The Chemistries.docx

20
~¤The Chemistries¤~ Tempat berbagi tulisan tentang kimia dan fiksi Rabu, 15 Agustus 2012 [Makalah] Radiokimia "Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Kedokteran" BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiasi dan radioisotop telah lama dikenal manusia, yaitu sejak ditemukanya teknik perunut oleh Hevesy pada tahun 1923, sehingga menambah kemajuan teknik nuklir untuk di gunakan dibidang kedokteran dan industri. Ada beberapa sumber radiasi dilingkungan kita, antara lain televisi, lampu penerangan, komputer. Selain itu ada sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah yaitu berada di air, udara dan lapisan bumi. Sumber radiasi dari unsur alamiah adalah thorium dan uranium berada di lapisan bumi, sedangkan karbon dan radon berada di udara. Selain sumber radiasi alami terdapat juga sumber radiasi buatan manusia. Ada dua sumber radiasi buatan manusia yaitu sumber radiasi pengion dan non pengion. Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan efek ionesasi apabila berinteraksi dengan sel-sel hidup. Jenis radiasi pengion adalah alpha, beta, gamma, neutron dan sinar-X. Radiasi nonpengion adalah jenis radiasi yang tidak menyebabkan

Transcript of The Chemistries.docx

Page 1: The Chemistries.docx

~¤The Chemistries¤~ Tempat berbagi tulisan tentang kimia dan fiksi

Rabu, 15 Agustus 2012

[Makalah] Radiokimia "Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Kedokteran"

BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Radiasi dan radioisotop telah lama dikenal manusia, yaitu sejak ditemukanya teknik

perunut oleh Hevesy pada tahun 1923, sehingga menambah kemajuan teknik nuklir untuk di

gunakan dibidang kedokteran dan industri. Ada beberapa sumber radiasi dilingkungan kita,

antara lain televisi, lampu penerangan, komputer. Selain itu ada sumber radiasi yang bersifat

unsur alamiah yaitu berada di air, udara dan lapisan bumi. Sumber radiasi dari unsur alamiah

adalah thorium dan uranium berada di lapisan bumi, sedangkan karbon dan radon berada di

udara.

Selain sumber radiasi alami terdapat juga sumber radiasi buatan manusia. Ada dua

sumber radiasi buatan manusia yaitu sumber radiasi pengion dan non pengion. Radiasi

pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan efek ionesasi apabila berinteraksi

dengan sel-sel hidup. Jenis radiasi pengion adalah alpha, beta, gamma, neutron dan sinar-X.

Radiasi nonpengion adalah jenis radiasi yang tidak menyebabkan ionesasi apabila

berinteraksi dengan ion-ion hidup. Jenis radiasinya meliputi gelombang radio, televisi,

gelombang radar dan lain-lainya (Suyatno, 2010).

Bidang kedokteran yang menggunakan isotop untuk keperluan diagnosis maupun

terapi dikenal dengan bidang kedokteran nuklir. Bidang kedokteran lain yang memanfaatkan

radiasi untuk keperluan diagnosis dan terapi adalah bidang radiologi. Perbedaan antara kedua

bidang tersebut terletak pada jenis sumber radiasi yang digunakan. Bidang radiologi

menggunakan sumber radiasi terturup, sedangkan bidang kedokteran nuklir menggunakan

sumber radiasi terbuka. Ditinjau dari sisi keselamatan penggunaan sumber radiasi tertutup

lebih mudah penanganannya, karena tidak mengakibatkan terjadinya kontaminasi internal.

Page 2: The Chemistries.docx

1.2              Rumusan Masalah

a.       Bagaimana suatu unsur dapat dikatakan radioisotop?

b.      Apa saja aplikasi radioisotop dalam bidang kedokteran serta resiko yang dapat ditimbulkan?

1.3              Tujuan Penulisan

a.       Mengetahui apa yang dimaksud dengan radioisotop.

b.      Mengetahui sifat positif dari radiasi.

c.       Mengetahui aplikasi radioisotop di bidang kedokteran.

d.      Mengetahui resiko dari penggunaan radiasi.

1.4              Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi mengenai

manfaat dan aplikasi dari radioisotop dalam bidang kedokteran serta resiko yang dapat

ditimbulkan oleh radiasi.

Page 3: The Chemistries.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Radioisotop

Reaksi nuklir merupakan reaksi yang melibatkan inti dari suatu atom. Reaksi nuklir

ada yang terjadi secara spontan ataupun buatan. Reaksi nuklir spontan terjadi pada inti-inti

atom yang tidak stabil. Zat yang mengandung inti tidak stabil ini disebut zat radioaktif.

Adapun reaksi nuklir tidak spontan dapat terjadi pada inti yang stabil maupun inti yang tidak

stabil. Reaksi nuklir disertai perubahan energi berupa radiasi dan kalor. Berbagai jenis reaksi

nuklir disertai pembebasan kalor yang sangat dasyat, lebih besar dari suatu reaksi kimia biasa

(Arma, 2004). Unsur yang secara alami bersifat radioaktif banyak terdapat di alam. Semua

isotop yang bernomor atom diatas 83 bersifat radioaktif. Unsur yang bernomor atom 83 atau

kurang mempunyai isotop yang stabil kecuali teknesium dan promesium. Isotop yang bersifat

radioaktif disebut isotop radioaktif atau radio isotop, yaitu isotop yang memancarkan radiasi

(Siregar,2004).

Suatu unsur dikatakan radioisotop atau isotop radioaktip ialah apabila unsur tersebut

dapat memancarkan radiasi. Pada umumnya radioisotop digunakan untuk berbagai keperluan

seperti dalam bidang kedokteran dan industri. Radioisotop yang digunakan tersebut tidak

terdapat di alam, disebabkan waktu paruh dan beberapa factor lainnya yang kurang

memenuhi persyaratan. Untuk beberapa tujuan radioisotop harus dikombinasikan dengan

senyawa tertentu melalui bebarapa cara reaksi kimia. Dengan demikan tujuan utama produksi

radioisotop ialah menyediakan unsur atau senyawa radioaktif tertentu yang memenuhi

persyaratan sesuai penggunaanya (Suyatno, 2010).

Sedangkan isotop yang tidak radioaktif disebut isotop stabil. Dewasa ini, radioisotop

dapat juga dibuat dari isotop stabil. Jadi disamping radioisotop alami juga terdapat

radioisotop buatan. Dua kegiatan utama dari pemanfaatan tekhnologi nuklir khususnya

mengenai radioisotop adalah pemanfaatan dalam bidang energi dan pemanfaatan di luar

energi. Pemanfaatan di luar energi misalnya pada reaktor penelitian. Di dalam teras reaktor

penelitian dapat digunakan untuk memproduksi radioisotop dan melakukan berbagai

penelitian dengan radiasi.

Produksi radioisotop dengan proses aktivasi dilakukan dengan cara menembaki isotop

stabil dengan neutron di dalam teras reaktor. Proses ini lazim disebut irradiasi neutron,

sedang bahan yang disinari disebut target atau sasaran. Neutron yang ditembakkan akan

masuk ke dalam inti atom target sehingga jumlah neutron dalam inti target tersebut

Page 4: The Chemistries.docx

bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga berubah

sifat menjadi radioaktif. Reaktor penelitian juga dilengkapi dengan fasilitas Xenon Loop yang

terletak di dalam tabung berkas dan merupakan tempat untuk melakukan irradiasi gas xenon-

124 (124 Xe) sehingga menjadi radioisotop 125 I yang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan

medis (Akhadi, 2004).

2.2 Penggunaan Radioisotop

Pemanfaatan radioisotop semakin luas dalam berbagai bidang. Secara garis besar,

penggunaan radioisotop buatan dibagi menjadi 2 golongan utama. Yaitu, sebagai perunut

( tracer ) dan sumber radiasi. Pengunaan radioisotop sebagai perunut didasarkan pada

pengertian bahwa isotop radioaktif mempunyai sifat kimia yang sama dengan isotop stabil.

Jadi suatu isotop radioaktif melangsungkan reaksi kimia, yang sama seperti isotop stabilnya.

Sedangkan penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan pada kenyataan bahwa

radiasi yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi materi maupun mahluk hidup.

Radiasi dapat digunakan untuk memberi efek fisis, efek kimia maupun efek biologi (Nurlaila,

2002).

Prinsip radioisotop sebagai perunut yaitu menambahkan bahan radioisotop tersebut ke

dalam suatu sistem (baik sistem fisika, kimia, maupun biologi). Karena radioisotop tersebut

mempunya sifat kimia yang sama dengan sisten tersebut maka radioisotop yang telah

ditambahkan dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga perubahan senyawa

pada sistem dapat dipantau. Penggunaannya dalam berbagai bidang antara lain bidang

pertanian, bidang hidrologi, bidang biologis, bidang industry dan bidang kedokteran.

2.3 Kedokteran Nuklir

Radiasi mempunyai salah satu sifat merusak. Ini terjadi akibat interaksi radiasi dengan

materi yang secara langsung atau langsung menimbulkan pengionan. Dari hasil penelitian

para pakar nuklir menunjukkan bahwa radiasi disamping mempunyai sifat negatif tetapi tidak

sedikit pula segi positifnya.Sumber radiasi yang digunakan untuk diagnose maupun terapi

dalam kedokteran nuklir disebut radiofarmaka. Radiofarmaka harus memiliki karakteristik

dalam penggunaan, baik diagnostik,terapi dan penelitian. Karakteristik tersebut mencangkup

tranlokasinya, depositnya dan metabolisme dalam tubuh.

Radiofarmaka yang digunakan berupa senyawa garam sederhana atau berupa senyawa

organic bertanda. Contoh Na – I – 131 berupa garam sederhana, yang digunakan untuk uji

kelenjar gondok (thyroid), Hippuran – I – 131 senyawa organik bertanda, untuk pemeriksaan

Page 5: The Chemistries.docx

fungsi ginjal. Rancangan radiofarmaka pada umumnya harus memenuhi syarat-syarat tertentu

antara lain (Suyatno, 2010):

1) Untuk diagnostik

- Waktu paruh pendek

- Aktivitas serendah mungkin

- Pemancar gamma

- Suntikan harus steril

- Energi yang dipancarkan 30- 600 KeV.

2) Untuk Terapi

- Waktu paruh panjang

- Aktivitas disesuaikan dengan perhitungan yang diperlukan

- Pemancaran beta murni

- Terlokalisir ditempat yang diobati

- Energi yang dipancarkan antara 500 –1000 KeV.

Berbagai jenis radioisotop digunakan sebagai perunut untuk mendeteksi (diagnosa)

berbagai jenis penyakit misalnya : teknesium (Tc-99), talium-201 (Ti-201), iodin 131(I-131),

natrium-24 (Na-24), ksenon-133 (xe-133) dan besi (Fe-59). Tc-99 yang disuntikkan ke dalam

pembuluh darah akan diserap terutama oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti

jantung, hati dan paru-paru Sebaliknya Ti-201 terutama akan diserap oleh jaringan yang sehat

pada organ jantung.

Oleh karena itu, kedua isotop itu digunakan secara bersama-sama untuk mendeteksi

kerusakan jantung. I-131 akan diserap oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu

dari otak. Oleh karena itu, I -131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar

gondok, hati dan untuk mendeteksi tumor otak. Larutan garam yang mengandung Na-24

disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk mendeteksi adanya gangguan peredaran darah

misalnya apakah ada penyumbatan dengan mendeteksi sinar gamma yang dipancarkan isotop

Natrium tsb.

Xe-133 digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru. P-32 untuk penyakit mata,

tumor dan hati. Fe-59 untuk mempelajari pembentukan sel darah merah. Kadang-kadang,

radioisotope yang digunakan untuk diagnosa, juga digunakan untuk terapi yaitu dengan dosis

yang lebih kuat misalnya, I-131 juga digunakan untuk terapi kanker kelenjar tiroid.

Radioisotop perunut biasanya juga digunakan untuk mendiagnosis penyakit yang terdapat di

dalam organ tubuh. Untuk tujuan diagnosis, pemeriksaan secara kedokteran nuklir dapat

dilakukan dengan mudah, murah, serta dihasilkan informasi diagnosis yang akurat. Dari

Page 6: The Chemistries.docx

diagnosis ini dapat diperoleh informasi tentang fungsi organ tubuh yang diperiksa serta

gambaran anatominya. Tes diagnostik dengan radioisotop dapat digunakan untuk

mengetahui:

1. Baik tidaknya fungsi organ tubuh.

2. Proses penyerapan berbagai senyawa tertentu oleh tubuh.

3. Menentukan lokasi dan ukuran tumor dalam organ tubuh.

Technicium-99m (99m Tc) merupakan salah satu jenis radioisotop yang paling

banyak digunakan untuk diagnosis. Radioisotop yang ditemukan oleh Perrier dan Serge pada

1961 ini dipilih karena mempunyai waktu paro sangat pendek, yaitu enam jam, sehingga

dosis radiasi yang diterima pasien sangat rendah. Penggunaan radioisotop sebagai sumber

radiasi pada prinsipnya menggunakan unsur radioisotop untuk mempengaruhi materi atau

unsur lain. Dengan pengertian bahwa radiasi yang dipancarkan oleh unsur radioisotop

tersebut dapat meubah susunan, struktur maupun komposisi dari suatu materi sehngga dapat

merubah sifat dari materi yang dipengaruhi.

2.4 Aplikasi dalam Bidang Kedokteran

Pemanfaatan unsur radioisotop dalam bidang kedokteran, antara lain (Suyatno, 2010):

2.4.1 Pemeriksaan IN VIVO

Pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan secara in vivo (dalam tubuh) atau in vitro

(diluar tubuh). Secara in vivo pasien diberi radioisotop baik secara oral (melalui mulut),

suntikan atau inhalasi (pernafasan), kemudian dideteksi aktivitasnya dari luar tubuh. Pada

pemeriksaan in vivo senyawa yang dipilih adalah senyawa yang mempunyai mekanisme

pengangkutan maupun metabolism dalam tubuh yang sesuai dengan organ yang diperiksa.

Misalnya : pemeriksaan tulang, dipakai phosphate-Tc-99m, pemeriksaan kelenjar gondok di

gunakan Na-I-131. Radioisotop yang digunakan untuk keperluan in vivo, pada umumnya

pemancar gamma, karena radiasi gamma mempunyai daya tembus yang besar dan dapat

menembua keluar dari tubuh serta dapat dideteksi. Cara Pemeriksaan IN VIVO:

1. Pemeriksaan Fungsi Kelenjar Gondok

Untuk pemeriksaan kelenjar gondok digunakan Na-I-131 atau Pertechnetate-Tc-99m.

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk diagnosa penyakit gondok endemik. Hal ini

disebabkan kerana kurangnya kandungan Iodium pada makanan atau minuman penderita.

Jika kandungan iodium dalam makanan atau minuman sangat rendah, kebutuhan iodium

dalam tubuh tidak terpenuhi. Akibatnya bila diberi Na-I-131 atau pertechnetate Tc-99m,

sebagian besar akan diserap oleh kelenjar gondok. Hasil pemeriksaan selanjutnya

Page 7: The Chemistries.docx

dibandingkan dengan harga normal, dan akan nampak adanya daerah yang menunjukkan

aktifitas tinggi.(hot nodule), aktivitas rendah (cold nodule) atau adanya kelainan anatomis

disekitar kelenjar gondok.

2. Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Senyawa Hippuran – I – 131 yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui pembuluh

balik lengan dengan cara di suntikan dan dideteksi pada daerah ginjal kiri dan kanan, dapat

memberikan informasi mengenai fungsi ginjal. Hasil pemeriksaan ditampilkan dalam bentuk

kurve dan penilaian terhadap fungsi ginjal di dasarkan pada kecepatan setiap fase dan bentuk

kurve.

3. Pemeriksaan Funsi Hati

Radioisotop yang digunakan pada pemeriksaan adalah Tc-99m, Au-98, I-131, NaI-

131 yang dimasukkan dalam tubuh dan dengan bantuan scanner dapat diperoleh hasil berupa

gambaran yang dapat memberikan informasi antara lain :

a. Ukuran hati

b. Adanya kelainan disekitar jaringan hati.

c. Respon jaringan hati terhadap hasil pengobatan penyakit hati

d. Adanya kelainan bawaan hati.

4. Terapi Tumor atau Kanker.

Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi. Sebenarnya, baik sel

normal maupun sel kanker dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor ternyata

lebih sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor dapat dimatikan

dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker tersebut (Amri, 2004).

2.4.2 Pemeriksaan IN VITRO

Cara in vitro dilakukan dengan mengambil sampel dari pasien (misal darah).

Selanjutnya dianalisis dengan metoda yang menggunakan radioisotope (dengan RIA = Radio

Immuno Assay). Teknik RIA berfungsi untuk mengukur kandungan hormon tertentu dalam

darah. Dasar teknik RIA adalah reaksi spesifik antigen-antibodi. Contoh: pemeriksaan

hormon insulin dalam darah. Untuk itu digunakan antibodi terhadap insulin (AB) dan antigen

insulin yang diberi tanda radioisotop (Ag)+, sehingga insulin dalam darah bertindak sebagai

antigen yang tidak bertanda (Ag). Apabila Ag, Ag+ dan Ab dicampur akan terjadi komposisi

anatara Ag dan Ag+ untuk berikatan dengan Ab. Akhirnya akan diperoleh ikatan sebagai

berikut :

Ab Ag +

Page 8: The Chemistries.docx

Ab Ag

Ag bebas dan Ag+ bebas Jika Ab – Ag dan Ab – Ag+ dipisahkan dari campuran dan di cacah

maka diperoleh informasi cacah Ag + yang membentuk ikatan Ab – Ag+ . Kebolehjadian

didapatkannya Ag dibanding Ag+ didalam ikatan sesuai dengan perbandingan antara Ag total

dan Ag+ total. Dalam kit RIA biasanya disediakan beberapa Ag standart yang telah diketahui

standartnya, sehingga akan diperoleh informasi tentang kadar Ag yang dikehendaki. Peralatan

kedokteran nuklir yang digunakan adalah:

a. Scanner

b. Renograf

c. Thyroid Uptake

d. RIA

2.4.3 Sterilisasi Alat-Alat Kedokteran

Prinsip sterilisasi adalah membebaskan alat tersebut dari semua jasad hidup terutama

jasad renik (mikroba). Secara umum teknik sterilisasi dapat dibagi menjadi 2 bagian

(Nurlaila, 2002):

1.      Sterilisasi panas menggunakan uap dan tekanan atau suhu 170 o C

2.      Sterilisasi dingin dengan menggunakan cara kimia atau cara radiasi

Alat kedokteran kebanyakan berbahan plastik sehingga tidak tahan terhadap sterilisasi panas,

untuk itu dilakukan sterilisasi cara radiasi menggunakan radioisotop. Alat-alat kedokteran

yang disterilkan dengan cara radiasi harus tahan terhadap dosis radiasi yang digunakan. Bila

bahan tersebut terurai karena radiasi maka hasil urainya tidak berpengaruh negatif.

Adapun keuntungan dari teknik sterilisasi radiasi dibanding teknik lain antara lain:

a.          Bahan atau alat dapat disterilkan dalam keadaan sudah terbungkus rapi, siap untuk

dipasarkan.

b.         Bahan pembungkus dan bahan kemasan mudah dipilih karena daya penetrasi yang kuat dari

sinar γ .

c.          Tidak perlu pengontrolan sistem sterilisasi.

d.         Kontaminasi silang dapat dihindari.

2.4.4 Penggunaan Sinar-X

Penggunaan sinar-X memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1) Menggunakan generator sinar-X

2) Menggunakan sumber tertutup (sealed source)

Page 9: The Chemistries.docx

3) Lebih bersifat untuk mengetahui kelainan secara anatomis.

Sinar-X dihasilkan dari tabung sinar-X yang hampa udara, dimana didalamnya

terdapat dua elemen yaitu anoda dan katoda. Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik

yang mempunyai energi tinggi, sehingga dapat menembus zat padat yang dilaluinya. Sinar-X

dibangkitkan dengan jalan menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu

tabung vacum. Elektron di hasilkan dari pemanasan filamen yang juga berfungsi sebagai

katoda. Pada saat arus listrik dari sumber dihidupkan, filamen akan mengalami pemanasan

sehingga kelihatan menyala. Dalam kondisi tersebut filamen akan mengeluarkan elektron.

Selanjutnya antara katoda dan anoda diberi beda potensial yang tinggi dengan orde

kilo Volt, sehingga mempunyai kecepatan dan energy kinetik yang tinggi bergerak dengan

capat menuju ke anoda. Terjadilah tumbukan tak kenyal sempurna antara elektron dan anoda.

Pada peristiwa tumbukan tersebut terjadilah pancaran sinar-X dari permukaan anoda.

Pemeriksaan dengan Pesawat Sinar-X

Pesawat sinar-X (pesawat Rontgen) dapat digunakan sebagai alat diagnose. Sebagai

alat untuk pemeriksa pasien pesawat sinar-X perlu dapat diatur dalam menghasilkan sinar-X.

Untuk itu ada tiga parameter yang harus diatur yaitu tegangan tinggi (kV), Arus (mA) dan

waktu expose (S). Pada saat melakukan pencitraan pada pasien tiga parameter tersebut harus

diatur, karena dalam pencitraan tiap-tiap orang berbeda. Pencitraan anak-anak beda dengan

orang dewasa. Pencitraan orang kurus beda dengan orang gemuk.

Pengaturan pencitraan ini bertujuan supaya hasil gambar yang dihasilkan pada film

baik dan memenuhi criteria kedokteran. Untuk meningkatkan kualitas gambar dalam

radiodiagnostik digunakan media kontras dengan cara memasukkan subtansi yang bisa

menyerap sinar-X lebih banyak kedalam tubuh yang sedang di diagnosis. Bahan yang biasa

digunakan media kontras adalah Barium (Ba) dan Iodium (I).

Faktor-faktor yang mempengaruhi gambar pada pencitraan antara lain :

1) Pengaruh Arus (mA). Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-X.

2) Pengaruh jarak. Jarak tabung sinar-X dengan obyek juga akan berpengaruh pada intensitas

sinar-X.

3) Pengaruh waktu (S). Waktu juga akan berpengaruh pada kualitas gambar, karena jika

waktunya panjang maka radiasi yang diterima obyek semakin banyak dan sebaliknya.

4) Pengaruh kiloVolt (kV). Perubahan kV menyebabkan perubahan pada daya tembus sinar-

X dan juga total intensitas berkas sinar-X akan berubah.

Sejalan dengan perkembangan teknologi terutama setelah ditemukanya image

prosesing (proses bayangan pencitraan) dengan komputer, maka memungkinkan proses

Page 10: The Chemistries.docx

pembentukan gambar pada film diubah dengan cara merekontruksi gambar dengan computer,

sehingga gambar dapat diperoleh dengan segera. Teknik image prossing mampu

membedakan antara jaringan yang satu dengan lainnya, misal jaringan yang sangat mirip

dalam otak manusia, yaitu antara substansia grisea dengan substansia alba. Perangkat yang

mampu mengolah gambar ini disebut Computed tomography scanner (CT-Scan). Perangkat

radiologi yang melengkapi dalam kedokteran nuklir adalah :

a. Pesawat sinar-X (Rontgen)

b. Pesawat Cobalt

c. Akselerator linier (Linac)

d. CT- Scan

2.5 Resiko Radiasi

Telah diketahui bahwa interaksi antara sinar-sinar pengion yang dipancarkan zat

radioaktif dengan sel-sel hidup dapat menimbulkan berbagai perubahan pada sel yang

dikenainya. Resiko radiasi yang berhubungan dengan tingkat radiasi pengionan telah banyak

diteliti dan dievaluasi. Hasil penelitian dan evaluasi tersebut dapat menjadi dasar upaya

keselamatan radiasi.

Table 2.1 Batas Dosis Pekerja Radiasi (Nurlaila, 2002)

Bagian TubuhNilai Batas Dosis per Tahun

mSv mrem

Seluruh tubuh 50 5000

Lensa mata 150 15000

Kulit 500 50000

Tangan 500 50000

Lengan 500 50000

Kaki 500 50000

Tungkai 500 50000

Untuk mengetahui resiko kematian akibat radiasi dapat dilakukan perbandingan dengan

kehidupan sehari-hari. Beberapa peneliti menyatakan bahwa resiko kematian 1 dalam 1000

yang diakibatkan oleh radiasi sebesar 10 rem, ekivalen dengan (Nurlaila, 2002):

a.       37000 mil perjalanan dengan mobil

b.      1800 rokok yang dihisap

c.       3,9 bulan hidup pada usia 40 tahun

Page 11: The Chemistries.docx

d.      15 hari hidup pada usia 60 tahun

Page 12: The Chemistries.docx

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1.      Suatu unsur dikatakan radioisotop atau isotop radioaktip ialah apabila unsur tersebut dapat

memancarkan radiasi

2.      Radiasi mempunyai dua sifat yaitu sifat merusak dan sifat yang dapat dimanfaatkan untuk

kesejahteraan masyarakat dalam berbagai bidang, salah satunya adalah dalam bidang

kedokteran.

3.      Aplikasi radioisotop dalam bidang kedokteran antara lain: pemeriksaan fungsi kelenjar

gondok, ginjal, hati, terapi tumor dan kanker, mengukur kandungan hormon tertentu dalam

darah, steriliasasi alat kedokteran serta rontgen dan CT-Scan.

4.      Resiko yang dapat ditimbulkan oleh radiasi ekivalen dengan 1800 rokok yang dihisap.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah perlu dikaji lebih lanjut mengenai

pemanfaatan radiasi dan radioisotop dalam berbagai bidang.

Page 13: The Chemistries.docx

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. 2004. Pemanfaatan Radioisotop Dalam Teknik Nuklir Kedokteran. Badan Tenaga Nuklir

Nasional: Jakarta.

Arma, A. J. A. 2004 . Zat Radio Aktif Dan Penggunaan Radio Isotop Bagi Kesehatan. Fakultas

Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara: Medan.

Nurlaila, Z. 2002. Penggunaan Teknik Nuklir dalam Bidang Kedokteran Nuklir dan Sterilisasi Serta

Resikonya bagi Kesehatan. Buletin BATAN Th. XXII No. 1: Jakarta.

Siregar, R. E. 2004. Aplikasi Damai Teknik Nuklir. FMIPA Unpad: Bandung

Suyatno,F. 2010. Aplikasi Radiasi dan Radioisotop dalam Bidang Kedokteran. STTN-BATAN &

Fak. Saintek UIN SUKA: Yogyakarta.

by Kejora pada 8/15/2012 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterestunsur radiokimia, tugas rx:

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Entri Populer

[Makalah] Total Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolve Solid (TDS)

 Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-ha...

[Makalah] Radiokimia "Aplikasi Radioisotop dalam Bidang Kedokteran"

BAB I PENDAHULUAN          1.1               Latar Belakang Radiasi dan radioisotop telah lama dikenal manusia, yaitu sejak dite...

unsur-unsur golongan VIA

GOLONGAN VI A Oksigen (O 2 ) ©     Sejarah Oksigen ( O 2 ) Oksigen ( O 2 ) merupakan unsur...

Page 14: The Chemistries.docx

[Proposal Penelitian] “Penentuan Kadar Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) pada Cangkang Sotong (Sepia sp.) dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom”

                                                            ABSTRAK             Sotong merupakan makanan laut yang kaya akan nutris...

unsur-unsur VA

Unsur-Unsur Golongan VA (Nitrogen) N ITROGEN (N) N omer Atom                : 7 Massa A...

it's me

Lihat profil lengkapku

follow me

rantai carbon

►   2013 (1)

▼   2012 (26) o ►   November (9) o ▼   Agustus (9)

[Novel] Summer's Desire Vol III Bab 2 [Artikel] "Terapi Gen pada Hemofilia A" Tugas Pembuatan Paper dari Skripsi milik SITI NURB... [Makalah] Isolasi Dodekanal dari Daun Kesum [Proposal Penelitian] “Penentuan Kadar Kalsium (Ca... [Makalah] Radiokimia "Aplikasi Radioisotop dalam B... Teknologi Reverse Osmosis untuk Pengolahan Air M... [Artikel] TERAPI GEN UNTUK PENGOBATAN THALLASEMIA [Novel] Summer's Desire Vol III Bab 1

o ►   Juli (1) o ►   Juni (1) o ►   Maret (6)

►   2011 (117)

►   2010 (6)

nomor unsur

Page 15: The Chemistries.docx

Analisis Cemaran Lingkungan (4) biokimia (5) cerpen annida-online (43) Hobby (4) Jepang (5) kimia analitik (6) kimia anorganik (9) kimia dasar (2) kimia fisika (1) kimia lingkungan (3) literatur kimia (2) lomba (4) Novel Summer's Desire [Indonesia] (37) radiokimia (1) Review bukuQ (9) Review Film (9) teknik pemisahan kimia (3) tugas (28) Uncategories (1)

cha2_poenya. Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.