TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA...

25
TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY. NURUL KARIMAH SI Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya, [email protected] ABSTRAK Korupsi merupakan penyelewengan uang negara maupun suap demi keuntungan pribadi atau golongan yang berimbas kesengsaraan bagi masyarakat Indonesia. Muncul paradigma dan pandangan kaku bahwa seseorang yang telah dinyatakan sebagai tersangka kasus korupsi, seringkali dinyatakan bersalah tanpa pengkajian mendalam. Contohnya Ir.Vigit Waluyo dalam perkara peminjaman dana talangan PDAM pada Ps.Deltras oleh Hakim Pengadilan tipikor Surabaya. Atas desakan masyarakat pecinta bola Sidoarjo, Ir.Vigit Waluyo membantu pengusahaan pendanaan Ps.Deltras yang terancam degradasi namun usahanya diakhiri dengan pemidanaan penjara 1 tahun dan pelabelan koruptor baginya, hal ini tidak sesuai dengan Asas keadilan. Skripsi ini akan menganalisis pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan. Karena menganalisa pertimbangan dan kriteria Hakim dalam memutuskan peminjaman dana talangan sebagai tindak pidana korupsi, Maka jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian normatif dengan pendekatan Conseptual Approach, Statute Approach dan Case Approach. Untuk membuktikan ketidaksepahaman atas penjatuhan pidana korupsi atas peminjaman dana talangan PDAM untuk penyelamatan Ps.Deltras. Kesalahan Prosedural dalam peminjaman dana PDAM Delta Tirta untuk Ps.Deltras dimulai dari arahan lisan Bupati Sidoarjo yang tidak diakuinya dalam persidangan. Namun keterangan 2 orang saksi dan keterangan terdakwa merupakan fakta bahwa ada statement Bupati yang memberi arahan lisan berkaitan dengan dana talangan tersebut. Menurut Philipus M.Hadjon arahan lisan dapat menjadi keputusan pemerintah yang sah. Hal ini bertentangan dengan peraturan daerah tentang pengelolaan dana PDAM , yang melarang adanya peminjaman dana. Meski fakta adanya dualisme hukum yang saling bertentangan dan peminjaman dapat merugikan keuangan Negara. Namun ada dasar perjanjian hutang piutang yang mendasari peminjaman tersebut, demi terpenuhinya rasa keadilan masyarakat pecinta bola Sidoarjo yang tidak diperhatikan oleh hakim pemutus perkara, sehingga diputuskan sebagai korupsi salah prosedural. Atas ketidaksepahaman terhadap putusan Pengadilan Tipikor No : 128 /Pid.Sus/2011/Pn.Sby tentang korupsi karena salah prosedur , maka disarankan digunakan teori hukum progresif sebagai dasar pijakan dalam menghadapi fenomena hukum seperti ini. Bahwa Hukum dan keadilan tak selamanya tercermin dalam perundang-undangan atau hukum formil saja. Undang-Undang No. 48 Tahun 1

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : NURUL KARIMAH, PUDJI ASTUTI,

Transcript of TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA...

Page 1: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO,

SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR

NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

NURUL KARIMAH

SI Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya, [email protected]

ABSTRAK

Korupsi merupakan penyelewengan uang negara maupun suap demi keuntungan pribadi atau golongan yang berimbas kesengsaraan bagi masyarakat Indonesia. Muncul paradigma dan pandangan kaku bahwa seseorang yang telah dinyatakan sebagai tersangka kasus korupsi, seringkali dinyatakan bersalah tanpa pengkajian mendalam. Contohnya Ir.Vigit Waluyo dalam perkara peminjaman dana talangan PDAM pada Ps.Deltras oleh Hakim Pengadilan tipikor Surabaya. Atas desakan masyarakat pecinta bola Sidoarjo, Ir.Vigit Waluyo membantu pengusahaan pendanaan Ps.Deltras yang terancam degradasi namun usahanya diakhiri dengan pemidanaan penjara 1 tahun dan pelabelan koruptor baginya, hal ini tidak sesuai dengan Asas keadilan. Skripsi ini akan menganalisis pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan. Karena menganalisa pertimbangan dan kriteria Hakim dalam memutuskan peminjaman dana talangan sebagai tindak pidana korupsi, Maka jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian normatif dengan pendekatan Conseptual Approach, Statute Approach dan Case Approach. Untuk membuktikan ketidaksepahaman atas penjatuhan pidana korupsi atas peminjaman dana talangan PDAM untuk penyelamatan Ps.Deltras. Kesalahan Prosedural dalam peminjaman dana PDAM Delta Tirta untuk Ps.Deltras dimulai dari arahan lisan Bupati Sidoarjo yang tidak diakuinya dalam persidangan. Namun keterangan 2 orang saksi dan keterangan terdakwa merupakan fakta bahwa ada statement Bupati yang memberi arahan lisan berkaitan dengan dana talangan tersebut. Menurut Philipus M.Hadjon arahan lisan dapat menjadi keputusan pemerintah yang sah. Hal ini bertentangan dengan peraturan daerah tentang pengelolaan dana PDAM , yang melarang adanya peminjaman dana. Meski fakta adanya dualisme hukum yang saling bertentangan dan peminjaman dapat merugikan keuangan Negara. Namun ada dasar perjanjian hutang piutang yang mendasari peminjaman tersebut, demi terpenuhinya rasa keadilan masyarakat pecinta bola Sidoarjo yang tidak diperhatikan oleh hakim pemutus perkara, sehingga diputuskan sebagai korupsi salah prosedural.Atas ketidaksepahaman terhadap putusan Pengadilan Tipikor No : 128 /Pid.Sus/2011/Pn.Sby tentang korupsi karena salah prosedur , maka disarankan digunakan teori hukum progresif sebagai dasar pijakan dalam menghadapi fenomena hukum seperti ini. Bahwa Hukum dan keadilan tak selamanya tercermin dalam perundang-undangan atau hukum formil saja. Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 5 ayat (1) telah menyatakan bahwa “Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Kesalahan prosedural terbukti dalam perkara ini namun unsur melawan hukum materiil tidak terbukti secara sah dan meyakinkan oleh Majelis Hakim. Sehingga pidana penjara dan denda bagi Ir.Vigit Waluyo kurang tepat adanya. Dan Putusan Lepas dari segala tuntutan adalah Putusan Bijaksana yang bisa diberikan Majelis Hakim.Kata Kunci: Korupsi, Putusan Pengadilan, Deltras, PDAM, Sidoarjo

ABSTRACT

Corruption is the embezzlement of State money and bribes for the sake of personal or group advantage which causes Indonesian people suffer. The paradigm and rigid view are starting to emerge that a person who has been accused as a suspect in corruption case, often convicted without an in-depth assessment. For example, Ir.Vigit Waluyo in the case of borrowing local drinking water company (PDAM) bailout fund to Ps. Deltras by corruption court (Tipikor) judge Surabaya. The Sidoarjo citizen who love football insist that Ir. Vigit Waluyo tries to help the funding procurement but it ends up with 1 year imprisonment and the corruptor labeling for him, which is not appropriate with the principle of justice. This thesis will analyze the judge's consideration in dropping the verdict. Because of the judge's criteria and considerations in deciding loan bailout as a corruption injustice analyzing, the research type used is the normative

1

Page 2: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

approach they are Conceptual Approach, Statute Approach, and Case Approach. To prove the dissent over the accusation of criminal corruption over PDAM bailouts loan in rescuing Ps. Deltras.Procedural errors in loaning funds PDAM Delta Tirta to Ps.Deltras starts from the oral direction of Bupati Sidoarjo that is not admitted by him in the trial. However, from the information of 2 witnesses and the defendant’s statement, it shows the fact that there is an oral direction involving the bailout fund. According to Philipus M.Hadjon the oral direction can be a legal decision of the government. It is inappropriate with the local regulation about PDAM fund managing, which prohibits the fund loan.Despite the fact of contradictive dualism law and the fund borrowing can harm State finance, there is basic debt agreement which underlays the loan. For the sake of the justice fulfillment of Sidoarjo citizens who love football, which is not observed by the judge, thus this case is decided as the procedural error corruption.Because of the injustice of the Corruption Court verdict No: 128 /Pid.Sus/2011/Pn.Sby about the procedural error corruption, the using of progressive law theory is suggested as the basic theory to face this kind of legal phenomenon. That Legal and justice are not always depicted in the Constitution or formal law. The Constitution Law No. 48 Year 2009 About Juridical Power Clause 5 section (1) states that “Judge and Constitutional Judge are obliged to dig, follow and understand the legal values and justice which lives in the society.” Procedural error in this case is proven but the element of the act against material legal is legally not proven and not convincing by the Judge Panels. Thus, the imprisonment and fine for Ir.Vigit Waluyo are inappropriate. And the verdict of Freed from Accusation is the Wise Verdict which can be given by the Judge Panels.Keywords: Corruption, Court verdict, Deltras, PDAM, Sidoarjo

PENDAHULUAN

Korupsi, sebuah kata sederhana yang pada kenyataanya memiliki imbas luar biasa bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Setiap orang yang mendengar kata korupsi akan menjadi geram, marah, dan mengutuk adanya tindak korupsi tersebut . Amarah masyarakat menimbulkan paradigma yang terkesan menghakimi , bahwa pihak yang diduga melakukan korupsi sudah pasti memperoleh hukuman dan pasti bersalah meskipun proses hukumnya belum selesai. adanya suatu penghakiman massa seperti itu masih bisa terjadi saat Indonesia mengakui Asas Presumtion Of Innocence atau asas praduga tak bersalah , seperti penjelasan Andi Hamzah dalam bukunya:

“Asas ini disebut dalam pasal 8 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman dan juga dalam penjelasan umum butir 3c KUHAP yang berbunyi : “Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/ atau dihadapkan di muka sidang pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap”1. Undang-Undang Kekuasaan kehakiman telah diubah dengan Undang-Undang No. 48 tahun 2009 namun tidak mengubah isi dari asas praduga tak bersalah tersebut. Peraturan yang ada menegaskan bahwa seseorang tidak bisa di jatuhi hukuman sebelum adanya

putusan hakim yang tetap, namun penghakiman massa atas suatu kasus korupsi masih bisa terjadi.

Menurut The Lexion Webster Dictionary “Korupsi” artinya kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah2. Berdasarkan penjelasan Kamus Besar Bahasa Indonesia korupsi berarti “penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain”3 . Dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan sebuah perbuatan keji dan tidak jujur dengan melakukan penyelewengan, penggelapan uang negara maupun dengan suap demi keuntungan pribadi maupun orang lain. Suatu hal yang pantas jika korupsi menjadi suatu problema yang membuat masyarakat menjadi resah. Kesengsaraan yang ditimbulkan oleh korupsi menjadi alasan kuat bahwa pemberantasan tindak pidana korupsi merupakan salah satu tujuan pergerakan nasional Indonesia. Oleh karenanya perundang-undangan mengatur secara ketat setiap hal yang diindikasikan atau diduga merupakan suatu tindakan yang mengarah pada tindak pidana korupsi. Hingga pada kenyataannya sangat sedikit kemungkinan lolosnya tersangka atau terdakwa kasus pidana korupsi untuk lepas dari hukuman.

1 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia (Jakarta; Sinar Grafika, 2008) hlm. 142 Ibid, hlm.43 TimPenyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989)

2

Page 3: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

Bagai dua belah mata pisau, penerapan hukum yang terlalu Strength/kuat mengikat dan menjerat setiap dugaan tindak pidana korupsi tanpa pandang bulu, dapat memiliki suatu sisi negatif disamping sisi positifnya. Hukum yang seharusnya dijunjung dan ditegakkan sebagai panglima keadilan, nyatanya dimanfaatkan sebagai pemuas dengan alasan keadilan . Para jaksa, pers, politikus, maupun khalayak awam memiliki pandangan kaku bahwa seseorang yang telah dinyatakan sebagai tersangka ataupun terdakwa dalam kasus korupsi, seringkali dinyatakan bersalah. Hal tersebut diakibatkan pemberitaan di koran, internet, maupun media informasi yang memberitakan kekejian seorang koruptor yang tega merampas uang negara demi kesenangan pribadi dan golongan. Contohnya kasus korupsi Nazzarudin seorang anggota DPR-RI yang terbukti andil dalam kasus suap wisma atlet maupun Gayus Tambunan pegawai pajak yang andil dalam manipulasi pajak Negara, yang beritanya sempat menghebohkan Indonesia .

Faktanya tak semua kasus korupsi dilakukan oleh seorang keji dan tak bermoral yang tega melakukan penipuan terhadap rasa percaya rakyat. Beberapa kasus tipikor, terdakwa korupsi diputus bebas karena perbuatan yang ia lakukan merupakan kesalahan prosedur yang dilakukan karena melaksanakan desakan kepentingan umum maupun kesalahan prosedural dalam menjalankan tugas. Namun jaksa tetap menganggap kesalahan tersebut sebagai unsur terpenuhinya tindak pidana korupsi. Penyelesaian kasus korupsi di Indonesia khususnya di Surabaya memiliki permasalahan serupa, yaitu tidak adanya pemisahan atas suatu tindak penyalahgunaan wewenang yang dilakukan dengan sengaja dan merugikan keuangan negara , dibandingkan dengan suatu tindak salah prosedural . Terlebih saat salah prosedural tersebut dilakukan dalam pelaksaan suatu kepentingan masyarakat namun masuk sebagai unsur tindak pidana korupsi, hingga berakibat kurang tepat dalam memenuhi rasa keadilan. Salah satunya adalah kasus yang dialami oleh Ir. Vigit Waluyo, seorang wiraswasta yang berdedikasi pada organisasi sepak bola. Ir.Vigit Waluyo menjadi terpidana kasus korupsi peminjaman dana talangan dari Perusahaan daerah air minum Sidoarjo , dimana dana talangan tersebut digunakan untuk penyelamatan Persatuan Sepak Bola Delta Raya Sidoarjo

Permasalahan terkait pendanaan Ps.Deltras, membuat Delta Mania (Sebutan fans sepakbola Ps.Deltras) ikut melakukan desakan hingga pembahasan pendanaan kemudian dilakukan di pendopo kabupaten Sidoarjo, yang dihadiri oleh Bupati Sidoarjo selaku ketua umum Ps. Deltras, Dirut PDAM H.Djayadi selaku bendahara umum Ps.Deltras, dan Ir.Vigit Waluyo selaku pengelola Ps.Deltras, serta perwakilan dari pemda Sidoarjo. Akhirnya diputuskannya arahan untuk merancang perubahan APBD untuk pendanaan Ps.Deltras dan arahan secara lisan dari Bupati agar H.Djayadi menalangi terlebih dahulu Ps.Deltras, keputusan tersebut disaksikan oleh perwakilan Delta Mania. Peminjaman dana PDAM dilakukan melalui perjanjian peminjaman dana dengan agunan yang cukup, dalam jangka waktu 1 Tahun yaitu mulai 16 Agustus 2010 sampai dengan 15 Agustus 2011 dan pengaturan bunga sesuai perjanjian resmi pada umumnya. Akhirnya permasalahan pendanaan PS.Deltras dapat terselesaikan, dan segala tunggakan pembayaran pemain telah dibayarkan . Proses pengembalian dana talangan tidak mengalami permasalahan, semua dikembalikan sebelum jangka waktu pengembalian berakhir yaitu pada 1 juli 2011 dan disertai bunganya.

Permasalahan muncul saat jaksa menganggap telah terjadi konspirasi tindak pidana korupsi saat Dirut PDAM memberikan dana talangan sebesar 3 Milyar Rupiah. Jaksa menganggap uang tersebut “Haram” untuk dipinjamkan, sehingga Ir.Vigit Waluyo didakwa melanggar pasal 2 ayat (1) jo pasal 18 Undang-Undang Tipikor Jo. Pasal 55 Ayat (1) Ke- 1KUHP, serta subsidair pasal 3 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Tipikor jo. Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

Fakta-fakta dan aturan hukum dengan penerapan yang benar, merupakan proses peradilan yang harus dijalani demi terwujudnya keadilan. Bukan dengan adanya pengaruh dari luar, paradigma tentang korupsi yang berkembang, dan simpang siur kabar yang tak terbukti kebenarannya. Akibat pengaruh tersebut dapat menjadikan terdakwa korupsi harus menjalani pemidanaan yang secara pertimbangan hukum ia seharusnya tidak bersalah. Tentunya harus ada garis pemisah antara penyalahgunaan wewenang yang dilakukan dengan sengaja dan merugikan keuangan negara dengan salah prosedural yang merupakan kesalahan

3

Page 4: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

adminitratif dalam menjalankan tugas demi kepentingan rakyat . Terlebih jika dilakukan tanpa ada niatan atau maksud melakukan perbuatan yang dapat merugikan keuangan Negara. Dan sepantasnya kesalahan tersebut dikenai sanksi administratif, bukannya pelabelan sebagai koruptor.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan jenis penelitian hukum klinis yang mengkaji Putusan Pengadilan Tipikor No: 128/pid.sus/2011/PN.SBY . Penelitian ini diawali dengan mendeskripsikan legal fact, kemudian mencari pemecahanya melalui analisis yang kritis terhadap norma-norma hukum positif yang ada, dan selanjutnya menemukan hukum in concreto untuk menyelesaikan suatu perkara hukum tertentu.4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fakta Persidangan

Berdasarkan isi dari putusan No : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY, Majelis Hakim yang memeriksa seluruh saksi dan alat bukti dalam perkara tindak pidana korupsi peminjaman dana talangan PDAM untuk Ps.Deltras memberikan fakta hukum persidangan:Bahwa pada bulan juli 2010 seringkali terjadi demo yang dilakukan oleh Delta Mania, klub pecinta bola pendukung setia Ps.Deltras. Demo dilakukan di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sidoarjo dan di depan Pendopo Kabupaten Sidoarjo. Tujuan dari demo adalah keinginan Delta Mania untuk meminta perhatian pemerintah Sidoarjo dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sidoarjo bagi Ps.Deltras yang tengah mengalami permasalahan keuangan selama dua tahun terakhir. Menyikapi Demo-demo yang marak terjadi, pemerintah daerah kabupaten Sidoarjo mengadakan pertemuan di pendopo Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 5 Agustus 2010. Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan Delta Mania, Saksi Win Hendrarso sebagai Bupati, Terdakwa Ir.Vigit Waluyo, Saksi H.Djayadi, Ayu Kartika (Manager Deltras), dan beberapa orang perwakilan Delta Mania,

Bupati Sidoarjo, sebagai pemegang kuasa tertinggi dalam pertemuan tersebut, mengatakan bahwa Pemerintah Sidoarjo akan menganggarkan dana untuk Ps.Deltras, yang akan segera disahkan melalui perubahan APBD. Namun Bupati Sidoarjo juga menambahkan, bahwa untuk sementara waktu akan ditalangi dahulu oleh pak Djayadi. Dan selanjutnya H.Djayadi memerintahkan terdakwa Ir.Vigit Waluyo untuk membuat permohonan peminjaman. Pada tanggal 16 Agustus, Saksi H.Djayadi memberikan perintah lanjutan atau disposisi pada direktur umum PDAM. Disposisi dilakukan berdasarkan surat pinjaman dana dari Ps.Deltras yang diberikan oleh terdakwa Ir.Vigit Waluyo. Isi dari perintah lanjutan tentang proses peminjaman dana talangan, pembebanan bunga deposito, pembuatan perjanjian peminjaman, pembayaran yang dilakukan 2 tahap. Disposisi dilakukan dengan pertimbangan bahwa Ps.Deltras/Bola merupakan ikon Sidoarjo, dan Ps.Deltras merupakan asset pemda Sidoarjo. Atas dasar surat permohonan peminjaman dana , pada tanggal 16 Agustus 2010 dibuatlah surat perjanjian hutang antara terdakwa Ir.Vigit Waluyo dan saksi H.Djayadi dengan jangka waktu satu tahun dengan persyaratan : ada jaminan dan dibebani bunga. Atas persyaratan tersebut terdakwa Ir.Vigit Waluyo memberikan 4 (Empat) buah sertifikat Hak milik tanah yang terletak di surabaya sebagai jaminan.

Pertimbangan Hakim

Dakwaan Subsidair

Dakwaan subsidair yang diajukan oleh Jaksa Penuntut umum dalam perkara ini adalah Pasal 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, yang berbunyi :

Pasal 3Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 dua puluh)

4 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta :Rajawali Press, 2010) hlm 13-14.

4

Page 5: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).Berikut akan dipaparkan satu persatu pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan yang telah menyatakan terpenuhinya unsur-unsur dari pasal 3 UU No.30 tahun 1999 Jo. UU No 20 tahun 2001 tersebut. a. Unsur Setiap orang

Unsur setiap orang, menurut pertimbangan Majelis Hakim Jaksa penuntut umum telah menghadapkan seorang yang bernama Ir.Vigit Waluyo, Sebagai terdakwa dalam perkara tindak Pidana korupsi peminjaman dana talangan PDAM untuk Ps.Deltras, dan telah sesuai akan identitasnya dalam surat dakwaan Jaksa penunutut Umum. Terdakwa selaku pengelola Ps.Deltras Sidoarjo, adalah pejabat publik yang memiliki jabatan dan kedudukan. Selama pemeriksaan persidangan menurut pengamatan dan penilaian majelis hakim terdakwa adalah orang yang cakap dan mampu bertanggung jawab atas perbuatan yang didakwakan kepadanya. Hakim menyatakan bahwa setiap orang (eenieder) lebih menunjukkan pribadi manusia (NatuurlijkePersoon) yang bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya.. Setelah menyatakan bahwa unsur setiap orang telah terbukti, maka majelis hakim, berlanjut pada pertimbangan unsur selanjutnya.

b. Unsur Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan

Dari unsur kedua tersebut, hakim yang memeriksa dan mengadili perkara memberi pandangan bahwa terdapat dua hal krutial dalam pembuktian dan pertimbangan terpenuhinya unsur ini, yaitu tindak penyalahgunaan wewenang dalam jabatan dan adanya kesalahan prosedural dalam tindakan peminjaman dana talangan PDAM untuk Deltras. Berikut pertimbangan hakim dalam pembuktian unsur kedua ini :

b.1 Penyalahgunaan Wewenang Dalam Jabatan

Majelis hakim mengutip pandangan pakar hukum dalam pertimbangannya seperti berikut:Majelis hakim mengutip pandangan Prof Dr. Indriyanto Senoaji dalam buku Korupsi dan penegakan hukum (2009), yang berpendapat bahwa penyalahgunaan wewenang sebagai bestandeel delict (delict inti). Oleh karenanya jika penyalahgunaan wewenang tidak terbukti maka unsur yang lain tidak perlu dibuktikan. Lebih lanjut majelis hakim memberikan pertimbangan bahwa dalam penyalahgunaan wewenang ini terkait dengan adanya jabatan yang dimiliki oleh seseorang, dan sejauh mana batasan adanya jabatan tersebut . karena subjek itulah sebagai addressat dari kedudukan atau jabatan publik. Untuk dapat dikategorikan sebagai pejabat atau bukan, maka yang menjadi dasar hukumnya adalah Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan tata usaha Negara; Dalam Pasal 1 ayat (3), disebutkan bahwa Keputusan Tata Usaha Negara Adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkret, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Merujuk pada ketentuan tersebut Majelis hakim beranggapan, bahwa terdakwa Ir. Vigit Waluyo adalah seorang pejabat. Dikarenakan Bupati Sidoarjo memberikan Surat Bupati Nomor 050/3754/404.1.3.4/2009 tertanggal 6 Oktober 2009 , Yang berisi penunjukan pengelolaan Ps. Deltras kepada Terdakwa. Dengan demikian terdakwa Ir. Vigit waluyo dapat dikategorikan sebagai pejabat. Menurut kesimpulan Hakim pemeriksa perkara.

b.2 Kesalahan Prosedur Dalam Peminjaman Dana

Jabatan yang disandang oleh terdakwa, bukanlah satu-satunya hal yang harus dibuktikan dalam unsur tindak pidana korupsi penyaalahgunaan wewenang dalam jabatan seseorang menjadi hal yang harus dibuktikan dalam memenuhi unsur tindak pidana korupsi. Dalam hal ini majelis hakim memberikan parameter untuk menentukan ada atau tidaknya suatu penyalahgunaan wewenang atau

5

Page 6: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

kesalahan prosedural terkait tindakan peminjaman yang dilakukan terdakwa, yaitu berdasar :Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang No 9 Tahun 2004 tentang peradilan Tata Usaha Negara, tepatnya pada pasal 53 ayat (2) huruf d terdapat parameter penyalahgunaan wewenang, meliputi:

a.Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

b.Bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.Majelis hakim menilai terdakwa melanggar

Perda no 5 tahun 1978 sebagaimana diubah dengan perda no 11 tahun 1987 Tentang perusahaan air minum kabupaten sidoarjo. Yang pertama pelanggaran pasal 5 Perda no 5 tahun 1978, didalamnya menyebutkan bahwa tugas dan fungsi PDAM yaitu berusaha dibidang penyediaan air minum yang sehat dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi masyarakat atau penduduk di wilayah Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya. Pelanggaran kedua adalah pelangaran terhadap pasal 12 ayat (1) Perda No. 11 Tahun 1987 Tentang perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Sidoarjo, yang menyebutkan bahwa : Direksi memerlukan Persetujuan Kepala Daerah untuk dapat melakukan hal-hal sebagaimana tersebut dibawah ini:

a.Meminjam uang atas nama perusahaan daerah dan mengadakan perjanjian hutang.

b.Mengikat Perusahaan sebagai peminjamc.Memperoleh, mengasingkan atau membebankan

benda- benda tetap (benda tak bergerak) milik perusahaan daerah.

Majelis Hakim menyatakan Perda PDAM hanya mengatur prosedur PDAM dalam melakukan peminjaman. Sementara untuk meminjami tidak diatur sehingga majelis hakim menganggap kegiatan “meminjami” dana menjadi sesuatu yang tidak relevan.

Parameter ke dua , pertimbangan hakim atas penyalahgunaan wewenang dalam prosedural peminjaman dana PDAM untuk Ps. Deltras, adalah bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Majelis hakim bependapat dengan dilanggarnya perda PDAM tersebut dalam prosedural peminjaman untuk membiayai Deltras telah melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Majelis hakim menimbang berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, terdakwa bersama saksi H.Djayadi telah menandatangani surat perjanjian tertanggal 16 Agustus 2010 .Sehingga Hakim memberi konklusi bahwa terdakwa telah menganggap perusahaan daerah air minum sebagai lembaga pembiayaan, menyimpang dari tujuan perusahaan sebagai penyedia air minum yang sehat bagi masyarakat . Perbuatan terdakwa dianggap menunjukan sikap dari pengelola klub sepak bola yang tidak memiliki kehati-hatian. Melalui pertimbangan-pertimbangan diatas, majelis hakim menyatakan bahwa unsur kedua dari pasal 3 ini dinyatakan telah terbukti.

c. Unsur Dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara

Majelis Hakim memberikan pertimbangan bahwa delik ini adalah delik formil, yaitu suatu delik yang hanya memfokuskan pada perbuatan yang dilarang , bukan pada akibat perbuatan itu. Tetapi kerugian keuangan Negara dan perekonomian Negara secara materiil harus ada dan secara mutlak harus dibuktikan. Unsur ini mensyaratkan bertambahnya keuntungan dari yang tidak ada menjadi ada. Adanya penambahan keuntungan pada mereka di satu sisi, dan sisi lain keuangan Negara atau perkonomian Negara telah mengalami kerugian. Hakim mengartikan kerugian Negara atau perekonomian Negara pada perkara peminjaman dana talangan PDAM untuk Ps. Deltras dengan memberi pertimbangan akibat dari perbuatan terdakwa yang telah melakukan peminjaman dana sebesar Rp. 3.000.000.000,-. Uang yang digunakan sebagai talangan untuk membayar gaji pemain ,kontrak dengan pemain asing yang belum diperpanjang, dan untuk kebutuhan akomodasi telah mengakibatkan dana di kas PDAM Delta Tirta berkurang sebesar Rp. 3.000.000.000 (tiga miliar rupiah), setidak-tidaknya sejak tanggal 16 Agustus 2010 sampai dengan juli 2010. Sehingga unsur yang dapat merugikan keuangan Negara dinyatakan telah terpenuhi.

Pertimbangan Faktual

6

Page 7: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

Pertimbangan Faktual yang mendasari hakim dalam putusannya adalah sebagaimana berikut: Majelis Hakim menyatakan bahwa selama proses persidangan Terdakwa bersikap kooperatif dan tidak mempersulit jalannya persidangan. Majelis hakim memberi pernyataan bahwa tujuan dari penghukuman terdakwa Ir.Vigit Waluyo bukan sebagai balas dendam, melainkan sebagai pembelajaran agar terdakwa dapat mengelola klub sepak bola dengan lebih baik.

Pertimbangan faktual atas hal-hal yang memberatkan terdakwa adalah : disaat pemerintah tengah menggalakan program pemberantasan tindak pidana korupsi perbuatan terdakwa dianggap tidak membantu program pemberantasan korupsi. Pertimbangan Faktual atas hal-hal yang meringankan terdakwa yang menjadi pertimbangan hakim diantaranya adalah kerugian Negara sebesar Rp.3.000.000.000 (tiga miliar rupiah) dinyatakan telah kembali, beserta bunga sebesar Rp.45.000.000 (Empat puluh lima juta rupiah) yang kini ada dalam Penyitaan oleh kejaksaan negeri Sidoarjo. Pertimbangan selanjutnya adalah fakta bahwa terdakwa Ir.Vigit Waluyo belum pernah dihukum , berlaku sopan, dan terdakwa memiliki tanggungan keluarga.

Analisa HukumAnalisa Hukum yang dipaparkan merupakan

sebuah pendapat yang berseberangan dan berisi ketidaksepahaman dengan hakim yang mengadili perkara ini. Meskipun secara hukum formal hakim memutus perkara peminjaman dana talangan PDAM untuk Ps.Deltras Sidoarjo, sebagai sebuah tindak penyelewangan dan kesalahan prosedur. Berpegang pada dasar fakta-fakta hukum yang terungkap dalam persidangan dan mengkaji jikalau Hakim lalai dalam pertimbangan hukumnya. sehingga ada fakta-fakta hukum yang tidak mendapat perhatian hakim dalam mengadili perkara ini, Analisa hukum terdiri dari beberapa ulasan sebagaimana berikut

: a. Analisa Mengenai Arahan Lisan Pemberian

Talangan Oleh Bupati Sidoarjo

Awal mula peminjaman dana PDAM untuk Ps.Deltras faktanya dimulai dari demo yang dilakukan oleh Deltamania. Menindaklanjuti hal tersebut pemerintah kota Sidoarjo mempersilahkan

Deltamania beserta pengurus Ps.Deltras untuk membahas permasalahan tersebut di pendopo Kota Sidoarjo pada 5 Agustus 2010. Dalam pertemuan tersebut terjadi dialog untuk menemukan solusi atas tuntutan Deltamania, dan Bupati Sidoarjo memberikan arahan untuk mengatur rancangan APBD untuk pembiayaan Deltras. Dan satu hal lagi Bupati memberi arahan bagi H.Djayadi untuk memberi talangan. Berdasar pada kenyataan di persidangan, ketika Bupati Sidoarjo hadir sebagai saksi dan disumpah untuk memberikan keterangan yang sebenar-benarnya dalam pemeriksaan sidang di Pengadilan tipikor. Dihadapan Majelis Hakim ia menyatakan dirinya tidak pernah memberi ijin untuk adanya peminjaman dana talangan PDAM dan tidak mengakui adanya perintah apapun untuk menalangi Ps.Deltras.

Untuk membuktikan keabsahan keterangan Bupati Sidoarjo tersebut, diperlukan keterangan Saksi lain yang mendukung statement Bupati Sidoarjo bahwa ia tak pernah memberi arahan lisan atas pemberian dana talangan PDAM. Saksi yang hadir dalam persidangan Tipikor ini sejumlah 10 orang, dan yang menghadiri pertemuan di pendopo adalah 3 orang termasuk Bupati Sidoarjo. Sehingga keterangan 2 orang lain perlu menjadi perhatian khusus demi menemukan fakta persidangan yang meyakinkan dimata hukum dan keadilan.

H.Djayadi, dan H.Samiaji Makin Rahmat adalah dua orang Saksi di persidangan yang menghadiri secara langsung pertemuan di Pendopo pada 5 Agustus 2010. Dalam pemeriksaan persidangan H.Djayadi menerangkan bahwa pada saat pertemuan di pendopo tersebut Win Hendarso menyatakan pada supporter yang hadir “Ojo kuatir nanti akan ditalangi oleh pak Djayadi” Sementara itu H.Samiaji makin Rahmat menyatakan dalam keterangannya dibawah sumpah bahwa Deltamania menuntut kepastian dari Pak Win untuk diberi talangan oleh pak Djayadi dan meskipun ia tak ingat kata-kata persis yang diucapkan pak Win Hendarso, namun ia ingat bahwa tuntutan Deltamania tersebut disanggupi dan eforia Deltamnia meledak saat itu.

Dua orang yang hadir sebagai saksi dan juga sebagai pihak yang hadir dalam pertemuan di Pendopo menyatakan berbeda dengan kesaksian yang diucapkan Bupati Sidoarjo. Hal ini jelas memberikan suatu fakta hukum atas kebenaran yang terjadi di pendopo tersebut. Dalam suatu persidangan tentunya

7

Page 8: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

tidak di tentukan oleh keterangan dari satu saksi saja yaitu hanya dari kesaksian dari Win Hendrarso pada saat sidang . Asas Hukum Pidana jelas menyatakan Unus Testis Nullus Testis yang berarti satu saksi bukan saksi . menurut Abraham samad dalam berita online yang membahas tentang kasus century menyatakan : “Keterangan satu orang saksi bukanlah bukti yang sahih secara yuridis apabila tidak didukung dengan saksi lainnya. Unus testis nullus testis atau satu saksi bukanlah saksi, begitu asas

hukum pidana” 5. Fakta hukum dari keterangan 2(dua) saksi lainnya yang telah disumpah , seluruhnya menyatakan bahwa peminjaman dana talangan dari PDAM Sidoarjo tersebut telah mendapat arahan dan persetujuan lisan dari Bupati Sidoarjo. Dengan adanya kesaksian lebih dari 2(dua) orang di bawah sumpah adalah merupakan alat bukti yang sah dan tidak terbantahkan secara hukum.

Fakta hukum berdasar keterangan saksi dalam persidangan menyatakan fakta bahwa ada suatu arahan secara lisan oleh Bupati Sidoarjo. Terkait arahan lisan Bupati tersebut, penulis mengkaji suatu teori dari Philipus M Hadjon yang menyatakan bahwa sebuah Keputusan dapat berbentuk lisan berikut penjelasan dalam buku dalam bukunya :“Dalam hal-hal tertentu keputusan bisa lisan.Keputusan dapat dikeluarkan secara lisan dalam hal :

1. Keputusan yang tidak membawa akibat kekal dan tidak begitu penting bagi administrasi Negara.

2. Yang membuat keputusan menghendaki suatu akibat yang timbul dengan segeraKeputusan pemerintah dapat dilakukan secara

lisan dalam hal tidak membawa akibat kekal dan penting bagi administrasi Negara dan diperlukan dengan segera. Dalam hal ini yang bisa dijadikan contoh adalah sebuah bentuk perjanjian, karena sifat dan bentuk perjanjian yang relatif singkat dan dalam waktu sementara. Perjanjian menurut Kamus hukum berarti : “persetujuan secara tertulis atau lisan yang dibuat dua pihak atau lebih di mana masing-masing berjanji akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu sebagai kesepakatan bersama;

persetujuan atau kesepakatan resmi antara dua orang atau pihak atau negara atau lebih dalam bidang-bidang tertentu”6.

Peminjaman dana talangan ini dilakukan berdasarkan sebuah surat perjanjian pinjam meminjam resmi.Sehingga atas dasar izin lisan dari bupati tersebut dapat menjadi keputusan pemerintah secara lisan, mengingat adanya perjanjian yang dilakukan selama jangka waktu 1 tahun dan tidak membawa akibat kekal bagi administrasi Negara. Namun dengan adanya pertemuan di Pendopo Kabupaten Sidoarjo tertanggal 5 Agustus 2010, merupakan langkah awal peristiwa yang kemudian dianggap oleh jaksa dan hakim sebagai kesalahan prosedur.

b. Analisa Mengenai Jabatan Ir.Vigit Waluyo.

Jabatan dalam Tindak Pidana korupsi adalah unsur utama terpenuhinya perbuatan penyalahgunaan wewenang. Sehingga pembuktian adanya jabatan yang disandang seorang terdakwa menjadi penting untuk dibuktikan dalam persidangan. Terdakwa Ir.Vigit Waluyo adalah seseorang yang termasuk dalam perluasan pengertian pejabat karena ia telah mengelola keuangan Negara dalam peminjaman dana PDAM untuk Ps.Deltras. Namun sungguh disayangkan pada pertimbangan hukum , Majelis Hakim hanya membuktikan unsur pejabat berdasarkan surat bupati sidoarjo nomor 050/3147/404.1.3.4/2010 tanggal 12 Agustus 2010. Berdasar penelitian,surat bupati tersebut bukanlah sebuah surat Keputusan Tata Usaha Negara. Pembuktian tentang keabsahan surat Bupati ini dilakukan dengan mencantumkan surat Bupati Sidoarjo nomor 050/3147/404.1.3.4/2010 Surat izin pengelolaan untuk Ir.Vigit Waluyo, dengan membandingkannya dengan surat keputusan tata usaha negara lain yaitu Keputusan tentang pengangkatan Kepengurusan Ps. Deltras Sidoarjo Nomor : 01/PS.DELTRAS/III-2008

Kedua perbandingan atas surat keputusan Bupati, akan terlihat dan dibuktikan apakah benar memang surat bupati yang di tujukan kepada Ir. Vigit Waluyo selaku pengemban tugas pengelolaan Ps. Deltras tersebut sebagai sebuah Keputusan Tata

5 Redaksi, “Cari Aktor Intelektual Century”, http://www.suarapembaruan.com/tajukrencana/cari-aktor-intelektual-century/36494, diakses pada 2 Desember 2013.

6 Dzulkifli Umar dan Usman Handayono, Kamus Hukum, (Jakarta: Quantum Media Pers;2010) hlm. 315

8

Page 9: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

Usaha Negara, karena secara umum ada syarat-syarat sahnya suatu Keputusan Tata Usaha Negara :

Syarat Materiil :a. Keputusan harus dibuat oleh alat negara

(organ) yang berwenangb. Karena keputusan itu suatu pernyataan

kehendak (wilsverklaring) maka pembentukan kehendak itu tidak boleh memuat kekurangan yuridis.

c. Keputusan harus diberi bentuk(vorm) yang ditetapkan dalam peraturan dasarnya dan pembuatnya harus memperhatikan cara (prosedur)

d. Isi dan tujuan keputusan harus sesuai dengan isi dan tujuan aturan dasar

Syarat Formil :a. Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan

dengan persiapan dibuatnya keputusan dan berhubungan dengan cara dibuatnya keputusan harus dipenuhi,

b. Keputusan harus diberi bentuk yang ditentukan

c. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan dilakukannya keputusan yang harus dipenuhi

d. Jangka waktu yang ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan dibuatnya keputusan dan diumumkannya keputusan itu tidak boleh dilewati.7 Terlihat bahwa ada beberapa syarat formil

yang tak terpenuhi seperti tidak adanya dasar yuridis dalam penunjukan pengelolaan untuk Ir.Vigit Waluyo tersebut. Prosedural dalam pembuatan Surat Bupati. Pembuatan suatu Keputusan TUN terdapat bentuk pertimbangan-pertimbangan yang harus ada dalam menunjang konteks dan isi dari Keputusan TUN tersebut. Sebagaimana jenis-jenis pertimbangan sebagai berikut:

Pertimbangan faktual (Konsideran faktual) ditandai dengan kata-kata seperti : MEMBACA, MENDENGAR,MEMPERHATIKAN, MENIMBANG dsb. Penempatan urutannya dengan patokan logis-kronologis, artinya sesuai dengan urutan pikir dan urutan waktu. Dengan demikian logislah kalau sebelum MENIMBANG tentunya MEMBACA dulu. Pertimbangan yuridis (konsideran

yuridis) ditandai dengan kata “MENGINGAT”. Urutan penyebutan peraturan dasar hukum mengikuti patokan hirarkis-kronologis, artinya sesuai urutan tingkat (jenjang) dan urutan waktu.8

Surat bupati tentang izin pengelolaan Deltras, tidak ada sama sekali dasar pertimbangan-pertimbangan faktual dan yuridis. Atas dasar ketidakabsahan pembuatan dan bentuk sebuah Keputusan Tata Usaha Negara yang benar dalam Surat Bupati tersebut. Maka dasar pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa Ir.Vigit Waluyo merupakan subjek hukum yang memikul suatu jabatan, adalah tidak tepat.

Dalam penelitian terdapat pemahaman lain tentang unsur pejabat dalam diri terdakwa. Yang seharusnya bisa dijadikan pertimbangan dalam pembuktian adanya unsur pejabat dalam diri terdakwa. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Selanjutnya disebut UU KIP) menyebutkan dalam ketentuan umun di pasal 1 angka 1 dan angka 3 UU:

Pasal 13. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri

8. Pejabat Publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu pada Badan Publik.

Ps.Deltras adalah badan publik karena berbentuk badan keolahragaan atau organisasi olahraga non pemerintah yang pendanaannya bersumber dari APBD. Sebagaimana diakui bahwa saat awal Ps.Deltras dimiliki oleh Pemkab Sidoarjo, sempat mendapat pendanaan dari APBD meskipun akhirnya pendanaan tersebut macet. Dan sebagai pengelola dari badan publik Ir. Vigit Waluyo dapat

7 Titik triwulan dan Ismu Gunadi Widodo, Hukum tata usaha negara dan hukum acara peradilan tata usaha negara indonesia, (jakarta; kencana prenada media group ,2011) hlm 322-323

9

Page 10: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

dikategorikan sebagai pejabat publik berdasarkan UU KIP tersebut. Sehingga menurut pandangan penulis, pertimbangan yang dilakukan oleh majelis hakim dalam membuktikan unsur pejabat dalam pertimbangan hukum putusan kurang tepat adanya.

c. Analisa Mengenai Kesalahan Prosedural

Penyalahgunaan wewenang yang dilakukan Ir. Vigit waluyo menurut pandangan hakim adalah dilanggarnya Peraturan Daerah No.5 Tahun 1978 tentang PDAM kabupaten Sidoarjo selanjutnya disebut Perda PDAM 78 jo. Dan Perda no. 11 tahun 1987 tentang PDAM kabupaten Sidoarjo selanjutnya disebut Perda PDAM 87. Berikut adalah bunyi pasal-pasal yang dinyatakan telah dilanggar oleh terdakwa. Bahwa dalam pasal 5 (1) dan ayat (2) Perda PDAM 78 dan Pasal 12 ayat (1) Perda PDAM 87, disebutkan sebagai berikut :

Pasal 5 (1) :Tujuan perusahaan Daerah adalah turut serta melaksanakan : a. Pembangunan daerah khususnya dan \b. Pembangunan Ekonomi nasional umumnya dalam

rangka meningkatk kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan rakyat,

Pasal 5 (2) :Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini perusahaan daerah berusaha dibidang penyediaan air minum yang sehat dan memenuhi syarat bagi masyarakat.

Pasal 12 ayat (1) Perda PDAM 87Direksi memerlukan persetujuan Kepala Daerah untuk dapat melakukan hal-hal sebagaimana tersebut dibawah ini :

a. Meminjam uang atas nama perusahaan daerah dan mengadakan perjanjian hutang,

b. Mengikat perusahaan sebagai peminjam

Bunyi pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Perda PDAM 78 menerangkan bahwa tujuan PDAM sebagai perusahaan daerah adalah ikut dalam usaha pembangunan daerah dan usaha pembangunan ekonomi, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memenuhi kebutuhan rakyat. Dan pencapaian tujuan pembangunan hanya dalam konteks penyedian

air minum saja. Kemudian terhadap Perda PDAM 87 pasal 12 ayat (1) Hakim memberi penafsiran bahwa PDAM hanya boleh melakukan kegiatan pinjam meminjam, hanya dalam konteks PDAM sebagai peminjam atau sebagai pihak yang berhutang itupun hanya dalam konteks yang berkaitan dengan kegiatan penyediaan air minum. Selain dari itu PDAM tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan peminjaman apapun karena bertentangan dengan spesialitasnya dibidang pengelolaan air daerah Sidoarjo.

Menanggapi penafsiran hakim terhadap pasal 5 (1) dan ayat (2) Perda PDAM 78 dan pasal 12 ayat (1) Perda PDAM 87 yang menyatakan bahwa ada sebuah salah prosedural pada peminjaman PDAM untuk Ps.Deltras. Terdapat sebuah pandangan lain terkait kesalahan prosedural ini pandangan ini didasari oleh sebuah Peraturan Bupati. Peraturan Bupati ini adalah Peraturan Bupati Sidoarjo No. 21 tahun 2006 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Delta Tirta Kabupaten sidoarjo untuk Selanjutnya disebut Perbup Organ PDAM. Dalam Bab IV Tentang Tugas Pokok dan Fungsi dari organ PDAM Sidoarjo, Tepatnya dalam pasal 5 dan pasal 6 Perbup Organ PDAM disebutkan:

Pasal 5(1) Direksi mempunyai tugas dan tanggung jawab

sebagai berikuta. Memimpin Perusahaan Daerah berdasarkan

kebijakan umum bupatib.Mengurus dan mengelola kekayaan

perusahaan daerah c. Dengan persetujuan atau pemberian kuasa

dari bupati, direksi dapat melaksanakan hal-hal sebagai berikut :1. Mengadakan perjanjian-perjanjian atas

nama perusahaan daerah2. Mengadakan pinjaman dan pengeluaran

obligasi.3. Memperoleh, memindahtangankan atau

mengelola benda tak bergerak4. Penyertaan modal dalam perusahaan lain5. Mewakili perusahaan daerah, di dalam

maupun diluar pengadilan6. Mengadakan tindakan-tindakan lain yg

dipandang perlu.j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh

bupati.

8 Philipus M Hadjon, Pengertian-pengertian dasar tentang tindak pemerintah , (Surabaya; Djumali ,1988) Hlm. 23

10

Page 11: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

Direktur UtamaPasal 6

(1) Direktur Utama mempunyai tugas dan tanggung jawab :a. Menterjemahkan kebijakan Bupati kedalam

pengelolaan perusahaan daerah;b. Melaksanakan manajemen perusahaan

daerah dengan baikc. Membina hubungan kerja yang baik dengan

instansi pemerintah swasta maupun dengan sesame perusahaan daerah air minum

d. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada bupati melalui badan pengawas.

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh bupati.

Bunyi Pasal 5 Perbup ayat (1) huruf c poin 1 disebutkan bahwa Direksi PDAM dapat melaksanakan perjanjian atas nama perusahaan daerah dengan persetujuan atau pemberian kuasa dari Bupati. Sedangkan pada huruf j disebutkan juga bahwa tugas dari Direksi adalah melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh bupati. Selanjutnya dalam pasal 6 Perbup Organ PDAM juga mengatur tentang tugas dan tanggung jawab seorang Direktur utama PDAM (Dalam perkara ini diduduki oleh H.Djayadi). Tugas untuk menterjemahkan kebijakan Bupati kedalam pengelolaan perusahaan daerah dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh bupati. ada sebuah dualisme pandangan hukum hingga menyebabkan suatu bentuk kesalahan prosedural . Bahwa disatu sisi Perda PDAM hanya mengatur prosedur bagi PDAM untuk meminjam uang. Sementara di sisi lain Perbup Organ PDAM menyatakan bahwa , Direksi PDAM atas izin bupati berhak untuk melakukan suatu bentuk perjanjian. Selain itu dalam Perbup Organ PDAM juga dinyatakan bahwa Direktur umum bertugas untuk menterjemahkan kebijakan Bupati kedalam pengelolaan perusahaan daerah dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh Bupati.

Sebagaimana diketahui bahwa Pencetusan ide pemberian dana talangan muncul dari arahan lisan Bupati Sidoarjo. Hal inilah yang menjadi poin kesalahan prosedural perkara, karena dalam sebuah proses pengelolaan keuangan Negara terutama dalam Perda PDAM bukan hanya izin dari bupati yang

diperlukan dalam memproses uang tersebut. Proses panjang untuk mengadakan perubahan APBD Sidoarjo adalah hal yang diperlukan untuk memproses pendanaan bagi Ps.Deltras.Namun Berdasarkan fakta persidangan, ide untuk menalangi memang diawali oleh statement dari Bupati Sidoarjo yang kemudian ditindaklanjuti H.Djayadi .Dan sungguh disayangkan Bupati Sidoarjo pun seakan menyadari kesalahan yang ia buat dan terkesan menutupi pernyataan “menalangi” Ps.Deltras yang ia katakan saat perkara ini berlanjut dalam persidangan.

Atas bentuk kerancuan peraturan yuridis tersebut seorang seorang ahli Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Fakultas Hukum Universitas Narotama memberi pandangan :“Secara yuridis, hukum juga bisa memiliki dualisme, karena ada aturan hukum yang bertentangan dengan aturan hukum yang lain (conflict of norm), sehingga bila orang menggunakan salah satu dasar hukum, maka dia bisa dianggap bersalah menurut hukum itu, tapi sesungguhnya dia tidak bersalah dari sudut aturan hukum yang lain. Oleh karena itu, menilai 40 persen kasus korupsi itu sesungguhnya bukanlah kasus pidana (korupsi), melainkan kasus dalam ranah hukum administrasi. Jadi, kasus korupsi jangan selalu dibawa ke ranah hukum pidana (Foult de Personele), tapi bisa merupakan kesalahan administrasi (Foult de Service), karena 40 persen disebabkan perbedaan persepsi terhadap ketentuan dalam UU, PP, dan peraturan perundang-undangan lainnya, bukan mencuri atau menikmati uang Negara melainkan hanya kesalahan prosedur.”9

Kesalahan Prosedural merupakan suatu permasalahan hukum yang seringkali ditemui dalam ranah administrasi Negara. Namun dalam ranah pidana , tindak pidana korupsi khususnya kesalahan prosedural sudah dikenal sejak rezim Soeharto. Antek-antek Soeharto seringkali mengatasnamakan “kesalahan prosedural” jika mereka tersangkut perkara korupsi. Semenjak terungkapnya banyak praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme di zaman Soeharto, regulasi Indonesia semakin diperketat dan menjadikan segala kemungkinan dan alasan untuk

9 Rusdianto, Keadilan: Hukum Sosiologis vs Hukum Positif, http://www.antarajatim.com /lihat/berita/ 83173/keadilan-hukum-sosiologis-vs-hukum-positif, diakses Pada 14 September 2013.

11

Page 12: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

menutupi sebuah tindak pidana korupsi diperkecil. Termasuk sebuah kesalahan prosedural dalam administrasi Negara.

Perbandingan salah prosedural peminjaman dana PDAM yang telah salah dalam menerapkan peraturan daerah dalam kebijakan pengelolaan dana. Akan sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan seorang koruptor yang menelan uang Negara menikmatinya sendiri dan berdalih adanya kesalahan prosedural administrasi Negara dalam perbuatannya. Kesalahan Prosedural yang dilakukan kroni Soeharto di zaman orde baru, telah menimbulkan hilangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan. Tidak bisa disamakan dengan kesalahan prosedural dalam peminjaman dana talangan PDAM untuk Ps.Deltras yang dilakukan oleh Ir.Vigit Waluyo. Deltamania Sidoarjo mendukung dan mempercayai Ir.Vigit Waluyo atas segala upaya yang dilakukannya demi menyelamatkan Ps.Deltras sebagai kebanggaan masyarakat Sidoarjo.

d. Analisa Mengenai Kerugian Keuangan Negara Atas Peminjaman Dana.

Majelis Hakim memberikan suatu pertimbangan hukum terkait kerugian keuangan Negara yang dilakukan terdakwa dengan pertimbangan yang menyatakan bahwa telah nyata adanya dana yang keluar dari Kas PDAM Delta Tirta, sebesar Rp. 3000.000.000,- sebagai dana talangan untuk Ps.Deltras Sidoarjo. Majelis hakim hanya mempertimbangkan atas terpakainya dana PDAM sebagai suatu bentuk kerugian keuangan Negara, terkesan kurang dalam menggali fakta. Bahwa selama kas PDAM tersebut dipergunakan, operasional PDAM sebagai perusahaan air minum tidak mengalami gangguan atau permasalahan keuangan apapun. Serta perlu digaris bawahi bahwa uang yang di pinjam Ir. Vigit Waluyo tsb telah dikembalikan seluruhnya beserta bunga. Dengan pengembalian dana pinjaman tersebut PDAM telah mendapat input dana tambahan 45 Juta Rupiah yang merupakan bunga dari perjanjian peminjaman dana talangan untuk Ps.Deltras tersebut. Pertimbangan hakim

kurang dalam menggali fakta hukum tersebut didasari pemahaman Bagir Manan dalam makalahnya. Ia menyatakan bahwa “Hakim acapkali terlalu menyederhanakan persoalan hukum yang dihadapi, enggan menggali secara mendalam untuk menemukan konsep yang tepat dalam upaya mencapai ketepatan maksimum dan kepuasan maksimum suatu putusan.”10.

e. Analisa Mengenai Tuntutan Rasa Keadilan Masyarakat Pecinta Bola Sidoarjo Deltamania

Kasus Posisi dalam perkara maupun fakta persidangan yang tertuang dalam putusan No. 128/Pis.Sus/2012/PN.Sby, terkait perkara tindak pidana korupsi peminjaman dana talangan telah penulis paparkan. Bahwa sebenarnya latar belakang dan sebab terjadinya peristiwa peminjaman dana talangan yang kemudian dianggap sebagai salah prosedur ini, bermula dari tuntutan dan desakan masyarakat pecinta bola Sidoarjo

Pada saat perkara peminjaman dana talangan ini dipermasalahkan oleh Kejaksaan Negeri Sidoarjo, Deltamania pun sudah menyuarakan protes keras terhadap pengusutan perkara tersebut, protes tersebut dilansir dalam berita online yang menyebutkan “Deltamania, suporter Deltras Sidoarjo meminta Kejaksaan Negeri Sidoarjo tak melanjutkan proses hukum kasus dana pinjaman dana dari Perusahaan Daerah Air Minum Sidoarjo, Selasa 24 Mei 2011. Ketua Deltamania, Saiful Bagirok meminta agar dana pinjaman itu tak dipersoalan karena tak ada kerugian negara dalam persoalan tersebut. "Dana pinjaman itu untuk menyelamatkan Deltras ,"katanya. Lantaran, saat itu Deltras tengah masuk jurang degradasi. Jika tak ada kucuran dana, diperkirakan para pemain tertekan dan tak bisa bermain lepas. Apalagi, saat itu tak ada lembaga lain yang bersedia memberikan dana pinjaman. "Kita minta bantuan ke sejumlah lembaga, tak ada yang peduli," katanya.11.

Menurut pendapat dari masyarakat pecinta bola Deltamania Ir.Vigit Waluyo adalah seseorang yang rela membantu saat melihat keluhan masyarakat

10 Bagir Manan, persepsi masyarakat mengenai pengadilan dan peradilan yang baik, Makalah Dalam Varia Peradilan Majalah Tahunan.XXII.NO.258.MEI.2007 , Jakarta Pusat Ikatan hakim Indonesia, 2007), Hlm 9

11 Eko Widianto, Deltamania : Stop Penyidikan Dana Pinjaman Deltras. http:// www.tempo .co /read/news/2011/05/24/099336455/Deltamania--Stop-Penyidikan-Dana-Pinjaman-Deltras, Diakses pada 1 Agustus 2013.

12

Page 13: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

dan terpuruknya Deltras dalam masalah pendanaan. . Sehingga sangat masuk akal saat masyarakat pecinta bola sidoarjo memprotes jaksa yang menganggap bahwa segala usaha Ir.Vigit Waluyo dianggap sebagai sebuah bentuk tindak pidana korupsi. Menilik pemahaman Bagir Manan dalam makalahnya ia memberi pandangan bahwa “ Perkembangan lain, berpendapat agar kenyataan sosial harus menjadi dasar yang dipertimbangkan oleh pengadilan dan peradilan. Hakim dapat mengesampingkan hukum apabila tidak sesuai dengan kenyataan sosial.”12. Selanjutnya ia juga memberikan penafsiran fungsi peradilan dimana “baik sebagai institusi maupun paguyuban pengadilan dan peradilan memikul tanggung jawab untuk memeriksa, memutus, dan mengelola perkara atau permohonan yang diharapkan dapat memberi kepuasan terhadap pihak yang berperkara dan sedapat mungkin mewujudkan keseimbangan dalam lalu lintas sosial yang menjamin ketentraman dan kesejahteraan sosial bagi seluruh anggota masyarakat”.13

Sungguh sangat disayangkan bahwa putusan pengadilan Tipikor pengadilan negeri Surabaya ini, tidak mencermikan rasa keadilan masyarakat. Masyarakat Sidoarjolah yang menginginkan pendanaan agar Deltras Sidoarjo dapat berlaga dalam pertandingan Indonesia Super League, dan kenyataan bahwa Deltamania juga mendukung adanya peminjaman dana talangan tersebut.

Perkara ini bukanlah suatu bentuk konspirasi dalam kesengajaan melakukan tindak pidana korupsi. Perlu adanya pemahaman yang kongkrit dalam menganalisa kasus ini, kesalahan dari subyek hukum yang melaksanakan tugas meskipun terdapat salah prosedur namun tidak mencedarai rasa keadilan masyarakat. Tindakan hukum yang salah prosedural; seharusnya menjadikan pertimbangan hakim secara khusus jika dibandingkan dengan bentuk perbuatan yang dilakukan subyek hukum atas dasar kesengajaan dan konspirasi tindak pidana korupsi yang mengakibatkan adanya kerugian Negara. Jika dalam persidangan terdapat fakta yang menyebutkan tindakan terdakwa Ir.Vigit Waluyo adalah sebuah konspirasi tindak pidana korupsi harus ada tindak tegas dan harus mendapat hukuman seberat-beratnya.

Namun harus ada pembeda ketika dihadapkan pada kasus terdakwa Ir. Vigit Waluyo selaku Pengelola Ps. Deltras, dimana perbuatan yang dilakukan terdakwa berdasar fakta hukum dalam persidangan adalah dalam rangka mengupayakan sebuah penyelamatan Ps. Deltras. Sebuah Klub sepak bola yang diakui oleh Masyarakat Sidoarjo sebagai milik Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo.

f. Mengenai Pertimbangan Hakim

Dalam perkara ini Hakim kurang bijaksana dan terkesan terjebak dalam situasional untuk menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa Ir.Vigit Waluyo. Saat memberikan pertimbangan hukum, majelis hakim hanya terpaku pada unsur-unsur dalam Undang-Undang tindak pidana korupsi, dan tidak mengindahkan situasi dan kondisi diluar formil perundang-undangan.Saat menghadapi fakta penjatuhan pidana penjara dan denda terhadap terhadap terdakwa Ir. Vigit waluyo atas kesalahan prosedural, sangat mengecewakan hati ketika mengamati kondisi hukum dengan segala formal-prosedural dan teknikalnya, yang pada dasarnya banyak melupakan sisi kebenaran materiil, keadilan substansial dan kemanusian.14

Penerapan hukum yang dapat digunakan dalam menghadapi perkara seperti ini adalah penerapan melalui teori hukum progresif. Mujahidin seorang Hakim pengadilan agama NTT menegaskan tentang keresahannya terhadap jurist Indonesia. Ia memandang bahwa hukum progresif dapat diterapkan dalam kinerja aparatur hukum Indonesia yang kurang memuaskan ini :“Kontribusi terbesar dari paradigma hukum progresif adalah menjadikan para jurist untuk menjadi sosok manusia sebenar-benar manusia, bukan manusia sebagai robot/Komputer yang berisi software hukum. Jika demikian , apa bedanya dengan computer jika dalam praktiknya para jurist sekedar mengikuti perintah dan prosedur yang tercetak dalam undang-undang? .Untuk apa bertahun-tahun susah payah dan sibuk mencetak ahli hukum jika kerjanya tinggal memencet-mencet pasal?, Jadi, paradigma hukum progresif akan mengarahkan jurist menjadi sosok

12 Bagir Manan, Op.Cit.Hlm 813 Ibid, Hlm 514 Mujahidin, Hukum Progresif: Jalan Keluar keterpurukan Hukum Indonesia, Makalah Dalam Varia Peradilan

Majalah Tahun ke.XXII.NO.257 .APRIL.2007 , (Jakarta Pusat Ikatan hakim Indonesia,2007) Hlm. 57

13

Page 14: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

yang arif-bijaksana dan memiliki wawasan komprehensif dalam mencapai kebenaran dan keadilan dalam setiap persoalan yang dihadapinya, Paradigma hukum progresif akan menjinakkan kekakuan dan kebekuan undang-undang.” 15

Seorang Hakim dalam menjatuhkan sebuah Putusan yang bijaksana bagi kemanfaatan pihak-pihak yang berperkara, juga harus menimbang berbagai dasar dan Azas Hukum Pidana Indonesia.Meskipun majelis Hakim dalam perkara Tipikor peminjaman dana talangan tetap menyatakan bahwa ada peraturan perundang-undangan yang dilanggar oleh terdakwa Ir. Vigit Waluyo. Dan pelanggaran tersebut berimplikasi pidana penjara , namun majelis hakim tetap harus memperhatikan Azas Hukum pidana seperti yang diterangkan Moeljatno : bahwa “Meskipun Barang siapa melakukan perbuatan pidana diancam dengan pidana, namun belum berarti setiap orang yang melakukan perbuatan pidana mesti dan harus dipidana”. Moeljatno menegaskan bahwa “Untuk memidana seseorang disamping melakukan perbuatan yang dilarang , dikenal Azas “Geen Straf Zonder Schuld” dalam bahasa Belanda atau “Keine Straf Ohn Schuld” dalam bahasa Jerman yang artinya “Tidak dipidana jika tak ada kesalahan”. Moeljatno menjelaskan bahwa “Azas ini adalah azas yang ada dalam hukum yang tidak tertulis, yang hidup dalam anggapan masyarakat dan tidak kurang mutlak berlakunya dari Azas yang tertulis dalam perundangan. Karena andaikata ada orang yang dipidana tanpa mempunyai kesalahan, niscahaya itu akan melukai perasaan keadilan”.16

Azas Kesalahan dalam hukum pidana dapat dinilai dari niatan atau maksud dan tujuan pelaku dalam melakukan suatu perbuatan. Dalam Perkara ini Ir.Vigit Waluyo tidak memiliki niat untuk menggerogoti dan memakan uang Negara dalam melakukan peminjaman dana PDAM. Fakta hukum berdasar isi putusan menyatakan bahwa peminjaman dilakukan untuk membantu penyelamatan Deltras dari ancaman degradasi. Sesuai dengan arahan Bupati Sidoarjo, yang kemudian menjadi dasar dalam prosedur peminjaman dana. Pinjaman dana melalui perjanjian pinjam meminjam harus dijadikan dasar pijakan bagi hakim yang memeriksa perkara, sehingga jelas niatan dari terdakwa Ir.Vigit Waluyo

untuk memohon pinjaman, bukan sebuah niatan untuk melawan hukum.

PENUTUP Simpulan

Hasil pembahasan isi putusan Pengadilan Tipikor No : 128 /Pid.Sus/2011/PN. Sby. Dapat disimpulkan bahwa peminjaman dana talangan dari Dirut PDAM Sidoarjo untuk Ps.Deltras, merupakan kesalahan prosedur. Namun di tinjau dari sisi kemanfaatan untuk masyarakat pecinta bola di Sidoarjo, maka terdapat alasan-alasan pemaaf yang patut dipertimbangkan agar putusan hakim tidak mencederai rasa keadilan masyarakat. Putusan Lepas dari segala tuntutan maupun tidak memberi penjatuhan pidana penjara selama 1 (satu) Tahun dan denda Rp. 50.000.000, adalah putusan yang lebih bijaksana. pertimbangan tersebut didasari atas fakta-fakta antara lain:

Pencetusan ide awal penalangan dana, muncul dari statement Bupati Sidoarjo Win Hendrarso. Meski dalam persidangan Bupati Sidoarjo tak mengakui arahan untuk penalangan dana. Namun 2 orang saksi dan keterangan terdakwa yang menyatakan dibawah sumpah telah menegaskan adanya statement penalangan oleh Bupati. Philipus M.Hadjon telah menyatakan bahwa keputusan secara lisan dapat menjadi dasar dari sebuah keputusan pemerintah.

Berdasarkan peraturan daerah tentang PDAM. Peminjaman dana PDAM untuk Ps.Deltras adalah sebuah kesalahan prosedural, karena tak ada pengaturan untuk pengelolaan maupun prosedur peminjaman atas dana kas PDAM. Namun dualisme hukum dari Perda organ PDAM yang menyebabkan kerancuan hukum hingga terciptanya kesalahan prosedur dalam pengelolaan dana PDAM Sidoarjo.

Kesalahan prosedur dan kesalahan prosedur yang berimplikasi korupsi memerlukan pembedaan. tidak semua kesalahan prosedur didasari oleh niat pencurian maupun penggelapan uang Negara. Selain itu kerugian Negara dalam perkara peminjaman dana talangan tidak terbukti, karena berdasarkan perjanjian hutang piutang pinjaman tersebut telah dikembalikan beserta bunganya .

Tidak ada unsur Melawan Hukum Materiil yang dilakukan oleh Ir.Vigit Waluyo, yang tercermin dalam Rasa keadilan masyarakat yang tidak

15 Ibid16 Moeljatno, Azas Azas Hukum Pidana, 1980, Hlm2-4

14

Page 15: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

diperhatikan Hakim dalam memutus perkara ini. Masyarakat Pecinta Bola Sidoarjo adalah pihak yang menghendaki adanya pendanaan bagi Ps.Deltras sebagai asset pemkab Sidoarjo yang tengah menghadapi permasalahan keuangan.

Bahwa putusan lepas dari segala tuntutan ,maupun penghapusan pidana penjara dan denda. Akan lebih membuktikan adanya suatu putusan Pengadilan yang berkeadilan dan beradab di hadapan masyarakat. Mengingat latar belakang peminjaman dana talangan ini bermula atas tuntutan masyarakat.

Saran Atas ketidaksepahaman terhadap putusan

Pengadilan Tipikor No : 128 /Pid.Sus/2011/Pn.Sby tentang korupsi karena salah prosedur , maka disarankan untuk :Memperhatikan ketentuan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 5 (1) yang menyatakan bahwa “Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.” Serta menggunakan teori hukum progresif dalam mempertimbangkan putusan perkara.

Hakim adalah corong keadilan. bukan corong Undang-Undang. Hakim adalah punggawa tertinggi keadilan di Dunia. Kearifan dan Kebijaksanaan Hakim adalah harapan pencari Keadilan. Hakim harusnya memahami bahwa Hukum selalu dinamis dan sebuah peraturan perundang-undangan bukanlah refleksi Hukum yang sebenarnya. Peraturan perundang-undangan adalah ciptaan manusia sebagai aturan yang menciptakan keteraturan dalam kehidupan bernegara. Tidak bisa dibandingkan dengan kesempurnaan hukum agama yang terlukiskan pada sebuah Kitab Suci selayaknya Al-Qur’an. Sehingga terkadang Hakim harus berani untuk berfikir “Out of the Box” aturan hukum yang ada. Hakim harus berani menciptakan Putusan Bijaksana yang memberi kemanfaatan bagi para pencari keadilan dan masyarakat yang bersangkutan baik secara langsung maupun tidak langsung dari dari suatu peristiwa Hukum. Karena Putusan Hakim adalah sebuah Cermin dan Refleksi Keadilan. Meskipun Keadilan Haqiqi hanya milik Allah SWT.

Dalam menghadapi penindakan hukum oleh Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara hukum sebagaimana perkara peminjaman dana PDAM Delta Tirta Sidoarjo. Meskipun nyata adanya kesalahan prosedur dalam mengelola keuangan Negara, tetapi perbuatan tersebut tidak mencederai rasa keadilan masyarakat. Adalah dengan memberi sebuah Putusan lepas dari segala tuntutan maupun dengan mengurangi atau menghapuskan pidana penjara dan denda terhadap terdakwa Ir.Vigit Waluyo.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Andi. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta; Sinar Grafika.

Hadjon, Philipus M. 1988. Pengertian-pengertian dasar tentang tindak pemerintah . Surabaya : Djumali.

Moeljatno.1980. Azas Azas Hukum Pidana.

TimPenyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Triwulan, Titik dan Widodo, Ismu Gunadi . 2011. Hukum tata usaha negara dan hukum acara peradilan tata usaha negara Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Mujahidin. 2007. Hukum Progresif: Jalan Keluar keterpurukan Hukum Indonesia. Makalah Dalam Varia Peradilan Majalah Tahun ke. XXII.NO. 257.APRIL.2007. Jakarta Pusat: Ikatan Hakim Indonesia.

Amiruddin dan Asikin, Zainal. 2010. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rajawali Press.

Manan, Bagir. 2007. Persepsi Masyarakat Mengenai Pengadilan Dan Peradilan Yang Baik, Makalah Dalam Varia Peradilan Majalah Tahunan.XXII. NO.258. MEI.2007 , Jakarta Pusat : Ikatan hakim Indonesia.

Umar, Dzulkifli dan Handayono, Usman. 2010. Kamus Hukum, Jakarta: Quantum Media Pers.

15

Page 16: TINDAK PIDANA KORUPSI PEMBERIAN DANA TALANGAN PDAM DELTA TIRTA SIDOARJO PADA PERSATUAN SEPAKBOLA DELTRAS SIDOARJO, SEBUAH TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN TIPIKOR NO : 128 /PID.SUS/2011/PN.SBY.

16