TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

29
7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 1/29 0 TIDUR DAN TERJAGA (sleep and wakefulness ) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Faal Dosen pembimbing : dr. Nanang Wiyono, M.Kes. Disusun oleh: Gamma Inggita M. (G0114048) Farhan Fadhilah (G0114044) Fidelia Indah (G0114046) Ika Hana Pertiwi (G0114054) Jayanthi Baetta H. (G0114059) Julia Nurfitri A. (G0114061) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Transcript of TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

Page 1: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 1/29

0

TIDUR DAN TERJAGA

(sleep and wakefulness ) 

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Faal

Dosen pembimbing : dr. Nanang Wiyono, M.Kes.

Disusun oleh:

Gamma Inggita M. (G0114048)

Farhan Fadhilah (G0114044)

Fidelia Indah (G0114046)

Ika Hana Pertiwi (G0114054)

Jayanthi Baetta H. (G0114059)

Julia Nurfitri A. (G0114061) 

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

Page 2: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 2/29

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidur merupakan sebuah kebutuhan dasar manusia yang bersifat penting dan

fisiologis. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan

kembali staminanya (kozeir,2004). Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh

Departemen Kesehatan bahwa tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk

mengembalikan stamina. Normalnya kebutuhan tidur setiap orang berkisar antara

6-8 jam per hari (Siregar,2011). Selain untuk mengembalikan stamina, tidur juga

dapat mejadi penunjang proses pembentukan sel-sel tubuh yang rusak atau yang

sering dikenal dengan Natural Healing. Tak hanya itu, tidur juga dapat

mempengaruhi fungsi emosional dan mental seseorang (Rafknowledge,2004).

Sehingga tak heran apabila seseorang mengalami gangguan dalam tidurnya, maka

kesehariannya pun akan terganggu.

Tidur dan terjaga merupakan hal yang menarik untuk dikaji karena

merupakan mekanisme fundamental dalam hidup kita. Bagaimana pun juga,aktivitas tersebut kita alami sehari-hari, sehingga sangat bermanfaat bagi kita

untuk menggali bagaimana mekanisme yang terjadi dalam tubuh sehingga setiap

hari kita mengalami fase tidur dan terjaga. Berbagai proses biologis internal yang

terjadi juga berkaitan dengan stimulus eksternal kita. Selain itu, gangguan tidur

dan terjaga kadang terjadi pada beberapa individu sehingga sangat perlu untuk

mengidentifikasi proses-proses yang terjadi dalam diri kita.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

a. Mengetahui kajian mengenai aktivitas tidur dan terjaga.

 b. Mengetahui mekanisme biologis internal yang terjadi pada saat tidur maupun

terjaga.

c. Mengetahui beberapa gangguan dalam tidur dan terjaga serta optimasinya.

Page 3: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 3/29

2

C. Ruang Lingkup Materi

Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai berbagai mekanisme

internal kaitannya dengan tidur dan terjaga. Berbagai materi yang dibahasmeliputi ritme tidur dan bangun, tahapan dalam tidur dan mekanisme otak, dan

kajian mengenai fungsi tidur, tidur REM, dan bermimpi. Dalam subbab ritme dan

 bangun, penulis memaparkan siklus endogen tubuh, pengaturan dan pengaturan

ulang jam biologis, dan mekanisme jam biologis. Dalam subbab tahapan dalam

tidur dan mekanisme otak, kami memaparkan tahapan dalam tidur, tidur REM,

mekanisme otak terhadap keterjagaan dan kegairahan, fungsi otak pada tidur

REM, dan berbagai gangguan tidur. Selanjutnya, dalam subbab terakhir yaitu

mengenai fungsi dari tidur, tidur REM, dan bermimpi.

Page 4: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 4/29

3

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Ritme Tidur dan Bangun

Tubuh kita secara spontan menghasilkan ritme tidur dan terjaga dengan

sendirinya. Namun, para psikolog terdahulu menentang keras gagasan tersebut.

Ketika paham behaviorisme mendominasi psikologi eksperimental selama

 pertengahan tahun 1900an, banyak psikolog meyakini bahwa setiap perilaku dapat

dicari hubungannya dengan stimuli eksternal. Misalnya, pergiliran antara terjaga

dan tidur harus bergantung pada sesuatu di dunia luar, misalnya perubahan cahaya

maupun suhu matahari. Penelitian Curt Richter (1922) dan rekannya

mengindikasikan bahwa tubuh menghasilkan siklus aktif dan inaktif. Sedikit demi

sedikit bukti semakin menguat bahwa hewan mempunyai siklus bangun dan tidur

sekitar 24 jam dalam lingkungan konstan.

1. Siklus Endogen

Seekor hewan yang menghasilkan seluruh perilaku berdasarkan respon

terhadap stimulus, akan sangat merugi. Hewan-hewan harus bersiap pada

 perubahan cahaya matahari dan temperatur sebelum mereka berubah.

Perubahan perilaku tidak hanya didasarkan pada respons terhadap stimulus,

melainkan juga disebabkan oleh mekanisme internal. Berbagai perubahan yang

terjadi disebabkan oleh tubuh yang menghasilkan sebuah ritme. Ritme tersebut

dikenal dengan ritme sirkaunal endogen. Endogen berarti berasal dari dalam,

sirkanual berasal dari kata “circum” yang berarti sekitar dan “annum” yang

 berarti tahun. Semua hewan yang diteliti juga menghasilkan ritme sirkadian

endogen yang berarti ritme yang berlangsung sekitar satu hari. Sikardian

 berasal dari bahasa Latin “circum” yang berarti sekitar dan “dies” yang berarti

hari. Ritme sirkadian endogen merupakan pengendali tidur dan terjaga.

Mamalia, termasuk juga manusia, memiliki ritme sirkadian yang mengatur

kapan kita tidur maupun terjaga, frekuensi makan dan minum, suhu tubuh,

sekresi hormon, volume urin yang dikeluarkan, sensitivitas terhadap obat, serta

Page 5: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 5/29

4

variabel-variabel lain. Misalnya, kita tahu bahwa suhu tubuh normal manusia

adalah 37ºC, namun dapat berfluktuasi dari titik terendah 36,7ºC hingga

37,2ºC.

 Namun demikian, siklus sirkadian tiap orang berbeda-beda. Sebagian

individu yang bangun lebih awal (individu pagi) dapat menjadi lebih cepat

 produktif namun tingkat kewaspadaannya dapat berkurang seiring dengan

 berjalannya waktu. Sedangkan individu yang sulit bangun pagi (individu

malam) dapat mencapai puncak performa yang tinggi pada sore hari atau

menjelang malam dan dapat begadang. Namun demikian, tidak semua individu

dikategorikan dalam kedua kelompok tersebut. Cara termudah untuk

membandingkan antarindividu adalah dengan mengajukan pertanyaan

mengenai jam tidur mereka.

2. Pengaturan dan Pengaturan Ulang Jam Biologis

Ritme sirkadian manusia memiliki durasi yang mendekati 24 jam, tetapi

 belum sempurna. Kita harus mengatur ulang kerja internal setiap hari agar fase

tersebut tetap berlangsung. Di akhir minggu ketika sebagian besar manusia

 bebas mengatur jadwalnya sendiri, di malam hari kita terpapar oleh cahaya,

suara, dan kegiatan lainnya, serta keesokan paginya bangun lebih lambat.

Ketika hari Senin tiba dan jam menunjukkan pukul 7.00, jam biologis kita

menganggapnya pukul 5.00 pagi. Oleh karena itu, kita akan terburu-buru.

Walau tanpa adanya cahaya, ritme sirkadian tetap berlangsung tanpa ada

gangguan. Stimulus yang mengatur ulang ritme sirkadian dikenal dengan

istilah bahasa Jerman,  zeitgeber   yang artinya penambah waktu. Cahaya

 bukanlah satu-satunya zeitgeber bagi manusia. Terdapat faktor lain, misalnya

olahraga, suara, konsumsi makanan, dan suhu lingkungan. Akan tetapi,

zeitgeber-zeitgeber tambahan tersebut memiliki dampak yang lemah terhadap

ritme sirkadian. Sebagai contoh, individu-individu yang bekerja di Antartika

selama musim dingin tanpa adanya matahari, tiap individu menghasilkan ritme

sirkadiannya sendiri. walaupun mereka tinggal bersama dalam satu tempat dan

Page 6: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 6/29

5

 berusaha mempertahankan durasi ritme 24 jam, namun ritme yang dihasilkan

sekitar 24,5 hingga 25 jam.

Bagaimana dengan tuna netra yang terpaksa mengatur ritme sirkadian di bawah pengaruh zeitgeber  selain cahaya? Hasilnya beragam. Sebagian individu

mengatur ritme sirkadian bedasarkan suara, suhu, kegiatan, dan stimulus-

stimulus lain. Individu yang kurang sensitif terhadap  zeitgeber-zeitgeber  

tersebut akan menghasilkan ritme sirkadian dengan durasi sedikit lebih lama

dari 24 jam. Jika fase di dalam ritme sejalan dengan jadwal kegiatan harian,

maka akan baik-baik saja. Namun jika tidak selaras, akan menimbulkan

insomnia di malam hari dan rasa kantuk di siang hari.

a. Jet Lag  

Sebuah gangguan terhadap ritme sirkadian akibat dari pelintasan zona

waktu disebut Jet Lag . Gangguan ini sering dialami oleh wisatawan yang

mengeluhkan munculnya rasa kantuk di sepanjang siang, kesulitan tidur di

malam hari, depresi, dan gangguan konsentrasi. Semua masalah itu muncul

akibat ketidaksesuaian antara waktu sirkadian internal dan waktu eksternal.

Sebagian besar individu dapat lebih mudah menyesuaikan diri terhadap

 perlintasan zona waktu apabila perjalanan dilakukan ke arah barat daripada ke

arah timur. Apabila perjalanan dilakukan ke arah barat, di malam harinya kita

akan tidur lebih larut dan keesokannya akan bangun lebih lambat. Hal ini

merupakan sebagian bentuk penyesuaian diri terhadap zona waktu baru karena

kita telah melakukan penundaan fase ritme sirkadian. Setementara perjalanan

ke arah barat membuat kita memajukan ritme sirkadian dengan cara tidur lebih

awal dan bangun lebih awal.

Bagi beberapa individu, penyesuaian terhadap jet lag dapat menyebabkan

stres. Stres menyebabkan peningkatan hormon kortisol di dalam darah.

Dampak mengenai peningkatan kortisol dalam jangka waktu panjang dapat

menyebabkan hilangnya neuron dalam hipokampus, yaitu area otak yang

 berperan dalam memori. Salah satu studi tentang pramugari wanita yang telah

 bekerja selama 5 tahun, telah melintasi tujuh atau lebih zona waktu. Rata-rata

Page 7: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 7/29

6

mereka memiliki volume hipokampus dan struktur di sekitarnya yang lebih

kecil daripada individu normal dan menunjukkan adanya gangguan ingatan.

Hal tersebut menunjukkan adanya bahaya yang ditimbulkan pada penyesuaian

 berulang ritme sirkadian.

b. Waktu Bekerja

Individu yang memiliki ketidakteraturan jadwal tidur, seperti pilot, supir truk,

dokter jaga dan buruh pabrik akan menyadari bahwa durasi tidur mereka

 bergantung pada kapan mereka tidur. Ketika harus tidur pada pagi atau siang hari,

durasi tidur mereka relatif lebih singkat, walaupun terjaga selama 16 jam lebih.

Pekerja dengan waktu bekerja di malam hari, harus tidur di siang harinya.

Sebagian besar individu belum dapat menyesuaikan diri secara penuh. Mereka

mungkin mengalami kelelahan saat bekerja, kesulitan tidur nyenyak di siang hari,

dan meningkatnya suhu tubuh pada saat berusaha tidur. Secara umum, pekerja

yang bekerja pada melam hari mengalami kecelakaan lebih banyak daripada

 pekerja siang hari.

Bekerja di malam hari belum tentu mengubah ritme sirkadian karena sebagian

 besar ruangan kerja mereka menggunakan pencahayaan dengan intensitas 150-180

lux. Intensitas cahaya tersebut tidak terlalu efektif dalam mengatur ulang ritme

sirkadian. Pekerja malam hari lebih dapat beradaptasi lebih baik jika di siang hari

tidur dalam ruangan yang sangat gelap dan di malam hari mereka bekerja di

ruangan cahaya yang terang benderang.

3. Mekanisme Jam Biologis

Pada tahun 1967 Curt Richter memperkenalkan sebuah konsep bahwa otak

menghasilkan ritmenya sendiri, hal inilah yang disebut dengan jam biologis.

Menurut Curl Richter, jam biologis tersebut tidak sensitif terhadap sebagian besar

gangguan. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, setiap individu memiliki

ritme sirkadian yang konstan. Ritme sirkadian tidak akan berubah meskipun

dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal seperti makanan (jumlah makanan

dikurangi atau ditambah), terkena sinar X, obat bius, alkohol, anestesi,

kekurangan oksigen dan beberapa faktor internal seperti kerusakan otak atau

Page 8: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 8/29

7

 penghilangan kelenjar hormon. Bahkan, setelah dilakukan induksi hibernasi

selama satu jam, hal tersebut seringkali gagal mengatur ulang jam biologis. Jadi,

 jam biologis merupakan suatu hal yang kuat dan teguh.

a. Nukleus Suprakiasma ( Suprachiasmatic Nucleus  –  SCN)

 Nukleus Suprakiasma (Suprachiasmatik nucleus)  adalah bagian dari

hipotalamus yang menghasilkan ritme sirkadian tubuh untuk tidur dan suhu

tubuh. Disinilah jam biologis manusia diatur. Nukleus Suprakiasma atau

 biasa disebut dengan SCN ini terletak diatas kiasma optik. Apabila SCN

dirusak, maka ritme tubuh menjadi kurang konsisten dan tidak lagi peka

dengan pola gelap-terang lingkungan. Nukleus Suprakiasma menghasilkan

ritme sirkadian berdasarkan informasi genetik tanpa adanya proses

 pembelajaran.

Ada beberapa penelitian mengenai terjadinya mekanisme SCN.

Menurut peneliti apabila hubungan SCN dengan otak dipotong atau

dikeluarkan dari tubuh dan disimpan dalam kultur jaringan, maka SCN masih

akan terus menghasilkan ritme sirkadian dalam bentuk potensial aksi.

Bahkan, sebuah sel yang dapat diisolasi oleh SCN masih dapat

mempertahankan ritme sirkadian tingkat menengah. Sel-sel SCN

 berkomunikasi satu sama lain untuk mempertajam akurasi ritme sirkadian.

Komunikasi dijalankan sebagian melalui neurotransmiter dan sebagian

melalui sinapsis listrik. Penelitian selanjutnya yaitu mengenai pembuktian

 bahwa ritme sirkadian berasal dari SCN. Penelitian ini menggunakan hamster janin dan hamster dewasa. Hamster janin yang termutasi gennya memiliki

gen mutan, sehingga SCNnya memproduksi ritme sirkadian dalam dalam

kurun waktu 20 jam daripada ritme 24 jam. Peneliti membedah janin hamster

untuk mengeluarkan jaringan SCN kemudian mentransplantasikan jaringan

SCN dari hamster janin tersebut ke otak hamster dewasa. Jika peneliti

mentransplantasikan SCN yang menghasilkan ritme sirkadian 20 jam, maka

resipien juga akan menghasilkan ritme sirkadian 20 jam, jika resipien

Page 9: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 9/29

8

menerima transplantasi SCN dengan ritme 24 jam maka resipien juga akan

menghasilkan ritme sirkadian 24 jam. Dengan demikian, dapat disimpulkan

ritme sirkadian berasal dari SCN.

Mekani sme Pengaturan SCN oleh Cahaya

 Neuron Suprakiasma pada manusia terletak diatas (supra) kiasma optik.

 Neuron Suprakiasma dan retina dihubungkan secara langsung oleh cabang

optik kecil yang disebut retinohypotalamic.  Akson-akson lintasan

retinohypotalamic inilah yang mengatur SCN. Sebenarnya SCN diatur oleh

input cahaya yang masuk dan diterima oleh kita. Lintasan retinohypotalamic 

menerima sebagian kecil cahaya dari dari reseptor retina normal (sel batang

dan sel kerucut) sedangkan sebagian besar diterima melalui ganglion retina

istimewa. Hal ini diketahui setelah para ahli melakukan pengamatan terhadap

tikus mondok buta. Meskipun tikus mondok buta memiliki mata yang tertutup

lipatan kulit dan bulu, tidak memiliki otot mata maupun lensa mata namun

mereka memiliki sisten ritme sirkadian dan hal tersebut disebabkan oleh

cahaya. Selain itu juga mencit yang dirusak sampai hancur sel batang dan sel

kerucutnya, tetap dapat mengatur ulang jam biologisnya berdasarkan cahaya.

Lintasan retinohypotalamic  yang mengarah ke SCN berasal dari

sekumpulan sel ganglion retina istimewa yang memiliki fotopigmen khusus

dengan nama melanopsin, berbeda dengan fotopigmen yang ada pada sel

 batang dan sel kerucut. Sel ganglion istimewa memberi respon langsung

terhadap cahaya dan tidak memerlukan nput dari sel batang dan kerucut. Sel

ganglion khusus tersebar sebagian besar di hidung dan selebihnya tersebar

tidak teratur di retina yang berarti penglihatan sel tersebut mengarah ke tepi

(perifer). Sel-sel tersebut merespon cahaya secara lambat, oleh sebab itu sel-

sel tersebut memberikan respon terhadap intensitas cahaya secara

keseluruhan. Rata-rata intensitas cahaya dapat dihitung dalam satuan menit

atau jam sehingga dimanfaatkan SCN untuk memperkirakan waktu dalam

sehari.

Page 10: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 10/29

9

Biokimia Ritme Sir kadian

Untuk meneliti mengenai mekanisme ritme sirkadian manusia,

 peneliti menggunakan lalat buah  Drosophila. Peneliti menggunakan lalatsebagai objek penelitian karena mudah bereproduksi dalam hitungan minggu,

dan apabila peneliti telah memahami penyebab mekanisme ritme sirkadian

yang terjadi pada lalat, maka peneliti juga akan menemukan penyebab

mekanisme ritme sirkadian yang terjadi pada manusia yang kurang lebih

sama dengan lalat.

Pada lalat drosophila terdapat gen  period (disingkat dengan per) dan

gen timeless (disingkat dengan tim) yang masing-masing keduanta keduanya

menghasilkan protein per dan tim. Pada pagi hari, produksi kedua protein ini

sedikit dan semakin meningkat sepanjang hari. Di sore hari, kedua protein

dihasilkan dalam jumlah yang tinggi sehingga membuat lalat mengantuk.

Jumlah protein per dan tim yang tinggi membuat umpan balik terhadap gen

 per dan tim sehingga mengakibatkan produksi protein terhenti. Di malam

hari, gen per dan tim tidak lagi menghasilkan protein sehingga konsentrasi

kedua protein tersebut menurun, hingga keesokan harinya siklus tersebut

terulang kembali. Apabila konsentrasi protein Per dan Tim tinggi, kedua

 protein tersebut akan berinteraksi dengan protein clock untuk memicu rasa

kantuk. Apabila produksi protein per dan tim rendah, maka hasilnya adalah

keterjagaan. Selain itu, apabila pada mamalia, berkas cahaya akan

mempengaruhi input yang masuk ke dalam SCN sehingga mengubah

 pelepasan protein Tim. Pada dasarnya, protein Per dan Tim meningkatkan

aktivitas neuron-neuron tertentu di SCN.

Dengan mengetahui tentang mekanisme ritme sirkadian, kita akan

dapat mengetahui dan memahami beberapa gangguan tidur yang tidak umum.

Beberapa individu yang mengalami mutasi pada gen per memiliki siklus

sirkadian yang aneh, yaitu jam biologis mereka akan kurang dari 24 jam.

Individu yang menfgalami kerusakan pada gen per juga akan menderita

depresi.

Page 11: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 11/29

10

Melatonin

Fase bangun dan tidur dilakukan oleh SCN yang melakukan

 pengendalian terhadap aktivitas beberapa daerah otak yang lain, salah satunyakelenjar pineal. Kelenjar pineal adalah sebuah kelenjar endokrin yang terletak

 pada sisi posterior talamus. Kelenjar pineal menyekresikan hormon

melatonin, sebuah hormon yang meningkatkan rasa kantuk. Pada manusia,

 proses ini biasanya terjadi pada malam hari. Individu yang menderita tumor

kelenjar pineal terkadang dapat terjaga sampai berhari-hari. Sedangkan

apabila manusia berpindah dari zona waktu yang berbeda dan mengikuti

 jadwal yang baru, mereka akan terus mengantuk pada waktu yang sama

seperti zona waktu yang lama sampai ritme melatonin berubah. Oleh sebab

itu, pil melatonin dikonsumsi oleh individu yang melakukan perjalanan jauh

ke zona waktu baru atau memulai jadwal kerja yang baru dan perlu tidur pada

waktu yang tidak biasa.

Sekresi melatonin terjadi 2-3 jam sebelum waktu tidur. Apabila

mengkonsumsi pil melatonin maka rasa kantuk akan muncul dua jam

kemudian, kecuali jika pil dikonsumsi pada sore hari maka tubuh tidak akan

terlalu merasakan efek mengantuk, karena pada sore hari tubuh juga

menghasilkan melatonin. Saat ini penggunaan pil melatonin sudah menjadi

tren. Melatonin adalah antioksidan sehingga memberikan manfaat terhadap

kesehatan. Dosis rendah pil melatonin (hingga 0,3 mg/hari) menhasilkan

tekanan darah yang menyerupai tekanan darah normal sehingga tidak

menimbulkan pengaruh negatif. Dosis yang lebih besar jarang menimbulkan

efek samping yang teramati. Pengaruh jangka panjang melatonin padamanusia belum diketahui, tetapi sama dengan penggunaan obat lainnya

sebaiknya digunakan ketika dibutuhkan.

B. Tahapan dalam Tidur dan Mekanisme Otak

1. Tahapan dalam Tidur

Tidur merupakan suatu proses yang bersifat pasif dan dianggap sebagai

keadaan normal dari kehidupan kita. Pendapat ini dianut oleh para ahli sampai

Page 12: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 12/29

11

tahun 1950-an. Saat ini diketahui bahwa saat manusia sedang tidur aktifitas otak

sangat aktif. Ketika tertidur, terjadi aktivitas di otak yang melalui beberapa

tahapan  yang dinamakan siklus tidur. Berikut data hasil pengukuran

 polisomnograf, yaitu sebuah kombinasi antara EEG dan pengukur pergerakan

mata,

1.  Tahapan terjaga atau Rileks

Terdapat rangkaian gelombang alfa pada frekuensi 8-12 perdetik. Merupakan

fase nol yang ditandai dengan subjek dalam keadaan tenang dan tertutup.

Terdapat gerakan bola mata dan berlangsung antara lima sampai sepuluh

menit.

2.  Awal periode tidur

Merupakan fase peralihan dari fase terjaga ke fase tidur. Pada hasil

 pengukuran EEG, gelombang didominasi oleh gelombang patah-patah tidak

 beraturan bervoltase rendah. Aktivitas otak mulai menurun. Pada orang

normal fase 1 ini tidak berlangsung lama yaitu antara lima sampai sepuluh

menit kemudian memasuki fase berikutnya.

3. 

Tidur tahap kedua

Pada tahap ini terdapat karakteristik yang menonjol, yaitu terdapat spindle

tidur dan kompleks K. Spindel tidur ini terdiri dari gelombang berfrekuensi

12-14 Hz per detik yang berlangsung selama ledakan aktivitas, yang

 berlangsung spaling tidak selama setengah detik. Spindel tidur adalah hasil

dari interaksi antara sel-sel pada thalamus dan korteks yang berisolasi.

Sedangkan kompleks K merupakan gelombang curam amplitude tinggi. Fase

2 ini berjalan relatif lebih lama dari fase 1 yaitu antara 20 sampai 40 menitdan bervariasi pada tiap individu.

4. 

Tidur tahap ketiga

Detak jantung, tarikan nafas, dan aktivitas otak melambat. Gelombang lambat

 beramplitudo besar semakin sering muncul.

5. 

Tidur tahap keempat

Lebih dari setengah hasil rekaman terdiri dari gelombang besar dengan durasi

setengah detik dan terbentuk slow wave sleep. 

Page 13: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 13/29

12

6.  Tidur paradox atau REM

Adanya gelombang cepat tidak beraturan yang bervoltase rendah yang

menandakan adanya peningkatan aktivitas neuron yang merupakan tidur tidak

 pulas tetapi pada tahap ini semua otot yang mendukung postur tubuh,

misalnya otot pendukung kepala lebih berelaksasi di tahap ini.

2. Tidur Paradoks dan REM

Banyak penemuan yang berawal karena peneliti mengungkap sesuatu secara

tidak sengaja dan mereka menyadari adanya kemungkinan bahwa hal tersebut

 penting. Pada sekitar tahun 1950an, peneliti berkebangsaan Prancis, Michael

Jouvet sedang menguji kemampuan belajar sekelompok kucing yang korteks

serebrumnya telah keluarkan. Jouvet merekam pergerakan kecil yang terjadi pada

otot dan EEG dari otak bagian belakang, karena mamalia yang telah dikeluarkan

serebrumnya cenderung lebih tidak aktif. Dari penelitian yang dilakukan inilah

muncul fenomena tidur paradoks. Karena disatu sisi tidur paradoks merupakan

tidur pulas dan di sisi lain tidur tidak pulas. Karena terdapat adanya peningkatan

aktivitas neuron yang merupakan tidur tidak pulas tetapi pada tahap ini semua otot

yang mendukung postur tubuh, misalnya otot pendukung kepala lebih berelaksasi

di tahap ini.

Sementara di Amerika Serikat terdapat penelitian yang dilakukan oleh

 Nathaniel Kleitmen dan Eugene. Penelitian in mengamati pergerakan mata dalam

sekelompok individu sebagai dasar pengukuran kepulasan tidur berdasarkan

asumsi bahwa pergerakan mata akan berhenti ketika tidur. Setelah mereka

melakukan pengukuran berulang dan diteliti, mereka berkesimpulan bahwa dalam

tidur terdapat fase gerak mata cepat atau Rapid Eye Movement (REM). Mereka beranggapan bahwa REM sebenarnya sama dengan tidur paradoks yang

dikemukakan oleh Jouvet. Istilah tidur REM digunakan peneliti untuk manusia,

sedangkan istilah tidur paradoks digunakan untuk penelitian hewan.

Selama berlangsungnya tidur REM, hasil rekaman EEG memperlihatkan

adanya adanya gelombang cepat tidak beraturan yang bervoltase rendah yang

menandakan adanya peningkatan aktivitas neuron. Karakteristik tidur REM

adalah biasanya disertai dengan mimpi aktif, lebih sulit dibangunkan, tonus otot

Page 14: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 14/29

13

tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas system pengaktivasi

retikularis, frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur, dan mata cepat

tertutup dan terbuka, nadi cepat dan tidak teratur, tekanan darah meningkat atau

 berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolisme meningkat.

Selain tahap tidur REM terdapat pula tahap tidur NREM atau nonREM. Pola

tidur biasa atau NREM. Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan

dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih

lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak

dalam keadaan tidur Tanda-tanda tidur NREM adalah mimpi berkurang, keadaan

istirahat (otot mulai berelaksasi), tekanan darah menurun,kecepatan pernafasan

menurun, metabolisme menurun, dan gerakan mata melambat

Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini

 biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan

demikian akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4

(empat) tahap yang masing-masing-masing tahap di tandai dengan pola

gelombang otak.

3. Mekanisme Otak terhadap Keterjagaan dan Kegairahan

Otak memiliki sistem-sistem yang memengaruhi kegairahan. Struktur yang

ada ialah  pontomesenchepalon, rafe dorsal, dan sebagian hipotalamus yang

 berfungsi mengendalikan berbagai kelompok sel di dasar otak bagian depan yang

memiliki akson pelepas asetil kolin ke sebagian besar otak bagian depan.

Struktu r otak terkait dengan Kegairahan dan Perhatian

Apabila otak bagian tengah dipotong, kegairahan akan turun karena

rusaknya formasi reticular, yaitu sebuah struktur yang memanjang dari medulla

menuju otak bagian depan. Neuron-neuron pada formasi reticular, sebagian

mengarah ke atas menuju orak dan sebagian lagi mengarah ke bawah menuju

sumsum tulang belakang. Akson yang mengarah ke sumsum tulang belakang,

membentuk bagian trakturs ventromedial pengendali motor. Neuron formasi

reticular yang mengarah ke atas sangat sesuai untuk mengatur kegairahan. Salah

satu dari formasi reticular yang berperan dalam kegairahan adalah

Page 15: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 15/29

14

 pontomesenchepalon. Akson ini melepaskan asetil kolin dan glutamate yang akan

menghasilkan efek eksitator di dalam hipotalamus, thalamus, dan dasar otak

 bagian depan. Oleh sebab itu, pontomesenchepalon mempertahankan kegairahan

selama periode keterjagaan sebagai respon terhadap kegiatan baru atau

menantang. Stimulasi pontomesenchepalon akan menyebabkan keterjagaan

individu yang tidur atau meningkatkan kewaspadaan pada individu yang sudah

terjaga.

Kegairahan dan perhatian bukanlah proses tunggal. Bangun tidur,

menyimpan ingatan, dan peningkatan usaha yang berorientasi hasil bergantung

 pada proses yang terpisah . Contohnya adalah Locus coerulus yang merupakan

sebuah struktur kecil yang terletak pada pons otak, yang tidak aktif dalam

sebagian besar waktunya, tetapi menghasilkan ledakan impuls ketika memberikan

respon terhadap peristiwa. Biasanya dalam periode tidur, locus coerulus tidak

aktif. Neurotransmitter yang dilepaskan oleh locus coerulus adalah norepinefrin

yang dapat meningkatkan penyimpanan informasi dalam masa terjaga dan

menghambat tidur REM.

Hipotalamus memiliki beberapa lintasan yang dapat mempengaruhi

kegairahan. Salah satu lintasan yang berasal dari nucleus lateral hipotalamus,

terutama yang berasal dari nucleus lateral hipotalamus melepaskan sebuah

neurotransmitter peptide yang disebut oreksin yang mampu mempertahankan

keterjagaan seseorang. Kemudia terdapat akson-akson yang melepaskan

neurotransmitter histamin yang berfungsi untuk meningkatkan kegairahan.

Lintasan lain yang berasal dari lateral hipotalamus dan mengendalikan sel-

sel pada dasar otak bagian depan. Sel-sel dasar otak bagian depan menumbuhkan

akson yang melintas menuju thalamus dan korteks serebrum. Beberapa aksontersebut melepaskan asetil kolin yang memiliki efek eksitator dan cenderung

meningkatkan kegairahan, mengeksitasi thalamus dan korteks, meningkatkakn

 pembelajaran, dan mengubah tidur NREM menjadi REM. Selain itu terdapat pula

akson lain yang berasal dari dasar otak bagian depan yaitu sel-sel inhibitor yang

menghasilkan GABA yang sangat penting dalam membantu kita memahami apa

yang kita alami selama tidur. Selain itu GABA juga dapat menginhibisi thalamus

dan korteks. Biasanya sebuah neuron mungkin menjadi aktif secara spontan atau

Page 16: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 16/29

15

karena memberikan respon terhadap stimulus, tetapi stimulasi tersebut tidak

diteruskan akson ke area otak lain karena adanya inhibisi oleh GABA.

4. Fungsi Otak pada Tidur REM

Para peneliti menggunakan pindai PET untuk mengetahui area otak yang

mengalami peningkatan atau penurunan aktivitas selama REM. Prosedur pindai

PET ini dimulai ketika peneliti menyuntik zat kimia radioaktif dalam kondisi

objek tertidur, dengan konsekuensi bahwa hasil pindai PET hanya terlihat jelas

apabila kepala objek tidak bergerak sama sekali. Menurut Braun, dkk. (1998) dan

Maquet, dkk. (1996) hasil yang diperoleh dari pindai PET ini adalah:

a.  Terjadi peningkatan aktivitas pada korteks parietal, temporal, pons dan sistem

limbik (yang berperan penting dalam emosi) dalam tahap REM.

 b.  Dalam tahap REM pula, aktivitas pada korteks visual utama, korteks motor,

dan korteks prefrontal dorsolateral menurun.

Di samping itu, peran pons pada saat tidur REM sangatlah besar,

diantaranya adalah sebagai asal muasal gelombang PGO (Pons Genikulat

Oksipital), yaitu pola potensial listrik beramplitudo tinggi. Gelombang ini

 pertama kali dideteksi pada pons, kemudian nukleus genikulat lateral thalamus,

dan sampai kepada korteks oksipital (D.C Brooks & Bizzi, 1963; Laurent,

Cespuglio & Jouvet, 1974). Jumlah gelombang PGO ini harus cenderung

konstan tiap harinya. Apabila gelombang PGO muncul diluar kebiasaan maka

akan menimbulkan perilaku abnormal. Selain itu, sel-sel pada pons juga

membantu mengirimkan informasi ke sumsum tulang belakang untuk

menghambat motor neuron yang mengendalikan otot-otot besar dalam tubuh.

Page 17: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 17/29

16

REM bergantung pada neurotransmitter serotonin dan asetilkolin. Hal ini

dilihat dari penyuntikan obat carbathol, yaitu zat kimia yang menstimulasi

sinapsis asetil kolin, dapat membuat seseorang langsung memasuki tahap

REM(Baghdoyan, Spotts, & Snyde, 1993). Namun berbeda halnya dengan

serotonin dan norephinefrin, kedua neurotransmitter itu justru menginterupsi

atau memperpendek periode tidur REM (Boutrel, Franc, Hen, Hamon, & Adrien,

1999), karena menimbulkan ledakan aktivitas pada lobus coeruleus.

5. Gangguan Tidur

Insomnia

Insomnia adalah gangguan di mana orang tidak dapat mendapatkan cukup

tidur atau tidur yang restoratif . Beberapa penyebab insomnia antara lain adalah

suara, suhu yang tidak nyaman, stres, nyeri, pola makan, pengobatan, epilepsi,

 penyakit Parkinson, tumor otak, depresi, kegelisahan dan beberapa gangguan

saraf dan psikologis lainnya.

Contoh kasus akibat pola makan ialah, seorang anak mengalami susah

tidur karena tidak toleran terhadap susu (Horne, 1992) dan orangtuanya tidakmenyadarinya bahkan terus menerus memberikan susu setiap sebelum tidur. Hal

inilah yang menyebabkan anak mengalami insomnia atau gangguan tidur.

Page 18: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 18/29

17

Banyak pula kasus insomnia yang terkait dengan perubahan ritme

Sirkadian. (MacFarlane, Cleghorn, & Brown, 1985a, 1985b). Ritme sirkadian

adalah siklus 24 jam dalam proses fisiologis makhluk hidup, termasuk

tumbuhan, hewan, jamur dan sianobakteria. Ritme sirkadian penting untuk

menentukan pola tidur dan pola makan semua hewan, termasuk manusia. Dalam

ritme Sirkadian ini dijelaskan bahwa seseorang tertidur ketika suhu tubuhnya

turun dan terbangun ketika suhu tubuhnya naik. Apabila ritme Sirkadian ini

mundur, maka hipotalamus akan menganggap bahwa waktu belum terlalu

malam dan akibatnya tidur terlalu larut (Morris, dkk., 1990). Namun ketika ritme

ini maju, maka ia akan tidur lebih cepat dari waktunya dan bangun lebih awal.

Faktor penggunaan obat penenang sebagai obat tidur juga dapat

menyebabkan insomnia, sebab penggunaan yang berulang akan membuat

ketergantungan hingga individu akan mengalami kesulitan tidur apabila tidak

mengkonsumsinya (Kales, Scharf, & Kales 1978).

Apnea Tidur

Apnea Tidur adalah ketidakmampuan bernafas ketika tertidur, terkadang

 berlangsung semenit atau lebih. Biasanya mereka akan terbangun terengah-

engah kehabisan nafas. Konsekuensi yang muncul ialah rasa kantuk di siang

hari, gangguan terhadap perhatian, depresi, dan terkadang gangguan jantung.

Apnea ini juga menyebabkan sejumlah area otaknya kehilangan neuron sehingga

mengalami gangguan belajar, nalar, perhatian, dan kendali impuls (Beebe &

Gozal,2002; Macey, dkk., 2002). Kehilangan neuron ini diakibatkan oleh

rendahnya oksigen dalam periode yang berulang. Apnea tidur ini disebabkan

oleh gen, hormon, obesitas, dan kesusakan mekanisme pengendalian nafas

ketika lanjut usia.

Page 19: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 19/29

18

Narkolepsi

 Narkolepsi adalah sebuah kondisi yang ditandai oleh seringnya periode

rasa kantuk pada siang hari (Aldrich, 1998). Gangguan ini ditandai dengan

gejala sebagai berikut:

a. Serangan rasa kantuk yang bertahap dan mendadak disiang hari

 b. Katapleksi, yaitu kondisi lemahnya otot pada saat individu terjaga, yang

sesekali mucul.

c. Lebih sering mengalami paralisis tidur, yaitu ketidakmampuan bergerak ketika

memasuki periode tidur atau bangun dari tidur.

d. Halusinasi hipnogogik yaitu pengalaman menyerupai mimpi sehingga

individu tersebut mengalami kesulitan untuk membedakannya dengan

kenyataan.

Penyebab narkolepsi ialah kekurangan sel-sel hipotalamus yangmerupakan penghasil dan pelepas neurotransmitter oreksin (THanickal, dkk.,

2000). Oreksin inilah yang berperan untuk mempertahankan keterjagaan, itulah

mengapa penderita narkolepsi tidak dapat tetap terjaga, mereka melewati periode

mengantuk yang singkat. Untuk membuat penderita narkolepsi tetap terjaga,

diberikan pengobatan berupa stimulan seperti metilfenidat yang meningkatkan

aktivitas dopamin dan norepinefrin.

Page 20: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 20/29

19

Gangguan pergerakan anggota badan periodik

Sebuah gerakan refleks kaki dan tangan yang berulang (Edinger, dkk.,

1992). Pada sebagian besar penderita yang paruh baya atau lanjut usia,umumnya terjadi tendangan kaki setiap 20-30 detik selama tahap tidur NREM.

Tendangan yang sangat kuat dapat membangunkan individu tersebut. Gangguan

ini dapat diatasi dengan diberikan obat penenang (Schenk & Mahowald, 1996)

Gangguan Peri laku REM

Pada penderita gangguan perilaku REM, otot-otot mereka bergerak aktif

dan penuh semangat selama dalam kondisi REM, sesuai dengan pergerakan

didalam mimpinya. Sebagian besar penderita gangguan ini merupakan individu

lanjut usia, terutama mereka dengan penyakit otak atau Parkinson (Olson, dkk.,

2000). Penyakit otak ini menyebabkan kerusakaan pada sel-sel pons, yang

merupakan pengirim informasi yang menginhibisi neuron sumsum tulang

 belakang, dimana merupakan pusat pengendali otot besar.

Teror malam, mengigau dan sleep-walki ng

Teror malam adalah sebuah pengalaman kegelisahan yang memuncak

yang menyebabkan penderitanya terbangun dari tidur dan berteriak, namun

 berbeda dengan mimpi buruk. Mengigau adalah tindakan berbicara dalam tidur

yang tidak disadari dan bersifat umum serta tidak berbahaya. Mengigau ini

terjadi dalam tahapan REM dan NREM (Arkin, Toth, Baker, & Hastey, 1970)

Sleep-walking diturunkan dalam keluarga dan umunya terjadi pada umur

2-5 tahun, serta belum diketahui penyebabnya. Biasanya  sleep-walking   terjadi

 pada tahap ketiga atau keempat dalam tidur, dan bukan ketika tahap REM.

Sebab, dalam keadaan REM, otot-otot telah benar-benar berelaksasi sehingga

tidak memungkinkan individu untuk sleep-walking dalam tahap ini.

Page 21: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 21/29

20

C. Mengapa Tidur? Mengapa Tidur REM? Mengapa Bermimpi?

1. Fungsi Tidur

Tidur memiliki beragam manfaat. Hal-hal yang terjadi selama kita tidur;

antara lain otot-otot diistirahatkan, metabolisme menurun, penyusunan ulang

 protein diotak, (kong dkk, 2002), mengorganisasi ulaang, dan memperkuat

memori. Individu yang kekurangan tidur mengalami kesulitas untuk

 berkonsentrasi dan lebih rentan terhadap penyakit. Oleh karen itu kita sudah

 pasti membutuhkan tidur.

Tidur dan Konservasi Energi

Pada awalnya, tidur mungkin memiliki manfaat yang sederhana,

kemudian proses evolusi menambah fungsi lain. Semua spesies membutuhkan

tidur, bukan hanya vertebrata dengan otak yang besar dan memori yang

kompleks. Bahkan, bakteri pun memiliki ritme sirkadian (Mihalcescu, Hsing,

& Leibler, 2004).

Sebuah hipotesis yang dapat diterima menyatakan bahwa tidur pada

awalnya hanya merupakan sebuah cara untuk mengonservasi energy

(Kleitmen, 1963). Hampir semua spesies termasuk hewan sel tunggal tampak

lebih efisien pada satu waktu dibanding dengan waktu lainnya (sebagaian lebih

efisien pada siang hari karena mereka dapat melihat, spesies yang lebih

mengandalkan penciuman daripada penglihatan lebih efisien pada malam hari

karena predator tidak dapat meilihat mereka). Tidur mengonservasi energy

 pada masa yang tidak efisien, yaitu ket ika aktivitas justru lebih menyebabkan

 bahaya daripada manfaat. Bahkan, robot ROVER buatan NASA memiliki

mekanisme “tidur” pada malam hari untuk mengonservasi baterai. Selama tidur

 berangsung, suhu tubuh mammalian turun sekitar 1-2, penurunan suhu

tersebut cukup untuk mengonservasi energy dalam jumlah signifikan.

Penurunan aktivitas otot menyebabkan lebih banyak lagi energy yang

terkonservasi. Hewan-hewan meningkatkan durasi tidur pada saat inilah

konservasi energy menjadi masalah yang sangat penting (Berger & Phillips,

1995). Hibernasi adalah kebutuhan yang mutlak bagi beberapa hewan, akan

Page 22: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 22/29

21

tetapi, fungsi hibernasi hanya untuk mengonservasi energy ketika makanan

sulit ditemukan. Beberapa spesies lain yang memperlihatkan spesialisasi tidur

yang menarik. Sebagai contoh tidurnya lumba-lumba dan mamalia air lainnya.

Dimalam hari, hewan  – hewan tersebut harus waspda untuk tetap sesekali

mengambil napas ke permukaan. Lumba-lumba dan mamalia air lainnya dalam

 proses evolusinya telah mengembangkann kemampuan untuk mengistirahatkan

satu sisi otak saja secara bergiliran. Artinya, sementara salah satu belahan otak

tertidur, belahan otak yang lain tetap terjaga untuk mengendalikan renang dan

napas (Rattenborg, Amlaner, & Lima, 2000). Burung-burung migran pun

menghadapi masalah yang berbeda, banyak spesies burung migran yang

mencari makan disiang hari dan dimalam harinya mereka terbang untuk

 bermigrasi ini dilakukan ketika musim gugur dan semi tiba selama satu atau

dua minggu. Jadwal tersebut menyebabkan mereka hanya dapat idur dengan

waktu yang singkat atau tidak sama sekali. Tampaknya, selama bermigrasi

 burung-burung menurunkan kebutuhan tidurnya.

Fungsi Restorasi Tidur

Jika memang fungsi awal tidur adalah untuk mengonservasi energi,

maka saat ini tidak diragukan lagi bahwa tidur menguji fungsi restorasi tidur

adalah dengan melakukan pengamatan terhadap pengurangan tidur selama

seminggu, untuk penelitian maupun untuk pertunjukan, melaporkan adalnya

rasa pusing, gangguan konsentrasi, mudah marah, tremor pada tanggan, dan

halusinasi (Dement, 1972; L.C. Johnson, 1969). Pekerja yang bekerja selama

musim dinggin di antartika hanya tidur dalam waktu yang singkat dan

mengalami depresi (Palinkas, 2003). Bahkan, satu malam tanpa tidur dapatmeningkatkan aktivitas system imun secara sementara (Matsumoto, dkk.,

2001). Artinya kita bereaksi terhadap pengurangan tidur seolah-olah kita sakit.

Akan tetapi, setiap individu memiliki kebutuhan tidur yang berbeda.

Hasil pengamatan terhadap dua pria dewasa mengungkapkan bahwa mereka

rata-rata hanya tidur selama 3 jam dan bangun dengan perasaan segar (H.S

Jones & Oswald, 1968). Diketahui pula bahwa seseorang wanita yang berumur

Page 23: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 23/29

22

70 tahun, rata-rata setiap malam hanya tidur 1 jam dan sering kali merasa tidak

membutuhkan tidur sama sekali (Meddis, Pearson, & Langford, 1972).

Pengurangan tidur yang diperpanjang pada hewan percobaan, yang biasanya adalah tikus, telah menimbulkan gangguan yang lebih parah.

Perbedaan utama antara pengurangan pada manusia dan hewan percobaan

adalah bahwa hewan percobaan dipaksa untuk tetap terjaga, sementara manusia

sukarela ikut dalam percobaan tahu bahwa mereka dapat berhenti jika kondisi

tidak memungkinkan (pengaruh stressor terhadap subjek pengujian akan lebih

 besar jika stressor tidak dapat diperkirakan dan tidak dapat dikendalikan).

Setelah beberapa hari mengalami pengurangan tidur, tikus tersebut

memperlihatkan adanya peningkatan suhu tubuh, laju metabolism, dan nafsu

makan. Hal-hal yang mengindikasikan bahwa tubuh tikus sedang bekerja

 begitu berat. Apabila pengurangan tidur terus dilanjutkan, otak tikus tersebut

mengalami penurunan aktivitas dan system imunitas tidak dapat berfungsi

ormal sehingga kehilangan kekebalan terhadap infeksi (Everson, 1995;

Rechtschaffen, & Bergmann, 1995). Akan tetapi, sulit untuk membedakan

anatara pengaruh yang timbul akibat pengurangan tidur dan pengaruh yang

timbul akibat dari beragam ala yang dipasangkan pda hewan tersebut untuk

membuatkanya tetap terjaga.

Tidur dan Memori  

Sebuah pesan singkat untuk pelajar: ketika anda belajar, jangan lupa

untuk tidur yang cukup. Ketika individu melatih suatu keterampilan secara

 berulang-ulang, terkadang performanya menurut seiring berlalunya hari,

namun dapat pulih jika individu tersebut tidur siang sebentar (Mednick dkk,

2002). Hasil-hasil percobaan tersebut mengindikasikan bahwa tidur

memperkuat memori. Tidur juga membantu kita untuk menganalisis ulang

ingatan. Dalam sebuah studi, sekelompok individu yang baru berlatih sebuah

keterampilan kompleks, lebih mungkin mendapat persepsi tentang cara mudah

melakukan keterampilan tersebut (pengalaman “aha” setelah melalui periode

tidur singkat dibandingkan jika melalui periode terjaga dengan durasi yang

sama (Wager dkk,. 2004).

Page 24: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 24/29

23

Pada beberpa studi, peneliti merekam aktivitas sekelompok individu yang

mempelajari keterampilan motor baru- serupa dengan keterampilan yang anda

 pelajari dalam video game- kemudian peneliti merekam aktivitas otak mereka

katika tidur. Mengunakan microelectrodes dalam sel untuk hewan laboratorium

dan elektroda kototr di kulit kepala bagi manusia. Hasil rekaman aktivitas

mereka tidur memperlihatkan bahwa area otak yang aktif ketika mereka belajar

keterampilan yang baru, juga menjadi aktif ketika mereka tidur. Selain itu,

 jumlah aktivitas pada area otak tersebut berkorelasi tinggi dengan kemajuan

mereka dalam melakukan keterampilan tersebut pada keesokan harinya (Huber,

Ghilardi, Masimini, & Tonomi, 2004; Maque dkk., 2000; Peigneux dkk.,

2004). Hal yang sama juga terjadi pada burung yang belajar berkicau

(Deregnaucourt, Mitra, Feher, pytte, & Tchernichovski, 2005). Semua hasil

studi tersebut mengindikasikan bahwa tidur merupakan waktu penguatan

memori.

2. Fungsi Tidur REM

Rata-rata orang menghabiskan sekitar sepertiga dari hidupnya tertidur

dan sekitar seperlima dari tidur REM, yang berjumlah sekitar 600 jam REM

 per tahun. Tidur REM yang terjadi pada mamalia dan burung menunjukkan

 bahwa kapasitas untuk itu adalah bagian dari warisan evolusi kita kuno.

Beberapa spesies memiliki lebih dari yang lain. Sebagai aturan, spesies dengan

total jam tidur paling juga memiliki persentase tertinggi Tidur REM (J. Siegel

M., 1995). Kucing menghabiskan sampai 16 jam hari tidur, banyak atau

sebagian besar dalam tidur REM. Kelinci, guinea babi, dan domba tidur kurang

dan menghabiskan sedikit waktu di REM.

Satu hipotesis adalah bahwa REM penting untuk penyimpanan memori

atau membantu otak menyingkirkan hubungan-hubungan tidak berguna yang

tidak sengaja dibentuk selama satu hari (Crick & Mitchison, 1983). REM dan

tidur non-REM mungkin penting untuk mengkonsolidasikan jenis perbedaan

dalam memori. Namun, banyak orang menggunakan obat yang menginhibisi

MAO, anti depresan obat-obatan yang sangat membatasi terjadinya tidur REM,

tanpa menimbulkan kerusakan apa pun pada kornea. Penelitian pada hewan

Page 25: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 25/29

24

laboratorium menunjukkan bahwa inhibitor MAO kadang-kadang bahkan

meningkatkan memori (Parent, Habib, & Baker, 1999).

Hipotesis lain terdengar aneh karena kita cenderung membayangkan peran untuk tidur REM: David Maurice (1998) mengusulkan bahwa REM

hanya merupakan gerakan bola mata bolak-balik cukup untuk mendapatkan

lebih memadai oksigen ke kornea mata. Kornea mata, tidak seperti bagian

tubuh lainnya, mendapatkan oksigen langsung dari udara sekitarnya. Mereka

mendapatkan beberapa oksigen dari cairan di belakang mereka tetapi ketika

mata bergerak, cairan menjadi tetap. Gerakan mata meningkatkan pasokan

oksigen ke kornea. Menurut pandangan ini, REM adalah cara membangkitkan

tidur yang cukup menggerakkan mata kembali dan sebagainya, dan manifestasi

lain dari REM termasuk mimpi hanya sebagai sebuah hasil. Gagasan ini

amatlah masuk akal berdasarkan fakta bahwa REM terjadi pada menjelang

akhir malam tidur, ketika fluida di belakang mata akan menjadi yang paling

stagnan. Hal ini juga masuk akal dari fakta bahwa individu yang menghabiskan

 berjam-jam tidur berlebih. Namun, seperti yang disebutkan, banyak orang

menggunakan inhibitor MAO yang sangat membatasi tidur REM. Singkatnya,

 bukti tidak meyakinkan mendukung setiap hipotesis saat ini tentang fungsi

REM.

3. Perspektif Biologis tentang Mimpi

H ipotesis Aktivasi Sintesis

Berdasarkan hipotesis aktivasi sintesis, mimpi merepresentasikan usaha

otak untuk memaknai informasi yang telah terdistorsi. Mimpi dimulai dengan

ledakan periodik aktivitas spontan di pons-gelombang PGO yang mengaktivasi

 beberapa bagian korteks. Inti korteks menggabungkan input acak tersebut

dengan kegiatan apa pun yang sedang terjadi dan melakukan mensintesis suatu

cerita agar informasi masuk akal. Hobson & McCarley, 1977; Hobson, Pace

Schott, & Stickgold, 2000; McCarley & Hoff manusia, 1981). Masukan dari

 pons biasanya mengaktifkan amigdala, suatu bagian dari lobus temporal yang

Page 26: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 26/29

25

sangat penting bagi pengolahan emosional, dan karena itu, sebagian besar

mimpi memiliki emosional yang kuat.

Kebanyakan orang pernah mengalami mimpi terbang atau jatuh dariketinggian. Nah, ketika kita sedang tidur, posisi tubuh kita berbaring datar,

 berbeda dengan posisi tubuh di waktu terjaga. Otak yang pada saat itu berada

 pada kondisi setengah sadar merasakan sensasi vestibular dari posisi tubuh kita

dan mengiterpretasikannya sebagai terbang atau jatuh. Pada saat kita bermimipi

 bahwa kita tidak dapat bergerak, hal itu dapat dijelaskan dengan teori aktivasi

sintesis. Ketika kita berada dalam tidur REM, otot-otot utama penyokong

 postur tubuh tidak dapat bergerak, artinya, ketika kita bermimpi, kita memang

tidak dapat bergerak sama sekali.

H ipotesis Kl in iko Anatomis

Sebuah alternatif mengenai pandangan biologi tentang mimpi diberi

nama hipotesis kl in iko anatomis karena hipotesis tersebut didapat dari hasil

studi klinis mimpi pada beberapa pasien penderita berbagai kerusakan otak.

Dalam beberapa hal, hipotesis tersebut mirip dengan teori aktivasi sintesis.

Kedua hipotesis tersebut menyatakan bahwa mimpi diawali oleh adanya

 pembangkitan stimulus yang dihasilkan dalam otak, lalu bergabung dengan

memori terbaru dan informasi sensoris. Perbedaan kedua teori tersebut yaitu

 pada hipotesis kliniko, hal-hal seperti pons, gelombang PGO, atau tidur REM

tidak terlalu berperan. Hipotesis tersebut menganggap mimpi sama halnya

dengan berpikir, yang terjadi pada kondisi yang tidak umum.

Salah satu bentuk kondisi yang tidak umum adalah bahwa otak mendapat

informasi yang lebih sedikit dari organ-organ indera. Oleh sebab itu, otak

 bebas membuat citra tanpa ada gangguan atau batasan. Pada kondisi ini,

korteks motor utama dan neuron motor pada sumsum tulang belakang

mengalami penghambat aktivitas. Oleh karena itu, ketika kita bermimpi kita

itdak akan mungkin untuk bertanya apakah itu merupakan hal yang mungkin

atau tidak.

Page 27: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 27/29

26

Di waktu yang sama, aktivitas pada bagian inferior (bawah) parietal

mengalami peningkatan. Bagian ini berperan dalam persepsi visuospasial. Jika

 bagian tersebut rusak, maka penderita akan mengalami gangguan

ketidakmampuan menyatukan sensasi tubuh dengan penglihatan, mereka juga

tidak mengalami mimpi. Pada saat itu juga, korteks visual ( diluar area V1)

 juga memiliki aktivitas yang cukup tinggi. Area ini berperan penting untuk

 pencitraan visual yang ada pada sebagian besar mimpi. Bagian-bagian lain

yang mengalamiaktivitas yang tinggi ketika bermimpi adalah hipotalamus,

amiglada, dan area lain yang berperan penting untuk emosi dan motivasi.

Dengan begitu, stimulus yang mempengaruhi aktivasi bagian korteks

 parietal, oksipital dan temporal berupa stimulus internal dan eksternal. Tidak

ada input sensoris dari bagian V1 yang akan menghalangi stimulus dan tidak

ada informasi dari korteks prafontal yang akan mencegah stimulus sehingga

otak akan bebas berhalusinasi ketika bermimpi. Seperti halnya hipotesis

aktivasi sintetis, hipotesis kliniko anatomis juga sulit untuk diuji. Hipotesis

kliniko anatomis tidak menghasilkan prediksi yang spesifik mengenai mimpi

apa dan kapan mimpi itu terjadi.

Page 28: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 28/29

27

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hewan, termasuk mamalia, memiliki ritme aktivitas internal yang

dihasilkan secara mandiri dan berlangsung sekitar 24 jam. Orang-orang lebih

mudah mengikuti siklus sirkadian yang berlangsung lebih dari 24 jam (perjalanan

mengarah ke arah barat) daripada yang berlangsung kurang dari 24 jam

(perjalanan yang mengarah ke timur). Selain itu, setiap individu memiliki jam

 biologis berbeda yang akan terus berjalan dalam kondisi lingkungan yang secara

terus menerus terang atau gelap. Cahaya lah yang menyebabkan pengaturan ulang

 jam biologis.

Tidur difasilitasi oleh penurunan stimulasi serta adenosin dan prostaglandin

yang menginhibisi sistem pembangkit kegairahan pada otak. Tidur juga difasilitasi

oleh peningkatan aktivitas beberapa kelompok sel tertentu pada dasar otak bagian

depan yang melepaskan GABA ke sebagian besar otak bagian depan. Tidur REM

diasosiasikan dengan peningkatan aktivitas pada beberapa area otak, antara lain pons, sistem limbik, serta sebagian dari korteks parietal dan temporal. Tidur REM

 juga diasosiasikan dengan penurunan aktivitas pada korteks prafrontal, korteks

motor, dan korteks visual utama.

Tidur adalah mekanisme yang dihasilkan oleh proses evolusi untuk

memaksa kita mengonversi energi. Mimpi juga memiliki berbagai fungsi,

misalnya untuk restorasi otak dan konsolidasi memori. Individu yang memiliki

 periode total tidur yang besar akan memiliki persentase tidur REM yang besar

 juga. Terdapat dua hipotesis mengenai mimpi, yaitu hipotesis aktivasi sintesis dan

hipotesis kliniko anatomis.

Page 29: TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

7/17/2019 TIDUR DAN TERJAGA_Kel.2 Kelas B Psi 2014.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/tidur-dan-terjagakel2-kelas-b-psi-2014pdf 29/29

DAFTAR PUSTAKA

Kalat, James W. (2009).  Biological Psychology. USA: Wadsworth Cengago

Learning.

Kalat, James W. (2010). Biopsikologi Jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.