TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

182
ANALISIS MULTIMODAL TARI SAMAN GAYO LUES TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020/LNG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Transcript of TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

Page 1: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

ANALISIS MULTIMODAL TARI SAMAN GAYO LUES

TESIS

Oleh

AYU YUNIASARI

137009020/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

ANALISIS MULTIMODAL TARI SAMAN GAYO LUES

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

AYU YUNIASARI

137009020/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 3: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

Universitas Sumatera Utara

Page 4: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

Universitas Sumatera Utara

Page 5: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

Universitas Sumatera Utara

Page 6: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

i

ANALISIS MULTIMODAL TARI SAMAN GAYO LUES

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang analisis multimodal Tari Saman Gayo Lues.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan komponen multimodal dalam

Tari Saman Gayo Lues dan mendeskripsikan hubungan inter-semiotik teks verbal

dan teks visual dalam Tari Saman Gayo Lues. Peneliti menggunakan metode

kualitatif-deskriptif dengan sumber data rekaman tari yang ditranskripkan ke

dalam bentuk teks verbal dan teks visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1)

Teks multimodal Tari Saman Gayo Lues terdiri atas komponen representasional,

interaksional dan komposisional. Komponen representasional meliputi proses,

partisipan, dan sirkumstan. Unsur proses verbal Komponen representasional untuk

proses paling banyak ditemukan; partisipan I paling banyak ditemukan adalah

partisipan gol dan penyampai (sayer), dan partisipan II adalah fenomenon dan

perkatan; sirkumstan yang paling banyak ditemukan adalah lokasi dan penyerta.

Pada komponen interaksional terdiri atas kontak, jarak dan sudut pandang.

Komponen interaksional untuk kontak jenis image art lebih banyak berupa

penawaran (offer); komponen kontak gaze yang paling banyak adalah tidak

langsung (indirect); komponen aspek jarak sosial yang ditemukan pada teks visual

Tari Saman Gayo Lues paling banyak tampilan personal. Dari komponen sudut

pandang yang paling banyak ditemukan kekuatan pandangan. Dari aspek

modalitas adalah modalitas tinggi, dari saturasi warna, keragaman warna,

perubahan warna, kontekstualisasi, representasi, kedalaman, penerangan dan

kecerahan. Komponen komposisional terdiri atas nilai informasi, tonjolan, dan

bingkai. Komponen komposisional untuk nilai infomasi paling banyak ditemukan

informasi di pusat (centred). Tonjolan yang paling banyak ditemukan adalah

tulisan ‘Saman’ dan pakaian penari yang seragam. Untuk bingkai (framing) yang

paling banyak ditemukan adalah unsur yang memberi tanda bahwa sesuatu itu

merupakan bagian atau bukan bagian dari gambar. 2) Hubungan inter-semiotik

teks verbal dan teks visual dalam merealisasikan makna dan pesan adalah

pengulangan, perbandingan, penambahan, dan sebab-akibat. Dari hasil penelitian

ini disimpulkan bahwa teks visual mampu menjelaskan teks verbal dan teks verbal

dapat dijelaskan oleh teks visual.

Kata kunci: tari saman gayo lues, teks verbal, teks visual, analisis multimodal,

inter-semiotik

Universitas Sumatera Utara

Page 7: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

ii

MULTIMODAL ANALYSIS OF SAMAN GAYO LUES DANCE

ABSTRACT

This research discussed about multimodal analysis of the Saman Gayo Lues

Dance. The purpose of this study was to describe the multimodal component in the

Saman Gayo Lues Dance and describe the inter-semiotic relationship of verbal

texts and visual texts in the Saman Gayo Lues Dance. The researcher used a

qualitative-descriptive method with dance record data sources that were

transcribed into verbal texts and visual texts. The results showed that, 1) Multimodal

Text Saman Gayo Lues Dance consists of representational, interactional and

compositional components. Representational components include processes, participants,

and circumferences. The verbal process element The representational component for the

process is most commonly found; participant I was found most often was participant of

goals and deliverers (sayer), and participant II was a phenomenon and ceremony; The

most common circumstances are locations and concomitants. The interactional

component consists of contact, distance and point of view. Interactional components for

image art contact types are mostly in the form of offers; the most gaze contact

components are indirect (indirect); the component of social distance aspects found in the

visual text of Saman Gayo Lues Dance is mostly personal. From the point of view

component, the strength of the view is found the most. From the modality aspect is a high

modality, from color saturation, color diversity, color change, contextualization,

representation, depth, lighting and brightness. Compositional components consist of

information values, protrusions, and frames. The compositional component for

information values is found most centrally. The most prominent protuberances are the

writing 'Saman' and uniform dancers. For frame (framing) which is most often found is

an element that gives a sign that something is part or not part of the picture. 2) Inter-

semiotic relationships of verbal texts and visual texts in realizing meaning and messages

are repetition, comparison, addition, and cause-effect. From the results of this study

concluded that the visual text can explain verbal text and verbal text can be explained by

visual text.

Keywords: saman gayo lues dance, verbal text, visual text, multimodal analysis, inter-

semiotics

Universitas Sumatera Utara

Page 8: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan

hidayahNya pada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini diajukan

untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Magister Linguistik pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tesis

ini dapat diselesaikan karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik

secara materil maupun moril. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Rektor USU, Bapak Prof. Runtung Sitepu, SH, M.Hum yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan

Program Magister pada Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. yang

telah memberikan perhatian dan dukungan selama penulis mengikuti

pendidikan S-2 pada Program Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

3. Dr. Eddy Setia, M.Ed, TESP selaku Ketua Program Studi Linguistik, kepada

Sekretaris Program S3 Dr. Mulyadi, M.Hum dan Sekretaris Progam Magister

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A yang telah memberikan perhatian, bimbingan, dan

dukungan moril selama penulis mengikuti pendidikan hingga selesai pada

Program Studi Linguistik Program Pascarajana Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

4. Pembimbing saya, Ibu Prof. T. Silvana Sinar, Dipl. TEFL, M.A., Ph.D dan

Ibu Dr. Nurlela, M.Hum yang telah banyak membimbing, membantu dan

mendampingi penulis sejak dari awal sampai penulisan dan penyelesaian tesis

ini.

5. Para dosen yang mengajar di Program Studi Linguistik yang membekali ilmu

pengetahuan dan membuka cakrawala berfikir ilmiah. Semoga jasa baik

beliau semua dalam mendidik dibalas Allah dengan pahala yang banyak.

6. Staf pegawai Program Studi Linguistik, Kak Nila, Buk Kar dan Tirta yang

telah membantu penulis dalam hal administrasi.

7. Tokoh masyarakat Gayo Lues, informan (Bapak Anam Ibrahim, Habibi

Muttaqin, Arwin) dan para mahasiswa yang tergabung dalam perkumpulan

Tari Saman Gayo Lues di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

8. Khusus yang teristimewa kepada kedua orangtua Ayahanda Prof. Dr.

Zainuddin, Dipl. TEFL, M.Hum dan Ibunda Dra. Surniati Chalid, M.Pd

tercinta atas dukungan, bantuan, untaian doa yang tak pernah henti, curahan

kasih saying serta memberikan nasehat, pengajaran, bimbingan, dan

kesabaran kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

9. Kedua mertua (Alm) Ramli Siregar dan (Almh) Christina Lawrence yang

memberikan dukungan kepada penulis, semoga amal ibadah beliau diterima

disisi Allah SWT, aamiin.

10. Suami tercinta Randy Pranajaya Siregar, Amd yang memberikan

pengorbanan, perhatian,waktu, kesabaran, kelembutan, dan selalu

menyemangati penulis selama proses penyelesaian tesis ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

iv

11. Ananda tercinta (alm) Muhammad Hasby Al-Ghiffary Siregar yang telah

dipanggil oleh Allah SWT, penulis persembahkan tesis ini untuk ananda

tercinta.

12. Adik-adik tersayang Yuwanita Huzaimah, Amd, Meysi Arami, S.Pd, dan

Febriza, SE yang telah memberikan dukungan dan semangat selama proses

penulisan,penulis ucapkan terimakasih banyak.

13. Kepada semua teman-teman Program Studi Linguistik angkatan 2013, penulis

ucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik saling membantu selama

menjalani proses belajar di Program Studi Linguistik Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh darikata sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran diperlukan untuk memperbaiki kesalahan dalam tesis

ini. Penulis mengharapkan tesis ini dapat memberikan kontribusi bagi peneliti

Linguistik.

Akhir kata saya berharap semoga dukungan, bantuan, pengorbanan dan

budi baik yang di berikan kepada saya dari berbagai pihak hendaknya mendapat

balasan dan ridho yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Medan, Oktober 2018

Penulis,

Ayu Yuniasari

Universitas Sumatera Utara

Page 10: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

v

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Ayu Yuniasari

Jenis Kelamin : Peremuan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 23 Juni 1989

Alamat : Jalan Kapten M. Jamil Lubis No.3-B Medan

HP : 082164242458

E-mail : [email protected]

II. Riwayat Pendidikan

Tahun 1995-2001 : SD Budisatrya Medan

Tahun 2001-2004 : SMP Harapan 2 Medan

Tahun 2004-2007 : SMA Harapan 1 Medan

Tahun 2007-2011 : Universitas Negeri Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................ i

ABSTRACT .......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ix

DAFTAR BAGAN ................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xi

BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Batasan Masalah................................................................................ 5

1.3 Rumusan Penelitian .......................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

1.5.1 Manfaat Teoretis ...................................................................... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ....................................................................... 6

1.6 Klarifikasi Istilah .............................................................................. 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori .......................................................................... 9

2.1.1 Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) ..................................... 9

2.1.2 Metafungsi Bahasa (Halliday 1985, 1994) .............................. 10

2.1.2.1 Fungsi Ideasional ........................................................ 11

2.1.2.2 Fungsi Interpersonal .................................................... 13

2.1.2.3 Fungsi Tekstual ........................................................... 13

2.1.3 Multimodal (Kress dan van Leeuwen, 2006) .......................... 13

2.1.3.1 Representasional ......................................................... 14

2.1.3.2 Interaksional ................................................................ 16

2.1.3.3 Komposisional ............................................................ 21

2.2 Tari Saman Gayo Lues ..................................................................... 23

2.2.1 Sejarah Tari Saman Gayo Lues ............................................... 23

2.2.2 Jenis-jenis Tari Saman Gayo Lues .......................................... 24

2.2.3 Nama-nama Pemain Tari Saman Gayo Lues .......................... 26

2.2.4 Kostum dan Aksesoris ............................................................. 26

2.2.5 Tahapan dalam Tari Saman Gayo Lues ................................. 28

2.3 Penelitian Relevan ........................................................................... 29

2.4 Teks Multimodal .............................................................................. 35

2.4.1 Teks/Syair Tari Saman Gayo Lues ........................................ 36

2.5 Hubungan Intersemiotik Logis Antara Teks Verbal

dan Teks Visual ................................................................................ 37

2.6 Kerangka Teori ................................................................................. 39

Universitas Sumatera Utara

Page 12: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

vii

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ............................................................................. 41

3.2 Lokasi Penelitian .............................................................................. 42

3.3 Data dan Sumber Data ..................................................................... 43

3.3.1 Data ......................................................................................... 43

3.3.2 Sumber Data ............................................................................ 44

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................... 44

3.4.1 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 44

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 45

3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 46

3.6 Validitas Data ................................................................................... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 53

4.1.1 Aspek Multimodal yang Terkandung Dalam

Tari Saman Gayo Lues ............................................................ 53

4.1.1.1 Komponen Representasional ....................................... 53

4.1.1.2 Komponen Interaksional ............................................. 72

4.1.1.3 Komponen Komposisional .......................................... 95

4.1.2 Hubungan Intersemiotik Logis Antara Teks Verbal dan

Teks Visual Dalam Tari Saman Gayo Lues ............................ 111

4.2 Pembahasan ...................................................................................... 117

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .......................................................................................... 122

5.2 Saran ................................................................................................. 123

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 124

LAMPIRAN ........................................................................................... 127

Universitas Sumatera Utara

Page 13: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

viii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Tabel Proses dan Partisipan ........................................................... 12

2.2 Hubungan Interaksional ................................................................. 17

2.3 Realisasi Komponen Metafungsi Visual ........................................ 22

2.4 Hubungan Logis Intersemiotik ....................................................... 38

4.1 Komponen Representasional pada Teks Tari Saman

Gayo Lues ....................................................................................... 54

4.2 Komponen Interaksional pada Teks Tari Saman

Gayo Lues ...................................................................................... 73

4.3 Komponen Komposisional pada Teks Tari Saman

Gayo Lues ...................................................................................... 95

Universitas Sumatera Utara

Page 14: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Skala Modalitas Untuk Saturasi Warna ...................................... 20

3.1 Peta Kabupaten Gayo Lues ......................................................... 42

3.3a Gambar Komponen Representasional ......................................... 48

3.3b Gambar Komponen Interaksional ............................................... 49

3.3c Gambar Komponen ..................................................................... 50

Universitas Sumatera Utara

Page 15: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

x

DAFTAR BAGAN

No. Judul Halaman

2.1 Variabel Analisis Representasional dalam Visual ...................... 14

2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 39

3.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 45

3.2 Metode Analisis Data .................................................................. 46

Universitas Sumatera Utara

Page 16: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1 Teks Verbal Tari Saman Gayo Lues .............................. 127

Lampiran 2 Teks Visual Tari Saman Gayo Lues .............................. 132

Lampiran 3 Hasil Wawancara ........................................................... 157

Lampiran 4 Foto-foto ........................................................................ 162

Universitas Sumatera Utara

Page 17: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan bagian penting dari kehidupan. Dikatakan penting

karena bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan arti, ide, pemikiran

perasaan, emosional dan gagasan terhadap mitrabicara (interlocutor). Penelitian

ini mengkaji Tari Saman Gayo Lues (selanjutnya disingkat dengan TSGL) dengan

menggunakan pendekatan analisis multimodal yang mengacu pada sistem arti

dalam teks budaya verbal dan visual (non verbal). Tujuan menganalisis teks

TSGL ini adalah untuk menemukan makna syair dan gerak dalam komponen

kedua aspek tersebut, yakni aspek verbal dan visual yang mengacu pada konsep

semiotik sosial.

Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi (science and technology)

perkembangan teori mutakhir semakin diperlukan dalam suatu penelitian. Analisis

multimodal merupakan salah satu teori yang mutakhir dalam penelitian yang

berhubungan dengan teks dan konteks dalam menyampaikan makna. Beberapa

latar belakang tentang pentingnya analisis multimodal, seperti yang dikemukakan

oleh Kress dan van Leeuwen (2006) dalam Young dan Fitzgerald (2006)

berpendapat bahwa pentingnya analisis multimodal karena perkembangan teks

yang mengacu pada teks verbal dan teks visual yang diakibatkan oleh kemajuan

teknologi dan industri (Teo, 2004) dalam Young dan Fitzgerald (2006).

Selanjutnya Gombrich (1982) menyatakan bahwa The Visual tentang pentingnya

teks visual dalam konteks makna di samping teks verbal. Adapun pakar lain

Universitas Sumatera Utara

Page 18: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

2

mengatakan seperti Kress dan van Leeuwen (2006) memberikan pandangan

terhadap analisis teks verbal dan visual yang mengacu pada perbedaan makna

yang dibentuk oleh beberap teks model. Dalam analisisnya menunjukkan adanya

kecenderungan penggunaan teks visual yang lebih besar daripada penggunaan

teks verbal. Justru Young dan Fitzgerald (2006) mempertanyakan lebih jauh lagi,

apakah teks verbal memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingan teks visual

dalam membangun makna ataupun sebaliknya.

Dalam kajian ini, semua interaksi dalam TSGL, yaitu hubungan syair

(verbal) dan gerak (visual) dalam TSGL dapat dikaji dengan menggunakan

pendekatan multimodal yang diperkenalkan oleh Kress dan van Leeuwen (2006).

Menurut Kress and van Leeuwen (1996), Multimodal adalah istilah yang

digunakan untuk merujuk pada cara orang berkomunikasi menggunakan dua atau

lebih modus yang berbeda pada saat bersamaan yang dapat diartikan sebagai

modus semiotik atau peristiwa semiotik yang terjadi secara bersamaan dengan

cara menghubungkan dua sarana tersebut untuk memperkuat, melengkapi atau

berada dalam susunan tertentu. Norris (2004:1) menyatakan all interactions are

multimodal, maksudnya adalah semua interaksi di dalam komunikasi baik dari

segi ekspresi bahasa (language expression) dan gerak (gesture) semuanya

memiliki makna.

Pendekatan multimodal yang diperkenalkan Anstey dan Bull (2010) dapat

didefinisikan sebagai komunikasi yang menggabungkan dua atau lebih sistem

semiotik. Menurut Anstey dan Bull terdapat lima sistem semiotik yakni, linguistic

terdiri dari beberapa aspek, seperti kosakata, struktur generik dan tata bahasa yang

terdapat dari bahasa lisan dan tertulis, visual yaitu beberapa aspek seperti, warna,

Universitas Sumatera Utara

Page 19: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

3

vector dan sudut pandang dalam diam dan gambar bergerak. Aspek audio yang

terdiri dari aspek suara, nada dan irama musik dan suara efek. Gestural terdiri dari

beberapa aspek seperti, gerakan, kecepatan dan ketenangan dalam ekspresi wajah

dan bahasa tubuh, dan spasial yaitu aspek-aspek seperti, jarak, arah, posisi tata

letak dan organisasi benda.

Dalam perspektif multimodal, yang dimaksud tata bahasa visual adalah

mendeskripsikan secara gramatikal makna visual pada sarana komunikasi,

sedangkan tata bahasa virtual mendeskripsikan secara gramatikal makna melalui

tubuh, gerakan, dan interaksi dengan objek, seperti teks dan konteks dari tulisan

dan gambar dalam sistem multimodal.

Terkait dengan teori mutakhir tentang multimodal yang diterapkan dalam

penelitian TSGL ini, maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis

multimodal yang diperkenalkan oleh Kress dan van Leeuwen (2006) yang

digunakan untuk menelaah tiga komponen, yaitu, representasional, interaksional,

dan komposisional.

Interaksi bahasa meliputi dua sarana utama dalam konteks analisis

multimodal, yakni sarana verbal (verbal communication) dan sarana visual.

Sarana bahasa verbal meliputi bahasa lisan dan tulisan. Bahasa lisan digolongkan

dalam bentuk suara atau fonologi, sedangkan bahasa tulisan adalah dalam bentuk

grafologi direpresentasikan dalam bentuk teks. Sinar (2012) menyatakan semua

interaksi yang mengkombinasikan dua sarana yang dapat memberikan makna

komunikasi pada bahasa, yaitu verbal dan non-verbal dinamakan multimodal.

Bahasa visual termasuk dalam kajian teks tata bahasa yang menggambarkan

gerak, suara, nada, irama, warna, dan jarak atau spasial.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

4

Upaya untuk mengkaji seni TSGL dapat dikaitkan juga secara sosial

budaya, beberapa alasannya adalah: 1) untuk mengkaji kekhasan gerak dan syair

yang dilantunkan oleh Syech (pemimpin tari) pada saat tari tersebut

dipertunjukkan secara verbal dan visual, 2) untuk dapat melestarikan kesenian

tradisional Tari Saman Gayo Lues sebagai kebanggaan daerah pada khususnya,

bangsa dan Negara Indonesia pada umumnya agar tidak punah dari masyarakat

daerah asalnya yaitu Kabupaten Gayo Lues Blangkejeren, Provinsi Aceh, 3)

penelitian tentang seni Tari tradisonal Saman Gayo Lues masih relatif terbatas

jumlahnya dibanding dengan penelitian tentang tradisi-tradisi adat (local wisdom),

lainnya, 4) bahwa teori analisis multimodal sebagai teori yang mutkahir saat ini

perlu dikembangkan sesuai dengan masalah atau isu dari suatu penelitian. Sampai

sekarang ini sepengetahuan penulis dari observasi kepustakaan belum ada yang

mengaplikasikan analisis multimodal terhadap wacana atau teks budaya

khususnya seni TSGL.

Masyarakat Gayo Lues secara latar belakang memiliki banyak kesenian

lokal, salah satu diantaranya adalah seni TSGL di mana dapat dipertunjukkan

pada acara-acara penting seperti peyambutan Tamu Kenegaraan, peringatan

maulid Nabi, kunjungan tamu-tamu antar Kabupaten dan Negara, pembukaan

sebuah festival, dan acara-acara peresmian. Seni TSGL ini dapat direpresentasikan

dalam bentuk teks tulisan dan gambar yang dapat dianalisis melalui teori analisis

multimodal.

Menurut Tantawi dan Buniyamin (2011:75-6) Tari Saman merupakan

kolaborasi antara seni tari dan seni suara yang dijuluki dengan tari Tangan Seribu

oleh Ibu Tien Soeharto. Ibu Negara Tien Soeharto tahun 1979 dalam sambutannya

Universitas Sumatera Utara

Page 21: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

5

saat persembahan tari Saman dalam rangka mengikuti Festival Tari Tradisional

seluruh Indonesia pada tahun 1979 di Taman Mini Indonesia Indah.

Mengutarakan kekagumannya bahwa gerakan tari Saman sungguh luar biasa serta

memukau semua orang yang menyaksikannya. Bahkan saat ini tari Saman sudah

dimasukkan sebagai tari milik bangsa Indonesia yang berasal dari Kabupaten

Gayo Lues Blangkejeren sebagai warisan budaya dunia.

1.2 Batasan Penelitian

Agar penelitian ini terfokus pada tujuan penelitian dan mencapai hasil yang

sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka pembahasan dalam penelitian ini

hanya berfokus pada analisis multimodal Tari Saman Gayo Lues dalam kesenian

masyarakat Gayo Lues dengan menggunakan teori multimodal Kress dan Van

Leeuwen (2006). Penelitian ini memiliki 2 aspek, yakni aspek visual dan aspek

verbal. Adapun teori yang dikembangkan oleh Kress dan van Leeuwen memiliki 3

komponen, yakni komponen representasional, komponen interaksional dan

komponen komposisional. Dengan demikian, penelitian ini akan terfokus pada

masalah penelitian yang dikaji.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimanakah aspek multimodal yang terkandung dalam Tari Saman

Gayo Lues (TSGL)?

2. Bagaimanakah hubungan intersemiotik teks verbal dan teks visual dalam

Tari Saman Gayo Lues (TSGL)?

Universitas Sumatera Utara

Page 22: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

6

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan aspek multimodal yang terkandung dalam Tari Saman

Gayo Lues (TSGL)

2. Mendeskripsikan hubungan intersemiotik teks verbal dan teks visual

dalam Tari Saman Gayo Lues (TSGL)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat bermanfaat untuk:

1. Memberikan sumbangan terhadap perkembangan teori linguistik

khususnya tentang aplikasi teori linguistik fungsional sistemik (LFS)

dalam perspektif analisi multimodal, serta akan memperkaya khasanah

linguistik Indonesia.

2. Memberikan sumbangan bagi peneliti lainnya, dan menjadi rujukan

kepustakaan bagi penelitian lebih lanjut, khususnya mengenai aplikasi

analisis multimodal.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat untuk:

Universitas Sumatera Utara

Page 23: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

7

1. Memberikan kontribusi kepada masyarakat, khususnya masyarakat

Gayo Lues sebagai aset pemerintah daerah Kabupaten Gayo Lues

Blangkejeren.

2. Mendokumentasikan khasanah kekayaan seni Tari Saman Gayo Lues

(TSGL), bagi generasi masyarakat Gayo Lues untuk dilestarikan

3. Memberikan sumbangan terhadap pengajaran seni tari, khususnya

pembelajaran seni Tari Saman Gayo, sebagai muatan lokal di sekolah

baik secara formal dan informal

1.6 Klarifikasi Istilah

Untuk dapat memahami beberapa istilah (terminologi kata) yang

digunakan dalam tesis ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Analisis Multimodal Analisis teks secara menyeluruh yang meliputi

analisis makna komunikasi verbal dan visual dalam

tataran semiotik yang terdapat di dalam sebuah teks.

Gayo Lues Merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh

dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Aceh Tenggara.

Interaksional Setiap sistem semiotik harus mampu untuk

memproyeksikan hubungan-hubungan antara

pencipta/produser yang menciptakan tanda atau

kompleks tanda dengan penerima/reproducer tanda

tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

8

Komposisional Sistem semiotik yang memiliki kemampuan untuk

membentuk teks, kompleks tanda yang saling

melekat satu dengan yang lain, baik secara internal

maupun dengan konteks di dalamnya dan untuk apa

tanda-tanda tersebut diproduksi.

Representasional Sistem semiotik yang memiliki kemampuan untuk

merepresentasikan aspek-aspek pengalaman dunia

di luar sistem tanda baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Tari Saman Sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang

biasanya ditampilkan utuk merayakan peristiwa-

peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian

Saman menggunakan bahasa Arab dan bahasa

Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan

untuk merayakan kelahiran atau Maulid Nabi

Muhammad SAW.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Linguistik Fungsional Sistemik (LFS)

Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) pertama kali diperkenalkan oleh

M.A.K Halliday. Di dalam padangan LFS, bahasa mempunyai dua aspek utama

yaitu sistemik dan fungsional. Sistemik maksudnya adalah bahwa bahasa

dipandang sebagai bagian dari fenomena sosial yang berhubungan dengan konteks

soisal pemakaian bahasa. Sinar (2008) mengemukakan bahwa teori sistemik

melingkupi fungsi, sistem, makna, semiotika sosial, dan konteks bahasa. Dengan

kata lain, linguistik dan teori sistemik merupakan dasar utama dalam pengkajian

bahasa. Sedangkan fungsional adalah bahasa yang digunakan untuk

mengekspresikan suatu tujuan atau fungsi proses sosial di dalam suatu konteks

situasi dan konteks kultural, setiap tataran bahasa mempunyai fungsi sendiri-

sendiri untuk merealisasikan tujuan sosial tersebut.

Saragih (2006:1) menyatakan bahwa teori memandang bahasa adalah

sistem arti dan sistem lain (yaitu sistem bentuk dan ekspresi) untuk merealisasikan

arti tersebut. LFS merupakan teori bahasa yang bertitik tolak pada fungsi bahasa.

Teori ini tidak hanya mengkaji gramatikal tetapi seluruh sistem semiotik bahasa

yang terdapat dalam konteks

Bahasa sebagai semiotik sosial disebut sebagai sistem makna. Semiotik

sosial melihat tanda dalam arti yang lebih luas, yakni sebagai suatu sistem tanda

yang merupakan bagian tatanan-tatanan yang saling berhubungan sebagai

pembawa makna dalam tradisi. Sehingga bahasa dalam semiotok sosial

Universitas Sumatera Utara

Page 26: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

10

mendapatkan maknanya melalui interksi sosial, dengan perantara sosial, dan

untuk tujuan sosial pula. Bahasa sebagai semiotik sosisal berhubungan dengan

penggunaan bahasa bersama-sama dengan sisetem makna lainnya dalam

menciptakan ketradisian (Halliday dan Hasan, 1992:4-6).

Konteks sosial pemakaian bahasa dibatasi sebagai segala sesuatu yang

mendmpingi pemakaian bahasa atau teks, dalam setiap interaksi arti dapat

dinyatakan dengan dua cara. Pertama, arti dikodekan oleh bentuk bukan bahasa

(non verbal realization), seperti gerak tangan, ekspresi wajah atau langkah.

Kedua, arti direalisasikan oleh bahasa. Kedua, realisasi arti itu dapat terjadi padaa

saat yang sama (Saragih, 2003:192). Pada point pertama, dapat direalisasikan

bahwa arti dikodekan dengan ekspresi non verbal (visual), seperti gerak tangan,

ekspresi, wajah atau langkah dalam konteks multimodal. Dalam perspektif

linguistik fungsional sistemik (LFS) bahasa adalah sistem arti dan sistem lain

(yakni sistem bentuk dan ekspresi) untuk merealisasikan arti tersebut.

Menurut Sinar (2008) bahasa diorganisir sedemikian rupa untuk

melaksanakan suatu fungsi interaksi, yakni bagaimana ide-ide dalam wujud

bahasa dapat dipahami oleh pihak lain dalam suatu lingkungan sosial melalui tiga

bahasa yang disebut metafungsi bahasa.

2.1.2 Metafungsi Bahasa (Halliday 1985, 1994)

Metafungsi bahasa dapat diartikan sebagai fungsi bahasa dalam pemakaian

bahasa oleh penutur bahasa. Dalam kehidupan manusia, bahasa memiliki tiga

fungsi dalam berkomunikasi yaitu: 1) Fungsi Ideasional, 2) Fungsi Interpersonal,

Universitas Sumatera Utara

Page 27: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

11

dan 3) Fungsi Tekstual (Halliday, 1994, Eggins, 1994:3 dalam Saragih, 2006: 3-4,

Sinar, 2002).

2.1.2.1 Fungsi Ideasional

Fungsi ideasional berfungsi mengodekan, mengekspresikan dan

merealisasi pengalaman manusia yang direpresentasikan dengan sistem

transivitas. Transitivitas merupakan sumber untuk menguraikan pengalaman dan

dilakukan dalam bentuk proses. Bagian yang tercakup dalam proses ini adalah

proses, partisipan, dan sirkumstan (Eggins, 1994:229 dalam Halliday, 2004).

Setiap interaksi antara pemakai bahasa penutur menggunakan bahasa

untuk memapar, mempertukarkan, dan merangkai atau mengorganisasikan

pengalaman, direalisasikan dalam satu klausa yang memiliki tiga unsur yaitu

proses, partisipan, dan sirkumstan.

Proses merujuk kepada kegiatan atau aktivitas yang terjadi dalam klausa

yang menurut tata bahasa tradisional dan formal disebut kata kerja atau verba.

Partisipan dibatasi sebagai orang atau benda yang terlibat dalam proses tersebut.

Sirkumstan adalah lingkungan tempat proses yang melibatkan partisipan terjadi

(Halliday, 1994).

Proses direalisasikan oleh kelompok verba, partisipan direalisasikan oleh

kelompok nomina, dan sirkumstan direalisasikan oleh kelompok keterangan dan

frasa preposisional. Ada enam proses yaitu proses material, verbal, relasional,

mental, wujud, dan perilaku (Eggins, 1994:229; Halliday, 1994: 107-139;

Halliday and Matthiessen, 2004:171-206). Tiga proses primer, yaitu material

(proses kegiatan yang menyangkut fisik dan nyata dilakukan oleh pelakunya

(Eggins, 1994; 227)) misalnya berlari, dan bermain. Mental (Proses mental adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 28: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

12

proses kegiatan yang terjadi di dalam diri manusia, menyangkut kognisi, emosi

dan persepsi) misalnya berpikir dan membenci (Halliday, 1994: 107; Halliday and

Matthiessen, 2004:171) dan relasional (Proses yang menghubungkan satu entitas

dengan entitas lainnya) misalnya adalah, ialah dan menjadi. Tiga proses skunder,

yaitu tingkah laku (proses tingkah laku merupakan aktivits atau kegiatan yang

menyatakan tingkah laku manusia berkaitan dengan fisiologis atau badan

manusia) misalnya tidur dan senyum. Verbal (proses yang menyatakan informasi)

misalnya berkata dan meminta, dan wujud (proses yang menunjukkan keberadaan

entitas atau maujud) misalnya ada, dan wujud (Eggins, 1994: 254).

Tabel 2.1 Tabel Proses dan Partisipan (Saragih, 2011:93)

Jenis Proses Partisipan I Partisipan II

Material Pelaku Gol

Mental Pengindera Fenomenon

Relasional

1) Identifikasi Bentuk Nilai

2) Atribut Penyandang Atribut

3) Kepemilikan Pemilik Milik

Tingkah laku Petingkah laku -

Verbal Pembicara Perkataan

Wujud Maujud -

Sirkumstan merupakan salah satu elemen dalam sistem transtivitas. Unsur

sirkumstan menambah informasi tentang waktu (kapan), tempat (dimana), cara

(bagaimana), dan alasan, sebab (mengapa, untuk apa, siapa). Unsur inti

Universitas Sumatera Utara

Page 29: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

13

sirkumstan (Halliday, 2004:262) adalah lokasi, alasan, cara/keterangan, dan

waktu.

2.1.2.2 Fungsi Interpersonal

Fungsi interpersonal adalah fungsi bahasa untuk mempertukarkan

pengalaman-pengalaman manusia menggunakan bahasa (Halliday: 2004). Artinya

interpersonal berfungsi menukarkan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh

manusia melalui fungsi ujar (tindakan yang disampaikan dalam satu ujaran dalam

mempertukarkan pengalaman (Saragih,2011:99) dan modus; moda, residu.

2.1.2.3 Fungsi Tekstual

Fungsi Tekstual adalah fungsi bahasa yang merangkai pengalaman

(Halliday:2004). Artinya tekstual berfungsi untuk merangkai dan menyampaikan

pesan melalui sistem tematik; tema dan rema.

2.1.3 Multimodal (Kress dan van Leeuwen, 2006)

Kress dan van Leeuwen (2006) menjelaskan bahwa tata bahasa visual

multimodal dilandasi oleh tiga aspek metafungsi bahasa dari Halliday (1985,

1994, 2004) yakni, 1) Representasional, 2) Interaksional, dan 3) Komposisional.

Multimodal digunakan untuk merujuk pada cara orang berkomunikasi dengan

menggunakan sarana yang berbeda pada saat bersamaan yang dapat di defenisikan

sebagai penggunaan beberapa sarana semiotik dalam desain produk, atau

peristiwa semiotik secara bersamaan dalam suatu teks, dan dengan cara tertentu.

Sarana ini digabungkan untuk memperkuat, melengkapi, atau berada dalam

susunan tertentu (Kress dan Van Leuween, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 30: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

14

Kress dan Van Leeuwen mengembangkan tiga aspek metafungsi

Halliday untuk sistem dalam suatu teks multimodal. Ketiga aspek metafungsi

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

2.1.3.1 Representasional

Representasional yakni setiap sistem semiotik memiliki kemampuan untuk

merepresentasikan aspek-aspek pengalaman dunia di luar sistem tanda, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, sistem semiotik harus

mampu untuk merepresentasikan objek dan hubungannya dengan dunia di luar

sistem representasi tersebut yang mungkin memiliki sistem tanda yang lain.

Dengan cara tersebut sistem semiotik ideasional memberikan pilihan-pilihan

untuk merepresentasikan objek dengan cara yang berbeda, agar cara-cara ini dapat

saling berhubungan satu sama lain.

Bagan 2.1 Variabel Analisis Representasional dalam Visual

(Kress dan van Leeuwen, 2006)

Representasional

Represented

participant

ipants

Process

people

Places

Things

Narrative

analysis

Conceptual

analysis

action

reaction

mental

verbal

analytical

symbolic

classifical

Universitas Sumatera Utara

Page 31: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

15

Komponen representasional dalam multimodal meliputi; proses, partisipan dan

sirkumtan.

(1) Proses dibagi menjadi narrative analysis (analisis naratif) dan conceptual

analysis (analisis konseptual). Analisis narratif terdiri atas (a) proses tindakan

(action), proses tindakan terbagi dua yaitu, proses tindakan transaksional dan

non-transaksional. Proses tindakan transaksional/ verba intrasitif artinya kata

kerja yang memerlukan objek (aktor dan gol). Sedangkan proses tindakan

non-transaksional sama halnya dengan verba transitif artinya kata kerja yang

tidak memerlukan objek. (b) Proses reaksional, Proses reaksional dalam

metafungsi visual adalah ketika vektor dibentuk oleh garis mata, dan arah

pandangan dari satu atau lebih yang berarti ada reaksi. (c) Proses mental,

proses mental dalam metafungsi visual berbentuk vektor yang dapat diamati

di komik: berupa balon/gelembung berpikir yang menghubungkan senser dan

fenomenon. (d) Proses verbal dalam metafungsi visual berbentuk vektor

berupa balon/gelembung dialog yang menghubungkan sayer dan ucapan. (e)

Proses konversi, gol sebagai partisipan satu-satunya. Sedangkan analisis

konseptual terdiri atas (a) analytical (analitik), dalam metafungsi bahasa sama

dengan proses relasional kepemilikan, (b) symbolic attribute (penanda

attribut), dalam metafungsi bahasa sama dengan proses relasional identifikasi,

dan (c) Classifical (pengelompokan) dalam metafungsi bahasa sama dengan

proses relasional attribut (Kress dan Van Leeuwen, 2006:63).

(2) Partisipan adalah orang, atau sesuatu bahkan tempat yang ada dalam analisis

gambar partisipan merupakan objek yang paling menonjol, melalui ukuran,

tempat di komposisi, kontras terhadap latar belakang, saturasi warna, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 32: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

16

fokus ketajaman. (a) Proses Aksi (action) memiliki aktor sebagai partisipan I

dan gol sebagai partisipan II. (b) Proses reaksi (reaction) dengan partisipan I

disebut reaktor, dan partisipan II disebut fenomena. Reaktor adalah partisipan

yang melakukan proses baik manusia atau binatang, sedangkan fenomena

dapat dibentuk partisipan lain. (c) Proses mental memiliki partisipan I

pengindera (senser) dan partisipan II fenomenon. (d) Proses verbal terdiri

dari penyampai (sayer) sebagai partisipan I dan ucapan (utterance) sebagai

partisipan II. (e) Proses konversi, partisipan satu-satunya adalah gol. (f)

Partisipan analytical (analitik) adalah pemilik (carrier) sebagai pertisipan I

dan milik (possessive attribute) sebagai partisipan II (b) penanda identitas

(symbolic attribute) dengan partisipan I adalah penanda (superordinate) dan

partisipan II adalah petanda (subordinate) (c) Pengelompokan (Classifical)

partisipan I adalah penyandang (carrier) dan partisipan II adalah atribut

(symbolic attribute) (Kress dan Van Leeuwen, 2006:47).

(3) Sirkumtan pada multimodal, adapun sirkumtan pada multimodal adalah (a)

lokasi berkaitan dengan tempat prosesitu terjadi, (b) alat berkaitan dengan

sarana proses dibentuk oleh alat dengan tindakan yang dijalankan biasanya

juga membentuk vektor. (c) Penyerta berkaitan dengan proses di mana dua

benda wujud dapat disatukan sebgai dua unsur. (Kress dan van Leeuwen,

2006:72).

2.1.3.2 Interaksional

Interkasional yakni setiap sistem semiotik harus mampu untuk memproyeksikan

hubungan-hubungan antara pencipta/produser yang menciptakan tanda atau

kompleks tanda dengan penerima/reproducer tanda tersebut. Dengan kata lain,

Universitas Sumatera Utara

Page 33: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

17

sistem semiotik harus mampu memproyeksikan sebuah hubungan sosial diantara

pencipta, pemirsa (yang menerima tanda), dan objek yang direpresentasikan oleh

tanda tersebut. Dalam sistem semiotik ditawarkan hubungan interpersonal yang

berbeda. Kress memberi contoh satu bentuk dari reperesentasi visual dalam

gambar. Seseorang yang difoto mungkin secara semiotik berkomunikasi dengan

fotografer. Disini dapat terjadi suatu proses interpersonal antara orang yang difoto

dengan orang-orang yang nantinya melihat fotonya, atau mungkin juga tidak ada

proses interaksi jika yang melihat foto, menganggap foto itu sebagai „cermin‟

bayangan diri sendiri. Interaksional dikodekan melalui penawaran (offer) dan

permintaan (demand) (Sinar, 2018:47).

Tabel 2.2 Hubungan Interaksional (Kress dan Van Leeuwen, 2006)

Interaksional

Kontak

(Contact)

Aksi Gambar

(Image Act)

Penawaran (offer)

Tatapan (Gaze) Permintaan (demand)

Jarak Sosial

(Social Distance)

Ukuran Bingkai

(Size of Frame)

Langsung (Direct)

Tidak Langsung

(Indirect)

Sudut Pandang

(Point of View)

Gambar Subjektif

(Subjective Image)

Horizontal

Vertikal (tingkat

kekuasaan sisi

pemandang kepada

partisipan terwakili atau

hubungan kesetaraan

Universitas Sumatera Utara

Page 34: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

18

dilihat dari sisi mata)

viewer power and

represented participant

power

Modalitas

(Modality)

Warna 1) Saturasi warna

(Colour saturation)

2) Diferensiasi warna

(Colour differentiation)

3) Modulasi Warna

(Colour modulation)

Konteks

(Kontekstual)

1) Kekurangan latar

belakang (Absence of

background)

2) Kepenuhan detil-

detil (Full detail)

Representasi

(Representation)

1) Maximum abstraction

2) Maximum

Representation

Kedalaman

(Depth)

1) Kekurangan

kedalaman (Absence

of depth)

2) Perspektif mendalam

dan maksimal

(Maximally deep

Universitas Sumatera Utara

Page 35: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

19

Komponen interaksional meliputi; kontak (contact), jarak sosial (social

distance), sudut pandang (point of view) dan modalitas (modality).

(1) Kontak (contact) terdiri atas; 1) aksi gambar (image art); (a) permintaan

(demand) adalah interaksi langsung antara partisipan dengan khalayak

diwujudkan melalui kontak mata yang menatap kepada penyaksi, (b)

penawaran (offer) adalah adanya pandangan penyaksi. 2) tatapan (Gaze);

langsung (direct) artinya tatapan dari partisipan langsung dan tidak langsung

(indirect) sebaliknya tatapan dari partisipan tidak langsung.

perspective)

Iluminasi

(Ilumination)

1) Representasi sinar

dan bayangan (Full

representation of light

and shape)

2) Ketiadaan sinar dab

bayangan (Absence of

light and shape)

Penerangan

(Lighting)

1) Penerangan maksimal

(Maximum brightness)

2) Hitam dan Putih atau

abu-abu mudan dan

abu-abu tua (Black

and white or shades of

light grey and dark)

Universitas Sumatera Utara

Page 36: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

20

(2) Jarak sosial (Social distance) meliputi ukuran bingkai (size of frame); (a)

intimate/personal adalah tampilan personal, (b) social dan equality adalah cara

pengambilan elemen visual pada teks dengan memberikan informasi kepada

khalayak bahwa produk tersebut adalah produk yang dapat dimiliki dengan

mudah dan realisasinya dapat ditemukan pada call and visit information, (c)

impersonal adalah tampilan umum.

(3) Sudut pandang (Point of view) meliputi; (a) sudut horizontal angle; sudut

frontal (involvement), sudut miring (detachment), (b) sudut vertikal;

pandangan kuat (viewer power), pandangan menjadi lemah (represented

participant power).

(4) Modalitas (modality) membahas tentang tingkatan warna, tingkatan warna

menurut Kress dan van Leeuwen (2006:160), ditandai dengan:

1) Saturasi Warna (Colour Saturation), artinya warna penuh atau tidak

ada warna, misalnya hitam dan putih.

2) Diferensiasi Warna (Colour Differentiation), warna dari berbagai

keragaman warna menjadi tidak beragam.

3) Perubahan Warna (Colour Modulation), artinya warna yang penuh

bayang-bayang berubah menjadi tidak ada bayangan.

Hitam dan putih Saturasi warna maksimum

(Black and White) (Maximum colour saturation)

Modalitas terendah Modalitas tertinggi Modalitas yang lebih rendah

(Lowest modality) (Highest modality) (low (er) modality)

Gambar 2.1 Skala Modalitas untuk Saturasi Warna

(Kress dan van Leeuwen, 2006)

Universitas Sumatera Utara

Page 37: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

21

4) Kontekstualisasi (Contextualization), warna yang tidak berlatar menjadi

berlatar jelas.

5) Representasi (Representation), warna yang direpresentasikan dari hal

yang abstrak menjadi detail, misalnya: helai pada rambut, pori-pori di

kulit, lipatan di pakaian, daun di pohon.

6) Kedalaman (Depth), skala berjalan dari tidak adanya kedalaman

perspektif menjadi perspektif yang dalam.

7) Penerangan (Illumination), skala berjalan dari representasi sepenuhnya

dari permainan cahaya dan bayangan untuk ketiadaan di sisi lain, abstrak

dari pencahayaan menunjukkan bayangan.

8) Kecerahan (Brightness), artinya perbedaan warna tingkat terang hitam

dan putih atau abu-abu gelap, misalnya kulit hitam atau putih cerah.

2.1.3.3 Komposisional

Komposional yakni setiap sistem semiotik harus memiliki kemampuan

untuk membentuk teks, kompleks tanda yang saling melekat satu dengan yang

lain, baik secara internal maupun dengan konteks di dalamnya dan untuk apa

tanda-tanda tersebut diproduksi. Dalam hal tatabahasa visual juga menciptakan

suatu jarak pengaturan komposisi yang berbeda untuk merealisasikan fungsi

tekstual yang berbeda pula. Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks

visual memiliki hubungan-hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna.

Hubungan-hubungan ini dapat diketahui melalui adanya keterkaitan antara

komponen metafungsi dalam teks verbal dan teks visual. Komponen tekstual pada

metafungsi teks multimodal berkaitan tentang komposisi (Kress dan van

Leeuwen, 2006:177).

Universitas Sumatera Utara

Page 38: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

22

1) Nilai informasi (Centred), menghubungkan dua partisipan dalam

gambar yang dapat memberikan nilai informasi spesifik tentang apa saja yang ada

di gambar yang dilihat baik dari kanan,kiri,atas, bawah, tengah dan samping,

meliputi; centred adalah unsur pusat yang diletakkan di tengah terdiri atas triptych

sebagai non-central yang diletakkan disisi kanan, kiri, atas dan bawah. Circular

sebagai non-central yang diletakkan, atas, bawah atau samping. Kemudian, jika

informasi disajikan di sebelah kiri menjadi informasi given dan jika informasi

disajikan sebelah kanan menjadi informasi new.

2) Tonjolan (Salience), unsur partisipan dan represententasi dibuat untuk

menarik perhatian penonton dengan derajat yang sebagai penempatan latar

belakang, latar depan, ukuran yang relative, kontras dalam nilai warna, dan

perbedaan ketajaman.

3) Bingkai (Framing), kehadiran atau ketidakhadiran alat bingkai

direalisasikan oleh unsur yang menciptakan batas garis atau garis bingkai tidak

berkaitan atau berkaitan dengan gambar, memberi tanda bahwa mereka adalah

bagian atau bukan bagian (Kress dan van Leeuwen, 2006: 177).

Kress dan van Leeuwen menyimpulkan realisasi atas ketiga metafungsi di

atas untuk bahasa visual sebagai berikut:

Tabel 2.3 Realisasi Komponen Metafungsi Visual

Komponen Metafungsi Realisasi

Ideasional Representasional

Interpersonal Interaksional

Tekstual Komposisional

Universitas Sumatera Utara

Page 39: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

23

2.2 Tari Saman Gayo Lues

2.2.1 Sejarah Tari Saman Gayo Lues

Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa

ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair

dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Suku Gayo. Selain

itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi

Muhammad SAW. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar

Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite

Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di

Bali, 24 November 2011.

Tarian ini dinamakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama yang

bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi. Awalnya tarian ini

hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian

ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kpada Allah SWT, serta

diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu tari saman

menjadi salah satu media dakwah.

Menurut Tantawi (2011:76) kata Saman menjadi nama kesenian

tradisional di Gayo Lues karena orang yang pertama mengajarkan dan

mengembangkan agama Islam di Dataran Tinggi Gayo bernama Syekh Saman,

yang berasal daari negeri Arab. Pada saat mengajarkan dasar-dasar agama Islam,

Syekh Saman menggerakkan tangan ke kiri ke kanan dan ke atas ke bawah atau

sambil bertepuk tangan dan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim atau

Shahadat Tauhid dan Shahadat Rasul (Ashaduallailahhaillallah waashaduanna

Muhammadarrasulullah). Oleh karena itu, tari tersebut diberi nama Saman.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

24

Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan

Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-

pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan

para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah. Tari Saman

biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi

menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya

dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai

sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh

seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi

dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka

para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang

serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh

para pria. Tarian ini dikhususkan pada penarinya adalah pria sebab begitulah suku

gayo menghormati wanita dengan adat dan istiadat yang jelas dan sesuai agama

Islam, wanita begitu sangat dimuliakan tidak baik wanita dipertontonkan

gerakannya dan ritme hentakan tubuhnya didepan lelaki/ kaum adam.

Pada zaman dahulu, tarian ini dipertunjukkan dalam acara adat tertentu,

diantaranya dalam upacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Selain itu, khususnya dalam konteks masa kini, tarian ini dipertunjukkan pula

pada acara-acara yang bersifat resmi,seperti kunjungan tamu-tamu Antar

Kabupaten dan Negara, atau dalam pembukaan sebuah festival dan acara lainnya.

2.2.2 Jenis-Jenis Tari Saman Lues

Menurut Tantawi (2011:77-78) Tari saman terbagi dalam enam macam,

yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 41: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

25

1) Saman Jejunten, saman jejunten adalah saman yang dilakukan oleh

pemuda dengan cara berjuntai pada pohon kelapa yang sengaja

ditebang. Saman jejunten ini dilakukan pada malam hari sebelum

mereka tidur, karena dahulu kebiasaan pemuda Gayo tidak tidur di

rumah dan biasanya pemuda-pemuda itu tidur secara berkelompok

di mana (lumbung padi). Saman jejunten ini merupakan salah satu

kesempatan untuk mengarang atau membuat lagu baru oleh pemain

saman dan gerakan selalu didiskusikan, sehingga lahir lagu (gerak)

baru.

2) Saman Jalu, Saman jalu atau saman festival biasanya dilakukan

pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pemenang tari saman festival diberikan hadiah sesuai dengan

peringkatnya masing-masing.

3) Saman Pertunjukan, Saman pertunjukan disajikan pada acara-acara

tertentu, misalnya acara penyambutan tamu-tamu dan acara-acara

yang dianggap penting. Syairnya biasanya berisi sanjungan dan

pujian terhadap tamu-tamu yang hadir.

4) Saman Njik, saman njik bukan saman formal, hal ini sesuai dengan

nama kegiatan yang dilakukan, yaitu menggirik padi dengan kaki

dan dilakukan pada saat istirahat merontok padi. Tujuan saman ini

hanya sebagai pengisi waktu luang, sebagai teknik untuk

mengalihkan kejenuhan atau bisa juga sebagai latihan untuk

menguasai gerakan-gerakan saman.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

26

5) Saman Ngerje (Kumah Sara), Saman ngerje dilakukan pada pesta

perkawinan suku Gayo yang dilaksanakan pada pada hari.

6) Jamu Saman, Jamu saman dilakukan dengan mengundang pemuda

kampong lain untuk menari saman semalam suntuk. Jamu saman

dilakukan secara bergantian.

2.2.3 Nama-nama Pemain Tari Saman Lues

Menurut Tantawi (2011:83) Setiap pemain Saman memiliki nama

sesuai dengan posisi yang ditempati di dalam pasukan (barisan). Nama-nama

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Penangkat, adalah orang yang mengatur gerak, perpindahan lagu,

memulai gerak, menghentikan gerak, dan memilih redet (syair)

yang akan dilantunkan. Penangkat terletak pada posisi tengah-

tengah.

2) Pengapit, pengapit berada pada kiri dan kanan Penangkat.

Pengapit ini bertugas untuk membantu bila penangkat ada

kekeliruan.

3) Penupang, Penupang berada di samping kiri (baris kiri) dan kanan

pengapit (baris kanan).

4) Penyepit, penyepit adalah penari biasa yang berada atau

mendukung gerak tari yang dikomandoi pengangkat.

2.2.4 Kostum dan Aksesoris

Menurut Salam (2012:88-89) Kostum yang dikenakan penari saman

adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 43: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

27

1) Baju yang dikenakan pemain saman disebut baju kantong. Baju

kantong selalu dibordir dan semua motif kerrawang lengkap di

dalamnya.

2) Topi yang dikenakan di kepala penari Saman disebut bulang teleng.

3) Aksesoris yang dikenakan di leher penari disebut ikotni rongok. Ikotni

rongok tersebut terbuat dari kain berwarna merah atau kuning dan

seukuran sapu tangan berbentuk persegi empat yang dilipat menjadi

segi tiga. Letak segi tiganya ada yan ditempatkan di tengkuk atau leher

bagian belakang seperti yang dikenakan pramuka. Di samping itu ada

juga yang menempatkannya di leher bagian depan.

4) Aksesoris yang diikat pada pergelangan tangan disebut ikotni pumu.

Ikotni pumu berbentuk kain warna merah atau kuning persegi empat.

Ukurannya lebih kecil dari ikotni rongok yang dilipat menjadi segi

tiga.

5) Kain sarung yang khusus dibuat untuk saman disebut pawak, berwarna

hitam yang panjangnya hanya sebatas lutut.

6) Celana panjang yang dipakai penari saman disebut suel naru dengan

warna dasarnya hitam dibordir dengan kerrawang.

7) Aksesoris lainnya adalah hiasan berupa daun tanaman yang diselipkan

pada topi (bulang teleng) disebut tajuk. Dulunya, yang diselipkan itu

adalah kepies, yaitu tanaman yang daunnya berwarna hijau yang

tumbuh di hutan. Namun, sekarang ini, kepies sudah langka. Sebagai

gantinya makan diganti dengan daun pandan atau daun suji.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

28

2.2.5 Tahapan dalam Tari Saman Lues

Menurut Tantawi (2011:80) nyanyian para penari menambah

kedinamisan dari tarian saman. Tari Saman mempunyai tahapan-tahapan

dalam penyajiannya mulai dari awal sampai selesai. Tahapan-tahapan tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman.

Regum berfungsi untuk konsentrasi dan menyatukan rasa dan gerak. Contoh

Regum adalah:

Em…lem an laho

Em..lem an laho

Lahoya sare..lallah

Lem an hala

La hoya hele

Lem an hele

Lem enyan-enyanho

Lem an laho

2) Uluni Lagu, Uluni lagu biasanya memakai tepuk (tepuk roa) sambil

melantunkan redet-redet tertentu. Contoh redet Uluni Lagu adalah sebagai

berikut:

“Mang kuteh kuteh the mang..Nge kemang bu uhungeni jamu..Tirmi ko

etek ehek kul..Bersempol be ehelejer beru..”

3) Lagu Pertama, Lagu pertama bisanya masih gerak yang ringan-ringan atau

sering disebut dengan lagu semelah. Setelah habis redet uluni lagu kemudian

masuk ke redet lagu pertama yang dilantunkan oleh penangkat (yang

Universitas Sumatera Utara

Page 45: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

29

memimpin tari Saman yang berada di tengah-tengah barisan) sambil

menggerakkan badan dan meliukkan kepala sesuai dengan lagu yang sedang

dimainkan. Setelah penangkat selesai melantunkan redet kemudian diikuti

(saur) oleh para peserta tari Saman. Contoh redet lagu pertama adalah sebagai

berikut:

“Saree salam alaikum..Saree ratab bewene”

4) Anakni Lagu, Anakni lagu memiliki gerak dan redet tersendiri. Pada saat

melantunkan redet badan naik turun, ke muka ke belakang atau bersilang

sambil bertepuk tangan. Contoh redet anakni lagu adalah sebagai berikut:

“Simu pusing, di bawah arun

Gelumang tujoh, saboh neraca

Sadeal leha hala hum hala

Sadeal lehe hele hum hele

Sigenyan lehe hele hum hele

Sigenyan yan e, yan e ala ehu

Sigenyan yan e, yan e ala ehu”

2.3 Penelitian Relevan

Kajian pustaka dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu kajian

terhadap berbagai teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian

ini. Adapun teori yang digunakan sebagai landasan berpikir dalam penelitian ini

adalah teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) mengenai metafungsi bahasa

dan teori analisis multimodal. Sedangkan hasil penelitian yang yang dinilai

relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan analisis

Universitas Sumatera Utara

Page 46: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

30

multimodal sebagai kerangka kerjanya dan penelitian-penelitian lain yang pernah

mengkaji tentang Tari Saman.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2010) adalah tentang analisis

multimodal yang mengkaji Konstruksi Tekstual Gender dalam Teks Iklan Cetak.

Penelitian ini menunjukan penyusunan unit-unit bahasa untuk menyampaikan

makna tertentu yang berhubungan dengan pencitraan gender. Penelitian tersebut

menggunakan studi dokumen terhadap data visual, dan penelitian tersebut

menggunakan Critical Discourse Moment guna untuk mengidentifikasi dan

mengklasifikasikan data. Dalam menganalisis datanya menggunakan perangkat

kerja analasis multimodal yang mencakup keseluruhan sumber semiotikyang

terdapat dalam teks, yaitu teks verbal dan teks visual. Untuk menganalisis teks

verbalnya, menggunakan metafungsi bahasa Halliday. Sedangkan untuk

menganalisis visual, menggunakan metafungsi visual Kress van Leeuwen. Dari

penelitian tersebut ditemukan bahwa setiap komponen metafungsi memiliki

potensi yang sama dalam menyampaikan citra gender. Teks verbal dan teks visual

dalam hal ini memiliki keterkaitan satu sama lain, yang ditandai dengan adanya

hubungan yang sifatnya temporal, additive, consequential, dan comparative. Citra

gender yang disampaikan oleh teks iklan didasari oleh dua ideologi yang

terkandung dalam teks, yaitu ideologi seksis dan ideologi yang memandang

persamaan antara laki-laki dan perempuan.

Kemudian penelitian multimodal yang dilakukan oleh Hermawan (2012)

menggunakan lebih dari satu semiotik mode untuk menganalisa teks yaitu mode

verbal dan mode gambar atau image secara bersamaan dalam sebuah kesempatan

penyampaian makna. Penelitian tersebut juga menjelaskan langkah-langkah teknis

Universitas Sumatera Utara

Page 47: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

31

prosedur analisa multimodality yang dapat digunakan untuk menganalisa teks

seperti tersebut dan memberikan contoh penggunaan langkah analisa. Tulisan

tersebut mengeksplorasi manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan „prosedur

analisa‟ ini untuk menganalisa teks. Tulisan ini mendukung argumen yang

ditawarkan diantaranya oleh Kress dan van Leeuwen (2006), dan Machin dan

Myer (2012) yang menyakini bahwa pesan yang disampaikan dengan semiotic

mode berbeda secara bersamaan (verbal dan image) dalam sebuah teks tidak dapat

dianalisa hanya dengan alat analisa linguistik saja, tetapi juga harus menggunakan

dua alat analisa yang berbeda, yaitu linguistics dan image analysis tool seperti

reading image yang saling mendukung menuju pemahanan makna yang lebih

menyeluruh.

Selanjutnya penelitian tesis yang dilakukan oleh Putriani (2012) mengkaji

tentang makna gerak dan makna syair pada tari Saman yang bertujuan untuk

menjaga kelestarian seni tari Saman di kemudian hari. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan sudah semakin berkembangnya kreatifitas gerak yang dilakukan

oleh penari-penari saman yang terdapat di Blangkejeren di Gayo Lues tersebut,

begitu juga dengan makna di setiap gerak yang dilakukan oleh para penari saman.

Hasil pengkajian teks Saman menunjukkan kata-kata atau syair yang dinyanyikan

sudah semakin berkembang dan meluas yang disesuaikan dengan tema acara yang

dipertunjukkan pada saat tari Saman ini ditampilkan teks lagu saman berisikan

tentang tema acara tersebut yang merupakan nasehat atau keterangan dari yang

dibuat pada saat ini. Pola lantai pada tari saman sangat sederhana, gampang

diikuti oleh siapapun, tidak rumit, karena kurang banyak bergerak hanya memakai

pola lantai di tempat, meskipun tari saman secara pertunjukkan dikenal publik

Universitas Sumatera Utara

Page 48: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

32

seperti mengandung magic dengan gerakan-gerakannya yang energik dan dinamis.

Namun tari saman juga mengandung beberapa unsur seni yang dirangkum

menjadi satu gerak suara vokal dan sastra serta seni rupa berupa perangkat

pakaian yang serasi dan mendukung secara keseluruhan penampilan tari Saman

tersebut.

Sinar (2013), membahas Teks Iklan Cetak berdasarkan perspektif

multimodal, memberi perhatian pada analisis metafungsi sebagai struktur sintaksis

dan aspek semantik visual multimodal. Secara kritis dijelaskan aspek-aspek

semiotik dan ideologi dari teks iklan secara verbal (tertulis) dan dari tampilan

visual dalam ilan media cetak bahasa Indonesia. Kombinasi analisis metafungsi

bahasa, fungsi ideasional, fungsi interpersonal dan fungsi tekstual dilakukan

berdasarkan teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) konsep Halliday (1985,

1994, 2004) dan analisis multimodal pada visual dari kedua teks iklan konsep

Kress dan Van Leeuwen (2006) dan Yeun (2004). Adapun hasil dari penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa produk yang diiklankan dalam teks iklan Marie

France Bodyline ditujukan kepada perempuan melalui proses convension;

perempuan yang langsing dengan tubuh yang indah merupakan pesan dari iklan

secara visual. Pengambilan iklan secara sosial dan demand menunjukkan

keunggulan dan kemanfaatan yang besar pada produk ini, sehingga perempuan

harus menggunakan produk ini dan membuat tubuh perempuan menjadi indah dan

itu merupakan impian setiap perempuan. Jadi, dengan kata lain feminitas

perempuan divisualisasikan dengan tubuh cantik mempesona dan seksi, begitu

juga dengan maskulinitas laki-laki dengan tampilan tubuh kuat berotot. Iklan ini

dikonstruksi secara sosial dengan berbagai pesan pemasaran yang mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

Page 49: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

33

khalayak untuk bertindak dan bersikap berdasarkan peran sosial yang diakibatkan

oleh perbedaan jenis kelamin mereka. Sedangkan berdasarkan ideology iklan

cetak Marie dan L-Men yang merefresentasikan feminitas dan maskulinitas

merupakan hasil konstruksi sosial budaya oleh masyarakat yang akhirnya

mengakibatkan adanya bias dalam peran-peran sosial perempuan yang berbeda

dengan laki-laki berdasarkan bahasa iklan cetak. Ungkapan kalausa-klausa dalam

iklan cetak sebagai teks dalam konteksnya berpotensi melahirkan nilai dan tatanan

sosial masyarakat.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Rosa (2014) tentang

multimodal terhadap Iklan Sunsilk Nutrien Sampo Ginseng, menunjukkan bahwa

analisis iklan sunsilk nutrient sampo ginseng berbentuk audiovisual dengan

menggunakan pendeketan semiotik yang difokuskan pada multimodal yang

dikembangkan oleh Anstey dan Bull (2010), Bateman dan Schmidt (2012), dan

Chandler (2007). Analisis linguistik dan visual menggunakan model analisis

Cheong (2004). Dalam bentuk linguistiknya iklan tersebut di analisis berdasarkan

teori metafungsi bahasa, yaitu eksperensial, antarpersona dan tekstual (Halliday,

2004). Hasil penelitian berdasarkan analisis metafungsi tersebut menyimpulkan

bahwa fungsi antarpersona menggunakan sistem mood deklaratif (Subjek ^ Finit)

yang berfungsi untuk member informasi yang secara khusus tentang manfaat-

manfaat dari produk Sunsilk Nutrien Sampo Ginseng (SNSG). Berkenaan dengan

fungsi tekstualnya, jenis tema yang dominan adalah tema tak bermarkah (TTM)

atau tema yang lazin digunakan. Di temukan bahwa TTM digunakan sebanyak 4

kali (66,67%), sementara tema bermarkan ™ digunakan sebangyak 2 kali

(33,33%). TTM tersebut dirincikan berdasarkan unsure subjek yang megawali

Universitas Sumatera Utara

Page 50: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

34

klausa. Adapun implikasi dari temuan tersebut adalah bahwa iklan tersebut

banyak menggunakan bentuk kongruen. Berhubungan dengan jenis tema,

kemunculan tema gansa (TG) hanya 1 kalo (16,67%), sementara tema tunggal

(TT) digunakan sebanyak 5 kali (83,33%). Implikasi dari temuan jenis tema ini

adalah untuk memudahkan permirsa memahami setiap pesan yang disampaikan

melalui klausa-klausa yang ada. Berdasarkan analisis pada iklan SNSG dapat

disimpulkan bahwa dalam iklan tersebut terdapat beberapa gambar yang

memvisualisasikan manfaat yang didapat oleh pemirsa setelah menggunakan

SNSG, seperti gambar orang tesenyum ketika sedang menggunakan SNSG yang

berarti orang tersebut sangat menikmati sampo itu, kemudian gambar rambut yang

menggambarkan bahwa dengan menggunakan SNSG rambut seseorang akan

menjadi lebih kuat, rapid an tidak kusut. Kemudian analisis berdasarkan struktur

generiknya menyimpulkan bahwa iklan SNSG gambar kemasan SNSG yang

dipantulkan kearah bawah memberikan kesan pentingnya gambar tersebut dengan

tampilan gambar warna-warni pada kemasan SNSG yang menonjol yang berperan

sebagai pusat perhatian. Selanjutnya dari segi analisis audio bunyi musik yang

diiringi oleh lirik yang berupa bahasa lisan yang mencerminkan bahan dasar

pembuatan SNSG. Analisis Gestural pada iklan SNSG menyimpulkan bahwa

gerakan memegang rambut menunjukkan seseorang sedang berkeramas dengan

menggunakan SNSG dan gerakan senyuman menyatakan suatu kenikmatan

menggunakannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa iklan tersebut mencakup kelima

aspek dalam sistem semiotic multimodal, yaitu aspek linguistic, visual, audio,

gestural, dan letak. Kelima aspek tersebut menyampaikan inti dari pesan, yaitu

mengiklankan SNSG.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

35

Selanjutnya penelitian disertasi yang dilakukan oleh Rahmah (2015) Upacara

Perkawinan Tradisional Suku Melayu Deli di Medan membahas tentang

pengaplikasian analisis multimodal terhadap wacana budaya guna untuk

menemukan makna yang diciptakan oleh komponen verbal dan visual yang

mengacu pada konsep analisis semiotik sosial. Metodologi penelitian

menggunakan deskriftif-kualitatif, dan sumber datanya adalah teks-teks verbal

dan visual yang diambil dari prosedur perayaan perkawinan adat Melayu Deli

(DMTWC). Adapun hasil analisis visual pada penelitian tersebut menunjukkan

struktur naratif, DMTWC terdiri dari empat image teralisasi dalam aksi dan reaksi

transaksional non-projective yang terealisasi menjadi realisasi bidireksional dan

sebelas image merupakan proses projektif yang direalisasikan oleh proses verbal.

Pada temuan verbal diperkuat dengan adanya komponen visual yang

menunjukkan partisipan yang terlibat tidak membuat hubungan dengan

pengamat/pembaca karena tidak ada kontak mata, partisipan terlibat saling

melihat satu sama lain atau kepada obyek di dalam gambar (tepak, paying,

makanan). Hasil analisis metafungsi tekstual menunjukkan Tema

Topikal/Partisipan yang paling mendominasi.

2.4 Teks Multimodal

Kress dan Leewen (2006) mengatakan bahwa multimodal mencakup pada

tatabahasa visual dan virtual. Tatabahasa visual mendeskripsikan secara

gramatikal makna visual terletak pada sarana komunikasi dan tiap sarana

mempengaruhi makna secara sentral dan secara dominan dalam keseluruhan

proses komunikasi baik bersarana fonik maupun grafik, yaitu ujaran, tulisan,

gambar dan isyarat. Tata bahasa virtual mendeskripsikan secara gramatikal makna

Universitas Sumatera Utara

Page 52: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

36

melalui tubuh, gerakan dan interaksi dengan objek. Misalnya teks yang terdiri dari

tulisan dan gambar, sistem makna multimodal yang dibentuk secara verbal

melalui tulisan dan visual melalui gambar yang dapat merepresentasikan berbagai

pengalaman-pengalaman sosial. Jadi, sistem makna visual diakibatkan oleh

semakin pentingnya elemen visual dalam sistem komunikasi masa kini. Sistem

makna visual merupakan sistem semiotik lain yang secara independen ataupun

bersama-sama dengan bahasa verbal menciptakan kebudayaan. Produk-produk

kebudayaan yang dihasilkan oleh sistem makna ini dapat ditemukan dalam

berbagai produk, misalnya media massa dan iklan (Kress dan Leeuwen, 2006:15).

Menurut Webster (2002:3) teks adalah pilihan semantik (makna) dalam

konteks sosial. Teks adalah hasil dan proses, artinya teks sebagai hasil adalah teks

itu merupakan hasil yang berwujud dapat direkam dan dipelajari (Mulyana,

2005:8). Dengan kata lain, teks sebagai proses ketika kita memberi atau menerima

informasi dalam konteks situasi yang bentuk teks (lisan dan tulis) maka terjadi

proses pemahaman makna dalam pikiran agar tidak terjadi kesalahpahaman

terhadap makna. Seiring dengan pengertian teks sebagai hasil dan proses, sama

halnya dengan teks syair yang terdapat dalam Tari Saman Gayo Lues yang

merupakan hasil yang berwujud dan dihasilkan dari proses yang berkaitan dengan

konteks situasi.

2.4.1 Teks/Syair Tari Saman Gayo Lues

Teks/syair yang terdapat dalam tarian Tari Saman Gayo Lues yang

dinyanyikan oleh penari menggunakan bahasa Gayo Lues yang berisikan piji-

pujian kepada Allah SWT, misalnya mmm..Laila Allah ahu lahoya (Tiada Tuhan

selain Allah), namun konteks situasi budaya mengubah ideologi masyarakat Gayo

Universitas Sumatera Utara

Page 53: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

37

Lues dan melahirkan teks/syair khusus dalam tarian tersebut berdasarkan budaya

dan ideologi masyarakatnya.

Berikut contoh syair Tari Saman Gayo Lues:

mmmm...Laila Allah ahu la

„mmm…tiada Tuhan selain Allah‟

Senang-senang susah mupisah urum ine „ama

„Senang-Senang‟ „susah‟ „berpisah‟ „dengan‟ „Ibu‟ „Bapak‟

„Senang-senang susah berpisah dengan Ibu Bapak‟

Inget-inget kam ku aku

„ingat-ingat‟ „kalian‟ „pada‟ „ku‟

„ingat-ingat kalian padaku‟

Gere penah mudemu

„tidak‟ „pernah‟ „bertemu‟

„tidak pernah bertemu‟

Ine oh ine mokot di nge denem

„ibu‟ „oh‟ „ibu‟ „lama‟ „sekali‟ „sudah‟ „rindu‟

„Ibu oh Ibu lama sekali sudah rindu‟

2.5 Hubungan Intersemiotik Teks Verbal dan Teks Visual

Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks visual memiliki

hubungan-hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna. Hubungan-

hubungan ini dapat diketahui melalui adanya keterkaitan antara komponen

metafungsi dalam teks verbal dan teks visual. Liu Y dan O‟Halloran (2009: 32),

merumuskan hubungan logis tersebut sebagai Inter-semiotic Logical Relations:

Universitas Sumatera Utara

Page 54: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

38

Tabel 2.4 Hubungan Logis Intersemiotik

(Liu Y dan O’Halloran, 2009)

Logical Relations Meaning

Comparative Generality Similiarity

Abstraction

Additive Addition

Consequential Consequence Cause

Contingency Purpose

Temporal/Time Successive

Comparative atau hubungan perbandingan adalah suatu hubungan yang

berfungsi untuk mengorganisasikan makna logis dengan memperhatikan

kesamaan antara teks verbal dan teks visual dalam suatu teks

multimodal.Kesamaan dalam hubungan ini ditandai dengan adanya perbedaan

tingkat keumuman dan abstraksi yang dimiliki oleh masing-masing komponen

metafungsi (Liu Y dan O‟Halloran, 2009: 24-25).

Additive adalah hubungan antara teks verbal dan teks visual yang sifatnya

saling melengkapi.Dalam hubungan Additive, teks verbal dapat memberikan

informasi terhadap teks visual atau sebaliknya, teks visual yang memberikan

informasi terhadap teks verbal.Karena itu, dalam sebuah teks multimodal,

maknadari dua model teks yang berbeda dapat digabungkan (Liu Y dan

O‟Halloran, 2009: 25).

Universitas Sumatera Utara

Page 55: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

39

2.6 Kerangka Teori

BAB III

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Metafungsi Bahasa

Halliday (1985, 2004)

Komponen Representasional Komponen Komposisional Komponen Interaksional

1) Proses:

a. Proses tindakan

b. Proses reaksional

c. Proses mental

d. Proses verbal

e. Proses konversi

2) Partisipan:

a. Aktor (Actor)

b. Gol (Gol)

c. Reaktor (Reactors)

d. Fenomena

(Feneomenon)

e. Menyampaikan

(Relay)

f. Sensor (Senser)

g. Penutur (Sayer)

3) Sirkumtan:

a. Lokasi

b. Alat

c. Penyerta

1) Kontak (contact):

a. Permintaan (Demand)

b. Penawaran (Offer)

2) Jarak Sosial (Social distance):

a. Intimate/personal

b. Social/equality

c. Impersonal

3) Sudut Pandang (Point of view):

a. Involvement

b. Detachment

c. Viewer power

d. Represented participant

power

4) Modalitas (Modality)

1) Nilai informasi (centred)

2) Tonjolan (Salience)

3) Bingkai (Framing)

Tari Saman Gayo Lues (TSGL)

Inter-semiotik teks verbal dan visual

Multimodal

Kress dan van Leeuwen (2006)

Universitas Sumatera Utara

Page 56: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

40

Berdasarkan bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa teks verbal multimodal

Tari Saman gayo Lues dianalisis dengan teori multimodal yang diperkenalkan

oleh Kress dan Van Leeuwen (2006) berdasarkan tiga komponen, yaitu (1)

komponen representasional: a) proses, b) partisipan, dan c) sirkumtan. (2)

Interaksional; a) kontak terdiri atas demand dan offer, Kemudian b) jarak sosial

meliputi intimate/personal, social/equality dan interpersonal dan c) sudut pandang

terdiri atas involment, detachment, viewer power, represented participant power,

dan modalitas.

Kemudian (3) komponen komposisional terdiri atas a) nilai informasi, b)

tonjolan dan c) bingkai, sehingga hasil akhir dari analisis metafungsi visual Kress

dan Van Leeuwen pada teks multimodal Tari Saman Gayo Lues dapat

mendeskripsikan hubungan inter-semiotik antara teks verbal dan visual. peneliti

memilih teori metafungsi visual Kress dan Van Leeuwen karena teori ini dapat

menganalisis teks multimodal dan lebih fokus terhadap analisis teks multimodal

Tari Saman Gayo Lues yang dapat memperlihatkan hubungan inter-semiotik

antara teks verbal dan visual.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.

Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi

wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain. Dalam

penelitan kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-

orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang

realitas dan kondisi kehidupan nyata (Patton dalam Poerwandari, 1998).

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah manusia. Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian

naturalistik dimana penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural

setting) karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Dalam penelitian ini, peneliti meneliti teks verbal berupa kata-kata, klausa, dan

teks visual dan non verbal berupa gambar, foto, rekaman video dan melakukan

studi pada situasi yang alami. Metodologi kualitatif mampu menganalisis data

deskriptif berupa kata- kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati secara kualitatif deskriptif Tari Saman Gayo Lues (TSGL) dianalisis

dengan menggunakan analisis multimodal.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

42

3.2 Lokasi Penelitian

Kabupaten Gayo Lues merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Aceh

Tenggara. Gayo Lues memiliki luas wilayah 5.719,58 km2,

terletak pada koordinat

3°40'46,13"-4°16'50,45"LU96°43'15,65"-97°55'24,29"BT.Kabupaten ini memiliki

batas wilayah bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Aceh

Timur, bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara, bagian

Timur berbatasan dengan kabupaten Aceh Tamiang dan Suamtera Utara, dan

bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya. Berikut peta

kabupaten Gayo Lues

Gambar 3.2: Peta Kabupaten Gayo Lues (Sumber: http://alabaspos.com)

Jumlah penduduk 93.136 jiwa dan memiliki 11 kecamatan, yakni

Blangkejeren, Kura Panjang, Pining, Rikib Gaib, Terangon, Putri Betung, Blang

Pegayon, Debun Gelang, Blang Jerango, Tripe Jaya, dan Pantan Cuaca.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

43

Penelitian ini berlokasi di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda

Aceh. Lokasi tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan pada saat itu

di universitas tersebut ditampilkan pertunjukkan Tari Saman Gayo Lues yang di

tarikan oleh mahasiswa-mahasiswa dari Gayo Lues yang sedang berkuliah di

Unsyiah. Seminar tersebut diselenggarakan oleh para mahasiswa Gayo Lues yang

sedang kuliah di universitas tersebut. Adapun tema dalam seminar tersebut

berjudul “Identification of Saman‟ Meyelisik dan Membingkai Identitas Saman”

dengan pemateri 1) H. Ibnu Hasyim, selaku Bupati Gayo Lues, 2) Irandi Novandi,

selaku Kepala Sekolah Jurnalisme Indonesia-Aceh), dan 3) Zulfi Hermi, selaku

Dosen Institut dan Seni Budaya Indonesia.

3.3 Data dan Sumber Data

3.3.1 Data

Data yang dikaji dalam penelitian ini berupa data visual/gambar dan data

verbal dalam pertunjukkan Tari Saman Gayo Lues. Data visual terdiri atas 48 data

visual, namun hanya 16 visual yang dijadikan data dalam penelitian ini. Hal ini

disebabkan karena 16 data visual sudah dapat mewakili data dari keseluruhan.

Data tersebut dijadikan sebagai data dalam penelitian ini dikarenakan pada

pertunjukkan TSGL, gerakan yang di tarikan oleh para penari memiliki di tarikan

secara berulang-ulang. Data verbal terdiri dari 55 klausa, namun hanya 35 klausa

yang dijadikan data dalam penelitian ini. Data verbal berjumlah 35 data tersebut

sudah dapat mewakili data dari keseluruhan. Adapun alasan mengapa hanya 34

klausa saja yang dijadikan data dalam penelitian ini adalah karena dari 55 klausa

yang ditranskripkan terdapat 21 klausa yang dinyanyikan secara berulang-ulang.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

44

Data tersebut dianalisis dengan teori visual Kress dan van Leeuwen (2006) yang

direkam dengan menggunakan handphone Samsung Grand Duos yang berdurasi

10 menit 20 detik.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil rekaman pertujukkan tari

Saman Gayo Lues yang dilakukan di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda

Aceh. Informan selaku masyarakat Gayo Lues dan Dosen Seni Rupa di

Universitas Negeri Medan, yaitu bapak Anam Ibrahim.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data yang

berhubungan dengan aspek multimodal pada Tari Saman Gayo Lues dengan cara

memeriksa data dari sumber data yang didapat dan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Sugiyono (2013:4) menyatakan pada penelitian kualitatif,

pengumpulan data dilakukan pada natural setting (setting alamiah) dan metode

pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara

mendalam, dan dokumentasi.

Oleh karena itu, peneliti mengartikan metode pengumpulan data sebagai

suatu cara untuk memperoleh data melalui beberapa langkah atau tahapan yaitu

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Langkah-langkah tersebut berfungsi

untuk mempermudah peneliti dalam proses pemerolehan data. Dalam

mengumpulkan data digunakan metode sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 61: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

45

Bagan 3.1: Metode Pengumpulan Data

Metode observasi berupa pengamatan terhadap kegiatan manusia dengan

menggunakan pancaindra (Bungin,2011:118), dalam hal ini peneliti datang ke

acara tersebut dan mengamati tarian tersebut dengan menggunakan pancaindra

yakni mata dan telinga. Metode berikutnya adalah Wawancara. Wawancara

dilakukan guna memperoleh keterangan atau informasi lebih mendalam tentang

tarian tersebut dengan tokoh masyarakat dan penari Tari Saman Gayo Lues tanpa

menggunakan pedoman wawancara. Metode yang terakhir adalah Dokumentasi.

Dokumentasi disini berupa catatan atau buku karangan seseorang. Adapun buku

yang menjadi dokumentasi dalam hal ini adalah buku karangan dari penulis Abd.

Ridhwan Salam yang berjudul Tari Saman Gayo.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa hal yang dilakukan dalam teknik pengumpulan data yang

dimulai dari memeriksa data dari sumber data, yakni:

1. Merekam pertunjukan Tari Saman Gayo Lues dalam bentuk audio-visual.

2. Mereduksi data

3. Mendengarkan syair yang dibawakan oleh penari tersebut dan kemudian

mentranskripkan syair tersebut kedalam bentuk teks tertulis.

Metode Pengumpulan Data

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Universitas Sumatera Utara

Page 62: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

46

4. Melakukan pelabelan pada data

5. Melakukan observasi di lapangan, yakni pada saat pertujukkan Tari Saman

Gayo Lues yang diselenggarakan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan

(FKIP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh sebagai data.

6. Melakukan interview kepada tokoh masyarakat Gayo Lues sebagai pendukung

data yang telah didapatkan.

3.5 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Miles dan Huberman (2014). Metode analisis data ini terdiri atas 3 tahapan yakni

1) Kondensasi Data, 2) Penyajian Data dan 3) Verifikasi Data.

Bagan 3.2

Metode Analisis Data (Miles dan Huberman, 2014)

Pada tahap kondensasi data peneliti memfokuskan kepada seluruh data

yang terkumpul, baik data verbal maupun data visual Tari Saman Gayo Lues

untuk menentukan tingkat kualitas data sesuai dengan kebutuhan dan penelitian.

Pengumpulan Data

Kondensasi Data Verifikasi

Penyajian Data

Universitas Sumatera Utara

Page 63: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

47

Dalam hal ini reduksi data artinya 1) selecting (memilih), 2) focusing

(memokuskan), 3) simplitying (mempertajam), 4) abstracting (membuang) dan 5)

transformating (menyusun) dari data mentah.

Pada tahapan penyajian data (data display) peneliti akan melakukan

penyajian data data melalui bentuk-bentuk komunikasi verbal dan visual dari

data yang terkumpul.

Pada tahapan verifikasi/kesimpulan, peneliti melihat keabsahan data

dengan melalui diskusi dengan teman sejawat. Artinya bahwa kesimpulan yang

didapat di lapangan sebelum penelitian masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah penelitian dilakukan di lapangan dan berharap mendapatkan

temuan-temuan baru, baik berupa gambaran suatu objek maupun berupa

deskripsi-deskripsi.

Adapun tahapan-tahapan dalam teknik analisis data dalam penelitian ini

adalah:

1. Mentraskripkan data verbal berupa syair yang dinyanyikan oleh penari

menjadi data tertulis, dalam hal ini semua data tidak di reduksi karena semua data

tersebut diperlukan.

2. Data visual yang berupa rekaman visual Tari Saman Gayo Lues

dilakukan reduksi data. Data visual tersebut direduksi guna untuk memilih data

yang sesuai dengan data yang dibutuhkan.

3. Data berupa teks multimodal Tari Saman Gayo Lues dianalisis dengan

teori analisis multimodal, yakni: Representasional, Interaksional, dan

Komposisional.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

48

4. Data hasil reduksi disajikan dalam bentuk deskripsi dan gambar, sebagai

berikut:

mmmm... Laila Allah ahu la

mmmm… tiada Tuhan selain Allah

Proses: konversi Partisipan II: Gol

Gambar 3.3a Komponen Representasional

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses konversi, dimana

mmmm… tiada Tuhan adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan

selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini

memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir yaitu selain Allah.

Ketidakhadiran partisipan selain Allah misalnya tentu akan membuat makna

gol

Universitas Sumatera Utara

Page 65: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

49

klausa itu menjadi tidak jelas. Artinya, bahwa teks syair lagu ini merupakan

aktivitas yang menunjukkan wujud.

Gambar 3.3b Komponen Interaksional

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak berupa

permintaan (demand) dan penawaran (offer). Beberapa penari terlihat melakukan

kontak mata menatap kepada penonton tetapi tidak langsung (indirect). Gerakan

ini merupakan tarian pembuka. Penonton menunjukkan permintaan (demand)

menatap penari langsung (direct), juga partisipan yang lain seperti beberapa

fotografer bertindak sebagai penawaran (offer). Pola penggambaran partisipan

dalam bentuk kekuatan pandangan (viewer power) memberi pengertian adanya

kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang ada

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Permintaan

(Demand)

Penawaran

(Offer) Kekuatan Pandangan

(Viewer power) Dekat

(intimate)

Tidak langsung

(Indirect)

Universitas Sumatera Utara

Page 66: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

50

pada gambar. Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang dekat

dengan khalayak (Intimate). Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu

didominasi warna kuning pada dinding dan warna kuning keemasan pada pakaian

penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di

dinding belakang penari. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks

detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena

representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas.

Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi

karena tingkat kecerahan tinggi.

Gambar 3.3c Komponen Komposisional

Nilai informasi (Centred) terdapat pada tulisan Saman yang diletakkan di

tengah atas. Tonjolan terdapat pada tulisan “Saman” yang ditunjukan dengan

Tonjolan

(salience)

Nilai informasi

(centred) Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 67: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

51

warna yang kontras dan deretan penari dengan warna keemasan. Framing pada

gambar diatas menunjukkan bukan bagian dari gambar.

3.6 Validitas Data

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek

penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Oleh karena itu, data

dinyatakan valid apabila data yang dilaporkan oleh peneliti tidak berbeda dengan

data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Ada tiga cara menguji

validitas data yaitu, melalui bahan referensi, Member check dan konsultasi dengan

para ahli (Sugiyono, 2010: 117).

Pada penelitian ini uji validitas Sugiyono digunakan peneliti untuk pemeriksaan

keabsahan data atau kebenaran data yang diperoleh. Uji validitas yang ditempuh

peneliti melalui beberapa cara, yaitu:

1. Menggunakan bahan referensi, yaitu data pendukung untuk membuktikan data

yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya hasil wawancara didukung

adanya rekaman wawancara. Selain itu bahan referensi dapat juga berupa

buku-buku referensi. Semua ini berfungsi untuk membantu atau memberi

wawasan pada peneliti dalam menyusun laporan penelitian. Buku-buku

referensi ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan analisis multimodal,

metafungsi bahasa dan Tari Saman Gayo Lues

2. Member check adalah proses pengecekan data yang dilakukan oleh peneliti

kepada subjek penelitian atau informan (baik informan kunci ataupun

pendukung). Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan yang disampaikan oleh informan. Pelaksanaan

member check dilakukan setelah pengumpulan data selesai, atau setelah

Universitas Sumatera Utara

Page 68: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

52

mendapat suatu temuan berkaitan dengan permasalahan yang ingin dipecahkan.

Caranya adalah peneliti mengkonsultasikan data yang diperoleh kepada

informan. Data tersebut berupa syair Tari Saman Gayo Lues dan visual

pertunjukkan Tari Saman Gayo Lues.

3. Selanjutnya adalah mengonsultasikan data dengan para ahli, baik para ahli dari

masyarakat Gayo Lues dan juga ahli bahasa (berkaitan dengan teori

multimodal) dan juga dosen pembimbing. Peneliti tidak hanya

mengonsultasikan data-data yang diperoleh saat penelitian, akan tetapi juga

mengonsultasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang analisis multimodal Tari Saman Gayo Lues

mencakup aspek multimodal yang terkandung dalam tari Saman dan hubungan

intersemiotik teks verbal dan visual dalam tari Saman, disajikan secara sistematis

sesuai dengan urutan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan

pada bab pendahuluan. Analisis multimodal terhadap Tari Saman Gayo Lues

dilakukan berdasarkan teori Kress dan Van Leuween mencakup komponen

representational (proses, partisipan dan sirkumtan), komponen interaksional

(kontak, jarak sosial, sudut pandang dan modalitas), dan komponen komposisional

(nilai informasi, tonjolan dan bingkai). Berikut adalah paparan (penyajian) data

dan analisis data berdasarkan multimodal.

4.1.1 Aspek Multimodal yang Terkandung dalam Tari Saman

Aspek multimodal yang terkandung dalam teks verbal syair yang

dilantunkan mengiringi tari Saman Gayo Lues mencakup (1) komponen

representational, (2) komponen interaksional dan (3) komponen komposisional

yang disajikan berikut ini.

4.1.1.1 Komponen Representasional

Komponen representasional pada teks syair yang dilantunkan mengiringi

tari Saman Gayo Lues sebanyak 34 klausa dikaji berdasarkan teori Kress &

Leeuwen terdiri dari proses (tindakan, reaksional, mental, verbal dan konversi),

Universitas Sumatera Utara

Page 70: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

54

partisipan (aktor, gol, reaktor, fenomenon, relay, senser dan sayer) dan sirkumtan

(lokasi, alat dan penyerta). Lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 4.1 : Komponen Representasional pada Teks Tari Saman Gayo Lues

No. Komponen

Representasional Jumlah Presentasi (%)

Proses

1. Proses tindakan 2 6,06

2. Proses reaksional 3 9,09

3. Proses mental 5 15,15

4. Proses verbal 13 39,39

5. Proses konversi 10 30,30

Total 33 100

Partisipan I

1. Aktor 1 3,84

2. Gol 9 34,61

3. Reaktor 3 11,53

4. Senser 4 15,38

5. Sayer 9 34,61

6. Relay - -

Total 26 100

Partisipan II

1. Fenomenon 7 41,17

2. Perkataan 10 58,82

Total 17 100

Sirkumtan

1. Lokasi 4 44,44

2. Alat - -

3. Penyerta 5 55,55

Total 9 100

Komponen representasional dari aspek proses yang ditemukan teks tari

Saman Gayo Lues yaitu mulai dari yang paling banyak ditemukan yaitu proses

verbal 39,39%, proses konversi 30,30%, proses mental 15,15%, proses reaksional

9,09% dan proses tindakan 6,06%. Komponen representasional dari aspek

partisipan yaitu partisipan I mulai dari yang paling banyak ditemukan adalah gol

dan sayer masing-masing 34,61%, reaktor 11,53%, senser 15,38% dan aktor

3,84% sedangkan partisipan relay tidak ada ditemukan teks tari Saman. Partisipan

Universitas Sumatera Utara

Page 71: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

55

II mulai dari yang paling banyak ditemukan adalah perkataan 58,82% dan

fenomenon 41,17%. Komponen representasional dari aspek sirkumtan yang paling

banyak ditemukan adalah penyerta 55,55% dan lokasi 44,44% serta tidak

ditemukan sirkumtan jenis alat.

Berikut disajikan analisis hasil komponen representasional (proses,

tindakan dan sirkumstan) pada teks tari Saman Gayo Lues:

Klausa 1:

mmmm... Laila Allah ahu la

mmmm… tiada Tuhan selain Allah

Proses: konversi Partisipan II: Gol

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana

mmm..tiada Tuhan adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan

selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini

memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran

partisipan selain Allah tentu membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya,

teks yair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud.

Klausa 3:

Sare... Laila Allah ahu lahoya

Sare… tiada Tuhan selain Allah

Proses: konversi Partisipan II: gol

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana

sare..tiada Tuhan adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan

Universitas Sumatera Utara

Page 72: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

56

selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini

memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran

partisipan selain Allah tentu membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya,

teks yair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud.

Klausa 4:

Ehe... he.. enyan ho..

ehee… he.. enyan ho..

Partisipan II: Perkataan

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata

Ehe... he.... enyan ho.. adalah proses yang mengucapkan yang dituturkan oleh

partisipan yang tidak terlihat yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis

perkataan. Ketidakhadiran partisipan tentu membuat makna kata-kata menjadi

tidak jelas. Artinya, teks syair lagu ini dimengerti oleh pengguna tuturan itu

sendiri dan pihak yang terkait.

Klausa 5:

Assalamu‟alaikum ku Bapak Bupati

Assalamu‟alaikum kepada Bapak

Bupati

Proses: konversi Partisipan II: gol

Universitas Sumatera Utara

Page 73: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

57

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana

Assalamu‟alaikum adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan

Bapak Bupati yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini

memiliki satu partisipan yang wajib hadir yaitu Bapak Bupati. Artinya, teks syair

lagu ini merupakan aktivitas yang mengkonversi ucapan.

Klausa 6:

Laila Allah Ahu

Tiada Tuhan selain Allah

Proses: konversi Partisipan I: Gol

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana Laila

Allah tiada Tuhan adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan

selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini

memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran

partisipan selain Allah tentu membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya,

teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud.

Klausa 7:

We si nge hadir ku

tempat ini

Dia yang sudah hadir ku

tempat ini

Partisipan I:

reaktor

Proses: reaksional Sirkumtan: lokasi

Universitas Sumatera Utara

Page 74: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

58

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai reaksional, dimana si nge

hadir = yang sudah hadir adalah proses yang memberikan reaksi kepada

partisipan We = Dia yang dikategorikan sebagai partisipan I jenis reaktor. Klausa

ini memiliki sirkumstan lokasi ku tempat ini = ke tempat ini yang dikategorikan

sebagai sirkumtan lokasi yaitu menunjukkan tempat.

Klausa 11:

Ganti ni jema tue i was ni ranto, ine...

Pengganti dari orangtua di dalam perantauan ini

Proses: tindakan Sirkumtan: lokasi

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai tindakan, dimana Ganti

ni jema tue = pengganti dari orangtua adalah proses yang menunjukkan adanya

tindakan mengganti partisipan yaitu ni jema tue = dari orangtua. Dalam hal ini

partisipan tidak jelas terlihat tetapi menyatu dalam proses. Klausa ini memiliki

sirkumstan lokasi i was ni ranto, ine...= di dalam perantauan ini yang

dikategorikan sebagai sirkumtan lokasi yaitu menunjukkan tempat yaitu daerah

perantauan.

Klausa 12:

Laila Allah Ahu

Tiada Tuhan selain Allah

Proses: konversi Partisipan II: Gol

Universitas Sumatera Utara

Page 75: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

59

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana Laila

Allah = tiada Tuhan adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan

selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini

memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran

partisipan selain Allah tentu membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya,

teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud.

Klausa 15:

salam sejahtera ken bewene

Salam

sejahtera

untuk semua

Proses:

konversi

Partisipan II:

Gol

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana salam

sejahtera = Salam sejahtera adalah proses yang mengkonversi wujud kepada

partisipan ken bewene = untuk semua yang dikategorikan sebagai partisipan II

jenis gol. Klausa ini memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir ken

bewene. Ketidakhadiran partisipan ken bewene tentu membuat makna klausa

menjadi tidak jelas. Artinya, teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang

menunjukkan wujud yang tidak jelas.

Klausa 16:

Iye... si genyan aaa nyan e Allah

Iye... si genyan aaa nyan e Allah

Proses konversi Partisipan II:

Gol

Universitas Sumatera Utara

Page 76: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

60

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana Iye... si

genyan aaa nyan e adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan

Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini memiliki satu-

satunya partisipan yang wajib hadir Allah. Ketidakhadiran partisipan Allah tentu

membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya, teks syair lagu ini

merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud yang tidak jelas.

Klausa 17:

Nyan e nyan e Allah Laila

Allah

Allah ahu la e se Allah ahu, Allah ahu la

e se Allah ahu

Nyan e nyan e Allah tiada

Tuhan

selain Allah la e se

Allah ahu, Allah ahu

la e se Allah ahu

Proses: konversi Partisipan II: Gol Proses: konversi

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana Nyan e

nyan e Allah Laila Allah = Nyan e nyan e Allah tiada Tuhan dan la e se Allah

ahu, Allah ahu la e se Allah ahu adalah proses yang mengkonversi wujud kepada

partisipan selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa

ini memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran

partisipan selain Allah tentu membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya,

teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud yang tidak jelas.

Klausa 18:

Le urum bismillah... le urum bismillah nyan e

Allah

surak-

surak

Kite

dengan bismillah... dengan bismillah nyan e

Allah

bersorak-

sorak

Kita

Universitas Sumatera Utara

Page 77: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

61

Partisipan II: Perkataan Proses:

verbal

Partisipan

I : sayer

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana

kita selaku partisipan I jenis sayer mengucapkan syair Le urum bismillah...le urum

bismillah nyan e lallah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis perkataan.

Klausa ini memiliki satu partisipan yang wajib hadir yaitu kita. Ketidakhadiran

partisipan kita misalnya tentu akan membuat makna klausa itu menjadi tidak jelas.

Artinya, syair lagu ini merupakan aktivitas yang menggunakan alat ucap manusia.

Klausa 19:

Ho!!! Iye si genyan anyan e

Allah, nyan e nyan e Allah Laila

Ahu la e se Allah ahu, Allah ahu

la e se Allah ahu

Ho!!! Iye si genyan anyan e

Allah, nyan e nyan e Allah Tiada

Tuhan

selain Allah la e se

Allah ahu, Allah ahu la e se Allah

ahu

Proses: konversi Partisipan II: Gol

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana kata-

kata Ho!!! Iye si genyan anyan e Allah, nyan e nyan e Allah Laila adalah proses

yang mengkonversi wujud kepada partisipan selain Allah yang dikategorikan

sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini memiliki satu-satunya partisipan yang

wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran partisipan selain Allah tentu membuat

makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya, teks syair lagu ini merupakan aktivitas

yang menunjukkan wujud yang tidak jelas.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

62

Klausa 20:

Assalamualaikum kami Sawahen

ku

sebet rakan, ine ama

bewene rata

Assalamualaikum kami Sampaika

n ke

teman, ibu bapak semuanya

rata

Partisipan II:

Perkataan

Partisipan I:

Sayer

Proses:

verbal

Sirkumtan: penyerta

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata

Sawahen ku adalah proses yang menyatakan atau menyampaikan ucapan oleh

partisipan kami kepada partisipan II berupa ujaran Assalamualaikum. Klausa ini

memiliki dua partisipan yaitu partisipan I disebut sayer dan partisipan II disebut

perkataan. Kehadiran partisipan II Assalamualaikum tentu membuat makna

klausa ini menjadi jelas arahnya. Artinya, teks syair lagu ini merupakan aktivitas

yang menunjukkan adanya komunikasi antar partisipan.

Klausa 21:

ahom ahom lem alahom lem alahom assalamu‟alaikum

ahom ahom lem alahom lem alahom assalamu‟alaikum

Partisipan II: perkataan Proses: verbal

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata

assalamu‟alaikum adalah proses yang menyatakan atau menyampaikan ucapan

kepada partisipan II berupa ujaran ahom ahom lem alahom lem alahom. Klausa

ini memiliki satu partisipan yang digolongkan sebagai partisipan II disebut

perkataan. Kehadiran partisipan II Assalamualaikum tentu membuat makna

klausa ini menjadi jelas arahnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

63

Klausa 22:

Assalamualaikum kami sawahen

ku

sebet rakan, ine ama

bewene rata

Assalamualaikum kami sampaikan

ke

teman, ibu bapak semuanya

rata

Partisipan II:

Perkataan

Partisipan I:

Sayer

Proses:

verbal

Sirkumtan: penyerta

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata

Sawahen ku adalah proses yang menyatakan atau menyampaikan ucapan oleh

partisipan kami kepada partisipan II berupa ujaran Assalamualaikum. Klausa ini

memiliki dua partisipan yaitu partisipan I disebut sayer dan partisipan II disebut

perkataan. Kehadiran partisipan II Assalamualaikum tentu membuat makna

klausa ini menjadi jelas arahnya. Artinya, teks syair lagu ini merupakan aktivitas

yang menunjukkan adanya komunikasi antar partisipan. Klausa ini memiliki

sirkumstan yaitu sebet rakan, ine ama bewene rata = teman, ibu bapak semuanya

rata yang dikategorikan sebagai sirkumtan penyerta yaitu beberapa benda wujud

yang disatukan sebagai dua unsur.

Klausa 23:

Ahum ahum lem alahum lem alahum

Ahum ahum lem alahum lem alahum

Proses: Verbal

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata

Ahum ahum lem alahum lem alahum adalah proses yang menyatakan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 80: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

64

menyampaikan ucapan kepada partisipan. Klausa ini tidak memiliki partisipan

sehingga arahnya tidak jelas mengarah kemana proses dilakukan.

Klausa 24:

Hom..iye.. geremi aku

gere pane o ate

kutipak rasa ku geremi ku gere

hom..iye.. tidak aku

tidak

pandai o... hati

kuhempas

rasa

aku tidak lagi

Partisipan II:

perkataan

Proses: verbal Partisipan I: sayer

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata

kutipak rasa = kuhempas rasa adalah proses yang menyatakan atau

menyampaikan ucapan berupa keluhan oleh partisipan ku geremi ku gere kepada

partisipan II berupa ujaran Hom..iye.. geremi aku gere pane o ate. Klausa ini

memiliki dua partisipan yaitu partisipan I disebut sayer dan partisipan II disebut

perkataan. Kehadiran partisipan II tentu membuat makna klausa ini menjadi jelas

arahnya. Artinya, teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan

adanya komunikasi antar partisipan.

Klausa 25:

Eee.. segertak

ama ine rakan sebet bewene

kami

eee... serentak bapak ibu teman kami semua

Partisipan II:

Perkataan

Proses:

verbal

Partisipan I: sayer

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata

segertak = serentak adalah proses yang menyatakan atau menyampaikan ucapan

Universitas Sumatera Utara

Page 81: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

65

secara bersamaan oleh partisipan I ama ine rakan sebet bewene kami berupa

ujaran Eee ... selaku partisipan II. Klausa ini memiliki dua partisipan yaitu

partisipan I disebut sayer dan partisipan II disebut perkataan. Kehadiran

partisipan II tentu membuat makna klausa ini menjadi jelas arahnya. Artinya, teks

syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan adanya komunikasi antar

partisipan.

Klausa 26:

Eee.. segertak

ama ine rakan sebet bewene

kami

eee... serentak bapak ibu teman kami semua

Partisipan II:

Perkataan

Proses:

verbal

Partisipan I: sayer

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata

segertak = serentak adalah proses yang menyatakan atau menyampaikan ucapan

secara bersamaan oleh partisipan I ama ine rakan sebet bewene kami berupa

ujaran Eee ... selaku partisipan II. Klausa ini memiliki dua partisipan yaitu

partisipan I disebut sayer dan partisipan II disebut perkataan. Kehadiran

partisipan II tentu membuat makna klausa ini menjadi jelas arahnya. Artinya, teks

syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan adanya komunikasi antar

partisipan.

Klausa 27:

Ine... inget-inget

Kam ku aku ni,

anakmu

Ibu... ingat-ingat Kau pada ku,

anakmu

Universitas Sumatera Utara

Page 82: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

66

Partisipa

n

I: reaktor

Proses:

reaksional

Partisipan

I: reaktor

Partisipan II:

fenomenon

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai reaksional, dimana inget-

inget= ingat-ingat adalah proses yang memberikan reaksi oleh partisipan Ine.. =

Ibu.. yang dikategorikan sebagai partisipan I jenis reaktor yang lebih ditegaskan

oleh partisipan Kam = Kau yang juga adalah kata ganti dari Ine... = Ibu maka

dikategorikan sebagai partisipan I juga. Tujuan proses yang dinyatakan oleh

partisipan I Ine... sekaligus Kau adalah kepada partisipan II yang dikategorikan

sebagai fenomenon.

Klausa 30:

inget-inget

Kam ku aku

ingat-ingat Kau pada ku

Proses: reaksional Partisipan

I: reaktor

Partisipan II:

fenomenon

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai reaksional, dimana inget-

inget= ingat-ingat adalah proses yang memberikan reaksi oleh partisipan Ine.. =

Ibu.. yang dikategorikan sebagai partisipan I jenis reaktor yang lebih ditegaskan

oleh partisipan Kam = Kau yang juga adalah kata ganti dari Ine... = Ibu maka

dikategorikan sebagai partisipan I juga. Tujuan proses yang dinyatakan oleh

partisipan I Ine... sekaligus Kau adalah kepada partisipan II yang dikategorikan

sebagai fenomenon.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

67

Klausa 31:

Senang-senang

susah

Mupisah urum ine ama

Senang-senang

Susah

Berpisah dengan ibu bapak

Sirkumtan:

Penyerta

Proses:

mental

Partisipan I: senser

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai mental, dimana frasa

mupisah = berpisah adalah proses yang berwujud perasaan yang dirasakan oleh

partisipan urum ine ama = dengan ibu bapak yang dikategorikan sebagai

partisipan I jenis senser. Klausa ini memiliki sirkumstan yaitu senang-senang

susah yang dikategorikan sebagai penyerta yaitu situasi atau kondisi yang

menyertai proses mupisah.

Klausa 32:

Taring ni sekulah,

Kuliah i ranto ni jema

Ditinggal sekolah Kuliah di rantau orang

Proses: Tindakan

Partisipan I:

aktor

Sirkumtan:

lokasi

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai tindakan, dimana klausa

Taring ni sekulah, = ditinggal sekolah adalah proses yang menunjukkan adanya

tindakan bergerak atau berpindah. Dalam hal ini partisipan tidak jelas terlihat

tetapi menyatu dalam kata Kuliah yaitu aktor yang melakukan proses

meninggalkan sekolah. Klausa ini memiliki sirkumstan i ranto ni jema = di rantau

orang yang dikategorikan sebagai sirkumtan lokasi yaitu menunjukkan tempat

aktor menimba ilmu.

Universitas Sumatera Utara

Page 84: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

68

Klausa 35:

Ku Bapak

Bupati

Kami male ngune urang gayo ni simubudi

pekerja

Kepada Bapak

Bupati

Kami ingin bertanya orang gayo si berbudi

perkerti

Sirkumtan:

Penyerta

Partisipan I:

sayer

Proses: verbal Partisipan II:

perkataan

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana

kami selaku partisipan I jenis sayer mengucapkan syair urang gayo ni simubudi

pekerja yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis perkataan. Klausa ini

memiliki satu partisipan yang wajib hadir yaitu kami. Ketidakhadiran partisipan

kami misalnya tentu akan membuat makna klausa itu menjadi tidak jelas. Artinya,

bahwa teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menggunakan alat ucap

manusia. Klausa ini juga menunjukkan ada sirkumtan jenis penyerta yaitu Bapak

Bupati.

Klausa 36:

Ku Bapak

Bupati

Kami pe male ngune

Kepada Bapak

Bupati

Kami juga ingin

bertanya

Sirkumtan:

penyerta

Partisipan I:

Sayer

Proses: verbal

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana

kami selaku partisipan I jenis sayer mengucapkan kata-kata pe male ngune yang

ditujukan kepada Ku Bapak Bupati selaku sirkumstan kategori penyerta. Klausa

ini memiliki satu partisipan yang wajib hadir yaitu kami. Ketidakhadiran

Universitas Sumatera Utara

Page 85: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

69

partisipan kami misalnya tentu akan membuat makna klausa itu menjadi tidak

jelas. Artinya, bahwa teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menggunakan

alat ucap manusia. Klausa ini juga menunjukkan ada sirkumtan jenis penyerta

yaitu Bapak Bupati.

Klausa 41:

Inee... kuliah ni perlik-perlok

Ibuu... kuliah ini Susah

Partisipan I:

Reaktor

Proses:

reaksional

Partisipan II:

Fenomenon

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai reaksional, dimana

klausa kuliah ni = kuliah ini adalah proses yang memberikan reaksi yang

dilakukan oleh partisipan Inee.. = Ibu.. yang dikategorikan sebagai partisipan I

jenis reaktor yang lebih ditegaskan oleh partisipan perlik-perlok = Susah yang

berupa kata sifat yang menggambarkan kondisi atau fenomena yang

dikategorikan sebagai partisipan II jenis fenomenon.

Klausa 42:

Adoh... oh

adoh

kune Die

Aduh oh aduh bagaimana Ini

Partisipan II:

Perkataan

Proses:

verbal

Partisipan I:

sayer

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana

Die = Ini selaku partisipan I jenis sayer mengucapkan kata-kata Adoh ... oh adoh

= Aduh oh aduh yang merupakan partisipan II jenis perkataan. Klausa ini

Universitas Sumatera Utara

Page 86: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

70

memiliki satu partisipan yang tidak jelas hadir yaitu Die. Ketidakhadiran

partisipan sayer membuat makna klausa itu menjadi tidak jelas. Artinya, bahwa

teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menggunakan alat ucap manusia

namun siapa yang mengucapkan tidak jelas.

Klausa 43:

Ine... oh ine Mokot di nge denem

Ibu... oh ibu Lama sudah rindu

Partisipan I :

Sayer

Partisipan

II:

Fenomenon

Proses: mental

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai mental, dimana klausa di

nge denem= sudah rindu ini adalah proses yang menggambarkan perasaan

partisipan I selaku senser yaitu Ine ... oh ine. Klausa ini menunjukkan adanya

partisipan II yaitu mokot = lama yang dikategorikan sebagai jenis fenomenon.

Klausa 44:

Gere pernah Mudemu

Tidak pernah Bertemu

Proses: verbal

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana

kata-kata Gere pernah Mudemu = Tidak pernah bertemu adalah proses berupa

ujaran. Namun pada syair lagu ini tidak jelas ditemukan partisipan. Artinya syair

lagu ini tidak jelas maknanya jika tidak melihat konteksnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 87: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

71

Klausa 52:

Lagu senep ni Nasib gere pernah mukembali

Seperti sedih

Sekali

nasib, tidak pernah kembali

Partisipan I:

Senser

Partisipan

II:

fenomenon

Proses: mental

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai mental, dimana frasa gere

pernah mukembali = tidak pernah kembali adalah proses yang berwujud perasaan

yang dirasakan oleh partisipan Lagu senep ni = seperti sedih sekali yang

dikategorikan sebagai partisipan I jenis senser. Partisipan II adalah Nasib = nasib

yang merupakan partisipan jenis fenomenon.

Klausa 53:

Entah-entah Renye

Ayuk.. ayuk Cepat

Proses: verbal Sirkumtan:

penyerta

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana

kata-kata Entah ... entah = Ayuk... ayuk adalah proses berupa ujaran mengajak

oleh partisipan yang tidak jelas terlihat. Namun pada syair lagu ini ditemukan

sirkumtan jenis penyerta yaitu renye = cepat yang menunjukkan keterangan untuk

segera melakukan sesuatu.

Klausa 54:

Ukir ni tape lagu telas gere tetuh ni relas

Ukiran tepak ini tidak nampak seperti jatuhnya tanah longsor

Universitas Sumatera Utara

Page 88: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

72

Partisipan I:

Senser

Proses: mental Partisipan II: fenomena

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai mental, dimana frasa

telas gere = tidak nampak adalah proses yang berwujud perasaan atau kondisi

partisipan yang dikategorikan sebagai partisipan I jenis senser. Partisipan II

adalah tetuh ni relas = seperti jatuhnya tanah longsor yang merupakan partisipan

jenis fenomenon.

Klausa 55:

Ukir ni tape

lagu

telas gere tetuh ni relas i langit

Ukiran tepak

ini

tidak

nampak

seperti jatuhnya tanah

longsor

di langit

Partisipan I:

Senser

Proses:

mental

Partisipan II: fenomena Sirkumtan:

lokasi

Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai mental, dimana frasa

telas gere = tidak nampak adalah proses yang berwujud perasaan atau kondisi

partisipan Ukir ni tape lagu = ukiran tepak ini yang dikategorikan sebagai

partisipan I jenis senser. Partisipan II adalah tetuh ni relas = seperti jatuhnya

tanah longsor yang merupakan partisipan jenis fenomenon. Pada syair lagu ini

ditemukan adanya sirkumtan jenis lokasi yang menunjukkan posisi jatuhnya tanah

longsor.

4.1.1.2 Komponen Interaksional

Komponen interaksional pada teks visual yang dilantunkan mengiringi tari

Saman Gayo Lues yang dikaji berdasarkan teori Kress & Leeuwen terdiri dari

kontak: demand (permintaan) dan offer (penawaran), jarak: intimate (personal),

Universitas Sumatera Utara

Page 89: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

73

equality (sosial) dan impersonal, sudut pandang: involvement (sudut frontal),

detachment (sudut miring), viewer power (kekuatan pandangan) dan represented

participant power (kelemahan pandangan) dan modalitas (saturasi warna,

keberagaman warna, perubahan warna, kontekstualisasi, abstraksi, kedalaman,

penerangan dan kecerahan). Lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 4.2 : Komponen Interaksional pada Teks Tari Saman Gayo Lues

No. Komponen

Interaksional Jumlah Presentasi

Kontak

Image art:

1. Penawaran (offer) 16 48,48

2. Permintaan (demand) 7 21,21

Total 33 100

Gaze:

1. Langsung (direct) 2 50

2. Tidak langsung (indirect) 2 50

Total 4 100

Jarak Sosial

1. Personal (intimate) 3 18,75

2. Sosial (social) 13 81,28

3. Umum (impersonal) - -

Total 16 100

Sudut pandang

1. Sudut frontal - -

2. Sudut miring - -

3. Kekuatan pandangan 9 56,25

4. Kelemahan pandangan 7 43,75

Total 16 100

Modalitas Tinggi Rendah

1. Saturasi warna √

2. Keberagaman warna √

3. Perubahan warna √

4. Kontekstualisasi √

5. Representasi √

6. Kedalaman √

7. Penerangan √

8. Kecerahan √ √

Komponen interaksional dari aspek kontak image art yang ditemukan

pada teks visual tari Saman Gayo Lues, terdiri dari permintaan 21,21% dan

Universitas Sumatera Utara

Page 90: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

74

penawaran 48,48%. Temuan ini memberi arti bahwa interaksi langsung antara

partisipan kepada khalayak lebih banyak khalayak/penonton yang menyaksikan

partisipan. Partisipan dalam hal ini yaitu penari Saman. Komponen interaksional

dari aspek kontak gaze yang ditemukan pada teks visual tari Saman Gayo Lues,

terdiri dari langsung (direct) 50% dan tidak langsung (indirect) 50%.

Komponen interaksional dari aspek jarak sosial yang ditemukan pada teks

visual tari Saman Gayo Lues, terdiri dari tampilan personal 18,75%, sosial dan

equality 81,25% dan tampilan umum tidak ditemukan pada gambar. Komponen

interaksional dari aspek sudut pandang yang ditemukan pada teks visual tari

Saman Gayo Lues, terdiri dari kekuatan pandangan 56,25% dan kelemahan

pandangan 43,75%. Komponen interaksional dari aspek sudut frontal dan sudut

miring tidak ada ditemukan. Komponen interaksional dari aspek modalitas yang

ditemukan pada teks visual tari Saman Gayo Lues adalah modalitas tinggi, dari

saturasi warna, keragaman warna, perubahan warna, kontekstualisasi,

representasi, kedalaman, penerangan dan kecerahan. Namun modalitas rendah

lebih juga ditemukan pada kecerahan warna.

Berikut ini contoh dan analisis hasil komponen interaksional. Contoh

dibatasi pada 16 visual (visual 1, 2, 5, 6, 9, 11, 16, 20, 31, 34, 36, 38, 39, 46, 47

dan 48) yang dianggap telah mewakili keseluruhan gambar. Alasan pengambilan

hanya 16 visual karena ada gambar yang mirip.

Universitas Sumatera Utara

Page 91: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

75

Visual 1

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa permintaan (demand) dan penawaran (offer). Beberapa penari terlihat

melakukan kontak mata menatap kepada penonton tetapi tidak langsung

(indirect). Gerakan ini merupakan tarian pembuka. Penonton menunjukkan

demand menatap penari langsung (direct), juga partisipan yang lain seperti

beberapa photografer bertindak sebagai penawaran (offer). Pola penggambaran

partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian adanya kuasa atas diri

sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang ada pada gambar.

Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang dekat dengan

khalayak (Intimate). Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna

kuning pada dinding dan warna kuning keemasan pada pakaian penari. Modalitas

m

o

d

a

l

i

t

a

s

langsung

(direct)

Permintaan

(demand)

Penawaran

(offer) Kekuatan Pandangan

(Viewer power)

Tidak

Langsung

(indirect)

Universitas Sumatera Utara

Page 92: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

76

warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di dinding belakang penari.

Modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas

panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena representasi detail,

modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan

tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan

tinggi.

Visual 2

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contcat)

berupa penawaran (offer). Penari terlihat melakukan gerakan menunduk

bersimpuh. Tidak ada kontak mata dengan penonton. Beberapa penonton

menunjukkan permintaan (demand) menatap penari langsung (direct). Pola

penggambaran partisipan dalam bentuk represented viewer power memberi

pengertian adanya penonton yang tidak menatap kepada penari yang sedang

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Penawaran

(offer) Represented viewer power

Universitas Sumatera Utara

Page 93: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

77

melakukan tarian. Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang

jauh dari penonton maupun penari (sosial). Modalitas warna tinggi pada gambar,

yaitu didominasi warna kuning pada dinding. Modalitas warna tinggi yaitu warna

beragam pada tulisan Saman di dinding belakang penari. Modalitas konteks tinggi

pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas

representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena

perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan

modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

Visual 5

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Penawaran

(Offer) Langsung

(direct)

Tidak langsung

(Indirect)

Kekuatan pandangan

(Viewer power) Permintaan

(demand)

Universitas Sumatera Utara

Page 94: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

78

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa permintaan (demand) dan penawaran (offer). Penari terlihat melakukan

gerakan duduk dengan tatapan ke arah penonton ada yang menatap langsung

(direct) dan tidak (indirect). Beberapa penari menunjukkan demand menatap

penonton (direct). Pola penggambaran partisipan dalam bentuk viewer power

memberi pengertian adanya penonton yang menatap kuat kepada para penari yang

sedang melakukan tarian. Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar

yang jauh dari penonton maupun penari (sosial). Modalitas warna tinggi pada

gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada

pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman

di dinding belakang penari. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks

detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena

representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas.

Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi

karena tingkat kecerahan tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

79

Visual 6

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa penawaran (offer). Penari terlihat melakukan gerakan berdiri dengan

bertumpu pada kedua lutut dan kepala menunduk serta tangan di pangkuan tanpa

ada tatapan ke arah penonton. Pola penggambaran partisipan dalam bentuk viewer

power memberi pengertian adanya penonton yang menatap kuat kepada para

penari yang sedang melakukan tarian. Kemudian dapat dilihat dari cara

pengambilan gambar yang jauh dari penonton maupun penari (sosial). Modalitas

warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan

warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna

beragam pada tulisan Saman di dinding belakang penari. Modalitas konteks tinggi

pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Penawaran

(Offer)

Kekuatan pandangan

(Viewer power)

Universitas Sumatera Utara

Page 96: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

80

representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena

perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan

modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

Visual 9

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa permintaan (demand) dan penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi

bertekuk lutut dengan tangan kiri seragam mendekap dada dan kepala mengarah

ke kiri penari. Terlihat ada penawaran (offer) dari penonton ke arah penari

memberi pengertian adanya penonton yang menatap kuat kepada para penari yang

sedang melakukan tarian (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara

pengambilan gambar yang dekat (intimate). Modalitas warna tinggi pada gambar,

yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada pakaian

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Kekuatan pandangan

(Viewer power) Permintaan

(demand)

Penawaran

(offer)

Dekat

(intimate)

Universitas Sumatera Utara

Page 97: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

81

penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di

dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks

tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.

Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman

tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya

dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

Visual 11

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa permintaan (demand) dan penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi

duduk bertumpu pada lutut dengan gaya penari berselang-seling duduk

membungkuk bergantian. Terlihat ada penawaran (offer) dari penonton ke arah

penari memberi pengertian adanya penonton yang menatap kuat kepada para

penari yang sedang melakukan tarian (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Kekuatan pandangan

(Viewer power) Dekat

(intimate)

Permintaan

(demand)

Penawaran

(offer)

Universitas Sumatera Utara

Page 98: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

82

cara pengambilan gambar yang dekat (intimate). Modalitas warna tinggi pada

gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada

pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman

di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks

tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.

Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman

tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya

dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.

Visual 16

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi berdiri bertumpu pada lutut

dengan gaya penari berselang-seling duduk membungkuk dan menoleh ke arah

kiri bergantian. Terlihat ada tatapan dari penonton ke arah penari memberi

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Penawaran

(offer)

Kekuatan pandangan

(Viewer power)

Universitas Sumatera Utara

Page 99: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

83

pengertian adanya penonton yang menatap kuat kepada para penari yang sedang

melakukan tarian (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan

gambar yang jauh (sosial). Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi

warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas

warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di dinding yang menjadi

latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena

konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena

representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas.

Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi

karena tingkat kecerahan tinggi.

Visual 20

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Permintaan

(demand)

Kekuatan pandangan

(Viewer power) Penawaran

(Offer)

Universitas Sumatera Utara

Page 100: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

84

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa permintaan (demand) dan penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi

duduk dengan tangan kanan terbuka di atas paha kanan dan tangan kiri seragam

mendekap dada ke arah kanan penari dan kepala mengarah ke arah penonton.

Terlihat ada penawaran (offer) dari penonton ke arah penari memberi pengertian

adanya penonton yang menatap kuat kepada para penari yang sedang melakukan

tarian (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang

jarak (sosial). Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna

kuning pada dinding dan warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas warna

tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di dinding yang menjadi latar

belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena

konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena

representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas.

Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi

karena tingkat kecerahan rendah karena gambar terlihat agak kabur.

Universitas Sumatera Utara

Page 101: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

85

Visual 31

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi duduk dengan tangan kiri

terletak tertutup di atas paha kanan dan tangan kiri seragam mendekap dada ke

arah kiri penari dan kepala setengah menduduk mengarah ke bawah/lantai.

Terlihat ada penawaran (offer) dari penonton ke arah penari memberi pengertian

adanya penonton yang menatap kuat kepada para penari yang sedang melakukan

tarian (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang

jarak (sosial). Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna

kuning pada dinding dan warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas warna

tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di dinding yang menjadi latar

belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena

konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Penawaran

(Offer)

Kekuatan Pandangan

(Viewer power)

Universitas Sumatera Utara

Page 102: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

86

representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas.

Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi

karena tingkat kecerahan rendah karena gambar terlihat kurang cerah.

Visual 34

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi duduk dengan badan

membungkuk dan kedua tangan bertepuk berulang sedangkan kepala setengah

miring ke kiri dan ke kanan. Terlihat ada penawaran (offer) dari penonton ke arah

penari namun ada juga penonton yang menatap tidak fokus kepada para penari

yang sedang melakukan tarian (represented participant viewer). Kemudian dapat

dilihat dari cara pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas

warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan

warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Represented participant viewer Personal dan sosial Penawaran (Offer)

Universitas Sumatera Utara

Page 103: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

87

beragam pada tulisan Saman di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari

tampil. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas

panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena representasi detail,

modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan

tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan

rendah karena gambar terlihat kurang cerah.

Visual 36

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa penawaran (offer) dan permintaan (demand). Penari terlihat dalam posisi

duduk dengan badan tegak dan kedua tangan bertepuk berulang. Terlihat ada

penawaran (offer) dari penonton ke arah penari dan ada permintaan (demand) dari

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Permintaan

(Demand)

Penawaran

(Offer) Represented participant viewer

Universitas Sumatera Utara

Page 104: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

88

penari ke arah penonton. Ada penonton yang menatap tidak fokus kepada para

penari yang sedang melakukan tarian (represented participant viewer). Kemudian

dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial.

Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding

dan warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna

beragam pada tulisan Saman di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari

tampil. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas

panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena representasi detail,

modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan

tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan

rendah karena gambar terlihat kurang cerah.

Universitas Sumatera Utara

Page 105: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

89

Visual 38

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi duduk dengan badan

menunduk dan kepala menoleh ke kiri dan ke kanan berselang seling antar penari.

Ada penonton yang menatap tidak fokus kepada para penari yang sedang

melakukan tarian (represented participant viewer). Kemudian dapat dilihat dari

cara pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas warna tinggi

pada gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan

pada pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan

Saman di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas

konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.

Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Penawaran

(Offer) Represented participant viewer

Universitas Sumatera Utara

Page 106: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

90

tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya

dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan rendah karena gambar

terlihat kurang cerah.

Visual 39

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi duduk dengan badan

menunduk dan kepala menoleh ke kiri dan ke kanan berselang seling antar penari.

Ada penonton yang tidak menatap kepada para penari yang sedang melakukan

tarian (represented participant viewer). Kemudian dapat dilihat dari cara

pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas warna tinggi pada

gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada

pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Represented participant viewer Penawaran

(Offer)

Universitas Sumatera Utara

Page 107: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

91

di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks

tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.

Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman

tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya

dan modalitas kecerahan rendah karena gambar terlihat kurang cerah.

Visual 46

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa penawaran (offer) dan permintaan (demand). Penari terlihat dalam posisi

beragam, berdiri tegak, berdiri membungkuk dan duduk membungkuk sembari

tangan bertepuk. Penari yang berdiri tegak terlihat menatap ke arah penonton,

semantara penonton ada yang tidak menatap kepada para penari yang sedang

melakukan tarian (represented participant viewer). Kemudian dapat dilihat dari

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Permintaan (Demand) Penawaran(offer) Represented participant viewer

Universitas Sumatera Utara

Page 108: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

92

cara pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas warna tinggi

pada gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan

pada pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan

Saman di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas

konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.

Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman

tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan rendah karena kurang

bercahaya dan modalitas kecerahan rendah karena gambar terlihat kurang cerah.

Visual 47

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Penawaran

(Offer) Kekuatan pandangan

(Viewer power)

Universitas Sumatera Utara

Page 109: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

93

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa penawaran (offer). Masing-masing penari terlihat dalam posisi berdiri

membungkuk ke arah penonton dengan kedua tangan tertangkup tanda memberi

salam bahwa tarian sudah berakhir. Penonton rata-rata memberi tatapan lekat

kepada penari (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan

gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu

didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada pakaian penari.

Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di dinding yang

menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks tinggi pada

gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas

representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena

perspektif yang jelas. Modalitas penerangan rendah karena kurang bercahaya dan

modalitas kecerahan rendah karena gambar terlihat kurang cerah.

Universitas Sumatera Utara

Page 110: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

94

Visual 48

Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)

berupa penawaran (offer). Penonton cenderung memberikan penawaran (offer)

berkenaan dengan posisi penari yang yang berjalan berbaris keluar dari panggung

satu persatu tanda pertunjukan tarian telah usai. Penonton rata-rata memberi

tatapan lekat kepada penari (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara

pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas warna tinggi pada

gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada

pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman

di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks

tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.

m

o

d

a

l

i

t

a

s

Penawaran

(Offer)

Kekuatan Pandangan

(Viewer power)

Universitas Sumatera Utara

Page 111: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

95

Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman

tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya

dan modalitas kecerahan tinggi karena gambar terlihat cerah.

4.1.1.3 Komponen Komposisional

Komponen komposisional terdiri dari nilai informasi, tonjolan dan bingkai

yang ditemukan pada teks visual tari Saman Gayo Lues. Lebih jelasnya

sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 4.3 : Komponen Komposisional pada Teks Visual Tari Saman Gayo

Lues

No. Komponen Komposisional Jumlah Presentasi (%)

Nilai Informasi

1. Nilai Informasi (Centred) 11 68,75

2. Kiri (Given) - -

3. Kanan (New) 5 31,25

Total 16 100

Tonjolan

Kontras dalam warna adalah tulisan

„Saman‟ dan deretan pakaian penari

16 100

Total 16 100

Bingkai

Gambar atau garis yang memberi tanda

bagian atau bukan bagian dari gambar 16 100

Total 16 100

Komponen komposisional dari aspek nilai infomasi yang ditemukan pada

teks visual tari Saman Gayo Lues terdiri dari atas nilai informasi (centred)

68,75%, nilai informasi di sebelah kiri (given) tidak ditemukan pada gambar, dan

nilai informasi di sebelah kanan (new) 31,25. Komponen komposisional dari

aspek tonjolan yang ditemukan pada teks visual tari Saman Gayo Lues adalah

tulisan „Saman‟ dan pakaian penari yang seragam dan mengandung warna

keemasan dipadukan dengan warna hitam.

Universitas Sumatera Utara

Page 112: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

96

Komponen komposisional dari aspek bingkai (framing) yang ditemukan

pada teks visual tari Saman Gayo Lues adalah apa saja yang memberi tanda

bahwa sesuatu itu merupakan bagian atau bukan bagian dari gambar. Misalnya

ketika tarian sedang berlangsung kemudian seseorang lewat di sekitar acara yang

tertangkap oleh kamera. Berikut ini contoh dan analisis hasil komponen

komposisional yang terdiri atas nilai informasi, tonjolan dan bingkai yang

ditemukan pada teks tari Saman Gayo Lues.

Visual 1

Tonjolan

(salience)

Nilai informasi

(centred)

Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 113: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

97

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi tulisan dan penari

sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam gambar,

kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan Saman dengan

warna yang kontras terdiri dari beragam warna dan bingkai (framing) yang ada

pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

Visual 2

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi tulisan dan penari

sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam gambar,

kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan Saman dengan

Nilai informasi

(centred)

Tonjolan

(salience)

Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 114: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

98

warna yang kontras terdiri dari beragam warna dan bingkai (framing) yang ada

pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

Visual 5

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi tulisan dan penari

sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam gambar,

kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan “Saman”

dengan warna yang kontras dan bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas

menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

Nilai informasi

(centred)

Tonjolan

(salience) Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 115: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

99

Visual 6

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di

tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam

gambar, kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan

“Saman” dengan warna yang kontras dan deretan penari dengan warna keemasan

dan bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian

dari gambar tersebut.

Tonjolan

(salience)

Nilai informasi

(centred) Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 116: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

100

Visual 9

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di

tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam

gambar, kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan

“Saman” dengan warna yang kontras dan deretan penari dengan warna keemasan

dan bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian

dari gambar tersebut.

Nilai informasi

(centred) Tonjolan

(salience)

Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 117: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

101

Visual 11

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di

tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) atau pusat yang diletakkan di

tengah dalam gambar, kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah

tulisan “Saman” dengan warna yang kontras dan bingkai (framing) yang ada pada

gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

Nilai informasi

(centred)

Tonjolan

(salience)

Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 118: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

102

Visual 16

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di

tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam

gambar, kemudian tonjolan (salience) juga ada pada deretan penari sedangkan

bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari

gambar tersebut.

Nilai informasi

(centred)

Bingkai

(framing)

Tonjolan

(salience)

Universitas Sumatera Utara

Page 119: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

103

Visual 20

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di

tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam

gambar, kemudian tonjolan (salience) ada pada tulisan Saman yang tertulis pada

latar belakang panggung sedangkan bingkai (framing) yang ada pada gambar di

atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

Nilai informasi

(centred)

Tonjolan

(salience) Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 120: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

104

Visual 31

Komponen metafungsi dari aspek komposisional dinyatakan dengan

komposisi tulisan Saman di tengah pada latar panggung sebagai nilai informasi

(centred), kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan

“Saman” juga dengan warna yang kontras dan bingkai (framing) yang ada pada

gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

Nilai informasi

(centred) Tonjolan

(salience)

Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 121: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

105

Visual 34

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di

tengah bawah pada latar panggung sebagai nilai informasi (centred), kemudian

tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan “Saman” juga dengan

warna yang kontras. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas

menunjukkan ada yang merupakan bagian dan bukan bagian dari gambar tersebut.

Framing yang bagian dari gambar adalah gambar papan slide sedangkan framing

yang bukan bagian dari gambar adalah onitor hp yang dipegang penonton.

Nilai informasi/kanan (new) Tonjolan

(salience)

Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 122: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

106

Visual 36

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di

tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam

gambar, kemudian tonjolan (salience) ada pada tulisan Saman yang tertulis pada

latar belakang panggung. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas

menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

Nilai informasi/kanan (new) Tonjolan

(salience)

Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 123: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

107

Visual 38

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi tulisan Saman di

tengah atas sebagai nilai informasi (centred), kemudian tonjolan (salience) juga

pada tulisan Saman yang tertulis pada latar belakang panggung. Bingkai (framing)

yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

Nilai informasi/kanan (new) Tonjolan

(salience)

Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 124: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

108

Visual 39

Komponen metafungsi dari aspek komposisional dinyatakan dengan

komposisi deretan penari di tengah bawah sebagai nilai informasi (centred),

kemudian tonjolan (salience) ada pada tulisan Saman yang tertulis pada latar

belakang panggung. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas

menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

Nilai informasi/kanan (new) Tonjolan

(salience)

Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 125: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

109

Visual 46

Komponen metafungsi dari aspek komposisional dinyatakan dengan

komposisi deretan penari di tengah dengan posisi penari berdiri, menunduk

setengah berdiri dan duduk menunduk berselang seling sebagai nilai informasi

(centred). Tonjolan (salience) adalah tulisan Saman yang tertulis pada latar

belakang panggung. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas

menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

Tonjolan

(salience)

Nilai informasi/kanan (new) Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 126: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

110

Visual 47

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di

tengah dengan posisi berdiri membungkuk serempak sebagai nilai informasi

(centred). Tonjolan (salience) adalah tulisan Saman yang tertulis pada latar

belakang panggung. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas

menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

Nilai informasi

(centred)

Tonjolan

(salience)

Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 127: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

111

Visual 48

Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi barisan penari

yang berjalan ke luar panggung sebagai tanda tarian sudah usai sebagai nilai

informasi (centred). Tonjolan (salience) adalah tulisan Saman yang tertulis pada

latar belakang panggung. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas

menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.

4.1.2 Hubungan Intersemiotik Teks Verbal dan Visual dalam Tari Saman

Gayo Lues

Dalam hal tatabahasa visual juga menciptakan suatu jarak pengaturan

komposisi yang berbeda untuk merealisasikan fungsi tekstual yang berbeda pula.

Nilai informasi

(centred)

Tonjolan

(salience) Bingkai

(framing)

Universitas Sumatera Utara

Page 128: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

112

Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks visual memiliki hubungan-

hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna. Hubungan-hubungan ini

dapat diketahui melalui adaya keterkaitan antara komponen metafungsi dalam teks

verbal dan teks visual. Komponen tekstual pada metafungsi teks multimodal

berkaitan tentang komposisi (Kress dan van Leeuwen, 2006:177).

Sebuah teks multimodal disusun oleh lebih dari satu sumber semiotik.

Sumber semiotik dalam penelitian ini adalah tanda verbal dan tanda visual yang

diwujudkan dalam bentuk teks multimodal tarian Saman. Kedua model teks ini

memiliki keterkaitan satu dengan yang lain dalam menciptakan makna. Hal ini

diwujudkan melalui hubungan-hubungan yang saling menjelaskan, melengkapi,

dan hubungan sebab akibat. Hubungan inter-semiotik logis antara teks verbal dan

teks visual dalam menyampaikan makna dalam teks multimodal tarian Saman

menunjukkan bahwa teks verbal yang berwujud tanda-tanda verbal tidak

selamanya dapat berdiri sendiri dalam menciptakan makna sehingga

membutuhkan teks visual, seperti pada teks multimodal tarian Saman.

1. Hubungan pengulangan (repeating)

Hubungan pengulangan (repeating) yaitu teks verbal dan visual berkali-

kali diulang (temporal/time). Teks verbal “mmmm...Laila Allah ahu la”,

“Sare...Laila Allah ahu lahoya”, “Eee..segertak ama ine rakan sebet bewene

kami”, „Taring ni sekulah, kuliah i ranto ni jema”, “Senang-senang susah

mupisah urum ine ama”, “Ine oh ine mokot di nge denem” dan “adoh oh adoh

kune die” berulang-ulang diucapkan begitu juga dengan visual yang berulang-

ulang juga, kemudian teks verbal di atas merupakan proses action yang

menyangkut kegiatan fisik sama halnya dalam visual memperlihatkan kegiatan

Universitas Sumatera Utara

Page 129: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

113

fisik seperti gerakan duduk, setengah berdiri, berdiri dan mengayunkan tangan

dan bertepuk. Hubungan repeating ini menyampaikan makna dan memberi

penegasan dari teks verbal dan visual bahwa pertunjukan ini adalah tarian Saman.

Selain itu, dengan hubungan reapeting ini menunjukkan bahwa teks verbal dan

visual ini mengungkapkan bahwa teks verbal digunakan untuk mengiringi gerakan

para penari pada tarian saman.

Contoh:

Teks Verbal Teks Visual

Taring ni sekulah, kuliah i

ranto ni jema

Visual 12:

2. Hubungan Perbandingan (Comparative)

Hubungan perbandingan (comparative), yaitu hubungan perbandingan

antara teks verbal dan visual pada tingkatan umum dan abstraksi. Teks syair lagu

pengiring tarian Saman ini memiliki satu teks yang berhubungan dengan

perbandingan, yaitu mmmm...Laila Allah ahu la (mmm…tiada Tuhan selain

Allah) dijelaskan melalui proses verbal memiliki perbandingan umum bahwa

tiada yang layak disembah selain Allah ditandai dengan petanda katupan kedua

Universitas Sumatera Utara

Page 130: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

114

tangan penari yang mengarah ke atas sebagaimana diperlihatkan pada teks visual.

Artinya hubungan ini adalah hubungan perbandingan umum dimana makna yang

ingin disampaikan teks verbal dan visual ini adalah keberadaan manusia tidak

lepas dari adanya Allah sebagai Sang Pencipta.

Contoh:

Teks Verbal Teks Visual

mmmm...Laila Allah ahu la

Visual 8:

3. Hubungan Penambahan (Additive)

Hubungan penambahan (additive) dalam teks verbal dan visual pada teks

multimodal tarian Saman terdiri atas Assalamu‟alaikum ku Bapak Bupati, Salam

ni kami ine, salam ni ken ko, salam sejahtera ken bewene, Assalamualaikum kami

sawahen ku sebet rakan, Segertak kami ni rakan sabe bewene, Senang-senang

susah mupisah urum ine ama dan Ine oh ine mokot di nge denem. Hubungan ini

menunjukkan bahwa teks verbal dan teks visual saling melengkapi dalam

menyampaikan makna. Artinya dalam hubungan ini, teks verbal menyampaikan

Universitas Sumatera Utara

Page 131: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

115

makna melalui partisipan dan proses yang kemudian dilengkapi oleh visual

melalui gambar sehingga makna dapat dimengerti.

Teks verbal Assalamu‟alaikum ku Bapak Bupati, Assalamualaikum kami

sawahen ku sebet rakan, ine ama bewene rata, Salam ni kami ine, salam ni ken

ko, salam sejahtera ken bewene, Assalamualaikum kami sawahen ku sebet rakan

disampaikan dengan partisipan berupa action yang kemudian dilengkapi oleh

visual dengan gambar penari yang menangkupkan kedua tangan sebagai wujud

menyatakan salam. Kemudian teks verbal Segertak kami ni rakan sabe bewene

menyampaikan makna dengan proses yang dilengkapi dengan visual. Artinya

dengan teks verbal Segertak kami ni rakan sabe bewene diperlihatkan pada visual

gambar para penari selaku partisipan melakukan gerakan tubuh, tangan, kepala

dan kaki secara serempak. Teks Senang-senang susah mupisah urum ine ama dan

teks Ine oh ine mokot di nge denem menyampaikan makna melalui proses

sehingga dapat dimengerti, artinya ketika teks verbal direalisasikan dalam visual

dengan aksi para penari mendekapkan tangan ke dada secara serempak sebagai

ungkapan rasa sedih berpisah dengan ibu dan ayah karena pergi merantau untuk

menuntut ilmu dan didera rindu yang mendalam. Sehingga ketika teks verbal

hadir dengan visual memberi pemahaman makna dari keduanya.

Universitas Sumatera Utara

Page 132: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

116

Contoh:

Teks Verbal Teks Visual

Assalamualaikum kami

sawahen ku sebet rakan

Visual 4:

4. Hubungan Sebab-Akibat) Consequential (sebab akibat)

a. Consequential; consequence dengan efek yang dapat dipastikan dimiliki

teks verbal dan visual.

Teks verbal salam ni ken ko (salam ini untukmu) direpresentasikan oleh

visual dengan efek yang sudah dipastikan yaitu kedua tangan penari

bersedekap menggantung di atas paha dan badan para penari yang

setengah menunduk menghadap kepada penonton.

Universitas Sumatera Utara

Page 133: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

117

Contoh:

Teks Verbal Teks Visual

salam ni ken ko

Visual 4:

Teks verbal salam sejahtera ken bewene (salam sejahtera untuk semua)

yang direpresentasikan oleh visual dengan efek yang sudah dipastikan yaitu kedua

tangan penari bersedekap di atas paha dan badan para penari yang menunduk

menghadap kepada penonton.

4.2 Pembahasan

Pembahasan terhadap hasil penelitian dan analisis hasil penelitian tentang

aspek multimodal yang terkandung dalam teks verbal syair yang dilantunkan

mengiringi tari Saman Gayo Lues mencakup komponen representational,

komponen interaksional, komponen komposisional dan hubungan metafungsi

aspek verbal dan non-verbal disajikan berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 134: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

118

Aspek komponen representasional untuk proses paling banyak ditemukan

proses verbal. Hal ini dikarenakan jenis kalimat syair tari Saman Gayo Lues lebih

merupakan kalimat yang menyatakan informasi. Sebagaimana menurut Eggins

(1994:254) bahwa proses verbal adalah proses yang menyatakan informasi

misalnya berkata dan meminta. Proses yang paling sedikit digunakan adalah

proses tindakan. Hal ini dikarenakan jenis kalimat syair tari Saman Gayo Lues

lebih banyak merupakan ujaran yang bersifat menginformasikan bukan tindakan.

Aspek komponen representasional untuk partisipan I paling banyak

ditemukan partisipan gol dan sayer. Hal ini dikarenakan jenis proses yang diikuti

oleh partisipan selaku nomina yang melakukan proses adalah proses verbal. Untuk

partisipan II yang paling banyak ditemukan adalah fenomenon dan perkataan. Hal

ini dikarenakan proses verbal diikuti oleh partisipan I yang merupakan pelaku

yang mengungkapkan atau memberitahukan sesuatu informasi yang tentunya

mengarah pada sasaran dari proses verbal itu sendiri yaitu partisipan II.

Aspek komponen representasional untuk sirkumstan paling banyak

ditemukan lokasi dan penyerta serta tidak ditemukan sirkumtan jenis alat. Hal ini

dikarenakan jenis kalimat pada teks ada menunjukkan lokasi berkaitan dengan

tempat proses terjadi. Sebagaimana menurut Kress dan van Leeuwen (2006:72)

bahwa sirkumtan pada metafungsi visual termasuk lokasi yang berkaitan dengan

tempat proses itu terjadi dan penyerta berkaitan dengan proses di mana dua benda

wujud dapat disatukan sebagai dua unsur.

Teks multimodal tari Saman Gayo Lues yang ditemukan dari aspek

komponen interaksional untuk kontak jenis image art lebih banyak berupa

penawaran (offer). Temuan ini memberi arti bahwa interaksi langsung antara

Universitas Sumatera Utara

Page 135: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

119

partisipan kepada khalayak lebih banyak khalayak/penonton yang menyaksikan

partisipan. Sebagaimana menurut Kress dan van Leeuwen (2006:160) bahwa

penawaran (offer) adalah adanya pandangan penyaksi dalam hal ini adalah

pandangan penonton ke arah para penari Saman. Untuk kontak gaze yang paling

banyak adalah tidak langsung (indirect) yang artinya tatapan dari partisipan paling

banyak tidak langsung.

Komponen interaksional dari aspek jarak sosial yang ditemukan pada teks

visual Tari Saman Gayo Lues paling banyak tampilan personal. Dari aspek sudut

pandang yang paling banyak ditemukan kekuatan pandangan. Dari aspek sudut

frontal dan sudut miring tidak ada ditemukan. Dari aspek modalitas adalah

modalitas tinggi, dari saturasi warna, keragaman warna, perubahan warna,

kontekstualisasi, representasi, kedalaman, penerangan dan kecerahan. Namun

modalitas rendah lebih ditemukan pada kecerahan warna, hal ini dikarenakan

beberapa visual terlihat agak buram, artinya perbedaan warna tingkat terang hitam

dan putih atau abu-abu gelap terlihat pada pakaian penari.

Teks multimodal Tari Saman Gayo Lues yang ditemukan dari aspek

komponen komposisional untuk nilai infomasi paling banyak ditemukan centred

(informasi di pusat) dengan nilai presentasi 68,75% dan nilai informasi kanan

(new) 31,25%, dan tidak ada ditemukan informasi di sebelah kiri. Jika dilihat dari

keenambelas visual bahwa rata-rata memperlihatkan nilai informasi berada di

tengah gambar. Untuk tonjolan paling banyak adalah tulisan „Saman‟ dan pakaian

penari yang seragam dan mengandung warna keemasan dipadukan dengan warna

hitam. Untuk bingkai (framing) yang paling banyak ditemukan adalah apa saja

Universitas Sumatera Utara

Page 136: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

120

yang memberi tanda bahwa sesuatu itu merupakan bagian atau bukan bagian dari

gambar.

Hubungan intersemiotik teks verbal dan visual dalam hal ini teks visual

Tari Saman Gayo Lues yang ditemukan meliputi pengulangan (repeating),

perbandingan (comperative), penambahan (additiv), Sebab-Akibat (consequential)

(consequence dan contingency). Hubungan pengulangan (repeating) ini

menyampaikan makna dan memberi penegasan dari teks verbal dan visual bahwa

pertunjukan ini adalah tarian Saman. Selain itu, dengan hubungan pengulangan

(repeating) ini menunjukkan bahwa teks verbal dan visual ini mengungkapkan

bahwa teks verbal digunakan untuk mengiringi gerakan para penari pada tarian

saman. Sebagaimana menurut Kress dan van Leeuwen (2006:177) bahwa teks

multimodal yang terdiri atas teks verbal dan visual.

Hubungan perbandingan (comparative) terlihat dari teks syair lagu

pengiring tarian Saman memperlihatkan hubungan perbandingan antara teks

verbal yang menyatakan bahwa tiada yang layak disembah selain Allah ditandai

dengan petanda katupan kedua tangan penari yang mengarah ke atas sebagaimana

diperlihatkan pada teks visual. Adanya hubungan perbandingan (comparative) ini

jelas menunjukkan bahwa ada hubungan antara teks verbal dan teks visual pada

teks tari Saman Gayo Lues.

Sebagaimana menurut Liu dan O‟Halloran (2009:24-25) bahwa

perbandingan (comparative) adalah suatu hubungan yang berfungsi untuk

mengorganisasikan makna logis dengan memperhatikan kesamaan antara teks

verbal dan teks visual dalam suatu teks multimodal. Kesamaan dalam hubungan

Universitas Sumatera Utara

Page 137: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

121

ini ditandai dengan adanya perbedaan tingkat keumuman dan abstraksi yang

dimiliki oleh masing-masing komponen metafungsi.

Hubungan penambahan (additive) ditemukan pada teks tarian Saman Gayo

Lues yang tampak dari teks verbal dan teks visual yang saling melengkapi dalam

menyampaikan makna. Sebagaimana terlihat pada teks verbal tercantum makna

melalui tampilan partisipan dan proses yang dilakukan partisipan yang kemudian

dilengkapi oleh visual melalui gambar sehingga makna dapat dimengerti.

Sebagaimana menurut Liu dan O‟Halloran (2009:24-25) bahwa dalam sebuah teks

multimodal, makna dari dua model teks yang berbeda dapat digabungkan.

Hubungan Sebab-akibat (consequential) ditemukan pada teks tarian

Saman Gayo Lues yang tampak dari representasi teks verbal berupa ujaran

memberi salam kepada penonton ditunjukkan teks visual yaitu kedua tangan

penari bersedekap di atas paha dan badan para penari yang menunduk menghadap

ke(pada penonton. Dalam hal ini teks verbal dapat memberikan informasi

terhadap teks visual atau sebaliknya, teks visual yang memberikan informasi

terhadap teks verbal. Sebagaimana menurut Liu Y dan O‟Halloran (2009: 27-30)

bahwa hubungan consequential dalam suatu teks multimodal ditandai dengan

adanya suatu hubungan kausal dengan efek yang sudah dapat dipastikan

(consequential) dan hubungan yang mengacu pada efek yang tidak pasti

(contingency).

Universitas Sumatera Utara

Page 138: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

122

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat simpulan dan saran. Simpulan berisi temuan pokok

sebagai jawaban terhadap masalah penelitian yang diajukan pada Bab

Pendahuluan. Saran terkait erat dengan temuan penelitian yang ditujukan pada

penelitian lanjutan tentang Analisis Metafungsi Visual Teks Multimodal Tari

Saman Gayo Lues.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan melalui deskripsi dan analisis data,

disimpulkan bahwa teks multimodal tari Saman Gayo Lues adalah:

1. Aspek multimodal yang terkandung dalam TSGL adalah: Komponen

representasional, interkasional, dan komposisional.

a. Komponen representasional meliputi proses (tindakan, reaksional,

mental, verbal dan konversi), partisipan (partisipan I: aktor, goal,

reaktor, senser, sayer dan relay; partisipan II: fenomenon dan

perkataan), sirkumstan (lokasi).

b. Komponen interaksional terdiri atas kontak (image art: offer dan

demand), jarak (intimate, equlaity dan personal) dan sudut pandang

(sudut frontal, sudut miring, kekuatan pandangan dan kelemahan

pandangan), dan modalitas.

c. Komponen komposisional meliputi nilai informasi (centred, given,

dan new), tonjolan (kontras dalam warna adalah tulisan „Saman‟ dan

deretan pakaian penari); bingkai (gambar atau garis yang memberi

tanda bagian atau bukan bagian dari gambar).

Universitas Sumatera Utara

Page 139: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

123

2. Hubungan Intersemiotik Teks Verbal dan Teks Visual dalam TSGL meliputi:

Hubungan metafungsi aspek verbal visual dalam teks Tari Saman Gayo Lues

meliputi pengulangan (repeating), perbandingan (Comperative), penambahan

(Additiv), sebab-akibat (Consequential: Consequence dan Contingency).

5.2 Saran

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya

mengenai teks verbal dan teks visual (non verbal) pada tari melalui teori

multimodal.

2. Tarian Saman Gayo Lues sebaiknya tetap ditampilkan dalam acara-acara

kebudayaan dan penyambutan tamu di pemerintahan agar tetap terjaga dan

tidak hilang ditelan zaman, karena seni tari tradisional Saman Gayo Lues

ini merupakan kekayaan dan keragaman adat istiadat di Negara Indonesia

ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 140: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

124

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, B. 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik

dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anstey, M dan Geoff Bull. 2010. “Helping Teachers to Explore Multimodal

Texts” An electronic journal for Leaders in Education.

Gombrich, E. H. 1982. The visual. In Young, Lynne and Brigid Fitzgerald. 2006.

The Power of Language; How Discourse Influences Society. London and

Oakville: Equinox.

Halliday, M. A. K. 1994. An Introduction to Functional Grammar (2nd

Edition).

London and New York: Arnold (A Member of the Hodder Headline.

Halliday, M. A. K. 2002. Linguistic Studies of Text and Discourse (Edited by

Jonathan Webster). London and New York: Continuum.

Hermawan, Budi. 2012. “Multimodality: Menafsir Verbal, Membaca Gambar, dan

Memahami Teks Analisa”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra. P-ISSN

1412-0712│e-ISSN 2527-8312. Vol. 13, No. 1 2013. (Online)

(http://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/756). Diakses

tanggal 12 Februari 2018, pukul 10.00 WIB).

Kress, G. dan van Leeuwen, T. 2006. Reading images: the grammar of visual

design. London: Routledge.

Kress, G. dan Van Leeuwen, T. 2001. Multimodal discourse. London: Arnold.

Lemkes, J. L. 1998. Multiplying meaning: visual and verbal semiotics in scientific

text. In J. R. Martin & R.Veel (Eds), Reading Science (pp. 87-113). London:

Routledge.

Liu, Y dan K. L. O‟Hallorab. 2009. Inter-semiotic Texture: Analyzing Cohesive

Devices between Language and Images. Social semiotics.

Universitas Sumatera Utara

Page 141: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

125

Miles, Mathwes B dan A. Michael Huberman. 2014. Analisis Data Kualitatif

(terkjemahan). Jakarta: UI Press.

Norris, S. 2004. Analyzing Multimodal Interaction. A Methodological

Framework, New York: Routledge

O‟Halloran, K., Tan, S., Smith, B, & Podlasov, A. (2010). “Challenges in

designing digital interfaces for the study of multimodal phenomena.”

Information Design Journal 18(1), 2-21.

Putriani, Nuning. 2012. Pertunjukkan Saman di Blangkjejeren Aceh: Analisis

Makna Gerak Tari dan Teks, Fungsi Sosio Budaya, Serta Struktur Musik.

[Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Pascasarjana.

Rahmah. 2015. A Multimodal Of Traditional Wedding Ceremony Dynamics Of

Deli Malay Ethnic Group In Medan. [Disertasi]. Medan: Universitas

Sumatera Utara, Program Doktor.

Rosa, Rudi Noor. 2014. “Analisis Multimodal Pada Iklan Sunsilk Nutrien Sampo

Ginseng”. Kajian Linguistik. Tahun ke-12, No. 2. Agustus 2014.

Salam, Abd. Ridhwan. 2012. Tari Saman Gayo. Bintara-Bekasi Barat: Wahana

Bina Prestasi.

Saragih, Amrin. 2003. Bahasa Dalam Konteks Sosial: Pendekatan Linguistic

Fungsional Sistemik Terhadap Tata Bahasa dan Wacana. FBS-Unimed.

Unpublished.

Sinar, T. S. 2014. Teori dan Analisis Wacana: Pendekatan Linguistik Sistemik

Fungsional. Medan: Mitra.

Sinar, T. S. 2018. Analisis Wacana Multimodal Teori Linguistik Sistemik

Fungsional. Medan: USU.

Suprakisno. 2015. “Analisis Multimodal Iklan “Indomie””. Jurnal ` Unimed. Vo

26, No 1 2015.

Universitas Sumatera Utara

Page 142: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

126

Tantawi, Isma dan Buniyamin S. 2011. Pilar-Pilar Kebudayaan Gayo Lues. USU.

Van Leeuwen, T. 2004. “Ten reasons why linguist should pay attention to visual

communication.” In P. Levine & R. Scollon (Eds.), Discourse &

technology. Multimodal discourse Analysis (pp.10-19). Georgetown,

Washington, D.C.: Georgetown.

Van Leeuwen, T. 2006. “Sound in perspective”. In Adam Jaworski and Nikolas

Coupland (Eds.) The Discourse Reader (2nd

ed.), (pp. 179-193). New York:

Routledge.

Universitas Sumatera Utara

Page 143: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

127

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Teks Verbal Tari Saman Gayo Lues

mmmm...Laila Allah ahu la

„mmm…tiada Tuhan selain Allah‟

mmmm...laila Allah ahu lahoya

„mmm..tiada Tuhan selain Allah‟

Sare...Laila Allah ahu lahoya

„saree…tiada Tuhan selain Allah‟

Ehe..he..enyan ho..

„ehee..he..enyan ho..‟

Assalamu‟alaikum ku Bapak Bupati

„Assalamu‟alaikum kepada Bapak Bupati‟

Laila Allah ahu

„tiada Tuhan selain Allah‟

We si nge hadir ku tempat ini

„Dia yang sudah hadir ke tempat ini‟

mmmm..Laila Allah ahu lahoya

„mmm..tiada Tuhan selain Allah‟

Sare...Laila Allah ahu lahoya

„saree..tiada Tuhan selain Allah‟

Ehe..ehe..le enyan enyan ho..

„ehee..ehe..le enyan enyan ho‟

Ganti ni jema tue i was ni ranto, ine...

„Pengganti dari orang tua di dalam perantauan ini‟

Universitas Sumatera Utara

Page 144: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

128

Laila Allah ahu

„tiada Tuhan selain Allah‟

Salam ni kami ine, salam ni ken ko, salam sejahtera ken bewene

„salam kami ibu, salam ini untukmu, salam sejahtera untuk semua‟

Iye...si genyan aaa nyan e Allah

„iyee..si genyan aaa nyaan e Allah‟

Nyan e nyan e Allah Laila Allah ahu la e se Allah ahu

Allah ahu la e se Allah ahu

Le urum bismillah...le urum bismillah nyan e lallah surak-surak kite

„dengan bismillah…dengan bismillah nyan e Allah bersorak-sorak kita‟

Ho!!! Iye si genyan anyan e Allah, nyan e nyan e Allah Laila Allah ahu la e se

Allah ahu, Allah ahy la e se Allah ahu

Assalamualaikum kami sawahen ku sebet rakan, ine ama bewene rata

„Assalamualaikum kami sampaikan ke teman, ibu bapak semuanya rata‟

Ahom ahom lem alahom lem alaho assalamu‟alaikum

„ahom ahom lem alahom lem alahom assalamu‟alaikum‟

Assalamu‟alaikum kami sawahen ku sebet raka ine ama bewene rata

„assalamualaikum kami sampaikan ke teman, ibu bapak semuany rata‟

Ahum ahum lem alahum lem alahum

„ahum ahum lem alahum lem alahum‟

Hom..iye...geremi aku gere pane o..ate, kutipak rasa ku geremi ku gere

„hom..iye..tidak aku tidak pandai o…hati, kuhempas rasa aku tidak lagi

Eee..segertak ama ine rakan sebet bewene kami

„eee…serentak bapak ibu, teman kami semua‟

Universitas Sumatera Utara

Page 145: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

129

Segertak ama ine rakan sebet bewene kami

„eee…serentak bapak ibu, teman kami semua‟

Ine...inget-inget kam ku aku ni, anakmu

„ibu..ingat-ingat kau pada ku, anakmu‟

Segertak kami ni rakan sabe

„serentak kami teman semua‟

Segertak kami ni rakan sabe bewene

„serentak kami teman semua‟

Inget-inget kam ku aku

„ingat-ingat kalian padaku‟

Senang-senang susah mupisah urum ine ama

„Senang-Senang susah berpisah dengan Ibu Bapak‟

Taring ni sekulah, kuliah i ranto ni jema

„ditinggal sekolah, kuliah di rantau orang‟

Senang-senang susah mupisah urum ine ama

„Senang-Senang susah berpisah dengan Ibu Bapak‟

Taring ni sekulah, kuliah i ranto ni jema

„Ditinggal sekolah, kuliah di rantau orang‟

Ku Bapak Bupati kami male ngune urang gayo ni simubudi pekerti

„Kepada bapak Bupati kami ingin bertanya orang gayo si berbudi pekerti‟

Ku Bapak Bupati kami pe male ngune

„Kepada bapak Bupati kami juga ingin bertanya‟

Senang-senang susah mupisah urum ine ama

„Senang-Senang susah berpisah dengan Ibu Ayah‟

Universitas Sumatera Utara

Page 146: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

130

Taring ni sekulah, kuliah i ranto ni jema

„Ditinggal sekolah, kuliah di rantau orang‟

Eeee !!!!

Senang-senang susah mupisah urum ine ama

„Senang-Senang susah berpisah dengan Ibu Ayah‟

Taring ni sekulah, kuliah i ranto ni jema

„Ditinggal sekolah, kuliah di rantau orang‟

Inee..kuliah ni perlik-perlok

„Ibuu..kuliah ini susah‟

adoh oh tadoh kune die

„aduh oh aduh bagaimana ini‟

Ine oh ine mokot di nge denem

„ibu oh ibu lama sudah rindu‟

Gere pernah mudemu

„tidak pernah bertemu‟

Ine oh ine mokot di nge denem

„ibu oh ibu lama sudah rindu‟

Gere pernah mudemu

„tidak pernah bertemu‟

adoh oh adoh kune die

„aduh oh aduh bagaimana ini‟

adoh oh adoh

„aduh oh aduh‟

Universitas Sumatera Utara

Page 147: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

131

Ine oh ine mokot di nge denem

„ibu oh ibu lama sudah rindu‟

Gere pernah mudemu

„tidak pernah bertemu‟

adoh oh adoh, kune die

„aduh oh aduk bagaimana ini‟

Lagu senep ni nasib gere pernah mukembali

„seperti sedih sekali nasib, tidak pernah kembali‟

Entah-entah renye

„ayuk-ayuk cepat‟

Ukir ni tape lagu telas gere tetuh ni relas

„ukiran tepak ini tidak nampak seperti jatuhnya tanah longsor‟

Ukir ni tape lagu telas gere tetuh ni relas i langit

„ukiran tepak ini tidak nampak seperti jatuhnya tanah longsor di langit‟

Universitas Sumatera Utara

Page 148: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

132

LAMPIRAN 2

Teks Visual Tari Saman Gayo Lues

Terdiri dari: 48 gambar

Visual 1

Universitas Sumatera Utara

Page 149: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

133

Visual 2

Visual 3

Universitas Sumatera Utara

Page 150: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

134

Visual 4

Visual 5

Universitas Sumatera Utara

Page 151: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

135

Visual 6

Visual 7

Universitas Sumatera Utara

Page 152: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

136

Visual 8

Visual 9

Universitas Sumatera Utara

Page 153: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

137

Visual 10

Visual 11

Universitas Sumatera Utara

Page 154: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

138

Visual 12

Visual 13

Universitas Sumatera Utara

Page 155: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

139

Visual 14

Visual 15

Universitas Sumatera Utara

Page 156: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

140

Visual 16

Visual 17

Universitas Sumatera Utara

Page 157: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

141

Visual 18

Visual 19

Universitas Sumatera Utara

Page 158: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

142

Visual 20

Visual 21

Universitas Sumatera Utara

Page 159: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

143

Visual 22

Visual 23

Universitas Sumatera Utara

Page 160: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

144

Visual 24

Visual 25

Universitas Sumatera Utara

Page 161: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

145

Visual 26

Visual 27

Universitas Sumatera Utara

Page 162: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

146

Visual 28

Visual 29

Universitas Sumatera Utara

Page 163: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

147

Visual 30

Visual 31

Universitas Sumatera Utara

Page 164: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

148

Visual 32

Visual 33

Universitas Sumatera Utara

Page 165: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

149

Visual 34

Visual 35

Universitas Sumatera Utara

Page 166: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

150

Visual 36

Visual 37

Universitas Sumatera Utara

Page 167: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

151

Visual 38

Visual 39

Universitas Sumatera Utara

Page 168: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

152

Visual 40

Visual 41

Universitas Sumatera Utara

Page 169: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

153

Visual 42

Visual 43

Universitas Sumatera Utara

Page 170: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

154

Visual 44

Visual 45

Universitas Sumatera Utara

Page 171: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

155

Visual 46

Visual 47

Universitas Sumatera Utara

Page 172: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

156

Visual 48

Universitas Sumatera Utara

Page 173: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

157

LAMPIRAN 3

Hasil Wawancara dengan Informan

Peneliti: Ada pertanyaan sedikit ini Pak, apakah syair yang dinyanyikan

sama penari itu terjadi secara spontan atau terkonsep Pak?

Informan: Spontan

Peneliti: Spontan ya Pak? Jadi tidak konsep ya Pak?

Informan: Engga, itu terjadi secara spontan. Jadi kalau ditengoknya bunga

disitu, jadi bisa jadi syair.

Peneliti: Oh, begitu. Jadi gak ada konsepnya ya Pak?

Informan: Iya, gak ada. Cuma dia seperti kita pantun. Kalau sering-sering

diulang-ulang jadi terus apa dia. Jadi kadang-kadang di dalam

saman itu sering juga muncul, paling sering munculnya yang

spontan itu. Spontan itu begitu enak didengar syair itu, diulangi

lagi.

Peneliti: Oh..

Informan: diulangi-diulangi lagi jadi seperti-seperti terkonsep padahal enggak

terkonsep

Peneliti: ya..ya..

Informan: Jadi apa aja, spontan aja gitu.

Peneliti: Kalau gerakannya pak, apakah ada perubahannya engga pak dari

zaman pertama kali saman itu muncul sampai sekarang?

Informan: Oh terus, terus berubah.

Peneliti: Itu yang menciptakan gerakannya siapa Pak?

Informan: penari itu sendiri

Universitas Sumatera Utara

Page 174: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

158

Peneliti: apa ada gurunya pak?

Informan: ee..engga. jadi istilahnya kalau kita di takengon itu ada ceh. Ceh

itulah yang menciptakan itu. Jadi setiap kampung selalu

menciptakan gerak tersendiri. Ada gerak pokok yakan, tapi ada satu

gerak ssengaja itu diciptakan supaya orang lain itu tidak bisa

meniru. Karena disanakan ada jamu saman. Bejamu saman itu

salah satunya, indikatornya itu adalah dia tari saman bagaimana

cara kita membuat gerakan orang tidak bisa meniru. Kalau bisa

ditirunya kalah kita dibuatnya.

Peneliti: oh begitu..

Informan: Kita yang buat gerakan, lalu dia lebih pinter daripada kita berarti

kita kalah.

Peneliti: jadi yang dipertandingkan bukan syairnya ya pak?

Informan: bukan,bukan syairnya tapi gerakannya.

Peneliti: Apa ada unsur magic Pak di Saman?

Informan: enggak ada. Tapi kalau pertandingan orang e .. apa namanya itu di

magickan orang ada.

Peneliti: Oh,orang yang magickan pemain itu?

Informan: Iya pemain itu di magickan orang lain.

Peneliti: Supaya apa pak?

Informan: Supaya kalah. Jadi kalau diliatnya penari itu lincah dan bagus jadi

magici lah dia istilahnya.

Peneliti: Saman itu ada durasi waktunya pak?

Universitas Sumatera Utara

Page 175: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

159

Informan: Durasi waktu? Dalam pertandingan durasi waktunya 15 menit Sampai

pagi. Adu gerakan. Jadi kalau yang sana bawa gerakan, dan yang lawan bisa

membawakan geraknnya dan sama persis cantiknya maka kalah yang sana.

Peneliti: Itu ada standar usia engga pak dalam memaninkan saman?

Informan: sebenarnya gak ada, mulai dari anak kecil juga bisa. Tapi kalau pada

umumnya remajalah.

Peneliti: Apakah gerakan itu mempunyai makna Pak?

Informan: Engga, itu hanya irama saja.

Peneliti: jadi gerakannya tidak harus sama dengan syair yang diucapkan ya Pak?

Iinforman: Syair itu mengikuti irama gerak tangan.

Peneliti: Oh, jadi bukan gerak tangan mengikuti syair?

Informan: Bukan. Jadi kalau orang bersyair pandai tapi kalau tangannya gak

sama, gak harmonis perpaduannya itu istilahnya yakan.

Peneliti: enyan itu ada artinya pak?

Informan: Enyan..enyaan hoo.. itu istilahnya memperindah irama saja.

Peneliti: saree ada artinya pak?

Informan: Itu senandung aja.

Peneliti: mmm..laila alla ahu la hoya itu artinya Tiada Tuhan Selain Allah kan

pak?

Informan: Iya, mmm..laila allah ahu lahoya itulah cara syeh Saman dulu

mengenalkan Islam. Bagaimana supaya orang cepat senang dalam belajar Islam.

Kalau saman kan pakai irama. Syair yang sering dikosep itu adalah Salam

Peneliti: Kalau isi pak?

Universitas Sumatera Utara

Page 176: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

160

Informan: Isi tidak. Salam itulah yang biasanya di konsep misalnya

Assalamualaikum ku bapak Bupati. Supaya jangan salah.

Peneliti: Jumlah pemain minimal berapa pak?

Iinforman: minimal 7. Maksimal 11-13-15 yang penting ganjil. Karena kan

yang ditengah-tengah itu pengangkat namanya. Dialah komando.

Dan sebenarnya semuanya bisa nyanyi itu. Cuma yang pengangkat

itu,dialah yang mindahkan lagu,memandu mindahkan lagu, mindah

gerak, mindah syair. Kalau misalnya dikatannya “Siep mi siep” itu

udah kode sebenanya kata-kata itu. Bahwa sebentar lagi akan

pindah gerakan, kira-kira gitu.

Peneliti: tapi tidak semua syair ada aba-aba seperti itu ya pak?

Informan: enggak, jadi ada urutan-urutan itu. Dari uluni lagu, anakni lagu.

Jadi itu supaya tidak mononton, jadi ada gerakan irama cepat,

irama lambat.

Peneliti: bapak termasuk penari juga pak?

Informan: Dulu.

Peneliti: bapak tidak melatih?

Informan: Sekarang lebih pandai mereka daripada kita. Karena kreasi itu

terus-terus bertambah.Syair-syair itupun kan terus aja baru baru

terus, mengikuti zaman dia.

Peneliti: Gerakan mengikuti zaman juga Pak?

Informan: Kalau gerakan itukan e.. ada gerakan memang tetap seperti ini

(sambil mencotohkan gerakan)

Peneliti: Oh begitu pak. Kalau gerakan surang-saring itu pak?

Universitas Sumatera Utara

Page 177: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

161

Informan: Iya, itu tetap juga. Gerakan surang-saring itukan keindahan

ditentukan dari syairnya.

Peneliti: Berarti harus adalah gerakan cepat itu ya Pak?

Informan: Iya,ada. Karena disitulah terjadi irama itukan. Kalau gerakannya

mononton aja kan muak orang melihatnya berjam-jam begitu.

Peneliti: jadi pada dasarnya ada berapa gerakan dalam saman Pak?

Informan: oh banyaklah, bisa 5 bisa 6 sekali tampil itu. Tapi kalau saman

pertunjukkan karena pendek waktunya itu biasanya 4-5 gerakan.

Peneliti: Oh begitu pak. Jadi terimakasih banyak atas informasinya ya Pak

Informan: Iya sama-sama.

Universitas Sumatera Utara

Page 178: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

162

Lampiran 4

Foto-foto

Perlengkapan Saman:

1. Baju (baju kantong)

2. Topi (Bulang Teleng)

Universitas Sumatera Utara

Page 179: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

163

3. Ikat Leher (Ikotni Rongok)

4. Ikat Tangan (Ikotni Pumu)

Universitas Sumatera Utara

Page 180: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

164

5. Kain sarung (Pawak)

6. Celana Panjang (Seruel Naru)

Universitas Sumatera Utara

Page 181: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

165

7. Daun pandan (seke)

Informan:

Foto bersama pak Anam Ibrahim

Universitas Sumatera Utara

Page 182: TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG

166

Foto bersama Penari Saman Gayo Lues

Formasi pada Tari Saman Gayo Lues

P

Keterangan:

1. Nomor 6 disebut penangkat

2. Nomor 5 dan 7 disebut pengapit

3. Nomor 2 s/d 4 disebut penyepit

4. Nomor 7 s/d 10 disebut penyepit

5. Nomor 1 dan 11 disebut penupang

Universitas Sumatera Utara