The document was created from a file 'C...

29
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPS 2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPS Arah mata pelajaran IPS menurut KTSP Standar Isi 2006 dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Menurut Soemantri (Sapriya 2008:9) IPS merupakan penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan. IPS pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan harus sesuai dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik. Zuraik dalam Ahmad Susanto (2013: 137) mengemukakan bahwa IPS merupakan harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana para anggotanya benar benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai.Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan ketrampilan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warna negara sedini mungkin. Karena pembelajaran IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata , tetapi harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan

Transcript of The document was created from a file 'C...

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPS

2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPS

Arah mata pelajaran IPS menurut KTSP Standar Isi 2006 dilatarbelakangi

oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan

menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu

mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang

untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis

terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat

yang dinamis.

Menurut Soemantri (Sapriya 2008:9) IPS merupakan penyederhanaan atau

adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar

manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau

psikologis untuk tujuan pendidikan. IPS pendidikan dasar dan menengah

dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan harus sesuai

dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik.

Zuraik dalam Ahmad Susanto (2013: 137) mengemukakan bahwa IPS

merupakan harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana

para anggotanya benar – benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan

penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai.Hakikat

IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan ketrampilan sebagai

media pelatihan bagi siswa sebagai warna negara sedini mungkin. Karena

pembelajaran IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata , tetapi harus

berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan

8

kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial

kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sehari-hari

dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat.

Sejalan dengan pemikiran teori diatas, Banks dalam Ahmad Susanto (2013:

140) berpendapat bahwa pendidikan IPS merupakan bagian dari kurikulum di

sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam rangka

berpartisipasi di dalam masyarakat, negara, dan bahkan di dunia. Banks

menekankan begitu pentingnya pembelajaran IPS diterapkan di sekolah-sekolah,

mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan

menengah.

Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin

ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam

yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis unntuk kepentingan pembelajaran di

sekolah. Oleh karena itu IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk

menguasai pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai

(attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemmapuan mengambil

keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar

menjadi warga negara yang baik. Sapriya (2009:12) untuk jenjang SD/MI,

pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu

(integreted), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu

pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata

(factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat

pengembangan berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya. Dalam

dokumen Permendiknas (2006) dikemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan isu sosial.Dari ketetntuan

ini maka secara konseptual, materi pelajaran IPS di SD belum mencangkup dan

mengakomodasi seluruh disiplin ilmu sosial.

9

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

Pembelajaran IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari

manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat.

Dengan demikian, peranan IPS sangat penting untuk mendidik siswa

mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil

bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan

warga negara yang baik.

2.1.1.2 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS di SD

Mata Pelajaran IPS di SD berfungsi untuk menguasai suatu konsep.IPS

memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan siswa

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam berbagai

karakteristik. Secara rinci, Mutakin dalam Ahmad Susanto (2013: 145-146)

merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah , sebagai berikut :

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nila-nilai sejarah dan

kebudayaan masyarakat.

2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan

metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3. Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta membuat

keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di

masyarakat.

4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta

mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil

tindakan yang tepat.

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

mengembangkan diri sendiri agar survive yang kemudian

bertanggungjawab membangun masyarakat.

10

Demikian pula dalam kaitannya dengan KTSP Standar Isi 2006 (Ahmad

Susanto 2013: 149), pemerintah telah memberikan arah yang jelas pada tujuan

pembelajaran IPS, yaitu:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis dan logis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan

sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusian,

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan

berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global.

Berdasarkan tujuan di atas, dengan mempelajari kondisi masyarakat seperti

yang dimuat dalam pembelajaran IPS, maka siswa akan dapat mengamati dan

mempelajari norma-norma atau peraturan serta kebiasaan-kebiasaan baik yang

berlaku dalam masyarakat, sehingga siswa mendapat pengalaman langsung

adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara kehidupan

pribadi dan masyarakat.

2.1.1.3 Ruang Lingkup IPS

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu

dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam

kehidupan di masyarakat.Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD/MI

tercantum dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,

meliputi:(a) manusia, tempat, dan lingkungan, (b) waktu, keberlanjutan, dan

perubahan, (c) sistem sosial dan budaya, dan (d) perilaku ekonomi dan

kesejahteraan.

11

Secara rinci, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk SD/MI

kelas 5 Semester 2 sebagai berikut:

Tabel 1

Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 5 Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh pejuang

dan masyarakat dalam

mempersiapkan danmempertahankan

kemerdekaan Indonesia

2.1.Mendeskripsikan perjuangan para

tokoh pejuang pada penjajah

Belanda dan Jepang

2.2.Menghargai jasa dan peranan

tokoh perjuangan dalam

mempersiapkan kemerdekaan

Indonesia

2.3.Menghargai jasa dan peranan

tokohperjuangan dalam

memproklamasikan kemerdekaan

Indonesia

2.4.Menghargai perjuangan para tokoh

dalam mempertahankan

kemerdekaan

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

Dapat disimpulkan bahwa Mata Pelajaran IPS di SD menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan potensi/kemampuan

siswa serta agar menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sehingga

dapat berpatisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun

sebagai warga negara. Oleh sebab itu dalam penyampaian materi mata pelajaran

IPS harus menggunakan contoh-contoh dalam kehidupan nyata siswa, sehingga

mereka dengan mudah mengaplikasikan pelajaran IPS dalam kehidupan sehari-

hari

12

2.1.2 Metode Problem Solving

2.1.2.1 Pengertian Metode Problem Solving

Metode problem solving adalah pendekatan pembelajaran yang melakukan

pemusatan pembelajaran pada pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah,

yang diikuti dengan penguatan ketrampilan. Karen (Dewi, 2008: 28). Sedangkan

Gulo (2002:111) menyatakan bahwa metode problem solving adalah metode yang

mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada

terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Sejalan dengan pengertian yang

disampaikan Karen dan Gulo, Made Wena(2009; 22) mengemukakan bahwa

metode pendekatan pemecahan masalah dipandang sebagai suatuproses untuk

menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkandalam upaya

mengatasi situasi baru. Pada pelaksanaan pembelajaran problem solving, siswa

diharapkan setelah mengetahuiteori teori yang dipelajari dapat digunakan untuk

memecahkan masalah. Dengan memecahkan masalah siswa akan lebih diasah

kemampuannya untuk menerapkan teori.

Jadi pendekatan problem solqving adalah suatu penyajian materi pelajaran

yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus terampil untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa di libatkan untuk melakukan

penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang

diberikan, dengan melakukan analisis dan identifikasimasalah, mengembangkan

hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan.

Problem solving memiliki lima asumsi utama :

a. Permasalahan sebagai pemandu, dalam hal ini permasalahan menjadi acuan

konkret yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan dan materi diberikan

sejalan dengan permasalahan. Permasalahan menjadi kerangka berpikir bagi

siswa dalam mengerjakan tugas.

b. Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi, di sini permasalahan

diberikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuan utamanya

13

memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah

diperoleh dalam memecahkan masalah.

c. Permasalahan sebagai contoh, di sini permasalahan adalah salah satu contoh

dan bagian dari bahan belajar siswa. Permasalahan digunakan untuk

menggambarkan teori, konsep atau prinsip dan dibahas dalam diskusi antara

guru dan siswa.

d. Permasalahan sebagai sarana untuk memfasilitasi terjadinya proses, dalam hal

ini fokusnya adalah kemampuan berpikir kritis dalam hubungannya dengan

permasalahan. Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar

dan berpikir kritis.

e. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar, dalam hal ini fokusnya

adalah pengembangan ketrampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus

serupa. Ketrampilan tidak diajarkan oleh guru tetapi ditemukan dan

dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah

(Paulina Panen, 2005)

2.1.2.2 Manfaat dari Metode Problem Solving

Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar

mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Menurut

(Paulina Panen, 2005) metodeproblem solving memberikan beberapa manfaat

antara lain :

a. Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan

permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan

mandiri. Siswa dapat membuat suatu keputusan yang ada dalam

pikirannya. Ide yang ada dalam pikirannya dituangkan dalam

keputusan atau jawaban dari permasalahan yang dihadapinya.

b. Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang

menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan

makin bertambah. Siswa akan merasa pandai apabila dia dapat

14

berfikir sendiri, menemukan suatu solusi dari pengetahuan baru

yang sebelumnya belum diketahuinya.

c. Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi

diproses dalam situasi atau keadaan yang benar-benar dihayati,

diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam altenatif. Ketika

siswa telah mampu menenukan jawaban dari pergumulannya, maka

dia pengetahuan yang didapatnya akan benar-benar diingat dengan

baik. Dia tidak hanya diberi pengetahuan baru, namun dia dapat

menemukan pengetahuan baru tersebut.

d. Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan

cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara

individual maupun kelompok berhasil tidaknya suatu pengajaran

bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Siswa yang

mampu memecahkan masalahnya sendiri dan menemukan hal baru

sendiri memiliki manfaat yang banyak bagi dirinya. Siswa akan

menjadi pribadi yang mandiri, tidak bergantung pada orang lain,

berfikir kritis terhadap hal baru atau hal asing yang belum

diketahuinya.

2.1.2.3 Tujuan dari Metode Problem Solving

Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut :

a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan

kemudianmenganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.Ketika

siswa diberikan suatu permasalahan oleh guru, entah berupa kalimat langsung

maupun soal tertulis, maka siswa mampu untuk menyeleksi informasi yang

sekiranya dapat sesuai untuk menjawab. Setelah itu, siswa menganalisanya,

apa yang sesuai dan apa yang tidak sesuai. Tahap akhirnya adalah siswa

meneliti kembali hasil kerja atau hasil pemikirannya.

15

b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi

siswa. Siswa akan memiliki kepuasan yang lebih apabila dia dapat

menemukan sendiri apa yang dia cari. Dengan menemukan sendiri, ingatan

siswa akan hasil temuannya akan lebih tertancap dalam.

c. Potensi intelektual siswa meningkat. Hal ini terlihat jelas ketika siswa mampu

menemukan jawaban sendiri, maka siswa menjadi lebih kreatif dan berfikir

kritis. Ketika dia mampu untuk berfikir kritis, maka potensi intelektualnya

akan meningkat.

d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses

melakukan penemuan. Ketika siswa dihadapkan pada sebuah persoalan untuk

menemukan penemuan, siswa akan berfikir langkah apa yang akan dia

lakukan. Ketika langkah awal sudah terlaksana, maka dia akan melanjutkan

pada langkah berikutnya. Langkah-langah inilah yang dinamakan proses

melakukan penemuan.

16

2.1.2.4 Langkah-langkah Metode Problem Solving

Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115)

dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :

Tabel 2

Tahap-Tahap Problem Solving

Tahap-tahap Kemampuan yang diperlukan

1) Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah

secara jelas

2) Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk

memperinci menganalisa masalah dari

berbagai sudut

3) Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang

lingkup, sebab akibat dan alternatif

penyelesaian

4) Mengumpulkan dan

mengelompokkan data sebagai

bahan pembuktian hipotesis

Kecakapan mencari dan menyusun

data menyajikan data dalam bentuk

diagram, gambar dan tabel

5) Pembuktian hipotesis Kecakapanmenelaah dan membahas

data, kecakapan menghubung-

hubungkan dan menghitung,

ketrampilan mengambil keputusan dan

kesimpulan

6) Menentukan pilihan

penyelesaian

Kecakapan membuat alternatif

penyelesaian kecakapan dengan

memperhitungkan akibat yang terjadi

17

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Polya. (2011) bahwa

Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan melakukan langkah-langkah

berikut:

(1) Mengidentifikasi masalah adalah cara bagaimana kita melihat, menduga,

memperkirakan, dan menguraikan serta menjelaskan apa yang menjadi

masalah.

(2) Mendefinisikan masalah adalah menjelaskan permasalahan yang

diperoleh dengan cara mencari sumber-sumber relevan

(3) Menemukan rencana. dari definisi masalah yang diperoleh dari sumber

yang relevan selanjutnya adalah merencanakan bagaimana cara

memecahkan masalah.

(4) Memecahkan permasalahan. melakukan pemecahan masalah dengan

menerapkan rencana yang telah diperoleh

(5) Mengevaluasi adalah menilai apakah dari rencana yang ditemukan sudah

tepat untuk memecahkan masalah yang diperoleh.

Selain langkah-langkah tersebut, menurut Depdiknas tahun 2008 problem

solving dapat dilaksanakan melalui 5 langkah yaitu :

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari

siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti,

bertanya dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini

tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah

kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa

harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa

jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban

sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran

18

jawaban ini tentu saja diperlukan metode - metode lainnya seperti

demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan

terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Jadi langkah-langkah pendekatan problem solving adalah:

1. Merumuskan masalah,

2. Mencari teori pemecahan masalah,

3. Menetapkan jawaban sementara,

4. Menguji kebenaran jawaban,

5. Membuat kesimpulan,

6. Mengevaluasi aktivitas yang telah dilakukan.

2.1.2.5 Kelebihan Metode Problem Solving

Metode problem solving memiliki banyak manfaat yang dapat diperoleh.

Manfaat yang didapat tidak hanya dari sudut pandang paa pengajar atau guru,

namun juga manfaat bagi siswa. Manfaat yang banyak ini menjadikan metode

problem solving menjadi metode yang memiliki banyak kelebihan. Djamarah

(2010:92), menjelaskan kelebihan metode Problem Solving antara lain adalah :

a. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan

kehidupan, khususnya dengan dunia kerja. Hal ini disebabkan karena tahap-

tahap dari problem solving memiliki keistimewaan untuk menemukan sendiri

jawaban dari setiap permasalahan. Selain itu, problem solving juga

mengajarkan untuk berusaha agar setiap permasalahan mendapat solusi dan

dapat terpecahkan. Oleh sebab itu, problem solving menjadi metode yang

relevan dengan kehidupan, khususnya di dunia kerja.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa

menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, hal ini merupakan

kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia. Ketika siswa

sudah terbiasa dengan memecahkan masalah secara trampil, maka dalam

kehidupan bermasyarakat, siswa menjadi mudah saja memperoleh jawaban atas

permasalahan yang sedang dihadai, baik secara kelompok maupun individu.

19

c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara

kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak

melakukan proses runtut dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi

dalam rangka mencapai pemecahannya. Pembiasaan mengerjakan pekerjaan

secara runtut akan membuahkan hasil yang baik ketika siswa sudah dewasa,

terlebih saat siswa berada dalam dunia kerja.

d. Metode ini memudahkan guru untuk melakukan proses belajar mengajar yang

menyenangkan bagi siswa. Mata pelajaran IPS yang tadinya dianggap sebagai

mata pelajaran hafalan, dan kurang diminati siswa akan berubah menjadi mata

pelajaran yang digemari siswa. Tidak hanya IPS saja, namun semua pelajaran

dapat dilakukan dengan metode ini. Suasana kelas yang nyaman disertai

penyampaian materi yang menyenangkan akan membangkitkan gairah belajar

siswa. Ketika siswa sudah memiliki gairah belajar yang tinggi, maka dengan

sendirinya hasil belajar siswa akan meningkat karena mereka memiliki

ketertarikan untuk terus belajar dan menemukan hal baru setiap saat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode problem solving adalah:

a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan,

b. Berpikir dan bertindak kreatif,

c. Memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis,

d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan,

e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan,

f. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan

masalahyang dihadapi dengan tepat,

g. Serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan

khususnya dunia kerja.

2.1.2.6 Kelemahan Metode Problem Solving

Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving ada beberapa.

Kelemahan itu tidak hanya diperoleh dari sudut pandang siswa, namun juga dari

sudut pandang guru. Kelemahan itu, antara lain:

20

a. Kurangnya pengetahuan guru tentang metode problem solving, sehingga

metode ini sering dikesampingkan. Guru cenderung menggunakan metode

ceramah bervariasi saja. Akibatnya guru tidak berani untuk membuat nilai

KKM yang tinggi karena aham bahwa hasil belajar siswa rendah.

b. Sulitnya memperoleh alat-alat laboratorium ataupun alat peraga yang akan

digunakan sebagai alat peraga. Sekolah tidak memiliki cukup dana untuk

mengadakan sarana dan prasarana yang memadahi. Sedangkan guru tidak

kreatif untuk menciptakan alat peraga sederhana sebagai pendukung

pelaksanaan metode problem solving.

c. Waktu pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini memerlukan waktu yang

lebih dibandingkan dengan metode ceramah yang sering dilakukan oleh guru.

2.1.3 Permainan KAMU

2.1.3.1 Pengertian Permainan KAMU

Menurut sugiyanto (1995:11) bermain adalah kegiatan yang terjadi secara

alamiah pada anak , anak tidak perlu dipaksa untuk bermain. Bermain berguana

untuk membantu anak-anak memahami dan mengungkapkan dunianya baik dalam

taraf berpikir maupun perasaan. Bermain memberi anak perasaan untuk

memahami (matery) ataupun mengensdalikan hal-hal yang ada dalam dunianya.

Berliana dalam Made (2009:35) mengemukakan bahwa media kartu soal/ilmu

adalah sarana agar siswa dapat belajar secara aktif dan terlibat dalam kegiatan

belajar, berfikir aktif dan kritis dalam belajar dan secara inovatif dapat

menemukan cara atau pembuktian teori IPS.

KAMU singkatan dari Kartu Ilmu yang berisikan kartu-kartu sebagai sarana

penyampaian materi pembelajaran. Kartu-kartu tadi dapat diisi pertanyaan atau

informasi-informasi penting tentang materi IPS kelas 5 semester 2 SDN 01

Tanggel SK 2 menghargai peranan tokoh pejuang da masyarakat dalam

mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. KD 2.2

Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

21

kemerdekaan Indonesia. Dan KD 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. KAMU dapat

digunakan untuk beberapa mata pelajaran, misalnya matematika, bahasa

Indonesia, IPA, dan IPS. Permainan ini dilakukan dalam kelompok-kelompok

kecil. Setiap kelompok mencari poin untuk dapat dikatakan sebagai pemenang.

Permainan ini dilengkapi dengan dadu untuk membantu siswa dalam menjalankan

permainan.Selain dadu, juga terdapat papan amplop bertuliskan angka sebagai

alas jalannya permainan. Guru bertugas untuk mengawasi dan mengarahkan

jalannya permainan. Permainan ini dianggap cukup membantu siswa dalam

memperoleh materi dengan cara yang menyenangkan. Siswa cenderung merasa

bermain disaat mereka sedang memperoleh pengetahuan yang baru.

Pada mata pelajaran IPS, guru dapat menuliskan informasi-informasi

penting, soal yang harus dikerjakan, soal yang harus dibuat sendiri untuk

kelompok lain, atau tambahan poin untuk kelompok.

2.1.3.2 Cara Bermain KAMU

Aturan permainan kamu cukup mudah. Sebelum memulai permainan, guru

perlu menyiapkan materi ajar yang hendak disampaikan. Materi tadi dituliskan

beberapa bagian dalam kartu ilmu yang nantinya diambil kelompok saat

permainan.

Permainan KAMU dimulai dengan mengambil KAMU yang telah

diletakkan guru di dalam amplop. Setiap perwakilan kelompok dapat mengambil 1

KAMU dan langsung mengerjakannya bersama dengan kelompok sesuai dengan

langkah-langkah problem solving. Kelompok yang sudah berhasil mengerjakan

KAMU yang diambil sebelumnya, dapat melanjutkan permainan dengan

mengambil KAMU berikutnya. Kelompok yang sudah selesai mengerjakan

KAMU dapat mengoreksi kembali hasil kerjanya sebelum mempresentasikan di

depan kelas.

22

2.1.3.3 Manfaat Permainan KAMU

Permaian KAMU memiliki banyak manfaat bagi guru dan juga siswa,

manfaat itu antara lain, melalui permainan KAMU, guru menjadi lebih aktif dalam

mempersiapkan materi ajar. Materi dan tugas berupa soal-soal yang tercantum

dalam KAMU menjadi materi ajar yang menarik dan praktis. Selain itu peran guru

di dalam kelas tidak terlalu menonjol, siswa akan cenderung lebih aktif dan dapat

berfikir lebih kreatif.

Permainan KAMU akan menjadi permainan yang tidak membosankan bagi

siswa. Jika biasanya mereka hanya mendapat materi dengan cara mendengarkan

penjelasan guru, sekarang mereka dapat mendapat informasi dan juga

menyelesaikan masalah atau soal yang didapat dari usahanya. Permainan KAMU

juga mengajarkan sikap tanggung jawab, toleransi, serta kerjasama bagi siswa di

dalam kelompoknya. Selain hasil akhir, permainan ini juga dapat menilai proses

serta perubahan sikap apa yang terjadi pada masing-masing siswa. Ketika siswa

melakukan permainan, terkadang mereka merasa kegiatan ini bukanlah kegiatan

belajar namun kegiatan bersenang-senang. Hal ini menunjukkan bahwa mereka

merasa senang dengan cara belajar yang baru, bukan hanya mendengarkan guru

menjelaskan dan mencatat materi.

2.1.4 Sintaks Metode Problem Solving

Tabel 3

Sintaks Metode Problem Solving Berbantuan Permainan KAMU yang Sesuai

dengan Standar Proses

Kegiatan Uraian Kegiatan

Kegiatan Awal

(Apersepsi)

- Pada awal kegiatan, guru memulai dengan

mengucapkan salam dan berdoa bersama menurut

kepercayaan masing-masing.

- Guru melakukan absensi serta menanyakan kabar

23

siswa sebelum pelajaran di mulai.

- Guru memberikan motivasi dan semangat

- Guru memberikan kesempatan siswa untuk

mempersiapkan buku, alat tulis, dan perlengkapan

lain sebagai penunjang pembelajaran IPS.

Kegiatan Inti:

Eksplorasi

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

“Anak-anak, hari ini kita akan belajar

tentang…setelah pembelajaran kalian diharapkan

dapat ….”

- Guru mengingatkan sedikit materi pelajaran

sebelumnya dan menggali informasi baru tentang

materi ajar yang akan disampaikan.

- Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok kecil.

Elaborasi - Guru menjelaskan aturan main permainan KAMU

(kartu ilmu) dan langkah-langkah problem solving

yang akan diikuti siswa.

- Apabila setiap kelompok sudah mendapat masing-

masing 1 kartu, kelompok diminta untuk

mengamati soal yang tersedia di KAMU yang

mereka peroleh.

- Siswa di dalam kelompok berusaha untuk mencari

permasalahan dari KAMU yang diberikan guru.

- Siswa mencari sebab akibat dari permasalahan

yang timbul.

- Siswa mencari informasi tentang pemecahan

masalah tersebut.

- Siswa membuat hipotesa jawaban.

- Siswa menguji hipotesa.

- Siswa mencari jawaban dari pengujian hipotesa

24

dan membuat kesimpulan berupa laporan hasil

diskusi. Hasil diskusi dituangkan dalam bentuk

tuisan, gambar, atau diagram sesuai dengan

perintah yang terdapat dalam kartu.

- Jika pertanyaan atau perintah dalam kartu sudah

dilaksanakan, kelompok berhak untuk

melanjutkan permainan.

Konfirmasi - Setelah pekerjaan yang telah dilakukan, guru

melakukan evaluasi dengan menunjuk kelompok

untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan

kelas. Kelompok sebagai presentator menjelaskan

apa yang telah dikerjakan, sedangkan kelompok

lain menjadi pengamat dan dapat memberikan

saran atau masukan bagi kelompok presentator.

- Guru memberikan kesempatan kepada siswa

muapun kelompok untuk mengajukan pertanyaan

tenang apa yang belum dimengerti.

- Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang

pembelajaran hari ini.

Penutup - Guru memberikan soal evaluasi singkat untuk

mengetahui seberapa jauh pencapaian hasil

belajar, soal diberikan secara individu dan

langsug dikumpulkan.

- Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan

rumah.

- Setelah itu, guru menyampaikan pesan moral.

- Guru memberikan salam.

25

2.1.5 Hasil Belajar

2.1.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Makna hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,

baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari

kegiatan belajar.Pengertian hasil belajar seperti yang diuraikan tadi dipertegas

oleh Nawawi dalam Ahmad Susanto (2013: 5) bahwa hasil belajar dapat diartikan

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah

yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah

materi pelajaran tertentu.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar

merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu

proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan

perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan

instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam

belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan

instruksional.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar telah sesuai dengan tujuan yang

dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh

Ahmad Susanto (2013: 5), evaluasi merupakan suatu proses penggunaan

informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah

memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi ini dapat

dijadikan tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan

siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan

ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian,

penilaian hasil belajar siswa terdiri atas segala hal yang dipelajari di sekolah, baik

itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata

pelajaran yang diberikan kepada siswa.

26

2.1.5.2 Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi pemahaman

konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa

(aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom dalam Ahmad Susanto (2013: 6) diartikan

sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang

dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu

menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru

kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami dan mengerti apa yang

di baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang dia rasakan berupa hasil

penelitian langsung yang dia lakukan.

b. Keterampilan Proses

Melatih keterampilan proses secara bersamaan dikembangkan pula sikap-

sikap yang dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab,

dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.

Indrawati dalam Ahmad Susanto (2013: 9) merumuskan bahwa keterampilan

proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif

maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep,

untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk

melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Dengan kata lain,

keterampilan ini digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan

konsep, prinsip, dan teori.

c. Sikap

Menurut Lange dalam Ahmad Susanto (2013: 10), sikap tidak hanya

merupakan aspek mental semata, melainkan terdiri atas aspek respon fisik.Jadi,

sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak.Jika

mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak jelas sikap seseorang yang

ditunjukkannya. Selanjutnya, Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap

terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu: komponen kognitif,

27

afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu oleh sikap. Komponen efektif merupakan perasaan

yang menyangkut emosional.Komponen konatif merupakan aspek

kecenderungan perilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.

2.1.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan.

Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami

perkembangan.Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari

diri siswa sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan

berfikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik

jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana,

kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan

lingkungan, keluarga, dan lingkungan.

Tinggi rendahnya hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

(Russefendi dalam Ahmad Susanto, 2013: 15), yaitu:

1. Kecerdasan anak

Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi

terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta

terpecahkannya suatu masalah. Kecerdasan siswa sangat

membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu

mengikuti pelajaran yang diberikan.

2. Kesiapan atau kematangan

Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan di

mana individu atau organ-organsudah berfungsi sebagaimana

mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini

sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh

karena itu, setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan

bersamaan dengan tingkat kematangan individu, karena

28

kematangan ini erat hubungannya dengan masalah minat dan

kebutuhan anak.

3. Bakat anak

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap

orang memiliki bakat untuk mencapai prestasi sampai tingkat

tertentu.

4. Kemauan belajar

Tugas guru yang cukup berat adalah membuat anak menjadi

mau belajar atau giat belajar. Keengganan siswa untuk belajar

mungkin disebabkandia belum mengerti bahwa belajar sangat

penting untuk kehidupan kelak.

5. Minat

Minat adalah suatu kecenderungan gairah atau keinginan

yang tinggi terhadap segala sesuatu. Jika seorang siswa memiliki

minat yang tinggi terhadap pelajaran di sekolah, maka hasil

belajarnya akan berpengaruh.

6. Model penyajian materi pelajaran

Keberhasilan siswa dalam belajar juga dipengaruhi oleh

model penyajian materi pelajaran. Model penyajian materi yang

menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah

dimengerti oleh para siswa tentu berpengaruh akan hasil

belajarnya.

7. Pribadi dan sikap guru

Kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif

dalam perilakunya, maka siswa akan meniru gurunya yang aktif

dan kreatif ini. Perilaku dan sikap guru yang baik ini tercermin

dari sikap ramah, lemah lembut, kasih sayang, membimbing

dengan penuh perhatian, tidak cepat marah, tegas, tanggap

terhadap keluhan siswa, antusias dan semangat dalam mengajar,

memberikan penilaian yang objektif, rajin, disiplin, serta bekerja

29

penuh dedikasi dan bertanggungjawab dalam segala tindakan

yang dilakukannya.

8. Suasana pengajaran

Suasana pengajaran sangat berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa dan dalam proses belajar mengajar memerlukan

suasana yang tenang. Terjadinya dialog yang kritis antara guru

dan siswa dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa

tentu akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran.

9. Kompetensi guru

Seorang guru yang profesional akan memiliki kompetensi-

kompetensi yang dibutuhkan dalam kemampuan mengajarnya.

Keberhasilan siswa akan banyak dipengaruhi dari kemampuan

guru yang profesional.

10. Masyarakat

Di dalam hidup bermasyarakat terdapat berbagai macam

tingkah laku manusia beserta latar belakang pendidikannya. Oleh

karena itu, pantaslah dalam dunia pendidikan, lingkungan

masyarakat akan mempengaruhi kepribadian siswa. Hal inilah

yang menimbulkan perubahan tingkah laku anak di luar sekolah.

2.1.6 Hubungan Antara Metode Problem Solving berbantuan Media

Permainan KAMU dengan Hasil Belajar

Problem solving merupakan metode mengajar yang menarik bagi siswa

pada masa sekarang ini. Metode ini mampu untuk menguatkan idea tahu gagasan

yang dimiliki siswa. Mereka dapat berupaya untuk mengeluarkan pendapat dan

mencari jawaban dari setiap permasalahan yang muncul. Siswa tidak lagi seperti

botol kosong yang hanya diisi air oleh guru, namun mereka seperti tanaman yang

terus tumbuh dengan usaha mandiri mencari sumber makanannya.

Melalui permainan KAMU, siswa diajak untuk lebih memahami setiap

persoalan yang didapatnya. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode

30

problem solving ini dapat dengan mudah diterapkan dalam permainan KAMU.

Guru sebagai fasilitator dapat dengan mudah menilai proses pembelajaran yang

dilakukan siswa.

Hubungan yang dapat dilihat dari metode problem solving berbantuan

media permainan KAMU adalah hasil belajar yang diperoleh siswa. Salah satu

aspek keberhasilan siswa adalah minat belajar yang tinggi. Minat merupakan sifat

yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya

terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang

diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para

ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Slameto

menyatakan “Interest is persisting tendency to pay attention to end enjoy some

activity and content (1991:57). Minat siswa yang tinggi terhadap pembelajaran

yang berlangsung akan menimbulkan hasil belajar yang tinggi.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eni Binarti

dengan judul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS melalui Pendekatan

Problem Solving Kelas IV SD N Candiareng Warungasem Kabupaten Batang”

yang dilakukan tahun 2011, dalam penelitian tersebut disimpulkan : Hasil

penelitian pra tindakan, siklus I, siklus II, meningkat dengan memperoleh nilai

rata - rata pra tindakan 63,91% sedangkan hasil siklus I memiliki rata - rata

80,00% dan pada siklus II sangat meningkat menjadi 94,23% dari hasil yang

diperoleh bahwa prestasi belajar siswa dinyatakan berhasil.Peningkatan prestasi

belajar siswa berkaitan erat dengan minat belajar. Siswa yang memiliki minat

tinggi akan mendapatkan prestasi belajar yang tinggi juga.. Sedangkan siswa yang

tidak memiliki minat belajar akan mendapatkan prestasi belajar yang kurang

dalam proses pembelajaran.

Kelebihan dalam penelitian ini adalah siswa lebih kreatif dalam

memecahkan masalah yang ada pada materi tersebut. Siswa juga lebih aktif untuk

31

mencari tahu pemecahan dari masalah pada materi tersebut dengan menggunakan

proyek yang siswa buat. Siswa dapat lebih kritis dalam menganalisa materi, siswa

dapat lebih perhatian dengan guru dan menimbulkan ketertarikan siswa dengan

berani menanyakan materi yang belum diketahui. Kelemahan penelitian ini

terletak pada fokus guru yang memonitoring siswa yang tidak menyeluruh.

Karena fokus guru yang terbagi–bagi menyebabkan beberapa siswa kurang

konsentrasi.

Penelitian kedua oleh Erwin Putera Permana denan judul “Meningkatkan

Hasil Belajar Melalui Metode Problem Solving Dalam Pembelajaran IPS Kelas IV

SDN Beji 01 Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semaarang “, yang dilakukan

tahun 2011, dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa penerapan metode

problem solving dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS. Kelebihan

penelitian ini adalah pada siklus I terjadi peningkatan 64%, pada siklus II

peningkatan mencapai 97 %. Berdasarkan penelitian yg dilakukan terjadi

peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang terlihat pada siklus I dan II.

Peningkatan aktivitas belajar siswa berkaitan erat dengan minat belajarnya. Siswa

yang memiliki minat tinggi akan melakukan aktivitas belajar secara total.

Sedangkan siswa yang tidak memiliki minat belajar memiliki aktivitas yang

kurang dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan Erwin, terdapat kelebihan

untuk menimbulkan keterlibatan siswa dalam mencari informasi dan pemecahan

masalah.Siswa memecahkan masalah bersama teman sekelompok dan bertukar

fikiran sehngga menuangkan ide kreatif dengan memodifikasi pendapat yang

berbeda.Sedangkan kelemahan yang terdapat pada penelitian ini adalah

pengalokasian waktu yang kurang dalam pembelajaran untuk memecahkan

masalah.

Penelitian Mei Erayanti yang berjudul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar

IPS melalui Pendekatan Problem Solving pada kelas V SD Negeri Ngepungrojo

92 Pati“ yang dilakukan tahun 2013, dalam penelitian tersebut disimpulkan :

32

pelaksanaan pembelajaran berkategori baik, dan rata - rata nilai akhir dari setiap

siklusnya terjadi peningkatan. Pada siklus 1 sebesar 70% dan Siklus 2 meningkat

menjadi 90%.Kelemahannya adalah pendekatan problem solving baru dilakukan

oleh guru setelah ada penelitian yang membuktikan pendekatan problem solving

meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,

terlihat bahwa hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Ada

hubungan erat antara hasil belajar yang tinggi dengan minat siswa. Ketika siswa

memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran yang sedang berlangsung, maka

siswa mengupayakan agar hasil belajarnya menjadi tinggi. Siswa akan

memperhatikan penjelasan guru, mencatat hal-hal penting saat pelajaran, dan

berusaha mendapat nilai yang baik. Oleh sebab itu, minat belajar siswa yang

tinggi menyebabkan hasil belajar yang tinggi pula.

Kelebihan dari penelitian yang dilakukan Mei adalah siswa menjadi lebih

fokus untuk memperhatikan pelajaran karena pendekatan yang digunakan

merupakan pendekatan yang baru digunakan dalam pembelajaran di SD tersebut.

Kelemahan dari penelitian ini adalah alokasi waktu yang kurang dalam

pembelajaran. Kajian hasil penelitian yang relevan dapat dilihat secara rinci pada

tabel berikut.

Tabel 4

Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

NoNama

Peneliti /Tahun

Mapel/Kelas Variabel Bebas

Variabel Terikat

Minat/Kreatifitas

Hasil BelajarSiklusI (%)

SiklusII (%)

1.Eni Binarti

(2011)IPS/4

Metode problemsolving

63,91 94,23

2.Erwin Putera

.P(2011)

IPS/4Metode problem

solving64 97

3.Mei Erayanti

(2013)IPS/5

Metode problemsolving

70 90

4.KhoirulHasan(2016)

IPS/4Metode problem

solving

33

Penelitian yang dilakukan selanjutnya akan diterapkan pada kelas 5 pada SDN 01

Tanggel, Kabupaten Blora. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian

sebelumnya, yaitu menggunakan metode problem solving. Namun terdapat

perbedaan yaitu, menggunakan alat peraga sebagai alat bantu penyampaian

pembelajaran. Alat bantu itu adalah KAMU (kartu ilmu) yang disesuaikan dengan

materi ajar yang akan disampaikan. Penggunaan alat peraga bukan menjadi

variable tambahan, namun sebagai alat bantu dalam penyampaian materi

menggunakan metode problem solving.

2.3 Kerangka Berfikir

Metode problem solving dalam proses belajar mengajar, siswa tidak saja

dapat menghilangkan kejenuhan, kebosanan dan rasa malas, tetapi bisa

memperoleh hiburan, kesenangan, pengalaman baru, pengetahuan, variasi dari

rutinitas pembelajaran yang monoton. Penambahan atau inovasi pembelajaran

dengan menggunakan permainan KAMU adalah salah satu inovasi pembelajaran

pada jaman ini. Dengan mempertimbangkan karakter dan perkembangan siswa,

guru dapat merencanakan pembelajaran yang dibuat dengan matang dalam proses

pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa menggunakan

model pembelajaran problem solving dan mengajak siswa ikut serta dalam proses

KBM sehingga siswa menjadi aktif. Keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa

dalam bentuk sikap, perhatian, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran guna

menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari

kegiatan tersebut. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat

menunjukkan sejauh mana minat belajar siswa.

34

Gambar 1 Kerangka Berfikir

Hasil belajar siswarendah

Dilakukantindakan

Guru menggunakan metodeproblem solving dengan media

permainan KAMU.

Siswa berpikir aktif dan lebihtertarik dalam pelajaran

Kemampuanmengingat dan

memahami materilebih baik

Hasil belajarsiswa meningkat

Kondisi Awal

Pembelajaran bersifatkonvensional yang hanya

berpusat pada Guru akibatnyaSiswa malas memperhatikan

dan bosan

Hasil akhir

Siklus I

Siklus II

35

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesa tindakan dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah:

a. Penerapan metode problem solving berbantuan permainan KAMU diduga

dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SDN 01 Tanggel

Kabupaten Blora.

b. Penerapan langkah-langkah metode problem solving berbantuan permainan

KAMU yang sesuai sintaks diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa

kelas 5 semester 2 SDN 01 Tanggel Kabupaten Blora.