TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria...

82
i TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK ( Studi Terhadap Putusan Perkara Nomor: 42 /PID.Sus/ 2011/PN.PWT ) Oleh : RIA LIANA E1A007407 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013

Transcript of TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria...

Page 1: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

i

TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK

( Studi Terhadap Putusan Perkara Nomor: 42 /PID.Sus/ 2011/PN.PWT )

Oleh :

RIA LIANA

E1A007407

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

Page 2: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK

( Studi Terhadap Putusan Perkara Nomor: 42 /PID.Sus/ 2011/PN.PWT )

Oleh :

RIA LIANA

E1A007407

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan Disahkan

Pada tanggal : Februari 2013

Pembimbing I,

Haryanto Dwiatmodjo,SH.M.Hum

NIP. 19570225 198702 1 001

Penguji,

Dr.Budiyono, S.H,M.Hum

NIP. 19631107 198901 1 001

Pembimbing II,

Sunaryo,SH.,M.Hum.

NIP. 19531224 198601 1 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Dr. Angkasa, S.H., M.Hum

NIP. 19640923 1989011 001

Page 3: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK ( Studi Terhadap

Putusan Perkara Nomor: 42 /PID.Sus/ 2011/PN.PWT )

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data serta

informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa

kebenarannya.

Apabila pernyatan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk

pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Purwokerto, Februari 2013

RIA LIANA

NIM. E1A007407

Page 4: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

iv

MOTTO

“Yang selalu tampak indah tidak selamanya baik untuk kita”

“What dou you think is what happen to you ”

Hidup itu mudah kalau kita tidak membuatnya sulit

Page 5: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

v

PERSEMBAHAN

Karya Kecilku ini khusus kupersembahkan teruntuk :

Ayahku tercinta

Ridwan

Yang selalu memberikan perhatian, semangat, menerima keluh kesahku dan

selalu mengingatkanku selalu untuk tetap berdoa, dan berusaha…..

Ada cinta yang kadang terabaikan, bukan karena tak berarti besar

tetapi karena cara pengungkapan yang berbeda

Page 6: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya

dengan seluruh rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul TINDAK PIDANA EKSPLOITASI

SEKSUAL ANAK ( Studi Terhadap Putusan Perkara Nomor: 42 /PID.Sus/

2011/PN.PWT ).

Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tidak

terhingga atas motivasi dan dukungan, baik langsung maupun tidak langsung

yaitu kepada :

1. Allah SWT atas bimbingan hidup yang diberikanNya kepada Penulis ;

2. Dr. Angkasa, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman, Purwokerto beserta para Pembantu Dekan dan

seluruh jajarannya ;

3. Haryanto Dwiatmodjo, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I dan

Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto ;

4. Sunaryo, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II ;

5. Dr. Budiyono,S.H,M.Hum, selaku dosen Penguji pada seminar skripsi dan

Pendadaran ;

6. Tedi Sudrajat, S.H., M.H, selaku Pembimbing Akademik yang

memberikan bimbingan sejak awal perkuliahan ;

Page 7: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

vii

7. Budi Setyawan, S.H,MH.selaku Hakim Pengadilan Negeri Purwokerto

atas kesediannya meluangkan waktu dan membantu memberikan data

yang Penulis butuhkan dalam proses penulisan skripsi ini ;

8. Rafita Sadya Putra, yang telah memberikan warna tersendiri dalam hidup

Penulis serta memberikan dukungan, doa, kasih sayang dan motivasi

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi ;

9. Kakak-kakak dan adik-adiku Eko Supriyatno, Ani Tri Mulyani, Yoni

Panca Nugraha, Rafita Sadya Putri, Fitri Indrisari, Risdayanti, M.Rehan

Alfazri, dan Giandika Estri Shefrina, Ibnulfaizin Najmul Falah yang telah

banyak memberikan saran dan kritik yang membangun untuk penulis

10. Keluarga Besar Ibunda Watini Tukiman, Ibunda Linda, Ibunda Esti

Widiyani yang telah memberikan semangat, doa, perhatian, bimbingan,

serta kasih sayang kepada penulis

11. Keluarga Besar Kakek M. Damiri dan Keluarga besar Alm. Datuk Nurdin

yang tak henti-hentinya memberikan doa untuk penulis beserta seluruh

keluarga

12. Sahabat terbaikku Desi Pratimi (Desi), Friska Mahardika (Friska), Alviana

N (Alvi). Semoga impian kita untuk sukses bersama bisa terwujud.

13. Temen-temen KKN ’11 Desa Pengarasan, Kusuma Hadi, Betha Tri

Wulandari,Alwi Putra, Asri Mawardiani, Tita Diniar Sekar Tanjung,Teguh

Priatna, Titi Murwati serta Pak Joko dan Bu Baroroh beserta keluarga ;

14. Teman-teman Fakultas Hukum, Avianita (Tata), M. Zaenudin Mustofa

(Yeyen), Juriko Wibisono (Juriko), Gehan Fajrin (Gehan), Anggya

Page 8: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

viii

(Anggy), Septianingsih F.U (Septy), Khaerul Syakir (Syakir), Dwinanda

(Nanda), Bimo Prakoso (Bimo), Erick, Lainun Shabrina (Shasa), Emilia

(Emil), Arindika, Dika Sando, Ranggi, Adina Yustianingsih, Yuliana

(ana), Bang Basri, Lilis, L.A Yuris, Arinal,Alif Angga, Oki, Tanti, Kurnia

Hadi (Jikun), Adit, Ari, Erlinda (Elin), Friska Faullina,Wiji Rahayu,

Gangga Pujangkara, Ayu Nah’diatuhzahra kalian memberikan

pengalaman yang tidak terlupakan dalam berproses di Kampus Merah ;

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini kurang sempurna

mengingat keterbatasan Penulis, walaupun demikian Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik teori

maupun aplikasi.

Purwokerto, Februari 2013

Penulis,

Page 9: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

ix

ABSTRAK

TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK

( Studi Terhadap Putusan Perkara Nomor: 42 /PID.Sus/ 2011/PN.PWT )

Disusun Oleh :

Ria Liana

Penelitian ini berjudul “TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL

ANAK”(Studi Kasus Dalam Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor : 42

/PID.Sus/ 2011 /PN.PWT )”. Penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Klas IB

Purwokerto. Tujuan Penelitian untuk mengetahui penerapan unsur-unsur tindak

pidana eksploitasi seksual anak serta untuk mengetahui dasar hukum

pertimbangan hakim dalam memutus perkara eksploiasi seksual anak-anak pada

perkara Nomor: 42/PID.Sus/2011/PN.PWT

Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan yang

digunakan adalah yuridis normatif. Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah deskriptif analitis.Data yang digunakan dalam penelitian adalah data

primer dan data sekunder.Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam

dan intensif dengan informan sedangkan data sekunder diperoleh yaitu dengan

mempelajari peraturan perundang-undangan, literature, hasil penelitian serta

dokumen-dokumen resmi yang berkaitan dengan obyek penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Unsur-unsur dari

tindak pidana Eksploitasi seksual anak adalah :

a. Setiap Orang, yaitu terdakwa Daning Tianingsih alias Mami Ning

binti Kasmuri

b. Yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual, yaitu terdakwa

menerima saksi korban untuk berkerja sebagai Pekerja Seks

Komersial

c. Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yaitu

membagi dua imbalan yang korban peroleh masing-masing Rp

50.000

Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Memutus Perkara Eksploitasi

Seksual Anak Di Pengadilan Negeri Purwokerto Dalam Perkara Nomor

:42/PID.Sus/2011/PN.PWT telah sesuai dengan prinsip perlindungan anak, sebab

pelaku dinyatakan oleh Hakim bersalah telah melanggar Pasal 88 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Kata kunci : Eksploitasi seksual, anak

Page 10: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

x

ABSTRACT

CRIMINAL CHILD SEXUAL EXPLOITATION (case studies Court Verdict

number: 42/PID.Sus/2011/PN.PWT).

By :

Ria Liana

This study, entitled of CRIMINAL CHILD SEXUAL EXPLOITATION

(CRIMINAL CHILD SEXUAL EXPLOITATION (case studies Court Verdict

number: 42/PID.Sus/2011/PN.PWT). Research conducted in the District Court

Klas IB Purwokerto. The purpose of Research to determine the application of

elements of criminal acts of child sexual exploitation as well as to know the legal

basis for the consideration of the judge in the case ruled the sexual eksploiasi of

children on case number: 42/PID.Sus/2011/PN.PWT.

Using qualitative research methods Research. The approach used is the

juridical normative. Specifications used in this research is descriptive analytic.The

Data used in this research is the primary data and secondary data.Primary Data

obtained from the results of in-depth and intensive interviews with informants

while secondary data obtained by studying the legislation, literature, research

results and official documents relating to the object of research. Based on Based

on the results of the study it can be concluded that the elements of the criminal

acts of child sexual exploitation are:

a. any person, i.e. the defendant Daning Tianingsih aka Mami Ning Bint

Kasmuri

b. who exploit economic or sexual, i.e. the defendant received the witness

the victim to work as commercial sex workers with the intention of

favouring

c. yourself or someone else, namely split two rewards that victims get their

respective consideration of Rp 50,000

Judges in Legal Cases sever its child sexual exploitation In Purwokerto District

Court in the case number: 42/PID.Sus/2011/PN.PWT were in accordance with the

principle of child protection, as stated by judge convicted offender has violated

Article 88 Act No. 23 of 2002 on child protection.

Key words: child, sexual exploitation

Page 11: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………..

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………

SURAT PERNYATAAN ……………………………………………………...

HALAMAN MOTTO ………………………………………………………….

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….

KATA PENGANTAR …………………………………………………………

ABSTRAK ……………………………………………………………………..

ABSTRACT …………………………………………………………………….

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………………...1

B. Perumusan Masalah ……………..…………………………………………......7

C. Tujuan Penelitian ………………..…………………………………….……….8

D. Kegunaan Penelitian …………….……………………………………………..8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Pidana

1. Pengertian hukum pidana ……..………………………………………........9

2. Asas-asas Hukum Pidana ....……………………………………….............13

B. Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana..........................................................................22

2. Istilah Tindak Pidana.................................................................................24

Page 12: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

xii

3. Syarat-syarat dapat dipidana......................................................................27

4. Teori dan Tujuan Pemidanaan...................................................................28

C. Eksploitasi Seksual Anak

1. Pengertian Anak..........................................................................................33

2. Pengertian Eksploitasi..................................................................................35

3. Unsur-unsur Pengeksploitasian Seksual Anak.............................................36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian.............................................................................................38

B. Spesifikasi Penelitian........................................................................................38

C. Lokasi Penelitian...............................................................................................39

D. Jenis dan Sumber Bahan Hukum......................................................................39

E. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum.................................................................39

F. Teknik Penyajian Bahan Hukum.......................................................................39

G. Teknik Analisis Bahan Hukum.........................................................................39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian..................................................................................................41

B. Pembahasan.......................................................................................................49

BAB V PENUTUP

A. Simpulan............................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum sebagai alat untuk mengatur kehidupan masyarakat dan sebagai alat

untuk menjaga ketertiban di masyarakat sangat dibutuhkan dalam mencegah,

menanggulangi, membatasi. Hukum merupakan suatu aturan yang hidup

dimasyarakat yang oleh masyarakat harus dipatuhi dan dijalankan. Unsur-unsur

hukum sendiri menurut para sarjana hukum Indonesia adalah :

a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c. Peraturan itu bersifat memaksa

d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan itu adalah tegas.1

Unsur diatas mengharuskan masyarakat untuk bertindak berdasarkan hukum

yang berlaku agar tercipta ketertiban, keadilan, dan kepastian hukum dan nantinya

timbul kesejahteraan di masyarakat yang merupakan tujuan dan dambaan dari

adanya hukum itu sendiri.

Pengertian tentang hukum sendiri menurut Prof. Mr Dr L.J Van Apeldoorn

dalam bukunya yang berjudul Inleiding tot de studie van het Nederlandse Recht

bahwa hukum sulit untuk didefinisikan bahkan tidak mungkin untuk

mendefinisikannya karena luasnya gambaran tentang hukum dan untuk memberikan

batasan tentang hukum sangat sulit dan tidak memberi kepuasan.

Pembagian tentang macam-macam hukum terbagi menjadi berbagai macam

golongan diantaranya dilihat dari isinya. Hukum dilihat dari isinya dibedakan

1C.S.T. Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,

Hal. 39.

Page 14: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

2

menjadi hukum publik dan hukum privat. Hukum publik merupakan hukum yang

mengatur kepentingan umum, hubungan antara negara dengan perseorangan.

Kemudian hukum privat merupakan hukum yang mengatur hubungan-hubungan

antara orang yang satu dengan yang lain, yang menitik beratkan kepada kepentingan

perseorangan.2

Salah satu bentuk hukum publik adalah hukum pidana yang dibagi menjadi

dua yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Hukum pidana materiil

di Indonesia diatur dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) yang

merupakan salah satu bentuk kodifikasi hukum di Indonesia yang mengambil dari

Wetboek van Sraftrecht (Wvs) dari Belanda atas asas konkordansi yang mulai

berlaku secara resmi menjadi undang-undang dengan diundangkannya Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1946. KUHP sendiri merupakan induk dari peraturan

hukum pidana di Indonesia, selain itu peraturan hukum pidana juga tersebar diluar

KUHP salah satunya yaitu Undang-undang Perlindungan Anak.

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang mempunyai arti penting bagi

pembangunan Nasional dalam menjalankan kehidupan bangsa dan bernegara.Anak-

anak berhak mendapat perlindungan tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi

untuk melaksanakan pembangunan Nasional seperti halnya manusia dewasa.Agar

setiap anak dapat dan berkembang secara baik dipelukan perlindungan terhadap anak

dari tindak kekerasan fisik, psikis, diskriminasi, pengeksploitasian seksual anak,hak

sipil dan kebebasan. Dengan adanya perlindungan anak, keberadaan anak yang

menjadi tanggung jawab bangsa diharapkan dapat menyonsong masa depan secara

baik dalam kehidupan di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat.

2 Ibid, Hal.75.

Page 15: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

3

Kekerasan,pelecehan dan pengeksploitasi seksual bukan hanya menimpa

perempuan dewasa, namun juga perempuan yang tergolong dibawah umur (anak-

anak).Kejahatan seksual juga biasanya sering berlangsung di lingkungan perusahaan,

perkantoran atau ditempat-tempat tertentu yang memberikan peluang manusia

berlainan jenis dapat saling berkomunikasi bahkan terjadi dilingkungan keluarga.

Hal yang cukup memprihatinkan adalah kecenderungan makin maraknya kejahatan

seksual yang tidak hanya menimpa perempuan dewasa, tapi juga menimpa anak-

anak dibawah umur.Anak-anak perempuan ini sebagai objek komoditas

(perdagangan) atau pemuas nafsu bejat (animalistic) dari seseorang dan kelompok

tertentu yang menjalankan bisnis seksual guna keuntungan ekonomi berlipa ganda.3

Anak seharusnya mendapatkan perlindungan, kasih sayang, dan pengawasan

dari kedua orang tuanya, dijaga, dirawat serta diasuh ataupun didik secara baik

melalui ciri-ciri yang dimiliki oleh anak pada umumnya agar tidak terwujudnya

tindak pidana terhadap anak.Anak-anak tidak sepatutnya bersandar pada dirinya

sendiri tanpa ada yang memberikan perhatian maupun perlindungan.Orang tua

sangat berperan aktif untuk mencegah terjadinya kekerasan, pelecehan dan

eksploitasi anak.

Pengeksploitasian terhadap anak adalah salah satu bentuknya berupa

pengeksploitasian seksual. Alasan mereka menjadi korban orang-orang yang tidak

bertanggung jawab memperkerjakan dan melayani para pria hidung belang adalah

demi mendapatkan keuntungan sebagai mata pencahariannya. Mereka sering

dijadikan objek kepuasan dan kebiadaban individu yang dapat merenggut hak asasi

anak sebagai pekerja seks komersial. Misalnya eksploitasi anak di bawah umur 18

tahun sebagai pekerja seks.

Berbagai informasi yang valid dan akurat menyangkut eksploitasi anak

untuk tujuan seksual komersiil mengenai penggunaaan anak untuk produksi bahan

pornografi, dan para korban dari eksploitasi seksual komersiil itu pada umumnya

3Abdul Wahid dan Muhamad Irfan, 2001,Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual,

Bandung: Refika aditama.hlm.7-8.

Page 16: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

4

rata-rata pada umumnya berusia 16 tahun dimana bukan hanya anak perempuan saja

tetapi juga nak laki-laki yang menjadi korban eksploitasi seksual tersebut.

Tindak pidana pengeksploitasian semakin terjadi di kehidupan masyarakat.

Pengeksploitasianseksual terhadap anak adalah salah satu bentuknya. Anak menjadi

korban orang-orang yang tidak bertanggung jawab memperkerjakan dan melayani

para pria hidung belang adalah demi mendapatkan keuntungan sebagai mata

pencahariannya. Eksploitasi Seksual Komersial Anak dimana didalamnya ada tiga

bentuk yaitu pornografi, prostitusi/pelacuran, dan perdagangan anak untuk tujuan

seksual.

Perlindungan hukum terhadap anak dalam hukum pidana diatur dalam

undang-undang khusus yaitu Undang-undang perlindungan anak dan Undang-

undang yang mengatur tentang anak. Dalam Undang-undang Perlindungan Anak

Pasal 13 ayat (1) No. 23 Tahun 2002 disebutkan bahwa Setiap anak selama dalam

pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yangbertanggung jawab atas

pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:

a. diskriminasi;

b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

c. penelantaran;

d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e. ketidakadilan; dan

f. perlakuan salah lainnya.

Anak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang No 23 Tahun 2002 adalah

seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan. Dan yang dimaksud dengan Perlindungan Anak adalah segala

kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,

Page 17: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

5

tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

Sesuai dengan pengertian anak pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor

23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Unsur unsur tindak pidana

pengeksploitasian seksual terhadap anak sebagaimana diatur dalam Pasal 88

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 adalah :

a. Setiap orang;

b. Yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak;

c. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Dengan meluas dan berlangsungnya wisata sex atas anak akan secara

langsung menyebabkan terjadinya perdagangan anak. Di Indonesia sekalipun banyak

gadis yang memalsukan umurnya, diperkirakan 30 persen pekerja seks komersil

wanita berumur kurang dari 18 tahun. Bahkan ada beberapa yang masih berumur 10

tahun. Diperkirakan pula ada 40.000-70.000 anak menjadi korban eksploitasi seks

dan sekitar 100.000 anak diperdagangkan tiap tahun. Semenjak krisis ekonomi,

fenomena yang muncul adalah meningkatnya prostitusi. Pekerja prostitusi tidak

hanya wanita dewasa, tetapi juga anak-anak dibawah usia 18 tahun.4

Hitungan itu bertambah besar jika ditambahkan pada anak-anak perempuan

yang melakukan kegiatannya di mal, diskotek, rumah bordil dan lokalisasi liar.

Sedangkan mengenai perkiraan jumlah pelacuran anak di Indonesia ada sekitar 40

s/d 150 ribu anak perempuan. Faktor penyebab pelacuran anak sangat kompleks

4http://www.suaramerdeka.com/harian/0207/04/dar29.htm.Suara Merdeka, diunduh tanggal 4 Juli

2002

Page 18: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

6

tetapi dapat digolongkan menjadi empat yaitu terjerat sindikat germo, karena tidak

perawan lagi, ingin mendapatkan uang yang lebih besar dan kecanduan pil.

Untuk faktor pendorong meliputi, kondisi ekonomi khususnya pedesaan

yang terjadi penggerusan di sektor pertanian, urbanisasi dan tumbuhnya industri di

perkotaan, disintegrasi keluarga, pertumbuhan jumlah anak gelandangan, tidak ada

kesempatan pendidikan dan meninggalnya pencari nafkah keluarga sehingga anak

terpaksa masuk keperdagangan seks. Sedangkan faktor penarik, meliputi jaringan

kriminal yang mengorganisasi industri seks dan merekrut anak-anak, pihak

berwenang yang korup sehingga terlibat perdagangan seks anak, permintaan dari

wisatawan seks dan fedofil, ketakutan terhadap AIDS sehingga membuat pelanggan

menginginkan pelacur yang lebih muda dan permintaan pekerja migran5.

Putusan di Pengadilan Purwokerto terdapat suatu kasus yaitu mengenai

Eksploitasi seksual anak, dimana terdakwa tetap memperkerjakan anak dibawah

umur dan anak yang dieksploitasi masih berumur kurang lebih 16 tahun tetapi

bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial ( PSK ) yaitu menerima tamu untuk

melayani hubungan seks setiap 1,5 jam atau shoot time dan mendapat jasa berupa

uang sebesar Rp. 100.000,- ( seratus ribu rupiah ), dari hasil pendapatan yang

diterima PSK tersebut dibagi dua dengan terdakwa , dan sejak bulan Desember 2010

memperkerjakan anak tersebut sebagai Pekerja Seks Komersial ( PSK ) yang setiap

harinya melayani 3 orang tamu dan maksimal 8 orang tamu dimana tamu ada yang

datang sendiri kerumah kontrakan terdakwa, ada yang melalui penghubung dan ada

juga yang membawa pergi ke hotel.

5http://www.suaramerdeka.com/harian/0207/04/dar29.htm,diunduh tanggal 4 Juli 2002

Page 19: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

7

Meskipun terdakwa pada awalnya terdakwa ragu-ragu akan umur korban

tetapi terdakwa tetap memperkerjakan korban sebagai PSK dengan tugas melayani

tamu untuk melakukan hubungan seks atau menemani karaoke dengan imbalan Rp.

100.000,- untuk setiap melakukan tugas secara shoot time (sekitar 1,5 jam) dan

pendapatan tersebut dibagi dua dengan terdakwa dan hal tersebut telah dilakukan

dari bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Januari 2011.

Berdasarkan uraian tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian

yang berjudul :

TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK ( Studi Terhadap

Putusan Perkara Nomor: 42 /PID.Sus/ 2011/PN.PWT )

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil

pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan unsur-unsur Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Anak

dalam Putusan Perkara Nomor : 42/Pid.sus/2011/PN.PWT ?

2. Apa dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana dalam

Putusan Perkara Nomor : 42/Pid.sus/2011/PN.PWT ?

Page 20: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

8

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui penerapan unsur-unsur tindak pidana eksploitasi seksual anak

terhadap Putusan Perkara Nomor : 42/Pid.Sus/2011/PN.PWT

2. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana

terhadap Putusan Perkara Nomor : 42/Pid.sus/2011/PN.PWT

D. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah wacana dan pengetahuan

hukum dalam bidang hukum pidana terutama dalam penerapan unsur-unsur

tindak pidana eksploitasi seksual anak dan dasar pertimbangan hukum hakim

dalam menjatuhkan pidana terhadap putusan perkara Nomor

42/Pid.Sus/2011.PN.PWT

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitiaan ini dapat digunakan sebagai wacana bagi pembaca untuk

menulis judul skripsi ataupun memberikan pengetahuan baru tentang hukum

pidana dan juga berguna bagi masyarakat pada umumnya.

Page 21: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Asas-asas Hukum Pidana

1. Pengertian Hukum Pidana

Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang

menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana,

serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang

melakukannya.

Sedangkan sebagaimana dikutip dari bukunya Titik Triwulan Tutik, pada

prinsipnya Hukum Pidana adalah yang mengatur tentang kejahatan dan

pelanggaran terhadap kepentingan umum dan perbuatan tersebut diancam dengan

pidana yang merupakan suatu penderitaan.

Dengan demikian hukum pidana bukanlah mengadakan norma hukum

sendiri, melainkan sudah terletak pada norma lain dan sanksi pidana. Diadakan

untuk menguatkan ditaatinya norma-norma lain tersebut, misalnya norma agama

dan kesusilaan.

Adapun Asas-Asas Hukum Pidana yaitu :

1) Asas Legalitas, tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas

kekuatan aturan pidana dalam Peraturan Perundang-Undangan yang telah

ada sebelum perbuatan itu dilakukan (Pasal 1 Ayat (1) KUHP).Jika

sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam Peraturan Perundang-

Page 22: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

10

Undangan, maka yang dipakai adalah aturan yang paling ringan sanksinya

bagi terdakwa (Pasal 1 Ayat (2) KUHP)

2) Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Untuk menjatuhkan pidana kepada

orang yang telah melakukan tindak pidana, harus dilakukan bilamana ada

unsur kesalahan pada diri orang tersebut .

3) Asas teritorial, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku atas

semua peristiwa pidana yang terjadi di daerah yang menjadi wilayah

teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk pula kapal

berbendera Indonesia, pesawat terbang Indonesia, dan gedung kedutaan

dan konsul Indonesia di negara asing.

4) Asas nasionalitas aktif, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku

bagi semua WNI yang melakukan tindak pidana dimana pun ia berada.

5) Asas nasionalitas pasif, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku

bagi semua tindak pidana yang merugikan kepentingan negara Indonesia

Van Bemmelen secara eksplisit mengartikan hukum pidana dalam dua hal,

yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formal. Menurutnya hukum pidana

materiil terdiri atas tindak pidana yang disebut berturut-turut, peraturan umum

yang dapat diterapkan perbuatan itu, dan pidana yang diancamkan terhadap

perbuatan itu, sedangkan hukum pidana formal adalah mengatur cara bagaimana

acara pidana seharusnya dilakukan dan menentukan tata tertib yang harus

diperhatikan pada kesempatan itu.6

6Mr.J.M van Bemmelen, 1987,Hukum Pidana I, Bina Cipta, Bandung,hlm 2-3

Page 23: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

11

Wirjono Prodjodikoro memberikan pengertian hukum pidana ke dalam

hukum pidana materiil dan hukum pidana formal. Menurutnya isi hukum pidana

materiil adalah penunjukan dan penggambaran dari perbuatan-perbuatan yang

diancam dengan hukum pidana; penunjukan syarat umum yang harus dipenuhi agar

perbuatan itu merupakan perbuatan itu merupakan perbuatan yang pembuatnya

dapat dihukum pidana; penunjukan orang atau badan hukum yang pada umumnya

dapat dihukum pidana; dan penunjukan jenis hukuman pidana yang dapat

dijatuhkan. Sedangkan hukum pidana formal (hukum acara pidana) berhubungan

erat dengan diadakannya hukum pidana materiil, oleh karena merupakan suatu

rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang

berkuasa, yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus bertindak guna

mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum pidana.7

Moeljatno mengartikan hukum pidana sebagai bagian dari keseluruhan

hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-

aturan untuk :8

1) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan,

yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi pidana tertentu

bagi siapa saja yang melanggarnya.

2) Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah

melakukan larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi

pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

7Wirjono Prodjodikoro,1962,Hukum Acara Pidana di Indonesia,Sumur,Bandung,hlm.13

8Moeljatno,2008, Asas-asas Hukum pidana, Cetakan Kedelapan, Edisi Revisi, Renika Cipta,

Jakarta,hlm 1

Page 24: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

12

3) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat

dilaksanakan apabila orang yang diduga telah melanggar ketentuan

tersebut.

Sudarto, ahli hukum pidana lain, mendefinisikan hukum pidana sebagai

hukum yang memuat aturan-aturan hukum yang mengikatkan kepada perbuatan-

perbuatan yang memenuhi syarat tertentu suatu akibat pidana. Sejalan dengan hal

ini, maka Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) memuat dua hal pokok,

yaitu :

1) Memuat pelukisan-pelukisan dari perbuatan-perbuatan yang

diancam pidana, yang memungkinkan pengadilan menjatuhkan

pidana. Jadi disini seolah-olah negara menyatakan kepada umum

dan juga kepada para penegak hukum, perbuatan-perbuatan apa yang

dilarang dan siapa yang dapat dipidana.

2) KUHP menetapkan dan mengumumkan reaksi apa yang akan

diterima oleh orang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang

dilarang itu. Dalam hukum pidana modern reaksi ini tidak hanya

berupa pidana akan tetapi juga apa yang disebut dengan tindakan,

yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-

perbuatan yang merugikannya.9

Pengertian yang dikemukakan oleh Sudarto lebih sempit dari pengertian

yang diuraikan oleh Moeljatno, van Bemmelen, dan Wirjono Prodjodikoro. Karena

Sudarto hanya mengartikan hukum pidana sebagai hukum pidana materiil, yakni

berkaitan dengan perbuatan-perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana.

9Sudarto,1977, Hukum dan Hukum Pidana,Alumni, Bandung,hlm 100-101

Page 25: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

13

2. Asas-asas Hukum Pidana

Berlakunya perundang-undangan hukum pidana menurut tempat sangat

penting eksistensinya untuk menjawab pertanyaan, sampai di mana berlakunya

undang-undang hukum pidana dari suatu negara dan kapan negara berhak

melakukan penuntutan terhadap suatu perbuatan seseorang yang dikategorikan

sebagai tindak pidana? Oleh karena itu, berlakunya hukum pidana yang dibatasi

oleh tempat menjadi urgen diatur untuk menghindari pertentangan yuridiksi dengan

negara lain dan menghindari lepasnya suatu tindakan pidana dari tuntutan hukum.

Karena penerapan hukum pidana atau suatu perundang-undangan pidana

berkaitan dengan waktu dan tempat perbuatan dilakukan,10

maka dalam hukum

pidana kemudian dikenal asas-asas tentang batas berlakunya hukum pidana

menurut waktu dan tempat. Berkaitan dengan berlakunya hukum pidana menurut

waktu, asas yang berlaku di dalamnya adalah asas yang terkenal dengan sebutan

asas legalitas (principle of legality)

Berlakunya perundang-undangan pidana menurut tempat secara teoritis

berkaitan erat dengan asas-asas yang secara eksplisit tercantum dalam KUHP, yaitu

asas teritorial, asas nasionalitas aktif, asas nasionalitas pasif, asas universal. Asas-

asas tersebut diatur dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 9 KUHP. Di bawah ini

akan dijelaskan masing-masing asas tersebut.

a) Asas Teritorial

Asas teritorial diatur dalam Pasal 2 KUHP yang menyatakan bahwa

aturan pidana dalam perundangan-undangan Indonesia berlaku bagi setiap

10

Andi Hamzah,1991, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hlm.27.

Page 26: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

14

orang yang melakukan perbuatan pidana di Indonesia. Titik berat asas ini

adalah pada tempat atau teritorial terjadinya tindak pidana. Jadi asas ini

menitikberatkan pada terjadinya perbuatan di dalam wilayah suatu negara,

dengan mengesampingkan siapa saja yang melakukannya. Dengan rumusan

setiap orang mengandung pengertian siapa saja, baik warga negara Indonesia

sendiri maupun warga negara asing. Dengan demikian, berdasarkan asas

teritorial ini maka setiap orang, baik orang Indonesia maupun orang asing yang

melakukan tindak pidana di dalam wilayah atau teritorial Indonesia, harus

tunduk pada aturan pidana Indonesia.11

Adapun yang dimaksud wilayah atau teritorial Indonesia adalah

mencakup; (1) seluruh kepulauan maupun daratan bekas Hindia Belanda; (2)

seluruh perairan teritorial Indonesia serta perairan menurut Zona Ekonomi

Eksklusif hasil Konvensi Laut Internasional, yaitu wilayah perairan Indonesia

ditambah 200 meter menjorok ke depan dari batas wilayah perairan semula; (3)

seluruh berlayar di luar negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 3 KUHP.12

b) Asas Nasionalitas Aktif

Asas nasionalitas aktif yang dikenal juga dengan asas

personalitasmengandung suatu pengertian bahwa peraturan perundang-undang

pidana Indonesia berlaku bagi setiap warga negara Indonesia yang melakukan

tindak pidana diluar wilayah Indonesia. Asas ini tercantum dalam Pasal 5

KUHP yang menyatakan:

11

Tongat, 2008, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan,UMM

Perss,Malang,hlm.78

12M. Abdul Kholiq,2002, Buku Pedoman Kuliah Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas

Islam Indonesia, Yogyakarta,hlm.78

Page 27: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

15

1) “Aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi

warga negara yang di luar Indonesia melakukan

Ke-1.Salah satu kejahatan tersebut dalam Bab I dan II Buku Kedua

dan Pasal-Pasal 160, 161, 240, 279, 450, dan 451;

Ke-2.Salah satu perbuatan yang oleh suatu aturan pidana dalam

perundang-undangan Indonesia dipandang sebagai kejahatan

sedangkan menurut perundang-undangan negara dimana

perbuatan dilakukan, diancam dengan pidana.

2) Penuntutan perkara sebagai dimaksud dalam ke-2 dapat dilakukan

juga jika terdakwa menjadi warga negara sesudah melakukan

perbuatan.:

Titik tolak diadakannya asas nasionalitas aktif adalah kewarganegaraan

pembuat delik. Asas yang tercantum dalam Pasal 5 KUHP di atas mengandung

sistem (pandangan), bahwa hukum pidana Indonesia mengikuti warga

negaranya ke luar Indonesia.13

Asas tersebutdiadakan dilatarbelakangi oleh

pemikiran bahwa undang-undang dari negara berdaulat senantiasa mengikuti

warga negaranya. Adanya konsep kedaulatan negara yang mengajarkan bahwa

setiap negara berdaulat juga dapat mengharapkan kepada setiap warga

negaranya untuk tunduk patuh pada undang-undang negaranya di manapun ia

berada.14

Moeljatno mengatakan bahwa ketentuan Pasal 5 KUHP mengandung

dua makna. Pertama,pemberlakuan aturan hukum pidana Indonesia terhadap

13

A. Zainal Abidin Farid,2007 , Hukum Pidana I, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,hlm. 155

14M. Abdul Kholiq, op.cit.,hlm. 85

Page 28: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

16

warga negara Indonesia yang melakukan tindak pidana di luar Indonesia

hanyalah berkaitan dengan pasal-pasal tertentu saja, yang subsransinya

melindungi kepentingan nasional. Kedua, diadakannya Pasal 5 Ke-2 KUHP

bertujuan untuk mencegah agar warga negara Indonesia di luar Indonesia tidak

melakukan tindak pidana. Jika ketentuan tersebut tidak ada, maka warga negara

Indonesia yang melakukan tindak pidana di luar Indonesia bisa menghindar dari

penuntutan pidana di negara tersebut.15

c) Asas Nasionalitas Pasif

Asas nasionalitas pasif mengandung prinsip, bahwa peraturan hukum

pidana Indonesia berlaku terhadap tindak pidana yang menyerang kepentingan

hukum negara Indonesia, baik dilakukan oleh warga negara Indonesia atau yang

tidak dilakukan di luar Indonesia. Asas ini tercantum di dalam Pasal 4 KUHP

yang berbunyi :

Aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap

orang yang di luar Indonesia melakukan:

Ke-1.salah satu kejahatan tersebut Pasal-Pasal 104, 106, 107, 108, 110,

111 bis ke-1, 127, dan 131.

Ke-2. suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang

dikeluarkan oleh negara atau bank, ataupun mengenai materai

yang dikeluarkan dan merek yang digunakan oleh Pemerintah

Indonesia.

Ke-3. pemalsuan surat hutang atau sertifikat utang atas tanggungan

Indonesia, atas tanggungan suatu daerah atau bagian daerah

Indonesia, termasuk pula pemalsuan talon, tanda dividen atau tanda

15

Moeljatno,Asas....op.cit., hlm. 50-51

Page 29: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

17

bunga, yang mengikuti surat atau sertifikat itu, dan tanda yang

dikeluarkan sebagai pengganti surat tersebut;atau menggunakan

surat-surat tersebut diatas, yang palsu atau dipalsukan, seolah-olah

tulen dan tidak palsu;

Ke-4. salah satu kejahatan tersebut Pasal-Pasal 438, 444-446 mengenai

pembajakan laut dan tersebut Pasal 447 mengenai penyerahan

kapal dalam kekuasaan bajak laut.16

Asas nasionalitas pasif disebut juga dngan asas perlindungan murni yang

bertujuan untuk melindungi kepentingan umum yang besar, dan tidak ditujukan

pada kepentingan individual.17

Asas ini diadakan dengan bertitik tolak pada

kepentingan hukum negara Indonesia, oleh negara locus delicti (negara tempat

di mana tindak pidana terjadi) seringkali tidak dianggap sebagai perbuatan yang

harus dilarang dan diancam dengan pidana, sehingga orang yang melakukan

perbuatan yang sungguh-sungguh melanggar kepentingan hukum nasional

Indonesia akan luput dari penuntutan. Justru agar setiap perbuatan orang yang

merugikan kepentingan hukum Indonesia tetap dapat diadili berdasarkan pidana

Indonesia, sekalipun perbuatan pidana itu dilakukan di luar Indonesia, maka

diadakanlah asas ini.18

16

Pasal 4 angka 4 telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1976, sehingga berbunyi

sebagai berikut: Ke-4. salah satu kejahatan yang tersebut dalam Pasal-Pasal 438, 444-446,

tentang pembajakan laut dan Pasal 447 tentang penyerahan kendaraan air kepada kekuasaan

bajak laut dan Pasal 479 huruf j tentang penguasaan pesawat udara secara melawan hukum,

Pasal 479 huruf l, m, n, dan o tentang kejahatan yang mengancam keselamatan penerbangan

sipil.

17A. Zainal Abidin Farid, Hukum....op.cit.,hlm. 157

18Tongat, Dasar....op.cit.,hlm.81

Page 30: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

18

d) Asas Universal

Persoalan pokok yang dikaji dalam asas universal adalah jenis perbuatan

(pidana) yang sedemikian rupa sifatnya sehingga setiap negara berkewajiban

untuk menerapkan hukum pidana, tanpa memandang siapa yang berbuat delik,

di mana dan terhadap kepentingan siapa pelaku delik melakukannya. Asas

tersebut merupakan pengecualian terhadap hukum pidana yang egosentris. Asas

universal diatur di dalam Pasal 4 sub 2 dan Pasal 4 sub 4 KUHP yang berbunyi :

Ke-2. suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang

dikeluarkan oleh negara atau bank, ataupun mengenai materai

yang dikeluarkan dan merek yang digunakan oleh Pemerintah

Indonesia.

Ke-4. salah satu kejahatan tersebut Pasal-Pasal 438, 444-446 mengenai

pembajakan laut dan tersebut Pasal 447 mengenai penyerahan

kapal dalam kekuasaan bajak laut.

Berdasarkan ketentuan Pasal di atas dimensi internasional dalam asas

universal akan tampak dalam dua hal. Pertama, dalam ketentuan Pasal 4 sub 2

KUHP kejahatan mengenai mata uang yang dikeluarkan oleh negara atau bank

tertentu, dalam arti tidak merujuk pada suatu negara, Indonesia misalnya.

Dengan demikian, setiap orang yang melakukan kejahatan mata uang di luar

teritorial Indonesia dapat diadili berdasarkan aturan pidana Indonesia apabila

tertangkap oleh aparat penegak hukum Indonesia. Kedua, kejahatan-kejahatan

yang diatur dalam ketentuan Pasal 4 sub 4 pada hakikatnya merupakan

kejahatan yang telah dikualifikasikan sebagai kejahatan Internasional, di mana

setiap negara, termasuk Indonesia, memiliki kewenangan untuk mengadili.

Kejahatan-kejahatan yang diatur di dalam ketentuan Pasal tersebut merupakan

Page 31: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

19

kejahatan yang melanggar kepentingan masyarakat internasional, akan tetapi

kewenangan melakukan penangkapan , penahanan, dan peradilan atas

pelakunya diserahkan sepenuhnya kepada yuridiksi kriminal negara yang

berkepentingan dalam batas-batas teritorial negara tersebut. Kejahatan yang

diatur dalam Pasal 4 sub 4 KUHP secara umum terbagi ke dalam dua jenis

kejahatan, yaitu pembajakan laut (piracy) dan pembajakan udara (aircraft

hijacking), keduanya dikategorikan sebagai kejahatan internasional. Dengan

demikian, apabila ada seseorang baikm itu warga negara Indonesia maupun

warga negara asing melakukan pembajakan laut, maka terhadap orang itu dapat

diadili berdasarkan aturan pidana Indonesia.19

e) Asas Legalitas

Asas legalitas dalam hukum pidana merupakan asas yang sangat

fundamental. Asas legalitas dalam hukum pidana begitu penting untuk

menentukan apakah suatu peraturan hukum pidana dapat diberlakukan terhadap

tindak pidana yang terjadi. Jadi, apabila terjadi suatu tindak pidana, maka akan

dilihat apakah telah ada ketentuan hukum yang mengaturnya dan apakah aturan

yang telah ada tersebut dapat diberlakukan terhadap tindak pidana yang

terjadi.20

Singkatnya, asas legalitas berkaitan dengan waktu berlakunya hukum

pidana.

Dalam hukum pidana asas legalitas mengandung pengertian bahwa,

“tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana

dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan

19

Tongat,op.cit, hlm 88-89

20A. Fuad Usfa dan Tongat, 2004, Pengantar Hukum Pidana, Cetakan Kedua, UMM Press,

Malang,hlm.9.

Page 32: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

20

dilakukan”.Ketentuan ini, sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 1 ayat 1

KUHP, adalah pengertian baku dari asas legalitas. Asas ini dalam bahasa latin

dikenal dengan nullum delictum nulla poena sine praevia lege (tiada delik, tidak

ada pidana tanpa peraturan terlebih dahulu).

Moeljatno, mengatakan bahwa asas legalitas mengandung tiga makna.

Pertama, tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau

hal itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang.

Kedua, untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan

analogi. Ketiga, aturan-aturan hukum pidana tidak berlaku surut. 21

Makna asas legalitas menurut Wirjono Prodjodikoroadalah, bahwa

sanksi pidana hanya dapat ditentukan dengan undang-undang dan ketentuan

pidana tidak boleh berlaku surut.22

Mirip dengan pendapat Wirjono adalah

pendapat Sudarto. Dia mengemukakan adanya dua hal yang terkandung dalam

asas legalitas. Pertama, suatu tindak pidana harus dirumuskan dalam peraturan

perundang-undangan. Kedua, peraturan perundang-undangan ini harus ada

sebelum terjadinya tindak pidana.

Sudarto kemudian menambahkan bahwa dari makna yang pertama

terdapat dua konsekuensi, yaitu perbuatan seseorang tidak tercantum dalam

undang-undang sebagai suatu tindak pidana tidak dapat dipidana dan adanya

larangan penggunaan analogi untuk membuat suatu perbuatan menjadi suatu

tindak pidana sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang. Sedangkan

21

Moeljatno, 2008 , Asas-asas Hukum Pidana, Cetakan Kedelapan, Edisi Revisi, Rineka Cipta,

Jakarta,hlm. 27-28

22Wirjono Prodjodikoro,2003, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Bandung,

hlm.42.

Page 33: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

21

konsekuensi dari makna yang kedua adalah tidak boleh berlaku surutnya hukum

pidana.23

Makna asas legalitas juga dikemukakan oleh Komariah

EmongSapardjaja yang mengutip pendapat Groenhuijsen, yaitu terdapat empat

makna yang terkandung dalam asas ini. Dua dari pertama ditujukan kepada

pembuat undang-undang dan dua yang lainnya merupakan pedoman hakim.

Pertama, pembuat undang-undang tidak boleh memberlakukan suatu ketentuan

pidana berlaku mundur. Kedua, semua perbuatan yang dilarang harus dimuat

dalam rumusan delik yang sejelas-jelasnya. Ketiga, hakim dilarang menyatakan

bahwa terdakwa melakukan perbuatan pidana didasarkan pada hukum tidak

tertulis atau hukum kebiasaan. Keempat, terhadap peraturan hukum pidana

dilarang menerapkan analogi.24

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam

asas legalitas terkandung tiga makna. Pertama, ketentuan pidana yang berisi

perbuatan pidana yang disertai dengan ancaman pidana harus tertulis dalam

perundang-undangan. Kedua, seseorang tidak dapat dipidana sebelum ada

ketentuan pidana terlebih dahulu. Ketiga, pembentuk undang-undang tidak

boleh memberlakukan surut suatu ketentuan pidana.

23

Sudarto, 1990 , Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,

Semarang, hlm.22-24.

24Komariah Emong Supardjaja, 2002 , Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiil dalam Hukum

Pidana Indonesia (Studi Kasus tentang Penerapan dan Perkembangannya dalam

Yurisprudensi), Alumni, Bandung, hlm.5-6

Page 34: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

22

B. Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar dalam hukum pidana.

Tindak pidana adalah suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah

“perbuatan jahat: atau “kejahatan” yang bisa diartikan secara yuridis (hukum)

atau secara kriminologis.

Pembentuk Undang-Undang telah menggunakan istilah “strafbaar feit”

untuk menyebut apa yang disebut sebagai “tindak pidana” di dalam KUHAP

tanpa memberikan suatu penjelasan tentang apa yang disebut sebagai “strafbaar

feit” tersebut. Oleh karena itu timbulah beberapa doktrin mengenai pendapat

tentang strafbaar feit tersebut. Mengenai pengertian tindak pidana tidak ada

kesatuan pendapat para sarjana, berikut ini adalah pendapat para sarjana

mengenai penjelasan dari istilah “strafbaar feit” tersebut.25

Tindak pidana menurut Simons,26

unsur-unsur tindak pidana adalah:

1. Adanya perbuatan manusia;

2. Diancam dengan pidana;

3. Melawan hukum;

4. Dilakukan dengan kesalahan,

5. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab

Sedangkan menurut E. Merger,27

tindak pidana adalah keseluruhan syarat

untuk adanya pidana, maka dengan demikian unsur-unsur tindak pidana adalah:

1. Perbuatan dalam arti yang luas dari manusia (aktif atau

membiarkan);

2. Sifat melawan hukum (baik bersifat objektif maupun subjektif);

3. Dapat dipertanggung jawabkan kepada seseorang;

4. Diancam dengan pidana.

25

P.A.F Lamintang, 1997, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,

hal. 9-10. 26

Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto: Fakultas Hukum UNDIP, Semarang, hal.5. 27

Ibid, hal. 41.

Page 35: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

23

Simons dan Merger menyebutkan adanya dua unsur dalam tindak

pidana tersebut, yaitu unsur objektif dan subjektif. Unsur objektif

adalah perbuatan orang dan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan

orang tersebut, sedangkan unsur subjektif adalah kemampuan

bertanggung jawab dari orang tersebut. Dan adanya unsur kesalahan

(dolus dan culpa) dari perbuatan orang tersebut.28

Menurut Van Hamel29

tindak pidana sebagai perbuatan manusia yang

diuraikan oleh Undang-Undang, melawan hukum, bernilai pidana, dan dapat

dicela karena kesalahan.

Menurut pendapat Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya “Asas-asas

Hukum Pidana Indonesia” menyebutkan: “Hukum merupakan rangkaian

peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota

masyarakat, sedangkan satu-satunya tujuan dari hukum ialah mengadakan

keselamatan, kebahagiaan dan tata tertib dalam masyarakat”.30

Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan sedemikian

rupa, sehingga memberikan arti bahwa inti larangan yang dirumuskan itu adalah

melakukan perbuatan tertentu. Perumusan tindak pidana formil tidak

memperhatikan atau tidak memerlukan timbulnya suatu akibat tertentu dari

perbuatan sebagai syarat penyelesaian tindak pidana, melainkan semata-mata

pada perbuatannya. Misalnya pada pencurian untuk selesainya pencurian

digantungkan pada selesainya perbuatan mengambil.

Sebaliknya dalam rumusan tindak pidana materiil, inti larangan adalah

pada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang menimbulkan

akibat yang dilarang itulah yang dipertanggungjawabkan dan dipidana. Tentang

28

Ibid, hal..41-42. 29

Zainal Abidin Farid, 2007, Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 224. 30

Wirjono Prodjodikoro,2002,Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Rafika Aditama, Bandung,

halaman 14

Page 36: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

24

bagaimana wujud perbuatan yang menimbulkan akibat terlarang itu tidak penting.

Misalnya pada pembunuhan inti larangan adalah pada menimbulkan kematian

orang, dan bukan pada wujud menembak, membacok, atau memukul untuk

selesainya tindak pidana digantungkan pada timbulnya akibat dan bukan pada

selesainya wujud perbuatan.

Begitu juga untuk selesainya tindak pidana materiil tidak bergantung

pada sejauh mana wujud perbuatan yang dilakukan, tetapi sepenuhnya

digantungkan pada syarat timbulnya akibat terlarang tersebut. misalnya wujud

membacok telah selesai dilakukan dalam hal pembunuhan, tetapi pembunuhan itu

belum terjadi jika dari perbuatan itu belum atau tidak menimbulkan akibat

hilangnya nyawa korban, yang terjadi hanyalah percobaan pembunuhan.

2. Istilah Tindak Pidana

Pembentuk undang-undang kita telah menggunakan istilah “tindak pidana”

sebagai pengganti dari perkataan “strafbaar feit” tanpa memberikan sesuatu

penjelasan mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan perkataan “strafbaar

feit” tersebut.

Istilah tindak pidana sebagai terjemahan dari “strafbaar feit” merupakan

perbuatan yang dilarang oleh undang-undang yang diancam dengan pidana.

Menurut Mezger yang dikutip oleh Sudarto mengatakan hukum pidana dapat

di definisikan sebagai aturan hukum,yang mengikatkan kepada suatu perbuatan yang

memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana.31

Dengan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu itu dimaksudkan

perbuatan yang dilakukan oleh orang, yang memungkinkan adanya pemberian

31

Sudarto,1990,Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Dan Delik-Delik

Khusus,Bogor:Politea.Hlm.5.

Page 37: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

25

pidana. Perbuatan semacam itu dapat disebut perbuatan yang dapat dipidana atau

disingkat perbuatan jahat (Verbrechen atau Crime). Oleh karana dalam perbuatan

jahat ini harus ada orang yang melakukannya, maka persoalan tentang perbuatan

tertentu itu diperinci menjadi dua, ialah perbuatan yang dilarang dan orang yang

melanggar larangan itu.

Istilah tindak pidana dalam bahasa Belanda, dipakai dua istilah, yaitu kadang-

kadang dipakai istilah “strafbaar feit” kadang-kadang dipakai istilah “delict”. Dalam

bahasa Indonesia ada beberapa terjemahan seperti “peristiwa pidana” dan ada juga

terjemahan seperti “perbuatan yang dapat dihukum”.

Mengenai istilah istilah tindak pidana para ahli hukum memberikan

pengertian yang berbeda-beda, diantaranya :

a. Utrecht

Memakai istilah “Peristiwa Pidana” dengan alsan istilah “peristiwa”

meliputi sesuatu perbuatan (handelen) atau doen positif atau suatu kelalaian (niet

doen negatif) maupun akibatnya.32

b. Vos

Pengertian tindak pidana manusia yang oleh peraturan perundang-

undangan diberi hukuman. Menurut Vos sama dengan peristiwa pidana, yaitu

adalah suatu kelakuan. Dalam definisi Vos dapat dilihat anasir-anasir sebagai

berikut:

1) Suatu kelakuan manusia.

2) Akibat anasir ini ialah hal peristiwa dan pembuat tidak dapat

dipaskan yang satu dari yang lain.

32

Utrecht, 1986, Hukum pidana 1, Surabaya, Pustaka Tinta Mas.Hlm.252.

Page 38: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

26

3) Suatu kelakuan manusia yang oleh peraturan perundang-

undangan (Pasal 1 ayat 1 KUHP) dilarang umum dan diancam

dengan hukuman. Kelakuan yang bersangkutan harus dilarang

dan diancam dengan hukuman, jadi tidak semua kelakuan

manusia yang melanggar ketertiban hukum adalah suatu

peristiwa pidana.33

c. Moeljatno

Menggunakan istilah “Perbuatan Pidana” dengan pertimbangan bahwa

perbuatan itulah keadaan yang dimuat oleh seseorang atau barang sesuatu yang

dilakukan dan perbuatan itu menunjuk baik kepada akibatnya maupun yang

menimbulkan akibat.34

Moeljatno bahwa “dihukum berarti “diterapi hukum” baik hukum pidana

maupun hukum perdata. Hukuman adalah hasil atau akibat dari penerapan hukum

tadi yang maknanya lebih luas dari pada pidana, sebab mencakup juga keputusan

hakim dalam lapangan hukum perdata.35

d. Sudarto

Menggunakan istilah “Tindak Pidana” dengan pertimbangan bahwa

istilah ini sudah dapat diterima oleh masyarakat.36

e. Prodjodikoro

Mempergunakan istilah tindak pidana atau dalam bahasa Belanda

strafbaar feit.

33

Ibid.Hlm.252. 34

Moeljatno,1983, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana. Yogyakarta:

Bina Aksara.Hlm.37 35

Muladi dan Barda Nawawi Arief,1992. Teori-teori Dan Kebijakan

Pidana,Bandung:Alumni.Hlm.1 36

Sudarto,1990.Hukum Pidana I. Bahan Penyediaan Bahan-Bahan Kuliah.Hlm.35

Page 39: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

27

Istilah tindak pidana yang berbeda dapat dijumpai dalam Undang-

Undang di Indonesia antara lain :

1. “Peristiwa Pidana” dipakai dalam Undang-Undang Dasar Sementara

1950.

2. “Perbuatan Pidana” dipakai dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1951.

3. “Perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum” dipakai Undang-Undang

Darurat No. 2 Tahun 1951.

4. “Hal yang diancam dengan hukum dan perbuatan-perbuatan yang dapat

dikenakan hukuman” dipakai Undang-Undang Darurat No. 16 Tahun

1951.

5. Undang-Undang Darurat No 7 Tahun 1953 tentang pemilihan umum

pada pasal 129 memakai “tindak pidana”.

6. “Tindak Pidana” Undang-Undang Darurat No.7 tahun 1955 tentang

penyusutan, penuntutan dan peradilan Tindak Pidana Ekonomi.

3. Syarat-syarat Dapat Dipidana

Untuk dapat menghukum seseorang sekaligus memenuhi tuntutan

keadilan dan kemanusiaan, harus ada suatu perbuatan yang bertentangan dengan

hukum dan yang dapat dipersalahkan kepada pelakunya. Tambahan pada syarat-

syarat ini adalah bahwa pelaku yang bersangkutan harus merupakan seseorang

yang dapat dimintai pertanggungjawaban (toerekeningsvatbaar) atau schuldfahig.

Dengan cara di atas kita dapat merangkum pengertian tindak pidana dan

pengertian ini dalam dirinya sendiri sudah memadai. Meskipun demikian, dengan

tujuan merumuskan tindak pidana sebagaimana dimengerti dalam sistem hukum

pidana

Page 40: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

28

4. Teori dan Tujuan Pemidanaan

Teori pemidanaan yang dijelaskan disini adalah teori pemidaan yang

lazim dikenal dalam sistem hukum Eropa Kontinental, yaitu teori absolut, teori

relatif, dan teori gabungan. Pembagian teori pemidanaan yang demikian berebeda

dengan teori pemidanaan yang dikenal di dalam sistem hukum Anglo Saxon, yaitu

teori retribusi, teori inkapasitasi, teori penangkalan, dan teori rehabilitasi.37

a). Teori Absolut

Teori ini bertujuan untuk memuaskan pihak yang dendam baik

masyarakat sendiri maupun pihak yang dirugikan atau menjadi korban. Menurut

Andi Hamzah, teori ini bersifat primitif, tetapi kadang-kadang masih terasa

pengaruhnya pada zaman modern.38

Pendekatan teori absolut meletakkan

gagasannya tentang hak untuk menjatuhkan pidana yang keras, dengan alasan

karena seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya, sudah seharusnya dia

menerima hukuman yang dijatuhkan kepadanya.39

Dari sini sudah terlihat

bahwa dasar utama pendekatan absolut adalah balas dendam terhadap pelaku,

atau dengan kata lain, dasar pembenaran dari pidana terletak pada adanya atau

terjadinya kejahatan itu sendiri.40

37

Mengenai teori pemidanaan di dalam sistem hukum Anglo Saxon, baca selengkapnya Salman

Luthan,2007, Kebijakan Penal Mengenai Kriminalisasi di Bidang Keuangan, Diserrtasi,

Program Doktor Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.

38 Andi Hamzah,1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Jakarta, hlm 29

39Herbert L. Packer,1968, The Limit of Criminal Sanction, Stanford University Press,

California,hlm. 37

40 Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992,Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,

hlm. 11

Page 41: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

29

Menurut Johannes Andenaes tujuan (primair) dari pidana menurut teori

absolut adalah “untuk memuaskan tuntutan keadilan” (to satisfy the claims of

justice), sedangkan pengaruh-pengaruhnya yang menguntungkan adalah

sekunder.41

Tuntutan keadilan yang sifatnya absolut ini terlihat dengan jelas

dalam pendapat Immanuel Kant di dalam bukunya “Philosophy of Law” sebagai

berikut :42

“....Pidana tidak pernah melaksanakan semata-mata sebagai sarana untuk

mempromosikan tujuan/kebaikan lain, baik bagi pelaku sendiri maupun

bagi masyarakat, tetapi dalam semua hal harus dikenakan hanya karena

orang yang bersangkutan telah melakukan suatu kejahatan. Bahkan

walaupun seluruh anggota masyarakat sepakat untuk menghancurkan

dirinya sendiri pembunuh terakhir yang masih berada dalam penjara

harus dipidana mati sebagai resolusi/keputusan pembubaran masyarakat

itu dilaksanakan. Hal ini harus dilakukan karena setiap orang seharusnya

menerima ganjaran dari perbuatannya, dan perasaan balas dendam tidak

boleh tetap ada pada anggota masyarakat, karena apabila tidak demikian

mereka semua dapat dipandang sebagai orang yang ikut ambil bagian

dalam pembunuhan itu yang merupakan pelanggaran terhadap keadilan

umum”.

Neger Walker memberikan tiga pengertian mengenai pembalasan

(retribution), yaitu:43

a. Retaliatory retribution, yaitu dengan sengaja membebankan

suatu penderitaan yang pantas diderita seorang penjahat dan yang

mampu menyadari bahwa beban penderitaan itu akibat kejahatan

yang dilakukannya;

41

Muhammad Taufik Makarao,2005, Pembaharuan Hukum Pidana: Studi tentang Bentuk-Bentuk

Pidana Khususnya Pidana Cambuk sebagai Suatu Bentuk Pemidanaan, Kreasi Wacana,

Yogyakarta,hlm.39

42Ibid, hlm. 39-40

43 J.E Sahetapy,1982, Suatu Studi Khusus Mengenai Ancaman Pidana Mati terhadap

Pembunuhan Berencana, Rajawali Press, Jakarta,hlm.199

Page 42: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

30

b. Distributive retribution, yaitu pembatasan terhadap bentuk-

bentuk pidana yang dibebankan dengan sengaja terhadap mereka

yang telah melakukan kejahatan;

c. Quantitative retribution, yaitu pembatasan terhadap bentuk-

bentuk pidana yang mempunyai tujuan lain dari pembalasan

sehingga bentuk-bentuk pidana itu tidak melampaui suatu

tingkat kekejaman yang dianggap pantas untuk kejahatan yang

dilakukan.

Sementara itu, Karl O. Christiansen mengidentifikasikan lina ciri pokok

dari teori absolut, yakni:44

a. Tujuan pidana hanyalah sebagai pembalasan;

b. Pembalasan adalah tujuan utama dan di dalamnya tidak mengandung

sarana untuk tujuan lain seperti kesejahteraan masyarakat;

c. Kesalahan moral sebagai satu-satunya syarat pemidanaan;

d. Pidana harus disesuaikan dengan kesalahan si pelaku;

e. Pidana melihat ke belakang, ia sebagai pencelaan yang murni dan

bertujuan tidak untuk memperbaiki, mendidik dan meresosialisasikan si

pelaku.

b). Teori Relatif

Secara prinsip teori ini mengajarkan bahwa penjatuhan pidana dan

pelaksanaannya setidaknya harus berorientasi pada upaya mencegah terpidana

(special prevention)dari kemungkinan mengulangi kejahatan lagi di masa

mendatang, serta mencegah masyarakat luas pada umumnya (general

prevention)dari kemungkinan melakukan kejahatan baik seperti kejahatan yang

telah dilakukan terpidana maupun lainnya. Semua orientasi pemidanaan tersebut

44

M. Sholehuddin,2003, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track system dan

Implementasinya, Grafindo Persada, Jakarta, hlm.35.

Page 43: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

31

adalah dalam rangka menciptakan dan mempertahankan tata tertib hukum

dalam kehidupan masyarakat.45

Teori ini memang sangat menekankan pada kemampuan pemidanaan

sebagai suatu upaya mencegah terjadinya kejahatan (prevention of crime)

khususnya bagi terpidana. Oleh karena itu, implikasinya dalam praktik

pelaksanaan pidana sering kali bersifat out of control sehingga sering terjadi

kasus-kasus penyiksaan terpidana secara berlebihan oleh aparat dalam rangka

menjadikan terpidana jera untuk selanjutnya tidak melakukan kejahatan lagi.46

Secara umum ciri-ciri pokok atau karakteristik teori relatif sebagai

berikut:47

a. Tujuan pidana adalah pencegahan (prevention);

b. Pencegahan bukan tujuan akhir tetapi hanya sebagai sarana

untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu kesejahteraan

masyarakat;

c. Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum yang dapat

dipersalahkan kepada si pelaku saja (misal karena sengaja atau

culpa) yang memenuhi syarat untuk adanya pidana;

d. Pidana harus ditetapkan berdasar tujuannya sebagai alat untuk

pencegahan kejahatan;

e. Pidana melihat ke depan (bersifat prospektif); pidana dapat

mengandung unsur pencelaan, tetapi baik unsur pencelaan

maupun unsur pembalasan tidak dapat diterima apabila tidak

membantu pencegahan kejahatan untuk kepentingan

kesejahteraan masyarakat.

45

E. Utrecht,1986, Hukum Pidana I, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, hlm. 185

46M. Abdul Kholiq, AF, Reformasi Sistem Pemasyarakatan dalam Rangka Optimalisasi

Pencapaian Tujuan Pemidanaan, Jurnal Hukum, Vol.6 No. 11, tahun 1999, hlm.60.

47Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori dan Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni, Bandung,

1992, hlm.17.

Page 44: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

32

c). Teori Gabungan

Secara teoritis, teori gabungan berusaha untuk menggabungkan

pemikiran yang terdapat di dalam teori absolut dan teori relatif. Di samping

mengakui bahwa penjatuhan sanksi pidana diadakan untuk membalas perbuatan

pelaku, juga dimaksudkan agar pelaku dapat diperbaiki sehingga bisa kembali

ke masyarakat. Munculnya teori gabungan pada dasarnya merupakan respon

terhadap kritik yang dilancarkan baik terhadap teori absolut maupun teori

relatif. Penjatuhan suatu pidana kepada seseorang tidak hanya berorientasi pada

upaya untuk membalas tindakan orang itu, tetapi juga agar ada upaya untuk

mendidik atau memperbaiki orang itu sehingga tidak melakukan kejahatan lagi

yang merugikan dan meresahkan masyarakat.

Selain teori pemidanaan, hal yang tidak kalah penting adalah tujuan

pemidanaan. Di Indonesia sendiri hukum pidana positif belum pernah

merumuskan tujuan pemidanaan. Selama ini wacana tentang tujuan pemidanaan

tersebut masih dalam tataran yang bersifat teoritis. Namun sebagai bahan kajian,

konsep KUHP telah menetapkan tujuan pemidanaan pada Pasal 54, yaitu:48

1. Pemidanaan bertujuan

a. mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan

norma hukum demi pengayoman masyarakat;

48

Konsep KUHP Edisi 2005. Adapun kajian yang secara kritis menganalisis tentang tujuan

pemidanaan dalm Rancangan KUHP Nasional di atas , lihat Mudzakkir, “Kajian terhadap

Ketentuan Pemidanaan dalam Draft RUU KUHP”. Makalah disampaikan pada Sosialisasi

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang diselenggarakan oleh Direktorat

Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Kehakiman dan HAM RI, Jakarta, 29 Juli

2004, hlm.6-11.

Page 45: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

33

b. memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pemidanaan

sehingga menjadi orang yang baik dan berguna;

c. menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,

memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam

masyarakat ; dan

d. membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

2. Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan

martabat manusia.

Berdasarkan tujuan pemidanaan di atas perumus Konsep KUHP tidak

sekadar mendalami bahan pustaka Barat dan melakukan transfer konsep-konsep

pemidanaan dari negeri seberang (Barat), tetapi memperhatikan pula kekayaan

domestik yang dikandung dalam hukum adat dari berbagai daerah dengan

agama yang beraneka ragam. Hal ini menurut Harkristuti Harkrisnowo

tergambar misalnya dari tujuan pemidanaan butir c, yakni “menyelesaikan

konflik dan memulihkan keseimbangan”, yang hampir tidak ditemukan dalam

westren literature.49

3. Eksploitasi Seksual Anak

a. Pengertian Anak

Pengertian anak menurut peraturan perundang-undangan dapat dilihat

sebagai berikut :

Anak Menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

49

Harkristuti Harkrisnowo,8 Maret 2008, Rekonstruksi Konsep Pemidanaan: Suattu Gugatan

terhadap Proses Legislasi dan Pemidanaan di Indonesia, disampaikan pada Upacara

Pengukuhan Guru Besar tetap dalam Ilmu Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas

Indonesia, hlm.17.

Page 46: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

34

Pengertian anak berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan

belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Pada prakteknya terdapat kesulitan untuk menentukan usia anak karena tidak

semua orang mempunyai akta kelahiran atau surat lahir. Akibatnya adakalanya

untuk menentukan usia ini dipergunakan raport, surat baptis ataupun surat

keterangan dari kepala desa atau lurah saja. Karenanya kadang kala terdapat

kejanggalan, ada anak berbadan besar lengkap dengan kumis dan jenggotnya, tetapi

menurut keterangan usia anak itu masih muda. Malah kadangkala ada orang yang

terlibat kasus pidana dan membuat keterangan bahwa dia masih anak-anak,

sementara usianya sudah dewasa dan sudah kawin.

Anak tidak hanya menjadi korban tindak pidana tetapi juga dapat menjadi

pelaku tindak pidana. Perilaku anak/ remaja yang cenderung kriminal umumnya

disebabkan oleh renggangnya interaksi atau kurangnya perhatian orang tua. Di sisi

lain anak berinteraksi sangat erat dengan teman-temannya. Interaksi intensif di

lingkungan yang kurang mendukung tumbuh kembangnya pola pikir sehat

menyebabkan dia cenderung bertindak menyimpang, termasuk dari norma hukum.

Di Indonesia, regulasi perlindungan tentang hak anak cukup memadai, misalnya

ada yang menyangkutkan dengan kesejahteraan anak, keppres tentang penetapan

berlakunya konvensi hak-hak anak, undang-undang yang terkait dengan pengadilan

anak dan perlindungan anak. Penanganan kasus pidana dengan pelaku anak pun

dilakukan secara khusus, antara lain umur anak yang boleh disidang adalah 8-18

tahun, dan masalahnya dibatasi menyangkut anak nakal. Penanganannya pun

dilakukan oleh pejabat khusus; dari tingkat penyidikan, penuntutan, hingga

pengadilan. Pemeriksaan juga dilakukan dalam suasana kekeluargaan dan di ruang

Page 47: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

35

tertutup, diperiksa oleh hakim tunggal, serta vonis yang dijatuhkan lebih ringan dan

maksimal hukuman 10 tahun.50

Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan batas minimal usia anak yang bisa

dimintai pertanggungjawaban hukum adalah 12 tahun. Sebelumnya, usia anak yang

dapat diberikan tanggungjawab secara pidana sesuai dengan UU No 3 Tahun 1997

Tentang Pengadilan Anak yakni usia 8 tahun. Mahkamah menilai perlu

menetapkan batas umur bagi anak untuk melindungi hak konstitusional anak,

terutama hak terhadap perlindungan dan hak untuk tumbuh kembang. Bahwa

penetapan usia maksimal 12 tahun sebagai ambang batas usia pertanggungjawaban

hukum bagi anak telah diterima dalam praktik sebagian Negara.

b. Pengertian Eksploitasi

Pengertian eksploitasi menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21

tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah

sebagai berikut:

“Eksploitasi yaitu tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang

meliputi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa,

perbudakan atau praktik serupa perbudakan penindasan, pemerasan,

pemanfatatan fisik,seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum

atau transplantasi organ dan atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga

atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan

baik materil maupun immateriil.”

Salah satu tindakan eksploitasi ialah eksploitasi seksual anak yang

didefinisikan sebagai kegiatan yang melibatkan anak laki-laki maupun perempuan,

demi uang, keuntungan atau pertimbangan lain atau karena paksaan atau pengaruh

50

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/10/20/174353/hukuman-anak-

bermasalah, diakses tanggal 23 April 2012.

Page 48: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

36

orang dewasa, sendikat atau kelompok, terkait dengan hubungan seksual atau

perilaku yang menimbulkan birahi.” Ada 3 kegiatan yang termasuk dalam kategori

eksploitasi seksual adalah : Prostitusi anak, Perdagangan anak dan Pornografi

anak.51

Sangat sedikit anak perempuan yang telah terjerumus dalam dunia

pelacuran bisa keluar dengan mudah dari pekerja yang mereka lakukan. Hal ini

dikarenakan karena stigma masyarakat asal daerah kebanyakan mempengaruhi

anak perempuan melakukan seperti itu. Yang menjerumuskan mereka menjadi

pekerja seks komersiil adalah orang dekat korban sendiri. Pada umumnya mereka

diperanti oleh orang-orang dekat dengan korban, atau bahkan kenal baik dengan

korban.bentuk-bentuk elsploitasi seksual yang dialami pelacur anak itu bisa dari

berbagai pihak diantaranya pihak germo, makelar, atau pelanggan.52

c. Unsur-Unsur Pengeksploitasian Seksual Anak

Pasal 88 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Pelindungan Anak

telah menjelaskan secara tegas mengenai pengeksploitasian seksual anak. Pasal

dengan pemberatan pidana dimana perbuatan pengeksploitasian seksual dilakukan

dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan korban dari

tindak pidana tersebut masih dibawar umur yang seharusnya dilindungi serta

djauhkan dari kegiatan bertentangan dengan harkat seorang anak, meskipun ada

anak secara diam-diam masuk dalam kegiatan prostitusi. Unsur-unsur Pasal 88

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu:

51

Nining S. Mutamar, 2007, Makalah Eksploitasi Seksual Komersiil Anak dalam Pengalaman

Pen dampingan di Surakarta, http:/www.eska.or.id/, eksploitasi seksual komersiil anak.html,

diakses tanggal 04 Maret 2012. 52

http:// www.wordpress.com/2011/penyidikan -tindak-pidana-eksploitasi-seksual-anak-

dilokalisasi-pelacuran-dollly-surabaya, diakses pada tanggal 04 Maret 2012

Page 49: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

37

a) Setiap orang;

Orang merupakan unsur subyektif yakni pelaku melakukan

perbuatan tindak pidana yang mampu dipertanggungjawabkan secara

hukum atas perbuatan pidana yang ia lakukan tersebut.

b) Yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak;

Yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak yaitu

memperkerjakan atau memperdagangkan anak dalam bidang seksual

untuk mendapatkan keuntungan.

c) Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Seorang yang mengeksploitasi seksual anak mempunyai maksud

dan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan

melakukan tindak pidana eksploitasi terhadap seksual anak yang mana

seorang anak harus mendapat perlindungan dan di jauhkan dari kegiatan

prostitusi yang bertentangan dengan harkatnya.

Page 50: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

38

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

yuridis normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi legis positivis .

Konsep ini memandang hukum itu identik dengan norma-norma tertulis yang

dibuat dan diundangkan oleh pejabat atau lembaga yang berwenang. Selain itu

konsepsi tersebut melihat hukum dari suatu sistem normatif yang bersifat otonom,

terlepas dari kehidupan masyarakat.53

Dalam hal ini juga dilakukan wawancara terhadap hakim dalam mengungkap

pertimbangan yang digunakan oleh hakim pada proses peradilan perkara

eksploitasi seksual anak

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu

penelitian yang didasarkan atas satu atau dua variabel yang saling berhubungan

yang didasarkan pada teori atau konsep yang bersifat umum yang diaplikasikan

untuk menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi

ataupun hubungan seperangkat data dengan seperangkat data lainnya54

spesifikasi

penelitian secara deskriptif dimaksudkan untik memperoleh gambaran suatu

realitas yang terjadi di lapangan yaitu tentang pada kesesuaian pertimbangan

hukum hakim terhadaptindak pidana eksploitasi seksual anak dalam perkara

nomor: 42/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.

53

Ronny Hanitijo, 1983, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.11 54

Bambang Sunggono,2010, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, hlm. 38

Page 51: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

39

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kantor Pengadilan NegeriPurwokerto.

4. Jenis dan Sumber BahanHukum

a. Data primer

Data Primer adalah data hasil cara wawancara oleh Hakim

Pengadilan Negeri Purwokerto yang menangani obyek perkara yang

diteliti.

b. Data sekunder

Data Sekunder adalah data hasil dari mempelajari peraturan

perundang-undangan, Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor

42/Pid.Sus/2011/PN.Pwt buku-buku literatur, dan dokumen-dokumen

lain yang berkaitan dengan permasalahan untuk selanjutnya dipelajari

sebagai pedoman untuk penyusunan data.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

a. Wawancara atau interview yaitu proses tanya jawab secara lisan kepada

dengan Hakim di Wilayah Pengadilan Negeri Purwokerto.

b. Sumber data diperoleh dengan melakukan studi pustaka terhadap

peraturan perundang - undangan, buku-buku, literature, Yurisprudensi,

doktrin yang berhubungan dengan penelitian.

6. Teknik Penyajian

Data yang disajikan berbentuk uraian yang disusun secara sistematis, dan

didalam penyusunannya dibuat secara singkat dan jelas, sehingga

penyusunan data dapat dipahami dan mudah dipelajari.

7. Teknik Analisis

Page 52: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

40

Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis

normative kualitative yaitu data yang diperoleh akan dianalisis dengan

pembahasan dan penjabaran hasil-hasil penelitian dengan mendasarkan pada

norma-norma dan doktrin-doktrin yang berkaitan dengan materi yang diteliti.

Page 53: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap Putusan Perkara Pidana Pengadilan Negeri Kelas IB

Purwokerto dengan Nomor 42/Pid.Sus/2011/PN.Pwt, pada tanggal 27 Januari 2011

tentang tindak pidana pengeksploitasian seksual anak yang diatur dalam Pasal 88

Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,dan oleh karena itu

perlu dijelaskan terlebih dahulu data-data dari putusan tersebut, sebagai berikut :

a. Identitas Terdakwa

a. Nama lengkap : Daning Tianingsih alias Mami Ning

binti Kasmuri

b. Tempat Lahir : Pemalang

c. Umur/tanggal lahir : 32 Tahun/ 22Februari 1979

d. Jenis kelamin : Perempuan

e. Kebangsaan : Indonesia

f. Tempat tinggal :Desa Semaya Rt.06/01,Kec.

Randudongkal, Kab, Pemalang

g. Agama : Islam

h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

i. Pendidikan : SD

b. Duduk Perkara

Terdakwa Daning Tianingsih alias Mami Ning binti Kasmuri pada hari dan

tanggal yang sudah tidak diingat lagi di bulan Desember 2010 atau setidak-tidaknya di

tahun 2010, bertempat di Gg. Sadar II Desa KarangTengah Rt.7 Rw.2 Kecamatan

Baturaden Kabupaten Banyumas, atau setidak-tidaknya di tempat lain yang masih

termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purwokerto yang berwenang untuk

memeriksa dan mengadili perkara ini, mengesploitasi seksual anak dengan maksud

Page 54: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

42

untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yang dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

Pada bulan Desember 2010 saksi Dwi Meina Sari alias Nuke dikenalkan oleh Sdr.

Agus kepada terdakwa Daningtias alias Mami Ning di rumah kontrakan terdakwa Gg.

Sadar II Desa Karangtengah Rt.7 Rw.2 Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas,

setelah kenal terdakwa memberitahu saksi Dwi Meina Sari kalau pekerjaanya sebagai

PSK yaitu menerima tamu untuk melayani hubungan seks setiap 1,5 jam atau shoot time

dan setiap pekerja PSK yang diperkerjakan oleh terdakwa akan mendapat jasa berupa

uang sebesar Rp. 1000.000 dari hasil pendapatan yang diterima PSK tersebut dibagi

dengan terdakwa masing-masing Rp. 50.000 untuk saksi Dwi Meina Sari dan sejak

bulan Desember 2010 terdakwa memperkerjakan saksi Dwi Meina Sari yang masih

berumur 16 tahun lahir pada tanggal 23 Mei 1994 di rumah kontrakan terdakwa Gg.

Sadar II Desa Karangtengah Rt.7 Rw.2 Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas

sebagai PSK, setiap harinya saksi Dwi Meina Sari minimal melayani 3 orang tamu

maksimal 8 orang, dimana tamu ada yang datang sendiri ke rumah kontrakan terdakwa,

ada pula yang melalui penghubung dengan memberitahukan kepada terdakwa kalau ada

tamu yang ingin membawa saksi Dwi Meina Sari ke hotel daerah Baturaden untuk

melakukan hubungan seks atau sekedar menemani karoke untuk 1,5 jam atau shoot time

membayar Rp. 1000.000 dan setelah selesai menemani tamu dan mendapatkan uang

dari tamu, saksi Dwi Meina Sari memberikan Rp. 50.000 kepada terdakwa. Jika tamu

melalui penghubung maka terdakwa memberikan jasa kepada penghubung sebesar

Rp.10.000 setiap 1,5 jam atau shoot time dan selama terdakwa memperkerjakan saksi

Dwi Meina Sari sebagai PSK, terdakwa mendapatkan untung sekitar Rp. 2.000.000.

c. Dakwaan

Terdakwa Daning Tias alias Mamih Ning didakwa oleh Penunutut umum dengan

dakwaan yang disusun secara Alternatif yaitu:

KESATU: Melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang;atau

Page 55: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

43

KEDUA : Melanggar Pasal 88 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak;atau

KETIGA : Melanggar Pasal 296 KUHP.

d. Pembuktian

Penuntut Umum untuk membuktikan dakwaannya telah mengajukan alat bukti

berupa

1. Alat bukti saksi yaitu :

a. Saksi Dwi Meina Sari

b. Saksi Tafsir

c. Saksi Sukirno Sukirwan

d. Saksi Suranto Puji Asmoro

Menimbang, bahwa Terdakwa melalui Penasehat Hukumnya mengajukan

2 (dua) orang saksi yang meringankan (a de charge) bagi dirinya yang

telah disumpah sebagai berikut:

a. Saksi Titi Widya Astuti

b. Saksi Siswono

2. Alat Bukti Surat

- 1 satu buah absen anak

- 1 satu lembar Surat Akte Kelahiran An. Dwi Meina Sari

- 1 satu lembar Kartu Keluarga No. KK : 33.0709.210108.4393,

Nama Kepala Keluarga: Sukarman, Alamat: Sumberan Selatan Rt.

04/Rw. 003 Kel. Wonosobo, Kec. Wonosobo. Kab. Wonosobo.

3. Keterangan Terdakwa, dipersidangan telah didengar pula keterangan dari

terdakwa yang pada pokoknya sebagai berikut :

Page 56: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

44

Terdakwa mulai bekerja di Gang Sadar Baturaden sejak bulan Agustus

2010 dengan mengontrak rumah disana. Terdakwa membenarkan bahwa

saksi Dwi Meina Sari alias Nuke adalah anak buahnya yang dibawa oleh

Agus dan dikenalkan Terdakwa pada saat berada di Gang Sadar. Ketika

Agus membawa saksi Dwi Meina alias Nuke, Agus mengatakan kalu ada

cewek mau kerja, “mau tidak Mi” kemudian cewek tersebut (Nuke)

disuruh istirahat oleh Terdakwa dan bertanya kamu umurnya berapa?dan

dijawab umurnya 19 tahun, lalu Terdakwa bilang kalau kerjanya adalah

sebagai PSK dan Nuke menjawab “sudah tahu”. Terdakwa juga

menanyakan KTP untuk dikasihkan kepadanya tetapi Nuke mengatakan

KTPnya nanti. Seminggu kemudian tetap saja saksi Nuke tidak

menyerahkan KTP lalu Terdakwa menyuruh pulang untuk membuat KTP

dan semnggu berikutnya saksi Nuke datang kembali ke tempat Terdakwa

dan bilang kalau KTP nya baru dibuat lalu saksi Nuke bercerita kalau

sudah mempunyai anak dan membutuhkan uang untuk membeli susu.

Anak buah (PSK) Terdakwa yang dibawa oleh tamu harus membayar

Rp.100.000 dimana yang Rp.50.000 untuk Terdakwa dan yang Rp.50.000

untuk anak buah Terdakwa. Terdakwa menerima bersih Rp.33.000 karena

Terdakwa harus membayar uang jimpitan paguyuban Rp.7.000 dan

membayar penghubung Rp.10.000. dalam sebulan saksi Nuke bisa

mendapatkan uang sebesar Rp.2.000.000. Terdakwa merasa curiga

dengan muka Nuke yang masih anak-anak, sehingga terdakwa mengajak

Nuke untuk pulang kerumahnya di Wonosobo mengambil KTP. Agus

menelepon Terdakwa dan bilang kalau KTP nya belum jadi. Nuke dibawa

kepolisian pada tanggal 12 Januari 2011 sekitar jam 12.00 WIB. Ada

Page 57: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

45

persyaratan untuk bisa mejadi PSK di tempat Terdakwa yaitu mereka

harus berumur diatas 18 tahun. Terdakwa tadinya tidak mengetahui

bahwa Nuke sudah mempunyai anak, tetapi setelah saksi Nuke kembali

dari Wonosobo dengan menunjukkan poto anaknya di handphone. Saksi

Nuke yang sedang di booking oleh tamu harus seijin Terdakwa jika ada

ditempat tetai jika tidak ada dapat memberitahukan kepada teman

lainnya atau mencatat buku tamu. Anak buah Terdakwa yang dibawa

keluar Gang Sadar oleh tamu selalu dicatat di Pos yang ada di Gang

Sadar. Terdakwa berkeyakinan jika dilihat dari wajah saksi Nuke sudah

mempunyai anak, karena ada beberapa anak buah Terdakwa yang wajah

nya masih muda tetapi sudah mempunyai anak. Terdakwa mengarahkan

anak buahnya unuk lebih baik dimana Terdakwa kalau sedang curhat

dengan anak buah Terdakwa, Terdakwa menyuruh mereka supaya

menabung dan jika uang tabungan sudah banyak mengarahkan untuk

berhenti menjadi PSK dan membuka usaha sendiri seperti jual beli Bad

Cover. Terdakwa selalu menasehati saksi Nuke agar jangan sampai ikut-

ikutan minum-minum dan main judi karena Terdakwa merasa kasihan

dengannya.

e. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Jaksa Penuntut Umum berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa telah terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 88 Undang-Undang No. 23 tahun

2002 tentang Perlindungan Anak dalm dakwaan kedua, maka Jaksa Penuntut Umum

menuntut supaya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan

sebagai berikut :

Page 58: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

46

1. Menyatakan Terdakwa Daning Tianingsih alias Mamih Ning Binti Kasmuri

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“MENGEKSPLOITASI SEKSUAL ANAK”. Sebagaimana dalam dakwaan Kedua

melanggar Pasal 88 Undang-Undang No. 23 tentang Perlindungan Anak;

2. Menyatakan pidana terhadap Terdakwa tersebut di atas dengan pidana penjara

selama 3 tahun dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah

agar terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp. 200.000.000 Subsidair 4 bulan

kurungan;

3. 1 (satu) buah absen Menyatakan barang bukti berupa:

- 1 (satu) buah buku absen anak dirampas untuk dimusnahkan;

- 1 (satu) lembar Surat Akte Kelahiran An. Dwi Meina Sari, dikembalikan

kepada pemiliknya Dwi Meina Sari;

4. Membebankan biaya perkara Terdakwa sebesar Rp.2.500 (dua ribu lima ratus

rupiah);

f. Pertimbangan Hakim

Hakim dalam memutus perkara mendasarkan pada dakwaan yang kedua

melanggar Pasal 88 Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Adapun unsur-unsurnya sebagai berikut:

1. Setiap orang;

2. Yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak;

3. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain;

Barang bukti berupa: 1 satu buah absen anak buah di persidangan telah

terbukti milik terdakwa Daning Tianingsih alias Mami Ning Binti Kasmuri

yang digunakan untuk daftar hadir atau absen bagi anak buahnya maka

dikembalikan kepada twrdakwa Daning Tianingsih alias Mami Ning Binti

Page 59: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

47

Kamuri, sedangkan barang bukti berupa: 1 satu lembar Surat Akte Kelahiran

An. Dwi Meina Sari dan 1 satu lembar Kartu keluarga No. KK:

33.0709.210108.4393, Nama Kepala keluarga: Sukarman, alamat: Sumberan

Selatan Rt. 004/Rw. 003, Kel.Wonosobo Barat, Kec.Wonosobo, Kab.

Wonosobo di persidangan telah terbukti milik saksi Dwi Meina Sari maka

dikembalikan kepada saksi Dwi Meina Sari;

- Oleh karena terdakwa dipidana maka terdakwa dibebani pula untuk

membayar biaya perkara ini;

- Sebelum Majelis Hakim menjatuhkan pidana atas diri terdakwa, perlu

dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan:

Hal-hal yang memberatkan:

a. Perbuatan terdakwa sangat merendahkan martabat kaum wanita:

Hal-hal yang meringankan:

a.Terdakwa bersikap sopan dan berterus terang, sehingga memperlancar

jalannya persidangan;

b. Terdakwa mengaku bersalah dan menyesali atas perbuatannya;

c. Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga;

d. Terdakwa belum pernah dihukum;

- Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka penjatuhan

pidana atas diri terdakwa sebagaimana tercantum dalam amar putusan

dibawah menurut Majelis adalah yang memenuhi rasa keadilan dalam

masyarakat maupun hukum yang berlaku;

Page 60: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

48

- Mengingat Pasal 88 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak dan ketentuan-ketentuan dalam KUHAP serta Pasal-

pasal yang berhubungan dengan perkara ini:

g. Putusan

- Menyatakan terdakwa DANING TIANINGSIH aliasMAMI NINGBinti

KASMURI telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana “Mengeksploitasi Seksual Anak” ;

- Menjatuhkan pidana kepada terdakwa tersebut diatas dengan pidana penjara

selama 1 (satu) tahun dan 8 (delapan) bulan dan denda sebesar

Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) dengan ketentuan denda tersebut tidak

dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan;

- Menyatakan lamanya terdakwa ditahan dikurangkan seluruhnya dari pidana

yang dijatuhkan;

- Memerintahkan terdakwa tetap ditahan;

- Memerintahkan barang bukti berupa:

a. 1(satu) buah buku absen anak buah tetap terlampir dalam berka

perkara;

b. 1 (satu) lembar Surat Akte Kelahiran An. Dwi Meina Sari dan 1

(satu) lembar Kartu Keluarga No. KK: 33.0709.210108.4393,

Nama Kepala Keluarga: Sukarman, Alamat: Sumberan Selatan

Rt. 004/Rw.003 Kel. Wonosobo Barat , Kec. Wonosobo, Kab.

Wonosobo dikembalikan kepada DWI MEINA SARI;

- Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000

(seribu rupiah).

Page 61: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

49

B. Pembahasan

a. Data Sekunder

1. Penerapan Unsur-unsur Pasal 88 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 dalam Putusan Nomor : 42/Pid.Sus/2011/PN.PWT.

Menurut Soerjono Soekanto, fungsi hukum pidana adalah sebagai suatu

mekanisme pengendalian sosial. Mekanisme pengendalian sosial ini berupa

suatu proses yang telah direncanakan lebih dahulu dan bertujuan untuk

menganjurkan, mengajak, menyuruh, atau memaksa anggota-anggota

masyarakat agar supaya mematuhi norma-norma hukum atau tata tertib

hukum yang sedang berlaku.55

Dalam menegakan hukum ada 3 (tiga) unsur yang harus diperhatikan

yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Kepastian hukum

merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang

yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang

diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya

kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan

lebih tertib.

Sebaliknya masyarakat mengharapkan manfaat dalam melaksanakan atau

penegakan hukum, karena hukum adalah untuk manusia dan penegakan

hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, jangan

sampai justru karena hukum ditegakan atau dilaksanakan timbul keresahan

di dalam masyarakat. Sedangkan unsur keadilan, masyarakat sangat

berkepentingan dalam pelaksaan atau penegakan hukum harus adil karena

hukum itu bersifat umum mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan.

55

Soemitro,1994, Hlm.4

Page 62: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

50

Dari uraian di atas dapat diketahui pengertian dan konsep penegakan

hukum adalah mengajak, menyuruh atau memaksa anggota masyarakat untuk

mematuhi norma-norma hukum atau tata tertib hukum yang sedang berlaku.

Korban tindak pidana tidak hanya menimpa oleh orang dewasa tetapi

juga anak yang masih di bawah umur dapat menjadi korban. Korban adalah

mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan

orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain

yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang

menderita.56

Dalam kasus eksploitasi, asusila ataupun perdagangan sering

terjadi korbannya adalah anak.

Setiap anak memerlukan pembinaan dan perlindungan dalamrangka

menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dasosialnya.

Perlindungan anak itu sendiri adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan

serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hal ini sesuai

dengan Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.

Pengertian eksploitasi menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor

21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

adalah sebagai berikut:

“Eksploitasi yaitu tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang

meliputi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa,

perbudakan atau praktik serupa perbudakan penindasan, pemerasan,

pemanfatatan fisik,seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum

atau transplantasi organ dan atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga

56

Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom,2008, Urgensi Perlindungan KorbanKejahatan

Antara Norma dan Realita, PT .Raja Grafindo Persada,Jakarta, hal.27.

Page 63: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

51

atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan

baik materil maupun immateriil.”

Salah satu tindakan eksploitasi ialah eksploitasi seksual anak yang

didefinisikan sebagai kegiatan yang melibatkan anak laki-laki maupun

perempuan, demi uang, keuntungan atau pertimbangan lain atau karena

paksaan atau pengaruh orang dewasa, sendikat atau kelompok, terkait dengan

hubungan seksual atau perilaku yang menimbulkan birahi.” Ada 3 kegiatan

yang termasuk dalam kategori eksploitasi seksual adalah : Prostitusi anak,

Perdagangan anak dan Pornografi anak.57

Sangat sedikit anak perempuan yang telah terjerumus dalam dunia

pelacuran bisa keluar dengan mudah dari pekerja yang mereka lakukan. Hal

ini dikarenakan karena stigma masyarakat asal daerah kebanyakan

mempengaruhi anak perempuan melakukan seperti itu. Yang menjerumuskan

mereka menjadi pekerja seks komersiil adalah orang dekat korban sendiri.

Pada umumnya mereka diperanti oleh orang-orang dekat dengan korban, atau

bahkan kenal baik dengan korban.bentuk-bentuk elsploitasi seksual yang

dialami pelacur anak itu bisa dari berbagai pihak diantaranya pihak germo,

makelar, atau pelanggan.58

Untuk menjawab permasalahan yang pertama maka penulis akan meneliti

unsur-unsur Pasal 88 Undang-Undang nomor 23 Tahun 2002 terhadap fakta-

fakta yang ada dalam putusan Pengadilan Negari Purwokerto Nomor :

42/Pid.Sus/2011/PN.PWT.

57

Nining S. Mutamar, 2007, Makalah Eksploitasi Seksual Komersiil Anak dalam

PengalamanPendampingan di Surakarta, http:/www.eska.or.id/, eksploitasi seksual komersiil

anak.html, diakses tanggal 04 Maret 2012. 58

http:// www.wordpress.com/2011/penyidikan -tindak-pidana-eksploitasi-seksual-anak-

dilokalisasi-pelacuran-dollly-surabaya, diakses pada tanggal 04 Maret 2012

Page 64: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

52

Tindak pidana Eksploitasi Seksual Anak yang dirumuskan dalam Pasal

88 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

yaitu:

Menurut Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak :

Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain

mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat

perlindungan dari perlakuan:

a. diskriminasi;

b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

c. penelarantaran;

d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e. ketidakadilan;dan

f. perlakuan salah lainnya.

Menurut Pasal 88 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak :

Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan

maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh tahun) dan/atau denda

paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) .

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu mengenai tindak pidana

eksploitasi seksual anak, yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :

a. Unsur Setiap Orang

Mengenai unsur setiap orang atau barang siapa, dari hasil penelitian

dapat diiketahui bahwa unsur barang siapa disini adalah barang siapa

menurut undang-undang hukum pidana yang menunjuk pada subjek dari

tindak pidana, yang berarti siapa saja, baik laki-laki ataupun perempuan tanpa

kecuali, sehat jasmani dan rohani dapat bertindak sebagai pelaku tindak

pidana. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarto, yang menyatakan sebagai

berikut :

Page 65: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

53

Pada dasarnya yang dapat melakukan tindak pidana ialah manusia

(naturlijk personen). Pengertian barangsiapa adalah menunjukan pengertian

seseorang sebagai subyek hukum penanggung hak dan kewajiban. Unsur

barangsiapa pada dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak adalah menunjuk pada orang yang melakukan

tindak pidana dan ini menunjukan perbuatan manusia. Dengan kata lain,

unsur barangsiapa adalah menunjukan bahwa pelakunya adalah orang yang

memenuhi semua unsur tindak pidana oleh karena itu unsur barangsiapa

dalam hal ini tidak boleh diartikan lain kecuali manusia.59

Sedangkan unsur “barangsiapa” menurut Lamintang, adalah menunjuk

pada orang yang apabila orang tersebut memenuhi semua unsur tindak pidana

yang terdapat di dalam rumusan undang-undang, maka ia bisa disebut pelaku

(dader) dari tindak pidana bersangkutan.60

Pengertian barang siapa ialah siapa saja sebagai subyek hukum selaku

pelaku dari tindak pidana yang dirumuskan dalam Pasal 88 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang dalam pasal ini

menunjukan manusia.

Dengan demikian mengenai unsur “barangsiapa” apabila dikaitkan

dengan putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor :

42/Pid.Sus/2011/PN.PWT, dikaitkan dengan teori tersebut diatas, maka dapat

diketahui bahwa unsur “barangsiapa” yaitu pelaku atau subyek tindak pidana

dalam perkara tersebut berdasarkan bukti dan fakta yang terungkap di

persidangan, tidak dapat diartikan lain daripada orang dan manusia, yaitu

dalam hal ini adalah Daning Tianingsih alias Mami Ning binti Kasmuri, umur

59

Sudarto, 1989, Hukum Pidana 1, Bahan Penyediaan Bahan-Bahan Kuliah, Semarang:Fakultas

Hukum Diponegoro. Hlm.10 60

Ibid,1979, Hlm.107

Page 66: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

54

32 tahun, jenis kelamin perempuan, kebangsaan Indonesia, agama islam,

pekerjaan ibu rumah tangga, bertempat tinggal Desa Semaya Rt 06/01,

Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdakwa telah melakukan tindak

pidana eksploitasi seksual anak dengan fakta yang terungkap di persidangan

dan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum, sehingga terdakwa adalah

merupakan subyek hukum dalam tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

pengertian “barangsiapa”. Dengan demikian unsur “barangsiapa” dalam

putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor : 42/Pid.Sus/2011/PN.PWT.

telah terpenuhi.

b. Unsur yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak

Yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak yaitu

memperkerjakan atau memperdagangkan anak dalam bidang seksual untuk

mendapatkan keuntungan.

Elemen-elemen dalam unsur Pasal ini bersifat alternatif, sehingga

apabila salah satu elemen dari Pasal ini sudah terbukti maka unsur inipun

dinyatakan terbukti, bahwa untuk pengertian dari eksploitasi maka akan

merujuk pada ketentuan umum Paal 1 ayat (7) No. 21 tahun 2007 yaitu

tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi terbatas pada

pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa

perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ

reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau tranplantasi

organ dan atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan

seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil

maupun immateriil. Dimaksud dengan pengertian anak sesuai ketentuan

Page 67: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

55

umum Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.23 tahun 2002 adalah

seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun termasuk anak masih

dalam kandungan, bahwa saksi korban Dwi Meina Sari alias Nuke binti

Suparman yang lahir pada tanggal 23 Mei 1995 yang pada saat ini masih

berumur 16 tahun sehingga korban masih termasuk kategori anak.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, dari

keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa serta dihubungkan dengan

barang bukti yang diajukan di persidangan diketahui bahwa Terdakwa pada

bulan Desember 2010 telah dikenalkan oleh orang yang bernama Agus

kepada saksi korban Dwi meina Sari alias Nuke di rumah kontrakan

Terdakwa di Gg. Sadar II Desa Karangtengah RT.7 TRW.2 Kec.Baturaden,

Kab. Banyumas dan saat itu Terdakwa menerima saksi korban untuk

dipekerjakan sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK), dimana meskipun

pada awalnya Terdakwa ragu-ragu akan umur saksi korban akan tetapi

tetap memperkerjakan saksi korban sebagai PSK dengan tugas melayani

tamu untuk melakukan hubungann seks atau menemani karoke dengan

imbalan Rp. 100.000 untuk setiap melakukan tugas secara short time dan

pendapatan tersebut dibagi dua antara saksi korban dengan Terdakwa

masing-masing Rp. 50.000 dan hal tersebut telah dilakukan dari bulan

Desember 2010 sampai dengan bulan Januari 2011.

Terdakwa telah mengeksploitasi saksi korban yang masih anak-anak

dalam bidang seksual sehingga dengan demikian unsur kedua telah

terpenuhi.

c. Unsur maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

Page 68: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

56

Fakta-fakta yang terungkap di persidangan, dari keterangan saksi-

saksi dan keterangan terdakwa serta dihubungkan dengan barang bukti

yang diajukan di persidangan diketahui bahwa Terdakwa menerima saksi

korban untuk dipekerjakan sebagai PSK, dimana meskipun pada awalnya

Terdakwa ragu-ragu akan umur saksi korban tetapi Terdakwa tetap

memperkerjakan saksi korban sebagai PSK dengan tugas melayani tamu

untuk melakukan hubungan seks atau menemani karoke dengan imbalan

Rp. 100.000 untuk setiap melakukan tugas secara short time dan

pendapatan tersebut dibagi dua antara saksi korban dengan Terdakwa

masing-masing Rp.50.000 dan hal tersebut telah dilakukan dari bulan

Desember sampai dengan bulan Januari 2011.

Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

sudah dijelaskan bahwa seorang anak berhak untuk dapat hidup

berkembang dan berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Dengan menelaah materi mengenai kewajiban kepada negara dan

masyarakat untuk benar-benar melakukan perlindungan terhadap anak

sebagaimana sebagaimana terurai dalam Pasal 59 dan Pasal 66 Undang-

Undang no.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka meskipun

dalam keadaan di masyarakat seorang anak ada yang secara diam-diam

masuk dalam kegiatan prostitusi tetapi harus tetap dipandang sebagai anak

yang harus dilindungi dan dijauhkan dari kegiatan yang bertentangan

dengan harkat seorang anak. Terdakwa telah menerima uang dari hasil

memperkerjakan saksi korban sehingga unsur ketiga ini telah terpenuhi

oleh perbuatan terdakwa

Page 69: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

57

2. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam menjatuhkan pidana dalam

Putusan Perkara Nomor 42/Pid.Sus/2011/PN.PWT

Eksploitasi seksual anak merupakan bentuk paksaan dan kekerasan

terhadap anak dan sejumlah tenaga kerja paksa dan merupakan perbudakan

modern. Sebuah pernyataan dari Kongres Dunia untuk melawan eksploitasi

seksual anak yang diselenggarakan di Stockholm pada tahun 1996,

mendefinisikan eksploitasi seksual sebagai :

“pelecehan seksual oleh orang dewasa dan remunerasi tunai atau

barang kepada anak atau orang ketiga atau orang lain. Anak diperlakukan

sebagai objek seksual dan komersial.”

Eksploitasi seksual anak termasuk pelacuran anak, pornografi anak,

pariwisata seks anak dan bentuk lain dari transaksional seksual dimana

seorang anak terlibat dalam kegiatan seksual untuk dapat memiliki

kebutuhan utama yang terpenuhi, seperti makanan, tempat tinggal, akses

kependidikan. Ini termasuk bentuk transaksional dimana seksual dimana

kekerasan seksual terhadap anak tidak dihentikan atau dilaporkan oleh

pihak keluarga, karena manfaat yang diperoleh oleh keluarga dari pelaku.

Eksploitasi seksual anak juga berpotensi mencakup perjodohan anak

dibawah usia 18 tahun, dimana anak belum belum bebas menyetujui

pernikahan dan dimana anak mengalami pelecehan seksual.

Pelacuran anak dibawah usia 18 tahun, pornografi anak dan

penjualan anak (sering terkait) dan perdagangan anak-anak sering dianggap

sebagai tindak kejahatan kekerasan terhadap anak. Itu dianggap bentuk

eksploitasi ekonomi mirip dengan kerja paksa atau perbudakan. Anak-anak

tersebut sering mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki terhadap

Page 70: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

58

kesehatan fisik dan mental mereka ,mereka menghadapi penyakit awal

kehamilan dan resiko penyakit menular seksual khususnya AIDS.

Perdagangan anak terkadang saling tumpang tindih dengan

eksploitasi seksual. Disatu sisi anak-anak yang diperdagangkan sering

diperdagangkan untuk tujuan eksploitasi seksual anak, namun tidak semua

anak yang diperdagangkan oleh para pelaku perdagangan anak

diperdagangkan untuk tujuan ini. Selanjutnya bahkan jika beberapa dari

anak-anak diperdagangkan untuk bentuk-bentuk pekerjaan lain yang

kemudian mengalami pelecehan seksual ditempat kerja, ini tidak selalu

eksploitasi seksual anak.

Eksploitasi seksual anak merupakan bagian dari tapi berbeda dari

pelecehan anak atau bahkan pelecehan seksual anak, pemerkosaan anak

misalnya biasanya tidak akan merupakan eksploitasi seksual anak begitu

juga pula Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Meskipun eksploitasi seksual

anak dianggap sebagai perburuhan anak dan memang salah satu pekerjaan

terburuk untuk anak dalam hal legislasi eksploitasi seksual anak sering

dianggap sebagai bentuk pelecehan anak atau kejahatan.

Penyebab dari eksploitasi seksual anak ini terdapat faktor berupa

kemiskinan parah, kemungkinan pendapatan yang relatif tinggi, nilai

rendah yang melekat pada pendidikan, disfungsi keluarga, kewajiban

budaya untuk membantu mendukung keluarga atau kebutuhan untuk

mendapatkan uang untuk sekedar bertahan hidup, semua faktor yang

membuat anak rentan terhadap eksploitasi seksual anak. Dalam rangka

untuk membuat anak-anak hidup dijual kedalam perdagangan seks untuk

Page 71: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

59

menyediakan makanan dan tempat tinggal dan dalam beberapa kasus uang

untuk memuaskan kecanduan anggota keluarga atau diri mereka sendiri.

Selain dari faktor ekonomi, anak-anak yang paling beresiko menjadi

korban eksploitasi seksual anak adalah mereka yang sebelumnya telah

mengalami pelecehan fisik atau seksual. Sebuah lingkungan keluarga

dengan sedikit perlindungan dimana pengasuh tidak ada atau dimana ada

tingkat kekerasan yang tinggi atau tingginya konsumsi obat atau alkohol,

menyebabkan anak laki-laki dan perempuan pergi dari rumah, membuat

mereka sangat rentan terhadap tindak pelecehan. Diskriminasi gender dan

tingkat pendidikan pengasuh yang rendah, kemiskinan ekstrim dan

keluarga terpinggirkan jugaa menjadi resiko anak untuk menjadi korban

eksploitasi seksual anak.

Disisi permintaan, faktor-faktor tertentu dapat memperburuk

masalah misalnya wisatawan seks adalah sumber permintaan untuk

prostitusi. Pilihan pelanggan untuk anak-anak muda, terutama dalam

konteks dari epidemi HIV/AIDS, menangkap anak tambahan, selain itu

perkembangan internet telah memfasilitasi pertumbuhan pornografi anak.

Pengalaman telah menunjukan bahwa beberapa karakteristik sosial

ekonomi seperti kepadatan penduduk, konsentrasi hiburan malam (bar dan

diskotik), kemiskinan yang tinggi, dan tingkat pengangguran, pergerakan

orang dan akses ke jalan raya juga terkait dengan eksploitasi seksual anak.

Dasar hukum Undang-Undang Republik Indonesia No 23 Tahun

2002 Tentang Perlindungan Anak yang bertujuan untuk jaminan

terpenuhinya hak-hak agar dapat hidup tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta

Page 72: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

60

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya

anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Selanjutnya perwujudan Hak Asasi Manusia anak dirinci dalam

berbagai kondisi, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 23 tahun

2002 Pasal 4-11, 13, 15, 16.

Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor :

42/Pid.Sus/2010/PN.Pwt Menyatakan terdakwa DANING TIANINGSIH

alias MAMI NING Binti KASMURI telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Mengeksploitasi Seksual

Anak”. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa tersebut diatas dengan pidana

penjara selama 1 (satu) tahun dan 8 (delapan) bulan dan denda sebesar

Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) dengan ketentuan denda tersebut tidak

dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan,

sebagaimana diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan. Dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak mengatur sebagai berikut :

”Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan

maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh tahun) dan/atau denda

paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) .”

Eksploitasi seksual anak oleh Daning Tianingsih alias Mami Ning

binti Kasmuri, kasus ini didasarkan pada berbagai alasan yang mendorong

terlaksananya eksploitasi seksual anak. Tindak pidana eksploitasi seksual

anak menuntut perhatian yang serius dari waktu ke waktu yang

peningkatannya cukup signifikan maka dengan adanya sanksi pidana ini

Page 73: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

61

dapat mengurangi tingkat kejahatan atau tindak pidana eksploitasi seksual

anak.

Dasar pertimbangan hukum apa yang digunakan oleh hakim dalam

menjatuhkan putusan pidana eksploitasi seksual anak yang dilakukan oleh

Daning Tianingsih alias Mami Ning binti Kasmuri. Berdasarkan hasil

penelitian dasar pertimbangan yang digunakan hakim dalam menjatuhkan

pidana eksploitasi seksual anak. Dalam memberikan suatu putusan hakim

memakai pandangan hukum dan mengacu pada Pasal 88 Undang-Undang

No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak karena dalam pasal-pasal ini

terdapat unsur-unsur yang memenuhi terjadinya suatu tindak pidana

eksploitasi seksual anak, dimana seorang anak yaitu korban menyetujui atau

menghendaki dirinya untuk menjadi pekerja seks komersial berbeda dengan

perdagangan orang karena untuk perdagangan orang terdapat modus

pengelabuan atau penipuan bahwa korban tidak tahu akan dieksploitasi,

penjatuhan pidana ini dimaksudkan untuk dapat membuat orang jera untuk

melakukan tindak pidana eksploitasi seksual anak, selain Undang-Undang

Perlindungan Anak dalam menjatuhkan suatu tindak pidana pertimbangan

yang digunakan hakim adalah alat bukti dan saksi-saksi, serta hal yang

meringankan dan hal yang memberatkan dan fakta-fakta yang terungkap

dipersidangan sehingga hakim dalam mengambil keputusan berdasarkan alat

bukti yang ada dan sesuai dengan pasal yang di dakwakan.

Pertimbangan subyektif hakim mengapa memilih Undang-undang

No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dikarenakan undang-undang

ini lebih tepat dibandingkan dengan Undang-undang Traficking. Maka dari

itu memakai Undang-undang perlindungan anak, karena meskipun anak itu

Page 74: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

62

tahu atau tidak tahu, bahwa anak itu menghendaki sendiri dan peran orang

tua yang mendukung anak tersebut untuk menjadi pekerja seks komersial

sehingga semua kesalahan tidak bisa dilimpahkan seluruhnya kepada

terdakwa. Hakim mempertimbangkan dari sisi viktimologinya sehingga

putusan yang diberikan lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum. Hal

ini tidak disebutkan secara eksplisit dalam putusan.

b. Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara dengan Budi

Setyawan,SH.MH.(Hakim Pengadilan Negeri Purwokerto) pada tanggal 07

November 2012.

Tindak pidana dapat digolongkan 2 (dua) bagian, yaitu :

1. Tindak pidana materiil

2. Tindak pidana formal

Pengertian tindak pidana materil adalah, apabila tindak pidana yang

dimaksud dirumuskan sebagai perbuatan yang menyebabkan suatu akibat

tertentu, tanpa merumuskan wujud dari perbuatan itu.

Sedangkan pengertian tindak pidana formal yaitu apabila tindak pidana

yang dimaksud, dirumuskan sebagai wujud perbuatan tanpa menyebutkan akibat

yang disebabkan oleh perbuatan itu.Anak yang menjadi korban suatu tindak

pidana diberikan perlindungan hukum. Perlindungan hukum yang diberikan

berupa perlindungan umum dan khusus berdasarkan Undang-Undang No. 23

tahun 2004 tentang Perlindungan Anak. Perlindungan anak adalah segala

kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknyaagar dapat hidup,

tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuaidengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan

Page 75: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

63

dandiskriminasi.Pengertian perlindungan khusus adalah perlindungan yang

diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan

hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak diexploitasi secara

ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban

penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainya (napza),

anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik

fisik dan atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan

salah dan penelantaran, hal ini terdapat dalam Pasal 1 butir 15 Undang-undang

No 23 Tahun 2002.

Alasan majelis hakim lebih memilih Undang-Undang No 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak bukan Undang-Undang No 21 Tahun 2007 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang pada putusan No

42/Pid.Sus/2011/PN.PWT, seperti yang disampaikan oleh Budi

Setyawan,SH.MH

“Hakim tidak memberikan pertimbangan dalam putusan karena

berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan dan karena adanya

kemauan dari anak ini untuk dieksploitasi, dan apabila trackfiking yaitu

perdagangan manusia terdapat modus pengelabuan atau penipuan,

tertutupi bahwa korban tidak tahu bahwa akan diperdagangkan, maka dari

itu memakai Undang-undang Perlindungan Anak, karena meskipun anak

itu tahu atau tidak tahu, bahwa anak itu menghendaki sendiri. Anak itu

butuh perlindungan, meskipun anak itu tau bahwa ia dieksploitasi yang

disalahkan bukan anak tersebuut melainkan orangnya,orang tua yang

sudah tau tapi ia menjerumuskan.”

Selanjutnya mengenai pengertian anak yang diatur oleh Undang-undang

No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak :

“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.”

Dapat diketahui bahwa korban disini adalah anak yang masih berumur 16

(enam belas) tahun tetapi korban telah memiliki anak diluar pernikahan,hal ini

yang dijadikan pledoi oleh pelaku, namun hakim tetap menganggap korban

Page 76: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

64

sebagai anak yang sebagaimana dimaksud oleh Undang-undang No 23 Tahun

2002, hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Budi Setyawan, SH.MH

“Anak-anak itu apabila sudah diluar rumah, memakai baju bebas,

sehingga tidak dapat diketahui anak itu umur berapa, pelaku atau

terdakwa tetap bisa disalahkan bahwa ia tidak tau anak tersebut umur

berapa, semua orang dianggap tau undang-undang, dalam perlindungan

anak yang disebut anak adalah anak-anak dibawah umur 18 (delapan

belas) tahun. Anak itu harus ditanya umurnya berapa. Karena ketentuan

undang-undang yang disebut anak itu yang belum berumur 18 (delapan

belas) tahun dan belum menikah meskipun anak itu sudah punya anak

tapi kan tidak terikat pernikahan atau kawin, kawin disini yaitu menikah

secara agama maupun dengan ketentuan hukum negara sehingga menurut

pengertian tersebut korban memang belum menikah dan masih anak-

anak, dan karena tidak ada bukti bahwa ia telah menikah maka hakim

menganggap korban masih anak-anak sesuai dengan ketentuan undang-

undang.”

Ancaman dari Pasal 88 Undang-undang No 23 Tahun 2002 adalah pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

200.000.000 (dua ratus juta rupiah) namun putusan yang diberikan oleh hakim

jauh lebih ringan dari ancaman tersebut, yaitu 1 (satu) tahun dan 8 (delapan)

bulan penjara dan denda sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah). Setiap

putusan ada hal yang meringankan dan yang memberatkan dan hal itu yang

menjadi pertimbangan hakim dalam memutus, dan menentukan lamanya pidana

yang dijatuhkan tiak semata-semata memutus berat. Berikut adalah pemaparan

dari Budi Setyawan, SH.MH :

“Secara normatif putusan tersebut sudah benar karena tidak berlaku

ancaman minimal khusus, sehingga hakim memutus tidak menyalaih

aturan. Tetapi ya harus sesuai dengan fakta-fakta dipersidangan yang jadi

pertimbangan hakim, dilihat dari sisi viktimologinya, korban berperan

atau tidak, disini kan korban berperan karena ia sendiri yang

menghendaki, ia sendiri yang mau, tidak ada paksaan pada dirinya itu kan

tidak dapat dijadikan untuk memberatkan pelaku. Itu harus dilihat sebagai

yang meringankan meskipun tidak disebut secara eksplisit dalam putusan.

Kemudian perbuatan yang dilakukan anak tidak murni mutlak

dibebankan pada anak, lah ini kemana orang tuanya? Ternyata kan orang

tuanya ikut andil juga terhadap korban, sehingga tidak boleh semata-mata

dibebankan kepada pelaku meskipun pelaku bekerja sebagai germo atau

mucikari tapi ternyata orang tua mengabaikan korban, kalo anaknya pergi

Page 77: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

65

kenapa tidak dicari?apakah adil apabila semuanya dibebankan kepada

pelaku?”

Secara normatif tidak ada penyimpangan pada ketentuan-ketentuan

undang-undangnya, dan secara sosiologis didasarkan pada fakta yang terungkap

dipersidangan ternyata dari kajian ini dapat dilihat dari keterangan saksi dan

pertimbangan hukumnya. Meskipun pelakuragu-ragu pada umur korban berarti

pelaku tahu korban masih anak-anak. Dari Undang-undang No 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak, anak tidak bisa murni disalahkan dalam hal ini anak

juga turut menjadi korban. Kemudian Hakim Pengadilan Negeri Purwokerto ini

menjelaskan tentang unsur-unsur dari Pasal 88 Undang-undang No 23 Tahun

2002 :

“Kemudian unsur-unsurnya bisa kita ketahui yaitu unsur setiap

orang,unsur yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak,dan yang ketiga

unsur dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain,unsur

yang satu harus saling berhubungan dengan unsur yang lain sekarang kita lihat

dari unsur yang pertama, setiap orang adalah seseorang atau subyek hukum,

pelaku adalah orang dewasa yang sehat jasmani dan rohani, dan cakap berbuat

hukum, selama pemeriksaan tidak ditemukan alasan pemaaf dan pembenar

sehingga unsur ini terpenuhi, kemudian dari unsur yang kedua dilihat dari

pengertian eksploitasi Pasal 1 ayat 7 Undang-undang 21 Tahun 2007 yaitu

tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban disini dalam hal pelacuran dan

seksual sehingga terpenuhi juga kan, terus unsur yang ketiga disini sudah jelas

bahwa pelaku mengambil keuntungan dari korban yaitu membagi dua

penghasilannya dari setiap transaksi, jadi sudah pas pasal ini yang digunakan oleh

hakim.”

Perkara ini berhubungan juga tindakan pelacuran, pelacuran diatur dalam

KUHP secara normatif, secara agama diharamkan, dan secara sosial tidak pantas

maka secara umum dapat dikatakan sebagai tindak pidana, hanya saja pada

perkara No 42/Pid.Sus/2011/PN.PWT korban masih dibawah umur. Putusan

dalam perkara ini sudah tepat karena tidak ada pembatalan dari hakim yang lebih

tinggi, putusan ini didasarkan pada dakwaan yang telah dibuat karena hakim tidak

Page 78: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

66

boleh memutus diluar dari surat dakwaan, dan juga unsur-unsur dari tindak

pidana eksploitasi seksual terpenuhi.

Page 79: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

67

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang tindak pidana

eksploitasi seksual anak dalam putusan Nomor : 42/Pid.Sus/2011/PN.PWT, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Penerapan unsur-unsur Pasal 88 Undang-Undang Republik Indonesia No.23

Tahun 2002 yaitu tentang Perlindungan Anak dalam putusan Nomor :

42/Pid.Sus/2011/PN.PWT telah sesuai, dimana perbuatan terdakwa telah

terbukti secara sah dan meyakinkan memenuhi unsur-unsur Pasal 88 Undang-

Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2002 yaitu tentang Perlindungan

Anak.

a. Setiap Orang, yaitu terdakwa Daning Tianingsih alias Mami Ning binti

Kasmuri.

b. Yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak, yaitu terdakwa

menerima saksi korban untuk bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial

c. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yaitu

membagi dua imbalan yang korban peroleh masing-masing Rp 50.000

2. Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Memutus Perkara Eksploitasi Seksual

Anak Di Pengadilan Negeri Purwokerto Dalam Perkara Nomor

:42/Pid.Sus/2011/PN.PWT dilihat dari sisi viktimologi korban berperan

karena korban sendiri menghendaki, tidak ada paksaan pada dirinya serta

peran orang tua yang turut menikmati hasil pekerjaan korban, dari sisi

yuridisnya bahwa Pasal 88 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 lebih tepat

digunakan untuk memutus perkara ini dikarenakan anak yang menjadi korban

dan unsur-unsur Pasal 88 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 terpenuhi.

Page 80: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

68

Daftar Pustaka

A. Literatur

Abdul Wahid dan Muhamad Irfan, 2001, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan

Seksual, Bandung: Refika aditama

A.Fuad Usfa dan Tongat,2004, Pengantar Hukum Pidana, Cetakan Kedua, Malang:

UMM Press

Andi Hamzah,1991, Asas-Asas Hukum Pidana,Jakarta: Rineka Cipta.

Arief, Barda Nawawi dan Muladi,1992, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni,

Bandung, hlm. 11

Farid, Zainal Abidin,2007 , Hukum Pidana I, Cetakan Kedua, Jakarta:Sinar Grafika

Herbert L. Packer,1968, The Limit of Criminal Sanction,California : Stanford University

Press

Kansil,C.S.T.1989.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka

Lamintang, 1997, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,

M. Abdul Kholiq.2002.Buku Pedoman Kuliah Hukum Pidana. Yogyakarta: Fakultas

Hukum Universitas Islam Indonesia

Moeljatno,1983, Perbuatan Pidana Dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana.

Yogyakarta: Bina Aksara.

--------, 2008,Asas-asas Hukum pidana, Cetakan Kedelapan, Edisi Revisi, Jakarta:Renika

Cipta

Prodjodikoro,Wirjono.1962.Hukum Acara Pidana di Indonesia. Bandung: Sumur

Prodjodikoro,Wirjono.2002. Asas Hukum Pidana Di Indonesia. Bandung: Rafika

Aditama

Soemitro, Ronny Hanitijo.1983.Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sudarto,1977 , Hukum dan Hukum Pidana,Bandung:Alumni

----------,1990, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto,Semarang:Fakultas Hukum Universitas

Diponegoro

-----------,1990,Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Dan Delik-Delik

Khusus,Bogor:Politea

Page 81: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

69

Sugandhi,R.1980.KUHP Dan Penjelasannya.Surabaya : Usaha Nasional

Sumiarni,E.2003.Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Hukum Pidana.

Yogyakarta:Universitas Atma Jaya

Supardjaja,Komariah Emong,2002, Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiil dalam Hukum

Pidana Indonesia (Studi Kasus tentang Penerapan dan Perkembangannya dalam

Yurisprudensi), Bandung:Alumni

Tongat,2008, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif

Pembaharuan,Malang:UMM Perss

Utrecht, 1986, Hukum pidana I, Surabaya:Pustaka Tinta Mas.

Van Bemmelen,Mr.J.M.1987.Hukum Pidana I. Bandung: Bina Cipta

B. Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia,Undang-UndangNomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Republik

Indonesia.

Indonesia, Undang-UndangNomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Perdagangan Orang

C. Sumber Lain

DepartemenPendidikan Dan Kebudayaan, 2002,KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta:

BalaiPustaka,

Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor : 42/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.

D. Internet

www.eska.or.id/[email protected]( Pusat Data dan Informasi Eksploitasi

Seksual Komersial Anak )

http://www.suaramerdeka.com/harian/0207/04/dar29.htmdiakses tanggal 04 Juli 2012

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/10/20/174353/hukuman-anak-

bermasalah, diakses tanggal 23 April 2012

Nining S. Mutamar, 2007, Makalah Eksploitasi Seksual Komersiil Anak dalam

Pengalaman Pen dampingan di Surakarta, http:/www.eska.or.id/, eksploitasi

seksual komersiil anak.html, diakses tanggal 04 Maret 2012

http:// www.wordpress.com/2011/penyidikan -tindak-pidana-eksploitasi-seksual-anak-

dilokalisasi-pelacuran-dollly-surabaya, diakses pada tanggal 04 Maret 2012

Page 82: TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAKfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI - Ria Liana.pdf · the victim to work as commercial sex workers with the intention of favouring ...

70

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Eksploitasi-seksual-anak, diakses pada tanggal 01

November 2012