TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

238
TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI CAESAR DITINJAU DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM (Analisis Putusan PTUN No. 121/G/2013/PTUN Jakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: Fachriatul Fuadiah NIM: 1111045100019 KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015/1436 H

Transcript of TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Page 1: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI

CAESAR DITINJAU DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

(Analisis Putusan PTUN No. 121/G/2013/PTUN Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Fachriatul Fuadiah

NIM: 1111045100019

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015/1436 H

Page 2: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …
Page 3: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …
Page 4: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …
Page 5: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

i

ABSTRAK

Fachriatul Fuadiah. NIM 1111045100019. TINDAK PIDANA KELALAIAN

DOKTER DALAM OPERASI CAESAR DITINJAU DALAM HUKUM POSITIF

DAN HUKUM ISLAM ( Analisis Kasus Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG

Putusan Nomor 121/G/2013/ PTUN Jakarta). Konsentrasi Kepidanaan Islam.

Program Studi Jinayah Siyasah, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam

Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun 1436 H/ 2014 M. vi +94 halaman+ 1

lampiran.

Masalah utama dalam skrispi ini adalah mengenai substansi kasus tindak pidana

kelalaiam dokter dalam operasi Caesar yang terdapat dalam putusan Nomor

121/G/2013/ PTUN Jakarta yang membebaskan Dr Tamtam Otamar Samsudin

dengan memutuskan MKDKI dan KKI untuk mencabut surat Keputusan Tata Usaha

Negara yang berupa: Surat Keputusan konsil kedokteran Indonesia No

19/KKI/Kep/IV/2013 setelah sebelumnya MKDKI memutus Dr Tamtam Otamar

Samsudin dengan dicabut STR (Surat Tanda Registrasi) selama 9 bulan tidak boleh

melakukan praktik. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah Dr Tamtam

Otamar Samsudin telah/tidak melakukan tindak pidana kelalaian dalam operasi

Caesar sesuai dengan peraturan doktrin hukum positif dan hukum Islam tentang

“kelalaian”.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berarti penulis tidak

menggunakan sample. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan,

dengan objek kajian. Setelah data diperoleh penulis menganalisis secara yuridis

normatif data yang diperoleh terhadap objek kajian (Putusan Nomor

121/G/2013/PTUN Jakarta).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dr Tamtam Otamar Samsudin dalam

doktrin hukum positif tidak memenuhi tindak kelalaian dalam pasal 359 KUHP, dan

tidak memenuhi tindak pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi dalam Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran seperti yang di dakwakan

oleh MKDKI kepada Dr Tamtam Otamar Samsudin, juga tidak memenuhi unsur

kelalaian (al-Khata’) dalam doktrin hukum Islam. Hal ini dikarenakan Dr Tamtam

Otamar Samsudin tidak memenuhi unsur perbuatan lalai dan telah melakukan

pekerjaan yang benar yang sesuai dengan SOP, dan kematian pasien terbukti karena

Page 6: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

ii

terjadinnya emboli air ketuban yang mana kejadiannya sangat fatal, mendadak dan

sulit disembuhkan hingga mengakibatkan pasien meninggal dunia.

Kata Kunci: Tindak Pidana, Kelalaian Dokter, Operasi Caesar, Unsur-Unsur

Kelalaian, Emboli Air Ketuban, SOP

Pembimbing : 1. Dedy Nursamsi,SH, M. Hum

2. Qasim Arsyadani, M.A

Daftar Pustaka: Tahun 1991 s.d Tahun 2013

Page 7: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

iii

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن الله بسم

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang selalu

menganugerahkan nikmat dan karunia yang tiada terkira, solawat dan salam

semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta

keluarga, sahabat, dan seluruh ummatnya sampai akhir zaman.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ungkapan kebahagiaan dengan

penuh rasa syukur dengan terselesaikannya penyusunan skripsi sebagai tanda lulus

dan selesainya masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Dalam

penyusunan skripsi ini, banyak ditemui halangan dan hal-hal lain yang

mengganggu fokus penulis, namun dengan kesungguhan hati dan dorongan

motivasi yang tak terbatas dalam diri dan dari lingkungan sekitar penulis,

segalanya dapat dilalui. Oleh karena itu¸ penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Dra. Hj Maskufah, M. Ag selaku Ketua Jurusan Jinayah Siyasah UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Rosdiana selaku Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

5. Bapak H. Qosim Arsyadani, MA selaku Dosen Penasihat Akademik atas

nasehat dan arahannya.

6. Bapak Dedy Nursamsi, SH, M. Hum dan Bapak H. Qosim Arsyadani, MA

selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, bimbingan,

arahan, motivasi, dan semangat dalam penyusunan ini.

7. Seluruh Dosen dan staf Jinayah Siyasah, semoga ilmu yang telah Bapak dan

Ibu berikan selalu bermanfaat bagi penulis dan menjadi keberkahan di masa

yang akan datang.

Page 8: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

iv

8. Bapak KH. Helmi Abdul Mubin, LC selaku Pimpinan Pondok Pesantren

Ummul Quro al-Islami dan segenap dewan guru.

9. Teristimewa untuk bapak dan Mama tercinta, Bapak Ubadillah dan Mama Rita

Farihah yang selalu mencurahkan kasih sayang tak terhingga, serta dukungan

moril dan materil kepada penulis.

10. Adik-adikku tersayang, Faisal Kamal (Kaka Nden), dan Choirhatunnisa (Dede

Nisa).

11. Kepada jajaran pimpinan Pesantren Luhur Sabilussalam Bapak Prof. Dr. HD.

Hidayat, MA., Prof. Dr. Suwito, MA., Prof. Dr. H. Moch. Matsna HS, MA.,

dr. Muslich Idris, Lc., MA., Dr. Dede Abdul Fattah, S.Hi., M.Si., serta jajaran

pengurus Ahmad Luthfi, SS., MM., Iip Irpana, S. Pd.I., M. Rudini, Haris

Fauzi, S.Pd.I, M. Nashruddin Akhyar, S. Pd

12. Kepada Calon Suami H. Asep Anwar, S. Pd yang selalu setia memberikan

dorongan motivasi dan semangat untuk penulis selama ini, segenap

Mahasantri Pesantren Luhur Sabilussalam, serta alumni angkatan 2011.

13. Sahabat-sahabat tercinta Jurusan Jinayah Siyasah angkatan 2011 yang telah

bersama-sama berbagi ilmu dan pengalaman.

14. Semua pihak yang telah membantu, mendukung, dan memberikan dorongan

semangat dan motivasi kepada penulis dalam menjalani kegiatan akademik

dan organisasi selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terindah, dan keberkahan-Nya

selalu menyertai kita. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun

demi adanya perbaikan dalam penulisan di masa yang akan datang. Semoga

skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, 08 Maret 2015

Penulis

Fachriatul Fuadiah

Page 9: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................ iii

DAFTAR ISI....................................................................................................... v

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Yang Diharapkan................................... 9

D. Review Pustaka....................................................................... 10

E. Metode Penelitian.................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan………………………………………....13

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG KELALAIAN DAN

OPERASI CAESAR MENURUT HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM

A. Kesalahan Dalam Hukum Positif........................................... 14

1. Kesengajaan..................................................................... 16

2. Kelalaian.......................................................................... 20

a. Unsur Dan Syarat-Syarat Kelalaian........................... 21

b. Bentuk-Bentuk Kelalaian (Culpa)............................. 23

c. Kelalaian Dalam KUHP............................................ 23

d. Kelalaian Dalam Islam.............................................. 25

1) Tindak Pidana Pembunuhan................................ 28

2) Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Fisik........... 37

Page 10: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

vi

B. Operai Caesar........................................................................ 38

BAB III: PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

TENTANG KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI

CAESAR

A. kelalaian Dokter Dalam Operasi Caesar................................ 47

1. kelalaian Dokter Menurut Hukum Positif........................ 47

a. Pertanggung Jawaban Pidana Bagi Seorang Dokter... 48

b. Aspek Hukum Pidana Malpraktik Dokter.................. 50

2. Kelalaian Dokter Menurut Hukum Islam......................... 55

B. Putusan PTUN No 121/G/2013/PTUN Jakarta...................... 62

1. Kronologi Kasus............................................................... 63

2. Gugatan Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG, Terhadap

MKDKI dan KKI di PTUN.............................................. 66

3. Amar Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta..... 73

BAB IV: ANALISA PANDANGAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM

ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TATA

USAHA NEGARA NOMOR 121/G/2013

A. Analisa Menurut Hukum Positif............................................ 75

B. Analisa Menurut Hukum Islam.............................................. 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................... 87

B. Saran.............................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 91

Page 11: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

vii

LAMPIRAN.............................................................................................

Page 12: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara hukum yang berlandaskan pada pancasila, yang

mana dalam pancasila tersebut tercantum tujuan negara yang ingin memberikan

kesejahteran bagi rakyat Indonesia. Karena Indonesia negara hukum, maka hukum

harus dijadikan sandaran yang mengatur stabilitas kenegaraan, dan hukum sudah

mengatur banyak tentang kehidupan, salah satunya dalam bidang kedokteran.

Bangsa Indonesia bercita-cita sebagaimana tercantum dalam pembukaan

UUD 1945 yang menyatakan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.1

Kesejahteraan dalam bidang kesehatanpun menjadi salah satu yang sangat penting

untuk diperhatikan, sejalan dengan pesatnya perkembangan dan kemajuan yang

dicapai oleh bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi di Indonesia, maka dunia

kedokteran khususnya dalam melayani kesehatan masyarakat mengalami tuntutan

dan tantangan yang tidak kecil. Bertambahnya jumlah penduduk yang semakin

meningkat, sedangkan penyediaan sarana dan prasarana khususnya fasilitas

kesehatan dan tenaga medis masih terbatas dan tidak memadai untuk melayani

kesehatan.2

Banyak kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pentingnya

masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, termasuk di

1 Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2Teguh Sulista dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi, Jakarta:

Rajawali Press, 2011.hl 221.

Page 13: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

2

dalamnya perlindungan masyarakat yang menjadi korban kesalahan pelayanan

medis, telah banyak dikeluarkan seperti yang tertuang dalam konsideran

menimbang huruf b. Undang Undang No.29 Tahun 2004 tentang praktik

kedokteran yang dengan tegas menyatakan bahwa kesehatan sebagai hak asasi

manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan

kepada seluruh masyarakat, melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan,

yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.3

Termasuk diantaranya teknologi kedokteran bidang kandungan dan

kebidanan, salah satunya adalah dengan adanya persalinan melalui bedah caesar.

Pada awalnya, cara ini ditempuh ketika seorang ibu yang akan melahirkan telah

dinyatakan meninggal. Dengan kata lain, awalnya melahirkan dengan bedah

caesar menjadi hal yang menakutkan karena beresiko kematian atau diawali

dengan adanya kematian.

Dengan karakteristik kebutuhan dilakukannya bedah caesar, persalinan

dengan cara ini mulanya dianggap cara yang menakutkan, karena dilakukan

dengan membedah perut seorang wanita yang ingin melahirkan. Namun, seiring

dengan berjalannya waktu serta berkembangnya kecanggihan bidang ilmu

kedokteran kebidanan, pandangan tersebut kini mulai bergeser. Bedah caesar yang

ditakuti sekarang malah dianggap sebagai alternatif persalinan yang mudah dan

nyaman serta dijadikan sebagai upaya menghindari rasa takut akan sakit yang

berlebih bagi seorang wanita. Pada tahun 2007 diperkirakan 15% dari kelahiran di

seluruh dunia terjadi dengan operasi caesar. Di negara berkembang, proporsi

3 M Arief Mansur dan Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2007.hl 143.

Page 14: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

3

kelahiran dengan cara caesar berkisar 21,1% dari total kelahiran yang ada,

Sedangkan di negara maju hanya 2%.4 Adapun di Indonesia, kurun waktu 1

januari 2005 sampai agustus 2010 dari 20.591 orang melahirkan terdapat 15,3%

(3.154) melahirkan anak terakhir dengan bedah caesar.5 Ini menunjukkan cukup

tingginya angka melahirkan melalui bedah caesar.

Dalam prosesnya, operasi caesar dilaksanakan jika ada faktor-faktor yang

menyebabkan perlu dilaksanakannya ibu melahirkan dengan proses operasi caesar

tersebut. Dalam kondisi normal, ada beberapa pertimbangan dilaksanakannya

operasi caesar, seperti janin dengan presentasi bokong, kehamilan kembar, kondisi

medis ibu seperti kencing manis atau jantung dan lainnya, masalah pada janin, dan

faktor lainnya.6 Selain kondisi normal, operasi caesar terkadang dilaksanakan

dalam kondisi darurat. Yang dimaksud operasi caesar darurat adalah jika operasi

dilakukan ketika proses persalinan telah berlangsung, antara lain karena

persalinan macet atau stres pada janin.7

Selain faktor-faktor tersebut, faktor keahlian dokter dan ketersediaan alat

pendukung operasi menjadi hal yang mutlak diperhatikan. Dokter sebagai

pelaksana operasi caesar harus memiliki keahlian yang memadai, dan mampu

menggunakan alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan operasi caesar. Ini

menjadi perhatian karena pada keputusan dokterlah dilaksanakannya operasi

4Tati Suryati, analisis lanjut data riskesdas 2010) persentase operasi caesaria di indonesia

melebihi standard maksimal, apakah sesuai indikasi medis?,(Jakarta: Buletin Penelitian Sistem

Kesehatan – Vol. 15 No. 4 Oktober 2012: 331–338), h. 332

5 Ibid., h. 334

6Revina, Persalinan dengan Operasi Caesar, dipublikasikan pada situs Persalinan

Dengan Operasi Caesar http://bidanku.com/persalinan-dengan-operasi-caesar#ixzz2ydtUjTqX ,

diakses pada tanggal 12 april 2014 pukul 11.23 7. Ibid

Page 15: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

4

caesar, dan dokter pulalah yang menjadi kunci keberhasilan atau kegagalan

operasi caesar. Pada kondisi ini, dokter menjadi tumpuan utama, jika berhasil,

maka itu adalah hal yang biasa dan memang sudah menjadi hal yang wajar terjadi.

Akan tetapi, jika menemui kegagalan atau ditemukan dampak negatif setelah

dilaksanakan operasi caesar tersebut, maka dokter juga lah yang paling disorot.

Pendapat antara pro dan kontra pelayanan tenaga medis terhadap

masyarakat mulai bermunculan karena rendahnya mutu pelayanan yang diberikan

oleh dokter hingga terjadi kesalahan yang fatal terhadap pasiennya, tanggapan

yang diberikan umumnya menyangkut pada aspek yuridis perawatan medis yang

sebelumnya kurang mendapat perhatian serius dari para ahli hukum, hingga

apabila adanya suatu kecelakaan yang tidak diinginkan maka dapat menimbulkan

masalah hukum dalam pelayanan kesehatan yang dikenal dengan malpraktik.8

Maraknya pemberitaan tentang dugaan kelalaian yang dilakukan oleh

dokter pun kian menarik untuk dikaji lebih dalam, terlihat makin banyaknya

aduan masyarakat kepada MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia) karena dugaan telah terjadinya malpraktik. Dan menarik pula untuk

dikaji karena Dokter ketika melakukan suatu kelalaian ia tidak langsung diadukan

kepada Pengadilan Negri akan tetapi di proses terlebih dahulu di MKDKI,

MKDKI ini bernaung dan disahkan dalam Undang-Undang 29 Tahun 2004

Tentang praktik kedokteran dan bertugas untuk menerima aduan, memeriksa serta

memutus perkara pelanggaran disiplin kedokteran yang diajukan.

8Teguh Sulista dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi, Jakarta:

Rajawali Press, 2011.hal 223.

Page 16: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

5

Ada beberapa kondisi yang mana seorang pelaku atau seorang dokter

dikatakan melakukan kelalaian. Diantaranya si pelaku tidak sengaja melakukan

tindak pidana yang dilarang tetapi perbuatannya tersebut terjadi akibat

kekeliruannya, dan kelalaian atau tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten)

pun bisa dilakukan oleh seorang yang tidak bermaksud melakukan suatu

perbuatan dan tidak berniat melakukan suatu tindak pidana akan tetapi perbuatan

itu terjadi akibat kelalaian dan kekurang hati-hatiannya.9

Apabila dokter tersalah dalam praktiknya, ia tidak bertanggung jawab atas

kesalahannya kecuali kesalahan yang sangat fatal. Kesalahan yang sangat fatal

adalah kesalahan yang tidak diakui dan bertentangan dengan dasar-dasar ilmu

kedokteran serta tidak diakui oleh pakar ilmu kedokteran. Dan untuk menghapus

pertanggung jawaban dari dokter, dokter diisyaratkan harus mendapat izin dari

pasien, walinya, atau orang yang diserahi wasiat atasnya.10

Kasus yang penulis sajikan adalah kasus dugaan malpraktik yang

dilakukan oleh Tamtam Otamar Samsudin,dr,Sp.OG, Yang tejadi pada tahun 2011

di RS MMC. MKDKI memutus dr Tamtam dengan dicabut STR ( Surat Tanda

Registrasi) selama 9 bulan tidak boleh melakukan praktik karena terbukti

melakukan kelalaian dalam operasi. Tidak puas dengan jawaban itu dr Tamtam

mengadukan MKDKI ke PTUN, maka PTUN memutuskan MKDKI Dan KKI

untuk mencabut Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang berupa Surat keputusan

Konsil Kedokteran Indonesia No 19/ KKI/Kep/ VI/ 2013 tgl 26 Juni 2013 tentang

9 Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Pt Kharisma Ilmu: 2011) hl. 104-105.

10 Ensiklopedi Hukum Pidana Islam jilid II, ( Jakarta : Pt Kharisma Ilmu: 2011) hl. 185.

Page 17: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

6

pelaksanaan keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas dr

Tamtam.11

Beranjak dari kasus tersebut, sebagaimana telah disebutkan bahwa

Indonesia sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban

warga negaranya telah membuat tentang kedokteran, yakni UU No 36 Tahun

2009, Undang-undang No 29 Tahun 2004 tentang praktik kedoteran. Dan tindak

pidana yang dapat terkait dengan praktik kedokteran menurut kitab Undang-

undang Hukum Pidana ialah: pasal 224, 233, 242, 277, 283, 304 jo 306, 344, 347,

348, 359, 360, 361 KUHP. Ketentuan-ketentuan inilah yang menjadi referensi

utama untuk memutus suatu perkara yang berkaitan dengan kedokteran, dan

pasien yang merasa dirugikan bisa langsung melaporkan untuk diproses.12

Islam pun sebagai agama yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan

menjunjung seraya mengapresiasi kemajuan ilmu dan teknologi menempatkan

sikap strategis berkaitan dengan praktek kedokteran, berobat dan mengobati

sebagai bentuk ikhtiar. Hukum Islam yang bersifat elastis, berkembang, dan

sanggup menghadapi masalah-masalah penting dituntut untuk bisa memberikan

jawaban atas fenomena kelalaian dokter khususnya dalam operasi caesar.

Dalam Islam pembunuhan atau pelukaan termasuk kategori yang dihukum

dengan hukuman qishash. Dalam hukuman qishaspun dibagi karena ada beberapa

kategori, ada hukuman untuk tindak pidana pembunuhan sengaja, hukuman

pembunuhan menyerupai sengaja, dan hukuman pembunuhan karena kesalahan.13

11

Lembar Putusan PTUN 121/G/2013/PTUN Jakarta. 12

Nurul Latifah, pertanggung jawaban pidana dokter dalam kasus malpraktek medic

menurut KUHP, Jornal IFHA. 13

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hal.24.

Page 18: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

7

Kesalahannya Pembunuhan yang terjadi dimana pelaku tidak berniat sama sekali

untuk membunuhnya tapi pembunuhan tersebut terjadi karena adanya kesalahan

atau karena faktor kurang kehati-hatiannya si pelaku.14

sanksi qishah ada dua

macam yaitu qishas karena melakukan jarimah pembunuhan dan karena

melakukan jariman penganiayaan. Dan tidak setiap pelaku tindak pidana

pembunuhan pasti diancam sanksi qishash segala sesuatu harus diteliti lebih

dalam mengenai motivasi, cara dan faktor pendorong, dan teknis bagaimana si

pelaku melakukan jarimah tersebut.15

Penjelasan-penjelasan di atas menunjukkan bahwa kelalaian merupakan

sesuatu yang mungkin terjadi dalam kedokteran dan operasi caesar adalah bagian

dari fenomena kehidupan yang berkaitan langsung dengan mukallaf. Oleh karena

itu, perlu adanya penjelasan hukum tentang hal tersebut dan al-Qur’an sebagai

pedoman bagi seluruh umat muslim menjadi referensi pertama untuk memutuskan

suatu perkara dan menjelaskan segala aspek-aspek hukum di dalamnya termasuk

berkaitan dengan kehamilan dan proses kelahiran. Dalam penggalan ayat 15

dalam QS. al-Ahqaf (46):15 yang berbunyi:

وحمله وفصاله ثلاثىن شهرا حملته أمه كرها ووضعته كرها

Artinya:“Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada

orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan

melahirkanya dengan susah payah juga, masa mengandung dan menyapihnya

selama 30 bulan”. (QS. Al-Ahqaf (46):15)

Dalam ayat di atas dijelaskan seorang ibu hamil suka atau tidak suka akan

mengalami kondisi lemah secara fisik karena janin yang dikandungnya, baik pada

14

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: sinar grafika, 2005), hal. 175. 15

M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah,( Jakarta: Amzah, 2013) hal. 5.

Page 19: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

8

bulan pertama atau bulan-bulan sebelum melahirkan yang kondisi janin mulai

membesar dan berdampak sang ibu mulai merasa sering capek, selain secara fisik

secara psikispun ibu hamil biasanya mudah tersinggung dan sensitif apalagi pada

bulan-bulan pertama atau pada kehamilan yang tidak dikehendaki.16

Oleh karena

itu, perlu peran aktif dan dorongan semangat serta kasih sayang dari orang-orang

sekitar seperti suami dan keluarga. Selain itu, perlu peran keahlian dokter yang

memeriksa kehamilannya dari semenjak hamil pertama agar perkembangan janin

pada masa kehamilan dapat dikontrol dengan baik hingga proses kelahiran,17

meskipun harus melalui caesar.

Berangkat dari latar belakang di atas, pembahasan mengenai “Kelalaian

Dokter dalam Operasi Caesar ditinjau Dalam Hukum Positif dan Hukum

Islam (Analisis Putusan PTUN Nomor 121/G/2013/PTUN Jakarta) menjadi

hal yang menarik untuk dikaji.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar masalah yang dikaji lebih fokus dan terarah, maka penulis membatasi

masalah-masalah dalam penelitian ini pada tindak pidana kelalaian dalam operasi

caesar yang dilakukan oleh dokter dalam putusan PTUN Nomor

121/G/2013/PTUN Jakarta.

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan permasalahan

utama penelitian ini adalah sebagai berikut:

16

Kementrian Agama RI, kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an( Tafsir Qur’an Tematik

seri 5, Jakarta: Pentashihan Mushaf Al-Qur’an ,2012. hal 46. 17

Kementrian Agama RI, kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an( Tafsir Qur’an Tematik

seri 5, Jakarta: Pentashihan Mushaf Al-Qur’an ,2012. hal 46.

Page 20: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

9

1. Bagaimana ketentuan tentang operasi Caesar bisa dilaksanakan dalam

praktik kedokteran?

2. Bagaimana pengaturan tentang kelalaian dokter dalam operasi caesar

menurut hukum positif dan hukum Islam?

3. Bagaimana Putusan PTUN tentang kelalaian dokter dalam operasi caesar

dalam perkara No/ 121/ G/ 2013/PTUN Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Yang Diharapkan

1. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan, menggambarkan secara umum

mengenai tindak pidana kelalaian dokter dalam hukum Positif dan hukum Islam

sehingga dapat menjelaskan serta menguji kebenaran terhadap putusan PTUN

Nomor 121/G/2013/PTUN Jakarta.

Secara spesifik, penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui ketentuan tentang operasi Caesar dalam praktek

kedokteran bisa dilaksanakan.

b. Untuk mengetahui pengaturan tentang kelalaian dokter dalam operasi

caesar menurut hukum positif dan hukum islam.

c. Untuk mengetahui Putusan PTUN tentang kelalaian dokter dalam Operasi

Caesar dalam perkara No 121/G/2013 PTUN Jakarta

2. Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 21: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

10

a. Bagi akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan

mengenai tindak pidana kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan

khususnya kelalaian dokter dalam operasi caesar.

b. Bagi dokter/tenaga medis, penelitian dapat menjadikan dokter selaku

petugas kesehatan dapat bekerja lebih professional dan hati-hati, sehingga

terhindar dari perilaku malpraktik.

c. Bagi hakim, penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam pengambilan

keputusan terhadap kriteria-kriteria kelalaian dokter yang dapat di kenakan

sanksi pidana.

d. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi

masyarakat, terutama efek peningkatan kesadaran hukum dan membantu

memperluas wawasan keilmuan mengenai kelalaian dokter.

D. Review Pustaka yang Relevan

Sejumlah penelitian tentang skripsi ini telah dilakukan, baik yang mengkaji

secara spesifik isu tersebut maupun yang menyinggung secara umum. Berikut

paparan tinjauan umum atas sebagian karya penelitian tersebut.

1. Skripsi karya Muhammad Ilham yang berjudul Tindak Pidana Kelalaian

Dokter Yang Mengakibatkan Kematian Pasien Dalam Perspektif

Hukum Islam (analisis putusan MA Nomor 365 K/Pid/2012),Fakultas

Syari’ah Dan Hukum Universitas Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi

ini menjelaskan tentang tindak kelalaian secara umum dengan materi

analisa putusan atas kasus dugaan malpraktik yang dilakukan oleh dr.

Page 22: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

11

Dewa Ayu Sasiary Prawan, dr.Hendry Simanjuntak dan dr. Hendy Siagian,

yang terjadi pada tahun 2010 di Rumah Sakit Dr. Kandou Manado.18

2. Skripsi karya Kanina Cakreswara yang berjudul Pertanggung Jawaban

Pidana Dokter Pada Kasus Malpraktek, Fakultas Hukum Universitas

Indonesia, skripsi ini menjelaskan tentang malpraktik secara teoritis dan

pertanggung jawaban dokter dalam beberapa peraturan di Indonesia seperti

dalam KUHP, Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek

Kedokteran Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Uji Materil

Undang Undang Prakter Kedokteran.19

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian hukum normatif

karena berdasarkan hukum jenis penelitian kualitatif dari putusan pengadilan.

Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research), yakni

metode penelitian yang diperoleh di perpustakaan dengan menganalisa teori-teori

melalui pengumpulan sumber-sumber yang berkaitan dengan aspek materi yang

diteliti serta mengkaji pendapat-pendapat para ahli hukum yang terdapat dalam

buku, Undang-undang KUHP, kitab-kitab hukum fiqih, atau buku-buka lain yang

berkaitan dengannya.

18

Muhammad Ilham, Skripsi, Tindak Pidana Kelalaian Dokter Yang Mengakibatkan

Kematian Pasien Dalam Perspektif Hukum Islam (analisis putusan MA Nomor 365 K/Pid/2012),

(Ciputat: Fakultas Syari’ah dan Hukum Uin Syarif Hidayatulla, 2014). 19

Kanina Cakreswara, Skripsi, Pertanggung Jawaban Pidana Dokter Pada Kasus

Malpraktek, (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012).

Page 23: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

12

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi dokumentasi, yakni dengan mengumpulkan data-data dan sumber-sumber

relevan lainnya yang berkaitan dengan tema, objek dan masalah penelitian.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer, yaitu sumber data utama yang dijadikan rujukan tehadap

analisa putusan PTUN Nomor 121/G/2013/PTUN Jakarta yakni UU

tentang kedokteran yakni UU 36 Tahun 2009, Undang-undang No 29

Tahun 2004 tentang praktik kedokteran dan tindak pidana yang dapat

terkait dengan praktik kedokteran menurut kitab Undang-undang hukum

pidana ialah: pasal 224, 233, 242, 277, 283, 304 jo 306, 344, 347, 348,

359, 360, 361 KUHP, Al-Quran dan al-Hadis, dan sumber-sumber lain

yang relevan dengan kajian pada penelitian ini.

b. Data Sekunder, yakni data-data tambahan berupa artikel-artikel, makalah-

makalah, ataupun jurnal yang berkaitan dengan kajian yang diteliti

penulis.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis yuridis-normatif yang berarti

membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum, termasuk yang

terkandung dalam hukum Islam

Page 24: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

13

5. Metode Penulisan

Pada penelitian ini, Penulis menggunakan metode penulisan skripsi yang

mengacu pada contoh poposal serta buku pedoman penulisan skripsi Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Sistematika Penulisan

Materi laporan skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab. Bab pertama

bertajuk “Pendahuluan” akan diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Yang Diharapkan,

Review Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua bertajuk “Tinjauan Umum Tentang Kelalaian Dokter dan

Operasi Caesar”. Terdiri dari 2 (dua) sub pembahasan, yaitu: (1) Kelalaian Dalam

Hukum Positif dan Hukum Islam, (2). Operasi Caesar.

Bab ketiga bertajuk “Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Tentang

Kelalaian Dokter Dalam Operasi Caesar”, Bab ini menyajikan 2 (dua) sub

pembahasan, yaitu: (1) Kelalaian Dokter Dalam Operasi Caesar Menurut Hukum

Positif dan Hukum Islam, (2). Putusan PTUN No 121/G/2013/PTUN Jakarta.

Bab keempat bertajuk “Analisa Pandangan Hukum Positif dan Hukum

Islam Terhadap Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor 121/G/2013”.

Bab ini menyajikan 2 (dua) sub pembahasan, yaitu: (1). Analisa Menurut Hukum

Positif, (2). Analisa Menurut Hukum Islam.

Bab kelima merupakan penutup, yang berisikan kesimpulan-kesimpulan

dari kesuluruhan serangkaian pembahasaan atau permasalahan yang dipaparkan

sebelumnya, selain itu juga memuat saran-saran yang dipelukan penulis.

Page 25: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

14

BAB II

PEMBAHASAN

TINJAUAN UMUM TENTANG KELALAIAN DAN OPERASI

CAESAR MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Kesalahan dalam Hukum Positif

Dalam dunia ilmu pengetahuan hukum ada yang disebut hukum publik dan

hukum perdata. Banyak hubungan hukum yang bersama-sama unsur-unsur yang

terang masuk golongan hukum publik dan hukum perdata. Pada dasarnya, semua

hukum mengatur tingkah laku dalam masyarakat untuk keselamatan masyarakat,

dan masyarakatlah yang selalu menjadi faktor dalam segala peraturan hukum.1

Hukum publik terbagi ke dalam tiga golongan hukum. Yang pertama

adalah hukum tata negara, kedua hukum tata usaha negara, dan ketiga hukum

pidana sehingga dengan hukum perdata ada empat golongan hukum. Hukum

publik tersebut memuat banyak norma, yaitu larangan-larangan dan diantara

norma-norma itu ada yang disertai ancaman hukuman atas pelanggarannya, yang

pada pokoknya merupakan hukum pidana,2 termasuk pada seseorang jika

melakukan kesalahan. Pada dasarnya kesalahan itupun bisa terjadi dan

mengakibatkan adanya ancaman hukuman baik jika kesalahan tersebut

mengakibatkan ancaman hukum pidana, tata negara atau tata usaha negara.

1.Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, (Bandung: PT Refika

Aditama, 2003), hal.2. 2. Ibid., h.3

Page 26: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

15

Kesalahan diatur secara rinci dalam hukum pidana yang mana kesalahan tersebut

bisa terjadi karena kesengajaan atau kelalaian.

Tiada Pidana kesalahan ini adalah salah satu asas yang dianut oleh hukum

Pidana Indonesia. Dalam bahasa Belanda (geen staf zonder schuld) asas ini

mengartikan bahwa seseorang hanya dapat dihukum atas perbuatannya apabila

pada dirinya terdapat kesalahan, maka selain seseorang itu telah melakukan suatu

tindakan yang diancam pidana juga terdapat batin yang salah, sikap batin yang

salah dapat diartikan sebagai pertanggung jawaban pidana,3 atau seseorang

tersebut bisa bertanggung jawab atas apa yang dilakukan olehnya.

Ada dua jenis kesalahan dalam hukum pidana, yang petama adalah

kesengajaan dan yang kedua adalah kealpaan atau culpa. Culpa juga resmi dalam

pembentukan KUHP dikategorikan dengan kejahatan yang ada hukumannya,

walaupun hukuman itu lebih ringan dari pelaku yang melakukan tindak pidana

dengan secara sengaja (dolus).4 Kedua hal tersebut dibedakan dengan rincian

bahwa ”kesengajaan” adalah melakukan sesuatu dengan kehendak,

sedangkan“kealpaan” adalah tindakan yang dilakukan bukan didasarkan oleh

kehendak. Berkaitan dengan hal ini para pakarpun bersepakat menyatakan bahwa

tindakan kealpaan adalah bentuk dari kesalahan yang lebih ringan dari

“kesengajaan”.5

Mengenai pengertian kesalahan (schuld), oleh D. Simons dikatakan bahwa

kesalahan adalah keadaan psikis pelaku dan hubungannya dengan perbuatan yang

3 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, ( Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2013) hal. 114. 4 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana,( jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal.106-107.

5 Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal.

25.

Page 27: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

16

dilakukan sedemikian rupa, sehingga berdasarkan keadaan psikisnya tersebut

pelaku dapat dicela atas perbuatannya.6

Kesalahan dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu kesalahan psikologis dan

kesalahan normatif Kesalahan psikologis adalah kesalahan yang dilihat dari sudut

keadaan psikologis sebenarnya dari seseorang tersebut, atau apa yang sebenarnya

ada di fikirannya. Sedang kesalahan normatif adalah kesalahan dilihat dari sudut

pandang orang lain terhadap si pelaku, atau kesalahan yang dilihat dari norma-

norma hukum pidana, yaitu kesalahan dalam arti kesengajaan dan kealpaan.7

Menurut Frans Marawis, kesalahan itu terbentuk dari adanya sejumlah

unsur, yaitu pada umumnya ada tiga unsur yang dikemukakan yakni:

1) Kemampuan untuk bertanggung jawab ( toerekeningsvatbaarheid) dari

pelaku

2) Sikap batin tertentu dari si pelaku sehubungan dengan perbuatannya yang

berupa adanya kesengajaan atau kealpaan .

3) Tidak ada alasan yang menghapuskan kesalahan atau menghapuskan

pertanggung jawaban pidana pada diri pelaku.8

1. kesengajaan

Dalam Memorie Van Toelichting (MvT) menteri kehakiman sewaktu

mengajukan crimineel wetboek tahun 1881 dijelaskan bahwasanya kesengajaan itu

adalah dengan sadar berkehendak untuk melakukan suatu kejahatan tertentu (de

bewuste richting van den wil op een bepaald misdtrif). Mengenai MvT ini, Prof

6 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia( Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2013)ha.114. 7 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia( Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2013)ha.115. 8 Ibid., h. 116.

Page 28: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

17

.Satochid Kartanegara mengutarakan bahwa yang dimaksud dengan opzet willens

en weten (dikehendaki dan diketahui) jadi kesengajaan itu adalah jika seseorang

yang melakukan suatu perbuatan dengan sengaja harus menghendaki (willen)

perbuatan itu dan mengerti (weten) akan akibat dari perbuatan itu. 9

Kesengajaan telah berkembang dalam yurisprudensi dan doktrin sehingga

umumnya telah diterima beberapa bentuk kesengajaan, yaitu:

1) Sengaja sebagai maksud ( opzet als oogmerk)

Sengaja sebagai maksud adalah bentuk kesengajaan yang paling

sederhana dan mudah untuk dipahami, dalam kesengajaan bentuk ini

pelaku benar-benar menghendaki dan mengetahui ( willens dan wetens)

perbuatan dan akibatnya. Hal menghendaki dan mengetahui ini harus

dilihat dari sudut kesalahan normatif yaitu berdasarkan sifat konkrit

bagaimana orang-orang menilai apakah pada umumnya orang dalam

situasi tersebut seseorang menghendaki perbuatannya dan mengerti akan

akibatnya.10

Contohnya; dengan pistolnya Y dengan sengaja mengarahkan dan

menembakkan pistol itu dengan kehendak matinya si X.

Dengan ini bisa ditinjau yang pertama, bahwa sebagai delik formal hal

ini berarti bahwa ia sudah melakukan perbuatannya itu dengan sengaja,

dan perbuatan itu memang dikehendaki atau dimaksud demikian.

Kemudian yang kedua, ditinjau dalam segi materiil hal ini berarti bahwa

9 Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),

hal. 13. 10

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia( Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2013)hal. 122.

Page 29: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

18

akibat kematian orang lain itu memang dikehendaki atau dimaksudkan

agar terjadi.11

2) Sengaja sebagai keharusan (opzet bij noodzakelijkheids bewuatzijn)

Dalam sengaja dengan kesadaran tentang keharusan, yang bersangkutan

sebenarnya tidak sepenuhnya menghendaki apa yang terjadi, tapi si

pelaku melakukan perbuatan tersebut sebagai keharusan demi untuk

mencapai tujuan yang lain.12

Dalam referensi lain bentuk kedua ini adalah kesengajaan dengan

keinsafan pasti, yaitu si pelaku mengetahui pasti atau yakin bahwa selain

akibat yang dimaksud akan terjadi suatu akibat lain.

Contoh: X melihat arloji mahal di balik jendela kaca toko, ia ingin

mencurinya, jadi maksud sebenarnya adalah mencuri tetapi untuk dapat

mengambil atau mencuri arloji tersebut haruslah ia memecahkan kaca

jendela toko tersebut, ini bukan kehendaknya akan tetapi dengan

pecahnya kaca tersebut pencurian arloji tersebut pasti terjadi.13

Mr. M.H. Tirtamidja memberikan contoh sebagai berikut:

A mempunyai niat atau berkehandak untuk membalas dendam atas

kematian ayahnya, ia mengamil keputusan untuk membunuh si B ( si

pembunuh ayahnya) dengan cara meledakkan bom di bawah rumah si B,

si A mengetahui jika pengeboman itu terjadi ia tidak hanya menewaskan

si B akan tetapi anak dan istri si B akan ikut tewas dalam kejadian

11

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana,( jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal.98. 12

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia( Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2013)hal. 122. 13

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana,( jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal.99.

Page 30: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

19

pengeboman tersebut. Maka kematian anak istri si B merupakan

kesengajaan bentuk kedua yakni kesengajaan dengan keinsafan pasti.14

3) Sengaja Sebagai Kemungkinan (opzet bij mogelijkheids bewustzijn)

Dalam sengaja dengan kesadaran tentang kemungkinan ini si pelaku

sebenarnya tidak menghendaki terjadinya akibat itu, tapi ia sudah

mengetahui adanya kemungkinan tersebut tapi ia tetap melakukan

perbutannya dengan mengambil resiko untuk itu. 15

Dalam referensi lain

menyebutkan kesengajaan ini dengan kesengajaan dengan kesadaran

kemungkinan bahwa seseorang melakukan perbuatan dengan tujuan

untuk menimbulkan suatu akibat tertentu, akan tetapi si pelaku

menyadari bahwa mungkin akan timbul akibat lain yang juga dilarang

oleh undang-undang.16

Contoh klasik untuk bentuk kesalahan seperti ini adalah yang terkenal

dengan hoornse taart arrest atau kue tar di hoorn (keputusan Hoge Raad

tanggala 19 Juni 1911), kasusnya adalah A hendak membunuh B di Kota

Hoorn. Dari Amsterdam A mengirimkan kue tart dan di dalam kue tart

itu ia memasukan sebuah racun, A menyadari bahwa B tinggal bersama

keluarga, maka kue itupun kemungkinan dimakan oleh B beserta

keluarganya, tetapi A bersikap masa bodo terhadap kemungkinan lain

yang juga dilarang oleh Undang-Undang. Hakim memutus bahwa A

14

Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),

hal. 17. 15

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia( Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2013), hal. 123. 16

Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),

hal. 18.

Page 31: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

20

mempunyai kesengajaan membunuh B juga mempunyai kesengajaan

dengan sadar kemungkinan terhadap kematian keluarga B.17

Pengertian

dan penjelasan diatas adalah kesalahan (schuld) dalam arti luas.

2. Kelalaian

Dalam KHUPid ada juga istilah schuld dalam arti sempit ,yaitu dalam arti

kealpaan sebagaimana dapat dilihat dalam rumusan bahasa Belanda dari pasal 359

dan 360.18

Pada referensi lain culpa adalah kesalahan pada umumnya tapi dalam

ilmu pengetahuan hukum mempunyai arti teknis yaitu suatu macam kesalahan si

pelaku tindak pidana yang tidak seberat seperti kesengajaan, yaitu kurang kehati-

hatian sehingga menimbulkan yang tidak disengaja terjadi.19

Prof. Mr.D. Simons menerangkan bahwa kealpaan pada umumnya terdiri

dari dua bagian, yaitu tidak berhati-hati melakukan suatu perbuatan atau terjadi

kealpaan padahal si pelaku tersebut sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa

perbuatan itu mungkin akan timbul suatu dampak yang dilarang oleh Undang-

undang. Kealpaan ada jika seseorang tetap melakukan perbuatan tersebut

meskipun ia telah menduga akibatnya. Dan menduganya itu adalah suatu syarat

mutlak ia melakukan kelalaian, lain halnya dengan suatu akibat yang tidak dapat

diduga lebih dahulu tidak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya sebagai

kealpaan.20

17

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana,( jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 100. 18

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia( Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2013)hal.115. 19

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia, ( Bandung: PT Refika

Aditama, 2003), hal. 72. 20

Ibid,.h. 72.

Page 32: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

21

Sebenarnya dalam definisi kelalaian ini undang-undang juga tidak

memberikan penjelasannya tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan shuld

atau culpa tersebut. Di dalam Memorie Van Toelichting orang hanya sedikit

mendapat penjelasan mengenai arti culpa yang mengatakan bahwa“Schuld is de

zuevere tegenstelling van opzet aan de eene kant, van toeval aan andere zijde”

yang berarti” schuld atau culpa di satu pihak merupakan kebalikan yang murni

dari opzet, dan di lain pihak ia merupakan kebalikan dari kebetulan.”21

Berkaitan dengan kelalaian ini, ada beberapa hal yang perlu diuraikan

sebagai berikut:

a. Unsur dan Syarat-Syarat Kelalaian

Kelalaian memiliki unsur dan syarat-syarat tertentu sehingga dikategorikan

sebagai kelalaian Van Hamel menyebutkan 2 syarat:

1) Tidak adanya penduga-duga yang diperlukan (het gemis vande nodige

voorzienigheid)

2) Tidak adanya kehati-hatian yang diperlukan (het gemis van nodige

voorzichtigheid)22

Kemudian menurut H.B Vos, unsur-unsur yang dilepaskan satu sama lain

untuk membentuk kealpaan (culpa) yaitu:

1) Pelaku dapat menduga (Voorzienbaarheid) akan akibat yang akan terjadi,

ini dapat di teliti apakah si pembuat ketika berbuat apakah harusnya

menduga-duga akan akibat yang timbul atau tidak

21

P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang, Delik-Deklik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa,

Tubuh dan Kesehatan( Jakarta: Sinar Grafika, 2012) hal. 211. 22

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana,( jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 106.

Page 33: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

22

2) Pelaku berfikir bahwa akibat tidak akan terjadi karena perbuatannya,

padahal pandangan itu kemudian ternyata benar terjadi

3) pelaku sama sekali tidak mempunyai pikiran bahwa akibat yang dilarang

timbul karena perbuatannya.23

4) Pembuat tidak berhati-hati (onvoorzichtigheid). Ukuran untuk

menentukan apakah seseorang berhati-hati atau tidak, dalam artian

apakah rata-rata orang yang disekemampuan dengan terdakwa dalam

keadaan yang sama akan berbuat yang sama atau tidak dan jika

melakukan yang tidak sama maka ia telah melakukan yang tidak berhati-

hati. Dengan demikian, yang menjadi tolakukur bukanlah orang pada

umumnya tapi orang dari lingkungan terdakwa, jadi perlulah diperhatikan

antara lain dari pekerjaan atau keahliannya.

Jika seorang dokter terbukti melakukan kelalaian atau tidak

melakukan pengobatan sesuai dengan standar pengobatan maka dokter

tersebut bisa digugat dengan pengajuan gugatan ke MKDKI (Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia) yang di dalamnya terdapat

para ahli dokter yang bertugas untuk memeriksa dan memberikan

keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter dan

dokter gigi.

Contoh: jika ia seorang dokter maka ukuranya adalah rata-rata

dokter dilingkungan terdakwa atau sekemampuan dengan terdakwa, jika

rata-rata dokter tersebut dalam keadaan yang sama seperti yang dihadapi

23

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia( Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2013) hal.126.

Page 34: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

23

terdakwa akan berbuat hal yang sama, maka dikatakan bahwa si pelaku

sudah cukup berhati-hati,24

dan tidak melakukan kelalaian. Adapun

praktik kedokteran ini telah diatur dalam Undang-undang No 29 Tahun

2004 tentang praktik kedokteran.

b. Bentuk- Bentuk kelalaian( Culpa)

Pada umumnya kealpaan (culpa) dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:

1) Kealpaan dengan kesadaran (bewuste schuld). Dalam hal ini si pelaku

sudah membayangkan atau menduga akan timbulnya suatu akibat, tetapi

walaupun ia sudah berusaha mencegah timbul juga suatu akibat tersebut.

2) Kealpaan tanpa kesadaran (onbewuste schuld). Dalam hal ini si pelaku

tindak membayangkan atau mengetahui, atau menduga akan akibat dari

suatu perbuatan tersebut hingga menimbulkan akibat yang dilarang oleh

undang-undang, sedangkan seharusnya ia sudah mempertimbangkan

suatu akibat dari perbuatannya tersebut.25

Berdasarkan bentuk di atas, maka faktor subjektif si pelakulah yang

menentukan jenis kesalahan, apakah dolus atau kealpaan yang disadari, dan hal ini

dapat diformulasikan dari keterangan si pelaku yang mengungkapkan

pertimbangannya mengapa ia melakukan tindakan tersebut.

c. Kelalaian dalam KUHP

Dalam ilmu hukum pidana Culpa lata (kealpaan berat) dan culpa levis

(kealpaan ringan). baik dalam ilmu hukum pidana maupun yurisprudensi ada

24

Ibid., h.129. 25

leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),

hal. 26.

Page 35: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

24

kecendrungan pandangan bahwa yang dapat dipidana adalah culpa lata (kealpaan

berat). Dalam dakwaan karena kealpaan mengakibatkan matinya orang lain (pasal

359 KUHPid), Hode Raad memberikan pertimbangan bahwa kealpaan (culpa)

yang karena perbuatannya dapat dipidana tidak hanya karena sikap kekurang hati-

hatian akan tetapi juga mencakup sikap tidak berhati-hati atau kecerobohan yang

kasar dan juga tercela.26

Ketentuan dalam KUHP Tentang kealpaan diatur dalam Pasal 359 yang

berbunyi:

“Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang, diancam dengan

pidana penjara paling lama lima tahun kurungan paling lama satu tahun”.

Dan ketentuan tentang kelalaian yang menyebabkan orang luka berat diatur dalam

Pasal 360 yang berbunyi:

1) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat

luka-luka berat, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau

kurungan paling lama satu tahun.

2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang

lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan

menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu,

diancam dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau pidana

kurungan paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. 27

Pasal-pasal ini pada Tahun 1960 telah diubah oleh Undang-undang No 1

Tahun 1960 dengan dinaikkan ancaman pidana karena makin banyak kecelakaan

lalu lintas yang menyebabkan orang lain luka atau mati, sedangkan ancaman

pidananya terlalu ringan.28

Pada sebelumnya tindak pidana karena salahnya

menyebabkan meninggalnya orang lain itu oleh pembentuk undang-undang telah

26

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia( Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2013)ha.130. 27

Andi Hamzah, KUHP Dan KUHAP,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 139. 28

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana,( jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 108.

Page 36: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

25

diatur dalam pasal 359 KUH yang rumusannya di dalam bahasa Belanda

berbunyi;

“hij aan wiens schuld de dood van een ander Te wijten is, wordt gestratft met

gevangesnisstraf van ten hoogste een jaar of hechtenis van tEn hoogste negen

maanden”

yang artinya: “ Barang siapa karena salahnya menyebabkan meninggalnya orang

lain dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya satu tahun atau dengan

pidana kurungan selama-lamanya sembilan bulan.”29

Pasal-pasal KUHP mengenai tindak pidana yang termasuk golongan

“kejahatan” atau misdrijven termuat dalam buku II KUHP selalu mengandung

unsur “kesalahan” dari pihak pelaku tindak pidana, yaitu kesengajaan atau culpa,

kemudian terdapat pula beberapa pasal yang menyebutkan culpa misalnya pasal

490 ke-3 KUHP yang mengancam dengan hukuman pidana seseorang yang tidak

menjaga sepantasnya agar hewan galak ada di bawah pengawasannya tidak

membahayakan.30

d. Kelalaian dalam Islam

Hukum pidana Islam merupakan terjemahan dari kata fiqh jinayah. Fiqh

jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana yang dilakukan

oleh orang-orang mukallaf, sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum

yang terperinci. Tindakan kriminal yang dimaksud adalah tindakan-tindakan

29

P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang, Delik-Deklik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa,

Tubuh dan Kesehatan( Jakarta: Sinar Grafika, 2012) hal. 209. 30

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia, ( Bandung: PT Refika

Aditama, 2003), hal. 75.

Page 37: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

26

kejahatan yang mengganggu ketentraman umum serta tindakan melawan

peraturan perundang-undangan yang bersumber dari al-qur’an dan hadis.31

Dalam pembahasan fiqh jinayah yang jadi objek utama kajiannya meliputi

tiga masalah pokok, yaitu sebagai berikut:

1) Jarimah qishas, arti qishas dikemukakan oleh al-Jurjani yaitu

mengenakan sebuah tindakan kepada pelaku persis seperti tindakan yang

dilakukan oleh pelaku tersebut kepada korban.32

Jarimah qhisas terdiri

atas:

a) Jarimah pembunuhan

b) Jarimah penganiayaan

2) Jarimah hudud (larangan atau pencegahan) yang terdiri atas:

a) Jarimah zina

b) Jarimah qadzf (menuduh muslimah baik-baik berzina)

c) Jarimah syurbul khamar (meminum minuman keras)

d) Jarimah al-baghyu (pemberontakan)

e) Jarimah al-riddah (murtad)

f) Jarimah al-sariqah (pencurian)

g) Jarimah al-hirabah ( perampokan)

3) Jarimah ta’zir, yakni semua jenis jarimah atau tindak pidana yang tidak

secara tegas diatur oleh al-qur’an atau hadis. Jadi dalam segi aturan,

31

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hal. 1. 32

M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah,( Jakarta: Amzah 2013), hal. 4.

Page 38: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

27

teknis dan bagaimana pelaksanaannya ditentukan oleh penguasa, atau

pemerintah setempat.33

Berkaitan dengan operasi caesar, tindak pidana kelalaian yang mungkin

adalah tindak pidana pembunuhan atau pelukaan Oleh karena itu termasuk dalam

kategori jarimah qishas. Secara etimologis qhisas berasal dari kata صم -صل –

اصصل yang berarti mengikuti, menulusuri jejak atau langkah. Hal ini عثتـت

berdasarkan firman Allah dalam Q.S al-Kahfi (18): 64 sebagai berikut:

ا لصصا ثغلال رنك يا كا ﴾٤﴿انكف: فاستذا عهى آثاس

Artinya: “Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali,

mengikuti jejak mereka semula”.(Q.S al-Kahfi (18): 64)

Sedang secara terminologi qhisas adalah membalas atau menghukum pelaku

seperti apa yang telah dia lakukan, nyawa dengan nyawa dan anggota tubuh

dibalas dengan anggota tubuh. Dengan demikian nyawa pelaku pembunuhan

dapat dihilangkan karena pernah menghilangkan nyawa korban atau pelaku

penganiayaan boleh dianiaya karena ia pernah menganiaya korban.34

Sebagaimana

telah disebutkan bahwa jarimah qishas diberikan karena adanya tindakan

pembunuhan atau tindakan pelukaan, berikut penjelasan yang berkenaan dengan

pembunuhan dan pelukaan.

Dengan demikian, pembahasan berkaitan operasi caesar fokus pada jarimah

qishas yang terdiri dari pembunuhan dan pelukaan.

33

M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, ( Jakarta: Amzah 2013), hal.4. 34

Ibid., h. 5.

Page 39: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

28

1. Tindak Pidana Pembunuhan

Tindakan pembunuhan apabila disengaja dan bersifat menganiaya (tanpa

alasan yang dibenarkan ) merupakan sebuah kejahatan yang sangat berat dan si

pelaku berhak mendapatkan hukuman dunia dan akhirat, yakni qhisas dan neraka

jahanam. Karena pembunuhan adalah sebuah bentuk penganiayaan dan

pelanggaran terhadap ciptaan Allah Swt. Dalam al-Qur’an banyak sekali

pengharaman tindakan pembunuhan diantaranya dalam Q.S al-Isra’ (17): 33: 35

ئنا تانحك نا تمتها انفس انت سهطاا فها سشف حشو انه ن ا ن ي لتم يظهيا فمذ جعه

يصسا ] ف انمتم كا [:٣ئ

Artinya: ”dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. dan Barangsiapa

dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan

kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam

membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.”( Q.S

al-Isra’ (17):33)

Para ulama mendefinisikan pembunuhan dengan suatu perbuatan manusia

yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Sebagian fuqaha

mengkategorikan pembunuhan itu menjadi dua kategori yakni, pertama adalah

pembunuhan sengaja dan kedua adalah pembunuhan kesalahan. Pembunuhan

sengaja adalah suatu perbuatan dengan maksud menganiaya dan mengakibatkan

hilangnya nyawa orang yang dianiaya, dan yang dimaksud dengan pembunuhan

kesalahan adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian akan tetapi tidak

35

Wahbah Az-Zuhaili, penerjemah, Abdul Hayyie al-Kattani ,Fiqh Islam Wa Adillatuhu,

( Jakarta : Gema Insani, 2011)Jilid 7, hal 542.

Page 40: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

29

disertai niat penganiayaan. Pendapat ini dipegang teguh oleh imam Malik

berdasarkan ayat Q.S an-Nisa (4) : 92-93:36

أ متم يإيا ئنا خطأ إي ن ة يا كا دة يسه ي لتم يإيا خطأ فتحشش سلثة يإية

ئنا أ صذلا ه فتحشش سلثة يإية ئنى أ يإي نكى و عذ ي ل فا كا ئ كا

ت كى و ت تحشش سلثة يإيةي ل ه ة ئنى أ ى يثاق فذة يسه نى جذ فصاو ف

ذا فجزاؤ ي متم يإيا يتع ا ﴿٢﴾ ا حك عه انه كا انه تة ي ت يتتاتع ش ش

ا ﴿٢﴾ عزاتا عظ أعذ ن نع عه غضة انه ا ى خانذا ف ج

Artinya:“ dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin

(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh

seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba

sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya

(si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si

terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan

kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada

keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.

Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh)

berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan

adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksan dan Barangsiapa yang

membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam,

kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta

menyediakan azab yang besar baginya.”( Q.S an-Nisa (4):92-93)

Sedang menurut ulama Hanafiah mengakategorikan menjadi 5 macam

bagian pembunuhan. Yaitu disengaja atau terencana, mirip disengaja, tersalah,

pembunuhan yang berlaku seperti pembunuhan tersalah, dan yang terakhir adalah

pembunuhan dengan sebab.37

Pembunuhan sengaja menurut ulama Hanafi adalah

pelaku pembunuhan yang sengaja dan menghantam orang lain dengan senjata,

36

A. Djazuli, Fiqh Jinayah(Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam,( Jakarta;

Raja Grafindo Persada, 1997). Hal 122. 37

Wahbah Az-Zuhaili, penerjemah, Abdul Hayyie al-Kattani ,Fiqh Islam Wa Adillatuhu,

( Jakarta : Gema Insani, 2011)Jilid 7, hal. 546-547.

Page 41: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

30

karena sengaja maknanya adalah adanya maksud atau niat dan ini adalah sesuatu

yang tersembunyi yang tidak mungkin bisa dilihat kecuali dengan cara dideteksi

dengan berdasarkan sesuatu yang dapat menunjukan maksud tersebut yaitu

penggunaan alat-alat mematikan dan alat dijadikan barometer yang menunjukan

adanya maksud tersebut38

Pembunuhan mirip sengaja ialah sipelaku memang sengaja memukul orang

lain dengan sesuatu yang bukan senjata dan niat memukulnya itu adalah untuk

memberi pelajaran. Jadi dalam pembunuhan jenis ini si pelaku tidak berniat untuk

membunuh hanya berniat untuk memberi pelajaran akan tetapi ketika dipukul

seseorang tersebut meninggal, disini tidak ada niat sengaja ingin menganiaya akan

tetapi pembunuhan itu terjadi maka dikategorikan pembunuhan mirip sengaja atau

semi sengaja.

Pembunuhan tersalah ialah si pelaku sama sekali sengaja dan tidak

bermaksud untuk membunuh. Dalam pembunuhan tersalah ini dibagi atas 2

macam, yaitu pertama adalah pembunuh tersalah karena kesalahan maksud atau

dugaan pelaku, dan kedua pembunuh tersalah karena kesalahan pada tindakannya

itu sendiri.

Kemudian pembunuhan yang diberlakukan seperti pembunuhan tersalah

yaitu pembunuhan yang terjadi karena sesuatu yang dimaklumi dan dimaafkan

secara syara’ sedang pembunuhan dengan sebab adalah pembunuhan secara tidak

38

Wahbah Az-Zuhaili, penerjemah, Abdul Hayyie al-Kattani ,Fiqh Islam Wa Adillatuhu,

( Jakarta : Gema Insani, 2011)Jilid 7, hal. 546.

Page 42: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

31

langsung yaitu pembunuhan terhadap seseorang secara tidak langsung atau ada

perantara sebab yang menjadikan seseorang tersebut terbunuh.39

Menurut mayoritas ulama Syafi’iyyah dan Hanabillah, pembunuhan itu ada

tiga macam, yakni:

1) Pembunuhan sengaja, adalah pembunuhan dengan maksud untuk

menghilangkan nyawa orang lain.

2) Pembunuhan semi sengaja, adalah pembunuhan perbuatan penganiayaan

terhadap seseorang akan tetapi bukan dengan maksud untuk

membunuhnya.

3) Pembunuhan karena kesalahan, ada tiga macam pembagian yaitu:

a) Bila pelaku pembunuhan sengaja melakukan suatu perbuatan dengan

tanpa maksud melakukan suatu kejahatan, akan tetapi mengakibatkan

meninggalnya seseorang, kesalahan seperti ini adalah salah dalam

perbuatan.

b) Bila pelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat

membunuh seseorang yang disangkanya boleh dibunuh, ternyata

setelah dibunuh orang tersebut tidak boleh dibunuh,

c) Bila pelaku tidak bermaksud membunuhnya tetapi akibat kelalaiannya

dapat menimbulkan kematian seseorang. 40

Bisa dilihat dari definisi yang dikemukakan bahwa pembunuhan karena

kesalahan, sama sekali tidak ada unsur kesengajaan untuk melakukan perbuatan

yang dilarang atau yang menimbulkan akibat hukum, dan tindakan yang dilarang

itu terjadi bukan karena berniat melakukan tindakan tersebut, melainkan terjadi

karena kekurang hati-hatiannya sipelaku atau karena kelalaiannya sipelaku. 41

Para fuqaha memberikan alasan tentang sanksi atas pembunuhan karena kesalahan

berkenaan dengan masalah ini, mereka menetapkan 2 prinsip, yakni:

1) Setiap orang yang membawa kemadharatan terhadap orang lain harus

bertanggung jawab. Dan ia harus menghindarkannya, seseorang dianggap

39

Wahbah Az-Zuhaili, penerjemah, Abdul Hayyie al-Kattani ,Fiqh Islam Wa Adillatuhu,

( Jakarta : Gema Insani, 2011)Jilid 7, hal 547. 40

A. Djazuli, Fiqh Jinayah(Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam,( Jakarta;

Raja Grafindo Persada, 1997). Hal 123. 41

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 143.

Page 43: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

32

mampu mencegahnya, jika ia tidak dapat mencegahnya secara mutlak,

maka ia tidak patut diberikan sanksi.

2) Segala perbuatan yang tidak diizinkan secara syara’ dan perbuatan itu

dilakukan juga tanpa ada keadaan darurat yang nyata, maka pelakunya

dianggap melakukan kesengajaan dan harus mempertanggung jawabkan

akibat, baik sipelaku mampu mencegahnya atau tidak.42

Dari tiga jenis tindak pidana pembunuhan tersebut yang diberi sanksi

hukuman qishas adalah pembunuhan yang berkategori pembunuhan sengaja, dan

dua kategori pembunuhan lainnya diberi sanksi diyat yakni diyat mukhaffafah

dengan membayar 100 ekor unta yang terdiri dari 20 ekor unta yang berumur 0-1

th, 20 yang berumur 1-2, 20 yang berumur 2-3, 20 yang berumur 3-4, dan 20 yang

lain berumur 4-5 th. Demikian pula bagi pembunuh sengaja jika ia mendapat maaf

dari keluarga sikorban diharuskan membayar diyat mughallazah berupa 100 ekor

unta 40 diantaranya adalah unta khilfah atau unta yang sedang hamil.43

Sedang

dalam kitab fathul qorib dijelaskan bahwa diyat bagi pembunuhan sengaja adalah

100 ekor unta, 30 diantaranya adalah unta hiqqah (unta yang berumur 3-4 tahun),

30 unta jadz’ah (unta yang berumur 4-5 tahun), dan 40 unta khilfah (unta yang

sedang bunting).44

Sanksi hukuman bagi sesesorang yang melakukan tindak pidana sengaja,

ulama bersepakat menetapkan tiga kategori hukuman, yaitu hukuman pokok,

42

A. Djazuli, Fiqh Jinayah(Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam,( Jakarta;

Raja Grafindo Persada, 1997). Hal 134. 43

M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah,( Jakarta: Amzah 2013), hal.7. 44

Ibnu Qosim al-Ghazi, Fathul Qorib al-Mujib

Page 44: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

33

hukuman cadangan pengganti pokok, dan hukuman konsekuensi.45

Fuqaha

sepakat bahwa pelaku pembunuhan dengan sengaja terkena ancaman tiga hal.

Pertama adalah dosa besar berdsarkan ketetapan yang telah diterangkan dalam

Q.S An-Nisa(4) : 93 yaitu:

اا ومن يقتل مؤمنا متعمدا فجزاؤه جهنم خالدا فيها وغضب اللو عليو ولعنو وأعد ل و ع

عظيما ﴿٣٩﴾

Artinya:“dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja

Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka

kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”(Q.S

an-Nisa (4): 93)

Kedua dihukum dengan hukuman qishas berdasarkan Q.S al-Baqoroh(2): 178

yang artinya:

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan

dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,

hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang

mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan)

mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar

(diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian

itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa

yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.”(Q.S

al-Baqoroh (2): 178)

Ketiga adalah terhalangnya dalam mendapatkan warisan,46

berdasarkan

hadis:

انذاسلط ( انسائ ا ئ ) س ش اث ش ان س نهماتم ي ن

Artinya:"Tidak ada bagian warisan sedikitpun bagi seseorang pembunuh "47

45

Wahbah Az-Zuhaili, penerjemah, Abdul Hayyie al-Kattani ,Fiqh Islam Wa Adillatuhu,

( Jakarta : Gema Insani, 2011)Jilid 7, hal. 589. 46

M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah,( Jakarta: Amzah 2013), hal.7 47

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 172.

Page 45: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

34

Sedang hukuman bagi menyerupai sengaja adalah hukuman pokok atau

pengganti dan hukuman tambahan untuk hukuman pokok atau pengganti yaitu

diyat dan kaffarat sedang hukuman tambahan adalah ta’zir seperti pencabutan hak

waris. Pembunuhan menyerupai sengaja ini ditetapkan membayar diyat

mughallazah sebagai hukuman pokok hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan

oleh Abu Dawud, Nasa’i dan ibnu Majah dari Abdullah ibn Amr Ibn Ash, bahwa

Rasulullah Saw bersabda:

ا ادنا اطت ف عتسا اي متاان ي ةا ئي ذعان ثش أطخان ةد ا انا

د تا جشخ) ا اجي ات ائسان دا ا (ثح تا ححص

Artinya: “ingatlah sesungguhnya diat kekeliruan atau menyerupai sengaja adalah

yaitu pembunuhan dengan cambuk atau tongkat adalah seratus ekor unta,

diantaranya empat puluh ekor unta yang sedang hamil”.48

Diyat bagi pembunuhan sengaja dan semi sengaja sama saja dari segi jenis,

kadar, maupun pemberatanya hanya berbeda dalam hal tanggung jawab dalam

waktu pembayarannya yakni jika pembunuhan semi sengaja adalah tiga tahun

sejak meninggalnya korban, (menurut imam Syafi’i Dan Ahmad) sedang menurut

imam Abu Hanifah adalah mulai dijatuhkannya vonis atas pembunuhan.49

Sedang kaffarat bagi pembunuhan semi sengaja menurut jumhur ulama

selain Malikiyah diberlakukan, dan kaffarat dalam pembunuhan semi sengaja ini

adalah hukuman pokok kedua yakni memerdekakan budak, dan jika tidak

ditemukan budak, maka diganti dengan puasa dua bulan berturut-turut.50

Yang

terakhir hukuman bagi pembunuhan semi sengaja adalah hukuman ta’zir, apabila

48

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 172 49

A. Djazuli, Fiqh Jinayah(Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam,( Jakarta;

Raja Grafindo Persada, 1997). Hal 146. 50

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 174.

Page 46: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

35

hukuman diyat gugur karena pengampunan atau lainnya maka hukuman diganti

dengan hukuman ta’zir. Hakim diberi kewenangan nuntuk menentukan jenis

hukumannya sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Pendapat ini

adalah menurut ulama Malikiyah sedangkan jumhur fuqaha berpendapat bahwa

dalam hal ini masalahnya diserahkan pada hakim untuk memilih antara memberi

hukuman ta’zir pada pelaku ataukah tidak. 51

Dalam hukuman bagi seorang yang melakukan pembunuhan semi

sengajapun terdapat hukuman tambahan sama seperti dalam hukuman

pembunuhan sengaja yakni hapusnya hak waris dan wasiat. Hal ini berdasarkan

Hadis riwayat Amr Ibn Syuaib bahwa Nabi Saw bersabda:

) س ئش اث شان ي ماتمهن سن (طلاسانذ ائسان ا

Artinya:"Tidak ada bagian warisan sedikitpun bagi seseorang pembunuh "52

Menurut imam Abu Hanifah, pembunuhan yang dapat menghalangi hak

waris bagi si pembunuh adalah pembunuhan sengaja, mirip sengaja, dan

kesalahan dan dengan syarat si pembunuh melakukan pembunuhan secara

langsung, ada i’tikad tidak baik, berakal dan adanya permusuhan. Akan tetapi jika

pembunuhan terjadi karena mempertahankan diri, maka hak waris tidak terhalang

baginya. Sedangkan menurut imam Malik yang menghalangi hak waris hanya

bagi pembunuhan sengaja saja tidak untuk kategori lainnya. Dan yang terakhir

51

Wahbah Az-Zuhaili, penerjemah, Abdul Hayyie al-Kattani ,Fiqh Islam Wa Adillatuhu,

( Jakarta : Gema Insani, 2011)Jilid 7, hal. 660. 52

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 172.

Page 47: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

36

menurut imam Syafi’i semua jenis pembunuhan menghalangi hak waris, baik

langsung maupun dengan sebab.53

Sedang dalam hukuman karena kesalahan, kesepakatan fuqaha adalah tidak

ada hukuman qishas di dalam pembunuhan tersalah dan yang serupa dengannya,

hanya ada dua sanksi hukuman saja yakni diyat mukhaffafah dan kaffarat dan

hukuman konsekuensi berupa terhalangnya dari mendapat hak atas waris. Adapun

puasa adalah salah satu dari dua bentuk kaffarat yang dinashkan dalam al-qur’an

pada ayat yang menjelaskan tentang sanksi hukuman tersalah yaitu dalam Q.S an-

Nisaa (4): 92: 54

أ متم يإيا ئنا خطأ إي ن ة يا كا دة يسه ي لتم يإيا خطأ فتحشش سلثة يإية

ئنا أ صذلا ه فتحشش سلثة يإية ئنى أ يإي نكى و عذ ي ل فا كا ئ كا

ت كى و ت تحشش سلثة يإيةي ل ه ة ئنى أ ى يثاق فذة يسه نى جذ فصاو ف

ا ﴿٢﴾ ا حك عه انه كا انه تة ي ت يتتاتع ش ش

Artinya: “dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin

(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh

seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba

sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya

(si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si

terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan

kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada

keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.

Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh)

berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan

adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(Q.S an-Nisaa (4): 92)

Adapun diyat mukhaffafah untuk kasus pembunuhan tersalah dan

sejenisnya adalah dua puluh unta hiqqah, dua puluh unta jadza’ah ( unta betina

yang sudah berumur memasuki lima tahun), dan dua puluh unta bintu makhadh

53

A. Djazuli, Fiqh Jinayah(Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam,( Jakarta;

Raja Grafindo Persada, 1997). Hal. 144. 54

Wahbah Az-Zuhaili, penerjemah, Abdul Hayyie al-Kattani ,Fiqh Islam Wa Adillatuhu,

( Jakarta : Gema Insani, 2011)Jilid 7, hal. 662.

Page 48: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

37

(unta yang genap berumur satu tahun), dua puluh ekor unta bintu labun (unta yang

berumur dua tahun), dan dua puluh ekor unta bintu makhadh jantan (unta jantan

yang sudah memasuki usia dua puluh tahun).

2) Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Fisik

Kejahatan terhadap fisik adalah setiap bentuk kejahatan terhadap tubuh

manusia yang berupa pemotongan suatu anggota tubuh, pelukaan atau pemukulan,

sementara si korban masih tetap hidup. Kejahatan terhadap fisik menurut

Hanafiyah dan Malikiyyah, ada dua; yaitu: secara sengaja dan tersalah. Kekerasan

fisik sengaja adalah seseorang memang sengaja dengan maksud untuk melukai

dan menganiaya korban. Sedangkan kekerasan fisik tersalah adalah tindakan yang

dilakukan sengaja oleh pelaku namun tidak ada maksud untuk mencederai atau

melukai si korban.55

Hukuman tindak kejahatan terhadap fisik tersalah adalah diyat dan urys.

Diyat di sini adalah diyat penuh dan urys adalah dibawah diyat penuh. Sedang

kejahatan fisik sengaja sanksinya berbacam-macam tergantung pada jenis

pelukaan, cara dan bagian tubuh yang mana yang dilukai, menjadi penentu

hukuman bagi si pelaku.56

Kekerasan fisik sengaja ada yang berupa pemotongan anggota tubuh al-

athraaf atau anggota tubuh kehilangan fungsinya, dan adakalanya berupa

pelukaan yang biasanya disebut al-jiraah atau pada kepala dan muka yang disebut

dengan asy-syijaaj. Untuk hukuman tindak kekerasan yang berupa pemotongan

anggota tubuh adalah qishas atau diyat dan ta’zir, untuk hukuman kekerasan yang

55

Wahbah Az-Zuhaili, penerjemah, Abdul Hayyie al-Kattani ,Fiqh Islam Wa Adillatuhu,

( Jakarta : Gema Insani, 2011)Jilid 7, hal.663. 56

Ibid

Page 49: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

38

berupa penghilangan fungsi anggota tubuh adalah diyat dan urys, sedang untuk

hukuman untuk kekerasan fisik berupa pelukaan adalah hukuman qishas atau

urys.57

B. Operasi Caesar

Melahirkan adalah keutamaan dan anugerah kemampuan dari Allah SWT

yang diberikan kepada seorang wanita. Dinyatakan sebagai anugerah karena

dengan melahirkan, terlahirlah generasi-generasi penerus peradaban, generasi

penerus sejarah kehidupan. Oleh karena itu, melahirkan yang didahului dengan

kehamilan adalah sesuatu yang sangat penting bagi seorang wanita, baik secara

fisik maupun mental, sehingga melahirkan adalah sebuah pengalaman yang

mendalam dan tak terlupakan. Bahkan tidak sedikit persalinan digambarkan

dengan perasaan kegembiraan atas suatu prestasi, meskipun pengalaman wanita

lain termasuk trauma, takut, atau sakit yang sampai meregang nyawa.

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,

rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran

hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang

mencapai 228 per 100 ribu.58

Dengan data tersebut, dapat dikatakan bahwa

melahirkan memang memiliki resiko yang cukup tinggi. Oleh karena itu, ketika

akan melahirkan, seorang harus dalam kondisi terbaik demi keselamatan dan

kelancaran persalinan.

57

Wahbah Az-Zuhaili, penerjemah, Abdul Hayyie al-Kattani ,Fiqh Islam Wa Adillatuhu,

( Jakarta : Gema Insani, 2011)Jilid 7, hal 665. 58

http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/25/15/787480/data-sdki-2012-angka-

kematian-ibu-melonjak, diakses pada tanggal 10 oktober 2013 pukul 5.24.

Page 50: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

39

Maka ibu yang akan melahirkanpun harus dalam keadaan sehat, untuk bisa

melalui persalinan dengan cara persalinan normal. Sehat adalah suatu keadaan

yang mana fisik merasa sejahtera, mental serta sosial yang utuh bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan, akan tetapi sehat dalam segala aspek termasuk

dalam aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

59

Tanda-tanda kehamilan wajar dirasakan oleh seorang perempuan yang

sedang hamil seperti berhenti mendapatkan haid, morning sickness yang akan

dirasakan hingga bulan ke tiga, sering kencing, perut bertambah besar, payudara

bertambah besar, topeng kehamilan atau khloasma gravidarum (daerah-daerah

yang berwarna gelap pada wajah, payudara, dan perut), dan akhirnya kira-kira

pada bulan ke lima bayi dalam perut akan bergerak-gerak.60

Dalam proses melahirkan ada beberapa cara dokter untuk mengeluarkan

sang jabang bayi keluar dari perut ibunya, yaitu seperti persalinan normal, caesar,

atau proses kelahiran lainnya. persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada

letak belakang kepala dengan ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak

melukai ibu dan bayi.61

Sedang caesar berasal dari bahasa latin yaitu Caesones

yaitu pengambilan bayi dari perut ibu dengan cara merobek bagian perut sang ibu

untuk tujuan menyelamatkan dan mengeluarkan sang bayi.62

59

Saroha Pinem, Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, ( Jakarta, CV, Trans Info Media,

2009), hal. 30. 60

David Werner, Carol Thuman, Apa Yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter ( Where

There Is No Doctor), ( Yogyakarta, C.V Andi Offset, 2010), hal. 333. 61

http:// jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-

persalnan.html?m=1 . 62

http://www.edukasiana.net/2012/09/sejarah-dan-perkembangan-bedah-atau.html, diakses

pada tanggal 09 oktober 2013 pukul 19.00.

Page 51: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

40

Dalam prosesnya, operasi caesar inipun dilaksanakan jika ada faktor-faktor

yang menyebabkan perlu dilaksanakannya ibu melahirkan dengan proses operasi

caesar. Berikut kondisi-kondisi yang menjadi pertimbangan dilaksanakannya

operasi caesar:63

1) Janin dengan presentasi bokong

2) Kehamilan kembar, pada kehamilan kembar dilihat presentasi terbawah

janin apakah kepala, bokong, atau melintang, dan juga Pada kehamilan

ganda dengan jumlah janin lebih dari dua (misal 3 atau lebih), disarankan

untuk melakukan operasi caesar terencana..

3) Kondisi medis ibu, preeklamsia, kencing manis (diabetes militus),

herpes, penderita HIV/AIDS, penyakit jantung, penyakit paru kronik,

atau tumor rahim (mioma) yang ukurannya besaratau menutupi jalan

lahir, kista yang menghalangi turunnya janin, serta berbagai keadaan lain

merupakan hal-hal yang menyebabkan operasi caesar lebih diutamakan

4) Masalah pada janin, misanya pada janin dengan oligohidramnion (cairan

ketuban sedikit) atau janin dengan gangguan perkembangan.

Selain kondisi normal, operasi caesar terkadang dilaksanakan dalam kondisi

darurat. Yang dimaksud operasi caesar darurat adalah jika operasi dilakukan

ketika proses persalinan telah berlangsung, antara lain: 64

1) Persalinan macet, keadaan ini dapat terjadi pada fase pertama (fase

lilatasi) atau fase kedua (ketika Anda mengejan). Jika persalinan macet

63

Revina, Persalinan dengan Operasi Caesar, dipublikasikan pada situs Persalinan Dengan

Operasi Caesar http://bidanku.com/persalinan-dengan-operasi-caesar#ixzz2ydtUjTqX , diakses

pada tanggal 12 april 2014 pukul 11.23. 64

ibid

Page 52: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

41

pada fase pertama, dokter akan memberi obat yang disebut oksitosin

untuk menguatkan kontraksi otot-otot rahim. Jika persalinan macet pada

fase kedua, dokter harus segera memutuskan apakah persalinan dibantu

dengan vakum atau forsep atau perlu segera dilakukan operasi caesar.

2) Stres pada janin, ketika janin stres, dia akan kekurangan oksigen. Pada

pemeriksaan klinik tanpa bahwa denyut jantung janin menurun. Secara

normal, selama terjadi kontraksi denyut jantung janin menurun sedikit,

namun akan kembali ke prekwensi asalnya, jika : 1). Prolaps tali pusat:

jika tali pusat keluar melalui mulut rahim, dia bisa terjepit, sehingga

suplai darah dan oksigen kejanin berkurang. Keadaan ini berbahaya jika

janin dilahirkan secara normal lewat vagina, sehingga memerlukan

tindakan operasi caesar segara. 2). Perdarahan: Jika Anda mengalami

perdarahan yang banyak akibat plasenta terlepas dari rahim, atau karena

alasan lain, maka harus dilakukan operasi caesar. 3). Stres janin berat:

Jika denyut jantung janin menurun sampai 70x per menit, maka harus

segera dilakukan operasi caesar. Normalnya denyut jantung janin adalah

120/160x per menit.

Dalam operasi caesar ada beberapa standar-standar pelayanan medik obstetri

dan ginekologi yang harus diketahui, yaitu seperti:

1) Kriteria diagnosa tentang dilakukannya pemeriksaan terhadap operasi

seksio sesarea pada kehamilan terdahulu, parut bekas seksio sesarea,

hamil, persalinan pervaginam sebelumnya, indikasi seksio sesarea, dan

berapa kali jumlah seksio sesarea yang pernah dialami sebelumnya.

Page 53: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

42

2) Pemeriksaan kehamilan LI –LIV untuk menetukan besar anak dan letak

anak, seperti ditelitinya komplikasi pasca bedah, usia kehamilan, jenis

insisi keadaan parut luka terdahulu.

3) Pemeriksaan penunjang, seperti RO pervimetri pada panggul suspek

sempit, USG untuk menentukan usia kehamilan pada trimester I.

4) Terapi seksio sesarea apabila seksio sesarea terdahulu seksio sesarea

korporal/klasik, penyembuhan luka operasinya buruk, dan sudah dua kali

atau lebih mengalami seksio sesarea. Bisa disertai dengan penyulit lain

seperti, kelainan letak, kelainan presentasi, kehamilan lewat waktu .

5) Lama perawatan 5-7 hari dan masa pemulihan dalam waktu 6 minggu.65

Namun, dengan segala keutamaan dan anugerah tersebut seorang wanita

yang melahirkan dihadapkan dengan resiko yang sangat tinggi ketika akan

melahirkan. Mulai dari rasa takut, rasa sakit yang sangat, trauma, bahkan

kematian. Sebagaimana yang dialami Maryam Ibunda Nabi Isa al-Masih yang

diceritakan dalam Q.S. Maryam (19): 23 yakni

Yang artinya: “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar)

pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati

sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".(Q.S.

Maryam (19) :23)

Proses manusia dari awal kelahirannya yaitu sang bayi yang keluar dari

rahim seorang ibu, hingga seorang manusia yang pada akhirnya akan meninggal

65

Pengurus Besar Kumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Standar Pelayanan Medik

Obstetri dan Ginekologi, Bagian I (Jakarta; Gaya Baru, 2006), hal. 73.

Page 54: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

43

dunia dan dimasukkan ke dalam liang lahat dijelaskan dalam Q.S Abasa (80): 18-

21: yang berbunyi:

فألثش ﴿﴾ ثى أيات م سش ﴿٢﴾ ثى انسث فمذس طفة خهم ﴿١﴾ ي ء خهم أي ش ي

﴾﴿

Yang artinya: “dari apakah Allah menciptakanya? Dari setetes mani, Allah

menciptakanya lalu menentukanya. Kemudia Ia memudahkan jalannya, kemudian

Ia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur”. (Q.S.Abasa (80): 18-21)

Allah menjelaskan (dari apa manusia diciptakan),

(yaitu dari setetes air mani), lalu segumpal darah, lalu segumpal daging,

kemudian kondisi-kondisi lainya saat ia masih dalam rahim ibunya.

(kemudian Dia memudahkan jalannya), maksudnya Allah memudahkan jalanya,

memudahkan menempuh jalannya.66

Para ahli tafsir berbeda pendapat dari arti jalan yang dimudahkan baginya,

sebagian mengatakan bahwa itu adalah keluarnya dia dari perut ibunya. Dengan

menyebutkan riwayat-riwayat yang salah satunya adalah : Muhammad bin Sa’ad

menceritakan kepadaku, ia berkata : ayahku menceritakan padaku, ia berkata:

pamanku menceritakan padaku, ia berkata: ayahku menceritakan kepadaku dari

ayahnya, dari Ibnu Abbas tentang ayat, ia berkata, “maksudnya ثى ٱنسثم سش

adalah keluarnya dia sang bayi dari perut ibunya, Allah memudahkanya”.

Kemudian ayat selanjutnya adalah ۥ فألثش kemudian Ia mematikannya dan“ ثى أيات

66

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009), hal. 172.

Page 55: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

44

memasukannya ke dalam kubur”, maksudnya adalah kemudian Allah mencabut

rohnya dan mematikannya setelah itu.67

Dalam Islampun dijelaskan bahwa pada dasarnya semua jenis obat yang ada

di muka bumi adalah boleh, kecuali ada dalil yang melarangnya, diantara macam-

macam obat adalah segala yang mengalir dengan segala jenisnya, diperbolehkan

juga berobat dengan cara operasi, dengan sinar X dan dengan cara lainya, semua

itu pada dasarnya adalah boleh karena bermanfaat dan segala sesuatu yang

bemanfaat itu diperbolehkan. Sesuai dengan kaidah;68

Yang artinya: “Hukum asal dari segala sesuatu yang bermanfaat adalah boleh”.

Sebenarnya melahirkan melalui operasi caesar ini banyak membawa

madhorot kepada wanita, seperti proses penyembuhan luka yang lebih lama

daripada melahirkan dengan jalan normal, beresiko terkena inveksi lebih besar,

sehingga dimungkinkan persalinan selanjutnya melahirkan dengan jalan operasi

caesar lagi.69

Akan tetapi operasi caesar adalah salah satu cara lain dalam proses

melahirkan selain melahirkan dengan proses normal, hingga dalam fikih

kedokteran menyatakan bahwa melakukan operasi caesar adalah boleh. Akan

tetapi jika proses melahirkan melalui operasi caesar tersebut bukan karena kondisi

atau faktor-faktor yang mengharuskan operasi caesar, seperti alasan untuk

67

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009), hal. 173 . 68

Walid Bin Rasyid as-Sa’idan, Fikih Kedokteran, ( Yogyakarta: Pustaka Fahima 2007)

,hal. 3. 69

http;//ummushofi.wordpress.com/2009/12/30/hukum-melahirkan-dengan-operasi-caesar-

dalam-kondisi-mampu-melahirkan-normal/ diakses pada tanggal 10 Des 2014 pada pukul 05.22.

Page 56: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

45

mempercepat kelahiran hukumnya adalah haram dan tidak boleh dilakukan karena

adanya kemadharatan dan hal ini termasuk dalam kaidah:70

Yang berarti:” tidak boleh melakukan perbuatan yang berbahaya dan

membahayakan”

Dalam proses melahirkan inipun diperbolehkan melakukan tindakan

tambahan yang lebih luas meskipun harus melakukan pembiusan dan pembedahan

perut. Tindakan ini adalah kerusakan. Namun, dengan melakukan tindakan

tersebut kita menolak kerusakan yang lebih besar yakni hilangnya jiwa sang ibu.

Apabila ada dua kerusakan, maka yang dihilangkan adalah kerusakan yang lebih

besar, dengan melakukan kerusakan yang lebih ringan, hal ini termasuk dalam

kaidah:71

تذسفي تضاسعا ترا ا فخا ابكتاسا تذشا عس ا

Artinya: apabila ada dua kerusakan, maka yang diambil adalah kerusakan yang

lebih ringan

Pada dasarnya tidak boleh melakukan kerusakan dan tidak boleh

meninggalkan kemaslahatan. Namun, kadangkala dua kerusakan itu datang secara

bersamaan, sehingga harus melakukan salah satunya. Ketika dua kerusakan itu

datang secara bersamaan, maka yang terkandung dalam kaidah ini adalah.

70

Walid Bin Rasyid as-Sa’idan, Fikih Kedokteran, ( Yogyakarta: Pustaka Fahima 2007)

,hal. 29. 71

Ibid., h. 73

Page 57: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

46

”syaria’at datang untuk menetapkan kemashlahatan dan menyempurnakannya,

menghilangkan kerusakan dan meminimalisirnya.72

72

Ibid., h. 74

Page 58: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

47

BAB III

PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA TENTANG

KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI CAESAR

A. Kelalaian Dokter dalam Operasi Caesar

1. Kelalaian Dokter Menurut Hukum Positif

Pelayanan kesehatan merupakan masalah penting untuk meningkatkan taraf

hidup dan kesejahteraan rakyat di tanah air, sehingga seorang dokter atau tenaga

medis jika melakukan kecerobohan atau suatu kelalaian yang mengakibatkan

akibat negatif atau dikatakan fatal seperti meninggal atau cacat akan berdampak

pada tuntutan pidana.1

Pada pelaksanaan perjanjian antara dokter dan pasien, dokter tidak

menjanjikan suatu kesembuhan tapi dokter hanya bisa berupaya semaksimal

mungkin untuk menyembuhkan pasien sebagai bentuk dari ikhtiar. Dalam

praktiknya bisa saja seorang dokter melakukan suatu kesalahan hingga timbulah

masalah hukum. John D Blum et.al memberikan definisi tentang medical

malpractice yang berupa kelalaian professional dari dokter. Pihak pasien atau

keluarganya bisa meminta ganti rugi atau tuntutan apabila terjadi luka –luka atau

kecacatan yang diakibatkan langsung oleh dokter 2

Dalam profesi kedokteran untuk membuktikan ia benar-benar bersalah

bukanlah sesuatu yang sederhana, tingkat kesulitannya itu didasarkan oleh:

1 Teguh Sulistia, Aria Zurnetti, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi, ( Bandung:

Raja Pers,2011 ), hl. 221. 2 Ibid., h. 226

Page 59: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

48

1) Dalam pengidentifikasi adanya kemungkinan terjadinya tindak pidana

dalam praktik kedokteran, tidak dapat dilaksanakan oleh pihak penyidik,

karena pihak penyidik sangat minim pengetahuan tentang kedokteran

2) Seorang dokter bisa dikatakan melakukan malpraktik, hanya bisa

dibuktikan oleh pihak dokter yang mempunyai pengetahuan tentang itu.

3) Dalam hal adanya dugaan malpraktik akan selalu berhadapan dengan

kemungkinan pembelaan profesi bahwa dokter telah melakukan hal-hal

yang sudah sesuai dengan keperuntukannya. 3

Berkaitan dengan kelalaian dokter ini, ada beberapa hal yang penting seperti

pertanggungjawaban pidana dan aspek hukum pidana itu sendiri.

a. Pertanggung jawaban Pidana Bagi seorang Dokter

Menurut Bambang Poernomo, SH. Guru Besar Hukum Pidana pada

Fakultas Hukum Universitas Gajah Madha, seseorang bisa dijatuhkan hukuman

atas kesalahannya, dan atas dua syarat yaitu perbuatannya bersifat melawan

hukum dan perbuatan tersebut bisa dipertanggung jawabkan.4

Medical malpractice dikaitkan dengan pasal 359, 360 dan 361 KUHP

Pidana, maka yang merupakan tindak pidana ialah: Ada tindakan atau perbuatan

yang dilakukan oleh tenaga medis atau dokter, yang berupa menyuntik, operasi,

atau lainya. Ada kesalahan, yang bisa berupa kealpaan dalam melakukan tindakan.

Dan timbul akibat yang terlarang seperti pasien luka, meninggal, atau semakin

parah dan lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa dokter tersebut telah

melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam KUHP dan artinya seorang

3 Waluyadi, Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum

Praktik Kedokteran( Jakarta: Djamabatan,2005), hal. 119. 4 Ibid,. h. 120.

Page 60: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

49

dokter tersebut sudah melakukan tindak pidana.5Dan karena itu setiap perbuatan

orang yang mampu bertanggung jawab dalam ilmu hukum dirumuskan sebagai

suatu perbuatan yang dapat dipidana. Tindak pidana merupakan istilah dalam

hukum pidana yang menunjuk kepada seseorang dan dirumuskan dalam undang-

undang yang bersifat melawan hukum dan patut untuk dipidana bagi pelaku yang

melakukan kesalahan. 6

Di samping adanya keberadaan hukum yang mengatur, kode etikpun

menjadi masalah yang sangat krusial dalam pelayanan ksehatan, karena pada

umumnya hukum mengatur perilaku setiap orang warga masyarakat, sedangkan

kode etik hanya mengatur bagi profesi tertentu. Walaupun ada persamaan dan

perbedaan yang bersifat prinsipil diantara keduanya, persamaan dan perbedaan

tersebut ialah: persamaanya keduanya merupakan norma yang mengatur perilaku

manusia dalam kehidupan bersama masyarakat dan perbedaanya terletak dalam

bentuk susunan yang menyangkut:7

1) Lembaga/institusi yang membuat norma tersebut

2) Kekuatan mengikatnya

3) Jenis sanksi dan akibat hukum yang bisa dijatuhkan

4) Lembaga yang menjatuhkan sanksi

5) Kriteria yang digunakan sebagai tolak ukur ada atau tidaknya perbuatan

atau kesalahnya tersebut.

5 Waluyadi, Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum

Praktik Kedokteran( Jakarta: Djamabatan,2005), hal. 128. 6 Teguh Sulistia, Aria Zurnetti, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi, ( Bandung:

Raja Pers,2011 ), hl. 234. 7 Ibid., h. 233.

Page 61: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

50

Menurut pendapat Hermieun Hadiati Koeswadji kode etik profesi memiliki ciri-

ciri khas yaitu:

1) Mengatur perilaku pelaksana dan pengemban profesi

2) Dibuat dengan adanya konsensus/ kesepakatan diantara pengemban

3) Kekuatan mengikatnya untuk satu waktu tertentu dan mengani satu hal

tertentu

4) Sifat sanksi moral dan psikologis

5) Macam sanksi dapat berupa diskredutasi profesi

6) Kontrol dan penilaian atas pelaksaanya dilakukan oleh ikatan/ organisasi

terkait8

Tamggung jawab hukum seorang dokter jika terjadi suatu peristiwa

malpraktik dapat dibedakan dalam tiga kategori, yang pertama adalah misalnya

menurut pasal 1365 BW mengenai perbuatan melawan hukum (onrechtmatige

daad), kedua adalah tanggung jawab menurut hukum pidana, misalnya pasal 359,

360, 361 KUHP mengenai tindakan yang menyebabkan matinya atau luka-

lukanya orang lain dan cacat karena kelalaiannya, dan yang ketiga adalah

tanggung jawab berdasarkan hukum administratif misalnya. PP No 36 Tahun

1964 mengenai praktik dokter tanpa izin.9

b. Aspek Hukum Pidana Malpraktik Dokter

Dalam praktiknya jelaslah adanya hubungan antara dokter dengan pasien

dan jika terjadi suatu kelalaian maka akan lahirlah suatu akibat hukum karenanya,

dan pemasalahan malpraktik inipun mempunyai kaitan antara hukum pidana dan

perdata, dan pada hukum kedokteran meliputi soal malpraktik yang berkaitan pula

dengan Hukum Administratif dan Hukum Tata Negara.10

Dalam gugatan perdata

8 Teguh Sulistia, Aria Zurnetti, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi, ( Bandung:

Raja Pers,2011 ), hl. 234. 9 Ibid.,h. 236.

10 Oemar Seno Adji, Etika Profesional dan Hukum Pertanggungjawaban Pidana Dokter, (

Jakarta: Erlangga, 1991), hal. 60.

Page 62: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

51

terhadap dokter dapat dilakukan oleh pasien korban malpraktik atas dasar

wanprestasi sebagimana diatur dalam pasal 1239 KUHPerdata atau melawan

hukum yang diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata, pertanggung jawaban hukum

perdata bertujuan untuk memberikan ganti rugi pada pasien atas kerugian yang

dideritanya.11

Sedang dalam bentuk gugatan pidana ada beberapa perbedaan penting

antara tindak pidana biasa dengan tindak pidana medik, dalam tindak pidana biasa

yang diperhatikan adalah akibatnya sedang dalam medik yang diperhatikan adalah

penyebabnya, walaupun berdampak fatal tapi tidak terdapat unsur kesalahan atau

kelalaian dokter tidak dapat dipersalahkan.12

Dipedomani dalam hal

menyelesaikan masalah yang berkaitan langsung dengan hubungan dokter dan

pasien yang diduga didalamnya terdapat tindak pidana yakni diantaranya:

1) Berdasarkan Pasal 359 KUHPidana dinyatakan:

“Barang siapa karena kekhilafannya menyebabkan matinya seseoramg,

dipidana dengan pidana penjara selama-lamnya lima tahun atau pidana

penjara selama-lamanya satu tahun”

2) Berdasarkan Pasal 360 dinyatakan:

a) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat

luka-luka berat, dengan pidana penjara paling lam lima tahun atau

kurungan paling lama satu tahun.

b) Barang siapa karena kesalahannya ( kealpaannya) menyebabkan

orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau

halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selama

waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama enam

11

Dikdik M. Arief Masur, Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan

Antara Norma dan Realita( Jakarta; Rajagrafindo Persada, 2007), hal.149. 12

Ibid., h. 150.

Page 63: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

52

bulan atau pidana kurungan paling tinggi empat ribu lima ratus

rupiah. 13

3) Berdasarkan Pasal 361 dinyatakan:

“Dan jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam

menjalankan suatu jabatan atau pekerjaan maka pidana itu boleh

ditambah, dan dapat dijatuhkan pencabutan hak melakukan pekerjaan,

yang dipergunakan melakukan kejahatan itu dan hakim boleh

memerintahkan pengumuman putusanya.”14

Sementara redaksi pasal 361 KUHP memuat sanksi bagi seorang yang

melakukan kejahatan karena jabatannya maka hukumannya dapat ditambah satu

pertiga dan sipelaku dapat dipecat dari pekerjaannya. Menurut R. Soesilo, yang

dikenakan pasal ini adalah para dokter, bidan, ahli obat, sebagai ahli dari

pekerjaan mereka masing-masing yang dituntut harus berhati-hati. Apabila

mengabaikan hingga terjadi suatu kelalaian maka sipelaku dapat dipidana lebih

berat, dan ketentuan ini bisa diterapkan pada malpraktik dokter karena masalah

pekerjaan dan keahlianya.15

Pada pasal 54 Undang undang No 23 Tahun 1992 menyatakan dengan tegas,

kesalahan dalam tugas profesi dokter sebagai tenaga kesehatan dapat dianggap

melanggar disiplin, yaitu apabila:16

1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian

dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin

2) Penetuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud

dalam ayat(1) di atas ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan

13

Andi Hamzah, KUHP Dan KUHAP,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 139. 14

Andi Hamzah, KUHP Dan KUHAP,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 139. 15

Teguh Sulistia, Aria Zurnetti, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi, ( Bandung:

Raja Pers, 2011 ), hl. 248 16

Ibid., h. 246.

Page 64: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

53

3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata cara kerja

Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan suatu Keputusan

Presiden.

Berdasarkan bunyi pasal 54 UU No 23 Tahun 1992 dapat dijelaskan bahwa

tindakan disiplin yang dimaksud suatu bentuk tindakan administratif berdasarkan

adanya keputusan pejabat tata usaha negara seperti pencabutan izin praktik untuk

jangka waktu tertentu atau bentuk hukuman lain yang sesuai dengan kesalahan

atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter dalam menjalankan profesinya.

17dijelaskan dalam Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran pasal 29 menyatakan, bahwa bagi dokter yang melakukan

pelanggaran etika bisa ditetapkan sanksi disipilin oleh MKDKI ( Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia) yang berupa:

1) Pemberian peringatan tertulis

2) Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik

dan/atau

3) Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan

kedokteran atau kedokteran gigi.

Kemudian dengan diundangkan UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,

maka anacaman Pidana terhadap kesalahan atau kelalaian yan dilakukan oleh

dokter tidak hanya mengacu pada pasal 359, 360, 361 KUHP karena dalam UU

Kesehatan menyebutkan dalam pasal 82 ayat 1 huruf a “ barang siapa yang tanpa

keahlian dan kewenangan dengan sengaja melakukan pengobatan atau perawatan

17

Teguh Sulistia, Aria Zurnetti, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi, ( Bandung:

Raja Pers,2011 ), hl. 246.

Page 65: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

54

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat 4 dipidana penjara paling lama lima

tahun dan atau pidana denda paling banyak seratus juta rupiah.18

Bentuk perlindungan hukuman lain yang dapat diberikan kepada pasien

korban malpraktik bisa dengan cara rehabilitasi, rehabilitasi ini biasanya untuk

seorang korban yang cacat sementara yang harapannya dengan rehabilitasi pasien

memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Selain itupun pembebanan biaya

perawatan kesehatan sering kali dapat dipakai sebagai salah satu perwujudan dari

perlindungan hukum terhadap korban yang dilakuakn diluar proses pengadilan.19

Sengketa medik yang terjadi antara dokter dan pasienpun bukan hanya

tentang kelalaian tetapi ada beberapa tindakan dokter yang dikategorikan sebagai

tindak pidana menurut hukum pidana tertulis, seperti tindakan menipu pasien

yang bisa diancam dengan hukuman yang di atur dalam KUHPid pasal 378,

melanggar kesusilaan dengan ancaman hukuman pasal 285, 286, 290,294

KUHPid, sengaja membiarkan pasien tidak tertolong dengan ancaman hukuman

sesuai dengan pasal 304, 531 KUHPid.20

Dengan berkembangnya masyarakat dan tekhnologi tentang kedokteran

seharusnya mendorong para dokter untuk mengikuti perkembangan etik dan

hukum kedokteran, karena mau tidak mau, seorang dokter harus melaksanakan

tugasnya dengan tanggung jawab secara profesi, etik dan secara hukum. 21

18

Dikdik M. Arief Masur, Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan

Antara Norma dan Realita ( Jakarta; Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 150. 19

Ibid,.h. 151. 20

. Sofyan. SH, http://zofyanthespiritoflife.blogspot.com/2014/01/malprakti-medical-error-dan.html?m=1 diakses pada tanggal 1 April 2015 pada pukul 11.35

21 ibid

Page 66: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

55

Adapula dasar-dasar yang menjadikan peniadaan kesalahan medik atau

alasan alasan penghapusan pertanggung jawaban pidana medik yang mana

meliputi alasan pembenar dan alasan pemaaf.22

1. Alasan pembenar menghapuskan unsur melawan hukum diatur dalam

pasal 49 ayat (1) tentang pembelaan darurat, pasal 50 tentang

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan pasal 51 ayat (1)

tentang melaksanakan perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang

berwenang

2. Alasan pemaaf menghapuskan unsur pertanggung jawaban dari si pelaku

di atur dalam pasal 44 mengenai ketidak mampuan bertanggung jawab,

pasal 48 tentang daya paksa, pasal 49 ayat (2) tentang tidak sah

(melakukan perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang tidak berwenang,

namun pelaku dengan i‟tikad baik diberikan dengan wewenang dan

pelaksanaanya termasuk dalam lingkungan pekerjaanya).

Alasan memberikan keringanan bagi orang yang melakukan tindak pidana

dalam kondisi tertentu.

Alasan pemberatan pidana diatur dalam dalam pasal 486-488 tentang

pengulangan tindak pidana, pasal 52 tentang pemberatan dalam jabatan, dan pasal

65-66 tentang perbarengan perbuatan.

3. Kelalaian Dokter Menurut Hukum Islam

Seluruh alam telah memainkan peranan yang sangat signifikan dalam

mencerahkan seluruh dimensi kehidupan manusia, termasuk dalam bidang

peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Dalam selanjutnya bahwa perhatian

umat Islam dalam bidang kedokteran dengan berbagai cabangnya ternyata telah

22

Ibid

Page 67: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

56

melampaui perhatiannya dibandingkan dengan ilmu pengetahuan modern lainya.

23

Pada dasarnya profesi kedokteran adalah profesi yang penting bahkan

profesi dokter adalah profesi yang sangat mulia, Manfaat-manfaat tersebut

diperbolehkan sebab pada dasarnya sesuatu yang bermanfaat adalah boleh.24

Seperti Al-Kindi yang telah menulis lebih dari 200 buku tentang kedokteran,

kemudian al-Razi yang dikenal sebagai klinikus terbesar sepanjang masa, dengan

bukunya yang berjudul al-Hawi yang diterjemahkan menjadi continens yang mana

buku tersebut memuat kumpulan-kumpulan kasus yang ditemukan, diperiksa

dengan sangat teliti, dan saran-saran atas pengobatan-pengobatanya. Dan masih

banyak sejarawan dalam ilmu kedokteran selain kedua ilmuan Islam tersebut.

Kunci rahasia tentang mengapa umat Islam sampai pada tingkat prestasi yang

demikian, ialah terinspirasi oleh Sabda Rasulullah Saw yang diriwatakan oleh

Imam Ahmad yang berisi tentang anjuran atau perintah untuk berobat dengan

alasan setiap penyakit yang diciptakan oleh Tuhan pasti ada obatnya.25

Menurut Ibnu Khaldun ilmu kedokteran adalah ilmu duniawi yang dapat

dipelajari oleh siapa saja dan mungkin Ibnu Khaldun dalam kedokteran mengacu

pada sebuah kitab yang ditulis oleh Ibnu Qayyim al-Jawziyah yang berjudul Thibb

al-Nabawiy, dalam kitab ini ada petunjuk yang sangat konkrit, bukannya hanya

teknik memelihara kesehatan saja akan tetapi memuat juga tentang bagaimana

23

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran, ( Jakarta: UIN Jakarta

Press: 2004), hal. 251. 24

Walid Bin Rasyid as-Sa‟idan, Fikih Kedokteran, ( Yogyakarta: Pustaka Fahima 2007)

,hal.14. 25

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran, ( Jakarta: UIN Jakarta

Press: 2004), hal. 253.

Page 68: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

57

caranya menghindari dan menyembuhkan penyakit dan petunjuk yang sekiranya

bisa disebut dengan etika kedokteran.26

Ibn Qoyyim menjelaskan adanya 20 perkara yang harus diperhatikan oleh

dokter ahli dan profesional dalam bidang kedokteran yaitu: 27

1) Memperhatikan jenis penyakit yang diderita seseorang

2) Memperhatikan sebab terjadinya penyakit tersebut

3) Memperhatikan apakah pasien kuat atau tidak dalam melawan

penyakitnya

4) Mengetahui kondisi badan si pasien

5) Mengetahui kondisi yng terjadi secara tidak alami

6) Mengetahui umur pasien

7) Mengetahui kebiasaan pasien

8) Mengetahui musim penyakit tahunan

9) Mengetahui negri asal pasien dan letak geografisnya

10) Mengetahui keadaan udara waktu sakit

11) Meneliti obat yang dapat melawan penyakit

12) Meneliti kekuatan obat, dan membandingkan dengan kekuatan pasien

13) Memiliki tujuan bukan hanya dalam menyembuhkan pasien tetapi juga

mencegah agar tidak lebih menyulitkan pasien

14) Memulai pengobatan dari yang termudah sampai pada yang tersulit

15) Jika seorang dokter tersebut tidak mampu untuk mengobati atau

penyakit tersebut belum ada obatnya, maka dokter harus berkata jujur

26

Ibid., h. 289. 27

Abuddin Nata, Persepktik Islam Tentang Pendidikan Kedokteran, ( Jakarta: UIN Jakarta

Press: 2004), hal. 290-293.

Page 69: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

58

kepada pasien atau keluarganya tentang kemampuanya yang misal

hanya bisa meredakan, dan tidak bisa tuntas mengobati

16) Seorang dokter juga jangan tergesa-gesa dalam mencampurkan obat

dengan obat lain atau menghabiskan semuanya untuk pasien

17) Seorang dokter haruslah memiliki keahlian dalam bidang penyakit hati,

ruh dan obat-obatanya karena semua itu adalah akar untuk pengobatan

badan

18) Bersikap baik serta lemah lembut pada pasien teruntuk pada pasien

yang masih anak kecil

19) Seorang dokter haruslah memberikan jenis-jenis obat yang bersifat

alamiah dan ilahiah.

20) Seorang dokter haruslah berusaha untuk memberikan pengobatan yang

berdasarkan enam hal, memelihara kesehatan, menghilangkan penyakit,

mengembalikan kesehatan yang hilang, menghilangkan bahaya yang

lebih kecil dari dua kebaikan untuk memperoleh yang satunya lagi yang

mana lebih besar kebaikanya, inilah enam prinsip sebagai etik

kedokteran.

Prinsip yang cukup menarik di sini, Ibnu Qoyyim dalam memaparkan

etika kedokteran didasari dengan petunjuk Nabi Saw tentang tanggung jawab

seorang dokter yang mengobati penyakit manusia dalam keadaan tidak

mengetahui ilmu kedokteran. Dalam kaitan ini Ia mengutip sabda Rasulullah yang

diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah:

Page 70: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

59

Artinya:” barang siapa yang berpraktik kedokteran padahal ia tidak mempelajari

ilmu kedokteran sebelumnya maka ia bertanggung jawab atas resiko yang

diderita pasienya.28

Hadis inipun menunjukan bahwa dokter yang bukan ahlinya harus

bertanggung jawab atas hasil pengobatan yang dilakukannya, Ibnu Rusyd

mengatakan “ tidak ada perbedaan para ulama jika yang menjadi dokter itu adalah

bukan orang yang ahli dibidang kedokteran, maka ia bertanggung jawab atas

tindakannya, sebab ia adalah seseorang yang telah melanggar batas.29

Para ulama

sepakat bahwa jika seorang dokter terbukti bersalah, maka ia harus membayar

diyat, karena disamakan dengan berbuat kejahatan secara tidak benar. Akan tetapi

dari Malik mengatakan bahwa seorang dokter tidak wajib membayar diyat atau

ganti rugi apapun, dengan syarat seorang dokter tersebut adalah orang ahli di

bidang kedokteran.30

Dalam kaidah lain menjelaskan pula tentang pertanggung jawaban seorang

dokter yaitu dalam kaidah:31

Yang artinya: “ kebolehan yang bersifat syar’i menggugurkan jaminan”

Dalam kaidah ini yang dimaksud dalam kebolehan adalah izin secara mutlak.

Sedangkan makna dhimman adalah bertanggung jawab dan mengganti kerugian

yang di derita orang lain. Pada dasarnya seseorang tidak bisa dihukum secara

syari‟at asalkan dia tidak terlalu gegabah dalam kesalahan yang disebabkan oleh

28

Abuddin Nata, Persepktik Islam Tentang Pendidikan Kedokteran, ( Jakarta: UIN Jakarta

Press: 2004), hal. 293. 29

Walid Bin Rasyid as-Sa‟idan, Fikih Kedokteran, ( Yogyakarta: Pustaka Fahima 2007)

,hal.124. 30

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, ( Jakarta; Pustaka Azzam, 2007), hal. 846. 31

Walid Bin Rasyid as-Sa‟idan, Fikih Kedokteran, ( Yogyakarta: Pustaka Fahima 2007)

,hal.122.

Page 71: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

60

perbuatan yang secara syari‟at boleh ia kerjakan, tentunya dengan syarat bahwa

dalam melakukan pekerjaanya ia tidak gegabah.32

Salah satu permasalahan dalam kaidah ini adalah kerugian yang sebabkan

oleh kesalahan dokter yang mempunyai keahlian dan kredibel yang dilakukan

tanpa adanya kecerobohana tidak ditanggung sama sekali oleh dokter tersebut,

sebab agama dan pasien telah mengizinkan untuk melakukan operasi atau upaya

penyembuhan tersebut. Karena agama sudah memperbolehkan maka tidak ada

garansi yang harus dipertanggung jawabkan oleh dokter tersebut atas kerugian

yang terjadi bukan karena kecerobohonya.33

Dalam hukumpun terdapat alasan-alasan penghapusan pertanggung jawaban

pidana begitu pula dalam hukum Islam atau disebut dengan pengecualian dalam

tanggung jawab hukuman berdasarkan riwayat Imam Bukhari, Ali bin Abi Thalib

pernah berkata kepada Umar bin Khatta:” apakah engkau tahu bahwa tidaklah

dicatat perbuatan baik atau buruk, dan tidak pula dituntut tanggung jawab atas apa

yang dilakukan, karena hal berikut: 34

1. Orang yang gila sampai ia sadar

2. Anak-anak sampai dia mencapai usia puber, dan

3. Orang yang tidur sampai ia bangun

Berdasarkan riwayat di atas, kita dapat mengetahui tanggung jawab hukum

atau tindak pidana dalam syari‟at.

32

Ibid 33

Ibid., h. 123. 34

Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syari‟at Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal.

15

Page 72: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

61

Seorang anak tak akan dikenakan hukuman hadd karena kejahatan yang

dilakukannya. Hakim hanya berhak menegur kesalahannya atau menetapkan

beberapa pembatasan pada si anak agar membantu memperbaikinya dan guna

tidak melakukan kesalahannya lagi di masa yang akan datang. Menurut Abu Zaid

Al-Qayrawani seorang Ulama mazhab Maliki, tetap tak akan ada hukuman hadd

bagi anak –anak kecil.35

Kalu seorang melakukan tindak pidana dalam keadaan sakit jiwa, maka dia

tak akan dihukum. Imam Abu Yusuf berkata bahwa” hukuman hadd dapat

dikenakan terhadap tertuduh setelah dia mengakuinya”.

Tidur dianggap seperti mati kecil. Bila ada tindakan pidana yang dilakukan

sewaktu dalam keadaan tidur. Kasus putra Umar, „Ubaid Allah, yang melakukan

zina terhadap seorang wanita yang sedang tidur, disebutkan secara terperinci

dalam bab tentang zina, Ubaid dihukum sedangkan si wanita dibebaskan.36

Seandainya suatu kejahatan dilakukan dalam keadaan dipaksa, tak akan ada

tuntutan hukum atas hal tersebut asalkan terbukti benarnya, sesuai dengan sebuah

hadist yang menyatakan bahwa Nabi Saw telah bersabda : “Ummatku akan

dimaafkan atas kejahatan yang dilakukan dalam keadaan dipaksa, keliru, atau

karena lupa,”.37

Dalam ensiklopedi Hukum Pidana Islam dijelaskan pula tentang kekeliruan

dokter, yaitu apabila dokter tersalah dalam praktiknya, dia tidak bertanggung

jawab atas kesalahannya kecuali kesalahan yang sangat fatal, kesalahan fatal

35

Ibid., h.16 36

. Ibid 37

. Ibid., h. 17

Page 73: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

62

disini adalah kesalahan yang tidak diakui dan bertentangan dengan dasar-dasar

ilmu kedokteran serta tidak diakui oleh pakar ilmu kedokteran.38

Para fuqoha mencontohkan kesalahan yang tidak fatal yaitu kasus seorang

bayi yang jatuh dari atap rumah sehingga kepalanya mengeluarkan darah.

Mayoritas ahli bedah mengatakan: jika kalian membedah kepala si bayi, maka ia

akan mati”, tetapi seorang ahli lain berkata” jika bayi tidak dibedah hari ini ia

akan mati”. Saya akan membedah dan menyembuhkannya”. Seorang dokter

tersebut lantas membedahnya, setelah sehari dua haripun akhirnya sibayi

meninggal. Setelah salah satu ulama fikih kontemporor ditanya tentang perkara

ini, ia berfatwa bahwa selama membedahan itu dilakukan dengan izin dan selama

pembedahan dilakukan seperti biasa sesuai prosedur, si dokter tidak bertanggung

jawab baik secara pidana atau perdata. Si ulama kembali bertanya, “apabila dokter

bertanya bila bayi mati, apakah aku harus bertanggung jawab?” ia menjawab” dia

tidak bertangung jawab karena pertanggung jawaban dokter disebakan oleh

kesalahannya yang fatal, bukan karena perjanjianya atas keberhasilan operasi.39

B. Putusan PTUN No 121/G/2013/PTUN Jakarta

Kasus tindak pidana kelalaian dokter dalam operasi Caesar di skrispsi ini

diambil dari putusan No 121/G/2013/Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara

Jakarta. Putusan atas Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG. Yang tejadi pada

tahun 2011 di RS MMC, dalam kasus ini MKDKI memutus dr Tamtam dengan

dicabut STR (Surat tanda registrasi) selama 9 bulan tidak boleh melakukan praktik

38

Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, jilid II, hal. 185. 39

Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, jilid II, hal 185.

Page 74: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

63

karena terbukti melakukan kelalaian dalam operasi, tidak puas dengan jawaban itu

dr Tamtam mengadukan MKDKI ke PTUN, hingga putusan PTUN memutuskan

MKDKI Dan KKI untuk mencabut Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang

berupa: Surat keputusan konsil kedokteran Indonesia No 19/ KKI/Kep/ VI/ 2013

tgl 26 Juni 2013 tentang pelaksanaan keputusan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia atas dr Tamtam.

1. Kronologi Kasus

Pada tanggal 20 April 2011 Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG

(Penggugat) serta dokter-dokter lainya telah sepakat dengan pasien yang bernama

Santy Mulyasari beserta suami akan melakukan persalinan seksio sesaria dalam

usia kandungan 38 minggu.40

Awalnya Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG

(Penggugat) bertemu dengan pasien Santy Mulyasari pada tahun 2009 di RS Asry

dan Ketika itu dr Tamtam Otamar Samsudin membantu Santy dalam menjalani

persalinan anak ke -3 nya dengan proses seksio sesaria juga, dan dilihat dari

riwayat terakhir Santy Mulyasari melahirkan anak ke 1 sampai ke 4 dengan Proses

Seksio Sesaria.41

Pada tahun 2010 Santi datang lagi pada Tamtam Otamar Samsudin, Dr,

SPOG (Penggugat) dengan keadaan yang sedang hamil anak ke-4nya, ketika itu

Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG (Penggugat) sudah menjelaskan hal-hal

yang berhubungan dengan kehamilan ke-4nya dan juga sudah memaparkan

rencana-rencana persalinan anak-ke 4 Santi Mulyasari dengan persalinan seksio

40

Lih Putusan PTUN Nomor: 121/ G/ 2013/PTUN –JKT,hal. 12. 41

Lih Putusan PTUN Nomor: 121/ G/ 2013/PTUN –JKT, hal. 13.

Page 75: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

64

sesaria, dan ketika itu Santy beserta suami Henry Kurniawan (Tergugat

Intervensi), dan Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG (Penggugat) sudah

menyetujui rencana persalinan seksio tersebut, pada waktu itu Tamtam Otamar

Samsudin, Dr, SPOG (Penggugat) sudah menjelaskan bagaimana resiko

persalinan anak ke-3 dan atau anak ke-4 yang sama antara lain pendarahan dan

nyeri karena pada waktu persalinan anak ke-3nya Tamtam Otamar Samsudin, Dr,

SPOG (Penggugat) jugalah yang menangani persalinan dan sekaligus menjadi

dokternya.42

Selama kehamilan Santy Mulyasari melakukan kontrol di RS Asri

RS Sam Marie, dan dilanjutkan ke RS MMC sebanyak 3 kali, dan dalam riwayat

kehamilan yang ke- 4nya ini Santy Mulyasari jatuh dari motor 2 minggu sebelum

kelahiran tetapi sesuai dengan pemeriksaan kondisi ibu dan bayi dalam keadaan

baik.43

Pada tanggal 21 April 2011 sesuai dengan kesepakatan Tamtam Otamar

Samsudin, Dr, SPOG (Penggugat) dan Santy Mulyasari akan melakukan Seksio

Sesaria dan tubektomi dalam usia kehamilan 38 minggu, sebelum operasi

dilakukan Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG (Penggugat) dengan Team

dokter lainya sudah melakukan persiapan seperti melakukan tes laboratorium, dan

hasil pemeriksaan menunjukan: Hb, 9,1 g/dl, Ht: 28,8%, Leukosit: 6.970/µL,

Eritrosit 3,71.106/µL; Trombosit: 205,103 µL: Bleeding Time : 2 menit 30 detik,

Clotting time; 13 menit 0 menit, APTT: 32,2 detik (kontol 35,5 detik):

Fibrinogen: 416 mg/dl, D-Dimer: 300 mg/ml, SGOT 12 U/L, SPGT:6 U/L,

Ureum: 11 mg/dl, Kreatinin 0,49 mg/dl, Glukosa Sewaktu: 84 mg/dl. Glukosa

42

Lih Putusan PTUN Nomor: 121/ G/ 2013/PTUN –JKT, hal.14. 43

Ibid., h.14.

Page 76: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

65

Urine: Negatif, dan melakukan pemeriksaan STG dan EKG, yang mana hasilnya

nomal,44

kemudian memberi penjelasan tentang resiko serta meminta persetujuan

tertulis kepada pasien/suami Henry Kurniawan ( Tergugat Intervensi) sebelum

dilakukanya operasi,45

dalam keterangan dokter, Santy Mulyasari meninggal

karena emboli air ketuban pada persalinan anak ke-4nya pada Tanggal 21-4-

2011.46

Sekitar bulan Mei 2011 keluarga pasien ( dalam hal ini suaminya yang

bernama Henry Kurniawa ( Tergugat Intervensi) ) merasa tidak puas, bahwa

tindakan atas pertolongan akan persalinan anak ke 4-nya dengan cara seksio

sesarea dan Tubektomi terhadap istinya (Santri Mulyasari) dikatakan sebagai

tindakan malpraktik dan mengadukan hal ini ke MKDKI, dengan membuat

laporan ada kesalahan prosedur oleh Tamtam Otamar Samsudin,Dr, SPOG

(Penggugat).47

Berdasarkan pengaduan tersebut pada tanggal 14 Maret 2012 Tamtam

Otamar Samsudin, Dr, SPOG (Penggugat) diperiksa dan dimintai keterangannya

satu kali oleh MKDKI (Tergugat-II),48

hasil penelusuran MKDKI ( Tegugat-II)

memutus Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG (Penggugat) dinyatakan bersalah

dengan sanksi disipilin di cabut STR( surat tanda registrasi) atau dokter tersebut

dinyatakan tidak diizinkan praktik selama 9 bulan, keputusan konsil kedokteran

Indonesia (Tergugat I) No 19/ KKI/Kep/ VI/ 2013 tentang Pelaksaan Keputusan

MKDKI( Tergugat-II) tgl 26 Juni 2013 atas pengaduan Nomor 09/

44

Ibid., h.14. 45

Ibid., h.15. 46

Ibid., h.19. 47

Ibid., h.15. 48

Ibid., h.15.

Page 77: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

66

p/MKDKI/V/2011 tentang dugaan pelanggaran disiplin kedokteran tgl 5 Ju n ni

2013 yang dikeluarkan dan diterbitkan oleh MKDKI (Tergugat -II).49

2. Gugatan Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG, Terhadap MKDKI

dan KKI di PTUN

Yang menjadi obyek sengketa dalam gugatan ini adalah Surat Keputusan

Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/ VI/2013 tentang Pelaksanaan

Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Dalam Penegakan

Sanksi Displin Terhadap Saudara TamTam Otamar Samsudin, dr, Sp.OG,

tanggal 26 Juni 2013 (ObyekSurat Keputusan Majelis Kehormatan Displin

Kedokteran Indonesia atas Pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011, tentang

Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran, tanggal 5 Juni 2013 (Obyek Sengketa -

II) yang dikeluarkan/ diterbitkan oleh Tergugat – II.50

Terbitnya Obyek Sengekta-II tersebut, berawal dengan adanya keberatan

dari Penggugat Terhadap Surat Keputusan Majelis Pemeriksa Disiplin (MPD)

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) atas pengaduan

Nomor 09/P/MKDKI/V/2011, tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran,

tanggal 4 April 2013. 51

Dalam proses pemeriksaan oleh MKDKI (Tergugat-II) terhadap

Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG (Penggugat) terjadi ketidak seimbangan

dan mengandung hal-hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi ketika

persalinan di Rumah Sakit MMC, yang mana Tamtam Otamar Samsudin, Dr,

49

Ibid., h. 5. 50

Ibid., h. 5. 51

Ibid., h. 6.

Page 78: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

67

SPOG (Penggugat) sudah menjelaskan secara medis dan telah terekam didalam

dokumen-dokumen medik yang ada, bahwasanya Penggugat sebenarnya tidak

melakukan malpraktek dan selain itu Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG

(Penggugat) juga sudah meminta kepada MKDKI (tergugat II) didalam keberatan

yang dibuat oleh Tamtam Otamar Samsudin, Dr, SPOG (Penggugat) secara

tertulis agar saksi ahli / saksi yang betul-betul ahli dibidang Obsetri dan

Ginekologi dihadirkan ke persidangan sebagai second opini ataupun sebagai

novum baru untuk memperjelas bahwasanya Tamtam Otamar Samsudin, Dr,

SPOG (Penggugat) tidak melakukan malpraktek atau salah dalam prosedur medik,

namun ternyata tidak dipertimbangkan.52

Dan ternyata MKDKI (tergugat II) tidak melakukan sidang pemeriksaan

terhadap nota keberatan yang diajukan Penggugat seperti diamanatkan. Kemudian

sewaktu pemeriksaan pertama di MKDKI terhadap Tamtam Otamar Samsudin,

Dr, SPOG banyak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan peraturan yang

berlaku serta bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik yaitu

diuraikan dan dikarenakan hal-hal sebagai berikut:53

1) Ternyata MKDKI (tergugat II) tidak pernah memeriksa dan bahkan tidak

mempertimbangkan alat bukti persetujuan tindakan medis tanggal 20-4-

2011 yang menyebutkan “..dst...dst...Keluarga pasien...dst...dst.. Setuju

untuk dilakukan tindakan medis berupa SC + Sterilisasi-Histriktomi.”

Padahal di dalam alat bukti tersebut cukup jelas dan terang membuktikan

bahwa Santi Mulyasari (Pasien) dan Henry Kurniawan (Tergugat

52

Ibid., h.16. 53

Ibid., h. 17.

Page 79: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

68

Intervensi) suami Pasien pada tanggal 20-4-2013 sehari sebelum

dilakukan tindakan medis berupa SC ( Sectio Cesarea) + sterilisasi+

Histriktomi telah memberikan persetujuan kepada team dokter di Rs

MMC.

2) MKDKI (Tergugat-II) juga tidak mempertimbangkan tentang bukti yang

diberikan oleh Tamtam Otamar Samsudin (Penggugat/dokter)

penanggung jawab pelayanan (DPJP) tanggal 21-4-2013, padahal jelas di

dalam bukti tersebut, dengan cukup terang membuktikan bahwa

Penggugat telah melakukan dan telah memberi keterangan tentang

temuan klinis, diagnosis kerja, terapi awal, tujuan terapi, potensi resiko,

alternatif lain serta resikonya, prognosis penyakit, perluasan terapi, dan

keterangan lain-lain.

3) Tergugat-II juga keliru mendata atau keliru membuat pertimbangan

dalam mendiagnosa kerja atau laporan operasi yang dilaporkan Tamtam

Otamar Samsudin (Penggugat) antara lain adalah:

a) Surat Keterangan dokter yang menyatakan bahwa pasien (santy

Mulyasari) meninggal dunia karena emboli air ketuban bukan

disebabkan oleh hal-hal yang lain, namun keterangan dokter atau team

dokter tersebut tidak dipertimbangkan oleh MKDKI (Tergugat-II)

bahkan MKDKI (Tergugat-II) dalam mempertimbangkan dan

memutuskan tidak didasarkan pada hasil otopsi dari pasien tetapi

hanya berpendapat atau menyimpulkan dari pikirannya sendiri.

Page 80: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

69

b) Surat Laporan operasi dan surat permintaan konsultasi antara lain

menyebutkan bahwa :

“Sebelum ditutup perut jumlah darah + cairan = + 2000 cc namun

oleh Tergugat didalam pertimbangakan dan keputusannya dilebih-

lebihkan datanya serta dikatakan jumlah darah + cairan = + 6500 cc”

padahal tidak ada data yang menyebutkan jumlah darah + cairan =

sebesar + 6500cc”.

c) Surat catatan dari dokter Anestesia yaitu dr. As‟at menyatakan bahwa

penyebab kematian pasien karena emboli air ketuban. Dan menurut

ilmu kedokteran pasien yang mengalami emboli air ketuban kecil

kemungkinan bisa selamat. Dapat disimpulkan bahwa pasien

meninggal dunia dalam pelaksanaan persalinan anak ke-4nya yang

terjadi pada tanggal 21-4-2011 disebabkan karena emboli air ketuban,

bukan karena penyebab lain apalagi menyalahkan tim dokter atau

Tamtam Otamar Samsudin (Penggugat).

d) Dinyatakan oleh MKDKI (Tergugat-II) didalam pertimbangannya

“bahwa Pasien usia 38 tahun dengan riwayat operasi seksio tiga kali

dengan kadar Hb 9,1 g/dL merupakan kasus yang beresiko tinggi,

seharusnya pada kehamilan ke empat yang direncanakan dilakukan

seksio sesaria, harus dipersiapkan dengan baik itu salah satunya

dengan meningkatkan kadar Hb terlebih dahulu sampai minimal 12

g/dL dan menyiapkan darah” 54

Padahal menurut Persatuan Obstetri

54

Ibid., h.19.

Page 81: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

70

dan Ginekologi Indonesia (POGI) menyebutkan tidak ada

ketentuan atau aturan yang menentukan bahwa “ jika melakukan

tindakan operasi caesar terhadap pasien, kadar Hbnya harus 12 g/ dL

atau kalau didaerah kadar Hb boleh 10g/dL atau harus diatas Hb 9,1

g/dL dan tidak pernah menentukan harus menyiapkan darah terlebih

dahulu. Jadi atas dasar pertimbangan Tergugat-II (MKDKI) terlihat

jelas tidak benar, sewenang-wenang serta pertimbangan-

pertimbangannya tanpa didasar disiplin ilmu kedokteran yang

berlaku.55

e) Kemudian MKDKI (Tergugat II) dalam pertimbangannya

menyatakan harus ada asisten pendamping didalam pelaksanaan

operasi persalinan yang beresiko tinggi” Menurut Persatuan Obstetri

dan Ginekologi Indonesia (POGI), tidak ada ketentuan yang

mengharuskan ada asisten pendamping bagi setiap pelaksanaan

operasi persalinan yang beresiko tinggi. 56

f) Selain itu didalam terbitnya Obyek Sengketa-II diawali dengan

terbitnya suatu keputusan Majelis Pemeriksaan Disiplin Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia yang tidak layak atau

tidak merujuk pada Undang-Undang serta tidak merujuk pada isi

ketentuan Pasal 55 ayat(2)Pasal 57, Pasal 58, Peraturan KKI Nomor 2

tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan

Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gig yang mengamanatkan

55

Ibid., h.20. 56

Ibid., h.21.

Page 82: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

71

bahwa setiap keputusan dari hasil suatu pemeriksaan wajib dilakukan

secara terbuka. Dengan kata lain keputusan Majelis Pemeriksaan

Disiplin Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas

pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011, tentang Dugaan

Pelanggaran Disiplin Kedokteran, tanggal 4 April 2013 yang

kemudian dijadikan dasar oleh Tergugat-II didalam menerbitkan

objek sengketa II ternyata dilakukan di dalam sidang tertutup serta

tidak merujuk pada prinsip prinsip hukum acara yang berlaku.57

g) MKDKI (Tergugar II) dalam membrikan pertimbangan, memberi

putusan dan menerbitkan objek sengketa II, terhadap Tamtam Otamar

Samsudin Dr, SPOG hanya didasarkan pada pendapat sepihak tanpa

merujuk pada Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2

Tahun 2011, tantang Tata Cara Penanganan Kasus “Dugaan

Pelanggaran Disipilin Dokter dan Dokter Gigi yang menyebutkan:

Dalam hal teradu mengajukan keberatan sebagaimana dimaksud pasal

55 ayat (1) MPD harus melakukan sidang pemeriksaan disiplin

terhadap keberatan tersebut”58

Adapun faktanya MKDKI (Tergugat

II) mengabaikan atau tidak melakukan sidang pemeriksaan disiplin

terhadap nota keberatan yang telah diajukan oleh Tamtam Otamar

Samsudin (penggugat). Dan Objek sengketa II yang langsung

memberikan sanksi berupa rekomendasi pencabutan Surat Tanda

Registrasi selama 9 bulan tanpa pemberian sanksi alternatif berupa

57

Ibid.,h.22. 58

Ibid.,h.22.

Page 83: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

72

peringatan tertulis atau sanksi dengan mengikuti pendidikan atau

pelatihan di institusi Pendidikan Kedokteran sebagaimana yang telah

diatur oleh Pasal 69 ayat (1), (2),(3) Undang-undang No 29 Tahun

2004 Tentang Praktik Kedokteran merupakan keputusan yang tidak

mendidik. Serta tidak layak dan tidak patut putusanya untuk

dipertahankan.59

Atas dasar penjelasan dan uraian diatas, terlihatlah akibat dari

tindakan MKDKI (tergugat II) yang bertentangan dengan Perundang-

Undangan yang berlaku sehingga menimbulkan kerugian yang luar

biasa terhadap Tamtam Otmar Samsudin, Dr, SPOG (penggugat)

yakni antara lain:60

i. Penggugat tidak bisa berpraktek dan membantu masyarakat atau

pasien-pasien terutama bagi pasien yang mengikuti program bayi

tabung

ii. Nama baik Penggugat jadi tercemar akibat pengaduan dan

pemeriksaan yang tidak benar serta tida sesuai dengan Konsil

Kedokteran Indonesia No 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan

Dokter Gigi tanggal 2 April 2011 jo. Undang-Undang No 29 Tahun

2004 Tentang Praktik Kedokteran.

h) Bahwa, demikian pula penerbitan Obyek Sengketa-I pada point Ke enam

yang menyebutkan “ Konsil Kedokteran Indonesia melalui Divisi

59

Ibid.,h.24. 60

Ibid., h. 25.

Page 84: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

73

Pembinaan Konsil Kedokteran bersama Suku Dinas Kesehatan Kota

Jakarta Selatan, Ikatan Dokter Indonesia Cabang Kota Jakarta Selatan,

melakukan pembinaan kepada Saudara Tamtam Otamar Samsudin, dr,

Sp.OG, dengan mengacu pada pedoman penyelenggaraan praktik

kedokteran yang baik paling sedikit 1(satu) kali”61

Merupakan penerbitan Surat Keputusan Tergugat-I yang tidak layak,

tidak patut, serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

atau bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik

karena ternyata Obyek Sengketa-I pada point ke enam berlebihan dan

tidak ada dasar rekomendasinya sebagaimana diamanatkan didalam Surat

Keputusan Tergugat-II tanggal 5 Juni 2013, oleh karena itu Surat

Keputusan Tata Usaha Negara tersebut yang berupa Obyek Sengketa-I

dan Obyek Sengketa-II wajib atau harus dinyatakan batal atau tidak

sah.62

3. Amar Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta

Setelah mempertimbangkan berbagai aspek, pengadilan tata usaha

menerbitkan amar putusan sebagai berikut:

M E N G A D I L I :

Dalam Pokok Perkara :

i. Mengabulkan Gugatan (Penggugat) TAMTAM OTAMAR SAMSUDIN,

Dr, SPOG. Seluruhnya

61

Ibid., h. 25. 62

Ibid., h. 25.

Page 85: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

74

ii. Menyatakan batal dan mewajibkan tergugat untuk mencabut Surat

Keputusan Tata Usaha Negara berupa :

1) Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor :

19/KKI/KEP/VI/2013, tanggal 26 Juni 2013 tentang Pelaksanaan

Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

2) Surat Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia atas pengaduan Nomor : 09 / P / MKDKI / V / 2011 tentang

Gugatan Pelanggaran Disiplin Kedokteran, tanggal 5 Juni 2013

iii. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan Tata Usaha Negara

berupa:

1) Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 19/

KKI/KEP/VI/2013, tanggal 26 Juni 2013 tentang Pelaksanaan Keputusan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

2) Surat Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas

pengaduan Nomor : 09 /P/MKDKI/V/ 2011 tentang Gugaan Pelanggaran

Disiplin Kedokteran, tanggal 5 Juni 2013

iv. Menghukum KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA (KKI)

(Tergugat I), MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN

INDONESIA (MKDKI) (Tergugat II) dan HENRY KURNIAWAN

(Tergugat II Intervensi) untuk membayar biaya perkara secara tanggung

renteng sebesar Rp. 199. 000,- (Seratus sembilan puluh ribu rupiah).

Page 86: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

75

BAB IV

ANALISA PANDANGAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

NOMOR 121/G/2013

A. Analisa Menurut Hukum Positif

Pada kasus yang terjadi di RS MMC (Metropolitan Medical Center)

Kuningan, Jakarta Selatan, yakni dengan terdakwa I Ketua Konsil Kedokteran

(KKI), terdakwa II Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI),

tergugat II Intervensi Henry Kurniawan, majelis hakim pengadilan Tata Usaha

Negara memutus dengan mewajibkan tergugat untuk mencabut surat Tata Usaha

Negara yang berupa surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor;

19/KKI/KEP/VI/2013, dan surat Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia atas pengaduan Nomor: 09/P/MKDKI/V/2011 tentang

Gugatan Pelanggaran Disiplin Kedokteran dan menghukum tergugat dengan

membayar biaya perkara secara tanggung renteng sebesar Rp 199.000.1

Sesuai dengan Undang –Undang No 51 Tahun 2009 mengatur bahwa”

keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan

oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final,

yang menimbulkan akibat hukum bagi seorang atau badan hukum perdata”.2

Dengan memutus dan mewajibkan tergugat untuk mencabut surat Tata Usaha

1 Lih Putusan PTUN No. 121/G/2013/PTUN-JKT, hal. 31.

2 Undang-Undang No 51 Tahun 2009.

Page 87: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

76

Negara yang berupa surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor;

19/KKI/KEP/VI/2013, dan surat Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia atas pengaduan Nomor: 09/ P/MKDKI/V/2011dengan

pertimbangan bahwa pasal 33 Perkonsil Nomor: 2 Tahun 2011 diamanatkan

bahwa pemanggilan untuk menghadiri sidang pemeriksaan disiplin terhadap

teradu, pengadu, saksi dan saksi ahli dilakukan secara tertulis dan hal ini telah

dilakukan oleh tergugat sesuai bukti yang diberikan, dan keputusan MKDKI

menyatakan bahwa teradu terbukti melanggar kode etik dan diberikan sanksi

sesuai dengan Undang-Undang No 29 Tahun 2004 dengan dicabutnya surat tanda

registrasinya selama 9 bulan, dan terhadap sanksi disiplin tersebut penggugat

sesuai dengan pasal 55 ayat (1) PERKONSIL No 2 Tahun 2011 telah mengadukan

keberatan kepada ketua MKDKI yang diterima tanggal 7 Mei 2013, sesuai

dengan keberatan tersebut MKDKI memutus MPD untuk melakukan persidangan

tanggal 29 Mei 2013, namun MPD tidak memanggil dr Tamtam Otamar

Samsudin, Sp, Og, Henry Kurniawan saksi, juga saksi ahli yang dianggap perlu

dalam mengambil keputusan apakah keberatan dari dr Tamtam bisa diterima atau

tidak.3

Bahwa karena langkah pemanggilan tidak pernah dilakukan oleh MPD dan

juga tidak ditemukan dalam bukti surat yang diajukan oleh para pihak, maka

keputusan yang diambil MPD yang menjadi cikal bakal keluarnya Objek sengketa

I, dan sengketa II, menjadi cacat yuridis karena tidak dilakukan secara cermat, dan

3 Lih Putusan PTUN No. 121/G/2013/PTUN-JKT,hal. 127.

Page 88: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

77

menjadi cacat prosedur dalam penerbitannya, Maka harus dinyatakan batal serta

dicabut.4

Dalam asas hukum pidana, setiap orang dianggap mengetahui akan

peraturan-peraturan yang berlaku, maka karena itu tidak bisa seseorang bila mana

melakukan suatu tindakan pidana ia menyatakan alasan ketidak tahuan akan

aturan dan ancaman pidana yang diatur oleh negara. Telah disinggung dalam bab

sebelumnya bahwa seseorang bisa diberikan sanksi jika ia bersalah, dan

keselahannya itu bisa terjadi karena unsur kesengajaan atau unsur kelalaian,

kelalaian yang mana diatur oleh pasal 359 KUHPid yang menyatakan:

“Barang siapa karena kealpaanya menyebabkan matinya orang, diancam dengan

pidana penjara paling lama lima tahun, kurungan paling lama satu tahun.”

Dan ketentuan tentang kelalaian yang menyebabkan orang luka berat diatur dalam

Pasal 360 yang berbunyi:

1) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat

luka-luka berat, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau

kurungan paling lama satu tahun.

2) Barang siapa karena kesalahannya ( kealpaannya) menyebabkan orang

lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan

menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu,

diancam dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau pidana

kurungan paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. 5

Pasal 361 berbunyi:

4 Ibid.,h. 128.

5 Andi Hamzah, KUHP Dan KUHAP,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 139.

Page 89: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

78

“Jika kejahatan yang diterangkan dalam Bab ini dilakukan dalam menjalankan

suatu jabatan atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang

bersalah dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian dalam mana dilakukan

kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan”.

Dan dalam syarat kelalaian menurut Van hameel ada 2:6

1) Tidak adanya penduga-duga yang diperlukan

2) Tidak adanya kehati-hatian yang diperlukan

Dan dalam membuktikan seorang dokter bersalah atau tidak bukan hal yang

mudah untuk dibuktikan, tingkat kesulitannya antara lain dalam pengidentifikasi

adanya kemungkinan terjadinya tindak pidana dalam praktik kedokteran, hanya

bisa dibuktikan oleh pihak dokter yang mempunyai pengetahuan tentang itu. 7

Kemudian menurut H.B Vos, unsur-unsur yang dilepaskan satu sama lain

untuk membentuk kealpaan (culpa) yaitu:

1) Pelaku dapat menduga (Voorzienbaarheid) akan akibat yang akan terjadi

2) Pelaku berfikir bahwa akibat tidak akan terjadi karena perbuatnya,

padahal pandangan itu kemudian ternyata benar terjadi

3) Pelaku sama sekali tidak mempunyai pikiran bahwa akibat yang dilarang

timbul karena perbuatannya.

4) Pembuat tidak berhati-hati ( onvoorzichtigheid), ukuran untuk

menentukan apakah seseorang berhati-hati atau tidak, yang jadi tolak

ukur bukanlah orang pada umumnya tapi orang dari lingkungan

6 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana,( jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 106.

7 Waluyadi, Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum

Praktik Kedokteran( Jakarta: Djamabatan,2005), hal. 119.

Page 90: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

79

terdakwa, jadi perlulah diperhatikan antara lain dari pekerjaan atau

keahliannya.8

Dalam hal ini dr Tamtam Otamar Samsudin diduga melakukan malpraktik

kedokteran dalam penanganan Santi Mulyasari pada proses operasi caesar anak ke

4 nya. Sehingga menimbulkan akibat hukum yang di proses oleh MKDKI, dan

MKDKI memutus bersalah kepada dr.Tamtam Otamar Samsudin dengan

ditetapkannya pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) selama 9 bulan tidak bisa

melakukan praktik. MKDKI di dalam pertimbangannya atas pengaduan

No.09/P/MKDKI/ V/2011 tentang dugaan pelanggaran disiplin kedokteran,

tanggal 5 juni 2013, bahwa:

1) Pasien usia 38 Tahun dengan riwayat operasi seksio tiga kali dengan

kadar Hb 9,1 g/dLmerupakan kasus resiko tinggi seharusnya pada

kehamilan ke empat yang dilakukan dengan seksio sesarea dipersiapkan

secara baik dengan meningkatkan kadar Hb terlebih dahulu sampai

minimal 12 g/dl

2) Harus ada asisten pendamping dalam setiap pelaksanaan operasi

persalinan yang beresiko tinggi

3) Jika tindakan operasi seksio harus segera sedangkan Hbnya 9,1 g/dl maka

harus siap darah.9

Terhadap pertimbangan ini, dalam catatan dari dokter anestesia dr, As’at

menyebutkan, penyebab kematian pasien santi Mulyasari adalah karena emboli air

ketuban dan menurut ilmu kedokteran pasien yang mengalami emboli air ketuban

8 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia( Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2013)ha.129. 9 Lih Putusan PTUN No. 121/G/2013/PTUN-JKT,hal. 19-21.

Page 91: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

80

kecil kemungkinannya untuk bisa diselamatkan. Maka disini jelaslah pasien

meninggal karena emboli air ketuban bukan karena hal lain seperti malpraktik

kedokteran.10

Dan pihak Penggugat mengajukan satu orang saksi dibawah sumpah

menurut agamanya dan memberikan keterangan sesuai dengan keahlianya dimuka

persidangan, yaitu:

Prof, dr, Nugrogo Kamponono, Sp. OG.(K), FICS bahwa saksi ahli ini

adalah dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi serta Konsultan Onkologi

menyatakan, bahwa emboli air ketuban adalah suatu peristiwa masuknya air

ketuban kedalam sirkulasi pembuluh darah melalui sinus vena arteri sehingga

menyebabkan terjadinya tekanan darah naik, pembuluh darah menjadi rusak dan

menyebabkan kegagalan jantung kanan, hal ini ditandai dengan terganggunya

faktor pembekuan darah sehingga menimbulkan pendarahan hebat, dan

menyebabkan pasien shock.11

Bahwa setiap ibu hamil pasti ada resiko terjadinya emboli air ketuban,

kejadian ini terjadi sangat fatal dan mendadak serta sulit sekali untuk

disembuhkan, dampak yang terjadi dari emboli air ketuban adalah jantung tidak

memperoleh oksigen dan sistem pembuluh darah menjadi rusak dan darah tidak

bisa dihentikan, kasus inipun jarang terjadi perbandinganya 1: 80.000.12

Dengan demikian dapat diketahui bahwa penyebab emboli air ketuban

adalah peristiwa masuknya air ketuban kedalam sirkulasi pembuluh darah melalui

sinus vena arteri sehingga menyebabkan terjadinya tekanan darah naik, pembuluh

10

. Ibid.,h. 19. 11

. Ibid.,h. 104. 12

. Ibid., h. 105.

Page 92: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

81

darah menjadi rusak dan menyebabkan kegagalan jantung kanan, ditandai dengan

terganggunya faktor pembekuan darah sehingga menimbulkan pendarahan hebat,

dan penyebabkan pasien shock dan berakhir pada kematian korban tidak dapat

dikatakan akibat dari kelalaian penggugat, berdasarkan keterangan ahli yang

mengatakan emboli air ketuban terjadi mendadak dan sangat fatal tidak bisa di

prediksi sebelumnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa penggugat dr Tamtam Otamar Samsudin

dari aspek kedokteran, ia tidak dapat dikatakan berlaku lalai, karena apa yang

terjadi pada pasien disebabkan karena emboli air ketuban dan bukan karena

kelalaian dari perbuatan penggugat. Tapi dari resiko yang dialami oleh korban

yang tidak dapat diduga sebelumnya karena emboli air ketuban terjadi sangat

mendadak dan sangat fatal, seperti yang sudah dikemukakan oleh ahli. Dari segi

hukum, penggugat tidak dapat dikatakan berlaku lalai, karena penggugat sudah

SOP dan tidak melakukan hal-hal lain dari apa yang seharusnya dilakukan apalagi

melakukan kelalaian.

Dari uraian di atas, Penulis mencoba untuk menganalisa dari aspek dan

unsur-unsur kelalaian dalam hukum positif terhadap kasus yang terjadi di RS.

MMC Kuningan Jak-Sel ini. Dalam perspektif hukum positif ini, Penulis

berkesimpulan bahwa penggugat tidak dapat dikenakan sanksi tindak pidana

kelalaian yang mengakibatkan kematian orang lain pasal 359 KUHPid dan tidak

bisa diberikan sanksi disiplin sesuai dengan Undang-Undang No 29 Tahun 2004

pasal 29 bahwa bagi dokter yang melakukan pelanggaran etika bisa ditetapkan

Page 93: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

82

sanksi disipilin oleh MKDKI ( Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia) yang berupa:

1) Pemberian peringatan tertulis

2) Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik dan

atau

3) Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan

kedokteran atau kedokteran gigi.13

Hal itu disebabkan bahwa penggugat tidak berlaku lalai dan sudah sesuai

dengan prosedur dan korban meninggal karena emboli air ketuban bukan karena

kelalaian penggugat. Jadi putusan MKDKI dengan menetapkan sanksi disiplin

dengan dicabutnya Surat Tanda Registrasi adalah tidak tepat.

B. Analisa Menurut Hukum Islam

Dalam menganalisa menurut hukum Islam penulis memfokuskan pada

putusan MKDKI yang menyatakan bahwa penggugat terbukti melakukan

kelalaian sehingga mengakibatkan kematian orang lain dalam operasi caesar

dengan diputuskan pencabutan surat tanda regitrasi selama 9 bulan putusan No

19/KKI/KEP/VI/2013, sehingga dapat diketahui bahwa penggugat melakukan

pembunuhan karena kelalaian ( qatl al-khata’).

Menurut mayoritas ulama yakni ulama Syafi’iyyah dan Hanabillah,

Pembunuhan karena kesalahan ada tiga macam pembagian yaitu:

1) Bila si pelaku pembunuhan sengaja melakukan suatu perbuatan dengan

tanpa maksud melakukan suatu kejahatan, akan tetapi mengakibatkan

13

Undang-Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran .

Page 94: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

83

meninggalnya seseorang, kesalahan seperti ini adalah salah dalam

perbuatan.

2) Bila sipelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat

membunuh seseorang yang disangkanya boleh dibunuh, ternyata setelah

dibunuh orang tersebut tidak boleh dibunuh,

3) Bila si pelaku tidak bermaksud membunuhnya tetapi akibat kelalaiannya

dapat menimbulkan kematian seseorang. 14

Dilihat dalam unsur pembunuhan tersalah di atas, maka pada dasarnya

perbuatan tersebut berasal dari pelaku, yang mana menimbulkan suatu kesalahan

yang berupa kelalaian yang pada akhirnya berdampak negatif yakni kematian

seseorang. Pada putusan Nomor No 19/KKI/KEP/VI/2013, MKDKI memutuskan

untuk mecabut Surat Tanda Registrasi kepada penggugat selama 9 bulan tidak

boleh melakukan praktek dengan pertimbangan sebagi berikut:

1) Pasien usia 38 Tahun dengan riwayat operasi seksio tiga kali dengan

kadar Hb 9,1 g/dLmerupakan kasus resiko tinggi seharusnya pada

kehamilan ke empat yang dilakukan dengan seksio sesarea dipersiapkan

secara baik dengan meningkatkan kadar Hb terlebih dahulu sampai

minimal 12 g/dl

2) Harus ada asisten pendamping dalam setiap pelaksanaan operasi

persalinan yang beresiko tinggi

3) Jika tindakan operasi seksio harus segera sedangkan Hbnya 9,1 g/dl maka

harus siap darah.15

14

A. Djazuli, Fiqh Jinayah(Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam,( Jakarta; Raja

Grafindo Persada, 1997). Hal 123.

Page 95: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

84

Untuk mengetahui apakah terjadi kelalaian dari para terdakwa, perlu

diuraikan unsur-unsur pembunuhan karena kelalaian dalam hukum Islam, yakni

sebagaimana diketahui ada tiga bagian:

1) Adanya perbuatan yang mengakibatkan kematian korban

2) Perbuatan tersebut terjadi karena kesalahan (kelalaian) pelaku

3) Kematian adalah akibat dari perbuatan pelaku.16

Akan tetapi di sini kematian korban ternyata disebabkan oleh emboli air

ketuban yang mana sudah dikemukakan oleh:

Prof, dr, Nugrogo Kamponono, Sp. OG.(K), FICS bahwa saksi ahli ini

adalah dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi serta Konsultan Onkologi

menyatakan bahwa emboli air ketuban adalah suatu peristiwa masuknya air

ketuban kedalam sirkulasi pembuluh darah melalui sinus vena arteri sehingga

menyebabkan terjadinya tekanan darah naik, pembuluh darah menjadi rusak dan

menyebabkan kegagalan jantung kanan, hal ini ditandai dengan terganggunya

faktor pembekuan darah sehingga menimbulkan pendarahan hebat, dan

penyebabkan pasien shock.

Bahwa setiap ibu hamil pasti ada resiko terjadinya emboli air ketuban,

kejadian ini terjadi sangat fatal dan mendadak serta sulit sekali untuk

disembuhkan, dampak yang terjadi dari emboli air ketuban adalah jantung tidak

memperoleh oksigen dan sistem pembuluh darah menjadi rusak dan darah tidak

bisa dihentikan, kasus inipun jarang terjadi perbandinganya 1: 80.000.17

Dokter

15

Lih Putusan PTUN No. 121/G/2013/PTUN-JKT,hal. 19-21. 16

Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika,2005), hal. 142-

143. 17

Lih Putusan PTUN No. 121/G/2013/PTUN-JKT,hal. 105.

Page 96: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

85

anestesia dr. As’at menyebutkan, penyebab kematian pasien Santi Mulyasari

adalah karena emboli air ketuban dan menurut ilmu kedokteran pasien yang

mengalami emboli air ketuban kecil kemungkinannya untuk bisa diselamatkan.

Maka disini jelaslah pasien meninggal karena emboli air ketuban bukan karena hal

lain seperti malpraktik kedokteran. 18

Prinsip yang cukup bersumber dari Ibnu Qoyyim yang memaparkan etika

kedokteran didasari dengan petunjuk Nabi Muhammad Saw tentang tanggung

jawab seorang dokter yang mengobati penyakit manusia dalam keadaan tidak

mengetahui ilmu kedokteran. Dalam kaitan ini pasalnya mengutip sabda

Rasulullah:

من تطيب ولم يعلم منه الطب قبل ذا لك فهى ضامن

Yang artinya:” barang siapa yang berpraktik kedokteran padahal ia tidak

mempelajari ilmu kedokteran sebelumnya maka ia bertanggung jawab atas resiko

yang diderita pasienya.19

(H.R Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Nasa’i)

Hadits inipun menunjukan bahwa dokter yang bukan ahlinya harus

bertanggung jawab atas hasil pengobatan yang dilakukannya. Sedang penggugat

adalah dokter ahli dibidang Obstetri dan Ginekologi yang memiliki izin praktik

sejak tahun 1996 yang terus diperpanjang sebagaimana ternyata dari SIP

Dokter/Dokter Gigi di tiga rumah sakit. 20

Jadi penggugat sudah melakukan operasi caesar sesuai dengan prosedur

kedokteran, sedang pembunuhan karena kelalaian dalam hukum Islam adalah

karena perbuatan lalai yang dilakukan oleh pelaku sehingga menyebabkan orang

18

Lih Putusan PTUN No. 121/G/2013/PTUN-JKT,hal.19. 19

Abuddin Nata, Persepktik Islam Tentang Pendidikan Kedokteran, ( Jakarta: UIN Jakarta

Press: 2004), hal. 293. 20

Lih Putusan PTUN No. 121/G/2013/PTUN-JKT,hal.11.

Page 97: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

86

lain meninggal akan tetapi dalam kasus ini korban meninggal dikarenakan emboli

air ketuban yang bersifat mendadak dan fatal serta tidak bisa diprediksikan

sebelumnya, bukan dari perbuatan yang diduga karena kelalaian penggugat.

Dari penjelasan di atas, setelah dikaji secara mendalam penulis

berkesimpulan bahwa penggugat tidak bisa dimasukkan dalam kategori pelaku

pembunuhan tersalah karena tidak memenuhi unsur-unsur pembunuhan jenis ini

dengan kapasitas penggugat sebagai dokter ahli dalam bidangnya. Selain itu,

setelah diuji oleh saksi ahli, penyebab kematian pasien pun bukan karena

kelalaian penggugat, melainkan adanya kasus medis lain yakni emboli air

ketuban.

Page 98: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian analisa yang penulis paparkan berkaitan dengan

kelalaian dokter dalam operasi caesar ditinjau dalam hukum positif dan hukum

Islam (analisis putusan PTUN Nomor 121/G/2013/PTUN-Jakarta), maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa dalam kondisi normal operasi caesar bisa dilaksanakan jika ada

beberapa pertimbangan yang mengharuskan dilaksanakannya operasi caesar.

Berikut beberapa pertimbangan dilaksanakannya operasi caesar:

a) Janin dengan presentasi bokong

b) Kehamilan kembar dan pada kehamilan ganda dengan jumlah janin lebih

dari dua (misal 3 atau lebih)

c) Kondisi medis ibu, preeklamsia, kencing manis (diabetes militus), herpes,

penderita HIV/AIDS, penyakit jantung, penyakit paru kronik, atau tumor

rahim (mioma) yang ukurannya besar atau menutupi jalan lahir, kista yang

menghalangi turunnya janin

d) Masalah pada janin, misalnya pada janin dengan oligohidramnion (cairan

ketuban sedikit) atau janin dengan gangguan perkembangan.

Selain itu, operasi caesar terkadang dilaksanakan dalam kondisi darurat, yakni

jika operasi dilakukan ketika proses persalinan telah berlangsung, beberapa

kondisinya sebagai berikut:

a) Persalinan macet

Page 99: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

88

b) Stres pada janin sehingga janin kekurangan oksigen.

2. Tinjauan tentang pengaturan dokter yang melakukan kelalaian dalam operasi

caesar menurut hukum positif dan hukum Islam adalah sebagai berikut:

a) Menurut hukum positif, culpa atau kelalaian adalah kurang kehati-hatian

sehingga menimbulkan yang tidak sengaja terjadi. Kelalaian memiliki unsur

dan syarat tertentu. Menurut Van Hamel menyebutkan 2 syarat kelalaian,

pertama tidak adanya penduga-duga yang diperlukan dan kedua adalah

tidak adanya kehati-hatian yang diperlukan. Kelalaian dalam hukum positif

bisa dikenakan hukuman sesuai dengan pasal 359, 360, 361 KUHP

mengenai tindakan yang menyebabkan matinya atau luka-lukanya orang lain

dan cacat karena kelalaiannya. Selain itu, bisa dikenakan sanksi disiplin oleh

MKDKI sesuai dengan Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran.

b) Menurut hukum Islam, bagi Dokter yang melakukan kelalaian bisa

dikategorikan pada pembunuhan tersalah (qathl al-khata’) dan dikenakan

hukuman diyat mukhafafah, kafarat serta hukuman tambahan berupa

penghapusan hak waris. Pendapat lain menyatakan apabila dokter tersalah

dalam praktiknya, dia tidak bertanggung jawab atas kesalahannya kecuali

kesalahan yang sangat fatal. Sedang pendapat imam Malik menyatakan,

bahwa seorang dokter tidak wajib membayar diyat atau ganti rugi apapun,

dengan syarat seorang dokter tersebut adalah orang ahli di bidang

kedokteran.

Page 100: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

89

3. Putusan majelis hakim pengadilan Tata Usaha Negara dengan mewajibkan

tergugat untuk mencabut surat Tata Usaha Negara yang berupa surat

Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor; 19/KKI/KEP/VI/2013, dan

surat Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas

pengaduan Nomor: 09/P/MKDKI/V/2011 tentang Gugatan Pelanggaran

Disiplin Kedokteran adalah tepat. Sedang di MKDKI dr. Tamtam Otamar

Samsudin dinyatakan bersalah karena beberapa pertimbangan yakni:

a) Pasien usia 38 Tahun dengan riwayat operasi seksio tiga kali dengan kadar

Hb 9,1 g/dLmerupakan kasus resiko tinggi seharusnya pada kehamilan ke

empat yang dilakukan dengan seksio sesarea dipersiapkan secara baik

dengan meningkatkan kadar Hb terlebih dahulu sampai minimal 12 g/dl

b) Harus ada asisten pendamping dalam setiap pelaksanaan operasi

persalinan yang beresiko tinggi

c) Jika tindakan operasi seksio harus segera sedangkan Hbnya 9,1 g/dl maka

harus siap darah.1

Sedangkan dalam proses persidangan di Pengadilan Tata Usaha Negara dengan

didatangkan saksi ahli yaitu Prof, dr, Nugroho Kampononi, Sp.OG.(K), FICS

seorang dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi serta Konsultan Onkologi

menyatakan bahwa pasien meninggal karena emboli air ketuban yang kejadiannya

sangat fatal, mendadak dan sulit disembuhkan. Kasus ini jarang terjadi

perbandingannya 1: 80.000. Maka dinyatakan bahwa dr Tamtam sudah

melaksanakan tindakan operasi sesuai prosedur dan dinyatakan kematian korban

1 Lih Putusan PTUN No. 121/G/2013/PTUN-JKT,hal. 19-21.

Page 101: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

90

terjadi karena emboli air ketuban, sehingga dr Tamtam Otamar Samsudin tidak

memenuhi unsur 359 KUHP.

B. Saran

Setelah penulis menelaah beberapa hal dalam skripsi ini, guna untuk

mengantisipasi korban kelalaian dokter maka penulis menyampaikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Seorang hakim dalam memberikan sebuah sanksi dan menetapkan sebuah

putusan hendaklah melalui berbagai pertimbangan bukan hanya dari segi

hakim itu sendiri akan tetapi dari segi hukum positif dan dari segi ilmu

kedokteran.

2. Hasil penelitian ini menjadi dasar acuan dalam melindungi pasien dari kasus

kelalaian dokter, dan bagi para tenaga medis hendaknya melakukan pekerjaan

sebagai dokter dengan professional dan lebih berhati-hati.

Page 102: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

91

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Oemar Seno, Etika Profesional dan Hukum Pertanggungjawaban Pidana

Dokter, Jakarta: Erlangga, 1991

Ali Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Az-Zuhaili Wahbah, penerjemah Al-Kattani, Abdul Hayyie, Fiqh Islam Wa

Adillatuhu, Jilid 7, Jakarta: Gema Insani, 2011

Djazuli Ahmad, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam),

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.

Hamzah, Andi. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

KUHP dan KUHAP. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Irfan M. Nurul, Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta: Amzah, 2013.

Lamintang, P.A.F dan Lamintang, Theo. Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh dan

Kesehatan. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Mansur Dikdik M. Arief, Gultom Elisatris, Urgensi Perlindungan Korban

Kejahatan Antara Norma dan Realita, Jakarta: PT Raja Grafindo

persada,2007.

Maramis Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2013

Marpaung Leden, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika,

2006.

Muhammad, Abu Ja’far, bin Ath-Thabari Jarir, Tafsir Ath-Thabari, Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009.

Page 103: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

92

Nata Abudin, Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran, Jakarta: UIN

Jakarta Press: 2004

Pinem Saroha, Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta: CV Trans Info

Media,2009

Prasetyo Teguh, Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Pers, 2011

Prodjodikoro Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung: PT

Refika Aditama, 2003

Rahman Abdur, Tindak Pidana Dalam Syari’at Islam, Jakarta: Rineka Cipta,

1991

Rusyd Ibnu, Bidayatul Mujtahid, Jakarta; Pustaka Azzam, 2007

Sulistia Teguh, Zurnetti Aria, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi,

Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Waluyadi, Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Perspektif Peradilan dan Aspek

Hukum Praktik Kedokteran, Jakarta: Djambatan, 2005.

Walid, bin Rasyid As-Sa’idan, Fikh Kedokteran, Yogyakarta: Pustaka Fahima,

2007.

Wardi Muslich, Ahmad, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005

Werner David, Thuman Carol , Apa Yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter

(Where There Is No Doctor), Yogyakarta, C.V Andi Offset, 2010

Peraturan Perundang- Undangan

1. UU RI No. 1 Tahun 1946 Tentang KUHP

2. UU RI No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP

3. UU RI No 2 Tahun 2011 Tentang Konsil Kedokteran Indonesia

Page 104: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

93

4. UU RI No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

5. UU RI No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Putusan PTUN Nomor: 121/ G/ 2013/PTUN –JKT

Kementrian Agama RI, Kesehatan dalam perspektif al-Qur’an ( Tafsir Qur’an

Tematik), Jakarta: Rajawali Press, 2011

Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jilid II, Jakarta: Pt Kharisma Ilmu: 2011

Latifah Nurul, pertanggung jawaban pidana dokter dalam kasus malpraktek

medic menurut KUHP, Jornal IFHA.

Dwidyatun, Diah, Materi Asuhan Kebidanan II “Persalinan” dari http://

jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii

persalnan.html?m=1 .

Revina. “Persalinan dengan Operasi Caesar”. dipublikasikan pada situs Persalinan

Dengan Operasi Caesar http://bidanku.com/persalinan-dengan-operasi-

caesar#ixzz2ydtUjTqX , diakses pada tanggal 12 april 2014 pukul 11.23

Shofi al- Baritariyyah, Ummu http;/

/ummushofi.wordpress.com/2009/12/30/hukum-melahirkan-dengan-operasi

caesar-dalam-kondisi-mampu-melahirkan-normal/ diakses pada tanggal 10

Des 2014 pada pukul 05.22

Sofyan, http://zofyanthespiritoflife.blogspot.com/2014/01/malpraktik-medical-

error-dan.html?m=1 diakses pada tanggal 1 April pada pukul 11.35

Suryati Tati, analisis lanjut data riskesdas 2010) persentase operasi caesar di

indonesia melebihi standard maksimal, apakah sesuai indikasi

Page 105: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

94

medis?,(Jakarta: Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 4

Oktober 2012: 331–338)

http://www.edukasiana.net/2012/09/sejarah-dan-perkembangan-bedah-atau.html,

diakses pada tanggal 09 oktober 2013 pukul 19.00

Page 106: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

NOMOR : 121/G/2013/PTUN-JKT.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, yang memeriksa, memutus dan

menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada Tingkat Pertama dengan Acara

Biasa, telah menjatuhkan Putusan dengan pertimbangan-pertimbangan seperti

tersebut di bawah ini, dalam sengketa antara :

-------------------------------------------------------------------------

TAMTAM OTAMAR SAMSUDIN, Dr, SPOG, Warga Negara Indonesia,

beralamat di Jalan Potlot II Nomor 7 RT. 002 RW. 003,

Kelurahan Duren Tiga, Kecamatan Pancoran, Jakarta

Selatan, Dalam sengketa ini memberi kuasa kepada :---

1. Najab Khan, S.H., M.H ;--------------------------------------

2. Isykar M. K,SH .;------------------------------------------------

3. Billy Eka Putra, S.H. ;------------------------------------------

Semuanya Warga Negara Indonesia, pekerjaan Advokat,

berkantor di Najab Khan, S.H., M.H & Associates, beralamat

di Jalan Kedoya Raya Nomor 27 J, Kedoya selatan,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Juli 2013 ;

----------------------------------------------

Selanjutnya disebutsebagai .................. PENGGUGAT;

Melawan :

Halaman 1 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 107: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA (KKI),

berkedudukan di Jalan Teuku Cik Ditiro Nomor 6, Gondangdia,

Menteng, Jakarta Pusat ;

------------------------------------------------------------------------------------

Dalam hal ini memberikan Kuasa Khusus kepada :-------

1 Dr. Sabir Alwy, SH.,MH. ;------------------------------------

Wakil Ketua Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia ; ------------------------------------------------------

2 Budi Irawan SH.,M.Hum. ;-----------------------------------

Kepala Bagian Pelayanan Hukum, Sekretariat Konsil

Kedokteran Indonesia ;-----------------------------

3 Gunadi Sri Ultimastuti, SH. ;-------------------------------

Kepala Sub Bagian Bantuan Hukum, Sekretariat Konsil

Kedokteran Indonesia ;-----------------------------

4 Resi Arisandi, drg, MH.Kes. ;-------------------------------

Kepala Sub Bagian Persidangan, Sekretariat Konsil

Kedokteran Indonesia ;-------------------------------------

5 Wishnu Erlangga Putera, SH, M.Hum. ;-----------------

Staf Sub Bagian Persidangan, Sekretariat Konsil

Kedokteran Indonesia ;--------------------------------------

Berdasarkan Surat Kuasa, Nomor : HK.01.02/03/KKI /

VII/2513/ 2013, tanggal 22 Juli 2013, -----------------------

Selanjutnya disebut sebagai ................. TERGUGAT I ;

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 108: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2 MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN

INDONESIA (MKDKI) berkedudukan di Jalan Teuku Cik

Ditiro Nomor 6,

Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat ;----------------------

Dalam hal ini memberikan Kuasa Khusus kepada :-------

1 Dr. Sabir Alwy, SH.,MH. ;------------------------------------

Wakil Ketua Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia ; ------------------------------------------------------

2. Budi Irawan SH.,M.Hum. ;-----------------------------------

Kepala Bagian Pelayanan Hukum, Sekretariat Konsil

Kedokteran Indonesia ;-----------------------------

3 Gunadi Sri Ultimastuti, SH. ;-------------------------------

Kepala Sub Bagian Bantuan Hukum, Sekretariat Konsil

Kedokteran Indonesia ;-----------------------------

4 Resi Arisandi, drg, MH.Kes. ;-------------------------------

Kepala Sub Bagian Persidangan, Sekretariat Konsil

Kedokteran Indonesia ;--------------------------------------

5 Wishnu Erlangga Putera, SH, M.Hum. ;----------------

Staf Sub Bagian Persidangan, Sekretariat Konsil

Kedokteran Indonesia ;--------------------------------------

Berdasarkan Surat Kuasa, Nomor : 1644/U/MKDKI/

VII/2013, tanggal 22 Juli 2013 ;------------

Selanjutnya disebut sebagai................ TERGUGAT II ;

3. HENRY KURNIAWAN, Warganegara Indonesia, beralamat di Jalan

Kebon Nanas Selatan II No. 25 RT. 009 RW. 008, Kelurahan

Halaman 3 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 109: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara Timur, yang

dalam hal ini memberikan kuasa kepada Dra. Risma

Situmorang, S.H., M.H., Susy Tan, S.H., M.H. dan Christine

Nhazzia Agustine, S.H., Advokat dan Konsultan Hukum

pada Kantor Hukum Risma Situmorang & Partners,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 21/SK/

RM&P.VIII/2013 tanggal 26 Agustus 2013. selanjutnya

disebut sebagai ...................................... TERGUGAT II

INTERVENSI ;

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tersebut : ------------------------------

- Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta

Nomor : 121/PEN-DIS/2013/PTUN.JKT. tanggal 19 Juli 2013, tentang

Lolos Dismissal dan menetapkan Pemeriksaan Perkara tersebut dengan

acara biasa; ----------------------------------------------------

- Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta,

Nomor : 121/PEN/2013/PTUN.JKT. tanggal 19 Juli 2013, tentang

Penunjukkan Majelis Hakim yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan

sengketa tersebut ; ---------------------------------------------

- Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Nomor : 121/PEN-

HS/2013/ PTUN.JKT. tanggal 19 Juli 2013, tentang hari dan tanggal

Persidangan ; ------------------------------------------------------------------------

- Telah membaca Surat Gugatan Penggugat tertanggal 12 Juli

2013, yang didaftar di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 110: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pada tanggal 12 Juli 2013 di bawah Register Perkara Nomor : 121/G/2013/

PTUN. JKT ; ----------------------------------------------

- Telah membaca Penetapan Nomor : 121/G/2013/PTUN–JKT tanggal 30

Juli 2013 ; --------------------------------------------------------------

- Telah membaca Putusan Sela Nomor 121/G/2013/PTUN-JKT/INTV tanggal

27 Agustus 2013 ; --------------------------------------------------------

- Telah membaca berkas perkara yang bersangkutan ; --------------------

- Telah membaca surat-surat dan bukti-bukti dari Penggugat, Tergugat dan

Tergugat II Intervensi di Persidangan ; ---------------------------------

- Telah mendengarkan keterangan pihak-pihak yang bersengketa di

Persidangan ; ------------------------------------------------------------------------

- Telah mendengarkan keterangan Saksi dan Ahli dari pihak Penggugat dan

Tergugat II Intervensi di Persidangan ; -------------------

TENTANG DUDUK SENGKETA :

Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan surat gugatannya

tertanggal 12 Juli 2013, yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 12 Juli 2013, dibawah

Register Perkara Nomor : 121/G/2013/ PTUN-JKT, dan telah diperbaiki pada

tanggal 30 Juli 2013, dengan mengemukakan alasan sebagai berikut :

----------------------------------------------------------------

1 Bahwa, Yang menjadi obyek sengketa dalam gugatan ini adalah berupa

Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/

VI/2013 tentang Pelaksanaan Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia Dalam Penegakan Sanksi Displin Terhadap Saudara

TamTam Otamar Samsudin, dr, Sp.OG, tanggal 26 Juni 2013 (Obyek

Halaman 5 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 111: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Sengketa - I) yang dikeluarkan/ diterbitkan oleh Tergugat - I dan berupa

Surat Keputusan Majelis Kehormatan Displin Kedokteran Indonesia atas

Pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011, tentang Dugaan Pelanggaran

Disiplin Kedokteran, tanggal 5 Juni 2013 (Obyek Sengketa - II) yang

dikeluarkan/ diterbitkan oleh Tergugat - II ; -----

Bahwa, terbitnya Obyek Sengekta-II tersebut diatas, diawali

adanya keberatan dari Penggugat Terhadap Surat Keputusan Majelis

Pemeriksa Disiplin (MPD) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia (MKDKI) atas pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011,

tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran, tanggal 4 April 2013.

(Vide, Bukti Terlampir) ; ------------

Bahwa, Obyek Sengketa-II mulai diberlakukan terhadap

Penggugat sejak tanggal 26 Juni 2013 berdasarkan Surat Keputusan

Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013, tertanggal 26

Juni 2013 (Obyek Sengeketa-I) (Vide, Bukti Terlampir) ;

---------------------------------------------------------

Oleh karenanya, jelas Obyek Sengketa-I dan Obyek Sengketa-II

merupakan Keputusan Tata Usaha Negara yang kongrit, individual, dan

final ; ---------------------------------------------------

2 Bahwa, Obyek Sengketa-I dan Obyek Sengketa-II atas nama Penggugat

yang dikeluarkan / diterbitkan oleh Tergugat-I dan Tergugat-II tersebut

kiranya telah memenuhi unsur-unsur untuk diajukan ke Pengadilan Tata

Usaha Negara sebagaimana diatur didalam pasal 1 angka (3) Undang-

Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang

diubah dengan Undang -Undang Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan

atas Undang -Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 112: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Negara, terakhir diubah dengan pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor

51 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara, yang mengatur bahwa : ------------------------------------

”Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang

dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi

tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual

dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan

hukum perdata” ; ---------------

Atas dasar fakta tersebut diatas, jelas bahwa : ---------------------------

1 Obyek Sengketa-I dan Obyek Sengeketa-II atas nama Penggugat

merupakan penetapan tertulis yang dikeluarkan / diterbitkan oleh

Tergugat-I dan Tergugat-II yang merupakan

Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintah

dibidang Disiplin Kedokteran Indonesia berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 072/

MENKES/SK/III/2006 tentang Pengangkatan Anggota Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia tertanggal 7 Pebruari

2006 dan perubahannya sehingga KKI dan MKDKI merupakan

badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, sebagaimana diatur dalam

pasal 1 angka (2) Jo. pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 9

tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5

tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, terakhir diubah

dengan pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 tahun 2009

Halaman 7 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 113: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 tahun

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;

2 Bahwa, Penerbitan Obyek Sengketa-I dan Obyek Sengketa-II perihal

Rekomendasi Pencabutan Surat Tanda Registrasi atas nama Penggugat

selama 9 (sembilan) bulan tersebut merupakan tindakan hukum Tata

Usaha Negara yang bersifat konkrit, individual dan final ;

-------------------------------

Adapun sifat-sifat tersebut diatas, dapat diuraikan dan dimaknai

sebagai berikut : ---------------------------------------------

Pertama, Sifat konkritnya dari Surat Keputusan tersebut

dapat terlihat pada obyek yang diputuskan yaitu berwujud dan

tidak abstrak serta merujuk pada Obyek Sengketa-I yang

menyebutkan pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) selama 9

(sembilan) bulan terhadap Penggugat dan Obyek Sengketa-II yang

menyebutkan pula dan merekomendasikan pencabutan Surat

Tanda Registrasi (STR) selama 9 (sembilan) bulan terhadap

Penggugat ; ------

Kedua, Sifat individualnya dari Surat Keputusan tersebut

dapat terlihat dari Obyek Sengketa-I dan Obyek Sengketa-II itu

ditujukan tidak untuk umum tetapi tertentu yaitu dengan

disebutkan personnya yaitu Penggugat beserta alamatnya

Penggugat maupun hal-hal yang dituju ; ------------

Ketiga, Sifat final dari obyek gugatan pun terpenuhi yaitu

terlihat pada Surat Keputusan yang menyebutkan pencabutan Surat

Tanda Registrasi (STR) selama 9 (sembilan) bulan terhadap

Penggugat tersebut sudah definitif dan menimbulkan akibat hukum

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 114: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

artinya tidak memerlukan putusan lebih lanjut untuk dilaksanakan,

dalam

hal ini sudah mengikat Penggugat dan sudah dilaksanakan oleh

Konsil Kedokteran Indonesia, sebagaimana diatur oleh ketentuan

pasal 58, 59 dan 60 ayat (3) Peraturan Konsil Kedokteran

Indonesia Nomor 2 tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan

Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi,

tanggal 6 April 2011, Jo. pasal 69 ayat (1) Undang-undang Nomor

29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, tanggal 6 Oktober 2004

yang menyebutkan yaitu :

-----------------------------------------------------

Pada Pasal 58 Peraturan KKI Nomor 2 tahun 2011 tentang

Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter

dan Dokter Gigi berbunyi : -------------------------

”Hasil sidang pemeriksaan disiplin yang telah dilakukan oleh

MPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56

ditetapkan oleh Ketua MKDKI I MKDKI-P sebagai Keputusan

MKDKI / MKDKI-P yang bersifat final dan berkekuatan tetap

serta dibacakan secara terbuka dalam sidang pembacaan

keputusan” ; -------------------------------

Pada pasal 59 Peraturan KKI Nomor 2 tahun 2011 tentang

Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter

dan Dokter Gigi berbunyi : -------------------------

“Keputusan MKDKI / MKDKI-P bersifat final, berkekuatan

tetap, dan mengikat teradu, KKI, dan pemerintah daerah

(Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) ; -------------------------”

Halaman 9 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 115: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pada pasal 60 ayat (3) Peraturan KKI Nomor 2 tahun 2011

tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin

Dokter dan Dokter Gigi berbunyi : -------

“(3)Pelaksanaan dan penyampaian salinan Keputusan MKDKI

I MKDKI-P sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap

dan kepada teradu, pemerintah daerah kabupaten/kota

(Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) yang menerbitkan SIP

teradu, organisasi profesi terkait, fasilitas pelayanan

kesehatan tempat teradu menjalankan praktik kedokteran,

institusi pendidikan kedokteran / kedokteran gigi, dan/atau

Kementerian Kesehatan harus segera dilakukan oleh

KKI” ; ----------

Pada Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang No. 29 tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran berbunyi : --------------------

“Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

mengikat dokter, dokter gigi dan Konsil Kedokteran Indonesia” ;

---------------------------------------------

Selain itu juga Obyek Sengketa-I dan Obyek Sengketa-II

tersebut telah memenuhi unsur-unsur sebagai Keputusan Tata

Usaha Negara sebagaimana diatur di dalam pasal 1 angka (2) Jo.

pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara, terakhir diubah dengan pasal 1

angka 8 dan angka 9 Undang-Undang Nomor 51 tahun 2009

tentang Perubahan Kedua atas UU No. 5 tahun 1986 tentang

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 116: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Peradilan Tata Usaha Negara ;

-----------------------------------------------------------

3 Bahwa, Penggugat menerima Salinan Obyek Sengketa-II dari

Tergugat-I pada tanggal 3 Juli 2013 dan Penggugat juga

menerima Salinan Obyek Sengketa-I dari Tergugat-I Pada tanggal

25 Juni 2013. Dengan demikian pengajuan gugatan ini masih

dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana

diatur dalam pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang diubah dengan Undang-

Undang Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 51 tahun 2009

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 tahun

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. (Vide, Bukti

Terlampir) ; ----------------------------------------------------------------

3 Bahwa, Penggugat adalah seorang Dokter Spesialis Obstetri dan

Ginekologi yang memiliki ijin praktek sejak tahun 1996 yang terus

menerus diperpanjang, sebagaimana ternyata dari Surat Ijin Praktek (SIP)

Dokter / Dokter Gigi No. 1.2.01.3171.1349/ 42006/09.16.1 tempat praktek

Rumah sakit MMC; No. 1.2.01.3171.1351/43102/09.16.3 Tempat Praktik

Rumah Sakit Asri; No. 1.2.01.3171.1350/ 45007/09.16.2 tempat praktek

PBDS Sam Marie Famili Health Care dan Penggugat juga memiliki S.T.R

(surat tanda Registrasi sebagai dokter) dari Tergugat-I/ Konsil Kedokteran

Indonesia dengan Nomor Registrasi 31.1.1..301.2.11.031779, kesemuanya

Halaman 11 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 117: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berlaku s/d tanggal 6 September 2016. (Vide, Bukti Terlampir) ;

-------------------------------------------------------------------------

Surat Tanda Registrasi sebagai dokter (STR) dan Surat Ijin Praktek

Penggugat tersebut telah memenuhi ketentuan yang diatur didalam

pasal 1 angka 2, angka 7, angka 8, pasal 36 Undang-Undang Nomor 29

tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ; ---------------------

4 Bahwa, Selama Penggugat berpraktek di beberapa Rumah Sakit atau

selama bertugas menjalankan Praktek Kedokteran selalu menjalankan

tugasnya dengan baik sebagai Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi ;

--------------------------------------------------------

5 Bahwa, Pada tanggal 20 April 2011 Penggugat serta dokter-dokter lainnya

(Team Dokter) telah sepakat dengan pasien (Santy Mulyasari beserta

suami) akan melakukan tindakan Seksio Sesaria dan Tubektomi pada usia

kehamilan 38 Minggu dan selama melakukan persiapan-persiapan

persalinan ataupun dalam pelaksanaan persalinan, tindakan yang

dilakukan Penggugat terhadap pasien sudah sesuai dengan prosedur yang

ditentukan didalam Pasal 39, pasal 40, pasal 44, pasal 45, pasal 50 huruf

b,

pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek

Kedokteran maupun sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku di POGI

(Persatuan Obstatri dan Guekologi Indonesia) ataupun telah sesuai dengan

Kode Etik Kedokteran Indonesia yaitu utamanya sebagaimana diatur :

----------------------------------------------

Didalam Pasal 7 c yang menyebutkan : -------------------------------------

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 118: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak

sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga

kepercayaan pasien” ; -----------------------------

Didalam Pasal 12 yang menyebutkan : -------------------------------------

“Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang

diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien

itu meninggal dunia” ; -----------------------------------------

Dan didalam Pasal 13 yang menyebutkan : ------------------------------

“Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai

suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain

bersedia dan mampu memberikannya” ; ---------------------

(Vide, Bukti Terlampir) ; ---------------------------------------------------------

6 Bahwa, awalnya Penggugat bertemu dengan pasien (Santy Mulyasari)

pada tahun 2009 di Rumah Sakit Asri dan ketika itu Penggugat membantu

pasien tersebut dalam persalinan anak ke-3 (tiga), sedangkan riwayat

terakhir anak ke-1 (satu) s/d anak ke-3 (tiga) dilakukan dengan Seksio

Sesaria ; -----------------------------------

7 Bahwa, Pada tahun 2010, pasien datang lagi kepada Penggugat dalam

kondisi sudah hamil anak ke - 4, kemudian waktu itu (sejak

kunjungannya pada kehamilan ke - 4) Penggugat sudah

menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan ke-4 nya

termasuk resiko-resikonya dan telah pula menjelaskan rencana-rencana

persalinan secara seksio sesaria sebagaimana waktu itu disetujui oleh

pasien/ suami (Henry Kurniawan) dan Penggugat. Serta pula waktu itu

Penggugat sudah menjelaskan kepada pasien/suami tentang resiko

Halaman 13 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 119: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

persalinan anak ke-3 dan atau anak ke-4 yang sama antara lain

pendarahan dan nyeri karena pada waktu persalinan anak ke-3, Penggugat

jugalah yang membantu persalinannya dan sekaligus menjadi dokternya ;

---------

Selama kehamilan, pasien melakukan kontrol di Rumah sakit Asri,

Rumah Sakit Sam Marie, dan dilanjutkan ke Rumah Sakit MMC

sebanyak 3 kali, catatan lainnya adalah ada riwayat

pasien jatuh dari motor 2 minggu sebelum kelahiran tetapi sesuai

pemeriksaan kondisi ibu (pasien) dan janinnya ternyata dalam keadaan

baik. (Vide, Bukti Terlampir) ; --------------------------------------

8 Bahwa, Sesuai kesepakatan pasien (Ny. Santy Mulyasari) dengan

Penggugat bahwa tindakan membantu persalinan dengan cara seksio

sesarea dan tubektomi pada usia kehamilan 38 minggu yaitu dilakukan

pada tanggal 21 April 2011 ; ------------------------------

9 Bahwa, Sebelum operasi dilakukan, Penggugat dan Team dokter lainnya

sudah melakukan persiapan-persiapan sebagai berikut : ----

• Melakukan pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaannya

menunjukkan : Hb: 9,1 g/dl, Ht: 28,8%, Leukosit: 6.970/µL, Eritrosit

3,71.106/µL; Trombosit: 205,103 µL: Bleeding Time : 2 menit 30 detik,

Clotting time: 13 menit 0 menit, APTT: 32,2 detik (kontrol 35,5 detik);

Fibrinogen: 416 mg/dl, D-Dimer: 300 mg/ml, SGOT 12 U/L, SPGT: 6 U/

L, Ureum: 11 mg/dl, Kreatinin: 0,49 mg/dl, Glukosa Sewaktu: 84 mg/dL.

Glukosa Urine: Negatif ;

------------------------------------------------------------

• Melakukan pemeriksaan STG dan EKG , hasilnya normal.

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 120: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Memberi penjelasan tentang resiko medik serta meminta persetujuan

tertulis kepada pasien/suami pasien sebelum dilakukan operasi, dll. ;

-------------------------------------------------

(Vide, Bukti Terlampir) ; ------------------------------------------------

Atas dasar uraian tersebut, jelas kiranya pertolongan persiapan persalinan

yang dilakukan Penggugat dan Team dokter lainnya ataupun dalam

melakukan pelaksanaan tindakan medis berupa seksio sesarea dan

tubektomi sudah sesuai prosedure yang diatur

dan ditentukan didalam pasal 39, pasal 40, pasal 44, pasal 45 huruf b,

pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang praktek

Kedokteran ataupun sudah sesuai dengan prosedure yang diatur dalam

Kode Etik Kedokteran ; -------------------------------------------------

10 Bahwa, Kemudian sekitar bulan Mei 2011 keluarga pasien (dalam hal ini

Suaminya yang bernama Henry Kurniawan) merasa tidak puas, bahwa

tindakan menolong persalinan anak ke-4 dengan cara seksio sesarea dan

Tubektomi terhadap diri pasien Santy Mulyasari dikatakan sebagai

tindakan malpraktek, selanjutnya keluarga pasien (Henry Kurniawan)

mengadukan Penggugat kepada Tergugat-II (MKDKI) dengan membuat

laporan katanya ada kesalahan prosedur (malpraktek) yang dilakukan oleh

Penggugat ;

11 Bahwa, berdasarkan pengaduan sepihak tentang dugaan adanya kesalahan

prosedur dalam membantu seksio sesarea dan tubektomi pada

persalinan anak ke - 4 dari pasien tersebut,

kemudian pada tanggal 14 Maret 2012 Penggugat diperiksa dan diminta

keterangannya satu kali oleh Tergugat-II (MKDKI), dan pada waktu itu

Halaman 15 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 121: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sebenarnya Penggugat telah menyampaikan ketidak benaran pengaduan

dari suami pasien (Henry Kurniawan) berdasarkan dokumen-dokumen

medik yang ada pada Penggugat dan selanjutnya telah pula disampaikan

kepada Tergugat-II bahwa pada pokoknya Penggugat melakukan tindakan

Praktek Kedokteran terhadap pasien yang bernama Santy Mulyasari secara

benar dan sesuai dengan prosedur maupun Kode Etik yang berlaku. (Vide,

Bukti Terlampir) ; ---------------------------------------------

12 Bahwa, Dalam proses pemeriksaan oleh Tergugat-II terhadap diri

Penggugat terjadi ketidak seimbangan dan mengandung hal-hal yang tidak

sesuai dengan fakta yang terjadi sewaktu persalinan di Rumah Sakit MMC

dilakukan, dimana Penggugat sudah menjelaskan secara medis dan telah

terekam didalam dokumen-dokumen medik yang ada bahwa Penggugat

sebenarnya tidak melakukan malpraktek dan selain itu diri Penggugat juga

sudah meminta kepada Tergugat-II/ MKDKI didalam nota keberatan yang

dibuat Penggugat secara tertulis agar saksi ahli / saksi yang betul-betul

ahli dibidang Obsetri dan Ginekologi dihadirkan ke persidangan sebagai

second opini ataupun sebagai novum baru untuk memperjelas bahwa

Penggugat tidak melakukan malpraktek/salah prosedur medik, namun

ternyata tidak dipertimbangkan ;

----------------------------------------------------------------

Dan yang lebih ironi lagi ternyata Tergugat-II (MKDKI) tidak

melakukan sidang pemeriksaan terhadap nota keberatan yang

diajukan Penggugat seperti diamanatkan oleh Pasal 56 Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 2 tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 122: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi, tanggal 6

April 2011 yang berbunyi : ------------------------

“Dalam hal teradu mengajukan keberatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 55 ayat (1), MPD harus melakukan sidang

pemeriksaan disiplin terhadap keberatan tersebut” ; --

13 Bahwa, selanjutnya sewaktu pemeriksaan pertama di MKDKI / selama

Tergugat-II melakukan pemeriksaan terhadap diri Penggugat ternyata

Tergugat-II banyak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan

Peraturan yang berlaku serta bertentangan dengan asas-asas umum

pemerintahan yang baik yaitu diuraikan dan dikarenakan hal-hal sebagai

berikut : ----------------------------------

a. Ternyata Tergugat-II tidak pernah memeriksa dan bahkan tidak

mempertimbangkan alat bukti persetujuan tindakan medis tanggal

20-4-2011 yang menyebutkan : -------------------

“..dst...dst...Keluarga pasien...dst...dst.. Setuju untuk dilakukan

tindakan medis berupa SC + Sterilisasi-Histriktomi.” ;

-------------------------------------------------------------

Padahal didalam alat bukti tersebut cukup jelas dan terang

membuktikan bahwa Pasien dan suami Pasien yang bernama

Henry Kurniawan pada tanggal 20-4-2013 sehari sebelum

dilakukan tindakan medis berupa SC ( Sectio Cesarea) + sterilisasi

+ Histriktomi telah memberikan persetujuan kepada team dokter di

Rs. MMC. (Vide, Bukti terlampir) ;

-----------------------------------------------------------------

Halaman 17 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 123: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

b. Tergugat-II juga tidak mempertimbangkan tentang bukti

pemberian informasi oleh Penggugat/ dokter penanggung jawab

pelayanan (DPJP) tanggal 21-4-2013, padahal jelas didalam bukti

tersebut cukup terang membuktikan bahwa Penggugat telah

melakukan dan telah memberi keterangan tentang temuan klinis,

diagnosis kerja, terapi awal, tujuan terapi, potensi resiko, alternatif

lain serta resikonya, prognosis penyakit, perluasan terapi,

keterangan lain-lain. (Vide, Bukti Terlampir) ;

------------------------------------------------

c. Tergugat-II juga keliru mendata atau keliru membuat

pertimbangan dalam mendiagnosa kerja / laporan operasi

yang dilaporkan Penggugat yaitu antara lain yang menyebutkan :

-----------------------------------------------------------

c.1. Surat Keterangan dokter yang menyebutkan bahwa pasien

(santy Mulyasari) meninggal dunia karena emboli air

ketuban dan bukan disebabkan oleh hal-hal yang lain,

namun keterangan dokter/ team dokter tersebut tidak

dipertimbangkan oleh Tergugat-II dan bahkan Tergugat-II

dalam membuat pertimbangan dan keputusannya tidak

didasarkan pada hasil otopsi dari pasien tetapi hanya

berpendapat/ menyimpulkan dari pikirannya sendiri. (Vide,

Bukti Terlampir) ; --------

c.2. Surat Laporan operasi dan surat permintaan konsultasi

yaitu antara lain menyebutkan : --------------

“Sebelum ditutup perut jumlah darah + cairan = + 2000 cc

namun oleh Tergugat didalam pertimbangan

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 124: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan keputusannya dilebih-lebihkan datanya serta dikatakan

jumlah darah + cairan = + 6500 cc” padahal tidak ada data

yang menyebutkan jumlah darah + cairan = sebesar +

6500cc”.(Vide, Bukti Terlampir) ;

-------------------------------------------------------

c.3 Surat catatan dari dokter Anestesia yaitu dr. As’at yang

menyebutkan penyebab kematian karena emboli air

ketuban. Dan menurut ilmu kedokteran pasien yang

mengalami emboli air ketuban kecil kemungkinan bisa

selamat ; ----------------------------------

Artinya jelas pasien meninggal dunia dalam pelaksanaan

persalinan anak ke-4 pada tanggal 21-4-2011 disebabkan karena

emboli air ketuban dan bukan karena hal-hal lain apalagi

menyalahkan tim dokter/Penggugat. (Vide, Bukti Terlampir) ;

---------------------------------------------------------------

4 Dikatakan oleh Tergugat-II/ MKDKI didalam pertimbangannya

halaman 3 pada Obyek Sengketa-II (halaman 3 Surat Keputusan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas

pengaduan No. 09/P/MKDKI/V/2011, tentang Dugaan

Pelanggaran Disiplin Kedokteran), tanggal 5 Juni 2013, bahwa : ---

“Pasien usia 38 tahun dengan riwayat operasi seksio tiga

kali dengan kadar Hb 9,1 g/dL merupakan kasus risiko

tinggi seharusnya pada kehamilan ke empat yang juga

direncanakan dilakukan seksio sesaria, dipersiapkan

secara baik yaitu salah satunya dengan meningkatkan

Halaman 19 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 125: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kadar Hb terlebih dahulu sampai minimal 12 g/ dL” ;

----------------------------------------------

Padahal menurut Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia/

(POGI) menyebutkan tidak ada ketentuan / aturan yang

menentukan bahwa : -----------------------------------

“Jika melakukan tindakan operasi persalinan terhadap setiap

pasien, kadar Hbnya harus 12 g/ dL atau kalau didaerah kadar

Hb boleh 10g/dL atau harus diatas Hb 9,1 g/ dL” ;

------------------------------------------------------------------

(Vide, Keterangan Saksi dari POGI/ Bukti Terlampir).

5 Selanjutnya dikatakan oleh Tergugat-II/MKDKI didalam

pertimbangannya bahwa : -------------------------

“Jika tindakan operasi seksio harus segera sedangkan

Hbnya 9,1 g/ dL, maka harus siap darah”

Padahal menurut keterangan dari salah seorang dokter ahli/ saksi

ahli yang tergabung didalam POGI (Persatuan Obstetri dan

Ginekologi Indonesia), mengatakan : -------------------------

“POGI juga tidak pernah menentukan/ mengatur tentang

kewajiban dokter Obstetri dan Ginekologi yang akan melakukan

operasi persalinan dengan Hb 9,1 g/ dL maka dokter tersebut

harus menyiapkan darah terlebih dahulu”

Jadi, acuan/ dasar pertimbangan Tergugat-II/MKDKI terlihat jelas

tidak benar, sewenang-wenang serta pertimbangan-

pertimbangannya tanpa dasar disiplin ilmu kedokteran yang

berlaku ; --------------------------------------------------------------------

20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 126: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

6 Demikian pula pertimbangan Tergugat-II/MKDKI yang

menyebutkan : ---------------------------------------------------

“Harus ada asisten pendamping didalam setiap

pelaksanaan operasi persalinan yang beresiko tinggi”

Menurut POGI (Persatuan Obstetri dan Ginekologi

Indonesia), hal demikian tidak benar dan tidak ada

ketentuan yang mengharuskan ada asisten pendamping bagi

setiap pelaksanaan operasi persalinan yang beresiko tinggi.

(Vide, Keterangan saksi dari POGI/ bukti terlampir) ;

---------------------------

7 Selain itu juga didalam terbitnya Obyek Sengketa-II ternyata

didasari atau diawali dengan terbitnya suatu keputusan Majelis

Pemeriksaan Disiplin Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia yang tidak layak/ tidak merujuk pada Undang-Undang/

Prinsip-prinsip hukum acara yang berlaku serta tidak merujuk pada

isi ketentuan Pasal 55 ayat (2) ; Pasal 57 ; Pasal 58 Peraturan KKI

Nomor 2 tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan

Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi yang

mengamanatkan bahwa setiap keputusan dari hasil suatu

pemeriksaan wajib dilakukan secara terbuka ;

----------------------------

Dengan kata lain keputusan Majelis Pemeriksaan Disiplin

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas

pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011, tentang Dugaan

Pelanggaran Disiplin Kedokteran, tanggal 4 April 2013

yang kemudian dijadikan dasar oleh Tergugat-II didalam

Halaman 21 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 127: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menerbitkan Obyek Sengketa-II, ternyata dilakukan di

dalam sidang tertutup serta tidak merujuk pada

prinsip-prinsip hukum acara yang berlaku ataupun tidak

mengacu dan tidak menselaraskan pada berlakunya

ketentuan Pasal 55 ayat (2) ; Pasal 57 ; Pasal 58 Peraturan

KKI Nomor 2 tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan

Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter

Gigi. (Vide, Bukti terlampir)

Atas dasar uraian tersebut diatas, kiranya jelas pemeriksaan dan

atau pertimbangan-pertimbangan tergugat-II didalam menerbitkan Surat

Keputusan (Obyek Sengketa-II) adalah bertentangan dengan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku khususnya bertentangan dengan

prinsip-prinsip hukum acara tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan

Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi serta bertentangan dengan

Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik ;

-------------------------------------

14 Bahwa, Selain hal-hal tersebut diatas, Tergugat-II juga dalam memberi

pertimbangan, dan memberi keputusan serta menerbitkan Obyek

Sengketa-II terhadap Penggugat hanya didasarkan pada pendapat sepihak

Tergugat-II sendiri tanpa mengindahkan Peraturan Konsil Kedokteran

Indonesia Nomor 2 tahun 2011, Tentang Tata Cara Penanganan Kasus

Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi tanggal 6 April

2011 pada pasal 56 yang menyebutkan :

-----------------------------------------------------------

22

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 128: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“Dalam hal Teradu mengajukan keberatan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 55 ayat (1), MPD harus melakukan sidang pemeriksaan

disiplin terhadap keberatan tersebut ” ; ------

Sehingga jelas pertimbangan dan keputusan Tergugat-II (Obyek Sengketa-

II) sangat merugikan Penggugat ; -------------------------------

Adapun Fakta pelanggaran ketentuan Pasal 56 yang dilakukan

Tergugat-II tersebut, adalah berupa mengabaikan/ tidak melakukan sidang

pemeriksaan disiplin terhadap nota keberatan yang diajukan Penggugat,

dimana Penggugat di dalam surat

keberatannya telah jelas-jelas menyangkal segala tuduhan-tuduhan dan

atau Penggugat telah berkeberatan terhadap pertimbangan-pertimbangan

dan Keputusan dari Majelis Pemeriksaan Disiplin Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia atas pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/

V/2011, tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran, tanggal 4 April

2013, dan bahkan Penggugat juga sudah meminta/ mengajukan agar bukti

baru berupa saksi/ saksi ahli diperiksa didalam persidangan sebagaimana

diatur dalam Pasal 56 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2

Tahun 2011 tanggal 6 April 2011, namun diabaikan oleh Tergugat-II ;

------

Dan bahkan Obyek Sengketa-II yang langsung memberikan sangsi

berupa rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi 9 bulan tanpa

mempertimbangkan pemberian sanksi alternatif berupa peringatan tertulis

atau sanksi kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di Institusi

Pendidikan Kedokteran sebagaimana diatur oleh Pasal 69 ayat (1) ; (2) ;

(3) Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran adalah

merupakan keputusan yang tidak mendidik, tidak menciptakan kehati-

Halaman 23 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 129: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

hatian dan dapat mengancam existensi seluruh profesi dokter / dokter

spesialis obstetri dan ginekologi serta tidak layak atau tidak patut

keputusannya dipertahankan ; -------------------------------------------------

15 Bahwa, Dengan demikian, penerbitan Obyek Sengketa-II, yang memberi

sangsi berupa rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi selama 9

(sembilan) bulan kepada Penggugat seperti diuraikan tersebut diatas,

adalah merupakan Surat Keputusan Tergugat-II yang tidak layak, tidak

patut, serta bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan karena Surat Keputusan tersebut

diterbitkan tanpa mengikuti mekanisme yang diatur didalam Pasal 56 ;

Pasal 58 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2 tahun 2011,

Tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin

Dokter dan Dokter Gigi tanggal 6 April 2011 Jo. Bertentangan dengan

pasal 38, pasal 39, pasal 40, pasal 44, pasal 45, Pasal 69 ayat (1) ; (2) ; (3)

Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, serta

bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum acara yang berlaku serta

melanggar ketentuan pasal 1866 KUHPerdata tentang Hukum Pembuktian

serta pula bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik,

yang meliputi : asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara,

asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas

akuntabilitas, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 53 ayat (2) huruf

a dan huruf b Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004 tentang perubahan

atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara, terkahir diubah dengan Undang-Undang Nomor 51 tahun 2009

24

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 130: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang menyebutkan :

---------------------------------------------------------------------

”Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah : ----------------------

a Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu

bertentangan dengan Peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

--------------------------------------------------------------------

b Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu

bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan

yang baik”

---------------------------------------------------------------------

---.

Atas dasar uraian tersebut diatas, kiranya jelas akibat dari tindakan

Tergugat-II yang bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan

yang berlaku serta bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan

yang baik, maka menimbulkan kerugian yang sangat luar biasa terhadap

Penggugat yaitu antara lain :

----------------------------------------------------------------------------------

a. Penggugat tidak bisa berpraktek dan tidak bisa membantu

masyarakat atau pasien-pasien terutama pasien yang sedang

mengikuti program bayi tabung ; --------------------------

b. Nama baik Penggugat jadi tercemar akibat pengaduan/

pemeriksaan yang tidak benar serta tidak sesuai dengan Peraturan

Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2 tahun 2011 tentang Tata

Halaman 25 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 131: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan

Dokter Gigi tanggal 6 April 2011 Jo. Undang-Undang Nomor 29

Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran ;

--------------------------------------------------------------

16 Bahwa, Demikian pula penerbitan Obyek Sengketa-I pada point Keenam

yang menyebutkan : --------------------------------------------------

“ Konsil Kedokteran Indonesia melalui Divisi Pembinaan Konsil

Kedokteran bersama Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan,

Ikatan Dokter Indonesia Cabang Kota Jakarta Selatan, melakukan

pembinaan kepada Saudara Tamtam Otamar Samsudin, dr, Sp.OG,

dengan mengacu pada pedoman penyelenggaraan praktik kedokteran

yang baik paling sedikit 1 (satu) kali” ;

---------------------------------------------------------------------

Adalah juga merupakan penerbitan Surat Keputusan Tergugat-I

yang tidak layak, tidak patut, serta bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan atau bertentangan dengan asas-asas umum

pemerintahan yang baik karena ternyata Obyek Sengketa-I pada point

keenam berkelebihan dan tidak ada dasar rekomendasinya sebagaimana

diamanatkan didalam Surat Keputusan Tergugat-II tanggal 5 Juni 2013 ;

------------------------------

Oleh karenanya, Surat Keputusan Tata Usaha Negara tersebut yang

berupa Obyek Sengketa-I dan Obyek Sengketa-II wajib / harus dinyatakan

batal atau tidak sah. ----------------------------

DALAM PENANGGUHAN :

26

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 132: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

17 Bahwa, Berdasarkan alasan yuridis tersebut, Penggugat memohon kepada

Yang Mulia Majelis Hakim pemeriksa perkara tata usaha negara agar

Tergugat-I dan Tergugat-II diperintahkan untuk menunda pelaksanaan

Obyek Sengketa-I dan Obyek Sengketa-II sampai perkara ini mempunyai

kekuatan hukum tetap (pasti), dengan alasan :

-------------------------------------------------------------------

Pertama, Tidak ada Perbuatan hukum / Etik / Disiplin Ilmu Kedokteran

yang dilanggar oleh Penggugat ; -----------------------------

Kedua, Adanya tanggung jawab profesi Penggugat sebagai pelayan

masyarakat dalam hal ini sebagai dokter Obstetri dan Ginekologi terhadap

banyak pasien yang menggantungkan nasib dan kesehatannya kepada

Penggugat, yang mana Penggugat sangat mendesak dalam waktu 1 (satu)

bulan mendatang telah memiliki jadwal tindakan membantu persalinan

maupun perawatan rutin terhadap pasien, yang sejak awal sudah ditangani

Penggugat.

Ketiga, Penggugat memiliki tanggung jawab moral, tidak bisa begitu saja

meninggalkan pasien serta kewajiban Penggugat untuk melayani pasien

tidak bisa serta merta dialihkan ke dokter/ rumah sakit lain. Sehingga

tindakan Tergugat-I dan Tergugat-II yang menerbitkan dan membuat

Surat Keputusan pencabutan Surat Tanda Registrasi 9 (sembilan) bulan

kepada Penggugat tersebut bukan hanya merugikan Penggugat secara

pribadi namun juga membahayakan keselamatan atau kelangsungan hidup

pasien-pasien (kepentingan umum), dimana banyak pasien kandungan

Halaman 27 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 133: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

yang secara psikologis bergantung pada Penggugat/dokter yang telah

menanganinya sejak awal. ----------------------------------------------

Keempat, Penggugat selalu mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar-

seminar dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan atau keterampilan-

keterampilan dibidang kedokteran khususnya pada bidang obstetri dan

Ginekologi ; ---------------------------------------

Kelima, Dasar berlakunya ketentuan Pasal 67 ayat (2) ; 67 ayat (3) ; 67

(4) huruf a Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2004 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,

terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara yang menyebutkan :

---------------------------------------------------------------------

“(2) Penggugat dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan

Keputusan Tata Usaha Negara itu ditunda selama pemeriksaan

sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada

putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum

tetap;”------------------------------

“(3) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat

diajukan sekaligus dalam gugatan dan diputus terlebih dahulu

dari pokok sengketanya;” ----------------------------------

“(4) huruf a Permohonan penundaan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) : a. Dapat dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan

28

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 134: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

yang sangat mendesak, yang mengakibatkan kepentingan

Penggugat sangat dirugikan jika Keputusan Tata Usaha Negara

yang digugat itu tetap dilaksanakan;”

----------------------------------------------------------

(Vide, Bukti Terlampir). -----------------------------------------------

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, Penggugat memohon kepada Yang

Mulia Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta melalui Yang Mulia Majelis

Hakim pemeriksa perkara ini untuk kiranya berkenan mempertimbangkan dan

memutuskan sebagai berikut : ------------------------

DALAM PENANGGUHAN :

1. Mengabulkan permohonan penangguhan pelaksanaan : --------------

1 Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/

VI/2013 tentang Pelaksanaan Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia Dalam Penegakan Sanksi Displin Terhadap

Saudara TamTam Otamar Samsudin, dr, Sp.OG, tanggal 26 Juni

2013, dan ---

2 Surat Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

atas pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011, tentang Dugaan

Pelanggaran Disiplin Kedokteran, tanggal 5 Juni 2013 ;

-----------------------------------------------------------------

2 Memerintahkan kepada : -------------------------------------------------------

1 Tergugat-I/ Konsil Kedokteran Indonesia agar menangguhkan/

menunda pelaksanaan Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013 tentang Pelaksanaan Keputusan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Dalam Penegakan Sanksi

Halaman 29 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 135: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Displin Terhadap Saudara TamTam Otamar Samsudin, dr, Sp.OG,

tanggal 26 Juni 2013 ; ---------------------------------------

2 Tergugat-II/ Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia agar

menangguhkan/menunda pelaksanaan Surat Keputusan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas pengaduan Nomor

09/P/MKDKI/V/2011, tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin

Kedokteran, tanggal 5 Juni 2013 sampai perkara ini mempunyai

kekuatan hukum tetap (pasti) ;

--------------------------------------------------------------

DALAM POKOK PERKARA :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ; ------------------

2. Menyatakan batal atau tidak sah Obyek Sengketa berupa : -----------

a Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/

KEP/VI/2013 tentang Pelaksanaan Keputusan Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia Dalam Penegakan Sanksi Displin

Terhadap Saudara TamTam Otamar Samsudin, dr, Sp.OG, tanggal

26 Juni 2013, dan ---

b Surat Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia atas pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011, tentang

Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran, tanggal 5 Juni 2013 ;

----------------------------------------------------------------

3 Mewajibkan Tergugat-I/ Konsil Kedokteran Indonesia untuk mencabut

Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/

VI/2013 tentang Pelaksanaan Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia Dalam Penegakan Sanksi Displin Terhadap Saudara

30

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 136: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

TamTam Otamar Samsudin, dr, Sp.OG, tanggal 26 Juni 2013 ;

-----------------------------------------------

4 Mewajibkan Tergugat-II/MKDKI untuk mencabut Surat Keputusan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas pengaduan

Nomor 09/P/MKDKI/V/2011, tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin

Kedokteran, tanggal 5 Juni 2013 ; --------------------------------------------

5 Menghukum Tergugat-I dan Tergugat-II untuk membayar biaya perkara

secara tanggung-renteng ; ------------------------------------------

Menimbang, bahwa pada hari Persidangan yang telah ditetapkan yaitu,

pada hari Selasa tanggal 20 Agustus 2013, dalam acara Pembacaan Gugatan dan

Jawaban Tergugat, Kuasa Penggugat telah hadir menghadap di Persidangan, yaitu

Najab Khan, S.H., M.H. dan Billy, Eka Putra, S.H. dan Kuasa Tergugat I dan

Tergugat II hadir kuasa hukumnya Dr. Sabir Alwy, S.H.,M.H dan Budi Irawan

S.H.,M.Hum ; -------

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat sebagaimana tersebut di

atas, Tergugat I dan Tergugat II telah mengajukan Jawaban Tertulis pada

persidangan tanggal 27 Agustus 2013, yang isinya sebagai berikut ;

--------------------------------------------------------------------------------------

I Dalam Eksepsi

1 Kompetensi Absolut :1 Bahwa gugatan Penggugat pada hakekatnya mempersoalkan

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2 Tahun 2011

tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin

Dokter dan Dokter Gigi yang tidak lengkap atau tidak rinci. Pasal

55 ayat (1) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2

Tahun 2011 menegaskan, dalam hal Teradu berkeberatan terhadap

Halaman 31 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 137: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Keputusan Majelis Pemeriksa Disiplin (MPD), Teradu dapat

mengajukan keberatan kepada Ketua MKDKI, dengan mengajukan

alat bukti baru yang mendukung keberatannya dalam waktu 30

(tiga puluh) hari dari sejak salinan Keputusan MPD diterima;

--------------------------------------------

2 Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas dan Pasal 77 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara yang diubah oleh Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2004 dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut UU PTUN)

maka Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta secara absolut tidak

berwenang mengadili sengketa atau gugatan Penggugat ;

------------------

3 Bahwa Keputusan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni

2013 tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran proses

terhadap Saudar Tamtam Otamar Samsudin, dr, SpOG adalah hasil

dari proses penegakan profesi kedokteran yaitu penegakan prinsip/

nilai-nilai standar keilmuan kedokteran. Keputusan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia tersebut diatas belum

keputusan final tetapi hanya rekomendasi berupa sanksi

pencabutan sementara Surat Tanda Registrasi Dokter ; ------

4 Bahwa Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah

badan independen dan otonom yang anggotanya diangkat

berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran untuk melaksanakan tugas dan fungsi (tupoksi)

32

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 138: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

penegakan disiplin keilmuan kedokteran, bukan untuk

melaksanakan tugas administratif atau pejabat administratif

sehingga tidak dapat dikatakan produknya Tata Usaha Negara,

akan tetapi produknya adalah Keputusan Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia setelah melakukan tugas menerima

pengaduan, memeriksa dan memutuskan. Hal ini sama saja dengan

tugas pokok dan fungsi (tupoksi) pada penegakan Hukum di

Pengadilan ; ---------------------------------------------------------------

5 Bahwa penangkatan anggota Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia (MKDKI) bukan untuk melaksanakan tugas

administratif dan anggota MKDKI bukan sebagai struktural

(eselonisasi) tetapi kedudukan MKDKI sebagai penegakan

disiplin, sehingga produk hasilnya bukan Tata Usaha Negara,

tetapi Keputusan Penegakan Keilmuan Kedokteran ;

---------------------------------------------------------------

2 Dasar Gugatan Penggugat :

1 Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/

VI/2013 tertanggal 26 Juni 2013 tentang Pelaksanaan Keputusan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Dalam

Penegakan Sanksi Disiplin Terhadap Saudara Tamtam Otamar

Samsudin, dr, SpOG berupa Pencabutan Surat Tanda Registrasi

(STR) sementara selama 9 (sembilan) bulan terhitung mulai 26

Juni 2013 sampai dengan 26 Maret 2014 ; -----------------------

2 Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

atas Pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni

Halaman 33 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 139: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2013 tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran ;

---------------------------------------------------------------

3 Bahwa seharusnya Penggugat memperhatikan hal-hal sebagai

berikut : ----------------------------------------------------------

a Terbitnya Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/

KKI/KEP/VI/2013, merupakan tindaklanjut dari Keputusan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas

Pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni

2013 tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran

terhadap Saudara Tamtam Otamar Samsudin, dr, SpOG ;

---------------------------------------------

b Bahwa pemberian Keputusan MKDKI terhadap Saudara

Tamtam Otamar Samsudin, dr, SpOG adalah merupakan

rekomendasi berupa pencabutan Surat Tanda Registrasi selama

9 (sembilan) bulan sudah sesuai dengan peraturan yang

berlaku ; ------------------------------------------

c Bahwa Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran, menegaskan bahwa Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia merupakan

lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia ;

--------------------------------------------

d Bahwa Pasal 55 ayat (3) Undang-Undang Nomor 29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran, menegaskan bahwa Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dalam

menjalankan tugasnya bersifat independen ;

----------------------------------------------------------

34

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 140: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 Bahwa sangatlah tidak tepat gugatan Penggugat masuk pada

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang mana bukan

kewenangannya, karena produk Konsil Kedokteran Indonesia dan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia bukan produk

administratif yang dikeluarkan oleh pejabat Tata Usaha Negara

akan tetapi keputusan yang dikeluarkan oleh Penegak Keilmuan

Kedokteran ; -------------

2 Bahwa Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia Nomorta09/P/MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni 2013

tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran terhadap

Saudara Tamtam Otamar Samsudin, dr,SpOG adalah hasil dari

suatu proses penegakan keilmuan kedokteran, yaitu penegakan

pronsip/nilai-nilai standar keilmuan kedokteran. Keputusan

tersebut bukan keputusan final tetapi hanya rekomendasi sanksi

pencabutan Surat Tanda Registrasi terhadap Saudara Tamtam

Otamar Samsudin, dr, SpOG. ;

-------------------------------------------------

3 Bahwa Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah

badan independen dan otonom yang lahir dan anggotanya diangkat

berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran untuk

melaksanakan tugas dan fungsin (tupoksi) penegakan prinsip/nilai-

nilai keilmuan, bukan untuk melaksanakan tugas-tugas

administrati sehingga tidak dapat dikatakan produknya adalah tata

usaha negara, akan tetapi produknya adalah Keputusan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, setelah melihat tugas,

Halaman 35 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 141: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan . Hal ini sama

dengan tupoksi pada penegakan hukum di Peradilan ;

-----------------------------

4 Bahwa anggota Konsil Kedokteran Indonesia dan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, bukan sebagai Pejabat

Tata Usaha Negara, akan tetapi diangkat berdasarkan Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ;

------------------------------------------

5 Bahwa produk Majelis Disiplin Kehormatan Kedokteran Indonesia

bukan produk administrasi Negara tetapi Putusan yang terlebih

dahulu melalui proses pengaduan dan penemuan ;

---------------------------------------------------------------

3 Gugatan Penggugat Prematuur :

1 Bahwa Keputusan Tergugat I Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013

tertanggal 26 Juni 2013 sudah mempunyai akibat hukum bagi

Penggugat sejak tanggal penetapan Keputusan

Tergugat I, sedangkan Keputusan Tergugat II Nomor 09/P/

MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni 2013 masih bersifat

rekomendasi, belum final serta konkrit, dan belum ada akibat

hukum bagi Penggugat karena masih memerlukan tindak lanjut

dari Keputusan Tergugat I ; -------------------------

2 Bahwa dengan demikian Keputusan Tergugat I dan Keputusan

Tergugat II tersebut tidak memenuhi Ketentuan Pasal 1 angka 9

36

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 142: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan atas dasar Pasal 2 c UU PTUN, maka gugatan Penggugat

haruslah dinyatakan tidak dapat diterima

4 Gugatan Penggugat Kabur (obscuur Libell)

1 bahwa dalil-dalil gugatan Penggugat sulit dipahami dan

membingungkan Tergugat I dan Tergugat II, akibatnya

mengalami kesulitan dalam membela diri yang merupakan hak

Para Tergugat menurut hukum ; ------------------------------

2 Bahwa oleh karena itu gugatan Penggugat haruslah dinyatakan

tidak dapat diterima ; ------------------------------------

II Dalam Pokok Perkara

1 Bahwa hal-hal yang telah Tergugat I dan Tergugat II kemukakan dalam

eksepsi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan termasuk pula

dalam pokok perkara ini. -----------------------------------

2 Bahwa Tergugat I dan Tergugat II menolak seluruh dalil-dalil dan bukti-

bukti yang dikemukakan Penggugat dalam gugatan tertanggal 12 Juli

2013 kecuali terhadap hal-hal yang secara tegas Tergugat I dan Tergugat

II akui kebenarannya. -----------------

3 Bahwa Keputusan Tergugat I Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013 tertanggal

26 Juni 2013 sudah sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku dan azas umum pemerintahan yang baik serta

tidak melanggar pasal 53 ayat (2) huruf a, Undang-Undang Peradilan Tata

Usaha Negara (PTUN) dan oleh karena itu gugatan Penggugat haruslah

ditolak. --------------------------------------------------

Halaman 37 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 143: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4 Bahwa Keputusan Tergugat II Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 tertanggal 5

Juni 2013 sudah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan

azas umum pemerintahan yang baik serta tidak melanggar pasal 53 ayat

(2) huruf a Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh

karena itu gugatan Penggugat haruslah ditolak ;

-------------------------------------------------

5 Bahwa gugatan Penggugat haruslah ditolak sebab tidak mempunyai

dasar hukum : ----------------------------------------------------

5.1 Bahwa keputusan Tergugat II Nomor 09/P/MKDKI/V/2011

tertanggal 5 Juni 2013 adalah rekomendasi kepada Konsil

Kedokteran Indonesia untuk mencabut Surat Tanda Registrasi

Penggugat. Hal ini terbukti dalam Keputusan Tergugat II yang

berbunyi sebagai berikut : Bahwa Keputusan Tergugat II

menjatuhkan sanksi kepada Penggugat, berdasarkan angka XI

butir 1 di atas, berupa ; “Rekomendasi Pencabutan Surat Tanda

Registrasi (STR) selama 9 (sembilan) bulan”.

------------------------------------------

5.2 Bahwa dengan adanya Keputusan Tergugat 1 Nomor 19/KKI/KEP/

VI/2013 tertanggal 26 Juni 2013 merupakan final dan konkrit

karena sudah menimbulkan akibat hukum sejak tanggal ditetapkan

Keputusan Tergugat I bagi Penggugat ;

---------------------------------------------------------------

• Diktum Kesatu, Keputusan Tergugat 1 menjatuhkan sanksi

kepada Teradu (Tamtam Otamar Samsudin, dr, SpOG),

38

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 144: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berupa Pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR)

Sementara selama 9 (sembilan) bulan”. --------------

• Diktum Keempat, Keputusan Tergugat 1 pemberian

sanksi kepada Saudara Tamtam Otamar Samsudin, dr,

SpOG, berupa Pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR)

Sementara selama 9 (sembilan) bulan” terhitung mulai

tanggal 26 Juni 2013 sampai dengan 26 Maret 2014. ------

5.3 bahwa berdasarkan hal-hal yang dikemukanan diatas, maka

terbuktilah secara sah dan meyakinkan bahwa Keputusan Tergugat

2 tersebut tidak memenuhi kriteria Pasal 1 angka 9 jo Pasal 53

ayat (1) Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara ;

--------------------------------------------------------------------

6 Bahwa keputusan Tertugat II Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 tanggal 5

Juni 2013 tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha

Negara sebab pelaksanaannya masih memerlukan tindaklanjut Keputusan

oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Oleh karena itu atas dasar Pasal 2 c

Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara gugatan Penggugat

haruslah ditolak ; ------------------

7 Bahwa Tergugat I dan Tergugat II menolak dengan tegas dalil-dalil yang

dikemukakan Penggugat tentang keputusan atas keberatan terhadap

Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013

tertanggal 26 Juni 2013 dan Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia atas Pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011

tertanggal 5 Juni 2013 :

-------------------------------------------------------------------------------

Halaman 39 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 145: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

a Bahwa sesuai Pasal 55 ayat (1) dan Pasal 56 Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin

Dokter dan Dokter Gigi, yaitu dalam hal Teradu berkeberatan

terhadap Keputusan Majelis Pemeriksa Disiplin (MPD), Teradu

dapat mengajukan keberatan kepada Ketua MKDKI/MKDKI-P

dengan mengajukan alat bukti baru yang mendukung keberatannya

dalam waktu paling lama 30 (tiga pulu) hari sejak salinan

Keputusan MPD diterima ;

-------------------------------------------------------------------

b Bahwa keberatan Teradu yang diterima oleh MKDKI tertanggal 7

Mei 2013 tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan 55 ayat

(1) dan Pasal 56 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2

Tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan

Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi ;

------------------------------------------------

c Bahwa dengan demikian ketentuan yang Tergugat I dan Tergugat

II bertindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku., yaitu tidak

bertentangan dengan Azas Kepastian Hukum

(rechtzekerheidsbeginsel) ; ---------------------------------

d Bahwa memang demikianlah keputusan yang Tergugat II

keluarkan atas keberatan yang diajukan oleh Teradu. ---------

e Bahwa Penggugat tidak bisa memerintahkan kepada Tergugat I

dan Tergugat II untuk mengabulkan : ---------------

e.1 menangguhkan / menunda Keputusan Konsil Kedokteran

Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013 tertanggal 26 Juni

40

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 146: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2013 tentang Pelaksanaan Keputusan Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia Dalam Penegakan Disiplin

Terhadap Saudara Tamtam Otamar Samsudin, dr,

SpOG

berupa pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) sementara

selama 9 (sembilan) bulan terhitung mulai tanggal 26 Juni

2013 sampai dengan 26 Maret 2014.

Alasannya sesuai dengan Pasal 60 ayat (3) Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata

Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin

Dokter dan Dokter Gigi, menegaskan bahwa :

-------------------------------------------

Pelaksanaan dan penyampaian Keputusan MKDKI/

MKDKI-P sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap

Teradu, Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota (Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota) yang menerbitkan SIP Teradu,

Organisasi Profesi terkait, fasilitas pelayanan kesehatan

tempat Teradu menjalankan praktik kedokteran, institusi

pendidikan kedokteran/kedokteran gigi, dan atau

Kementerian Kesehatan harus segera dilakukan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia ; ---------------------------------------

e.2 menangguhkan / menunda Keputusan Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia atas Pengaduan Nomor 09/

P/MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni 2013 tentang Dugaan

Pelanggaran Disiplin Kedokteran ;

-----------------------------------------------------

Halaman 41 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 147: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Alasannya sesuai dengan Pasal 55 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,

menegaskan bahwa Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia dalam menjalankan tugasnya bersifat

independen tidak terpengaruh oleh siapapun atau lembaga

manapun ; ------------------

Pentingnya dicamtumkannya Diktum Keempat Keputusan

Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013

tertanggal 26 Juni 2013 terkait dengan Pembinaan :

-------------------------------------------

• Teradu sesuai dengan undangan Ketua Konsil

Kedokteran Nomor : TU.03.02/03/KKI/

VI/2039/2013 tertanggal 20 Juni 2013 yang

ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan

Kota Jakarta Selatan, Ketua Ikatan Dokter Indonesia

Pengurus Cabang Kota Jakarta Selatan dan Teradu

untuk menghadiri acara Pembacaan Keputusan

Konsil Kedokteran Indonesia dan Pembinaan yang

berkaitan dengan praktik kedokteran yang baik pada

tanggal 26 Juni 2013, namun tidak dihadiri oleh

Teradu sesuai dengan suratnys yang dikirim kepada

Ketua Konsil Kedokteran Indonesia tertanggal 26

Juni 2013 yang diterima oleh Sekretariat Konsil

Kedokteran Indonesia tanggal 27 Juni 2013.

----------------------------------------------------

42

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 148: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Diktum Keenam Keputusan Konsil Kedokteran

Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013 tertanggal

26 Juni 2013 yang dipermasalahkan oleh Penggugat

yaitu Konsil Kedokteran Indonesia melalui Divisi

Pembinaan Konsil Kedokteran

bersama Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan,

Ikatan Dokter Indonesia Cabang Kota Jakarta Selatan

melakukan pembinaan kepada Saudara Tamtam Otamar

Samsudin, dr, SpOG dengan mengacu kepada pedoman

penyelenggaraan praktik kedokteran yang baik paling

sedikit 1 (satu) kali. ---------------------------------

• Tujuan pembinaan praktik kedokteran yang baik

bukan hukuman bagi Teradu tetapi merupakan

salah satu bentuk pembinaan untuk mengubah

perilaku kita agar kedepan menjadi lebih baik dalam

rangka proses pendewasaan dan saling

mengingatkan sesama profesi agar perlindungan

kepada masyarakat dapat terwujud ;

--------------------

• Makna akan kehadiran Teradu pada acara

pembacaan Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia

dan Pembinaan praktik kedokteran yang baik, sesuai

Pasal 71 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran, berarti Stakeholders

Halaman 43 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 149: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(Pemerintah Pusat, Konsil Kedokteran Indonesia,

Pemerintah Daerah, Organisasi Profesi) untuk

berperan aktif dalam membina dan mengawasi

praktik kedokteran sesuai dengan fungsi dan

kewenangan masing-masing untuk mendapatkan

pola pembinaan yang sesuai ; ----------

• Lampiran Pendahuluan pada angka romawi I huruf

B butir 8 Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 47/KKI/KEP/XII/2007 tentang Pedoman

Tata Cara Pelaksanaan Rekomendasi Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

Di Tingkat Provinsi Dalam Penegakan Sanksi

Disiplin, menegaskan bahwa Penjatuhan sanksi

disiplin adalah penegakan sanksi yang dijatukan

oleh Konsil Kedokteran Indonesia setelah mendapat

surat rekomendasi dari Ketua Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia ;

---------------------------

• Lampiran Pendahuluan pada angka romawi V huruf

B butir 4 Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 47/KKI/KEP/XII/2007 tentang Pedoman

Tata Cara Pelaksanaan Rekomendasi Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dan

44

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 150: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

Di Tingkat Provinsi Dalam Penegakan Sanksi

Disiplin, menegaskan bahwa Divisi Pembinaan

bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pembinaan

penegakan disiplin dokter dan dokter gigi ;

-------------------------------------------------------------

• Saran dan masukan dari Stakeholders terhadap

Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia maupun

Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia Dalam Penegakan Sanksi

Disiplin terhadap profesi kedokteran dan kedokteran

gigi, bertujuan untuk proses perbaikan kedepan ;

----------

e.3 Setelah Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/

KKI/KEP/VI/2013 tertanggal 26 Juni 2013 berupa

pencabutan STR sementara selama 9 (sembilan) bulan

terhadap Saudara Tamtam Otamar Samsudin, dr, SpOG

terhitung mulai tanggal 26 Juni 2013 sampai dengan 26

Maret 2014 ; ---------------------

Secara otomatis Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta

Selatan segera membekukan Surat Ijin Praktik Teradu,

melalui surat yang ditujukan kepada Teradu dan tembusan

dikirim kepada instutusi terkait dengan mengacu kepada

tanggal penetapan Keputusan Tergugat I ;

-------------------------------------------------------

Halaman 45 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 151: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

a Keputusan Tergugat I sudah sesuai dengan perundang-undangan

dan dasar hukum : ---------------------------------------

f.1 Pasal 54 ayat (1), Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran, menegaskan bahwa dalam

rangka terselenggaranya praktik kedokteran yang bermutu

dan melindungi masyarakat, sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang ini, perlu dilakukan pembinaan terhadap

dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran ;

-------

f.2 Pasal 54 ayat (2), Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran, menegaskan bahwa Pembinaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia bersama-sama dengan Organisasi

Profesi ; -------------------------

f.3 Pasal 71, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran, menegaskan bahwa Pemerinta Pusat,

Konsil Kedokteran Indonesia, Pemerinta Daerah,

Organisasi Profesi membina dan mengawasi praktik

kedokteran sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing ;

-----------------------------------

f.4 Pasal 60 ayat (3) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus

Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi,

menegaskan bahwa pelaksanaan dan penyampaian

Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia/Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

46

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Page 152: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Indonesia di Tingkat Provinsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) terhadap dan kepada Teradu, Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) yang

menerbitkan SIP Teradu, Organisasi Profesi terkait, fasilitas

pelayanan kesehatan tempat Teradu menjalankan praktik

kedokteran, institusi pendidikan kedokteran/kedokteran

gigi, dan atau Kementerian Kesehatan harus segera

dilakukan oleh Konsil Kedokteran Indonesia ;

----------------------------------------

f.5 Lampiran Pendahuluan pada angka romawi I huruf B butir

8 Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 47/KKI/

KEP/XII/2007 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan

Rekomendasi Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia/ Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia Di Tingkat Provinsi Dalam Penegakan Sanksi

Disiplin, menegaskan : -----

Bahwa Penjatuhan sanksi disiplin adalah penegakan sanksi

yang dijatuhkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia setelah

mendapat surat rekomendasi dari Ketua Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ;

--------------------------------------------------------

f.6 Lampiran Pendahuluan pada angka romawi V huruf B butir

4 Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 47/KKI/

KEP/XII/2007 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan

Rekomendasi Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia/ Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Halaman 47 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Page 153: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Indonesia Di Tingkat Provinsi Dalam Penegakan Sanksi

Disiplin, menegaskan bahwa Divisi Pembinaan

bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pembinaan

penegakan disiplin dokter dan dokter gigi ;

-------------------------------------------------

b Keputusan Tergugat II sudah sesuai dengan perundang-undangan

dan dasar hukum : ---------------------------------------

g.1 Pasal 64 huruf a, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran, menegaskan bahwa Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia bertugas

menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus

pelanggaran sanksi disiplin dokter dan dokter gigi yang

diajukan ; ------------------------------

g.2 Pasal 67 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran, menegaskan bahwa Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia memeriksa dan

memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan

dengan disiplin dokter dan dokter gigi ;

-------------------------------------------------------

g.3 Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran, menegaskan bahwa Keputusan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

mengikat dokter, dokter gigi dan Konsil Kedokteran

Indonesia ; ----------------------------------------

48

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48

Page 154: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

g.4 Pasal 59 ayat (1) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus

Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi,

menegaskan bahwa Keputusan Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia/ Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia Di Tingkat Provinsi bersifat

final, berkekuatan tetap, mengikat Teradu, dan Pemerintah

Daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) ; -----------

g.5 Pasal 60 ayat (3) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus

Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi,

menegaskan bahwa : ----------

Pelaksanaan dan penyampaian Keputusan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia / Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Di Tingkat

Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap

Teradu, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota) yang menerbitkan SIP Teradu,

Organisasi Profesi terkait, fasilitas pelayanan kesehatan

tempat Teradu menjalankan praktik kedokteran, institusi

pendidikan kedokteran / kedokteran gigi, dan atau

Kementerian Kesehatan harus segera dilakukan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia ;

--------------------------------------------------------

Halaman 49 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49

Page 155: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

g.6 Pasal 3 ayat (1) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 4 Tahun 2011 tentang Disiplin Profesionalisme

Dokter dan Dokter Gigi, menegaskan bahwa setiap Dokter

dan Dokter Gigi dilarang melakukan pelanggaran disiplin

profesional dokter dan dokter gigi ;

-------------------------------------------------

g.6 Pasal 3 ayat (2) huruf f dan huruf h, Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Disiplin Profesionalisme Dokter dan Dokter Gigi,

menegaskan bahwa Pelanggaran Disiplin Profesional

Dokter dan Dokter Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri dari 28 butir bentuk pelanggaran disiplin ;

------------------------------------------------------------

7. Bahwa Keputusan Tergugat II Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 tanggal 5 Juni

2013 sudah benar dan tepat : ------------------------------------------

7.1 Bahwa Keputusan Tergugat II tersebut sudah sesuai dengan ketentuan

yang berlaku dimana Penggugat diberikan rekomendasi menjatuhkan

sanksi disiplin berupa pencabutan STR selama 9 (Sembilan) bulan,

oleh karena dalam persidangan terbukti melakukan Pelanggaran

Disiplin Professional Dokter dan Dokter Gigi sebagaimana diatur

dalam Pasal 3 ayat (2) hutuf f dan huruf h, Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Disiplin

Professional Dokter dan Dokter Gigi ; --------------------------------

50

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50

Page 156: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

a huruf f yang berbunyi “tidak melakukan tindakan/asuhan medis yang

memadai pada situasi tertentu yang dapat membahayakan pasien”.

Yaitu teradu tidak melakukan persiapan operasi dengan baik ;

---------------------------------

b huruf h yang berbunyi “tidak memberikan penjelasan yang jujur,

etis, dan memadai (adequate information) kepada pasien atau

keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran”. Yaitu tidak

memberikan penjelasan tentang risiko tindakan seksio ke empat

kalinya ; ----------------------

2 Bahwa tidak satupun dalil dari Penggugat dalam gugatannya yang

mempersoalkan jenis dan lamanya sanksi yang Tergugat I dan

Tergugat II jatuhkan. Sehingga dengan demikian berarti Penggugat

menyetujui dan menerima Keputusan Tergugat I dan Tergugat II ;

--------------------------------------------------------------

7. 3 Bahwa oleh karena itu gugatan Penggugat haruslah ditolak ; ---

8. Bahwa Tergugat I dan Tergugat II dengan tegas menolak seluruh dalil-dalil

Penggugat yang berkenaan dengan objek sengketa : ---------

8. 1 Berkaitan dengan Tergugat I yaitu Keputusan Konsil Kedokteran

Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013 tertanggal 26 Juni 2013 :

-----------------------------------------------------------------

• Pasal 54 ayat (2), Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran, menegaskan bahwa Pembinaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia bersama-sama dengan Organisasi

Profesi ; -------------------------------

Halaman 51 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51

Page 157: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Pasal 71, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran, menegaskan bahwa Pemerinta Pusat,

Konsil Kedokteran Indonesia, Pemerintah Daerah, Organisasi

Profesi membina dan mengawasi praktik kedokteran sesuai

dengan fungsi dan tugas masing-masing ;

----------------------------------------------------------------

• Diktum Kesatu Pencabutan STR sementara selama 9

(sembilan) bulan terhitung mulai tanggal 26 Juni 2013 sampai

dengan tanggal 26 Maret 2014 tidak dipermasalahkan tentang

lamanya sanksi disiplin, ini berarti Penggugat telah

menyetujui penjatuhan sanksi disiplin ;

-----------------------------------------------------------------

• Diktum Keenam Pembinaan : -------------------------------

• Bahwa penambahan Diktum Pembinaan dalam

Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/

KKI/KEP/VI/2013 tertanggal 26 Juni 2013, tidak

dilarang karena tidak ada aturan yang dilanggar serta

tidak terlalu berlebihan. Divisi Pembinaan merasa

bertanggungjawab penuh terhadap pembinaan praktik

kedokteran yang baik bagi dokter dan dokter gigi yang

terkena sanksi disiplin. Salah satu azas atau prinsip dalam

hukum adalah sepanjang tidak bertentangan dengan aturan,

berarti boleh dilakukan, artinya penambahan diktum

52

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52

Page 158: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pembinaan bukan sesuatu yang memberatkan Penggugat ;

--------------

• Divisi Pembinaan Konsil Kedokteran Indonesia

senantiasa menyelenggarakan pertemuan Bimbingan

Teknis Pemantapan Proesionalisme Bagi Dokter dan

Dokter Gigi yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan

untuk melaksanakan praktik kedokteran yang baik

dengan mengacu kepada pedoman yang sudah ada,

dalam rangka untuk memberikakan perlindungan kepada

masyarakat sebagaimanaan ; ---

• Pentingnya mencantumkan Diktum Keenam terkait

dengan pelaksanaan pembinaan dilakukan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia bersama Stakeholders (Suku

Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan dan Ikatan Dokter

Indonesia Cabang Kota Jakarta Selatan akan

memperjelas fungsi dan tugas sesuai dengan

kewenangan masing-masing (Pasal 71, Undang-Undang

Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran) ;

-----------------------------------------------------

• Apapun bentuk sanksi disiplin yang diberikan terhadap

dokter dan dokter gigi, apakah pencabutan STR atau

Peringatan Tertulis selalu mencantumkan diktum

Pembinaan ; --------------------------------------------

Halaman 53 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53

Page 159: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Pasal 54 ayat (2), Undang-Undang Nomor 29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran, menegaskan bahwa

Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh Konsil Kedokteran Indonesia bersama-

sama dengan Organisasi Profesi ; -------------------------

• Lampiran Pendahuluan pada angka romawi I huruf B

butir 8 Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor

47/KKI/KEP/XII/2007 tentang Pedoman Tata Cara

Pelaksanaan Rekomendasi Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia/ Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia Di Tingkat Provinsi. Dalam

Penegakan Sanksi Disiplin, menegaskan bahwa

Penjatuhan sanksi disiplin adalah penegakan sanksi yang

dijatukan oleh Konail Kedokteran Indonesia setelah

mendapat surat rekomendasi dari Ketua Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ;

--------------------------------------------------------

• Lampiran Pendahuluan pada angka romawi V huruf B

butir 4 Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor

47/KKI/KEP/XII/2007 tentang Pedoman Tata Cara

Pelaksanaan Rekomendasi Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia/ Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia Di Tingkat Provinsi Dalam

Penegakan Sanksi Disiplin, menegaskan bahwa Divisi

Pembinaan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan

54

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54

Page 160: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pembinaan penegakan disiplin dokter dan dokter gigi ;

-------------------------------------------------

• Undangan Ketua Konsil Kedokteran yang ditujukan kepada Kepala

Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan, Ketua Ikatan Dokter

Indonesia Pengurus Cabang Kota Jakarta Pusat dan Teradu untuk

menghadiri acara pembacaan Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia

dilanjutkan dengan Pembinaan Praktik Kedokteran yang baik bertempat

di Ruang Pembinaan Konsil Kedokteran Indonesia ; ---------------

• Keputusan Tergugat I Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013 tertanggal 26 Juni

2013 berupa pencabutan Surat Tanda Registrasi sementara selama 9

(sembilan) bulan terhitung mulai tanggal 26 Juni 2013 sampai dengan

26 Maret 2014, masih memerlukan Keputusan lebih lanjut oleh Suku

Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan dalam bentuk surat

pemberitahuan yang ditujukan kepada Saudara Tamtam Otamar

Samsudin, dr, SpOG untuk segera membekukan Surat Ijin Praktik sesuai

tanggal penetapan Keputusan Tergugat I ;

--------------------------------------------------------

• Bahwa pemberian rekomendasi Pencabutan STR selama 9 (sembilan)

bulan terhadap Keputusan MKDKI atas Pengaduan Nomor 09/P/

MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni 2013 belum mempunyai akibat

hukum, dan setelah ditindaklanjuti dengan Keputusan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013 tertanggal 26 Juni

2013 baru ada akibat hukum sesuai dengan tanggal penetapan

Keputusan Tergugat 1. ----------------------

Halaman 55 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55

Page 161: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

8.2 Berkaitan dengan Tergugat II, yaitu Keputusan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas Pengaduan

Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni 2013.

• Bahwa seyogyanya Penggugat mengetahui apa yang dimaksud dengan

bukti baru. Siapapun akan mengetahui bahwa yang dimaksud dengan

bukti baru adalah bukti yang belum pernah diajukan sebelumnya,

sehingga Pasal 51 ayat (1) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan

Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi, tidak perlu lagi

menguraikan mengenai kriteria bukti baru ; --------

• Bahwa keberatan Penggugat tertanggal 7 Mei 2013 yang disampaikan

kepada MKDKI tidak sesuai dengan Pasal 55 ayat (1) Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter

Gigi, yaitu bahwa bukti yang diajukan oleh Penggugat dalam

keberatannya bukan merupakan bukti baru, untuk itu tidak diterima oleh

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia :

---------------------------------------------------------------

• Pemanggilan Ahli dilakukan sesuai dengan

prosedur kerja Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia.

• Majelis Pemeriksa Disiplin tetap melaksanakan

sidang dengan tidak memanggil Teradu (terlampir

bukti). ----------

56

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56

Page 162: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa untuk Novum (bukti baru) melalui keberatan Penggugat yang

disampaikan kepada MKDKI, maka MKDKI tidak bisa memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dan Pasal

56 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tata

Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan

Dokter Gigi ; ---------------------------------------------

8.2 Pemberlakuan sanksi disiplin berupa Pencabutan Surat Tanda

Regiatrasi sementar selama 9 (sembilan) bulan mulai tanggal 26 Juni

2013 sampai dengan 26 Maret 2014 otomatis Suku Dinas Kesehatan

Kota Jakarta Selatan mencabut Surat Ijin Praktik Saudara Tamtam

Otamar Samsudin, dr, SpOG sebanyak 3 (tiga) tempat ikut tercabut ;

------------------------------

8.3 Objek sengketa bahwa Tergugat II telah mempertimbangkan tentang

Novum (bukti baru yang disampaikan oleh Penggugat), namun bukti

baru tersebut tidak memenuhi unsur persyaratan pada Pasal 55 ayat

(1), Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2 Tahun 2011

tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan pelanggaran Disiplin

Dokter dan Dokter Gigi, untuk itulah keberatan Penggugat tidak dapat

diterima oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ;

-------------------------

8. 4 Bahwa apabila informasi dan alat bukti yang dikumpulkan sudah

cukup maka proses pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan tanpa

keharusan memanggil kembali Teradu (Penggugat ) yang sudah

pernah dipanggil akan tetapi tidak hadir, sebab yang utama adalah

Halaman 57 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57

Page 163: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pemeriksaan dalam persidangan ;

-----------------------------------------------------------------

9. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil-dalil yang kekemukakan

Penggugat tentang bukti baru : --------------------------------------------------

9.1 bahwa keberatan Penggugat bukan merupakan bukti baru

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter

Gigi ; ---------------------------------------------------

9.2 bahwa seyogyanya Penggugat mengetahui apa yang dimaksud dengan

bukti baru. Siapapun akan mengetahui bahwa yang dimaksud dengan

bukti baru adalah bukti yang belum pernah diajukan sebelumnya,

sehingga Pasal 51 ayat (1) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan

Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi, tidak perlu lagi

menguraikan mengenai kriteria bukti baru. ;

----------------------------------------------------------

10. Bahwa dalil-dalil Penggugat terhadap Surat Kuasa yang diberikan oleh

keluarga pasien (Pengadu) yaitu Dra Risma Situmorang, SH, MH untuk

menghadap dan membuat pengaduan tertulis kepada Ketua Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia tidak beralasan, karena surat

kuasa tersebut sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Apalagi Pengadu

(Dra Risma Situmorang, SH, MH) hadir dan memberikan keterangan dalam

persidangan MKDKI. Keterangan yang diberikan dalam persidangan itulah

58

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58

Page 164: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

yang menjadi pegangan utama bagi MPD dalam pengambilan keputusan ;

------------------------------------

11. Bahwa permohonan penundaan pelaksanaan keputusan MKDKI atas

pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni 2013 yang

diajukan oleh Penggugat haruslah ditolak karena tidak mempunyai dasar

hukum, dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat

(sebagaimana salah satu tujuan utama Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Apabila permohonan

Penggugat tersebut dikabulkan maka tidak tertutup kemungkinan akan timbul

kembali peristiwa-peristiwa lain seperti yang diadukan Pengadu (Dra. Risma

Situmorang, SH, MH) kepada Tergugat ;

--------------------------------------------------------------------

Berdasarkan hal-hal yang Tergugat kemukakan diatas, maka Tergugat mohon

kepada Pengadilan Tata Usaha Negera DKI Jakarta, up Majelis Hakim yang

memeriksa perkara agar memberikan keputusan sebagai berikut :

----------------------------------------------------------------------------------------

Menolak gugatan Penggugat seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan

Penggugat tidak dapat diterima ; --------------------------------------------

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat, Pihak Ketiga telah

mengajukan Permohonan Intervensi untuk masuk sebagai pihak yaitu dari Henry

Kurniawan (Suami dari Pasien Santi Mulyasari), melalui Kuasa Hukumnya Dra.

Risma Situmorang, S.H., M.H. dan Christine Nhazzia Agustine, S.H., Advokat

dan Konsultan hukum pada kantor hukum Risma Situmorang & Partners,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 21/SK/RM&P.VIII/2013 tanggal 26

Halaman 59 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59

Page 165: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Agustus 2013 dibawah Register Perkara Nomor : 121/G/2013/PTUN-JKT/

INTV ; ----------------------

Menimbang, bahwa atas permohonan Pihak Ketiga tersebut, pihak

Penggugat, Pihak Tergugat I dan Pihak Tergugat II, menyatakan secara lisan tidak

keberatan atas masuknya pihak ketiga dalam sengketa ini pada persidangan

tanggal 27 Agustus 2013 ; ----------------------------------

Menimbang, bahwa terhadap Permohonan Pemohon Intervensi tersebut,

Majelis Hakim mengambil sikap dengan mendudukkan Henry Kurniawan

sebagai Tergugat II Intervensi yang tertuang dalam Putusan Sela tertanggal 27

Agustus 2013 ; ----------------------------------------------------

Menimbang, bahwa atas Gugatan Penggugat, Kuasa Tergugat II

Intervensi memberikan Jawabannya berupa Eksepsi Kompetensi Absolut dan

Jawaban Tergugat II Intervensi pada persidangan tanggal 3 September 2013

sebagai berikut : --------------------------------------------------

EKSEPSI KOMPETENSI ABSOLUT

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN) JAKARTA TIDAK

BERWENANG MENGADILI PERKARA ATAS KEPUTUSAN KONSIL

KEDOKTERAN INDONESIA (KKI) DAN KEPUTUSAN MAJELIS

KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA (MKDI).

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA (KKI)/TERGUGAT I DAN MAJELIS

KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA (MKDI) /

TERGUGAT II BUKAN PEJABAT TATA USAHA NEGARA DAN

KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA (KKI) / TERGUGAT I

DAN KEPUTUSAN MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN

60

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60

Page 166: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

INDONESIA (MKDI) / TERGUGAT II BUKAN KEPUTUSAN TATA USAHA

NEGARA.

Bahwa Penggugat dalam gugatannya sebanyak 18 (delapan belas) halaman terdiri

dari 17 posita, 2 petitum Dalam Penangguhan dan 5 Petitum Dalam Pokok

Perkara telah mengajukan pembatalan terhadap : --

Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/VI/2013

Tentang Pelaksanaan Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia Dalam Penegakan Saksi

Disiplin Terhadap saudara Tantam Otamar Samsudin dr. SpOG Tertanggal 26

Juni 2013, sebagai Obyek Sengketa . ----------------------------

Surat Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Atas

Pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin

Kedokteran, tertanggal 5 Juni 2013, sebagai Obyek Sengketa II.

Bahwa sebelum Majelis Hakim jauh melangkah melakukan pemeriksaan atas

pokok perkara, maka harus terlebih dahulu dikaji dan diuji kembali kedua Surat

Keputusan tersebut di atas yang menurut Penggugat adalah Obyek Pengadilan

Tata Usaha Negara, apakah memang merupakan suatu Keputusan Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara yang dapat digugat dan dijadikan sebagai obyek

Pengadilan Tata Usaha Negara atau tidak ? ;

---------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa sesuai Ketentuan Pasal 1 angka 7, 8 dan 9 Undang-Undang No.51 Tahun

2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara (‘UU PERATUN’) disebutkan:

Halaman 61 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61

Page 167: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

angka 7 : “Tata Usaha Negara adalah administrasi negara yang melaksanakan

fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di

daerah” ------------------------------------------------------------.

angka 8 :”Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat

yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku”. -------------------------------------------------

angka 9 :”Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang

dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan

hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

berlaku, yang bersifat kongkret, individual, dan, final, yang menimbulkan akibat

hukum seseorang atau badan hukum perdata”

-------------------------------------------------------------------------------------.

Bahwa dari Ketentuan Pasal 1 angka 7, 8 dan 9 Undang-Undang No.51 Tahun

2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara tersebut di atas, maka sudah cukup jelas dan tegas

diatur “siapa yang dimaksud dan dapat dikategorikan sebagai Badan atau Pejabat

TUN, Keputusan mana dan Keputusan siapa yang dapat memenuhi syarat

sebagai Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) yang dapat digugat ke Pengadilan

Tata Usaha Negara ic Pengadilan Tata Usaha Jakarta….! ;

------------------------------------

Bahwa dalam penjelasan Pasal 1 angka 1 UU PERATUN tentang urusan

pemerintahan adalah sebagai berikut : -----------------------------------------------

“Yang dimaksud dengan “urusan pemerintahan” ialah kegiatanyang bersifat

eksekutif. --------------------------------------------------------------------------

62

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62

Page 168: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Lebih lanjut Prof. DR. Paulus Effendi Lotulung, SH., dalam bukunya yang

berjudul ‘HUKUM TATA USAHA NEGARA dan KEKUASAAN’ pada halaman

27 alinea ke tiga (3) dan keempat (4) mengatakan : -----------------

“Berdasarkan rumusan pasal ini, dapat dipahami bahwa suatu KTUN adalah

produk yang diterbitkan oleh pejabat TUN (atau jabatan TUN) berdasarkan

wewenang yang ada padanya (attribute) atau diberikan padanya dalam bidang

urusan pemerintahan (delegate)” ----------------------.

Selanjutnya, apa yang dimaksud dengan “urusan pemerintahan”?, dalam

Penjelasan Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa : ------------------------------

“yang dimaksud ‘urusan pemerintahan’ ialah ‘kegiatan yang bersifat eksekutif’.

Dengan demikian, tidaklah termasuk di dalamnya kegiatan yang bersifat legislatif

dan yudikatif (jika bertitik tolak dari pada trias politika montesquieu dalam

ketatanegaraan mengenai pembagian kekuasaan negara”.

-----------------------------------------------------------------------

Sekarang mari kita kaji, teliti dan uji berdasarkan kepada pengertian Pasal 1

angka 7, 8 dan 9 Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan

pendapat Prof. DR. Paulus Effendi Lotulung, SH., tersebut di atas, apakah Konsil

Kedokteran Indonesia (KKI) dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia (MKDI) yang dijadikan selaku TERGUGAT I dan TERGUGAT II

oleh Penggugat dapat diartikan sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara..?

-----------------

Bahwa berdasarkan Ketentuan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang

PRAKTIK KEDOKTERAN pada BAB I Ketentuan Umum menyebutkan sebagai

berikut : --------------------------------------------------------

Halaman 63 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63

Page 169: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pasal 1 angka(3)

“Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri,

nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan

Konsil Kedokteran Gigi”. -------------------------------------------

Pasal 1 angka(14)

“Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang

berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan

dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dan

menetapkan sanksi”. ------------------------------------------

Bahwa selanjutnya tentang Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDI) juga diatur di dalam

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NO. 4 TAHUN 2011

TENTANG DISIPLIN PROFESIONAL DOKTER DAN DOKTER GIGI, yaitu

dapat dilihat pada : ------------------------------------------------------------------------

Pasal 1 angka(4) menyebutkan :

“Konsil Kedokteran Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKI adalah suatu

badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas

Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi”. -----------

Pasal 1 angka(5) menyebutkan :

“Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, yang selanjutnya disingkat

MKDKI adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya

kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu

64

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64

Page 170: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kedokteran dan kedokteran gigi dan menetapkan sanksi”.

---------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa tentang Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) juga diatur di dalam

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NO. 2 TAHUN 2011

TENTANG TATA CARA PENANGANAN KASUS DUGAAN

PELANGGARAN DISIPLIN DOKTER DAN DOKTER GIGI, yaitu dapat

dilihat pada : ---------------------------------------------------------------------------------

Pasal 1 angka(12) yang menyebutkan sebagai berikut : ------------------------

“Konsil Kedokteran Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKI adalah suatu

badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas

Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi”. ----------

Bahwa dari seluruh ketentuan di atas yang telah menjelaskan apa dan siapakah

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia (MKDI) sesuai pengertian peraturan perundang-undangan yang

berlaku, terbukti tidak satupun ketentuan peraturan perundang-udangan yang

menjelaskan bahwa KKI / TERGUGAT I dan MKDKI / TERGUGAT II masuk

atau memenuhi pengertian Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (TUN)

sebagaimana

diatur dan dijelaskan dalam ketentuan Pasal 1 angka 8 UNDANG-UNDANG

PERATUN yang menyebutkan:”Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah

badan atau pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Bahwa KKI / TERGUGAT I dan MKDI / TERGUGAT II tidak merupakan

Badan atau Pejabat yang melaksanakan fungsi/urusan pemerintahan baik di pusat

maupun di daerah (urusan eksekutif),tetapi KKI adalah suatu badan otonom,

Halaman 65 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65

Page 171: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

mandiri, nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas Konsil

Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi dan MKDKI adalah lembaga yang

berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan

dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dan

menerapkan sanksi. ----------------

Selanjutnya Prof. DR. Paulus Effendi Lotulung, SH., dalam bukunya yang

berjudul ‘HUKUM TATA USAHA NEGARA dan KEKUASAAN’ pada halaman

28 alinea kedua (2) mengatakan : ----------------------------------------

“Salah satu sisi yang terpenting dalam penerapan wewenang menurut hukum

publik tersebut, terutama dalam menerbitkan keputusan-keputusan TUN, adalah

bahwa penerapan wewenang yang demikian, membawa akibat atau konsekuensi

hukum, yaitu lahirnya hak dan kewajiban yang bersifat hukum publik bagi warga

masyarakat yang bersangkutan, kewenangan mana dapat dipaksakan secara

sepihak (bersifat unilateral). Pada dasarnya, wewenang hukum publik dikaitkan

selalu pada jabatan publik yang merupakan organ pemerintahan (bestuur organ)

dan menjalankan wewenangnya dalam fungsi pemerintahan, yang dalam segala

tindakannya selalu dilakukannya demi kepentingan umum atau pelayanan umum

(public service). Pada organ pemerintahan yang demikian, melekat pula sifat

sebagai pejabat umum (openbaar gezag)”. –

Sekarang mari kita lihat apa Fungsi, Tugas dan Wewenang dari Konsil

Kedokteran Indonesia (KKI)/TERGUGAT I yaitu bahwa sesuai dengan ketentuan

BAB III mulai dari Pasal 4 sampai dengan Pasal 25 Undang-Undang No. 29

Tahun 2004 tentang PRAKTIK KEDOKTERAN yang mengatur tentang Fungsi,

Tugas dan Wewenang dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tidak satu

kalimatpun yang menjelaskan bahwa Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

66

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66

Page 172: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menjalankan tugas, fungsi dan kewenangan di bidang pemerintahan (eksekutif).

--------------------------------------------------

Pasal 6 mengatakan :

“Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan,

penetapan, serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik

kedokteran, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis”.

-------------------------------------------------------------------------

Pasal 7 Ayat 1 mengatakan :

“(1) Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai tugas :

melakukan registrasi dokter dan dokter gigi; mengesahkan standar pendidikan

profesi dokter dan dokter gigi; dan melakukan pembinaan terhadap

penyelenggaraan praktik kedokteran yang dilaksanakan bersama lembaga terkait

sesuai fungsi masing-masing. dst……….” --------

Sekarang mari kita lihat apa Fungsi, Tugas dan Wewenang dari Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDI) / TERGUGAT II, yaitu

bahwa sesuai dengan ketentuan BAB VIII mulai dari Pasal 55 sampai dengan

Pasal 69 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang PRAKTIK

KEDOKTERAN yang mengatur tentang Fungsi, Tugas, Keanggotaan serta

Wewenang Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia tidak satu pasal

atau kalimatpun yang menjelaskan bahwa MKDKI menjalankan tugas, fungsi dan

wewenang di bidang pemerintahan (eksekutif). -----------

Hal ini bisa kita lihat secara jelas dan tegas dalam Ketentuan Pasal 64 yang

mengatakan sebagai berikut : --------------------------------------------------

“Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia bertugas :

Halaman 67 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67

Page 173: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggarandisiplin

dokter dan dokter gigi yang diajukan; dan menyusun pedoman dan tata cara

penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi”.

---------------------------------------------------------------------------

Bahwa Fungsi, Tugas dan Wewenang Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)/

TERGUGAT I dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDI)/

TERGUGAT II berbeda dengan fungsi,tugas dan wewenang BAPEK (Badan

Kepegawaian) yang melaksanakan Fungsi Administrasi di bidang Kepegawaian

sehingga BAPEK memang melaksanakan fungsi eksekutif dan oleh karenanya

BAPEK dan Keputusan BAPEK adalah merupakan Keputusan Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara (TUN) yang dapat digugat ke PTUN dan oleh

karenanya PTUN berwenang untuk memeriksa dan memutus gugatan terhadap

BAPEK. --------------------------------------------------------------------------

Bahwa selain KKI/Tergugat I dan MKDKI/Tergugat II yang memiliki fungsi,

tugas, dan wewenang dalam menegakkan kode etik atau kedisiplinan profesi,

juga terdapat Majelis Kehormatan Hakim (MKH) yang berfungsi untuk

memeriksa dan mengadili serta membuat Keputusan pemberian saksi atas

pelanggaran yang dilakukan oleh Hakim. ----------------------------

Majelis Kehormatan Hakim (MKH) memiliki Tugas membantu Sekertaris

Mahkamah Agung dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

di lingkungan Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua lingkungan

Peradilan. Bahwa sifat pemberian saksi terhadap

Hakim yang terbukti melanggar kode etik bukanlah bersifat Keputusan yang di

keluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara namun bersifat Profesional

68

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68

Page 174: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan netral atas pelanggaran kode etik yang terbukti dilakukan oleh Hakim.

-------------------------------------------------------------------

Bahwa Keputusan Majelis Kehormatan Hakim (MKH) yang dilaporkan tersebut

bukan merupakan Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan bukan

Surat Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), sehingga putusan pemberian saksi

oleh Majelis Kehormatan Hakim (MKH) kepada anggotanya tidak dapat di gugat

dalam Pengadilan Tata Usaha Negara.

------------------------------------------------------------------------------

Bahwa selain Majelis Kehormatan Hakim (MKH), juga terdapat contoh lain yang

mempunyai fungsi dan wewenang untuk menegakkan kedisiplinan anggotanya

dalam menjalankan profesi misalnya Dewan Kehormatan PERADI (Perhimpunan

Advokat Indonesia) yang sesuai Pasal 10 tentang Kode Etik Advokat yang

menyebutkan bahwa ‘Dewan Kehormatan PERADI berwenang memeriksa dan

mengadili perkara pelanggaran Kode Etik yang dilakukan Advokat’, dalam

pelaksanaannya Dewan Kehormatan PERADI melaksanakan rangkaian sidang

pemeriksaan Kode Etik terhadap Advokat yang dilaporkan telah melanggar kode

etik tersebut. ----------------------------------------------------------

Bahwa Keputusan Dewan Kehormatan PERADI saat memberikan saksi kepada

Advokat yang dilaporkan tersebut bukan merupakan Keputusan Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara dan bukan Surat Keputusan Tata Usaha Negara

(KTUN), sehingga putusan pemberian saksi kode etik oleh Dewan Kehormatan

PERADI tidak dapat di gugat dalam Pengadilan Tata Usaha Negara.

-----------------------------------------------------------------------------

Badan atau Lembaga lainnya yang juga merupakan badan yang Independen dan

bukan merupakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara ialah Dewan Pers sesuai

Halaman 69 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69

Page 175: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dengan Pasal 15 Undang-Undang No.40 tahun 1999 yang menyebutkan bahwa

‘Dalam Upaya mengembangkan Kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan

pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang Independen’.

-------------------------------------------------------

Contoh lainnya yang bukan merupakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara

ialah Komisi Penyiaran Indonesia yang merupakan Lembaga Negara Independen

yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang

bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.

-----------------------------------------------------

Maka sangat jelas bahwa, MKH, Dewan Kehormatan PERADI, Dewan Pers dan

Komisi Penyiaran Indonesia yang merupakan badan atau dewan kehormatan di

dalam organisasi profesi masing-masing yang memiliki kesamaan fungsi, tugas,

dan wewenang yang sama dengan KKI/Tergugat I dan MKDKI/Tergugat II yang

bukan merupakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sehingga

Keputusannya bukan Surat Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) oleh

karenanya putusan pemberian saksi oleh Badan, atau Lembaga atau Dewan

Kehormatan tersebut tidak dapat di gugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara.

------------------------------------------

Dengan demikian Konsil Kedokteran Indonesia KKI/TERGUGAT I dan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia MKDI/TERGUGAT II adalah Badan

dan Lembaga yang dibentuk oleh Undang-Undang ic UU No. 29 Tahun 2004

tentang PRAKTIK KEDOKTERAN serta Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya

untuk menegakkan Disiplin Kedokteran yaitu dokter dan dokter gigi,

sama sekali tidak melaksanakan fungsi

70

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70

Page 176: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pemerintahan sehingga adalah sangat keliru dan salah Penggugat telah

mengartikan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) / TERGUGAT I dan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDI) / TERGUGAT II sebagai

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (TUN) ) dan menggugat Keputusan

TERGUGAT I dan Keputusan TERGUGAT II a quo ke Pengadilan Tata Usaha

Negara ic PTUN Jakarta. ----------------------------

KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA (KKI)/TERGUGAT I

DAN KEPUTUSAN MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN

INDONESIA (MKDI)/TERGUGAT II BUKAN KEPUTUSAN TATA USAHA

NEGARA SEBAGAIMANA DIMAKSUDKAN DALAM KETENTUAN

PASAL 1 ANGKA 9 UU PERATUN. -------------------------------------------------

Bahwa Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/KKI/KEP/VI/

2013 yang dijadikan Penggugat sebagai Obyek Sengketa I adalah tentang

Pelaksanaan Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

Dalam Penegakan Saksi Disiplin Terhadap saudara Tantam Otamar Samsudin dr.

SpOG Tertanggal 26 Juni 2013, sedangkan Keputusan Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) yang dijadikan Penggugat sebagai

Obyek Sengketa II adalah Surat Keputusan MKDKI Nomor 09/P/MKDKI/

V/2011 tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran tertanggal 5 Juni 2013

yang merupakan Keputusan MKDI karena adanya laporan Tergugat II Intervensi

kepada MKDKI pada tanggal 13 Mei 2011 melalui Kuasa Hukumnya yang

melaporkan ke MKDKI untuk dilakukan pemeriksaan terhadap Dr. Tamtam

Otamar Samsudin, SpOG (Penggugat) dengan register pengaduan No. 09/P/

MKDKI/V/2011 (Bukti T II Interv - 1). ---------------------

Halaman 71 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71

Page 177: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa adapun isi Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

(MKDKI)/Tergugat II Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni 2013 yang

dilaksanakan oleh TERGUGAT I adalah sebagai berikut :

“1. Terhadap Teradu, Tamtam Otamar Samsudin, dokter, spesialis obsetri dan

Ginekologi, ditemukan pelaggaran disiplin profesi kedokteran sebagaimana

diatur dalam Peraturan Konsil Kedokteran No. 4 Tahun 2011 tentang Disiplin

Profeisonal Dokter dan Dokter Gigi: --------------------

Pasal 3 Ayat (2) huruf f yang berbunyi :’tidak melakukan tindakan/asuhan medis

yang memadai pada situasi tertentu yang dapat membahayakan pasien’ yaitu

Teradu tidak melakukan persiapan operasi dengan baik. -----

Pasal 3 Ayat (2) huruf h yang berbunyi : ’tidak memberikan penjelasan yang

jujur, etis, dan memadai (adequate information) kepada pasien atau keluarganya

dalam melakukan praktek kedokteran’ yaitu tidak memberikan penjelasan tentang

resiko tindakan seksio ke empat kalinya.

Menjatuhkan sanksi kepada Teradu, Tamtam Otamar Samsudin, dokter, Spesialis

Obsetri dan Ginekologi, berdasarkan pelanggaran pada angka XI butir 1 di atas

berupa ‘rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) selama sembilan

(9) bulan’. Pelanggaran yang dilakukan …………. dst”.

-------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa dari isi Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

(MKDKI)/Tergugat II Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni 2013 jelas

semuanya berisikan tentang penegakan prinsip-prinsip Kedokteran yang harus

dilakukan oleh seorang dokter ic Penggugat selaku Dokter Spesialis Obsetri dan

Ginekologi (SPOG), BUKAN tentang suatu penetapan tertulis yang berisi

tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan berlaku, yang bersifat

72

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72

Page 178: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum seseorang atau

badan hukum perdata”. -----------------------------------------------------------

Bahwa Keputusan MKDKI / Tergugat II a quo didasari pada adanya pengaduan

dari pasien yang menduga telah terjadi Malpraktek atau kesalahan pelaksanaan

prosedur operasi caesar yang dilakukan Penggugat pada saat melakukan operasi

caesar pada pasien alm. Santi Mulyasari (isteri Tergugat II Intervensi) dan setelah

melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi dan dokter ahli dan memakan waktu

lebih kurang 2 (dua) tahun barulah MKDKI / Tergugat II membuat dan

mengeluarkan Keputusan dan dibacakan pada sidang terbuka. --------------

Jadi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh MKDKI / Tergugat II terhadap

Penggugat sampai melahirkan/menerbitkan Keputusan a quo adalah proses

pemeriksaan dan persidangan terhadap Penggugat selaku Teradu dan pada

akhirnya MKDI/Tergugat II memberikan sanksi berupa berupa ‘rekomendasi

pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) selama sembilan (9) bulan, hal ini

sesuai fungsi, tugas dan wewenang yang ada pada TERGUGAT II sebagaimana

Tergugat II Intervensi telah uraikan di atas.

----------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa jika dibandingkan dengan Badan atau Pejabat TUN yang dalam

menerbitkan Keputusan TUN (KTUN), maka yang diuji oleh Hakim PTUN

adalah prosedur terbitnya Keputusan TUN (KTUN) yang digugat tersebut, maka

jelas apa yang dilaksanakan oleh MKDKI / TERGUGAT II adalah bukan proses

atau prosedur yang dilakukan dalam kapasitas sebagai Badan atau Pejabat TUN.

---------------------------------------------------------------

Bahwa MKDKI / TERGUGAT II juga tidak melaksanakan wewenang hukum

publik dan juga tidak sebagai pejabat publik yang merupakan

Halaman 73 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73

Page 179: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

organ pemerintahan (bestuur organ) dan menjalankan wewenangnya dalam

fungsi pemerintahan, dan dalam membuat dan menerbitkan Keputusan a quo

bertindak demi kepentingan umum atau pelayanan umum (public service),

melainkan bersidang melakukan pemeriksaan kepada Pelapor, Teradu dan saksi-

saksi yang terlibat pada saat dilakukannya operasi caesar oleh Penggugat kepada

alm Santi Mulyasari isteri Tergugat II Intervensi serta dokter ahli untuk

menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan Penggugat dalam penerapan

disiplin ilmu kedokteran, dan karena terbukti Teradu (Penggugat) melakukan

Pelanggaran Disiplin Kedokteran maka kepada Penggugat diberikan sanksi, dan

sanksi tersebut selanjutnya dilaksanakan oleh KKI / TERGUGAT I.

------------------------------------------------------------------------------

Bahwa isi Keputusan MKDKI / Tergugat II a quo, kemudian dilaksanakan oleh

KKI/Tergugat I yaitu dengan mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) Penggugat

selama 9 (sembilan) bulan. ----------------------------------------------

Bahwa apa yang dilakukan oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II adalah

merupakan tugas, fungsi dan kewenangan sebagai Badan atau Lembaga

Organisasi Profesi dan Majelis Kehormatan Profesi di bidang Kedokteran,

sehingga sangatlah jauh berbeda dengan tugas, fungsi dan kewenangan Badan

atau Pejabat Tata Usaha Negara yang menerbitkan suatu Keputusan yang dapat

digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara. ---------

Hal ini bisa dilihat dan dipahami secara jelas dalam ketentuan Pasal 1 angka11

Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang PRAKTIK KEDOKTERAN yang

mengatakan sebagai berikut : ----------------------------

Pasal 1 angka 11 :“Profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu

pekerjaan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilaksanakan

74

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74

Page 180: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang

berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat”.

-------------------------------------------------------------------------------

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka sudah jelas bahwa Keputusan

TERGUGAT I dan Keputusan TERGUGAT II bukan merupakan Keputusan TUN

sebagaimana dimaksudkan dalam Ketentuan Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang

PERATUN dan dikaitkan dengan Ketentuan Pasal 77 Undang - Undang

PERATUN yang menyebutkan : ----

‘Eksepsi tetang kewenangan absolut Pengadilan dapat diajukan setiap waktu

selama pemeriksaan dan meskipun tidak ada eksepsi tentang kewenangan absolut

Pengadilan apabila Hakim mengetahui hal itu, ia karena jabatannya wajib

menyatakan bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili sengketa yang

bersangkutan” ; -----------------------------------------

Dengan demikian cukup berdasar dan beralasan hukum Eksepsi Kompetensi

Absolut yang diajukan oleh TERGUGAT II INTERVENSI ini untuk diputuskan

dalam Putusan Sela oleh Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini, dengan

menyatakan bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tidak berwenang

mengadili perkara ini. ---------------

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, mohon kepada Majelis Hakim yang

memeriksa perkara ini untuk memutuskan terlebih dahulu sebagai berikut :

---------------------------------------------------------------------------------------

Menerima dan mengabulkan Eksepsi Kompetensi Absolut TERGUGAT II

INTERVENSI untuk seluruhnya. -------------------------------------------------------

Menyatakan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tidak berwenang mengadili

perkara ini. --------------------------------------------------------------------

Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara ini. -------------------

Halaman 75 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75

Page 181: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

DALAM POKOK PERKARA :

Bahwa TERGUGAT II INTERVENSI mohon kepada Majelis Hakim yang

memeriksa perkara ini agar segala sesuatu yang dikemukakan dalam Eksepsi

Kompetensi Absolut tersebut di atas dianggap sebagai satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dengan Pokok Perkara ini. -------------------

Bahwa TERGUGAT II INTERVENSI menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil

yang telah dinyatakan oleh Penggugat sebagaimana yang terdapat dalam

gugatannya, kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya oleh TERGUGAT II

INTERVENSI, karena mengenai pokok perkara (substansi) bukan kewenangan

Pengadilan Tata Usaha untuk memeriksa dan mengadilinya.

-------------------------------------------------------------------------------

Bahwa Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) / TERGUGAT I dan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) / TERGUGAT II telah

melaksanakan fungsi, tugas serta wewenangnya sesuai ketentuan perundang-

undangan yang berlakuic ic Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang

PRAKTIK KEDOKTERAN serta Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya sehingga

Pengugat tidak dapat menggugat Keputusan TERGUGAT I dan Keputusan

TERGUGAT II a quo dengan mendasarkan kepada ketentuan Pasal 53 Ayat 2

huruf b Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Peradilan Tata Usaha Negara Jo Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara. ---

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dikaitkan dengan ketentuan Pasal 77

Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Jo

76

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76

Page 182: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Peradilan Tata Usaha Negara Jo Undang-Undang No.

51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Peradilan Tata

Usaha Negara, maka mohon agar Majelis Hakim Perkara No. 121/G/2013/PTUN-

JKT di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta memberikan keputusan sebagai

berikut : -------------------------------------------

DALAM EKSEPSI :

Mengabulkan Eksepsi TERGUGAT II INTERVENSI untuk seluruhnya.

Menyatakan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tidak berwenang mengadili

sengketa a quo. --------------------------------------------------------------

DALAM POKOK PERKARA :

Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau menyatakan gugatan

Penggugat tidak dapat diterima untuk seluruhnya (Niet Onvankelijke Verklard).

-------------------------------------------------------------------------------------

Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara. ----------------------

Menimbang, bahwa atas Jawaban Tergugat I,Tergugat II dan Jawaban

Tergugat II Intervensi tersebut pihak Penggugat mengajukan Repliknya

tertanggal 16 September 2013, dan atas Replik Penggugat, Tergugat I, Tergugat II

dan Tergugat II Intervensi mengajukan Dupliknya masing-masing tertanggal 30

September 2013, yang untuk mempersingkat uraian Putusan, maka Replik dan

Duplik tersebut tidak dicantumkan dalam Putusan akan tetapi termuat dalam

Berita Acara Persidangan Perkara ini ;

---------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya

Penggugat telah mengajukan Bukti berupa fotokopi Surat-Surat yang telah

Halaman 77 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77

Page 183: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dilegalisir, diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya,

sehingga dapat dijadikan sebagai Alat Bukti yang sah, serta diberi tanda P - 1

sampai dengan P - 61 , sebagai berikut : -----------------------

1. Bukti P - 1 : Surat Tanda Registrasi Dokter Nomor Registrasi

3111301211031779 yang dikeluarkan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia tanggal 20 Februari 2012 atas

nama Tamtam Otamar Samsudin. (fotokopi sesuai

dengan asli) ; ---------------------------------------

2. Bukti P - 2 : Surat Izin Praktik di Rumah Sakit Umum MMC Nomor

: 1.2.01.3171.1349/42006/09.16.1 atas nama Dr.

Tamtam Otamar Samsudin, Sp. OG.

yang dikeluarkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Selatan pada tanggal 18 Juni 2012.

(fotokopi sesuai dengan asli) ; ------------

3. Bukti P - 3 : Surat Izin Praktik di PBDS Invasif Sam Marie Family

Health Care Nomor : 1.2.01.3171. 1350/45007/09.16.2

atas nama Dr. Tamtam Otamar Samsudin, Sp. OG.

Yang dikeluarkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Selatan pada tanggal 18 Juni 2012.

(fotokopi sesuai dengan asli ) ;

--------------------------------------

4. Bukti P - 4 : Surat Izin Praktik di Rumah Sakit Bedah Bedah Asri

Nomor : 1.2.01.3171.1351/43102/09.16.3 atas nama Dr.

Tamtam Otamar Samsudin, Sp. OG. Yang dikeluarkan

78

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78

Page 184: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta

Selatan pada tanggal 15 Juni 2012. (fotokopi sesuai

dengan asli ) ; -----------

5. Bukti P - 5 : Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik No.

Lab. : 11014965 atas nama pasien Ny. Santi

Mulyasari, umur 38 tahun, Konsultan Prof. Dr.

Riadi Wirawan, Sp.PK (K) Spesialis Patologi Klinik

yang dikeluarkan oleh RS. MMC tanggal 15 April

2011. (fotokopi sesuai dengan asli) ; ------------------

6. Bukti P - 6 : Surat Persetujuan Tindakan Medis berupa CS (Sectio

Cesaria) + Streilisasi + Histerektomi kepada dr. As’at,

tanggal 20 April 2011 yang ditandatangani dan

disetujui sendiri oleh Santi Mulyasari dan Henry

Kurniawan selaku suami. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

--------------------------

7. Bukti P - 7 : Surat Persetujuan Tindakan Medis berupa CS (Sectio

Cesaria) + Streilisasi + Histerektomi kepada dr.

Tamtam Otamar Samsudin, tanggal

20 April 2011 yang ditandatangani dan disetujui sendiri

oleh Santi Mulyasari dan Henry Kurniawan selaku

suami. (fotokopi sesuai dengan asli) ; -------

8. Bukti P - 8 : Surat Pemberitahuan Informasi oleh Dokter

Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) atas nana pasien

Ny. Santi Mulyasari di Rumah Sakit Umum MMC pada

Halaman 79 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79

Page 185: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tanggal 21 April 2011. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

------------------------------------------------

9. Bukti P - 9 : Surat Laporan Operasi di Rumah Sakit MMC Nomor

Registrasi : 52-93-4 yang dibuat dan ditandatangani

oleh Tamtam Otamar Samsudin, dr.,Sp.OG atas nama

pasien Ny. Santi Mulyasari (fotokopi sesuai dengan

asli ) ; --------------------------

10. Bukti P - 10 : Resume Medik (Medical Report) atas nama pasien

Santi Mulyasari yang ditandatangani oleh

Tamtam Otamar Samsudin, dr, Sp. OG. Sebagai

penanggung jawab pasien di Rumah Sakit MMC.

(fotokopi sesuai dengan asli ) ; ------------------------

11. Bukti P - 11 : Surat Permintaan Konsultasi No. 52-93-47 atas nama

pasien Santi Mulyasaridari Penggugat ditujukan kepada

dr.Anastesi beserta jawabannya. (fotokopi sesuai

dengan asli) ; --------------------------

12. Bukti P - 12 : Catatan Anastesi dari dr As’at atas nama pasien Santi

Mulyasari di Rumah Sakit MMC tanggal 21 April

2011. (fotokopi sesuai dengan asli) ; -----------

13. Bukti P - 13 : Sertifikat Medis Penyebab Kematian, tanggal 21 April

2011 yang dikeluarkan oleh dr. Purherbianto, S.Sp.AN

mewakili Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

(fotokopi sesuai dengan asli) ; ---------------

14. Bukti P - 14 : Surat Keterangan dari dr. Purherbianto, S.Sp.AN

Rumah Sakit MMC, tanggal 10 Juli 2013 tentang COD

80

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80

Page 186: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pendarahan untuk kelengkapan surat kematian dalam

proses pemakaman. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

---------------------------------------

15. Bukti P - 15 : Surat Keterangan Dokter / Attending Physicians’s

klaim meninggal dunia tanggal 21 April 2011 untuk

syarat klaim asuransi. (fotokopi dari fotokopi) ; -----

16. Bukti P - 16 : Surat Keterangan Dokter (sebagai kelengkapan

Pengajuan Klaim Kematian untuk pihak asuransi)

yang di tandatangai oleh dr. Tamtam Otamar Samsudin,

Sp. OG. (fotokopi dari fotokopi) ; --------

17. Bukti P - 17 : Piagam diberikan kepada dr. Tamtam Otamar Samsudin

atas ikut sertanya dalam perkumpulan obstetri

Ginekologi Indonesia pertemuan Tahunan Perkumpulan

IX di Suranaya, 2-5 Juli 1995 sebagai Juara I Karya

Ilmiah Katagori Poster. (fotokopi dari fotokopi) ;

----------------------------------

18. Bukti P - 18 : Sertifikat Pelatihan Resusitasi Neonatus kerjasama

antara Perkumpulan Perinatologi Indonesia ( Perinasia)

dan Ikatan Dokter Anak (IDAI) yang dilaksanakan di

Jakarta 6-7 Mei 2000. (fotokopi dari fotokopi) ;

-----------------------------------

19. Bukti P - 19 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Rumah

Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dan Ikatan Rumah

Sakit Jakarta Metropolitan (IRSJAM) bekerjasama

dengan komisi Akredetasi Rumah Sakit dan Sarana

Halaman 81 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 81

Page 187: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Kesehatan lainnya (KARS), Pelatihan tanggal 12-13

November 2001. (fotokopi dari fotokopi) ;

-----------------------------------

20. Bukti P - 20 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh Sub Bagian

Imunoendokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan

Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jakarta kepada dr. Tamtam Otamar Samsudin, S.Sp.OG

sebagai Peserta Pendidikan Imunoendokrinologi

Reproduksi I, tanggal 1 - 4 April 2002. (fotokopi dari

fotokopi) ; --------------------

21. Bukti P - 21 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh Sub Bagian

Imunoendokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan

Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jakarta kepada dr. Tamtam Otamar Samsudin, S.Sp.OG

sebagai Peserta Pendidikan Imunoendokrinologi

Reproduksi II, tanggal 26 - 29 Agustus 2002. (fotokopi

dari fotokopi) ; --------------

22. Bukti P - 22 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh program Study Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan

Universitas Muhamadiyah Jakarta kepada dr. Tamtam

Otamar Samsudin, S.Sp.OG sebagai Pembicara

Seminar Keperawatan dengan tema Persalinan Dalam

Air (Water Birth) “Dalam Pandangan Medis dan Dunia

Keperawatan” Jakarta 9 Februari 2008. (fotokopi sesuai

82

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 82

Page 188: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dengan asli) ;

-----------------------------------------------------------

23. Bukti P - 23 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh O & G Partners

Fertility Centre Embryonics International Singapore

dan Singapore Oparations Division

Parkway Health kepada dr. Otamar Samsudin, atas

partisipasinya sebagai peserta dalam Workshop on

Assisted Reproduvtive Techniques, yang diadakan di

Singapore tanggal 5-7 Juni 2008. (fotokopi sesuai

dengan asli) ; ------------------

24. Bukti P - 24 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh POGI (Perkumpulan

Obstetri dan Ginekologi Indonesia)

kepada dr. Otamar Samsudin, Sp.OG atas partisipasinya

sebagai peserta dalam Kngres Obstetri Ginekologi

Indonesia XIV dengan tema “Caring With

Science Bring POGI to the Global Community” yang

diadakan di Surabaya-Jawa Timur,6-9 Agustus 2009.

(fotokopi sesuai dengan asli) ;

-----------------------------------------------------------

25. Bukti P - 25 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh SamMarie Family

Healthcare kepada dr. T. Otamar Samsudin, Sp.OG

atas partisipasinya sebagai Pembicara Talksow dengan

tema Mewujudkan Keturunan Yang Berkualitas dan

Membina Tumbuh Kembang Anak Sejak Dini, yang

diadakan di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan,

Halaman 83 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 83

Page 189: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tanggal 8 Agustus 2009. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

------------------

26. Bukti P - 26 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat

Nasional Indonesia (PPNI) dan LDP Indonesia kepada

dr. T. Otamar Samsudin, Sp.OG atas partisipasinya

sebagai Pembicara dalam Seminar Sehari dengan tema

“Melahirkan di Air (Water Birth), yang diadakan di

Hotel Emerald Garden Medan, tanggal 15 Agustus

2009. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

--------------------------

27. Bukti P - 27 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh IDI (Ikatan Dokter

Indonesia) Cabang Jakarta diberikan kepada dr.

Tamtam Otamar Samsudin, Sp.OG. atas ikut

sertanya dalam Malam Klinik Perkumpulan Obstetri

Dan Ginekologi Indonesia (POGI) cabang Jakarta

dengan tema Scars management in Obstetri &

Gynecology Surgery sebagai peserta tanggal 1

Nopember 2009. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

------------------------------------------------

28. Bukti P - 28 : Sertifikat Simposium yang dikeluarkan oleh Himpunan

Uroginekologi Rekonstruksi Indonesia kepada dr. T.

Otamar Samsudin atas partisipasinya sebagai peserta

dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) III, yang

diadakan di Denpasar tanggal 2-4 Maret 2010.

84

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 84

Page 190: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(fotokopi sesuai dengan asli) ;

--------------------------------------

29. Bukti P - 29 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh Ginecologic Oncology

Divsion Departement of Obstetrics and Bynecologu

Faculty of Medicine, University of Indonesia kepada dr.

Tamtam Otamar Samsudin, S.Sp.OG sebagai

participant dalam Asia Pasific Confrence of

Gynecology Surgery yang diadakan di Discovery

Kartika Plaza Hotel bali, tanggal 6-9 Oktober 2010.

(fotokopi sesuai dengan asli) ; ------

30. Bukti P - 30 : Sertifikat Simposium yang dikeluarkan oleh Ikatan

Dokter Indonesia kepada Tamtam Otamar S, dr. Sp.OG

atas partisipasinya sebagai peserta dalam Simposium

Nasional Endometriosis yang diadakan di Bandung,

tanggal 16-17 Oktober 2010. (fotokopi sesuai dengan

asli) ; ------------------

31. Bukti P - 31 : Sertifikat Simposium yang dikeluarkan oleh Himpunan

Fertilitas Endokrinologi Reproduksi Indonesia kepada

dr. Otamar Samsudin, Sp.OG atas partisipasinya

sebagai peserta dalam Pertemuan Ilmiah Berkala V

pada Workshop Assisted Reproductive Technology,

yang diadakan di RSUP Sanglah, Denpasar, tanggal

22-23 Januari 2011. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

------

32. Bukti P - 32 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh Perkumpulan Obstetri

Dan Ginekologi Indonesia (POGI) cabang Jakarta dan

Halaman 85 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 85

Page 191: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah DKI Jakarta

kepada dr. Tamtam Otamar Samsudin, Sp.OG atas

partisipasinya sebagai peserta dalam Sarasehan Ilmiah

POGIJAYA Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi

Indonesia Cabang Jakarta yang diadakan di Jakarta,

tanggal 27-28 Maret 2011. (fotokopi sesuai dengan

asli) ; -

33. Bukti P - 33 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh Perkumpulan Obstetri

Dan Ginekologi Indonesia (POGI) kepada dr. Tamtam

Otamar Samsudin, Sp.OG atas partisipasinya sebagai

peserta dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan POGI XIX,

yang diadakan di Sangri-la Hotel, Jakarta, tanggal 2-7

Juli 2011. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

--------------------------

34. Bukti P - 34 : Sertifikat Kompetensi (Certificate of Competence)

yang dikeluarkan oleh Kolegium Obstetri dan

Ginekologi Indonesia kepada dr. Tamtam Otamar

Samsudin, Sp.OG dan sertifikat ini berlaku untuk 5

(lima) tahun, ditandatangani oleh Prof. Dr.dr.

Soegiharto Soebijanto, Sp.OG. (K) selaku Ketua/

Chairman, Jakarta 31 Januari 2012. (fotokopi sesuai

dengan asli) ; --------------------------------------

35. Bukti P - 35 : Certificate yang dikeluarkan oleh Indonesian

Associateion For In Vitro Fertilization (IAIVF) kepada

dr. Tamtam Otamar Samsudin, Sp.OG atas

86

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 86

Page 192: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

partisipasinya sebagai peserta dalam acara 1st

Congress Of Indonesian Associatetion For In Vitro

Fertilization (IAIVF) dengan tema Ovarian Aging

Cource, yang diadakan di Grand Melia Jakarta, tanggal

13-15 Februari 2012. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

--------------------------------------

36. Bukti P - 36 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh Gestosis Organization

kepada Tamtam Otamar S, dr. Sp.OG atas

partisipasinya sebagai peserta dalam Acara The 44th

International Meeting of Gestosis Organization yang

diadakan di Fourseason Hotel- Jakarta, tanggal 6-8 Mei

2012. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

-----------------------------------------------

37. Bukti P - 37 : Sertifikat yang dikeluarkan oleh POGI (Perhimpunan

Obstetri dan Ginekologi Ondonesia) Cabang Jakarta

dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah DKI

Jakarta kepada dr.Tamtam Otamar

S, Sp.OG atas partisipasinya sebagai peserta dalam

Malam Klinik Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi

Indonesia dengan tema Acute Pain Management in

Famale, yang diadakan di Jakarta, tanggal 5 Mei 2013.

(fotokopi sesuai dengan asli) ;

38. Bukti P - 38 : Surat Konsil Kedokteran Indonesia (the Indonesian

Medical Council) No. HK. 01.02 / 03 / KKI / VI /

2061 / 2013, Perihal Penyampaian Keputusan Konsil

Halaman 87 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 87

Page 193: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Kedokteran Indonesia, tanggal 25 Juni 2013. (fotokopi

sesuai dengan asli) ; ------

39. Bukti P - 39 : Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor

19/KKI/KEP/VI/2013 tentang Pelaksanaan Keputusan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

Dalam Penegakan Sanksi Disiplin Terhadap Saudara

Tamtam Otamar Samsudin, dr, Sp.Og, tanggal 26 Juni

2013. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

--------------------------

40. Bukti P - 40 : Surat Konsil Kedokteran Indonesia No. HK. 01.02 / 03

/ KKI / VII / 2212 / 2013, tanggal 3 Juli 2013 Perihal

Penyampaian copy Salinan Keputusan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia tanggal 3

Juli 2013. (fotokopi sesuai dengan asli)

41. Bukti P - 41 : Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia atas Pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/

V/2011, tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin

Kedokteran, tanggal 5 Juni 2013. (fotokopi sesuai

dengan asli) ; ------------------

42. Bukti P - 42 : Surat Keputusan MPD pada Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia atas Pengaduan Nomor

09/P/MKDKI/V/2011, tentang Dugaan Pelanggaran

Disiplin Kedokteran, tanggal 4 April 2013. (fotokopi

sesuai dengan asli) ; ------------------

43. Bukti P - 43 : Salinan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor

2 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Penanganan Kasus

88

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 88

Page 194: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dugaan pelanggaran Disiplin Kedokteran dan Dokter

Gigi, ditetapkan pada tanggal 6 April 2011. (fotokopi

sesuai printout) ; ---

44. Bukti P - 44 : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun

2004 Tentang Praktik Kedokteran, disahkan tanggal 6

Oktober 2004. (fotokopi dari fotokopi) ; --

45. Bukti P - 45 : Salinan Perkonsil Nomor 3 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Tata kerja MKDKI dan MKDKIP,

tanggal 4 Agutus 2011. (fotokopi dari fotokopi) ; --

46. Bukti P - 46 : Salinan Peraturan Perkonsil Nomor 4 Tahun 2011

tentang Disiplin Profesional Dokter Dan Dokter Gigi,

tanggal 22 September 2011 dan lampirannya. (fotokopi

sesuai engan asli) ; ----------

47. Bukti P - 47 : Bukti Rekam Medik Nomor 0101289 atas nama pasien

Sari Nila Puspita, yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit

Sam Marie Family Health Care Wijaya. (fotokopi

sesuai dengan asli) ; ----------------

48. Bukti P - 48 : Bukti Rekam Medik Nomor 0101366 atas nama pasien

Santy Triokktaviani, yang dikeluarkan oleh

Rumah Sakit Sam Marie Family Health Care Wijaya.

(fotokopi sesuai dengan asli) ; ----------------

49. Bukti P - 49 : Bukti Rekam Medik Nomor 0101590 atas nama pasien

Nastaina Dewi R, yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit

Sam Marie Family Health Care Wijaya. (fotokopi

sesuai dengan asli) ; ----------------

Halaman 89 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 89

Page 195: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

50. Bukti P - 50 : Surat Nomor 6604/-1.777.11 dari Pemerintah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta Dinas Kesehatan Suku

Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan

tertanggal 4 Juli 2013 tentang Peringatan Keras kepada

Penggugat yang baru dikirim dan diterima Penggugat

tanggal 14 Agustus 2013 (fotokopi sesuai dengan asli) ;

---------------------------------------

51. Bukti P - 51 : Surat Keterangan Pencabutan Ijin Praktik Nomor :

6601/-1.779.3 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota

Administrasi Jakarta Selatan Suku Dinas Kesehatan,

tanggal 4 Juli 2013. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

------------------------------------------------

52. Bukti P - 52 : Surat Keterangan Pencabutan Ijin Praktik Nomor :

6602/-1.779.3 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota

Administrasi Jakarta Selatan Suku Dinas Kesehatan,

tanggal 4 Juli 2013. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

------------------------------------------------

53. Bukti P - 53 : Surat Keterangan Pencabutan Ijin Praktik Nomor :

6603/-1.779.3 yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Kota Administrasi Jakarta Selatan Suku Dinas

Kesehatan, tanggal 4 Juli 2013. (fotokopi sesuai dengan

asli) ; ------------------------------------------------

54. Bukti P - 54 : Surat dari Kuasa Penggugat kepada Kepala Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Nomor :

08/P/VIII/2013 tanggal 30 Juli 2013 perihal

90

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 90

Page 196: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pemberitahuan. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

------------------------------------------------

55. Bukti P - 55 : Surat Suku Dinas kesehatan Kota Administrasi Jakarta

Selatan Nomor : j8740/-1.777.11 tanggal 9 September

2013 perihal Jawaban Surat penangguhan Pencabutan

SIP. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

------------------------------------------------

56. Bukti P - 56 : Surat dari dr Tamtam Otamar samsudin, Sp.OG kepada

dr. Frizar Irmansyah SP.OG. KFER selaku Ketua

Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Jakarta

tanggal 7 November 2013 (fotokopi sesuai dengan

asli) ; --------------------------

57. Bukti P - 57 : Surat dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi

Indonesia Cabang Jakarta Nomor : 180/POGI Jaya/

XI/2013 tanggal 11 November 2013 perihal Keterangan

POGI Jaya mengenai Seksio Sesarea. (fotokopi sesuai

dengan asli) ; -------------

58. Bukti P - 58 : Panduan Penatalaksanaan Kehamilan Dengan Diabetes

Melitus, Panduan Penatalaksaan Hipertensi dalam

kehamilan, Panduan Penatalaksaan Kehamilan

dengan P, J, T di

Indonesia, Panduan Penatalaksaan Sepsis pada ibu,

Panduan Penatalaksaan prosedur tetap kehamilan

ganda, Panduan Penatalaksaaan Kehamilan dengan

Penyakit Jantung, Panduan Penatalaksanaan

Halaman 91 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 91

Page 197: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pendarahan pasca persalinan yang dikeluarkan oleh

HKTM-POGI (Himpunan Kedokteran FetoMaternal

Pogi) dengan Koordinator Tim Fetomaternal Prof. Dr.

Dr. Agus Abadi, Sp.OG (K) Anggota Tim Fetomaternal

FK-UNAIR. (fotokopi sesuai dengan printout) ;

---------

59. Bukti P - 59 : Panduan Pelayanan Medik Kanker Ginekologi Edisi

Ke-2 oleh Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia.

(fotokopi sesuai dengan printout) ; ------

60. Bukti P - 60 : Panduan Tata Laksana Keguguran Berulang – Hasil

Lokakarya Himpunan Endokrinologi – Reproduksi dan

Fertilitas- POGI Jogyakarta , 19 Juni 2010. (fotokopi

dari fotokopi) ; --------------------

61. Bukti P - 61 : Panduan Pelayanan Medik Prolaps alat Genitalia

diterbitkan oleh Himpunan Uroginekologi Rekonstruksi

- POGI. (fotokopi dari fotokopi) ; ------

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil bantahannya

Tergugat I dan Tergugat II telah mengajukan Bukti berupa fotokopi Surat-Surat

yang telah dilegalisir dan telah diberi materai cukup dan dicocokkan dengan

aslinya, sehingga dapat dijadikan Alat Bukti yang sah, serta diberi tanda T - 1

sampai dengan T - 17, adalah sebagai berikut :

---------------------------------------------------------------------------------------

1. Bukti T - 1 : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun

2004 Tentang Praktik Kedokteran. (fotokopi sesuai

dengan print out) ; --------------------------------

92

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 92

Page 198: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2. Bukti T - 2 : Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2 Tahun

2011 Tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan

Pelanggaran Disiplin Kedokteran Dan Dokter Gigi.

(fotokopi sesuai dengan asli) ; ---

3. Bukti T - 3 : Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 4 Tahun

2011 Tentang Disiplin Profesional Dokter Dan Dokter

Gigi. (fotokopi sesuai dengan asli) ; ---

4. Bukti T - 4 : Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 47/

KKI/KEP/XII/2007 Tentang Pedoman Tata

Pelaksanaan Rekomendasi Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia Dan Majelis kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia Di Tingkat Ptovinsi

Dalam Penegakan Sanksi Disiplin. (fotokopi sesuai

dengan asli) ; ---------------

5. Bukti T - 5 : Surat Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia kepada dr. Tamtam Otamar Samsudin,

Sp.OG Nomor : 717/U/MKDKI/IV/2013

tanggal 9 April 2013 perihal Penyampaian Salinan

Keputusan MPD (Majelis Pemeriksa Disiplin).

(fotokopi sesuai dengan asli) ; --------------------------

6. Bukti T - 6 : Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia Atas pengaduan Nomor 09/P/MKDKI/

V/2011 Tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin

Kedokteran. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

-----------------------------------------------

Halaman 93 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 93

Page 199: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

7. Bukti T - 7 : Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 19/

KKI/KEP/VI/2013 Tentang Pelaksanaan Keputusan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

Dalam Penegakan Sanksi Disiplin Terhadap Saudara

Tamtam Otamar Samsudin, dr., Sp.OG. tanggal 26 Juni

2013. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

------------------------

8. Bukti T - 8 : Surat Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia kepada Dra. Risma Situmorang, S.H., M.H.

Nomor : 1189/U/MKDKI/ V/2013 tanggal 29 Mei 2013

perihal Pemberitahuan Sidang Pembacaan. (fotokopi

sesuai dengan asli) ; --------------------------------------

9. Bukti T - 9 : Surat yang ditandatangani Sekretaris Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ditujukan

kepada Prof. Dr.Med. Ali Baziad, dr.,Sp.OG. (K), Dyah

Silviaty, dr., Sp.A, MHKes., Pfof. Dr. Umar Fahmi

Achmadi, dr, MPH, Ph.D, Dr. Sabir Alwy,SH,MH, Edy

Sumarwanto, drg, MM, NHKes., dan Mida

Thiana,Amd, SH. Nomor : 1124/U/MKDKI/V/2013

tanggal 22 Mei 2013 perihal Penugasan Sidang MPD.

(fotokopi sesuai dengan asli) ;

------------------------------------------------

10. Bukti T - 10 : Surat Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia kepada dr. Tamtam Otamar Samsudin,

Sp.OG Nomor : 1190/U/MKDKI/IV/2013 tanggal 29

94

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 94

Page 200: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Mei 2013 perihal Pemberitahuan Sidang Pembacaan.

(fotokopi sesuai dengan asli) ; --------------------------

11. Bukti T - 11 : Surat yang ditandatangani Sekretaris Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia tentang

Pemberitahuan Sidang Majelis Pemeriksa Disiplin

Nomor : 1191 / U/ MKDKI / V /2013 yang

diadakan pada tanggal 5 Juni 2013 (fotokopi sesuai

dengan asli) ; ---------------------------------------

12. Bukti T - 12 : Keputusan Ketua Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia (MKDKI) terhadap Keputusan

Pengaduan No. 10/P/MKDKI/V/2012 (fotokopi sesuai

dengan salinan) ;----------------------

13. Bukti T - 13 : Surat Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia Nomor 1124/U/MKDKI/V/2013 tanggal 23

Mei 2013, perihal Penugasan Sidang MPD. (fotokopi

sesuai dengan asli) ; --------------------------

14. Bukti T - 14 : Daftar hadir Sidang Pemeriksa Disiplin Pengaduan

Nomor 09/P/MKDKI/V/2011 pada hari Rabu, tanggal

29 Mei 2013. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

------------------------------------------------

15. Bukti T - 15 : Standard Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi,

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia,

disusun di Jakarta tahun 2006. (fotokopi dari fotokopi) ;

-----------------------------------

Halaman 95 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 95

Page 201: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

16. Bukti T - 16 : Laporan Persidangan Keterangan Ahli oleh Bp.

Merdias Almatsier, dr. Sp.S pada kasus Sdr. Tamtam

Otamar Samsudin, dr, Sp.OG di PTUN

Jakarta pada hari kamis, tanggal 7 November 2013, jam

09.15 WIB. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

-----------------------------------------------------------

17. Bukti T - 17 : Surat Panggilan Sidang dari PTUN Jakarta Nomor

W2.TUN 1-1205/HK-06/X/2013 tanggal 31

Oktober 2013 ditujukan kepada MKDKI untuk sidang

tanggal 14 November 2013. (fotokopi sesuai dengan

asli) ; ---------------------------------------

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil bantahannya

Tergugat II Intervensi telah mengajukan bukti berupa fotokopi surat-surat yang

telah dilegalisir, diberi materai cukup dan dicocokkan dengan aslinya

sehingga dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah, serta diberi tanda T II Intv

- 1 sampai dengan T II Intv - 25 , sebagai berikut : -----

1. Bukti T II Intv - 1 : Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor

19 /KKI/KEP/VI/2013 tanggal 26 Juni 2013

Tentang Pelaksanaan Keputusan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

Dalam Penegakan Sanksi Disiplin Terhadap

Saudara TamTam Otamar Samsudin, dr, Sp.OG.

(fotokopi dari fotokopi) ;

--------------------------------------------

96

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 96

Page 202: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2. Bukti T II Intv – 2 : Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia Atas pengaduan Nomor

09/P/MKDKI/V/2011 tanggal 5 Juni 2013

Tentang Dugaan Pelanggaran Disiplin

Kedokteran. (fotokopi dari fotokopi) ; ---------

3. Bukti T II Intv - 3 : Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang

Peruabahn Atas Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1986 Tentang Peradilan

Tata Usaha Negara khususnya Pasal 1

angka 7,8,9 Pasal 62, Pasal 67, Pasal 77 dan

Pasal 83. (Fotokopi sesuai dengan

asli) ; --------------------------------------------------

4. Bukti T II Intv - 4 : Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

Tentang Praktik Kedokteran, khususnya Pasal

angka (3), (14), Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 64.

Bukti di pending ; ---------------------

5. Bukti T II Intv - 5 : Salinan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Tata Cara

Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran

Disiplin Dokter Dan Dokter Gigi, khususnya

Pasal 1 angka 12. (fotokopi dari fotokopi) ;

-------------------------

6. Bukti T II Intv - 6 : Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor

4 Tahun 2011 Tentang Disiplin Profesional

Dokter dan Dokter Gigi, khususnya Pasal 1

Halaman 97 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 97

Page 203: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

angka 4 dan 5. (fotokopi dari fotokopi) ;

--------------------------------------

7. Bukti T II Intv - 7 : Buku “ Hukum Tata Usaha Negara dan

Kekuasaan “ oleh Prof.DR. Paulus Effendi

Lotulung, S.H., halaman 27 alinea ketiga (3),

keempat (4) dan halaman 28 alinea kedua (2).

(fotokopi sesuai asli) .; ------------

8. Bukti T II Intv - 8 : Foto Tergugat II Intervensi beserta anak-anak

Tergugat II Intervensi dan foto anak

keempat yang lahir sesaat setelah

almarhumah Santi Mulyasari isteri Tergugat II

Intervensi menjalani operasi caesar oleh

Penggugat di RD. MMC Kuningan Jakarta sejak

bayi hingga saat ini. (sesuai dengan print out

foto) ; --------------------------------------

9. Bukti T II Intv - 9 : Kutipan Akta Kematian berdasarkan Akta

Kematian Nomor 223/JT/KM/2011 yang

dikeluarkan oleh Kepala Suku Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Administrasi Jakarta Timur tanggal 9 Mei 2012.

(fotokopi sesuai dengan asli) ; -------

10. Bukti T II Intv - 10 : Surat dari Risma Situmorang, Heribertus &

Partners No. 151/RH&P.V/2011 tertanggal 13

Mei 2011 kepada Ketua Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI),

perihal Mohon Melakukan

98

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 98

Page 204: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pemeriksaan Terhadap dr. Tamtam Otamar

Samsudin, Sp.OG. Atas Dugaan Mal Praktek

Sehingga Menyebabkan Kematian Pasien

Bernama Santi Mulyasari di Rumah Sakit

Metropolitan Medical Center. (fotokopi sesuai

dengan asli) ; -----------------

11. Bukti T II Intv - 11 : Resume Medik / Medical Report Rumah Sakit

Metropolitan Medical Center (MMC) No.

Rekam Medik : 52.93.47. (Fotokopi sesuai

dengan asli) ; -----------------------------

12 Bukti T II Intv - 12 : - Surat Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia (MKDKI) Nomor

516/U/MKDKI/ II/2012 tanggal 7 Maret

2012 perihal Permintaan Kehadiran.

(fotokopi sesuai dengan asli) ; -------------

- Surat Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia (MKDKI) Nomor

975/U/MKDKI/ V/2012 tanggal 1 Mei 2012

perihal Permintaan Kehadiran. (fotokopi

sesuai dengan asli) ; ------------

- Surat Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia (MKDKI) Nomor

1815/U/MKDKI/ VIII/2012 tanggal 15

Agustus 2012 perihal Penjelasan Tindak

Halaman 99 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 99

Page 205: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Lanjut pengaduan. (fotokopi sesuai dengan

asli) ; ----------------------------------

- Surat Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia (MKDKI) Nomor

521/U/MKDKI/ III/2013 tanggal 15 Maret

2013 perihal Permintaan Kehadiran Sidang.

(fotokopi sesuai dengan asli) ; --

- Surat Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia (MKDKI) Nomor

1189/U/MKDKI/V/2013 tanggal 29 Mei

2013 perihal Pemberitahuan Sidang

Pembacaan. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

--------------------------------------------

13. Bukti T II Intv - 13 : Surat dari Risma Situmorang, Heribertus &

Partners No. 151/RH&P.V/2011 tertanggal 12

Mei 2011, Perhal Somasi / Peringatan. (fotokopi

sesuai dengan asli) ; -----------------

14. Bukti T II Intv - 14 : Surat dari dr. Tamtam Otamar Samsudin,

Sp.OG. dan dr. Adib A Yahya, MARS (direktur

Utama RS MMC) Nomor 419/Dirut/Ext/V/2011

tertanggal 20 Mei 2011, hal Jawaban Somasi /

Peringatan. (fotokopi sesuai dengan asli) ;

-----------------

100

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 100

Page 206: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

15. Bukti T II Intv - 15 : Surat Risma Situmorang, Heribertus & Partners

Nomor Surat 164/RH&P.V/2011 tertanggal 31

Mei 2011, hal Somasi / Peringatan Terakhir.

(fotokopi sesuai dengan asli) ;

---------------------------------------

16. Bukti T II Intv - 16 : Surat dari dr. Tamtam Otamar Samsudin,

Sp.OG. dan dr. Adib A Yahya, MARS (direktur

Utama RS MMC) Nomor 454/Dirut/Ext/

VI/2011 tertanggal 6 Juni 2011, hal Jawaban

Somasi / Peringatan Terakhir. (fotokopi sesuai

dengan asli ) ; ----

17. Bukti T II Intv - 17 : Berita di Majalah Gatra No. 46 Tahun XIX

19-25 September 2013, halaman 46 sampai

dengan 47 dengan judul “ Buntut Keberatan

Vonis Malpraktek ”. (fotokopi sesuai print

out) ; ---------------------------------

18. Bukti T II Intv - 18 : Berita di Media online tanggal 19 Agustus 2013

dengan judul “ Berikan Sanksi Majelis

Kehormatan Dokter Bakal Dituntut “. (fotokopi

sesuai printout) ; -----------------------

19. Bukti T II Intv - 19 : Surat Risma Situmorang & partners Nomor 226/

RM&P.IX/2013 tertanggal 11 September 2013,

perihal Mohon Mencabut Kembali Penetapan

Penangguhan No. 121/G/2013/PTUN-JKT

Tanggal 30 Juli 2013 Karena Tidak Memenuhi

Ketentuan Pasal 67 Ayat 4 Huruf a Dan

Halaman 101 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 101

Page 207: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Terbukti Merugikan Kepentingan Tergugat II

Intervensi (Korban Malpraktek) Dan

Mengancam Kepentingan Umum. (fotokopi dari

fotokopi) ; --------------------------------------

20. Bukti T II Intv - 20a : Surat Risma Situmorang & partners Nomor 244/

RM&P.IX/2013 tertanggal 25 September 2013,

perihal Mohon Mencabut Kembali Penetapan

Penangguhan No. 121/G/2013/PTUN-JKT

Tanggal 30 Juli 2013 Karena Tidak

Memenuhi Ketentuan

Pasal 67 Ayat 4 Huruf a Undang-Undang

Peratun Dan Hakim Tidak Memberikan

Kesempatan Yang Sama, Tanpa Mendengarkan

Pihak Tergugat I, Tergugat II Dan Pihak Yang

Berkepentingan Atas Putusan A Quo Yaitu

Pemohon Sebelum Dikeluarkan Penetapan.

(fotokopi sesuai dengan asli) ;

--------------------------------------

Bukti T II Intv - 20b : Tanda Terima Surat Nomor 244/

RM&P.IX/2013 kepada Bapak Husban, SH.,

MH. Ketua Majelis Hakim No. 121/G/2013/

PTUN-JKT, Bapak I Nyoman Harnanta, SH.,

MH. Anggota Majelis Hakim No. 121/G/2013/

PTUN-JKT dan Ibu Elizabeth I.E.H.L. Tobing,

102

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 102

Page 208: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

SH., M.Hum. Anggota Majelis Hakim No. 121/

G/2013/PTUN-JKT. (fotokopi sesuai dengan

asli) ; ---------------------------------------

21. Bukti T II Intv - 21 : Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia atas Pengaduan

Nomor 10/P/MKDKI/V/2012 Tentang Dugaan

Pelanggaran Disiplin Kedokteran Indonesia,

tertanggal 23 Juli 2013 (Fotokopi sesuai

dengan salinan) ; ---------

22. Bukti T II Intv - 22 : Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia

Tentang Pelaksanaan Keputusan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

Dalam Penegakan Sanksi Disiplin Terhadap

Saudara Tamtam Otamar Samsudin, dr, Sp.OG.

(fotokopi sesuai dengan asli) ;

---------------------------------------

23. Bukti T II Intv - 23 : Kronologis Persalinan Martini Nazif oleh dr.

Tamtam Otamar Samsudin, Sp.OG di Rumah

Sakit Asih tertanggal 9 Oktober 2013. (fotokopi

sesuai dengan asli) ; ---------

24. Bukti T II Intv - 24 : Berita di Koran Suara Pembaruan tanggal 3

Oktober 2013 halaman 40, berjudul” rayuan

Persalinan “ Water Birth” berujung Kematian.

(fotokopi sesuai dengan asli /print out) ;

-------------------------------------------

Halaman 103 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 103

Page 209: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

25. Bukti T II Intv - 25 : Laporan Polisi tertanggal 11 Oktober 2013 di

Polda Metro Jaya, atas nama Martini Nazif.

(fotokopi sesuai dengan asli) ; ---------

Menimbang bahwa Pihak Penggugat telah mengajukan 1 (satu) orang

Ahli yang didengar keterangannya dibawah sumpah menurut agama yang

dianutnya untuk memberikan keterangan sesuai dengan keahliannya yaitu :

-----------------------------------------------------------------------

Prof, dr. NUGROHO KAMPONO, Sp. OG. (K), FICS, Warganegara

Indonesia, Laki-laki, tempat tanggal lahir, Jember, 4

Oktober 1942, pekerjaan Swasta dengan jabatan Direktur

Utama PT. Ellora Medicare dan Direktur Utama Brawijaya

Women and Childrean Hospital Rumah Sakit , Agama

Islam, beralamat di Jalan Tebet Utara III No. 11 Jakarta

Selatan. ------------------

Ahli memberikan keterangan sesuai dengan keahliannya yang pada pokoknya

sebagai berikut : --------------------------------------------------------------

- Bahwa Ahli tidak kenal dengan Para Tergugat dan Tergugat II

Intervensi ; ------------------------------------------------------------------------

- Bahwa Ahli kurang paham tentang masalah yang ada di pengadilan akan

tetapi Ahli datang untuk memberikan keterangan sesuai dengan keahlian

yang dimiliki ; --------------------------------------

- Bahwa ahli adalah dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi serta

Konsultan Onkologi ; ------------------------------------------------------------

- Bahwa emboli air ketuban adalah peristiwa masuknya air ketuban

kedalam sirkulasi pembuluh darah melalui sinus vena arteri sehingga

menyebabkan terjadinya tekanan darah naik, pembuluh darah menjadi

104

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 104

Page 210: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

rusak dan menyebabkan kegagalan jantung kanan, hal ini ditandai dengan

terganggugunya faktor pembekuan darah sehingga menimbulkan

pendarahan hebat, dan menyebabkan pasien shock ;

---------------------------------------------------------------------

- Bahwa setiap ibu hamil pasti ada resiko terjadinya emboli air ketuban,

kejadian tersebut terjadi sangat mendadak dan sangatlah fatal serta sulit

sekali untuk disembuhkan, dampak dari terjadinya emboli air ketuban

adalah jantung tidak memperoleh oksigen dan sistem pembuluh darah

menjadi rusak dan darah tidak bisa dihentikan. Kasus ini jarang terjadi

perbandingannya adalah 1 : 80.000 ;

-------------------------------------------------------------------------

- Bahwa emboli air ketuban dapat terjadi baik pada usia kehamilan cukup

maupun prematur ; ------------------------------------------------------

- Bahwa seorang ibu yang berumur 38 tahun dengan bekas operasi secio

caecar sebanyak 3 kali dengan kadar Hb 9,1 bukan merupakan suatu

persalinan yang beresiko tinggi, karena setiap operasi itu mempunyai

resiko baik itu operasi pertama, kedua, ketiga maupun keempat kali ;

-------------------------------------------------

- Bahwa dengan kadar Hb 9,1 tidak otomatis menjadi resiko tinggi karena

pada kehamilan masuk semester III Hb cenderung turun dan akan kembali

setelah persalinan ; --------------------------------------

- Bahwa dengan kadar Hb 9,1 tidak ada keharusan untuk menaikkan Hb

dan tidak harus tranfusi darah karena tranfusi darah dapat mengakibatkan

Halaman 105 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 105

Page 211: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

resiko tertularnya penyakit yang masuk melalui melalui darah tersebut ;

----------------------------------------------

- Bahwa standard POGI tidak mengatur keharusan penyedian darah dalam

melakukan persiapan terhadap pasien yang akan dilakukan tidakan operasi

caecar ; ---------------------------------------------------------

- Bahwa tidak ada perbedaan perlakuan kadar Hb baik di derah maupun di

kota , jika kadar Hb 7 baru diperlukan tranfusi darah ; ---

- Bahwa seorang dokter kandungan dalam melaksanakan persalinan tidak

harus di dampingi. Pada prinsipnya seorang dokter setelah dia lulus

kompentensi dokter kandungan dia harus mandiri dan tidak perlu

pendamping, dan POGI tidak mengatur hal demikian Untuk kasus dokter

yang sudah sepuh biasanya perlu pendamping

- Bahwa setiap dokter wajib menjelaskan segala resiko yang terjadi pada

setiap tindakan yang dilakukan terhadap pasiennya dan biasanya

penjelasan tersebut tertuang dalam informed concent (perjanjian medik) ;

---------------------------------------------------------------

- Bahwa ahli tidakpernah dipanggil untuk dimintai keterangan sebagai ahli

pada pemeriksaan di MKDKI pada kasus ini ; -----------

Menimbang bahwa Pihak Tergugat II Intervensi telah mengajukan 1 (satu)

orang ahli dan 1 (satu) orang saksi dibawah sumpah menurut agama yang

dianutnya untuk memberikan keterangan yang sebenar-benarnya yaitu :

----------------------------------------------------------------

MERDIAS ALMATSIER, dr, Sp. S (K) Laki-laki, tempat tanggal lahir,

Kotabumi, 8 September 1944, pekerjaan Ketua Kelompok

Kerja Nasional Pelayanan Kesehatan Tradisional,

106

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 106

Page 212: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Alternatif Komplementer pada Kementerian Kesehatan,

Agama Islam, beralamat di Puri Bintaro PB I No. 48

Bintaro Jaya Sektor 9, Tangerang Selatan ;

--------------------------------------------

Ahli memberikan keterangan sesuai dengan keahliannya yang pada pokoknya

sebagai berikut : --------------------------------------------------------------

- Bahwa Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dibentuk pada

tahun 2006 ; -----------------------------------------------------------------

- Bahwa Ahli pernah sebagai Ketua MKDKI periode tahun 2006 sampai

dengan tahun 2011 ; ---------------------------------------------------

- Bahwa Disiplin Profesi Kedokteran adalah keilmuan profesi, yang menilai

apakah dokter dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan norma

perilaku dan standarisasi dokter yang berlaku ; ------

- Bahwa Tugas MKDKI adalah menegakkan disiplin profesi dokter dengan

cara melakukan penilaian terhadap penyimpangan seorang dokter dalam

menjalankan profesinya sebagai dokter ; -----------------

- Kewenangan MKDKI sesuai dengan Undang-Undang adalah menerima

atau menolak pengaduan kemudian melakukan pemeriksaan awal,

pengumpulan data dan membentuk Majelis Pemeriksaan Disiplin serta

memeriksa Pengadu, Teradu dan Saksi, kemudian menetapkan apakah

melanggar profesi disiplin atau tidak

- Bahwa sanksi yang dijatuhkan MKDKI adalah berupa Peringatan Tertulis,

mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kompetensinya dan

Halaman 107 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 107

Page 213: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pencabutan STR untuk sementara waktu atau selamanya ;

-----------------------------------------------------------------------

- Bahwa Surat Tanda Registrasi (STR) diterbitkan oleh Konsil Kedokteran

Indonesia (KKI) sedangkan Surat Ijin Praktik (SIP) dikeluarkan oleh

Dinas Kesehatan terkait dengan mendapatkan ijin terlebih dahulu dari

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) setempat ; ---------

- Bahwa dengan dicabutnya STR dicabut oleh KKI maka otomatis SIP

tidak berlaku dan doker yang bersangkutan tidak dapat praktik

- Bahwa MKDKI dalam menegakkan Displin Kedokteran dikarenakan

adanya pengaduan yang diterima, dilanjutkan dengan pemeriksaan awal

kemudian dibentuk Majelis Pemeriksa Disiplin (MPD) untuk melakukan

sidang, mengumpulkan data, memanggil Pengadu dan Teradu dan ahli

jika perlu. Selanjutnya MPD membuat rangkuman / dokumen untuk

menetapkan hasilnya, jika ada keberatan maka dapat menyampaikan

kepada MPD kemudian Majelis akan mempelajari kembali jika perlu

memanggil ahli dan selanjutnya Majelis membacakan putusan ;

----------------------------------------------

- Bahwa oleh karena masalah efisiensi biaya, maka Ahli bukan dari

Pengadu atau Teradu akan tetapi ditentukan oleh MKDKI sesuai dengan

kompetensinya serta mengacu kepada standard profesi ; --

- Bahwa dalam hal Teradu megajukan keberatan maka MPD dan

mengajukan bukti baru , maka MPD akan menyidangkan kembali secara

internal ; ------------------------------------------------------------------

- Bahwa MPD dalam memutus pengaduan berdasarkan keyakinan dan

mengacu pada standard oparasional prosedur profesi ; ---------

108

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 108

Page 214: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Bahwa sanksi yang tidak direkomendasikan oleh MKDKI tidak wajib

dijalankan oleh Teradu ; ---------------------------------------------------------

- Bahwa sebelum melakukan tindakan operasi dokter atau perawat harus

menjelaskan segala resiko operasi kepada pasien yang dituangkan dalam

bentuk informed concent (persetujuan tindakan medik) yang

ditandatangani oleh pasien atau keluarganya ; ----------

- Bahwa informed concent dapat dilakukan oleh dokter atau perawat sesuai

dengan kondisi pasien, dan tergantung pada berat ringannya suatu kasus ;

---------------------------------------------------------

MARTINI NAZIF Perempuan, tempat tanggal lahir, Padang, 29 Maret 1968,

pekerjaan Karyawan Swasta, Agama Islam, Status

menikah, beralamat di Jalan Gandaria Raya No. 7 RT 004

RW 005, Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

Saksi memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut : -----

- Bahwa Saksi kenal dengan dr. Tamtam Samsudin bedasarkan

rekomendasi kakak saksi yang melahirkan dengan cara caecar ; --

- Bahwa Saksi ingin melahirkan secara caecar akan tetapi dr. Tamtam

Samsudin, Sp.OG menyarankan saya melahirkan dengan cara waterbirth

dengan alasan bayi saya kecil dan cara tersebut mengurangi rasa sakit

pada saat melahirkan ; ----------------------------

- Bahwa bayi saya tidak menangis pada saat diletakkan dibahu saya dan

dinyatakan bayi saya meninggal dunia ; ------------------------------

- Bahwa pada saat proses persalinan dr. Tamtam tidak didampingi oleh

dokter lain ; ------------------------------------------------------------------

Halaman 109 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 109

Page 215: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Bahwa saksi tidak menandatangani informed concent ; ---------------

- Bahwa setelah kejadian tersebut saksi melapor ke polisi dan kasusnya

pada saat ini sedang disidangkan oleh MKDKI ; ------------

Menimbang, bahwa Pihak Tergugat I dan Pihak Tergugat II tidak

mengajukan saksi atau ahli meskipun Pengadilan telah memberi kesempatan

untuk itu ; --------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa Pihak Penggugat, Tergugat I, Tergugat II dan

Tergugat II Intervensi menyerahkan Kesimpulannya pada persidangan tanggal

28 November 2013, yang untuk mempersingkat uraian Putusan ini, maka

Kesimpulan tersebut tidak dicantumkan dalam Putusan akan tetapi termuat dalam

Berita Acara Persidangan Perkara ini ; ------------------

Menimbang, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Berita Acara

Persidangan dianggap telah tercantum dalam Putusan ini : -----------

Menimbang, bahwa pada akhirnya Para Pihak menyatakan tidak

mengajukan sesuatu hal lagi dalam perkara ini dan selanjutnya mohon Putusan ;

------------------------------------------------------------------------------------

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari gugatan Penggugat adalah

terurai dalam duduknya sengketa diatas ; ---------------------------------

Menimbang, bahwa Surat Keputusan yang dimohonkan batal atau tidak

sah oleh Penggugat dalam surat gugatannya tertanggal 12 Juni 2013, serta

mewajibkan Tergugat I dan Tergugat II untuk mencabutnya adalah :

--------------------------------------------------------------------------------------

1 Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 19 / KKI / KEP /

VI / 2013, tanggal 26 Juni 2013 tentang Pelaksanaan Keputusan Majelis

110

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 110

Page 216: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ( bukti P-39 = T-7

=T.II.Int.-1 )/ Obyek Sengketa 1; -------------------------------------------------

2 Surat Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas

pengaduan Nomor : 09 / P / MKDKI / V / 2011 tentang Dugaan

Pelanggaran Disiplin Kedokteran, tanggal 5 Juni 2013 ( bukti P-41 =

T-6= T.II.Int.-2 ) / Obyek Sengketa 2 ;

-------------------------------------------

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat I,

Tergugat II dan Tergugat II Intervensi telah menanggapi dengan menyampaikan

surat jawabannya masing-masing tertanggal 27 Agustus 2013, dan 3 September

2013 yang memuat DALAM EKSEPSI dan DALAM POKOK PERKARA ;

-----------------------------------------------------

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan mengenai Pokok

Perkara, pengadilan akan terlebih dahulu mempertimbangkan mengenai eksepsi

yang disampaikan oleh Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi tersebut

; ----------------------------------------------------------------------

DALAM EKSEPSI

Menimbang, bahwa materi eksepsi yang disampaikan oleh Tergugat I,

Tergugat II dan Tergugat II Intervensi dalam surat jawabannya masing-masing

tertanggal 27 Agustus 2013 dan 03 September 2013, pada intinya dapat

dirangkum sebagai berikut ; -----------------------------------

1 Kompetensi Absolut

Bahwa Konsil Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia bukan merupakan Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara, karena sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor : 29

Halaman 111 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 111

Page 217: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran jo Peraturan Konsil Kedokteran

Indonesia Nomor : 4 Tahun 2011 tentang Disiplin Profesional Dokter dan

Dokter Gigi jo Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 2 tahun 2011

menyatakan bahwa Konsil Kedokteran Indonesia adalah Badan otonom,

mandiri, non struktural dan bersifat independen, sedangkan Majelis

Kehormatan Displin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang berwenang

untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter

gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dan juga

menetapkan sanksi ; -----------------------------------------------------------

Bahwa tugas pokok dan fungsi Konsil Kedokteran Indonesia dan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah Lembaga yang berwenang

untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter

gigi dalam penerapan Disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran Gigi dan

menetapkan sanksi ; ----------------

Bahwa apabila dicermati ketentuan pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor :

51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dinyatakan bahwa

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang

melaksanakan urusan pemerintahan ( bersifat eksekutif )

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga apabila

dihubungkan pengertian pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor : 51 Tahun

2009 tentang Peradilan Tata Usaha dengan pengertian dan tugas pokok dan

fungsi dari Konsil Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia, dapat disimpulkan bahwa Konsil Kedokteran

Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia bukan

merupakan

112

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 112

Page 218: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, disamping itu juga ternyata ada juga

Badan lain yang sejenis yang pembentukan serta tugas pokok dan fungsinya

hanya menjatuhkan hukuman kepada anggotanya yang melanggar hukum

(menegakan disiplin para anggotanya), seperti Majelis Kehormatan Hakim,

Dewan kehormatan PERADI dan lainnya ;

----------------------------------------------------------------

Bahwa Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia telah menerbitkan

Keputusan Nomor : 09 / P / MKDKI / V / 2011 tanggal 05 Juni 2011 tentang

dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran terhadap Tamtam Otamar Samsudin,

dr. SpOg adalah bukan merupakan produk Tata Usaha Negara, tetapi produk

Keputusan Penegakan Keilmuan Kedokteran dan mempunyai tugas yang

sama dengan tugas Pokok dan fungsi pada penegakan hukum di Pengadilan,

yang kemudian ditindaklanjuti oleh Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor : Nomor : 19 / KKI / KEP / VI / 2013, tanggal 26 Juni 2013 tentang

Pelaksanaan Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia,

sehingga oleh karena Konsil Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia adalah bukan Pejabat Tata Usaha Negara,

maka dengan sendirinya keputusan yang diterbitkan termasuk Keputusan

Obyek Sengketa tidak bisa dikatagorikan sebagai Keputusan Tata Usaha

Negara, sehingga oleh karena Obyek sengketa bukan Keputusan Tata Usaha

Negara, maka Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang memeriksa

perkara ini ;

----------------------------------------------------------------------------------------

2 Gugatan Penggugat Prematur

Bahwa Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 19 / KKI / KEP /

VI / 2013 sudah mempunyai akibat hukum bagi Penggugat sejak

Halaman 113 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 113

Page 219: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tanggal diterbitkan surat tersebut yaitu tanggal 26 Juni 2013, sedangkan

Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Nomor : 09 / P

/ MKDKI / V / 2011 tertanggal 5 Juni 2013 masih bersifat Rekomendasi

sehingga belum bersifat final sesuai ketentuan Pasal 2 huruf c Undang-

Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;

------------------------------------------------------------------------

3 Gugatan Penggugat Kabur (Obscuur Libel)

Bahwa dalil-dalil yang disampaikan oleh Penggugat sulit dimengerti /

dipahami, disamping itu juga, hak membela diri terhadap terbitnya Obyek

Sengketa merupakan hak Tergugat I dan Tergugat II ; ------------

Menimbang, bahwa materi eksepsi pada angka 1 dari Tergugat I, Tergugat

II dan Tergugat II Intervensi dikatagorikan sebagai Eksepsi Kompetensi Absolut

Pengadilan yang diajukan setiap waktu selama pemeriksaan, dan meskipun tidak

ada eksepsi tentang kewenangan absolut pengadilan, apabila hakim mengetahui

hal itu, ia karena jabatannya wajib menyatakan bahwa pengadilan tidak

berwenang mengadili sengketa yang bersangkutan, sedangkan eksepsi pada angka

2 dan 3 dari Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi dikatagorikan

sebagai Eksepsi Lain yang bukan menyangkut kewenangan pengadilan, dan akan

dipertimbangkan bersamaan dengan putusan akhir ( vide pasal 77 ayat (1 dan 3 )

undang-undang nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ) ;

-------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat

II Intervensi tentang Kewenangan Absolut, pengadilan akan mempertimbangkan

sebagai berikut ; ------------------------------------------------

114

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 114

Page 220: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa dalam dalil eksepsinya, Tergugat I, Tergugat II dan

Tergugat II Intervensi menyatakan bahwa Surat Keputusan Obyek Sengketa

bukan merupakan Keputusan Tata Usaha Negara, karena Tergugat I (KKI) dan

Tergugat II (MKDKI) yang menerbitkan Obyek Sengketa bukan merupakan

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, sehingga Pengadilan Tata Usaha Negara

tidak berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Sengketa aquo,

terhadap hal tersebut Pengadilan akan mempertimbangkan sebagai berikut ;

-------------------------

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan pasal 1 angka 9 Undang-undang

Nomor 51 tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor : 5

tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan bahwa Keputusan

Tata Usaha Negara adalah Penetapan tertulis yang diterbitkan oleh Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Tata Usaha Negara berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual dan

final serta menimbulkan akibat hukum bagi orang atau Badan Hukum Perdata ;

-------

Menimbang, bahwa dari pengertian Keputusan Tata Usaha Negara sesuai

dengan Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara tersebut, salah satu

unsurnya adalah bahwa Keputusan tersebut diterbitkan oleh Badan atau Pejabat

Tata Usaha Negara ; ---------------------

Menimbang, bahwa sesuai pengertian tersebut, pengadilan akan menilai,

apakah Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia dapat dikatagorikan sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara ; -------------------------------------------

Halaman 115 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 115

Page 221: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan pasal 1 angka 8 Undang-Undang

Nomor : 51 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor : 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan bahwa

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang

melaksanakan urusan pemerintahan (besifat eksekutif) baik dipusat maupun

didaerah ; --------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan Undang-undang Nomor : 29 tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran dinyatakan bahwa : -------------------

• Pasal 1 angka 3 menyatakan bahwa Konsil Kedokteran Indonesia adalah :

suatu badan otonom, mandiri, nonstructural, dan bersifat independen yang

terdiri dari atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi ;

----------------------------------------------------------------------

• Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia adalah : lembaga yang berwenang untuk

menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi

dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, dan

menerapkan sanksi ; -----------------------------------------------------------

• Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa Konsil Kedokteran Indonesia

bertanggung jawab kepada Presiden ; -------------------------------------------

• Pasal 6 menyatakan bahwa Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai

fungsi pengaturan, pengesahan, penetapan, serta pembinaan dokter dan

dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan medis ; ------------------------------------------

116

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 116

Page 222: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa konsil Kedokteran Indonesia

mempunyai tugas antara lain : melakukan registrasi dokter dan dokter

gigi, mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi, serta

melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran yang

dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-

masing ; ----------------------------------------------------

• Pasal 8 menyatakan bahwa Wewenang Konsil Kedokteran Indonesia

adalah : menyetujui dan menolak permohonan registrasi dokter dan dokter

gigi, menerbitkan dan mencabut Surat Tanda registrasi Dokter dan Dokter

Gigi, mengesahkan standar Kompetensi dokter dan dokter gigi, melakukan

pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter dan dokter gigi,

mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi,

melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai

pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi, serta

melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan

sanksi oleh Organisasi Profesi atau perangkatnya karena melanggar

ketentuan etika profesi ; -----------------

• Pasal 14 ayat (1 dan 3) menyatakan bahwa : jumlah anggota Konsil

Kedokteran Indonesia adalah 17 orang, yang mana keanggotaannya

ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri Kesehatan ; -------------------

• Pasal 19 ayat (4) menyatakan bahwa Pengusulan pemberhentian anggota

Konsil Kedokteran Indonesia diajukan oleh Menteri kepada Presiden ;

--------------------------------------------------------------------------------

• Pasal 20 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa : dalam melaksanakan tugas

dan wewenangnya Konsil Kedokteran Indonesia dibantu Sekretariat yang

Halaman 117 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 117

Page 223: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dipimpin oleh seorang sekretaris, yang diangkat dan diberhentikan oleh

Menteri Kesehatan ; ----------------------------------------

• Pasal 21 ayat (2) menyatakan bahwa Pegawai Konsil Kedokteran

Indonesia tunduk pada peraturan perundang-undangan tentang

kepegawaian ;

-------------------------------------------------------------------------

• Pasal 25 menyatakan bahwa biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Konsil

Kedokteran Indonesia dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara ( APBN ) ; -----------------------------------

• Pasal 55 ayat (2) menyatakan bahwa MKDKI merupakan lembaga otonom

dari Konsil Kedokteran Indonesia ; -------------------------------------

• Pasal 56 menyatakan bahwa MKDKI bertanggung jawab kepada KKI ;

• Pasal 60 menyatakan bahwa Anggota MKDKI ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan atas usul Organisasi Profesi ;----------------------------------------

• Pasal 64 menyatakan bahwa : MKDKI bertugas menerima pengaduan,

memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter

gigi yang diajukan dan menyusun pedoman dan tata cara penanganan

kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi ; --------

• Pasal 65 menyatakan bahwa segala pembiayaan MKDKI dibebankan

kepada anggaran KKI ;

---------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa apabila dihubungkan antara ketentuan pasal 1 angka 8

Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara dengan ketentuan pasal 1

angka 3 dan angka 14, pasal 4 ayat (2), pasal 6, pasal 7 ayat (1), pasal 8, pasal 14

ayat (1 dan 3 ), pasal 19 ayat (4), pasal 20 ayat (1 dan 2), Pasal 21 ayat (2), pasal

118

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 118

Page 224: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

25, pasal 55 ayat (2) dan pasal 56 Undang-Undang Nomor : 29 Tahun 2004

tentang Praktik Dokter serta Obyek Sengketa, pengadilan berkesimpulan bahwa

Konsil Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia diberikan tugas serta wewenang secara atribusi oleh Undang-Undang

Nomor : 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yang mana KKI dan

MKDKI bertanggung jawab kepada Presiden, serta anggaran untuk pelaksanaan

tugas-tugas dari KKI dan MKDKI dibebankan kepada Anggaran Pemerintah

(APBN), dan oleh karenanya, maka Konsil Kedokteran Indonesia serta Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dikatagorikan sebagai Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara sehingga Keputusan yang diambilpun (incasu Obyek

Sengketa) dikatagorikan sebagai Keputusan Tata Usaha Negara yang dapat

disengketakan di Peradilan Tata Usaha Negara ; ---------------------------------

Menimbang, bahwa mengenai dalil Tergugat I, II dan Tergugat II

Intervensi yang menyatakan MKDKI / KKI sama dengan Majelis Kehormatan

Hakim dan Dewan Kehormatan PERADI, Majelis Hakim berpendapat setelah

memperhatikan ketentuan peraturan diatas, bahwa Majelis Kehormatan Hakim

dan Dewan Kehormatan PERADI dalam pelaksanaan tugasnya tidak

bertanggungjawab kepada Presiden, tidak menggunakan APBN Khusus, serta

unsur keanggotaannya tidak ditetapkan oleh Presiden sebagai kepala

pemerintahan tertinggi, sehingga dalil tersebut tidak berdasarkan hukum ;

--------------------------------------------

Menimbang, bahwa dari uraian diatas, maka eksepsi Tergugat I, Tergugat

II dan Tergugat II Intervensi tentang Kewenangan absolut pengadilan tidak

beralasan hukum dan haruslah ditolak ; -----------------------

Halaman 119 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 119

Page 225: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat

II Intervensi tentang gugatan Penggugat Prematur, Pengadilan akan

mempertimbangkan sebagai berikut ; -----------------------------------------

Menimbang, bahwa dalil eksepsi Tergugat I dan II adalah bahwa

Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Nomor : 09/

P/MKDKI/V/2011 tertanggal 5 Juni 2013 masih bersifat Rekomendasi sehingga

belum bersifat final sesuai ketentuan pasal 2 huruf c Undang-Undang tentang

Peradilan Tata Usaha Negara, terhadap hal tersebut pengadilan akan

mempertimbangkan sebagai berikut ; -------------------------

Menimbang, bahwa salah satu unsur Keputusan Tata Usaha Negara sesuai

ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara adalah bahwa

Keputusan tersebut harus bersifat final dalam pengertian bahwa keputusan

tersebut tidak memerlukan persetujuan instansi atasan atau yang lebih tinggi ;

--------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa selanjutnya pengadilan akan menilai / menguji apakah

Keputusan MKDKI (incasu Obyek sengketa 2) sudah bersifat final ataukah

belum ? ; --------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan pasal 55 ayat (2) jo Pasal 58 jo Pasal

59 jo Pasal 60 ayat (2) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 2 Tahun

2011 Tentang Tata cara penanganan Kasus dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter

dan Dokter Gigi dinyatakan bahwa Hasil Sidang pemeriksaan disiplin yang telah

dilakukan oleh Majelis Pemeriksa Disiplin ditetapkan oleh Ketua MKDKI /

MKDKI-P sebagai Keputusan MKDKI / MKDKI-P yang bersifat final dan

berkekuatan hukum tetap serta dibacakan secara terbuka dalam sidang pembacaan

120

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 120

Page 226: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

keputusan, dan keputusan tersebut mengikat Teradu, KKI, dan Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota serta keputusan tersebut disampaikan kepada KKI ; ----

Menimbang, bahwa apabila dihubungkan antara pengertian unsur bersifat

final sesuai ketentuan pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009

dengan ketentuan pasal 55 ayat (2) jo Pasal 58 jo Pasal 59 jo Pasal 60 ayat (2)

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 2 Tahun 2011 Tentang Tata cara

penanganan Kasus dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi, serta

Obyek Sengketa 2 pengadilan berkesimpulan bahwa Obyek Sengketa 2

(Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Nomor : 09 / P /

MKDKI / V /2011 tertanggal 5 Juni 2013) sudah bersifat final, dan dapat

dikatagorikan sebagai Keputusan Tata Usaha Negara, dan oleh karenanya

maka eksepsi

Tergugat tentang Gugatan Penggugat Prematur tidak beralasan dan sudah

seharusnya ditolak ; --------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat

II Intervensi tentang Gugatan Penggugat Kabur, Pengadilan akan

mempertimbangkan sebagai berikut ; -----------------------------------------

Menimbang, bahwa alasan Tergugat I dan Tergugat II menyatakan

Gugatan Penggugat kabur adalah karena dalil-dalil yang disampaikan oleh

Penggugat sulit dimengerti / dipahami, disamping itu juga, hak membela diri

terhadap terbitnya Obyek Sengketa merupakan hak Tergugat I dan Tergugat II,

dan dalil tersebut menurut pengadilan merupakan dalil yang tidak berdasarkan

hukum karena Gugatan Penggugat sudah melalui proses pemeriksaan persiapan

sesuai ketentuan pasal 63 Undang-Undang Nomor : 5 tahun 1986 tentang

Halaman 121 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 121

Page 227: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh karenanya maka eksepsi tersebut tidak

beralasan hukum dan harus ditolak ; ------------------------------------------

DALAM POKOK PERKARA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari gugatan Penggugat adalah

terurai dalam duduknya sengketa tersebut diatas ; ---------------------

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 12 Juli

2013, yang telah melalui Pemeriksaan Persiapan dan diperbaiki tanggal 30 Juli

2013, menyampaikan alasan gugatannya adalah bahwa penerbitan kedua Obyek

Sengketa telah bertentangan dengan Undang-Undang Nomor : 29 Tahun 2004

tentang Praktek Kedokteran jo Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 2

Tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin

Dokter dan Dokter Gigi, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 4

Tahun

2011 tentang Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi, Keputusan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 47 / KKI / KEP / XII / 2007 tentang Pedoman Tata

Cara Pelaksanaan Rekomendasi MKDKI dan MKDKI Tingkat Provinsi Dalam

Penegakan Sanksi Disiplin dan juga bertentangan dengan Asas-asas Umum

Pemerintahan yang Baik terutama Asas Kecermatan serta Asas Profesionalitas ;

--------------------------------------------

Menimbang, bahwa terhadap Gugatan Penggugat tersebut, Tergugat I,

Tergugat II dan Tergugat II Intervensi telah membantahnya melalui surat

jawabannya masing-masing tertanggal 27 Agustus 2013, dan 3 September 2013

dan menyatakan bahwa penerbitan kedua Obyek Sengketa sudah sesuai dengan

Undang-Undang Nomor : 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran jo

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara

122

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 122

Page 228: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi,

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 4 Tahun 2011 tentang Disiplin

Profesional Dokter dan Dokter Gigi, Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia

Nomor 47 / KKI / KEP / XII / 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan

Rekomendasi MKDKI dan MKDKI Tingkat Provinsi Dalam Penegakan Sanksi

Disiplin dan tidak bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan yang

Baik terutama Asas Kecermatan serta Asas Profesionalitas ; -----------------

Menimbang, bahwa terhadap perbedaan pendapat antara Penggugat

dengan Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi tersebut, Pengadilan

telah membebankan kepada para pihak untuk membuktikan dalil-dalilnya, baik

melalui surat, saksi serta ahli, dan terhadap beban yang diberikan oleh Pengadilan

tersebut, Penggugat telah mengajukan 61 buah bukti surat yang diberi tanda

P-1 sampai dengan

P-61 serta mengajukan 1 orang ahli yang bernama Prof, dr. NUGROHO

KAMPONO, Sp. OG. (K), FICS, sedangkan Tergugat I dan Tergugat II

mengajukan 17 buah bukti surat yang diberi tanda T-1 sampai dengan T-17, dan

Tergugat II Intervensi mengajukan 25 buah bukti surat yang diberi tanda

T.II.Int.-1 sampai dengan T.II.Int-25, serta mengajukan 1 orang Ahli bernama

MERDIAS ALMATSIER, dr, Sp. S (K) dan 1 saksi yang bernama MARTINI

NASIF ; --------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa setelah mencermati bukti-bukti surat, saksi-saksi, ahli

serta keterangan para pihak yang disampaikan oleh Para Pihak dipersidangan,

pengadilan selanjutnya akan menguji / menilai keabsahan penerbitan Kedua

Obyek Sengketa dari sisi Hukum Administrasi yaitu apakah penerbitan kedua

Obyek Sengketa sudah sesuai dengan wewenang, prosedur serta substansi,

Halaman 123 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 123

Page 229: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tentunya dengan menilai fakta-fakta yang terjadi sebelum dan pada saat

penerbitan kedua Obyek Sengketa tersebut ( ex – tunc ) ;

--------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa pengadilan akan terlebih dahulu mepertimbangkan,

apakah Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia (MKDKI) berwenang sesusai peraturan perundang-

undangan untuk menerbitkan Obyek Sengketa 1 dan Obyek Sengketa 2 ;

------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan Pasal 8 huruf b Undang-Undang

Nomor : 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran menyatakan bahwa Konsil

Kedokteran berwenang untuk menerbitkan dan mencabut Surat Tanda Registrasi

dokter dan dokter gigi ; -----------------------------------

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan Pasal 58 Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor : 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan

Kasus Dugaan Pelanggaran disiplin Dokter dan Dokter Gigi

menyatakan bahwa Hasil sidang pemeriksaan disiplin yang telah dilakukan oleh

Majelis Pemeriksa Disiplin ditetapkan oleh Ketua MKDKI / MKDKI-P sebagai

Keputusan MKDKI / MKDKI-P yang bersifat final dan berkekuatan tetap serta

dibacakan secara terbuka dalam sidang pembacaan keputusan ;

-----------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan Keputusan Konsil Kedokteran

Indonesia Nomor : 47/KKI/KEP/XII/2007 tentang Pedoman Tata Cara

Pelaksanaan Rekomendasi MKDKI dan MKDKI-P dalam penegakan Sanksi

disiplin bagian B angka 7 menyatakan bahwa Keputusan MKDKI adalah

Keputusan yang dikeluarkan oleh Majelis Pemeriksa disiplin terhadap seorang

124

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 124

Page 230: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dokter atau dokter gigi yang diadukan ke MKDKI ;

----------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa apabila dihubungkan antara ketentuan Pasal 8 huruf b

Undang-Undang Nomor : 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, Pasal 58

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran disiplin Dokter dan Dokter Gigi,

Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 47/KKI/KEP/ XII / 2007

tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekomendasi MKDKI dan MKDKI-P

dalam penegakan Sanksi disiplin bagian B angka 7 dengan Obyek Sengketa 1 dan

2, Pengadilan berkesimpulan bahwa KKI dan MKDKI berwenang untuk

menerbitkan Obyek Sengketa 1 dan Obyek Sengketa 2 ;

----------------------------------------

Menimbang, bahwa selanjutnya pengadilan akan mempertimbangkan,

apakah prosedur penerbitan Obyek Sengketa 1 dan Obyek Sengketa 2 telah sesuai

dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 2 Tahun 2011 tentang

Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran disiplin Dokter dan Dokter

Gigi ataukah tidak ? ------

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 huruf e PERKONSIL

Nomor : 2 tahun 2011, Penggugat telah diadukan ke Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia oleh Henry Kurniawan (suami dari almarhumah Santi

Mulia Sari) melalui Kuasanya yaitu Ibu Dra. Risma Situmorang, S.H.,M.H.

karena dianggap telah melanggar kode etik kedokteran yang menyebabkan pasien

yang bernama Santi Mulia Sari meninggal dunia (bukti T.II.Int.-10) ;

--------------------------------------------------

Menimbang, bahwa selanjutnya MKDKI telah melakukan klarifikasi awal

untuk mengetahui apakah pengaduan dari Henry Kurniawan tersebut layak untuk

Halaman 125 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 125

Page 231: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dilanjutkan ke sidang pemeriksaan disiplin, dan setelah klarifikasi tersebut,

disimpulkan bahwa pengaduan tersebut ditindak lanjuti dengan membentuk

Majelis Pemeriksa Disiplin dan selanjutnya melakukan pemeriksaan terhadap

Penggugat sebagai Teradu, Henry Kurniawan sebagai Pengadu, saksi serta ahli

dan dari hasil sidang tersebut disimpulkan bahwa Teradu dr. Tamtam Otamar

Samsudin, Sp.Og telah bersalah dan melanggar kode etik kedokteran yaitu tidak

mempersiapkan darah sebelum dilakukan operasi cesar, dan juga tidak

memberikan penjelasan yang memadai terhadap pasien Santi Mulia Sari

mengenai Operasi cesar untuk yang keempat kalinya ( bukti T. II.Int.-12, T-5, T-6

dan T-14 ) ; -----------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan pasal 33 PERKONSIL Nomor : 2

Tahun 2011 diamanatkan bahwa pemanggilan untuk menghadiri sidang

pemeriksaan disiplin terhadap teradu, pengadu, saksi dan atau ahli dilakukan

secara tertulis, dan hal ini telah dilakukan oleh Tergugat sesuai bukti T. II.Int.-12,

T-5, T-6 dan T-14 ; ---------------------------

Menimbang, bahwa terhadap keputusan Majelis Pemeriksa Disiplin yang

ditindaklanjuti dengan Keputusan MKDKI yang intinya menyatakan

Teradu (incasu Penggugat) telah terbukti melanggar kode etik kedokteran dan

dikenai Sanksi disiplin berupa direkomendasikan untuk dicabut sementara Surat

Tanda registrasinya selama 9 bulan, dan terhadap sanksi disiplin tersebut,

Penggugat sesuai ketentuan pasal 55 ayat (1) PERKONSIL Nomor : 2 tahun 2011

telah mengajukan keberatan kepada Ketua MKDKI yang diterima tanggal 7 Mei

2013 ( lampiran bukti T-5 ) ; ----

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan pasal 56 PERKONSIL Nomor 2

Tahun 2011, terhadap keberatan yang diajukan oleh dr. Tamtam Otamar

126

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 126

Page 232: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Samsudin, Sp.Og ( Penggugat ), MKDKI telah menugaskan Majelis Pemeriksa

Disiplin untuk melakukan persidangan tanggal 29 Mei 2013, namun Majelis

Pemeriksa Disiplin tidak pernah memanggil dr. Tamtam Otamar

Samsudin, Sp.Og, Henry Kurniawan dan juga saksi atau ahli yang dianggap perlu

untuk mengambil keputusan apakah keberatan dari dr. Tamtam Otamar

Samsudin, Sp.Og bisa diterima atau tidak (bukti T-9 ) ;

--------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa kemudian Majelis Pemeriksa disiplin mengucapkan

keputusan yang menyatakan dr. Tamtam Otamar Samsudin, Sp.Og telah

melanggar Kode Etik Kedokteran dan dikenai Sanksi Disiplin berupa pencabutan

STR selama 9 bulan, dan terhadap keputusan tersebut, MKDKI dan KKI telah

menindaklanjutinya dan kemudian terbitlah Obyek Sengketa 1 dan Obyek

Sengketa 2 ( bukti T-8, T-10, T-11, bukti P-39 = T-7 =T.II.Int.-1, dan bukti P-41

=T-6= T.II.Int.-2 ) ;-

Menimbang, bahwa berdasarkan rangkaian pertimbangan hukum tersebut

diatas, pengadilan berkesimpulan bahwa apabila dihubungkan ketentuan pasal 33

dengan pasal 56 PERKONSIL Nomor : 2 tahun 2011, dan juga mencermati asas

audi et alteram partem (mendengarkan keterangan kedua belah pihak),

pengadilan memperoleh fakta hukum

bahwa pada sidang pemeriksaan disiplin terhadap keberatan yang diajukan oleh

dr. Tamtam Otamar Samsudin yang dilakukan oleh Majelis Pemeriksa Disiplin,

pihak pemohon keberatan (incasu Penggugat) tidak pernah dipanggil secara

tertulis oleh MPD untuk didengar keterangannya atau memberikan penjelasan

mengenai rangkaian tindakannya melakukan Operasi Seksio untuk yang keempat

kalinya terhadap istri Tergugat II Intervensi, terlepas nanti apakah keberatan

Halaman 127 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 127

Page 233: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tersebut diterima atau ditolak, dan hal ini melanggar asas audi et alteram partem

(mendengarkan keterangan kedua belah pihak) ;

-------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa oleh karena langkah pemanggilan tidak pernah

dilakukan oleh MPD dan juga tidak ditemukan dalam bukti surat yang diajukan

oleh para pihak, maka keputusan yang diambil oleh MPD pada tanggal 5 Juni

2013 sebagai cikal bakal terbitnya Obyek Sengketa 1 dan Obyek Sengketa 2

menjadi cacat yuridis karena tidak dilakukan secara cermat, dan oleh karenanya

maka keputusan yang diambil oleh Tergugat I dan Tergugat II mejadi cacat

prosedur dalam penerbitannya ; ----------------

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan

penetapan Penundaan Nomor : 121/G/2013/PTUN.JKT, tanggal 30 Juli 2013

apakah harus tetap dipertahankan atau tidak ? ;

------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa dari keterangan para pihak di persidangan, yang pada

pokoknya Kuasa Hukum Penggugat menyatakan bahwa Penetapan Penundaan

Nomor : 121/G/2013/PTUN.JKT, tanggal 30 Juli 2013 tidak dilaksanakan oleh

Para Tergugat, sedangkan Kuasa Para Tergugat menyatakan bahwa telah ada

sanksi disiplin dalam kasus lain yang dijatuhkan kepada Penggugat,

maka Majelis Hakim

mempertimbangkan sebagai berikut, bahwa oleh karena sanksi disiplin selama 9

(sembilan) bulan dalam sengketa in litis sudah berjalan lebih kurang 6 (enam)

bulan, dan Penggugat selama kurun waktu tersebut tidak melaksanakan praktek

dokter walaupun telah dikeluarkan penetapan penundaan pelaksanaan keputusan

objek sengketa, dan keputusan sanksi disiplin terhadap Penggugat dalam kasus

128

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 128

Page 234: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berbeda saat ini secara hukum sedang diuji dalam perkara Nomor : 187/G/2013/

PTUN.JKT di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, maka Penetapan Penundaan

Nomor : 121/G/2013/PTUN.JKT, tanggal 30 Juli 2013 sudah tidak relevan lagi

untuk dipertahankan, sehingga beralasan hukum untuk dicabut ; ------

Menimbang, bahwa pencabutan Penetapan Penundaan Nomor : 121/

G/2013/PTUN.JKT, tanggal 30 Juli 2013 dituangkan tersendiri dalam suatu

penetapan pencabutan ; ---------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan uraian pertimbangan hukum

diatas, maka dari segi prosedur penerbitan keputusan objek sengketanya Majelis

Hakim berkesimpulan, bahwa Tergugat I dan II dalam menerbitkan objek

sengketa telah bertentangan dengan Peraturan yang berlaku dan asas–asas umum

pemerintahan yang baik khususnya asas kecermatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 53 ayat (2) huruf a dan b Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004

atas Perubahan Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara, sehingga dari segi substansi penerbitannya tidak perlu

dipertimbangkan lagi ;

-------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa oleh karena surat keputusan Obyek Sengketa 1 dan 2

telah dinyatakan cacat prosedur, maka keputusan in litis harus dinyatakan batal

serta dicabut, sehingga tuntutan Penggugat dalam pokok perkaranya dikabulkan

seluruhnya ; -------------------------------------------------

Menimbang, bahwa seluruh rangkaian pertimbangan tersebut diatas, juga

merupakan pertimbangan Majelis Hakim terhadap dalil tanggapan Tergugat II

Intervensi ; -----------------------------------------------------

Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 110 Undang-Undang

Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, kepada Tergugat I,

Halaman 129 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 129

Page 235: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tergugat II dan Tergugat II Intervensi harus dihukum untuk membayar biaya

perkara yang jumlahnya ditentukan dalam amar putusan ini secara tanggung

renteng ; -----------------------------------------------

Menimbang, bahwa dengan berpedoman pada sistem pembuktian dalam

hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara yang mengarah pada pembuktian

bebas (vrije bewijs) yang terbatas sebagaimana terkandung di dalam ketentuan

Pasal 100 dan Pasal 107 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, maka

dalam memeriksa dan mengadili sengketa ini, Majelis Hakim mempelajari dan

memberikan penilaian hukum terhadap alat-alat bukti yang diajukan oleh Para

Pihak, namun untuk mempertimbangkan dalil-dalil Para Pihak, Majelis Hakim

hanya menggunakan alat-alat bukti yang paling relevan dan paling tepat dengan

sengketa ini, sedangkan terhadap alat-alat bukti selain dan selebihnya tetap

dilampirkan dan menjadi satu kesatuan dengan berkas perkara ; -----

Mengingat, Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan

Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, serta

peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan sengketa ini ;

-------------------------------------------------------

M E N G A D I L I :

Dalam Eksepsi :

- Menolak Eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi

seluruhnya ; ------------------------------------------------------------------------

130

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 130

Page 236: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dalam Pokok Perkara :

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat seluruhnya ; -------------------------

2. Menyatakan batal Surat Keputusan Tata Usaha Negara berupa :

2.1. Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor :

19/KKI/KEP/VI/2013, tanggal 26 Juni 2013 tentang Pelaksanaan

Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ;

-------------------------------------------------

2.2. Surat Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia atas pengaduan Nomor : 09 / P / MKDKI / V / 2011

tentang Gugatan Pelanggaran Disiplin Kedokteran, tanggal 5 Juni

2013 ; ----------------------------------------------------

3. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan Tata Usaha

Negara berupa : ----------------------------------------------------------

0 Surat Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 19/

KKI/KEP/VI/2013, tanggal 26 Juni 2013 tentang Pelaksanaan Keputusan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ;

-------------------------------------------------

1 Surat Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia atas

pengaduan Nomor : 09 /P/MKDKI/V/ 2011 tentang Gugaan Pelanggaran

Disiplin Kedokteran, tanggal 5 Juni 2013 ;

--------------------------------------------------------------

4. Menghukum Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi untuk

membayar biaya perkara secara tanggung renteng sebesar Rp. 199. 000,-

(Seratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah). -----

Halaman 131 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 131

Page 237: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Demikianlah diputuskan pada hari SENIN, tanggal 2 Desember 2013

dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim oleh HUSBAN, S.H.,M.H., selaku

Ketua Majelis, I NYOMAN HARNANTA, S.H.,M.H., dan ELIZABETH

I.E.H.L. TOBING, S.H., M.Hum., masing-masing sebagai Hakim Anggota,

Putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari KAMIS,

tanggal 12 Desember 2013 oleh Majelis Hakim diatas, dengan dibantu oleh Hj.

YENI YEANIWILDA, S.E.,S.H.,M.H., Sebagai Panitera Pengganti pada

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, dengan dihadiri oleh Kuasa Hukum

Penggugat, Kuasa Tergugat I dan II, serta Kuasa Hukum Tergugat II Intervensi ;

-------------------------------

Hakim-Hakim Anggota, Hakim Ketua Majelis,

I NYOMAN HARNANTA, S.H., M.H. HUSBAN, S.H., M.H.

ELIZABETH I.E.H.L. TOBING, S.H., M.Hum.

Panitera Pengganti,

Hj. YENI YEANIWILDA, S.E., S.H., M.H.

Rincian Biaya Perkara :

132

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 132

Page 238: TINDAK PIDANA KELALAIAN DOKTER DALAM OPERASI …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Pendaftaran ……………….... Rp. 30.000,-- A T K .................................... Rp. 50.000,-- Panggilan …………………… Rp. 80.000,-- Materai Penetapan ............. Rp. 6.000,- - Redaksi Penetapan ............. Rp. 5.000,- Materai Putusan Sela ............ Rp. 6.000,- - Redaksi Putusan Sela ........... Rp. 5.000,- Materai Putusan ................... Rp. 6.000,- - Redaksi Putusan ................... Rp. 5.000,- Materai Penetapan ............. Rp. 6.000,- - Redaksi Penetapan ............. Rp. 5.000,

---------------------Rp. 199.000,-

(Seratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah)

Halaman 133 dari 133 halaman Putusan Pkr No. 121/G/2013/PTUN-JKT

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 133