Tesis S2 USU - Parisipasi Masyarakat Dl Pengembangan Wisata Bahari Kab Serdang

download Tesis S2 USU - Parisipasi Masyarakat Dl Pengembangan Wisata Bahari Kab Serdang

of 142

description

Tesis S2 USU - Parisipasi Masyarakat Dl Pengembangan Wisata Bahari Kab Serdang

Transcript of Tesis S2 USU - Parisipasi Masyarakat Dl Pengembangan Wisata Bahari Kab Serdang

  • PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BAHARI PANTAI CERMIN

    KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

    T E S I S

    OLEH

    NARUDDIN DALIMUNTHE 057024039/SP

    SEKOLAH PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    M E D A N

    2 0 0 7

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BAHARI PANTAI CERMIN

    KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

    T E S I S

    Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan

    Program Studi Pembangunan

    Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

    OLEH

    NARUDDIN DALIMUNTHE 057024039/SP

    SEKOLAH PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    M E D A N

    2 0 0 7

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • PERNYATAAN

    PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BAHARI PANTAI CERMIN

    KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

    TESIS

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang sepentahuan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Medan, September 2007

    Naruddin Dalimunthe 057024039

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • ABSTRACT

    Lately, Maritime Tourism a lot of signalized by regency governments in Indonesia. This matter is understandable because it is true a lot of regency region owning seaboard. Beside that unanswerable that Maritime Tourism have the potency to be source PAD and resource of stock-exchange of State estimated will very big. Implication into effect of system decentralize have opened opportunity for every area to be optimal every existing resource. Area will be pushed to dig every potency in order to improving original earnings of its area ( PAD). So that, in this time a lot of local government owning area in the form of seaboard, coping to develop Maritime Tourism in its region. This matter conducted by Serdang Bedagei Government triedly lift Maritime Tourism potency exist in its area. The Maritime Tourism Location is Coastal region of Mirror matching with result survey conducted by World Tourism Organization (WTO), Maritime Tourism Object of Mirror Coast can be made as ancol in Jakarta or Nusa Dua Bali Deity Island, thereby Maritime Tourism Object of Pantai Cermin by Serdang Bedagai represent very potential experienced resource to be developed. Pursuant to this matter why the writer interested to check how participation socialize in Maritime Tourism potency development of policy and Pantai Cermin any kind of which have been conducted by local government of Serdang Bedagai for tourism development, specially Coastal object Tourism of Pantai Cermin.

    Type of Study used in this research have the character of descriptive with approach qualitative where this research cope to depict participation socialize to development potency of Maritime Tourism Pantai Cermin and how governmental policy in development potency of Maritime Tourism Pantai Cermin. To deepen analysis of data related to policy development of Maritime Tourism Pantai Cermin, hence will be conducted by an interview exhaustively with Informan of key with use of appliance of research verbal, to get data that is needed in this research become complete. Data obtained from field, data of secunder and also primary will be compiled and presented and analysed by using approach qualitative in the form of later explain in analysis as according to research problem.

    Result of research show that society caring to take care of and got mixed up with the effort tourism service hence the mentioned have shall be deemed to have participated. In line with from participation that is create condition which condusif or equally that participation socialize in Maritime development Tourism of Serdang Bedagai. From research also can be concluded by a several things that is, maritime potency of Serdang Bedagai represent remarkable asset to development especially in maritime development Tourism have made policy about tourism. In developing area Tourism hence the Serdang Bedagai have released some policy which contents tourism development in Serdang Bedagai. Some object Tourism developed by Serdang Bedagai of Pantai Cermin, Pulau Berhala, Bali Kampong, and others. Follow the example of the Perda Number 12, 2006 about Pulau Berhala management as Area Eco Marine Tourism (Maritime Tourism Base on Environment).

    Keywords : Maritime Tourism, Ecotourism, Maritime Culture, People Participation,

    Sustainable Development

    iNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • ABSTRAK

    Belakangan ini Wisata Bahari banyak ditonjolkan oleh pemerintah-pemerintah kabupaten / kota di Indonesia. Hal ini dapat dimengerti karena memang banyak wilayah kabupaten / kota yang memiliki daerah pesisir. Implikasi diberlakukannya sistem desentralisasi telah membuka peluang bagi setiap daerah untuk mengoptimalkan setiap sumber daya yang ada. Daerah akan didorong untuk menggali setiap potensi dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerahnya (PAD). Hal inilah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagei dengan mencoba mengangkat potensi Wisata Bahari yang ada di daerahnya. Lokasi Wisata Bahari tersebut adalah wilayah Pantai Cermin yang sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh World Tourism Organization (WTO), Objek Wisata Bahari Pantai Cermin dapat dijadikan sebagai ancolnya Jakarta atau Nusa Duanya Pulau Dewata Bali, dengan demikian Objek Wisata Bahari Pantai Cermin yang dimiliki Kabupaten Serdang Bedagai merupakan sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan.

    Jenis studi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana penelitian ini berupaya menggambarkan partisipasi masyarakat terhadap pengembangan potensi Wisata Bahari Pantai Cermin dan bagaimana kebijakan pemerintah dalam pengembangan potensi Wisata Bahari Pantai Cermin. Untuk memperdalam analisis data yang berkaitan dengan kebijakan pengembangan Pariwisata Bahari Pantai Cermin, maka akan dilakukan wawancara secara mendalam dengan Informan kunci dengan penggunaan alat penelitian verbal (tape recording), untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini menjadi lengkap. Data yang diperoleh dari lapangan, baik data sekunder maupun primer akan disusun dan disajikan dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif berupa pemaparan yang kemudian di analisis dan di narasikan sesuai dengan masalah penelitian.

    Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kepedulian masyarakat untuk menjaga dan terlibat dalam usaha jasa pariwisata maka hal tersebut sudah bisa dianggap telah berpartisipasi. Sesuai dengan tujuan dari partisipasi yaitu menciptakan kondisi yang kondusif atau dengan kata lain bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata Bahari Serdang Bedagai memang sangat dilibatkan.Dari penelitian ini juga bisa disimpulkan beberapa hal yaitu, potensi bahari Serdang Bedagai merupakan aset yang luar biasa terhadap pembangunan Kabupten khususnya dalam pengembangan wisata bahari telah membuat perda tentang pariwisata. Dalam mengembangkan daerah wisata maka Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang memang isinya sangat konsen terhadap pengembangan pariwisata di Kabupaten Serdang Bedagai. Beberapa objek wisata yang dikembangkan oleh Pemkab Serdang Bedagai seperti Pengembangan Pantai Cermin, Pulau Berhala, Kampung Bali, dan lain-lain. Contoh Perda tersebut adalah Perda Nomor 12 Tahun 2006 tentang pengelolaan pulau Berhala Serdang Bedagai Sebagai Kawasan Eco Marine Tourism (Wisata Bahari Berbasis Lingkungan). Keywords : Wisata Bahari, Eko Tourism, Budaya Maritim, Partisipasi Masyarakat dan

    Pembangunan pariwisata berkelanjutan.

    iiNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • KATA PENGANTAR

    Assalamuallaikum Wr.Wb,

    Sembah dan Syukur yang tak terhingga dari penulis kepada Allah SWT-Penguasa

    alam semesta dan Pemberi kehidupan, yang telah memberikan begitu banyak nikmat dan

    kebahagiaan serta kelapangan hati kepada penulis sehingga tesis yang berjudul

    Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin

    Kabupaten Serdang Bedagai dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih yang tak

    terhingga kepada Isteri dan anak-anak atas semua pemberian dukungan dan cinta kasih

    yang tulus kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik. Terima

    kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga besar saya atas dukungan dan

    kebersamaannya.

    Tulisan ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan dan dorongan yang

    besar dari banyak pihak. Penulis menghatur terima kasih dan penghargaan kepada Drs.

    Agus Suriadi,M.Si dan Drs. Gustanto, M.Hum selaku pembimbing yang sabar dalam

    memberikan banyak arahan kepada penulis sejak dari tahapan proposal sampai

    penyelesaian tesis ini dan selalu memberikan motivasi, filosofi dan dukungan agar

    penulis selalu bersemangat menyelesaikan tesis ini. Penghargaan dan terima kasih juga

    penulis sampaikan kepada Dr. Badaruddin dan Drs. Ermansyah, M.Hum selaku Tim

    Penguji atas kritik dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.

    iiiNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Ucapan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan juga disampaikan

    kepada :

    1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.Dr.Chairuddin P. Lubis, DTM&H,

    SpA(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk ikut serta dalam studi

    di Sekolah Pascasarjana USU.

    2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.Ir.T.Chairunnisa

    B,M.Sc.

    3. Ketua Program Studi Pembangunan, Bapak Dr.Subhilhar, MA yang telah

    memberikan kesempatan untuk penulis bisa menimba ilmu di Program Studi

    Pembangunan serta diskusi-diskusinya yang sangat bermanfaat.

    4. Seluruh Dosen-Dosen pada Program Studi Pembangunan USU atas perhatian dan

    bimbingan selama perkuliahan.

    5. Bapak Gubernur Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk

    bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.

    6. Bapak Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan

    dukungan dan ijin untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.

    7. Teman-teman kuliah yang tidak dapat disebutkan satu persatu, khususnya mahasiswa

    Program Studi Pembangunan Angkatan 2005 yang telah memberikan dorongan,

    semangat sekaligus teman diskusi, saling membantu dan berbagi rasa.

    8. Para Staf dan Pegawai Program Studi Pembangunan yang telah membantu penulis

    selama proses perkuliahan hingga selesai.

    ivNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

    dapat penulis sebutkan satu persatu pada kesempatan ini yang telah memberikan

    dukungan untuk bisa segera menyelesaikan kuliah ini. Semoga Allah memberikan

    balasan yang berlipat ganda. Amiin.

    Wassalam.Wr.Wb

    Medan, September 2007 Penulis

    Naruddin Dalimunthe

    vNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • DAFTAR ISI ABSTRACT . vi

    ABSTRAK vi

    KATA PENGANTAR . vi

    DAFTAR ISI vi

    DAFTAR GAMBAR ... vi

    DAFTAR TABEL ... vi

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1. Latar Belakang ... 1

    1.2. Rumusan Masalah ... 8

    1.3. Tujuan Penelitian ..... 8

    1.4. Manfaat Penelitian ....... 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

    2.1. Pariwisata .................... 10

    2.2. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Pariwisata ... 13

    2.3 Industri Parawisata .......................................................................... 18

    2.4. Sosiologis Kepariwisataan .............................................................. 19

    2.5. Pariwisata dan Ekonomi Daerah ..................................................... 21

    2.6 Konsep Pariwisata Bahari 27

    2.7. Konsep Ruang dan Pengembangan Kepariwisataan ....................... 30

    2.8. Filosofi Pariwisata Bahari berkelanjutan berbasis Masyarakat ...... 32

    2.9. Strategi Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari Sebagai Sumber

    Pendapatan ....................................................................................

    39 2.10. Konsep Pembangunan dan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan.. 44

    2.11. Partisipasi Masyarakat ................................................................... 50

    2.12. Objek Bahari Wisata Pantai Cermin ............................................. 54

    2.13. Kawasan Pariwisata ....................................................................... 56

    viNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 2.14. Bentuk Kepariwisataan .................................................................. 58

    2.15. Pendekatan Pariwisata ................................................................... 60

    2.16. Ruang Lingkup Objek dan Daya Tarik Wisata . 64

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN . 66

    3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 66

    3.2. Definisi Konsep .............................................................................. 66

    3.3. Lokasi Penelitian .............................................................................. 67

    3.4. Informan Kunci 67

    3. 5. Teknik Pengumpulan Data 68

    3.6. Teknik Analisis Data ...................................................................... 69

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 70

    4.1. Kondisi Geografis .......................................................................... 70

    4.2. Aspek Kepariwisataan .................................................................... 74

    4.3. Pengunjung Objek Wisata Pantai Cermin ...................................... 77

    4.4. Faktor-faktor Penggunaan Lahan .................................................... 81

    4.5. Perhotelan beserta Penunjangnya ... 82

    4.6. Pertumbuhan dan Perkembangan Kepariwisataan .......................... 82

    4.7. Sarana dan Prasarana .. 89

    4.8. Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengembangan Potensi Wisata

    Bahari Kawasan Objek Wisata Pantai Cermin Kabupaten

    Serdang Bedagai ............................................................................

    98

    4.9.Kebijakan Pemerintah Daerah Serdang Bedagai dalam

    Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Serdang Bedagai ............

    110 BAB V KESIMPULAN 125 SARAN .................................................................................................. 128

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 130

    viiNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema konsep ecotourism Bahari 28

    Gambar 2.2 Komponen Fungsi dari Sisi Persediaan ......................................... 37

    Gambar 2.3. Pengaruh luar sistem Pariwisata .................................................... 37

    Gambar 2.4 Tipe Pariwisata & Ragamnya 46

    Gambar 4.2. Peta tata guna lahan di kawasan objek wisata Pantai Cermin ....... 75

    Gambar 4.3. Grafik kunjungan wisatawan ke objek wisata Pantai Cermin........ 85

    Gambar 4.4. Grafik perbandingan kunjungan wisatawan ke Sumatera Utara dan Pantai Cermin.........................................................................

    86

    DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jumlah pengunjung wisatawan ke objek wisata Pantai Cermin 55

    Tabel 4.1. Jarak dari Kandor Desa ke Ibu Kota Kecamatan dan Ibu Kota

    Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai

    71

    Tabel 4.2. Luas Desa dan persentasenya terhadap luas Kecamatan Pantai Cermin...........................................................................................

    72

    Tabel 4.3. Jumlah Dusun, RT dan RW tiap desa di Kecamatan Pantai Cermin ..........................................................................................

    73

    Tabel 4.4. Jumlah penduduk menurut kewarganegaraan ............................... 74

    Tabel 4.5. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Pantai Cermin............................................................................................

    77

    Tabel 4.6. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara.... 83

    Tabel 4.7. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara melalui pintu masuk ..

    83

    Tabel 4.8. Jumlah kunjungan wisatawan ke objek Wisata Pantai Cermin.. 84

    Tabel 4.9. Perbandingan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara dan ke objek Wisata Pantai Cermin.....................

    85

    Tabel 4.10. Tanggapan responden tentang penataan lahan pantai....................

    103

    Tabel 4.11. Tanggapan masyarakat tentang dampak positif perkembangan pariwisata .......................................................................................

    120

    viiiNaruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik,

    budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli

    dan perencana pembangunan. Penafsiran yang multi dimensional atas fenomena

    ini menjadikan pariwisata didefenisikan dengan luas dan rumit. Konsep-konsep

    baru ditawarkan dengan penonjolan perspektif tertentu. Demikianlah misalnya

    pariwisata sering disamakan sebagai suatu industri karena fenomena ini terkait

    dengan proses-proses produksi barang dan jasa dengan menggunakan tehnologi

    tertentu. Dalam perspektif geografi pariwisata terkait dengan fenomena mobilitas

    pnduduk secara spasial yang terjadi karena perbedaan fungsi-fungsi ruang (dan

    isinya) bagi kehidupan komunitas masyarakat (Opperman:1980). Keterkaitan

    antara berbagai fenomena kehidupan masyarakat dalam pariwisata menyebabkan

    pariwisata ini hanya dapat dipahami dengan baik apabila didasarkan pada

    pendekatan inter disiplin dan transdisiplin.

    Menurut Chadwick (1994) ada tiga konsep penting yang digunakan secara

    simultan untuk mendefenisikan pariwisata, yakni, pertama, pergerakan (spasial)

    penduduk; kedua, sektor ekonomi atau aktivitas yang memproduksi dan me-

    reproduksi barang dan jasa; ketiga, suatu sitem yang menjalin interaksi manusia,

    kebutuhannya untuk bepergian keluar komunitasnya dan jasa-jasa dalam produk

    intangible dan tangible yang muncul sebagai respon terhadap kebutuhan tersebut.

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Ketiga konsep dasar ini harus terpadu untuk menciptakan fenomena pariwisata

    (Stephen, 1998). Dengan demikian pariwisata mencakup baik aktivitas wisata

    yang dilakukan oleh manusia maupun kegiatan yang memfasilitasi kegiatan itu

    dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya.

    Bisnis pariwisata sudah menjadi sektor andalan di banyak negara. Hal ini

    diperkuat oleh pernyataan Naisbitt (1997) yang menyatakan pariwisata merupakan

    penghasil uang terbesar dan sektor terkuat dalam perekonomian global. Pariwisata

    telah mampu mempekerjakan sebanyak 204 juta orang di seluruh dunia

    menghasilkan 10,6 persen Produk Nasional Bruto dunia; memberikan kontribusi

    pajak sebesar 655 juta dollar, sehingga tidak mengherankan apabila banyak negara

    berlomba-lomba menjadikan negaranya sebagai objek yang kaya akan daya tarik

    kepariwisataan. Seperti di Indonesia, sebelum terjadinya lembaran hitam dalam

    sejarah dunia kepariwisataan di Indonesia, berupa peristiwa buruk dengan

    peledakan bom yang dilakukan oleh teroris di Legian Kuta Bali, 12 oktober 2002

    yang lalu, Pariwisata merupakan penghasil devisa terbesar ke tiga setelah tekstil

    dan migas. Ini meng-isyaratkan bahwa industri jasa bidang pariwisata memilik

    potensi yang cukup besar untuk menjadi tulang punggung perekonomian nasional

    di masa mendatang (Sutowo, 2002).

    Sejarah membuktikan bahwa kemajuan teknologi ikut mengakselerasi

    pergerakan manusia secara spasial. Modal struktur yang mengakomodasi gerakan

    tersebut juga berkembang lebih cepat. Penggunaan pesawat terbang berbadan

    lebar yang mampu mengangkut ratusan penumpang sekaligus, yang kemudian

    diikuti oleh penurunan tarif yang sangat drastis, mendorong jutaan penduduk

    2

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • mulai masuk ke dalam pasar wisatawan, baik lokal, nasional, maupun

    internasional. Hal itulah sesungguhnya yang terjadi apabila kita mengamati

    peningkatan jumlah wisatawan internasional dari sekitar 25 juta pada tahun 1950

    menjadi sekitar 676 juta pada tahun 2002 yang lalu. Menjelang dasawarsa pertama

    abad-21 ini diperkirakan jumlah wisatawan global akan mencapai satu millyar.

    Peningkatan yang drastis ini diikuti pula oleh kenaikan sumbangannya pada PDB

    dunia dari hanya 1,2 persen menjadi sekitar 12,1 persen pada periode yang sama

    (WTO, 2004). Bahkan sebelumnya Naisbitt (1997) sudah memprediksi bahwa

    dengan kontribusi ekonominya (dalam bentuk pajak, kesempatan kerja, belanja

    negara, dan investasi modal) yang amat besar, pariwisata merupakan industri

    terbesar pada abad ini.

    Apabila diamati lebih dekat tampak bahwa arus utama wacana

    perkembangan pariwisata ini lebih terfokus pada pariwisata internasional, dalam

    arti berbagai indikator pertumbuhan arus perjalanan wisata yang melampaui batas-

    batas teritorial suatu negara. Apabila merujuk pada data kepariwisataan secara

    global, maka hampir semuanya menunjukkan indikator perkembangan pariwisata

    internasional tadi. Padahal, sebenarnya perkembangan pariwisata internasional

    tidak terlepas dari perkembangan pariwisata domestik (Schlenke dan Stewig,

    dikutip Damanik, 2001). Banyak ahli, termasuk dari kalangan badan pariwisata

    internasional mengakui bahwa jumlah wisatawan domestik ini tidak dapat

    diabaikan dalam spektrum perkembangan pariwisata di setiap negara. Artinya

    secara umum dapat dikatakan bahwa pariwisata domestik menjadi salah satu basis

    perkembangan pariwisata yang sangat penting disetiap negara.

    3

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Pembangunan pariwisata di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh

    perkembangan pariwisata dunia yang berlangsung sangat pesat sekali pada tahun-

    tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang saling

    berhubungan dengan sedemikian cepatnya, disertai dengan peningkatan

    pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat yang lebih mendukung kemampuan

    akan pemenuhan kebutuhan untuk berlibur dengan melakukan kunjungan wisata.

    Perkembangan arus wisata yang semakin pesat merupakan salah satu

    bagian utama dalam pertumbuhan kepariwisataan, sehingga pengembangan

    periwisata perlu lebih mendapat perhatian khusus, untuk dikemas dan di manage

    se-sempurna mungkin dalam menjawab tantangan dari laju arus kunjungan

    wisatawan yang akan datang, yang akan membutuhkan dan menggunakan sarana

    dan prasarana wisata, yang merupakan fasilitas dari Industri jasa Pariwisata yang

    tersedia. Dengan kata lain bahwa, perkembangan pariwisata tersebut sangat

    ditentukan oleh baik atau tidak baiknya keadaan sarana dan prasarana yang

    merupakan faktor penunjang kepariwisataan.

    Daya tarik Wisata Bahari di kawasan pesisir dan lautan Indonesia,

    merupakan anugrah yang dimiliki Bangsa Indonesia yang tidak semua negara di

    dunia memiliki kekayaan alam yang indah seperti ini, demikian keragaman flora

    dan fauna dengan potensi yang demikian sempurna. Dengan demikian agar

    pengembangan Pariwisata, termasuk Wisata Bahari dapat memberikan manfaat

    sebesar-besarnya bagi pembangunan, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan

    strategi yang terencana dan sistematis bagi masyarakat lokal. Keterlibatan atau

    partisipasi masyarakat lokal menjadi penting pula termasuk dalam kaitannya

    4

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • dengan upaya keberlanjutan pariwisata itu sendiri yang mencakup perlindungan

    terhadap lingkungan maupun manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat. Hal

    inilah yang menjadi faktor utama dalam perspektif pengembangan pariwisata

    daerah.

    Pengembangan pariwisata ini sudah tentu mempunyai kaitan dengan

    berbagai aspek kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi maupun dari segi

    sosial budaya. Apabila dilihat dari segi ekonomi bahwa pariwisata sebagai salah

    satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), antara lain berupa pajak, retribusi

    dan sumber Devisa bagi Negara. Disamping itu Industri Pariwisata sebagai

    Industri padat karya akan membuka lapangan kerja yang begitu besar bagi

    penduduk dimana obyek wisata itu berada, sekaligus akan membuka peluang bagi

    Home Industri bagi masyarakat sekitar dalam bentuk karya seni kerajinan tangan,

    Souvenier, Snack khas daerah, jasa Guide, Jasa transportasi darat dan laut,

    Restaurant dll. Yang akan menambah pendapatan bagi masyarakat setempat.

    Belakangan ini Wisata Bahari banyak ditonjolkan oleh pemerintah-

    pemerintah kabupaten / kota di Indonesia. Hal ini dapat dimengerti karena

    memang banyak wilayah kabupaten / kota yang memiliki daerah pesisir.

    Disamping itu tidak dapat disangkal bahwa Wisata Bahari sangat berpotensi untuk

    dijadikan sebgai sumber PAD dan sumber Devisa Negara yang diperkirakan akan

    sangat besar. Wisata bahari pada hakekatnya adalah mengembangkan dan

    memanfaatkan obyek serta daya. Soekarno dari LIPI menyebutkan bahwa apabila

    kondisi sosial politik Indonesia berada dalam keadaan aman, jumlah wisatawan

    mancanegara yang akan berkunjung ke Indonesia diprediksi akan mencapai

    5

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • sekitar 5,1 juta orang / tahun. Dengan jumlah pengeluaran sekitar US.$ 5 milyar,

    dengan asumsi mereka menginap (Long Stay) selama 10 hari dengan pengeluaran

    rata-rata US.$ 958 / hari. (Soekarno, 2001).

    Melihat arus mobilitas manusia saat ini dan kedepan, apalagi dalam

    memasuki abad 21, sejalan dengan kemajuan teknologi, kebutuhan kepariwisataan

    bagi penduduk dunia menjadi sangat penting, bahkan telah ber-evolusi menjadi

    kebutuhan Primier, sehingga tidak terpisahkan dari kebutuhan kehidupan manusia.

    Dengan demikian Industri Pariwisata ditinjau dari aspek ekonomi

    merupakan potensi yang sangat prospektif dan menjanjikan. Akan tetapi harus

    dikemas, digali dikembangkan dan dipublikasikan melalui proses promosi kepada

    dunia. Potensi pariwisata dari sisi industri yang mengandalkan setiap atraksi, dan

    merupakan modal untuk menarik dan menahan setiap wisatawan yang datang.

    Sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap berbagai aspek,

    baik kepada masyarakat lokal, maupun sumbangsihnya terhadap peningkatan

    ekonomi daerah. Namun sehebat apapun perkembangan suatu objek wisata

    tidaklah ada artinya bagi masyarakat jika masyarakat tidak ikut menikmati hasil

    dari aktivitas pariwisata yang ada. Hal ini akan sangat penting dan merupakan

    faktor penentu karena masyarakat terutama penduduk lokal, adalah salah satu

    komponen penting dalam pengembangan pariwisata, apalagi jika pariwisata

    diposisikan pula sebagai program dalam upaya untuk mengembangkan dan

    memakmurkan masyarakat.

    Implikasi diberlakukannya sistem desentralisasi telah membuka peluang

    bagi setiap daerah untuk mengoptimalkan setiap sumber daya yang ada. Daerah

    6

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • akan didorong untuk menggali setiap potensi dalam rangka meningkatkan

    pendapatan asli daerahnya (PAD). Sehingga saat ini banyak pemerintah daerah

    yang memiliki kawasan berupa daerah pesisir, berupaya mengembangkan Wisata

    Bahari di wilayahnya. Hal inilah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

    Serdang Bedagei dengan mencoba mengangkat potensi Wisata Bahari yang ada di

    daerahnya. Lokasi Wisata Bahari tersebut adalah wilayah Pantai Cermin yang

    sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh World Tourism Organization

    (WTO), Objek Wisata Bahari Pantai Cermin dapat dijadikan sebagai ancolnya

    Jakarta atau Nusa Duanya Pulau Dewata Bali, dengan demikian Objek Wisata

    Bahari Pantai Cermin yang dimiliki Kabupaten Serdang Bedagai merupakan

    sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan.

    Kawasan Pantai Cermin terkenal dengan keindahan pantai dengan pasir

    putih yang landai, potensi laut yang baik untuk pemandian dan diving (melihat

    panorama keindahan alam dibawah air), makanan laut (Sea Food) yang melimpah,

    adanya beberapa pantai dan pulau sebagai objek Wisata Bahari yang

    berdampingan seperti Pantai Putri, Pantai Kelang dan Pantai Sialang buah,

    Namun objek wisata ini belum sepenuhnya dimanfaatkan dan dikelola secara

    professional sebagai objek wisata bagi wisatawan mancanegara, maupun

    wisatawan domestik. Sebab sesungguhnya yang disebut dengan objek wisata

    adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, sejarah

    bangsa dan tempat serta keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk

    kunjungan wisata. (Undang-undang RI No.9 Thn 1990). Agar pembangunan

    Wisata Bahari terlaksana secara optimal, berkelanjutan dan handal, maka salah

    7

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • satu aspek yang sangat penting adalah aspek sosial, ekonomi dan budaya. Aspek

    ini mensyaratkan bahwa, masyarakat sekitar yang akan bertindak sebagai pelaku

    dan sekaligus tujuan pembangunan wisata bahari harus mendapatkan manfaat

    terbesar dari kegiatan pembangunan tersebut. Untuk mengatasi permasalahan ini

    dibutuhkan peran pemerintah dalam merumuskan suatu kebijakan yang tepat dan

    efektif guna meningkatkan manfaat potensi tersebut bagi masyarakat sekitar,

    pendapatan daerah (PAD) dan juga sebagai sumber Devisa bagi negara.

    1.2 Perumusan masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

    masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan potensi Wisata

    Bahari Pantai Cermin?

    2. Bagaimana kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Serdang

    Bedagai dalam pengembangan potensi wisata bahari di Serdang Bedagai?

    1.3. Tujuan penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan

    potensi Wisata Bahari Pantai Cermin.

    2. Untuk mengetahui kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah

    Serdang Bedagai dalam pengembangan potensi Wisata Pantai Cermin.

    8

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 1.4. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

    a. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

    sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai,

    sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan dalam pengembangan potensi

    pariwisata.

    b. Bagi Program Studi Magister Studi Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana

    Universitas Sumatera Utara, akan melengkapi ragam penelitian yang telah

    dibuat oleh para mahasiswa dan dapat menambah bahan bacaan dan referensi

    bahan bacaan dari suatu karya ilmiah.

    9

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pariwisata

    Perkataan pariwisata berasal dari bahasa sansekerta dengan rangkaian suku

    kata pari= banyak, ditambah dengan wis = melihat, dan ata = tempat.

    Jadi, Pariwisata merupakan terjemahan dari melihat banyak tempat .

    Indonesia pada awalnya mengenal pariwisata dengan mempergunakan

    bahasa asing yaitu tourism. Perubahan istilah tourism menjadi pariwisata

    dipopulerkan ketika dilangsungkan Musyawarah Nasional.

    Pengertian pariwisata secara lengkap dapat dilihat dalam Undang-Undang

    Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan dalam Pasal 1

    menyatakan :

    Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

    yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

    obyek dan daya tarik wisata.

    Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

    Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

    pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di

    bidang tersebut.

    Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

    penyelenggaraan pariwisata.

    10

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

    pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata,

    usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

    Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran

    wisata.

    Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau

    disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

    Menurut pandangan ahli, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke

    tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorang atau kelompok, sebagai usaha

    mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan hidup

    dalam dimensi sosial budaya, alam dan ilmu (Kodhyat dalam Spillane, 1994:21).

    Sedangkan menurut Wahab dalam Pemasaran Pariwisata (1992:5) berpendapat :

    dari definisi yang dikemukakan para pakar tersebut dapat diambil unsur-unsur

    dari pariwisata adalah:

    1. Adanya kegiatan mengunjungi suatu tempat

    2. Bersifat sementara

    3. Ada sesuatu yang ingin dilihat atau dinikmati

    4. Dilakukan perseorangan atau sekelompok orang

    5. Mencari kesenangan/ kebahagiaan

    6. Adanya fasilitas ditempat wisata

    11

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Menurut Oka A. Yoeti (1997) industri pariwisata akan menyumbangkan devisa

    melalui:

    1) Penerimaan visa-fee sewaktu wisatawan akan berangkat ke Indonesia pada

    kedutaan/perwakilan Indonesia di luar negeri;

    2) Hasil penjualan tiket pesawat udara atau kapal laut (bila pesawat udara atau

    kapal laut yang digunakan adalah pesawat atau kapal yang merupakan milik

    bangsa Indonesia)

    3) Biaya taxi/coach bus untuk transfer dari lapangan udara ke hotel dan

    sebaliknya

    4) Sewa kamar hotel selama menginap pada beberapa kota yang dikunjungi;

    5) Biaya makanan dan minuman pada Bar dan Restoran, dalam maupun di luar

    hotel;

    6) Biaya tours dan sight seeing serta excursion pada kota-kota yang dikunjungi;

    7) Biaya taxi untuk transportasi lokal untuk keperluan berbelanja (shopping) dan

    keperluan pribadi lainnya

    8) Pengeluaran untuk membeli barang-barang souvenir serta barang-barang

    lainnya, yang dibeli pada beberapa kota yang dikunjunginya

    9) Fee perpanjangan visa di tempat atau kota yang dikunjunginya (bila

    diperlukan).

    12

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 2.2 Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Pariwisata

    Pariwisata Indonesia berkembang dengan pesat dapat dijadikan andalan

    atau penyumbang paling tinggi untuk peningkatan perekonomian masyarakat

    suatru daerah, hal ini sesuai dengan GBHN 1993, Bab IV yang merumuskan hal-

    hal sebagai berikut, antara lain :

    a. Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata

    menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi,

    termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja,

    pendapatan masyarakat, daerah dan negara serta penerimaan devisa

    meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan potensi

    kepariwisataan nasional.

    b. Dalam pembangunan kepariwisataan harus dijaga tetap terpeliharanya

    kepribadian serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup.

    Kepariwisataan perlu ditata secara menyeluruh dan terpadu dengan

    melibatkan sektor yang terkait dalam suatu keutuhan usaha

    kepariwisataan yang saling menunjang dan saling menguntungkan baik

    yang berskala kecil, menengah maupun besar.

    c. Pengembangan pariwisata nusantara dilakukan sejalan dengan upaya

    memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa

    semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih

    memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional, terutama dalam

    bentuk penggalakan

    13

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • pariwisata remaja dan pemuda dengan lebih meningkatkan kemudahan

    dalam memperoleh pelayanan kepariwisataan. Daya tarik Indonesia

    sebagai negara tujuan wisata mancanegara perlu ditingkatkan melalui

    upaya pemeliharaan benda dan khazanah bersejarah yang

    menggambarkan ketinggian budaya dan kebesaran bangsa serta

    didukung dengan promosi memikat.

    d. Upaya pengembangan objek dan daya tarik wisata serta kegiatan

    promosi dan pemasarannya, baik di dalam maupun di luar negeri terus

    ditingkatkan secara terencana, terarah, terpadu dan efektif, antara lain

    dengan memanfaatkan secara optimal kerjasama kepariwisataan

    regional dan global guna meningkatkan hubungan antar bangsa.

    Pemerintah telah menerapkan sejumlah kebijakan sebagai pemandu dalam

    setiap perencanaan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan sebagai

    berikut:

    1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan khususnya

    pada Pasal 2, Pasal 3 huruf (d), dan Pasal 30.

    2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan

    Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat

    dan Daerah.

    3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan

    Kepariwisataan; khususnya pada Pasal 2, 105, 106, dan 107.

    14

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 4. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Nomor

    KM.5/UM.209/MPPT-89 Tanggal 18 Januari 1989 Tentang Pedoman

    Penyelenggaraan Sapta Pesona; khususnya pada Pasal 3, 4, 5, dan 7.

    5. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Nomor

    KM.98/PW.102/MPPT-87 Tanggal 23 Desember 1987 Tentang Ketentuan

    Usaha Obyek Wisata.

    6. Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata Nomor KEP-18/U/II/88 Tanggal 25

    Pebruari 1990 Tentang Pelaksanaan Ketentuan Usaha Objek Wisata.

    7. Instruksi Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Nomor

    IM.16/KS.001/MPPT-88 Tanggal 17 September 1988 Tentang Peningkatan

    Kerjasama Antar Instansi Pusat di Bidang Pengembangan dan Pemanfaatan

    Objek Wisata Alam dan Objek Wiata Budaya.

    8. Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal Pariwisata dan Direktur Jenderal

    Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Nomor 07/Edr/II/88 dan Nomor

    SE.02/M/BP/88 Tanggal 26 Pebruari 1988 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

    Mempekerjakan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang di Bidang

    Usaha Hotel, Restoren, Usaha Perjalanan, Wisata Tirta, dan Objek Wisata.

    9. Petunjuk Pelaksanaan Direktur Jenderal Pariwisata dan Direktur Jenderal Bina

    Usaha Koperasi Nomor KEP.67/U/VI/88 dan Nomor 205/SKB/BUK/VII/88

    Tanggal 27 Juli 1988 Tentang Pengembangan Usaha Koperasi di Bidang

    Usaha Biro Perjalanan Umum dan Agen Perjalanan.

    15

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 10. Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1987 Tanggal 23 Desember 1987

    Tentang Penyederhanaan Perizinan dan Retribusi di Bidang Usaha Pariwisata.

    11. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 1987 Tanggal 23 Desember

    1987 Tentang Penyederhanaan Perizinan dan Retribusi di Bidang Usaha

    Pariwisata.

    12. Surat Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan

    RI Nomor 177/DAGRI/VII/86 Tanggal 15 Juli 1986 Perihal Pembebasan

    Memiliki SIUP Bagi Usaha Jasa Pelayanan di Bidang Pariwisata.

    13. Keputusan Menteri pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Nomor

    KM.52/HM.601/MPPT-89 Tanggal 17 April 1989 Tentang Penyelenggaraan

    Kampanye Nasional Sadar Wisata.

    14. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor

    KM.59/PW.002/MPPT-85 Tanggal 23 Juli 1985 Tentang Peraturan Kawasan

    Pariwisata.

    15. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor

    KM.70/PW.105/MPPT-85 Tanggal 30 Agustus 1985 Tentang Peraturan

    Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum.

    16. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor

    KM.71/PW.105/MPPT-85 Tanggal 30 Agustus 1985 Tentang Peraturan

    Usaha dan Penggolongan Perkemahan.

    16

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 17. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor

    KM.72/PW.105/MPPT-85 Tanggal 30 Agustus 1985 Tentang Mandala

    Wisata.

    18. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor

    KM.73/PW.105/MPPT-85 Tanggal 30 Agustus 1985 Tentang Peraturan

    Usaha Rumah Makan.

    19. Keputusan Menteri Pariwisata. Pos, dan Telekomunikasi Nomor

    KM.74/PW.105/MPPT-85 Tanggal 30 Agustus 1985 Tentang Peraturan

    Usaha Pondok Wisata.

    Di dalam Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Propinsi Sumatera

    Utara tahun 2001 2005, dijelaskan bahwa salah satu arah kebijaksanaan

    pembangunan di bidang ekonomi adalah mengembangkan kebijakan

    pembangunan pariwisata sebagai saktor produktif untuk meningkatkan daya saing

    global dan memberdayakan masyarakat khususnya kelompok bawah agar mampu

    berperan sebagai pelaku utama.

    Selanjutnya pada bidang sumber daya alam, arah kebijaksanaan dalam

    Pola Dasar Pembangunan adalah mengelola sumberdaya alam dan memelihara

    sesuai daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat

    dari generasi ke generasi.

    Demikian juga halnya dalam Arah dan Kebijakan Umum (AKU)

    Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2005, kebijaksanaan pembangunan di bidang

    pariwisata adalah :

    17

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • a. Mewujudkan objek wisata di Kabupaten Serdang Bedagai menjadi

    kawasan wisata berskala nasional maupun internasional.

    b. Meningkatkan pengelolaan dan penyediaan sarana dan prasarana

    pariwisata termasuk pemberdayaan seni dan budaya sebagai penunjang

    dan daya tarik.

    c. Mengembangkan kegiatan berbagai pariwisata melalui pemanfaatan

    potensi budaya lokal, wisata iman, wisata agro dan wisata eko (eco

    tourism).

    2.3 Industri Parawisata

    Pariwisata merupakan kegiatan yang sifatnya dinamik, banyak

    memerlukan prasarana dan sarana untuk kemudahan. Karena sifatnya sementara,

    maka tiap waktu kemungkinan besar sering berganti pengunjung yang berbeda

    atau mungkin saja orang / kelompok yang sama untuk menikmati kembali suasana

    wisata ditempat tersebut. Citra baik dari objek wisata adalah membuat rasa puas

    orang lain sehingga orang tersebut merasa ingin kembali pada objek wisata

    tersebut pada kesempatan lain. Bahkan terkadang suka mem-promosikan kepada

    orang lain atau kerabatnya untuk berkunjung ketempat wisata tersebut, agar dapat

    menikmati kesenangan yang sama ditempat tersebut. Dengan demikian secara

    tidak langsung mereka telah bertindak sebagai agent of promotion dengan

    menyampaikan pengalaman yang menarik dalam kunjungan wisata yang mereka

    lakukan kepada orang lain di daerah atau negaranya. Bahkan terkadang

    pengalaman mereka akan mereka tulis pada media cetak yang ada di negerinya.

    Suasana demikian akan dapat menumbuh kembangkan citra wisata daerah dan

    18

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • akan sangat membawa dampak positif terhadap kemajuan dan perkembangan

    Pariwisata. Sehingga dalam proses modernisasi, dinamika Industri Pariwisataan

    akan berkembang dalam suatu konsep pendekatan dalam kegiatan ke pariwisataan

    yang dikatagorikan menjadi salah satu kegiatan Industri jasa Pariwisata, dengan

    jangkauan ruang lingkup yang lebih luas untuk memperkaya output dari

    pariwisata, pembangunan Pariwisata perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan

    sehingga akan menimbulkan manfaat :

    1. Memperbesar penerimaan devisa.

    2. Memperluas dan membuka kesempatan usaha dan lapangan kerja.

    3. Mendorong pembangunan daerah.

    4. Meningkatkan kesejateraan masyarkat.

    5. Memperkaya kebudayaan nasional, tanpa menghilangkan ciri kepribadian

    bangsa, dan terpeliharanya nilai-nilai agama.

    6. Memupuk persaudaraan antar bangsa.

    7. Memupuk dan melestarikan kecintaan terhadap tanah air dan Lingkungan

    hidup.

    2.4. Sosiologis Kepariwisataan

    Dari sudut pandang sosiologis, kegiatan pariwisata sekurang-kurangnya

    mencakup tiga dimensi interaksi, yaitu: cultural, politik dan bisnis. Dalam dimensi

    interaksi culutural, kegiatan pariwisata membangun suatu ruang interaksi

    akulturasi budaya dari berbagai macam etnis dan bangsa. Melalui pariwisata,

    kebudayaan masyarakat tradisional agraris sedemikian rupa bertemu dan berpadu

    19

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • dengan kebudayaan masyarakat modern industrial. Kebudayaan-kebudayaan itu

    saling menyapa, saling bersentuhan, saling beradaptasi dan tidak jarang kemudian

    menciptakan produk-produk kebudayaan baru.

    Dalam dimensi interaksi politik, kegiatan pariwisata dapat menciptakan

    dua kemungkinan ekstrem, yaitu pertama, persahabatan antar etnis dan antar

    bangsa, dan kedua, bentuk-bentuk penindasan, eksploitasi dan neokolonialisme.

    Disatu pihak, melalui pariwisata, masing-masing etnis dan bangsa dapat

    mengetahui atau mengenal tabiat, kemauan dan kepentingan etnis dan bangsa lain.

    Pengetahuan demikian dapat memudahkan pembinaan persahabatan atau

    memupuk rasa satu sepenanggungan. Tetapi di lain pihak, melalui pariwisata pula,

    dapat tercipta bentuk ketergantungan suatu etnis atau bangsa kepada etnis atau

    bangsa lain. Misalnya, meningkatnya ketergantungan pendapatan negara sedang

    berkembang kepada wisatawan dari negara maju.

    Sedangkan dalam dimensi interaksi bisnis, kegiatan pariwisata terlihat

    menawarkan bertemunya unit-unit usaha yang menyajikan bermacam-macam

    keperluan wisatawan. Bentuk yang disajikan oleh unit-unit usaha ini dapar berupa

    barang ataupun jasa. Adapun rentangnya dapat berskala lokal, nasional, atau

    internasional.

    Tanpa mengabaikan pentingnya dimensi interaksi cultural dan interaksi

    politik, pokok bahasan tulisan ini terletak pada interaksi bisnis dan difokuskan

    pada rentangan skala lokal. Pokok bahasan interaksi bisnis dipilih dengan

    pertimbangan bahwa pembangunan industri pariwisata Nasional sampai sekarang

    masih ditujukan untuk kepentingan ekonomi, seperti menambah kesempatan

    20

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • kerja, meningkatkan devisa negara dan income perkapita, serta menghasilkan

    ketergantungan pada sektor Migas. Dan sengaja difokuskan pada rentangan skala

    lokal karena pada saat ini masalah-masalah krusial dalam kaitannya dengan

    pembangunan industri pariwisata lebih banyak terjadi di tingkat lokal (propinsi

    dan kabupaten).

    2.5. Pariwisata dan Ekonomi Daerah

    Semangat otonomi daerah telah mewarnai pendayagunaan potensi

    ekonomi daerah. Hal ini cukup dimaklumi, karena asumsinya daerah otonom yang

    memiliki potensi ekonomi yang kuat, mempunyai peluang yang besar dalam

    menggali dan mengembangkan perekonomian daerahnya untuk kesejahteraan

    masyarakat, yang pada akhirnya daerah otonom mempunyai kemampuan lebih

    dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, baik dalam penyelenggaraan

    pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan.

    Realita yang ada menunjukkan, bahwa banyak daerah otonom yang

    kebijakan pembangunan ekonominya didasarkan pada keunggulan komparatif

    dengan kompetensi dan keunggulan di setiap daerah, misal perekonomian daerah

    yang berbasis pada hasil: tambang, hutan, pertanian, perikanan dan laut; industri,

    perdagangan serta jasa dan lain-lain.

    Pengembangan ekonomi daerah berdasarkan prinsip otonomi dan potensi

    daerah yang dilakukan pelaku ekonomi daerah (pemerintah, swasta dan

    masyarakat), pada dasarnya berkaitan erat dengan pengembangan berbagai jenis

    dan bidang serta sektor usaha. Pengembangan ekonomi daerah berupaya untuk

    21

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • menciptakan iklim usaha daerah yang mampu menggali potensi daerah,

    mendorong peluang dan kemampuan kompetitif atau daya saing atas dasar

    keunggulan komparatif daerahnya (letak geografis, SDM professional, akses

    informasi dan teknologi, kompetensi kelembagaan dan manajeman, kemampuan

    permodalan dan akses pasar dll.)

    Untuk lebih mengoptimalkan upaya pengembangan perekonomian daerah,

    diperlukan innovasi atau prakarsa, kreatifitas, serta strategi pengembangan

    ekonomi masing-masing daerah. Dengan demikian di era kompetisi ini, daerah

    yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibanding daerah lain, akan

    lebih berhasil memanfaatkan potensi daerah secara lebih berdaya guna dan

    berhasil guna bagi kesejahteraan masyarakat.

    Kebijakan otonomi daerah memberi kewenangan dan keleluasaan lebih

    luas bagi Kabupaten/Kota dalam menggali dan mengembangkan potensi daerah.

    Hal ini terbukti banyak daerah otonom berkreasi dan berinisiatif dengan kiat-

    kiatnya untuk memajukan daerahnya, misalnya antara lain: berbagai cara

    dilakukan untuk peningkatan PAD, mendorong laju penanaman modal melalui

    promosi dan peningkatan pelayanan perijinan, membangun dan meningkatkan

    kualitas sarana prasarana penunjang kegiatan investasi, mengembangkan sentra-

    sentra produksi potensial, melakukan berbagai inovasi manajemen pembangunan

    dan meningkatkan kualitas SDM.

    Dalam konteks desentralisasi ekonomi, pendayagunaan potensi daerah

    untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal, hal ini dapat dilakukan melalui

    strategi kombinasi yaitu kewenangan daerah untuk dapat berdiri sendiri, dengan

    22

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • basis sumber daya yang dimiliki dengan kemampuan menciptakan interaksi dan

    keterkaitan secara ekonomi dengan daerah sekitarnya, atau dengan wilayah

    ekonomi yang lebih luas (Bappenas, 2003). Dengan demikian ada dua aspek yang

    perlu mendapat perhatian yakni pengembangan ekonomi lokal dan kemitraan.

    Pengembangan ekonomi lokal merupakan suatu konsep pembangunan

    ekonomi yang mendasarkan pada pendayagunaan sumber daya lokal yang ada

    pada suatu masyarakat, sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber

    daya kelembagaan. Pendayagunaan sumberdaya tersebut dilakukan oleh

    masyarakat itu sendiri bersama pemerintah lokal maupun kelompok-kelompok

    kelembagaan berbasis masyarakat yang ada.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya

    harus secara bersama-sama mengambil inisiatif dalam pengembangan ekonomi

    local yang dapat dilakukan melalui suatu forum kemitraan. Sedangkan kemitraan

    itu sendiri mempunyain makna bahwa dalam tataran proses perencanaan ,

    pelaksanaan dan evaluasi program ada kebersamaan yang sinergis antara

    pemerintah, dunia usaha dan mayarakat. Dengan demikian diharapkan kemitraan

    ini dapat menjadi katalis bagi penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good

    governance) melalui berbagai proses pengambilan keputusan yang terkait dengan

    pengembangan ekonomi lokal.

    Perhatian terhadap pariwisata sudah sangat mulus tersebar karena sadar

    akan manfaat-manfaat yang didatangkan bagi negara-negara penerima wisatawan:

    Bahwa pariwisata menjadi sumber pendapatan valuta asing dengan menjual

    jasa-jasa dan barang-barang yang berkaitan dengan pariwisata.

    23

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Bahwa pendapatan ini mengalir cepat dan langsung terbagi-bagi secara meluas

    kepariwisataan dalam perekonomian nasional, sehingga mampu membagi-

    bagi laju pendapatan secara meluas, bertambah banyak dan berputar-putar ke

    segala lapisan pedagang besar dan pengecer, transportasi, beragam komponen

    sektor pariwisata, kebutuhan-kebutuhan dan usaha yang berdasarkan tingkat

    pengeluaran konsumen.

    Bahwa pariwisata adalah suatu pasaran lanjutan searah dengan meningkatnya

    yang begitu pesat tingkat pendapatan keluarga yang tidak habis terpakai,

    khusunya pada negara-negara yang industrinya sudah maju.

    Bahwa industri pariwisata jika dibanding dengan industri lain termasuk

    industri yang investasi modalnya kecil sebanding dengan arus pendapatan

    yang mungkin.

    Bahwa pariwisata menyediakan suatu pasaran ekspor tempat konsumen datang

    untuk meneliti produk-produk tersebut.

    Bahwa produk yang dijual terutama berupa jasa-jasa dan tidak dapat dijamah

    karena udara yang sejuk, alam yang indah terdapat tempat-tempat yang

    bersejarah, yang kelihatannya secaar potensial tidak akn habis-habisnya, dan

    hanya tunduk pada keterbatasan upaya promosi dan penjualan.

    Bahwa pariwisata adalah sarana yang ampuh dan efektif bagi kebijakan

    umum untuk menciptakan perpaduan social dan budaya pada tingkat nasional

    maupun internasional, untuk mengembangkan industri-industri lain dan sarana

    pemupukan tenggang rasa dan saling pengertian dengan negara-negara

    tetangga dan dunia umumnya.

    24

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Jika pemikiran tersebut pada dasarnya membuktikan tentang perluasan

    akibat pariwisata pada ekonomi negara penerima dan apakah ada dasarnya atau

    tidak untuk memberi sektor pariwisata prioritas utama dalam perencanaan

    pengembangan ekonomi negara itu, maka hal-hal ini akan berbeda pada suatu

    negara dengan negara lainnya. Hal ini sangat bergantung pada keadilan ekonomi

    negara itu. Apakah ada pilihan-pilihan untuk pengembangan, juga pada tingkat

    perkembangan negara itu dalam bidang prasarana dan pada bobot atraksi wisata

    yang dimiliki negara itu. Unsur lain seperti jarak dan pasaran sumber wisatawan

    dan biaya fasilitas wisata memainkan peranan yang penting juga.

    Karena itu dalam perekonomian tidak ada pengkotak-kotakan, melainkan

    yang ada adalah ketergantungan pada berbagai bagian ekonomi yang menciptakan

    masalah-masalah konseptual dan tolak ukurnya dalam analisa ekonomi. Karena

    pariwisata mempengarui dan sekaligus juga dipengaruhi oleh sektor-sektor

    produksi ekonomi daerah, maka banyaknya kekuatan penghambat yang terjadi

    didalam ekonomi akan lebih mempersulit pengukuran kerugian yang timbul dan

    perhitungan dalam rangka mendapatkan keuntungan

    Sektor kepariwisataan menunjukkan perkembangan dan kontribusi

    ekonomi yang cukup menarik dibandingkan dengan sektor lain di saat Indonesia

    menghadapi masa krisis yang berkepanjangan. Hal ini terlihat dari peningkatan

    jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan

    9.18 hari/ orang) di tahun 1998 meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan

    jumlah hari kunjungan 12.26/orang pada tahun 2000. Besarnya devisa yang

    diperoleh sektor pariwisata pada tahun 2000 sebesar 5.75 milyar US$. Hal ini

    25

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • menunjukkan bahwa kepariwisataan sangat potensial untuk dikembangkan di

    masa krisis. Salah satu sumberdaya wisata yang sangat potensial yakni

    wilayah pesisir mempunyai kekayaan dan keragaman yang tinggi dalam berbagai

    bentuk alam, struktur historis, adat, budaya dan berbagai sumberdaya yang lain

    yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan. Hal ini merupakan karunia

    dan anugerah Tuhan untuk dapat dikembangkan bagi kesejahteraan manusia.

    Karena sebagai mahluk yang termulia di beri kuasa untuk memanfaatkan alam

    serta segala isinya dengan penuh tanggung jawab. Alam dan sekitarnya dengan

    berbagai keragaman yang tinggi seperti wilayah pesisir mempunyai nilai

    atraktif dan turistik wajib dikelola dan dikembangkan bagi kesejahteraan

    melalui pariwisata bahari. Keragaman daerah pesisir untuk pariwisata bahari

    berupa bentuk alamnya dan juga keterkaitan ekologisnya dapat menarik minat

    wisatawan baik untuk bermain, bersantai atau sekedar menikmati pemandangan.

    Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial termasuk di

    dalam kegiatan Clean industry. Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila

    memenuhi berbagai komponen yakni terkaitnya dengan kelestarian lingkungan

    alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan

    pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area

    pengembangannya (Siti Nurisyah, 1998). Dengan memperhatikan komponen

    tersebut maka wisata bahari akan memberikan kontribusi nyata bagi

    perekonomian masyarakat.

    26

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 2.6 Konsep Pariwisata Bahari

    Pembangunan pariwisata di arahkan untuk meningkatkan kesejahteraan

    yang berkelanjutan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-

    mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami

    lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat

    berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus

    pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga

    membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah

    pesisir dan dimasa kini dan masa yang akan datang. Jenis wisata yang

    memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung.

    Kegiatan langsung diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, pancing.

    Kegiatan tidak langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik menikmati

    atmosfer laut (Siti Nurisyah, 1998).

    Konsep wisata bahari di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik

    ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan

    dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat (1994) berpendapat

    bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan

    dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1993) menggambarkan kegiatan

    ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang

    menarik dan langka. Low Choy dan Heillbronn (1996), merumuskan lima faktor

    batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu :

    1. Lingkungan; ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang

    relatif belum tercemar atau terganggu

    27

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 2. Masyarakat; ecotourism harus memberikan manfaat ekologi, social dan

    ekonomi langsung kepada masyarakat.

    3. Pendidikan dan Pengalaman; Ecotourism harus dapat meningkatkan

    pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya

    pengalaman yang dimiliki

    4. Berkelanjutan; Ecotourism dapat memberikan sumbangan positip bagi

    keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka

    panjang.

    5. Manajemen; ecotourism harus dikelola secara baik dan menjamin

    sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan

    kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang.

    Kelima prinsip utama ini merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan

    ecotourism yang berkelanjutan. Skema Konsep wisata bahari terlihat pada gambar

    1.

    Gambar. 2.1. Skema konsep ecotourism Bahari (DKP,2002)

    Alam

    Manusia

    Ekotourisme bahari

    Out put tak langsunng Output langsung

    Konservasi alam Input

    Input

    Out put langsung (Hiburan, Pengetahuan

    28

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Dari Gambar 1. terlihat bahwa output langsung yang di peroleh berupa

    hiburan dan pengetahuan sedangkan output langsung bagi alam yakni adanya

    insentif yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konsevasi alam. Output

    tidak langsung yaitu berupa tumbuhnya kesadaran dalam diri setiap orang

    (wisatawan) untuk memperhatikan sikap hidup sehari-hari agar kegiatan yang

    dilakukan tidak berdampak buruk pada alam. Kesadaran ini tumbuh sebagai

    akibat dari kesan yang mendalam yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi

    secara langsung dengan lingkungan bahari.

    Orientasi pemanfaatan utama pesisir dan lautan serta berbagai elemen

    pendukung lingkungannya merupakan suatu bentuk perencanaan dan pengelolaan

    kawasan secara terpadu dalam usaha mengembangkan kawasan wisata. Cultural

    dan physical aspect merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi yang saling

    mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari. Gunn (1993) mengemukakan

    bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal

    didasarkan kepada empat aspek yaitu :

    1) mempertahankan kelestarian lingkungannya

    2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut

    3) menjamin kepuasan pengunjung

    4) meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar

    kawasan dan zone pengembangannya.

    Disamping keempat aspek di atas kemampuan daya dukung untuk setiap

    kawasan berbeda-beda sehingga perencanaan secara spatial akan bermakna.

    Secara umum ragam daya dukung wisata bahari meliputi :

    29

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 1. Daya dukung ekologis; Pigram (1983) dalam Nurisyah, S dkk (2001)

    mengemukakan bahwa daya dukung ekologis sebagai tingkat

    maksimal penggunaan suatu kawasan.

    2. Daya dukung fisik. Suatu kawasan wiasata merupakan jumlah

    maksimum penggunaan atau kegiatan yang diakomodasikan dalam

    areal tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas.

    3. daya dukung sosial. Suatu kawasan wisata dinyatakan sebagai batas

    tingkat maksimum dalam jumlah dan tingkat penggunaan dimana

    melampauinya akan menimbulkan penurunanan dalam tingkat kualitas

    pengalaman atau kepuasan.

    4. daya dukung reakreasi merupakan suatu konsep pengelolaan yang

    menempatkan kegiatan rekreasi dalam berbagai objek yang terkait

    dengan kemampuan kawasan.

    2.7. Konsep Ruang dan Pengembangan Kepariwisataan

    Manusia dapat bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain karena

    adanya dorongan serta keinginan untuk mengetahui sesuatu ataupula ada sesuatu

    yang dirasakan membosankan/tidak menyenangkan sehingga mengarahkan

    perhatiannya untuk mememperoleh sesuatu yang dinginkannya. Oleh karena itu

    perencanaan kawasan wisata bahari didasarkan pada konsep ruang dan sirkulasi

    serta tapak yang ideal dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan bagi

    pengunjung untuk merasakan sesuatu yang ingin diperolehnnya. Untuk maksud

    tersebut maka suatu kawasan wisata bahari perlu mempertimbangkan :

    30

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 1. Jarak atau rute yang praktis dimana semua objek dan elemen sepanjang

    rute terfasilitasi dan tergambarkan. Ruang sebagai tempat pergerakan

    manusia hendaknya menunjukkan keharmonisan dan terintegrasi antara

    satu dengan yang lainnya.

    2. Kondisi Lingkungan merupakan objek dalam pergerakan harus sesuai

    dengan persepsi pengunjung. Dengan demikian kawasan wisata bahari

    yang dibuat bukan hanya mempertimbangkan objek dengan ruang saja

    tetapi juga objek dengan pengunjung.

    3. Rangkaian unsurunsur dalam ruang harus tertata dengan baik dan dalam

    suatu rangkaian yang dapat diintepretasikan oleh pengunjung. Kaitannya

    dengan tapak yang ideal dari suatu kawasan wisata bahari maka fungsi

    suatu tapak harus serasi dengan kondisi dari tapak itu sendiri. Ada 3 aspek

    utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan tapak wisata bahari

    yaitu :

    1) Keterpaduan rencana dan desain; aspek ini mencakup

    profesionalisme dalam pengembangan kawasan pemilik,

    pengembang, bank, industri, partisipasi masyarakat dan

    sebagainya.

    2) criteria desain yang digunakan mencakup criteria fungsional,

    keterpaduan dengan perencanaan lannya, pengalaman pengunjung,

    otentik, kepuasan, estetika

    31

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 3) Sustainability dari tapak; aspek ini mencakup eco desaign ethics,

    tempattempat kultural, proteksi sumberdaya alam, peraturan

    pemerintah dan sebagainya.

    2.8. Filosofi Pariwisata Bahari berkelanjutan berbasis Masyarakat

    Pembangunan berkelanjutan pada umumnya mempunyai sasaran

    memberikan manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengurangi manfaat bagi

    generasi mendatang. Charles Birch dalam Erari K,Ph (1999) membandingkan

    dunia sekarang ibarat kapal titanic dengan gunung es yang terlihat sebanyak 5

    pucuk yang merupakan ancaman bagi kehidupan manusia antara lain : 1) ledakan

    penduduk, 2) krisis pangan 3) terkurasnya sumberdaya alam diperbaharui 4)

    pengrusakan lingkungan hidup dan 5) perang. Selanjutnya disebutkan bahwa

    suatu tuntutan akan perlunya masyarakat yang berkelanjutan, dan panggilan

    kemanusiaan untuk bertindak sedemikian rupa agar kehidupan manusia dan

    mahluk hidup lainnya menikmati hidup berkelanjutan di tengah keterbatasan

    dunia. Hal ini menunjukkan walaupun dunia yang diibaratkan tersebut maka

    peranan masyarakat untuk memelihara lingkungan demi kehidupan masa

    mendatang.

    Dengan demikian bahwa pariwisata berkelanjutan harus bertitik tolak dari

    kepentingan dan partisipatif masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan

    wisatawan/pengunjung sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

    kata lain bahwa pengelolaan sumberdaya wisata bahari dilakukan sedemikian

    rupa sehingga kebutuhan ekonomi, social dan estetika dapat terpenuhi dengan

    32

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • memelihara integritas cultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman

    hayati dan sistem pendukung kehidupan.

    World Taurism Organization (1999) menyarankan prinsip pokok

    pariwisata berkelanjutan yang sebaiknya diperhatikan dalam pengembangan

    pariwisata altrnatif yakni :

    1. Tourism planning, development and operation should be part of conservation or

    sustainable depelopment strategies for a region, a province (state) or nation. Tourism

    planning, development and operation shouldbe crossectoral and intergrated,

    involving government agencies, private corporations, citizens groups and individual

    thus providing the widest possible benefits.

    2. Tourism should be planned and managed in a sustainable manner, with due regard

    for the protection and appropriate economic uses of the natural and human

    environment in host areas.

    3. Tourism should be undertaken with equity in mind to distribute fairly benefits and

    costs among tourism promoters and host people and areas.

    4. Good information, research and communication on the nature of tourism and its

    effects on the human and cultural environment should be available prior to and

    during development, especially for the local people, so that they can participate in

    and influence the direction of development and its effects as much as possible, in the

    individual and collective interest.

    5. Local people should be encouraged and expected to undertake leadership roles in

    planning, and development with the assistance of government, bussines, financial and

    other interests.

    6. Intergrated environmental, social and economic planning analysis should be

    undertaken prior to the commencement of any mayor projects, with careful

    33

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • consideration given to different types of tourism development and the ways in which

    they might link with existing uses, ways of life and environmental considerations.

    7. Throughout all stages of tourism development and operation, a careful assessment

    monitoring and mediation program should be conducted in order to allow local

    people and others to take advantage of opportunities or to respond to changes.

    Adapun prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam Sustainable Tourism

    Development ini menurut Burns & Holden terdiri dari :

    1. Lingkungan memiliki nilai hakiki yang juga bisa sebagai asset pariwisata.

    Pemanfaatannya bukan hanya untuk kepentingan pendek, namun juga untuk

    kenpentingan generasi mendatang.

    2. Pariwisata harus diperkenalkan sebagai aktifitas yang positif dengan

    memberikan keuntungan bersama kepada masyarakat, lingkungan dan

    wisatawan itu sendiri.

    3. Hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola sehingga

    lingkungan tersebut berkelanjutan untuk jangka panjang. Pariwisata harus

    tidak merusak sumberdaya, masih dapat dinikmati oleh generasi mendatang

    atau membawa dampak yang dapat diterima.

    4. Aktifitas pariwisata dan pembangunan harus peduli terhadap skala/ ukuran

    alam dan karakter tempat kegiatan tersebut dilakukan.

    5. Pada lokasi lainnya, keharmonisan harus dibangun antara kebutuhan-

    kebutuhan wisatawan, tempat/ lingkungan , dan masyarakat lokal.

    6. Dalam dunia yang dinamis dan penuh dengan perubahan, dapat selalu

    memberikan keuntungan . Adaptasi terhadap perubahan, bagaimanapun juga,

    jangan sampai keluar dari prinsip-prinsip ini.

    34

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 7. Industri pariwisata, pemerintah lokal dan lembaga swadaya masyarakat,

    pemerhati lingkungan, semuanya memiliki tugas untuk peduli pada prinsip-

    prinsip tersebut di atas dan kekerja bersama untuk merealisasikannya.

    Agar supaya wisata bahari dapat berkelanjutan maka produk pariwisata

    bahari yang ditampilkan harus harmonis dengan lingkungan lokal spesifik.

    Dengan demikian masyarakat akan peduli terhadap sumberadaya wisata karena

    memberikan manfaat sehingga masyarakat merasakan kegiatan wisata sebagai

    suatu kesatuan dalam kehidupannya. Cernea ( 1991) dalam Lindberg K and D

    E, Hawkins (1995) mengemukakan bahwa partisipasi lokal memberikan banyak

    peluang secara efektif dalam kegiatan pembangunan dimana hal ini berarti bahwa

    memberi wewenang atau kekuasaan pada masyarakat sebagai pemeran social dan

    bukan subjek pasif untuk mengelola sumberdaya membuat keputusan dan

    melakukan control terhadap kegiatankegiatan yang mempengaruh kehidupan

    sesuai dengan kemampuan mereka. Adanya kegiatan wisata bahari haruslah

    menjamin kelestarian lingkungannya terutama yang terkait dengan sumberdaya

    hayati renewable maupun non renewable sehingga dapat menjamin peningkatan

    kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut.

    Di Kawasan wisata Nusa Dua Bali, Kawasan rekreasi Mangrove sungai

    Buloh di Singapore, Kawasan Pantai Copacabana di Rio de Jeneiro (Brasil), Kawasan

    Historik Puerto Madero Buenos aires (Argentina) dan Pantai Wisata di Hawaii

    merupakan contoh bagi pengembangan wisata bahari yng cukup terkenal di

    Dunia. Selain di Bali di wilayah pesisir di beberapa daerah di Indonesia sangat

    potensial bagi pengembangan wisata bahari karena berbagai ekosistem dan

    35

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • ekologis setempat disamping budaya yang khas serta sejarah masa lampau sebagai

    bangsa bahari dapat di racik sebagai aktraksi wisata bahari. Seperti halnya di

    beberapa kawasan poensial pengembangan wiasata bahari antara lain di

    Kepulauan Raja Ampat Sorong yang memiliki ekosistem terumbu karang yang

    terlengkap dan terbaik di dunia (ekosistem), dari segi budaya masyakat setempat

    dengan pola hidup, adat dan budaya yang khas merupakan modal bagi

    pengembangan wisat bahari berbasis masyarakat. Jenis wisata bahari dengan

    memanfaatkan diantaranya berperahu, snorkeling, diving, berenang serta kegiatan di

    bagian daratatnya berupa piknik olahraga pantai serta menikmati atmosfer laut

    dsbnya. Contoh lainnya Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan Bandar bahari 4

    Zaman yakni Zaman Hindu, Islam, Kolonial dan Zaman Kemerdekaan. Sangat

    potensial untuk dikembangkan untuk tujuan wisata budaya bahari.

    Selain sumberdaya fisik dan alami maka sumberdaya lain seperti aspek

    budaya, sejarah menjadi salah satu atraksi yang dapat mendukung pengembangan

    kawasan wisata bahari hal ini didukung oleh keterkaitan etnik, yang tinggi yang

    dimiliki oleh wilayah pesisir. Walaupun mempunyai potensi untuk dikembangkan

    tanpa dukungan sarana prasarana transportasi, atraksi yang menarik, pelayanan

    yang baik serta informasi dan promosi maka kurang dikenal. Oleh karena itu

    sumberdaya pesisir dan lautan untuk wisata bahari dapat dikembangkan menjadi

    suatu pariwisata yang marketable jika memenuhi persayaratan sebagaimana

    gambar 2 dan 3.

    36

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Atraksi

    Service

    Promosi

    Informasi

    Transportasi

    Gambar 2.2. Komponen Fungsi dari Sisi Persediaan (Gunn, 1993)

    Functioning tourism system

    Finance Labor

    Oragnisation leadership

    Cultural resource

    Entreprenneurship

    Govermental policy

    Community

    Natural Resources Competition

    Gambar 2.3. Pengaruh luar sistem Pariwisata (Gunn,1993)

    37

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Dari Gambar 3 bahwa faktor luar sangat berperanan bagi keberhasilan

    pengembangan wisata bahari. Pendekatan pengembangan wisata Bahari

    berkelanjutan sesuai tujuan tidak mengurangi kesejahteraan generasi masa yang

    akan datang. Dengan demikian sumberdaya pariwisata bahari akan berhasil

    dengan adanya ukuran keberhasilan mencakup kepuasan pengunjung,

    kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

    Secara harfiah pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang

    dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang

    akan datang. Bahwa pembangunan pariwisata bahari berkelanjutan tidak boleh

    membahayakan sistem alam yang mendukung semua aspek kehidupan.

    Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat mengacu kepada upaya

    pemeliharaan sistem alam yang bertujuan untuk kesejateraan masyarakat.

    Wilayah pesisir di Indonesia sangat potensial untuk di manfaatkan untuk

    kegiatan wisata Bahari baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Pengembangan wisata bahari di dasarkan kepada kondisi lokal spesifik dengan

    melibatkan masyarakat sekitarnya akan berkelanjutan. Perencanaan dan

    Pengembangan wisata bahari harus dilakukan secara terpadu sesuai dengan

    kondisi lokal spesifik, ekologis, bentang alam, adat dan budaya dimanfaatkan

    sebaik mungkin .

    38

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • 2.9. Strategi Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari Sebagai Sumber

    Pendapatan

    Dalam kacamata ekonomi wilayah, berbagai lokasi wisata bahari yang

    memiliki posisi strategis di dalam struktur alokasi dan distribusi sumberdaya

    ekonomi disebut memiliki locational rent yang tinggi. Nilai ekonomi kawasan yang

    berada pada daerah pesisir, selain ditentukan oleh rent lokasi (locational rent),

    setidak-tidaknya juga mengandung tiga unsur economic rent lainnya, yakni ricardian

    rent, environmental rent dan social rent. Ricardian rent adalah rent berdasarkan

    kekayaan dan kesesuaian sumberdaya yang dimiliki untuk berbagai potensi

    penggunaan aktivitas ekonomi, seperti kesesuaiannya (suitability) untuk berbagai

    aktivitas budi daya (tambak), kesesuaian fisik untuk pengembangan pelabuhan,

    dan sebagainya. Environmental rent kawasan kawasan pesisir adalah nilai atau

    fungsi kawasan yang didasarkan atas fungsinya di dalam keseimbangan

    lingkungan, sedangkan social rent menyangkut manfaat kawasan untuk berbagai

    fungsi sosial.Berbagai nilai-nilai budaya masyarakat banyak yang menempatkan

    kawasan pesisir sebagai kawasan dengan fungsi-fungsi sosial tertentu (Rustiadi,

    2001).

    Di dalam mekanisme pasar, pada umumnya hanya locational dan

    ricardian rent yang telah terinternalisasi di dalam struktur nilai pasar, akibatnya

    berbagai fungsi lingkungan dan sosial kawasan wisata banyak mengalami

    degradasi dan tidak mendapat penilaian yang semestinya.

    39

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • Terkait dengan perubahan fungsi lahan bahwa sebenarnya perencanaan

    tata guna lahan serta penentuan kebijakan penggunaan lahan saling berhubungan

    antara perencanaan dan kebijakan penggunaan lahan yang melengkapi dasar

    penentuan fungsi yang layak untuk suatu lahan.

    Pola penggunaan lahan menunjukkan keterkaitan antara aktivitas

    manusia dengan sebidang lahan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak

    manusia yang bermukim pada suatu wilayah, maka semakin besarlah intervensi

    manusia dalam mengubah penggunaan lahan untuk berbagai macam bentuk

    kegiatan.

    Sutikno dan Malingreau (dalam Ahmad, 1997) menyebutkan bahwa pola

    penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia baik secara

    permanen ataupun secara siklus terhadap sekumpulan sumberdaya lahan dengan

    tujuan untuk memperoleh manfaat dari lahan, guna mencukupi kebutuhan

    hidupnya, baik berupa kebendaan maupun sprituil ataupun keduanya. Hal yang

    sama juga dijelaskan oleh Mangunsukardjo (dalam Ahmad, 1997) bahwa pola

    penggunaan lahan merupakan bentuk penggunaan oleh manusia terhadap lahan,

    termasuk keadaan yang belum terpenuhi untuk mencukupi kebutuhan manusia.

    Best dan Sinaga (dalam Ahmad, 1997) memberikan pengertian pola

    penggunaan lahan ke dalam aspek keruangan dari semua aktivitas manusia atas

    lahannya dan secara adaptasi atau yang dapat diadaptasikan terhadap permukaan

    lahan untuk mencukupi kebutuhan manusia. Dalam membicarakan penggunaan

    lahan ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu keadaan penggunaan lahan

    yang aktual dan penggunaan lahan potensial. Pola penggunaan lahan sekarang

    40

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • pada dasarnya merupakan hasil dari berbagai faktor penyebab, sebagian besar

    berkaitan dengan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Penggunaan lahan

    potensial tidak selalu sama dengan penggunaan lahan sekarang, bahkan sering

    berbeda dengan penggunaan lahan yang disesuaikan dengan kemampuannya.

    Tata guna lahan adalah pengaturan penggunaan lahan. Rencana tata guna

    lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait

    dengan fungsi-fungsi perkotaan seperti lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan

    jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman

    dan pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Rencana tata guna lahan juga

    memberi kesempatan untuk pembangunan perumahan, daerah perbelanjaan dan

    pembangunan ekonomi yang memadai disamping memberikan perlindungan bagi

    daerah-daerah serta sumber daya lingkungan yang menentukan.

    Rencana penggunaan lahan dimaksudkan sebagai suatu sarana penting

    untuk mencapai tujuan-tujuan fisik, ekonomi dan sosial suatu daerah. Ada

    beberapa pertimbangan sebagai langkah dalam merencanakan penggunaan lahan

    yang dibagi 5 bagian (Urban Pattern, Simon Eisner, Arthur Gallioan, Stanley

    Eisner, 266).

    1. Mengidentifikasi tujuan dan prinsip penggunaan perumahan, perdagangan,

    rekreasi, pendidikan dan industri serta menurut standar bagi pengguna seperti

    itu.

    2. Memfokuskan pada sifat dan pola perkembangan didalam batas wilayah yang

    ada, apa yang diperlukan dalam pola penggunaan lahan dan pertumbuhan

    41

    Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository 2008.

  • sebesar apa yang dapat diakomodasikan di wilayah perkembangan kota saat

    ini.

    3. Melihat secara terinci pada kawasan yang masih belum berkembang disekitar

    daerah itu, wilayah pengaruh daerah yang bersangkutan. Penggunaan lahan

    yang ada diidentifikasi dan fak