Thesis

145
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terluas di dunia. Seiring dengan berkembangnya jaman maka diperlukan pembangunan infrastruktur yang memadai, agar menjadi salah satu pelopor untuk memajukan perekonomian bangsa. Sebagai negara yang sedang berkembang, didukung dengan sumber daya alam dan manusia yang memadai, menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu aspek ekonomi yang berkembang dengan sangat pesat. Berkembangnya banyak kota besar sebagai kota metropolitan serta pembangunan di daerah- daerah, ditunjang perkembangan penduduk menjadikan pembangunan di Indonesia sebagai salah satu motor kemajuan bangsa. Dengan banyak proyek pembangunan infrastuktur, menjadikan persaingan antar pihak-pihak terkait (pemberi tugas, konsultan, kontraktor) semakin tumbuh dan berkembang sehingga mengakibatkan persaingan yang ketat. Adanya persaingan yang ketat tersebut menghasilkan suatu seleksi alam dimana semua pihak berusaha untuk tetap tampil dalam bidangnya. Dalam persaingan yang ketat tersebut diperlukan nilai lebih yang diberikan dari pembangunan sebuah proyek infrastuktur termasuk gedung bertingkat. Nilai tambah tersebut dapat bervariatif, tetapi bila ditinjau dari sudut pandang manajemen konstruksi, sebuah proyek yang bernilai tambah adalah proyek yang memiliki kinerja yang baik, bila dikaitkan dengan 3 aspek yaitu biaya (cost), mutu (quality), dan waktu (time). Proyek memiliki kinerja yang baik bila memiliki biaya yang rendah, mutu yang sesuai dengan spesifikasi pemberi tugas, dan diselesaikan dalam waktu yang singkat atau sesuai dengan jadwal. Agar tercapainya ketiga hal tersebut maka dibutuhkan mekanisme yang selaras antara semua komponen yang terkait dan terlibat dalam proyek tersebut. Dimulai dari pemberi tugas, konsultan, kontraktor, subkontraktor, pemasok, hingga pekerja, harus berkerjasama untuk mencapai suatu produktivitas yang baik. Produktivitas inilah yang menjadi akar dari target kinerja yang akan dicapai bersama oleh semua pihak dalam sebuah proyek, dimana tujuan akhir dari pengawasan kinerja ini adalah peningkatan keuntungan dari proyek. Terkait dengan kinerja, dalam ilmu dasar manajemen yang biasa diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun jasa, memiliki banyak sekali teori pengukuran kinerja kerja yang mengukur kinerja perusahaan, seperti Balanced Scorecard, Integrated Performance Measurement System , Performance Prisem, dll. Semua metode pengukuran kinerja ini sudah diterapkan oleh banyak perusahaan baik manufactur ataupun jasa, dan teruji dalam

description

Balance Scorecard, KPI, Indonesia

Transcript of Thesis

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Permasalahan

    Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terluas di dunia. Seiring dengan berkembangnya jaman

    maka diperlukan pembangunan infrastruktur yang memadai, agar menjadi salah satu pelopor untuk memajukan

    perekonomian bangsa. Sebagai negara yang sedang berkembang, didukung dengan sumber daya alam dan manusia

    yang memadai, menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu aspek ekonomi yang berkembang

    dengan sangat pesat. Berkembangnya banyak kota besar sebagai kota metropolitan serta pembangunan di daerah-

    daerah, ditunjang perkembangan penduduk menjadikan pembangunan di Indonesia sebagai salah satu motor

    kemajuan bangsa.

    Dengan banyak proyek pembangunan infrastuktur, menjadikan persaingan antar pihak-pihak terkait

    (pemberi tugas, konsultan, kontraktor) semakin tumbuh dan berkembang sehingga mengakibatkan persaingan yang

    ketat. Adanya persaingan yang ketat tersebut menghasilkan suatu seleksi alam dimana semua pihak berusaha untuk

    tetap tampil dalam bidangnya. Dalam persaingan yang ketat tersebut diperlukan nilai lebih yang diberikan dari

    pembangunan sebuah proyek infrastuktur termasuk gedung bertingkat. Nilai tambah tersebut dapat bervariatif,

    tetapi bila ditinjau dari sudut pandang manajemen konstruksi, sebuah proyek yang bernilai tambah adalah proyek

    yang memiliki kinerja yang baik, bila dikaitkan dengan 3 aspek yaitu biaya (cost), mutu (quality), dan waktu

    (time).

    Proyek memiliki kinerja yang baik bila memiliki biaya yang rendah, mutu yang sesuai dengan spesifikasi

    pemberi tugas, dan diselesaikan dalam waktu yang singkat atau sesuai dengan jadwal. Agar tercapainya ketiga hal

    tersebut maka dibutuhkan mekanisme yang selaras antara semua komponen yang terkait dan terlibat dalam proyek

    tersebut. Dimulai dari pemberi tugas, konsultan, kontraktor, subkontraktor, pemasok, hingga pekerja, harus

    berkerjasama untuk mencapai suatu produktivitas yang baik. Produktivitas inilah yang menjadi akar dari target

    kinerja yang akan dicapai bersama oleh semua pihak dalam sebuah proyek, dimana tujuan akhir dari pengawasan

    kinerja ini adalah peningkatan keuntungan dari proyek.

    Terkait dengan kinerja, dalam ilmu dasar manajemen yang biasa diterapkan pada perusahaan manufaktur

    maupun jasa, memiliki banyak sekali teori pengukuran kinerja kerja yang mengukur kinerja perusahaan, seperti

    Balanced Scorecard, Integrated Performance Measurement System , Performance Prisem, dll. Semua metode

    pengukuran kinerja ini sudah diterapkan oleh banyak perusahaan baik manufactur ataupun jasa, dan teruji dalam

  • 2

    mengukur kemampuan dan produktivitas yang dituju dalam berbagai macam kasus. Semakin ketatnya persaingan

    saat ini membuat kebutuhan akan aplikasi dan perkembangan ilmu pengukuran kinerja ini semakin besar. Setiap

    perusahaan akan berusaha untuk mencari metode yang terbaik bagi perusahaan mereka agar dapat mencapai kinerja

    yang tertinggi untuk dapat bertahan dalam persaingan global yang ada.

    Sebaliknya dalam manajemen konstruksi pada Teknik Sipil pembahasan mengenai peningkatan kinerja

    proyek tidak banyak disinggung. Padahal kinerja proyek seperti yang telah dijelaskan didepan, menentukan untuk

    dapat bersaing pada persaingan global yang ketat. Oleh sebab itu maka diperlukan substitusi ilmu pengukuran

    kinerja dari luar Teknik Sipil untuk dapat memonitor kinerja tersebut.

    Secara umum, sistem manajemen Teknik Sipil sama dengan sistem manajemen yang biasanya dipakai

    dalam perusahaan manufaktur ataupun jasa, terutama dalam hal tujuan perusahaan yaitu finansial, pelanggan,

    proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal tujuan dan proses

    pengolahan data manajemen, hal ini terbukti dengan adanya salah satu bidang peminatan dalam Teknik Sipil yaitu

    Manajemen Konstruksi. Dengan adanya kesamaan ini maka ingin dicapai sebuah pembelajaran mengenai

    penerapan salah satu ilmu pengukuran kinerja yang ada di dalam dunia manajemen pada sebuah proyek konstruksi

    teknik sipil melalui aplikasi ilmu manajemen konstruksi.

    Dengan adanya kesamaan tersebut, secara hipotesis pengaplikasian salah satu teori pengukuran kinerja dari

    pembelajaran manajemen dapat digunakan pada pembangunan infrastruktur termasuk gedung bertingkat. Hal ini

    yang menjadi latar belakang dari Tugas Akhir, sehingga Tugas Akhir ini dapat menghubungkan aplikasi teori

    monitor kinerja yang sudah sukses di dalam dunia manajemen yaitu Balanced Scoredcard ke dalam kinerja proyek

    pada manajemen konstruksi Teknik Sipil.

    1.2. Permasalahan Penelitian

    Terdapat banyak teori pengukuran kinerja dalam dunia manajemen. Di dalam dunia teknik sipil terutama

    manajemen konstruksi, teori pengukuran kinerja lebih jarang diterapkan. Balanced Scorecard menjabarkan visi

    dan strategi perusahaan ke dalam suatu kumpulan yang berhubungan atau melekat dari tolak ukur kinerja. Dalam

    suatu perusahaan baik itu perusahaan konstruksi ataupun jasa memiliki orientasi target yang sama yaitu profit.

    Profit merupakan dasar dari berjalannya dan bertahannya suatu perusahaan dalam persaingan. Karena dalam

    kesempatan ini penulis akan mencoba teori Balanced Scorecard yang akan di implementasikan ke dalam sebuah

    proses konstruksi. Teori Balanced Scorecard merupakan sekelompok tolak ukur kineja yang terintegrasi yang

    berasal dari strategi perusahaan dan mendukung strategi perusahaan di seluruh organisasi.

  • 3

    Dalam pendekatan balanced scorecard, manajemen puncak menjabarkan strateginya ke dalam tolak ukur

    kinerja sehingga karyawan memahaminya dan dapat melaksanakan sesuatu untuk mencapai strategi tersebut.1

    Penulis akan memadukan konsep balanced scorecard ini ke dalam proyek konstruksi, apakah target yang

    diinginkan perusahaan sudah tercapai? Apakah penjabaran target dan tugas sudah dapat dimengerti oleh karyawan?

    Apakah indikator yang dihasilkan oleh penanggung jawab tiap sektor? Jika tidak tindakan apa yang harus diambil?

    Dari seluruh penghitungan kinerja dalam tiap struktur organisasi peningkatan apa yang bisa diberikan pada proyek

    di lapangan untuk meningkatkan kinerja serta hasil yang lebih mendekati target keberhasilan proyek dalam konteks

    ruang lingkup manajemen konstruksi. Berikut adalah rumusan masalah dari penelitian ini:

    1 Indikator kinerja proyek apa yang dipakai dalam pengukuran yang berimbang?

    2 Strategi pekerjaan apa yang dapat dimengerti oleh seluruh anggota organisasi untuk pencapaian target yang

    diinginkan?

    3 Bagaimana menterjemahkan strategi menjadi pekerjaan?

    4 Bagaimana pengukuran dan pengawasan kinerja yang cepat dan tepat sesuai dengan target?

    5 Bagaimana pengendalian setiap pekerjaan yang telah diberikan oleh tiap divisi agar tetap pada rencana kerja?

    1.3. Batasan Permasalahan

    Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Penelitian dilakukan di proyek The Kencana di Jakarta Selatan.

    Penelitian dilakukan pada tahap pelaksanaan.

    Tipe proyek yang diteliti merupakan bangunan hunian apartemen.

    Kinerja proyek yang diteliti secara khusus adalah peran manajer proyek dalam kaitannya dengan manajemen

    konstruksi pada proyek The Kencana.

    Penerapan teori Balanced Scorecard untuk proses pada tahap pelaksanaan dan pengendalian.

    1.4. Tujuan Tugas Akhir

    Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mencapai kinerja terbaik dengan menggunakan teori balanced

    scorecard dalam sebuah proyek agar hasil atau produk yang dihasilkan optimal dengan mengukur,

    1 Sony Yuwono, Edy Sukarno, Muhammad Ichsan, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard, PT Gamedia Pustaka Utama,

    Jakarta, 2002.

  • 4

    memaksimalkan, dan memperbaiki kinerja melalui manajemen proyek. Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1 Mengidentifikasi indikator kinerja proyek dengan pengukuran yang berimbang.

    2 Menjabarkan strategi agar dapat dimengerti oleh seluruh anggota organisasi untuk mencapai target yang

    diinginkan.

    3 Menterjemahkan strategi yang telah dijabarkan kepada anggota organisasi menjadi pekerjaan.

    4 Melakukan pengukuran dan pengawasan kinerja yang cepat dan tepat sesuai target yang diinginkan dengan

    menggunakan tools pengukuran yang dihasilkan.

    5 Pengendalian setiap pekerjaan yang telah diberikan oleh setiap divisi agar tetap pada rencana kerja.

    1.5. Sistematika Penyusunan Laporan Tugas Akhir

    Penulisan laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari studi yang dilakukan

    penulis selama menjalani kegiatan tugas akhir. Sistematika penyusunan laporan tugas akhir adalah sebagai berikut:

    1 BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini merupakan pendahuluan dari laporan tugas akhir. Dimana dalam bab ini dijadikan tolok ukur dari

    keseluruhan penulisan laporan. Bab ini membahas secara umum mengenai latar belakang permasalahan,

    permasalahan penelitian, batas permasalahan tujuan tugas akhir, dan sistematik penyusunan laporan tugas

    akhir.

    2 BAB II LANDASAN TEORI

    Bab ini membahas mengenai dasar teori yang menjadi acuan dari penelitian tugas akhir ini dan teori yang

    menjadi pendukung hipotesis dari ide dasar penelitian penulis dalam pembuatan laporan tugas akhir ini. Secara

    umum pada bab ini dibahas mengenai teori manajemen proyek, manajemen konstruksi, dan teori balanced

    scorecard untuk jasa.

    3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini akan membahas mengenai proses keseluruhan dari tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam

    penelitian dimulai dari survey, pengumpulan data, pengambilan data, pengolahan data kuisioner, pemberian

    saran serta penarikan kesimpulan.

  • 5

    4 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

    Bab ini akan membahas secara rinci dan spesifik mengenai analisis dan pengolahan data penelitian. Pada bab

    ini dilakukan proses pengubahan data tertulis menjadi data numerik, untuk kemudian dilakukan perhitungan

    agar memperoleh nilai (score) yang akan dilaporkan.

    5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini merupakan penutup dari laporan tugas akhir, berisi mengenai kesimpulan, garis besar penelitian, dan

    hasil penelitian, serta saran-saran untuk diterapkan pada proyek serta saran untuk penelitian selanjutnya.

  • 6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Pendahuluan

    Kesuksesan sebuah proyek konstruksi bergantung pada beberapa faktor, seperti kerumitan proyek,

    perjanjian kontrak, hubungan antara pengerja proyek, kompetensi manajer proyek dan kemampuan dari seluruh

    anggota tim. Tidak dapat dipungkiri, seluruh anggota team, termasuk arsitek, quantity surveyors dan insinyur

    adalah figur utama selama durasi kontrak dalam pengerjaan ataupun pengawasan proses konstruksi dan kegiatan

    lain yang bersangkutan. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa manajer proyek adalah orang yang paling penting

    dalam sebuah proyek.

    Sebuah proyek yang sukses membutuhkan usaha yang menyatu dari seluruh tim proyek untuk

    menyelesaikan berbagai macam kegiatan konstruksi, tetapi manajer proyek-lah yang merupakan pusat dari jarigan

    proyek yang bertanggung jawab mengatur seluruh proses konstruksi. Untuk mencapai sebuah proyek yang sukses

    manajer proyek sangat bergantung pada sistem pengendalian yang dapat memberikan peringatan tiap saat pada

    masalah dalam proyek. Salah satu sistem pengendalian yang dapat digunakan adalah Balanced Scorecard.

    Kinerja pada sebuah proyek konstruksi merupakan salah satu bagian terpenting pada proyek membutuhkan

    perhatian tersendiri yang teliti dan tepat karena bila kinerja berkurang maka akan terjadi keterlambatan jadwal serta

    berdampak pada meningkatnya biaya proyek, yang mengakibatkan ketidakpuasan pelangan atau pemilik dari

    proyek tersebut.

    Penerapan dari teori Balanced Scorecard ini pada sebuah proyek secara teori dapat mengukur kinerja

    manajer proyek dari proyek tersebut untuk mendapatkan laporan dari pekerjaan tiap anggota team proyek, dengan

    demikian manajer proyek dapat mengambil tindakan bilamana ada pekerjaan yang tidak sesuai dengan penjabaran

    strategi pengerjaan, dengan demikian kinerja proyek akan dapat diawasi dan ditingkatkan. Dengan meningkatnya

    kinerja dari proyek, diharapkan dapat menyelesaikan proyek tepat waktu atau lebih cepat dari perkiraan dan juga

    menghasilkan profit.

    Pada bab ini akan dibahas awal landasan teori dari penerapan metode Balance Scorecard pada kinerja

    proyek konstruksi ditinjau dari manajemen proyek. Pembahasan landasan teori ini akan dibagi menjadi beberapa

  • 7

    bagian, yaitu penjelasan mengenai sumber daya, manajemen proyek, serta pembahasan mengenai teori Balanced

    Scorecard .

    2.2. Proyek

    Seluruh pembahasan mengenai proyek dan manajemen proyek akan mengacu pada buku Project

    Management Book of Knowledge atau PMBOK. Pemilihan PMBOK ini dikarenakan PMBOK merupakan acuan

    yang biasa dipakai oleh banyak perusahaan secara global.

    2.2.1. Definisi Proyek

    Berdasarkan Project Management Book of Knowledge atau PMBOK, sebuah proyek adalah usaha

    sementara yang dilaksanakan untuk membuat sebuah produk, jasa atau hasil yang unik. Kata sementara diartikan

    bahwa suatu proyek memiliki masa pengerjaan atau durasi sehingga memiliki awal dan akhir yang pasti. Kata

    unik yang menyatakan bahwa bahwa setiap proyek adalah unik, dimana tidak akan pernah ada proyek yang sama

    persis 100%, ini disebabkan setiap proyek memiliki tipe, mekanisme, sumber daya dan hasil akhir yang berbeda.2

    2.2.2. Manajemen Proyek

    Menurut Project Management Book of Knowledge atau PMBOK manajemen proyek adalah penerapan akan

    ilmu, ketrampilan, peralatan, dan teknik ke dalam suatu aktivitas proyek untuk memenuhi persyaratan proyek

    tersebut. Manajemen proyek bisa dicapai melalui penerapan dan integrasi dari proses manajemen proyek itu sendiri

    yang terdiri atas tahapan memulai, merencanakan, mengeksekusi, memantau dan mengendalikan, dan

    menyelesaikan.

    2.2.3. Tipe-Tipe Proyek Konstruksi

    Pada umumnya semua proyek memiliki keunikan tersendiri, yang membedakan satu proyek dengan proyek

    lain. Tidak ada satu proyek yang benar-benar sama, sekalipun berasal dari tipe proyek konstruksi yang sama.

    2 A Guide to the Project Management Book of Knowledge Fourth Edition

  • 8

    Menurut buku Professional Construction Management, oleh Donald S Barrie berikut adalah beberapa tipe proyek

    konstruksi:3

    Konstruksi gedung

    Konstruksi rekayasa berat

    Konstruksi industri

    Konstruksi pemukiman

    Dana pada proyek konstruksi dapat dibiayai oleh sektor perekonomian swasta, pemerintah melalui APBD

    dan APBN, atau pihak asing. Desain umumnya dikoordinasikan para perencana yang meliputi perencana bidang

    arsitektur, struktur, mekanikal, dan elektrikal. Pembangunan secara keseluruhan akan dikoordinasi oleh kontraktor

    utama, dan akan diawasi oleh perwakilan pemilik atau konsultan pengawas.

    Pada kasus Tugas Akhir ini akan dibahas sebuah proyek pembangunan apartemen dan kondotel

    (komdominium hotel) yang dikategorikan sebagai konstruksi gedung, yang dibiayai oleh pihak swasta yaitu

    Margahayu Land Group.

    2.2.4. Siklus Proyek

    Sesuai dengan yang telah dinyatakan dalam PMBOK sebagai acuan yang biasa dipakai oleh banyak

    perusahaan secara global, proses manajemen proyek terdiri atas:

    1. memulai (initiating process),

    2. merencanakan (planning process),

    3. mengeksekusi (executing process),

    4. memantau mengendalikan (controlling process), dan

    5. menyelesaikan (closing process).

    Kelima proses ini merupakan siklus yang umum pada sebuah proyek. Setiap butir pada siklus proyek dapat dibagi

    atas beberapa tahapan, dimana tahapan dapat bervariasi bergantung pada tiap-tiap proyek. Walaupun tahapan

    bervariasi kelima proses pada manajemen proyek tetap sebagai acuan baku.

    3 Donald S. Barrie, Boyd C. Paulson, Professional Construction Management Third Edition

  • 9

    Gambar 2.1 PMBOK Project Life Cycle.

    Sumber :Project Management Body of Knowledge

    Menurut buku Professional Construction Management oleh Donald S Barrie dan Boyd C Paulson, dalam sebuah

    proyek konstruksi terdapat 7 tahapan dasar dimana keenam tahapan dasar tersebut dapat mewakili proses siklus

    proyek yang telah dinyatakan dalam buku Project Management Book of Knowledge PMBOK.

    Gambar 2.2 Tahapan Siklus Proyek

    Memulai

    - Konsep dan studi kelayakan (concept and feasibility studies)

    Merencanakan

    - Penentuan sumber daya

    - Rekayasa dan desain (engineering and design)

    - Pengadaan (procurement)

    Mengeksekusi

    - Konstruksi (construction)

    Memantau dan mengendalikan

    - Memulai & penerapan (start up and implementation)

    Menyelesaikan

    - Operasi atau pemanfaatan (operation or utilization)

    * Konsep dan studi kelayakan (concept and feasibility studies)

    Memulai Merencanakan Mengeksekusi Memantau

    Mengendalikan Meyelesaikan

  • 10

    Pada tahap ini dilakukan pembelajaran dan penelitian, mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan dari

    pembangunan suatu fasilitas. Biasanya unsur-unsur dari tahap ini mencakup analisis konsepsi, studi kelayakan

    teknis serta ekonomis, dan laporan dampak lingkungan. Pertimbangan-pertimbangan yang diambil pada tahap ini

    mencakup payback period dan nett present value, efek green, dampak lingkungan, pembuangan limbah, dll.

    * Sumber daya

    Sumber daya adalah materi-materi yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas yang menghasilkan

    sesuatu dari bentuk baku menjadi bentuk jadi, sesuai dengan pengolahan dan kebutuhan berdasarkan ilmu

    manajemen.

    Dalam pelaksanaan sebuah proyek juga dibutuhkan sumber daya untuk dapat diolah menjadi produk akhir.

    Sumber daya ini dikenal juga dengan sebutan 5 M = man, material, method, machine, money (manusia, bahan,

    metode, alat, dan uang). Kelima unsur tersebut merupakan sumber daya (resources) dari sebuah proyek.

    * Rekayasa dan desain (engineering and design)

    Pada tahap rekayasa dan desain terdapat dua tahapan yaitu: (1) rekayasa dan desain awal; (2) rekayasa dan

    desain terperinci. Kedua tahapan di atas saling berkesinambungan.

    1 Rekayasa dan desain awal

    Tahap ini merupakan tahap awal dari sebuah proses desain. Pemilik, atau penyedia dana akan menjabarkan

    dan mejelaskan setiap keinginan serta visi, dan misi mereka akan desain bangunan yang diinginkan.

    Kemudian arsitek, akan mendesain bangunan tersebut berdasarkan keinginan pemilik. Setelah desain

    bangunan rampung maka akan dipresentasikan kepada pemilik, untuk disetujui atau direvisi. Proses ini

    dapat berlangsung berkali-kali sampai pemilik merasa puas akan hasil arsitektur dan penentuan material

    dari bangunan yang akan dibuat. Hasil dari tahap ini adalah gambar arsitek.

    2 Rekayasa dan desain terperinci

    Setelah gambar arsitek disetujui, tahapan selanjutnya adalah memberikan gambar arsitek tersebut pada

    konsultan perencana stuktur untuk dibuat gambar struktur dari bangunan tersebut. Gambar struktur

    mencakup komponen-komponen struktural yang ada, serta akan menjadi acuan untuk perhitungan kekuatan

    struktur dari bangunan tersebut. Pada proses ini juga akan ditentukan spesifikasi jenis dan bahan struktural

    dari setiap komponen material yang akan digunakan. Hasil dari tahap ini adalah gambar struktur, analisa

    struktur, serta spesifikasi teknis dari pekerjaan struktur.

    * Pengadaan (procurement)

  • 11

    Pada tahap pengadaan dilakukan tender, dimana pemilik memilih kontraktor yang akan membangun dan

    melaksanakan pekerjaan konstruksi. Proses tawar-menawar akan terjadi hingga akhirnya diadakan penunjukan dan

    pengikatan kontrak dengan berbagai pihak yang akan terlibat dan bertanggung jawab atas proyek tersebut antara

    lain kontraktor utama, konsultan pengawas, quantity surveyor, sub kontraktor, dll. Pembagian tanggung jawab

    setiap pihak dan lingkup pekerjaan akan bervariasi untuk setiap proyek, bergantung pada skala proyek, dan

    keinginan dari pemilik proyek.

    * Konstruksi (construction)

    Setelah semua pihak yang akan melaksanakan proyek telah ditunjuk, maka pada tahap ini dilakukan

    pembangunan secara fisik. Tahap ini membutuhkan koordinasi antar pihak-pihak yang ada, agar tercapai satu

    tujuan bersama yaitu menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai dengan mutu spesifikasi, dan biaya sesuai

    anggaran.

    * Memulai & penerapan (start up and implementation)

    Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan dan pengujian produk akhir bangunan, apakah sesuai dengan desain

    dan spesifikasi teknis yang diberikan. Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan kualitas, serta fungsi dari seluruh

    komponen-komponen bangunan mulai dari struktur, arsitek, mekanikal maupun elektrikal yang ada. Inti dari tahap

    ini adalah inspeksi sebelum dilakukannya serah terima. Serah terima dibagi ke dalam dua tahap yaitu Partial

    Handover dan Final Handover, dimana pada Partial Handover menuju Final Handover terdapat masa

    pemeliharaan yang umumnya satu tahun.

    * Operasi atau pemanfaatan (operation or utilization)

    Tahap ini adalah tahap pemanfaatan dimana bangunan yang sudah jadi difungsikan dan dirawat agar dapat

    bertahan lama. Segala aspek fungsional dari bangunan dirawat agar tetap dapat beroperasi dengan baik. Tahap ini

    dilakukan secara berkala dan terus-menerus agar umur bangunan konstruksi yang telah dibangun dapat mencapai

    masa guna bangunan yang optimum.

    2.2.5. Hubungan Kerja Proyek

    Terdapat beberapa tipe struktur organisasi proyek, tetapi yang akan dibahas adalah Professional

    Construction Management. Hubungan kerja ini mempersatukan suatu tim tiga kelompok yag terdiri dari pemilik,

    kontraktor, dan konsultan pengawas dalam suatu tata hubungan yang saling mendukung. Hal ini memberikan

    pemilik wewenang untuk berperan secara penuh dalam pelaksanaan dan pengawasan proyek konstruksi. Sebagai

    pimpinan tertinggi pemilik juga dapat mendelegasikan kekuasaannya pada perseorangan atau badan hukum lainnya

  • 12

    seperti konsultan pengawas, dimana konsultan pengawas dapat mewakili pemilik di lapangan, tetapi tetap berada di

    bawah pemilik.

    Pemilik

    Konsultan

    Perencana

    Kontraktor

    Utama

    Konsultan

    Pengawas

    Gambar 2.3 Struktur Organisasi Professional Construction Management

    Berikut ini adalah struktur organisasi yang diterapkan dalam proyek apartemen The Kencana:

    Gambar 2.4 Struktur Organisasi proyek apartemen The Kencana

    2.2.5.1. Pemilik / Pemberi Tugas

    Pemilik atau pemberi tugas adalah perseorangan atau badan hukum yang memiliki modal untuk membiayai

    suatu proyek pembangunan, dan kemudian menugaskan kepada pihak lain baik berupa perseorangan atau badan

    hukum untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Berikut beberapa tanggung jawab, tugas serta wewenang dari

    pemilik;

    1 Menentukan sistem kontrak pembangunan.

    2 Menyediakan dana yang diperlukan untuk biaya pembangunan.

    3 Menyusun struktur organisasi proyek.

    4 Memberikan denda bila terjadi pelanggaran kontrak

    5 Menugaskan pekerjaan batal tambah sesuai kebutuhan

    Pemberi Tugas Perencanaan &

    Estimate internal

    Konsultan Perencana

    Manajemen Konstruksi

    Quantity Surveyor

    Kontraktor Pondasi

    Kontraktor Struktur,

    arsitek dan plumbing

    Kontraktor Mekanikal

    Kontraktor Elektrikal

    Pengadaan Material

  • 13

    6 Melakukan pembayaran kepada kontraktor dan konsultan sesuai dengan kesepakatan di dalam kontrak.

    7 Mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK).

    8 Menyetujui atau menolak perubahan pekerjaan.

    9 Menyediakan lahan pembangunan.

    10 Mengawasi perkembangan proyek.

    11 Memantau perkembangan kemajuan proyek.

    2.2.5.2. Konsultan Perencana

    Konsultan perencana adalah perseorangan atau badan hukum yang dipercayakan untuk merancang

    bangunan sesuai keinginan pemilik. Konsultan perencana bertanggung jawab atas segala desain dalam proyek ini,

    bertanggung jawab atas desain struktur, desain arsitek, dan sistem mekanikal dan elektrikal, serta termasuk dalam

    lingkup kerja mereka adalah mendesain konsep perencanaan sesuai dengan target yang diinginkan pemilik. Berikut

    beberapa tanggung jawab, tugas serta wewenang dari konsultan perencana:

    1 Bertanggung jawab atas perencanaan bangunan dari segi arsitektur, tampak luar bangunan, dan interior serta

    penggunaan material arsitektur yang sesuai dengan permintaan pemilik.

    2 Bertanggung jawab atas perencanaan dan perhitungan struktur yang kuat, dan aman, sesuai dengan permintaan

    pemilik.

    3 Bertanggung jawab atas perencanaan seluruh komponen mekanikal dan elektrikal bangunan sesuai peruntukan

    bangunan, dengan tetap memperhitungkan nilai keamanan dan keselamatan sesuai dengan permintaan pemilik.

    4 Merevisi gambar sesuai dengan permintaan pemilik.

    5 Menyediakan data-data proyek yang dibutuhkan.

    6 Melaksanakan dan mematuhi semua hal yang tercantum dalam kontrak dan addendum-addendum yang telah

    disepakati.

    7 Bertanggung jawab apabila terjadi kegagalan akibat kesalahan perencanaan.

  • 14

    2.2.5.3. Konsultan Pengawas / Manajemen Konstruksi

    Konsultan pengawas adalah perseorangan atau badan hukum yang bertindak mewakili pemilik dalam

    melaksanakan koordinasi, pengawasan, pengendalian, serta mencegah dan mengantisipasi segala permasalahan dan

    ketidaksesuaian pekerjaan yang diakibatkan oleh para kontraktor. Tugas dari konsultan pengawas adalah

    mengawasi kontraktor utama serta kontraktor spesialis atau setiap pihak yang terlibat dalam proses konstruksi dan

    melaporkan kepada pemilik bila terjadi ketidaksesuaian pekerjaan. Berikut beberapa tanggung jawab, tugas serta

    wewenang dari konsultan pengawas:

    1 Mewakili pemilik dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

    2 Sebagai penghubung antara konsultan perencana dan kontraktor utama.

    3 Mengawasi kontraktor agar pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang telah

    ditetapkan oleh konsultan perencana.

    4 Mengantisipasi permasalahan yang mungkin terjadi atau membantu mengatasi permasalahan yang sudah

    terjadi.

    5 Melaporkan kemajuan proyek kepada pemilik.

    2.2.5.4. Quantity Surveyor

    Menurut Australian Institute of Quantity Surveyor (AIQS): Quantity Surveyor adalah salah satu dari Tim

    penasehat professional dalam industri konstruksi, (juga disebut Construction Economists, Construction Cost

    Managers, Cost Consultans, Cost Engineers, Estimators) yang memiliki keahlian yang meliputi:4

    Melakukan estimate and monitoring construction cost dari tahap awal sampai tahap akhir (termasuk

    menyiapkan Bill of Quantities)

    Menyelengggarakan tender

    Menetapkan tipe kontrak (termasuk menetapkan pasal khusus yang diperlukan)

    Menghitung pengurangan pajak konstruksi

    Menghitung nilai klaim asuransi dan klaim konstruksi

    Menjalankan mediasi dan arbitrase dalam suatu sengketa konstruksi.

    2.2.5.5. Kontraktor Utama

    4 http://www.aiqs.com.au/

  • 15

    Kontraktor utama adalah perseorangan atau badan hukum yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

    konstruksi bangunan. Kontraktor berkewajiban melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai kontrak yang telah

    disepakati serta sesuai dengan gambar teknis, spesifikasi teknis, serta jadwal proyek yang telah disepakati

    sebelumnya. Mengkoordinasikan sub-kontraktor yang terkait untuk melaksanakan pekerjaan di lapangan sesuai

    kontrak. Perihal penunjukan sub kontraktor hal tersebut merupakan wewenang dari kontraktor utama, akan tetapi

    segala tanggung jawab dalam setiap pelaksanaan konstruksi tetap diemban oleh kontraktor utama sesuai

    kesepakatan. Kontraktor utama bertanggung jawab kepada pemilik melalui persetujuan kontrak yang telah disetujui

    bersama. Kontraktor utama wajib melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan desain, kualitas, dan jadwal yang

    telah ditentukan oleh konsultan perencana. Berikut beberapa tanggung jawab, tugas serta wewenang dari

    kontraktor utama:

    1 Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pemilik.

    2 Mengatur proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan persetujuan pemilik.

    3 Menjalankan pekerjaan pekerjaan di lapangan sesuai perencanaan.

    4 Mengawasi pengujian dan pengerjaan material di lapangan.

    5 Menyediakan setiap peralatan dan sistem yang diperlukan.

    6 Meminta perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaaan konstruksi apabila keterlambatan bukan akibat

    kesalahan pihak kontraktor.

    7 Melaksanakan instruksi yang dikeluarkan oleh manajemen konstruksi untuk pekerjaan tambah atau kurang.

    8 Berkonsultasi dengan pihak konsultan struktur apabila mengalami kesulitan dalam pengerjaan konstruksi.

    9 Melaporkan hasil pekerjaan secara rutin kepada Owner.

    10 Bertanggung jawab apabila terjadi kegagalan akibat kesalahan kontraktor pelaksana.

    2.3. Balanced Scorecard

    Dalam tugas akhir ini sistem pengukuran yang digunakan adalah Balanced Scorecard, berikut ini

    penjelasan singkat mengenai Balanced Scorecard.

    2.3.1. Definisi Dasar Balanced Scorecard

  • 16

    Balanced Scorecard adalah sebuah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara

    ekstensif dalam bisnis dan industri, pemerintah, dan organisasi nirlaba di seluruh dunia untuk kegiatan usaha untuk

    menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, dan memantau kinerja

    organisasi terhadap strategis tujuan.5 Sementara menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Young mendefinisikan

    Balanced Scorecard sebagai sebuah sistem manajemen dan pengukuran yang melihat kinerja bisnis dari empat

    perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.6

    2.3.2. Sejarah Balanced Scorecard

    Konsep Balanced Scorecard dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Pada tahun1960-

    an. Perancis mengembangkan suatu konsep yang sama dengan Balanced Scorecard yang dinamai Tableau de

    Bord atau Dashboard. Ide dari Balanced Scorecard sendiri pertama kali dipublikasikan dalam artikel Robert S.

    Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul Balanced

    Scorecard----Measures that Drive Performance

    Dalam perkembangannya, Balanced Scorecard kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolak ukur

    bisnis dengan strategi perusahaan. Norton dan Kaplan menjelaskan pentingnya memilih tolak ukur berdasarkan

    keberhasilan strategi dalam artikel kedua Harvard Business Review, Putting the Balanced Scorecard to Work.

    Dalam artikel ini menunjukan bagaimana beberapa perusahaan menggunakan Balanced Scorecard, beberapa

    perusahaan seperti: Rockwater, Apple Computer, dan Advanced Micro Devices mengilustrasikan bagaimana

    scorecard mengkombinasikan pengukuran dan manajemen di beberapa perusahaan yang berbeda

    Mulai pertengahan tahun 1993, perusahaan konsultan yang dipimpin oleh David P. Norman, Renaissance

    Solution, Inc., menerapkan Balance Scorecard sebagai sarana untuk menerjemahkan dan mengimplementasikan

    strategi diberbagai perusahaan kliennya. Sejak saat itu Balance Scorecard tidak hanya digunakan sebagai sistem

    pengukuran kinerja namun berkembang lebih jauh sebagai sistem manajemen strategi.

    Keberhasilan pemanfaatan Balanced Scorecard tersebut dilaporkan dalam sebuah artikel di Harvard

    Business Review dengan judul: Using Balanced Scorecard as a Strategic Management System. Artikel ini

    menjelaskan bagaimana suatu perusahaan harus berkompetisi dalam era informasi sekarang ini dengan

    meningkatkan kemampuannya dalam mengeksploitasi intangible assets, lebih baik dari sekedar mengelola tangible

    assets-nya.

    5 www.balancedscorecard.org 6 Anthony A. Atkinson, Rajiv D. Banker, Robert S. Kaplan, & S. Mark Young, Management Accounting. Second Edition

  • 17

    Dalam sebuah forum diskusi para akuntan mengemukakan pandangan bahwa Balanced Scorecard lebih

    sebagai teori yang pantas untuk didiskusikan di bangku akademik, ini merupakan suatu pernyataan yang

    kontradiktif dengan sejarah yang sudah dijelaskan di atas, dimana Balanced Scorecard sendiri lahir dari praktik di

    lapangan. Dengan semakin berkembangnya Balanced Scorecard sehingga banyak digunakan oleh perusahaan besar

    baik itu jasa ataupun manufaktur. Hingga akhirnya penerapan Balanced Scorecard pada tugas akhir ini yang

    digunakan dalam pekerjaan konstruksi.

    2.3.3. Tujuan Balanced Scorecard

    Tujuan dari Balanced Scorecard adalah memonitor setiap kegiatan suatu perusahaan yang berjalan dalam

    empat perspektif; keuangan, pelanggan, proses usaha internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Dimana

    pengendalian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan peringatan dini pada saat adanya indikasi

    penyimpangan dalam proses kerja yang telah ditentukan. Dengan kata lain Balanced Scorecard merupakan sebuah

    sistem yang ditujukan untuk mengawasi proses kerja dan berguna untuk mengoptimalkan kinerja dengan perbaikan

    berkesinambungan. Balanced Scorecard dapat diaplikasikan pada setiap pekerjaan yang memerlukan proses kerja.

    Proses tersebut dapat berupa sebuah proses yang menghasilkan produk ataupun jasa. Tetapi pada pembahasan

    tugas akhir ini, seperti yang telah dibatasi pada batasan masalah, kita akan memfokuskan diri pada Balanced

    Scorecard untuk jasa (konstruksi).

    2.3.4. Konsep Dasar Balanced Scorecard

    Konsep Balanced Scorecard merupakan suatu sarana untuk mengkomunikasikan persepsi strategi dalam

    suatu perusahaan secara sederhana dan mudah dimengerti oleh pihak dalam perusahaan, terutama pihak organisasi

    yang akan merumuskan strategi perusahaan. Balanced Scorecard terdiri dari dua suku kata yaitu kartu

    nilai (scorecard) dan berimbang (balanced). Maksudnya adalah kartu nilai untuk mengukur kinerja personil

    yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan, serta dapat digunakan sebagai evaluasi. Serta berimbang

    artinya kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan

    jangka panjang, intern dan ekstern. Karena itu jika kartu nilai personil digunakan untuk merencanakan skor yang

    hendak diwujudkan di masa depan, personil tersebut harus memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian

  • 18

    kinerja keuangan dan non-keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja bersifat

    internal dan kinerja eksternal.7

    2.3.5. Prinsip Dasar Balanced Scorecard

    Balanced Scorecard merupakan suatu sistem yang berorientasi pada strategi perusahaan, dimana pemimpin

    perusahaan menjabarkan visi, misi dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Balanced

    Scorecard memberikan kerangka untuk menjelaskan dan mengkomunikasikan strategi dengan cara yang konsisten

    dan berwawasan. Pada dasarnya Balanced Scorecard diterapkan untuk memonitor kinerja agar tetap berorientasi

    pada strategi perusahaan, dimana diharapkan visi, misi perusahaan dapat tercapai.

    2.3.5.1. Penjabaran Strategi

    Dalam Prosesnya, Balanced Scorecard menemukan cara pandang bahwa strategi adalah titik awal dimana

    scorecard dikembangkan. Secara konseptual, Balanced Scorecard berasumsi bahwa strategi adalah pusat bagi

    pergerakan organisasi. Sebagai pusat sistem berarti strategi harus menjadi dasar dan referensi aktivitas organisasi,

    anggaran, sistem pengukuran kinerja, sistem insentif, program kerja harian pegawai, dan lainnya. Proses

    penjabaran strategi dapat digambarkan sebagai berikut:

    Vision and Strategy

    Financial

    Customer

    Prosess

    Infrastructure

    Objectives

    Measures

    Targets

    Initiatives

    Gambar 2.5 Proses penjabaran strategi

    Sebagai contoh sebuah perusahaan mungkin merincikan suatu tujuan (objective) meningkatkan pendapatan

    dengan memperkenalkan produk baru. Tolak ukur kinerja (measures) mungkin adalah persentase pendapatan

    penjualan dari penjualan produk baru. Target atau standar untuk tahun yang akan datang untuk tolak ukur mungkin

    20%, yaitu 20% dari total pendapatan untuk tahun yang akan datang harus berasal dari penjualan produk baru.

    Inisiatif (Initiatives) mendeskripsikan bagaimana semua hal ini bisa tercapai.

    7 http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/07/24/balance-scorecard

  • 19

    2.3.5.2. Prinsip-prinsip Sistem Manajemen Strategis

    Tujuan utama dari manajemen strategi adalah untuk mendefinisikan mengapa dalam persaingan beberapa

    perusahaan bisa sukses sementara sebagian lainnya mengalami kegagalan. Definisi dari manajemen strategi

    menurut Pierce dan Robinso adalah: sejumlah keputusan dan tindakan yang menghasilkan rumusan dan

    implementasi dari rencana yang dibentuk untuk mencapai tujuan perusahaan.

    Agar suatu perusahaan atau organisasi bisa fokus terhadap strategi, Kaplan dan Norton menyebutkan lima prinsip

    yang harus dijalankan perusahaan:8

    1. Menerjemahkan strategi dalam bentuk operasional

    2. Menyelaraskan organisasi dengan strategi

    3. Menjadikan strategi sebagai pekerjaan rutin pegawai

    4. Menjadikan strategi sebagai sebuah proses yang berkesinambungan

    5. Memobilisasi perubahan melalui kepemimpinan eksekutif

    Gambar 2.6 Prinsip-prinsip Strategy Focused Organization

    Diadaptasi dari David P. Norton, The Balanced Scorecard: Translating Stragey into Action

    2.4. Aspek-Aspek Dalam Balanced Scorecard

    8 Robert S. Kaplan dan David P. Norton, op. cit.,2001

  • 20

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang

    melihat dalam 4 perspektif. Balanced Scorecard yang dirancang dengan baik mengkombinasikan antara

    pengukuran keuangan dari kinerja masa lalu dengan pengukuran dari pemicu kerja masa depan perusahaan. Berikut

    akan dijelaskan mengenai aspek-aspek penting dalam Balanced Scorecard.

    2.4.1. Perspektif Keuangan

    Secara tradisional, laporan keuangan merupakan indikator historisagregatif

    yang merefleksikan akibat dari implementasi dan eksekusi strategi dalam satu periode. Pengukuran kinerja

    keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar

    bagi keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus

    berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham. Pengukuran

    kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan

    harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula.

    Growth : Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan di mana perusahaan memiliki produk atau jasa yang

    secara siknifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik.

    Sustain : Tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan

    mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik.

    Harvest : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar memanen/menuai hasil investasi di tahap-tahap

    sebelumnya.

    2.4.2. Perspektif Pelanggan

    Perspektif ini merupakan leading indicator, karena pelanggan merupakan sumber pemasukan bagi

    perusahaan, jika pelanggan tidak puas mereka akan mencari produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

    Kinerja yang buruk pada perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun saat ini

    kinerja keuangan terlihat baik.

    Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu: customer core measurement dan

    customer value propositions.

    1. Customer core measurement, terdapat lima tolak ukur yang tergabung dalam kelompok ini:

    Market share, mengukur bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada

  • 21

    Customer retention, mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen

    Customer acquisition, mengukur suatu unit bisnis dalam menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis

    baru

    Customer satisfaction, tingkat kepuasan pelanggan terhadap kriteria kinerja tertentu, seperti tingkat pelayanan

    Customer profitability, mengukur laba bersih yang diperoleh perusahaan dari suatu target atau sekmen pasar

    yang dilayani

    Gambar 2.7 Customer Core Measurement Group

    2. Customer value proposition, merupakan pemicu kerja yang menyangkut pertanyaan apa yang harus disajikan

    perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan loyalitas, retensi dan akuisisi konsumen yang tinggi. Atribut yang

    digunakan perusahaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

    Product/service attributes, meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga dan kualitasnya. Dalam hal ini prioritas

    konsumen bisa berbeda-beda, ada konsumen yang mengutamakan fungsi dari produk, penyampaian yang tepat

    waktu dan harga terjangkau.

    Customer relationship, meliputi pengiriman produk dan jasa kepada pelanggan, termasuk dimensi waktu dan

    respon pelanggan dan apa yang dirasakan pelanggan saat membeli produk dari perusahaan.

    Image and reputation, menggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk

    berhubungan dngan perusahaan.

    Gambar 2.8 Customer Value Proposition Group

  • 22

    2.4.3. Perspektif Proses Bisnis Internal

    Dalam perspektif ini, agar dapat menentukan tolak ukur bagi kinerja ini, manajemen perusahaan pertama-

    tama perlu mengidentifikasi proses bisnis internal yang terdapat di dalam perusahaan. Scorecard dalam perspektif

    ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau

    jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Kaplan dan Norman membagi proses bisnis internal ke dalam

    tiga proses: inovasi, operasi dan layanan purna jual.

    1. Proses inovasi

    Proses inovasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasar dan menciptakan produk atau

    jasa memenuhi kebutuhan pasar tersebut.

    2. Proses operasi

    Tahap ini merupakan tahap aksi dimana perusahaan secara nyata berupaya untuk memberikan solusi kepada

    para pelanggan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka.

    3. Proses pelayanan purna jual

    Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/jasa tersebut dilakukan.

    Gambar 2.9 Perspektif Proses Bisnis Internal Model Rantai Nilai Gerak

    2.4.4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

    Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan

    prosedur organisasi. Hasil dari ketiga pengukuran perspektif sebelumnya biasanya akan menunjukan kesenjangan

    yang besar antara kemampuan orang, sistem dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk

    mencapai kinerja yang diinginkan. Itu sebabnya, perusahaan harus melakukan investasi di ketiga faktor tersebut

  • 23

    untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajaran. Dalam perspektif ini, perusahaan memiliki

    tolak ukur: employee capabilities, information system capabilities, dan motivation, empowerment, and alignment9.

    1. Employee capabilities

    Akibat adanya pergeseran teknologi yang menunjukkan seluruh pekerjaan diotomatisasi, maka pekerjaan yang

    sama yang dilakukan secara terus-menerus pada tahap efisiensi dan produktivitas yang tidak sama, tidak lagi

    cukup bagi tercapainya keberhasilan oleh karena itu perusahaan harus melakukan perbaikan terus-menerus.

    2. Information systems capabilities

    Bagaimanapun juga , meski motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan

    perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang

    memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu

    dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

    3. Motivation, empowerment,and alignment

    Ukuran dari motivasi karyawan adalah jumlah saran per-pegawai, dimana ukuran ini menangkap partisipasi

    karyawan yang sedang berlangsung dalam memperbaiki kinerja perusahaan dan tingkat kualitas partisipasi

    karyawan dalam memberikan saran untuk perbaikan.

    Gambar 2.10 Kerangka Kerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

    2.5. Kinerja Proyek

    Kinerja Proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut dengan membandingkan hasil kerja nyata

    dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja yang disepakati oleh pihak Owner dan kontraktor pelaksana.

    Banyak contoh dimana terjadi dalam laporan suatu kegiatan dalam proyek yang berlangsung lebih cepat dari

    9 Robert S. Kaplan dan David P. Norman, op. cit., 1996

  • 24

    jadwal sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi ternyata biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran. Bila tidak

    segera dilakukan tindakan pengendalian, maka dapat berakibat proyek tidak dapat diselesaikan secara keseluruhan

    karena kekurangan dana.

    2.5.1. Pengukuran Kinerja

    Anderson dan Clancy mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai:10

    feedback from the accountant to management that provides information about how well the action

    represent the plans; it also identifies where managers may need to make corrections or adjustments

    in future planning and contolling activities.

    Dalam situasi yang normal semestinya performance driver yang jitu akan menghasilkan outcome measures

    terbaik. Sementara itu, Anthony, Banker, Kaplan dan Young mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai:11

    the

    activity of measuring the performance of an activity or the entire value chain

    Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran

    yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil dari pengukuran

    tersebut nantinya akan digunbakan sebagai umpan balik yang akan memeberi informasi prestasi pelaksanaan suatu

    rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan

    pengendalian.

    2.5.2. Manfaat Pengukuran Kinerja

    Menurut Lynch dan Cross, manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut:12

    a. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada

    pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya member kepuasan kepada

    pelanggan;

    b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok

    internal;

    10 Lane K. Anderson & Donald K. Clancy, Cost Accounting, Homewood, Boston: Richard D.Irwin 11 Anthony A. Atkinson, Rajiv D. Banker, Robert S.Kaplan, & S. Mark Young, Management Accounting. Second Edition 12

    Richard L. Lynch dan Kelvin F. Cross, Kinerjance Measurement System, Handbook of Cost Management.

  • 25

    c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan

    tersebut (reduction of waste);

    d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat

    proses pembelajaran organisasi;

    e. Membangun consensus untuk melakukan suatu perubahan dengan member reward atas perilaku yang

    diharapkan tersebut.

    2.5.3. Persyaratan Sistem Pengukuran Kinerja

    Dengan munculnya berbagai paradigma baru di mana bisnis harus digerakan oleh customer-focused, suatu

    sistem pengukuran kinerja yang efektif, paling tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:13

    a. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan;

    b. Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang customer-validated;

    c. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan

    penilaian yang komperhensif;

    d. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali masalah-masalah yang ada

    kemungkinan perbaikan.

    2.5.4. Key Performance Factors

    Dalam sebuah proyek terdapat faktor yang menjadi tolak ukur pengukuran dari indikator yang dicari, dalam

    hal ini adalah proyek konstruksi, berikut ini beberapa faktor yang menetukan indikator tersebut:

    1. Kinerja waktu konstruksi

    Waktu adalah durasi untuk menyelesaikan sebuah proyek konstruksi. Hal ini telah di jadwalkan sehingga

    sebuah proyek konstruksi memungkinkan untuk dapat digunakan

    2. Kinerja biaya konstruksi

    Biaya didefinisikan sebagai sejauh mana kondisi umum mendukung penyelesaian proyek dalam perkiraan

    anggaran. Biaya tidak hanya terbatas pada jumlah tender saja, tetapi biaya keseluruhan untuk pengadaan

    proyek dari awal sampai selesai.

    13

    Ibid.hlm. 55.

  • 26

    3. Kinerja kualitas

    Dalam dunia konstruksi, kualitas didefinisikan sebagai totalitas fitur yang diperlukan oleh produk atau jasa

    untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau dapat dikatakan kesesuaian untuk suatu tujuan. Saat ini kualitas

    adalah jaminan dari produk yang meyakinkan pelanggan untuk membeli atau menggunakan.

    4. Kinerja kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

    Kesehatan dan keselamatan kerja didefinisikan sebagai sejauh mana kondisi umum proyek mendukung

    penyelesaian proyek tanpa terjadi kecelakaan berat.

    5. Kinerja lingkungan

    Industry konstruksi telah dianggap sebagai penyumbang utama dampak lingkungan. Proyek konstruksi

    mempengaruhi lingkungan dengan berbagai cara di seluruh siklus hidup mereka.

    6. Harapan dan kepuasan klien/pengguna/tim proyek (Stakeholder)

    Harapan dan kepuasan stakeholder telah dikembangkan menjadi ukuran penting untuk memungkinkan

    melakukan sebuah pengukuran kinerja proyek dan organisasi.

    7. Kinerja tim proyek

    Tim kerja proyek merupakan kelompok kerja yang relatif permanen, namun juga bisa bersifat temporer yang

    bertugas untuk menyelesaikan sebuah proyek tertentu.

    2.5.5. Definisi Proyek Sukses

    Konsep proyek sukses belum mempunyai arti yang eksak dan dapat diterima oleh semua pihak. Hal ini

    dikarenakan bahwa definisi suatu proyek sukses bagi satu orang dengan yang lain tidaklah sama. Kriteria dari

    proyek sukses bertahan seiring dengan berjalannya waktu. Dari beberapa studi literatur, didapat beberapa definisi

    proyek suskes, antara lain:

    Proyek dikatakan sukses jika anggaran, waktu, kesesuaian dengan harapan pengguna, spesifikasi, kualitas

    pengerjaan dan minimalisasi gangguan konstruksi bisa dipenuhi.14

    Proyek diselesaikan tepat waktu, sesuai dengan anggaran, spesifikasi teknik dan bisa menjawab kepuasan

    klien.15

    Proyek konstruksi dapat dikatakan sukses apabila mempunyai hasil yang sesuai atau lebih baik dari pada yang

    direncanakan dalam sasaran biaya, jadwal dan kualitas (Pauline, 2008).

    14 Songer, A.D. dan Molenaar, K.R. 1997, Project Characteristics for Successful Public-sector 15

    Takim, R., Akintoye, A., Kinerjance Indicators for Successful Construction Project Kinerjance,18th Annual ARCOM Conference

  • 27

    Pendapat De wit (1992), proyek dianggap mencapai sukses secara keseluruhan bila proyek bisa memenuhi

    spesifikasi teknik dan atau misi yang harus dicapai, dan tingkat kepuasan tertinggi dalam proyek terdapat pada

    tim proyek dan klien dari proyek tersebut.

    2.5.6. Key Performance Indicator (KPI)

    Dalam tugas akhir ini diperlukan sebuah indikator yang digunakan sabagai acuan pengukuran kinerja, Key

    Performance Indicator (KPI) adalah bagian dari Performance Indicators atau indicator kinerja organisasi. Jumlah

    indikator kinerja yang dipilih sebagai Key Performance Indicator (KPI) ini biasanya tidak banyak, namun

    demikian hasil pengukuran melalui indikator tersebut dapat digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan

    organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

    2.5.6.1. Definisi Key Performance Indicator

    Adapun Key Performance Indicator (KPI), merujuk pada definisi yang dirumuskan dalam Performance

    Indicator Resource Catalogue yang diterbitkan oleh Australian Government, Department of Finance and

    Administration (2006), adalah ukuran spesifik tentang kinerja organisasi dalam wilayah bisnisnya. Ukuran tersebut

    dapat berupa keuangan dan non-keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja strategis organisasi.16

    Sebagai alat ukur kinerja strategis organisasi, Key Performance Indicator (KPI) dapat mengindikasikan kesehatan

    dan perkembangan organisasi, dan atau keberhasilan kegiatan, program atau penyampaian pelayanan untuk

    mewujudkan target-target atau sasaran organisasi.

    Key Performance Indicator (KPI) dapat berbentuk ukuran kuantitatif maupun kualitatif, dalam tugas akhir

    ini akan digunakan keduanya, di mana pengukuran dalam proyek konstruksi ini akan menilai jumlah pekerjaan

    yang dilakukan dengan kualitas pekerjaan yang dihasilkan.

    2.5.6.2. Kriteria Key Performance Indicator

    Pada beberapa literatur disebutkan kriteria-kriteria Key Performance Indikator (KPI) yang antara lain

    meliputi: Specific, Measurable, Achievable, Reliable, dan Timely, yang dalam akronim menjadi SMART. Schiavo-

    Campo (1999) juga menguraikan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh Key Performance Indicator (KPI), yang

    kemudian dirumuskannya dalam akronim CREAM:

    16

    Australian Government, Department of Finance and administration, Kinerjance Indicator Resource Catalogue, 2006

  • 28

    1. Clear; Key Performance Indicator (KPI) terdefinisikan secara jelas dan tidak memiliki makna ganda.

    2. Relevant; mencukupi untuk pencapaian tujuan, atau menangani aspek-aspek obyektif yang relevan.

    3. Economic; data atau informasi yang diperlukan akan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya

    yang tersedia.

    4. Adequate; oleh dirinya sendiri atau melalui kombinasi dengan yang lain, pengukuran harus menyediakan dasar

    yang mencukupi untuk menaksir kinerja.

    5. Monitorable; dalam rangka kejelasan dan ketersediaan informasi, indikator harus dapat diterima bagi penilai

    atau evaluator kinerja yang independent.

    2.5.6.3. Persiapan Key Performance Indicators

    Karena Key Performance Indicators merupakan alat ukur kinerja sebuah perusahaan, maka Key

    Performance Indicators juga harus mencerminkan tujuan yang ingin diraih oleh perusahaan tersebut. Artinya, Key

    Performance Indicators setiap perusahaan bisa jadi berbeda sesuai dengan kebutuhannya.

    Oleh karena itu sebelum menetapkan Key Performance Indicators, perusahaan harus melakukan beberapa

    persiapan berikut ini:

    1. Menetapkan tujuan yang hendak dicapai.

    2. Memiliki bisnis proses yang telah terdefinisi dengan jelas.

    3. Menetapkan ukuran kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

    4. Memonitor setiap kondisi yang terjadi serta melakukan perubahan yang diperlukan guna mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.

    Key Performance Indicators membutuhkan perencanaan yang matang. Selain itu juga harus didukung oleh

    ketersediaan data dan informasi yang akurat serta konsisten.

    2.5.6.4. Manfaat Key Performance Indicators

    Pengelolaan kinerja pegawai melalui sistem KPI memberikan sejumlah manfaat positif bagi perusahaan,

    diantaranya adalah :

  • 29

    Melalui metode Key Performance Indicators maka kinerja setiap pegawai dapat dievaluasi secara lebih

    obyektif dan terukur, sehingga dapat mengurangi unsur subyektivitas yang sering terjadi dalam proses penilaian

    kinerja pegawai.

    Melalui penentuan Key Performance Indicators (KPI) secara tepat, setiap pegawai juga menjadi lebih paham

    mengenai hasil kerja yang diharapkan darinya. Hal ini akan mendorong pegawai bekerja lebih optimal untuk

    mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.

    Melalui penetapan Key Performance Indicators yang obyektif dan terukur, maka proses pembinaan kinerja

    pegawai dapat dilakukan secara lebih transparan dan sistematis.

    Hasil skor Key Performance Indicators yang obyektif dan terukur juga dapat dijadikan dasar untuk pemberian

    reward dan punishment pegawai. Dengan demikian, pegawai yang kinerjanya lebih bagus akan mendapat

    reward, sebaliknya yang kerjanya kurang baik akan mendapat punishment.

    2.5.6.5. Key Performance Indicators Dalam Konstruksi

    Dalam penjelasan sebelumnya mengenai key performance factor, terdapat tujuh faktor yang digunakan

    dalam dunia konstruksi sebagai acuan indikator, berikut akan dijabarkan setiap indikatornya17

    .

    Kinerja waktu konstruksi :

    Waktu konstruksi yang ditetapkan untuk menyelesaikan sebuah proyek konstruksi (construction time)

    Kecepatan konstruksi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek konstruksi (speed of construction)

    Time variation yang terjadi pada akhir fase konstruksi

    Waktu yang hilang karena perubahan /penundaan jadwal yang terjadi pada saat fase konstruksi

    Kinerja biaya konstruksi :

    Klaim biaya/denda yang dikeluarkan karena adanya suatu kesalahan pada fase konstruksi (cost claims)

    Cost variation yang ditinjau pada akhir fase konstruksi (percentage net variation over final cost)

    Unit cost proyek konstruksi yang sedang dikerjakan dibandingkan dengan unit cost proyek konstruksi serupa

    (unit cost = total nilai kontrak dibagi total luas bangunan)

    Biaya tidak terduga yang terjadi pada saat fase konstruksi

    Kinerja kualitas :

    17

    Skripsi No. 21011736/SIP/2010; Michael Artha Kusuma Jaya, Albert Valentinus Christy W. Universitas Kristen Petra

  • 30

    Penyampaian, pemahaman, dan pelaksanaan sistem manajemen mutu oleh semua staf proyek pada saat fase

    konstruksi

    Kesesuaian prosedur dan formulir di manajemen proyek pada saat fase konstruksi

    Inspeksi/audit sistem manajemen mutu pada strata proyek yang dilakukan pada saat fase konstruksi

    Cacat/defect dari produk (tidak sesuai standar mutu proyek) yang terjadi pada saat fase konstruksi, saat produk

    siap dipakai dan saat akhir masa retensi

    Kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) :

    Perencanaan K3 yang disusun, yang meliputi rencana kerja K3 dan prosedur evakuasi

    Implementasi manajemen K3 pada proyek konstruksi saat fase konstruksi sedang berlangsung, yang meliputi

    kelengkapan fasilitas K3, pelatihan K3, dan inspeksi K3

    Kepatuhan pada peraturan K3 dan pemberlakuan reward-punishment dalam peraturan K3 pada saat fase

    konstruksi

    Kecelakaan kerja yang berakibat fatal yang menyebabkan menurunnya kinerja pekerja

    Kinerja lingkungan :

    Pengawasan emisi limbah dari kegiatan konstruksi pada saat fase konstruksi

    Pengendalian material dan manajemen limbah pada saat fase konstruksi

    Pertemuan/rapat yang dilakukan untuk membahas isu lingkungan yang dapat mempengaruhi aktifitas proyek

    konstruksi

    Pengetahuan, pelatihan, dan kampanye tentang isu lingkungan dalam dunia konstruksi

    Keluhan tentang lingkungan yang diterima, serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan keluhan tersebut

    Kepuasan stakeholder :

    Kepuasan klien terhadap produk dalam kualitas, estetika dan material yang digunakan

    Kepuasan klien terhadap pelayanan dalam hal kerja sama, kecepatan dan kehandalan pelayanan, pemenuhan

    janji, tanggung jawab dan penyediaan solusi untuk memecahkan masalah

    Kepuasan konsumen sebagai pengguna akhir produk konstruksi

    Kepuasan tim proyek yang terlibat dalam proyek konstruksi

    Kinerja tim proyek :

    Kredibilitas project manager, yang meliputi kemampuan menganalisa dan menyelesaikan masalah,

    kemampuan memimpin, dan tingkat perhatian terhadap detail pada saat fase konstruksi

    Kredibilitas anggota dalam project team

  • 31

    Dukungan top managemen kepada project team untuk menyelesaikan proyek konstruksi sesuai rencana

    Ketentuan yang jelas mengenai tujuan, tanggung jawab, dan wewenang project team

    Tingkat kerja sama di kalangan anggota project team untuk menyelesaikan sebuah proyek konstruksi

    2.6. Pengawasan Proyek

    Pengawasan (project control) merupakan roh atau jiwa dari pembelajaran manajemen konstruksi, itu

    sebabnya sanggat penting dan dibutuhkan pengawasan untuk setiap pekerjaan konstruksi yang dilakukan.

    Pengawasan proyek adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk mengembangkan, merencanakan serta mengarahkan

    tujuan dari suatu kegiatan yang dilakukan sementara, yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dan biaya

    sudah ditentukan. Tujuannya adalah agar suatu pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang

    diharapkan. Dengan pengawasan setiap kinerja dalam proyek diharapkan dapat memaksimalkan setiap kinerja yang

    dihasilkan oleh setiap orang atau tim.

    2.7. Karakter Bangunan Gedung Hunian

    Sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2010 DKI Jakarta, bangunan gedung adalah wujud fisik

    hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, seluruhnya berada di atas dan/atau di

    dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunia atau

    tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.18

    Dalam tugas akhir

    ini, penulis memilih proyek yang merupakan gedung hunian berupa kondotel (kondominium hotel) dan apartemen,

    sehingga pembahasan mengenai karakter hunian ini akan dipersempit menjadi gedung hunian apartemen.

    2.7.1. Pengertian Apartemen

    Beberapa definisi dari kata apartemen sebagai berikut:

    Menurut buku Site Planning, apartemen didefinisikan sebagai several dwelling units share a common

    (usually anindoor) access and are enclosed by a common structural envelope.. yang berarti beberapa bagian

    unit hunian yang saling berbagi akses yang sama dan dilingkupi oleh struktur kulit bangunan yang sama.19

    18 Peraturan Daerah, nomor 7, 2010, pasal 1, ayat 8, DKI Jakarta 19

    Thorsten Rodiek. Die Neue Staatsgakerie Stuttgart t. Stuttgart: Verlag Gerd Hatje, 1984. Site plan.

  • 32

    Menurut kamus besar bahasa Indonesia, apartemen didefinisikan sebagai tempat tinggal (terdiri atas kamar

    duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb) yang berada pada satu lantai bangunan bertingkat; rumah flat;

    rumah pangsa; bangunan bertingkat terbagi dalam beberapa tempat tinggal.20

    Suatu kompleks hunian dan bukan rumah tinggal yang berdiri sendiri.21

    Gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas bagian-bagian yang distrukturkan

    secara fungsional dalam arah vertikal dan horizontal dan merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan

    digunakan secara terpisah, yang dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama dan benda bersama.22

    2.7.2. Karakteristik Apartemen

    Ada beberapa hal yang membedakan antara apartemen dengan apartemen lainnya, misalnya tinggi

    bangunan, penampilan fasade, fasilitas yang disediakan, struktur yang digunakan, dan kelas apartemen, namun

    secara garis besar apartemen memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Memiliki jumlah lantai lebih dari satu

    2. Terdiri atas beberapa unit hunian dalam satu lantai

    3. Setiap unit hunian terdiri atas minimal 3 macam ruang yaitu ruang tidur, dapur dan kamar mandi

    4. Setiap penghuni akan saling berbagi fasilitas yang ada pada apartemen

    5. Sirkulasi vertikal berupa tangga atau elevator, sementara sirkulasi horizontalnya berupa koridor

    6. Setiap unit akan mendapatkan jendela yang menghadap keluar

    2.7.3. Klasifikasi Apartemen

    Berdasarkan kategori jenis dan besar bangunan apartemen terdiri atas:

    High-rise apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri atas lebih dari sepuluh lantai. Dilengkapi area parkir

    bawah tanah, sistem keamanan dan servis penuh. Struktur apartemen lebih kompleks sehingga desain unit

    apartemen cenderung standar.

    Mid-rise apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri dari tujuh sampai dengan sepuluh lantai. Jenis

    apartemen ini lebih sering dibangun dikota satelit

    20 http://kamusbahasaindonesia.org/apartemen 21 Joseph Dechiar, Time Saver Standart for Building Types 22

    Pasal UURS no.16 tahun 1985

  • 33

    Low-rise apartemen. Apartemen dengan tinggi kurang dari tujuh lantai dan menggunakan tangga sebagai

    transportasi vertikal

    Walked-up apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri atas tiga lantai sampai dengan enam lantai. Apartemen

    ini kadang-kadang memiliki elevator, tetapi bisa juga tidak.

    Garden apartemen. Bangunan apartemen dua sampai empat lantai. Apartemen ini memiliki halaman dan taman

    disekitar bangunan.

    Klasifikasi apartemen berdasarkan kepemilikan, yaitu:

    Apartemen sewa. Pemilik membangun dan membiayai operasi serta perawatan bangunan, penghuni membayar

    uang sewa selama jangka waktu tertentu

    Apartemen kondominium. Penghuni membeli dan mengelola unit yang menjadi haknya, tidak ada batasan bagi

    penghuni untuk menjual kembali atau menyewakan kembali unit miliknya. Penghuni biasanya membayar uang

    pengelolaan ruang bersama yang dikelola oleh pemilik gedung

    Apartemen koperasi. Apartemen dimiliki koperasi, penghuni memiliki saham didalamnya. Sesuai dengan unit

    yang ditempatinya. Bila penghuni pindah ia dapat menjual sahamnya kepada koperasi atau calon baru dengan

    persetujuan koperasi. Biaya operasional dan pemeliharaan ditanggung oleh koperasi.

    2.8. Proses Konstruksi

    Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya proses siklus konstruksi terdiri dari persiapan, merencanakan,

    mengeksekusi, memantau mengendalikan,dan menyelesaikan. Oleh sebab itu akan dijabarkan secara garis besar

    apa saja yang dikerjakan dalam setiap siklus konstruksi ini.

    Tabel 2.1 Proses konstruksi

    Siklus proyek konstruksi Pengerjaan dalam proyek

    1 persiapan mobilisasi alat dan pekerja

    persiapan lahan

    2 merencanakan

    membuat site plan sesuai dengan gambar arsitek

    memesan material yang dibutuhkan

    sesuai dengan kebutuhan proyek

    3 mengeksekusi mengerjakan sesuai dengan gambar

    konstruksi yang diberikan

  • 34

    berkoordinasi dengan pihak yang ada

    mengerjakan bangunan sesuai dengan

    mutu dan tepat waktu

    menyelesaikan proyek sesuai dengan

    kontrak

    4 memantau dan mengendalikan

    memperbaiki setiap proses pengerjaan

    yang terjadi di lapangan

    melaporkan setiap hasil kerja secara

    berkala

    5 menyelesaikan melakukan pemeliharaan pada

    bangunan sesuai dengan kesepakatan

    kontrak

    Pada penelitian ini akan ditekankan pada bagian mengeksekusi karena pada tahap ini diperlukan

    pengawasan pekerjaan untuk kesesuaian dengan apa yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya. Sayangnya,

    sampai batas waktu penggumpulan penelitian proyek The Kencana masih mengerjakan pekerjaan tanah sehingga

    tidak memungkinkan untuk dapat dilakukan pengukuran kinerja yang diinginkan.

    2.9. Hasil Penelitian yang Relevan

    2.9.1. Performance Management In Construction : A Conceptual Framework23

    Jurnal ini membahas mengenai literatur dari manajemen kinerja atau pengukuran dalam berbagai jenis

    industri dengan tujuan menggunakan pendekatan terbaik ke dalam proses konstruksi. Sebuah kerangka kerja

    disajikan yang menjamin bahwa strategi yang efektif digunakan untuk membentuk manajemen kinerja sistem yang

    dapat diadopsi oleh organisasi konstruksi. Proses Kerangka Kinerja Konseptual (Proses Performance conceptual

    Framework) mengadopsi Balanced Scorecard dengan menambahkan sejumlah elemen atau perspektif dan

    merasionalkan hubungan antara pengukuran kinerja dan tujuan yang berdasarkan dengan strategi. Dengan

    demikian, dampak dari pengukuran kinerja sebuah organisasi dapat diperiksa dan dianalisa untuk mengindikasikan

    area yang berpotensi untuk dikembangkan. Jurnal ini juga mengidentifikasi beberapa area yang dapat digunakan

    sebagai validasi Proses Kerangka Kinerja Konseptual.

    Pengukuran kinerja sebuah organisasi dulu dan sekarang adalah hal yang penting, yang sangat diperhatikan

    dalam dekade terakhir. Hal ini melibatkan pengembangan kerangka dimana pengukuran kinerja dapat

    23 Michail Kagioglou, Rachel Cooper & Ghassan Aouad, Kinerjance Management in Construction : A Conceptual Framework, Research

    Institute for Design and Manufacture, University of Salford, Centenary Building, Peru Street, Salfor.d

  • 35

    dikembangkan dan diaplikasikan untuk mengidentifikasi sejauh mana sebuah organisasi mampu menerapkan

    strategi.

    2.9.2. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja pada PT Sepatu Asia24

    Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan analisis Balanced Scorecard.

    Objek penelitiannya adalah PT Sepatu Asia. Data yang digunakan adalah neraca dan laporan laba rugi periode

    2007-2009 dan hasil pengisian kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang dikenal

    dengan analisa rasio untuk mengukur perspektif keuangan dan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan

    skala Likert untuk mengukur perspektif pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan.

    Berdasarkan hasil seluruh perhitungan, menunjukan kinerja PT Sepatu Asia baik.

    Dengan pengukuran dan analisis yang dilakukan, diperoleh tolak ukur yang digunakan dalam pengukuran

    untuk ke-empat perspektif yang digunakan dalam Balanced Scorecard, dari setiap tolak ukur yang didapatkan hasil

    berupa nilai kemudian pengendalian setiap proses hingga menghasilkan angka atau nilai (score), yang akhirnya

    digunakan untuk menentukan tingkat kesuksesan atau keberhasilan PT Sepatu Asia dalam ke-empat perspektif

    Balanced Scorecard.

    2.9.3. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan, Studi Kasus pada PT

    Astra Honda Motor25

    Dalam menghadapi bisnis yang semakin kompleks seperti saat ini diperlukan metode pengukuran kinerja

    yang dapat menilai kinerja perusahaan secara akurat dan komprehensif. Dalam hal ini metode dapat yang

    digunakan adalah Balance Scorecard. Balance Scorecard merupakan alat pengukuran kinerja yang

    menggabungkan ukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Balanced Scorecard mengukur kinerja dari empat

    perspektif, yaitu learnig dan perspektif pertumbuhan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan

    perspektif keuangan

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data tahun 2005-2006 di PT Astra Honda Motor untuk

    menganalisis perspektif keuangan, sedangkan untuk perspektif lainnya dianalisis melalui perhitungan kuesioner.

    Populasi dalam penelitian ini adalah untuk pelanggan dan karyawan PT Astra Honda Motor, sedangkan sampel

    yang diambil masing-masing adalah 100 responden untuk karyawan dan 100 responden kepada pelanggan.

    24

    Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja pada PT Sepatu Asia, Agus Darmawanto, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma.

    25 Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan Studi Kasus pada PT Astra Honda Motor, Soraya Hanuma,

    Endang Kiswara SE., M.Si., Akt.

  • 36

    Kuesioner telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ROI,

    profit margin, rasio operasi, kepuasan pelanggan, inovasi, dan kepuasan karyawan.

    Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa kinerja PT Astra Honda Motor cukup baik secara

    keseluruhan. Dalam perspektif indikator keuangan ROI, profit margin, dan rasio operasional telah menunjukkan

    kinerja yang cukup. Untuk perspektif pelanggan menunjukkan kinerja yang baik di hadapan kepuasan pelanggan

    yang cukup memuaskan. Pada perspektif bisnis internal, perusahaan sudah bisa melakukan sebuah inovasi yang

    baik. Dan untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menunjukkan tingkat kepuasan karyawan yang cukup

    memuaskan. Dari data penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan Balance Scorecard dapat memberikan

    data yang lebih terstruktur dan komprehensif.

    2.9.4. Key Performance Indicators yang Digunakan Untuk Mengukur Kesuksesan Proyek Konstruksi26

    Pada penelitian ini Key Performance Indicator diklasifikasikan menjadi tujuh indikaor, yaitu: kinerja biaya,

    kinerja waktu, kinerja kualitas, kinerja kesehatan dan keselamatan kerja (k3), kinerja lingkungan, kepuasan

    stakeholder, serta kinerja tim proyek.

    Dari indikator tersebut diteliti dengan menggunakan metode kuisioner tentang Key Performance Indicator

    yang digunakan untuk mengukur kesuksesan proyek konstruksi, dimana responden penelitian ini adalah

    perusahaan konstruksi grade 5, perusahaan konstruksi grade 6, dan perusahaan konstruksi grade 7 serta perusahaan

    pemilik proyek di Surabaya dan daerah sekitarnya. Analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif yaitu: analisa

    distribusi frekuensi (mean dan peringkat), juga secara inferensial (One-way ANOVA) untuk mengetahui perbedaan

    dari setiap perusahaan yang diteliti.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa Key Performance Indicator yang sering digunakan oleh responden

    perusahaan konstruksi adalah indikator kinerja tim proyek. Sedangkan untuk responden perusahaan pemilik

    proyek, indicator kualitas lebih sering digunakan. Dengan demikian, hasil analisa inferensial menunjukkan bahwa

    ada perbedaan jawaban dari empat klasifikasi responden.

    2.9.5. Mapping The Construction Engineering and Management Discipline27

    Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk memetakan struktur teknik konstruksi dan kedisiplinan

    manajemen dan setiap isinya, mengusut evolusinya, dan untuk mengidentifikasi faktor yang paling penting dalam

    disiplin. Studi ini mensyaratkan pembahasan terhadap literatur dalam rekayasa konstuksi dan manajemen seperti

    26 Michael Artha, Albert Valentinus, Key Kinerjance Indicators yang Digunakan Untuk Mengukur Kesuksesan Proyek Konstruksi,

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra. 27

    Mohamed A. Aboulezz, Mapping The Construction Engineering and Management Discipline, Worcester Polytechnic Institute

  • 37

    dua buah jurnal akademik yang terkemuka dalam disiplin, khususnya studi bibliometrik dari isi ASCE Journal of

    Management in Engineering (JME).

    Isi dari Journal of Management in Engineering telah diselidiki dari awal tahun 1985 hingga tahun 2002.

    Hasil dari analisa menunjukan bahwa 70% dari makalah yang diterbitkan difokuskan pada empat mata penjuru

    utama: manajemen dan organisasi dari struktur, perusahaan manajemen proyek, industry dan lingkungan hidup,

    dan manajemen personil.

    2.9.6. Pembahasan

    Dari jurnal yang telah dibahas di atas terdapat inti-inti yang dapat membantu dalam penelitian ini. Hal-hal yang

    dimaksud adalah:

    Tabel 2.2 Inti yang relevan untuk penelitian

    Jurnal Inti yang relevan untuk penelitian

    Performance Management In

    Construction : A Conceptual

    Framework

    dampak dari pengukuran kinerja sebuah

    organisasi dapat diperiksa dan dianalisa untuk

    mengindikasikan area yang berpotensi untuk

    dikembangkan

    mengidentifikasi beberapa area yang dapat

    digunakan sebagai validasi proses kerangka

    kerja

    pengukuran kinerja dapat dikembangkan dan

    diaplikasikan dalam proses konstruksi Analisis Balanced Scorecard

    Sebagai Alat Ukur Kinerja pada

    PT Sepatu Asia

    balanced scorecard sukses dalam mengukur

    kinerja proses industri

    penerjemahan strategi yang sederhana agar

    dapat dimengerti oleh setiap pihak

    pengukuran terhadap perspektif keuangan tidak

    lagi cukup untuk menentukan tingkat kinerja

    suatu perusahaan

    Analisis Balanced Scorecard

    Sebagai Alat Pengukuran

    Kinerja Perusahaan, Studi Kasus

    pada PT Astra Honda Motor

    menentukan karakteristik pengukuran kinerja

    yang sesuai dengan perusahaan

    pengendalian diperlukan dalam sebuah proses

    industri skala besar Key Performance Indicators yang

    Digunakan Untuk Mengukur

    Kesuksesan Proyek Konstruksi

    faktor yang menjadi pembatas indikator

    pengukuran

    penyederhanaan indikator yang digunakan

    khusus dalam dunia konstruksi

    hasil dari pengukuran tergantung dari tujuan

    perusahaan Mapping The Construction

    Engineering and Management

    Discipline

    pentingnya kedisiplinan dalam dunia konstruksi

    kinerja yang baik tak akan terjadi tanpa disiplin

    semua pihak

    manajemen yang baik menghasilkan kinerja

    kerja yang baik

    pentingnya manajemen konsturksi dalam

    keberhasilan sebuah proyek

  • 38

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Tahapan Penelitian

    Di bawah ini akan dijabarkan mengenai tahapan penelitian yang dilakukan selama mengerjaan penelitian

    tugas akhir skripsi:

    PMBOK

    BSC

    Perumusan

    masalah

    Hipotesis

    Penentuan

    pekerjaan

    penelitian

    KPF

    Rasio/ bobot KPF KPI

    Sistem

    pengukuran

    dan pengendalian

    Kuisioner I

    Kuisioner II

    Kesimpulan

    dan saran

    Gambar 3.1 Skema Tahapan Penelitian

    Skema di atas merupakan alur dari penelitian yang dilakukan, dimana penelitian ini menggunakan teknik yang

    disarankan oleh Balanced Scorecard, yaitu empat perspektif yang telah di jabarkan sebelumnya; keuangan,

    pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran. Dari keempat perspektif ini akan dijabarkan lagi dalam Key

    Performance Factor yang juga telah dijelaskan sebelumnya, kemudian sederhanakan kembali sampai mendapatkan

    Key Performance Indicator.

    3.2. Perumusan Masalah Penelitian

    Faktor utama dari berdirinya sebuah perusahaan konstruksi adalah untuk mendapatkan profit atau

    keuntungan dari proyek yang dikerjakan, dengan meningkatnya nilai kesuksesan maka bisa dikatakan bahwa

    keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut juga ikut meningkat. Memaksimalkan kinerja akan membantu

    sebuah proyek untuk bisa bertahan dalam persaingan yang ketat dan memperoleh profit yang lebih tinggi.

    Pemaksimalan kinerja ini dapat dilakukan dengan penentuan indikator untuk tiap pengukuran kinerja, penjabaran

  • 39

    strategi perusahaan yang jelas, penterjemahan strategi menjadi pekerjaan dan melakukan pengukuran

    terusmenerus. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis akan mencoba untuk mengukur kinerja sebuah proyek

    dan melaporkannya pada pihak yang berkepentingan dengan harapan akan adanya perbaikan kinerja hingga

    mencapai kinerja yang maksimal.

    3.3. Hipotesis

    Keberhasilan sebuah proyek konstruksi biasanya dilihat dari sisi ketepatan waktu pengerjaan, biaya yang

    dikeluarkan dan mutu yang dihasilkan. Tanpa dapat dipungkiri bahwa setiap aspek yang diukur sebagai indikator

    keberhasilan tergantung dari kinerja yang dihasilkan, dan keberhasilan sebuah proyek konstruksi berbeda antara

    satu proyek dengan proyek yang lain. Sebagai contoh dua perusahaan kontraktor yang identik, memiliki mutu yang

    sama, kemampuan kerja yang sama, dan cara kerja yang sama, tetapi memiliki target hasil akhir yang berbeda. Bila

    kontraktor pertama dikatakan sukses dengan nilai akhir 7 (dari skala 1 sampai 10), tetapi di kontraktor yang lain

    proyek yang sukses adalah bernilai 9 (dari skala 1 samapai 10). Apakah yang membedakan hasil akhir dari kedua

    proyek ini? Salah satu jawabannya adalah memaksimalkan kinerja dalam proyek tersebut.

    Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai Balanced Scorecard dalam proyek

    konstruksi, maka penulis akan mencoba untuk mengaplikasikan sistem pengukuran kinerja dan pengendalian ini ke

    dalam proyek konstruksi yang sedang berjalan. Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat apakah aplikasi teori

    Balanced Scorecard dapat digunakan dalam pengendalian setiap pekerjaan melalui penerapan pada sistem

    manajemen konstruksi.

    Jadi hipotesis yang diambil untuk penelitian tugas akhir skripsi ini adalah

    1 Teori Balanced Scorecard dapat digunakan untuk menentukan indikator kerja yang digunakan sebagai

    pengukuran dan penterjemahan strategi menjadi pekerjaan.

    2 Pengukuran kinerja yang baik dan proses pengendalian membantu dalam memaksimalkan kinerja sebuah

    proyek.

    3 Keempat perspektif yang diukur dalam Balanced Scorecard akan menghasilakan sistem peringatan dalam

    manajemen sebuah proyek.

  • 40

    3.4. Penentuan Pekerjaan Penelitian

    Seperti dalam batasan masalah, penelitian ini akan dilakukan pada tahap pengerjaan konstruksi struktur.

    Alasan dari pemilihan pengerjaan struktur dikarenakan pada waktu penulis melakukan penelitian tugas akhir

    proyek The Kencana sedang memasuki tahap pengerjaan struktur, alasan lainnya adalah pekerjaan struktur

    merupakan pekerjaan yang memerlukan dana yang besar dalam sebuah proyek konstruksi, selain itu pada tahap

    pekerjaan struktur terdapat banyak proses bisnis internal yang melibatkan banyak pihak dan berdasarkan PMBOK

    peran manajer proyek sangat berpengaruh dalam tahap ini.

    Mengingat bahwa metodologi Balanced Scorecard bertujuan untuk mengukur dan pengendalian kinerja

    yang berujung pada peningkatan profit, maka tujuan dari pengumpulan data ini adalah ingin melihat secara

    menyeluruh, setiap pekerjaan yang berpengaruh pada kinerja proyek. Data yang dikumpulkan adalah kontrak

    proyek, jadwal keseluruhan proyek dan strategi pengerjaan proyek.

    Dari kontrak proyek didapatkan setiap perjanjian pekerjaan dan struktur organisasi yang dipakai oleh

    kontraktor, ini berguna untuk melihat pola pengerjaan proyek sehingga mempermudah sistem pengendalian

    yang akan dilakukan dan pemberian penilaian serta penanggung jawab atas setiap pekerjaan.

    Dari jadwal proyek membantu dalam setiap pelaporan harian yang dilakukan, dengan memastikan pekerjaan

    yang dilakukan sudah sesuai jadwal yang di rencanakan dan melihat bagian mana yang bisa dipercepat setalah

    melalui proses pengukuran kinerja.

    Strategi pengerjaan proyek digunakan untuk membantu dalam penentuan target yang akan dikerjakan dalam

    proyek tersebut, setiap target dan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap anggota tim proyek diterjemahkan ke

    dalam pekerjaan, diukur kinerjanya, dan diawasi pengerjaannya.

    Berdasarkan data yang dikumpulkan pekerjaan struktur merupakan tahapan yang paling sesuai dengan

    penerapan Balanced Scorecard, dari kontrak kerja didapat banyaknya pekerjaan yang akan dilakukan, jadwal

    proyek yang padat memudahkan setiap pengukuran waktu pengerjaan, dan setiap tingkat pengerjaan memiliki

    strategi masing-masing untuk mencapai target yang diinginkan.

    3.5. Construction Key Performance Factor Dilihat Dari Balanced Scorecard

    Ditahap ini akan dijabarkan setiap faktor yang berpengaruh dalam indikator konstruksi dan dikelompokan

    ke dalam empat perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard. Seperti yang telah diterangkan pada bab

    sebelumnya mengenai Construction Key Performance Factor, terdapat tujuh faktor yang menjadi indikator dalam

    konstruksi yaitu; biaya, kualitas, waktu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), kepuasan pelanggan,

  • 41

    dan kinerja tim proyek. Ke-tujuh hal ini akan dikelompokan dalam perspektif Balanced Scorecard yaitu keuangan,

    pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran. Untuk memudahkan pengelompokan akan dijabarkan ke dalam

    bentuk diagram.

    3.5.1. Key Performance Factor Project Manager

    Sesuai dengan struktur organisasi yang dimiliki dalam proyek The Kencana dengan Project

    Manager(PM) sebagai kepala dari seluruh tim kerja dalam proyek ini, maka perlu dijabarkan seluruh Faktor dan

    indikator yang dimiliki oleh PM. Berikut KPF yang sudah diperoleh melalui proses presentasi kepada pihak PM

    dari Margahayu Land.

    Gambar 3.2 Struktur organisasi proyek The Kencana

  • 42

    Gambar 3.3 Pengelompokan Balanced Scorecard dengan Key Performance Factor untuk Project Manager proyek The Kencana

    Dalam pengerjaan tugas akhir ini penulis akan fokus membahas proses bisnis internal, ini dikarenakan

    tingkat kepuasan pelanggan dan penurunan cost lebih mengarah kepada manajemen perusahaan tersebut,

    sedangkan proses bisnis internal adalah faktor yang dapat dikendalikan dalam proses konstruksi tersebut.

    Adapun data di atas diperoleh dari berbagai sumber, baik dari studi literature maupun wawancara dengan

    para ahli. Berikut penjelasan referensi dari KPF di atas:

    Tabel 3.1 Refe