Tindak pidana (criminal conduct) baru

34
TINDAK PIDANA “CRIMINAL CONDUCT” OLEH : Abraham Srijaya – 1406509662 Agung Setiadi – 1406509725 Brigita P. Manohara - 1406509901

Transcript of Tindak pidana (criminal conduct) baru

Page 1: Tindak pidana (criminal conduct) baru

TINDAK PIDANA“CRIMINAL CONDUCT”

OLEH :Abraham Srijaya – 1406509662Agung Setiadi – 1406509725Brigita P. Manohara -

1406509901

Page 2: Tindak pidana (criminal conduct) baru

TINDAK PIDANAAda dua unsur dalam pendekatan suatu Tindak Pidana, Yaitu:

• Actus Reus“Unsur actus reus adalah esensi dari kejahatan itu sendiri atau perbuatan yang dilakukan”

• Mens rea“mens rea adalah unsur kesalahan (fault element) atau unsur mental (mental element)”

Page 3: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Hukum Pidana Jerman telah lama mengadopsi perbedaan antara tiga konsep yakni;

kesalahan, ketiadaan pembenaran,kelalaian.

Page 4: Tindak pidana (criminal conduct) baru

PERBUATAN TANPA SUKARELA

AUTOMATISM (OTOMATISME)Otomatisme meliputi perbuatan yang dilakukan tanpa sadar karena pengaruh dari kekuatan, kejang, Pergerakan fisik yang dipaksa.

Tindakan tanpa sadar yang dipicu karena gangguan kejiwaan (kegilaan) tidak termasuk kedalam Konsep Otomatisme ini, begitu juga dengan otomatisme yang didapati karena pengaruh intoksinasi, jika intoksinasi merupakan prior fault (kesalahan permulaan) pelaku.

Page 5: Tindak pidana (criminal conduct) baru

KEWENANGAN NEGARA DAN KEPEMILIKAN

Pertanggungjawaban SituasionalDalam pertanggungjawaban ini terdakwa tetap dikenakan pertanggungjawaban. Terdakwa dapat ditemukan bertanggung jawab bahkan jika mereka tidak sengaja atau secara sukarela melakukan tindak pidana, Hal ini berhubungan dengan suatu Kewenangan Negara.

Pelanggaran kepemilikanHukum yang berlaku di Inggris terdiri dari beberapa pelanggaran terkait kepemilikan, terutama masalah kepemilikan senjata yang kemungkinan digunakan untuk perampokan, pencurian, dan penipuan serta pengendalian obat terlarang.

Page 6: Tindak pidana (criminal conduct) baru

KELALAIAN

Kelalaian biasanya disebut juga dengan kesalahan, kurang hati-hati, atau kealpaan. Berdasar sejumlah kasus kelalaian yang terjadi, ada sejumlah kasus yang jelas merupakan kelalaian meski sebagian lainnya merupakan kasus yang ambigu dimana kelalaian seharusnya tidak digunakan sebagai jubah untuk menghindari isu moral.

Page 7: Tindak pidana (criminal conduct) baru

KEPRIBADIAN (PERSONALITY)a. Kepribadian Alami dan Kepribadian KorporasiHukum pidana awalnya hanya berfokus pada personalitas individu dalam sebagai pelaku pelanggaran, kejahatan dan kelaiaian. Ini disebut sebagai Personalitas Natural.

Dewasa ini hukum pidana telah membuat perkembangan terobosan ke dalam aktivitas perusahaan selama beberapa tahun terakhir dimana pengadilan mengembangkan doktrin kewajiban pengganti dan perusahaan serta pengenalan parlemen kepada pelanggaran baru yang lebih spesifik terhadap aktivitas perusahaan di bidang keuangan dan perdagangan yang disebut Personalitas Korporasi.

Page 8: Tindak pidana (criminal conduct) baru

b. Tanggung Jawab Pidana Korporasi

• Kemungkinan dari mewakilkan kewajiban

Berkaitan dengan prinsip delegasi yakni dimana ada kesepakatan yang memungkinkan kewajiban pemilik, pemegang lisensi, atau penjaga, pengadilan bisa membuat orang yang mewakili memiliki kewajiban terhadap perbuatan siapapun yang merupakan manajemen dan telah menerima pendelegasian. • Prinsip identifikasi

Pertanggungjawaban ini dengan cara mengindentifikasi keterlibatan otak perusahaan yakni, Direktur Senior dan Manajer untuk menghindari ketidakadilan.

Page 9: Tindak pidana (criminal conduct) baru

c. Individualisme dan KorporatismePertanggungjawaban ini memisahkan antara pertanggungjawaban individu pekerja suatu perusahaan dan korporasi atau perusahaan yang dipandang sebagai satu individu tersendiri, yang terpenting adalah perusahaan memiliki kemungkinan terbuka baik untuk dipidana maupun kewajiban sosial sejak mereka membentuk struktur dalam kontek untuk perwakilan pekerja perusahaan.

Page 10: Tindak pidana (criminal conduct) baru

d. Perubahan basis kewajiban korporasi

Perubahan ini didasari terhadap kasus dimana suatu perusahaan bertanggungjawab atas kasus pembunuhan didasari “kegagalan manajemen” sebagai berikut :

Korporasi dinyatakan bersalah telah membunuh perusahaan jika:

1. Manajemen korporasi gagal karena telah menyebabkan seseorang meninggal dunia; dan

2. Tindakan salah melawan hukum ini dijatuhkan atas kegagalan yang merupakan perilaku dibawah perkiraan yang dimungkinkan terjadi dalam perusahaan.

Page 11: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Kausalitas (sebab-akibat)

Kausalitas merupakan satu dari syarat utama kewajiban pidana, dimana untuk setiap perbuatan yang dilakukan dengan sukarela (automatism) memiliki konsekuensi tersendiri.

Sebelum melihat lebih jauh mengenai pendekatan common law, ada dua kemungkinan yang mesti dijelaskan. • Pertama, ada keinginan yang digunakan untuk melakukan pendekatan mengenai penyebab dimana tindakan pelaku sepenuhnya salah. • Kedua, ada pendekatan yang lebih sempit terhadap kasus khusus dimana penyebab didasarkan pada otonomi.

Page 12: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Intervensi antara perbuatan/ tindakan dan hasil perbuatan

Ada tiga kondisi yang mengindikasikan adanya intervensi berkaitan dengan perbuatan dan hasil perbuatan pidana yang dikecualikan, yaitu :1. “ketidaksengajaan’ tindakan

dari pihak ketiga2. Perbuatan dokter3. Perbuatan yang dilakukan

korban

Page 13: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Kausalitas dan KelalaianAda pernyataan yang menyebutkan adanya korelasi kelalaian terhadap suatu hasil dari perbuatan.

Seperti misalnya orang tua yang tidak hadir untuk menyelamatkan anaknya ketika tenggelam bisa dikatakan menyebabkan anaknya meninggal, hal ini bisa mengindikasikan adanya kelalaian dari orang tua.

Page 14: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Menyebabkan perbuatan orang lain (penyertaan)ada bagian yang tidak konsisten dari prinsip umum otonomi individu, dimana ketika tanggung jawab atas sebuah perbuatan bisa dialihkan atau dilimpahkan kepada orang lain yang dengan sukarela melakukan perbuatan tersebut.

Banyak penulis sekarang mengetahui bahwa unsur sebab-akibat dimungkinkan hadir dari “membantu dan bersekongkol”.

Page 15: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Perilaku yang Dibenarkan1. Pertahanan diri

Individu yang diserang dengan kekerasan fisik yang serius mesti diberi kebebasan melakukan perlawanan sebagai wujud hak dasarnya untuk melindungi diri sendiri.

Hukum pidana tidak bisa menghormati atau memaklumi kebebasan individu jika tidak dapat dibuktikan ia dalam situasi yang mengerikan.

Page 16: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Kisaran pembenaranAda enam hal pembenaran yang terkandung dalam draft Criminal Code :1. Untuk mencegah atau menghentikan kejahatan atau

untuk mempengaruhi atau membantu dalam penangkapan yang sah dari pelaku atau diduga pelaku atau seseorang secara melawan hukum pada umumnya

2. Untuk mencegah atau menghentikan pelanggaran perdamaian

3. Untuk melindungi dirinya sendiri atau orang lain dari tindakan melawan hukum atau pelaku yang diduga melawan hukum

4. Untuk mencegah atau menghentikan penahanan yang tidak sah dari dirinya atau yang lain

5. Untuk melindungi property miliknya dari upaya tindakan melawan hukum(pencurian, perampokan), perusakan atau kerusakan

6. Untuk mencegah atau menghentikan pelanggaran kepada orang atau hartanya.

Page 17: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Aspek kebutuhan yang disyaratkan

Nilai kebutuhan dalam suatu tindak kekerasan mesti dinilai berdasar: tujuan yang sah. Sejumlah hal yang merupakan nilai “kebutuhan” antara lain:1. Kesegeraan 2. Kewajiban untuk menghindari konflik3. Upaya melindungi rumah4. Kebebasan untuk bergerak5. Serangan pre-emptive6. Kebutuhan, proporsional, dan

pelaksanaan hukum

Page 18: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Hukuman (siksa) Terhadap AnakSistem common law berpendapat bahwa orang tua dilarang karena alasan apapun menggunakan kekerasan terutama untuk mendisiplinkan anak. Negara memiliki kekuatan untuk memberikan hukuman kepada orang tua yang melangar aturan ini, karena ada pembatasan mengenai izin untuk mendidik anak mereka dari Negara, terutama kaitannya dalam pengembangan pribadi anak.

Page 19: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Pembenaran Terhadap Kebutuhan dan Pilihan Kejahatan

Kebutuhan yang dibenarkanHukum di Negara Inggris memberikan pembatasan terhadap pembelaan diri, ini berlaku hanya bagi seseorang yang dinyatakan terancam atau takut terhadap bahaya yang serius. Perbuatan yang dilakukan di bawah paksaan atau karena kebutuhan merupakan suatu tidakan yang dilakukan tidak sukarela (terpaksa).

Kebutuhan di dunia medisAda sejumlah tindakan di dunia medis yang meski secara hukum melanggar namun perlu dilakukan dalam dunia medis. Jika pelanggaran ini dilakukan dengan alasan yang kuat dan dengan kebutuhan yang mendesak, maka kesalahan medis oleh tenaga medis seperti dokter , yang terjadi bisa dibenarkan. Salah satunya adalah aborsi pada ibu yang harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa sang ibu

Page 20: Tindak pidana (criminal conduct) baru

c. Perkembangan putusan terhadap pembenaran

Ada anggapan dari komisi hukum bahwa kodifikasi terhadap seluruh pelanggaran wajib dituliskan tidak harus dilakukan dengan lengkap dan jelas, hal ini dilakukan untuk memberi kelonggaran, terutama dalam kaitannya dengan tindakan yang dilakukan dalam kondisi terpaksa atau dibawah ancaman

Page 21: Tindak pidana (criminal conduct) baru

KesimpulanDalam menentukan pertanggungjawaban pidana terdapat disparitas terhadap dua isu yakni mengenai perbuatan sukarela (voluntary act) dan perbuaatan tidak suka rela (involuntary act). Dilihat dari perbuatan-perbuatan itu, maka pertanggungjawaban erat dengan hal mens rea (niat), sehingga dapat diklasifikasikan bahwa suatu perbuatan itu merupakan perbuatan yang diinginkan, kelalaian dan otomatisme (diluar kontrol) . Dalam perkembangannya disebutkan pula adanya pertanggungjawaban oleh korporasi, korporasi dianggap sebagai individu yang memiliki pertanggungjawaban terhadap kegiatannya. . Selain itu, pokok bahasan ini juga mengenai dalam kondisi darurat ada alasan pembenaran seseorang melakukan tindak pidana.

Page 22: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Analisis Otomatisme Meskipun perbuatan yang dilakukan seseorang yang

kehilangan akal (kesadaran) karena suatu penyakit mental (kegilaan) disebutkan sebagai perbuatan yang dilakukan tanpa sukarela, tetapi hal ini tidak bisa dikatakan masuk kedalam doktrin otomatisme, Si pelaku harus tetap dilakukan penahanan berupa dimasukan kedalam rumah sakit kejiwaan karena dikhawatirkan dia akan mengulangi perbuatannya dan menimbulkan efek bahaya bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Tetapi beda dengan penyakit kejiwaan yang terjadi di waktu-waktu tertentu (tidak setiap saat seperti "gila") contoh penyakit epilepsi, yang terjadi bila faktor-faktor epilepsi terjadi. Disini penyakit epilepsi bisa masuk kedalam doktrin atau ajaran otomatisme karena keadaan kehilangan akalnya tidak terjadi setiap saat. Jadi penyakit kejiwaan yang permanen lah yang tidak dapat dimasukan kedalam konsep doktrin otomatisme.

Page 23: Tindak pidana (criminal conduct) baru

• Konsep Kelalaian sebagai penyebabKonsep antara kelalaian dan sebab akibat ini pun kadang sangat sulit untuk dikaitkan. Sebagai contohnya Orang tua yang lalai tidak berusaha menyelamatkan anaknya yang hampir tenggelam bisa diambil kesimpulan bahwa anak itu akan meninggal. Tetapi ternyata walaupun tanpa adanya pertolongan, Si anak tetap dapat hidup. Ternyata dapat ditarik kesimpulan dengan atau tanpa adanya orang tua di situ si anak tidak tenggelam. Kelalaian orang tua itu tidak dapat dikatakan sebagai penyebab si anak akan tenggelam, karena tanpa tindakan pertolongan dari orang tuanya pun si anak tetap akan selamat.

Page 24: Tindak pidana (criminal conduct) baru

• Choice of Evils dalam dunia medisChoice of evil dalam dunia medis sampai sekarang masih sering diperdebatkan terutama mengenai aborsi terhadap anak. Jika calon anak itu tidak segera dilakukan aborsi maka akan membahayakan nyawa ibunya. Tetapi yang menjadi perdebatan disini adalah si calon anak tersebut sudah dianggap sebagai manusia dan untuk itu dia memilki hak-hak asasi manusia terutama hak untuk hidup.

Page 25: Tindak pidana (criminal conduct) baru

•Pembelaan diri yang dilakukan sesuai aspek kebutuhanPembelaan diri ini harus diperhatikan juga aspek kebutuhannya. Apakah kebutuhan dalam upaya pembelaan diri itu diperlukan dalam suatu pembelaan diri. Hakim harus mempertimbangkan apakah perbuatan pembelaan diri yang mengakibatkan si penyerang meninggal itu perlu. Apakah sebenarnya seseorang dalam pembelaan diri tidak harus menyebabkan pelaku meninggal, contoh A menyerang B dengan tangan kosong di tengah malam, B yang kebetulan membawa senjata api menembakan senjatanya ke B dan mengakibatkan B meninggal. Hakim mempertimbangkan bahwa tidak ada relevansi kebutuhan antara B membela diri dengan menggunakan pistol. Secara akal sehat, penyerangan tangan kosong dapat dilakukan pembelaan diri dengan tangan kosong juga. Tetapi hal pengukuran sesuai kebutuhan ini sulit dilakukan , karena manusia cenderung bertindak overreacted terhadap ancaman-ancaman yang terjadi padanya.

Page 26: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Implementasi di Indonesia Dasar peniadaan pidana di luar KUHP dan merupakan

hukum tertulis menurut Van Bemmelen ialah :

Hak mendidik orang tua dan wali terhadap anaknya, hak mendidik guru, dosen terhadap siswanya

Hak jabatan atau pekerjaan dokter, apoteker, bidan, peneliti ilmu alam

Izin mereka yang kepentingannya dilanggar kepada orang yang melanggar kepentingan itu, yang perbuatannya merupakan delikseandainya tak ada izin tersebut

Zaakwarnerming menurut pasal 1354 – 1358 KUHP Tidak ada sifat melwanb hukumnya yang material Tidak ada kesalahan

Page 27: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Selain itu, Bemmelen juga menjelaskan peraturan hukum lain yang mengandung dasar pembenar dan pemaaf, misalnya :

Hak dukun kampung mengobati atau menyunat orang atau melakukan pekerjaan bidan

Ketentuan adat sepanjang tidak bertentangan dengan PAncasila

Page 28: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Peniadaan Pidana

Di Indonesia, ada dua dasar yang lazim, yakni :Dasar pemaaf , unsure delik sudah terbukti,

namun unsure kesalahan tidak ada pada pembuat. Maka terdakwa dilepaskan dari segala tuntutan hukum. Dalam hal ini misalnya :

Adanya ketidakmampuan bertanggung jawab si pembuat (pasal 44 ayat 1)

Adanya daya ppaksa mutlak dan pelampauan keadaan darurat (pasal 48)

Adanya pembelaan terpaksa yang melampaui batas (pasal 49 ayat 2)

Karena menjalankan perintah jabatan yang tidak sah dengan itikad baik (pasal 51 ayat 2)

Page 29: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Dasar pembenar, sifat melawan hukum perbuatan hapus atau tidak terbukti , maka perbuatan terdakwa dianggap patut dan benar sehingga terdakwa harus dibebaskan oleh hakim, misalnya :

Adanya daya paksa relative dan keadaan darurat (pasal 48)

Adanya pembelaan terpaksa (pasal 49 ayat 1)Sebab menjalankan undang-undang (pasal

50)Melaksanakan perintah jabatan yang sah

(pasal 51 ayat )

Page 30: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Sementara itu, terkait tindak pidana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam dua hal, jika menilik pasal 44 KUHP, yaitu ;

Jiwanya cacat dalam pertumbuhan

Terganggu karena penyakit jiwa.

Page 31: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Daya PaksaDalam pasal 48 KUHP dinyatakan bahwa

‘barangsiapa yang melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dapat dipidana”.

Daya paksa ini oleh Jonkers, dibagi kedala 3 bagian, yaitu

Daya paksa mutlak : pelaku tidak dapat berbuat yang lainya, seperti dihipnotis

Daya paksa relative : terjadi akibat adanya paksaan fisik atau psikis, contohnya pada perampokan bank, banker ditodong pistol untuk menyerahkan uang.

Keadaan darurat : bila seseorang terancam bahaya, dimana ada tiga doktrin yang bekerja pada keadaan darurat, yaitu dalam hal terjadi dua kepentingan hukum

Page 32: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Pembelaan paksaDirumuskan dalam pasal 49 ayat

(1) KUHP

Pembelan paksa melampaui batas

Dirumuskan dalam pasal 49 ayat (2) KUHP

Menjalankan ketentuan undang-undang

Terdeskripsi dalam pasal 50 KUHP

Page 33: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Menjalankan perintah jabatanDijelaskan dalam pasal 51 ayat

(1) KUHP

Sebab-akibatKUHP hanya menentukan dalam

beberapa pasalnya bahwa untuk delik tertentu diperlukan suatu akibat tertentu untuk menjatuhkan pidana terhadap pelaku

Page 34: Tindak pidana (criminal conduct) baru

Terjadinya delik atau actus reus hanya ada pada delik yang mensyaratkan adanya akibat tertentu, yaitu :

Delik materiil , misalnya pembunuhan, penipuan

Delik culpa , misalnya kelalaian yang mengakibatkan kematian seseorang (pasal 359 KUHP)

Ada pula syarat yang memperberat pidana dengan terjadinya akibat tertentu pada suatu delik

ada delik formal yang tidak mensyaratkan adanya akibat