Berhenti! Aduh, tidak boleh ada

kekerasan di kampus ini. Heh..! Kalian ini siapa?”

Narji : “Mereka itu suruhannya rentenir, bu. Nagih hutang ke saya, bu. saya punya hutang, bu...” (CNB/13/Februari)

Bu Ayuk : “Kamu punya hutang?” Deni, Lolok, Santi : “Hah…?! Hutang?!” Narji : “Makanya saya selama ini jadi marah marah, gak konsen. Habis saya bingung mencari jalan keluarnya, bu.”

Analisis

Tuturan pada data (CNB/13/Februari) merupakan tindak tutur

representatif. Tindak tutur representatif yang masuk dalam subtindak tutur

“melaporkan”. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa “ Mereka itu

suruhannya rentenir, bu. Nagih hutang ke saya, bu. saya punya hutang,

bu...”.

Pada tuturan (CNB/13/Februari) Narji bermaksud memberitahukan

atau melaporkan kepada Bu Ayuk bahwa yang mengejar-ngejar Narji adalah

xlvii

suruhannya rentenir, karena Narji punya hutang kepada rentenir. Tindak tutur

representatif “melaporkan”

Pada data (CNB/13/ Februari) merupakan tindak tutur langsung yang

bermoduskan kalimat berita.

2.Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan

maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan itu.

Subtindak tutur yang dapat dimasukkan ke dalam tindak tutur direktif antara lain

mengusulkan, memohon, menyuruh, mengajak, dan memberi nasihat.

a. Tindak Tutur Direktif “Menyuruh ”

“Menyuruh” berasal dari kata dasar “suruh”. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) menyuruh memiliki arti memerintah (supaya melakukan

sesuatu) (hal.1109:1989). Berikut contoh tindak tutur direktif “menyuruh”.

Tempat : Di pos bajaj Ø Konteks : Beberapa saat setelah Isa dan Raden tiba, Melky turut hadir di Pos

Bajaj beserta penumpangnya yang tak lain adalah Lolok, kemudian Lolok turun secara perlahan.

5) Melky :“Heh,badakair...ayo cepetan turun!” (CNB/4/Maret)

Lolok : “Nih...” Melky : “Yah... sepuluh ribu? Lima belas ribu! Kurang!”

Analisis

Tuturan pada data (CNB/4/Maret) merupakan tindak tutur direktif.

Kata “cepetan turun” merupakan penanda lingual subtindak tutur “menyuruh

”. Tuturan tersebut bermaksud menyuruh Lolok untuk bergegas turun dari

bajaj Melky karena Lolok terlalu lamban dan kegemukan sehingga tidak bisa

xlviii

turan dari bajaj dengan cepat. Berikut contoh tindak tutur direktif “menyuruh”

yang lain.

Pada data (CNB/4/Maret) merupakan tindak tutur langsung yang

bermoduskan kalimat perintah.

Tempat : Depan pintu gerbang kampus Ø Konteks : Percakapan tersebut terjadi saat Deni, Wendy, dan Narji naik bajaj.

Isa. Setelah sampai di kampus, Isa meminta tarif dua puluh ribu. Namun, mereka tidak punya uang, kemudian Deni menyuruh Wendy membayar.

6) Isa : “Dua puluh ribu, sini bayar!”

Deni : “Dua puluh ribu? Biasanya sepuluh ribu, Sa?!” Isa : “Biasanya kan gue cuma membawa satu penumpang,

sekarang tiga penumpang. Ayo bayar!” Deni : “Wen, bayar, Wen!” (CNB/1/Maret) Wendy : “Kok gue sih? Gue pikir Narji yang bayar.”

Analisis:

Pada Tuturan (CNB/1/Maret) merupakan tindak tutur direktif. Kata

“bayar Wen...” merupakan penanda lingual subtindak tutur direktif

“menyuruh”. Tuturan Deni bermaksud menyuruh Wendi untuk membayar Isa

karena Deni tidak punya uang. Pada tuturan (CNB/1/Maret) merupakan tindak

tutur langsung yang menyuruh Narji secara langsung tanpa maksud yang

terselubung . Ditemukan tindak tutur Direktif “menyuruh” pada data

(CNB/13/Januari), dan (CNB/25/Januari).

b. Tindak Tutur Direktif “Mengusulkan”

“Pemberian usul atau mengusulkan” dalam KBBI memiliki arti

“menganjurkan, mengajukan usul, menyarankan, mengemukakan sesuatu

xlix

supaya dipertimbangkan (hal 999:2005). Contoh tindak tutur direktif

“mengusulkan” sebagai berikut.

Tempat : Di sebelah ruang perkuliahan. Ø Konteks : Pada saat itu Deni dan Wendy mengalami kebingungan dalam

mengerjakan tugas bahasa Inggris yang diberikan oleh Bu Ayuk, kemudian Deni mengusulkan untuk meminta perpanjangan waktu kepada Bu Ayuk agar supaya tidak mendapat nilai “E” karena pekerjaannya belum selesai.

7) Wendy :“Den, kalau Bu Ayuk marah gimana? Terus kita dikasih nilai E”

Deni :“Gini aja, gimana kalau kita minta dispensasi perpanjanganwaktu ma Bu Ayuk buat ngerjain tugas itu?” (CNB/7/Februari)

Wendy : “Gue setuju tu” (dengan tersenyum)

Analisis

Tindak tutur pada data (CNB/7/Februari) termasuk tindak tutur

representatif atau asertif. Kata “Gini aja, Gimana kalau kita” merupakan

subtindak tutur “mengusulkan”.Tuturan Deni pada data (CNB/7/Februari)

bermaksud memberikan sebuah usulan kepada Wendy agar supaya mereka

tidak mendapat nilai “E” .

Selain data (CNB/7/Februari) contoh data lain yang merupakan tidak

tutur direktif dengan subtindak tutur “mengusulkan sebagai berikut.

Tempat : Di pos bajaj Ø Konteks : Ketika para tukang bajaj sedang mengobrol dan bersenda gurau di

pos bajaj, tidak lama kemudian Bang Wahid datang untuk menghajar para tukang bajaj. Bang Wahid terpaksa melakukannya karena disuruh oleh Narji dan diberi imbalan oleh Narji. Sebelum bang Wahid mulai menghajar para tukang bajaj, Melky mengusulkan kepada Bang Wahid akan memberikan imbalan dua kali lipat lebih besar apabila Bang Wahid membatalkan niatnya

l

untuk memukul para tukang bajaj dan bersedia menghajar Narji beserta dua temannya.

8 ) Bang Wahid : “Aden, ente yang nyantet Wendi?” Raden : “Iye, emang kenape?” Bang Wahid : “Asal ente tahu ya Narji udah bayar Lima puluh

ribu buat ngajar ente berdua paham!” Melky : “Gini aja bang, bagaimana kalau kita bayar dua kali

lipat seratus ribu untuk menghajar Narji, Wendy, Deni?” (CNB/9/Maret)

Bang Wahid : “Tapi narji udah bayar ane duluan masa ane mukul yang bayar ane gimane ente?”

Analisis

Pada tuturan (CNB/9/Maret) termasuk tindak tutur direktif .Fungsi

tindak tutur tersebut yang digunakan dalam data adalah fungsi

“mengusulkan”. Pada Kata “Gini aja Bang” kemudian kata “bagaimana

kalau” merupakan penanda lingual subtindak tindak tutur “mengusulkan” .

Pada tuturan (CNB/9/Maret) Melky sebagai salah satu kelompok sopir bajaj

memberikan usul atau menganjurkan kepada Bang Wahid agar supaya tidak

menghajar para tukang bajaj, akan tetapi menghajar Narji beserta kedua

temannya dengan imbalan dua kali lipat lebih besar dari imbalan yang

diberikan oleh Narji kepada Bang Wahid.

Selain data (CNB/9/Maret), contoh lain fungsi tindak tutur

mengusulkan sebagai berikut.

Tempat : Dialog terjadi di depan kampus Ø Konteks :Ketika Isa meminta mereka membayar jasa bajajnya. Waktu itu Isa

meminta bayaran sebesar tiga puluh ribu rupiah, akan tetapi deni,narji, tidak mampu membayarnya mereka hanya memiliki uang sebesar sepuluh ribu, kemudian Deni justru meminta bayaran sebesar lima puluh ribu rupiah kepada Isa dengan alasan untuk ganti rugi, karena telah membuat jantungnya deg-degan dan hampir copot. Semula Isa menolak permintaan Deni karena jumlah

li

ganti ruginya terlalu besar, kemudian setelah mendengarkan saran dari Narji, sopir bajaj tersebut mau membayar ganti rugi sebesar lima puluh ribu rupiah.

9) Isa : “Ayo bayar gue mau narik lagi nih”

Deni : “Gue cuman punya lima ribu (dengan menunjukkan uangnya kepada Wendy dan Narji), gue ada akal,he…!Sa, harusnya loe yang bayar”.

Isa : “Kok gue yang bayar sih?” Deni : “Loe inget gak tadi waktu loe naik bajai loe bawanya ngebut,

waktu loe ngebut jantung gue dek-dekkan ampir putus, kalau sampai jantung gue kaget terus gue kena serangan jantung operasinya tu ratusan juta.sekarang loe yang bayar lima puluh ribu”

Narji : “Mendingan loe sekarang bayar lima puluh ribu” (CNB/2/Maret)

Analisis

Pada tuturan (CNB/2/Maret) menunjukkan bahwa tuturan tersebut

adalah tindak tutur direktif . Pada kata “Mendingan loe” merupakan penanda

lingual subtindak tutur “menyarankan”. Pada tuturan (CNB/2/Maret) Narji

mengatakan pada Isa bahwa “Mendingan loe sekarang bayar lima puluh

ribu” . Narji bermaksud memberikan saran kepada Isa untuk membayar Deni

lima puluh ribu rupiah sebagai ganti rugi dari pada membayar ratusan juta

untuk operasi jantung.

Tuturan atau kata “mendingan” dalam KBBI memiliki arti “lebih

baik” (hal 731:2005), sehingga tuturan tersebut memiliki daya untuk membuat

mitra tutur memilih saran atau usul yang diberikan oleh penutur. Contoh

tindak tutur yang sejenis pada data (CNB/17/Januari).

c. Tindak Tutur direktif “Menasihati”

lii

Menasihati memiliki kata dasar yaitu nasihat dalam KBBI berarti ajaran

atau pelajaran yang baik, “menasihati” dalam KBBI berarti memberi

nasihat.(hal 683:1989).

Contoh tindak tutur direktif “menasihati” adalah sebagai berikut.

Tempat : Di ruang dosen. Ø Konteks : Tuturan terjadi antara Bu Ayuk dengan Lolok .Pada saat Bu Ayuk

makan siang di ruang dosen, tiba-tiba Lolok masuk ruang Bu Ayuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

10) Lolok : “Bu Ayuk, gawat Bu Ayuk!”

Bu Ayuk : “Lolok bisa gak, ketuk pintu dulu? Lolok mau kemana?” Lolok : “Kata Bu Ayuk ketuk pintu dulu.” Bu Ayuk : “Lain kali kalau kamu masuk ruangan, kamu ketuk

pintu dulu.Oke,ada apa?” (CNB/10/Maret)

Analisis

Dialog pada data (CNB/10/Maret) merupakan tindak tutur direktif.

Pada tuuran tersebut bu Ayuk merasa kurang nyaman melihat tingkah laku

Lolok yang sudah terbiasa masuk ruangan tanpa ketuk pintu terlebih dahulu.

Bu Ayuk sebagai seorang dosen memiliki kewajiban untuk menasihati Lolok

sebagai mahasiswanya. “Lain kali” pada tuturan “Lain kali, kalau kamu

masuk ruangan, kamu ketuk pintu dulu.” Merupakan tanda lingual subtindak

tutur “menasihati”. Pada tuturan (CNB/10/Maret) bermaksud untuk

menasihati Lolok agar supaya selalu mengetuk pintu terlebih dahulu jika mau

masuk ruangan. Contoh lain tindak tutur direktif “menasehati” sebagai

berikut.

Tempat : Di sebelah ruang perkuliahan

liii

Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Bunga dan Lolok. Ketika Bunga melihat Lolok sedang cemberut, kemudian Bunga datang menghampirinya dan bertanya tentang penyebab Lolok cemberut.

11) Bunga : “Eh loe disini Lok, kok masih cemberut? Kan gue dah ngasih

saran cara mendapatkan perhatian cowok.” Lolok : “Iya, gara-gara kamu menyaranin kayak gitu, aku jadi di

bilang gila sama Narji!” Bunga : “Ya habisnya sih, senyumnya berlebihan. Makanya jangan

nakut-nakutin. Senyumnya itu harus alami dan menawan. Gue contohin ye…”(Kemudian Bunga mencari cowok yang lewat disekitarnya.) (CNB/11/Januari).

Analisis

Pada tuturan (CNB/11/Januari) Bunga melihat Lolok cemberut karena

tidak berhasil dalam mencari perhatian cowok, kemudian Bunga menasihati

Lolok agar supaya banyak cowok tertarik pada Lolok. Kata “makanya jangan

nakut-nakutin” pada tuturan “Makanya jangan nakut-nakutin. Senyumnya itu

harus alami dan menawan” merupakan subtindak tutur “menasehati”. Pada

tuturan tersebut Bunga sebagai teman curhat Lolok merasa khawatir, karena

melihat Lolok selalu dijahui cowok. Tuturan pada (CNB/11/Januari) bunga

bermasud untuk menasihati Lolok Agar supaya tersenyum secara alami dan

menawan serta tidak berlebihan agar supaya tidak dikatakan orang gila oleh

Narji.

Tempat : Depan pintu gerbang kampus. Ø Konteks : Tuturan terjadi antara Wendi, Deni, Narji, dan Isa. Ketika Isa

mengantar Wendi, Deni, dan Narji dengan ngebut, Deni merasa kesal dan meminta ganti rugi kepada Isa.

12) Isa : “Ayo bayar! Gue mau narik lagi nih!”

liv

Deni : “Gue cuman punya lima ribu...” (Dengan menunjukkan uangnya kepada Wendi dan Narji) Gue ada akal, he…! Sa, harusnya loe yang bayar.”

Isa : “Kok gue yang bayar sih?” Deni : “Loe inget gak? Tadi waktu loe naik bajaj, loe bawanya

ngebut. Waktu loe ngebut jantung gue deg-degan ampir putus, kalau sampai jantung gue kaget terus gue kena serangan jantung, operasinya tu ratusan juta! Sekarang loe yang bayar lima puluh ribu.”

Narji : “Mendingan loe sekarang bayar lima puluh ribu.’ Wendi : “Bener, Sa. Mendingan loe bayar sekarang.” Deni : “Cepat bayar lima puluh ribu, gue gak senang nih jantung gue

deg-degan, mending gue tuntut loe ke pengadilan.” Isa : “Jangan, ya...” Deni : “Udeh, kalo nyopir jangan ngebut.” (CNB/3/Maret)

Analisis

Pada tuturan (CNB/3/Maret) menunjukkan bahwa tuturan tersebut

merupakan tindak tutur direktif . Deni mengatakan kepada Isa bahwa “Udeh,

kalo nyopir jangan ngebut.” Deni bermaksud menasehati Isa agar supaya

tidak terlalu kencang dalam membawa atau menyopir bajaj, karena bisa

membuat penumpang celaka. Tuturan pada “Udeh, kalo nyopir jangan

ngebut.” Merupakan penanda lingual subtindak tutur “menasehati”. Tindak

tutur direktif “menasehati” terdapat pada data (CNB/10/Januari)

d. Tindak Tutur Direktif “Memohon”.

Memohon memiliki kata dasar yaitu “mohon”. Kata “mohon” dalam

KBBI memiliki arti 1.minta dengan harap;berharap supaya mendapat

sesuatu,2.ampunlah (untuk menyatakan maksud menolak atau mengingkari,

jadi berarti tidak mau)(hal.663:1989). Selanjutnya kata “memohon” dalam

KBBI berarti meminta dengan hormat. Contoh tindak tutur direktif

“memohon” sebagai berikut.

Tempat : kejadian di pos bajaj

lv

Ø Konteks : Pada saat para tukang bajaj sedang rapat untuk mengantisipasi terjadinya perampokan. Kemudian datang seorang penumpang dengan wajah garang seperti preman, menyuruh salah satu dari para tukang bajaj untuk mengantarnya, akan tetapi mereka menolaknya.

13) Penumpang : “Bang, anterin ke Blok M.”

Raden : “Maaf bang, saya gak narik.” Melky : “Sama, bang.” Isa : “Ampun bang, saya cuma sopir bajaj, bang. Jangan

dirampok...” (CNB/15/Januari) Penumpang : “Saya teh gak mau ngerampok, tolong anterin ke blok

M.

Analisis

Raden, Isa, dan Melky sangat berhati-hati dan takut terhadap

perampok. Ketika mereka disuruh penumpang mengantar ke Blok-M, Melky

dan Raden menolaknya sedangkan Isa justru memohon ampun kepada

penumpang tersebut supaya tidak dirampok. Penanda Lingual subtindak tutur

direktif “memohon” adalah kata “Ampun bang”. Pada Tuturan

(CNB/15/Januari) Isa bermaksud memohon ampun terhadap penumpang

tersebut, agar supaya tidak dirampok. Isa mngira bahwa penumpang tersebut

adalah perampok karena wajah penumpang tersebut sangar seperti preman..

Contoh lain tindak tutur direktif “memohon” sebagai berikut.

Tempat : Dekat parkiran dalam kampus Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Narji dan Preman. Ketika Narji

memohon kepada preman tersebut agar tidak dihajar atau dipukulin karena belum membayar tepat waktu.

14) Preman 1 : “Sontoloyo, gak punya uang, berani datang loe?!”

Narji : “Ampun, bang. Ampun...” (CNB/12/Februari).

Analisis

lvi

Tuturan yang disampaikan Narji merupakan tindak tutur direktif.

Tuturan pada data (CNB/12/Februari) bermaksud untuk memohon kepada

para rentenir tersebut agar supaya diampuninya karena belum punya uang

untuk membayar. Subtindak tutur direktif “memohon” pada data

(CNB/12/Februari) ditandai dengan penanda Lingual “Ampun, bang.

Ampun...”.. Fungsi tuturan “ampun” pada data (CNB/12/Februari) adalah

sebagai sebuah permohonan agar tidak dicelakai preman tersebut.

e) Tindak Tutur Direktif “Mengajak”.

“Mengajak” dalam KBBI memiliki arti; 1. Meminta (menyilakan,

menyuruh, dsb) supaya turut (datang), 2. Membangkitkan hati supaya

melakukan sesuatu (hal.14:1989). Contoh Tindak tutur direktif “mengajak”

sebagai berikut.

Tempat : Dekat ruang kuliah Ø Konteks : Percakapan berlangsung antara Narji dan Lolok. Ketika Narji

sedang membaca buku, Lolok datang merayu Narji dan bermaksud mengajak Narji kencan dengannya.

15) Lolok : “Narji hari ini ganteng.” (Dengan nada rayuan.)

Narji : “Masak sih?” Lolok : “Ji, malam minggu kita jalan-jalan yuk!” (CNB/4/Januari)

Analisis

Pada tuturan (CNB/4/Januari) Lolok mengajak Narji jalan-jalan pada

malam minggu karena malam minggu merupakan waktu yang tepat untu

keluar berduaan. Kata “yuk” dalam tuturan “malam minggu kita jalan-jalan

yuk” merupakan penanda lingual subtindak tutur “mengajak”. Dalam tuturan

tersebut lolok mengajak Narji jalan-jalan karena Lolok mempunyai rasa

lvii

simpati terhadap Narji.. Kata “Yuk” dalam KBBI merupakan kata seru

mengajak/ ajakan (hal.1135:1989). Contoh lain Tindak tutur direktif

“mengajak” sebagai berikut.

Tempat : Di lorong jalan Ø Konteks :Percakapan terjadi antara Andre dan Lolok . ketika Lolok berangkat

ke kampus Lolok melihat Andre dikejar-kejar orang gila, kemudian Lolok menolong pemuda tersebut. Setelah orang gila tersebut berhasil pergi Andre sangat senang dan merasa tertolong selanjutnya Andre mengajak kenalan Lolok.

16) Andre : “Mbak, tolong mbak!”

Lolok : “Tenang, hush…! Hush…! Pergi gak?! Dah tenang aja, orang gilanya dah pergi.”

Andre : “Hebat, baru kali ini saya ketemu cewek ditakuti orang gila! Oh ya, kenalin gue Andre (CNB/18/Januari).

Analisis

Pada tuturan (CNB/18/Januari) Andre mengajak kenalan Lolok pada

tuturan “kenalin gue Andre”, merupakan penanda lingual subtindak tutur

direktif “mengajak”. tuturan tersebut sangat jelas memiliki maksud bahwa

bahwa Andre ingin mengajak kenalan Lolok karena telah menolong Andre.

Tindak tutur direktif “mengajak”, terdapat pada data (CNB/24/Januari) dan

(CNB/4/Februari)

3. Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar

ujarannya diartikan sebagai tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu atau

tindak tutur yang digunakan untuk mengekspresikan perilaku psikologis penutur.

Subtindak tutur yang dapat dikatagorikan kedalam tindak tutur ekspresif adalah

lviii

mengucapkan selamat, memuji, mengkritik, mengucapkan terima kasih, mengeluh,

dan menyalahkan.

a. Tindak Tutur Ekspresif “Mengucapkan Terima kasih”

“Mengucapkan terima kasih” dalam KBBI berarti mengeluarkan

ucapan (kata),mengatakan terimakasih (hal.1095:1989). Contoh tindak tutur

ekspresif “mengucapkan terima kasih” sebagai berikut.

Tempat : Di samping kelas. Ø Konteks :Ketika Lolok sedang sedih, Wendy datang dengan membaca puisi,

kemudian Lolok merasa tersanjung dan mengira Wendy telah sengaja menghibur Lolok dengan membaca puisi tersebut dan Lolok langsung mengucapkan terima kasih kepada Wendy. Ucapan terima kasih Lolok ditanggapi dengan nada tersiksa karena pelukan Lolok yang menyesakkan dan terlalu erat.

17) Wendy : “SEMBURAT LUKA MENARI DIMATAMU,

JANGAN BERDUKA, USAH MENGARAH, TEGARKAN HATIMU WAHAI ADINDA...” (Datang dengan membaca puisi)

Lolok : “Wendy, makasih banget ya! Kamu telah menghibur aku disaat aku sedang sedih.” (Kemudian Lolok memeluknya dengan erat.) (CNB/7/Januari)

Wendy : “Siapa yang lagi ngibur loe, Lolok? Gue lagi latihan membaca puisi terbaru gue.” (Dengan nada yang tersiksa karena Lolok memeluknya terlalu erat, kemudian Wendy pergi lagi)

Analisis

Pada data (CNB/7/Januari) merupakan tindak tutur ekspresif. Pada

tuturan tersebut Lolok mengucapkan terima kasih kepada Wendy. Kata

“makasih banget” dalam tuturan “makasih banget ya! Kamu telah menghibur

aku disaat aku sedang sedih” yang disampaikan Lolok kepada wendy

merupakan penanda lingual subtindak tutur “mengucapkan terima kasih”.

lix

Lolok merasa senang karena hatinya telah terhibur mendengar puisi Wendy.

Tuturan tersebut sangat jelas bermaksud mengucapkan terimakasih kepada

Wendy karena telah menghiburnya. Kata “makasih banget” merupakan salah

satu bahasa gaul yang berarti “terima kasih banyak”. Contoh lain tindak tutur

direktif “mengucapkan terima kasih” sebagai berikut.

Tempat : Di sebelah ruang perkuliahan Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Bu Ayuk dan Wendy. Ketika Bu Ayuk

ingin mengucapkan terima kasih kepada Wendy.

18) Bu Ayuk : “Wendy, saya tu mau mengucapkan banyak terima kasih kepada kamu karena kamu sekarang saya hidupnya lebih tenang, saya bahagia sudah gak dkejar-kejar lagi ma Pak Dodik. (CNB /23/Januari)

Wendy : “Sama-sama bu saya seneng bisa bantu ibu juga”

Analisis

Tuturan (CNB /23/Januari) merupakan tindak tutur ekspresi. Pada

tuturan tersebut Bu Ayuk mengucapkan terima kasih kepada Wendy karena

telah menolong Bu Ayuk dari kejaran pak Dodik. Kata “mengucapkan banyak

terima kasih” dalam tuturan “Wendy, saya tu mau mengucapkan banyak

terima kasih kepada kamu karena kamu sekarang saya hidupnya lebih tenang,

saya bahagia sudah gak dkejar-kejar lagi ma Pak Dodik” merupakan penanda

lingual subtindak tutur “mengucapkan terima kasih”. Faktor yang

menjadikannya terjadinya subtindak tutur “mengucapkan terima kasih” adalah

tujuan pertuturan. Dalam hal ini Bu Ayuk merasa senang berkat pertolongan

dari Wendy , dia telah bebas dari kejaran Pak Dodik, Hal ini terbukti pada

tuturan “saya bahagia sudah gak dkejar-kejar lagi ma Pak Dodik”. tindak

lx

tutur direktif “mengucapkan terima kasih” ditemukan pada data (CNB

/2/Januari) dan (CNB /21/Januari)

b. Tindak Tutur Ekspresif “Mengkritik”

“Mengkritik” dalam KBBI memiliki arti kecaman atau tanggapan, kadang

disertai uraian pertimbangan baik dan buruk terhadap suatu hasil karya (hal.

531:1989). Tuturan yang mengandung fungsi tindak tutur mengkritik hanya

ditemukan pada data berikut.

Tempat : Depan pintu gerbang kampus Ø Konteks : Percakapan berlangsung antara Isa, Deni, dan Narji. Saat itu Isa

mengantar Narji dan Deni ke kampus .

19) Isa : “Dua puluh ribu, kayak kemaren biasa.’ Deni : “Kenape, Ji?”

(melihat Narji terluka setelah naik Bajajnya Isa.) Narji : “Justru loe yang bayar ke gue” Isa : “Kok gue Ji?gue gak ngebutkan hari ini” Narji : “Loe emang gak ngebut tapi loe ngerem mendadak

akibatnya tangan gue luka nie” (CNB/6/Maret)

Analisis

Tuturan (CNB/6/Maret) merupakan tindak tutur ekspresif . Pada

tuturan tersebut Narji mengkritik Isa meski cara mengendarai bajajnya tidak

begitu kencang tetapi Isa mengerem bajajnya dengan cara mendadak sehingga

menyebabkan tangan Narji terluka. Pada tuturan “Loe emang gak ngebut tapi

loe ngerem mendadak akibatnya tangan gue luka nie”. yang disampaikan

Narji merupakan penanda lingual subtindak tutur “mengkritik”. Faktor yang

menjadikannya terjadinya subtindak tutur “mengkritik” adalah tujuan

pertuturan. Dalam hal ini Narji bertujuan untuk mengekspresikan kekesalan

lxi

nya dengan mengkritik Isa. Kekesalan tersebut dikarenakan Isa telah membuat

tangan Narji terluka.

c. Tindak Tutur Ekspresif “Mengucapkan Selamat”

“Mengucapkan Selamat” KBBI berarti mengeluarkan ucapan (kata),

mengatakan atas tercapainya maksudnya (hal.1095:1989). Tuturan yang

mengandung fungsi tindak tutur “mengucapkan selamat” hanya ditemukan

pada data berikut.

Tempat : Di pos bajaj Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Lolok dan Bu Ayuk. Pada saat Bu Ayuk

menanyakan Santi karena biasanya mereka pulang bersama.

20) Bu Ayu : “Hai, Lolok” Lolok : “Eh, bu Ayu.” Bu Ayuk : “Kok gak pulang bareng Santi?” Lolok : “Gak bu, Santi lagi mau pulang sendiri,teruskan Lolok

mau naik bajaj nie..bu terus mereka bertiga mau berebut siapa yang nganterin Lolok”

Bu Ayuk : “Selamat ya Lolok akhirnya” (CNB/11/Februari)

Analisis

Tuturan pada (CNB/11/Februari) merupakan tindak tutur Tutur

ekspresif. Pada tuturan tersebut Bu Ayuk mengucapkan selamat kepada

Lolok. Kata “selamat “ yang terkandung dalam tuturan “Selamat ya Lolok

akhirnya” merupakan penanda lingual subtindak tutur “Mengucapkan

selamat”. Faktor yang menjadikannya subtindak tutur “Mengucapkan

selamat” adalah tujuan pertuturan. Dalam hal ini Bu Ayuk merasa senang

melihat Lolok diperebutkan oleh cowok. Perasaan senang tersebut

diekspresikan dengan mengucapkan “selamat” kepada Lolok.

lxii

d. Tindak Tutur Ekspresif “Memuji”

“Memuji” dalam KBBI berarti melahirkan keheranan dan

penghargaaan kepada sesuatu (yang dianggap baik, indah, gagah, berani, dsb).

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, ada beberapa yang menggunakan

fungsi tindak tutur ekspresif.

Tempat : Di pos bajaj. Ø Konteks: Percakapan terjadi antar Isa, Wendi dan Deni. Pada saat itu mereka

sedang bersenda gurau.

21) Isa : “Wah loe hebat sekarang Den tambah sakti aje, mantra dah baru dibaca, Wendy udah jatuh” (CNB/8/Maret)

Raden : “Makanya jangan suka ngeremehin kesaktian gue” Melky : “Hebat banget bener-bener hebat loe”

Analisis

Pada tuturan (CNB/8/Maret) Isa mengagumi kehebatan Raden.

Tuturan yang dilontarkan Isa kepada Raden merupakan tuturan pujian. Kata

“Wah loe hebat” dan “tambah sakti” dalam tuturan “Wah loe hebat sekarang

Den tambah sakti aje, mantra dah baru dibaca, Wendy udah jatuh”

merupakan penanda lingual subtindak tutur “memuji”. Selain itu faktor

pertuturan yang mendukung bahwa Raden hebat dan Sakti adalah pada kata

“mantra dah baru dibaca, Wendy udah jatuh”. Contoh lain tindak tutur

Ekspresif “memuji” sebagai berikut.

Tempat : Lorong jalan belakang kampus. Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Setelah Andre ditolong oleh Lolok dari

kejaran orang gila, Andre kemudian berkenalan dengan Lolok. Usai berkenalan, Andre memuji nama Lolok yang dirasa bagus.

22) Andre : “Hebat, baru kali ini saya ketemu cewek ditakuti orang gila!

Oh ya, kenalin gue Andre.”

lxiii

Lolok : “Aku Lolok.” Andre : “Lolok, namanya cukup bagus sama kayak orangnya.”

(CNB/19/Januari) Lolok : “Makasih.”

Analisis

Tuturan yang disampaikan Andre kepada Lolok merupakan tindak

tutur ekspresif “memuji”. Hal ini dapat dilihat Penanda lingual tuturan

“memuji” pada tuturan “namanya cukup bagus sama kayak orangnya”.

Tuturan tersebut merupakan pujian yang dilontarkan Andre untuk

menyenangkan hati Lolok. Faktor pertuturan yang mendorong Andre memuji

Lolok, karena Andre telah ditolong oleh Lolok dari kejaran orang gila. tindak

tutur sejenis ditemukan pada data (CNB /1/Januari) dan (CNB /6/Januari).

e. Tindak Tutur Ekspresif “Menyalahkan”

“Menyalahkan” dalam KBBI berarti 1) Menyatakan (memandang,

menganggap) salah, 2) melemparkan kesalahan kepada..Contoh tindak tutur

ekspresif “menyalahkan” hanya ditemukan pada data berikut;

Ø Konteks

Di luar kelas dekat papan pengumuman

Lolok merasa sedih karena saran yang diberikan Bunga untuk

menggait cowok gagal semua, kemudian Lolok juga menyalahkan Bunga

karena dibilang gila oleh Narji setelah melaksanakan tips dari Bunga.

23) Narji : “Loe kenapa sih, Lok? Kok cemberut aja kayak sapi mau dijodohin.”(Kemudian Narji pergi.)

Bunga : “Eh loe disini Lok, kok masih cemberut? Kan gue dah ngasih saran cara mendapatkan perhatian cowok.”

Lolok : “Iya, gara-gara kamu menyaranin kayak gitu, aku jadi di bilang gila sama Narji!” (CNB/9/Januari)

lxiv

Bunga : “Ya habisnya sih, senyumnya berlebihan. Makanya, jangan nakut-nakutin. Senyumnya itu harus alami dan menawan. Gue contohin ye…”(Kemudian Bunga mencari cowok yang lewat disekitarnya.)

Analisis

Pada tuturan (CNB/9/Januari) menunjukkan bahwa tuturan tersebut

adalah tindak tutur ekspresif dengan subtindak tutur “menyalahkan”. Lolok

mengatakan kepada Bunga bahwa “gara-gara kamu menyaranin kayak gitu,

aku jadi di bilang gila sama Narji!” . Lolok bermaksud menyalahkan Bunga

karena setelah mengikuti saran dari Bunga , Lolok dijuluki orang gila oleh

Narji. Subtindak tutur “menyalahkan” diperkuat dengan adanya penanda

lingual “gara-gara kamu”.

f. Tindak Tutur Ekspresif “Mengeluh”

“Mengeluh” dalam KBBI berarti menyatakan susah (karena

penderitaan, kesakitan, kecewaan,dan sebagainya).contoh subtindak tutur

“mengeluh” sebagai berikut.

Tempat : Di halaman kampus Ø Konteks : Narji merasa kecewa ketika orang tuanya mengirim uang kepada

Narji akan tetapi uang tersebut hanya cukup untuk membayar SPP, padahal Narji juga butuh uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

24) Narji : “Orang tua gue tega juga ya? Masak ngirimin duit pas

buat bayar SPP.” (CNB/1/Februari) Deni : ”Loe boros sih, Ji.. Kayak muka loe.” Wendy : ”Makanya kalo mau hemat belajar ma gue si Mamat

masternya hidup hemat”

Analisis

Tuturan pada data merupakan fungsi tindak tutur ekspresif . Pada

tuturan (CNB/1/Februari) Narji mengeluh karena uang yang dikirim oleh

lxv

orang tua hanya cukup untuk membayar SPP. Tuturan “Orang tua gue tega

juga ya? Masak ngirimin duit pas buat bayar SPP” merupakan penanda

lingual subtindak tutur “mengeluh”. Tuturan Narji tersebut bermaksud ingin

mendapatkan uang lebih untuk memenuhi kebutuhannya selama kuliah akan

tetapi kiriman uang dari orang tua narji hanya cukup untuk membayar SPP.

Tuturan pada data merupakan tindak tutur langsung yang

menggunakan modus kalimat berita. Pada tuturan data (CNB/1/Februari)

bermaksud untuk memberitahukan kepada teman-temannya bahwa uang Narji

hanya cukup untuk membayar SPP.Contoh lain tindak tutur ekspresif

“mengeluh” adalah sebagai berikut.

Tempat : Dekat papan pengumuman samping kelas Ø Konteks: Deni merasa kesulitan mengerjakan soal yang diberikan oleh Bu

Ayuk, kemudian Deni bertanya kepada Wendy akan tetapi Wendy juga belum mengerjakan justru dia mengeluh sakit kepala.

25) Wendi : ”Ni tugas bahasa Inggris ngumpulinnya besok?”

Deni : ”Iyalah, loe udah belum?” Wendi : ”Udah.” Deni : ”Udah loe kerjain?” Wendy : ”Udah gue baca soalnya.” Deni : ”Jawabannya?” Wendy : ”Belum.” Deni : ”Sama aja.” Wendy : “Kepala gue pusing, susah banget, Den!”(CNB/5/Februari)

Analisis

Pada tuturan (CNB/5/Februari) merupakan tindak tutur ekspresif.

Tindak tutur ekspresif ini masuk dalam subtindak tutur “mengeluh”. Penanda

lingual “mengeluh” pada data (CNB/5/Februari) adalah tuturan “Kepala gue

pusing, susah banget”. Wendi mengeluh kepada Deni bahwa kepalanya

pusing karena kesulitan dalam mengerjakan tugas bahasa Inggris. Keluhan

lxvi

Wendi juga bisa disebabkan karena kurang ketertarikannya terhadap mata

kuliah bahasa Inggris dan juga bisa disebabkan karena sifatnya yang pemalas.

Pada tuturan (CNB/5/Februari) termasuk tindak tutur langsung dengan

modus kalimat berita . Pada tuturan tersebut Wendi memberitahu kepada Deni

bahwa dirinya juga belum bisa menyelesaikan atau mengerjakan tugas bahasa

Inggris. Tindak tutur sejenis ditemukan pada data (CNB/6/Februari).

4. Tindak Tutur Komisif

Fungsi tindak tutur komisif adalah tindak ujar yang mengikat

penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya.

Subtindak tutur yang ditemukan adalah berjanji, mengancam, menolak, dan

menawarkan. contoh beberapa fungsi tindak tutur komisif sebagai berikut.

a) Tindak Tutur Komisif “Menawarkan”

“Menawarkan” dalam KBBI berarti menunjukkan sesuatu kepada

mitra tutur dengan maksud supaya dipakai.Contoh fungsi tindak tutur komisif

“menawarkan” sebagai berikut.

Tempat : Di samping ruang kelas perkuliahan Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Lolok dan Bu Ayuk. ketika Lolok curhat

pada Bu Ayuk bahwa semua yang diajarkan oleh Bunga gagal semua. Setelah mendengar cerita Lolok, Bu Ayuk menawarkan trik baru menggaet cowok kepada Lolok.

26) Bu Ayuk : “Jadi semua yang diajarin Bunga itu gak ada yang

berhasil?” Lolok : “Boro-boro berhasil, bu! Yang ada saya dikatain gila sama

si Narji. Bu Ayuk tolong dong, bantu saya gimana caranya punya cowok.”

Bu Ayuk : “Oke, kalau memang kamu menginginkan pacar cepat. Ibu sih punya trik yang lain.” (Kemudian bu Ayu tengok kanan-kiri kayak orang mencurigakan.) (CNB/12/Januari)

lxvii

Analisis

Pada dialog tersebut tuturan yang disampaikan oleh Bu Ayuk

merupakan subtindak tutur komisif “menawarkan”. Pada kata “ibu sih

punya trik yang lain” dalam tuturan “Oke, kalau memang kamu

menginginkan pacar cepat. Ibu sih punya trik yang lain.” merupakan

penanda lingual subtindak tutur “menawarkan”. Pada tuturan

(CNB/12/Januari) Bu Ayuk merasa kasihan kepada Lolok, sehingga dia

menawarkan sebuah trik baru kepada Lolok.

Tempat : Dalam kampus dekat ruang mengajar Ø Konteks : Narji, Deni, dan Wendy sedang duduk membaca buku, kemudian

Bu Ayuk datang menyapa mereka bertiga serta meminta tolong mereka untuk menemani Bu Ayuk ke toko buku, namun mereka tidak bisa. Tiba-tiba Pak Dodik datang dari belakang Bu Ayuk dan menawarkan diri untuk menemani Bu Ayuk.

27) Bu Ayuk : “Narji, pasti kamu bisa temani ibu, kan?”

Narji : “Tenang aja bu, sore ini saya mau kencan ama Bunga.”

Bu Ayuk : “Berarti itu gak dong. Waduh, terus siapa dong yang nemenin saya ke toko buku?”

Pak Dodik : “Bu Ayuk, bagaimana dengan saya saja, bu. Habis beli buku, kita berjalan berdua ke pantai Ancol pacaran dah kita kesana.” (Tiba-tiba pak Dodik datang dan menawarkan diri untuk menemani Bu Ayuk) (CNB/26/Januari)

Analisis

Tuturan yang disampaikan oleh Pak Dodik termasuk tindak tutur

“komisif. Penanda lingual subtindak tutur “penawaran” terdapat pada tuturan

“bagaimana dengan saya saja?” . Pada tuturan tersebut pak Dodik

menunjukkan suatu kerelaan atau keikhlasan dalam menawarkan diri untuk

menemani Bu Ayuk, hal ini disebabkan karena faktor ketertarikan Pak Dodik

lxviii

kepada Bu Ayuk. Hal ini diperkuat dengan adanya tuturan “Habis beli buku,

kita berjalan berdua ke pantai Ancol pacaran dah kita kesana”. Tindak tutur

sejenis ditemukan pada data (CNB/20/Januari) dan (CNB/2/Februari).

b). Tindak Tutur Komisif “Berjanji”

“Berjanji” dalam KBBI memiliki arti 1) mengucapkan janji;

menyatakan bersedia dan sanggup untuk berbuat sesuatu, 2) menyanggupi

akan menepati apa yang telah dikatakan atau yang telah disetujui

(hal.401:1989). Contoh subtindak tutur komisif “berjanji” sebagai berikut.

Tempat : Halaman kampus Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Santi dan Narji. Ketika Santi mencoba

untuk mengetahui permasalahan yang melanda Narji, karena Narji selalu melamun dan marah-marah.

28) Santi : “Hai, Ji! Kamu kenapa sih ngalamun terus?” (sambil

menyentuh pundaknya Narji.) Narji : “San..” Santi : “Apa? Tuh kan, diem lagi. Ngomong aja, gak usah ragu ragu.

Aku janji kok gak bakal marah.” (CNB/27/Februari) Narji : “Yakin janji?” Santi : “Janji.”

Analisis

Tuturan pada data (CNB/27/Februari) merupakan tindak tutur

komisif. Kata “Aku janji” dalam tuturan “Tuh kan, diem lagi. Ngomong aja,

gak usah ragu ragu. Aku janji kok gak bakal marah ” merupakan penanda

lingual subtindak tutur “berjanji”. Tuturan Santi pada data (CNB/27/Februari)

bermaksud ingin mengetahui masalah yang melanda Narji karena sebagai

teman, Santi tidak tega melihat Narji selalu melamun dan marah-marah,

walaupun Santi pernah menolak Narji menjadi pacarnya.

lxix

Faktor pendukung Subtindak tutur “berjanji” adalah agar supaya Narji

mau berbicara terus terang tentang masalah yang melanda dirinya. Dalam

KBBI kata atau tuturan “janji” memiliki arti perkataan yang menyatakan

kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (hal.401:1989).

c). Tindak Tutur Komisif “Bersumpah”

“Bersumpah” dalam KBBI memiliki arti 1)menyatakan kebenaran

suatu hal atau kesetiaan dengan sumpah,2) berjanji dengan sungguh-

sungguh.Contoh tindak tutur komisif “bersumpah” hanya terdapat pada data

berikut.

Tempat : Gerbang kampus depan Ø Konteks : Percakapan berlangsung antara Isa dan Narji. Ketika Isa disuruh

Narji membayar lima puluh ribu rupiah, pembayaran tersebut kurang seribu akan tetapi Narji tetap memintanya walaupun kurang seribu. Narji merasa Isa kurang ikhlas dalam membayarnya, untuk memastikan keikhlasan Isa, Narji bertanya kepada Isa tentang keikhlasannya membayar Narji. Setelah Isa bersumpah ikhlas membayar Narji kemudian dia pergi.

29) Isa : “Seneng, seneng!”

Narji : “Ikhlas gak?” Isa : “Ikhlas, Ji. Sumpah ikhlas.” (CNB/7/Maret)

Analisis

Tuturan pada data (CNB/7/Maret) sangat jelas telah memenuhi fungsi

tindak tutur komisif “bersumpah”. Tuturan Isa bermaksud untuk bersumpah

agar supaya Narji percaya dengan keikhlasan Isa .Tindak tutur komisif

“bersumpah” ditandai dengan penanda Lingual “Ji. Sumpah ikhlas.” pada

tuturan “sumpah”,

Dalam KBBI memiliki arti 1) pernyataan yang disertai tekad

melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya atau berani menderita

lxx

sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar, 2) janji atau ikrar yang teguh (hal

973:1989).

d) Tindak Tutur Komisif “Mengancam”

“Mengancam” dalam KBBI memiliki arti 1) menyatakan maksud

(niat,rencana) untuk melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan,

menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain, 2)memberi pertanda atau

peringatan mengenai kemungkinan malam petaka yang bakal terjadi

(hal.38:1989). Contoh tindak tutur komisif “mengancam sebagai berikut.

Tempat : Dalam kampus dekat tempat parkir kendaraan Ø Konteks : Narji tertangkap oleh anak buahnya Dimas. Dimas merupakan

seorang rentenir dan Narji mempunyai hutang terhadap Dimas sehingga anak buahnya mencari Narji untuk menagih hutang tersebut. Setelah tertangkap Narji tidak mau membayar hutang, tiba-tiba Dimas datang dan mendapat laporan dari anak buahnya kalau Narji tidak mau membayar kemudian Dimas mengancam Narji akan menghajarnya bila tidak mau membayar.

30) Bu Ayuk : “nie..siapa lagi?”(melihat Dimas datang)

Narji : “Itu dia rentenirnya bu” Preman 1 : “Dia gak mau bayar”(Preman tersebut ngomong ama

Dimas dengan melihat Narji) Dimas : “He..jadi loe gak mau bayar gue hajar loe” (Dengan

memegang Narji) (CNB/14/Februari)

Analisis

Tuturan Dimas termasuk tindak tutur komisif . Pada tuturan “He..jadi loe gak

mau bayar gue hajar loe” merupakan penanda lingual subtindak tutur

“mengancam”. Pada data (CNB/14/Februari) Dimas bermaksud untuk

mengancam Narji apabila tidak membayar hutang akan dipukul oleh Dimas.

Faktor pendukung subtindak tutur “mengancam” pada data

lxxi

(CNB/14/Februari), karena Narji belum mempunyai uang untuk membayar

Dimas. Contoh lain fungsi tindak tutur komisif “mengancam” sebagai berikut.

Tempat : Dalam kampus dekat kelas Ø Konteks : Narji, Wendy, dan Deni sedang mengatur rencana untuk

menghentikan terr.or santetnya si Aden. Secara tidak sengaja Lolok mendengar rencana tersebut dan mengancam mereka akan dilaporkan kepada Bu Ayuk.

31) Deni : “Biar bagaimanapun kita harus menghentikan terror

santetnya siAden nih” Wendy : “Bener juga sih tapi gimana caranya ye..” Narji : “Pikirin dong bareng-bareng bagaimana caranya kita ngantem

si Aden CS” Lolok : “Yak ampun Deni,Narji,Wendy kalian masih berantem sama

anak-anak bajai tu? Awas ya Lolok aduin Bu Ayuk lho..” (CNB/12/Maret).

Analisis

Tuturan Lolok merupakan tindak tutur komisif “mengancam”. Tuturan

pada data (CNB/12/Maret) bermaksud mengancam Deni, Narji, dan Wendy

agar supaya tidak berantem lagi. Ancaman pada tuturan tersebut ditandai

dengan penanda Lingual “Deni, Narji, Wendy kalian masih berantem sama

anak-anak bajai tu?awas ya Lolok aduin Bu Ayuk lho..”. Disebabkan karena

terdapat ciri kata “mengancam” pada tuturan tersebut yaitu tuturan “awas

ya”, bermaksud untuk mengancam atau memberi perinagatan kepada Narji,

Wendy, dan Deni apabila mereka berantem dengan kelompok bajaj lagi maka

mereka akan dilaporkan ke Bu Ayuk. Kemudian ancaman tersebut

menyebabkan Narji, Wendy, dan Deni untuk berfikir dua kali apabila mereka

mau berkelahi dengan kelompok Bajaj.

e) Tindak Tutur Komisif “Penolakan”

lxxii

“Penolakan” memiliki arti orang yang melakukan tolak atau orang

yang menolak.contoh subtindak tutur “penolakan” sebagai berikut.

Tempat : Di samping kelas Ø Konteks :Peristiwa tersebut terjadi ketika Lolok berusaha merayu Narji

supaya Narji mau diajak kencan oleh Lolok, namun Narji menolak ajakan kencan Lolok.

32) Lolok : “Narji hari ini ganteng.” (Dengan nada rayuan.)

Narji : “Masak sih?” Lolok : “Ji, malam minggu kita jalan-jalan yuk!” Narji : “Sorry, Lok. Gue gak bisa.” Lolok : “Ya tapi kan, Ji...” Narji : “Pokoknya gue gak bisa. Gue sibuk.” (CNB/5/Januari)

Analisis

Pada percakapan (CNB/5/Januari) tuturan yang disampaikan oleh

Narji merupakan subtindak tutur komisif “penolakan”.Tuturan yang

disampaikan Narji bermaksud menolak ajakan Lolok. “penolakan” yang

dituturkan oleh Narji ditandai dengan penanda lingual “Sorry, Lok” dalam

“Sorry, Lok. Gue gak bisa.” Tuturan tersebut sangat jelas merupakan sebuah

penolakan yang dituturkan Narji kepada Lolok untuk menemaninya jalan-

jalan. Contoh lain sebagai berikut.

Tempat : Di Pos Bajaj Ø Konteks : Konteks Peristiwa tersebut seorang calon penumpang menyuruh

Isa untuk mengantarnya ke Blok M, tetapi Isa menolaknya dengan alasan takut dirampok.

33) Penumpang : “Bang, anterin ke Blok M.”

Raden : “Maaf bang, saya gak narik.” (CNB/14/januari) Melky : “Sama, bang.” Isa : “Ampun bang, saya cuma sopir bajaj, bang. Jangan

dirampok...”

Analisis

lxxiii

Pada percakapan (CNB/14/Januari) tuturan yang disampaikan oleh

Raden merupakan fungsi tindak tutur komisif “penolakan”. Tuturan pada data

(CNB/14/Januari) bermaksud menolak calon penumpang karena takut jika

penumpang tersebut perampok. Tuturan pada data (CNB/14/Januari) ditandai

dengan penanda lingual tindak tutur komisif “penolakan”, yaitu pada tuturan

“Maaf Bang, saya gak narik”. Tuturan tersebut merupakan sebuah kata-kata

penolakan dari Raden kepada calon penumpang. Contoh data lain sebagai

berikut.

Tempat : Dialog tersebut terjadi dekat Pos Satpam Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Mbak Surti dan Bang Wahid. Ketika

mbak Surti dengan tergesa-gesa ingin masuk kampus untuk melihat Wendy, kemudian bang Wahid melarangnya karena Mbak Surti termasuk orang asing yang tidak diperbolehkan masuk ke dalam kampus, akan tetapi Mbak Surti tidak memperdulikan larangan tersebut.

34) Bang Wahid : “He, mbak Surti ngapain sih pakek kemari?”

Mbak Surti : “Aku mau ke tempatnya mas Wendy. Aku mau lihat mas Wendy.”

Bang Wahid : “Tapi mbak Surti gak boleh masuk ah!” Mbak Surti : “Aku gak peduli! Pokoknya aku harus ketemu mas

Wendy!” (CNB/14/Maret)

Analisis

Pada dialog (CNB/14/Maret), tuturan yang disampaikan oleh Mbak

Surti memiliki fungsi tindak tutur komisif “penolakan”. tuturan tersebut

ditandai dengan penanda lingual yang menunjukkan tindak tutur komisif

“penolakan” pada tuturan “aku gak peduli”.

Tuuturan pada data (CNB/14/Maret), Mbak Surti melakukan

penolakan terhadap larangan Bang wahid karena Mbak Surti ingun melihat

Wendy yang telah disakiti oleh para kelompok Bajaj. Sehingga Bang Wahid

lxxiv

kewalahan dan mengalami kesulitan mencegah Mbak Surti masuk dalam

kampus.

B. Implikatur Percakapan pada Sinetron Komedi

“Cagur Naik Bajaj ” di Stasiun Televisi ANTV.

Dalam percakapan sinetron komedi Cagur Naik Bajaj , seorang penutur sering

menyampaikan maksud secara implisit. Berdasarkan analisis data, ditemukan adanya

implikatur percakapan dalam Cagur Naik Bajaj . Implikatur-implikatur tersebut tidak

bisa dikategorikan secara spesifik. Oleh karena itu, implikatur yang terdapat dalam

Cagur Naik Bajaj akan dikelompokkan menurut fungsinya. Berikut akan dibahas

mengenai implikatur-implikatur tersebut.

1. Melarang

Tempat : Di jalan setapak dekat kampus Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Narji dengan Deni. Ketika Narji pulang

dari kampus Deni mengikuti Narji karena khawatir terhadap Narji.

35) Narji : “Ngapain loe ngikutin gue?” (CNB/10/Februari) Deni : “Siapa yang ngikutin loe?!”

Analisis

Tuturan Narji pada data (CNB/10/Februari) merupakan tindak tutur

tidak langsung yang menggunakan modus tanya karena dibalik pertanyaan

lxxv

Narji memiliki maksud lain. Implikatur yang diperoleh dari adanya tindak

tutur tidak langsung pada data (CNB/10/Februari) ditandai dengan penanda

lingual “Ngapain loe ngikutin gue?” yang bermaksud Narji bukan semata-

mata untuk bertanya kepada Deni, akan tetapi bermaksud Narji melarang

Deni untuk mengikutinya karena Narji sedang tidak ingin diganggu. Dengan

kata lain tuturan pada data (CNB/10/Februari) mengimplikasikan bahwa Narji

ingin sendiri. Implikatur “melarang” sejenis ditemukan pada data

(CNB/3/Februari)

2. Menyuruh

Tempat : Dekat pintu gerbang kampus Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Bang Wahid dengan Narji. Ketika Narji

pulang melewati pintu gerbang, Bang Wahid menyapa Narji, akan tetapi Narji tidak membalas sapaan dari Bang Wahid.

36) Bang Wahid : “Tumben sendiri? Manyun lagi, tegor dong, Ji. Bales,

orang disapa kok diem aja sih?!” (Melihat Narji diam saja hanya melihat tanpa berkata apa-apa.)

Deni : “Kenape, Bang Wahid?” Bang Wahid :“ Temen ente ditegor diem aje!” (CNB/9/Februari) Narji : “Loe berdua jangan ikut campur!”

Analisis

Tuturan pada data (CNB/9/Februari) termasuk tindak tutur tidak

langsung yang menggunakan modus berita, karena Bang Wahid secara tidak

langsung menyuruh Deni untuk mengawasinya. Implikatur pada data

(CNB/9/Februari) tidak semata-mata berfungsi memberitahukan kelakuan

Narji kepada Deni. Bang Wahid bermaksud menyuruh Deni untuk mengawasi

Narji karena kelakuannya yang aneh. Dengan perkataan lain, tuturan itu

mengimplikasikan bahwa Bang wahid juga merasa khawatir terhadap

lxxvi

kelakuan Narji. Tuturan tersebut ditandai dengan penanda Lingual, “Temen

ente ditegor diem aje!”.. Implikatur pada data (CNB/9/Februari).

3. Memperingatkan

Tempat : Kantin Mbak Surti Ø Konteks :Percakapan terjadi antara Bang Wahid, Raden, Melky, dan Isa.

Ketika Bang Wahid memberitahu kepada Raden, Melky, dan Isa, agar supaya berhati-hati dalam menaruh barang karena banyak perampok berkeliaran.

37) Bang Wahid : “Heh, ente dah pada denger belum? Ane baca di koran

akhir-akhir ini banyak perampok bersenjata api berkeliaran.” (CNB/27/Januari)

Raden : “Wah gawat dong” Melky : “Kenapa, Sa?” (kaget melihat Isa tersedak) Isa : “Duit gue, gue taruh dalam bajaj!” Melky : “Gue juga!” Raden : “Gue juga!” (Kemudian Melky, Raden, dan Isa pergi.)

Analisis

Tuturan data (CNB/27/Januari) termasuk tindak tutur tidak langsung

modus “berita”, karena Bang Wahid secara tidak langsung memperingatkan

Melky, isa, dan Raden. Tuturan yang termasuk tindak tutur tidak langsung

modus berita ini menimbulkan adanya implikatur percakapan. Tuturan pada

data (CNB/27/Januari) tidak semata-mata memberitahu tentang adanya

perampok yang berkeliaran , tetapi Bang Wahid juga bermaksud

memperingatkan mereka supaya lebih berhati-hati dalam menaruh barang.

Implikatur yang terdapat pada data (CNB/27/Januari) yaitu pada tuturan “Ane baca

di koran akhir-akhir ini banyak perampok bersenjata api berkeliaran.”

4. Menawarkan

Tempat : Dalam kampus dekat tangga jalan

lxxvii

Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Bu Ayuk dan Pak Dodik. Ketika Bu Ayuk mencari teman untuk diajak ke Galeri seni akan tetapi Deni, Narji, dan Wendy tidak bisa menemani Bu Ayuk.. Kemudian Pak Dodik datang menemui Bu Ayuk.

38) Bu Ayuk : “Wendy, temani ibu ke toko buku, ya?”

Wendy : “Maaf, bu. Nanti sore saya harus ke galeri seni.” Bu Ayuk : “Oke, gak apa-apa. Deni, kamu harus temani ibu!” Deni : “Maaf, bu. Nanti saya mau ngerjain proyek baru.” Bu Ayuk : “Narji, pasti kamu bisa temani ibu, kan?” Narji : “Tenang aja bu, sore ini saya mau kencan ama Bunga.” Bu Ayuk : “Berarti itu gak dong. Waduh, terus siapa dong yang

nemenin saya ke toko buku?” Pak Dodik : “Bu Ayuk, bagaimana dengan saya saja, bu? Habis

beli buku, kita berjalan berdua ke pantai Ancol pacaran dah kita kesana.” (Tiba-tiba pak Dodik datang dan menawarkan diri untuk menemani bu Ayu) (CNB/26/Januari)

Analisis

Tuturan Pak Dodik pada (CNB/26/Januari) merupakan tindak tutur tidak

langsung yang menggunakan modus “tanya” karena dibalik pertanyaan Pak

Dodik memiliki maksud lain. Implikatur yang diperoleh dari adanya tindak

tutur tidak langsung pada data (CNB/26/Januari) ditandai dengan penanda

lingual “Bu Ayuk, bagaimana dengan saya saja, bu?” yang bermaksud,

bahwa tuturan Pak Dodik bukan semata-mata untuk bertanya kepada Bu

Ayuk, akan tetapi bermaksud Pak Dodik menawarkan diri untuk menemani

Bu Ayuk. Dengan kata lain tuturan pada data (CNB/26/Februari)

mengimplikasikan bahwa Pak Dodik suka menemani Bu Ayuk.

5. Menegaskan

Tempat : Di depan kelas ketika Santi menghampiri Narji. Ø Konteks: Percakapan tejadi di depan kelas. Ketika Santi sedang menghampiri

Narji kemudian Narji menawarkan untuk makan bersama di kantin.

lxxviii

39) Santi : ”Hai, Ji!” Narji : ”Halo Santi.., kamu mau makan gak?” Santi : ”Emang punya duit?” (CNB/2/Februari) Narji : ”Lihat dong.. Baru dapet kiriman ni.”

Analisis

Tuturan yang berbunyi”Emang punya duit?” tidak semata-mata

dimaksudkan untuk bertanya bahwa Narji membawa uang atau tidak, akan

tetapi Santi bermaksud menegaskan kepada Narji untuk memeriksa uangnya

kembali, karena Santi merasa kurang yakin kepada Narji kalau dia

mempunyai uang lebih untuk mentraktir Santi. Dengan perkataan lain, tuturan

Santi mengimplikasikan bahwa Santi meragukan tawaran Narji karena Narji

bukan tipe cowok yang mempunyai uang lebih untuk mentrakatir cewek.

Kemudian tuturan yang terdapat pada data (CNB/2/Januari) juga merupakan

tindak tutur tidak langsung yang menggunakan modus “tanya “

lxxix

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Sesuai dengan perumusan masalah, ada dua hal pokok yang perlu

disampaikan dalam simpulan ini. Pada dasarnya, kedua hal ini merupakan rangkuman

jawaban atas perumusan masalah. Rangkuman yang dimaksud dapat dilihat pada

uraian berikut.

1) Tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain

sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” adalah terdiri dari empat jenis tindak

tutur yaitu.

a. Tindak tutur representatif

Meliputi subtindak tutur menyatakan dan melaporkan.

b. Tindak tutur direktif

Meliputi subtindak tutur mengajak, memohon, menyarankan atau

mengusulkan, memerintah atau menyuruh, dan menasehati.

c. Tindak tutur komisif

Meliputi subtindak tutur menawarkan, menolak, mengancam,

bersumpah, dan berjanji.

d. Tindak tutur ekspresif

Meliputi subtindak tutur mengucapkan terima kasih, mengucapkan

selamat, mengkritik, menyalahkan, mengeluh, dan memuji.

67

lxxx

2) Selain tindak tutur ilokusi juga terdapat beberapa macam implikatur

percakapan. Implikatur-implikatur tersebut digunakan antara lain untuk a)

menegaskan, b) menawarkan, c) memperingatkan, d)menyuruh,

e) melarang.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan, Peneliti yang akan melakukan penelitian

tentang tindak tutur ilokusi hendaknya memfokuskan pada tindak tutur ilokusi

dengan objek penelitian yang berbeda. Para pembaca yang tertarik dengan kajian

pragmatik, khususnya dalam mempelajari tindak tutur ilokusi agar mendalami jenis

tindak tutur ilokusi yang terbagi dalam kategori yang terdapat pada tindak tutur

ilokusi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk

penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan tindak tutur ilokusi.

lxxxi

DAFTAR PUSTAKA

Edi Subroto, D. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik

Struktural. Surakarta: UNS Press.

_______. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.

Surakarta: UNS Press.

Edi Susilo. Waw Pragmatik. (http://www.Community Portal of

Gunadarma University.co.id) (diakses pada tanggal 20 September

2009 pukul 14.00)

Halliday dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa Konteks dan Teks. Aspek-

Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. (edisi

terjemahan oleh Asruddin Barori Tou) Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

I Dewa Putu Wijana. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi

Offset.

lxxxii

Kunjana Rahardi. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. (edisi terjemahan oleh

M. D. D. Oka). Jakarta: Universitas Indonesia.

Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Great Britain: Cambridge

University Press.

Moleong, Lexy. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Rosidakarya.

Muhammad Rohmadi. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis. Yogyakarta:

Lingkar Media.

Onong Uchjana Effendi. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.

Jakarta: Remaja Rosdakarya.

69

lxxxiii

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang

Press.

Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. ke Arah Memahami Metode

Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka

Cakra Surakarta.

Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik. Surakarta: Henary Offset

Solo.

Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction: an Introduction to

Pragmatics. New York: Longman

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kedua). 1989. KBBI.

Jakarta: Balai Bahasa.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). 2005.

KBBI. Jakarta: Balai Bahasa.

Umi Kholifah.2006. “Implikatur Percakapan dalam Sinetron Komedi

“Bajaj Bajuri” Edisi Salon Oneng”. Jurusan Sastra Indonesia.

Unpublished Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

lxxxiv

Wardhana Veven. 1997. Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya

Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wuri Sudjatmiko. 1992. “Aspek Linguistik dan Sosiokultural di dalam

Humor” dalam PELBA 5. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika

Atmajaya.

<http://www.wikipedia.co.id.> (diakses tanggal 1 januari 2008 pukul

20.00)

Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press.

_______. 2006. Pragmatik (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Searle, Jhon R.“A Taxonomy of Illocutionary Acts”: dalam A. P. Martinich (ed). 1996a. the Philosophy of Language (third Edition). New York: Oxford University Press

lxxxv