TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

14
ETIKA DAN SAINS Ragkuman Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Oleh ANGGI PISKO NPM. 270110120092 ( GEOLOGI D ) FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR TUGAS KE - 5 RABU, 9 OKTOBER 2012

description

TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

Transcript of TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

Page 1: TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

ETIKA DAN SAINS

Ragkuman

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

Oleh

ANGGI PISKO

NPM. 270110120092 ( GEOLOGI D )

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2013

TUGAS KE - 5

RABU, 9 OKTOBER 2012

Page 2: TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

BAB I

HASIL BACAAN

Sejauh ini hampir semua kemampuan pemikiran (thought) manusia didominasi oleh

pendekatan filsafat. Pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir selalu

digunakannya untuk menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi masalah kehidupan.

Akan tetapi, sebelum sampai pada pembicaraan ilmu pengetahuan, seharusnya yang harus

dibicarakan terlebih dahulu ialah mengenai bagaimana proses berpikir manusia (thinking

process) sehingga dapat menghasilkan pengetahuan pada manusia. Pengetahuan pada

manusia secara garis besar terbagi ke dalam dua bagian. Pertama, konsepsi (tassawur) yaitu

pengetahuan sederhana dan kedua, pembenaran (thasdiq) yaitu pengetahuan yang

mengandung suatu penilaian . Artinya, proses berpikir yang manusia lakukan melalui dua

tahapan yang saling melengkapi yaitu; pengetahuan yang pertama kali muncul berupa

konsepsi (tassawur) atau pengetahuan sederhana dan seterusnya manusia melalui pikirannya

melakukan pembenaran. Selanjutnya, untuk memahami pengetahuan sebagai sesuatu yang

natural (alamiah) dari sudut pandang manusia diperlukan uraian psikologi, yaitu penjelasan

atau uraian tentang proses mental yang bersifat subjektif yang dikaitkan dengan hal-hal

empirik yang bersifat objektif, dari hal itu diharapkan dapat berpengaruh pada penguasaan

manusia terhadap data konkret sehingga dapat mendukung pada pembenaran pengetahuan.

Pergerakan yang dialami oleh pengetahuan sederhana menuju pada pembenaran ilmu

pengetahuan sehingga menjadi ilmu pengetahuan diperlukan sebuah landasan dan proses

sehingga ilmu pengetahuan (science atau sains) dapat dibangun. Sampai sejauh ini, di dunia

akademik panutan pembenaran ilmu pengetahuan dilandaskan pada proses berpikir secara

ilmiah. Oleh karena itu, proses berpikir di dunia ilmiah mempunyai cara-cara tersendiri

sehingga dapat dijadikan pembeda dengan proses berpikir yang ada di luar dunia ilmiah.

Dengan alasan itu berpikir ilmiah dalam ilmu pengetahuan harus mengikuti cara filsafat

pengetahuan atau epistemologi, sementara dalam epistemologi dasar yang menjiwai dinamika

proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah disebut filsafat ilmu.

Pengertian Etika

Etika menurut bahasa (etimologi) istilah etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos

yang berarti adat-istiadat (kebiasaan). Perasaan batin, cenderung hati untuk melakukan

perbuatan. Dalam kajian filsafat etika merupakan bagian dari filsafat yang mencangkup

Page 3: TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

metafisika, kosmologi, psikologi, logika, hukum, sosiologi, ilmu sejarah, dan etestika. Etika

merupakan ajaran tentang keluhuran budi baik .

Etika adalah pembahasan mengenai baik (good), buruk (bad), semestinya (ought to),

benar (right), dan salah (wrong). Yang paling menonjol adalah tentang baik atau good dan

teori tentang kewajiban (obligation). Keduanya bertalian dengan hati nurani. Bernaung di

bawah filsafat moral . Etika merupakan tatanan konsep yang melahirkan kewajiban itu,

dengan argumen bahwa kalau sesuatu tidak dijalankan berarti akan mendatangkan bencana

atau keburukan bagi manusia. Oleh karena itu, etika pada dasarnya adalah seperangkat

kewajiban-kewajiban tentang kebaikan (good) yang pelaksananya (executor) tidak ditunjuk.

Executor-nya menjadi jelas ketika sang subyek berhadap opsi baik atau buruk-yang baik

itulah materi kewajiban ekskutor dalam situasi ini.

Banyak istilah yang menyangkut etika,+ dalam bentuk tunggal mempunyai banyak

arti, yaitu tempat tinggal yang biasa, kadang, kebiasaan, adat, watak, perasaan. Arti ini

menjadi bentuk jama’ dari kata ta-etha artinya kebiasaan. Arti ini menjadi bentuk dalam

penjelasan etika yang oleh Aritoteles sudah dipakai untuk menunjukkan istilah etika. Jadi,

jika dibatasi asal-usul kata ini, etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu

tentang adat kebiasaan. Akan tetapi menelusuri arti etimilogis ini saja belum menunjukkan

arti yang mendalam.

Sehingga etika dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang segala

kebaikan dalam kehidupan manusia secara keseluruhan. Baik itu mengenai gerak-gerik

pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan perasaan sampai mengenai tujuannya

yang dapat merupakan perbuatan. Ilmu etika ini tidak membahas tentang kebiasaan semata-

mata yang berdasarkan tata adab, melainkan membahas tata sifat-sifat dasar, atau adat-

sitiadat yang terkait dengan baik dan buruk dalam tingkah laku manusia untuk memutuskan

nilai-nilai itu sendiri kedalam etika dan merupakan pada situasi kehidupan konkret .

Pengertian Ilmu

Pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang esensial- aksiden manusia,

karena pengetahuan adalah buah dari “berpikir “. Berpikir ( atau natiqiyyah) adalah sebagai

differentia ( atau fashl) yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya, yaitu hewan. Dan

sebenarnya kehebatan manusia dan “barangkali” keunggulannya dari spesies-spesies lainnya

karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang

Page 4: TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

dimilikinya. Lalu apa yang telah dan ingin diketahui oleh manusia ? Bagaimana manusia

berpengetahuan ? Apa yang ia lakukan dan dengan apa agar memiliki pengetahuan ?

Kemudian apakah yang ia ketahui itu benar ? Dan apa yang mejadi tolak ukur kebenaran ?

Pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya sederhana sekali karena pertanyaan-pertanyaan ini

sudah terjawab dengan sendirinya ketika manusia sudah masuk ke alam realita. Namun ketika

masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka tidak menjadi sederhana

lagi. Masalah-masalah itu akan berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit,

dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated). Oleh karena masalah-

masalah itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang

diperselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan dalam

cara memandang dunia (world view), sehingga pada gilirannya muncul perbedaan ideologi.

Dan itulah realita dari kehidupan manusia yang memiliki aneka ragam sudut pandang dan

ideologi.

Atas dasar itu, manusia -paling tidak yang menganggap penting masalah-masalah

diatas- perlu membahas ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini, ilmu tidak lagi

menjadi satu aktivitas otak, yaitu menerima, merekam, dan mengolah apa yang ada dalam

benak, tetapi ia menjadi objek. Para pemikir menyebut ilmu tentang ilmu ini dengan

epistemologi (teori pengetahuan atau nadzariyyah al ma’rifah) .

Peran Filsaft Ilmu dalam Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan (dalam hal ini pengetahuan ilmiah) harus diperoleh dengan cara

sadar, melakukan sesuatu terhadap objek, didasarkan pada suatu sistem, prosesnya

menggunakan cara yang lazim, mengikuti metode serta melakukannya dengan cara berurutan

yang kemudian diakhiri dengan verifikasi atau pemeriksaan tentang kebenaran ilimiahnya.

Dengan demikian pendekatan filsafat ilmu mempunyai implikasi pada sistematika

pengetahuan sehingga memerlukan prosedur, harus memenuhi aspek metodologi, bersifat

teknis dan normatif akademik. Pada kenyataannya filsafat ilmu mengalami perkembangan

dari waktu ke waktu, perkembangannya seiring dengan pemikiran tertinggi yang dicapai

manusia.

Kemampuan rasional dalam proses berpikir dipergunakan sebagai alat penggali

empiris sehingga terselenggara proses “create” ilmu pengetahuan. Akumulasi penelaahan

empiris dengan menggunakan rasionalitas yang dikemas melalui metodologi diharapkan

dapat menghasilkan dan memperkuat ilmu pengetahuan menjadi semakin rasional. Akan

Page 5: TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

tetapi, salah satu kelemahan dalam cara berpikir ilmiah adalah justru terletak pada penafsiran

cara berpikir ilmiah sebagai cara berpikir rasional, sehingga dalam pandangan yang dangkal

akan mengalami kesukaran membedakan pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan yang

rasional. Oleh sebab itu, hakikat berpikir rasional sebenarnya merupakan sebagian dari

berpikir ilmiah sehingga kecenderungan berpikir rasional ini menyebabkan ketidakmampuan

menghasilkan jawaban yang dapat dipercaya secara keilmuan melainkan berhenti pada

hipotesis yang merupakan jawaban sementara. Kalau sebelumnya terdapat kecenderungan

berpikir secara rasional, maka dengan meningkatnya intensitas penelitian maka

kecenderungan berpikir rasional ini akan beralih pada kecenderungan berpikir secara empiris.

Dengan demikian penggabungan cara berpikir rasional dan cara berpikir empiris yang

selanjutnya dipakai dalam penelitian ilmiah hakikatnya merupakan implementasi dari metode

ilmiah .

Kematangan berpikir ilmiah sangat ditentukan oleh kematangan berpikir rasional dan

berpikir empiris yang didasarkan pada fakta (objektif), karena kematangan itu mempunyai

dampak pada kualitas ilmu pengetahuan. Sehingga jika berpikir ilmiah tidak dilandasi oleh

rasionalisme, empirisme dan objektivitas maka berpikir itu tidak dapat dikatakan suatu proses

berpikir ilmiah. Karena itu sesuatu yang memiliki citra rasional, empiris dan objektif dalam

ilmu pengetahuan dipandang menjamin kebenarannya, dengan demikian rasionalisme,

empirisme dan objektivitas merupakan dogma dalam ilmu pengetahuan.

Kearifan memperbaiki paradigma ilmu pengetahuan nampaknya sangat diperlukan

agar ilmu pengetahuan seiring dengan tantangan zaman, karena ilmu pengetahuan tidak hidup

dengan dirinya sendiri, tetapi harus mempunyai manfaat kepada kehidupan dunia. Oleh

karena itu kita tidak bisa mengatakan ilmu pengetahuan dapat berkembang oleh dirinya

sendiri, jika kita memilih berpikir seperti itu maka sebenarnya kita telah berupaya

memperlebar jurang ketidakmampuan ilmu pengetahuan menjawab permasalahan kehidupan.

Hal ini perlu dipahami secara bijak karena permasalahan kehidupan saat ini sudah mencapai

pada suatu keadaan yang kritis, yaitu krisis yang kompleks dan multidimensi (intlektual,

moral dan spiritual) yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian jika

kita mempertanyakan penyesuaian apa yang dapat dilakukan ilmu pengetahuan dengan

kenyataan kehidupan (realitas), maka perubahan paradigma ilmu pengetahuan merupakan

jawaban untuk mengatasi krisis yang cukup serius.

Page 6: TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

Pengaruh Ajaran Etika terhadap Ilmu Pengetahuan

Menurut aristoteles tujuan manusia adalah kebahagiaan, yang dapat dicapai dengan

cara memandang yang Ilahi. Namun, pemikiran filsuf tidak dapat memuaskan manusia secara

sempurna. Satu-satunya pemandangan yang memuaskan sepenuhnya adalah pemandangan

Nilai Tertinggi dan Abadi. Dalam mencapai tujuan hidup tersebut manusia selalu di dasarkan

pada akal budinya, terarah pada realitas yang terbatas, sehingga manusia akan mencapai

kepuasan apabila telah sampai nilai tertinggi yaitu tuhan, sehingga tujuan terakhir adalah

tuhan. Adapun pengaruh ajaran etika terhadap ilmu pengetahuan adalah :

1) Adanya rasa cinta.

Rasa cinta sebagaimana menurut pendapat Ibnu arabi adalah, asal wujud-wujud, tidak

ada gerakan dalam alam kecuali cinta. Cinta adalah perangkul dan penyambung, tidak

hanya antara laki-laki dan perempuan, tetapijuga manusia dengan alam, dan manusia

dengan penciptanya. Para filsuf mengatakan cinta adalah keinginan untuk merangkul

realitas dan menguasai jaman. Dengan cinta manusia mengerti dimensinya yang tidak

terbatas, dengan perantara wujud menyatu, tersusun dan seirama. Cinta merupakan salah

satu bentuk potensi dari etika jika di lakukan denga tulus ikhlas tanpa ada niat negative,

cinta membentuk manusia menghormati, menghargai, dan menyayangi antar manusia.

2) Adanya pemikiran yang sistematis.

Etika adalah  pemikiran yang sistematis tentang ilmu pengetahuan, yang di hasilkan oleh

secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang mendasar dan kritis.

Etika tidak dapat menggantikan agama dan tidak bisa bertentangan dengan agama

bahkan etika sangat di perlukan oleh agama.

3) Mencegah egoisme.

Etika sangat di butuhkan dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat hidup tanpanya,

karena etika berpikir selalu berusa mencari mana yang benra dan mana yang salah.

Menurtu Jenny Teichman “ egoisme di anggap sebagai teori mengenai kodrat manusia

yakni teori yang menyatakan bahwa setiap manusia selalu di gerakkan oleh motivasi

cinta diri dan tindakan-tindakan yang tampaknya tidak untuk cinta diri sesungguhnya

merupakan tindakan-tindakan cinta diri secara sendiri”. Dari pandangan tersebut jelas

bahwa sikap egois cendrung mencari keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan

kepentinagan orang kain. Egoisme adalah sifat keakuan dan tidak mengindahkan nilai

kebersamaan dan memandang rendah orang lain.

Page 7: TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

4) Berfikir Bijaksana.

Socrates menjelaskan kebijaksanaan yaitu sama nilainya dengan pengetahuan, karena

tindakan yang bijaksana tidak mungkin timbul dari orang yang bodoh. Karena kebijakan

itu di jiwai oleh sifat wisdow, di sebabkan karena kebajikan itu inti dari kebijaksanaan,

kejujuran.

5) Bertanggung Jawab.

Eksistensi manusia didunia menurut aliran materealisme adalah bahwa manusia itu

merupakan hasil dari proses dan daya seperti hanya barang-barang, benda-benda. Aliran

ini merumuskan satu visi berharga yang berusaha mempertanggung jawabkansuatu

kenyataan yang tidak boleh di abaikan.

Hubungan Etika dengan Ilmu Pengetahuan

Tidak jarang kita menemukan pernyataan yang mengillustrasikan erat kaitan antara

ilmu dan etika, serta signifikansi keduanya. Kemegahan seorang ilmuwan terdapat pada

keindahan etikanya. Abu Zakaritta al-anbari berkata: ilmu tanpa etika bagaikan api tanpa

kayu bakar, dan etika tanpa ilmu adalah seperti jiwa tanpa badan. Etika adalah sebuah Ilmu

dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama.

Bagaimana bila harus hidup, bukanlah etika melainkan ajaran moral. Ilmu dan etika sebagai

suatu pengetahuan yang di harapkan dapat meminimalkan dan menghintakan penyimpangan

dan kejahatan di kalangan masyarakat. Di samping itu, Ilmu dan etika di harapkan mampu

mengembangkan kesadaran moral di masyarakat agar dapat menjadi cendikiawan yang

memiliki moral dan ahlak yang baik/mulia.

Etika memberikan semacam batasan maupun standar yang mengatur pergaulan

manusia di dalam kelompok sosialnya. Etika ini kemudian di rupakan ke dalam bentuk aturan

tertulis yang secara sistematik sengaja di buat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan

pada saat di butuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam

tindakan yang logika-rasional umum (common sense) di nilai menyimpang dari kode etik.

Ilmu sebagai asas moral atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan universal

bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaan.

Page 8: TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

BAB II

RANGKUMAN

Pengetahuan pada manusia secara garis besar terbagi ke dalam dua bagian. Pertama,

konsepsi (tassawur) yaitu pengetahuan sederhana dan kedua, pembenaran (thasdiq) yaitu

pengetahuan yang mengandung suatu penilaian . Artinya, proses berpikir yang manusia

lakukan melalui dua tahapan yang saling melengkapi yaitu; pengetahuan yang pertama kali

muncul berupa konsepsi (tassawur) atau pengetahuan sederhana dan seterusnya manusia

melalui pikirannya melakukan pembenaran. Sampai sejauh ini, di dunia akademik panutan

pembenaran ilmu pengetahuan dilandaskan pada proses berpikir secara ilmiah. Oleh karena

itu, proses berpikir di dunia ilmiah mempunyai cara-cara tersendiri sehingga dapat dijadikan

pembeda dengan proses berpikir yang ada di luar dunia ilmiah. Dengan alasan itu berpikir

ilmiah dalam ilmu pengetahuan harus mengikuti cara filsafat pengetahuan atau epistemologi,

sementara dalam epistemologi dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh

pengetahuan secara ilmiah disebut filsafat ilmu.

Etika menurut bahasa (etimologi) istilah etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos

yang berarti adat-istiadat (kebiasaan). Perasaan batin, cenderung hati untuk melakukan

perbuatan. Dalam kajian filsafat etika merupakan bagian dari filsafat yang mencangkup

metafisika, kosmologi, psikologi, logika, hukum, sosiologi, ilmu sejarah, dan etestika. Etika

merupakan ajaran tentang keluhuran budi baik . Etika adalah pembahasan mengenai baik

(good), buruk (bad), semestinya (ought to), benar (right), dan salah (wrong). Sehingga etika

dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang segala kebaikan dalam kehidupan

manusia secara keseluruhan.

Pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang esensial- aksiden manusia,

karena pengetahuan adalah buah dari “berpikir “. Berpikir ( atau natiqiyyah) adalah sebagai

differentia ( atau fashl) yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya, yaitu hewan. Dan

sebenarnya kehebatan manusia dan “barangkali” keunggulannya dari spesies-spesies lainnya

karena pengetahuannya.

Ilmu pengetahuan (dalam hal ini pengetahuan ilmiah) harus diperoleh dengan cara

sadar, melakukan sesuatu terhadap objek, didasarkan pada suatu sistem, prosesnya

menggunakan cara yang lazim, mengikuti metode serta melakukannya dengan cara berurutan

yang kemudian diakhiri dengan verifikasi atau pemeriksaan tentang kebenaran ilimiahnya.

Kemampuan rasional dalam proses berpikir dipergunakan sebagai alat penggali empiris

Page 9: TGS 5, ETIKA DAN SAINS.docx

sehingga terselenggara proses “create” ilmu pengetahuan. Kematangan berpikir ilmiah sangat

ditentukan oleh kematangan berpikir rasional dan berpikir empiris yang didasarkan pada

fakta (objektif), karena kematangan itu mempunyai dampak pada kualitas ilmu pengetahuan.

Sehingga jika berpikir ilmiah tidak dilandasi oleh rasionalisme, empirisme dan objektivitas

maka berpikir itu tidak dapat dikatakan suatu proses berpikir ilmiah. Karena itu sesuatu yang

memiliki citra rasional, empiris dan objektif dalam ilmu pengetahuan dipandang menjamin

kebenarannya, dengan demikian rasionalisme, empirisme dan objektivitas merupakan dogma

dalam ilmu pengetahuan.

Menurut aristoteles tujuan manusia adalah kebahagiaan, yang dapat dicapai dengan cara memandang yang Ilahi. Namun, pemikiran filsuf tidak dapat memuaskan manusia secara sempurna.

Adapun pengaruh ajaran etika terhadap ilmu pengetahuan adalah :

1. Adanya rasa cinta, para filsuf mengatakan bahwa cinta adalah keinginan untuk

merangkul realitas dan menguasai jaman.

2. Adanya pemikiran yang sistematis, etika tidak dapat menggantikan agama dan tidak bisa

bertentangan dengan agama.

3. Mencegah egoism, egoism adalah sifat keangkuhan dan tidak kmengindahkan nilai

kebersamaan dan memandang rendah orang lain, oleh karena itu lah dibutuhkan etika.

4. Berfikir bijaksana, sesungguhnya kebijaksanaan itu dijiwai oleh sifat wisdow,

sidebabkan karena kebiijaksanaan itu inti dari kebijaksanaan kejujuran.

5. Bertanggung jawab.

Kemegahan seorang ilmuwan terdapat pada keindahan etikanya. Abu Zakaritta al-

anbari berkata: ilmu tanpa etika bagaikan api tanpa kayu bakar, dan etika tanpa ilmu adalah

seperti jiwa tanpa badan. Etika adalah sebuah Ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan

ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Bagaimana bila harus hidup, bukanlah etika

melainkan ajaran moral. Ilmu dan etika sebagai suatu pengetahuan yang di harapkan dapat

meminimalkan dan menghintakan penyimpangan dan kejahatan di kalangan masyarakat.