The Arab Awakening

4
The Arab Awakening Gelombang revolusi unjuk rasa dan protes yang bergaung kencang di wilayah semenanjung Arab memberikan efek yang membahayakan terhadap stabilitas politik dan keamanan di wilayah tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, gelombang revolusi dan protes ini lebih dikenal dengan sebutan The Arab Spring. Dapat kita lihat bahwa usaha revolusi dan protes yang dilakukan oleh penduduk sipil di wilayah tersebut menggunakan media sosial sebagai alat kampanye serta sarana koordinasi dalam melakukan demonstrasinya. Kuatnya gaung revolusi yang dicanangkan oleh penduduk sipil di wilayah tersebut menjadikan perhatian dunia difokuskan pada beberapa negara yang ada di wilayah tersebut, seperti Tunisia, Mesir, Bahrain, dan Libya, yang dimana gelombang revolusi ini berawal dari protes pertama yang pecah di Tunisia pada bulan Desember. Di bawah ini akan dipaparkan mengenai ringkasan dari demonstrasi yang dilakukan oleh penduduk sipil di wilayah semenanjung Arab yang telah diliput oleh Al-Jazeera. Yordania Protes di Yordania dimulai pada pertengahan Januari, pada saat itu ribuan demonstran menggelar aksi unjuk rasa di Amman dan enam kota lainnya secara bersamaan. Tema utama yang mereka usung dalam unjuk rasa tersebut adalah keluhan terhadap faktor-faktor ekonomi yang cenderung menyengsarakan rakyat seperti, harga pangan yang melonjak dari hari ke hari, serta tingkat inflasi yang dialami oleh Yordania pada saat itu sebesar dua digit. Respon pemerintah Yordania pada saat itu yang dipegang oleh raja Abdullah dalam menanggapi gelombang protes tersebut adalah dengan cara memecat seluruh jajaran anggota kabinet pemerintahannya. Hal ini dilakukan untuk meredakan tensi para demonstran agar tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan dalam negeri. Perdana Menteri yang baru dilantik yaitu Marouf Bakhit berjanji untuk mereformasi ekonomi dan politik secepat mungkin. Korupsi menjadi keluhan utama demonstran dalam unjuk rasa ini. Korupsi yang dilakukan oleh perdana menteri serta hampir seluruh pejabat kabinet ikut terseret dalam kasus tersebut dibebaskan Muhammad Darmawan

Transcript of The Arab Awakening

Page 1: The Arab Awakening

The Arab Awakening

Gelombang revolusi unjuk rasa dan protes yang bergaung kencang di wilayah semenanjung Arab memberikan efek yang membahayakan terhadap stabilitas politik dan keamanan di wilayah tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, gelombang revolusi dan protes ini lebih dikenal dengan sebutan The Arab Spring. Dapat kita lihat bahwa usaha revolusi dan protes yang dilakukan oleh penduduk sipil di wilayah tersebut menggunakan media sosial sebagai alat kampanye serta sarana koordinasi dalam melakukan demonstrasinya.

Kuatnya gaung revolusi yang dicanangkan oleh penduduk sipil di wilayah tersebut menjadikan perhatian dunia difokuskan pada beberapa negara yang ada di wilayah tersebut, seperti Tunisia, Mesir, Bahrain, dan Libya, yang dimana gelombang revolusi ini berawal dari protes pertama yang pecah di Tunisia pada bulan Desember. Di bawah ini akan dipaparkan mengenai ringkasan dari demonstrasi yang dilakukan oleh penduduk sipil di wilayah semenanjung Arab yang telah diliput oleh Al-Jazeera.

Yordania

Protes di Yordania dimulai pada pertengahan Januari, pada saat itu ribuan demonstran menggelar aksi unjuk rasa di Amman dan enam kota lainnya secara bersamaan. Tema utama yang mereka usung dalam unjuk rasa tersebut adalah keluhan terhadap faktor-faktor ekonomi yang cenderung menyengsarakan rakyat seperti, harga pangan yang melonjak dari hari ke hari, serta tingkat inflasi yang dialami oleh Yordania pada saat itu sebesar dua digit.

Respon pemerintah Yordania pada saat itu yang dipegang oleh raja Abdullah dalam menanggapi gelombang protes tersebut adalah dengan cara memecat seluruh jajaran anggota kabinet pemerintahannya. Hal ini dilakukan untuk meredakan tensi para demonstran agar tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan dalam negeri. Perdana Menteri yang baru dilantik yaitu Marouf Bakhit berjanji untuk mereformasi ekonomi dan politik secepat mungkin. Korupsi menjadi keluhan utama demonstran dalam unjuk rasa ini. Korupsi yang dilakukan oleh perdana menteri serta hampir seluruh pejabat kabinet ikut terseret dalam kasus tersebut dibebaskan dari keterlibatan korupsi yang memancing kemarahan publik yang sangat luas.

Arab Saudi

Pemerintah Arab Saudi menjadi pihak yang sangat antisipatif dalam mengatasi gelombang revolusi ini. Hal ini dapat kita lihat dari kebijakan raja Abdullah yang melakukan serangkaian reformasi ekonomi senilai 135 miliar rial. Reformasi tersebut dalam bidang subsidi perumahan, tunjangan pengangguran, program kontrak permanen terhadap pekerja pemerintah sementara, serta kenaikan gaji sebesar 15% yang diperoleh oleh pegawai negeri. Program ini diumumkan pada tanggal 23 Februari setelah kembalinya raja Abdullah dari AS pasca operasi serta pemulihan selama empat minggu di Maroko.Arab Saudi belum melihat adanya aksi protes seperti apa yang telah terjadi di wilayah-wilayah tetangganya.

Akan tetapi terdapat pembangkangan sipil yang ditemukan oleh aparat kepolisian setempat yang berupa gerakan emansipasi wanita. Beberapa wanita ditahan karena telah mengemudi yang ditujukan sebagai kampanye nasional menuntut hak untuk mengemudi bagi kaum wanita. Ratusan orang juga dilaporkan telah melakukan demosntrasi di bagian timur, khususnya di kota Qatif.

Muhammad Darmawan Ardiansyah/1112113000007

Page 2: The Arab Awakening

Maroko

Protes yang sangat signifikan pertama terjadi di Maroko yang pecah pada tanggal 20 Februari yang terdiri dari puluhan ribu demonstran turun ke jalan. Para demonstran ini terdiri dari koalisi yang berasal dari kelompok Hak Asasi Manusia, wartawan, dan serikat buruh. Para demonstran tidak menuntut penggulingan raja Mohammed VI, melainkan menuntut serangkaian reformasi agar raja menyerahkan sebagaian kekuasaannya. Dalam aksi ini puluhan bank dibakar, bersama dengan perusakan 50 bangunan lainnya.

Demosntrasi mencapai puncaknya pada tanggal 20 Maret, ketika ribuan orang berunjuk rasa di Rabat, Casablanca, dan kota-kota lainnya. Gelombang protes sekali lagi pecah pada awal Juni, saat itu ribuan orang turun ke jalan-jalan di Rabat menuntut keadilan bagi Khaled Al-Amari seoarang anggota oposisi yang diduga dibunuh oleh polisi. Serangkaian reformasi yang dituntut oleh para demonstran di respon oleh raja dengan mereformasi konstitusi negara melalui referendum nasional yang telah disetujui pada 1 Juli. Reformasi tersebut berupa revisi konstitusi yang memberikan perdana menteri wewenang untuk mengangkat pejabat kabinet serta memberhentikan parlemen.

Libanon

Ratusan orang menggelar unjuk rasa pada tanggal 27 Februari, yang menuntut diakhirinya sistem politik sektarian Lebanon. Sebuah sistem pembagian kekuasaan yang membutuhkan puluhan tahun bagi Libanon untuk memiliki presiden Kristen Maronit, perdana menteri Sunni, serta pembicara parlemen Syiah. Para demonstran menganggap bahwa hal ini dapat menimbulkan ketegangan sektarian di Libanon. Para pengunjuk rasa anti-sektarian terus melakukan demonstrasi di wilayah-wilayah Libanon yang menarik puluhan ribu demonstran dalam aksi protes tersebut.

Oman

Demonstrasi di Oman terjadi pada tanggal 27 Februari yang menyebabkan setidaknya 2 orang tewas dalam unjuk rasa di kota industri Sohar. Sekitar 2 ribu orang melakukan demosntrasi tersebut yang direspon oleh polisi dengan gas air mata, pentungan, serta peluru karet yang diarahkan pada kerumunan demonstran. Topik utama yang diusung dalam unjuk rasa ini adalah masalah korupsi, pengangguran, serta semakin meningkatnya biaya hidup di negara tersebut. Sultan Qaboos bin Said merespon tuntutan demonstran dengan program penciptaan lapangan kerja baru, serta memperluas subsidi bagi para penganggur.

Irak

Gelombang unjuk rasa di Irak pertama kali terjadi di provinsi utara Sulaymaniyah yang terjadi selama empat hari. Para demonstran berunjuk rasa dengan mengangkat topik korupsi serta permasalahan ekonomi. Dalam unjuk rasa tersebut sedikitnya lima orang tewas, dan puluhan lainnya luka-luka akibat tembakan yang dilakukan oleh pasukan Kurdi selama unjuk rasa tersebut. Unjuk rasa tersebut memicu gelombang protes yang lebih besar di berbagai wilayah Irak. Protes tersebut mencapai puncaknya pada tanggal 25 Februari, ketika ribuan orang berunjuk rasa di ibukota dan di tempat lainnya. Sedikitnya enam orang tewas dalam dua demontrasi di Irak Utara. Demontrasi di Irak tidak seperti di negara-negara tetangganya yang menyerukan penggulingan pemerintah. Demonstrasi di Irak lebih bertujuan pada perbaikan di sektor pelayanan masyarakat seperti, listrik, makanan, serta upaya pemberantasan korupsi.