Tgs

42
TRIGER PJBL Mbah Parno usia 65 tahun adalah seorang pekerja pabrik bangunan di kawasan industri terkenal. Ia baru saja bercerai dari istrinya sedangkan anak satu-satunya memilih ikut ibunya. Mbah Parno suka sekali merokok dan minum kopi setiap saat. Biasanya ia sarapan hanya dengan segelas kopi dan rokok lalu berangkat kerja, jarang makan siang namun ia mengaku makan malamnya sangat banyak dan sebagian besar adalah daging dan karbohidrat. Suatu pagi Mbah Parno mengeluh tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya yang sebelah kanan. SLO 1. Definisi Stroke 2. Epidemiologi Stroke 3. Klasifikasi Stroke 4. Etiologi Stroke 5. Patofisiologi Stroke 6. Faktor Resiko Stroke 7. Manifestasi Klinis Stroke 8. Pemeriksaan Diagnostik Stroke 9. Komplikasi stroke 10. Penatalaksanaan stroke 11. ASKEP

description

TEAMWORK

Transcript of Tgs

Page 1: Tgs

TRIGER PJBL

Mbah Parno usia 65 tahun adalah seorang pekerja pabrik bangunan di kawasan industri terkenal. Ia

baru saja bercerai dari istrinya sedangkan anak satu-satunya memilih ikut ibunya. Mbah Parno suka

sekali merokok dan minum kopi setiap saat. Biasanya ia sarapan hanya dengan segelas kopi dan

rokok lalu berangkat kerja, jarang makan siang namun ia mengaku makan malamnya sangat banyak

dan sebagian besar adalah daging dan karbohidrat. Suatu pagi Mbah Parno mengeluh tidak bisa

menggerakkan tangan dan kakinya yang sebelah kanan.

SLO

1. Definisi Stroke

2. Epidemiologi Stroke

3. Klasifikasi Stroke

4. Etiologi Stroke

5. Patofisiologi Stroke

6. Faktor Resiko Stroke

7. Manifestasi Klinis Stroke

8. Pemeriksaan Diagnostik Stroke

9. Komplikasi stroke

10. Penatalaksanaan stroke

11. ASKEP

Page 2: Tgs

1. Definisi stroke

Menurut WHO 1989

Stoke adalah difungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah

yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal

pada otak yang terganggu.

Menurut Ns. Hasrat Jaya Ziliwu, S.Kep

Stroke adalah salah satu penyebab kematian dan kecacatn neurologis yang utama di

indonesia, serangan ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus di

tandatangani secara cepat, tepat, dan cermat karena stroke adalah Syndromr klinis

yang wawal di timbunya secara mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis

fokal dan/atau global, yang berlangsung selama 24jam atau lebih atau langsung

menimbulkan kematian, dan semata-mata di sebabkan oleh gangguan peredaran

darah otak non traumatic. Bila gangguan peredaran darah otak kini sementara,

beberapa detik hingga beberapa jam ( kebanyakan 10-20 menit), tapi kurang dari

24jam, disebut sebagai serangan Iskemia Otak Sepintas (Transient Ischemia Attack =

TIA)

Menurut Yayan A. Israr, S. Ked

Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis

yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan

kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler

Menurut Penelitian dari Universitas Sumatra Utara

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan

pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat

atau kematian. Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular

Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI)

mengistilahka stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak

(GPDO). Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan

otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas,invaliditas).

Menurut Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Perdossi,1999

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi

otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau

lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskuler.

Page 3: Tgs

2.Epidemiologi

Distribusi Frekuensi Stroke

a. Menurut orang

Menurut penelitian Tsang Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001terdapat 264

0rang penderita stroke iskemik pada usia18-45 tahun yang disebabk oleh kelebihan

lemak , merokok dan hipertensi dan riwayat stroke.

Berdasarkan data penderita sroke yang dirawat oleh Pusat Pengembangan dan

penanggulangan stroke Nasional RSUP bukit tinggi pada tahun 2002 tedapat 501

pasien yang terdiri dari usia 20-30 tahun sebesar 3,5% usia 30-50 tahun sebesar

terdapat 20-70% usia 51-70 tahunsebesar 22,95%

Hasil penelitian Syarif R dirumah sakit PTP Nusantara II Meda tahu 1999-2003

menunjukkan bahwa dari 220 sample yang diteiti berdasakan suku penderita stroke

yang dirawat inap sebagaian besar bersuku jawa sebnyak 20 orang (54,5%) dan yang

terendah suku minang sebanyak 3 orang(1.4%) berdasarjan status perkawinan

penderita stroke yang dirawat inap sebaai besar berstatus kwin sebanak 217 orang

(98.6%) dan yang berstatus tidak kawin sebanyak 3 orang (1.4%).

b. Menurut Tempat

Menurut American Heart Association diperkirakan terjad 3 juta penderita stroke

pertahun dari 500.000penderit stroke yang baru tejadi pertahun . Angka kematian

penderita stroke di Amerika adalah 50-100/100.000 petahun .

Di Cina (2005) tedapat 1.5 juta penderita stoke dan 1 juta penderita stroke

meninggal dengan CFR 66,66%.Di india angka prevalensi stroke sebesar 8,6 per

100.000 populsipertahun.

Di Indonesia dipekirakan setiap tahun tejadi 500.000 orang terkena serangan stroke,

125.000 orang eninggal dunia denga CFR 25% dan yang mengalami cacat ringan atau

bert dengan opulsi 75% (375.000 orang)

c. Menurut Waktu

Menurut WHO (2005) stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jia diseluruh

dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun 2015 dan

7,8 pendeita pada tahun2030.

Berdasarkan Penelitan Misbach di Rumah sakit cipto mangunkusumo tahun 2000-

3003 menunjukkan bahwa jumlah penderita stroke tahun 2000 sebanyak 64 orang,

tahun 2001 sebanyak 722 orang tahun2002 sebanyak 706 orang dantahun 2003

sebanyak 522 orang . Di RSU banyumas terjadi peningkatan penderita stroke yang

Page 4: Tgs

dirawat inap pada tahun 1997-2000 .Pada tahun 1997 terdapat penderita stroke

sebanyak 255 orang tahun 1998 sebanyak 298 orang tahun 1999 sebanyak 393 orang

dan tahun 2000 sebanyak 459 orang.

3.Klasifikasi Stroke

Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas patologi anatomi

(lesi), stadium dan lokasi (sistem pembuluh darah) (Misbach, 1999).

1. Stroke berdasarkan kelainan patologis dan gejala kliniknya.

a. Stroke Hemoragik

Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim

otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.

Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan

struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan

sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan

herniasi jaringan otak dan menekan batang otak.

Stroke Hemoragik dibagi dua yaitu :

1.Pendarahan intra selebral

Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari

80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.

Gejala klinis :

Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan

dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu

nyeri kepala, mual muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan

epistaksis.

Penurunan kesadaran yang berat sampai koma yang di sertai dengan hemiplegia/

hemiparase dan dapat disertai kejang fokal/ umum. *hemiplegia : kelumpuhan yang

di alami oleh salah satu sis dari organ tubuh. *hemiparese : kelemahan sebagian

anggota tubuh dan lebih ringan dari pada hemiplegi.

Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks penggerakan

bola mata menghilang dan desebrasi.

Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papiledema

dan pendarahan subhiloid.

Page 5: Tgs

ii.Pendarahan Subarakhnoid (PSA)

Pendarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan diruang

subarakhnoid yang timbul secara primer. *perdarahan subarakhnoid terdapat di

thalamus dan ganglia basalis sedikit terjadi di pons dan serebelum.

Gejala klinis :

Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak meledak, dramatis,

berlangsung dalam 1-2 detik sampai 1 menit.

Vertigo, Mual, Muntah, banyak keringat, menggigil, mudah terangsang

dalam beberapa menit sampai beberapa jam.

Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen.

Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala

karakteristik perdarahan subarakhnoid.

Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau tarkikkardi, hipotensi atau

hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan.

iii.Perdaraha Sudural

Perdarahan subdural adalah pedarahan yang terjai akibat robeknya vena jembata

(bridging veins)yang menghubungkan vena dipermukaan otak dan sinus venosus

dalam durameter atau kaena robeknya araknoidea.

b. Stroke Non-Hemoragik ( stroke iskemik, infark otak, penyumbatan )

Iskemia jaringan otak timbul akibat sumbatan pada pembuluh darah serviko-kranial

atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli,

atau ketidakstabilan hemodinamik.

Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar dari daerah kepala dan leher dan

dapat juga mengenai pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang

terlokalisasi terjadi akibat penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik

sehingga menghalangi aliran darah pada bagian distal dari lokasi penyumbatan.

Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi

pembuluh darah otak yang terkena. Stroke Non- Hemoragik di bagi 3 yaitu :

I. Stroke akibat trombosis serebri.

II. Emboli serebri

III. Hipoperfusi sistemik

Page 6: Tgs

2. Berdasrkan perjalanan penyakit atau stadiumnya::

a. TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama

beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan

spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan

neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24

jam atau beberapa hari.

c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau

permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA

berulang.

3. Berdasarkan waktu terjadinya:

1. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

2. Stroke In Evalution (SLE )/Progresing Stroke

3. ompleted Stroke

4. Berdasrkan lokasi lesi vaskuler

1. Sistem Kronis

a. Motorik:Hemiparese kontralateral , disartia

b. Sensorik : Hemiparese kontralateral prextesia

c. Gangguan visual : hemianopsia homonim kontraateral.amaurosis fugaks

d. Gangguan fungsi luhur:afasia, agnosia

2. Sistem Vertebrobasiler

a. Motorik : hemiparese alterans, disartia

b. Sensorik : hemihipertesi ,parestesia

c. Gangguan lain: ganggun keseimbangan, vertigo diplopia.

4.Etiologi

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :

1. Thrombosis Cerebral.

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga

menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di

sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau

bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan

penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan

gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.

Page 7: Tgs

Beberapa keadaandibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :

a. Atherosklerosis

Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya

kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis

atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme

berikut :

- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.

- Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.

-.Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan

thrombus (embolus)

- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi

perdarahan.

b. Hypercoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat

melambatkan aliran darah serebral.

c. Arteritis( radang pada arteri )

2. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,

lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang

terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat

dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat

menimbulkan emboli :

a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)

b. Myokard infark

c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel

sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali

dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.

d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-

gumpalan pada endocardium.

3. Haemorhagi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang

subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi

Page 8: Tgs

karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak

menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat

mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang

berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga

terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.

Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :

a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.

b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.

c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.

d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah

arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.

e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan

degenerasi pembuluh darah.

4. Hypoksia Umum

a. Hipertensi yang parah.

b. Cardiac Pulmonary Arrest

c. Cardiac output turun akibat aritmia

5. Hipoksia setempat

a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.

b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

5.Patofisiogis

Page 9: Tgs

6. Faktor resiko

Faktor resiko stroke terdiri dari dua kategori yaitu:

Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat

dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor

risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung

(fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia,

kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis.Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.

Faktor risiko stroke terdiri dari dua kategori, yaitu:

a. faktor resiko yang tidak dapat di modifikasikan

1. Usia

Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap penambahan usia tiga

tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%. Dari semua stroke, orang

yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko paling tinggi yaitu 71%, sedangkan

25% terjadi pada orang yang berusia 65-45 tahun, dan 4% terjadi pada orang berusia

<45 tahun. Menurut penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan

dengan desain case control, umur berpengaruh terhadap terjadinya stroke dimana

pada kelompok umur ≥45 tahun risiko terkena stroke dengan OR:

9,451 kali dibandingkan kelompok umur < 45 tahun.

2. Jenis kelamin

Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata laki-laki banyak men- derita

stroke dibandingkan perempuan.3 Insiden stroke 1,25 kali lebih besar pada laki-laki

dibanding perempuan.

3. Ras atau Bangsa

Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit putih. Hal ini

disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup.3 Pada tahun 2004 di Amerika

terdapat penderita stroke pada laki-laki yang berkulit putih sebesar 37,1% dan yang

berkulit hitam sebesar 62,9% sedangkan pada wanita yang berkulit putih sebesar

41,3% dan yang berkulit hitam sebesar 58,7%.

4. Hereditas

Page 10: Tgs

Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,

jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam keluarga,

terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke pada usia

kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena stroke.12 Menurut penelitian

Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001 riwayat stroke pada keluarga

meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 29,3%

5. Afasia

Afasia adalah gangguan kemampuan berbahasa yang didapat dimana penderita

sebelumnya normal. Afasia merupakan salah satu kibat stroke yang sering terjadi,

dialami oleh sekitar sepertiga penderita pada fase akut. Meskipun secara klinis jelas

bahwa gangguan kemampuan berkomunikasi sangat berparan terhadap berat

berkepanjangan gangguan depresi (post stroke) sangat terbatas, antara lain oleh

karena biasanya penderita penderita yang mengalami afasia terkena kriteria ekslusi

b. Faktor resiko yang dapat dirubah :

1. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Hipertensi

meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 4 sampai 6 kali. Makin tinggi

tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena terjadinya kerusakan pada

dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan atau

perdarahan otak.3 Sebanyak 70% dari orang yang terserang stroke mempunyai

tekanan darah tinggi.

2. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus ditandai oleh hiperglikemia serta gangguan –

gangguanmetabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang bertalian dengan

defisiensi absolute atau relatif aktivitas dan/atau sekresi insulin. Gejala – gejala yang

khas adalah poliuria, polidipsia, polifagia (WHO, 2000). Diabetes mellitus telah lama

menjadi perhatian dari WHO.

Penelitian pertama diabetes berskala internasional yang disponsori secara

langsung oleh WHO merupakan Penelitian Multinasional Penyakit – Penyakit

Vaskular pada Diabetes. Pengembangan diabetes mellitus bertalian dengan

peningkatan angka kematian dan resiko tinggi berkembangnya penyulit – penyulit

vaskuler, ginjal, retina, dan neuropati, yang dapat mengakibatkan kecacatan serta

kematian dini (WHO, 2000).

Page 11: Tgs

Diabetes mellitus atau DM merupakan masalah endokrinologis yang menonjol

dalam pelayanan kesehatan dan juga sudah terbukti sebagai faktor resiko stroke

dengan peningkatan resiko relatif pada stroke iskemik 1.6 sampai 8 kali dan pada

stroke hemoragik 1.02 hingga 1.67 kali (Antonio& Silliman,2005).

3. Penyakit Jantung

Penyakit jantung yang paling sering menyebabkan stroke adalah fibrilasi

atrium/atrial fibrillation (AF), karena memudahkan terjadinya penggumpalan darah

di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah di otak. Di samping

itu juga penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, pasca

operasi jantung juga memperbesar risiko stroke.3 Fibrilasi atrium yang tidak diobati

meningkatkan risiko stroke 4-7 kali.

Penyakit jantung merupakan kemungkinan sumber emboli pada 20-25% kasus

infark serebri resiko kematian yang besar dari pada resiko kejadian stroke yang dini

14X lebih besar dari pada resiko kejadian stroke yang berulang pada penderita

dengan emboli kardial. Seleksi untuk test diagnostik harus berdasarkan keadaaan

klinis penyakit jantung, umur pasien dan identifikasi penyebab kasus stroke lainnya.

Pengobatan ditujukan untuk mengurangi mortalitas akibat penyakit jantung dan

mencegah stroke yang berulang. Warparin merupakan pilihan pengobatan pertama

pada sebahagian besar penderita dengan emboli kardial. Aspirin juga alternatif yang

tepat bila warparin tidak dapat diberikan.

4. Transient Ischemic Attack (TIA)

Suatu transient ischemic attack (TIA) adalah suatu episode yang berlangsung singkat

(kurang dari 24 jam) dari gangguan sementara pada otak yang disebabkan oleh suatu

kehilangan suplai darah. Suatu TIA menyebabkan suatu kehilangan fungsi pada area

tubuh yang dikontrol oleh bagian otak yang terpengaruh. Kehilangan suplai darah ke

otak paling sering disebabkan oleh suatu bekuan/gumpalan yang terbentuk secara

spontan dalam sebuah pembuluh darah didalam otak (thrombosis). Bagaimanapun,

ia dapat juga berakibat dari suatu bekuan yang terbentuk ditempat lain didalam

tubuh, terlepas dari lokasi itu, dan berjalan untuk memondok dalam suatu arteri dari

otak (emboli). Suatu kekejangan dan, dengan jarang, suatu perdarahan adalah

penyebab-penyebab lain dari suatu TIA. Banyak orang-orang merujuk suatu TIA

sebagai suatu "mini-stroke.

Page 12: Tgs

Sekitar 1 dari seratus orang dewasa akan mengalami paling sedikit 1 kali serangan

iskemik sesaat (TIA) seumur hidup mereka. Jika diobati dengan benar, sekitar 1/10

dari para pasien ini kemudian akan mengalami stroke dalam 3,5 bulan setelah

serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam lima tahun setelah

serangan pertama.12 Risiko TIA untukterkena stroke 35-60% dalam waktu lima

tahun.

5. Obesitas

Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes melitus.3

Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%. Obesitas dapat meningkatkan

hipertensi, jantung, diabetes dan aterosklerosis yang semuanya akan me-ningkatkan

kemungkinan terkena serangan stroke.

6. Hiperkolesterolemia

Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor risiko, tingginya

kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit

jantung koroner. Kolesterol yang tinggiterutama Low Density Lipoprotein (LDL) akan

membentuk plak di dalam pembuluh darah dan dapat menyumbat pembuluh darah

baik di jantung maupun di otak. Kadar kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan

risiko stroke 1,31-2,9 kali.

7. Merokok

Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh

(termasuk yang ada di otak dan jantung), sehingga merokok mendorong terjadinya

aterosklerosis, mengurangi aliran darah, dan menyebabkan darah mudah

menggumpal.

8. Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme tubuh, sehingga

terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi berat badan dan tekanan

darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lainlain. Semua ini

mempermudah terjadinya stroke.3 Konsumsi alkohol berlebihan meningkatkan risiko

terkena stroke 2-3 kali.

9. Stress

Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Stres psiokososial dapat menyebabkan

depresi. Jika depresi berkombinasi dengan faktor risiko lain (misalnya, aterosklerosis

berat, penyakit jantung atau hipertensi) dapat memicu terjadinya stroke. Depresi

meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 2 kali.

Page 13: Tgs

10. Penyalahgunaan Obat

Pada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan akan

mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan dinding

pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan mempengaruhi

metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang stroke. Hasil pengumpulan data dari

rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang menangani narkoba, didapatkan bahwa lebih

dari 50% pengguna narkoba dengan suntikan berisiko terkena stroke.

7. Manifestasi Klinis

1. Stroke non hemorragic (SNH)(Iskemik): gejala utamanya timbuk defisit neurologis

secaa mendadak atau sub akut yang didahului gejala prodromal tejadi pada waktu

istirahat atau bangun pagi dan kesadaan iasanya tidak menurun kecuali bila embolus

cukup besar. Biasanya terjadi pada usia >50 tahun.

2. Sroke Hmorrahagic: menurut WHO diklasifikasikan menjadi:

a. Perdarahan intracerebral

mempunyai gejala prodroml yang tidak jelas kecuali nyeri karena

hipertensi.serangan seringkali sang hai saat aktifitas atau emosi/marah . sifat

nyerikepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering terdapat pada permulaan

serngan. Kesadaran biasanya cepat menurun an cepat masuk coma (5% terjadi

kurang dar setengah jam 23% antara setengah – 2 jam dan 12% terjadi setelah 2 jam

-19hari).

b. Perdarahan subrachnoid

Gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut kesadaran sering terganggu

dan sangat berfariasi ,ada gejala tanpa rangsangan meningeal ,edema pupil dapat

terjadi apabila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya anarisma pada artei

kounikans anterior atau arteri carotis intema.

Gejala yang timbul bergantungpaa berat ringannnyagangguan pembuluh darh dn

loksinya .manifestasi klinis stroke akt berupa:

Hemiparesis : kelupuhan wajah atau anggota badan yang timbul mendadak

Hemisensorik : gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan

Page 14: Tgs

Perubahan mendadak status mental : Confusion , delirium ,letargi. Stupor ,

coma

Afasia: Bicara tidak lancar , kurangnya ucapan atau kesltan memahami

ucapan

Disartria: Bicara elo atau cadel

Hemianoia atau onokuler atau diplopi : gangguan penglihatan

Ataksia :Trunkalatau anggota badan

Vertigo, mual dan muntah atau nyeri kepala

8. Pemeriksaan Diagnostik

1. Rontgen kepala dan medula spinalis 4. Angiografi

2. Elektro encephalografi 5. Computerized Tomografi Scanning ( CT.

Scan)

3. Punksi lumbal 6. Magnetic Resonance Imaging

9.Kmplikasi

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi , komplikasi ini

dapat dikelompokan berdasarkan:

1. Berhubungan dengan immobilisasi ; infeksi pernafasan, nyeri pada daerah

tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.

2. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,

deformitas dan terjatuh

3. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dansakit kepala.

4. HidrocephalusY

10. Penatalaksanaan

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut

1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :

a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan

lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu

pernafasan.

Page 15: Tgs

b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha

memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

3. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

4. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

5. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat

mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak

pasif.

Pengobatan Konservatif

1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan,

tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi

pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :

1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis , yaitu dengan

membuka arteri karotis di leher.

2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya

paling dirasakan oleh pasien TIA.

3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

VIII Penatalaksanaan diagnostik

Stroke Unit

Idealnya, orang-orang yang memiliki stroke yang dirawat di "unit stroke", daerah

lingkungan atau berdedikasi di rumah sakit dikelola oleh perawat dan terapis dengan

pengalaman dalam pengobatan stroke. Telah menunjukkan bahwa orang dirawat di unit

stroke memiliki kesempatan lebih tinggi untuk bertahan hidup daripada yang dirawat di

rumah sakit di tempat lain. Terapi medis lain, ditujukan untuk meminimalkan

pembentukan dari pembekuan atau mencegah penggumpalan baru. Untuk tujuan ini,

pengobatan dengan gabungan obat-obatan seperti aspirin, clopidogrel dan

dipyridamole dapat diberikan untuk mencegah trombosit. Selain terapi definitif,

manajemen stroke akut termasuk kontrol gula darah, memastikan pasien memiliki

Page 16: Tgs

oksigenasi yang memadai dan cairan infus yang memadai. Pasien dapat diposisikan

dengan kepala mereka rata di tempattidur,daripada duduk, untuk meningkatkan aliran

darah ke otak. Meskipun tekanan darah tinggi dapat menyebabkan beberapa stroke,

hipertensi selama stroke akut dibutuhkan untuk memungkinkan aliran darah yang

memadai ke otak.

1. trombolisis

Dalam peningkatan jumlah pusat stroke primer, trombolisis farmakologi ("gumpalan

penghilang") dengan obat aktivator jaringan plasminogen (TPA), digunakan untuk

melarutkan bekuan dan membuka blokir arteri. Emergency treatment with medications.

Therapy with clot-busting drugs (thrombolytics) must start within 4.5 hours if they are

given into the vein — and the sooner, the better. Quick treatment not only improves

your chances of survival but also may reduce the complications from your stroke. You

may be given:

- Aspirin. Aspirin, obat anti-trombotik, adalah pengobatan segera setelah stroke

iskemik untuk mengurangi kemungkinan terkena stroke lagi. Aspirin mencegah

pembentukan gumpalan darah.

- obat pengencer darah, seperti heparin, juga dapat diberikan, tetapi obat ini tidak

terbukti bermanfaat dalam pengaturan darurat sehingga itu jarang digunakan

- Injeksi intravena jaringan plasminogen aktivator (TPA). Beberapa orang yang

mengalami stroke iskemik bisa mendapatkan keuntungan dari suntikan jaringan

plasminogen aktivator rekombinan (TPA). Ini obat penghilang gumpalan-ampuh perlu

diberikan dalam waktu 4,5 jam setelah gejala stroke mulai jika itu diberikan ke dalam

vena. Obat ini mengembalikan aliran darah dengan melarutkan bekuan darah

menyebabkan stroke

- mekanik thrombectomy . Intervensi lain untuk stroke iskemik akut adalah

pengangkatan trombus secara langsung. Hal ini dilakukan dengan memasukkan kateter

ke dalam arteri femoralis, mengarahkan ke dalam sirkulasi otak, dan menggunakan

perangkat pembuka botol-seperti untuk menjerat bekuan, yang kemudian ditarik dari

tubuh. Perangkat embolectomy mekanik telah dibuktikan efektif dalam memulihkan

aliran darah pada pasien yang tidak dapat menerima obat trombolitik atau untuk siapa

obat itu tidak efektif, meskipun tidak ada perbedaan telah ditemukan dari perangkat

antara versi yang lebih baru dan lebih tua. Perangkat hanya telah diuji pada pasien yang

Page 17: Tgs

diobati dengan embolectomy bekuan mekanik dalam waktu delapan jam dari timbulnya

gejala.

2. Carotid endarterectomy. In a carotid endarterectomy, menghilangkan timbunan

lemak (plak) dari arteri karotid Anda yang berjalan di sepanjang setiap sisi leher. Dalam

prosedur ini, dokter bedah Anda membuat sayatan sepanjang bagian depan leher,

membuka arteri karotid Anda, dan menghapus timbunan lemak (plak) yang memblokir

arteri karotid. Dokter bedah Anda kemudian perbaikan arteri dengan jahitan atau patch

yang dibuat dengan vena atau bahan buatan (cangkok). Prosedur dapat mengurangi

risiko stroke iskemik. Namun, endarterektomi juga melibatkan resiko, terutama untuk

orang dengan penyakit jantung atau kondisi medis lainnya.

3. Angioplasty dan stent. Dalam angioplasti, kateter disipkan dengan tabung mesh

(stent) dan balon di ujung ke arteri di pangkal paha dan menuntun ke arteri karotid di

leher. balon dikembangkan di arteri menyempit dan memasukkan tabung mesh (stent)

ke dalam lubang untuk menjaga arteri Anda dari menjadi menyempit setelah prosedur.

4. Pengobatan stroke hemoragik

Pasien dengan perdarahan intraserebral memerlukan evaluasi bedah saraf untuk

mendeteksi dan mengobati penyebab pendarahan, meskipun banyak mungkin tidak

perlu operasi. Antikoagulan dan antithrombotics, kunci dalam mengobati stroke

iskemik, bisa membuat pendarahan parah dan tidak dapat digunakan dalam perdarahan

intraserebral. Pasien dimonitor dan tekanan darah mereka, gula darah, dan oksigenasi

disimpan pada tingkat optimal.

5. Perawatan dan rehabilitasi

Rehabilitasi stroke adalah proses dimana pasien dengan stroke menonaktifkan

menjalani perawatan untuk membantu mereka kembali ke kehidupan normal sebanyak

mungkin dengan mendapatkan kembali dan belajar kembali keterampilan hidup sehari-

hari. Hal ini juga bertujuan untuk membantu korban memahami dan beradaptasi

dengan kesulitan, mencegah komplikasi sekunder dan mendidik anggota keluarga untuk

memainkan peran pendukung. Asuhan keperawatan baik adalah fundamental dalam

menjaga perawatan kulit, makan, hidrasi, posisi, dan pemantauan tanda-tanda vital

seperti suhu, denyut nadi, dan tekanan darah. Rehabilitasi stroke dimulai segera. Untuk

pasien stroke yang paling, terapi fisik (PT) dan terapi okupasi (OT) merupakan landasan

dari proses rehabilitasi, tetapi di banyak negara neurokognitif Rehabilitasi digunakan,

juga. Seringkali, teknologi bantuan seperti kursi roda, alat bantu jalan, tongkat, dan

orthosis mungkin bermanfaat. PT dan OT tumpang tindih wilayah kerja tetapi bidang

Page 18: Tgs

utama mereka mendapat perhatian adalah, PT melibatkan kembali pembelajaran

berperan sebagai pengalihan, berjalan dan lain fungsi motorik kasar. PL memfokuskan

pada latihan dan pelatihan untuk membantu kegiatan sehari-hari belajar kembali

dikenal sebagai Kegiatan hidup sehari-hari (ADL) seperti makan, minum, berpakaian,

mandi, memasak, membaca dan menulis, dan toilet. Berbicara dan terapi bahasa yang

sesuai untuk pasien dengan ucapan pemahaman masalah atau kata-kata tertulis,

masalah membentuk ucapan dan masalah dengan menelan. Proses rehabilitasi dapat

mencakup beberapa hal berikut:

- Terapi wicara untuk mempelajari kembali berbicara dan menelan;

- Terapi okupasi untuk mendapatkan kembali ketangkasan sebagai fungsi di lengan dan

tangan

- Terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan dan berjalan, pendidikan dan keluarga untuk

mengorientasikan mereka dalam merawat mereka cintai di rumah dan tantangan yang

akan mereka hadapi.

Tujuannya adalah untuk pasien untuk melanjutkan sebanyak, jika tidak semua, dari pra-

stroke kegiatan dan fungsi. Karena stroke melibatkan kehilangan permanen dari sel-sel

otak. Namun, banyak pasien stroke bisa kembali ke kehidupan mandiri.

Mengelola Masalah Medis lainnya

Tekanan darah akan dikontrol ketat sering menggunakan obat intravena untuk

mencegah gejala stroke untuk berlanjut. Hal ini berlaku meskipun stroke iskemik atau

hemoragik adalah. Oksigen tambahan sering disediakan.

Pada pasien dengan diabetes, gula darah (glukosa) tingkat sering meningkat setelah

stroke. Mengontrol tingkat glukosa pada pasien ini dapat memperkecil ukuran stroke.

Pasien yang telah mengalami serangan iskemik transient, pasien dapat dipulangkan

dengan tekanan darah dan obat kolesterol bahkan jika tekanan darah dan kadar

kolesterol berada dalam tingkat diterima. Berhenti merokok adalah wajib.

(www.mayoclinic.com)

11.ASKEP

Pengkajian data dasar

Page 19: Tgs

1. Aktivitas / istirahat

Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan , hilangnya rasa ,

paralisis,hemiplegi , mudah leah dan susah tidur

2.Sirkulasi

Adanya riwayat penyakit jantung , MCI, katup jantung , disritmia, CHF,Polisetimia,

dan hipertensi arterial.

3.Integitas Ego

Emosi labi, espon yang tak tepat , mudah marah, kesulitan untuk mengekpresika diri

4.Eliminasi

Perubahan keiasaan BAB dan BAK misalnya inkoontinentia, anuria , distensi

kandung kemih , disensi abdomen , suara usus menghilang

5.Makanan/ cairan

Nausea,vomiting daya sensori hilang di lidah, pipi, tenggorokan dysfagia

6.Neuro sensori

Pusing sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid dan intrakranial.kelemhan

denganberbagai tingkatan, gangguan penglihatan,kabur,dyspalopia, lapang pandang

menyempit.hilangnya daya snsori pada bagian yang berlawanan dibagian

ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama dimuka.

7.Nyaman atau nyeri

Sakit kepala ,perubahan tingkah laku ,kelemahan ,tegang pada otot muka

8. Repirasi

Ketidakmammpuan menelan , batuk , melindungi jalan napas,aspirasi ireguler, suara

napas ,whezing ronchi

9. Keamanan

Sensorik motorik menurun atau hilang mudah injuri

10. interaksi sosial

Page 20: Tgs

Gangguan dalam berbicara ketidakmampuan berkomunikasi

11.Belajar mengajar

Pergunakan aat kontrasepsi,pengaturan makanan,latihan untuk pekerjaan rumah.

Pengkajian

A. Pengkajian Primer

Airway.

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat

kelemahan reflek batuk.

Breathing.

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang

sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.

Circulation.

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,

bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat,

dingin, sianosis pada tahap lanjut.

B. Pengkajian Sekunder

Aktivitas dan istirahat. Data Subyektif:

- kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.

- Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).

Data obyektif:

- Perubahan tingkat kesadaran.

- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia),

kelemahan umum.

- Gangguan penglihatan.

- Sirkulasi

Data Subyektif:

- Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung ,

endokarditis bacterial), polisitemia.

Data obyektif:

- Hipertensi arterial

- Disritmia, perubahan EKG

- Pulsasi : kemungkinan bervariasi

- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal.

Page 21: Tgs

- Integritas ego.

Data Subyektif:

- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.

Data obyektif:

- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan.

- Kesulitan berekspresi diri

- Eliminasi

Data Subyektif:

- Inkontinensia, anuria

- Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara

usus(ileus paralitik

- Makan/ minum.

Data Subyektif:

- Nafsu makan hilang.

- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.

- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia.

- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.

Data obyektif:

- Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)

- Obesitas (faktor resiko)

- Sensori Neural

Data Subyektif:

- Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA).

- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub

arachnoid.

- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti

lumpuh/mati.

- Penglihatan berkurang.

- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada

muka ipsilateral (sisi yang sama).

- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.

Data obyektif :

- Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan

tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif.

Page 22: Tgs

- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua jenis stroke,

genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam (kontralateral).

- Wajah: paralisis / parese (ipsilateral).

- Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa), kemungkinan ekspresif/

kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global /

kombinasi dari keduanya.

- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil.

- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.

- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi

lateral.

- Nyeri / kenyamanan

Data Subyektif:

- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.

Data obyektif:

- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial.

- Respirasi

Data Subyektif:

- Perokok (factor resiko).

- Keamanan

Data obyektif:

- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.

- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang

kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.

- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah

dikenali.

- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu

tubuh.

- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,

berkurang kesadaran diri.

- Interaksi social

Data obyektif:

- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.

(Doenges E, Marilynn,2000).

1. Analisa Data

Page 23: Tgs

Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS : Mbah Parno sarapan

hanya dengan segelas

kopi dan rokok lalu

berangkat kerja, jarang

makan siang

2. DS : Mbah Parno mengaku

makan malamnya sangat

banyak dan sebagian

besar adalah daging dan

karbohidrat

3. Ds : Suatu pagi Mbah

Parno mengeluh tidak bisa

menggerakkan tangan

dan kakinya yang sebelah

kanan.

Faktor psikologis (bercerai)

dan ekonomi

Tidak ada yang

memperhatikan asupan

makan Mbah Parno

Pola makannya tidak teratur

dan sembarangan

Kebutuhan nutrisi tidak

mencukupi

-

DM, rokok, hipertensi

Penurunan perfusi jaringan

serebral

Iskemia

Edema serebral

Perfusi otak menurun

Ketidakseimbangan nutrisi :

kurang dari kebutuhan tubuh

- Resiko

Ketidakseimbangan

nutrisi lebih dari

kebutuhan tubuh

- Resiko ketidakstabilan

kadar glukosa darah

- Hambatan mobilitas fisik

- Gangguan rasa nyaman

- Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer

Page 24: Tgs

4. Ds : Suatu pagi Mbah

Parno mengeluh tidak bisa

menggerakkan tangan

dan kakinya yang sebelah

kanan

5. Ds : Mbah Parno suka

sekali merokok dan

minum kopi setiap saat.

Biasanya ia sarapan hanya

dengan segelas kopi dan

rokok lalu berangkat

kerja, jarang makan siang

namun ia mengaku makan

malamnya sangat banyak

dan sebagian besar adalah

daging dan karbohidrat

6. Ds : Mbah Parno baru saja

bercerai dari istrinya

sedangkan anak satu-

satunya memilih ikut

ibunya

Gangguan mobilitas fisik

-

Merokok, status sosio-

ekonomi rendah

Gaya hidup yang tidak sehat

Stroke

Perceraian

Pengabaian proses keluarga

Disfungsi proses keluarga

Resiko Ketidakberdayaan

Perilaku kesehatan beresiko

Gangguan proses keluarga

Page 25: Tgs

Diagnosis Keperawatan :

1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya

asupan makanan, kesalahan informasi ditandai dengan adanya faktor psikologis

(perceraian)

2. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

3. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

4. Hambatan mobilitas fisik b.d keterbatasan kemampuan untuk melakukan

motorik kasar ditandai dengan gangguan neuromuskular

5. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit, sumber yang tidak

adekuat

6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perubahan fungsi motorik

ditandai dengan kebiasaan merokok

7. Resiko Ketidakberdayaan

8. Perilaku kesehatan beresiko b.d kegagalan mengambil tindakan yang

mencegah masalah kesehatan ditandai dengan kebiasaan merokok, status sosio-

ekonomi rendah

9. Gangguan proses keluarga b.d perubahan dalam pola keluarga ditandai

dengan pergeseran peran keluarga dan situasi transisi

Prioritas diagnosis :

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perubahan fungsi motorik

ditandai dengan kebiasaan merokok

2. Hambatan mobilitas fisik b.d keterbatasan kemampuan untuk melakukan

motorik kasar ditandai dengan gangguan neuromuskular

3. Resiko Ketidakberdayaan

Rencana Keperawatan

Diagnosis Keperawatan Nursing Outcomes Nursing Interventions

1. Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer b.d

perubahan fungsi

motorik ditandai

dengan gaya hidup

kurang sehat

Tissue perfusion : peripheral

Dalam waktu .......x...... jam fungsi

motorik klien dapat membaik

Kriteria hasil :

criteria Stages

1 2 3 4 5

Muscle

weakness

Peripheral sensation

management

1. Encourage patient to

use uneffected body

part to determine

temperature of

food, liquids, bath

water and so on

Page 26: Tgs

Notes :

1 = severe

2= substantial

3 = moderate

4 = mild

5 = none

2. Encourage patient to

use the uneffected

body part to identify

location and texture

of objects

3. Instruct patient or

family to monitor

position of body

parts while bathing,

sitting, lying, or

changing position

4. Use pressure

relieving device, as

appropiate

5. Immobilize the head,

neck, and back, as

appropiate

6. Monitor for

thromboplebitis and

deep vein

thrombosis

Exercise therapy :

ambulation

1. Dress patient in

nonrestrictive clothing

2. Gives range of motion

joints exercise for 4-5

times a day to maintain

mobility and avoid

Page 27: Tgs

2. Hambatan mobilitas

fisik b.d keterbatasan

kemampuan untuk

melakukan motorik

kasar ditandai dengan

gangguan

neuromuskular

Neurological status : peripheral

Dalam waktu ....x.... jam klien

dapat melakukan aktivitas motorik

kasar

Kriteria hasil :

criteria Stages

1 2 3 4 5

1. Motor

function

in upper

right

extremity

2. Motor

function

in lower

right

extremity

Notes :

1 = severely compormised

2 = substantially compromised

3 = moderately compromised

4 = mildly compromised

5 = not compromised

contracture

3. Help client to move

from one side to

another side every 2-3

hours along day and

night

4. Alter arm and legs

every 1-2 hours along

day and night

5. Massage the paralyzed

leg once ot twice a day

6. Moves all paralyzed leg

joint soft and slowly

(straight and bend) 5-7

times. Holding on the

joint in every position

aroud 30 second.

Repeat the process

every four hours

7. Sustain hemiplegic arm

with pillow. Don’t lay

client recumbent

position

8. Encourage to sit in bed,

side of bed (‘’dangle’’)

or in chair, as tolerated

Behaviour modofication

1. Determine patient’s

motivation to change

2. Assist patient to

identify strengths and

reinforce this

3. Encourage substitution

Page 28: Tgs

3. Resiko

Ketidakberdayaan

Adaptation to physical disability

Dalam waktu ...x... jam klien dapat

menyesuaikan diri terhadap

keterbatasan fisik yang di alaminya

Kriteria hasil :

Criteria Stages

1 2 3 4 5

1. Uses

strategies to

reduce

of undesirable habit

with desirable habit

4. Give feedback in terms

of feeling when

patient is noted to be

free of symptomps

and looks relaxed

5. Develop behaviour

change program

Page 29: Tgs

stress

related to

disability

2. Identifies

plan to

meet

activities of

daily living

3. Uses

community

resources

4. Obtains

infomation

about

disability

5. Reports

decreased

stress

related to

disability

Notes :

1 = never demonstrated

2 = rarely demonstrated

3 = sometimes demonstrated

4 = often demonstrated

5 = consistently demonstrated

Daftar  pustaka

Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin

Page 30: Tgs

Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.

Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical

Neurology,3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.

Rumantir CU. Pola Penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode 1984-1985.

Laporan Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter Spesialis Bidang Ilmu Penyakit

Saraf. 1986.

Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victor’s Priciples of

Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.

Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam : Guideline Stroke

2007. Jakarta.

Baehr M, Frotscher M. Duus’ : Topical Diagnosis in Neurology. 4th revised edition. New

York : Thieme. 2005

Caplan LR. Etiology and classification of stroke. http://www.uptodate.com/index.

Accessed April 13, 2012.

Foundation, M. (2012). "Stroke." Retrieved 10 november, 2012, from

http://www.mayoclinic.com.

Cerebral aneurysms fact sheet. National Institute of Neurological Disorders and

Stroke.http://www.ninds.nih.gov/disorders/cerebral_aneurysm/cerebral

_aneurysms.htm. Accessed November 10 , 2012.