TINDAK PIDANA SODOMI TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR … · dalam dalam Pasal 290 dan 292 KUHP....
Transcript of TINDAK PIDANA SODOMI TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR … · dalam dalam Pasal 290 dan 292 KUHP....
i
TINDAK PIDANA SODOMI TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR
(Studi Putusan No. 112/PID.SUS/2014/PN.PYA)
JURNAL ILMIAH
Oleh:
ABU SA’IT
DIA015001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2019
ii
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
Judul
TINDAK PIDANA SODOMI TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR
(Studi Putusan No. 112/PID.SUS/2014/PN.PYA)
Oleh:
ABU SA’IT
DIA015001
Menyetujui,
Pembimbing Pertama
Abdul Hamid, S.H., M.H.
NIP. 195907311987031001
iii
TINDAK PIDANA SODOMI TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR
(Studi Putusan No. 112/PID.SUS/2014/PN.PYA)
ABU SA’IT
D1A015001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaturan tindak pidana sodomi menurut
hukum pidana Indonesia dan mengetahui dan menganalisis pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan putusan pidana bagi pelaku tindak pidana sodomi terhadap anak (studi putusan No.
112/PID.SUS/2014/PN.PYA). Jenis penelitian yang digunakan penyusun adalah penelitian hukum
normatif dengan metode pendekatan yaitu pendekatan perundang-undangan dan pendekatan
konseptual serta pendekatan kasus. Hasil penelitian dan pembahasan dari skripsi ini bahwa
pengaturan tindak pidana sodomi Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dapat ditemukan
dalam dalam Pasal 290 dan 292 KUHP. Sedangkan menurut Undang-undang No 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak yang diubah menjadi Undang-undang No 35 tahun 2014 terdapat dalam
Pasal 76 E dengan aturan pelaksananya diatur dalam Perpu No 1 tahun 2016 tentang perubahan
kedua atas undang-undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak Pasal 82-82A. Dalam hal
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana bagi pelaku tindak pidana sodomi
terhadap anak studi putusan No. 112/PID.SUS/2014/PN.PYA yang menjadi pertimbangan hakim
meliputi pertimbangan yuridis, pertimbangan non yuridis.
Kata Kunci: Tindak Pidana, Sodomi, Anak
Sodomy Crime Against Minors
(Study Of Decision Number 112/PID.SUS/2014/PN.PYA)
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the regulation of criminal acts of sodomy according to
indonesian criminal law and to know and analyze judges’ consideration in imposing criminal
decisions for perpetrators of criminal acts of sodomy against children of study decisions No.
112/PID.SUS/2014/PN.PYA. the type of research used by compilers is normative legal research
with legislative approach and the conceptual approach. The results of the research and discussion
of this thesis that the regulation of the crime of sodomy according to the criminal law can be found
in article 290 and 292 of the criminal law. Whereas according to law No 23 of 2002 concerning
child protection which was amended by law No 35 of 2014 contained in article 76 E with the
implementation rules regulated in Perpu No 1 of 2016 concerning the second amendement to law
No. 23 of 2002 concerning protection child article 82-82A. In the case of judges consideration in
imposing criminal decisions for perpetrators of sodomy crimes against children of study decisions
No 112/PID.SUS/2014/PN.PYA. the judge’s considerations included judicial considerations, of
non-judicial considerations.
Keywords: crime, sodomy, children.
iv
I. PENDAHULUAN
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Adalah sumber hukum dan
pokok hukum pidana materil, memuat tentang aturan hukum pidana dan rumusan-
rumusan tindak pidana tertentu, mengenai aturan umum dimuat dalam Buku 1
sedangkan tindak pidana tertentu dimuat dalam Buku II dan III.
Kejahatan terhadap kesusilaan merupakan perbuatan yang sudah jelas diatur
dalam Undang-undang (Bab ke-XIV Buku ke-II KUHP). Ketentuan pidana terkait
dengan tindak pidana kesusilaan dalem kitab Undang-Undang hukum pidana
(KUHP) terdapat pada Bab XIV Pasal 281 hingga Pasal 303 KUHP memuat 25
pasal dan tiga diantaranya memuat hukuman tambahan / pemberatan yakni Pasal
283 bis, Pasal 298 dan tujuh pasal tidak berkenaan dengan seks yakni Pasal 297,
299, 300, 302, 303 dan 303 bis1.
Homoseksual yang dalam hal ini bentuknya adalah perbuatan sodomi diatur
dalam Pasal 292 KUHP, tetapi istialah sodomi belum dikenal dalam KUHP
sehingga hal ini menjadi rancu. Oleh karena itu, penyusun berinesiatif melihat
bagaimana pengaturan sodomi dalam hukum pidana Indonesia dan apabila hakim
menemukan kasus sodomi ini apa saja yang menjadi pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana sodomi terhadap anak, karena
dalam KUHP Indonesia sendiri yang merupakan pokok-pokok dasar hukum
pidana materil tidak mengenal istilah sodomi.
1 Nanda Agung Dewantara, Kemampuan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Kejahatan-
Kejahatn Baru Yang Berkembang Dimasyarakat, PT Liberty, Yogjakarta, 1988, Hlm. 45
v
Dari uraian diatas dapat kita tarik rumusan masalah 1. Bagaimana pengaturan
tindak pidana sodomi menurut hukum pidana Indonesia. 2. Bagaimana
pertimbangan hakim dalam memberikan putusan pidana bagi pelaku tindak pidana
sodomi terhadap anak (Studi Putusan No. 112/PID.SUS/2014/PN.PYA).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan tindak pidana sodomi
dalam hukum pidanan Indonesia dan Untuk mengetahui dan menganalisa
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana
sodomi terhadap anak (Studi Putusan No. 112/PID.SUS/2014/PN.PYA). manfaat
penelitian ini terdiri dari manfaat akademis, teoritis dan praktis.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian hukum normatif yaitu seringkali
hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-
undangan. Metode pendekatan yang digunakan meliputi pendekatan perundang-
undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan kasus. Penelitian ini
menggunakan sumber bahan hukum kepustakan dan jenis bahan hukum dalam
penelitian ini meliputi bahan hukum primer, bahan hukum skunder, bahan hukum
tresier serta menggunakan tehnik pengumpulan bahan hukum dengan studi
dokumen. Semua itu dianalisis dengan menggunakan analisis penafsiran hukum
dan kemudian menghubungkan dengan masalah yang diteliti, dengan menarik
kesimpulan secara deduktif yaitu menyimpulkan dari hal-hal yang bersifat umum
ke hal-hal yang bersifat khusus, sehingga dapat digunakan untuk menjawab
permasalah yang diteliti.
vi
II. PEMBAHASAN
Pengaturan Tindak Pidana Sodomi Menurut Hukum Pidana Indonesia
Pengaturan tindak pidana sodomi terhadap anak Menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.
Adapun dalam KUHP,pasal-pasal yang mengatur tentang hukuman
bagi pelaku pelecehan seksual terhadap anak terdapat dalam Pasal 289, 290
dan 292 KUHP.
Lebih lanjut Pasal 289 disebutkan
“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seseorang melakukan atau membiarkan melakukan pada dirinya
perbuatan cabul, diancam dengan pidana karena menyerang
kehormatan kesusilaan dengan pidana penjara paling lama Sembilan
tahun”.
Lebih lanjut dalam Pasal 290 disebutkan
“Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang,
padahal diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya.
2. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang,
padahal diketahuinya atau sepatutnya dapat diduganya, bahwa
umurnya belum lima belas tahun dan umurnya tidak jelas, yang
bersangkutan belum waktunya untuk kawin.
3. Barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau
sepatutnya harus diduganya bahwa umur belum lima belas tahun
atau kalau umurnya tidak jelas, yang bersangkutan belum
waktunya untuk kawin, untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh diluar perkawinan
dengan orang lain.
Lebih lanjut Pasal 292 KUHP berbunyi:
vii
“Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain
sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya
belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun”.
Dari pasal-pasal diatas telihat bahwa aturan hukum mengenai tindak
pidana perbuatan cabul terhadap anak dibawah umur yang bentuknya tindak
pidana sodomi dapat dikenakan sanksi pidana menurut Pasal 289 KUHP
dengan ancaman hukuman penjara sembilan tahun serta dalam Pasal 290
KUHP dengan ancaman hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun penjara.
Tetapi untuk aturan hukum mengenai tindak pidana sodomi yang dilakukan
terhadap anak dibawah umur sesama jenis kelamin maka di ancamkan Pasal
292 KUHP yang menjelaskan bahwa: Perbuatan cabul yang dilakukan oleh
orang dewasa yang sama jenis kelaminnya diancam dengan pidana penjara
lima tahun; 2. Pengaturan Tindak Pidana Sodomi Terhadap Anak
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak yang dubah dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak yang diubah kedua kalinya dengan Perpu No 1 Tahun
2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak.
Perbuatan cabul yang dilakukan terhadap anak di bawah umur diatur
secara khusus dalam Pasal 82 jo. Pasal 76E Undang-Undang Nomor 35 Tahun
viii
2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak2
Pasal 76E UU 35/2014:
Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian
kebohongan, atau membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan perbuatan cabul.
Aturan pelaksana dalam Pasal 76 E Terdapat dalam Pasal 82 Perpu No 1
Tahun 2016 perubahan kedua atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang berbunyi:
Pasal 82 Perpu No. 1 Tahun 2016:
1. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp 5 miliar.
2. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh orang tua, wali, orang-orang yang mempunyai
hubungan keluarga, pengasuh anak, pendidik, tenaga kependidikan,
aparat yang menangani perlindungan anak, atau dilakukan oleh lebih
dari satu orang secara bersama-sama, pidananya ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Selain terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
penambahan 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana juga dikenakan
kepada pelaku yang pernah dipidana karena melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E.
4. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E
menimbulkan korban lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka
berat, gangguan jiwa, penyakit menular, terganggu atau hilangnya
fungsi reproduksi, dan/atau korban meninggal dunia, pidananya
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
5. Selain dikenai pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4), pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa
pengumuman identitas pelaku.
2 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5117268acbc06/pasal-untuk-menjerat-
pelaku-sodomi
ix
6. Terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan
ayat (4) dapat dikenai tindakan berupa rehabilitasi dan pemasangan
alat pendeteksi elektronik.
7. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diputuskan bersama-
sama dengan pidana pokok dengan memuat jangka waktu pelaksanaan
tindakan.
8. Pidana tambahan dikecualikan bagi pelaku Anak.
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Bagi Pelaku
Tindak Pidana Sodomi Terhadap Anak Studi Putusan No. : 112
/PID.SUS/2014/PN.PYA.
Dalam memutus perkara pidana hakim memiliki pertimbangan-
pertimbang tersendiri dalam menjatuhkan putusan pidana terdakwa,
pertimbangan pertimbangan itu terdiri dari:
Pertimbangan Yuridis
Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim yang
didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap didalam persidangan dan
oleh undang-undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat
didalam putusan3, yang terdiri dari sebagai berikut:
Surat dakwaan.
Dalam kasus ini saudara Supriadin alias Roby didakwa
dengan dakwaan alternatif. Dakwaan alternatif ke-1 adalah terdakwa
di ancam dengan Pasal 82 undang-undang No.23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1. Sedangkan, alternatif ke
2 terdakwa diancam dengan Pasal 81 undang-undang No. 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1.
3 Marlina, Hukum Panitensier, PT rafika aditya, bandung, 2011, hlm: 146-147
x
Keterangan saksi.
Keterangan saksi merupakan alat bukti seperti yang diatur dalam
Pasal 184 KUHAP. Sepanjang keterangan itu mengenai peristiwa pidana
yang ia dengar sendiri yang ia lihat sendiri, sesuai dengan kasus yang
sedang diadili hakim maka hal itu harus disampaikan dimuka persidangan
dengan mengangkat sumpah.4 Pasal 171 KUHAP juga memberikan
pengecualian untuk memberi kesaksian dibawah sumpah yakni, yang
boleh diperiksa untuk memberi keterangan tanpa sumpah ialah:
1. Anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum
pernah kawin.
2. Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang
ingatannya baik kembali
Dalam kasus ini ada 6 (enam) orang saksi yang diajukan oleh
penuntut umum yang tediri dari: Lukas Pertik Lexi, Yudi Ardi, Elis
Rosida, Hasanudin, Edi Wahyudi Alias Devi, Dan Saiful Anwar Alias
Cayu.
Keterangan Terdakwa.
Dalam KUHAP pengertian keterangan terdakwa diatur dalam Pasal 189
ayat (1) yang berbunyi:
Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang
tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau
alami sendiri.
Bahwa pada hari minggu tanggal 04 mei 2014 sekitar jam 22:00
wita terdakwa benar terdakwa telah melakukan sodomi terhadap korban
4 Ibid.
xi
Lukas Petrik Lexi di salon terdakwa yang beralamat di Jalan Ismail
Marzuki, Karang Tapen, Kecamatan Mataram.
Barang Bukti
Menurut Andi Hamzah Yang dimaksudkan dengan barang bukti
yaitu barang mengenai delik dilakukan (obyek) delik dan barang dengan
mana delik dilakukan, yaitu alat yang dipakai melakukan delik. Termasuk
juga barang bukti ialah hasil dari delik5
Terpenuhinya Unsur Pasal Yang Di Dakwakan
Putusan majelis hakim disesuaikan dengan dakwaan alternatif ke-1
dimana terdakwa dikenakan dengan Pasal 82 Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 dengan
pertimbangan majelis hakim terdakwa dihukum dengan pidana penjara
selama 8 (delapan) tahun penjara dan denda Rp. 60.000.000,- (enam puluh
juta rupiah) dengan ketentuan jika denda tidak dibayar maka diganti
dengan kurungan selama 6 (enam) bulan.
Bentuk kesengajaan terdakwa dapat dikatakan melakukan perbuatan
dengan sengaja sebagai maksud untuk mencapai tujuan. Hal ini dibuktikan
dengan terbuktinya tuntutan jaksa penuntut umum yang menuntut
terdakwa dengan dakwaan alternatif ke 1 Pasal 82 undang-undang No. 23
tahun 2002 tentang perlindungana anak jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1. Ini di
buktikan dengan alat bukti yang diajukan oleh jaksa penuntut umum yang
5Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981,
hlm: 254
xii
terdiri dari : keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan petunjuk. Dari
keterangan saksi yang diajukan oleh penuntut umum yang dalam hal ini
penuntut umum mengajukan 6 orang saksi yang terdiri dari : saksi Lukas
Petrik, Saksi Yudi Ardi, Saksi Elis Rosida, Saksi Hasanudin, Saksi Edi
Wahyudi Alias Devi dan Saksi Saiful Anwar.
Berdasarkan keterangan terdakwa Supriadin Alias Roby yang pada
saat itu juga menerangakan bahwa pada saat itu terdakwa memang benar
di tawarkan korban Lukas Patrik oleh Edi Wahyudi dengan tarif Rp
200.000 yang kemudian terdakwa menyanggupi hal tersebut. Sehingga
dari keterangan terdakwa kita dapat simpulkan bahwa unsur dari “setiap
orang dengan sengaja membujuk anak untuk melakukan atau dilakukan
perbuatan cabul” tersebut telah terpenuhi dengan jelas. Dan hal ini juga di
buktikan dengan Surat Visum Et Repertum.
Pertimbangan Non Yuridis
Disamping pertimbangan yuridis hakim dalam menjatuhkan putusan
dalam sebuah tindak pidana, hakim juga mempertimbangkan pertimbangan non
yuridis yang merupakan kebalikan dari pertimbangan yuridis. Yang termasuk
dari pertimbangan non yuridis seperti dampak perbuatan terdakwa, hal-hal
yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa dan pertimbangan
menurut konsep RUU KUHP.
Dampak Perbuatan Terdakwa
Diantara dampak yang dapat ditimbulkan dari kasus ini terhadap anak
meliputi: anak mengalami gangguan paranoid, taruma berkepanjangan, disaat
xiii
dewasa nanti anak akan memiliki masalah dalam hubungan dengan lawan jenis
yang akan mengakibatkan anak dalam pandangannya terhadap lawan jenis
selalu berbaur dengan hal-hal negatif. Nah hal ini lah yang menjadi dampak
jangka panjangnya. Sedangkan dampak jang pendeknya : anak akan mengalami
mimpi-mimpi buruk, ketakutan yang berlebih terhadap orang lain dan
menurunkan konsentrasi anak sehingga memicu penurunan kesehatan anak.
Hal-Hal Yang Memberatkan Dan Meringankan Terdakwa
Dalam kasus ini keadaan yang memberatkan terdakwa dan yang menjadi
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana yaitu: (1)Perbuatan terdakwa
meresahkan masyarakat. (2) Perbuatan terdakwa dapat menimbulkan trauma
yang sangat mendalam bagi korban.
Keadaan yang meringankan meliputi: (1) Terdakwa belum pernah dihukum.
(2) Terdakwa merasa bersalah terdakwa merasa menyesal. (3) Terdakwa
bersikap sopan dipersidangan. (4) Terdakwa bersikap sopan dipersidangan.
Antara keluarga korban dan terdakwa sudah ada perdamaian.
Ditinjau Dari Pedoman Pemidanaan Menurut Konsep RUU KUHP.
Dalam KUHP yang sekarang berlaku, tidak mengatur mengenai
pedoman pemidanaan sebagaimana diatur dalam Konsep RUU KUHP.
Pedoman pemidanaan sangat membantu hakim dalam memepertimbangkan
berat ringannya suatu hukuman yang akan dijatuhkan. Dalam Pasal 55 ayat (1)
Konsep RUU KUHP menentukan bahwa dalam menjatuhkan pidana wajib
mempertimbangkan: (a) Kesalahan pembuat tindak pidana. (b) Motif dan
tujuan melakukan tindak pidana. (c) Sikap batin pembuat tindak pidana. (d)
xiv
Tindak pidana yang dilakukan apakah direncanakan atau tindak direncanakan.
(e) Sikap dan tindakan pembuat setelah melakukan tindak pidana. (f) Riwayat
hidup, keadaan sosial, ekonomi pembuat tindak pidana. (g) Pengaruh tindak
pidana terhadap korban dan keluarga korban. (h) Pemaafan dari korban atau
keluarga korban. (i) Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang
dilakuakan.6
6 Amiruddin, Hukum Pidana Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2015, Hlm: 102-
103
xv
III. PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pengaturan tindak pidana sodomi diatur dalam Pasal 287,289,290, dan
292 KUHP. Dalam Pasal 289 dan 290 KUHP pengenaannya terhadap
pelaku yang melakukan tindak pidana sodomi terhadap anak yang jenis
kelaminnya berbeda atau lawan jenis. Sedangkan, Pasal 292
pengenaannya terhadap pelaku yang melakukan tindak pidana sodomi
terhadap anak sesama jenis kelamin. Selain itu, diatur juga dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang
diubah atas Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang perubahan
pertama atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak yang termaktub dalam Pasal 76 E dengan aturan pelaksana
termaktub dalam Pasal 82 dan 82 A Perpu No. 1 tahun 2016 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak; 2. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan
Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Sodomi Terhadap Anak Studi
Putusan No 112/PID.SUS/2014/PN.PYA, Hakim dalam menjatuhkan
putusan pidana mengacu pada pertimbangan yuridis dan pertimbangan
non yuridis. Pertimbangan yuridis hakim meliputi: dakwaan jaksa
penuntut umum, keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan barang-
barang bukti yang sah. Pertimbangan non yuridis hakim seperti dampak
xvi
perbuatan terdakwa, keadaan yang memberatkan dan keadaan yang
meringankan terdakwa, dan pedoman pemidanaan menurut konsep RUU
KUHP.
Saran
1. Diharapkan aparat penegak hukum supaya secepatnya membuat peraturan
khusus tentang tindak pidana sodomi; 2. Dalam hal pedoman pemidanaan
sebagai acuan hakim untuk memutus perkara, kita ketahui bahwa dalam
KUHP, belum ada pengaturan mengenai pedoman pemidanaan dan
pedoman pemidanaan tersebut hanya terdapat dalam Konsep RUU KUHP.
Dari kasus ini, penyusun menghimbau kepada aparat penegak hukum untuk
segera menyelesaikan dan menetapkan Konsep RUU KUHP.
xvii
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amiruddin,2015, Hukum Pidana Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta.
Andi Hamzah, 1981, Pengantar Hukum Acara Pidana, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Marlina, 2011, Hukum Panitensier, PT rafika aditya, bandung.
Nanda Agung Dewantara, 1988, Kemampuan Hukum Pidana Dalam
Menanggulangi Kejahatan-Kejahatn Baru Yang Berkembang
Dimasyarakat, PT Liberty, Yogjakarta.
UNDANG-UNDANG
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Indonesia, Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Yang Diubah Atas Undang-Undang No 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Dan Diubah
Kedua Kalinya Atas Perpu No. 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
INTERNET
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5117268acbc06/pasal-untuk
menjerat-pelaku-sodomi