the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

83
1 TESIS PELATIHAN SENKUCHU DACHI SAMBIL MENENDANG LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN TUBUH DARI PADA PELATIHAN KOKUCHU DACHI SAMBIL MENENDANG KARATEKA DOJO SMPK ST.THERESIA KUPANG LASARUS LAAK PROGRAM MAGISTER UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 TESIS

Transcript of the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

Page 1: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

1

TESIS

PELATIHAN SENKUCHU DACHI SAMBIL MENENDANG

LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN TUBUH

DARI PADA PELATIHAN KOKUCHU DACHI

SAMBIL MENENDANG KARATEKA DOJO

SMPK ST.THERESIA KUPANG

LASARUS LAAK

PROGRAM MAGISTER

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

TESIS

Page 2: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

2

PELATIHAN SENKUCHU DACHI SAMBIL MENENDANG

LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN TUBUH

DARI PADA PELATIHAN KOKUCHU DACHI

SAMBIL MENENDANG KARATEKA DOJO

SMPK ST.THERESIA KUPANG

LASARUS LAAK

NIM. 1190361026

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Page 3: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

3

PELATIHAN SENKUCHU DACHI SAMBIL MENENDANG

LEBIH MENINGKATKA KESEIMBANGAN TUBUH

DARI PADA PELATIHAN KOKUCHU DACHI

SAMBIL MENENDANG KARATEKA DOJO

SMPK ST.THERESIA KUPANG

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga

Program Pascasarjana Universitas Udayana

LASARUS LAAK

NIM.1190361026

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Page 4: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

4

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 2 Juli 2013

Pembimbing I Pembimbing

II

Dr. dr.I Putu Gede Adiatmika,M.Kes Simson R.A

Kerihi,S.Pd,M.Pd

NIP.19660309 198902 1 003 NIP.19560824 1983

1 003

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister

Fisiologi Olahraga Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana

Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc,Sp.And,AIFO Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp. S(K)

NIP.19440201 196409 1 001 NIP. 19590215 198510 2 001

Page 5: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

5

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis Ini Telah Diuji Pada

Tanggal 2 Juli 2013

Panitia Penguji Tesis berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

No: 0940/UN14.4/HK/2013, Tanggal 11 Juni 2013

Ketua : Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M. Kes

Sekretaris : Simson R.A Kerihi,S.Pd, M.Pd

Anggota : 1.dr. Ketut Karna, PFK,M,Kes

2. Drs. Nurdin U. Badu, M.For

3. dr. Ida Bagus Ngurah , M.For

Page 6: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

6

ABSTRAK

PELATIHAN SENKUCHU DACHI SAMBIL MENENDANG LEBIH

MENINGKATKAN KESEIMBANGAN TUBUH DARI PADA PELATIHAN

KOKUCHU DACHI SAMBIL MENENDANG KARATEKA DOJO SMPK

ST.THERESIA KUPANG

Keseimbangan tubuh dalam olahraga karate merupakan salah satu unsur

biomotorik yang amat diperlukan pada saat atlet melakukan tangkisan,serangan

terutama serangan beruntung. Untuk meningkatkan keseimbangan tubuh

diperlukan suatu model pelatihan yang sesuai dengan spesifik gerakan pada

olahraga yang digeluti. Sehubungan dengan hal terebut maka dilakukan penelitian

yang bertujuan untuk menentukan model pelatihan keseimbangan tubuh yang

manakah lebih efektif meningkatkan keseimbangan tubuh pada karateka dengan

palatihan Senkuchu Dachi sambil menendang ke depan dibandingkan dengan

pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang ke depan.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan

randomized pre and post test group design. Jumlah sampel 28 karateka, yang

dialokasikan menjadi 2 kelompok,yaitu kelompok 1 mendapatkan pelatihan

Senkuchu Dachi sambil menendang ke depan selama 8 minggu dengan frekuensi 3

kali per minggu. Sedangkan kelompok 2 mendapat pelatihan berupa Kokuchu

Dachi sambil menendang ke depan selama 8 minggu dengan frekuensi 3 kali per

minggu. Alat yang digunakan untuk mengukur keseimbangan tubuh adalah test of

dinamic balence dengan menggunakan kotak atau matras berukuran 30 X 30 cm.

Data hasil penelitian tes keseimbangan tubuh antara kedua kelompok dianalisis

dengan Uji T-Tes pada tingkat kemaknaan 0,05 . Selanjutnya untuk mengetahui

efek pelatihan antara kedua kelompok dianalisis dengan uji T-Tes pada tingkat

kemaknaan 0,05.

Berdasarkan analisis hasil dapat dijelaskan bahwa setelah 8 minggu

pelatihan ( posttest ) rerata keseimbangan posttest pada kelompok 1 adalah 60.00

dan pada kelompok 2 adalah 50.71 Perbedaan rerata keseimbangan antara kedua

kelompok tersebut adalah signifikan < 0,05 Selajutnya berdasarkan uji T-

Tes dapat dijelaskan bahwa perbedaan rerata keseimbangan post test antara

kelompok 1 dan 2 adalah segnifikan ( p < 0,05 ).

Berdasarkan rerata keseimbangan bahwa kelompok 1 mempunyai

keseimbangan yang lebih baik dari kelompok 2 dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kelompok 1 yaitu berupa palatihan Senkuchu Dachi sambil

menendang kedepan merupakan model pelatihan yang lebih baik untuk

meningkatkan keseimbangan tubuh atlet dibandingkan kelompok Kokuchu Dachi

. Disarankan agar para pelatih, atlet, dan praktisi olahraga. dapat mengadopsi

model pelatihan ini untuk meningkatkan keseimbangan tubuh.

Kata kunci : Senkuchu dachi , kokuchu dachi, keseimbangan

Page 7: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

7

ABSTRACT

THE TRAINING OF SENKUCHU DACHI WITH KICKING MORE

INCREASE THE BODY BALANCE THAN THE TRAINING OF

KOKUCHU DACHI WITH KICKING AT KARATEKA DOJO SMPK

ST.THERESIA KUPANG

The body balance in karate sport is one of the biomotoric elements that

was very necessary when the athlete is doing defense and attack, mainly

successive attacks. To increase the body balance is needed a type of training that

appropriate with the movement specification of sport cultivate. Related with it,

then was conducted the research which purpose to determine the type of body

balance training which one is more effective to increase the body balance of

karateka with Senkuchu Dachi training while kicking forward than Kokuchu

Dachi while kicking forward.

The kind of this research is experimental use randomize design pre and

post test group design. The number of samples is 28 karateka, which is divided

into two group, group 1 get Senkuchu Dachi training while kicking forward for 8

weeks with frequency 3 times a week. While for group 2 got Kokuchu Dachi

training while kicking forward for 8 weeks with frequency 3 times a week. The

equipment which is used to measure the body balance is test of dinamic balance

by using a box or mat sized 30 x 30 cm. The data of the body balance test between

two groups is analyzed with t-test at the significance level 0,05. Then, to know the

effect of training between both of group was analyzed with t-test at the

significance level 0,05.

Based on the result of analyses that can be explain after training for 8

weeks (posttest) the average balance of posttest in group 1 is 60 and group two is

50,71. The difference balance of two groups is significance <0,05 then based on t-

test can be explain that the difference balance of posttest between group 1 and 2 is

significance (p<0,05). Based on the average of balance that group 1 has a better

balance than group 2.

Thus, it can be concluded that, group 1 as Senkuchu Dachi while kicking

forward is a type of training is better to increase the body balance of the athlete

than Kokuchu Dachi group. It is suggested to the trainer, athlete, and sport

practitioner can adopt this type to increase their body balance.

Key words: Senkuchu Dachi, Kokuchu Dachi, balance

Page 8: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

8

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai derajat Magister Fisiologi Olahraga

(M.Fis) pada Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas

Udayana. Tesis ini berjudul ―Pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang lebih

meningkatkan keseimbangan tubuh dari pada pelatihan Kokuchu Dachi sambil

menendang kareteka Dojo SMPK St. Theresia Kupang.

Dalam penyusunan tesis ini tidak terlepas dari motivasi, semangat, petunjuk dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih

kepada berbagai pihak.

1. Rektor Universitas Udayana, Dekan Fakultas Kedokteran, dan

Koordinator Program Pascasarjana Universitas Udayana atas

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan pascasarjana di Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And sebagai Ketua Program

Studi Magister Fisiologi Olahraga, atas saran dan bimbingannya.

3. Rektor Universitas PGRI NTT atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk mengikuti pendidikan Program Pascasarjana Fisiologi

Olahraga pada Universitas Udayana.

Page 9: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

9

4. Dr.dr.I Putu Gede Adiatmika,M.Kes sebagai pembimbing I, atas

petunjuk, dorongan dan bimbingannya.

5. Simson R.A. Kerihi S.Pd,M.Pd sebagai Pembimbing II atas petunjuk ,

dorongan dan bimbingannya.

6. Drs.Oktovianus Fufu,M.Pd selaku ketua program studi PJKR

Universitas PGRI memberi motifasi dan semangatnya.

7. Katharina Luruk dan anakku tersayang Geraldy Y. Laak yang

memberikan semangat dan doa nya.

8. Para Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah

membekali penulis dengan berbagai disiplin ilmu sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Para Dosen Pascasarjana Universitas PGRI NTT atas bimbingan,

dorongan dan semangatnya.

10. Semua staf Dosen dan pegawai Laboratorium Fisiologi Olahraga

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, yang membantu dan

meminjamkan alat-alat selama pendidikan.

11. Rekan-rekan Mahasiswa Program Pascasarjana yang turut membantu

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

12. Pihak lain yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu,

yang telah membantu dalam penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa isi dari tesis ini masih jauh dari sempurna

sehingga bila terdapat kesalahan-kesalahan dalam penulisan dan lain-lain, penulis

sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaannya. Sebagai penututp

Page 10: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

10

penulis sampaikan terima kasih dan semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia

pendidikan khususnya bidang olahraga.

Denpasar, 12 Juni 2013

Penulis,

Lasarus Laak

Page 11: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

11

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………...................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI .......................................................... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

ABSTRACT ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ix

DAFTAR TABEL....................................................................................... x

DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ............................................. xvii

Bab I. PENDAHULUAN……………………………………….............. 1

1.1. Latar Belakang......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian..................................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian................................................................... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA…………………………………….......... 7

2.1. Pelatihan….............................................................................. 7

2.1.1 Tujuan pelatihan……………………………........................ 7

2.1.2 Prinsip pelatihan……………………………...................... 9

2.2. Keseimbangan Tubuh............................................................. 10

2.2.1 Mekanisme keseimbangan tubuh…………......................... 13

2.2.2 Deteksi Akselerasi Liners dan Rotasi………...................... 16

2.2.3 Jenis – jenis keseimbangan…………………...................... 17

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan…........... 18

2.2.5 Cara mengatur keseimbangan………………...................... 23

2.3. Pelatihan Senkuchu Dachi Sambil Menendang....................... 29

Page 12: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

12

2.4. Pelatihan Kokuchu Dachi Sambil Menendang....................... 30

BAB III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN………………………………………………………........ 37

3.1. Kerangka Berpikir................................................................... 37

3.2. Konsep..................................................................................... 38

3.3. Hipotesis Penelitian................................................................. 39

BAB IV. METODE PENELITIAN……………………………….......... 40

4.1. Rancangan Penelitian............................................................... 40

4.2. Tempat Penelitian..................................................................... 40

4.3. Waktu Penelitian……………………………………......…..... 40

4.4. Populasi dan Sampel................................................................ 40

4.4.1Populasi………………………………………....................... 40

4.4.2Kriteri sampel…………………………………...................... 40

4.4.3Besar sampel…………………………………....................... 42

4.4.4Teknik pengambilan sampel……………………................... 43

4.4.5Karateka drop out……………………………....................... 44

4.5. Variabel………………………………………………............ 44

4.5.1Identifikasi…………………………………......................... 44

4.5.2Klasifikasi……………………………………...................... 44

4.5.3Definisi Operasional…………………………...................... 44

4.6. Alat Pengumpulan Data……………………………….......... 48

4.7. Tata Laksana Penelitian……………………………….......... 48

4.7.1 Tahap persiapan dan Administrasi…………....................... 49

4.7.2 Tahap pelaksanaan penelitian……………........................... 50

4.8. Analisis Data…………………………………………........... 54

4.8.1 Analisis Deskriptif…………………………........................ 54

4.8.2 Analisis komparasi…………………………........................ 54

4.9. Alur Penelitian……................................................................. 56

BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................. 57

5.1. Karakteristik subjek Penelitian .............................................. 57

Page 13: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

13

5.2. Lingkungan pelatihan ............................................................ 58

5.3. Analisis kemaknaan perbedaan rerata keseimbangan

t-test keseimbanagan tubuh..................................................... 59

BAB VI. PEMBAHASAN ........................................................... 62

6.1. Karakteristik subjek Penelitian ................................................. 62

6.2 Lingkungan pelatihan................................................................. 63

6.3 Keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah latihan................... 61

6.4 Kelemahan pelatihan ............................................................... 68

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................... 69

7.1 Simpulan ..................................................................................... 69

7.2 Saran ........................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71

LAMPIRAN................................................................................................... 74

PROGRAM LATIHAN ................................................................................ . 82

Page 14: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tes keseimbangan dinamis…………………............................ 26

Gambar 2.2. Alur gerakan pelatihan senkuchu dachi dan

kokuchu dachi …....................................................................... 27

Gambar 2.3. Ukuran jarak dan ketinggian senkuchu dachi dan

kokuchu dachi ........................................................................... 31

Gambatr 2.4. Sikap awal pelatihan senkuchu dachi sambil menendang….... 32

Gambar 2.5. Sikap awal pelatihan kokuchu dachi sambil menendang ........ 32

Gambar 3.1. Konsep penelitian…….............................................................. 38

Gambar 4.1. Rancangan penelitian………………………………............... 40

Gambar 4.2. Alur penelitian….………………………………………......... 56

Page 15: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tes keseimbangan tubuh ,.………………………..................... 74

Lampiran 2 Data umur,B.B,T.B, Indeks masa tubuh ………...................... 75

Lampiran 3 Pengukuran berat badan dan tinggi badan Senkuchu Dachi ....... 76

Lampiran 4 Pengukuran berat badan dan tinggi badan Kokuchu Dachi.......... 77

Lampiran 5 Pengukuran keseimbangan statis dan dinamis ............................ 78

Lampiran 6 Pengukuran Senkuchu Dachi dan Kokuchu Dachi ...................... 79

Lampiran 7 Hasil olahan gabungan 1 dan 2 ................................................... 80

Lampiran 8 T-Test Independen Sample ........................................................... 81

Page 16: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

16

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian 57

Tabel 2 Data suhu basah,suhu kering dan kelembaban relatif 58

Tabel 3 Analisis keseimbangan sebelum pelatihan 59

Tabel 4 Analisis keseimbangan sesudah pelatihan 60

Page 17: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

17

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Perbedaan rerata rangking antara kedua kelompok setelah

Pelatihan ................................................................................... 65

Grafik 2 Perbedaan Rerata Keseimbangan .............................................. 66

Page 18: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

18

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Singkatan:

BB = Berat Badan

TB = Tinggi Badan

UR = Umur

P = Populasi penelitian

R = Randominasi

S = Sampel

P1 = Kelompok pelatihan pertama

P2 = Kelompok pelatihan dua

SD = Senkuchu Dachi

KD = Kokuchu Dachi

ST = Santa Theresia

SMPK = Sekolah Menengah Pertama Katolik

NTT = Nusa Tenggara Timur

PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia

ᴼC = Derajat Celsius

01 = Sebelum pelatihan kelompok pertama

2 = Setelah pelatihan kelompok pertama

03 = Sebelum pelatihan kelompok dua

04 = Setelah pelatihan kelompok dua

n = Besar sampel

Page 19: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

19

α = 0,05

µ1 = Rerata sebelum melakukan pelatihan

µ2 = Asumsi rerata setelah pelatihan

ƒ( α,ß) = Nilai yang ada pada label

Page 20: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

20

BAB l

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keseimbangan termasuk komponen biomotorik yang paling berperan

memantapkan posisi dan gerakan tubuh.Unsur keseimbangan ini sangat menonjol

dalam kegiatan-kegiatan berjalan ,berdiri dan berbagai jenis gerakan cabang

olahraga.

Pada olahraga karate, keseimbangan tubuh merupakan salah satu

unsur biomotorik yang amat diperlukan pada saat atlet melakukan tangkisan

serangan dan menangkis lalu dilanjutkan dengan serangan terutama serangan yang

beruntun. Nakayama ( 1996 ) mengatakan bahwa dasar untuk meningkatkan

teknik karate adalah kemahiran menjaga keseimbangan tubuh dalam bentuk yang

benar.

Keseimbangan pada karate diartikan, bagaimana seorang atlet selalu

berada dalam keadaan seimbang namun tetap mudah melakukan semua gerakan

yang dikehendaki dan yang diperlukan ( Prihastono, 1995 ).

Menurut Nala ( 2011 ) keseimbangan adalah kemampuan tubuh

melakukan reaksi atas perubahan sikap dan posisi tubuh tetap stabil terkendali.

Perubahan posisi tubuh pada waktu memperagakan gerakan Senkuchu Dachi pada

kata dan komite, yaitu ketika atlet melakukan gerakan beruntun dan bervariasi

serta cepat mengharuskan posisi tubuh dalam keadaan seimbang.

Page 21: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

21

Keseimbangan pada olahraga karate dapat ditingkatkan dengan

memperhatikan faktor-faktor yang terkait didalamnya. Pelatihan komponen

keseimbangan dilakukan baik secara statis maupun dinamis, dimana tipe

pelatihannya disesuaikan dengan gerakan khusus yang terdapat dalam cabang

olahraganya, dimana dibutuhkan komponen ini (Nala, 2011 ).

Olahraga karate banyak dilakukan oleh banyak masyarakat

diantaranya siswa SMPK St Theresia Kupang. Imformasi pelatih dan hasil

pengamatan dilapangan serta hasil tes yang dilakukan oleh mahasiswa Pasca

Sarjana Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana di dapat

hasil tes keseimbangan tubuh pada Dojo SMPK St. Theresia Kupang, masih

sendah sehingga pelatihan keseimbangan, pelatihan keseimbangan perlu

ditingkatkan. Senkuchu Dachi adalah pelatihan keseimbangan dengan berat badan

ke depan dan Kokuchu Dachi pelatihan keseimbangan dengan berat badan

belakang.

Hal ini mendapat perhatian khusus karena dalam olahraga karate

keseimbangan dibutuhkan oleh atlet khususnya pada memperagakan gerakan

senkuchu dachi pada kata dan komite, yaitu atlet melakukan, yaitu gerakan

beruntun dan bervariasi serta cepat (Prihastono, 1995).

Dari permasalahan di lapangan perlu dicarikan tipe pelatihan yang

cocok serta takaran yang sesuai, sehubungan dengan upaya peningkatan

komponen keseimbangan dalam cabang olahraga karate .

Dewasa ini ada berbagai metode pelatihan yang dikembangkan untuk

meningkatkan unsur komponen tubuh karateka, namun pada kenyataannya

Page 22: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

22

pelatihan mana yang sesuai untuk meningkatkan komponen tersebut masih

bervariasi. Selain itu peranan pelatihan belum mengikuti prinsip-prinsip pelatihan

dan takaran pelatihan dalam meningkatkan komponen biomotorik keseimbangan

tubuh. Mereka kurang memperhatikan tipe pelatihan dan takaran pelatihan yang

merupakan ukuran untuk menentukan kuantitas dan kualitas dari pelatihan yang

menjadi bagian dari metodologi pelatihan.

Dalam penelitian ini yang ingin ditingkatkan adalah komponen

biomotorik keseimbangan tubuh pada karateka Dojo SMPK St.Theresia Kupang

dengan membandingkan pelatihan senkuchu dachi sambil menendang dengan

pelatihan kokuchu dachi sambil menendang terhadap keseimbangan tubuh.

Model pelatihan ini gerakannya sesuai dengan tipe pelatihan

keseimbangan dimana menurut Nala ( 2011 ),tipe pelatihan keseimbangan dapat

berupa tali dengan satu tungkai, meniti balok kayu sepanjang 10 meter yang

terletak 30 cm di atas tanah dengan kecepatan tertentu dengan variasi pandangan

mata lurus ke depan,melihat kesamping, keatas atau mata tertutup, berjalan

berdampingan berdua, kemudian tiba-tiba teman mendorong ke samping, dan

berbagai variasi gerak lainnya.

Dipilihlah model pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang

dengan pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang sebagai model pelatihan

keseimbangan tubuh karena selain pelatihannya sesuai dengan gerakan khusus

dalam karate mudah dilaksanakan juga tidak membutuhkan dana yang besar untuk

memperoleh alat canggih sehingga dalam proses pelatihan, seorang pelatih karate

Page 23: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

23

dalam meningkatkan salah satu unsur komponen biomotorik khususnya

keseimbangan tubuh dapat berjalan lancar.

Berdasarkan hal ini dilakukan pelatihan Senkuchu Dachi sambil

menendang dengan pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang terhadap

keseimbangan tubuh, pada karateka Dojo SMPK St. Theresia Kupang.

Sampai saat ini manfaat kedua bentuk pelatihan tersebut dianggap

baik, namun belum ada data yang menyatakan pelatihan mana yang lebih baik,

sehingga perlu diteliti lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, masalahnya adalah :

1. Apakah pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang dapat mmeningkatkan

keseimbangan tubuh karateka di Dojo SMPK St .Theresia Kupang ?

2. Apakah pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang dapat meningkatkan

keseimbangan tubuh karateka di Dojo SMPK St. Theresia Kupang ?

3. Apakah pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang lebih baik dari

Kokuchu Dachi meningkatkan keseimbangan tubuh karateka di SMPK St.

Theresia Kupang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan umum :

Untuk mengetahui pelatihan yang baik efektif antara Senkuchu Dachi

sambil menendang dengan pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang dalam

meningkatkan keseimbangan tubuh pada karateka Dojo SMPK ST.Theresia

Kupang

Page 24: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

24

1.3.2 Tujuan khusus :

1.3.1.1 Mengetahui pelatihan keseimbangan tubuh dalam pelatihan

Senkuchu Dachi

1.3.1.2 Mengetahui pelatihan keseimbangan Kokuchu Dachi

1.3.1.3 Mengetahui pelatihan keseimbangan yang baik, efektif dan efesien

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat :

1. Secara teoritis memperoleh konsep ilmia tentang metode pelatihan Senkuchu

Dachi sambil menendang lebih efektif meningkatkan keseimbangan tubuh

2. Secara praktis memberikan imformasi alternative atau masukan kepada

Pembina,pelatih dan atlet mengenai cara melatih keseimbangan tubuh.

3. Pada karateka merangsang peneliti lain untuk mengadakan peneliti lebih

lanjut sehubungan dengan komponen biomotorik keseimbangan tubuh.

Page 25: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

25

BAB ll

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pelatihan

Pelatihan merupakan suatu proses sistematis dari pengulangan suatu

kenirja progresif yang juga menyangkut proses belajar serta memiliki tujuan untuk

memperbaiki system dan fungsi dari organ tubuh agar penampilan atlet mencapai

optimal (Bompa, 1993). Secara fisiologi pelatihan fisik merupakan suatu proses

pembentukan refleksi bersyarat, proses belajar gerak serta proses menghafalkan

gerak (Nala 2011). Dengan demikian pelatihan merupakan suatu gerakan fisik

atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang

(repetitive) dalam jangka waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang

meningkatsecara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki

system serta fungsi fisiologi dan psikologi tubuh agar pada waktu melakukan

aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal.

2.1.1 Tujuan Pelatihan

Setiap pelatihan tentu mempunyai tujuan. Bila ditetapkan terlebih

dahulu tujuan setiap pelatihan, akan menyulitkan dalam menyusun program

pelaksanaan pelatihannya, atau apa yang diinginkan tidak tercapai (Nala, 2011).

Tujuan pelatihan secara garis besar menurut Bompa (1983) adalah sebagai berikut

:

1. Mengembangkan komponen fisik umum atau multilateral komponen

biomotorik secara umum.

Page 26: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

26

2. Mengembangkan komponen fisik khusus. Pengembangan komponen

biomotoriknya disesuaikan dengan tipe atau spesifikasi olahraganya.

3. Memperbaiki teknik atau ketrampilan sesuai dengan tipe atau

spesialisasi olahraga. Pelatihannya dilakukan dengan memperhitungkan

berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya.

4. Memperbaiki strategi dan taktik bermain. Dalam pelatihan

diperhitungkan juga kekuatan dan kelemahan serta waktu dari lawan

yang akan dihadapi, sehingga strategi dapat dipesiapkan dengan tepat.

5. Meningkatkan kualitas kemampuan atlet. Pelatihan ini lebih banyak

menyangkut pelatihan mental.

6. Meningkatkan persiapan dan kerja sama tim. Beberapa cabang olahraga

ada yang bermain secara beregu, sehingga memerlukan kerja sama dan

saling pengertian yang baik antara sesame pemain.

7. Meningkatkan derajat kesehatan atlet. Memberikan takaran dan

peningkatannya yang sesuai dengan kemampuan atlet, disertai pemberin

gizi yang berimbang.

8. Mencegah cedera, melakukan pemanasan sebelum dilatih pada inti

pelatihan, meningkatkan komponen kelentukan, kekuatan otot,tendo dan

ligamentum terlebih dahulu bagi atlet pemula.

9. Memperkaya pengetahuan teori. Diperkenalkan terutama tentang

fisiologi dan psikologi dasar pelatihan, perencanaan,gizi dan regenerasi.

Page 27: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

27

2.1.2 Prinsip Pelatihan

Pelatihan olahraga merupakan suatu pelatihan dalam upaya untuk

peningkatan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan secara

optimal ketika berolahraga. Agar pelatihan olahraga mencapai hasil yang

maksimal, harus memiliki prinsip pelatihan. Tanpa adanya prinsip atau patokan

yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait, terutama pelatih dan atlet

pemula dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi pelatihan akan sulit

untuk mencapai hasil yang maksimal.

Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang sistematis

dengan memberikan beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati

dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan (Nala, 2011).

Adapun prinsip-prinsip pelatihan itu menurut Bompa (1983 ) adalah :

1. Prinsip aktif dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelatihan.

2. Prinsip pengembangan multilateral.

3. Prinsip spesialisasi.

4. Prinsip individu.

5. Prinsip variasi dan keserbaragaman.

6. Prinsip mempergunakan model proses pelatihan.

7. Prinsip peningkatan beban progresif dalam pelatihan.

Jadi ketujuh prinsip tersebut merupakan satu kesatuan yang harus

diikuti serta ditaati oleh setiap pemain yang ingin mencapai prestasi optimal pada

cabang olahraga yang ditekuninya.

Page 28: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

28

2.2. Keseimbangan Tubuh

Keseimbangan diartikan sebagai kemampuaan seseorang dalam

mengontrol alat-alat tubuh yang bersifat neuroumuscular ( Nurhasan, 1986).

Frass dan Deutch dikutip oleh Lubis ( 2001 ) mendefinisikan keseimbangan

sebagai kemampuan untuk mempertahankan equibrium saat diam dan pada waktu

melakukan gerakan. Sementara Nala ( 2011 ) mengatakan bahwa keseimbangan

adalah kemampuan tubuh melakukan reaksi atas perubahan sikap dan posisi

tubuh,sehingga tubuh tetap stabil terkendali.

Berdasarkan pendapat tersebut , dikemukakan bahwa keseimbangan

adalah kemampuan seseorang dalam mempertahankan equilibrium tubuhnya

dalam keadaan diam atau bergerak. Equilibrium itu sendiri dapat diartikan sebagai

kualitas absolut, yang memiliki pengertian jumlah semua tenaga ( force ) yang

bekerja saling berlawanan pada sebuah benda ( Lubis, 2001 ).

Keseimbangan dalam olahraga karate dapat diartikan bagaimana

seseorang atlet selalu berada dalam keadaan seimbang namun tetap mudah

melakukan semua gerakan yang dikehendaki dan yang diperlukan (Prihastono,

1995 ). Nakayama (1996 ) berpendapat bahwa dasar untuk meningkatkan teknik

karate adalah kemahiran menjaga keseimbangan dalam bentuk yang benar.

Berbicara mengenai keseimbangan tubuh tidak terlepas dari ke

stabilan karena ke stabilan adalah sebagai suatu kegitan untuk menahan seluruh

gaya yang mempengaruhi susunan tubuh manusia agar tetap seimbang Pate (

1993).

Page 29: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

29

Gaya yang dimaksud adalah tenaga internal dan eksternal yang

bekerja pada tubuh.Bekerjanyagaya dapat internal atau eksternal dimana gaya

yang dihasilkan oleh tubuh yang dikenakan pada benda atau badan lain sedangkan

gaya eksternal ialah gaya dari luar tubuh. Dalam kinesiologi, gaya internal ialah

gaya otot-otot yang bekerja pada berbagai struktur badan. Gaya eksternal yang

paling terkenal ialah berat atau gaya gravitasi (Soedarminto, 1992).

Keseimbangan dalam aktivitas gerak seperti berdiri, Untuk dapat

mempertahankan posisi tertentu, gaya gravitasi harus dilawan melalui mekanisme

motor dan sensori organ proprioseptif di sendi dan apparatus vertibular didalam

telinga. Aparatus vertibular mendeteksi perubahan sinyal mengaktifkan respon

motor adaptif yang diperlukan dalam mempertahankan keseimbangan. Respon ini

menyertakan otot pendukung dan postural dari anggota gerak dan tubuh serta otot

penggerak kepala (Syaifuldin, 2002).Menurut Nala (2011) reseptor yang berada di

telinga amat sensitif terhadap perubahan posisi kepala atau arah gerakan.

Gerakan kepala merupakan rangsangan bagi reseptor apparatus

vertibular.Rangsangan ini dikirim ke pusat pengatur keseimbangan yang ada di

otak melalui urat saraf aferen. Dengan diterimanya rangsangan ini olah otak, maka

diperintahkan melalui saraf motorik kepada otot skeletal, agar otot ini

mengadakan gerakan, kontraksi atau relaksasi untuk mengantisipasi keadaan,

sehingga posisi tubuh tetap seimbang terkendali. Reseptor ini amat peka terutama

terhadap perubahan percepatan liniar (lurus) dan angular (berputar).

Dalam olahraga fungsi alat vestibular ini amat berperan untuk ikut

menjaga keseimbangan tubuh. Pusat keseimbangan pada otak juga menerima

Page 30: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

30

pancaran rangsangan dari saraf aferen mata, sehingga apa yang dilihat oleh mata

juga akan merangsang pusat keseimbangan yang ada di otak ini. Dengan demikian

terjadi kerjasama yang amat erat antara mata dan pusat keseimbangan ini dalam

mengatur keseimbangan tubuh.

2.2.1 Mekanisme Keseimbangan Tubuh

Pengaturan keseimbangan tubuh tergantung pada imformasi perasaan

keseimbangan yang bersal dari eksteresseptor ( kulit ), proprioseptor ( pada

otot,tendon, sendi ), penglihatan, alat vestibular, makula organ sensoris utrikulus

dan sakulus. Mekanisme keseimbangan tubuh terutama diatur oleh paratus

vestibular, yang merupakan suatu organ sensiris untuk keseimbangan.Aparatus

vestibular merupakan organ yang dapat dipakai untuk menditeksi sensasi yang

berhubungan dengan keseimbangan ini.

Dalam setiap apparatus vestibular terdapat tiga buah kanalis

semisirkularis, yang dikenal sebagai kanalis semisirkularis anterior, posterior, dan

horisontal, yang satu sama lain saling tegak lurus, sehingga ketiga kanalis ini

terdapat dalam tiga bidang. Bila kepala tunduk kira-kira 30 derajat ke depan,

maka kedua kanalis semisirkulasi horisontal akan terletak kira-kira pada bidang

horizontal sesuai dengan permukaan bumi. Maka kemudian kanalis anterior akan

terletak pada bidang vertical yang arah proyeksinya ke depan dan 45 derajat ke

luar dan kanalis posterior juga akan terletak pada bidang vertical tapi proyeksinya

ke belakang dan 45 derajat keluar ( Guyton, 2011 ).

Apabila seseorang karateka dalam melakukan aktifitas berdiri satu

tungkai,melompat,mendarat satu kaki serta menendang memerlukan pengaturan

Page 31: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

31

sikap dan keseimbangan tubuh dimana menurut Syaifuddin (2002 ) sikap dan

keseimbangan tubuh dapat dapat dipertahankan karena adanya interaksi antara

berbagai reflex yang kompleks dan mengikutsertakan 3 proses, yaitu sebagai

berikut :

1. Sikap statik / sikap tonik

Sikap berdiri diatas kedua kaki dicapai melalui fiksasi persendian,

yaitu kontraksi simultan otot ekstensor dan fleksor. Untuk mempertahankan sikap

statis yang optimal diperlukan keutuhan korteks serebri dan basal ganglia.Refleks

medulla spinalis saja tidak cukup untuk membentuk sikap berdiri yang baik. Peran

neuron motorik dan eferen gama pada tonus otot serta pengaturan reflex regang

oleh pusat supraspinalis dibutuhkan bagian depan midbrain, sedangkan untuk

reaksi yang kuat positif dan negative membutuhkan keutuhan basal ganglia dan

konteks serebri.

2. Koreksi terhadap perubahan kecil pada posisi tubuh.

Merupakan rentetan respons yang timbul akibat perubahan posisi

tubuh yang disebut rightingreflex. Refleks yang integrasinya terjadi pada

midbrain berguna untuk mempertahankan posisi berdiri yang normal dengan

kepala tetap tegak. Reseptor yang mendeteksi perubahan tubuh adalah alat

vestibular, proprioseptor pada otot tendon dan sendi leher dan proprioseptor.

a) Alat vestibular terdapat pada telinga dalam. Penting untuk mempertahankan

sikap, dan terhadap dua jenis organ dengan fungsi yang berbeda, yaitu

urtikulus dan sakulus semisirkularis untuk mendeteksi posisi kepala

terhadap tarikan gravitasi, dan kanalis semisirkularis ubtuk mendeteksi

Page 32: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

32

percepatan yang mempengaruhi posisi kepala kanalis semisirkularis juga

membantu mengontrol arah gerakan bola mata. Nukleus vertsibularis

berhubungan dengan nucleus nervus lll dan mengontrol gerakan bola mata

dengan serebelum dan motorik spinal.

b) Proprioseptor pada otot, tendon dan sendi leher. Bekerja membantu

perubahan yang terdapat pada otot dan sendi leher ketika posisi kepala

berubah sehingga tubuh dapat menyesuaikan diri dengan posisi kepala.

c) Proprioseptor pada otot, tendon, legamentum, dan seluruh tubuh, terutama

sekitar vetebralis, tungkai bererta reseptor raba, dan tekan pada telapak kaki.

Reseptor ini penting untuk mengenal posisi berbagai bagian tubuh.

Perbaikan posisi tubuh diawali rangsangan pada reseptor regang pada otot,

ligamentum, dan sendi berupa perubahan panjang serta tegangan otot

ekstensor maupun fleksor.

3. Pemeliharaan sikap pada saat melakukan gerakan.

Statokinetik refleksi berfungsi untuk mempertahankan sikap

tubuh pada waktu melakukan gerakan sehingga distribusi beban merata dan

otot-otot berada dalam keadaan seimbang dan sesuai dengan gerakan yang

bersangkutan.

2.2.2. Deteksi Akselerasi Liners dan Deteksi Akselerasi Rotasi Oleh Makula.

Syaifuddin ( 2002 ) menjabarkan deteksi akselerasi linier oleh organ

makula dan diteksi akselerasi rotasi sebagai berikut :

a. Deteksi akselerasi linier oleh organ makula

Page 33: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

33

Sakulus ( kantung kecil ) dan utrikulus ( tas kecil )adalah tonjolan

kecil pada diding telinga dalam yang masing-masing berisi makula ( organ makula

). Yang terendam dalam endolimfe.Setiap makula merupakan organ reseptor

transduksi mekanoelektrik yang berisi sel rambut.

Setiap sel rambut terdiri atas beberapa stercosilia di apeksnya satu

kinosilia ( filament proto plasma ), dikelilingi membran otolitik yang berisi kristal

kalsium karbonat kecil panjang 1 – 19 mikron 0 yang disebut otolit ( batu

bertelinga ). Jika kepala bergerak ( percepatan ) liner ke jurusan manapun maka

macula bergerak bersamanya, tetapi otolit yang lebih pekat dari cairan

disekitarnya ketinggalan gerak sehingga stereosilis mengalami distorsi (

menyimpan bayangan ) dan menghasilkan potensial reseptor dalam sel rambut.

Potensial ini secara sinaptik memicu potensial aksi serabut saraf vestibular yang

kemudian dikirim ke otak

.Orientasi sakulus dan utrikulus sedemikian rupa sehingga macula

member informasi pada otak tentang perubahan linier kepala dan juga badan

sebagai konsekuensinya. Aktivasi ( mengaktifkan ) makula terjadi terutama saat

awal ( akselerasi ) dan akhir ( deselerasi ) gerakan.

b. Deteksi akselerasi rotasi.

Kanalis semisirkulasi dari apparatus vertibula berperan dalam gerak

rotasi. Tiga kanal yang berisi cairan terletak tegak satu sama lain. Oleh karena itu

gerak rotasi kepala ke jurusan manapun akan merangsang setidaknya salah satu

kanal. Disetiap ujung masing-masing kanal terdapat organ indera transduksi

mekanoelektrik yang disebut ampulla. Seperti macula, setiap ampulla berisi sel

Page 34: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

34

rambut dengan struktur silia yang sama. Silia dikelilingi lapisan gelatin yang

disebut kupula (cangkir kecil, ― cup ― kecil) Kupula menyilang lumen kanal ke

dinding kanal lainnya.

Akselerasi rotasi gerakan kepala menggerakan kanalis semisirkularis,

mengubah pelekatan kupula ke jurusan yang sama, tetapi cairan endolimfe

tertinggi. Oleh Karena inersia, perbedaan gerakan caira akan mendistorsi

stereosilia dan membuat potensial reseptor dalam sel rambut. Potensial reseptor

memicu serabut saraf vertibular. Potensial aksi (impuls saraf) memberikan

informasi pusat vertibular otak tentang gerak rotasi tertentu.

2.2.3. Jenis-jenis Keseimbangan

Komponen biomotorik keseimbangan termasuk komponen yang

paling berperan dalam memantapkan posisi dan gerakan tubuh. Mulai dari , kuda-

kuda, duduk, berdiri, jalan, melompat dan berbagai gerakan tubuh lainnya,

komponen ini berperan. Apalagi dalam gerakan olahraga, jelas komponen ini amat

dibutuhkan. Berdasarkan atas posisi dan gerakan tubuh komponen biomotorik

keseimbangan ini dibagi atas keseimbangan statis dan dinamis ( Nala, 2011 ).

Dimana menurut Harsono (1988) keseimbangan statis (static balance )ruang

geraknya biasanya sangat kecil, misalnya berdiri diatas dasar yang sempit (balok

keseimbangan, rel kereta api) melakukan handstand, mempertahankan

keseimbangan setelah berputar-putar di tempat. Sedangkan keseimbangan

dinamik (dynamic balance) yaitu kemampuan orang untuk bergarak dari satu titik

atau ruang ( space ) ke lain titik atau ruang dengan mempertahankan

Page 35: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

35

keseimbangan (equilibrium) misalnya menari,pelatihan pada kuda atau palang

sejajar,ski air, skating, sepatu roda dan sebagainya.

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan

Keseimbangan termauk komponen biomotorik yang paling berperan

dalam memantapkan posisi dan gerakan tubuh. Menurut Nala (2011)

keseimbangan tergantung pada tiga faktor yaitu :

1. Bidang tumpuan

2. Letak titik berat tubuh

3. Letak garis berat tubuh

Selanjutnya Soedarminto (1992) menjelaskan foktor letak titik berat

berbeda-beda sesuai bentuk ( indeks masa tubuh ), umur dan jenis kelamin.

Berikut ini akan diuraikan secara singkat mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi keseimbangan tubuh.

1. Bidang tumpuan

Bidang tumpuan adalah dasar tempat bertumpu atau berpijak tubuh,

baik dilantai, tanah, balok, kursi, meja, tali atau tempat lainnya. Semakin

luas/leher dasar atau bidang tumpuan tersebut akan semakin mantap atau stabil

posisi tubuh. Posisi berbaring adalah posisi stabil atau mantap dibandingkan

dengan posisi duduk atau berdiri, sebab bidang tumpuan hanya selebar

pinggul/pantat dan tungkai ( bersila ) atau sebesar kedua telapak kaki saja. Jika

berdiri, jalan atau lari maka bidang tumpuannya kecil, hanya seluas telapak kaki.

Apalagi bila sedang melompat ,dalam posisi melayang jelas tidak ada bidang

tumpuan. Oleh sebab itu keseimbangan tubuh goyang atau labil.

Page 36: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

36

2. Letak titik berat tubuh

Titik berat tubuh manusia terletak kira-kira setinggi sepertiga bagian

atas tulang sacrum,kalau tubuh dalam posisi berdiri tegak. Semakin rendah atau

dekat letak titik berat ini terhadap bidang tumpuan akan semakin mantap atau

stabil posisi tubuh. Pada posisi berbaring titik berat tubuh akan rendah ,yakni

letaknya dekat bidang tumpuan, dibandingkan dalam posisi duduk, berdiri atau

melompat ke atas, sehingga posisi tubuh berbaring akan lebih mantap

dibandingkan dengan posisi duduk atau berdiri.

3. Letak garis berat tubuh

Garis berat tubuh adalah garis vertikal yang melalui titik pusat bidang

tumpuan. Garis berat ini sering disebut garis gaya gravitasi.Sebuah garis vertical

(tegak lurus) imajiner melalui titik berat tubuh. Semakin dekat letak garis berat ini

dengan titik pusat bidang tumpuan, apalagi melaluinya, akan semakin stabil posisi

tubuh. Dalam posisi berdiri garis berat tubuh ini akan melalui titik berat dan juga

titik pusat bidang tumpuan, olah sebab itu posisi berdiri tegak lebih stabil

dibandingkan dengan posisi badan condong ke depan belakang atau samping.

Letak berat garis ini berubah-ubah sesuai dengan bergerernya titik berat kea rah

depan, belakang atau samping. Bila tubuh bagian atas (kepala dan dada ) menjulur

ke depan, maka titik berat tubuh juga akan berpindah ke depan. Dengan

sendirinya garis berat ini juga akan bergeser ke depan sehingga tidak melalui

titik pusat bidang tumpuan. Oleh sebab itu ada usaha dari tubuh untuk menggerer

letak titik berat dan dengan sendirinya garis berat tubuh akan bergeres ke

belakang atau mendekati titik pusat bidang tumpuan. Caranya dengan menarik

Page 37: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

37

bagian badan lainya (tungkai atau lengan) ke belakang sehingga terjadi

keseimbangan.

4. Indeks massa tubuh

Tinggi badan dan berat badan seseorang mencerminkan proporsi

tubuh orang yang bersangkutan. Keadaan ini berkaitan dengan dengan

keseimbangan dimana menurut Pate (1993) bendan dengan masa yang lebih besar

mempunyai keseimbangan yang lebih besar dari pada benda berukuran sama

yang lebih ringan. Benda-benda yang berat lebih kuat menolak pengaruh gaya dari

luar dari pada lawan yang lebih ringan. Terkait dengan tinggi pendek dan berat

ringan seseorang akan berbeda letak titik berat yang mempengaruhi

keseimbangan. Untuk mengetahui bentuk atau proporsi tubuh dilakukan

penghitungan indeks massa tubuh (IMT) yaitu melalui rumus berat badan dalam

kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat Depkes RI (1994) menetapkan

criteria berdasarkan IMT seseorang yaitu :

IMT < 17,0 : Kriteria kurus dengan kekurangan berat badan tingkat

berat

IMT < 17,0 – 18,5 : Kriteria kurus dengan kekurangan tingkat ringan

IMT < 18,5 – 25,0 : Kriteria normal

IMT < 21 – 22,5 : Kriteria ideal puteri dan putera

IMT < 25,0 – 27,0 : Kriteria gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat

ringan

IMT < 27,0 : Kriteria gemuk dengan kelebihan berat tingkat berat.

5. Umur

Page 38: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

38

Letak titik berat tubuh berkaitan dengan pertambahan usia pada

kanak-kanak letaknya lebih tinggi karena relative kepalanya lebih besar dari

kakinya lebih kecil (Soedarminto, 1992). Keadaan ini akan berpengaruh pada

keseimbangan tubuh, semakin rendah letak titik berat ini terhadap bidang tumpuan

akan semakin mantap atau stabil posisi tubuh (Nala, 2011).

6. Jenis kelamin

Perbedaan keseimbangan tubuh antara pria dan wanita disebabkan

oleh adanya perbedaan letak titik berat. Pada pria letaknya kira-kira 56% dari

tinggi badannya sedangkan pada wanita letaknya kira-kira 55% dari tinggi

badannya pada wanita letaknya rendah karena panggul dan paha relative lebih

berat dan tungkainya pendek ( Soedarminto, 1992 ).

7. Suhu lingkungan

Tingkat kelembaban udara sekitar dapat mempengaruhi penampilan

fisik seseorang. Toleransi setiap indifidu berbeda-beda satu sama lain. Orang

Indonesia umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang cukup sekitar 29 –

39 derajat Celsius dengan kelembaban sekitar 85-95 % .Terhadap suhu udara 38

derajat Celsius toleransi masih bias berlangsung 60 menit dan hanya 42 menit bila

suhu udara 33,5 derajat Celsius cuaca akan mempengaruhi pengaturan suhu tubuh

seseorang, bila pelatihan dilakukan pada udara nyaman maka tubuh hanya

mengatasi beban berupa pengeluaran panas tubuh.

Bila udara tidak nyaman,maka tubuh terpaksa mendapat beban

tambahan untuk melawan panas. Manuaba ( 1983 ) daerah nyaman bagi orang

Page 39: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

39

Indonesia untuk kelembaban relative berkisar 70-80 % , kelembaban udara secara

tidak langsung berpengaruh terhadap unsur-unsur biomotorik.

Ketinggian tempat juga berpengaruh pada setiap aktivitas olahraga,

terutama unsur keseimbangan tubuh. Menurut Stephard (1978 ) bahwa tiap

peningkatkan ketinggian 1000 meter akan diikuti penurunan percepatan gravitasi

sebesar 0,3 cm/dtk. Maka apabila aktivitas olahraga dilakukan pada beda

ketinggian lebih dari 1000 meter akan mempengaruhi performan para atlet yang

bersangkutan.

Dari uraian di atas jelas bahwa faktor-faktor tersebut berpengaruh

terhadap pelatihan yang diberikan dengan demikian faktor-faktor tersebut harus

dikendalikan sehingga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil

pelatihan yang diberikan.

2.2.5. Cara Mengatur Keseimbangan

Pengukuran keseimbangan terdiri dari dua tipe yaitu pengukuran

keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis (Nurhasan, 1986) dimana

komponen keseimbangan statis tubuh dalam posisi diam dan keseimbangan

dinamis tubuh dalam posisi bergerak (Nala, 2011). Adapun tes yang sering

digunakan dalam pengukuran komponen keseimbangan ini diantaranya adalah :

keseimbangan statis diukur dengan lamanya (detik) berdiri dengan satu tungkai

dalam posisi ― Kapal terbang ― (tubuh horisontal, kedua lengan dijulurkan

kesamping, tungkai yang satu diangkat horizontal). Keseimbangan dinamis diukur

dengan cara meniti balok dengan lebar panjang dan tinggi tertentu secepat-

cepatnya dalam detik( Nala, 2011 ) sedangkan dalam penelitian ini tes yang

Page 40: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

40

digunakan untuk mengukur keseimbangan tubuh karateka di dojo Smpk St.

Theresia Kupang digunakan tes keseimbangan dinamis ( tes of dynamic balance )

. Tes ini gerakannya sesuai dengan kebutuhan gerakan dalam olahraga karate yang

banyak dilakukan sambil berpindah-pindah tempat seperti menangkis, memukul,

melompat,menendang yang banyak dilakukan dengan gerakan-gerakan beruntun

serta cepat dari titik satu ke titik lain.

Berdasarkan pada gerakan-gerakan tersebut, komponen keseimbangan

yang diperlukan adalah komponen keseimbangan dinamis. Dimana komponen

keseimbangan ini memerlukan suatu alat tes yang sesuai dengan kebutuhan

gerakan-gerakan yang ada dalam olahraga karate. Sehubungan dalam penilitian ini

yang diberi pelatihan congkok sambil menendang dan pelatihan lompat ke

samping sambil menendang yang dilaksanakan secara bervariasi dari posisi

jongkok satu tungkai,menendang yang dilakukan bergantian kaki kiri dan kanan,

melompat kesamping kiri dan kanan dengan menendang, tentunya memerlukan

komponen keseimbangan dinamis. Dimana menurut Prihastono ( 1995 ) tes dan

pengukuran pada unsur ini menggunakan tes keseimbangan dinamis ( test of

dynamic balance ).

Tes Keseimbangan Dinamis

Tujuan: Untuk mengukur keseimbangan dinamis

Validitas dan reliabilitas : 0,90

Fasilitas dan sarana : Lantai padat dan rata, sepuluh kotak yang

ukuran masing-masing kotak ukurannya

30 cm x 30 cm, serta tali dan stop watch.

Page 41: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

41

Prosedur Pelaksanaan :

Peserta berdiri di kotak awal dengan bertumpu pada salah satu kaki (

Kanan ) tumit diangkat setinggi 5 cm ( jingkat ). Kedua lengan ditekuk di depan

dada ( kamaete ) sedang posisi kepala tegak. Dengan aba-aba yang diberikan

tester peserta tes melompat tepat di atas kotak No 1 yang tersedia dan mendarat

kaki kiri sebagai tumpuan yang posisi tumit diangkat setinggi 5 cm ( jingkat ) dan

posisi kepala tegak, kaki satunya diangkat menempel di samping lutut, sedang

posisi kedua lengan ditekuk di depan dada. Posisi ini dipertahankan selama 5

detik pada kotak no 1 , dengan aba-aba tester lakukan tendangan ke depan no 2

dengan kaki kanan sebagai tumpuan yang posisinya sama seperti posisi awal,

demikian gerakan ini dilakukan seterusnya dari kotak berikut sampai kotak

terakhir (3,4,5,6,7,8,9,dan kotak akhir

Ketentuan :

1. Tiap komponen pada kotak atlet berhenti 5 detik.

2. Apabila kaki yang menempel di samping lutut bergerak menjauh dari

lutut dan kaki tumpu tumit menyentuh lantai dianggap gagal, begitu

pula apabila kaki jingkat berpindah atau bergeser keluar dari daerah (

kotak ) yang telah ditentukan.

Hasil pengukuran adalah : skor yang terbaik dari tiga kali percobaan,

dimana skor diambil berdasarkan banyaknya kotak yang dapat dilalui

dalam setiap tes, dengan ketentuan 1 kotak keberhasilan nilai 10. Jadi

tiap kotak yang ada yaitu kotak 1 sampai kotak terakhir masing-masing

diberi nilai 10.

Page 42: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

42

Gambar 2.1 Tes Keseimbangan Dinamis

Page 43: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

43

Alur Pelatihan Gerakan Senkuchu dan Kokuchu

Gambar 2.2. Alur gerakan pelatihan Senkuchu Dachi dan Kokuchu Dachi sambil

menendang

2 ki

1 ka

3 ka

4 ki

5 ka

6 ki

7 ka

8 ki

9 ka

10 ki

akhir

awal

Page 44: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

44

Dalam penelitian ini akan dibedakan dua tipe pelatihan keseimbangan,

yaitu pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang dan pelatihan Kokuchu Dachi

sambil menendang. Kedua pelatihan tersebut merupakan pelatihan keseimbangan

dimana menurut Nala ( 2011 ), tipe pelatihan keseimbangan dapat menendang

dengan satu tungkai, meniti balok kayu sepanjang 10 meter yang terletak 30 cm di

atas tanah dengan kecepatan tertentu dengan variasi pandangan mata lurus ke

depan, melihat kesamping, ke atas, atau mata tertutup, berjalan berdampingan

berdua, kemudian tiba-tiba teman mendorong ke samping, dan berbagai variasi

gerakan lainnya. Dilihat dari variasi gerakan dalam pelatihan tersebut dimana

gerakannyan dilakukan dengan tumpuan satu kaki kemudian melompat melewati

tali dan mendarat satu kaki dirangkai dengan gerakan menendang dengan oleh

tungkai yang satunya, hal ini membutuhkan pengaturan keseimbangan tubuh,

karena dengan variasi gerakan berdiri satutungkai, melompat,mendarat satu kaki

dan dirangkai tendangan akan mengakibatkan berpindahan garis gaya berat

dimana menurut Pate ( 1993 ) garis gaya berat : suatu garis khayal yang

menggabarkan tarikan vertical gaya berat. faktor gaya ini melewati pusat gaya

berat dan merupakan suatu faktor penting yang menentukan keseimbangan.

Menurut Soedarmito (1992) sebuah objek akan tetap dalam keadaan seimbang

hanya selama garis beratnya jatuh didalam dasar penumpu. Bila gaya yang

ditantang olah badan itu gaya ke bawah dari gravitasi, maka makin dekat garis

berat kepada tidak pusat dasar penumpu, makin stabil keseimbangannya dan

sebaliknya makin dekat garis gaya berat ke tepi dasar penumpu makin goyah

keseimbangannya.

Page 45: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

45

Sehubungan dengan gerakan melompat dan menendang yang

dilakukan pada olahraga karate baik pada komite maupun kata, maka unsure

keseimbangan tubuh diperlukan dalam gerakan-gerakan tersebut dimana

mengharuskan karateka memelihara keseimbangan dengan menggunakan sesuatu

otot untuk mengubahkedudukan bagian-bagian badan sehingga pusat gaya berat

badan telah berada dalam batas-batasdukungan. Dari pelatihan jongkok sambil

menendang dan pelatihan lompat kesamping sambil menendang memerlukan

pemeliharaan keseimbangan dimana menurut Pate ( 1993 ) memelihara

keseimbangan tergantung pada umpan balik yang tepat yang didapat dari reseptor

sensorik system saraf.

Berbagai organ indra yang menerima rangsangan dari dalam tubuh (

propriseptor ) memberikan kepada olahragawan informasi yang berkaitan dengan

posisi bagian badan. Proses ini seringkali dianggap sebagai persepsi kenestetis.

Umpan balik yang berguna ini diteruskan ke otot untuk diiterpretasikan lalu

respon gerakan yang sesuai dikirimkan ke susunan otot.

2.3. Pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang

Analisis gerakan pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang

sebagai berikut :

Posisi awal berdiri kaki kangkang lalu tungkai kiri ke depan, tali dipasang setinggi

40 cm yang didasarkan pada kemampuan karateka sebagai pengontrol ketinggian

tendangan, dengan posisi kedua lengan di tekuk dengan sikap siap ( kamaete ) di

depan dada sambil menendang dansebaliknya. Kemudian karetaka melompat

kesamping kanan didasarkan kemampuan karateka, melewati tali dengan tolakan

Page 46: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

46

satu kaki ( kiri ) dan mendarat satu kaki kanan. Setelah mendarat secepatnya

lakukan tendangan lurus kedepan ( maegeri ) dengan tungkai kiri, selesai

menendang tarik kaki secepatnya ke posisi kaki terangkat setinggi lutut lalu

jongkok posisi kedua lengan ditekuk dengan sikap siap ( kamaete ) di depan dada,

Gerakan pelatihan ini dilakukan pergantian arah serta kaki, kanan-kiri- kanan- kiri

dengan repetisi masing-masing kiri- kanan 10 kali pelatihan 2- 5 set, frekuensi 4-5

kali seminggu ( Nala, 2011 ). Secara jelas gambar pelatihan tersebut dapat dilihat

pada gambar 2 hal 26 dan gambar 3 hal 27

2.3. Pelatihan Kokuchu Dachi Sambil Menendang

Analisis gerakan pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang adalah

sebagai berikut :

Posisi awal karateka berdiri kaki kangkang tungkai kanan ditarik kebelakang di

ikuti pinggul tali di pasang setinggi 40 cm didasarkan pada kemampuan karateka

sebagai pengontrol ketinggian tendangan, dengan satu tungkai ( kanan ) sedang

tungkai kiri diangkat kaki sebagi pengontrol keseimbangan, posisi kedua lengan

ditekuk di depan dada pandangan lurus ke depan. Kemudian karateka

melakukandengan kaki kiri tendangan lurus ke depan ( maegeri ) dengan tungkai

kanan, secepatnya kaki kanan di tarik ke posisi kaki terangkat setinggi lutut.

Selanjutnya kembali dan satu kaki kanan sedangkan tungkai kiri

melakukan tendangan lurus ke depan ( maegeri ) dimana gerakannya dilakukan

cepat dan langsung kembali ditarik ke posisi kaki terangkat setinggi lutut.

Gerakan pada pelatihan ini dilakukan berulang-ulang sambil melompat melewti

tali ke kiri ke kanan – ke kiri ke kanan pada tempat yang sama ( tetap ) di mana

Page 47: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

47

jarak lompatan 90 cm didasarkan pada kemampuan karateka, dengan repetisi

masing-masing kaki kiri dan kanan 10 kali. Pelatihan 2-5 set, frekwensi 4-5 kali

seminggu ( Nala, 20011 ).

40 cm

40 cm

Gambar 2.3 Ukuran jarak dan ketinggian Senkuchu Dachi dan kukuchu

Dachi ( untuk melatih keseimbangan tubuh )

Page 48: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

48

Gambar 2.4 Pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang

(maegeri chudan ke depan)

Gambar 2.5 Pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang

( latihan maegeri chudan dengan berat tungkai ke belakang )

Page 49: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

49

Analisis gerak dan pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang dan

pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang sebagai berikut :

Dari analisis gerak dari pelatihan kuda-kuda ke depan sambil menendang

dan kuda-kuda ke belakang sambil menendang sama-sama menggunakan satu

kaki sebagai tumpuanserta satu kaki sebagai untuk menendang yang dilakukan

secara bergantian kaki kiri dan kanan dengan menggunakan beban yang sama

yaiyu berat badan sendiri. Bedanya pada pelatihan kuda-kudake depan sambil

menendang dan tumpuan berpindah-pindah ke arah samping seperti hanya dalam

olahraga karate khusus pada kumite gerakan melompat kesamping dan

menendang banyak kali dilakukan ke segala arah untuk mendekati lawan (sasaran)

untuk menyarankan tendangan pada bidang sasaran sedangkan pada pelatihan

kuda-kuda ke belakangsambil menendang dilakukan pada bidang tumpuan awal

(di depan tali) kemudian pergantian kaki melewati tali dan mendarat satu kaki di

kiri tali,setelah menendang lakukan melewati tali ke depan kanan pada bidang

tumpuan awal.Jadi bidang tumpuan pada bagian kiri dan kanan tali tetap tidak

berpindah-pindah.

Dilihat dari prinsip-prinsip pelatihan, khususnya prinsip spesialisasi maka

tipe pelatihan jongkok ke depan sambil menendang sesuai dengan gerakannya

dengan alat ukur yang akan digunakan ( Tes of Dynamic Balance ) dari pelatihan

lompat kesamping sambil menendang .

Di mana dalam pelaksanaan tes tersebut orang coba melangkah dari

kotak-kekotak yang tersedia dengan cara berpindah-pindah dari kotak satu ke

kotak lainnya yang berjumlah 10 kotak selain itu ditinjau dari prinsip spesialisasi

Page 50: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

50

tersebut, maka pelatihan Senkuchu Dachi ke depan sambil menendang lebih

spesifik tipenya dari pada pelatihan Kokuchu Dachi ke belakang sambil

menendang terhadap peningkatan keseimbangan tubuh karateka dimana

kebutuhan gerakan-gerakan dalam olahraga karate khususnya gerakan Senkuchu

Dachi ke depan sambil menendang lebih sering dilakukan kearah sasaran (lawan

tanding) dan Kokuchu Dachi ke belakang untuk menghindari serangan lawan.

Dihubungkan dengan waktu yang tersedia dalam pertandingan karate (kumite)

dilakukan dalam satu babak 2-3 menit bersih, maka mengharuskan karate lebih

banyak melakukan serangan kebidang sasaran (lawan tanding) untuk

mendapatkan nilai kemenangan dalam waktu singkat dari pada hanya menghindar

atau bertahan.

Untuk serangan yang dilakukan dengan Senkuchu Dachi dengan

tendangan membutuhkan pengaturan keseimbangan tubuh bagi seorang karateka

untuk dapat menendang yang sudah terpola reaksi metorik saat melakukan

aktivitas Senkuchu Dachi sambil menendang dalam olahraga karate yang banyak

dilakukan kearah depan untuk mencapai bidang sasaran atau lawan tarung yang

posisinya selalu berada didepan.

Program latihan

- Latihan dasar

Gedang barai, oi suki chudan, angyoke, uci uke, soto uke, suto uke,maigeri

chudan,maigeri djodan.

- Intensitas 8 minggu

- Repetisi10 kali kiri dan kanan

Page 51: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

51

- Set 4 kali

- Istrahat antar set 3 menit

- Densitas 3 kali seminggu.

Page 52: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

52

BAB III

KERANGKA BERPIKIR,KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

2.3.2. Keseimbangan dalam karate merupakan komponen biomotorik yang

paling berperan dalam memantapkan posisi gerak tubuh

2.3.3. Karate banyak dilakukan oleh masyarakat di SMPK St. Theresia Kupang

para karateka pemula

3.1.2. Keseimbangan belum optimal dilakukan sehingga perlu ditingkatkan

pelatihan yang terus-menerus sehingga biasa bermanfaat bagi seorang

karateka

3.1.3. Pelatihan karate ada beberapa diantara senkuchu dachi dan kokuchu

dachi merupakan unsur yang paling peranan untuk menghadapi serangan

lawan

3.1.4. Kedua pelatihan perlu dilatih karena tidak pula dilakukan dengan baik

oleh kareteka pemula maupun kareteka senior.

Page 53: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

53

3.2. Konsep

Berdasarkan latar belakang masalah , tujuan penelitian dan tinjauan

teoritis, maka disusunlah kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 3.6 Konsep Penelitian

Pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang Pelatihan Kokuchi Dachi sambil menendang

Factor Individu

Umum

Jenis Kelamin

Tinggi badan

Berat Badan

Indeks masa tubuh

Letak titik berat tubuh

Letak garis berat tubuh

Faktor

Lingkungan

Suhu

Lingkungan

Kelembaban

udara

Keseimbangan Tubuh

Page 54: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

54

3.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai jawaban sementara dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang meningkatkan

keseimbangan tubuh karateka Dojo SMPK St.Theresia Kupang

2. Pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang meningkatkan keseimbangan

tubuh karateka Dojo SMPK St.Theresia Kupang

3. Pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang lebih baik dalam

meningkatkan keseimbangan tubuh dari pada pelatihan Kokuchu Dachi

sambil menendang pada karateka Dojo SMPK St. Theresia Kupang.

Page 55: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

55

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah Randomized pretest dan posttest control group

design ( Bakta, 1997, Pocock, 2008 )

Pre Test And Post Test

01 Senkuchu 02

R Ra

P S

03 Kokuchu 04

Gambar 4.7 Rancanga penelitian

Keterangan :

P = Popolasi

S = Sampel

R = Randomisasi

Ra= Rendam alokasi

01 = Observasi kelompok sebelum pelatihan

02 = Observasi kelompok sesudah pelatihan

03 = Observasi awal kelompok sebelum pelatihan

Page 56: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

56

04 = Observasi akhir kelompok sesudah pelatihan

SD = Pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang kedepan

KD = Pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang ke depan

4.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di halaman Dojo SMPK St. Theresia Kupang

4.3. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari tanggal 9 Februari sampai dengan 10 April

2013.

4.4. Populasi dan Sampel.

4.4.1 Populasi

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah karateka pemula Dojo

SMPK St. Theresia Kupang jumlah populasi adalah 28 orang

4.4.2 Kriteria Sampel

Kriteria sampel yang ditetapkan masuk dalam penelitian ini yang

memenuhi Kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Anggota karateka pemula di SMPK St. Theresia Kupang

2. Jenis kelamin Laki-laki

3. Usia 12-14 tahun

4. Tinggi badan 140 sampai dengan 168 cm

5. Berat badan 38-60 kg

6. Berbadan sehat ( pemeriksaan dokter )

7. Indeks masa tubuh mempunyai criteria normal

Page 57: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

57

8. Bersedia mengikuti pelatihan

4.4.3 Besar Sampel

Besar sampel ditentukan berdasarkan Studi pendahuluan 8 orang

karateka untuk mendapatkan skor keseimbangan tubuh postest

keseimbangan tubuh karateka adalah 36 dengan standar deviasi 4,89. Skor

keseimbangan tubuh setelah pelatihan dilakukannya43,2 (peningkatan

20% ) Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus Pocock 2008

sebagai berikut :

2σ²

n = x f (α , β )

(µ₂—µ₁)²

Keterangan :

n = Besar sampel

α = 0,05

μ₁ = Rata-rata keseimbangan tubuh sebelum pelatihan

μ₂ = Rata-rata keseimbangan tubuh sesudah pelatihan

Berdasarkan penghitungan dengan rumus di atas adalah sebagai berikut :

μ₁ = 36 awal

μ₂ = 43,2 ( sesudah pelatihan )

ƒ ( α‚β) = 13 ( sesuai table )

σ = 4,89

n= 2σ² x f(σ,β)

(μ2-μ1)²

Page 58: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

58

2 x 4,89²

n = Χ 13

( 7,2)²

n = 2 x 23,9121

( 7,2 )²

47,8242

n = x 13

51,84

n = 11,99295 dibulatkan menjadi 12, sehingga kedua kelompok diperoleh

masing-masing 12 orang

Menurut Basuki ( 1985 ). Untuk mengantisipasi apabila subjek terpilih droup out,

sehingga tidak perlu mensubstitusi subjek lain, maka jumlah sampel harus

ditambah minimum 20% dari jumlah ( n ). Maka dalam penelitian ini jumlah

sampel adalah 14 x 2 =28 karateka, maka kedua kelompok 28 orang

4.4.4 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian adalah karateka pemula Dojo SMPK St. Theresia Kupang

sebanyak 150 karateka. Dari jumlah tersebut yang memenuhi kriteria sebanyak 30

karateka. Kemudian di undi sederhana dengan memakai undian diambil sampel

sebanyak 28 orang karateka , selanjutnya dibagi 2 kelompok dimana masing-

masing kelompok 14 karateka

4.4.5 Karateka Drop Out

1. Subjek ( Karateka cedera, sakit saat pelatihan

Page 59: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

59

2. Subjek ( karateka ) tiga kali berturut –turut tidk mengikuti pelatihan

3. Subjek (karateka ) meninggalkan pelatihan tanpa pemberitahuan.

4.5. Variabel

4.5.1 Indentifikasi

- Variabel bebas pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang dan

pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang.

- Variabel tergantung adalah keseimbangan tubuh.

- Variabel control adalah umur, letak titik berat tubuh,letak garis

berat tubuh, kelembaban dan suhu.

4.5.2 Klasifikasi

Kelompok 1: Pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang kedepan ( P1 )

Kelompok 2 : Pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang ( P2 ).

4.5.3 Definisi Operasional

Setelah variabel-variabel yang diteliti diidentifikasikan dan diklasifikasikan maka

perlu didefinisikan secara operasional.Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan

alat pengumpul data apa saja yang sesuai untuk digunakan. Definisi operasional

yang berkaitan dengan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

Pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang adalah model pelatihan

keseimbangan di mana subjek mengambil posisi awal berdiri didepan tali

dengan jarak 45 cm, kaki terbuka dua lebar bahu lalu Senkuchu Dachi tali

dipasang di depan setinggi 40 cm didasarkan kemampuan karateka sebagai

pengontrol ketinggian tendangan, dengan posisi kedua lengan ditekuk dengan

sikap siap ( kamaete ) di depan dada pandangan lurus kedepan, dilakukan

Page 60: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

60

tendangan ke depan ( maegeri ) dimana gerakan ini dilakukan dengan cepat dan

langsung kembali di tarik ke posisi semula, pergantian kaki kiri dan kaki kanan

repetisi 10 kali. Intensitas pelatihan 80% yaitu 10 repetisi. Dari Pelatihan

Senkuchu Dachi sambil menendang dilakukan dengan ketentuan :

Lama pelatihan : 8 minggu

Ffrekuensi pelatihan : 3 kali seminggu

Repetisi : 10 kali kiri kanan

Set : 4 kali

Istirahat antar set : 3 menit.

1. Pelatihan Kokucu Dachi sambil menendang adalah pelatihan

keseimbangan dimana subjek mengambil posisi awal berdiri didepan tali yang

dipasang setinggi 40 cm didasarkan kemampuan karateka sebagai pengontrol

ketinggian tendangan, dengan satu tungkai ( kanan ) sedangkan tungkai kiri

menjaga keseimbangan tubuh, posisi kedua lengan ditekuk dengan sikap siap (

kamaete ) di depan dada pandangan lurus kedepan, kemudian melakukan

tendangan melewati tali pengontrol , setelah mendarat lakukan tendangan lurus

kedepan ( maegeri ) dengan tungkai kanan setelah itu secepatnya kaki kanan

ditarik ke posisi kaki terangkat setinggi lutut. Selanjutnya kembali melakukan

tendangan sesuai kemampuan si atlet ketempat awal ( disamping kanan tali )

dan mendarat satu kaki kanan sedangkan tungkai kiri melakukan tendangan

lurus ke depan ( maegeri ) dimana gerakannya dilakukan dengan cepat dan

langsung kembali tarik ke posisi kaki terangkat setinggi lutut. Gerakan ini

dilakukan berulang-ulang sambil melewati tali kanan – kiri – kanan pada

Page 61: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

61

tempat yang sama ( tetap ) dimana jarak tendangan 90 cm didasarkan pada

kemampuan karateka pada saat uji coba. Gerakan ini dilakukan dengan

intensitas 80% dari kemampuan maksimal karateka Senkuchu Dachikiri ke

kanan diikuti tendangan. Pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang

dilakukan dengan ketentuan :

Lama pelatihan : 8 minggu

Frekwensi pelatihan : 3 kali per minggu

Repetisi : 10 kali kiri kanan

Set : 4 kali

Istirahat antar set : 3 menit

Umur adalah Usia subjek yang diambil berdasarkan Kartu Pelajar

Keseimbangan tubuh adalah keseimbangan tubuh dinamis yang diukur dengan

menggunakan Tes keseimbangan Dinamis Kirkendall, 1987 ). Untuk lebih

jelas lihat halama 26.

Tinggi badan adalah tinggi tubuh yang dalam pada posisi tegakdari telapak

kaki sampai vertex engan ketelitian o,1 cm

6. Berat badan dinyatakan dengan kg, subjek naik timbangan dengan

menggunakan pakaian dogi.

7. Indeks masa tubuh adalah Proporsi tubuh yang dihitung melalui rumus

berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat.

8. Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis kelamin

laki-laki berdasarkan kartu Pelajar

Page 62: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

62

9. Bidang tumpuan adalah telapak kaki yang menginjak dasar lantai yang

terbuat dari semen/ keramik.

10. Garis berat tubuh adalah garis vertikal yang melalui titik pusat

bidang tumpuan.

11. Letak titik berat tubuh adalah terletak kira-kira setinggi bagian atas

tulang sakrum, kalau posisi tubuh berdiri tegak.

Suhu adalah keadaan suhu udara lingkungan pelatihan, yaitu suhu kering, suhu

basah dalam derajat Celcius yang dikonversi ke derajat Fahrenheit kemudian

kelembaban relatif dilihat pada psychometric chart.

4.6 Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Stop watch digital merek Diamond, alat untuk mengukur waktu dalam

satuan menit.

b. Antropometer super buatan Jepang, alat untuk mengukur tinggi adan

dalam satuan cm

c. Timbangan berat badan merek DetectoMedica scale buatanAmerika

untuk mengukur berat badan dalam satuan berat kilogram.

d. Termometer basah dan kering adalah alat untuk mengukur temperature

atau suhu udara dalam satuan derajat Celcius.

e. Tes keseimbangan dinamis untuk mengukur skor keseimbangan tubuh

dinamis.

f. Alat tulis menulis

Page 63: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

63

4.7. Tata Laksana Penelitian

Secara garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian ini Adalah sebagai berikut :

4.7.1. Tahap persiapan dan Administrasi

a. Studi kepustakaan dari buku, jurnal internet dan lain-lain yang relevan

dengan topik penelitian.

b. Mengurus surat-surat yang diperlukan untuk mendukung jalannya

penelitian

c. Menetapkan tempat penelitian dalam hal ini penelitian dilakukan di

satu sekolah yaitu Dojo SMPK St. Theresia, jalan Jend A. Yani No

52A Kupang.

d. Meminta ijin persetujuan meneliti pada pemilik dan pengurus Dojo

Smpk St. Theresia dan subjek terpilih.

e. Melakukan pemilihan sampel dengan cara acak sederhana.

f. Mengukur antropometri subjek dengan antropometer yang akan

digunakan

sebagai salah satu kriteria penentuan sampel.

g. Mempersiapkan dan meminjam alat-alat yang akan digunakan dalam

penelitian.

h. Menghubungi dan mempersiapkan petugas petugas pengumpul data

dalam penelitian ini

Page 64: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

64

i. Uji coba di tempat penelitian dan kesiapan alat yang akan diperlukan

selama penelitian.

4.7.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

A. Tata laksana untuk subjek

1. Subjek hadir di tempat latihan 10 menit sebelum latihan dimulai.

2. Sebelum pelatihan dimulai subjek melakukan tradisi karate (upacara

).

3. Setelah subjek 5 menit kemudian dilakukan perhitungan denyut nadi

istrahat, Subjek dalam keadaan rileks.

4. Selanjutnya subjek diberikan pengarahan dan melakukan pemanasan

selama 15 menit.

5. Kemudian subjek dipisah menjadi dua grup sesuai dengan

kelompoknya masing-masing untuk melakukan pelatihan.

6. Kelompok 1( P1 ) diberikan pelatihan Senkuchu Dachi sambil

menendang ke depan.

7. Kelompok 2( P2 ) diberikan pelatihan Kokuchu Dachi sambil

menendang.

8. Sebelum mengakhiri pelatihan, semua kelompok melakukan

pelatihan ringan secara bersama-sama dan melakukan pendinginan

selama 5 menit kemudian diakhiri dengan tradisi karate.

9. Pelatihan ini dilaksanakan selama 8 minggu frekuensi 3 kali

perminggu diawali dengan pre test dan pos test sesudah pelatihan.

B. Tata laksana untuk peneliti

Page 65: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

65

Langkah-langkah pelaksanaan penelitihan yang dilakukan oleh

peneliti untuk memperoleh data adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan kepada subjek terpilih tentang tata cara pelatihan cara

tes keseimbangan dinamis pre test dan pos test.

2. Menjelaskan dan membuat kesepakatan dengan pengurus Dojo,

pelatih dan subjek terpilih tentang penelitihan ini dilakukan di luar

jam pelajaran sekolah sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar

mengajar.

3. Menjelaskan tentang jadwal pelatihan yang akan dilaksanakan selama

8 minggu dengan frekuensi 3 kali perminggu.

4. Menjelaskan pada subjek tentang cara tes keseimbangan dinamis,

pada saat pre test dan pos test.

5. Melakukan pengukuran pada subjek terpilih meliput tinggi badan,

berat badan, indeks masa tubuh dan pengukuran suhu udara basah

dan suhu udara kering saat pelatihan.

6. Pemeriksaan kesehatan sebelum pelaksanaan penelitihan.

7. Terhadap populasi terjangkau yaitu sebanyak 50 orang karateka

pemula Dojo SMPK St. Theresia yang memenuhi criteria inklusi 30

karateka kemudian diacak sederhana dengan member nomor yang

sesuai dengan dengan jumlah karateka diundi menjadi 2 kelompok

yaitu kelompok 1 kelompok kelompok pelatihan Senkuchu

Dachisambil menendang ( P1 ) kelompok 2 kelompok pelatihan

Kokuchu Dachi sambil menendang ( P2 ).

Page 66: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

66

8. Penjelasan tentang pelatihan-pelatihan Senkuchu Dachi sambil

menendang (P1) dan pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang

P2) dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Sebelum melakukan pemanasan dan peregangan, para karateka

seperti biasa melakukan tradisi karate ( upacara ) yaitu dengan

urutan:

1. Duduk bersimpuh/berdiri dengan tenang menghadap ke depan di

pimpin oleh sensai ( guru ) atau karateka yang paling senior.

Pembacaan sumpah karate.

1 Mengheningkan cipta.

2 Hormat kepada Bendera Merah Putih.

3 Hormat kepada sensai ( guru ).

4 Hormat kepada kawan dan tempat latihan.

b. Fase pemanasan dan peregangan untuk setiap kelompok pelatihan

berlangsung selama 15 menit, dilakukan dalam rangkaian gerakan lari

mengelilingi rungan dojo atau lapangan gerakan khalistenik pada sendi bahu,

pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Peregangan statis disesuaikan dengan

gerakan-gerakan dalam karate seperti dalam posisi berdiri kaki diangkat

seperti gerakan menendang kemudian ditahan bergantian kiri,kanan dan lain-

lain, sesudah pemanasan karateka menuju tempat pelatihan.

c. Latihan inti kelompok pelatihan Senkuchu Dachisambil menendang

dan pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang yang masing-masing

Page 67: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

67

kelompok melakukan pelatihan 4 set 10 repetisi istirahat antara set 3

menit.

d. Fase pendinginan untuk setiap kelompok pelatihan dilakukan dengan

gerakan ringn sambil mengayun lengan ke depan ke belakang,

samping kiri kanan, ke atas kemudian lepas. Pelemasan otot

lengan,punggung, dan tungkai selama 5 menit.

e. Kemudian pelatihan diakhiri dengan tradisi karate upacara kembali

dan dilanjutkan dengan penyampaian-penyampaian prihal mengenai

pelatihan berikutnya.

4.8. Analisis Data

4.8.1. Analisis Deskriptif

Untuk menganalisis data subjek penelitian seperti Umur, Tinggi badan, Berat

badan, Indek masa tubuh yang datanya diambil sebelum pelatihan dan

sesudah pelatihan.

4.8.2. Analisis Komparasi

a. Uji Normalitas

Bertujuan untuk mengetahui distribusi data masing-masing kelompok

perlakuan dari kedua kelompok pelatihan.

Batas kemaknaan yang digunakan α = 0,05. Jika α = > 0.05 data berskala

normal.

b. Uji homogenitas

Bertujuan untuk mengetahui variasi data dengan batas kemaknaan atau

tingkat kepercayaan yang digunakan adalah Levene test, α = 0,05,

Page 68: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

68

Jika α 0 >0 ,05 maka data homogen.

a. Uji Komparasi

Uji komparasi data antara sebelum dan sesudah pelatihan dengan

menggunakan uji komparasi keseimbangan parametric ( T- independent test .

Batas kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Jika hasilnya α <

0,05,maka hipotesis penelitian diterima atau ada perbedaan yang signifikan

sedangkan jika α > 0,05 maka hipotesis ditolak atau tidak ada perbedaan yang

signifikan.

Jika data normal

a. Antara sebelum dan sesudah pelatihan : t- paired.

b. Antara kelompok Senkuchu Dachi dan Kokuchu Dachi : t. independent.

Jika data tidak normal

a. Antara sebelum dan sesudah latihan – wilkom test.

b. Antara Senkuchu Dachi dan Kokuchu Dachi – U mean whitney.

Page 69: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

69

4.10. Alur Penelitian

Gambar 4.8. Alur Penelitian

POPULASI

KRITERIA INKLUSI KRITERIA EKSLUSI ACAK SEDERHANA

SAMPEL

KELOMPOK I KELOMPOK II

TES AWAL TES AWAL

PERLAKUAN 8 MINGGU

SENKUCHU DACHI

PERLAKUAN 8 MINGGU

KONKUCHU DACHI

TES AKHIR TES AKHIR

ANALISIS DATA

PENYUSUNAN

LAPORAN

Page 70: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

70

BAB V

HASIL PENELITIAN

Hasil observasi dan pengukuran terhadap variabel-variabel penelitian

dapat disajikan sebagai berikut :

5.1 Karakteristik subjek Penelitian

Karakteristik atau ciri-ciri fisik subjek penelitian meliputi umur, tinggi badan,

berat badan dan indeks masa tubuh sebelum pelatihan dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Klmpk I Klmpk II Rentang

Variabel Rerata SD Rerata SD

Umur (th) 13,21 0,67 13,42 0,75 12-14

Tinggi badan (cm) 153,64 8,34 155,93 8,37 140-168

Berat badan (kg) 46,78 7,18 50,14 6,26 38-60

Indeks massa 19,73 1,87 20,54 0,72 17-24

Tubuh ( kg )

Dan Tabel , menunjukan bahwa variabel umur, tinggi badan, berat badan, dan

indeks masa tubuh kedua kelompok menunjukan sebelum pelatihan berada dalam

kelompok yang sama.

5.2 Lingkungan Pelatihan

Page 71: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

71

Data suhu udara lingkungan lingkungan pelatihan di Dojo SMPK St.

Theresia Kupang yang diukur terdiri dari suhu udara basah dan suhu udara kering

dalam satuan derajat celcius serta kelembaban relatif disesuaikan dengan tabel

psychrometric chart dalam satuan persen ( % ).

Hasil pengukuran selama pelatihan suhu basah berkisar antara 24- 27 ᴼC± suhu

kering 26-28ᴼC ± dengan kelembaban relatif 75-86 % . Secara rinci dapat

dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Data Suhu Basah, Suhu Kering dan Kelembaban Relatif

Suhu udara Pre Minggu Pos Rata-

test test rata

1 2 3 4 5 6 7 8

Suhu bassa 25ᴼC 25ᴼC 27ᴼC 26ᴼC 24ᴼC 27ᴼC 27ᴼC 26ᴼC 27ᴼC 26ᴼC 26ᴼC ±

Suhu kering 26ᴼC 26ᴼC 27ᴼC 27ᴼC 26ᴼC 27ᴼC 28ᴼC 28ᴼC 27ᴼC 27ᴼC 27ᴼC ±

Kelembaban 75-86 %

Relatif

5.3 Uji Normalitas

Syarat untuk menentukan uji statistik yang digunakan maka perlu dilakukan

Uji Normalitas dan Uji Homoginitas hasil keseimbangan pada kedua kelompok

sebelom dan sesudah pelatihan. Uji normalitas dengan menggunakan Shapiro-wilk

Test.

5.4 Uji Homoginitas

Untuk mengetahui varian pelatihan Senkuchu Dachi dan pelatihan Kokuchu

Dachi, maka perlu dilakukan uji homoginitas dengan Levene- Test.

Page 72: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

72

5.5 Analisis Kemaknaan Perbedaan Rerata T- Tes Keseimbangan Tubuh,

Analisis hasil tes keseimbangan tubuh pada ke dua kelompok sebelum pelatihan

dengan menggunakan Uji T -Test diperoleh p > 0,05. Artinya keseimbangan

tubuh antara ke dua kelompok sebelum pelatihan setelah dilakukan rangking dari

nilai hasil tes keseimbangan tubuh tidak ada perbedaan yang bermakna. Analisis

tes keseimbangan tubuh sebelum pelatihan disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut

:

Tabel 3. Analisis keseimbangan tubuh sebelum pelatihan ( pre test ).

Kelompok perlakuanSenchucu Dachi sambil menendang, dan

kelompok perlakuan Kokuchu Dachi sambilMenendang.

Variabel Kelompok Rerata t p

Keseimbangan

Senkuchu Dachi 43,57 4,972 1,329

Kokuchu Dachi 38,57 3,631 0,971

Dari tabel 3 dapat dianalisis sebagai berikut : Keseimbangan tubuh

sebelum pelatihandengan Uji T -Tes diperoleh rerata rangking tes keseimbangan

tubuh secara berturut-turut :Kelompok perlakuan Senkuchu Dachi ke depan

sambil menendang = 43,57 dan kelompok

Perlakuan kokuchu Dachi ke belakang sambil menendang = 38,57 dengan taraf

Kepercayaan 95 % diperoleh nilai t = 4.972 dan p = 1, 329 , maka perbedaan

antara Kedua kelompok sebelum pelatihan tidak berbeda bermakna ( p > 0,05 ).

Selanjutnya setelah pelatihan 8 minggu keseimbangan tubuh ke dua

kelompok dengan menggunakan uji T- tes diperoleh p = < 0,05. Artinya setelah

dilakukan rangking nilai hasil past test ( setelah pelatihan 8 minggu) ada

Page 73: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

73

perbedaan yang sangatbermakna antara keseimbangan tubuh dari ke dua

kelompok perlakuan. Secara lebih rinci hasil tes keseimbangan tubuh setelah

pelatihan 8 minggu pelatihan ( posttest ) di sajikanpada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Analisis keseimbangan tubuh setelah pelatihan 8 minggu( post test)

kelompok Perlakuan Senkuchu Dachi sambil menendang dan kelompok

perlakuan Kokochu Dachi sambil menendang.

Kelompok Variabel Rerata t p

Keseimbangan

Senkuchu Dachi sambil 60,00 6,794 1,816

menendang

Kokuchu Dachi sambil 50,71 4,746 1,269

menendang

Dari Tabel 4 dapat dianalisis sebagai berikut : Keseimbangan tubuh

setelah 8 minggu Pelatihan ( post test ) dengan uji T- tes di peroleh rerata

keseimbangan, tes keseimbangan Tubuh secara berturut-turut : pada kelompok

perlakuan Senkuchu Dachi sambil menendaang = 60,00 dan kelompok perlakua

Kokuchu Dachi sambil menendang = 50, 71. Dengan taraf Kepercayaan 95 %

diperoleh nilai t = 6,794 dan p = 1,816 maka ada perbedaan yang sangat bermakna

antara keseimbangan tubuh setelah pelatihan 8 minggu dari ke dua kelompok

perlakuan.

Page 74: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

74

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis penelitian tentang pelatihan Senkuchu Dachi sambil

menendang dan pelatihan kukuchu Dachi sambil menendang pada karateka di

Dojo SMPK St, Theresia Kupang, jalan Jend A. Yani no 52A Kupang dapat

dibahas sebagai berikut :

6. 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Dari hasil analisis karakteristik dapat dijelaskan bahwa rentangan umur

subjek yang terlibat dalam penelitian antara ke dua kelompok menunjukan

rentangan antara 12-14 tahun dengan rerata umur pada P1 = 13,21± tahun dan

P2 = 13,42± tahun. Hal ini menunjukan keadaan ke dua kelompok sama atau

setara, sehingga diharapkan umur tidak memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap pelatihan yang diberikan.

Data tinggi badan dan berat badan seseorang mencerminkan proporsi tubuh

orang yang bersangkutan dari hasil analisis IMT karateka pemula yang menjadi

subjek penelitian pada ke dua kelompok pelatihan semua dalam rentangan berat

badan yang sama dimana rerata IMT

pada P1 = 19,73 ± dan P2 adalah 20,54 ± sedangkan batasan IMT normal yang

ditetapkan Depkes RI ( 1996 ) adalah IMT > 18,5 – 25,0 , kriteria normal.

Page 75: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

75

Jadi keadaan subjek kedua kelompok pelatihan masih dalam rentangan berat

badan ideal dan diharapkan IMT tersebut tidak memberikan pengaruh yang

berbeda pada pelatihan yang diberikan.

6. 2 Lingkungan Pelatihan

Pelatihan dilakukan di gedung Dojo SMPK St. Theresia Kupang, sore hari

dengan suhu kering 28 ᴼC suhu basah 27 ᴼC dan kelembaban antara 75 - 86

% selama pelatihan suhu udara di gedung Dojo SMPK St. Theresia Kupang yang

dicatat dalam bentuk suhu kering, suhu basah serta kelembaban relatif tidak

menunjukan perubahan yang menyolok selama pelatihan berlangsung. Suhu

lingkungan relatif lebih rendah dari rata-rata suhu lingkungan halaman gedung

SMPK St. Theresia kupang, suhu basah 26 ᴼC dan suhu kering 27 ᴼC

Dengan kelembaban relatif hampir sama yaitu 75 – 86 % . Ini merupakan

keadaan yang bisa diadaptasi oleh orang Indonesia pada umumnya. Manuaba (

1983 ) mengatakan bahwa daerah nyaman orang Indonesia untuk kelembaban

relatif berkisar 86 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelatihan dilakukan pada

lingkungan yang masih dapat diadaptasi oleh subjek, dan subjek sudah terbiasa

dengan lingkungan tersebut.

6. 3 Keseimbangan Tubuh Sebelum dan sesudah pelatihan

Keseimbangan tubuh kelompok pelatihan Senkuchu Dachi sambil

menendang dan kelompok pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang sebelum

diberikan pelatihan diperoleh rerata keseimbangan tubuh pre test secara berturut-

turut adalah kelompok pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang = 43,57 ±

Page 76: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

76

dan kelompok pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang = 38,57 .± Dengan

taraf kepercayaan 95 % diperoleh nilai r = 0,455 dan p = 0,102 artinya tidak

ada perbedaan bermakna antara keseimbangan tubuh dari kedua perlakuan. Hal

tersebut menunjukan bahwa memang keadaan awal dari kedua kelompok

perlakuan sama (setara)

Setelah 8 minggu pelatihan skor keseimbangan tubuh dengan diperoleh

rerata keseimbangan tubuh dari kedua kelompok perlakuan secara berturut-turut

adalah kelompok perlakuan Senkuchu Dachi sambil menendang = 60,00 ± dan

kelompok perlakuan Kokuchu Dachi sambil menendang = 50,71 ± .Dengan uij

statistic taraf kepercayaan 95 % diperoleh nilai r = 9,706 dan p = 0,000. Artinya

ada perbedaan yang signifikan antara keseimbangan tubuh posttest dari kedua

kelompok perlakuan. Lebih jelas dapat diilustrasikan pada grafik dibawah ini :

Rerata

Keseimbangan

70

60

50

40

30

20

10

60,00

50,71

0 P1 P2

Grafik 1 . Perbedaan Rerata Keseimbangan Antara Kedua Kelompok

Setelah Pelatihan.

Page 77: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

77

Selanjutnya untuk mengetahui pelatihan mana yang paling efektif dapat

meningkatkan keseimbangan tubuh pada karateka perlu dilanjutkan uji statistik

non parametrik ― Mann Whitney ― .Dari uji Mann Whitney diperoleh perbedaan

rerata keseimbangan tubuh setelah pelatihan P1 diperoleh skor sebesar 60,00 dan

P2 sebesar 50,71 nilai P = 0,001.

Ini berarti ada perbedaan signifikan dengan selisih skor sebesar -9,706 untuk lebih

jelas dapat diilustrasikan pada grafik di bawah ini.

Rerata

Keseimbangan

14

12

10

8

6

4

2

0

9,706

5,00

P1 P2

Grafik 2. Perbedaan Rerata Keseimbangan

Dilihat dari skor rerata keseimbangan tubuh posttest antara P1 dan P2

terdapat perbedaan signifikan dengan rerata P1 9,706 dan P2 5,00. Maka dengan

demikian yang menyatakan pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang lebih

baik meningkatkan keseimbangan tubuh dari pada pelatihan Kokuchu Dachi

sambil menendang diterima. Hal tersebut disebabkan karena baik pelatihan

Senkuchu Dachi sambil menendang maupun pelatihan Kokuchu Dachi sambil

Page 78: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

78

menendang merupakan model pelatihan keseimbangan tubuh yang diberikan

secara khusus untuk meningkatkan komponen keseimbangan tubuh pada karateka.

Dimana tipe gerakan dalam pelatihan di sesuaikan dengan kebutuhan gerakan

pada olah raga karate. Sehingga kedua model pelatihan tersebut mempunyai skor

rerata rangking keseimbangan tubuh lebih besar dari kelompok yang lain yang

tidak diberikan secara khusus dimana kelompok tersebut hanya melakukan

pelatihan model lama seperti seperti gerakan menangkis, memukul, menendang

dan jurus sesuai jadwal di Dojo.

Hal ini sejalan dengan landasan teori yang dikemukakan oleh Nala (2011

) bahwa dengan diterapkannya pelatihan Spesialisasi akibat terjadi adaptasi ,

akanmengubah bentuk dan fungsi dari sistim tubuh terutama yang erat kaitannya

dengan olahraga yang diguluti. Untuk itu model pelatihan yang spesifik

gerakannya yang dilatih berulang-ulang akan terpola pada sistem saraf pusat

sebagai pengalaman sensoris. Semakin sering dilakukan maka semakin kuat

terpola dalam sestem saraf sebab untuk mengembangkan penguasaan

neuromuskuler yang diperlukan untuk ketrampilan semacam itu tidak ada cara

lain kecuali pelatihan berulang-ulang ( Soedarminto, 1992 ).

Dilihat dari bentuk gerakan dari kedua model pelatihan, maka model

pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang lebih sesuai gerakannya dengan alat

ukur yang digunakan Tes keseimbangan Dinamis dari pada pelatihan Kokuchu

Dachi sambil menendang. Di mana dalam pelaksanaan tes orang coba melakukan

rangking gerakan seperti terdiri dari satu tungkai, Senkuchu Dachi dari kotak-

kotak yang tersedia secara bergantian kaki kiri kanan sambil berpindah-pindah

Page 79: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

79

tempat. Selain itu ditinjau dari prinsip spesialisasi, maka pelatihan Senkuchu

Dachi sambil menendang lebih spesifik tipenya dari pada pelatihan Kokuchu

Dachi sambil menendang terhadap keseimbangan tubuh karateka, di mana

kebutuhan gerakan-gerakan dalam olahraga karate khususnya gerakan senkuchu

Dachi sambil menendang lebih banyak dilakukan kearah depan dengan tujuan

untuk mencapai bidang sasaran ( lawan tarung ) dibandingkan Kokuchu Dachi

sambil menendang yang hanya dilakukan jika hendak menghindar atau bertahan.

6.4 Kelemahan Penelitian

Ada beberapa kelemahan dan keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat

mempengaruhi penelitian, sebagai berikut:

1. Kondisi dan aktivitas subjek di luar waktu pelatihan sulit dipantau atau

dikontrol.Hal ini diantisipasi dengan memberikan saran agar subjek tidak

begadang, tidak melakukan aktivitas fisik yang dapat mrningkatkan

keseimbangan badan di luar waktu pelatihan atau sebaliknya tidak

melakukan aktivitas yang dapat mengakibatkan kelelahan badan yang

berlebihan, seperti melakukan perjalanan jarak jauh.

2. Motivasi subjek, hal ini diantisipasi dengan memberikan penjelasan dan

pengertian pada subjek sebelung dilakukan pelatihan tentang manfaat yang

di peroleh dari pelatihan keseimbangan tubuh.

Page 80: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

80

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7. 1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan

sebagai berikut :

1. Pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang lebih meningkatkan

keseimbangan tubuh secara signifikan dibandingkan dengan pelatihan

model lama.

2. Pelatihan Kokuchu Dachi sambil menendang lebih meningkatkan

keseimbangan tubuh secara signifikan dibandingkan dengan pelatihan

model lama.

3. Pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang lebih meningkatkan

keseimbangan tubuh secara signifikan dibandingkan dengan pelatihan

Kokuchu Dachi sambil menendang.

7.2 Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Kepada pelatih, pembina serta atlet yang ingin meningkatkan

keseimbangan tubuh dalam rentangan umur 12-14 tahun dapat memilih

model pelatihan Senkuchu Dachi sambil menendang dengan frekuensi 3

kali perminggu selama 8 minggu.

2. Bagi para peneliti diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut

tentang keseimbangan tubuh dinamis dengan menggunakan waktu yang

lebih lama berupa frekuensi, repetisi dan set.

Page 81: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

81

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. 2002 Statistik edisi pertama, PPIE Yogyakarta.

Bakta, I.M. 1997.Metodologi Penelitian.Dempasar PPS

Universitas

Bompa, T. O. 1990 Theori and Methodologi of Training, The Key

to Athletic Perfor .2nd

Ed. Dub uque: Kendal I Iunt Publishing

Bompa, T.O 1993 Power Training For Sport Plyometries For Maximum

Power Development, New York : Mosaic Press.

Depkes, 1996. Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbang.Buku Pedoman13

Pesan Dasar Gizi Seimbang.Dikeluarkanoleh Dirjen

Binkenmas, Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.

Depkes, 1994 Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta:

DirektoratJenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakatdan

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Masyarakat.

Guyton, A. C. 2011. Buku Ajar FisiologiKedokteran( Texbook of

MedicalPhysiology), Jakarta; EGC.

Harsono. 1988. Coaching danAspek-AspekPsikologiDalam Coaching.

Jakarta. CV. TambakKusuma.

Howley ,E.T 2009.Exercise Physiology.(Teori dan penerapan pada

fisiologi Latihan )

Kanasawa, H. 1982. Shotokan Karate Internasional Kata (vol.

2).Japang: Federation All Japang Karate-do Organization.

Lubis,J.2001.Kecepatan Menendang Dalam pencakSilat JurnalIPTEK

Olahraga Vol.3, Nomor 1 Januari 2001.Pusat Pengkajiandan

Pengembangan Olahraga (PPPTTOR ) Kantor Mentri

Pemudadan Olahraga.

Manuaba, A. 1983.Pendekatan IlmiaDalam Olahraga.Denpasar

:PenerbitYayasanIlmuFaalWidhyaLaksana.

Nakayama, M. 1996..The Best Karate Vol 1 .Diterjemahkan oleh Leo

Penmana BcM. Jakarta: Nakayama, 1987.Best Karate

Fundamental. Tokyo, New York and Francisco.

Page 82: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

82

Nala, N. 1998. Kesegaranjasmani. Diktat Kuliahpada Program Magister

FisiologiOlahraga,Denpasar: YayasanWidyaLaksana.

Nala, N. 2011. PelatihanFisik Olahraga. Diktat Kuliahpada Program

Magister Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana UNUD

Denpasar.

Nala, N . 2011. Prinsip Pelatihan

isik Olahraga. Diktat Kuliahpada Program Magister Fisiologi Olahraga,

Program Pascasarjana UNUD Dempasar.

Nasir, M. 1988. MetodePenelitian. Jakarta Ghalia Indonesia.

Nosek, J. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan Africa Press

Ltd.

Nurhasan. 1986. TesdanPengukuran. Karunika.Universitas Terbuka

Jakarta.

Nala, N. 2011. PrinsipPelatihanFisik Olahragapada Program Magister

FisiologiOlahraga, Program Pascasarjana UNUD Dempasar.

Pate, R.B. McClenanghan B. and Rotella R. 1984. ScientifixFondation

ofCoaching,Philadelphia : Sounders College Publishing.

Pocock, S. J. 2008. Clinical Trials, A. Practical Approach, New Yoork:

John Wiley & Son Medical Publication.

Pocock, S. J. 2008. Clinical Trials, ( Pemeriksaan Kesehatan/ Klinis )

Pendekatan Praktis ( A Practical Approach )

Prihastono, A. 1995.PembinaanKondisiFisik Karate. Solo Aneka

Sajoto, M. 1986. Pembinaan KondisiFisik Dalam Olahraga, Depdikbud

Dirjen P2LPTK, Jakarta.

SarwotodanSoetedjo B. 1992.Materi Pokok Kinesiologi. Jakarta:

Universitas Terbuka Depdikbud.

Soedarminto. 1992. Kinesiologi. Depdikbud, Jakarta.

Soekarman.1992. Dasar Olahraga untuk Pembina Pelatihdan Atlet-Atlet.

Jakarta: Indayu Press

Page 83: the training of senkuchu dachi with kicking more increase the body

83

Shephard, R. 1978. Altitude Performance Basic Book of Sport Medicine.

Canada : Published By Olympic Solidarity of The International

Olympic Comunittee.

SugiyonodanWibowo. 2001. Statistika Penelitiandan Aplikasidengan

SPSS 10,0for Windows. Bandung. ALFABETA.

Syaifuddin. 1994. Anatomi Fisiologi UntukSiswa Perawat. Jakarta. EGC.

Syaifuddin. 2002. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta:

WidyaMedika.

Sharkey, B. J. 2011. Kebugarandan Kesehatan.Pada PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.