Thesis2322015rev
-
Upload
zulfani-aziz -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
description
Transcript of Thesis2322015rev
-
18
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Konsep Dasar SeismikRefleksi
Gelombang seismik merupakan gelombang mekanis yang menjalar
dari satu medium ke medium yang lain melalui transportasi energi yang
berhubungan dengan adanya osilasi kedudukan partikel-partikel medium,
osilasi tekanan ataupun osilasi rapat massa (Munadi, 2000).
Gelombang seismik dibedakan menjadi dua tipe yaitu gelombang
badan yang merupakan gelombang longitudinal dan gelombang transversal.
Gelombang longitudinal merupakan gelombang kompresi karena terbentuk
dari osilasi tekanan yang menjalar dari satu tempat ke tempat lain dengan arah
osilasi partikel-partikel medium searah dengan arah penjalaran (Gambar 3.1).
Pada umumnya gelombang longitudinal disebut juga dengan gelombang P
(Primary). Gelombang transversal merupakan gelombang rotasi dimana arah
getar (osilasi) partikel-partikel medium tegak lurus terhadap arah
penjalarannya (Gambar 3.2), karena gelombang ini datangnya setelah
gelombang P maka gelombang transversal disebut juga sebagai gelombang S.
Gelombang permukaan merupakan gelombang Rayleigh (R) atau biasa disebut
sebagai ground roll yakni gelombang yang merambat bebas pada permukaan
medium berlapis dengan gerakan partikelnya merupakan kombinasi
gelombang P dan S, yaitu berbentuk elip (Gambar 3.3) dan gelombang Love
yakni gelombang yang merambat pada permukaan bebas medium berlapis
dengan gerakan partikel seperti gelombang SH (Gambar 3.4).
Gambar 3.1. Gelombang-P (Munadi, 2000). Gambar 3.2. Gelombang-S (Munadi,
2000).
-
19
Gambar 3.3. Gelombang Rayleigh. Gambar 3.4. Gelombang Love.
Konsep dasar seismik refleksi sesuai dengan hukum snellius.
Gelombang seismik menjalar masuk di dalam medium mengalami dua
kejadian, yaitu pemantulan atau refleksi dan pembiasan atau refraksi.
Gelombang seismik yang direfleksikan dan direfraksikan kemudian ditangkap
oleh beberapa receiver yang tertanam di atas permukaan tanah (Gambar 3.5).
Gambar 3.5. Gelombang pantul yang ditangkap oleh receiver mengikuti
hukum snellius.
3.2Data Sumur (Well Log)
Pengukuran parameter fisis yang ada di bawah permukaan bumi
dilakukan dengan melakukan perekaman data pada dimensi kedalaman. Data
sumur sangat penting di dalam eksplorasi, hal ini dikarenakan data tersebut
digunakan untuk analisa litologi di bawah permukaan bumi dengan melihat
karakteristik fisis material-material tersebut yang memiliki tingkat akurasi
lebih tinggi dari data seismik. Sehingga data log dijadikan sebagai kontrol dari
-
20
data seismik untuk identifiksai hidrokarbon sebagai salah satu dari tujuan
utama evaluasi formasi.
Jenis Data log terbagi menjadi tiga jenis yaitu data log radioaktif, data
log porositas, dan data log listrik.
Log Radioaktif
Log Gamma Ray (GR)
Log GR mengukur total radiasi sinar gamma di lubang bor dari sebuah
formasi. Pada umumnya log GR digunakan sebagai penentuan litologi dan
korelasi antar sumur dan formasi. Hasil pengukuran yang diperoleh pada log
GR bervariasi tergantung pada jenis formasi. Pada formasi batuan sedimen
yang berisi serpihan (shale), nilai GR mengalami defleksi ke kanan dengan
nilai yang tinggi.Hal ini dikarenakan tingginya konsentrasi kandungan
radioaktif pada formasi tersebut.Selain itu formasi yang berisi campuran antara
serpih dan pasir atau serpih dan batuan karbonat memiliki nilai GR yang lebih
rendah.
Data Log Porositas
Beberapa parameter fisis seperti densitas bulk (b), hydrogen index
(HI), dan interval transit time (t) dibutuhkan sebagai penentu porositas ()
(Anonim, 2001).
Log Densitas
Log densitas merupakan log porositas yang mengukur densitas bulk
dari suatu formasi. Densitas bulk merupakan kepadatan suatu batuan. Untuk
melakukan perhitungan porositas, diasumsikan litologi dan kandungan fluida
dari pengukuran telah ditentukan. Sehingga untuk mendapatkan nilai porositas
batuan dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut:
=
( 3 )
Dengan b adalah densitas bulk, ma merupakan densitas matriks, dan f
merupakan densitas fluida.
-
21
Log Neutron (NPHI)
Konsentrasi kandungan hidrokarbon pada suatu formasi diukur dengan
menggunakan log Neutron hal ini dikarenakan bahwa neutron hampir
mempunyai masa yang sama dengan atom hidrogen. Log Neutron yang sensitif
terhadap atom hidrogen di suatu formasi digunakan untuk menentukan
porositas di dalam suatu formasi (Sroor, 2010). Kombinasi log neutron dengan
log densitas biasanya digunakan untuk menentukan porositas total dan litologi.
Log Akustik atau Sonik (DT)
Log Sonik disebut juga sebagai log akustik yang mengukur interval
transit time dari gelombang P yang menjalar di dalam medium. Pada umumnya
log sonik digunakan untuk mengevaluasi porositas di dalam larutan yang
mengisi ruang pori pada batuan dengan penentuan porositas efektif dari
reservoar. Hubungan antara interval transit time dengan porositas didapat dari
persamaan waktu rata-rata Wyllie:
=
( 4 )
dengan s adalah porositas sonik, t adalah transit time di dalam formasi, tma
adalah transit time yang melalui matriks batuan, dan tp adalah transit time
dari ruang pori yang berisi fluida.
Log Listrik
Log Resistivitas
Resistivitas adalah sebuah sifat dasar dari suatu material untuk
menghambat aliran arus listrik. Oleh karena itu dibutuhkan log resistivitas
untuk mengetahui kuatnya suatu material untuk menghentikan aliran arus
listrik. Log resistivitas dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya adalah
Laterolog (LL), Dual Laterologs (DLL), dan Micro Spherically Focused Log
(MSFL).Pada umumnya minyak dan gas mempunyai daya hantar yang rendah
terhadap arus listrik oleh karena itu nilai log resistivitas biasanya tinggi,
berkebalikan dengan air dan lumpur.
-
22
Pengukuran log resistivitas didasarkan pada hukum Ohm, yaitu:
=
( 5 )
dengan R adalah resistivitas, V adalah tegangan, dan I adalah arus listrik.
Selain ketiga jenis log di atas, terdapat log caliper. Log caliper adalah
sebuah log yang digunakan untuk mengukur diameter lubang bor, melokalisasi
zona patahan, dan menilai kualitas lubang bor dan stabilitas lubang bor (Sroor,
2010). Diameter lubang bor yang besar dapat diindikasikan adanya proses
runtuhan (Wash Out) yang diidentikan adanya lithologi serpih (Shale).
Sedangkan penurunan besar diameter lubang bor diindikasikan adanya proses
invasi yang diidentikan adanya batupasir yang porous.
3.3Fisika Batuan
Densitas
Densitas secara sederhana merupakan perbandingan antara massa (kg)
dengan volumenya (m3). Densitas merupakan salah satu parameter yang
digunakan dalam persamaan kecepatan gelombang P, gelombang S, dan
akustik impedansi, dimana semuanya mempengaruhi respon gelombang
seismik bawah permukaan.
Efek dari densitas dapat dimodelkan dalam persamaan Wyllie:
b = m(1-) + wSw + hc(1-Sw) ( 6 )
dengan,
b= densitas bulk batuan
m= densitas matriks
-
22
f= densitas fluida (g/cc)
= porositas batuan (%)
Sw= saturasi air
w= density air (mendekati 1 g/cm3)
hc= densitas hidrokarbon (g/cc)
Porositas
Porositas adalah perbandingan volum rongga yang terdapat di dalam
batuan dengan volum dari seluruh batuan di mana rongga berada.Menurut
asal pembentukannya, porositas dibagi menjadi dua jenis yaitu porositas
primer dan porositas sekunder. Porositas primer merupakan porositas yang
terbentuk selama proses pengendapan. Porositas sekunder merupakan
porositas yang dibentuk dari alterasi batuan.Secara fisis porositas dapat
diartikan sebagai perbandingan antara volome pori batuan dengan volume
totalnya. Perbandingan ini umumnya dinyatakan dalam persen (%) maupun
fraction yang dirumuskan dengan :
Porositas () = (volume pori/volume total) x 100 % ( 7 )
Klasifikasi porositas disajikan pada tabel 1 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Pemerian porositas secara semikuantitatif (Koesoemadinata, 1980)
Porositas
(%)
Pemerian
0 5 Dapat diabaikan (neiglible)
5 10 Buruk (poor)
10 15 Cukup (fair)
15 20 Baik (good)
20 25 Sangat Baik (very good)
Istimewa (excelent)
-
23
Selain itu dikenal juga dengan istilah porositas total dan porositas
efektif. Porositas total merupakan semua ruang kosong di dalam batuan dan
matriks. Porositas efektif terjadi apabila bagianronggarongga di dalam
batuan berhubungan satu sama lain.
Menurut log sumur porositas mempunyai tiga jenis porositas yaitu,
porositas densitas, porositas sonik, dan porositas neutron. Jenis porositas
tersebut dapat dihitung dengan persamaan ( 3 ) dan ( 4 ). Dengan matrik
sandstone = 2.64 gr/cc, limestone = 2.71 gr/cc, dan fluida = 1 gr/cc pada
persamaan ( 3 ). tmatrik sandstone = 55.5 sec/ft, limestone = 47.6 sec/ft.,
dan t fluid = 189 sec/ft pada persamaan ( 4 ).
Secara umum porositas batuan akan berkurang dengan bertambahnya
kedalaman batuan, karena semakin dalam batuan akan semakin kompak
akibat efek tekanan di atasnya. Nilai porositas berpengaruh terhadap
kecepatan gelombang seismik. Semakin besar porositas batuan maka
kecepatan gelombang seismik yang melewatinya akan semakin kecil. Selain
itu porositas memiliki hubungan yang erat dengan impedansi akustik.Hal ini
karena adanya unsur densitas yang menjadikannya sebagai indikasi lapisan
permeable jika densitas tinggi dan lapisan porous jika densitas rendah.Oleh
karena itu dengan nilai impedansi akustik yang tinggi maka lapisan tersebut
identik dengan porositas rendah, dan sebaliknya.
Permeabilitas
Permeabilitas merupakan kemampuan batuan untuk mengalirkan
fluida.Batuan dengan permeabilitas yang baik mempunyai porositas batuan
yang saling terhubung (Anonim, 2001). Terdapat beberapa faktor yang
digunakan di dalam penentuan permeabilitas, yaitu ukuran dan bentuk suatu
formasi, sifat-sifat fluida, tekanan, dan kuantitas fluida yang mengalir.
Semakin besar tekanan yang diberikan pada fluida maka akan semakin
-
24
banyak fluida yang mengalir. Nilai permeabilitas didapatkan dari perhitungan
persamaan menurut Wyllie dan Rose:
=
( 8 )
Dengan K adalah permeabilitas (mD). a, b, c adalah faktor konstanta.
adalah porositas (%). Swirr adalah saturasi air sisa.
3.5Seismik Atribut Kurvatur
Definisi Curvature
Curvature dapat didefinisikan sebagai besar kelengkungan suatu garis
pada bidang permukaan. Secara skematis, Curvature dapat dijelaskan melalui
gambar berikut ini:
Gambar 3.6.Geometri Curvature. Sebuah lingkaran menyinggung garis
tangent T pada kurva. N adalah vektor normal titik P terhadap kurva (Roberts,
2001).
-
25
Permukaan sembarang dari curvature didefinisikan sebagai perubahan
rata-rata dari vektor tangent yang berada di sepanjang busur kurva sebesar ds.
dapat dituliskan sebagai,
=
( 9 )
Sehingga secara matematis curvature dapat dituliskan sebagai,
= |
| ( 10 )
Jika k >> 0, maka nilai kelengkungan pada suatu permukaan semakin besar.
Sedangkan jika k 0, maka kelengkungan suatu permukaan pada kurva
semakin kecil atau semakin bernilai konstan (Flat Plane).
Jari-jari kelengkungan kurva pada titik P merupakan jari-jari
lingkaran pada kurva itu sendiri (Gambar 3.7).
Gambar 3.7. Titik P mempunyai titik-titik koordinat (a cos , a sin ) = (a cos (s/a), a sin (s/a)).
() = ( cos ) + () ( 11 )
substitusi = , maka persamaan (11) menjadi
= ( cos
) + ( sin
) ( 12)
-
26
=
= ( sin
) + (cos
) ( 13 )
= (
1
cos
) (
1
sin
) ( 14 )
Kemudian untuk sembarang nilai s, maka,
= |
| =
1
22 (
) +
1
22 (
) =
1
||=
1
( 15 )
dengana merupakan jari-jari lingkaran (R).
Metode Perhitungan Curvature pada ruang 3D
Pada ruang 3D, penentuan curvature suatu bidang didekati dengan
Least Square Quadratic Surface yang dapat dituliskan sebagai berikut:
(, ) = 2 + 2 + + + + ( 16 )
Kenampakan bidang dari persamaan kuadratik di atas merupakan hasil
dari kumpulan-kumpulan trace seismik dengan besar amplitudo yang menjadi
daerah target suatu horizon. Setiap kumpulan trace seismik dengan amplitudo
tertentu yang membangun horison target membentuk suatu struktur. Dimana
setiap struktur tersebut memiliki sifat lengkung yang berbeda. Untuk
mendapatkan suatu sifat lengkung tersebut dilakukan penyelesaian persamaan
(16) untuk mendapatkan setiap koefisien pada persamaan tersebut dengan
cara melakukan diskritisasi. Proses diskritisasi dilakukan dengan cara deret
Taylor (Lampiran 2). Sehingga koefisien-koefisien pada persamaan (16)
didapatkan:
=1
2
2
2=
(2+5+8)
62 ( 17 )
=1
2
2
2=
(1+2+3+7+8+9)
122
(4+5+6)
62 ( 18 )
-
27
=2
=
(3+719)
42 ( 19 )
=
=
(3+6+9147)
6 ( 20 )
=
=
(1+2+3789)
6 ( 21 )
dengan Z1, Z2,.Z9 merupakan nilai grid suatu permukaan yang ditentukan
dan x merupakan jarak antar grid (Lampiran 2).
Koefisien yang didapatkan dari persamaan (17-21) digunakan untuk
menghitung curvature rata-rata (kmean) dan Gaussian (kGauss):
=(1+2)+(1+2)
(1+2+2)2 ( 22 )
=42
(1+2+2)2 ( 23 )
dari persamaan (22 dan 23) digunakan untuk melakukan perhitungan
beberapa jenis curvature yang lain, diantaranya adalah
The most positive curvature
Curvature dengan nilai positif tertinggi yang akan memperjelas
struktur antiklin dan domal (Gambar 3.8).
1 = + (2 )
1 2 ( 24 )
makak1 = kposadalah
= ( + ) + [( )2 + 2]1 2 ( 25 )
-
28
Gambar 3.8.Plot 2D most positive curvature dengan koordinat posisi x
sebagai sumbu-x.Ukuran grid 301x 761.
The most negative curvature
Curvature dengan nilai negatif tertinggi yang akan memperjelas
struktur sinklin dan bowl (Gambar 3.9).
2 = (2 )
1 2 ( 26 )
makak2 = knegadalah
= ( + ) [( )2 + 2]1 2 ( 27 )
dengan syarat k1k2.
Gambar 3.9.Plot 2D most negative curvature dengan koordinat posisi x
sebagai sumbu-x.Ukuran grid 301x 761.
X-coordinate
K
X-coordinate
K