TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA SURAT-SURAT H.B. JASSIN ...
-
Upload
truongkhanh -
Category
Documents
-
view
234 -
download
6
Transcript of TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA SURAT-SURAT H.B. JASSIN ...
TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA SURAT-SURAT
H.B. JASSIN BESERTA BALASANNYA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA DI SMP PGRI 371 PONDOK AREN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh
DEVI ARISTIYANI
NIM: 1111013000074
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA SURAT-SURAT
H.B. JASSIN BESERTA BALASAI{NYA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA DI SMP PGru 371 PONDOK AREN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh:
Devi Aristiyani
1 1 1 1013000074
Mcngetahui,wDosen Pembimbing
Dr. Darsita Suparno, Nl[.Hum.
t{IP. 1 96108071993032001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS IL]UU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
20ts
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul "Tindak Tutur Ilokusi pada Surat-surat H.B. Jassin besefiaBalasannya dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesiadi sMP PGRI 371 Pondok Aren" disusun oleh Devi Aristiyani, Nomor IndukMahasiswa: 1111013000074, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telahdinyatakan lulus dalam ujian Munaqosah pada tanggal 8 Desember 2015, dihadapan dervan penguji. oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelarSarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa clan SastraIndonesia.
Jakarta. 8 Desember 2015Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Prodi)
Maklrun Subuki. M. Hum.NIP. 19800305 200901 1 0ls
S ekretaris (S ekretaris Jurusary'Prodi)
Dona Aii Karunia Putra. M. Hum.NIP. 1 9840409201 I 01 1 01 5
Penguji I
Drs. Jamal D. Rahman. M. Hum.
Penguji II
Dr. Elvi Susanti. M. Pd.NIP. 19600801 200801 2016
Tanggal Tanda Tangan
)1- i2 - 2olg
t2 - E- auf
2/ - 12- Zorl-
71 ',!',:l'w
JAKARTA
Mengetahui,mu Tarbiyah da
roRM GR)
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKAR'TAFITKJl. lr. H. Juuda No 95 Ciplral 15412 lndo$id
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
Tgl. Terbit
No. Revisi:
SI]RAT PERNYATAAN KARYA SENDIRT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Tanpat/Tgl.Lahir
NIM
Jurusan / Prodi
Judul Skripsi
Devi Aristiyani
Tegal, 19 Desember 1993
1 1 I 1013000040
Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia
Tindak f'utur Ilokusi pada Surat-surat H-B. Jassin
Dosen Pembimbing
beserta Balasannya dan Implikasinya terhadap
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP
PGRI371 Pondok Aren
: Dr. Darsita Suparno, M.Hum
Dengan ini menyatakan bahrva skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
clan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menem.puh Ujian Munaqasah'
Jakarta, 30 Oktober 2015
Mahasisw Ybs.
NIM.1 1 1 1013000074
7 ADF44747
ii
ABSTRAK
Devi Aristiyani (NIM. 1111013000074): Tindak Tutur Ilokusi pada
Surat-Surat H.B. Jassin beserta Balasannya dan Implikasinya
terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, di bawah bimbingan Dr. Darsita Suparno, M. Hum.
Tindak tutur ilokusi merupakan aktivitas mengujarkan kata-kata
yang disertai dengan maksud dan fungsi tertentu. Menurut Searle, tindak
tutur terbagi menjadi tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur
ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur deklarasi. Surat pribadi
merupakan salah satu media komunikasi yang mengandung tindak tutur
ilokusi, untuk itu peneliti merasa tertarik mengadakan penelitian mengenai
tindak tutur ilokusi dalam surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
ini memfokuskan pada penggunaan tindak tutur ilokusi dalam surat pribadi
H.B. Jassin beserta balasannya. Penelitian ini bertujuan untuk
menjabarkan wujud tindak tutur ilokusi dalam surat pribadi H.B. Jassin
beserta balasannya dan implikasi terhadap pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di SMP.
Adapun metode yang digunakan adalah metode simak dan teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik dokumentasi,
teknik simak bebas cakap, dan teknik catat, sedangkan dalam identifikasi
data menggunakan metode simak dengan acuan F.X. Nandar dan analisis
data menggunakan metode padan ektralingual dengan teori Searle.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat 59 tuturan dengan
berbagai kategori dan kata kunci, implikasi terhadap pembelajaran adalah
surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya dapat dijadikan
alternatif media pembelajaran dalam materi menulis surat pribadi.
Kata kunci: pragmatik, tindak tutur ilokusi, surat pribadi
iii
ABSTRACT
Devi Aristiyani (NIM, 11110130000747): Illocutionary Speech Acts In H. B.
Jassin Letters Along With Its Replies And Implications On Indonesian
Language And Literature Learning At SMP PGRI 371 Pondok Aren. Major
of Indonesian Language and literature Education.Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta, under the guidance of Dr. DarsitaSuparno, M. Hum.
Illocutionary speech acts is an activity of uttering words that along with
the specific intention and functions. According to Searle, speech acts are divided
into assertive, directive, expressive, commissive, and declaration. Personal letter
is one of the communications media which is containing illocutionary speech acts,
therefore researchers are interested in conducting research on the illocutionary
speech acts in H. B. Jassin personal letter along with its replies.
The study is qualitative descriptive. It is focused on the use of
illocutionary speech acts in the H. B. Jassin’s personal letters with its replies. The
aim of study is to elaborate the form of illocutionary speechs in the H. B. Jassin
personal letters along with its replies and implications on Indonesian language and
literature at SMP PGRI 371 Pondok Aren.
The study method is listening method and the techniques for data
collecting are documentation, listening and free conversation, note taking, while
in the method analysis is extralingual equivalent with Scarle theory.
The study result obtained, there are 59 utterances with many categories
and keywords, implications on learning is the H. B. Jassin’s personal letters and
its replies that can be used as an learning media alternative in the material to write
a personal letter.
Keywords: Pragmatic, Illocutionary Speech Acts, Personal Letter.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta karunia lahir dan
batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi pada Surat-surat H.B.
Jassin beserta Balasannya dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SMP PGRI 371 Pondok Aren” merupakan tugas akhir
dan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan skripsi
ini, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai
pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sebagai
ungkapan rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Makyun Subuki, M. Hum. dan Dona Aji Karunia, M. Hum. selaku
ketua dan sekretaris serta segenap dosen dan staff Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membina dan memberikan
ilmunya selama proses perkuliahan.
3. Dr. Darsita Suparno, M. Hum. selaku dosen pembimbing yang dengan
ikhlas membimbing dan memberikan wawasan serta waktunya dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Keluarga tercinta atas motivasi yang luar biasa: Mama (Surati), Bapak
(Takzul Arifin), Adik (Dwi Afni Ariyanti) atas limpahan kasih sayang,
kesabaran, kepercayaan, motivasi, dan doa sehingga memacu saya
untuk memberikan yang terbaik.
v
5. Sahabat seperjuangan Indah Wardah, Ai Suaibah, Selviana Dewi,
Yayah Fauziah, dan Ali Fahmi serta seluruh mahasiswa PBSI 2011
yang telah bersama-sama berjuang demi meraih cita-cita.
6. Ibu Rita Jassin beserta staff Perpustakaan H.B. Jassin yang turut
membantu dalam proses pencarian data.
7. Guru dan siswa SMP PGRI 371 Pondok Aren yang telah memberikan
dukungan yang luar biasa.
8. Semua pihak yang berjasa dalam proses pembuatan skripsi ini, semoga
Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari kata sempurna
ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi penulis maupun pembaca, serta bagi
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Ciputat, Oktober 2015
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ................................................................................ 3
C. Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Kajian Teori .............................................................................................. 7
1. Tindak Tutur ................................................................................ 7
2. Jenis-jenis Tindak Tutur .............................................................. 10
3. Tindak Tutur Ilokusi .................................................................... 13
4. Surat Pribadi ................................................................................ 17
5. Pembelajaran Menulis Surat Pribadi ........................................... 21
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ............................................................................... 28
B. Metodologi Penelitian .............................................................................. 28
C. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 30
D. Objek Penelitian ....................................................................................... 30
E. Pengumpulan Data ................................................................................... 31
F. Jenis Data ................................................................................................. 33
G. Analisis Data ............................................................................................ 33
H. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 36
I. Relevansi Penelitian ................................................................................. 36
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Biografi H.B. Jassin .................................................................................. 39
B. Analisis Identifikasi dan Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi ...................... 40
C. Pembahasan Analisis Tindak Tutur Ilokusi .............................................. 73
D. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ............. 78
vii
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................... 80
B. Saran ......................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Lampiran I : Surat-surat pribadi H.B. Jassin dan balasannya
B. Lampiran 2 : Surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya yang sudah
siap baca
C. Lampiran 3 : Data tindak tutur ilokusi
D. Lampiran 4 : Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
implementasi pembelajaran
E. Lampiran 5: Lembar Uji Referensi
F. Lampiran 6 : Biografi penulis
viii
DAFTAR TABEL
Tabel: Halaman
1. Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 25
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan: Halaman
1. Metodologi penelitian ......................................................................................... 28
2. Kegiatan menganalisis data ................................................................................. 38
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran:
1. Lampiran I : Surat-surat pribadi H.B. Jassin dan balasannya
2. Lampiran 2 : Surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya yang sudah
siap baca
3. Lampiran 3 : Data tindak tutur ilokusi
4. Lampiran 4 : Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
implementasi pembelajaran
5. Lampiran 5: Lembar Uji Referensi
6. Lampiran 6 : Biografi penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada kehidupan sehari-hari, manusia pasti saling berkomunikasi.
Komunikasi tersebut berupa adanya proses interaksi kepada sesamanya. Proses
komunikasi tersebut dilakukan melalui berbahasa. Untuk dapat berbahasa yang
baik dan benar, manusia harus menguasai berbagai keterampilan dalam berbahasa.
Terdapat dua ragam berbahasa, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan
berupa ujaran secara langsung oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya ceramah, pidato, dan obrolan. Sedangkan bahasa tulis adalah meliputi
komunikasi yang menggunakan bantuan (alat) komunikasi seperti surat, karangan,
dan pamflet.
Ragam bahasa tulis memiliki kelebihan, yaitu dapat mengatasi komunikasi
jarak jauh dan hasil komunikasi yang telah dilakukan dapat disimpan untuk waktu
lama dan dijadikan arsip. Salah satu ragam bahasa yang kerap digunakan adalah
melalui surat. Sebelum adanya alat komunikasi modern seperti telepon genggam,
surat adalah alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang. Melalui surat,
seseorang dapat memberikan pengumuman, keterangan, dan pendapat. Surat
terbagi dalam beberapa jenis, di antaranya adalah surat berdasarkan isinya, surat
berdasarkan keamanan isinya, surat berdasarkan derajat penyelesainnya, surat
berdasarkan jangkauan penggunaannya, dan surat berdasarkan jumlah penerima
yang dituju.1
Salah satu jenis surat berdasarkan keamanan isinya adalah surat pribadi.
Surat pribadi adalah surat yang ditulis oleh seseorang yang banyak berisi
mengenai hal-hal yang bersifat pribadi untuk teman, keluarga, dan sahabat. Alat
komunikasi yang belum berkembang pada jaman dahulu membuat surat menjadi
alat komunikasi yang penting. Seseorang yang tinggal jauh dapat saling
berkorespondensi dengan sanak keluarga, teman, dan sahabat melalui media surat.
1Soedjito, dan Solchan TW, Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia, (PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung, 2004), h. 14
2
Selain itu, dibandingkan dengan alat komunikasi modern seperti telepon, teleks,
telegraf, radio, dan televisi, surat tetap mempunyai kelebihan tersendiri karena
merupakan sarana yang dapat merekam informasi secara panjang lebar, terperinci,
tetapi tetap ekonomis. Kelebihan lainnya adalah surat bersifat praktis karena dapat
menyimpan rahasia, efektif karena informasi yang disampaikan itu asli sesuai
degan sumbernya, ekomonis karena biaya pembuatan dan pengirimannya sangat
murah.2
Salah satu seseorang yang aktif berkomunikasi melalui surat adalah H.B.
Jassin. Beliau dikenal sebagai sastrawan, kritikus, dan redaktur majalah. Sosok
H.B. Jassin yang dianggap penting dalam dunia kesusastraan di Indonesia
membuatnya banyak mengenal dan berhubungan dengan banyak orang. Beliau
juga tidak membatasi pergaulannya, hal tersebut dapat dilihat pada berbagai surat-
suratnya yang tidak saja dikirimkan kepada keluarga, melainkan juga kepada para
sastrawan. H. B. Jassin juga dikenal sebagai dokumentator, ia banyak mengoleksi
berbagai tulisan-tulisan bukan hanya karya sastra tetapi yang bersifat pribadi
seperti surat-surat pribadi. Surat-surat pribadi miliknya selalu disimpan rapi.
Pembahasan yang terdapat dalam surat tersebut bervariasi, terkadang H.B. Jassin
membahas mengenai karya sastra atau terkadang membahas hal-hal yang sifatnya
sederhana. H.B. Jassin tidak hanya menyimpan surat-surat yang dikirimnya
kepada keluarga, sahabat, dan rekan kerja tetapi sebisa mungkin ia juga
menyimpan surat-surat balasan dari sahabat, keluarga, dan rekan kerjanya.
Menulis surat pribadi dianggap penting, hal tersebut terbukti dengan
adanya pembelajaran menulis surat pribadi pada Sekolah Menengah Pertama.
Namun pembelajaran menulis surat pribadi terkadang dianggap sepele sehingga
pembelajarannya cederung monoton. Para guru memberikan contoh-contoh
sederhana yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, dan peserta didik pun
akhirnya ketika membuat surat pribadi hanya mengambil tema atau membahas
sesuatu yang sederhana. Dalam menulis surat pribadi SMP kelas VII terdapat
kompetensi dasar yaitu, menulis surat pribadi dengan memperhatikan komposisi,
2Adlan Ali & Tanzil, Pedoman Lengkap Menulis Surat, (Tangerang: PT. Kawan Pustaka,
2006), h.1.
3
isi, dan bahasa. Dengan menganalisis surat-surat H.B. Jassin peserta didik
diharapkan mampu mencapai indikator yang telah ditetapkan, di antaranya adalah:
1. Mampu menentukan perbedaan komposisi surat pribadi dengan surat resmi
2. Mampu menulis surat pribadi dengan bahasa yang komunikatif
3. Mampu menyunting surat pribadi
Berkenaan dengan hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai tidak tutur yang terdapat dalam surat pribadi serta
mengkaitkan dengan pembelajaran menulis surat pribadi. Diharapkan dengan
adanya penelitian ini paling tidak peneliti memberikan referensi contoh-contoh
penulisan surat pribadi yang lebih bervariasi dan dapat diterapkan dalam
pembelajaran menulis surat pribadi di sekolah sehingga pembelajaran menulis
surat pribadi dapat dikembangkan. Dengan melihat contoh-contoh berbagai surat
menyurat H.B. Jassin dengan beberapa orang, diharapkan peserta didik bukan
hanya mengetahui tata cara dalam menulis surat pribadi, tetapi peserta didik juga
belajar menggunakan kata-kata atau kalimat yang baik agar surat pribadi maksud
yang disampaikan dalam surat tersebut dapat dimengerti dengan baik oleh lawan
tutur.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian yang dilakukan lebih
terfokus dan tidak menyimpang dari apa yang ingin dilaksanakan, selain itu
pembatasan masalah dilakukan agar penulis tidak terlalu luas menjabarkan objek
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, ruang lingkup yang menjadi fokus
penelitian ini adalah pemakaian tindak tutur ilokusi pada surat-surat H.B. Jassin
beserta balasannya. Setelah menjabarkan mengenai tidak tutur ilokusi, selanjutnya
mengaitkannya dengan pembelajaran menulis surat pribadi yang terdapat pada
Sekolah Menengah Pertama.
4
Analisis surat yang dilakukan berdasarkan pada tinjauan pragmatik, dari
teori-teori dalam pragmatik, menentukan teori yang akan dijadikan acuan dalam
penelitian, kemudian surat tersebut dideskripsikan dan ditentukan jenis tindak
tuturnya.
C. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, terdapat identifikasi masalah, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya dapat dianalisis
berdasarkan tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam tuturan.
2. Analisis tindak tutur ilokusi surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta
balasannya juga dikaitkan dengan konteks yang terkait dalam isi surat
tersebut.
3. Analisis tindak tutur ilokusi surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta
balasannya dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis surat pribadi di
SMP PGRI 371 Pondok Aren.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan,
maka terdapat beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini, perumusan
tersebut di antaranya, yaitu:
1. Bagaimanakah wujud tindak tutur ilokusi pada surat-surat H.B. Jassin
beserta balasannya?
2. Apa saja implikasi yang didapat dari tindak tutur ilokusi pada surat-surat
H.B. Jassin beserta balasannya dalam pembelajaran menulis surat pribadi
di SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah maka penelitian ini yang
akan dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menjabarkan wujud tindak tutur ilokusi yang terdapat pada surat-surat
H.B. Jassin beserta balasannya.
5
2. Menjabarkan implikasi yang didapat dari tindak tutur ilokusi pada surat-
surat H.B. Jassin beserta balasannya dalam pembelajaran menulis surat
pribadi di SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu linguistik serta pengajarannya, terutama pada kajian pragmatik mengenai
tindak tutur.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan mengenai tindak
tutur, khususnya tindak tutur ilokusi. Selain itu, memperkaya pengetahuan
mengenai pembelajaran menulis surat pribadi terutama pada pembelajaran
menulis surat pribadi di SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan wujud aplikasi pembelajaran pragmatik,
khususnya mengenai tindak tutur.
b. Bagi guru, penelitian ini bisa dijadikan alternatif dalam menentukan metode
dan bahan ajar dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis surat
pribadi.
c. Bagi siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa dalam memahami
mengenai tuturan terkait dalam pembelajaran menulis surat pribadi.
d. Bagi masyarakat, penelitian ini juga bermanfaat sebagai upaya pelestarian
terhadap surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya, karena peneliti bukan
hanya meneliti surat-surat H.B. Jassin tetapi juga ikut melakukan inventarisasi
dengan cara melakukan pengetikan ulang terhadap surat-surat H.B. Jassin agar
dapat terbaca.
6
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimaksudkan agar penelitian lebih terarah, jelas, dan
sistematis. Adapun sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 merupakan pendahuluan. Pada bab ini, dijabarkan mengenai latar
belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 merupakan kajian teoretis. Kajian teoretis dimaksudkan untuk
menjabarkan teori-teori yang dapat menunjang dalam analisis. Selain kajian
teoretis terdapat pula tinjauan pustaka yang dimaksudkan untuk melihat
penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dengan tema yang sama.
Bab 3 berisi metodologi penelitian. Pada bab ini menjelaskan bagaimana
penelitian ini akan dilakukan. Metode apa yang akan digunakan, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, dan klasifikasi data.
Bab 4 berisi analisis data. Setelah menetapkan metode penelitian, peneliti
mulai menganalisis data yang diperoleh.
Bab 5 berisi simpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti
memberikan simpulan dan saran.
7
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Kajian Teoretis
1. Tindak Tutur
Tindak ujar (speect act) adalah fungsi bahasa sebagai sarana penindak.
Semua kalimat atau ujaran yang diucapkan oleh penutur sebenarnya mengandung
fungsi komunikasi tertentu. Tuturan dari seseorang (penutur) tentu saja tidak
semata-mata hanya asal bicara, tetapi mengandung maksud tertentu. Fungsi inilah
yang menjadi semangat para penutur untuk „menindakkan‟ sesuatu.1
Didalam mengatakan sesuatu, seseorang tidak semata-mata mengatakan
sesuatu dengan pengucapan kalimat. Di dalam pengucapan kalimat, ia juga
“menindakkan” sesuatu. Pengucapan kalimat “Mau minum apa?‖ si pembicara
tidak semata-mata menanyakan atau meminta jawaban tertentu; ia juga
menindakkan sesuatu, yakni menawakan minuman. Seorang ibu pondokan putri
ketika mengatakan ―Sudah jam sembilan‖ tidak semata-mata memberitahu
keadaan jam pada waktu itu; ia juga menindakkan sesuatu, yakni memerintahkan
si lawan bicara supaya pergi meninggalkan rumah pondokannya.2
Ujaran (bahasa) tidak hanya berfungsi untuk mengungkapkan unsur
kognitif, unsur sikap pun ada dalam setiap bahasa, yaitu unsur yang
memperlihatkan maksud penutur, pikiran, kegiatan, dan sebab penuturannya.
Unsur sikap ini mungkin tidak secara eksplisit dinyatakan, tapi bisa dimengerti.
Tidak semua ujaran didahului “Saya...,‖ tapi segala ujaran bisa diawali oleh kata-
kata seperti Saya menginginkan, saya berharap, saya perintahkan, saya menolak,
atau kata kerja lain yang mengungkapkan maksud, harapan, dugaan, dan
sebagainya tanpa merubah arti kalimat dalam konteksnya.3
Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat merupakan penentu maksud
kalimat itu. Namun, makna suatu kalimat tidak ditentukan oleh satu-satunya
tindak seperti yang berlaku dalam kalimat yang sedang diujarkan itu, tetapi selalu
1Mulyana, Kajian Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 80.
2Bambang Kaswanti Purwo,Pragmatik dan Pengajaran Bahasa,(Yogyakarta: Kanisius,
1990), h.19-20. 3A. Chaidar Alwasilah, Sosiologi Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 20.
8
dalam prinsip adanya kemungkinan untuk menyatakan secara tepat apa yang
dimaksud oleh penuturnya. Oleh sebab itu, mungkin sekali, dalam setiap tindak
tutur, penutur menuturkan kalimat yang unik karena dia berusaha menyesuaikan
ujaran dengan konteksnya.4
Istilah dan teori tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L. Austin,
seorang guru besar di Universitas Harvard, pada tahun 1956. Teori yang berasal
dari materi kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson (1965) dengan judul
How to do Thing with Word?tetapi teori tersebut baru menjadi terkenal dalam
studi linguistik setelah Searle (1969) yang menerbitkan buku berjudul Speech Act
and Essay in The Philosophy of Language.5
Austin dalam buku Fatimah Djajasudarja, menyebutkan bahwa pada
dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu.
Pada saat seseorang menggunakan kata-kata kerja, seperti promise „berjanji‟,
apologize „meminta maaf‟, pronounce „menyatakan‟ misalnya dalam tuturan I
promise I will come on time („saya berjanji saya akan datang tepat waktu‟) maka
yang bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi juga melakukan tindakan
berjanji. Tuturan tersebut dinamakan tuturan performatif, sedangkan kata kerjanya
disebut kata kerja performatif.6
Let us assign names to these under the general heading of speech acts:7
a. Uttering word (morphemes, sentences) = performing utterance acts.
b. Referring and predicating = performating propositional acts.
c. Stating, questioning, commanding, promising, etc = performing ilocutionary
acts.
Searle menjabarkan mengenai tindak tutur sebagai berikut:8
a. Tindak ujar adalah kegiatan mengujarkan kata-kata (mulai dari morfem
hingga kalimat).
b. Tindak preposisi adalah merujuk dan memprediksi.
4Abdul Rani, Analisis Wacana,(Malang: Bayumedia Publishing, 2004), h. 159.
5Abdul Chaer, dan Leonie Agustina,Sosiolinguistik Perkenalan Awal,(Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), h. 50. 6 Fatimah Djajasudarja,Wacana dan Pragmatik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012),h.
60. 7John R. Searle,Speech ActAn Essay In The Philosophy Of Language, (London: Cambrige
University Press), h. 23. 8 Ibid, h. 23.
9
c. Menyatakan, menanyakan, memerintah, berjanji, dll merupakan tindak
tutur ilokusi.
Tindak tutur adalah aktivitas mengujarkan atau menuturkan kalimat
dengan maksud tertentu. Pendapat lain mengungkapkan bahwa tindak tutur adalah
“apa-apa yang bisa dilakukan oleh manusia dalam bertutur”. Dari definisi ini,
maka penuturlah yang sesungguhnya bertindak dengan memaksimalkan
tuturannya untuk mencapai tujuan tertentu dan tujuan dari tindak tutur dinyatakan
sukses jika apa yang diinginkan oleh penutur tercapai.9
Tindak ujar merupakan aksi (tindakan) dengan menggunakan bahasa pada
hampir semua aktivitas. Bahasa digunakan dalam kesempatan yang lebih luas,
hampir pada semua kegiatan sampai pada mimpi pun menggunakan bahasa.
Penggunaan bahasa untuk menyatakan informasi (permohonan informasi,
memerintah, mengajukan, permohonan, mengancam, mengingatkan, bertaruh,
menasihati, dsb.)10
Searle dalam Aslinda mengemukakan, bahwa dalam semua interaksi
lingual terdapat tindak tutur. Interaksi lingual bukan hanya lambang, kata, atau
kalimat, melainkan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil lambang, kata,
atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur (the performance of speech act).
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari
suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan kecil dalam
interaksi lingual. Tindak tutur dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan
perintah. Teori tindak tutur adalah teori yang lebih cenderung meneliti makna dan
maksud kalimat, bukan teori yang berusaha meneliti struktur kalimat.11
Tindak
tutur terjadi oleh karena adanya partisipan minimal dua dalam komunikasi, yang
keduanya merupakan pembicara dan pendengar yang perannya bergantian.12
9Hindun,Pragmatik untuk Perguruan Tinggi, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012),h. 9-10.
10Fatimah Djajasudarma,Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur,(Bandung:
Refika Aditama, 2010), h. 60. 11
Aslinda, dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik,(Bandung: PT. Refika Aditama,
2007), h. 33-34. 12
Diemroh Ihsan, Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa, (Palembang: Universitas
Sriwijaya, 2011), h. 103.
10
Searle dalam buku Tagor,mengutarakan bahwa suatu tindak tutur memiliki
makna di dalam konteks, dan makna itu dapat dikategorikan ke dalam makna
lokusi, ilokusi, dan perlokusi.13
2. Jenis-Jenis Tindak Tutur
Austin dalam buku Tagor, membedakan antara ujaran yang mengatakan
(pernyataan, pemerian, dan sebagainya) dan ujaran yang melakukan sesuatu
(misalnya berjanji, memperingatkan, minta maaf, dan sebagainya). Perbedaan ini
dimaksudkan untuk membedakan ujaran yang tidak berupa tindakan (konstantif)
dan ujaran yang berupa tindakan (performatif). Namun, dalam artikelnya How to
do thing with word , ia mengubah teori asliya itu. Ia mengemukakan bahwa dalam
artikel itu, ujaran konstantif juga terbukti bisa menjadi tindak tutur (speect act),
yaitu melakukan tindak (seperti performatif); membuat suatu pernyataan atau
memerikan sesuatu sama-sama membentuk tindak tutur.14
Austin dalam buku Ibrahim, mengembangkan teori tindak tuturnya secara
lebih umum. Ujaran bisa melakukan tiga jenis tindak. Tindak ilokusi (locutionary
acts) merupakan tindak mengatakan sesuatu; menghasilkan serangkaian bunyi
yang berarti sesuatu. Ini merupakan aspek bahasa yang merupakan pokok
penekanan linguistik tradisional. Tindak perlokusi menghasilkan efek tertentu
pada pendengar. Persuasi merupakan tindak perlokusi: orang tidak dapat
mempersuasi seseorang tentang sesuatu hanya dengan mengatakan Saya
mempersuasi anda. Contoh-contoh yang sesuai adalah meyakinkan, melukai,
menakut-nakuti, dan membuat tertawa. Tindak ilokusi dilakukan dengan
mengatakan sesuatu, dan mencakup tindak-tindak seperti bertaruh, berjanji,
menolak, dan memesan.15
John R. Searle dalam buku Alwasilah, menyatakan bahwa dalam pratik
penggunaan bahasa terdapat setidaknya tiga macam tindak tutur. Ketiga macam
tindak tindak tutur itu berturut-turut dapat disebutkan sebagai berikut: (1) tindak
lokusioner (locutionary acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary acts),(3) tindak
perlokusioner (perlocutionary acts).
13
Tagor Pangaribuan, Paradigma Bahasa,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 117. 14
Sumarsono,Filsafat Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2004), h. 38-39. 15
Abd. Syukur Ibrahim, Kajian Tindak Tutur,(Surabaya: Usaha Nasional, 1993), h. 115.
11
Tindak lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat
sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak
tutur ini dapat disebut sebagai the act af saying something.Dalam tindak
ilokusioner tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan
oleh si penutur.Jadi, tuturan tanganku gatal misalnya, semata-mata hanya
dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur bahwa pada saat dimunculkannya
tuturan itu tangan penutur sedang dalam keadaan gatal.
Tindak ilokusioner adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan
fungsi tertentu pula. Tindak tutur ini dapat dikatakan sebagai the act of doing
something.Tuturan tanganku gatal yang diucapkan penutur bukan semata-mata
dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur bahwa pada saat dituturkannya
tuturan itu rasa gatal sedang bersarang pada tangan penutur, namun lebih dari itu
bahwa penutur menginginkan mitra tutur melakukan tindakan tertentu berkaitan
dengan rasa sakit gatal pada tangannya itu.
Tindak ilokusioner adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada
waktu menuturkan sesuatu dan dapat merupakan tindakan menyatakan, berjanji,
meminta maaf, mengancam, meramalkan, dan sebagainya.16
Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada
mitra tutur. Tindak tutur ini dapat disebut dengan the act af affecting someone.
Tuturan tanganku gatal, misalnya dapat digunakan untuk menumbuhkan
pengaruh (effect) rasa takut kepada mitra tutur. Rasa takut itu muncul, misalnya,
karena yang menuturkan tuturan itu berprofesi sebagai seorang tukang pukul yang
pada kesehariannya sangat erat dengan kegiatan memukul dan melukai orang
lain.17
Setiap kali mengucapkan sesuatu, ada tiga tindak yang langsungdilakukan
secara bersamaan. Pertama adalah tindak lokusioner, yaitu menghasilkan ucapan
yang tertata baik menurut tata bahasa yang sedang digunakan. Kedua adalah
tindak ilokusioner, yaitu menyampaikan makna tertentu. Ilokusi yangdisampaikan
16
F.X Nandar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),h.
14. 17
Kunjana Rahardi,Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Erlangga, 2005). h. 35-36.
12
lewat lokusi adalah makna ingindisampaikan. Ketiga adalah tindak perlokusi,
yaitu efek dari kata-kata yang diucapkan.18
Dalam bertutur, seseorang melakukan tindak lokusi, tindak ilokusi, dan
mungkin bahkan tindak perlokusi. Menurut Austin dalam buku Louise
Cummings, tindak lokusi „kira-kira sama dengan pengujaran kalimat tertentu
dengan pengertian dan acuan tertentu, yang sekali lagi kira-kira sama dengan
„makna‟ dalam pengertian tradisional. Selama penutur berkata „Anjing galak itu
ada di kebun‟ sedang berusaha memproduksi kalimat yang maknanya didasarkan
pada acuan pada anjing dan kebun tertentu dalam dunia luar, maka penutur ini
sedang memproduksi tindak tutur lokusi Austin. Namun demikian, dalam
memproduksi tindak ilokusi kita „juga melakukan berbagai tindak ilokusi seperti
memberitahu, memerintah, mengingatkan, melaksanakan, dan sebagainya, yakni,
ujaran-ujaran yang memiliki daya (konvensional) tertentu‟. Bagi Austin, tujuan
penutur dalam bertutur bukan hanya untuk memproduksi kalimat-kalimat yang
memiliki pengertian dan acuan tertentu. Bahkan, tujuannya adalah untuk
menghasilkan kalimat-kalimat semacam ini dengan pandangan untuk memberikan
kontribusi jenis gerakan interaksional tertentu pada komunikasi.19
Wijana dalam buku Kunjana Rahardi telah menguraikan adanya dua
macam jenis tindak tutur di dalam praktik berbahasa, yakni (1) tindak tutur
langsung dan tindak tutur tidak langsung, (2) tindak tutur literal dan tindak tutur
tidak literal. Adapun yang dimaksud dengan tindak tutur langsung adalah tindak
tutur yang dinyatakan sesuai dengan modus kalimatnya. Kalimat berita atau
deklaratif adalah kalimat yang digunakan untuk menyampaikan informasi.
Kalimat tanya digunakan untuk menanyakan sesuatu, sedangkan kalimat perintah
digunakan untuk menyatakan perintah. Jadi tindak tutur itu sesungguhnya
merefleksikan fungsi konvensional dari sebuah kalimat.
Sedangkan yang dimaksud dengan tindak tutur tidak langsung adalah
tindakan yang tidak dinyatakan langsung oleh modus kalimatnya. Ada kalanya,
untuk menyampaikan maksud „memerintah‟, orang akan menggunakan kalimat
18
Elizabeth Black,Stilistika Pragmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 38. 19
Louise Cummings,Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), h. 9.
13
berita, atau bahkan mungkin menggunakan tanya. Ada kalanya pula, sebuah
pertanyaan harus dinyatakan secara tidak konvensional dengan sebuah kalimat
berita.Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa kalimat perintah mustahil dapat
digunakan secara tidak langsung untuk menyatakan maksud yang bukan perintah.
Jadi, hanya kalimat yang bermodus berita dan bermodus tanya sajalah yang bisa
digunakan untuk menyatakan tindak tutur yang tidak langsung itu.Selanjutnya,
tindak tutur literal dapat dimaknai sebagai tindak tutur yang maksudnya sama
persis dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tindak tutur nonliteral adalah
tindak tutur yang maksudnya tidak sama, atau bahkan berlawanan dengan makna
kata-kata yang menyusunnya itu.20
3. Tindak Tutur Ilokusi
Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan
sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi,
tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi.21
Tindak tutur ilokusi adalah suatu tindak yang dilakukan dalam
mengatakan sesuatu seperti berbuat janji, membuat pernyataan, mengeluarkan
perintah atau permintaan, menasbihkan nama kapal, dan lain-lain. Austin dalam
buku Wijana, mengatakan bahwa tindak mengatakan sesuatu (of saying) berbeda
dengan tindak dalam mengatakan sesuatu (in saying). Tindak mengatakan sesuatu
hanyalah bersifat mengungkapkan sesuatu sedangkan tindak dalam mengatakan
sesuatu mengadung tanggung jawab si penutur untuk melaksanakan sesuatu
sehubungan dengan isi ujarannya. Tindak dalam mengatakan sesuatu inilah yang
oleh Austin disebut tindak ilokusi sedangkan tindak mengatakan sesuatu lebih
dekat hubungannya dengan tindak lokusi. 22
Searle dalam buku Louise Cummings, menggunakan kaidah-kaidah
konstitutif untuk menetapkan klasifikasi tindak ilokusi berikut- asertif, direktif,
komisif, ungkapan, dan deklarasi. Tindak-tindak ini lebih luas daripada kata kerja
ilokusi yang bisa mewakilinya. Misalnya, tindak ilokusi komisif „berjanji‟ dapat
20
Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik,(Jakarta: Erlangga, 2009),h. 19-20. 21
I. Dewa Putu Wijana,Dasar-Dasar Pragmatik,(Yogyakarta: Percetakan ANDI, 1996),
h. 18. 22
Abdul Rani, dkk,Analisis Wacana,(Malang: Bayumedia Pusblishing, 2004), h. 161.
14
berbentuk „Saya berjanji‟. Meskipun begitu, tindak ilokusi yang sama ini dapat
dilakukan melalui ujaran „Saya akan tiba di sana tepat waktu‟. Menurut Searle,
dalam hal ini, kata kerja ilokusi hanya merupakan satu jenis alat yang
menunjukkan daya ilokusi (IFID ilokusi atau illocutionary force indicating device
atau piranti penunjuk daya ilokusi). Demikian juga IFID yang berkaitan dengan
satu tindak ilokusi dapat digunakan untuk melakukan tindak ilokusi yang kedua.23
Situasi-situasi yang berbeda menuntut adanya jenis-jenis dan derajat sopan
santun yang berbeda juga.Pada tingkatan yang paling umum, fungsi-fungsi ilokusi
dapat diklasifikasi menjadi empat jenis, sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi
tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan
terhormat.24
a) Kompetiti (competitive): tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial; misalnya,
memerintah, meminta, menuntut, mengemis.
b) Menyenangkan (convivial): tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial; misalnya
menawarkan, menyapa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat.
c) Bekerja sama (collaborative) : tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan sosial,
misalnya menyatakan, melapor, mengumumkan, mengajarkan.
d) Bertentangan (conflictive) : Tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial;
misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi.
I call then these classes of uttarance, classified according to their
illocutionary force, by the following more- or – less rebarbative names:25
1. Verdictives
2. Exercitivies
3. Commissives
4. Behabitivies (a shocker this)
5. Expositives
We shall take them in order, but first I will give a rough idea of each. The
first, verdictives, are typified by the giving of verdict, as the name implies, by a
jury, arbitrator, or umpire. But they need be final; they may be, for example, an
astimate, reckoning, or apparaisal. It is essentially giving a finding as to
something—fact, or value –which is for different reasons hard to be certain
about.
23
Louise Cummings,Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), h. 11. 24
Geoffrey Leech, penerjemah M.D.D. Oka, Prinsip-Prinsip Pragmatik, (Jakarta: UI
Press, 2011),h. 162. 25
J.L. Austin,How to do Things with Words,(Cambrige: Harvard University Press, ), h.
150-163.
15
The second, exercitives, are the exerciting of powers rights, or influence.
Examples are appointing, voting, ordering, urging, advising, warning, &c.
The third, commissives, are typified by promising or otherwise undertaking;
they commit you to doing something, but include also declarations or
announcements ogintention, which are not promises, and also rather vague
things which we may call espousals, as for example, siding with. They have
obvious connexions with verdictives and exercitives.
The fourth, behabitivies, are a very miscellaneous group, and have to do with
attitudes and social behaviour. Example are apologizing, congratulating,
commending, condoling, curcing, and challenging
The fifth, expositivies are difficult to define. They make plain how our
utterances fit into the course of an argument or conversation, how we are using
word, or in general, are expository. Example are ‗I reply‘, ‗I argue‘, ‗I
concede‘, ‗I illustrate‘, ‗I assume‘, ‗I postulate‘. We should be clear from the
start that there are still wide possibilities of marginal or awkward cases, or of
overlaps.
Austin mengungkapkan ilokusi dapat dibagi menjadi lima:26
A. Verdictives, yaitu tindakan sebuah bahasa yang ditandai dengan adanya suatu
keputusan seperti yang dilakukan oleh wasit atau juri. Berikut ini contoh
tindakan bahasa yang termasuk verdictives: membebaskan, menghukum,
memutuskan, menyangka, menafsirkan, memahami, mengirakan, memerintah,
menghitung, memperkirakan, menempatkan, menetapkan tempat, menentukan
tanggal, mengukur, menilai, melukiskan, menganalisa.
B. Exercitivis, jenis ini adalah tindakan bahasa yang merupakan akibat adanya
kekuasaan, hak, atau pengaruh. Contohnya: menunjuk, memberi suara,
memerintahkan, memaksakan, menasehati, memperingati, menamai,
mengarahkan, menghukum, mewariskan, memproklamirkan.
C. Commisives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang ditandai dengan adanya
perjanjian atau perbuatan. Tindakan bahasa ini membuat si pembicara
melakukan sesuatu. Tindakan ini berhubungan erat dengan verdictives dan
exercitivis. Contohnya: berjanji, melaksanakan, bersumpah, menyetujui,
melibatkan/memperjuangkan, mengumumkan, melawan, bertaruh,
mempertahankan, mengawinkan.
D. Behabitives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang merupakan kelompok
campuran dan harus dilaksanakan dengan sikap dan tingkah laku sosial.
26
Ibid,. h, 150-163.
16
Contohnya: memaafkan, memberi selamat, menghargai, memberi salam duka,
mengutuk, menantang.
E. Expositives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang sulit didefinisikan, karena
tindakan bahasa ini menyederhanakan ucapan-ucapan serta penggunaan kata-
kata agar selaras dengan suatu argumentasi atau percakapan. Dengan kata
lain, tindakan bahasa ini digunakan dalam memberi keterangan yang
menyangkut pengurai pendapat, pengarahan, dan penjelasan mengenai adat
istiadat. Contoh: „aku menjawab‟, „aku membantah‟, „aku mengizinkan‟, „aku
menggambarkan‟, „aku mengasumsikan‟, „aku mendalilkan‟.
Selanjutnya Searle dalam buku Kunjana Rahardi, menggolongkan tindak
tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur ke dalam lima macam bentuk tuturan, yakni
(1) asertif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4) komisif, dan (5) deklarasi.Tindak tutur
ilokusi tersebut sebenarnya sama dengan tindak tutur ilokusi yang diungkapkan
oleh Austin, Searle hanya melengkapi atau menyempurnakan teori Austin.Setiap
bentuk tuturan yang disampaikan oleh Searle seperti disebutkan di atas itu dapat
dijelaskan sebagai berikut:27
a. Bentuk tutur asertif (assertive). Adapun yang dimaksud dengan bentuk tutur
asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi
yang sedang diungkapkannya dalam tuturan itu. Bentuk tutur asertif itu
dapat mencakup hal-hal sebagai berikut : (a) menyatakan (stating), (b)
menyarankan (suggesting), (c) membual (boasting), (d) mengeluh
(complaining), dan (e) mengklaim (claiming).
b. Bentuk tuturan direktif (directive), yang dimaksud dengan bentuk tutur
direktif adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh si penuturnya untuk
membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan-tindakan yang
dikehendakinya seperti berikut ini : (a) memesan (ordering), (b) memerintah
(commanding), (c) memohon (requesting), (d) menasihati (advising), dan (e)
merekomendasi (recommending).
c. Bentuk tutur ekspresif (expressive),yang dimaksud dengan bentuk tuturan
ekspresif ini adalah bentuk tutur yang berfungsi menyatakan atau
27
Kunjana Rahardi,Sosiopragmatik,(Jakarta: Erlangga, 2009),h. 17-18.
17
menunjukkan sikap psikologis si penutur terhadap keadaan tertentu seperti
yang dapat disebutkan berikut ini: (a) berterima kasih (thaking), (b)
memberi selamat (congratulating), (c) meminta maaf (pardoning), (d)
menyalahkan (blaming), (e) memuji (praising), dan (f) berbela sungkawa
(condoling).
d. Bentuk tutur komisif (commissive), yang dimaksud dengan bentuk tutur
komisif adalah bentuk tutur yang digunakan untuk menyatakan janji atau
penawaran tertentu seperti berikut ini: (a) berjanji (promising), (b)
bersumpah, dan (c) menawarkan sesuatu (offering).
e. Bentuk tutur deklarasi (declaration). Adapun yang dimaksud dengan bentuk
tutur deklarasi adalah bentuk tutur yang menghubungankan antara isi
tuturan dengan kenyataannya seperti (a) berpasrah (resigning), (b) memecat
(dismissing). (c) membabtis(christening), (d) memberi nama (naming), (e)
mengangkat (appointing), (f) mengucilkan (excommunicating), dan (g)
menghukum (sentencing).
Satu hal sangat mendasar yang dapat dicatat dari penggolongan tindak
tutur ilokusi atau illocunary acts ini ke dalam bentuk-bentuk tuturan menurut
filsuf bahasa yang sangat ternama ini adalah bahwa satu tindak tutur, yakni tindak
tutur ilokusi, ternyata dapat memiliki bentuk-bentuk tuturan yang mencerminkan
maksud dan fungsi komunikatif yang bermacam-macam.
4. Surat Pribadi
A. Pengertian Surat
Apabila berbicara arti surat maka akan ditemukan berbagai macam cara
pengungkapan rumusan surat tersebut. Di bawah ini disajikan beberapa arti surat
menurut para ahli.28
a. Samsoeri Effendi mengemukakan arti surat dapat disamakan dengan
mengutarakan pembicaraan tertulis kepada seseorang yang tidak dihadapi.
28
Asyraf Suryadi,Menulis Berkomunikasi dengan Surat, (Pangkal Pinang: UBB Press,
2010),h.1-2.
18
b. Adapun menurut Thomas Wiyasa, surat adalah satu sarana untuk
menyampaikan pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu
ke pihak yang lain.
c. Menurut TJ. Rahma M.A. Gani, surat adalah hubungan komunikasi yang
berbentuk tulisan serta berisi pernyataan sebagai bahan informasi untuk
disampaikan kepada pihak lain.
d. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, surat
adalah kertas yang tertulis (berbagai-bagai isi dan maksudnya).
Surat adalah sehelai kertas atau lebih yang digunakan sebagai alat
komunikasi untuk menyampaikan pernyataan maupun informasi secara tertulis
dari pihak satu kepada pihak lain. Informasi tersebut bisa berupa pemberitahuan,
pernyataan, pertanyaan, permintaan, laporan, pemikiran, sanggahan, dan lain
sebagainya.29
Surat pribadi adalah surat yang berisi masalah pribadi yang ditujukan
kepada keluarga, teman, atau kenalan karena sifatnya akrab dan santai, dalam
surat pribadi biasa digunakan bahasa ragam akrab dan ragam santai.30
Ditinjau dari sifat isinya, surat adalah jenis karangan (komposisi) paparan.
Di dalam paparan pengarang mengemukakan maksud dan tujuannya, menjelaskan
apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Ditinjau dari peraturannya, surat adalah
percakapan yang tertulis. Jadi, sejenis dengan ragam percakapan (dialog) seperti
yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari fungsinya, surat
adalah suatu alat atau sarana komunikasi tulis, surat dipandang sebagai alat
komunikasi tulis yang paling efisien, efektif, ekonomis, dan praktis.31
Dalam penulisan surat pribadi, berkaitan juga dengan penggunaan ragam
bahasa. Ragam bahasa yang paling berkaitan dengan situasi berbahasa atau
pragmatik adalah ragam fungsional. Martin Joos, linguis berkebangsaan Amerika,
29
Adlan Ali & Tanzil,Pedoman Lengkap Menulis Surat, (Tangerang: PT. Kawan Pustaka,
2006), h. 1. 30
Soedjito, dan Solchan TW,Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia, (PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung, 2004), h. 14. 31
Soedjito, dan Solchan TW,Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia, (PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung, 2004), h. 1.
19
membagi ragam fungsional menjadi lima sub-ragam, yakni baku, resmi, usaha,
santai, dan akrab.32
Jadi dapat disimpulkan bahwa surat adalah salah satu media atau alat yang
dapat digunakan oleh manusia ketika tidak dapat bertatap muka secara langsung
dalam menjalin sebuah komunikasi dengan berbagai tujuan.
B. Dasar-dasar Komunikasi dengan Surat
Dasar-dasar komunikasi dengan surat yang meliputi surat sebagai media
komunikasi, surat sebagai dokumen tertulis, dan surat sebagai wakil atau duta.33
1. Surat sebagai Media Komunikasi
Komunikasi tidak hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan materil,
melainkan juga untuk pengoperan ilmu pengetahuan, baik secara horizontal
maupun secara vertikal, yakni penyampaian informasi dari yang mengetahui
kepada yang tidak mengetahui, sehingga informasi itu pada akhirnya menjadi
milik bersama.34
Di dalam proses komunikasi ada tiga unsur yang sangat berperan aktif.
Pertama: komunikator yang berdiri dan memainkan model atau media komunikasi
verbal maupun non-verbal. Kedua: komunikasi (pribadi atau kelompok) adalah
pihak yang menerima hubungan dari komunikator. Ketiga: message (pesan)
adalah unsur terpenting dan inti dalam interaksi antara komunikator dengan
komunikan.35
Berkomunikasi berarti mengemukakan buah pikiran melalui media
tertentu dengan maksud untuk mendapat tanggapan sehingga diharapkan tujuan
berkomunikasi berhasil dengan sebaik-baiknya.Berkirim surat pada hakikatnya,
melakukan komunikasi sehingga tujuan utama si penulis surat yaitu, memperoleh
tanggapan dari si penerima surat. Oleh karena itu, surat merupakan media
komunikasi yang banyak dipergunakan baik oleh badan usaha maupun
perseorangan.
32
Djago Tarigan,Proses Belajar Mengajar Pragmatik,(Bandung: Angkasa, 1990), h. 33. 33
Asyraf Suryadi,Menulis Berkomunikasi dengan Surat, (Pangkal Pinang: UBB Press,
2010), h. 4-5. 34
S.M. Siahaan,Komunikasi Pemahaman dan Penerapannya, (Jakarta: PT.BPK Gunung
Mulia, 1990), h. 10. 35
Ibid, h. 11.
20
Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi, kalau didukung adanya sumber, pesan, media,
penerima, dan efek.36
a. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri
dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok.
b. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.
c. Media
Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat
mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-
macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, pancaindra dianggap
sebagai media komunikasi.Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi
seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komuniasi
antarpribadi.
d. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai, atau negara.
e. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang terjadi dipikir,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang.
36
Hafied Cangara,Pengantar Ilmu Komunikasi,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012), h. 24-28.
21
f. Tanggapan balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya salah satu bentuk
daripada pengaruh yang berasal dari penerima.
g. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat
macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis,
dan dimensi waktu.
2. Surat sebagai Dokumen Tertulis
Surat merupakan dokumen tertulis yang memiliki kegunaan sesuai dengan
isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, surat berharga harus disimpan
sebaik-baiknya oleh si pemilik surat tersebut. Memang sesungguhnya surat
merupakan salah satu dokumen tertulis, bagi si penerima surat. Hal ini dikatakan
karena dokumen itu sendiri mengandung makna warkat asli yang dipergunakan
untuk alat pembuktian suatu keterangan.
3. Surat sebagai Wakil atau Duta
Salah satu contoh surat sebagai duta adalah surat kepercayaan yang
diterima kepada kepala negara tempat ia diangkat menjadi duta besar. Surat
kepercayaan ditandatangani oleh kepala negara untuk diserahkan kepada kepala
negara dengan upacara penyambutan sesuai dengan upacara kenegaraan yang
berlaku. Lebih jauh lagi peranan surat dapat menambah lebih banyak kawan,
bahkan dengan surat dapat diperoleh dan diutarakan kehangatan cinta.
5. Pembelajaran Menulis Surat Pribadi
Menulis surat pribadi menjadi salah satu materi yang terdapat dalam
pelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Pembelajaran menulis surat pribadi terdapat
dalam kurikulum KTSP 2006, sedangkan dalam Kurikulum 2013 pembelajaran
menulis puisi memang ditiadakan. Namun karena banyak sekolah yang masih
menerapkan kurikulum KTSP 2006 dan pemerintah juga sempat menghentikan
penggunaan kurikulum 2013 maka pembelajaran menulis surat pribadi pada kelas
VII pun masih diajarkan.
22
Menulis surat dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama secara terpimpin.
Dalam hal ini siswa menulis berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan. Kedua
secara bebas. Siswa menulis secara bebas, tanpa ada patokan yang harus diikuti. 37
Guru: Bacalah surat berikut baik-baik, kemudian balaslah surat tersebut.
Bogor, 21 Mei 1986
Cucunda tersayang,
Nenenda baru kelar dari RSU PMI Bogor. Penyakit maag Nenenda kumat
lagi. Rupanya Nenenda salah makan. Syukurlah sudah sembuh lagi.
Bagaimana keadaanmu di sini? Pelajarammu majukah? Tentu saja maju,
bukan? Rajin-rajinlah belajar agar engkau naik kelas.
Nenenda sangat rindu padamu. Bila sekolah libur datanglah ke Bogor.
Nenenda menantikan kedatanganmu.
Sekianlah isi surat Nenenda sekali ini. Sampaikan salamku bagi kedua orang
tuamu.
Peluk cium Nenenda bagimu dan adikmu.
Nenenda,
(R. Salim)
Siswa : Membaca surat tersebut. Mereka membayangkan surat itu dari
Neneknya, kemudian mereka membalas surat itu
Guru : Kini mari kita dengarkan jawaban surat itu. Hasan, silahkan maju ke
depan!
Hasan : Maju ke depan dengan sigap. Membacakan balasan surat Nenenda.
Hasil rekaman suara Hasan adalah sebagai berikut.
Nenenda tersayang,
Surat Nenenda telah saya terima. Saya senang karena Nenenda sehat kembali.
Saya ucapkan selamat! Jaga makanan baik-baik Nek agar penyakit Nenenda tidak
kambuh kembali.
37
Djago Tarigan, dan H. G. Tarigan,Teknik Pengajaran Keterampilan Bahasa,(Bandung:
Angkasa), h. 221-222.
23
Minggu depan sekolah kami bertamasya ke Kebun Raya, Bogor. Saya akan
menjenguk Nenenda.
Sekian surat saya sekali ini Nek, lain kali disambung lagi.
Peluk cium
Cucunda,
(Hasan)
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai tindak tutur dengan menggunakan analisis secara
pragmatik memang sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian mengenai tindak
tutur ilokusi yang terfokus pada surat pribadi tidak ditemukan. Di bawah ini
terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan terkait dengan
tindak tutur:
Skripsi Kenfitria Diah Wijayati (2009) dengan judul “Tindak Tutur
Direktif dalam Pertunjukan Wayang Lakon Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb
Soedharsono” mendeskripsikan analisisnya sebagai berikut: (1) bentuk tindak
tutur direktif yang ditemukan sebanyak 22 macam, yaitu tindak tutur menyuruh,
menasihati, meminta izin, menguji, meminta restu, mengingatkan, memaksa,
merayu, menantang, menyarankan, memohon, memperingatkan, menganjurkan,
mengharap, mengajak, menyela/interupsi, menegur, memarahi, menagih janji,
mempersilahkan, menginterogasi, dan melarang; (2) ditemukan 22 fungsi dan
makna tuturan, hal ini bisa diketahui setelah tuturan itu digunakan dalam konteks
pemakaian tuturan dalam peristiwa tutur; (3) faktor yang menentukan sebuah jenis
tindak tutur sangat dipengaruhi oleh faktor penutur/mitra tutur, isi tuturan, tujuan
pertuturan, situasi, status sosial, jarak sosial, dan intonasi.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Kenfitria Diah Wijayati dengan
penulis terletak pada objek penelitiannya, apabila dalam skripsi Kenfitria yang
menjadi objek penelitiannya adalah tindak tutur dalam sebuah pertunjukkan
wayang, sedangkan dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah
tindak tutur pada surat-surat H.B. Jassin. Selain itu, dalam penelitian Kenfitria
yang menjadi fokus penelitian adalah terbatas pada tindak tutur direktif,
24
sedangkan dalam penelitian ini, fokus penelitian bukan hanya pada tindak tutur
direktif tetapi semua tindak tutur ilokusi.
Skripsi Jamilatun (2011) dengan judul “Tindak Tutur Direktif dan
Ekspresif Pada Rubrik Kriing Solopos (Sebuah Tinjauan Pragmatik) dengan hasil
analisis sebagai berikut: terdapat wujud tindak tutur direktif yang terdapat dalam
RKS sebanyak 12 jenis tindak tutur. Tindak tutur direktif itu meliputi tindak tutur
mengajak, mengingatkan, melarang, menasihati, meminta, memohon,
menyarankan, menyuruh, mengharap, mengusulkan, memperingatkan, dan
mempertanyakan. Wujud tindak tutur direktif yang paling banyak ditemui adalah
tindak tutur meminta dan memohon
Wujud tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RKS sebanyak 43 jenis
tindak tutur. Tindak tutur ekspresif itu meliputi tindak tutur memprotes,
mengkritik, mendukung, menyetujui, menyindir, menyayangkan, berterima kasih,
mengeluh, membenarkan, memuji, mencurigai,meminta maaf, mengklarifikasi,
mengungkapkan rasa iba, mengungkapkan rasa bangga, mengungkapkan rasa
salut, mengungkapkan rasa malu, mengungkapkan rasa kecewa, mengungkapkan
rasa jengkel, mengungkapkan rasa prihatin, mengungkapkan ketidaksetujuan,
mengungkapkan rasa heran, mengungkapkan rasa khawatir, mengungkapkan rasa
ketidakpedulian, mengungkapkan rasa yakin, mengungkapkan rasa bingung,
mengungkapkan rasa sakit hati, mengungkapkan rasa senang, mengungkapkan
rasa simpati, mengungkapkan rasa marah, mengungkapkan rasa muak,
mengungkapkan rasa resah, mengungkapkan rasa ngeri, mengungkapkan rasa
sedih, mengungkapkan rasa syukur, mengucapkan selamat, mengejek,menghina,
menyesal, menolak, mengevaluasi, mengungkapkan rasa berduka cita, dan
mengumpat. Wujud tindak tutur ekspresif yang paling banyak ditemui adalah
tindak tutur berterima kasih dan mengkritik.
Penelitian yang dilakukan oleh Jamilatun terfokus pada analisis tindak
tutur direktif dan ekspresif dalam rubrik Kriiing Solopos, sedangkan penulis
melakukan penelitian yang terfokus pada tindak tutur H.B. Jassin yang mengacu
pada teori tindak tutur ilokusi Searle. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, ternyata tidak ditemukan penelitian mengenai tindak tutur ilokusi
25
dengan analisis yang terfokus pada surat pribadi H.B. Jassin. Untuk itu, pada
penelitian ini, yang menjadi titik fokus penelitian, yaitu analisis tindak tutur
ilokusi pada surat-menyurat H.B. Jassin serta implementasinya terhadap
pembelajaran menulis surat pribadi pada SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII.
Skripsi Edah Ajizah dengan judul “Ilokusi dalam Dialog Drama RT NOL
RW NOL Karya Iwan Simatupang dan Implikasinya terhadap Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP”. Hasil analisis dalam skripsi tersebut adalah
terdapat 289 dialog, ilokusi yang muncul, yakni ilokusi asertif sebanyak 179
tuturan, ilokusi direktif sebanyak 76 tuturan, ilokusi ekspresif sebanyak 14
tuturan, ilokusi komisif sebanyak sembilan tuturan, ilokusi deklarasi sebanyak 17
tuturan.
Terdapat perbedaan antara penelitian Enda Ajizah dengan penelitian yang
penulis lakukan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi objek penelitiannya.
Apabila Enda meneliti tindak tutur ilokusi dalam naskah drama, sedangkan
penulis melakukan penelitian terhadap surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya.
Berdasarkan penjabaran penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
menyimpulkan penelitian terdahulu ke dalam bentuk tabel sebagai berikut:
1.1 Tabel penelitian terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Metode
Analisis
Hasil
Penelitian
1. Kenfitria
Dian
Wijayati
(2009)
“Tindak Tutur
Direktif dalam
Pertunjukan
Wayang
Lakon
Dewaruci oleh
Dalang Ki
Manteb
Soedharsono”
Independen:
1. Pragmatik
2. Tindak tutur
3. Situasi tutur
4. Kesantunan
berbahasa
5. Implikatur
6. Wayang
Dependent
Tindak Tutur
Direktif
Metode
kontekstual
dan metode
padan
Bentuk
tindak tutur
direktif
dalam
Pertunjuk
an Wayang
Dewaruci
oleh Ki
Dalang
Manteb
Soedarsono
adalah
tindak tutur
menyuruh,
menasihati,
meminta
izin,
menguji,
meminta
26
restu,
mengingat
kan,
memaksa,
merayu,
menantang,
menyarank
an,
memohon,
mem
peringati,
menganjur
kan,
mengharap
kan,
mengajak,
menyela,
menegur,
memarahi,
menangih
janji,
mempersila
kan,
mengintero
gasi dan
melarang.
2. Jamilatun
(2011)
“Tindak Tutur
Direktif dan
Ekspresif pada
Rubrik
KRIING
SOLOPOS
(sebuah
tinjauan
pragmatik)”
Independent:
1. Pragmatik
2. Situasi tutur
3. Tindak tutur
4. Rubrik
Dependent:
Tindak Tutur
Direktif
Metode
padan
Wujud
tindak tutur
direktif
yang
terdapat
dalam RKS
sebanyak
12 jenis
tindak
tutur,
wujud
tindak tutur
ekspresif
yang
terdapat
dalam RKS
sebanyak
43 jenis.
3. Edah
Ajizah
(2014)
“Ilokusi dalam
Dialog Drama
RT Nol RW
Nol Karya
Independent:
1. Pragmatik
2. Tindak tutur
3. Ilokusi
Model
penelitian
Miles dan
Huberman
Dalam
drama
tersebut
terdapat
27
Iwan
Simatupang
dan
Implikasinya
Terhadap
Pembelajaran
Bahasa dan
Sastra di
SMP”
4. Drama
Dependen:
Tindak Tutur Ilokusi
dalam Drama
dengan
tahapan
reduksi data,
penyajian
data, dan
kesimpulan/
verifikasi.
179 yang
termasuk
ke dalam
ilokusi
asertif, 76
ilokusi
komisif,
dan 17
buah
ilokusi
deklarasi.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi merupakan hal yang penting dalam melakukan sebuah
penelitian, melalui metodologi penelitian, dapat dilihat proses mendapatkan
sebuah data hingga proses mengolah data tersebut.
Skema konseptual (1)
Sumber Mahsun dan Meleong, yang telah dimodifikasi peneliti
A. Rancangan Penelitian
Berdasarkan skema konseptual di atas, rancangan penelitian tersebut
berpijak pada tiga aspek, yaitu ancangan penelitian, metode penelitian, dan teknik
penelitian. Ancangan penelitian yang digunakan adalah ancangan pragmatik, hal
tersebut dikarenakan teori tindak tutur ilokusi merupakan salah satu materi yang
dibahas dalam ruang lingkup pragmatik. Metode penelitian yang digunakan
adalah kualitatif deskriptif dan menggunakan beberapa teknik dalam penelitian.
B. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang
dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan
simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan
keadaan. Melalui metode yang tepat, seorang peneliti tidak hanya mampu melihat
Metodologi Penelitian
Ancangan
pragmatik
Metode
kualitatif
Metode simak
Teknik
Teknik dokumentasi
Teknik simak
Teknik Simak bebas cakap
Teknik Catat
29
fakta sebagai kenyataan, tetapi juga mampu memperkirakan kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi melalui fakta itu.1 Di dalam sebuah penelitian
terdapat dua metode penelitian, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif.
Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri
tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus
mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamatan mulai
mencatat dan menghitung dari satu, dua, tiga, dan seterusnya. Berdasarkan
pertimbangan demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian
kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan
persentase, rata-rata, chi-kuadrat, dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata
lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau
kuantitas.2
Pendapat Bogma dan Guba dalam buku Uhar Suharsaputra, Penelitian
kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku
yang dapat diamati, sementara itu Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian
kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.3
Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan
dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku,
persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.4 Penelitian ini termasuk
jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif sifatnya
deskriptif, karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak
hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis berupa deskripsi dari gejala-gejala
1Syamsuddin AR,danVismaia S. Damaianti, MetodePenelitianPendidikanBahasa,
(Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 14. 2Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011),h.
3. 3Uhar Suharsaputra,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2012), h. 181. 4Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011),
h. 6.
30
yang diamati, yang tidak selalu harus berbentuk angka-angka atau koefisien
antarvariabel.5
Skripsi ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif, hal tersebut
dikarenakan data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan mendeskripsikan
hasil temuan. Selain termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif, skripsi ini juga
menggunakan metode simak dalam penyediaan datanya.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah tindak tutur ilokusi dalam surat-
surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya. Tindak tutur ilokusi yang menjadi
acuan dalam menganalisis adalah kategori tindak tutur ilokusi yang
dikelompokkan oleh Searle.
D. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah seluruh tuturan dalam surat-surat H.B.
Jassin beserta balasannya yang telah ditemukan oleh peneliti sebanyak delapan
surat, di antaranya adalah surat Maade kepada H.B. Jassin (data satu), surat H.B.
Jassin kepada Maade (data dua), surat H.B. Jassin kepada Arsyad (data tiga), surat
Arsyad kepada H.B. Jassin (data empat), surat Mak Soleha kepada H.B. Jassin
(data lima), surat H.B. Jassin kepada Mak Soleha (data enam), surat H.B. Jassin
kepada Yock Fang (data tujuh), dan surat Yock Fang kepada H.B. Jassin (data
delapan).
Teknik yang digunakan dalam menentukan sampel, yaitu menggunakan
teknik Purposive Sampling, yaitu menentukan sampel atas dasar beberapa
pertimbangan. Pertimbangan peneliti dalam memilih sampel tersebut atas dasar
karena surat-surat tersebut belum dibukukan oleh pihak H.B. Jassin atau pihak
lain, selain itu peneliti hanya memilih surat yang masih ada balasannya. Peneliti
hanya memilih delapan surat yang ada balasannya agar peneliti lebih mudah untuk
menafsirkan maksud dan tujuan dari tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat
tersebut karena tuturan yang terdapat dalam surat balasan dapat dijadikan sebagai
informasi tambahan dalam menentukan maksud dan tujuan isi surat.
5 M. Subana,Dasar-DasarPenelitianIlmiah, (Bandung: CV. PustakaSetia, 2001),h. 17.
31
E. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan berbagai metode dan
teknik yang sesuai dengan objek penelitian. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode simak, sedangkan untuk teknik yang digunakan
adalah teknik dokumentasi, teknik simak bebas cakap, dan teknik catat. Aplikasi
dari teknik dokumentasi yang diterapkan oleh peneliti, yaitu peneliti mencari
secara langsung data primer berupa surat-surat yang masih tersimpan di
Perpustakaan H.B. Jassin, selanjutnya penggunaan teknik simak bebas cakap
dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan data primer kemudian peneliti
membaca dengan cermat surat-surat pribadi yang telah ditemukan, dan
selanjutnya menerapkan teknik catat dengan mencatat tuturan-tuturan dan
mengklasifikasikan sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan. Adapun
penjabaran dari pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Simak
Peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap
penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan. Perlu
ditekankan bahwa menyadap penggunaan bahasa yang dimaksudkan menyangkut
penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis. Terkait hal ini, peneliti
melakukan proses menyimak, membaca surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta
balasannya yang telah diperoleh.
a. Teknik Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu menggunakan teknik
dokumentasi. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari
sumber nonmanusia.
32
1. Dokumen Pribadi
Dokumen pribadi di sini adalah catatan atau karangan seseorang secara
tertulis mengenai tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya.6 Beberapa
dokumen yang merupakan dokumen pribadi adalah buku harian, surat pribadi, dan
otobiografi.
Surat pribadi antara seseorang dengan anggota keluarganya dapat
dimanfaatkan pula oleh peneliti. Hal itu bermanfaat untuk mengungkapkan
hubungan sosial seseorang. Jika surat itu berisi masalah atau pengalaman yang
berkesan dari penulisnya, maka surat pribadi itu akan bermanfaat bagi upaya
menggambarkan latar belakang pengalaman seseorang.7Dalam penelitian ini,
peneliti terlebih dahulu mencari sumber data di Perpustakaan H.B. Jassin
kemudian memilih surat-surat yang belum dibukukan dan surat tersebut masih asli
tulisan tangan H.B. Jassin, peneliti juga berusaha mencari surat-surat balasan yang
diterima oleh H.B. Jassin. Pemerolehan data dalam penelitian ini, yaitu
menggunakan sumber data tertulis berupa surat pribadi H.B. Jassin beserta
balasannya. Sumber data tersebut didapat dari Perpustakaan H.B. Jassin.
b. Teknik Simak Bebas Cakap
Setelah mendapatkan surat-surat H.B. Jassin beserta balasan, langkah
selanjutnya yaitu menggunakan teknik simak dan catat. Istilah menyimak di sini
tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga
penggunaan bahasa secara tertulis. Metode ini memiliki teknik dasar yang
berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode
simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan.
Penyadapan penggunaan bahasa secara tertulis, jika penulis berhadapat dengan
penggunaan bahasa bukan dengan orang yang sedang berbicara atau bercakap-
cakap, tetapi berupa bahasa tulis, misalnya naskah-naskah kuno, teks narasi,
bahasa-bahasa pada massmedia dan lain-lain.8
6SyamsuddinAR ,danVismaia S.Damaianti,MetodePenelitianPendidikanBahasa, (Bandung:
RemajaRosdakarya, 2011), h. 109. 7Lexy J. Moleong,MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h.
218. 8Mahsun,Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (PT. Raja
Grafindo Persada: Jakarta), h. 92-93.
33
c. Teknik Catat
Selain penggunaan metode simak dalam menganalisis data, selanjutnya
peneliti menggunakan teknik catat. Teknik catat adalah teknik lanjutan yang
dilakukan ketika menerapkan metode simak.9 Teknik cacat dalam penelitian ini
mengarah pada pencatatan kembali surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya. Hal
tersebut dilakukan agar surat tersebut agar lebih jelas terbaca dan memudahkan
dalam proses analisis. Selain proses pencatatan kembali surat-surat yang menjadi
objek penelitian, teknik catat juga dilakukan pada tahap pengklasifikasian data.
F. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa
surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya yang berhasil ditemukan di
perpustakaan H.B. Jassin. Surat-surat yang berhasil ditemukan sebanyak delapan
surat, empat surat merupakan surat H.B. Jassin dan empat surat merupakan
balasannya.
G. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasikan,
mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan,
menyamakan data yang sama, dan membedakan data yang memang berbeda, serta
menyisihkan pada kelompok data yang serupa, tetapi tak sama.10
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, langkah selanjutnya adalah
mengolah data tersebut dengan cara menganalisis sesuai dengan acuan teori yang
digunakan. Dalam analisis data, penulis menggunakan metode padan ekstralingual
untuk mengidentifikasi data, penulis juga menggunakan teori identifikasi data
F.X. Nandar yang terdapat dalam bukunya yang berjudul Pragmatik & Penelitian
Pragmatik.Selanjutnya, peneliti menganalisis bentuk-bentuk tuturan dalam surat-
surat pribadi dengan acuan teori tindak tutur ilokusi Searle.
9Ibid,. h. 93.
10Mahsun,Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,(Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2012), h. 253.
34
1. Metode Padan Ekstralingual
Metode padan ektralingual ini digunakan untuk menganalisis unsur yang
bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang
berada di luar bahasa.11
a. Analisis Identifikasi dan Klasifikasi Data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu tindak tutur ilokusi
dalam surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya. Kegiatan analisis yang
dilakukan, yaitu melakukan penyusunan data dengan cara mengidentifikasikan
data, bentuk identifikasi data berdasarkan metode simak yang telah dicontohkan
oleh F.X. Nandar dalam bukunya Pragmatik dan Penelitian Pragmatik contoh:12
DATA 1
1. Lokasi percakapan : ruang keluarga
2. Suasana percakapan : informal, santai
3. Keadaan emosi percakapan : normal.
4. Identitas penutur
a. Gender : wanita
b. Umur : 47 tahun
c. Pekerjaan : pedagang
d. Domisili : Sleman Timur, Yogyakarta
e. Daerah asal : Cikalan, Boyolali
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Jawa
5. Identitas lawan tutur
a. Gender : wanita
b. Umur : 13 tahun
c. Pekerjaan : pelajar
d. Domisili : Klaten
e. Daerah asal : Klaten
11
Mahsun,Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,(Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 120. 12
F.X. Nandar,Pragmatik & Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.147-
148.
35
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Jawa dan Bahasa
Indonesia
6. Hubungan penutur dengan lawan tutur: Budhe (kakak dari ayah atau ibu
lawan tutur) dengan keponakannya.
b. Analisis Tindak Tutur Ilokusi
Setelah melakukan pengidentifikasian data, selanjutnya mengklasifikasikan
bentuk tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam surat-surat H.B. Jassin beserta
balasannya, dalam mengklasifikasikan tindak tutur ini, alat analisis yang menjadi
patokan adalah teori tindak tutur Searle. Adapun tindak tutur tersebut
diklasifikasikan berdasarkan bentuk tindak tutur ilokusi Searle, yaitu bentuk
tuturan asertif, bentuk tuturan direktif, bentuk tuturan ekspresif, bentuk tuturan
komisif, dan bentuk tuturan dekralasi. Selanjutnya, bentuk tuturan tersebut
diperjelas lagi dalam bentuk tabel.
Keterangan kategori dan kata kunci yang mengacu pada tindak tutur Searle dalam
buku Kunjana Rahardi:
1. Kategori asertif: menyatakan (stating), menyarankan (suggesting),
membual (boasting), mengeluh (comlaining), mengklaim (climing).
2. Kategori direktif: memesan (ordering), memerintah (commanding),
memohon (requesting), menasihati (advising), merekomendasi
(recommending).
3. Kategori ekspresif: berterima kasih (thanking), memberi selamat
(congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming),
memuji (praising), berbela sungkawa (condoling).
4. Kategori komisif: berjanji (promising), bersumpah, menawarkan sesuatu
(offering).
5. Kategori deklarasi: berpasrah (resigning), memecat (dismissing),
membaptis (christing), memberi nama (naming), mengangkat
(appointing), mengucilkan (excommunicating), menghukum (sentencing).
36
H. Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, terdapat langkah-langkah yang ditempuh
penulis dalam melakukan penelitian, adapun langkah-langkah penelitian tersebut
adalah:
1. Membaca dengan cermat surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya.
2. Mengetik ulang surat-surat pribadi dengan tujuan agar lebih mudah dalam
proses menganalisis.
3. Mengidentifikasi surat-surat pribadi dengan metode dan teori yang sesuai.
4. Mencermati dan mengamati tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat-surat
pribadi.
5. Menandai tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat pribadi
6. Mengklasifikasikan tuturan tersebut dengan acuan teori Searle.
7. Menganalisis dengan menjabarkan konteks dan juga maksud dari tuturan
tersebut dengan kata-kata.
I. Relenvansi Penelitian dengan Kehidupan Masa Kini
Setiap penelitian yang dilakukan akan lebih menarik apabila terdapat
relevansi dengan kehidupan sehari-hari atau kehidupan masa kini. Terkait dengan
relevansi, penelitian yang dilakukan pada surat-surat H.B. Jassin memiliki
relevansi dengan kehidupan masa kini. Perkembangan teknologi turut mengubah
cara berkomunikasi antar orang, surat yang dahulu merupakan salah satu media
dalam menjalin komunikasi kini sudah tidak banyak dilakukan oleh masyarakat.
Namun, walaupun komunikasi antar surat sudah jarang dilakukan, masyarakat
tetap menjalin komunikasi jarak jauh melalui media yang lebih canggih. Untuk
itu, penelitian terhadap surat-surat pribadi H.B. Jassin dapat dijadikan sebagai
contoh mengenai cara bertutur sapa atau berkomunikasi secara tidak langsung
melalui media yang lebih canggih, yaitu email, dan media sosial lainnya.
Tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat-surat pribadi H.B. Jassin
beserta balasannya dapat dijadikan contoh berkomunikasi yang baik dan sesuai
dengan konteksnya sehingga masyarakat juga dapat belajar cara berkomunikasi
yang baik melalui media (surat, email, media sosial). Selain itu dari segi
pendidikan dan dunia kesusastraan di Indonesia, penelitian ini memiliki relevansi
37
dengan pembelajaran menulis surat pribadi pada SMP kelas VII yang memang
pada jenjang tersebut terdapat materi mengenai menulis surat pribadi.
Pada dunia kesusastraan dengan adanya penelitian ini, menambah
khazanah pengetahuan mengenai sosok pribadi H.B. Jassin karena melalui surat
pribadi hal-hal yang tidak mungkin diungkapkan di media massa ataupun dalam
forum diskusi, dapat dijumpai dalam surat seseorang. Kedua, dengan membaca
surat seseorang dapat menyelami “dunia dalam” orang itu; perasaannya,
pemikirannya, sikap/pandangan hidupnya, serta hal lain yang sifatnya amat
pribadi.13
13
H.B. Jassin, diedit oleh Pamusuk Eneste, H.B. Jassin Surat-Surat 1943-1983, (Jakarta:
PT. Gramedia, 1984), h, 1.
38
Kegiatan Meneliti Tindak Tutur Ilokusi dalam Surat-surat Pribadi H.B.
Jassin beserta Balasannya
Skema konseptual (2)
Sumber Mahsun (2007) dan Meleong yang telah dimodifikasi peneliti
Data tindak tutur ilokusi
Klasifikasi data sesuai kategori
Analisis data dan
pembahasan
Identifikasi data dengan
teori F.X. Nandar
Hasil data tindak tutur
ilokusi dengan kategori
asertif, kategori direktif,
kategori ekspresif, kategori
komisif, dan kategori
deklarasi.
Metode
pengumpulan
data; metode
simak
Teknik
dokumentasi,
teknik simak bebas
cakap, dan teknik
catat
Metodedan teknik
analisis data
Metode padan
ekstralingual
Teori Searle
teori
Metode Penelitian Kualitatif
39
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam analisis data, hal pertama yang dilakukan setelah menyusun data,
yaitu, melakukan identifikasi data dari si penutur dan lawan tutur. Identifikasi
data dilakukan agar terlihat bagaimana hubungan dan situasi antara penutur dan
lawan tutur. Hubungan dan situasi antara penutur dengan lawan tutur sangat
mempengaruhi si penutur melakukan tindak tutur dalam sebuah percakapan.
Setelah melakukan identifikasi data langkah analisis selanjutnya adalah
memfokuskan analisis pada tindak tutur ilokusinya.
A. Biografi H.B. Jassin
H.B. Jassin lahir di Gorontalo, Sulawesi Utara, 31 Juli 1917, meninggal di
Jakarta, 11 Maret 2000. Lulus HIS di Gorontalo (1932), HBS-B (lima tahun),
Medan (1939), Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1957), kemudian
memperdalam pengetahuannya di Universitas Yale, Amerika Serikat (1958-1959)
dan mendapat Doctor Honoris Causa (Dr. HC.) dari Universitas Indonesia (1975).
Ia pernah bekerja di Kantor Asisten Residen Gorontalo (1939), redaktur Balai
Pustaka (1940-1942), dosen Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1953-1959;
sejak 1973 menjadi dosen tetap hingga pensiun), pegawai Lembaga Bahasa
Nasional (sekarang Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen P
dan K 1954-1973).1
H.B. Jassin pernah menjadi redaktur majalah-majalah: Pandji Pustaka,
Pantja Raja, Mimbar Indonesia, Zenith, Kisah, Bahasa dan Budaja, Seni, Buku
Kita, Medan Ilmu Pengetahuan, Sastra, Bahasa dan Sastra, dan Horison.
Sedangkan karya-karyanya adalah Angkatan 45 (1952), Tifa dan Daerahnya
(1952), Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (I-IV, 1954-1967),
Heboh Sastra (1968), Suatu Pertanggungjawab (1970), Sastra Indonesia sebagai
Warga Sastra Dunia (1983), Pengarang Indonesia dan Dunianya (1983), Surat-
surat H.B. Jassin (1984). Ia juga menyusun buku-buku: Pantjaran Tjita (1946),
1 Korrie Layun Rampan, Leksikon Susastra Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000),
h. 188-189.
40
Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang (1948), Gema Tanah Air (1948), Chairil
Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956), Amir Hamzah Radja Penjair Pujangga Baru
(1962), Pujangga Baru, Prosa dan Puisi (1963), Angkatan 66, Prosa dan Puisi
(1968).2
B. Analisis Identifikasi dan Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi
Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang menekankan pada maksud
dari ujaran yang disampaikan. Pada dasarnya setiap ujaran seseorang memiliki
maksud dan tujuan tertentu, untuk dapat mengetahui tujuan tuturan dapat
dianalisis berdasarkan kategori-kategori tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi
menurut Searle terbagi menjadi bentuk tuturan asertif, bentuk tuturan direktif,
bentuk tuturan ekspresif, bentuk tuturan komisif, dan bentuk tuturan deklarasi.3
Asertif merupakan bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran
proposisi yang sedang diungkapkannya dalam tuturan itu.
Direktif, yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh si penuturnya untuk
membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan-tindakan yang
dikehendakinya.
Ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi menyatakan atau
menunjukkan sikap psikologis si penutur terhadap keadaan tertentu.
Komisif, yakni bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan janji atau
penawaran tertentu.
Deklarasi, yakni bentuk tuturan yang menghubungkan antara isi tuturan
dengan kenyataannya. Dari bentuk-bentuk tuturan tersebut, Searle kemudian
menjabarkan ke dalam kata kunci-kata kunci yang lebih khusus lagi.
Berdasarkan penemuan data, peneliti berhasil memperoleh empat buah surat
pribadi H.B. Jassin dan empat surat balasannya. Dari sejumlah surat-surat yang
telah ditemukan, peneliti melakukan penelitian terhadap delapan surat tersebut.
Adapun analisis dan pemaparannya adalah sebagai berikut:
2 Korrie Layun Rampan, Jejak Langkah Sastra Indonesia, (Flores: Nusa Indah, 1986), h.
61-62. 3Kunjana Rahardi,Sosiopragmatik,(Jakarta: Erlangga, 2009),h. 17-18.
41
1. Data 1
a. Identifikasi Data 1
1. Penutur : Maade (P1)
2. Lawan tutur : H.B. Jassin (P2)
3. Lokasi percakapan : ruang kerja (percakapan tidak
langsung)
4. Suasana percakapan : informal
5. Topik pembicaraan : Maade meminta kepada HB. Jassin
untuk mengirimkan sejumlah uang sebagai biaya berobat.
6. Keadaan emosi percakapan : sedih
7. Identitas penutur
a. Gender : perempuan
b. Umur : tidak diketahui
c. Pekerjaan : guru
d. Domisili : Surabaya
e. Daerah asal : Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari: Bahasa Indonesia
8. Identitas lawan tutur
a. Gender : laki-laki
b. Umur : 38 tahun
c. Pekerjaan : sastrawan/ penulis
d. Domisili : Jakarta
e. Daerah asal : Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur : Keluarga
b. Konteks pada Data 1
Pada surat yang dikirimkan P1 kepada P2 dapat diketahui bahwa isi surat
P1 banyak bercerita mengenai penyakit yang menyerangnya. P1 yang sedang sakit
memerlukan biaya untuk berobat, untuk itu P1 mengharapkan agar P2 dapat
mengiriminya sejumlah uang untuk biaya berobat. P1 meminta tolong kepada P2
42
karena P2 merupakan saudara dekat dari P1, P2 yang sudah bekerja di Jakarta
diharapkan dapat membantu P1 yang sedang kesulitan dalam biaya pengobatan.
c. Analisis Ilokusi Data 1
Pada data satu terdapat beberapa tindak tutur ilokusi, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Tindak tutur ilokusi asertif
Dalam surat yang dikirimkan P1 kepada P2 terdapat sejumlah tindak tutur ilokusi
yang dikategorikan asertif, di antaranya adalah sebagai berikut:
(1) Tuturan yang mengandung tindak tutur ilokusi asertif
menyatakan (menyatakan informasi, menjelaskan)
a. “Bagaimana dengan keadaan Hanny, adiknya, dan Hans, suami
istri? Moga-moga dalam keadaan selamat.”
b. “Maade telah 10 hari di SG, dalam keadaan sakit, yaitu penyakit
yang dulu kumat lagi. Tapi di sini Maade hanya modok di rumah
bekas murid Maade yang dulu”.
Berdasarkan teori Searle tuturan (1.a) merupakan tuturan yang termasuk
dalam tindak tutur ilokusi asertif dengan kata kunci menyatakan. Makna dasar
dari tuturan tersebut adalah P1 memberikan pertanyaan kepada P2 mengenai
kondisi P2. Namun makna ilokusi dari tuturan yang disampaikan P1 kepada P2
merupakan kalimat yang mengandung maksud P1 yang mengharapkan P2 beserta
keluarganya dalam keadaan yang sehat. Tuturan tersebut juga mengandung
maksud menunjukkan perhatian P1 kepada keluarga P2. Tuturan tersebut
diujarkan oleh PI kepada P2 karena memang mereka tinggal berjauhan dan
mereka jarang bertemu sehingga ketika berkoresponden mereka tidak lupa untuk
saling memberi kabar. Tuturan tersebut bukan hanya tuturan yang menanyakan
kabar, melainkan juga sebagai bentuk pengharapan agar keluarga P2 dalam
keadaan yang sehat.
Berdasarkan teori Searle tuturan (1.b) merupakan tuturan yang termasuk
dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Makna dasar dari tuturan tersebut
adalah bentuk pernyataan yang dapat diketahui kebenarannya.Tuturan tersebut
disampaikan P1 dengan maksud untuk memberitahukan kepada P2 mengenai
43
keadaannya yang jatuh sakit, namun tidak memiliki biaya untuk dirawat di rumah
sakit sehingga terpaksa mondok pada bekas muridnya. Selain bermaksud untuk
memberitahukan mengenai keadaannya, P1 juga mengharapkan agar P2 dapat
mengerti sehingga melakukan sesuatu untuk membantunya.
(2) Tuturan yang mengandung tindak tutur asertif mengeluh
(menyatakan keluh-kesan mengenai sesuatu)
“Harusnya Maade terus ke Jakarta berobat dan juga untuk pensiun adikmu
Arief, tapi ongkosnya Maade tidak punya.”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif mengeluh. Dalam tuturan tersebut, memang tidak secara gamblang
P1 mengeluh kepada P2 namun ketika P1 mengatakan “tidak punya ongkos”
merupakan keluhan P1 mengenai keadaannya yang menyebabkan ia tidak bisa ke
Jakarta untuk melakukan pengobatan dan juga mengurus pensiunan. Pemilihan
kota Jakarta untuk pengobatan mengandung maksud bahwa Jakarta adalah kota
yang perkembangannya lebih maju dibanding dengan kota lain sehingga apabila
ingin melakukan pengobatan di sanalah tempat yang tepat.
2. Tindak tutur ilokusi ekspresif
Dalam surat yang dikirim P1 kepada P2 tidak saja mengandung tindak
tutur ilokusi asertif, terdapat pula tindak tutur ilokusi ekspresif.
(1) Tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif memuji
(menyatakan sanjungan)
“Anakanda Hans yang terkasih”
Makna dasar dari tuturan tersebut adalah sebuah pernyataan yang
diujarkan P1 kepada P2, namun berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk
dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji. Dalam tuturan tersebut, P1 membuka
percakapan dalam suratnya dengan tuturan memuji P2. Melalui tuturan tersebut
terlihat hubungan yang akrab antara P1 dengan P2, dan karena surat yang
dikirimkan P1 merupakan surat pribadi yang tergolong nonformal dan
ditunjukkan kepada keluarga maka hal tersebut wajar dilakukan oleh P1.
44
(2) Tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif memberi
selamat (mengungkapkan perasaan senang atas sesuatu yang
didapat atau diraih)
“Merdeka!”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif memberi selamat. Tuturan (2) ini dipengaruhi oleh kondisi dan
situasi yang ada pada zaman itu, tuturan tersebut disampaikan untuk
mengekspresikan perasaan P1 yang masih gembira dan bersemangat karena belum
lama Indonesia meraih kemerdekaan. Kegembiraan itu banyak dirasakan oleh
semua rakyat Indonesia sehingga dalam menulis surat pun kata-kata Merdeka
tetap berkumandang. Selain sebagai ungkapan ekspresi, tuturan tersebut juga
merupakan bentuk ungkapan pembuka dalam surat yang dikirimnya.
(3) Tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif berterima
kasih (mengutarakan rasa terima kasih)
“Sekianlah terima kasih”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif berterima kasih. Tuturan tersebut diungkapkan oleh P1 kepada
P2 dengan tujuan untuk menunjukkan rasa senangnya karena bisa terus berkirim
kabar dengan P2. Selain itu, sehubung dengan isi surat yang ditulis oleh P1
menunjukkan bahwa ia meminta tolong kepada P2 maka surat tersebut pun
diakhiri oleh ungkapan terima kasih dengan tujuan agar P1 menghargai bantuan
yang akan diberikan oleh P2.
3. Tindak tutur ilokusi Deklarasi
Dalam surat tersebut, terdapat pula tindak tutur ilokusi deklarasi.
(1) Tuturan mengandung tindak tutur ilokusi deklarasi memohon
(menyatakan permohonan mengenai sesuatu)
“Maka Maade minta tolong kiranya belas kasihan Hans, Maade minta
kirimi uang untuk ongkos dari Surabaya ke Jakarta.Harap ditolong
karena berulang-ulang Maade minta Harjono tapi tak ada, barangkali
dia tak punya.”
45
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi deklarasi memohon. Tuturan (1) tersebut diujarkan P1 dengan tujuan agar
P2 dapat menolong P1 yang sedang membutuhkan biaya pengobatan. Dalam
tuturan tersebut P1 memaparkan alasannya meminta tolong kepada P2, yaitu
dikarenakan ia sudah meminta tolong kepada saudara yang lain namun yang lain
tidak bisa membantu sehingga ia pun meminta pertolongan kepada P2. Tuturan
yang dikemukakan oleh P1 kepada P2 diujarkan dengan gamblang atau secara
langsung, hal tersebut terkait dengan pembicaraan yang diutarakan termasuk
pembicaraan serius, maka maksud P1 mengujarkan secara langsung agar lebih
cepat mendapat respon oleh P2.
(2) Tuturan yang mengandung tindak tutur ilokusi deklarasi
memesan (menyatakan permintaan mengenai sesuatu)
“Kalau kirim uang tolong adress kan ke Kinto, yaitu anak tempat saya
menumpang supaya tidak rewel, jangan nama Maade asal tulis dihocknya,
untuk itu addreskan kedia sebab anak ini dapat dipercaya.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi deklarasi memesan. Maksud dari tuturan (2) yang diujarkan P1 kepada P2
yaitu, menyatakan permintaan agar P2 dapat mengirimkan uang kepadanya ke
alamat yang tepat. Adapun alamat yang diberikan oleh P1 adalah kepada anak
tempat ia tinggal, P1 memesan P2 untuk mengirimkan sejumlah uang kepada anak
tersebut karena menurutnya anak tersebut dapat dipercaya.
DATA 2
a. Identifikasi Data 2
1. Penutur : HB. Jassin (P1)
2. Lawan tutur : Maade (P2)
3. Lokasi percakapan : ruang kerja (percakapan
tidak langsung)
4. Suasana percakapan : informal
5. Topik pembicaraan : Maade yang meminta HB.
Jassin untuk mengirimkan uang.
6. Keadaan emosi percakapan : normal
7. Identitas penutur
46
a. Gender : laki-laki
b. Umur : 35 tahun
c. Pekerjaan : Penulis (sastrawan)
d. Domisili : Jakarta
e. Daerah asal : Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
8. Identitas lawan tutur
a. Gender : Perempuan
b. Umur : tidak diketahui
c. Pekerjaan : guru
d. Domisili : Surabaya
e. Daerah asal : Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur : Keluarga
b. Konteks pada Data 2
Pada data dua, dapat dilihat bahwa konteks yang terdapat dalam surat
tersebut P1 memiliki hubungan kekeluargaan dengan P2, data dua merupakan
balasan dari data satu, P1 menanggapi surat yang diterimanya dari P2 yang berisi
mengenai permintaan P2 kepada P1 untuk mengirimkan sejumlah uang yang akan
digunakan untuk biaya pengobatan. Dalam surat balasannya P1 menjelaskan
mengenai keadaannya yang belum bisa mengirimkan sejumlah uang, ia pun
menjelaskan alasan tidak dapat mengirimkan uang.
c. Analisis Ilokusi Data 2
Pada data satu terdapat beberapa tindak tutur ilokusi, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Tindak tutur ilokusi asertif
Tindak tutur asertif pada data satu terdapat dua tuturan dengan kategori mengeluh,
dan menyatakan.
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif menyatakan
(memberitahukan dan menyampaikan):
a. “surat Maade sudah saya terima”
b. “lain tiada lain mudah-mudahan Maade lekas baik.”
47
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.a) disampaikan oleh P1 yang
memberitahukan kepada P2 bahwa surat yang dikirimkan oleh P2 telah diterima
oleh P1, selain untuk menyatakan hal tersebut tujuan tuturan ini secara tidak
langsung memberi tahu kepada P2 bahwa surat yang ia terima telah ia baca.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) disampaikan P1 kepada P2 dengan
tujuan mengharap agar keadaan saudaranya yang sedang jatuh sakit agar lekas
pulih, tuturan tersebut disampaikan sebagai bentuk perhatian P1 kepada P2. Pada
kata “lain tiada lain” dimaksudkan untuk menekankan bahwa bagi P2 yang bisa ia
berikan adalah doa bagi kesembuhan Maade, hal tersebut terkait dengan dirinya
yang belum bisa mengirimkan bantuan berupa uang kepada P2, maka ia hanya
bisa mendoakan kesembuhan Maade.
(2) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif mengeluh (menyatakan
kondisi yang sedang dialami):
“sampai sekarang masih saja tidak berkecukupan dan harus usaha kiri
kanan buat bikin klop bergroting rumah tangga- pun si Harjono begitu juga
dengan keadaan saya lihat”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif mengeluh. Tuturan (2) menjelaskan keadaan P1 yang tidak bisa
mengirimkan uang kepada P2 dikarenakan ia pun sedang mengalami kesulitan
dalam hal ekonomi, tuturan yang diujarkan bukan sekedar menjelaskan kepada P2
tetapi juga bentuk keluhan P1 mengenai kondisi hidupnya. Bentuk keluhan yang
diujarkan oleh P1 dengan tujuan agar P2 dapat mengerti kondisinya sehingga
tidak perlu lagi mengharapkan bantuan dari P1.
2. Tindak tutur ilokusi ekspresif
Tindak tutur ilokusi ekspresif pada data dua berjumlah dua tuturan dengan kata
kunci memuji dan meminta maaf.
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi ekpresif memuji (menyatakan
sesuatu sebagai bentuk penghargaan):
“Maade yang baik”
48
Makna dasar dari tuturan tersebut adalah sebuah pernyataan yang diujarkan
oleh P1 namun, berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak
tutur ilokusi ekspresif memuji. Tuturan (1) disampaikan P1 kepada P2, bentuk
tuturan ilokusi tersebut digunakan P1 sebagai ucapan salam pembuka, hal tersebut
dilakukan karena surat yang dikirimnya merupakan surat pribadi yang tergolong
nonformal dan ditunjukkan kepada keluarga. Tuturan yang disampaikan juga
mempunyai maksud untuk memberikan penghargaan kepada P2.
(2) Tuturan yang mengandung ilokusi ekpresif meminta maaf
(menyatakan penyesalan):
“tapi maafkan saya tidak bisa kirim uang, karena tidak punya”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif meminta maaf. Tuturan (2) disampaikan P1 kepada P2 selain
sebagai ungkapan maaf juga dimaksudkan sebagai ungkapan rasa bersalah P1
karena belum bisa mengirimkan uang kepada saudaranya yang sedang sakit.
Tuturan tersebut diujarkan secara langsung oleh P1 dengan maksud agar P2
mengerti kondisi keuangan yang dihadapi oleh P1.
3. Tindak tutur ilokusi deklarasi
Tindak tutur ilokusi deklarasi pada data dua berjumlah satu tuturan dengan kata
kunci berpasrah.
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi deklarasi berpasrah (berserah
diri):
“jadi harap dipahami saja dan dimaafkan”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi deklarasi berpasrah. Tuturan (1) disampaikan P1 yang menyatakan
kepasrahan mengenai dirinya yang tidak dapat mengirimkan sejumlah uang, ia
berharap P2 dapat memahami keadaannya dan memaafkan karena tidak bisa
menuruti keinginan P2. Bentuk tuturan ini dimaksudkan agar lawan tutur tidak
lagi mengharapkan bantuan dari P1.
49
C. DATA 3
a. Identifikasi Data 3
1. Penutur : HB. Jassin (P1)
2. Lawan tutur : Arsyad (P2)
3. Lokasi percakapan : Ruang kerja (percakapan tidak
langsung)
4. Suasana percakapan : Informal
5. Topik pembicaraan : Pembicaraan mengenai keadaan
rumah H.B. Jassin semenjak ayah dan keluarganya datang ke Jakarta.
6. Keadaan emosi percakapan : Normal
7. Identitas penutur
a. Gender : Laki-laki
b. Umur : 38 tahun
c. Pekerjaan : Penulis, Sastrawan
d. Domisili : Jakarta
f. Daerah asal : Gorontalo
g. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
8. Identitas lawan tutur
a. Gender : Laki-laki
b. Umur : tidak diketahui
c. Pekerjaan : Mahasiswa
d. Domisili : Gorotalo
e. Daerah asal : Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur: Saudara
b. Konteks Data 3
Pada data tiga, P1 menulis surat yang ditujukan kepada adiknya yang
bernama Arsyad. Dalam surat tersebut P1 mengungkapkan permintaan maaf
kepada P2 mengenai suratnya yang terlambat ia balas. Dalam surat tersebut P1
pun menjelaskan mengenai kabar ayah dan keluarganya yang datang ke Jakarta
50
untuk melakukan pengobatan, menceritakan keadaan rumah yang ramai dengan
kehadiran keluarga.
c. Analisis Ilokusi Data 3
Pada data tiga terdapat tindak tutur ilokusi, tindak tutur ilokusi tersebut tergolong
ke dalam berbagai macam kategori dan kata kunci, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Tuturan yang mengandung ilokusi asertif
Dalam data tiga terdapat tuturan ilokusi asertif sebanyak dua tuturan
dengan kata kunci yang berbeda, diantaranya adalah ilokusi asertif menyatakan
dan ilokusi asertif mengeluh. Penjabarannya adalah sebagai berikut:
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif menyatakan (menjelaskan)
“Sejak bulan Maret lalu ayah dari Gorontalo datang di Jakarta untuk
berobat. Bersama beliau ikut ibu, adinda Bimo dengan anaknya baru satu,
Toneng anaknya Arif dan dua orang pembantu diajak dalam perjalanan.
Jadi adik bisa bayangkan bagaimana padat dan ramainya di rumah sewaan
yang kecil, selama berobat di Jakarta ada jugalah keringanan dalam
penyakit ayah dan berdoa kita mudah-mudahan kesehatan beliau kembali
seperti sediakala.”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1) disampaikan oleh P1 dengan maksud
untuk menjelaskan mengenai Ayah dan keluarganya yang datang ke Jakarta,
selain itu P1 juga menjelaskan mengenai kondisi rumahnya selama keluarga
besarnya datang. Tujuan P1 menjelaskan hal tersebut karena P2 merupakan salah
satu anggota keluarga, namun ia tidak bisa ikut ke Jakarta maka dari itu P1
berusaha memberitahukan mengenai perkembangan Ayahnya yang sedang jatuh
sakit. Selain untuk memberikan informasi, tuturan tersebut juga dimaksudkan agar
P2 selalu mendoakan kesembuhan Ayahnya.
(2) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif mengeluh (merasa susah)
“Kami baik semua, hanya Hani malas belajar, raportnya kurang bagus.
Mastinah InsyaAllah tahun depan akan disekolahkan”.
51
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif mengeluh. Makna dasar dari tuturan ini adalah sebagai bentuk
pernyataan dari pertanyaan yang diajukan P2 kepadanya melalui surat yang
dikirim oleh P2. Tuturan (2) disampaikan oleh P1 dengan maksud menyatakan
keluhan kepada P2. Keluhan tersebut terkait anaknya yang malas belajar sehingga
raportnya kurang bagus. Tuturan tersebut disampaikan oleh P2 karena P2
merupakan saudara P1 yang tinggal jauh dari keluarga sehingga ketika berkirim
surat P2 menanyakan mengenai keadaan anak-anak P1. Selain sebagai bentuk
keluhan, tuturan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan infomasi terkait
dengan perkembangan Mastinah yang merupakan anak ke dua P1.
2. Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif
Dalam data tiga terdapat tuturan ilokusi ekspresif sebanyak dua tuturan dengan
kata kunci yang berbeda, di antaranya adalah ilokusi ekspresif memuji dan ilokusi
ekspresif meminta maaf. Penjabarannya adalah sebagai berikut:
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif memuji (menyatakan
sanjungan)
“Adinda Arsyad yang baik”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif memuji. Tuturan (1) disampaikan P1 kepada P2, bentuk tuturan
ilokusi tersebut digunakan P1 sebagai ucapan salam pembuka, hal tersebut
dilakukan karena surat yang dikirimnya merupakan surat pribadi yang tergolong
nonformal dan ditunjukkan kepada keluarga. Tuturan yang disampaikan
menggambarkan hubungan yang akrab yang antara P1 dengan P2.
(2) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif meminta maaf
(menyatakan penyesalan)
“Surat-surat abang terima, maaf terlambat membalas, banyak sekali
urusan”.
52
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif meminta maaf. Tuturan (2) disampaikan P1 selain
memberitahukan mengenai surat yang telah diterima dan dibaca, P1 juga
menyampaikan tuturan tersebut dengan maksud untuk meminta maaf kepada P2
mengenai suratnya yang belum dibalas. Selain meminta maaf, P1 pun mencoba
menjelaskan alasan mengenai keterlambatan membalas surat. Selain sebagi
bentuk permintaan maaf, dari tuturan tersebut P1 mengharapkan pemakluman dari
P2 mengenai suratnya yang baru sempat dibalas.
3. Tuturan yang mengandung ilokusi komisif
Dalam data tiga selain mengandung tindak tutur ilokusi asertif dan ekspresif
terdapat pula tuturan yang mengandung ilokusi komisif sebanyak satu tuturan.
Penjabarannya adalah sebagai berikut:
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi komisif menawarkan sesuatu
(menyatakan suatu bantuan)
“Seiring dengan ini abang kirimkan poswasel sebesar Rp. 100,- harap
sampai pada waktunya dan adinda terima dengan senang hati”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi komisif menawarkan sesuatu. Tuturan (1) disampaikan oleh P1 dengan
maksud untuk menawarkan sejumlah uang kepada P2 yang merupakan
saudaranya, dalam tuturan tersebut memang P1 tidak secara langsung
menawarkan uang tersebut, namun P1 langsung mengirimkannya tanpa menunggu
jawaban dari P2. Hal tersebut dilakukan karena P1 memang sering mengirimkan
uang kepada P2 dan P1 merasa bahwa ia berkewajiban mengirimi uang. Adapun
uang tersebut akan digunakan oleh P2 dalam memenuhi kebutuhannya karena
pada saat itu P2 sedang bersekolah di luar daerah.
53
D. DATA 4
a. Identifikasi Data 4
1. Penutur : Arsyad (P1)
2. Lawan tutur : H.B. Jassin (P2)
3. Lokasi percakapan : Ruang kerja (percakapan
tidak langsung)
4. Suasana percakapan : Informal
5. Topik pembicaraan : Pembicaraan mengenai
keadaan rumah H.B. Jassin semenjak ayah dan keluarganya datang ke
Jakarta.
6. Keadaan emosi percakapan : Normal
7. Identitas penutur
a. Gender : Laki-laki
b. Umur : tidak diketahui
c. Pekerjaan : Mahasiswa
d. Domisili : Gorontalo
e. Daerah asal : Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
8. Identitas lawan tutur
a. Gender : Laki-laki
b. Umur : 38 tahun
c. Pekerjaan : Sastrawan
d. Domisili : Jakarta
e. Daerah asal : Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur : Saudara
b. Konteks Data 4
Pada data ke empat merupakan surat balasan yang dikirim oleh Aryad, yaitu
adik dari H.B. Jassin. Dalam surat tersebut, ia mengabarkan mengenai keadaan
dirinya. Ia juga menanggapi cerita H.B. Jassin mengenai kedatangan keluarga
54
besarnya dan keadaan rumah yang semakin ramai. Pada akhir suratnya, P1
mengucapkan selamat hari Raya Idul Fitri kepada P2.
c. Analisis Ilokusi Data 4
Pada data empat terdapat tindak tutur ilokusi, tindak tutur ilokusi tersebut
tergolong ke dalam berbagai macam kategori dan kata kunci, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Tuturan yang mengandung ilokusi asertif
Pada data empat terdapat empat tindak tutur ilokusi yang termasuk ke dalam
kategori asertif, dari ke empat tuturan tersebut, tiga tuturan merupakan ilokusi
asertif dengan kata kunci menyatakan sedangkan satu tuturan dengan kata kunci
membual. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif menyatakan
(menyatakan informasi, menjelaskan)
d. “Yth. Kak Hans berdua!”
e. “Dengan jalan surat ini dinda kabarkan, bahwa keadaan dinda dalam hal
yang nyaman. Semoga hal ini berlaku atas kakak serta keluarga di sini,
tentu rumah kakak sekarang menjadi ribut serta ramai, terutama dengan
anakanda Bambang yang nakal berada di sini. Barangkali sudah berkelahi
dan berampasan permainan dengan anakanda Hanny dan Marsinah.
Bagaimana dengan keadaan ayahanda? Semoga penyakit beliau lekas
sembuh dan kembali seperti sediakala”.
f. “Kajian dinda berlaku nanti pada tanggal 13 Juni yang akan datang
bersama-sama dengan pelajaran-pelajaran S.G.A pagi”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.a) disampaikan oleh P1 dengan maksud
sebagai pembuka percakapan dalam suratnya. Dari tuturan tersebut, dapat
diketahui bahwa penutur tidak hanya mengajak berbicara pada P2 saja namun
juga kepada istrinya. Tuturan “Yth ...” yang digunakan oleh P1 dengan maksud
sebagai penghormatan kepada P2 yang diketahui merupakan kakaknya.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) disampaikan oleh P1 dengan maksud
untuk merespon surat yang kirim oleh P2 beberapa waktu lalu, dari respon
tersebut dapat diketahui bahwa P1 sangat antusias mendengar kabar yang
55
disampaikan oleh P2 beberapa waktu lalu. Selain itu tuturan yang disampaikan
oleh P1 yang menanyakan mengenai keadaan ayahnya merupakan bentuk tuturan
yang mengkhawatirkan keadaan ayahnya. Tuturan tersebut juga bermaksud untuk
mengharapkan kesembuhan ayahnya. Selain antusias terhadap kabar mengenai
ayahnya, P2 pun antusias dengan kabar mengenai keluarganya yang berkumpul,
hal tersebut menggambarkan bahwa P2 juga merupakan sosok yang cukup dekat
dengan keluarga.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.c) disampaikan oleh P1 dengan maksud
untuk memberitahukan mengenai perkembangan pendidikan yang dijalani oleh P1
kepada P2. Walaupun dalam surat yang diterimanya, P2 tidak menanyakan
mengenai perkembangan pelajarannya, namun P1 berusaha memberitahu, hal
tersebut dilakukan agar P2 mengetahui perkembangan pelajaran dan juga P1
berharap agar P2 selalu memberi dukungan terhadap proses pendidikan yang
dijalani oleh P1.
(2) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif membual(menyatakan
sesuatu yang tidak terjadi)
“Cukup sekian dahulu, peluk cium dinda untuk anakanda Hans”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif membual. Tuturan (2) disampaikan oleh P1 Tuturan tersebut
diungkapkan sebagai bentuk kasih sayang dan rasa rindu P1 kepada P2 selain itu
juga dengan maksud untuk menutup percakapan dalam suratnya, tuturan tersebut
dikatakan membual karena P1 tidak benar-benar melakukan hal tersebut dan
tuturan tersebut hanya sebagai penanda bahwa hubungan yang dijalin P1 dengan
P2 cukup harmonis walaupun jarak mereka berjauhan.
5. Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif
Dalam data empat terdapat dua tindak tutur ilokusi yang tergolong dalam kategori
ekspresif, adapun dua tuturan tersebut memiliki kata kunci meminta maaf dan
memberi selamat.
56
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif meminta maaf
(menyatakan penyesalan)
“Maaf lebih dahulu, karena dinda telah lama tiada menyurat”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif meminta maaf. Tuturan (1) disampaikan oleh P1 dengan maksud
untuk menyampaikan permintaan maaf atas rasa bersalahnya yang sudah lama
tidak berkirim surat dengan P2. Ungkapan maaf diutarakannya pada awal
pembicaraan dimaksudkan untuk menyatakan penyesalan dan ungkapan yang
sungguh-sungguh.
(2) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif memberi selamat
(mengungkapkan perasaan senang atas sesuatu yang didapat
atau diraih)
“Lain daripada itu, berhubung dengan Hari Raya Idul Fitri, maka dengan
jalan surat ini dinda mengucapkan “Selamat Hari Raya” semoga
kekhilafan serta kesalahan-kesalahan dinda baik yang disengaja maupun
yang tidak, harap kakak berdua sudi memaafkannya”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif memberi selamat. Tuturan (2) disampaikan oleh P1 dengan
maksud untuk menyatakan ucapan selamat atas perayaan Hari Raya Idul Fitri,
selain untuk mengucapkan selamat, tuturan tersebut dimaksudkan untuk
mengungkapkan permintaan maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan oleh P1
kepada P2.
D. DATA 5
a. Identifikasi Data 5
1. Penutur : Mak Soleha (P1)
2. Lawan tutur : H.B. Jassin (P2)
3. Lokasi percakapan : Rumah (percakapan tidak
langsung)
4. Suasana percakapan : Informal
5. Topik pembicaraan : Kekawatiran Mak terhadap
keadaan H.B. Jassin dan keluarga sepeninggalan istrinya.
6. Keadaan emosi percakapan : Berduka
57
7. Identitas penutur
a. Gender : Perempuan
b. Umur : tidak diketahui
c. Pekerjaan : tidak diketahui
d. Domisili : Medan
e. Daerah asal : Medan
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
8. Identitas lawan tutur
a. Gender : Laki-laki
b. Umur : 45 tahun
c. Pekerjaan : Penulis (sastrawan)
d. Domisili : Jakarta
e. Daerah asal : Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur : Keluarga
b. Konteks pada Data 5
Dalam surat yang dikirimkan P1 kepada P2 , P1 yang tinggal jauh dari P2
terkejut ketika mendengar berita meninggalnya istri dari P2. Ia pun
mengungkapkan kekawatiran mengenai keadaan keluarga P2 yang baru saja
ditinggalkan. Atas dasar kekhawatiran itu P1 mengirim surat untuk
mengungkapkan pemikirannya mengenai kelanjutan kehidupan P2 dan keluarga.
c. Analisis Ilokusi Data 5
Pada data lima ditemukan beberapa tindak tutur ilokusi, di antaranya sebagai
berikut ini:
1. Tindak Tutur Ilokusi Asertif
Dalam data lima terdapat empat bentuk tuturan ilokusi dengan kata kunci
menyatakan dan menyarankan.
58
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif menyatakan (menyampaikan
harapan, dan memberitahukan sesuatu):
a. “Anakkanda Hans, Sepeninggalan surat ini mudah-mudahan kami seisi
rumah berada di dalam keadaan sehat-sehat saja, demikian juga
anakanda dan anak-anak semuanya di sini”.
b. “Pada waktu Mak menulis surat ini, bapak Ngasa sedang berada di
Medan, dan kami juga telah mendapat berita dari bapakmu Ngasa”.
c. “Surat ini Mak titipkan kepada bapakmu Ngasa, kabar lain baik-baik
saja dan sekianlah surat ini”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Pada tuturan (1.a) P1 membuka percakapan dalam
surat dengan pernyataan singkat berupa panggilan “anakanda Hans”, walaupun
kalimat tersebut sangat singkat namun dari tuturan tersebut dapat diketahui
hubungan P1 dengan P2 yang terjalin dengan baik dan akrab. Selain itu maksud
penutur mengujarkan kalimat tersebut adalah untuk menyampaikan bahwa
keadaan dirinya baik-baik saja dan berharap agar keluarganya berada dalam
keadaan yang sehat.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) diujarkan oleh P1 dengan maksud untuk
memberitahukan P2 mengenai bapak Ngasa yang sedang berada di Medan, berita
yang diterima oleh P1 mengenai kabar duka meninggalnya istri P2 didapat dari
bapak Ngasa.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Pada tuturan (1.c) P1 menyatakan bahwa surat yang ia
kirimkan dititipkan melalui bapak Ngasa, hal tersebut dilakukan karena bapak
Ngasa dapat mengantarkannya kepada P2, ia pun menjelaskan mengenai
kondisinya yang baik-baik saja.
(2) Tuturan yang mengandung tindak tutur ilokusi asertif menyarankan
(menyampaikan pendapat):
“Barangkali anakanda akan mendapatkannya di Jakarta atau di Gorontalo
ataupun di Medan. Supaya anak-anak jangan terlalu kesunyian dan
anakanda juga tidak akan bersusah payah melihat anak-anak”.
59
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyarankan. Tuturan (2) diujarkan oleh P1 dengan maksud untuk
memberikan saran kepada P2 terkait dengan kondisi yang dialami oleh P2. Atas
dasar kekhawatiran yang rasakan oleh P1, maka P1 pun menyarankan agar P2
untuk tidak terlalu lama dalam keadaan berkabung dan secepatnya mendapatkan
pengganti istrinya agar anak-anaknya dapat terurus dengan baik.
(3) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif mengeluh (menyatakan
sesuatu atas dasar keprihatinan)
“Apakah ada kabar dari Mak kita di sana tentang maksud untuk mencari
dan mengasuh anak-anak. Mak kasihan melihat anak-anak begitu
ditinggalkan, juga anakkanda Hans tentunya merasa sedih juga”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif mengeluh. Tuturan (3) diujarkan oleh penutur dengan maksud
menyatakan keluhan terhadap apa yang terjadi pada keluarganya, walaupun bukan
ia yang mengalami kehilangan seseorang tetapi ia juga ikut merasakan cobaan
yang sedang dihadapi saudaranya. Pada tuturan “apakah ada kabar dari Mak kita
di sana tentang maksud untuk mencari dan mengasuh anak-anak” bukan hanya
dimaksudkan menanyakan mengenai pengasuh, tetapi secara tidak langsung
dimaksudkan untuk mencari pengganti ibu dari anak-anak P1.
2. Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif
Dalam data lima hanya terdapat satu tuturan dengan kategori ekspresif, adapun
kalimat tersebut merupakan kata kunci berbela sungkawa (ikut merasakan
berduka cita).
(1) Tuturan yang mengandung tindak tutur ilokusi ekspresif berbela
sungkawa (menyatakan perasaan duka cita)
“Sepulangnya Om mu Josua kami telah mendengar kabar tentang penyakit
menantu Alm. Sitti dan Mak sedih melihat gambar-gambar yang anakkanda
kirim itu, semoga Allah menempatkan Alm. menantu Sitti kepada tempat
sebaik-baiknya”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif berbela sungkawa. Tuturan ini disampaikan P1 kepada P2
sebagai bentuk keprihatinan dan rasa duka citanya kepada keluarga P2 yang baru
saja kehilangan istri. Tuturan ini tidak hanya mengandung kalimat bela sungkawa
60
tetapi juga bertujuan untuk mendoakan agar istri P2 dapat diterima dan
ditempatkan sebaik-baiknya di sisi Tuhan.
F. DATA 6
a. Identifikasi Data 6
1. Penutur : H.B. Jassin (P1)
2. Lawan tutur : Mak Ganda (P2)
3. Lokasi percakapan : Ruang kerja (percakapan
tidak langsung)
4. Suasana percakapan : Informal, santai
5. Topik pembicaraan : Menceritakan keadaan HB.
Jassin beserta anaknya selepas ditinggal oleh istri.
6. Keadaan emosi percakapan : sedih
7. Identitas penutur
a. Gender : Laki-laki
b. Umur : 45 tahun
c. Pekerjaan : Penulis (sastrawan)
d. Domisili : Jakarta
e. Daerah asal : Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
8. Identitas lawan tutur
a. Gender : perempuan
b. Umur : tidak diketahui
c. Pekerjaan : tidak diketahui
d. Domisili : Medan
e. Daerah asal : Medan
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur : Keluarga
b. Konteks pada Data 6:
Data ke enam ini merupakan balasan surat yang dikirimkan oleh Mak
Soleha kepada H.B. Jassin. P1 banyak menceritakan kehidupan dirinya dan anak-
anaknya selepas kepergian istrinya, dalam surat ini P1 juga menanggapi isi surat
61
yang dikirimkan kepadanya. Isi surat tersebut mengenai pemikiran P1 yang
mengusulkan agar P2 mencari pengganti istrinya yang telah meninggal agar ada
yang mengurus rumah tangganya.
c. Analisis Ilokusi Data 6:
Pada data enam mengandung tindak tutur ilokusi sebagai berikut:
1. Tindak Tutur Ilokusi Asertif
Dalam data enam terdapat lima tindak tutur ilokusi asertif, namun semua tindak
tutur tersebut masuk dalam kata kunci tindak ilokusi asertif menyatakan. Berikut
ini penjabarannya:
(1) Tuturan yang mengadung asertif menyatakan (memberitahukan,
menanggapi pernyataan, dan menceritakan)
a. “surat pada Om Ngasa sudah saya terima beberapa waktu lalu”
b. “usul yang Mak kemukakan di dalamnya, saya sendiri belum sampai
ke sana memikirkannya. Meskipun dari beberapa pihak pun telah ada
memasukkan pikiran-pikiran demikian”.
c. “sementara menulis surat ini saya sedang perlop tahunan di Bandung,
Hani tidak ikut hanya Mastinah.Hani berkali-kali saya ajak dia
menjawab: “nggak ada mami sih” dia sudah ada dua bulan ini
menggambar dan ingin menggambar ibunya dari foto kalau ia sudah
pandai sekali. Kalau dulu dia bercita-cita mau jadi pilot, kemudian
insinyur, maka sekarang dia mau jadi dokter, supaya bisa menolong
orang sakit, katanya.Dia baru saja naik kelas 3 SMP dengan angka-
angka yang baik, Mastinah tinggal kelas di kelas 5”.
d. “Arsyad mampir di rumah dalam perjalanan ke Bali dan berjanji akan
mampir juga sekembalinya, mungkin sudah pulang di Medan”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.a) diujarkan oleh P1 dengan maksud
bukan hanya sebagai pernyataan namun juga menginformasikan kepada P2
mengenai suratnya yang diterima dalam beberapa waktu yang lalu melalui Pak
Ngasa. Selain itu maksud dari tuturan tersebut adalah apabila surat tersebut telah
diterima maka ia pun secara tidak langsung menyatakan bahwa surat tersebut telah
dibaca.
62
Berdasarkan teori Searle, tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) diujarkan oleh P1 dengan tujuan untuk
merespon dari usulan yang dikemukakan oleh P2, dari ujaran tersebut P1
menjelaskan bahwa ia belum ada pikiran terhadap usulan P2 untuk mencari istri.
Selain itu tuturan tersebut bermaksud untuk memberitahukan bahwa beberapa
orang telah berusaha membujuk P1 untuk mencari pengganti istrinya yang telah
meninggal.
Berdasarkan teori Searle, tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.c) diujarkan oleh P1 dengan maksud untuk
menceritakan mengenai perkembangan anaknya, baik dari segi cita-cita hingga
perkembangan sekolah anaknya setelah ditinggalkan ibunya. Ia menceritakan
kondisi tersebut dengan maksud untuk memberikan informasi kepada P2 karena
mereka berada di daerah yang berbeda dan P2 ingin sekali mengetahui
perkembangan anak dari P1.
Berdasarkan teori Searle, tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.d) diujarkan oleh P1 dengan maksud
memberikan informasi kepada P2 mengenai keberadaan saudaranya yang bernama
Arsyad. Arsyad memang tidak tinggal dengannya, Arsyad tinggal di luar kota
untuk menyelesaikan pendidikannya.
(2) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif membual
(mengungkapkan sesuatu yang tidak nyata)
“saya cium tangan Mak”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif membual. Tuturan (2) merupakan tuturan yang disampaikan oleh
P1 dengan maksud ungkapan menghargai, kerinduan kepada P2 namun
sebenarnya ungkapan tersebut tidaklah dilakukan secara nyata, ungkapan tersebut
hanya mewakili rasa penghormatan dan kerinduan P1 kepada P2”.
2. Tuturan yang mengadung ilokusi ekspresif
Tindak tutur ilokusi ekspresif dalam data enam terdapat beberapa tuturan dengan
kata kunci yang berbeda-beda, diantaranya adalah memuji, berbela sungkawa, dan
memberi selamat. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:
63
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif memuji
(menyampaikan sesuatu sebagai bentuk penghargaan)
“Mak Ganda yang baik”
Berdasarkan teori Searletuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi
ekspresif memuji. Dalam tuturan tersebut, P1 membuka percakapan dalam
suratnya dengan tuturan memuji P2. Melalui tuturan tersebut terlihat hubungan
yang akrab antara P1 dengan P2 dan karena surat yang dikirimkan P1 merupakan
surat pribadi yang tergolong nonformal dan ditunjukan kepada keluarga maka hal
tersebut wajar dilakukan oleh P1. Tuturan tersebut mengandung maksud sebagai
suatu bentuk penghargaan kepada Mak.
(2) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif berbela sungkawa
(mengemukakan perasaan yang masih berduka)
a. “pada perasaan saya, ibu anak-anak yang meninggal masih hadir sekitar
saya dan saya tak sampai hati meninggalkannya atau menggantikannya
dengan yang lain. Kenangan padanya masih amat segar sehingga dia
seolah-olah masih hidup mendampingi saya.”
b. “anak-anak pun masih sangat ingat pada ibunya, terutama Hani. Mereka
selalu mengajak melihat kuburan ibunya yang sekarang sudah didirikan
bangunan yang bagus diatasnya. Perasaan ini pun harus saya ikut
timbangkan dalam mengambil langkah-langkah berikutnya”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif berbela sungkawa. Tuturan (2.a) diujarkan oleh P1 kepada P2
dengan maksud untuk menceritakan dukanya yang mengenai istrinya yang telah
meninggal dunia. Ia juga menceritakan bahwa ia masih merasakan keberadaan
istrinya sehingga belum mampu untuk mencari penggantinya. Selain itu tuturan
ini juga bertujuan untuk memberikan penegasan kepada P2 bahwa ia belum mau
mencari pengganti istrinya.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif berbela sungkawa. Tuturan (2.b) diujarkan oleh P1 kepada P2
dengan maksud memberitahukan bahwa suasana duka dalam keluarganya masih
sangat dalam, begitu pun yang terjadi pada anak-anaknya yang selalu ingat pada
ibunya, sehingga ia pun harus memperhitungkan segala sesuatu yang akan
dilakukannya. Dalam tuturan tersebut dapat diketahui bahwa sebenarnya baik P1
64
maupun anak-anaknya belumlah membutuhkan pengganti istri atau ibu baru bagi
anak-anaknya. Untuk itu P1 mempertimbangkan kembali apabila ingin mencari
istri dan ibu baru bagi anak-anaknya.
(3) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif memberi selamat
(mengucapkan selamat disertai dengan doa)
“Salam saya pada Humalo dan semoga perkawinannya berbahagia. Juga
salam saya pada Om Josua dan Tante Josua”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif memberi selamat. Tuturan ini diujarkan P1 dengan tujuan
memberikan ucapan selamat kepada Humalo dan istri yang telah melangsungkan
pernikahan, selain itu dalam ujaran tersebut bertujuan untuk mengungkapkan doa
agar perkawinannya bahagia.
G. DATA 7
a. Identifikasi Data 7
1. Penutur : H.B. Jassin (P1)
2. Lawan tutur : Yock Fang (P2)
3. Lokasi percakapan : Ruang kerja (percakapan tidak
langsung)
4. Suasana percakapan : Informal
5. Topik pembicaraan : Pembicaraan mengenai pencetakan
buku, kontroversi seputar ABP, dan penerimaan hadiah dari Prof. Dr.
Teuku Iskandar.
6. Keadaan emosi percakapan : Normal
7. Identitas penutur
a. Gender : Laki-laki
b. Umur : 79 tahun
c. Pekerjaan : Penulis (sastrawan)
d. Domisili : Jakarta
e. Daerah asal : Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
65
8. Identitas lawan tutur
a. Gender : Laki-laki
b. Umur : tidak diketahui
c. Pekerjaan : Dosen, akademisi
d. Domisili : Singapore
e. Daerah asal : Singapore
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Inggris
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur: Rekan kerja, teman.
b. Konteks pada Data 7
Data tujuh merupakan surat yang dikirimkan H.B. Jassin kepada Yock
Fang, apabila dilihat secara seksama sebenarnya surat ini bukanlah surat pertama
yang dikirimkan P1 kepada P2 namun karena penulis tidak dapat menemukan
surat-surat sebelumnya maka penulis hanya dapat meneliti surat ini. Surat ini
membahas mengenai berbagai macam hal. Dalam penulisan suratnya, P1 menulis
surat dalam bentuk poin-poin, dalam surat ini terdapat beberapa poin diantaranya
membahas proses mencetak buku, rencana pembuatan fragmen, hingga mengenai
penerimaan hadiah dari Prof. Dr. Teuku Iskandar.
c. Analisis Ilokusi Data 7
Data ke tujuh merupakan surat yang ditulis dengan bentuk poin-poin, dalam surat
tersebut terdapat tindak tutur ilokusi sebagai berikut ini:
1. Tuturan yang mengandung ilokusi asertif
Tuturan yang mengandung ilokusi dalam data tujuh teridentifikasi sebanyak tiga
tuturan dengan kata kunci menyarankan dan menyatakan.
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif menyatakan
(memberitahukan, mengutarakan)
a. “baru-baru ini datang ke Jakarta Prof. Dr. Teuku Iskandar
menghadiahkan saya bukunya yang terakhir, Sejarah Melayu Klasik
Sepanjang Abad, sudahkah Saudara lihat?”
b. “sekian dulu Saudara Yock Fang. Saya harap Saudara sekeluarga
baik-baik saja. Bagaimana keadaan kesehatan Saudara? Saya selalu
mendoakan Saudara Yock Fang sekeluarga baik-baik saja. Salam saya
sekeluarga kepada Saudara Yock Fang sekeluarga”.
66
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.a) disampaikan P1 dengan maksud
memberitahukan kepada P2 mengenai dirinya yang baru saja memperoleh hadiah
buku dari Prof. Dr. Teuku Iskandar, tuturan itu pun diujarkan dengan maksud
untuk mengetahui apakah P2 sudah membaca buku tersebut atau belum.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) disampaikan P1 dengan maksud untuk
mengutarakan harapannya kepada P2 agar keadaan P2 selalu baik-baik saja,
maksud dari tuturan tersebut juga sebagai menutup pembicaraan dengan P2.
Dalam tuturan tersebut terlihat hubungan yang baik bukan hanya terjalin antara P1
dengan P2 melainkan antara keluarga mereka pun sudah sangat dekat.
(2) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif menyarankan (memberikan
pendapat)
“Apakah Saudara Yock Fang tidak membuat rampai dari fragmen-
fragmen Sastra Melayu Klasik? Saya kira akan menarik”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyarankan. Tuturan (2) disampaikan oleh P1 dengan maksud
untuk memberikan pendapat kepada P2 untuk membuat rampai dari fragmen.
Tuturan tersebut diutarakan dengan maksud agar P2 dapat mempertimbangkan
pendapat yang dikemukakan oleh P1. Walaupun tuturan tersebut dalam bentuk
pertanyaan namun sebenarnya secara tidak langsung P1 menyarankan kepada P2
untuk membuat Fragmen Sastra Melayu Klasik.
2. Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif
Dalam data tujuh, terdapat pula beberapa tindak tutur ilokusi ekpresif dengan kata
kunci, yaitu berterima kasih dan meminta maaf, penjabarannya sebagai berikut
ini:
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif berterima kasih
(mengutarakan rasa terima kasih)
“Pertama-tama terima kasih atas kiriman cek $ Singapore 500,-“.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif berterima kasih. Tuturan (1) disampaikan P1 dengan maksud
67
untuk menyatakan rasa terima kasihnya atas bantuan yang diberikan oleh P2.
Tuturan ini disampaikan oleh P1 di awal penulisan surat dengan maksud
menunjukkan bahwa P1 bersungguh-sungguh mengutarakan terima kasihnya
kepada P2. Adapun ucapan terima kasih yang dituturkan dikarenakan P2 yang
telah mengirim sejumlah uang kepada P1. P2 memang kerap mengirim beberapa
uang hal tersebut dikarenakan P1 dan P2 bekerja sama dalam memproduksi buku
selain itu P2 sering mengirim uang terkadang untuk keperluan berobat P1.
(2) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif meminta maaf
(mengutarakan kesalahan)
“sampai hari ini Erlangga belum selesai mencetak SMK II tak jelas,
maaf”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif meminta maaf. Tuturan (2) tidak hanya dimaksudkan untuk
memberitahukan mengenai proses percetakan buku Sastra Melayu Klasik II tetapi
juga sebagai bentuk penyesalan P1 kepada P2 yang belum bisa memberikan
kepastian mengenai kapan proses percetakan buku tersebut akan selesai. Terkait
dengan ketidakjelasan proses cetakan buku SMK maka P1 pun meminta maaf
dengan sungguh-sungguh pada P2.
3. Tuturan yang mengandung ilokusi direktif
Dalam data ini, hanya terdapat satu buah bentuk ilokusi direktif dengan kata kunci
memesan. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi direktif memesan
“Beberapa waktu yang lalu kepada saudara ABP (Al-Quran Berwajah
Puisi), dan kontroversi ABP apakah sudah saudara terima? Tolong
tawarkan kepada Pustaka Nasional. Barangkali Bapak Semait berminat
mengadakan di Singapore, Malaysia, dan Brunai Darussalam? Saya kira di
sana mereka juga berminat”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi
direktif memesan. Dalam tuturan (1) P1 mengajukan beberapa pertanyaan dengan
maksud untuk memesan kepada P2 mengenai buku Al-Quran Berwajah Puisi. P1
memesan kepada P2 untuk menawarkan buku ABP kepada seorang bernama
Bapak Semait. Tuturan tersebut diungkapkan kepada P2 dengan maksud karena
68
P2 mengenal bapak Semait dan kerap bertemu sehingga P1 pun memohon
padanya. Dalam tuturan tersebut P1 berharap agar bukunya yang merupakan
terjemahan Al-Quran yang diberi judul “Al-Quran Berwajah Puisi” dapat dijual
hingga ke negeri tetangga. Saat itu buku tersebut memang menimbulkan
kontroversi bagi banyak orang hal tersebut dikarenakan apakah Al-Quran yang
sifatnya sakral atau suci dapat diterjemahkan dengan memadukan antara ayat suci
dengan unsur-unsur kepuitisan.
I. DATA 8
a. Identifikasi Data 8
1. Penutur : Yock Fang (P1)
2. Lawan tutur : HB. Jassin (P2)
3. Lokasi percakapan : Ruang kerja (percakapan
tidak langsung)
4. Suasana percakapan : Informal
5. Topik pembicaraan : Pembicaraan mengenai
pencetakan buku, kontroversi seputar ABP, dan penerimaan hadiah dari
Prof. Dr. Teuku Iskandar.
6. Keadaan emosi percakapan : Normal
7. Identitas penutur
a. Gender : Laki-laki
b. Umur : tidak diketahui
c. Pekerjaan : Dosen, akademisi
d. Domisili : Singapore
e. Daerah asal : Singapore
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Inggris
8. Identitas lawan tutur
a. Gender : Laki-laki
b. Umur : 79 tahun
c. Pekerjaan : Sastrawan/ penulis
d. Domisili : Jakarta
e. Daerah asal : Gorontalo
69
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur : Rekan kerja, teman.
b. Konteks Data 8
Data delapan merupakan surat balasan yang dikirimkan oleh Yock Fang
kepada HB. Jassin sebagai balasan dari surat yang menjadi data tujuh. Dalam
surat ini, P1 menanggapi beberapa hal yang dikemukakan oleh P1, diantaranaya
adalah mengenai buku yang dikirimkan oleh P2, ia juga menjawab pertanyaan
mengenai pengurus Pustaka Nasional, mengenai bunga Rampai yang sempat
dikerjakan, dan ia juga menceritakan proyek-proyek yang akan digarap apabila ia
telah pensiun.
c. Analisis Ilokusi Data 8
Pada data delapan terdapat tindak tutur ilokusi, tindak tutur ilokusi tersebut
tergolong ke dalam berbagai macam kategori dan kata kunci, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Tuturan yang mengandung ilokusi asertif
Ilokusi asertif dalam tuturan data enam terdapat lima tuturan dengan kata kunci
menyatakan, penjabarannya adalah sebagai berikut:
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif menyatakan
(mengungkapkan, memberitahukan, menjelaskan)
a. “Pak Jassin yang diingati, saya gembira sekali menerima surat dari
Bapak. Demikian juga sudah diterima ABP dan kontroversi ABP.”
b. “Pak Semait tidak menjadi pengurus Pustaka Nasional lagi. Beliau
lebih banyak menerjemahkan buku-buku Arab daripada mengurus
PN.”
c. “Bunga Rampai Sastra Lama pernah saya usahakan atau anjuran
Bapak, tapi usaha itu terbengkalai karena berbagai hal. Apakah di
Indonesia ada penerbit yang bersedia menerbitkannya? Terjemahan
sajak-sajak Chairil Anwar juga tidak ada kesempatan mengulang
cetak.”
d. “bulan April tahun lalu operasi by pass, i. e. sakit jantung. Sekarang
sudah agak sembuh tapi masih sakit-sakitan saja, dan pada bulan
September ini saya akan pensiun kalau kesehatan mengizinkan saya
akan terus berkarya. Diantara proyek yang akan dikerjakan ialah...”
70
e. “saya belum meluhat buku Prof. Teuku Iskandar dimanakah buku itu
diterbitkan?”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.a) disampaikan P1 dengan maksud
membuka percakapan kepada P2. Selain itu tuturan ini sebagai maksud untuk
mengungkapkan perasaan P1 yang merasa senang dapat berkomunikasi dengan
P2, dari hal tersebut dapat diketahui bahwa antara P1 dan P2 memiliki hubungan
yang baik walapun mereka tinggal berjauhan.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) disampaikan P1 merupakan tanggapan
dari P2 yang menanyakan mengenai pengurus PN, selain sebagai tanggapan
tuturan tersebut bertujuan untuk memberikan informasi kepada P2 mengenai
pengurus PN. Informasi tersebut disampaikan kepada P2 terkait dengan urusan
buku P2 yang rencananya ingin ditawarkan kepada pihak PN, merasa bahwa
informasi tersebut dibutuhkan oleh P2 maka P1 pun mengujarkan informasi
tersebut.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.c) disampaikan P1 dengan maksud
menanggapi saran yang disampaikan oleh P2, dalam tuturan tersebut P1
menjelaskan bahwa sebenarnya ia pernah mengerjakan namun terbengkalai
dikarenakan berbagai hal. Selain itu maksud dari tuturan tersebut diujarkan untuk
memberikan informasi terkait penjualan buku Chairil Anwar yang tidak begitu
baik.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.d) disampaikan P1 dengan maksud
memberitahukan kepada P2 mengenai kondisinya yang belum lama menjalani
operasi, selain itu ia pun menjelaskan mengenai rencana yang akan dilakukannya
setelah pensiun. Tuturan ini sangat berkaitan dengan tuturan-tuturan sebelumnya
yang menyatakan bahwa banyak yang pekerjaannya terbengkalai karena salah satu
penyebab pekerjaannya banyak terbengkalai karena ia sakit.
71
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.e) disampaikan P1 merupakan tanggapan
pernyataan P2, tuturan ini bermaksud untuk memberitahukan bahwa ia belum
pernah membaca buku tersebut dan ingin mengetahui mengenai buku tersebut.
Secara tidak langsung, P1 berharap P2 memberitahukan mengenai buku yang
diperolehnya.
2. Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif
Dalam data delapan hanya terdapat satu buah tuturan yang termasuk ke dalam
ilokusi ekspresif, tuturan tersebut merupakan tuturan ilokusi ekspresif dengan kata
kunci berterima kasih.
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif berterima kasih
(mengungkapkan rasa terima kasih setelah menerima perhatian)
“akhir sekali saya ingin sekali mengucapkan terima kasih kepada Bapak
yang senantiasa memberi perhatian kepada kegiatan berkarya saya, dari
masa saya menjadi mahasiswa sampai kepada masa saya menjadi Profesor
Madya dan pensiun. Saya juga senantiasa berdoa agar bapak dan keluarga
senantiasa dalam keadaan sehat walafiat.”
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi ekspresif berterima kasih. Tuturan (1) disampaikan dengan tujuan
mengungkapkan rasa terima kasih kepada P2 atas dukungan yang ia dapatkan
selama ini. Rasa terima kasih yang diujarkan oleh P1 menunjukkan bahwa P2
dianggap memiliki peran besar dalam kehidupan P1. Melalui tuturan tersebut
dapat diketahui bahwa hubungan natara P1 dengan P2 sudah terjalin sejak lama,
P2 dianggap sebagai seseorang yang selalu memberikan dukungan. Selain sebagai
tuturan dengan maksud mengungkapkan rasa terima kasih, tuturan tersebut juga
bertujuan untuk mendoakan lawan tutur.
3. Tuturan yang mengandung ilokusi direktif
Dalam data delapan terdapat beberapa tutur yang termasuk ke dalam ilokusi
direktif, tuturan tersebut merupakan tuturan ilokusi direktif dengan kata kunci
memesan, dan merekomendasikan.
72
(1) Tuturan yang mengadung ilokusi direktif memesan (meminta sesuatu)
a. “... hanya saja ABP yang saya terima itu di dalamnya ada beberapa
halaman yang kosong. Bisa saya kirimi satu eksemplar lagi? dan ABP
dan Kontroversi ABP yang dikirim beberapa waktu lalu sampai
sekarang masih belum saya terima. Mungkin sudah hilang
diperjalanan”.
b. “siapakah yang menjadi penerbit ABP? Apakah Bapak sendiri yang
menerbitkannya? Kalau Bapak sendiri yang menjadi penerbitnya,
kirimlah 10 eksemplar kepada saya dan saya akan menjualnya kepada
orang yang berminat. Uangnya akan dimasukkan ke dalam rekening
bank Bapak di Jakarta”.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi direktif memesan. Tuturan (1.a) disampaikan oleh P1 dengan maksud
untuk memesan buku kepada P2. Ia juga menjelaskan alasannya meminta untuk
dikirimkan buku kembali karena buku yang pernahdikirimkan hilang diperjalanan.
Permintaan yang diajukan oleh P1 adalah hal yang wajar karena memang antara
P1 dengan P2 sering berdiskusi mengenai buku.
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi direktif memesan. Tuturan (1.b) disampaikan oleh P1 mempunyai tujuan
yang hampir sama, yaitu untuk memesan buku kepada P2, bedanya adalah dalam
tuturan ini, P1 bermaksud untuk bantu menjual buku tersebut agar P2
mendapatkan sejumlah uang. Selain bentuk tuturan untuk memesan, tuturan ini
juga bertujuan untuk memberikan bantuan kepada P2. P1 berinisiatif untuk
membantu P2 terkait dengan bukunya yang baru saja diterbitkan.
4. Tuturan yang mengandung ilokusi komisif
Dalam data delapan tuturan yang mengandung ilokusi komisif hanya terdapat satu
tuturan dengan kata kunci menawarkan sesuatu.
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi komisif menawarkan sesuatu
(menyatakan bantuan)
“... kalau bapak anggap perlu, saya akan menghubungi pengurus
barunya hanya saja saya khawatir bapak mungkin sulit untuk
mendapatkan uang kembali”.
73
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur
ilokusi komisif menawarkan sesuatu. Tuturan (1) disampaikan oleh P1 dengan
maksud menawarkan pertolongan kepada P2, bantuan yang dapat dilakukan oleh
P1 adalah menghubungi pengurus Pustaka Nasional yang baru. P1 bersedia
menolong P2 karena P1 mengenal pengurus PN yang baru, selain itu lokasi
tempatnya dekat dengan lokasi rumah P1. Pertolongan yang ditawarkan oleh P1
berkaitan dengan buku yang diterbitkan oleh P2.
C. Pembahasan Analisis Tindak Tutur Ilokusi
Berdasarkan delapan surat pribadi yang telah ditemukan, empat surat
pribadi dari H.B. Jassin dan empat surat balasannya ditemukan banyak tuturan-
tuturan ilokusi. Pada data satu, tuturan ilokusi yang paling banyak muncul adalah
tuturan asertif sebanyak tiga tuturan dan ekspresif sebanyak tiga tuturan,
sedangkan untuk tuturan direktif hanya satu tuturan. Tuturan asertif banyak
muncul dalam surat pribadi tersebut dengan tujuan untuk menyatakan informasi,
menanyakan mengenai sesuatu, dan untuk mengeluh mengenai sesuatu kepada
lawan tutur. Tuturan ekspresif muncul dalam surat tersebut dengan tujuan untuk
membuka percakapan dalam surat pribadi, dan ungkapan rasa terima kasih kepada
lawan tutur. Kata-kata pembuka dalam surat pribadi dan ungkapan terima kasih
yang dituturkan oleh penutur menyatakan kondisi psikologis penutur yang sudah
lama tidak bertemu dengan lawan tutur dan merasa berhutang budi pada lawan
tutur.
Sedangkan untuk tuturan direktif sebanyak dua tuturan dengan tujuan
penutur mengharapkan bantuan dari lawan tutur, tuturan direktif dalam surat
tersebut sangat berkaitan dengan tuturan asertif dan tuturan ekpresif. Sebelum
penutur menyampaikan tuturan direktif, penutur membuka percakapan yang
mengandung tuturan ekspresif dan mengungkapkan keadaannnya yang termasuk
dalam tuturan asertif, kemudian menyatakan permohonannya yang termasuk ke
dalam tuturan direktif. Penggunaan tuturan dalam surat yang dikirimkan penutur
kepada lawan tutur cukup singkat dan tidak bertele-tele, hal tersebut terbukti dari
sedikitnya tuturan yang diungkapkan karena penutur langsung mengungkapkan
74
maksud dan tujuannnya mengirimkan surat pribadi kepada lawan tutur.
Penggunaan tuturan yang tidak bertele-tele juga dipengaruhi oleh status penutur
yang merupakan saudara (yang dianggap lebih tua) dari lawan tutur.
Data dua terdapat tuturan asertif sebanyak tiga tuturan, tuturan ekspresif
sebanyak dua tuturan, dan deklarasi sebanyak satu tuturan. Tuturan asertif
diungkapkan oleh penutur dengan tujuan penutur memberitahukan mengenai
keadaannya, dan mengeluhkan keadaan ekonominya. Tuturan ekspresif
diungkapkan dengan tujuan untuk membuka percakapan, membuka percakapan
dengan sopan dimaksudkan karena status penutur yang lebih muda daripada lawan
tutur dan tuturan ekspresif merupakan tuturan yang menyatakan kondisi
psikologis penutur.
Tuturan ekspresif diungkapkan untuk menyatakan penyesalan penutur
karena tidak dapat menolong lawan tutur yang sedang membutuhkan sejumlah
uang, sedangkan tuturan deklarasi diungkapkan oleh lawan tutur agar lawan tutur
dapat memahami kondisi yang dialami oleh penutur. Penggunaan tuturan yang
diungkapkan oleh penutur sesuai dengan kondisi dan situasi, kondisi yang
dimaksudkan yaitu sesuai dengan status penutur sebagai keluarga dan statusnya
yang lebih muda sehingga tuturan yang disampaikan dengan santun dan tuturan
diungkapkan dengan situasi yang sebenarnya terjadi.
Data tiga terdapat tuturan asertif sebanyak dua tuturan, ekspresif sebanyak
dua tuturan, dan komisif sebanyak satu tuturan. Tuturan ekspresif diungkapkan
dengan tujuan sebagai salam pembuka dalam surat, dan sebagai ungkapan
permintaan maaf, permintaan maaf dimaksudkan karena penutur terlambat untuk
mengirimkan surat balasan kepada lawan tutur. Tuturan asertif diungkapkan oleh
penutur dengan tujuan untuk menginformasikan mengenai perkembangan
kesehatan ayahnya dan juga untuk menceritakan keluhan mengenai masalah
anaknya. Tuturan komisif diutarakan dengan tujuan untuk menawarkan sejumlah
uang kepada lawan tutur. Penggunaan tuturan dalam surat tersebut sesuai dengan
status penutur yang merupakan kakak dari lawan tutur dan juga sesuai dengan
tujuan tuturan.
75
Data empat terdapat empat tuturan asertif dan dua tuturan ekspresif. Tuturan
asertif bertujuan untuk mengungkapkan rasa hormat penutur kepada lawan tutur.
Hal tersebut dilakukan karena penutur merupakan adik dari lawan tutur sehingga
dalam mengirim surat pun harus menggunakan bahasa yang menunjukkan rasa
hormat, rasa hormat si penutur terlihat pada saat penutur mengungkapakan “Yth.
Kak Hans berdua!”. Selain itu tuturan asertif juga dimaksudkan untuk menyatakan
keadaan dan memberikan informasi mengenai kelanjutan studinya, sedangkan
untuk tuturan ekspresif diujarkan oleh penutur dengan maksud untuk
mengungkapkan kondisi psikologis si penutur yang bahagia menyambut
datangnya hari Raya Idul Fitri, kebahagiaan tersebut diungkapkan dengan
memberikan selamat dan juga meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah
diperbuat.
Penggunaan tuturan dalam surat tersebut dianggap cukup sesuai dengan
konteks dan tujuan, penutur yang statusnya merupakan adik dari lawan tutur
mengirim surat dengan menggunakan tuturan yang sopan, dan penutur juga
banyak mengekspresikan perasaannya melalui tuturan-tuturan tersebut, hal
tersebut terkait dengan suratnya yang bercerita tentang keluarga, dan
menggambarkan kedekatan antara penutur dan lawan tutur yang merupakan kakak
beradik.
Data lima terdapat empat tuturan asertif, satu tuturan ekspresif, dan satu
tuturan direktif. Surat diawali dengan tuturan asertif dengan tujuan penutur
menyatakan harapan agar lawan tutur dalam keadaan sehat, kemudian tuturan
selanjutnya bertujuan untuk menyatakan informasi yang didapat penutur, tuturan
asertif berkaitan dengan tuturan ekspresif yang diujarkan oleh penutur. Tuturan
ekspresif yang diutarakan bertujuan untuk menyatakan kondisi psikologis penutur
yang kala itu mendapatkan kabar duka atas kematian istri dari lawan tutur.
Kemudian tuturan direktif dimaksudkan untuk memberikan masukan dan nasihat
kepada lawan tutur yang sedang dalam keadaan duka untuk selalu bersabar atas
apa yang sedang dihadapinya.
76
Pada surat tersebut, tuturan yang digunakan oleh penutur berkaitan erat
dengan konteks yang sedang terjadi. Penutur berusaha menggunakan tuturan-
tuturan yang ekspresif karena memang pada saat itu kondisi penutur dan lawan
tutur sedang berduka, selain itu penggunaan tuturan direktif untuk membuat lawan
tutur merasa bahwa ia tidak sendirian ketika tertimpa musibah karena ada saudara
yang selalu memberikan masukan-masukan dan saran. Selain itu penggunaan
tuturan tersebut juga dipengaruhi oleh status penutur dan lawan tutur. Penutur
yang merupakan orang tua dari lawan tutur menggunakan tuturan-tuturan yang
berfungsi untuk memberikan saran, nasihat, dan masukan bagi lawan tutur.
Data enam terdapat tuturan asertif sebanyak empat tuturan, ekspresif
sebanyak empat tuturan, dan direktif sebanyak satu tuturan. Penggunaan tuturan
asertif dimaksudkan untuk menanggapi pernyataan yang telah dituturkan oleh
lawan tutur pada suratnya, selain untuk menanggapi pernyataan tuturan asertif
dimaksudkan untuk memberitahukan kesibukannya. Sedangkan tuturan ekspresif
dituturkan dengan tujuan untuk menyatakan rasa hormatnya kepada lawan tutur
dalam bentuk ungkapan salam pembuka sebagai rasa hormat.
Tuturan ekspresif juga bertujuan untuk mengungkapkan kondisi
psikologisnya yang sangat sedih setelah kematian istrinya. Sedangkan untuk
tuturan direktif dimaksudkan untuk menanggapi pernyataan yang diungkapkan
oleh lawan tutur pada surat yang dikirimkannya berkaitan untuk mencarikan istri
baru. Penggunaan tuturan-tuturan dalam surat tersebut sesuai dengan konteks
yang sedang diungkapkan dan sesuai dengan status penutur yang merupakan anak
dari lawan tutur. Penggunaan bahasa tersebut menunjukkan rasa hormat, dan
perilaku sopan penutur, seperti saat ia menolak untuk mencari istri baru dalam
waktu dekat, hal tersebut diungkapkan secara santun dengan tuturan direktif oleh
penutur sehingga tuturan tersebut dapat diterima oleh lawan tutur tanpa merasa
tersinggung.
Data tujuh terdapat tuturan ekspresif sebanyak dua tuturan, asertif sebanyak
tiga tuturan, dan direktif satu tuturan. Tuturan ekspresif diutarakan dengan tujuan
untuk menyampaikan rasa terima kasih penutur kepada lawan tutur dengan
demikian secara tidak langsung mencerminkan kondisi psikologis penutur yang
77
senang atas kiriman uang yang diterima oleh penutur dari lawan tutur. Selain itu
tuturan ekspresif juga dimaksudkan untuk tindakan permohonan maaf kepada
lawan tutur mengenai proses pencetakan buku SMK II yang tidak jelas.
Permohonan maaf tersebut menggambarkan kondisi psikologis penutur yang
sangat menyesal dengan hal tersebut.
Penggunaan tuturan asertif dimaksudkan untuk menyatakan dan
memberikan informasi mengenai keadaan penutur kepada lawan tutur, dan
penggunaan tuturan asertif dimaksudkan sebagai tuturan dengan tujuan
memberikan saran kepada lawan tutur. Penutur selain dianggap sebagai teman,
sahabat, juga telah dianggap sebagai guru bagi lawan tutur untuk itu penutur
dalam berbagai kesempatan kerap kali memberikan masukan atau saran-saran
terkait dengan kesibukan lawan tutur dalam dunia kesusastraan. Sedangkan untuk
penggunaan tuturan direktif dengan tujuan penutur memberikan rekomendasi
mengenai penjualan sebuah buku.
Data delapan terdapat tuturan asertif sebanyak enam, direktif sebanyak tiga
tuturan, komisif sebanyak satu tuturan, dan deklarasi sebanyak satu tuturan.
Penggunaan tuturan asertif bertujuan untuk menyatakan, dan memberitahukan
informasi kepada lawan tutur. Tuturan direktif digunakan dengan tujuan untuk
memesan sebuah buku kepada lawan tutur. Penggunaan tuturan tersebut sangat
berkaitan dengan profesi lawan tutur yang merupakan seorang sastrawan yang
aktif menulis buku, serta hubungan lawan tutur dan penutur adalah sepasang
sahabat yang selalu berdiskusi mengenai buku-buku yang dihasilkan baik oleh
penutur maupun lawan tutur.
Sedangkan untuk penggunaan tuturan komisif dimaksudkan untuk
menawarkan sesuatu kepada lawan tutur. Dalam hal ini, penutur yang merupakan
sahabat dari lawan tutur ingin memberikan bantuan kepada lawan tutur, dan
penggunaan tuturan deklarasi dimaksudkan untuk mengungkapkan kepasrahannya
mengenai penjualan buku SMK II yang pada saat itu mengecewakan.
Dari delapan surat yang telah dianalisis, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat-surat pribadi tersebut digunakan
sesuai dengan konteks dan tujuannya. Masing-masing penutur dalam surat
78
tersebut menggunakan tuturan dengan menyesuaikan tema apa yang sedang
dibahas, dan siapa yang menjadi lawan tutur. Seperti pada data satu hingga data
enam yang merupakan surat yang ditujukan antar anggota keluarga lebih banyak
menggunakan tuturan asertif karena penggunaan tuturan asertif untuk menyatakan
informasi terkait dengan keadaan penutur, kegiatan, dan kehidupan sehari-hari,
selain penggunaan tuturan asertif yang banyak digunakan adalah tindak tutur
ekspresif. Penggunaan tindak tutur ekspresif dimaksudkan untuk megekspresikan
kondisi penutur, karena surat tersebut ditujukan kepada keluarga maka tuturan
ekspresif pun lebih banyak dijumpai, karena tuturan tersebut menggambarkan
kedekatan penutur dengan lawan tutur.
Sedangkan pada data tujuh dan delapan merupakan surat-surat yang
ditujukan untuk antar sahabat. Tindak tutur yang digunakan lebih bervariasi, hal
tersebut dikarenakan tujuan dari mengirim surat sudah lebih kompleks bukan
hanya sekedar untuk menyampaikan kerindu tetapi juga ada tujuan-tujuan lain
yang ingin dicapai oleh penutur, sehingga penggunaan tindak tutur lainnya sangat
dibutuhkan dalam mencapai tujuan tuturan. Tuturan yang lebih variasi di
antaranya adalah penggunaan tuturan direktif, yang digunakan dengan tujuan
untuk menyatakan keinginan, komisif dengan tujuan untuk bekerja sama, dan
deklarasi sebagai ungkapan yang menghubungkan tuturan dengan kebenaran.
Penggunaan tindak tutur- tindak tutur tersebut berkaitan dengan pokok-pokok
pembicaraan yang lebih berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya lebih serius.
D. Implikasi Terhadap Pembelajaran
Pada kurikulum KTSP pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP
kelas VII semester ganjil terdapat meteri mengenai menulis surat pribadi dengan
standar kompetensi, yaitu mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku
harian dan surat pribadi dengan kompetensi dasar, yaitu menulis surat pribadi
dengan memperhatikan komposisi, isi, dan bahasa.
Penulis mencoba untuk mengimplementasikan pembelajaran menulis surat
pribadi dengan menggunakan media surat H.B. Jassin pada SMP PGRI 371
Pondok Aren. Dalam penggunaan surat H.B. Jassin beserta balasannya, pertama-
79
tama siswa disajikan sebuah surat H.B. Jassin dan juga balasannya, kemudian
siswa ditugaskan untuk mencermati dan membaca secara seksama pada surat
tersebut. Setelah itu melalui tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat, siswa
menentukan topik, isi, dan bahasa yang komunikatif yang terdapat dalam surat.
Penggunaan media surat tersebut memiliki banyak manfaat, selain siswa
dapat secara langsung melihat bagaimana surat menyurat, siswa juga dapat
menambah pengetahuannya mengenai tokoh H.B. Jassin yang memang tidak
asing dalam dunia kesusastraan di Indonesia. Melalui surat-surat H.B. Jassin dan
balasannya, dapat terlihat percakapan-percakapan secara tidak langsung yang
dituturkan oleh H.B. Jassin dengan seseorang, baik itu keluarga, maupun
temannya. Selain itu, dapat juga melihat respon dari surat-surat tersebut berupa
balasan suratnya. Surat yang memang merupakan salah satu media komunikasi
mengandung berbagai tuturan-tuturan yang dapat dianalisis ke dalam tindak tutur
ilokusi.
Dalam percakapan pada surat, penutur berusaha menyampaikan informasi
kepada lawan tutur, namun untuk menyampaikan sebuah tuturan tanpa disadari
terkadang penutur sering menggunakan kalimat yang tersirat dalam
menyampaikan tuturannya. Terkadang antara bentuk kalimat tidak sesuai dengan
fungsi kalimat. Misalnya kalimat pernyataan memiliki fungsi tidak sekedar untuk
menyampaikan informasi melainkan juga untuk menjelaskan, atau bahkan
menyuruh.
Apabila siswa mengetahui berbagai tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam
surat tersebut, akan memudahkan siswa untuk mengetahui topik yang dibicarakan
dalam surat tersebut karena dalam pembelajaran menulis surat pribadi siswa
dituntut untuk dapat mencermati surat pribadi, menentukan komposisi dalam surat
pribadi, menentukan topik pada surat pribadi, menulis surat pribadi, hingga
menyunting surat pribadi.
Penelitian ini bertolak pada teori Searle yang menyatakan bahwa tindak
tutur ilokusi dibagi menjadi lima kategori, yaitu asertif, ekspresif, komisif,
direktif, dan deklarasi. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengklasifikasikan
tuturan dalam surat H.B. Jassin ke dalam kategori dan kata kuncinya. Untuk itu,
80
peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat diterapkan dalam pembelajaran
menulis surat pribadi dengan menampilkan surat pribadi H.B. Jassin beserta
balasannya sebagai sebuah media penunjang yang dapat menarik minat siswa
dalam mempelajari surat pribadi sehingga pembelajaran lebih bervariasi.
81
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Penulis berhasil menemukan empat surat yang dikirim H.B. Jassin dan juga
empat surat balasan. Dari surat-surat tersebut penulis menganalisis dengan
menggunakan teori tindak tutur Searle, setelah diteliti terdapat wujud tindak tutur
ilokusi sebanyak 59 tuturan dengan berbagai kategori dan kata kunci. Untuk kategori
asertif berjumlah 30 tuturan dengan rincian pada data satu sebanyak tiga tuturan
(menyatakan sebanyak dua, dan mengeluh), data dua sebanyak tiga tuturan
(mengeluh dan menyatakan sebanyak dua tuturan), data tiga sebanyak dua tuturan
(meyatakan dan mengeluh), data empat sebanyak empat tuturan (menyatakan
sebanyak tiga tuturan dan membual), data lima sebanyak empat tuturan (menyatakan
sebanyak tiga tuturan dan menyarankan), data enam sebanyak lima tuturan
(menyatakan sebanyak empat tuturan dan membual), data tujuh sebanyak tiga tuturan
(menyatakan sebanyak dua tuturan dan meyarankan), data delapan sebanyak enam
tuturan dengan kategori menyatakan.
Untuk kategori ekspresif berjumlah 17 tuturan dengan rincian pada data satu
sebanyak tiga tuturan (memuji, memberi selamat, dan berterima kasih), data dua
sebanyak dua tuturan (memuji dan meminta maaf), data tiga sebanyak dua tuturan
(memuji, dan meminta maaf), data empat sebanyak dua (meminta maaf dan memberi
selamat), data lima sebanyak satu tuturan (berbela sungkawa), data enam sebanyak
empat tuturan (memuji, berbela sungkawa sebanyak dua tuturan dan memberi
selamat), data tujuh sebanyak dua tuturan (berterima kasih dan meminta maaf), data
delapan sebanyak satu tuturan (berterima kasih).
82
Sedangkan untuk kategori direktif berjumlah delapan tuturan dengan rincian
pada data satu sebanyak dua tuturan (memohon dan memesan), data lima sebanyak
satu tuturan (menasihati), data enam sebanyak satu tuturan (memohon), data tujuh
sebanyak satu tuturan (merekomendasikan), dan data delapan sebanyak tiga tuturan
(memesan sebanyak dua tuturan dan merekomendasikan). Pada kategori deklarasi
berjumlah dua tuturan dengan rincian pada data dua sebanyak satu tuturan
(berpasrah), dan pada data delapan sebanyak satu tuturan (berpasrah). Pada kategori
komisif terdapat dua tuturan di antaranya pada data tiga sebanyak satu tuturan
(menawarkan sesuatu), dan pada data delapan sebanyak satu tuturan (menawarkan
sesuatu).
Dari delapan surat yang telah dianalisis, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat-surat pribadi tersebut digunakan sesuai
dengan konteks dan tujuannya. Masing-masing penutur dalam surat tersebut
menggunakan tuturan dengan menyesuaikan tema apa yang sedang dibahas, dan siapa
yang menjadi lawan tutur
Berdasarkan penelitian surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya dapat
dijadikan sebagai alternatif bahan ajar dalam pembelajaran menulis surat pribadi di
SMP PGRI 371 Pondok Aren, melalui surat-surat pribadi tersebut siswa dapat melihat
sosok H.B. Jassin berkomunikasi dengan keluarga dan rekannya melalui media surat,
dan dari tindak tutur yang terdapat dalam surat tersebut siswa mampu mengetahui
topik dan maksud dari penulis dalam menulis surat pribadi.
83
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran
yang berkaitan dengan penelitian ini, saran tersebut mencakup untuk guru, siswa,
maupun untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian.
1. Bagi Siswa dan Guru
Penelitian ini dapat membantu siswa dan guru untuk mengadakan proses
pembelajaran yang lebih variatif dengan menggunakan media surat-surat
pribadi H.B. Jassin. Melalui pembelajaran tersebut, selain menguasai
pembelajaran menulis surat pribadi siswa juga dapat mengenal salah satu tokoh
besar dalam dunia sastra di Indonesia.
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian bahasa dengan objek surat-surat H.B. Jassin belumlah banyak
dilakukan, untuk itu peneliti berharap akan ada penelitian-penelitian
selanjutnya yang akan menyempurnakan atau mengembangkan penelitian ini.
3. Bagi Masyarakat
Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat semakin peduli akan surat-surat
H.B. Jassin agar surat tersebut dapat dikumpulkan dan dibukukan sehingga
masyarakat dapat lebih mudah untuk membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, Edah. Ilokusi dalam Dialog Drama RT Nol RW Nol Karya Iwan
Simatupang dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan
Sastra di SMP. Skripsi SI FITK. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
2014.
Ali, Adlan & Tanzil. Pedoman Lengkap Menulis Surat.Tangerang: PT. Kawan
Pustaka. 2006.
Alwasilah , A. Chaidar. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa. 1993.
Aslinda, dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika
Aditama. 2007.
Austin, J.L. How to do Things with Words. Cambrige: Harvard University Press.
1962.
Black, Elizabeth. Stilistika Pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2012.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2010.
Cummings, Louise. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2007.
Djajasudarja, Fatimah. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur.
Bandung: Refika Aditama. 2010.
_____________________. Wacana dan Pragmatik. Bandung: PT. RefikaAditama.
2012.
Hindun. Pragmatik untuk Perguruan Tinggi. Depok: Nufa Citra Mandiri. 2012.
Ibrahim, Abd Syukur. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional. 1993.
Ihsan, Diemroh. Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa. Palembang:
Universitas Sriwijaya. 2011.
Jamilatun. Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif pada Rubrik KRIING SOLOPOS
(sebuah tinjauan pragmatik). Skripsi SI Fakultas Sastra dan Seni
Rupa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 2011.
Jassin, H.B. diedit oleh Pamusuk Eneste. H.B. Jassin Surat-Surat 1943-1983.
Jakarta: PT. Gramedia. 1984.
Leech, Geoffrey, penerjemah M.D.D. Oka. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta:
UI Press. 2011.
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
(PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2005.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2011.
Mulyana. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2005.
Nandar, F.X. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: GrahaIlmu. 2009.
Pangaribuan, Tagor. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008.
Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta:
Kanisius. 1990.
R. Searle, John. Speech Act An Essay In The Philosophy Of Language. London:
Cambrige University Press. 1969.
Rahardi, Kunjana. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga. 2005.
_______________. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga. 2009.
Rampan, Korrie Layun. Jejak Langkah Sastra Indonesia. Flores: Nusa Indah.
1986.
____________________. Leksikon Susastra Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
2000.
Rani, Abdul, dkk. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Pusblishing. 2004.
Siahaan, S.M. Komunikasi Pemahaman dan Penerapannya. Jakarta: PT.BPK
Gunung Mulia. 1990.
Soedjito, dan Solchan TW. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung. 2004.
Subana, M. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2001.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: PT. Refika Aditama. 2014.
Sumarsono. Filsafat Bahasa. Jakarta: Gramedia. 2004.
Suryadi, Asyraf. Menulis Berkomunikasi dengan Surat. Pangkal Pinang: UBB
Press. 2010.
Syamsuddin, dan Vismaian S. Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011.
Tarigan, Djago, dan H. G. Tarigan. Teknik Pengajaran Keterampilan Bahasa.
Bandung: Angkasa. 1987.
Tarigan, Djago. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: Angkasa. 1990.
Wijana, I Dewa Putu. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Percetakan ANDI.
1996.
Wijayati, Keyfitria Diah. Tindak Tutur Direktif dalam Pertunjukan Wayang
Lakon Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb Soedharsono. Skripsi SI
Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
2009.
1. Lampiran I : Surat-surat pribadi H.B. Jassin dan balasannya
Data 1
Data 2
Data 3
Data 4
Data 5
Data 6
Data 7
Data 8
2. Lampiran 2 : Surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya yang sudah siap baca
DATA 1
Surabaya, 11-12-1952
Anakanda Hans yang terkasih
Merdeka!
Bagaimana dengan keadaan Hanny, adiknya, dan Hans suami istri? Moga-moga dalam
keadaan selamat. Maade telah 10 hari di SB, dalam keadaan sakit yaitu penyakit yang dulu
kumat lagi. Tapi di sini maade hanya mondok di rumah seorang bekas murid maade yang
dulu harusnya
Maade terus ke Jakarta untuk berobat dan juga untuk pensiun adikmu tapi ongkosnya maade
tidak punya. Maka dari itu maade minta tolong kiranya ada belas kasihan Hans, Maade
minta kirimi uang untuk ongkos dari Surabaya ke Jakarta. Harap ditolong karena berulang-
ulang maade minta dari abang tapi tak ada. Barangkali dia tak punya.
Kalau kirim uang tolong adress kan ke Kinto, yaitu anak tempat saya menumpang supaya
tidak rewel, jangan nama maade asal tulis dihocknya, untuk itu addreskan kedia sebab anak
ini dapat dipercaya.
Sekianlah terima kasih.
Adress:
K. Wijono
Krambangan besar 22
SB
DATA 2
Jakarta, 14-12-1952
Maade yang baik,
Surat Maade sudah saya terima.Tapi maafkan saya tidak bisa kirim uang, karena
tidak punya.Sampai sekarang masih saja tidak berkecukupan dan harus usaha kiri kanan
buat bikin klop berbegroting rumah tangga- pun si Harjono begitu juga dengan keadaannya
saya lihat.Jadi harap dipahami saja dan dimaafkan.
Lain tiada lain mudah-mudahan Maade lekas baik
Salam dari Hans
DATA 3
Medan, 14 Mei 1955
Adinda Arsyad yang baik
Surat-surat abang terima.Maaf terlambat membalas.Banyak sekali urusan.
Sejak bulan Maret lalu ayah dari Gorontalo datang di Jakarta untuk
berobat.Bersama beliau ikut ibu, adinda Bimo dengan anaknya baru satu, Toneng anaknya
Arif dan dua orang pembantu diajak dalam perjalanan. Jadi adik bisa bayangkan bagaimana
padat dan ramainya di rumah sewaan yang kecil, selama berobat di Jakarta ada jugalah
keringanan dalam penyakit ayah dan berdoa kita mudah-mudahan kesehatan beliau kembali
seperti sediakala.
Kami semua baik. Hanya Hani saja malas belajar, raportnya kurang bagus. Mastinah
insyaAllah tahun depan akan disekolahkan.
Seiring dengan ini abang kirimkan poswasel sebesar Rp. 100,- harap sampai pada
waktunya dan adinda terima dengan senang hati.
Salam dari Mak kita dan yang lain-lain dari abang
DATA 4
Gorontalo, 17 Mei 1955
Yth. Kak Hans berdua!
Maaf lebih dahulu, karena dinda telah lama tiada menyurat. Dengan jalan surat ini dinda
kabarkan, bahwa keadaan dinda dalam hal yang nyaman. Semoga hal ini berlaku atas diri
kakak serta keluarga di sini.
Tentu rumah kakak sekarang menjadi ribut serta ramai, terutama dengan anakkanda
Bambang yang nakal berada di sini. Barangkali sudah berkelahi dan berampasan permainan
dengan anakanda Hanny dan Marsinah.
Bagaimana dengan keadaan ayahanda?
Semoga penyakit beliau lekas sembuh dan kembali seperti sediakala.
Lain dari pada itu, berhubung dengan Hari Raya Idul Fitri, maka dengan jalan surat ini
dinda mengucapkan “Selamat Hari Raya” semoga kekhilafan serta kesalahan-kesalahan
dinda baik yang disengaja maupun yang tidak, harap kakak berdua sudi memaafkannya.
Kajian dinda berlaku nanti pada tanggal: 13 juni yang akan datang bersama-sama dengan
pelajaran-pelajaran S.G.A Pagi.
Cukup sekian dahulu, peluk cium dinda untuk anakanda Hans.
Salam hormat dinda
DATA 5
Medan, 25 Mei 1962
Anakkanda Hans,
Sepeninggalan surat ini mudah-mudahan kami seisi rumah berada di dalam keadaan sehat-
sehat saja, demikian juga anakkanda dan anak-anak semuanya di sini.
Sepulangnya Oom mu Josua kami telah mendengar kabar tentang penyakit menantu Alm.
Sitti dan Mak sangat sedih melihat gambar-gambar yang anakkanda kirim itu, semoga Allah
menempatkan alm. Menantu Sitti kepada tempat sebaik-baiknya.
Pada waktu Mak menulis surat ini, bapak Ngasa sedang berada di Medan, dan kami juga
telah mendapat berita dari bapakmu Ngasa.
Bagaimana kabar dari anak-anak kita adakah sehat-sehat saja dan bagaimana kabar dari
Gorontalo?
Apakah ada kabar dari Mak kita di sana tentang maksud untuk mencari dan mengasuh anak-
anak. Mak kasihan melihat anak-anak begitu ditinggalkan, jua anakkanda Hans tentunya
merasa sedih juga.
Barangkali anakkanda akan mendapatkannya di Jakarta ini atau di Gorontalo ataupun di
Medan. Supaya anak-anak jangan terlalu kesunyian dan anakkanda juga tidak akan bersusah
payah melihat anak-anak.
Surat ini Mak titipkan kepada bapakmu Ngasa, kabar lain baik-baik saja dan sekianlah surat
ini.
Dari Makmu
Soleha
DATA 6
Bandung, 16 Juli 1962
Mak Ganda yang baik
Surat pada Om Ngasa sudah saya terima beberapa waktu yang lalu.
Usul yang Mak kemukakan di dalamnya, saya sendiri belum sampai ke sana
memikirkannya, meskipun dari beberapa pihak pun telah ada memasukkan pikiran-pikiran
demikian. Pada perasaan saya ibu anak-anak yang meninggal masih hadir sekitar saya dan
saya tak sampai hati meninggalkannya atau menggantikannya dengan yang lain. Kenangan
padanya masih amat segar sehingga dia seolah-olah masih hidup mendampingi saya. Saya
tahu keadaan ini lambat laun akan hilang, tapi hendaknya hal ini terjadi dengan sewajarnya,
tidak dengan dipaksa-paksa.
Anak-anak pun masih sangat ingat pada ibunya, terutama Anibal mereka selalu
mengajak melihat kuburan ibunya yang sekarang sudah didirikan bangunan yang bagus
diatasnya. Perasaan ini pun harus saya ikut timbangkan dalam mengambil langkah-langkah
berikutnya.
Sementara menulis surat ini saya sedang perlop tahunan di Bandung. Hani tidak ikut
hanya Mastinah. Hani berkali-kali saya ajak dia menjawab: “nggak ada mami sih” ria
sudah ada dua bulan ini menggambar dan ingin menggambar ibunya dari foto kalau ia
sudah pandai sekali. Kalau dulu dia bercita-cita mau jadi pilot, kemudian insinyur, maka
sekarang dia mau jadi dokter, supaya bisa menolong orang sakit, katanya.Dia baru saja naik
kelas 3 SMP dengan angka-angka yang baik.Mastinah tinggal kelas dikelas 5.
Arsyad mampir di rumah dalam perjalanan ke Bali dan berjanji akan mampir juga
sekembalinya. Mungkin sudah pulang di Medan.
Salam saya pada Humalo dan semoga perkawinannya berbahagia.
Juga salam saya pada Om Josua dan Tante Josua.
Saya cium tangan Mak
DATA 7
Kepada Ytc Prof. Dr. Liaw Yock Fang
Singapore
Saudara Yock Fang,
I. Pertama-tama terima kasih atas kiriman cek $ Singapore 500,-
II. Sampai hari ini Erlangga belum selesai mencetak SMK II tak jelas, maaf.
III. Apakah saudara Yock Fang tidak membuat rampai dari fragmen-fragmen Sastra
Melayu Klasik? Saya kira akan menarik.
IV. Pembicaraan sajak Chairil Anwar tidak dicetak ulang?
V. Beberapa waktu yang lalu kepada saudara ABP (Al-Qur’an Berwajah Puisi), dan
kontroversi ABP apakah sudah Saudara terima? Tolong tawarkan kepada Pustaka
Nasional.Barangkali Bapak Semait berminat mengadakan di Singapore, Malaysia,
Brunai Darussalam? Saya kira di sana mereka juga berminat.
VI. Baru-baru ini datang ke Jakarta Prof. Dr. Teuku Iskandar menghadiahkan saya
bukunya yang terakhir, Sejarah Melayu Klasik Sepanjang Abad, sudahkan Saudara
lihat?
VII. Sekian dulu Saudara Yock Fang. Saya harap Saudara sekeluarga baik-baik saja.
Bagaimana keadaan kesehatan Saudara? Saya selalu mendoakan Saudara Yock
Fang sekeluarga baik-baik saja. Salam saya sekeluarga kepada Saudara Yock Fang
sekeluarga.
Wassalam
HB. Jassin
DATA 8
26 watten close
Singapore 287748
11 Maret 1996
Pak Jassin yang diingati,
Saya gembira sekali menerima surat dari bapak. Demikian juga sudah diterima ABP dan
Kontroversi ABP. Hanya saja ABP yang saya terima itu di dalamnya ada beberapa halaman
yang kosong. Bisa saya kirim satu eksemplar lagi? Dan ABP dan Kontroversi ABP yang
dikirim beberapa waktu lalu sampai sekarang masih belum saya terima. Mungkin sudah
hilang diperjalanan.
Pak Semait tidak menjadi pengurus pustaka nasional lagi. Beliau lebih banyak
menerjemahkan buku-buku arab daripada mengurus PN. Kalau bapak anggap perlu, saya
akan menghubungi pengurus barunya hanya saja saya khawatir bapak mungkin sulit untuk
mendapat uang kembali. Siapakah yang menjadi penerbit ABP? Apakah bapak sendiri yang
menerbitkannya? Kalau bapak sendiri yang menjadi penerbitnya, kirimlah 10 eksemplar
kepada saya dan saya akan menjualnya kepada orang yang berminat. Uangnya akan
dimasukkan ke dalam rekening bank bapak di Jakarta. Bapak perlu memberi tahu saya no
rekening bank bapak di Jakarta. Kalau dikirim cek, resikonya besar. i.e. ceknya bisa hilang.
Bunga rampai sastra lama pernah saya usahakan atau anjuran bapak, tapi usaha itu
terbengkalai karena berbagai hal. Apakah di Indonesia ada penerbit yang bersedia
menerbitkannya? Terjemahan sajak-sajak Chairil Anwar juga tidak ada kesempatan
mengulang cetak. Penjualan SKMK juga mengecewakan, terutama SKMK 1. Saya tidak tahu
apakah kedua buku ini ada kemungkinan dicetak ulang.
Bulan April tahun lalu operasi by pass, i.e. sakit jantung. Sekarang sudah agak sembuh tapi
masih sakit-sakitan saja. Dan pada bulan september ini saya akan pensiun kalau kesehatan
mengizinkan saya akan terus berkarya. Diantara proyek yang akan dikerjakan ialah
1. Undang-undang Laut, edisi Teks dan Terjemahan dalam Bahasa Inggris
2. Kompendiaum Undang-Undang Malaka,
3. yaitu kumpulan semua naskah versi Undang-undang Malaka.
4. Kompendium Undang-undang Laut, kumpulan semua versi Undang-undang laut.
Saya belum melihat buku prof. Teuku Iskandar dimanakah buku itu diterbitkan?
Akhir sekali saya ingin sekali mengucapkan terima kasih kepada bapak yang senantiasa
memberi perhatian kepada kegiatan berkarya saya, dari masa saya menjadi mahasiswa
sampai kepada masa saya menjadi profesor Madya dan pensiun. Saya juga senantiasa
berdoa agar bapak dan keluarga senantiasa dalam keadaan sehat walafiat.
Wasalam
3. Data Tindak Tutur Ilokusi
Tabel Penyajian Data Tindak Tutur Ilokusi
a. Tindak Tutur Ilokusi pada Data 1
No. Tuturan Kategori Penjelas Kata Kunci
1. Anakanda Hans yang
terkasih
Ekspresif Penutur membuka
percakapan dalam suratnya
dengan memuji lawan tutur
Memuji
2. Merdeka! Ekspresif Penutur mengungkapkan
semangatnya melalui kata-
kata tersebut.
Memberi
selamat
3. Bagaimana dengan keadaan
Hanny, adiknya, dan Hans
suami istri? Moga-moga
dalam keadaan selamat.
Asertif Penutur menanyakan
keadaan lawan tutur dan
keluarga, dan berharap
dalam keadaan selamat.
Menyatakan
4. Maade telah telah 10 hari di
SB, dalam keadaan sakit,
yaitu penyakit yang dulu
kumat lagi. Tapi di sini
maade hanya modok di
rumah bekas murid maade
yang dulu.
Asertif Penutur mengungkapkan
keadaan yang sedang
dialaminya seputar dengan
kesehatannya kepada lawan
tutur dan Penutur
menceritakan keadaannya
selama sakit.
Menyatakan
5. Harusnya maade terus ke
Jakarta berobat dan juga
untuk pensiun adikmu, tapi
ongkosnya maade tidak
punya.
Asertif Penutur mengeluh tidak
memiliki uang untuk
berobat.
Mengeluh
6. Maka maade minta tolong
kiranya belas kasihan Hans,
maare minta kirimi uang
untuk ongkos dari Surabaya
ke Jakarta. Harap ditolong
karena berulang-ulang
maade minta Harjono tapi
tak ada, barangkali dia tak
punya.
Direktif Penutur meminta tolong agar
lawan tutur dapat
mengirimkan sejumlah uang
karena ia sedang
membutuhkannya.
Memohon
7. Kalau kirim uang tolong
adress kan ke Kinto, yaitu
Direktif Penutur meminta tolong Memesan
anak tempat saya
menumpang supaya tidak
rewel, jangan nama maade
asal tulis dihocknya, untuk
itu addreskan kedia sebab
anak ini dapat dipercaya.
kepada lawan tutur agar
mengirimkan uang ke alamat
yang telah dituliskan.
8. Sekianlah terima kasih Ekspresif Penutur mengucapkan rasa
terima kasihnya kepada
lawan tutur.
Berterima kasih
b. Tindak Tutur Ilokusi pada Data 2
No. Tuturan Kategori Penjelas Kata kunci
1. “Maade yang baik” Ekspresif Penutur memberikan salam
dalam bentuk pujian kepada
lawan tutur.
Memuji
2. “Surat Maade sudah saya
terima”
Asertif Penutur memberitahukan
mengenai surat yang
diterimanya dari lawan
tutur.
Menyatakan
3. “Tapi maafkan saya tidak
bisa kirim uang, karena
tidak punya.”
Ekspresif Penutur meminta maaf
karena tidak bisa menuruti
keinginan lawan tutur.
Meminta maaf
4. “Sampai sekarang masih
saja tidak berkecukupan dan
harus usaha kiri kanan buat
bikin klop bergroting rumah
tangga- pun si Harjono
begitu juga dengan keadaan
saya lihat.”
Asertif Penutur mengeluhkan
keadaan yang terjadi pada
dirinya yang menyebabkan
penutur tidak bisa
menolong lawan tutur.
Mengeluh
5. “Jadi harap dipahami saja
dan dimaafkan.”
Deklarasi Penutur berpasrah atas
keadaan yang dialami dan
berharap lawan tutur dapat
mengerti dan memaafkan.
Berpasrah
6. “Lain tiada lain mudah-
mudahan Maade lekas
baik.”
Asertif Penutur mendoakan agar
lawan tutur mendapatkan
kesehatan.
Menyatakan
c. Tindak Tutur Ilokusi pada Data 3
No. Tuturan Kategori Penjelas Kata kunci
1. “Adinda Arsyad yang baik”
Ekspresif Penutur membuka
percakapan dalam surat
dengan memuji lawan tutur.
Memuji
2. “Surat-surat abang terima,
Maaf terlambat membalas,
banyak sekali urusan.”
Ekspresif Penutur meminta maaf atas
keterlambatannya
membalas surat-surat dari
lawan tutur.
Meminta maaf
3. “Sejak bulan Maret lalu
ayah dari Gorontalo datang
di Jakarta untuk berobat.
Bersama beliau ikut ibu,
adinda Bimo dengan
anaknya baru satu, Toneng
anaknya Arif dan dua orang
pembantu diajak dalam
perjalanan. Jadi adik bisa
bayangkan bagaimana padat
dan ramainya di rumah
sewaan kecil, selama
berobat di Jakarta, ada
jugalah keringanan dalam
penyakit ayah dan berdoa
kita mudah-mudahan
kesehatan beliau kembali
seperti sediakala.”
Asertif Penutur memberitahukan
mengenai kedatangan
ayahnya dan keluarga
bersarnya ke Jakarta kepada
lawan tutur. Selain itu
penutur menjelaskan kepada
lawan tutur mengenai
keadaan di Jakarta ketika
keluarga besarnya datang
dan penutur mengharapkan
kesembuhan ayahnya.
Menyatakan
4. “Kami semua baik, hanya
Hani saja malas belajar,
raportnya kurang bagus”.
Asertif Penutur mengeluh karena
anaknya yang malas belajar.
Mengeluh
5. “Seiring dengan ini abang
kirimkan poswasel sebesar
Rp. 100.- harap sampai
pada waktunya dan adinda
terima dengan senang hati.”
Komisif Penutur berniat
mengirimkan uang kepada
lawan tutur.
Menawarkan
sesuatu
d. Tindak Tutur Ilokusi pada Data 4
No.
Tuturan
Kategori
Penjelas
Kata Kunci
1. Yth. Kak Hans berdua!
Asertif Kalimat tersebut diujarkan
penutur sebagai kalimat
pembuka dalam suratnya
Menyatakan
2. Maaf lebih dahulu, karena
dinda telah lama tiada
menyurat
Ekspresif Penutur memberikan
pernyataan maaf kepada
lawan tutur
Meminta maaf
3. Dengan jalan surat ini
dinda kabarkan, bahwa
keadaan dinda dalam hal
yang nyaman. Semoga hal
ini berlaku atas kakak
serta keluarga di sini,
Tentu rumah kakak
sekarang menjadi ribut
serta ramai, terutama
Asertif Penutur menyatakan
keadaannya kepada lawan
tutur, Penutur juga
menyatakan harapannya
mengenai kondisi lawan
tutur,
serta Penutur menyatakan
pendapatnya mengenai
kondisi rumah lawan tutur,
Menyatakan
dengan anakkanda
Bambang yang nakal
berada di sini. Barangkali
sudah berkelahi dan
berampasan permainan
dengan anakanda Hanny
dan Marsinah. Bagaimana
dengan keadaan
ayahanda? Semoga
penyakit beliau lekas
sembuh dan kembali
seperti sediakala
dengan memperkirakan
kondisi rumah dan keluarga
lawan tutur ketika sedang
berkumpul
4. Lain daripada itu,
berhubung dengan Hari
Raya Idul Fitri, maka
dengan jalan surat ini
dinda mengucapkan
“Selamat Hari Raya”
semoga kekhilafan serta
kesalahan-kesalahan
dinda baik yang disengaja
maupun yang tidak, harap
kakak berdua sudi
memaafkannya
Ekspresif Penutur mengucapkan
selamat hari raya idul fitri
dan memohon maaf kepada
lawan tutur
Memberi
selamat
5. Kajian dinda berlaku
nanti pada tanggal 13 Juni
yang akan datang
bersama-sama dengan
pelajaran-pelajaran S.G.A
pagi
Asertif Penutur memberitahukan
mengenai kajiannya yang
akan dilaksankan pada
tanggal 13 Juni
Menyatakan
6. Cukup sekian dahulu,
peluk cium dinda untuk
anakanda Hans
Asertif Penutur menyatakan sesuatu
yang sebenarnya tidak
dilakukan.
Membual
e. Tindak Tutur Ilokusi pada Data 5
No. Tuturan Kategori Penjelas Kata Kunci
1. Anakkanda Hans.
Sepeninggalan surat ini
mudah-mudahan kami
seisi rumah berada di
dalam keadaan sehat-
sehat saja, demikian juga
anakkanda dan anak-anak
semuanya di sini.
Asertif Penutur mengungkapkan
harapannya mengenai
keadaan keluarga lawan
tutur.
Menyatakan
2. Sepulangnya oom mu
Josua kami telah
mendengar kabar tentang
penyakit menantu alm.
Sitti dan mak sedih
melihat gambar-gambar
yang anakkanda kirim itu,
semoga Allah
menempatkan alm.
Menantu Sitti kepada
temoat sebaik-baiknya.
Ekspresif Penutur mengungkapkan
rasa duka citanya
sehubungan dengan
meninggalnya istri lawan
tutur
Berbela
sungkawa
3. Pada waktu mak menulis
surat ini, bapak Ngasa
sedang berada di Medan,
dan kami juga telah
mendapat berita dari
bapakmu Ngasa.
Asertif Penutur memberitahukan
kepada lawan tutur
mengenai berita yang
didapatnya dari bapak
Ngasa.
Menyatakan
4. Bagaimana kabar dari
anak-anak kita adakah
sehat-sehat saja dan
bagaimana kabar dari
Gorontalo?
Apakah ada kabar dari
Mak kita di sana tentang
maksud untuk mencari
dan mengasuh anak-anak.
Mak kasihan melihat
anak-anak begitu
ditinggalkan, jua
anakkanda Hans tentunya.
Direktif Penutur menanyakan
kepada lawan tutur
mengenai keadaan lawan
tutur, selain itu penutur
menyatakan dirinya yang
merasa sedih dengan
keadaan yang sedang
dihadapi oleh lawan tutur
dan anak-anaknya.
Menasihati
5. Barangkali anakkanda
akan mendapatkannya di
Jakarta ini atau di
Gorontalo ataupun di
Medan. Supaya anak-anak
jangan terlalu kesunyian
dan anakkanda juga tidak
akan bersusah payah
melihat anak-anak.
Asertif Penutur memberikan
perkiraan bahwa lawan
tutur akan mendapatkan
istri di Jakarta, Gorontalo,
atau di Medan. Penutur juga
menyarankan lawan tutur
mencari istri agar ada yang
mengurus rumah tangga.
Menyarankan
6. Surat ini Mak titipkan
kepada bapakmu Ngasa,
kabar lain baik-baik saja
dan sekianlah surat ini.
Asertif Penutur memberitahukan
mengenai suratnya yang
dititipkan kepada Ngasa
Menyatakan
f. Tindak Tutur Ilokusi pada Data 6
No. Tuturan Kategori Penjelas Kata kunci
1. “Mak Ganda yang baik”
Ekspresif Penutur memberikan salam
pembuka dengan memuji
lawan tutur.
Memuji
2. “Surat pada Om Ngasa
sudah saya terima
beberapa waktu yang
lalu.”
Asertif Penutur memberitahukan
kepada lawan tutur
mengenai surat dari lawan
tutur yang telah
diterimanya.
Menyatakan
3. “Usul yang Mak
kemukakan di dalamnya,
saya sendiri belum sampai
ke sana memikirkannya,
meskipun dari beberapa
pihak pun telah ada
memasukkan pikiran-
pikiran demikian”.
Asertif Penutur menanggapi
pembicaraan lawan tutur
mengenai ide yang
dikemukakan lawan tutur.
Menyatakan
4. “Pada perasaan saya, ibu
anak-anak yang
meninggal masih hadir
sekitar saya dan saya tak
sampai hati
meninggalkannya atau
menggantikannya dengan
yang lain. Kenangan
padanya masih amat segar
sehingga dia seolah-olah
masih hidup
mendampingi saya.”
Ekspresif Penutur mengemukakan
perasaannnya yang masih
berkabung sepeninggalan
istrinya.
Berbela
sungkawa
5. “Saya tahu keadaan ini
lambat laun akan hilang,
tapi hendaknya hal ini
terjadi dengan sewajarnya
tidak dengan dipaksa-
paksa.”
Direktif Penutur menanggapi usulan
yang dikemukakan oleh
lawan tutur.
Memohon
6. “Anak-anak pun masih
sangat ingat ibunya,
mereka selalu mengajak
melihat kuburan ibunya
yang sekarang sudah
Ekspresif Penutur mengemukakan
perasaan anak-anaknya
terkait peristiwa duka yang
Berbela
sungkawa
didirikan bangunan yang
bagus diatasnya. Perasaan
ini pun harus saya ikut
timbangkan dalam
mengambil langkah-
langkah berikutnya.”
melanda keluarganya.
7. “Sementara menulis surat
ini saya sedang perlop
tahunan di Bandung, Hani
tidak ikut hanya
Mastinah. “Hani berkali-
kali saya ajak dia
menjawab: “nggak ada
mami sih” dia sudah ada
dua bulan ini
menggambar dan ingin
menggambar ibunya dari
foto kalau ia sudah pandai
sekali. Kalau dulu dia
bercita-cita mau jadi pilot,
kemudian insunyur, maka
sekarang dia mau jadi
dokter, supaya bisa
menolong orang sakit,
katanya. Dia baru saja
naik kelas 3 SMP dengan
angka-angka yang baik,
Mastinah tinggal kelas di
kelas 5.”
Asertif Penutur memberitahukan
kesibukkannya kepada
lawan tutur.dan
menceritakan mengenai
cita-cita anaknya selepas
kepergian ibunya serta
menceritakan
perkembangan anaknya di
sekolah.
Menyatakan
8. “Arsyad mampir di rumah
dalam perjalanan ke Bali
dan berjanji akan mampir
juga sekembalinya,
mungkin sudah pulag di
Medan.”
Asertif Penutur memberitahukan
kepada lawan tutur
mengenai adiknya yang
datang ke rumah.
Menyatakan
9. “Salam saya pada Humalo
dan semoga
perkawinannya
berbahagia. Juga salam
saya pada Om Josua dan
tante Josua.”
Ekspresif Penutur memberikan
ucapan selamat dan
mendoakan keluarganya.
Memberi
selamat
10. Saya cium tangan Mak Asertif Penutur menyatakan sesuatu
yang sebenarnya tidak
dilakukan.
Membual
g. Tindak Tutur Ilokusi pada Data ke 7
No. Tuturan Kategori Penjelas Kata kunci
1. “Pertama-tama terima
kasih atas kiriman cek $
Singapore 500,-“
Ekspresif Penutur mengucapkan rasa
terima kasih kepada lawan
tutur atas uang yang
diterimanya.
Berterima kasih
2. “Sampai hari ini Erlangga
belum selesai mencetak
SMK II tak jelas, maaf.”
Ekspresif Penutur memberitahukan
mengenai penerbitan, selain
itu penutur menyatakan
permohonan maafnya.
Meminta maaf
3. “Apakah saudara Yock
Fang tidak membuat
rampai dari fragmen-
fragmen Sastra Melayu
Klasik? Saya kira akan
menarik.”
Asertif Lewat pertanyaan, secara
tidak langsung penutur
menyarankan kepada lawan
tutur untuk membuat
sebuah karya fragmen.
Menyarankan
4. “Beberapa waktu yang
lalu kepada saudara ABP
(Al-Qur’an Berwajah
Puisi), dan kontroversi
ABP apakah sudah
Saudara terima? Tolong
tawarkan kepada Pustaka
Nasional. Barangkali
Bapak Semait berminat
mengadakan di
Singapore, Malaysia,
Brunai Darussalam? Saya
kira di sana mereka juga
berminat.”
Direktif Penutur meminta lawan
tutur untuk menawarkan
dan merekomendasikan
seseorang yang dapat
menerima bukunya.
Merekomendasi
kan
5. Baru-baru ini datang ke
Jakarta Prof. Dr. Teuku
Iskandar yang
menghadiahkan saya
bukunya yang terakhir,
Sejarah Melayu Klasik
Sepanjang Abad,
sudahkah Saudara lihat?
Asertif Penutur memberitahukan
kepada lawan tutur
mengenai hadiah yang
diterimanya.
Menyatakan
6. Sekian dulu saudara Yock
Fang. Saya harap saudara
sekeluarga baik-baik saja.
Bagaimana keadaan
kesehatan saudara? Saya
Asertif Penutur berharap keadaan
lawan tutur beserta keluaga
baik-baik saja, penutur pun
mendoakan kesehatan
Menyatakan
selalu mendoakan saudara
Yock Fang sekeluarga
baik-bak saja. Salam saya
sekeluarga kepada
saudara Yock Fang
sekeluarga.
lawan tutur.
H. Tindak Tutur Ilokusi pada Data ke 8
No. Tuturan Kategori Penjelas Kata Kunci
1. Pak Jassin yang diingati,
Saya gembira menerima
surat dari bapak,
Demikian juga sudah
diterima ABP dan
Kontroversi ABP.
Asertif Kalimat tersebut diujarkan
penutur sebagai pembuka
pembicaraan dan Penutur
menyatakan perasaannya
yang senang saat menerima
surat, selain itu Penutur
juga memberitahukan
mengenai buku yang telah
diterimanya
Menyatakan
2. Hanya saja ABP yang
saya terima itu di
dalamnya ada beberapa
halaman yang kosong,
bisa saya kirim satu
eksemplar lagi? Dan ABP
dan kontroversi ABP
yang dikirim beberapa
waktu llau sampai
sekarang masih belum
saya terima. Mungkin
sudah hilang di
perjalanan.
Direktif Penutur memesan kepada
lawan tutur untuk
mengirimi sebuah buku
Memesan
3. Pak Semait tidak menjadi
pengurus Pustaka
Nasional lagi, Beliau
lebih banyak
menerjemahkan buku-
buku Arab daripada
mengurus PN.
Asertif Penutur menjelaskan
mengenai pengurus Pustaka
Nasional, Penutur juga
menjelaskan kegiatan Pak
Semait kepada lawan tutur
Menyatakan
4. Kalau bapak anggap
perlu, saya akan
menghubungi pengurus
barunya, hanya saja saya
khawatir bapak mungkin
sulit untuk mendapatkan
uang kembali
Komisif Penutur menawarkan lawan
tutur untuk menghubungi
Pak Semait
Menawarkan
sesuatu
5. Siapakah yang menjadi Direktif Penutur memesan kepada Memesan
penerbit ABP? Apakah
bapak sendiri yang
menerbitkannya? Kalau
bapak sendiri yang
menjadi penerbitnya,
kirimlah 10 eksemplar
kepada saya dan saya
akan menjualnya kepada
orang yang berminat.
Uangnya akan
dimasukkan ke dalam
rekening bank bapak di
Jakarta
lawan tutr untuk
mengirimkan beberapa
eksemplar buku apabila
lawan tutur menerbitkannya
6. Bapak perlu memberi no
rekening bank bapak di
Jakarta. Kalau dikirim
cek, resikonya besar .i.e.
ceknya.
Direktif
Penutur merekomendasikan
kepada lawan tutur
mengenai pengiriman
sejumlah uang
Merekomendasi
kan
7. Bunga Rampai sastra
lama pernah saya
usahakan atau anjurkan ke
bapak. Tapi terbengkalai
karena berbagai hal.
Apakah di Indonesia ada
penerbit yang bersedia
menerbitkannya? Sajak-
sajak Chairil Anwar juga
tidak ada kesempatan
mengulang cetak
Asertif Penutur menceritakan
usahanya mengerjakan
Bunga Rampai, selain itu
Penutur menyatakan kepada
lawan tutur mengenai sajak-
sajak Chairil Anwar
Menyatakan
8. Penjualan SKMK juga
mengecewakan, terutama
SKMK 1, saya tidak tahu
apakah kedua buku ini
ada kemungkinan dicetak
ulang.
Deklarasi Penutur berpasrah mengenai
penjualan buku
Berpasrah
9. Bulan April tahun lalu
operasi by pass, i.e. sakit
jantung. Sekarang sudah
agak sembuh tapi masih
sakit-sakitan saja. Dan
pada bulan September ini
saya akan pensiun kalau
kesehatan mengizinkan
saya akan terus berkarya,
diantara proyek yang
dikerjakan ialah ...
Asertif Penutur memberitahukan
mengenai peristiwa operasi
yang dijalaninya dan
menjelaskan mengenai
rencananya yang akan
pensiun
Menyatakan
10. Saya belum melihat buku Asertif Penutur menggapi Menyatakan
prof. Teuku Iskandar
dimanakah buku itu
diterbitkan?
pernyataan yang
disampaikan oleh lawan
tutur dengan menyatakan
belum membaca buku dari
Prof. Teuku Iskandar dan
mempertanyakan di mana
buku tersebut diterbitkan.
11. Akhir sekali saya ingin
sekali mengucapkan
terima kasih kepada
bapak yang senantiasa
memberi perhatian
kepada kegiatan berkarya
saya, dari masa saya
menjadi mahasiswa
sampai kepada masa saya
menjadi Profesor Madya
dan pensiun.
Ekspresif Penutur mengungkapkan
rasa terima kasihnya kepada
lawan tutur
Berterima kasih
12. Saya juga senantiasa
berdoa agar bapak dan
keluarga senantiasa dalam
keadaan sehat walafiat.
Asertif Penutur mendoakan
keselamatan lawan tutur
dan keluarga
Menyatakan
Lampiran 4: Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah
SMP PGRI 371 Pondok Aren
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas/semester
VII/1
Standar Kompetensi
4.Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan
surat pribadi.
Kompetensi Dasar 4.1 Menuliskan surat pribadi dengan memperhatikan komposisi, isi, dan bahasa.
Indikator 1. Mampu menentukan perbedaan komposisi surat pribadi
dengan surat resmi.
2. Mampu menulis surat pribadi dengan bahasa yang
komunikatif.
3. Mampu menyunting surat pribadi.
Alokasi waktu 4 X 30 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menentukan perbedaan komposisi surat pribadi dengan surat resmi.
2. Siswa mampu menulis surat pribadi dengan bahasa yang komunikatif.
3. Siswa mampu menyunting surat pribadi.
4. Materi Pembelajaran
Komposisi surat pribadi dan surat resmi, penulisan surat pribadi, penyuntingan surat pribadi.
5. Metode Pembelajaran
Pemodelan, tanya jawab, inkuiri, responsi karya mandiri
6. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode
A. Kegiatan Awal
1. Siswa dengan bimbingan guru mengawali pembelajaran
dengan membaca doa.
2. Siswa memahami indikator yang akan dicapai melalui
pembelajaran.
3. Siswa memahami manfaat kemampuan menulis surat
pribadi.
4. Siswa dengan bimbingan guru bertanya jawab tentang
pengalaman menulis surat pribadi.
10 Tanya jawab
B. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan mengenai surat pribadi.
2. Siswa membaca dan mencermati contoh penulisan surat
pribadi.
3. Guru memberikan siswa sebuah surat pribadi milik H.B.
Jassin.
4. Siswa mencermati surat pribadi H.B. Jassin
5. Guru menjelaskan mengenai tokoh H.B. Jassin
6. Guru mengkondisikan siswa yang seakan-akan menjadi
orang yang dikirimi surat oleh H.B. Jassin
7. Siswa ditugaskan untuk mengidentifikasi surat tersebut
8. Siswa ditugaskan untuk membalas surat tersebut.
9. Setiap siswa membacakan surat yang telah dibuat di
40
Inkuiri
Penugasan
depan kelas.
C. Kegiatan Penutup
1. Siswa dan guru melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran.
2. Guru memberikan tugas pada siswa untuk
menyempurnakan kembali surat pribadi.
3. Siswa dengan bimbingan guru mengakhiri pembelajaran
dengan mengucapkan hamdallah.
10
Refleksi
7. Sumber belajar 1. LKS Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII semester 1 2. Buku bahasa dan sastra Indonesia
8. Penilaian a) Teknik : Tes unjuk kerja b) Bentuk instrumen : Uji petik kerja c) Instrumen penilaian
Soal
1) Baca secara cermat surat pribadi H.B. Jassin! 2) Idetifikasikan surat tersebut berdasarkan tabel dibawah ini!
Nama pengirim surat
Nama penerima surat
Tanggal penulisan surat
Lokasi pengirim surat
Topik yang dibicarakan dalam surat
Simpulan surat
3) Buatlah balasan surat yang dikirim oleh H.B. Jassin! Pedoman pensekoran uji petik kerja: Skor Maksimal 24
No. Aspek Diskripsi Skor
1 Kelengkapan unsur a. Sangat lengkap
b. Lengkap
c. Kurang lengkap
d. Tidak lengkap
4
3
2
1
2 Ketepatan komposisi a. Sangat tepat
b. Tepat
c. Kurang tepat
d. Tidak tepat
4
3
2
1
3 Kejelasan pengantar, isi, dan
penutup
a. Sangat jelas
b. Jelas
c. Kurang jelas
d. Tidak jelas a.
4
3
2
1
4 Ketepatan pemilihan kata a. Sangat tepat
b. Tepat
c. Kurang tepat
d. Tidak tepat
4
3
2
1
5 Ketepatan penggunaan kalimat a. Sangat tepat
b. Tepat
c. Kurang tepat
d. Tidak tepat
4
3
2
1
6 Ketepatan penataan paragraf a. Sangat tepat
b. Tepat
c. Kurang tepat
d. Tidak tepat
4
3
2
1
Format penilaian
No. Nama Siswa Nomor Aspek dan Skor JML Nilai
1 2 3 4 5 6
1
2
3
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0—100 adalah sebagai berikut:
Perolehan skor
Nilai akhir = X skor (100) Ideal = ............................
Skor maksimum
Pondok Aren, 07 September 2015
Mengetahui,
Kepala SMP PGRI 371 Pd. Aren Guru Mapel B.Indonesia
Sardi, S.Ag, MM Devi Aristiyani
%ffi!B
ffi
*"*gtrtreag
t:1:
I'
I.
3.
4.
i-j'
unt{k< cdtndq _ arylad _ _
rnocon,rcnJ rgi;
iF e(!-1o6 '[fu.rctoo st/o qo. -ngo! eglqt (z-[rcts
eem\ru(r, (ku okon Se/afu hrenennuni her(99-,
dcnpn omktgcr o<rPl(c, hqru sctk\.
Sqllryo tq4g dan 0 (f F hagk" -ctt flrr{-oQnafl -, - --. . -
;/" o,
2otE ALU/
'lhk,rs, ",tffffiq
t
,-
eiln{q|, 3y rhertutts {ttta( ferszhu t ?
4
q.
-).
,rr,, [\ \tl7tre*1w
Txrc t'F
Qmaeu, Sumf (erseb,.rc Cr bLrct ?
Stq2o qenQ d[ktrPr1 Euryf (ersehu t 1.
,UJ,
g?" (cr gcra / €crs ebut ?
faa 1pt" (pu t.rn clan' Cqtq/ r<trv(fu1 )
',Jaruotron "
H Ib F,s;nfi-&dqn, /4 wi tgr.r
ootnoq aq1qc( y,y hait< .gumr [lsbar tfrYk Ft.rZ . \ocs?n
l[pq a?r
,UE*g t.'. Bu fos$n $,ny W(k.
N{ ctvrro,
Vt\aE
geko\at^
14agrl
Aryel
: Vtl
(Mr
balv*ar6H 3Vl
\nAo tvsrc^
. t;..' :: I t: ::: : :: a::
I 9ptnoqa
t Sttnlaut,
dt'(<shUrkln WL fitlgh tutT _tto,hu C r{otdan seha S e-(aU .
''L' l.L-- -
l
_. -!- -<!qh- 1guoroh_@ httran
- : ; W Kant' |pr, fruezko(oh (qt\-/
-tl i-_'=-
_]_=J tosth a@g* s4dot" (nenqi, .- _l__jtfr.o kosih a@q eirdcyA (Tlenai rt(nkan
=--t & -'I
I S-c}1q40 .
t-I
I
EyrttoLaw qafthdq arlU q(
rl,.-. ,
.-_lI
!-,: rij-
,.'iI
Effis.i€s,F*.sE.
$:{!
$i!?,.,
t:: _
1
:t-
5rn\"F\J,*'I,
S*rap<r Sqnq feenol is sorot+
DtmonqEo t1 Suro t l tu dt lruq(
Stoy iq c,{rcrrrrn S,t.o/ ?
OFCa h (S r S <t rol {<.sebqf ?
(xfann OE 99 okqn D(boras ?
t, )
).:: ,..
\et se bu F
I1
&*l,tflatr-ro V, n
H B . g"si,n
yrengc nq(-.)q)/
t,/V
cp'e:,ktto,73
\cru _f@11a
l(@tein\"(r \t
bqsqt__setu(u so.n .
_i- , I _1 _ Q,eXae b.:tc^n tr\crteL Lcrt., ,{qol^ ke- fUuortrl-in
_-,.,,,,,_1,_ _ i1tlg_ qI. _qg_ berobct+'l- hremcrvrS n).^ agah Scrxit.- "'
I
*i , -. qg*: !!1g_r5*q crncrEnts ,1ri5 ./"r., 2 erong
-----.1--i P"*r:o$!-4!ex!L_-- aoc,r dqrg1l_k11.r1g_lg ) \1,a .
!_ ) ie/if br- mernbalcrng Fan \to Sernuo. \ '
,4clf u-l::------rr--- :] --f creo'" -trdga---!gl9&-linqq_ #^ beriqo . Su?o\c(
-q2 "l]a:Sgg- biso gehcrt Seperdi geotia^ \.o\a.[-i I
-Yl---a---) i %lg -!As__ B"b"r obsnq_dil1_)Lct)a;n?- __,i--.--- __1".-'-' '
I , -- ---'-:- --. ",h-tgrypqry
ke- l-loll Jgngan _ t"\uq::_ gn_\9E___b.*1al
!--f -i -9v-Ls'v* - nr\(y i 6)tg PoLn),(^ hU;-..l-- -.:-----i.g=]__L__ _ _ Yq___?qSyg:rt _ g-ebssgL-Pp, to_o_; adttdlq
il )
,L',(9')
({'
(.,
,lt
,,1
,5.Yl' ,S
(tl rfer bS-fU,Ao aiilyl"d-nenangat hob,or (cnkong t
V>ersorng
ftclrnao ,&s1aot
H
E,€
***E
i:i:t
LEMBAR UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul "Tindak
Tutur Ilokusi pada Surat-surat H.B. Jassin beserta Balasannya dan Implikasinya
terhadap Pernbelajaran Bahasa clan Sastra Indonesia di SMP PCRI 371 Pondok
Aren" yang disusun oleh DEVI ARISTIYANI, NIM 1111013000074, Jurusan
pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah lakarta, telah disetujui
kebenarannya olehl8osen pembimbing skripsi pada Kamis, 01 Oktober 2015'
Ciputat, 01 Oktober 2015
Dosen PembimbingwDr. Darsita Suparno, M.Hum
NrP. 196108071993032001
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama :Devi Aristiyani
NIM : 1111013000074
Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Tindak Tutur Ilokusi pada Surat-Surat H.B. Jassin beserta Balasannya dan
Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP
PGRI371 Pondok Aren
No. Referensi Paraf
I Ajizah, Edah. Ilokusi dalam Dialog Drama RT Nol RW Nol
Karya lwan Simatupang dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMP. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah. 2014.
q
2. Ali, Adlan &, Tanzll. Pedoman Lengkap Menulis Surat.
Tangerang: PT. Kawan Pustaka. 2006. 8J. Alwasilah , A. Chaidar. Sosiologi Bahasa. Ban<iung: Angkasa.
1993. u4 Aslinda, dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistih.
Bandung: PT. Refika Aditama. 2007. v5 Austin, J.L. How to do Things with Words. Cambrige: Harvard
University Press. 1 962. q
6 Black, Elizabeth. Stilistika. Pragmatis. Yogyakarla: PustakaPelaiar. 2011. ry
7. Cangara, Hafied. Pengantar llmu Komunikasi. Jakarla: PT. Raja
Grafindo Persada. 2012.
'I8. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan
Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010. W
9. Cummings, Louise. Pragmatik Sebuah PerspektifMultidis ipliner. Y o gyakarta: Pustaka Pelai ar. 2007 . a
10. Djajasudarja, Fatimah. Wacana Pemahaman dan Hubungan
Antarunsur. Bandung:Refika Aditama. 201 0. ej11 Djajasudarja, Fatimah. Wacana dan Pragmatik. Bandung: PT.
Refika Aditama. 2012. 8
12. Hindun. Pragmatik untuk Perguruan Tinggi. Depok: Nufa Citra
Mandiri.2012. 9t
13. Ibrahim, Abd Syukur. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha
Nasional. 1993. 814. Ihsan, Diemroh. Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa.
Palembang: Universitas Sriwijaya . 201 l. a15. Jamilatun. Tindak Tutur Direktif dan
KRIING SOLOPOS (sebuah tinjauan
Universitas Sebelas Maret. 2011.
Elrspresif pada Rubrik
pragmatik). Surakarta:W
16. Jassin, H.B. diedit oleh Pamusuk Eneste. H.B. Jassin Surat-Surat
1943-198i. Jakarta; PT. Gramedia. 1984. v17. Leech, Geoffrey, penerjemah M.D.D. Oka. Prinsip-Prinsip
Pragmatik. Jakarta: UI Press. 2011. v18. lvlahsun. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode,
dan Teloihrya. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada. 2005. el
19. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatzf, Bandung:
Remaja Rosdakarya. 201 l. g
20. Mulyana. Kajian lilacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2005.a
21. Nandar, F.X. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2009. eJ
22. Pangaribuan, Tagor. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.2008. b23. Put-wo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.
Yogyakarla: Kanisius. 1 990. I24. R. Searle, John. Speech Act An Essay In The Philosophy Of
Language. London: Cambrige University Press. 1969. v25. Rahardi, Kunjana. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2005. g
26. Rahardi, Kunj ana. S o s i op r a gm atik. J akarta: Erlangga . 2009 .
\27. Rampan, Korrie Layun. Jejak Langkah Sastra Indonesia. Flores:
Nusa Indah. 1986. fr28. Rampan, Korrie Layun. Leksikon Susastra Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka. 2000. U
29. Rani, Abdul, dkk. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia
Pusblishing. 2004.9\
30. Siahaan, S.M. Komunikasi Pentalxaman dan Penerapanr4ta.
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 1990. ,r
31 Soedjito, dan Solchan TW. Surat Menyurat Resmi Bahasa
Indonesia. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2004. q
32 Subana, M. Dasar-Dasar Penelitian llmiah. Bandung: CV.
Pustaka Setia. 2001. v-)J. Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama. 2014. vt
34. Sumarsono. Filsafat Bahasa. Jakarta: Gramedia. 2004.el
35. Suryadi, Asyraf. Menulis Berkomunikasi dengan Surat. Pangkal
Pinang: UBB Press. 2010.,t
36. Syamsuddin, dan Vismaia S. Damaianti. Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011. U
7t. Tarigan, Djago, dan H. G. Tarigan. Telodk Pengajaran
Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa. 1987. \38. Tarigan, Djago. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung:
Angkasa. 1990. ry39. Wijana , I Dewa Putu. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta:
Percetakan ANDI. 1996. ry
40. Wijayati, Keyfitria Diah. Tindak Tutur Direktif dalam
Pertunjukan Wayang Lakon Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb
Soedharsono. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 2009.ry
FORM (FR)
KEMENTER]AN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciplnil 15412 lndonesia
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
No. Dokumen FITK-FR-AK
Tgl. Terbit : 1 Maret 20No. Revisi:
: 111
Jakarta, 2 Desember 2014
Hal
Nomor : Un.0l/F. 1iKM.0l .ttil.6.BnotqLamp. : -
Hal : Bimbingan Skripsi
Nanra
NIM
Jurusar.r
Selnester
Judul Skripsi
Ternbusan: -L Dekan FITK2. Mahasisrva ybs
Kepada Ytli.Dre. Darsita, Nl.HLrrrr.
Pembirnbing SkripsiFakultas Ilrnu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif I{idayatu I laliJakarta.
Ass al a mu' al aikunt wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembirnbing Il(materi/teknis) penulisan skripsi rnahasiswa:
Devi Aristiyani
1 1 I 1013000074
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
VII (TLrjuh)
Tindak Tutur Ilol<usi 1,lda Surat-Surat H.B. Jassin da
Inrplikasinva terhaclap Pernbelajaran cli SNII'
Judul tersebut telah disetujui oleh Jr-rr-usan yang bersangkutan pada tanggal I Desentber 2014abstraksi/oztline terlanpir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebr-rt
Apabila pembahan substansial dianggap perlu, rnohon pembirnbing rnenghubungi Junrsar
terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalanr rvaktir 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjanlselama 6 (enam) bulan berikr-rtnya tanpa surat perilanJangan.
Atas perhatian dan kerja
LYcrs.s a I a r t ru' a I a i ktrnt v, r.w b.
ucapkan terima kasih
Indonesia
Si ariultcti9..r(t."r1e600)p4 I 99002
BIODATA PENULIS
Devi Aristiyani lahir di Tegal, 19 Desember 1993, anak pertama dari
pasangan Takzul Arifin dan Surati. Ia memulai pendidikannya di SDN
Jurang Mangu Barat 02, Tangerang Selatan selama enam tahun dan
lulus pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 2
Pondok Aren dan lulus pada tahun 2008. Setelah itu melanjutkan
pendidikan di SMAN 10 Tangerang Selatan dan lulus pada tahun 2011.
Selanjutnya ia tercatat sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia pada tahun 2011. Kini ia menjadi guru Bahasa dan
Sastra Indonesia di SMP PGRI 371 Pondok Aren.