TESIS Pembimbing Dr. Anwar Abbas,...
Transcript of TESIS Pembimbing Dr. Anwar Abbas,...
PEMIKIRAN ETIKA BISNIS DAWAM RAHARDJO
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gela rMagister
Program Studi Kajian Islam Konsentrasi Ekonomi Islam
Pembimbing
Dr. Anwar Abbas, MA.
Disusun oleh :
Ade Fauzi
12.2.00.1.08.01.0020
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
ix
KATA PENGANTAR
Bismilla@h al-Rah}ma@n al-Rah}i@m
Segala puji dan syukur, penulis haturkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat dan umatnya
hingga akhir masa.
Tesis ini merupakan karya penulis sebagai tugas akhir pada
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tesis ini mengkaji
pemikiran etika bisnis Dawam Rahardjo ditinjau dari perspektif Ekonomi
Islam. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa: pertama; konstruk pemikiran etika bisnis Dawam
Rahardjo bertolak dari nilai-nilai fundamental, dari nilai-nilai ini
menghasilkan ajaran-ajaran moral yang menjadi konsep dasar etika bisnis.
Kedua; secara substansial nilai-nilai dasar etika bisnis yang ditawarkan
Dawam Rahardjo yang meliputi: tauhid, khilafah, musyawarah, ih}sa@n,
fastabiq al-khaira@t, ta‘aruf, keadilan, amanah, amar ma‘ru@f nahi munkar, dan wa tawa@s}aw bi al-haq wa tawa@s}aw bi al-s}s{abr, sangat sesuai
(kompatibel) dengan nilai-nilai dasar etika bisnis Islam (Naqvi, Beekun,
dan Shahata) yang mencakup unity (tauhid), equilibrium (keseimbangan),
free will (kehendak bebas), responsibility (tanggung jawab), dan
benevolence (kebajikan). Ketiga; implementasi etika bisnis yang
ditawarkan Dawam Rahardjo berupa ekologi, profesionalisme dan amanah
manajerial, sangat relevan dengan dunia bisnis era globalisasi. Ekologi
sangat relevan dalam kajian ekonomi sekarang, karena pembangunan
ekonomi harus bersifat berkelanjutan (sustainable development) yang salah
satu caranya adalah dengan menggalangkan gerakan green economy, yaitu
suatu gerakan pembangunan ekonomi yang berbasis pada pelestarian alam.
Profesionalisme dan amanah manajerial dalam konteks sekarang masuk
dalam sistem Good Corporate Governance (GCG), yaitu suatu sistem yang
berfungsi untuk menjaga kesehatan sebuah perusahaan, baik yang berbasis
syariah maupun yang berbasis konvensional.
Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan selesai tanpa
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini, penulis menyatakan rasa hormat dan terimakasih yang
setinggi dan sebanyak-banyaknya. Rasa terima kasih, penulis sampaikan
kepada:
x
1. Prof. Dede Rosyada selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA. selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Didin Saepudin, MA. selaku ketua Program Studi Doktor,
dan Dr. JM. Muslimin, MA. selaku ketua Program Studi Magister.
4. Dr. Anwar Abbas, MA. selaku pembimbing sekaligus promotor
penulis yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis
yang sangat berguna demi berkualitasnya tesis ini.
5. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM.,
Prof. Dr. Murodi, MA., Prof. Dr. Abdul Mujib, MSi., Prof. Dr.
Yunasril Ali, MA., Prof. Dr. Zainun Kamal, MA., Prof. Iik Arifin
Mansurnoor, MA., Prof. Dr. Suwito, MA., Dr. Yusuf Rahman, MA.,
Dr. M. Zuhdi, M. Ed. Ph. D., Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. dan Dr.
Euis Amalia, MA. selaku dewan penguji pada Ujian Proposal, WIP I-
II, Komprehensif dan Sidang Pendahuluan yang telah memberikan
saran, arahan, motivasi dan perbaikan untuk meningkatkan kualitas
tesis ini.
6. Seluru civitas akademika Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakakarta: Bapak dan Ibu dosen yang telah membuka
cakrawala intelektual penulis, dan seluruh staf dan karyawan Sekolah
Pascasarjana yang telah memberikan pelayanan yang terbaik dan
sanat memadai kepada seluruh mahasiswa selama studi di Sekolah
Pascasarjana ini, khususnya penulis.
7. Seluruh keluarga besar penulis, orang tua terhebat Ayahanda Sumardi
dan Ibunda Hj. Ii Hayati yang senantiasa mendoakan penulis dan
mendukung baik moril maupun materil. Kakakku Amin Firdaus, Dewi
Handayani, Tri Faizudin yang selau memberikan motivasi kepada
penulis, dan H. Saiful Waris serta seluruh anggota keluarga yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
8. Kepada istri tercinta yang senantiasa selalu setia menemani dan
memberikan motifasi kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini,
tempat penulis berbagi kegelisahan dan kesenangan dalam proses
penulisan. Tidak lupa debay yang senantiasa mejadi motivator bagi
penulis untuk menyelesaikan tesis ini agar dapat membuatnya bangga.
9. Sahabat seperjuangan, para mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta,
khususnya angkatan 2012 yang telah menularkan semangatnya dan
memberikan arahan-arahan dalam pengerjaan tesis ini: Ayubi, Takin,
Sofiyudin, Desi, Arif, Udin, Raden, Khairullah, Apria, Didi, Rubi,
Dilla, Mita, Khadijah, Nia, Umam, Akhyar, Mufrodi, Amal, Mujab,
xi
Yuli, Rahmatika, Marbawi, Bambang, Santi dan rekan-rakan lain yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu.
10. Rekan-rekan Ikatan Alumni al-Azhar Indonesia (IAAI).
Akhirnya untaian doa penulis panjatkan kepada Allah SWT,
semoga semua pihak yang telah berpartisipasi, dikaruniakan rahmat dan
balasan yang sebesar-besarnya. Penulis berharap, karya sederhana ini dapat
bermanfaat dalam memperkaya khazanah intelektual di Indonesia. Kritik
dan saran, penulis terima dengan senang hati demi perbaikan karya ini.
Ciputat, 2 Maret 2015
Penulis
ADE FAUZI
xiii
Ade Fauzi
NIM: 12.2.00.1.08.01.0020
Pemikiran Etika Bisnis Dawam Rahardjo Perspektif Ekonomi Islam
Pembimbing
Dr. Anwar Abbas, MA.
Abstrak
Kesimpulan besar dari tesis ini adalah etika merupakan bagian
integral dari bisnis. Nilai-nilai dasar yang dijadikan sebagai formulasi
konsep etika bisnis Dawam Rahardjo bertolak dari nilai-nilai
fundamental ekonomi Islam. Nilai-nilai ini secara substansial sesuai
dengan etika bisnis Islam, namun secara konseptual berbeda. Etika
bisnis terapan yang ditawarkan Dawam Rahardjo sangat relevan untuk
diimplementasikan di dunia bisnis modern.
Penelitian ini menolak pendapat Peter F. Drucker (1993) yang
mengatakan bahwa etika bersifat diskriminatif yang menilai perbuatan
amoral lebih ketat dari pada penilaian lainnya. Andrew Stark (1993)
yang mengatakan bahwa etika bisnis bersifat impraktikal dan utopia,
oleh karenanya tidak bisa dimasukkan dalam dunia bisnis yang bersifat
praktis dan akuntabel.
Penelitian ini mendukung pendapat Julia Casson (2013) yang
mengatakan bahwa etika tidak dapat dipisahkan dari bisnis dan
ekonomi, oleh karenanya pemerintah harus memasukan etika atau moral
pada kebijakan ekonominya. Shafir A. Karim (2010) yang mengatakan
bahwa moral dalam ekonomi bukanlah sesuatu yang bersifat utopia.
Rafik I. Beekun dan Jamal A. Badawi (2005) yang mengatakan bahwa
etika tidak dapat dipisahkan dari bisnis, begitu pula dari kehidupan
seorang muslim. Gillian Rice (1999) yang berpendapat bahwa dalam
kebijakan pengembangan bisnis internasional harus menyesuaikan
dengan etika, budaya dan moral negara lain, agar tidak terjadi gesekan
moral dan kepentingan.
Jenis penelitian ini adalah content analysis yang bersifat library research. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dan
karya tulis Dawam Rahardjo: Etika Ekonomi dan Manajemen, Peranan Etika Islam Dalam Membangun SDM Menyongsong Tahun 2020, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Rancang Bangun Ekonomi Islam.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah literatur-literatur yang
berhubungan dengan objek penelitian, baik dalam bentuk buku, jurnal,
disertasi, tesis dan sumber lain yang relevan. Penelitian ini diperkaya
dengan beberapa pendekatan seperti; filosofis, life history dan ekonomi.
Keywords: Islam, Moral, Etika Bisnis, Ekonomi
xv
ادي فوزي
NIM: 12.2.00.1.08.01.0020
رة من نظر االقتصاد االسالمياجفكرة داوام راهارجو في أخالق الت
MA. ,المشرف : د. أنوار عباس
ملخص البحث
. التجارةتجزأ من تجزء ال ياألخالق ه الرسالة أن االستنتاج الرئيسي في هذه
القيم األساسية منوام راهارجو تصدر القيم المركبة لصياغة فكرة أخالق التجارة لدا
لكن هذه القيم بأخالق التجارة االسالمية و تناسب جوهرالمن ناحية و لالقتصاد االسالمي.
حة له ذات صلة لمحل و أخالق التجارة العملية المقتر .نظرمن ناحية العنها تختلفا
.التجارة الحديثة
أن األخالق ب( القائل 1993) Peter F. Drucker رأي هذه الرسالة ترفض
أخالق أن ب( القائل 3991) Andrew Stark . األخرتقييم القيم الفجور أشد من ت و ةتمييزي
.االحصائي و يالعمل يالتجار العالم ال يمكن تضمينها فيف فخيمة للغايةو نظرية التجارة
أن األخالق ال يمكن ب ة( القائل3131) Julia Casson رأيهذه الرسالة تيدأ
تخطيط خالقي فياأل النظر الي المعيارلحكومة ينبغي ل واالقتصاد. و التجارة عن اهفصل
القائل أن األخالق في االقتصاد ليست Shafir A. Karim (2010) سياستها االقتصادية.
أن األخالق بالقائالن Jamal A. Badawi و Rafik Issa Beekun (2005)مثالية.
أن ب القائلةGillian Rice (3999 ). التجارة وكذلكحياة المسلمين ال يمكن تفريقها عن
معينبلد الجاري في األخالقي والثقافي معيارال أن تطبق جبتسياسة تنمية التجارة الدولية
ة.المصلح خالق واأل بين االحتكاك وقوع عن هابانتجال
در االمص ت. وكانكتبي الم بحثالو ضمونيالم تحليلال هذا البحث من نوع بحث
مثل Dawam Rahardjo تأليفات المقابلة و ناتجتحتوي علي هذا البحث في ةالرئيسي
. دور األخالق اإلسالمي في تنمية الموارد البشرية لتلبية عام ةواإلدار االقتصاد أخالق أما ، تصميم االقتصاد اإلسالمي.ةياالقتصاد ةاالجتماعي تالم والتحوال، اإلس3131
الكتب, الصحيفات, مثل المتعلقة بموضوع البحث األخري فيه المراجع المصادر الثانوية
الفلسفة, سيرة الحياة, و :االقترابات بعض يغني هذا البحث ب و. األطروحات و غير ذلك
.االفتصاد
التجارة، االقتصاد أخالق ، األخالق،: اإلسالمبحثكلمات ال
xvii
Ade Fauzi
NIM: 12.2.00.1.08.01.0020
Dawam Rahardjo’s Thougt of Business Ethics in Islamic Economic
Perspective
Advicer
Dr. Anwar Abbas, MA.
Abstract
The main conclusion of this thesis is ethic can’t be separated
from business. Base values used as formulation of Dawam’s business
ethics concept start from islamic economic fundamental values. These
values are suitable substantialy with islamic business ethics but
different conceptually. Aplied ethics formed by Dawam Rahardjo are
so relevant to be implemented in modern business world.
This study rejects Peter F. Drucker’s opinion (1993) who says
that ethic discriminately assesses immorality act tighter than the other
valuation. Andrew Stark (1993) who says that business ethic is
impractical and utopian, therefore can’t be included in the business
world that is practical and accountable.
This study supports the Julia Casson’s opinion (2013) who says
that ethics can not be separated from the business and economics. The
government should implement ethical or moral values in its economic
policies. Shafir A. Karim (2010) who says that moral in economy is not
utopian. Rafiik Isaa Beekun and Jamal A. Badawi (2005) who says that
ethics can not be separated from business and also muslim’s life.
Gillian Rice (1999) who says that the international business
development policies must be adjusted to the ethical, moral and
cultural in other country, in order to avoid friction between moral and
interests.
This study is a content analysis research and also uses library
research as characteristic. The primary sources of this study are the
Dawam Rahardjo’s assays as Economics and Management Ethics. The Role of Islamic Ethics in Human Resources Development to Engage 2020, Islam and Social Transformation Economics, Design of Islamic Economics. The secondary sources in this reseach are literatures
related to the object research as book, journal, dissertation, thesis, and
others. This study also adds some approaches: philosophy, life history
and economy.
Keywords: Islam, Moral, Business Ethics, Economy
xix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedomantransliterasi Arab-Latin yang digunakandalampenelitianiniadalah
ALA-LC ROMANIZATION tables yaitusebagaiberikut:
A. Konsonan
Initial Romanization Initial Romanization
ḍ ض Omit ا
ţ ط B ب
ẓ ظ T ت
‘ ع Th ث
gh غ J ج
f ف {h ح
q ق Kh خ
k ك D د
l ل Dh ذ
m م R ر
n ن Z ز
h ه،ة S س
w و Sh ش
Ş ص y ي
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
xx
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fatḥah A A
Kasrah I I
Ḑammah U U
2. VokalRangkap
Tanda Nama GabunganHuruf Nama
... ي Fatḥahdanya Ai A dan I
... و Fatḥahdanwau Au A da W
Contoh:
Ḥ :حسني usain حول: Ḥ aul
C. VokalPanjang
Tanda Nama GabunganHuruf Nama
Fatḥahdanalif ā ــا a dangaris di
atas
ي Kasrahdanya ī idangari di atas ــ
Ḑamahdanwau ū ــ وu dangaris di
atas
D. Ta’ Marbūţah
Transliterasi ta’ marbūţah (ة) di akhir kata, biladimatikanditulis h.
Contoh:
madrasah :مدرسة mar’ah: مرأة
(ketentuaninitidakdigunakanterhadap kata-kata Arab yang
sudahdiserapkedalambahasa Indonesia sepertishalat, zakat
dansebagainya,kecualidikehendakilafadzaslinya)
E. Shiddah
Shiddah/Tashdīd di transliterasiinidilambangkandenganhuruf,
yaituhuruf yang samadenganhurufbershaddahitu.
Contoh:
Rabbanā :ربنا Shawwā :شوال l
F. Kata SandangAlif + Lā m
Apabiladiikutidenganhurufqamariyah, ditulis al.
Contoh: القلم : al-qalam
xxi
DAFTAR GAMBAR
No
No Tabel
Tema
1 1.1 Metode Normatif Fundamental dalam Etika
Bisnis
2 1.2 Konstruks Pemikiran Etika Bisnis Dawam
Rahardjo
3 1.3 Struktur dan Sistem Pengawasan Pasar (H}isbah)
4 1.4 Tabel Perbedaan dan Persamaan Pemikiran
Etika Bisnis Dawam Rahardjo dan Etika Bisnis
Islam
(Naqvi, Beekun dan Shahata)
5 1.5 Model Kerangka Shariah Governance untuk
Institusi Keuangan Islam
xxiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i
Persetujuan Pembimbing ................................................................................ iii
Persetujuan Penguji ......................................................................................... v
Surat Pernyataan ........................................................................................... vii
Kata Pengantar ............................................................................................... ix
Abstrak Bahasa Indonesia, Arab, Inggris ....... Error! Bookmark not defined.iii
Pedoman Transliterasi Arab-Latin .................... Error! Bookmark not defined.
Daftar Gambar .................................................. Error! Bookmark not defined.i
Daftar Isi ......................................................... Error! Bookmark not defined.iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Permasalahan ............................................................................ 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 12
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................... 12
E. Metodologi Penelitian .............................................................. 16
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 18
BAB II: ETIKA BISNIS DALAM ISLAM
A. Diskursus Internalisasi Etika dalam Bisnis .............................. 20
B. Konsep Dasar Etika Bisnis dalam Islam ................................... 25
C. Fungsi dan Tujuan Etika Bisnis dalam Islam ........................... 34
D. Aksioma Dasar Etika Bisnis dalam Islam dan Implementasinya
alam Dunia Bisnis Modern ............................................................... 36
BAB III: KONSTRUK PEMIKIRAN ETIKA BISNIS M. DAWAM
RAHARDJO
A. Biografi Intelektual Dawam Rahardjo ...................................... 46
B. Sistem Ekonomi Islam Perspektif M. Dawam Rahardjo .......... 52
C. Paradigma Etika Bisnis M. Dawam Rahardjo .......................... 70
BAB IV: STUDI PEMIKIRAN ETIKA BISNIS M. DAWAM RAHARDJO
A. Kompatibilitas Pemikiran Etika Bisnis Dawam Rahardjo
dengan Etika Bisnis dalam Islam ..................................................... 96
B. Kontribusi Pemikiran Etika Bisnis M. Dawam Rahardjo ...... 102
C. Relevansi Pemikiran Etika Bisnis M. Dawam Rahardjo di Dunia
Bisnis Modern ................................................................................. 132
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 144
B. Saran ....................................................................................... 145
xxiv
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 146
GLOSARIUM ............................................................................................. 160
INDEKS....................................................................................................... 164
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... 169
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan ekonomi yang dihadapi umat manusia sama tuanya
dengan keberadaan manusia di muka bumi ini. Pendekatan-pendekatan
ekonomi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, dari waktu
ke waktu mengalami evolusi sesuai dengan cara pandang dunia, visi, dan
kerangka nilai yang dianutnya. Pendekatan-pendekatan ekonomi tersebut
ada yang menghindarkan dari sikap moral, keberagamaan dan persepsi
budaya, tetapi juga sebaliknya yang menyatukan dengan sikap moral,
keberagamaan dan persepsi budaya.1
Islam adalah sistem yang komprehensif dan merupakan jalan hidup
yang sempurna (way of life). Islam mengatur setiap persoalan dengan asas
agama (religiusitas). Islam juga memadukan nilai material dan spiritual ke
dalam satu keseimbangan yang menyeluruh.2 Dalam era globalisasi, Islam
dapat diaktualisasikan dalam sektor ekonomi dengan menerapkan prinsip-
prinsip ekonomi dan tata sosial Islam, kebijakan-kebijakan pemerintahpun
harus mendukung penelitian-penelitian tentang pengembangan ekonomi,
baik secara teoritik maupun empirik.3
Islam memberikan perhatian yang mendalam terhadap penerapan
nilai-nilai etika pada seluruh aspek kehidupan manusia.4 Etika di sini
berarti suatu penyelidikan atau pengkajian secara sistematis tentang
prilaku manusia,5 termasuk juga dalam dunia bisnis. Bisnis adalah semua
jenis aktifitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian.6 Islam
mendorong pelaku bisnis untuk tunduk pada kode etik Islam,7 hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: dorongan iman, moral, tanggung
jawab sosial, keanggotaan di lingkungan bisnis, introfeksi diri, dan takut
1 Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam, Sejarah, Teori dan
Praktik (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), 3. 2 Hussain Shahata, Business Ethics in Islam (Cairo: al-Falah Fondation,
1999), 1. 3 Hossein Askari, Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Globalization and
Islamic Finance, Convergance, Prospects, and Challenges (Singapore: John Wiley
& Sons (Asia), 2010), 55. 4 Sabahuddin Azmi, An Islamic Approach to Business Ethics. (tt.th.).
5 M. Dawam Rahardjo, Etika Ekonomi dan Manajemen (Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya, 1990), 3. 6 Louis E. Boone dan David L. Kurtz, Pengantar Bisnis Kontemporer, ter.
Ali Akbar Yulianto dan Krista (Jakarta: Salemba Empat, 2007), 5. 7 Mohammed Arif, Economic and Ethic in Islam (Kuala Lumpur, CERT
Publication, 2005), 107.
2
akan hukuman.8 Islam juga memandang bahwa materi adalah makanan
bagi tubuh, sementara etika adalah nutrisi bagi jiwa.9
Manusia tidak bisa dilepaskan dari pekerjaan. Manusia diciptakan
Tuhan bukan saja sebagai hiasan pekerjan tetapi sebagai suatu ciptaan
yang diberikan tugas, dan tugasnya ialah memelihara ciptaan-Nya dengan
pekerjaannya. Dengan demikian kerja merupakan salah satu tugas Ilahi,
yang mengandung hak dan kewajiban.10
Kerja, amal atau praktis (praxis)
adalah bentuk keadaan (mode of existence) manusia, artinya bahwa
manusia ada karena kerja, dan kerja itulah yang membuat atau mengisi
eksistensi kemanusiaan. Dengan amal atau kerja yang baik, manusia
mampu mencapai harkat yang setinggi-tingginya, yaitu bertemu Tuhan
dengan penuh keridhaan.11
Menurut Ahmad Janan, dengan konsep iman, amal soleh dan ilmu,
ketiganya merupakan segitiga yang integral dan tidak dapat dipisahkan,
maka karakteristik etos kerja dalam Islam dapat dirumuskan menjadi tiga:
kerja merupakan penjabaran aqidah, kerja harus dilandasi ilmu, kerja
dengan meneladani sifat-sifat ilahi serta mengikuti petunjuk-petunjuk-
Nya.12
Islam sangat mendorong umatnya untuk menjadi entrepreneur atau
pebisnis, karena bagi seorang muslim, jiwa kewirausahaan harus sudah
menjadi bagian dari hidupnya, hal ini berdasarkan firman Allah yang
berarti ‚Apabila kamu telah melaksanakan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah rizki Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung‚. QS., al-Jumu’ah (62): 10.
13
8 Hussain Shahata, Business Ethics in Islam (Cairo: al-Falah Fondation,
1999), 15-18. 9 Hussain Shahata, Business Ethics in Islam, 17.
10 M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi (Jakarta:
LSAF, 1999), 247. 11
Nurcholis Madjid, Sayyed Hossein Nasr dkk, Nilai dan Makna Kerja Dalam Islam (Jakarta: Nuansa Madani, 1999), 66.
12Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islam (Surakarta: Muhammadiya
University Press, 2004), 118. 13
Sukamdani Sahid Gitosardjono, Bisnis dan Kewiraushaan Syariah, Upaya Menuju Kesejahteraan Umat (Bogor: STAIT Sahid, 2012), 11.
Selanjutnya lihat juga Nanat Fatah Natsir, Etos Kerja Wirausahawan Muslim (Bandung: Gunung Djati Press, 1999), 153, menurutnya etos kerja
seseorang dipengaruhi oleh pemahamannya, tentang konsep ikhtiyar apakah
Qadariyah atau Jabariayah. Bagi yang berpemahaman Qadariyah, keberhasilan
dalam kegiatan ekonomi sangat ditentukan oleh sejauh mana upaya-upaya yang
dilakukan oleh manusia itu sendiri, oleh kareananya kerja keras, hemat, jujur dan
perhitungan yang matang menjadi prasyarat meraih keberhasilan. Pemikiran
Qadari\ah didominasi oleh orang Islam yang latarbelakang pekerjaannya adalah
pimpinan perusahaan. Hal ini berbeda dengan Jabariah, bahwa keberhasilan dalam
kegiatan ekonomi sangat ditentukan oleh kehendak Allah Swt, bukan ditentukan
oleh adanya kerja keras, hemat, jujur dan perhitungan yang matang dalam
3
Menurut Sayyed Hossein Nasr, ironisnya dalam kebanyakan dunia
Islam, khususnya di kota-kota besar, iklim kerja seringkali terlepas dari
asal-usul kekeluargaan dan sosial. Hubungannya dengan ritme dan norma-
norma alam, menjadi terputus. Dalam banyak kejadian, cara-cara produksi
yang didasarkan kepada mesin imprasonal, telah menggantikan cara-cara
produksi tradisional yang didasarkan pada cinta serta pengabdian pada
suatu keterampilan. Hukum-hukum yang bersifat mengasingkan secara
parsial telah menggantikan hukum Tuhan dan menghancurkan
homogenitas syari’ah. Institusi-institusi tradisional, seperti serikat-serikat
pekerja, telah melemah atau bahkan memudar.14
Pasar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari aktifitas
ekonomi, pasar merupakan tempat bertemunya suply dan demand. Untuk
melindungi pasar dari degradasi moral dan persaingan yang tidak sehat,
tidak cukup dengan mengubah hukum pasar, namun perlu juga dilakukan
restrukturisasi pasar sesuai dengan paradigma moral. Selain itu semua
orang sebelum masuk pasar seharusnya sudah membekali diri mereka
dengan disiplin diri, kejujuran, keadilan, moderasi, spirit public,
penghormatan terhadap martabat manusia, dan berpegang teguh kepada
etika agar tujuan-tujuan humanitarian dapat terwujud.15
Secara konvensional tujuan bisnis adalah mendapatkan laba, yaitu
keuntungan (nominal) yang diperoleh dari hasil operasi-operasi perusahaan
selama periode tertentu (penjualan dikurang biaya-biaya untuk
menghasilkan dan memasarkan produk ditambah pajak).16
Di sisi lain,
usahanya. Pemikiran Jabariyah didominasi oleh umat Islam yang latarbelakang
pekerjaannya adalah buruh perusahaan. Lihat juga, Ahmad Janan Asifudin dalam
Etos Kerja Islami (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), 231.
Menyatakan bahwa etos kerja seorang muslim dipengaruhi oleh faktor psikologis,
psikologi yang berkaitan erat dengan kerja manusia adalah psikologi motivasi.
Ajaran dan aqidah Islam menjadi sumber motivasi kerja, karena kerja adalah
ibadah, kerja harus dengan ilmu dan kerja harus meneladani sifat-sifat Ilahi. 14
Nurcholis Madjid, Sayyed Hossein Nasr dkk, Nilai dan Makna Kerja Dalam Islam (Jakarta: Nuansa Madani, 1999), 90.
15 M.Umer Chapra, Masa Depan Ilmu ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam,
ter. Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 312. Menurut Muhammad
Muflih, bahwa Islam mempunyai aturan khas dalam supply dan demand, di mana
pasar hanya boleh mewadahi komoditi halal saja. Dalam demand, konsumen
diajarkan untuk membeli barang-barang sesuai dengan kebutuhannya dan tidak
berlebihan, dan dalam supply, produsen hanya memproduksi barang dalam
kapasitas yang dibutuhkan konsumen. Jika rambu-rambu ini dijalani maka dapat
menimbulkan kesimbangan SDA, kelestarian lingkungan dan perlindungan
terhadap pengusaha kecil dan petani lokal. Lihat Prilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 40.
16 Namun secara umum maksud dan tujuan bisnis terkait erat dengan
faktor-faktor berikut: 1) pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, 2)
keuntungan usaha, 3) pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan, 4)
mengatasi berbagai resiko dan, 5) tanggung jawab sosial. Lihat Indo Yama
4
bisnis bukan hanya sekedar mencari keuntungan material saja, akan tetapi
harus ada harmonisasi antara pemenuhan kebutuhan material dan moral,
Islam memberikan penekanan pada pertumbuhan dan perkembangan moral
pada individu-individu masyarakat yang pada akhirnya dapat menimbulkan
sifat kemurahan hati, kepedulian sosial, bekerjasama, dan toleransi.17
Etika
tidak hanya dibutuhkan oleh individu pelaku pasar, melainkan harus
diaktualisasikan pada perangkat finansial lainnya, seperti pasar, industri
yang bergerak pada layanan keuangan, manajemen keuangan dan keuangan
individu pada sebuah perusahaan.18
Dalam praktiknya, etika bisnis tidak dapat berfungsi dan berjalan
dengan baik jika tidak didukung oleh sistem sosial politik suatu negara.
Tanpa ada dukungan sistem sosial politik yang akan timbul adalah praktik-
praktik bisnis yang tidak fair . Hal ini dapat berbentuk monopoli, oligopoli,
perlindungan politik, hak istimewa, nepotisme dan semacamnya.19
Selain
itu perlu adanya peran aktif dan sikap netral dari lembaga kekuasan baik
legislatif, eksekutif, dan yudikatif, artinya akan sulit menjaga iklim bisnis
yang baik jika aturan bisnis yang diundangkan oleh lembaga legislatif
tidak ditegakkan secara konsekuen oleh lembaga eksekutif apalagi kalau
lembaga legislatif didikte oleh lembaga eksekutif demi menutup
kecurangan pejabat eksekutif tertentu. Akibat lebih lanjut pada kondisi ini
adalah tidak ada pelaku bisnis yang tunduk pada aturan dan etika yang ada,
karena mereka beranggapan bahwa aturan dan moralitas sudah diinjak dan
dikangkangi oleh kekuasaan politik yang kolusif.20
Faisal Baasir mengomentari tentang moral hazard bank dan
prospek perbankan nasional Indonesia, ia menyatakan bahwa pada
pertengahan tahun 1997 krisis yang menimpa perbankan nasional adalah
krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, yang dimulai
Nasarudin dan Hemmy Fauzan, Pengantar Bisnis dan Manajemen (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), 4. 17
Abu al-A’la al-Mawdu@di, First Principles of Islamic Economics, ter.
Ahmad Imam Shafaq Hashemi (Leicestershire: The Islamic Fondation, 2011), 89. 18
John R Boatright, Ethics in Financal (Australia: Blackwell Publishing,
2008), 6. 19
A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta:
Kanisius, 1998), 219. Dalam bukunya ia juga memberikan komentar terhadap
pendapat yang menyatakan, kalau perangkat legal politik sangat dibutuhkan
berarti bisnis hanya perlu memperhatikan aspek hukum saja?, ia mengomentarinya
dengan tiga alasan: 1) hukum saja tidak memadai karena hukum bisa sangat tidak
etis dan tidak adil, karena masih ada diskrimisai bagi sebagian kelompok dan
banyak terjadinya KKN, 2) banyaknya keluhan yang diutarakan konsumen
terhadap perusahaan yang tidak puas dengan pelayanan maupun produknya,
kendati keluhan itu tidak disertai hukuman atau sangsi apapun, 3) hukum bisa saja
tidak manusiawi, ketika hukum diterapkan secara harfiah tanpa pertimbangan
moral dan rasa kemanusiaan, misalnya menghukum anak yang mencuri demi
menolong ibunya yang sakit. 20
A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, 229.
5
dari terjadinya rush dan likuidasi perbankan. Hal itu mengindikasikan
bahwa moral dan integritas merupakan barang langka, khususnya krisis
moral para bankir, di mana skandal dan kasus yang muncul mengakibatkan
ditutupnya puluhan bank. Bank Indonesia (BI) diharapkan dapat lebih
optimal dalam aspek pengawasan dan supervisi terhadap perbankan
nasional, pengelolaan perbankan yang profesional tidak hanya mencakup
kesiapan infrastruktur yang modern dan kualitas SDM yang andal, tetapi
juga menuntut moral dan etika yang kuat. 21
Dalam konteks kondisi politik-ekonomi di Indonesia dewasa ini,
banyak terjadi pelanggaran hukum dan etika yang dilakukan oleh pejabat
publik. Hal ini juga berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap para wakil rakyat. Korupsi seperti sudah mendarah daging
dikalangan pejabat. Bahkan yang terbaru adalah kasus korupsi ketua MK,22
dimana lembaga itu adalah tameng terakhir dari serangan korupsi. Hal ini
mencerminkan bahwa terkikisnya nilai-nilai moral dan etika di kalangan
pejabat negara yang dengan seenaknya memakan uang rakyat tanpa
melihat keadaan riil yang dihadapi masyarakat, khususnya masyarakat
kalangan bawah yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, minim
pendidikan dan buruknya layanan kesehatan.
Menurut laporan KPK, pelanggaran terbanyak adalah Korupsi
Jenis Penyuapan. Per 30 September 2013, di tahun 2013 korupsi jenis
penyuapan menempati posisi paling banyak yaitu sebanyak 40 perkara,
disusul pengadaan barang/jasa sebanyak 5 perkara, tindak pidana
pencucian uang (TPPU) sebanyak 3 perkara, dan perizinan sebanyak 3
perkara.
Hampir dua puluh lima tahun terakhir ini, kajian ekonomi Islam
masih terbatas pada tiga hal: perbandingan sistem ekonomi Islam dan
sistem ekonomi kapitalis dan sosialis, kritik terhadap sistem ekonomi
selain ekonomi Islam dalam tataran filosofis, dan isu-isu substantif
mengernai riba (usuary, interest).23 Kajian ekonomi Islam akan terus
21
Faisal Baasir, Indonesia Pasca Krisis: Catatan Politik dan Ekonomi 2003-2004 (Jakarta: Surya Multi Grafika, 2004), 249. Lanjutnya ia
mengungkapkan beberapa kesalahan pada pengelolaan perbankan, diantaranya
adalah penyaluran kredit kepada grupnya sendiri dengan jumlah yang melebihi dari
ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), rendahnya pengawasan
sehingga terjadi mark up dan pembobolan rekening, peningkatan Non-Performing Loans (NPLs), pengelolaan kredit yang tidak optimal karena belum didukung
diversifikasi resiko, lemahnya pengaturan otoritas moneter, perombakan dalam
SDM yang berkecimpung di perbankan kurang memadai. 22
http://nasional.kompas.com/read/2013/11/14/1643563/Kericuhan.di.MK.
Buntut.Hilangnya.Wibawa.MK.Pascakasus.Akil?utm_source=WP&utm_medium=
box&utm_campaign=Khlwp (diakses: 8 November 2013) 23
Anaz Zarqa, Islamic Economics: An Approach to Human Welfare (Kuala Lumpur, CERT Publication, 2005), 23.
6
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang semakin
majemuk dan kompleks, salah satunya adalah kajian etika bisnis.
Etika selalu menjadi bagian dari bisnis, namun gerakan etika bisnis
yang relatif baru dan mulai ditelusuri kembali pada tahun 1960-an
dikarenakan oleh beberapa hal; pertama, munculnya isu-isu sosial dalam
bisnis yang berupa kurangnya kesadaran sosial dan kerusakan yang
ditimbulkan pada masyarakat dengan berbagai cara. Akhirnya pada tahun
1980-an etika bisnis dilembagakan sebagai salah satu bidang akademik, di
mana semakin banyak muncul buku, jurnal, lembaga, profesor, konsultan
dan prodi di universitas dalam etika bisnis.24
Dalam perkembangannya
kajian mengenai etika bisnis menyebar ke beberapa negara seperti
Jepang,25
Cina,26
Rusia,27
dan negara lainnya.
Kedua kesadaran masyarakat terhadap skandal di dunia bisnis yang
muncul akibat minimnya moralitas dan timbulnya masalah-masalah yang
berhubungan dengan bisnis yang pada akhirnya mengekspos fakta, bahwa
hukum dan peraturan telah gagal sampai batas tertentu. Hal ini berdampak
pada peningkatan minat kajian dalam etika bisnis. Selain itu, krisis
keuangan global, yang dimulai di Amerika Serikat menjadikan etika bisnis
menjadi sorotan publik.28
24
M. Adli Musa, Islamic Business Ethics and Finance: An Exploratory Study of Islamic Banks in Malaysia, International Conference on Islamic
Economics and Finance. 25
Iwao Taka, ‚Business Ethics in Japan‛, Journal Ethics, Vol. 16, No. 14,
1499-1508, (1997). Ia menjelaskan pekembangan etika bisnis berdasarkan
periodeisasi ekonomi Jepang dalam lima periode: (1) pertengahan 1960: prioritas
pada pertumbuhan ekonomi, (2) pertengahan 1960-1970: kebangkitan isu-isu
sosial dalam bisnis, (3) pertengahan ke dua 1970: restrukturiasi perusahan, (4)
1980-an: the bubble economy, (5) 1990-an: kebangkitan etika bisnis sebagai kajian
baru. 26
Lu Xiaohe, ‚Business Ethic in China‛, Journal of Business Ethics, Vol.
16, No. 14, 1509-1518 (1997). Ia menjelaskan periodeisasi perkembangan etika
bisnis dalam tiga periode: (1) 1978-1984: Hubungan antara moralitas dan ekonomi
pada level filosofi dan etika profesi, (2) 1984-1994: Etika dalam ekonomi, bisnis
dan manajemen, (3) 1994-sekarang: Etika bisnis yang mencakup stimulasi etika
bisnis dan institusionalisasi etika bisnis. 27
Ruben G. Apressyan, ‛Business Ethics in Russia‛, Journal of Business Ethics, Vol. 16, No. 14, 1561-1570 (1997,. Ia menjelaskan, secara histori etika
bisnis di Rusia dimulai pada masa sebelum pemerintahan soviet di mana tradisi
etika dan tanggung jawab sosial pada bisnis sudah dianut oleh para ‚old-belivers‛
yaitu penganut kristen othodoks yang berkeyakinan bahwa bisnis adalah sebuah
misi yang di perintahkan Tuhan. Pada masa pemerintahan soviet dengan idiologi
komunisnya, pemerintah hanya fokus pada peningkatan produksi secara kuantitatif
dan mengenyampingkan dimensi etik. Pada tahun 1970-an isu penegakan hak
buruh mencuat dan menimbulkan gerakan-gerakan pro buruh. Saat ini etika bisnis
sudah mengarah ke ranah edukasi, institusionalisasi dan penelitian (research). 28
M. Adli Musa, Islamic Business Ethics and Finance: An Exploratory Study of Islamic Banks in Malaysia, International Conference on Islamic
7
Pembahasan tentang etika bisnis dan peningkatan kepedulian pada
dimensi etis dari praktik bisnis semakin menjadi penting menjelang abad
21 (era globalisasi), di mana batas-batas etis antar negara sudah
dipersoalkan relevansinya.29
Secara umum etika ekonomi dibentuk oleh tiga
faktor, yaitu kesejarahan, agama dan geografi ekonomi.30
Kode etik
internasional pertama dalam dunia bisnis dikenal dengan ‚The Caux Round-Table Principle for Business‛ pada tahun 1994, penyusunan prinsip-
prinsip ini diprakarsi oleh para pejabat eksekutif tertinggi (CEO) dari
Eropa, Jepang dan Amerika. Prinsip-prinsip ini dinilai unik karena
mengelaborasikan nilai-nilai luhur dari Asia dan Barat, yaitu konsep etika
Jepang ‚kyosei‛, yang bersifat komuniter (communitarian) serta konsep
etika Barat ‚human dignity‛, yang lebih menekankan nilai individual.31
Kajian tentang etika merupakan kajian yang sangat serius di abad
ke-21 ini, hal ini karena fenomena dari pelaku bisnis itu sendiri yang
mengalami distrosi pada kinerja mereka, hal ini dapat menimbulkan
menurunnya etos kerja dan kerugian bagi perusahaan. Hal ini juga yang
menurut Rafik Issa Beekun bahwa pada Wall Street Journal ada sebuah
survei yang dilakukan pada tahun 1991 menyatakan bahwa saat ini
perusahaan-perusahaan sedang menghadapai masalah yang besar,
Economics and Finance. Lihat juga John R. Boatright, Ethics in Finance, 1-3. ia
mengungkapkan beberapa skandal bisnis lainnya seperti pada tahun 1980 Wall
Street diguncang oleh adanya manipulasi data di securities-law dan the junk-bond
yang dilakukan oleh Martin Siegel, Ivan Boesky, Michael Milken dan lain-lain,
Salomon Brother hampir bangkrut pada tahun 1991, hal ini disebabkan besarnya
tunggakan yang harus dibayarkan akibat manupulasi data pada proyek lelang
kendaraan berat, tindak korupsi dan penyelewengan kekuasaan yang terjadi pada
perusahaan pendanaan New York State Attorney General Eliot Spitzer. Skandal-
skandal ini tidak hanya meruntuhkan kepercayaan diri pasar modal dan institusi
keuangan, ia juga memberi kesan bahwa keuangan dunia pada fase ketamakkan.
Selanjutnya John R. mengutip dari Harris Poll (2002) yang mengadakan kuisioner
tentang pelaku bisnis di Wall Street, 61 % responden mengatakan bahwa
kebanyakan pelaku bisnis di Wall Street berkeinginan untuk menantang hukum
jika mereka bisa menghasilkan lebih banyak uang, 57 % responden mengatakan,
para pelaku bisnis di Wall Street didominasi oleh pelaku bisnis yang tamak dan
mementingkan diri sendiri, dan 56 % mengatakan bahwa Wall Street hanya peduli
how to make money. Lihat juga Sa‘id Sa‘id Na@s{ir al-H}amdan dan Sayid Ja@bulla@h
al-Sayid, dalam al-Mus}a@h{aba@t al-Iqtis}a@diyah wa al-Ijtima@‘iyyah lijari@mah ghasi@l al-amwa@l fi@ z}illi t{ah}awwula@t al-‘aulamah, ia mengungkapkan fenomena krisis
moral pada era globalisasi berupa money laundry, yaitu pensucian uang yang
didapat dari hasil-hasil kejahatan dengan di investasikan pada proyek-proyek legal
atau di lembaga keuangan lainnya. 29
Alois A. Nugroho, Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis (Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), 22. 30
Dawam Rahardjo, ‚Menuju Sistem Perekonomian Indonesia‛, Jurnal UNISIA, Vol. XXXII No. 72, 115 (Desember, 2009).
31 Alois A. Nugroho, Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis, 24-25.
8
diantaranya adalah pencurian, ketidak jujuran, penipuan dan lain-lain.
Selain itu pada survei ke dua yang melibatkan 2000 perusahaan di
Amerika, menyimpulkan bahwa mereka mengalami masalah penurunan
nilai etika pada pelaku bisnis. Hal ini berdasarkan beberapa indikasi,
diantaranya: penyalahgunaan minuman beralkohol dan obat-obatan
terlarang, adanya tindak pencurian, konflik kepentingan, masalah quality control, adanya diskriminasi dalam promosi jabatan, penyalahgunaan
informasi kepemilikan, penyalahgunaan rekening pengeluaran perusahaan
PHK, penyalahgunaan asset perusahaan, polusi lingkungan. Masalah-
masalah ini tentunya dihadapi juga oleh seluruh perusahaan dunia, oleh
karenanya perlu adanya peningkatan nilai-nilai etika dalam prilaku seluruh
pelaku bisnis. Karena bisnis yang baik dihasilkan oleh etika yang baik. 32
Bisnis dalam dunia modern merupakan realitas aktivitas yang
sangat kompleks. Dalam kegiatanya, bisnis dipengaruhi oleh tiga faktor
penting antara lain organisatoris-manajerial, ilmiah-teknologis, dan
politik-sosial-budaya.33
Bisnis sebagai kegiatan sosial dapat dilihat dari
tiga sudut pandang, ekonomi, hukum dan etika. Bisnis dalam pandangan
ekonomi berarti kegiatan ekonomi yang berbentuk tukar-menukar, jual-
beli, memproduksi, memasarkan, bekerja-mempekerjakan dan aktifitas
lainnya, dengan maksud mencari keuntungan. Hal ini sesuai dengan konsep
pasar bebas dimana para pengusaha memanfaatkan sumber daya yang
langka yang berupa tenaga kerja, bahan mentah, informasi atau ilmu
pengetahuan dan modal untuk menghasilkan barang dan jasa bagi
masyarakat. Keuntungan dalam bisnis seharusnya dirasakan oleh kedua
belah pihak yang melakukan transaksi, agar terciptanya keadilan sosial
dalam masyarakat. Hal ini lah yang nantinya berkenaan dengan etika
pembisnis itu sendiri. Selain itu perlu adanya nilai moral dalam bisnis,
karena bisnis yang baik bukan hanya bisnis yang menguntungkan akan
tetapi juga harus baik secara moral.34
32
Rafik Issa Beekun, Islamic Business Ethichs (International Institute of
Islamic Thought, 1996), 4. Lihat Hussain Shahata, Business Ethics in Islam (Cairo: al-Falah Fondation, 1999), 2-3, ia memaparkan beberapa latarbelakang
mulai dikajinya etika dalam dunia bisnis, diantaranya: 1) terjadinya kerusakan
moral yang semakin meluas pada perusahaan, terutama dilakukan oleh pimpinan
perusahaan, firma, badan hukum dan karyawan, 2) studi lapangan membuktikan
bahwa pemberdayaan etika pada perusahaan dapat membuat kinerja dan nama
perusahaan semakin baik. Menurut Muhammad al-Ghaza@li, dalam al-Isla@m wa al-Awd{a@‘ al-Iqtis}a@diyah (Damaskus: Dar al-Qalam, 2000), 59. Bahwa pelanggaran
moral seperti perzinaan dan pencurian tidak hanya dilatarbelakangi kebutuhan
ekonomi, akan tetapi dilatarbelakangi oleh hal yang lebih esensial yaitu hilangnya
ajaran-ajaran Tuhan dalam diri manusia itu sendiri, karena jika iman itu dipelihara
maka akan menghasilkan kebaikan dan sebaliknya, jika iman tidak dipelihara
makan menghasilkan keburukan. 33
Kess Bartens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Kanisius 2000), 13. 34
Kess Bartens, Pengantar Etika Bisnis, 20.
9
Aktifitas bisnis tidak terlepas dari hukum dagang atau hukum
bisnis. Seperti etika, hukum merupakan sudut pandang normatif karena
menetapkan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Dari segi norma, hukum lebih jelas dan pasti dari pada etika, karena
peraturan hukum dituliskan hitam di atas putih dan ada sangsi tertentu jika
terjadi pelanggaran. Dengan adanya keterikatan yang erat antara hukum
dan nilai moral, maka ada istilah Quid leges sine moribus yang berarti apa
artinya udang-undang tanpa disertai moralitas.35
Dari tiga sudut pandang
ini maka, ada tiga tolak ukur menentukan kualitas etika dalam bisnis; hati
nurani, kaidah emas,36
penilaian masyarakat umum (audit sosial).37
Etika sebagai sistem pengkajian terhadap moral bukan sekedar
bertugas menyusun sederetan daftar perbuatan baik yang harus dikerjakan
serta perbuatan buruk yang harus ditinggalkan. Etika justru memiliki sifat
dasar kritis, yang mempertanyakan landasan argumentatif. Dengan kata
lain etika dapat mengantarkan seseorang mampu bersikap rasional, sadar
dan kritis untuk membentuk pendapatannya sendiri dan bertindak sesuai
dengan keyakinan secara otonom, penuh dan mempertanggungjawabkan
pilihan tindakannya tersebut.38
Titik sentral etika Islam adalah menentukan kebebasan manusia
untuk bertindak dan bertanggung jawab karena kepercayaan terhadap
kemaha kuasaan Tuhan. Kebebasan yang diberikan hanya bersifat terbatas,
karena manusia hanyalah khali@fah pengemban amanat Tuhan untuk
memakmurkan bumi. Sebagai mana yang terdapat pada QS. al-An‘a@m (6):
165.39
Berbekal kebebasan ini, manusia dapat mewujudkan kebajikan
teomorfik dari keberadaanya sebagai wakil Tuhan, atau menolak
kedudukan ini dengan melakukan hal yang salah. 40
Prinsip ajaran etika dalam Islam bahwa manusia dituntut untuk
berbuat baik pada dirinya, sesama manusia, lingkungan dan Tuhan selaku
Penciptanya. Untuk bisa berbuat baik manusia diberikan kebebasan (free
35
Kess Bartens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Kanisius 2000), 22. 36
Kaidah ini berbunyi ‚Hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan dan jangan lakukan sesuatu kepada orang lain sebagaimana anda tidak ingin diperlakukan‛.
37 Kess Bartens, Pengantar Etika Bisnis, 18-23.
38Achmad Charris Zubair, ‚Membangun Kesadaran Etika
Multikulturalisme di Indonesia‛, Jurnal Filsafat, Jilid 34, No. 2, 114 (Agustus
2003). 39
Artinya: ‚Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang‛.
40 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan
Pesan Moral Ajaran Bumi (Depok: Penebar Swadaya 2012), 20.
10
will) yang dibarengi dengan sifat pengesaan Tuhan (tauh{i@d),41
keseimbangan (equlibrium),42
dan tanggung jawab (responsibility).43
Atau
dengan menggunakan bahasa Syed Nawab Haidar Naqvi disebut dengan
aksioma-aksioma etika.44
Dalam dunia bisnis, etika sangat penting untuk dikembangkan,
oleh karenanya banyak kajian mengenai etika dengan beberapa tujuan,
yaitu: menanamkan kesadaran adanya dimensi etis dalam bisnis,
memperkenalkan argumentasi-argumentasi moral di bidang ekonomi dan
bisnis serta cara penyusunannya, dan membantu untuk menentukan sikap
moral yang tepat dalam menjalankan profesi.45
Penelitian ini didasari curiousity (minat ingin tahu) penulis
tentang konsep etika bisnis yang ditawarkan oleh Dawam Rahardjo.
Adapun beberapa alasan kenapa penulis memilih Dawam Rahardjo sebagai
‚objek‛ penelitian. Diantaranya adalah Indonesia sangat kaya akan pegiat,
intelektual, pemikir, ekonom atau aktivis Islam. Salah satunya adalah
Dawam Rahardjo. Ia adalah sosok intelektual yang termasuk paket
41
QS., al-An’a@m (6): 162, yang artinya ‚Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam‛.
42 QS., al-Nahl (16): 90, yang artinya ‚Sesungghnya Allah menyuruh
kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia member pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran‛.
43 QS,. al-An’a@m (6): 164, yang artinya ‚…Setiap perbuatan dosa
seseorang, dirinya sendiri yang bertanggung jawab. Dan sesungguhnya orang tidak akan memikul beban dosa orang lain…‛
44 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan
Pesan Moral Ajaran Bumi (Depok: Penebar Swadaya 2012), 21. 45
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam ( Jakarta: Kencana
2007), 22. Untuk lebih jelasnya, urgensi etika dalam bisnis maka harus dilihat dari
berbagai aspek: pertama, aspek teologis, etika dalam Islam (akhlak) merupakan
ajaran Tuhan baik dalam bentuk al-Qur’an maupun hadis, baik secara normatif
maupun praktis melalu praktik bisnis Rasulullah SAW., kedua, karakter manusia
itu sendiri yang lebih cenderung mendahulukan keinginan (will) dari pada
kebutuhan (need). Islam membatasi pemenuhan kemauan dan kebutuhan manusia
hanya pada sesuatu yang halal, ketiga, aspek sosiologis, realita kehidupan
seringkali membuat manusia cenderung amoral, dalam dunia bisnis persaingan
yang ketat dapat menimbulkan moral hazard yang tidak konstruktif, oleh
karenanya Islam sangat menjunjung kerjasama dan persaudaraan pada hal-hal
kebaikan, keempat, teknologi, dalam perkembangan IT khusunya dalam dunia
ekonomi sangat memberikan nilai postif, akan tetapi jika tidak dibarengi dengan
kesadaran etika maka bisa muncul penyalahgunaan IT, misalnya pembobolan
rekening nasabah bank, kelima, akademis, dengan kesinambungan aktifitas
akademik, baik dalam bentuk kajian literatur maupun penelitian lapangan, maka
diharapkan dapat melahirkan sebuah terori baru yang sesuai dengan konteks
realitas. Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi (Depok: Penebar Swadaya 2012), 31-33.
11
komplit, karena ia dikenal sebagai ekonom, budayawan, agamawan,
sastrawan, aktifis sosial dan lain-lain. Menurut Bahtiar Effendi, Dawam
Rahardjo juga termasuk pembaharu yang beraliran transformasi sosial-
ekonomi dan kemasyarakatan, yang fokusnya adalah pemberdayaan sosial-
ekonomi dan politik masyarakat bawah, baik yang di desa maupun
perkotaan.46
Dengan keberagaman wawasan intelektual yang dimiliki Dawam
Rahardjo, sangat menarik untuk diadakan penelitian lebih lanjut terhadap
salah satu pemikirannya di bidang ekonomi Islam, khususnya etika bisnis.
Berdasarkan background intelektualnya kita bisa melihat etika bisnis dari
sudut pandang yang beragam, seperti sosial, agama, budaya dan ekonomi,
sehingga dapat membentuk gagasan konsep etika bisnis yang sesuai
dengan nilai-nilai filosofis Islam, moral dan budaya lokal Indonesia.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis memetakan
beberapa masalah yang akan muncul dalam penelitian ini, yaitu:
a. Apa saja faktor yang melatarbelakangi perkembangan kajian
etika bisnis di dunia modern
b. Di mana kajian tentang etika bisnis muncul
c. Mengapa etika bisnis menjadi sebuah kajian baru yang urgen
d. Faktor-faktor apa saja yang membentuk etika bisnis
e. Bagaimana Islam memandang etika dan bisnis
f. Bagaimana mengimplentasikan etika ke dalam dunia bisnis
g. Apa prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam (dalam pandangan
Sayed Haidar Naqvi, Rafik Issa Beekun dan Husain Shahata)
h. Bagaimana pandangan Dawam Rahardjo terhadap
perkembangan Ekonomi Islam khususnya etika bisnis di
Indonesia
i. Bagaimana konsep etika bisnis yang sesuai dengan kultur dan
norma sosial masyarakat Indonesia
2. Pembatasan Masalah
Penelitian dibatasi pada pemikiran etika bisnis Dawam Rahardjo.
Analisis yang digunakan adalah analisis kompatibilitas dan relevansi.
Dalam analaisis kompatibilitas, pemikiran etika bisnis Dawam Rahardjio
dianalisis dengan konsep etika bisnis Islam yang direpresentasikan oleh
Syed Nawab Haidar Naqvi, Rafik Issa Beekun dan Husain Shahata. Dalam
analisis relevansi, pemikiran etika bisnis Dawam dianalisis dengan konsep
dan implementasi etika bisnis dalam bentuk aturan dan kebijakan dalam
46
Untuk lebih jelasnya mengenai tiga madzhab pembaharuan di Indonesia
(Teologi/keagamaan, politik/birokrasi dan transformasi sosial-ekonomi) lihat
Bahtiar Effendy, Islam dan Negara Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1998), 125-174.
12
dunia bisnis era globalisasi. Dalam mengkaji pemikiran etika bisnis
Dawam Rahardjo, penulis menggunakan beberapa karyanya, yaitu: Etika Ekonomi dan Manajemen, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi,Peran Etika Islam dalam Membangun SDM Menyongsong 2020, dan Rancang Bangun Ekonomi Islam.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang
dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang menjadi pokok
pembahasan dalam penelitian ini secara garis besar dapat dituangkan ke
dalam pertanyaan: 1) Bagaimana kompatibilitas pemikiran etika bisnis
Dawam Rahardjo dengan etika bisnis Islam?, 2) bagaimana relevansi
pemikiran etika bisnis Dawam Rahardjo di dunia bisnis era globalisasi
khususnya di Indonesia?.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui konsep etika bisnis Dawam Rahardjo
b. Untuk mengetahui kompatibilitas pemikiran etika bisnis
Dawam Rahardjo dengan etika bisnis dalam Islam, dan
c. Untuk mengetahui relevansi pemikiran etika bisnis Dawam
Rahardjo dalam dunia bisnis era globalisasi, khususnya di
Indonesia.
2. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, manfaat umum dan
manfaat khusus.
a. Manfaat umum
Manfaat umum dari penelitian ini adalah menambah khazanah
ilmiah pada kajian ekonomi Islam, khususnya yang berkaitan dengan etika
bisnis, dan memudahkan siapa saja yang ingin mengetahui tentang konsep
etika bisnis Islam yang nantinya dengan pemahaman ini dapat menjadi
dasar untuk berlaku etis pada dunia bisnis.
b. Manfaat khusus
Manfaat khusus dari penelitian ini adalah merumuskan dan
mengembangkan konsep etika bisnis Dawam Rahardjo, sehingga relevan
dengan dunia bisnis di era globalisasi di Indonesia, dan bagi kalangan
akademik dan praktisi ekonomi Islam, penelitian ini bisa dijadikan sebagai
rujukan dan dasar (grounded theory) untuk penelitian selanjutnya berupa
peran etika bisnis terhadap peningkatan positifisme dan profitabilitas
perusahaan.
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berkaitan dengan penelitian mengenai etika bisnis, terdapat
beberapa penelitian yang sudah ada sebelumnya. Diantaranya adalah:
13
Muhammad Adli Musa47
mengatakan bahwa etika merupakan
sektor penting dalam bisnis, dan secara khusus bagi layanan keuangan yang
dapat memberikan nilai (value) kepada konsumen. Sebuah lingkungan yang
beretika pada sektor bisnis dan keuangan memberikan dukungan bagi
maksimalisasi nilai untuk jangka panjang. Jika etika dapat bermain dalam
skala yang lebih besar maka krisis dapat dicegah. Islam menganjurkan
untuk merefleksikan nilai-nilai moral dan spiritual pada seluruh aktifitas
ekonomi. Dalam konteks perbankan, seluruh akad atau kontrak yang
terjadi harus sesuai dengan shariah compliance, selain itu dalam pelayanan,
manajemen dan kinerja harus dilakukan dengan kode etik.
Abul Hassan, Abdelkader Chachi and Salma Abdul Latif48
menjelaskan bahwa etika marketing dalam Islam mengkombinasikan
prinsip maksimumisasi nilai dengan prinsip kesetaraan dan keadilan demi
kesejahteraan masyarakat. Aktualisasi etika Islami pada industri perbankan
dapat membantu meningkatkan standar kesopanan, kedekatan
(relationship) dan hidup para bangkir dan konsumen (nasabah) untuk
jangka panjang. Pada institusi perbankan, Customer Relation Advisor (CRA) dapat menjadi representasi dari perusahaan. Kajian dalam etika
marketing ini mencakup etika produksi, harga, promosi, tempat dan sales.
Suhaimi Mhd. Sarif dan Yusof Islami49
menjelaskan bahwa
implikasi paradigma tauhid pada etika bisnis sangat krusial. Tauhid
merupakan sumber nilai yang mencakup nilai-nilai umum dan khusus.
Untuk mencapai paradigm tersebut maka harus memenuhi dua standar
yaitu ma‘ru@f (goodness) dan munkar (evil). Aplikasi etika pada bisnis tidak
hanya menekankan pada tauhid saja, akan tetapi harus juga mencakup
enam elemen: pamrih, hati nurani, pengetahuan, pengertian, rasionalitas
dan aksi. Aplikasi nilai spiritual (tauhid) dalam bisnis dapat menjadi filter
internal agar perusahan tidak melakukan pelanggaran.
Timur Kuran50
menjelaskan bahwa salah satu fungsi agama secara
tradisional adalah memberi legitimasi antara yang baik dan buruk. Cara
47
Muhammad Adli Musa, ‚Islamic Business Ethics and Finance: An
Exploratory Stdy of Islamic Banks in Malaysia‛, papper at 8th International
Conference on Islamic Economics and Finance, 19-21 Desember 2011, Doha,
Qatar. http://conference.qfis.edu.qa/ (diakses: 23 Februari 2015). 48
Abul Hassan, Abdelkader Chachi and Salma Abdul Latif, ‚Islamic
Marketing Ethics and its Impact on Customer Satisfaction in the Islamic
Bangking Industry‛, Journal of King Abdulaziz University (JKAU): Islamic Economic, Vol. 21 No. 1, pp: 27-46 (2008).
49 Suhaimi Mhd. Sarif dan Yusof Islami, Spirituality in Business Ethics
from an Islamic Persvective (Kuala Lumpur: IIUM Press, 2011), 119-154. ISBN
9789670225418. http://irep.iium.edu.my/8924/ (diakses: 23 Februari 2015). 50
Timur Kuran, ‚The Discontents of Islamic Economic Morality‛, Linkages Between Economics and Religion, VOL. 86 NO. 2. (May, 1996).
http://www.jstor.org/stable/2118166?seq=1#page_scan_tab_contents (diakses: 23
Februari 2015).
14
pandang ini dapat diaktualisasikan dalam kondisi ekonomi modern dalam
bentuk moralitas. Dalam kondisi ekonomi global, moralitas dapat menjaga
kekayaan individu dan majemuk sekaligus dapat membentuk identitas
muslim menjadi kuat. Akan tetapi banyak muslim mempertimbangkan
identitas mereka di bawah tekanan, tidak sepenuhnya dikarenakan oleh
penganut Islam fundamentalis yang memberlakukan perubahan moral dan
kelembagaan sebagai bukti dari kapitulasi budaya. Konsekuensinya muslim
harus mampu membenarkan perubahan ekonomi mereka demi menghindari
erosi identitas keislaman mereka di sisi lain mereka juga ingin identitas
mereka terjaga. Mereka juga seperti terjebak dalam inner clash,
paradoksnya, ada kesenjangan antara menjadi Homo Economicus dan
Homo Islamicus.
Ika Yunia Fauzia51
menjelaskan bahwa salah satu etika pemasaran
dalam bisnis Islam adalah menciptakan kepercayaan transenden
(transcendental trust) antara penjual, distributor, pembeli dan seluruh
elemen masyarakat. Pada dasarnya kepercayaan transenden ini adalah
sesuatu yang nampak dan bukan sesuatu yang abstrak. Kepercayaan
transenden timbul akibat aksi yang dilakukan menurut ajaran-ajaran
kepercayaan (the spirit of trust) yang besumber dari al-Qur’an, hadis dan
ajaran-ajaran Islam lainnya yang bersumber dari wahyu. Variabel aksi yang
merupakan ajaran tentang kepercayan, mencakup bagaimana seeorang
memandang, berbicara, berperilaku dan bekerja. Dalam kajian terhadap
tahapan kepercayaan transenden, ia meminjam teori Stephen M.R. Covey
yang dikenal dengan ‚The Speed of Trust ‛, teori ini menyatakan bahwa
dalam membangun struktur kepercayaan transenden dalam bisnis dan
pemasaran Islam harus melalui 5 fase: 1) trust dalam diri pebisnis, 2) trust dalam hubungan bisnis, 3) trust dalam organisasi bisnis, 4) trust dalam
pasar, 5) trust dalam masyarakat.
R. Edward Freeman,52
di era mileninum ini, etika bisnis tidak
hanya sebagai kajian filosofis (normativ) saja, melainkan dapat berfungsi
untuk menciptakan eksekutif bisnis dan mahasiswa yang memahami
dampak sosial bisnis itu sendiri dan mampu melihat bisnis secara luas.
William Kline,53
sudut pandang internal bisnis tidak hanya untuk
merefleksikan peningkatan perdangangan. Para bebisnis mengklaim bahwa
mereka tidak terikat dengan nilai moral dan aturan, mereka mendefinisikan
dirinya hanya sebatas pedagang. Namun yang terpenting adalah
51
Ika Yunia Fauzia , Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2013). 52
R. Edward Freeman, ‚Business Ethics at the Millennium‛, Business Ethics Quarterly, Vol. 10, No. 1, Globalization and the Ethics of Business (Jan.,
2000), 169-180. Published by: Philosophy Documentation Center Stable URL:
http://www.jstor.org/stable/3857703. (diakses: 11/12/2013). 53
William Kline, ‚Business Ethics from the Internal Point of View‛,
Journal of Business Ethics, Vol. 64, No. 1 (Mar., 2006), 57-67. Published by:
Springer Stable URL: http://www.jstor.org/stable/25123730. (diakses:
11/12/2013).
15
memetakan tujuan dari bisnis mereka, para bebisnis esensinya tidak bebas
melakukan apapun demi memaksimalkan keuntungan, mereka harus
menyeka sekat antara bisnis dan kejahatan. Secara ontologi mereka terikat
dengan tujuan mereka sebagai pebisnis, yaitu menghasilkan dan
memberikan pelayanan yang baik untuk perdagangan.
Aviva Geva,54
etika dapat dijadikan standar evaluasi moral pada
bisnis. Etika bisnis berupa implementasi norma etika dalam praktik
managemen dengan mengambil pendekatan integratif. Mitos adalah sebuah
intensifikasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk peta dan kognitif
moral kehidupan masyarakat. Salah satu mitos pada bisnis adalah asumsi
bahwa business is business, business is a game, business is a jungle. Etika
dan mitos adalah dua pendekatan yang independen pada bisnis, masing-
masing mempunyai alasan. Selama etika tidak dapat menyediakan panduan
moral yang jelas secara consep dan praktis maka mitos akan melanjutkan
memberi oanduan kepada konsumenya dengan keyakinan bahwa mereka
ada di posisi yang benar dan salah.
Halid, dalam tesisnya, ‚Studi Analitis Pemikiran M. Dawam
Rahardjo‛, mengungkapkan bahwa pemikiran keIslaman Dawam Rahardjo
dapat disederhanakan dalam empat tema besar: bidang keagamaan, sosial-
budaya, perekonomian umat, dan sosial-politik. Keempat tema besar ini
memiliki bobot analisis yang beragam, di satu sisi hanya merupakan
refleksi-refleksi pemikiran seorang ekonom yang berusaha menembus
ruang batas disiplin ilmu yang dikuasainya. Sedang di sisi lain melahirkan
gagasan-gagasan orisinil, segar dan alternatif.55
Dalam menganalisis
teman-tema tersebut, pendekatan yang paling sering dipakai adalah
historis-struktural dan historis sosiologis. Dalam bidang ekonomi, ia lebih
terfokus pada problematika empirik di lapangan, oleh karenanya ia
berusaha merekonstruksi ajaran-ajaran Islam sehingga berfungsi sebagai
kesatuan pembebas yang dekat dan berhubungan secara sinergis dengan
permasalahan riil masyarakat. Hal ini memiliki nilai tersendiri, karena
pemikiran-pemikiran keIslaman yang ditampilkannnya terasa lebih efektif
dan efisien dalam memotret masalah yang berkembang.56
Pada penelitian di atas, dapat dilihat bahwa masing-masing
penelitian memiliki fokus kajian sendiri, seperti peran etika dan shariah compliance dalam pengembangan lembaga keuangan syariah, etika
pemasaran, pengaruh paradigma tauhid dalam etika bisnis, moralitas
sebagai bentuk aktualisasi agama pada ekonomi modern, teori Speed of Trust dan implementasinya dalam membangun kepercayaan transdental
antara produsen dan konsumen, perkembangan kajian etika bisnis perpektif
54
Aviva Geva, ‚Myth and Ethics in Business‛, Business Ethics Quarterly,
Vol. 11, No. 4 (Oct., 2001), 575-597. Published by: Philosophy Documentation
CenterStable URL: http://www.jstor.org/stable/3857762. (diakses: 11/12/2013). 55
Halid, ‚Studi Pemikiran KeIslaman M. Dawam Rahardjo‛ (Tesis di
IAIN Syarif Hidayatullah, 1999), 107. 56
Halid, ‚Studi Pemikiran KeIslaman M. Dawam Rahardjo‛, 107-108.
16
ontologi, antagonisme etika dan mitos pada bisnis, dan pemikiran
keagamaan Dawam Rahardjo. Beberapa hal yang membedakan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya adalah: 1) penelitian ini berfokus pada
pemikiran etika bisnis Dawam Rahardjo, 2) penelitian termasuk jenis
penelitian content analysis yang bersifat library reseach sebagai ground theory bagi penelitian selanjutnya. Sumber primer yang digunakan adalah
karya tulis Dawam Rhardjo dalam etika bisnis, dan didukung oleh data
sekunder, 3) penelitian menggunakan dua analisis; kompatibilitas dan
relevansi. Dalam analisis kompatibilitas digunakan konsep etika bisnis
yang diusung oleh Naqvy, Beekun dan Shahata sebagai alat analisis.
Dalam analisis relevansi digunakan aturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan aplikasi etika bisnis dalam skala mirko dan makro di era global,
khususnya di Indonesia.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah content analysis57 yang bersifat studi
pustaka (library research).58
Penelitian ini mengkaji pemikiran etika bisnis
Dawam Rahardjo berdasarkan karya tulisnya. Penelitian ini termasuk
dalam penelitian kualitatif karena memiliki beberapa tujuan yaitu:
mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah bisnis amoral,
menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah
(grounded theory), dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih
dari fenomena yang dihadapi.59
Data-data dan informasi yang diperoleh
57
Content Analysis berarti metodologi penelitian yang memanfaatkan
prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.
Lihat Soejono dan Aburrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan (Jakarta: Rineka Cipta dan Bina Adiaksa, 2005), cet. II, 13.
58 Library research juga digunakan sebagai langkah awal untuk
menyiapkan kerangka penelitian, memperdalam kajian teoritis atau mempertajam
metodologi, dan mendapatkan data penelitian Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 1. Penelitian studi pustaka
dapat dibedakan menjadi dua: 1) studi pustaka yang memerlukan olahan uji
kebermaknaan empirik di lapangan. 2) studi pustaka yang lebih memerlukan
olahan filosofik dan teoritik daripada uji empirik. Pada bagian ke dua, hampir
seluruh susbstansinya memerlukan olahan filosofik atau teoritik dan terkait pada
nilai atau values, tetapi tetap diperlukan keterkaitannya dengan empirik, yaitu
perlu teruji evidensi empiriknya. Lihat Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), edisi III, cet. VII, 159.
59 Penelitian model kualitatif juga memiliki beberapa karakteristik yaitu:
latar belakang alamiah, manusia sebagai instrumen, metode kualitatif, analisis
data secara induktif, teory dari dasar (grounded theory), deskriptif, lebih
mementingkan proses daripada hasil, adanya batas yang ditentukan oleh fokus,
adanya kriteria khusus keabsahan data, desain yang bersifat sementara, hasil
penelitian dirundingkan dan disepakati. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 4.
17
dari kajian pustaka, dideskripsikan secara induktif sehingga menghasilkan
formulasi nilai-nila yang dapat dijadikan dasar etika bisnis. Pemikiran-
pemikiran etika bisnis Dawam yang tertuang dalam karya-karyanya
dirumuskan untuk membuat konstruk pemikiran etika bisnis Dawam
Rahardjo secara utuh dan sistematis.
2. Teknik pengumpulan dan sumber data
a. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan pada pengumpulan data adalah studi
dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai
macam bentuk, dan mencakup dokumen tidak resmi. Data-data ini
dikalsifikasikan menjadi data primer dan data skunder.60
b. Sumber data penelitian
Sumber primer61
pada penelitan ini adalah karya tulis Dawam
Raharjo yaitu: Etika Ekonomi dan Manajemen, Peranan Etika Islam Dalam Membangun SDM Menyongsong Tahun 2020, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Rancang Bangun Ekonomi Islam dan hasil wawancara.
Sumber sekunder pada penelitian ini adalah data-data dan
informasi lainnya diperoleh dari sumber lain, seperti buku, jurnal, artikel,
distertasi dan hasil penelitian baik yang telah maupun belum
dipublikasikan.
3. Analisis
Penelitian ini menggunakan dua metode analisis: kompatibilitas
dan relevansi. Analisis kompatibilitas berarti, pemikiran etika bisins
Dawam Rahardjo diuji kompatibilitasnya dengan konsep etika bisnis
Islam, sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan (kontribusi)
antara kedua konsep etika bisnis ini. Kompatibilitas ini mencakup
beberapa aspek, yaitu: sumber nilai, nilai-nilai dasar, pendekatan, corak,
cangkupan, interpretasi, dan implementasi.
Analisis relevansi berarti, konsep etika bisnis Dawam Rahardjo
dalam bentuk etika terapan (aplikatif) diselaraskan dengan aplikasi nilai-
nilai etika bisnis dalam bentuk prinsip dan kebijakan atau sistem, seperti
60
Data primer adalah yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumbernya. Data primen adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dari bebrbagai sumber yang sudah ada (peneliti sebagai
tangan ke dua). M. Arif Mufraini, Metodologi Penelitian Bidang Studi Ekonomi Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), 45. Lihat juga Irawan Soehartono,
Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet. VII, 70.
61 Wawancara yang akan dilakukan adalah bersifat semi struktur, yang
dimulai dengan mengajukan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur,
kemudian satu-persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut.
Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variable. Suharismi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), 231.
18
sikap profesionalisme dan amanah manajerial pada kebijakan pemerintah
untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sebagai alat
evaluasi dan untuk mengukur agregat kesehatan sebuah perusahaan.
4. Pendekatan
Agar penlitian ini bersifat komprehensif, maka digunakan beberapa
pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan filosofis62
Pendekatan ini ini digunakan untuk mengetahui inti atau hakikat
etika bisnis itu sendiri.63
Selain itu, pendekatan ini digunakan untuk
memetakan ketegorisasi pemikiran etika bisnis Dawam Rahardjo dalam
perspektif etika modern dan etika Islam.
b. Pendekatan life history64
Pendekatan ini digunakan untuk melihat bagaimana reaksi,
tanggapan, interpretasi, dan pandangan internal Dawam Rahardjo terhadap
etika bisnis.
c. Pendekatan ekonomi
Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis konsep etika bisnis
Dawam Rahardjo dan relevansinya dalam dunia bisnis di era global. Dalam
hal ini, konsep etika bisnis Islam yang direpresentasikan oleh Naqvi,
Beekun dan Shahata digunakan sebagai dasar analisis kompabilitas
terhadap pemikiran etika bisnis Dawam Rahardjo.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam membaca dan memahami tesis ini,
penulis membagi pembahasan menjadi lima bab, yaitu:
Bab I berisi latarbelakang berkembangnya kajian bisnis, baik
dalam dunia global maupun di Indonesia. Deskripsi kasus-kasus
pelanggaran etika dalam beberapa perusahaan keuangan di berbagai
belahan dunia dan juga terjadinya krisis keuangan di Indonesia yang salah
satu penyebabnya adalah rendahnya kesadaran moral para bankir, sehingga
terjadi mark up, pemalsuan dokumen, korupsi, penggelapan dana nasabah
dan lain-lain. Hal ini memberikan dampak negatif bagi likuiditas bank dan
mengikis kepercayaan masyarakat dan nasabah. Selanjutnya adalah
62
Peter Conolly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, ter. Imam Khoiri
(Yogyakarta: LKIS, 2009), 157. Pendekatan filosofis mencakup dua hal: 1)
menunjukkan bahwa akal memainkan peran fundamental dalam refleksi
pengalaman dan keyakinan keagamaan dalam suatu tradisi keagamaan, 2)
menunjukan fakta bahwa dalam menguraikan keimanannya, tradisi keagamaan
harus dapat memproduksi argumen-argumen logis dan dalam membuat klaim-
klaim yang dapat dibenarkan. 63
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2012), cet. 19, 42. 64
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi (Jakarta: Raja
Grafindo, 2012), 109.
19
permasalahann pada penelitian ini yaitu bentuk konstruk dan konsep etika
bisnis Dawam Rahardjo dan analisis kompatibilitas dan relevansi.
Penelitian terdahulu yang relevan berupa penelitian yang mengkaji etika
dalam bisnis dari beberapa perspektif dan pendekatan. Tujuan dan manfaat
penelitian baik yang bersifat umum maupun khusus. Metodologi penelitian
yang berisi jenis penelitian, sumber data dan cara membacanya,
pendekatan, dan analisis yang digunakan pada penelitian. Sistematika
penulisan yang mencakup bab dan sub bab penulisan.
Bab II berisi kerangka teori dan perdebatan akademik mengenai
internalisasi etika dalam bisnis. Teori yang dijadikan dasar mencakup teori
etika dalam perpektif Islam dan etika modern. Etika bisnis dalam
perspektif Islam yang berisi pengertian dan ruang lingkup etika bisnis
dalam Islam, fungsi dan tujuan etika bisnis dalam Islam, aksioma dasar
etika bisnis dalam Islam dan implementasinya dalam bisnis modern.
Bab III berisi studi tentang konstruk pemikiran etika bisnis
Dawam Rahardjo yang mencakup: 1) Biografi intelektual Dawam Rahardjo
yang berisi jenjang akademiknya mulai dari Raud}ah al-At}fa@l hingga
perkuliahan dan juga pengalaman akademik dan organisasi serta deskripsi
beberapa karyanya baik berupa buku, artikel, jurnal, makalah, kata
pengantar dan lain-lain. 2) Sistem ekonomi Islam perspektif Dawam
Rahardjo yang mencakup pandangan Dawam Rahardjo mengenai ekonomi
Islam sebagai sebuah sistem ekonomi, teologi ekonomi Islam yang
mencakup pandangan Islam mengenai Tuhan, manusia dan alam. Nilai-
nilai fundamental dan isntrumental ekonomi Islam. Ekonomi Islam sebagai
ekonomi sosial dan ekonomi moral. 3) Paradigma etika bisnis Dawam
Rahardjo yang mencakup definisi, ruang lingkup, dan fungsi etika bisnis
Islam. Ajaran etika bisnis dalam al-Qur’an, implementasi etika bisnis di
era globalisasi berupa ekologi, profesionalisme, dan amanah manajerial
serta lembaga pengawas etik dalam skala nasional maupun dalam sebuah
perusahaan.
Bab IV berisi studi terhadap pemikiran etika bisnis Dawam
Rahardjo yang mencakup: 1) Kompatibilitas pemikiran etika bisnis Dawam
Rahardjo dengan etika binis dalam Islam yang berisi pesamaan dan
perbedaan antara kedua pemikiran. 2) Kontribusi pemikiran etika bisnis
Dawam Rahardjo. 3) Relevansi pemikiran etika bisnis Dawam Rahardjo di
dunia bisnis modern khususnya di Indonesia.
Bab V berisi kesimpulan dan saran-saran dari penelitian.