Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

102
ANALISIS POTENSI DAN REALISASIPENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENCAPAI KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2006-2011 Tesis Disampaikan sebagai Salah Satu Syarat dalam Rangka Mencapai Derajat Kesarjanaan S2 pada Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura Oleh NAMA : SARNO NIM : B611 09040 PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2012

Transcript of Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

Page 1: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

ANALISIS POTENSI DAN REALISASIPENDAPATAN ASLI

DAERAH DALAM MENCAPAI KEMANDIRIAN KEUANGAN

DAERAH DI KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2006-2011

Tesis

Disampaikan sebagai Salah Satu Syarat dalam Rangka Mencapai Deraja t

Kesarjanaan S2 pada Program Pascasarjana Ilm u Ekonomi Universitas

Tanjungpura

Oleh

NAMA : SARNO

NIM : B611 09040

PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2012

Page 2: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

i

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Judul :

Analisis Potensi dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dalam Mencapai

Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten Sekadau

Tahun 2006-2011

Dipersiapkan dan Disusun Oleh :

S a r n o

B611 09040

Konsentrasi : Ekonomi Keuangan Daerah

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji

Pada Tanggal : 6 Oktober 2012

Susunan Dewan Penguji :

Pembimbing I : Penguji I :

Prof. Dr. H. Eddy Suratman, SE,MA.

NIP. 19670707 199202 1 001

Dr. Hj. Dinarjad Achmad, SE, M.Sc.

NIP. 19540423198403 2 001

Pembimbing II :

Penguji II :

H. Wahyudi, SE.M.Si.

NIP. 19631209 198903 1 004

R o s y a d i , S E . M . S i .

NIP: 196509211993031001

Tesis ini Telah Diterima sebagai Salah Satu Persyaratan

untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Ekonomi

Tanggal,

Mengetahui,

Ketua Program Magister Ekonomi Fakultas Ekonomi Untan

Dr. Hj. Dinarjad Achmad, SE, M.Sc.

NIP.19540423198403 2 001

Page 3: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Analisis Potensi

dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dalam Mencapai Kemandirian Keuangan

Daerah di Kabupaten Sekadau Tahun 2006-2011” ini merupakan karya saya

sendiri.Tesis ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu Perguruan Tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan saya dalam tesis ini

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali beberapa kutipan yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Pontianak, Oktober 2012

S a r n o

Page 4: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN

IMAN DAN ILMU MENGANGKAT

DERAJAT MANUSIA

“…. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ….”

(Al-Mujadilah : 11)

“ Jadilah kamu orang yang mengajar atau belajar atau pendengar atau pencinta (mencintai ilmu) dan janganlah kamu menjadi orang yang

kelima (tidak mengajar, tidak belajar, tidak suka mendengar dan tidak mencintai ilmu), maka kamu akan hancur “

(H.R.. Baihaqi)

Kupersembahkan buat

Istri dan anak-anakku tercinta

“…terima kasih atas segala pengorbanan dan doa yang telah kalian berikan, semoga memberikan manfaat bagi masa depan keluarga,”

Page 5: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa, serta usaha yang gigih dari penulis, akhirnya penulisan tesis dengan judul

“Analisis Potensi dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dalam Mencapai

Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten Sekadau Tahun 2006-2011,” ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan terakhir untuk memperoleh

gelar Magister Ekonomi (M.E.) pada Program Pascasarjana (S2) Ilmu Ekonomi di

Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak. Adapun substansi materi

dalam tesis ini adalah menganalisis pertumbuhan, komposisi, efektifitas,

elastisitas dan dampak pemberlakuan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009

terhadap penerimaan PAD di Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis

baik selama perkuliahan maupun dalam penyusunan tesis ini, yang utama kepada :

1. Ketua Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura besera

jajarannya, yang telah memfasilitasi proses belajar mengajar sehingga kami

dapat menyelesaikan studi.

2. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di

instansinya.

Page 6: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

v

3. Bapak Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sekadau Provinsi

Kalimantan Barat, yang telah memberikan izin dan memfasilitasi penulis untuk

melanjutkan studi S2 di Fakultas Ekonomi Untan.

4. Bapak Prof. Dr. H. Eddy Suratman, SE,MA, selaku Dosen Pembimbing

Utama.

5. Bapak H. Wahyudi, SE.M.Si. selaku Dosen Pembimbing II.

6. Ibu Dr. Hj. Dinarjad Achmad, SE.M.Sc. selaku Dosen Penguji Utama.

7. Bapak Rosyadi, SE, M.Si, sebagai Dosen Penguji II.

8. Para dosen pengasuh mata kuliah pada Program Magister Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi Univesitas Tanjungpura.

9. Seluruh dosen dan staf serta kawan-kawan di Fakultas Ekonomi Untan.

10. Teman-teman mahasiswa Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas

Tanjungpura Pontianak, yang telah membantu baik selama proses perkuliahan,

maupun dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini mungkin masih terdapat

banyak kekurangan baik dari segi materi, substansi maupun tata penulisan, untuk

itu berbagai saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan guna

penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat

berguna bagi kita semua, amin.

Pontianak, Oktober 2012

Penulis

Page 7: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Tesis ................................................................................ i

Pernyataan ....................................................................................................... ii

Moto dan Persembahan .................................................................................... iii

Kata Pengantar ................................................................................................. iv

Daftar Isi .......................................................................................................... vi

Daftar Tabel ..................................................................................................... ix

Daftar Gambar ................................................................................................. x

Daftar Lampiran .............................................................................................. xi

Abstrak ............................................................................................................ xii

Abstract ........................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

a. Pelayanan Publik .................................................................................. 2

b. Indikasi Permasalahan .......................................................................... 9

c. Keaslian Penelitian................................................................................ 10

d. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 11

1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 13

1.3. Tujuan penelitian. ..................................................................................... 14

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 15

1.4.1. Bagi Kalangan Akademis dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan .... 15

1.4.2. Bagi Pemerintah dan Pengambil Kebijakan ..................................... 15

1.4.3. Bagi penulis .................................................................................... 16

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 17

2.1. Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah .......................................... 17

2.2. Pendapatan Daerah .................................................................................... 18

2.2.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ....................................................... 19

2.2.2. Dasar Hukum Pendapatan Asli Daerah ............................................ 20

2.3. Teori Pajak ................................................................................................ 21

2.3.1. Pengertian Pajak ............................................................................. 21

2.3.2. Aspek Ekonomi dari Perpajakan ..................................................... 23

Page 8: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

vii

2.3.3. Fungsi Pajak ................................................................................... 23

2.3.4. Asas-Asas Pemungutan Pajak ......................................................... 24

2.4. Pajak Daerah ............................................................................................. 27

2.5.Retribusi Daerah ........................................................................................ 28

2.6. Dasar Hukum Pajak dan Retribusi Daerah ................................................. 31

2.7. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan ..................... 31

2.8. Lain-lain PAD yang Sah............................................................................ 32

2.9. Dana Perimbangan/Pendapatan Transfer ................................................... 33

2.10. Total Penerimaan Daerah (TPD) ............................................................. 34

2.11. Potensi Pendapatan Asli Daerah .............................................................. 35

2.12. Efektivitas dan Efisiensi .......................................................................... 36

2.13. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) ........................................................ 38

2.14. Elastisitas PAD ....................................................................................... 39

2.15. Upaya Peningkatan PAD ......................................................................... 41

2.16. Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah ......................................... 43

2.16.1. Intensifikasi .................................................................................. 43

2.16.2. Ekstensifikasi ................................................................................ 44

2.17. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................................... 48

2.18. Kerangka Berpikir ................................................................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 53

3.1. Bentuk Penelitian ...................................................................................... 53

3.2. Prosedur Penelitian ................................................................................... 53

3.3. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data .................................. 55

3.4. Analisis Data ............................................................................................. 55

3.4.1. Analisis Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah ............................... 55

3.4.2. Analisis Kontribusi PAD(KPAD) ................................................... 56

3.4.3. Efektifitas dan Efisiensi PAD ......................................................... 56

3.4.4. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) ............................................... 57

3.4.5. Elstisitas PAD (Tax Ratio).............................................................. 58

Page 9: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

viii

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 60

4.1. Pertumbuhan PAD Kabupaten Sekadau .................................................... 60

4.2. Komposisi PAD Kabupaten Sekadau (KPAD) .......................................... 61

4.3. Efektifitas PAD ........................................................................................ 63

4.4. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) ......................................................... 65

4.4. Elastisitas PAD (Tax Ratio) ...................................................................... 66

4.4.1. Elastisitas PAD Terhadap PDRB .................................................... 66

4.4.2. Elastisitas PAD Terhadap Penduduk ............................................... 68

4.5. Dampak Penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan

Retribusi daerah terhadap realisasi Penerimaan Asli Daerah di

Kabupaten Sekadau .................................................................................. 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 74

5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 74

5.2. Saran ......................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77

Page 10: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Sekadau, Tahun 2006-

2011 (dalam Jutaan Rupiah) ........................................................... 6

Tabel 2.1. Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal .................................... 39

Tabel 3.1. Skala Efektifitas dalam Pengukuran Kinerja Penerimaan Pajak ...... 57

Tabel 3.2. Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal .................................... 58

Tabel 4.1. Kontribusi Masing-masing Komponen PAD Kabupaten Sekadau

Tahun 2006-2011 (dalam persen) ................................................... 61

Tabel 4.2. Efektifitas Penerimaan PAD di Kabupaten Sekadau Tahun 2006-

2011 ............................................................................................... 63

Tabel 4.3. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) di Kabupaten Sekadau,

Tahun 2006-2011 ........................................................................... 65

Tabel 4.4. PAD dan PDRB Kabupaten Sekadau Atas Dasar Harga Konstan

2000, Tahun 2006-2011 .................................................................. 66

Tabel 4.5. Elastisitas PAD Terhadap PDRB di Kabupaten Sekadau

Tahun 2006 - 2011 ......................................................................... 67

Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Kabupaten Sekadau Berdasarkan Jenis

KelaminTahun 2006-2011. ............................................................. 68

Tabel 4.7. Elastisitas PAD Terhadap Penduduk Kabupaten Sekadau,

Tahun 2007-2011 ........................................................................... 69

Tabel 4.8. Perbandingan Objek dan Jenis Pungutan Pajak dan Retribusi

Daerah Sebelum dan Sesudah Undang-Undang no 28 tahun 2009 ... 70

Tabel 4.9. Perbandingan Penerimaan PAD Kabupaten Sekadau Tahun 2010

dan 2011 ......................................................................................... 71

Page 11: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Perbandingan Komposisi Penerimaan PAD, Dana

Perimbangan dan Pendapatan daerah lainnya di Kabupaten

Sekadau ......................................................................................... 6

Gambar 1.2. Pertumbuhan komposisi PAD, Dana Perimbangan dan

Pendapatan Daerah Lainnya .......................................................... 7

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 51

Gambar 4.1. Pertumbuhan PAD Kabupaten Sekadau, Tahun 2007-2011 ........... 60

Gambar 4.2. Kontribusi Masing-masing Komponen PAD Kabupaten

Sekadau Tahun 2006-2011 ............................................................ 62

Gambar 4.3. Perkembangan Efektifitas Penerimaan PADdi Kabupaten

Sekadau ......................................................................................... 64

Gambar 4.4. Perbandingan Penerimaan PAD Kabupaten SekadauTahun

2010 dan 2011 ............................................................................... 72

Page 12: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DAFTAR TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN

DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN

ANGGARAN 2006................................................................ 80

LAMPIRAN 2 DAFTAR TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN

DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN

ANGGARAN 2007................................................................ 81

LAMPIRAN 3 DAFTAR TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN

DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN

ANGGARAN 2008................................................................ 82

LAMPIRAN 4 DAFTAR TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN

DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN

ANGGARAN 2009................................................................ 83

LAMPIRAN 5 DAFTAR TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN

DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN

ANGGARAN 2010................................................................ 84

LAMPIRAN6 PDRB KABUPATEN SEKADAU ATAS DASAR

HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2006-2011 DALAM

JUTAAN RUPIAH ................................................................ 86

Page 13: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

xii

ABSTRAK

Penelitian Analisis Potensi dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dalam

Mencapai Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten Sekadau Tahun 2006-

2011 ini bertujuan meneliti kondisi keuangan daerah Kabupaten

Sekadau,bagaimana pertumbuhan, komposisi, efektifitas, kemampuan keuangan

daerah sendiri, dan elastisitas penerimaan PAD terhadap pertumbuhan jumlah

penduduk dan PDRB di Kabupaten Sekadau, sebagai salah satu indikator kinerja

keuangan daerah, periode tahun yang digunakan antara tahun 2006 hingga 2011.

Variabel yang diteliti adalah seluruh komponen penerimaan asli daerah

(PAD), yakni pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang

sah, Jumlah Penduduk, dan PDRB dengan menggunakan data skunder yang

diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sekadau dan BPS (Kabupaten

Sekadau Dalam Angka).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode penelitian

pertumbuhan PAD Kabupaten Sekadau rata-rata sebesar 45,94% dengan

komposisi Pajak daerah 27%, retribusi daerah 18%, Hasil pengelolaan kekayaan

daerah 7% dan lain-lain PAD sebesar 48%. Efektivitas penerimaan PAD selama

periode tersebut rata-rata sebesar 98.61%. Hasil perhitungan Derajat

Desentralisasi Fiskal di Kabupaten Sekadau rata-rata hanya sebesar 2,73%. Nilai

ini sangat rendah berdasarkan kriteria Depdagri.

Hasil perhitungan Elastisitas menunjukkan pertumbuhan PAD kabupaten

Sekadau inelastis terhadap PDRB yakni sebesar 0,35. Sedangkan elastisitas

terhadap jumlah penduduk sebesar 0,05(inelastis). Artinya perubahan atau

penambahan sebesar 1 % PDRB membuat perubahan atau penambahan jumlah

penerimaan PAD hanya sebesar 0,35%, dan perubahan atau penambahan

penduduk sebesar 1 % akan menimbulkan penambahan PAD hanya sebesar

0,05%.

Kata kunci : Efektifitas, Elastisitas, PAD, Keuangan Daerah.

Page 14: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

xiii

ABSTRACT

This research of The Regions OriginalRevenue Realization Potency in

Achieving Region Finance Independence of Regency Sekadau Year 2006-2011. it

aims to analyze regency region financial conditions of Seakdau Regency, how is

growth, composition, effectiveness, self region acceptance liability, and PAD'S

acceptance elasticity at Sekadau Regency, as one of financial performance

indicator region, on year period that is utilized 2006 to 2011.

The variable that analyzed is, all the regions revenue‟s component, PAD,

taxes, retribution, etc. propertied region, Population, and PDRB by use of data

skunder that acquired of on duty Regency Region Income sekadau and BPS

(Sekadau's Regency in Numeral).

Result observationaling to point out that up to growth research period PAD

Sekadau's Regency as big as 45.94 % by Region Taxes compositions 27%, Region

Retribution 18%, Wealth management result region 7%, and etc. PAD is 48%.

While PAD'S acceptance effectiveness up to that period average as big as 98.61%.

Degrees arithmetic result Decentralize Fiscal at Regency sekadau that

bottommost, up to year period 2006-2011 which is average just as big as 2,73 %.

this bottommost bases Depdagri's criterion.

Elasticities arithmetic result point out PAD'S growth sekadau inelastis's

regency to PDRB namely as big as 0,35. Meanwhile elasticity to population as big

as 0,05(inelastis). Its mean is changed or added islandic as big as 1 % make

changing or added total PAD'S acceptances as big as 0,35%, and is changed or

added islandic as big as 1 % make changing or added total PAD'S acceptances as

big as 0,055%, .

Key word: Effectiveness, Elasticity, PAD, Financially Region.

Page 15: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama dari pembangunan

ekonomi di setiap daerah. Keberhasilan dan kelancaran pelaksanaan proses

pembangunandi daerah sangat tergantung dari tersedia atau tidaknya dana yang

cukup untuk membiayai proses pembangunan. Adapun sumber dana berasal dari

pajak daerah dan sumber-sumber lainnya yang disahkan oleh pemerintah.

Pungutan terhadap pajak daerah merupakan keharusan bagi pemerintah untuk

pengelolannya sebagai modal dalam pembangunan. Oleh karena itu, agar kegiatan

pembangunan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka harus didukung

oleh kemampuan dan potensi yang ada terutama menyangkut penerimaan atau

pendapatan sebagai sumber pembiayaan. Dalam kaitan ini pemerintah perlu

menggali sumber-sumber pendapatan yang berasal dari masyarakat, yaitu dengan

menetapkan besarnya pajak, retribusi dan berbagai sumber yang masih mungkin

untuk digali dan ditumbuh kembangkan.

Manifestasi dari otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab adalah

dalam hal menggali, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan daerah di

bidang pengelolaan keuangan daerah. Hal ini mengandung arti bahwa pemerintah

daerah dituntut untuk meningkatkan kemandiriannya dalam membiayai

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya. PAD harus

menempati bagian terbesar dari sumber keuangan daerah, sedangkan ketergantung

an kepada bantuan pemerintah pusat harus ditekan seminimal mungkin.

Page 16: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

2

Pemerintah daerah dan masyarakat memiliki kewajiban dan hak yang

bersimbiose. Ketika kewajiban dan hak kedua dilaksanakan dengan baik maka

dipastikan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kinerja pemerintah daerah akan

baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Kewajiban masyarakat adalah membayar

pajak, retribusi sementara hak masyarakat adalah mendapatkan pelayanan publik.

Sebaliknya kewajiban pemerintah adalah memberikan pelayanan publik sementara

hak pemerintah adalah menerima pembayaran.

a. Pelayanan Publik

Pelayanan publik merupakan suatu bentuk pelayanan yang dibutuhkan

masyarakat tetapi tidak dapat disediakan secara efisien dan efektif oleh swasta.

Dalam kasus ini pelayanan publik meliputi pengadaan barang publik, pengaturan

eksternalitas, penjaminan keamanan dari ketidakpedulian masyarakat. Barang

publik merupakan barang non rival dan non eklusif. Barang yang siapapun dapat

menikmati tanpa harus berkontribusi. Dalam kasus barang publik ini swasta tidak

akan pernah mampu menyediakan karena adanya masalahfree rider. Eksternalitas

biasanya berkaitan dengan sumber daya alam dan kehidupan bertetangga. Pada

kasus ini aktivitas seseorang akan mempengaruhi pihak ketiga tanpa pihak ketiga

mendapatkan kompensasi. Hal ini akan menyebabkan ketidakefisienan karena

biaya atau manfaat sosial tidak pernah diperhitungkan. Ketidak pedulian berkaitan

dengan sikap manusia yang tidak perduli, misalnya dengan keselamatan pribadi

ketika naik mobil/motor.

Kedua pelayanan publik adalah pelayanan yang juga dapat disediakun oleh

swasta sacara efisien dan efektif tetapi secara kolektif diputuskan untuk dilayani

Page 17: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

3

oleh pemerintah. Dalam kasus ini pemerintah memberikan pelayanan pada

berbagai jenis pelayanan yang dapat dilakukan swasta melalui BUMD.

Setiap daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota memiliki sejumlah

persoalan keuangan, salah satunya dari sisi penerimaan yakni PAD yang minim,

belum tergarap secara optimal. Apalagi untuk beberapa pajak dan retribusi yang

baru diserahkan pemerintah pusat kepada daerah belum terinventarisasi sehingga

pemerintah Kabupaten Sekadau belum bisa menghitung secara riil berapa

potensi PAD sesungguhnya yang bisa diperoleh sebagai penerimaan daerah

sendiri (PDS).

Penerimaan Daerah Sendiri (PDS) suatu daerah kabupaten pada dasarnya

adalah jumlah pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang Sah. Dalam

konteks ini, kemampuan suatu daerah untuk menjadi otonom bisa diukur dari

kemampuan untuk meningkatkan PAD. Peningkatan PAD memiliki arti yang

sangat strategis, baik bagi kepentingan daerah kabupaten maupun bagi

kepentingan nasional, terutama dalam kaitannya dengan upaya untuk

meningkatkan kemandirian dalam pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di

daerah. Ini berarti PAD menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan dalam

pelaksanaan otonomi daerah.

Sejalan dengan tuntutan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah dan

sejak diberlakukannya UU Nomor 28 Tahun 2009, maka Pemerintah Kabupaten

Sekadau seyogyanya melakukan reinventarisasi dan mengidentifikasi ulang

sumber-sumber PAD yang bisa dimaksimalkan untuk kepentingan pembangunan

daerah dengan potensi yang ada. Kita ketahui bahwa keberadaan sektor ekonomi

Page 18: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

4

di Kabupaten Sekadau yang cukup bervariasi sehingga dapat dijadikan sebagai

sumber penerimaan keuangan daerah dalam jangka panjang.Kewenangan yang

luas bagi daerah akan dapat menentukan mana sumber dana yang dapat digali dan

mana yang secara potensial dapat dikembangkan (Gaffar, 2000: 43-44).

Selanjutnya Darumurti dan Rauta (2000: 49) mengemukakan implikasi

dari adanya kewenangan urusan pemerintah yang begitu luas yang diberikan

kepada daerah dalam rangka otonomi daerah, di satu sisi dapat merupakan berkah

bagi daerah, namun pada sisi lain bertambahnya kewenangan daerah tersebut

sekaligus juga merupakan beban yang menuntut kesiapan daerah untuk

melaksanakannya, karena semakin bertambahnya urusan pemerintah yang

menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Untuk itu ada beberapa aspek yang

harus dipersiapkan yaitu aspek sumber daya manusia, sumber daya keuangan,

sarana dan prasarana. Hal ini sejaian dengan pendapat Kaho (1997: 246-256) yang

menyatakan bahwa untuk mewujudkan kesesuaian antara prinsip dan praktek

penyelenggaraan otonomi daerah, maka terdapat beberapa faktor yang perlu

diperhatikan yaitu pertama, faktor manusia pelaksana, kedua, faktor keuangan,

ketiga, faktor peralatan dan keempat, faktor organisasi dan manajemen. Keempat

faktor inilah yang sangat menentukan prospek otonomi daerah di masa yang akan

datang.

Sejalan dengan itu, untuk menjalankan fungsi pemerintahan atau kegiatan

pemerintahan, faktor keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena

hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak membutuhkan biaya (uang).

Semakin besar jumlah uang yang tersedia semakin banyak pula kemungkinan

Page 19: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

5

kegiatan atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan (Kaho, 1997: 61). Apalagi dalam

pelaksanaan otonomi daerah yang telah dimulai pada sejak tahun 2001. Pamudji

(1982: 72) menyatakan bahwa keuangan merupakan salah satu dasar kriteria

untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah

tangganya sendiri. Kemampuan daerah dimaksud adalah sampai seberapa jauh

daerah dapat menggali sumber-sumbcr keuangan sendiri guna membiayai

kebutuhannya tanpa harus selalu menggantungkan diri pada bantuan atau subsidi

pemerintah pusat (Kaho, 1997: 124), oleh karena itu kalau daerah tidak

mempunyai sumber-sumber keuangan yang cukup, akibatnya akan tergantung

terus kepada pemerintah pusat (Prabowo, 1999: 4).

Untuk melaksanakan pembangunan diperlukan sumber pembiayaan yang

sangat besar, terutama untuk investasi yang diharapkan berasal dari dana

masyarakat. Di negara berkembang seperti Indonesia, pada umumnya dana

investasi dari masyarakat masih sangat terbatas, sehingga diperlukan campur

tangan pemerintah, terutama untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur seperti

jalan dan jembatan, kelistrikan, perhubungan dan lain-lain. Salah satu sumber

dana pemerintah daerah yang terpenting dan potensial adalah Pendapatan Asli

Daerah yang diharapkan terus meningkat. Permasalahan yang terjadi di

Kabupaten Sekadau, dimana keuangan daerah masih sangat tergantung pada

pemerintah pusat. Dalam laporan realisasi penerimaan dan pengeluaran

pemerintah Kabupaten Sekadau terlihat bahwajumlah PAD sangat kecil

komposisinya dibandingkan dana transfer pemerintah pusat dan penerimaan

lainnya, seperti pada tabel di bawah ini.

Page 20: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

6

Tabel 1.1. Realisasi

Penerimaan Daerah Kabupaten Sekadau, Tahun 2006-2011 (dalam

Jutaan Rupiah)

Tahun Pendapatan

Asli Daerah (%)

Dana

Perimbangan (%)

Lain-lain

Pendapatan

yang Sah (%)

Total

Penerimaan

2006 3,144.69 1.20 259,197.04 98.64 435.34 0.17 262,777.07 2007 5,177.30 1.72 282,585.99 93.81 13,471.69 4.47 301,234.98 2008 7,647.62 2.25 320,081.40 94.12 12,356.67 3.63 340,085.69 2009 11,428.99 3.23 319,287.26 90.19 23,313.42 6.59 354,029.67 2010 11,997.16 2.76 334,306.50 76.88 88,511.32 20.30 434,814.98

2011 19,545.35 4.18 366,815.56 78.37 81,703.50 17.46 468,064.41 Rata-

Rata 9,823.52 2.55 313,712.29 88.67 36,631.99 8.78 360,167.80

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sekadau, 2012

Perbandingan komposisi antara PAD, Dana Perimbangan dan pendapatan

lainnya lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Gambar 1.1.

Perbandingan komposisi penerimaan PAD, Dana Perimbangan dan

Pendapatan daerah lainnya di Kabupaten Sekadau

Dalam tabel di atas terlihat bahwa komposisi penerimaan daerah

didominasi oleh dana perimbangan yang merupakan kontribusi dari Pemerintah

Pusat dengan pertumbuhan yang cenderung meningkat, walaupun perkembangan

0.00

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

300,000.00

350,000.00

400,000.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan

Lain-lain Pendapatan yang Sah

Page 21: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

7

PAD dan pendapatan lainnya meningkat setiap tahun dengan berfluktuasi, namun

secara persentase penerimaan PAD sangat kecil yakni rata-rata hanya 2,55 %

dalam periode 2006-2011.

Sedangkan jika dilihat dari komposisi pertumbuhan pertahun menunjukkan

trend yang bervariasi dimana dana perimbangan cenderung menurun

persentasenya sedangkan PAD dan penerimaan lainnya cenderung mengalami

peningkatan, seperti dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Gambar 1.2.

Pertumbuhan komposisi PAD, Dana Perimbangan dan Pendapatan

Daerah Lainnya

Permasalahan rendahnya PAD dan ketergantungan pada dana pusat bukan

saja terjadi di Kabupaten Sekadau, Hirawan (1987: 94-95) telah menelaah

mengenai keuangan daerah di Indonesia mengungkapkan beberapa permasalahan

di bidang keuangan daerah yang dihadapi oleh pemerintah daerah selama ini

yaitu:

a) Ketergantungan pemerintah daerah pada subsidi pemerintah pusat yang

tercermin dalam besarnya bantuan pemerintah pusat, baik dari sudut anggaran

0.00

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

300,000.00

350,000.00

400,000.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan

Lain-lain Pendapatan yang Sah

Page 22: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

8

rutin yaitu subsidi daerah otonom. maupun dari sudut anggaran pembangunan

daerah;

b) Rendahnya kemampuan daerah untuk menggali potensi sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah yang tercermin dari penerimaan Pendapatan Asli

Daerah yang relatif kecil (16,4 %) dibandingkan total penerimaan daerah;

c) Kurangnya usaha dan kemampuan penerimaan daerah di dalam mengelola dan

menggali sumber-sumber pendapatan yang ada;

d) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, retribusi dan

pungutan lainnya.

Menurut pengamatan penulis dalam kaitannya dengan rendahnya proporsi

PAD ini terdapat dua persoalan penting yang menonjol, yaitu pertama

menyangkut tingkat kewenangan daerah dalam memanfaatkan penerimaan daerah

dalam memanfaatkan penerimaan daerah, terdapat kecenderungan bahwa sumber-

sumber penerimaan yang penting dan potensial masih dipegang oleh pusat. Kedua

menyangkut belum semua potensi PAD dapat tergali dan tingkat kesadaran wajib

pajak dan wajib retribusi masih rendah dalam memenuhi kewajibannya.

PAD merupakan salah satu indikator kemandirian keuangan daerah yang

selanjutnya akan mempengaruhi „kualitas‟ APBD dan mempengaruhi proses

pembangunan di daerah. Oleh karena anggaran merupakan salah satu bagian

daripada administrasi keuangan dan pembangunan di daerah, karena APBD

memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Fungsi perencanaan

mengandung arti bahwa : anggaran merupakan alat dari manajemen menyangkut

masalah efisiensi dalam rangka mengusahakan pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan, yang dalam hal ini akan tercermin pada performance budget karena di

dalamnya sudah ditentukan ukuran-ukuran dan tolok ukur, sehingga dengan

Page 23: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

9

mudah dapat diketahui apakah pelaksanaan memenuhi sasaran yang telah

ditetapkan atau tidak. Sedangkan fungsi pengawasan mengandung arti bahwa

anggaran merupakan alat untuk mengawasi penggunaan dana.

b. Indikasi Permasalahan

Pemerintah Kabupaten Sekadau dihadapkan pada terbatasnya keuangan

akibat penerimaan PAD yang minim mengakibatkan kurangnya kedaulatan

dalam pengelolaan keuangan.

Rendahnya penerimaan PAD mengindikasikan masih lemahnya

pengelolaan keuangan daerah (oleh Dispenda Kabupaten Sekadau), hal ini

berdampak pada ketergantungan keuangan pada pemerintah pusat, hal ini bertolak

belakang dengan tujuan dan prinsip otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

Sementara di sisi lain potensi sumberdaya alam dan potensi daerah masih

perlu diberdayakan untuk meningkatkan PAD di Kabupaten Sekadau. Kekayaan

alam dan potensi ekonomi yang dimiliki belum terinventarisasi dan

teridentifikasi dengan baik. Dalam pendataan dan pemungutan pajak dirasa

kurang optimal, masih banyak terdapat objek/wajib pajak yang belum terdata

sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang No 28 tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah.

Berdasarkan indikasi dan asumsi tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian ilmiah mengenai keuangan daerah dengan judul:

“ANALISIS POTENSI DAN REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH

DALAM MENCAPAI KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI

KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2006-2011,” yang intinya adalah suatu

Page 24: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

10

kajian mengenai peta potensi riil dan realisasi pajak dan retribusi daerah yang

ada di Kabupaten Sekadau setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi, yang efektif berlaku mulai 1 Januari

tahun 2010, dan di Kabupaten Sekadau mulai berlaku sejak 1 Januari 2011

dengan dikeluarkannya Perda Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah di

Kabupaten Sekadau.

Selain untuk tujuan akademik berupa pembuatan tesis yang penulis

lakukan, penelitian ini sangat penting dan sangat relevan dalam rangka

meningkatkan pendapatan dan kemampuan keuangan Daerah di Kabupaten

Sekadau.

c. Keaslian Penelitian

Penelitian ini merupakan karya penulis sendiri, tidak ada bagian yang

merupakan penjiplakan karya orang lain. Menurut pengetahuan penulis, penelitian

ini tidak pernah ditulis, diterbitkan atau diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Namun ada beberapa penelitian

terdahulu yang telah dilakukan dengan topik dan variabel yang sama, hal ini

dijadikan acuan oleh penulis dan dijadikan sebagai landasan empiris dan tinjauan

pustaka, sehingga ada beberapa persamaan dan perbedaannya dengan penelitian-

penelitian terdahulu. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan variabel

penerimaan daerah, PAD, pajak daerah, retribusi daerah, sedangkan perbedaannya

adalah periode waktu, variabel, alat analisis, dan daerah penelitian. Adapun

penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis adalah:

Page 25: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

11

d. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil kajian penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam

penelitian ini ditampilkan dalam tabel/matrik di bawah ini :

Nama Peneliti, Judul,

Lembaga

Uraian Singkat, Tujuan,

metode analisis

Kesimpulan/Hasil

Penelitian

Bob Mustafa dan Abdul

Halim, 2008,

“Pengukuran Kinerja

Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Kalimantan

Barat, Jurnal Ekonomi

Politeknik Negeri

Pontianak Fakultas

Ekonomi dan Bisnis

UGM Yogyakarta

Tujuan :

(1) Untuk mengetahui kinerja

pendapatan daerah Dispenda

Provinsi Kalimantan Barat :

Pertumbuhan pendapatan asli

daerah (PAD), Kontribusi

pajak dan retribusi daerah

terhadap PAD, Elastisitas

PAD terhadap PDRB,

Derajat desentralisasi fiskal,

dan Rasio efektivitas PAD,

Kinerja efisiensi dan

efektivitas pengelolaan

keuangan yang dilaksanakan

oleh Dispenda Provinsi

Kalimantan Barat

Selama periode penelitian,

PAD Provinsi Kalimantan

Barat mengalami

pertumbuhan rata-rata

sebesar 24,71% per tahun,

atau telah terjadi kenaikan

PAD sebesar 98,85%,

Angka Efektivitas, kontribusi

Derajat Desentralisasi Fiskal,

derejat ketergantungan

Elastisitas

Ernie A.A. Purukan,

ANALISIS POTENSI,

KEEFEKTIFAN DAN

EFISIENSI RETRIBUSI

PASAR DI KOTA

MANADO,

Tesis Program Studi

Magister Ekonomika

Pembangunan Bidang

Ilmu Sosial Program

Pascasarjana Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta

Tujuan :

Menghitung potensi

retribusi pasar, menghitung

dan menganalisis

keefektfan pengelolaan

retribusi pasar serta

menghitung dan

menganalisis efisiensi

pengelolaan retribusi pasar.

Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

data primer dan data

sekunder.

Alat analisis yang

digunakan adalah:

Analisis potensi retribusi

pasar dengan menggunakan

perhitungan matematik

sederhana.

Analisis keefektifan

merupakan rasio antara

realisasi dengan potensi

dikali 100 persen.

Hasil analisis

potensi penerimaan

retribusi pasar tahun

2003 sebesar

Rp2996.723.700,- dan

potensi tahun 2004

diasumsikan sama dengan

tahun 2003, karena masih

menggunakan peraturan

yang sama dan tidak ada

perubahan sedikitpun.

Tingkat keefektifan

berdasarkan target selama

kurun waktu tujuh tahun

menunjukkan bahwa

pengelolaan retribusi pasar

berjalan efektif yakni rata-

rata sebesar 99,55%,

Berdasarkan potensi

tahun 2003 sebesar

89,35%. Berarti bahwa

pengelolaan cukup efektif.

Tingkat efisiensi kurun

waktu empat tahun rata-

Page 26: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

12

Analisis efisiensi

merupakan rasio antara

biaya pemungutan dengan

realisasi penerimaan dikali

100 persen.

rata sebesar 60%. Ini dapat

dikatakan efisien, dimana

untuk merealisasikan

penerimaan sebesar

Rp.100,- dibutuhkan

biaya sebesar Rp.60,-.

Joko Dwi Maryono,

“OPTIMALISASI

POTENSI RIIL PAJAK

RESTORAN DALAM

UPAYA

PENINGKATAN

PENDAPATAN ASLI

DAERAH DI

KABUPATEN

SEKADAU,” Tesis

Program Magister Ilmu

Ekonomi Fakultas

Ekonomi Universitas

Tanjungpura Pontianak

Tujuan penelitian

Menghitung dan

mengetahui potensi Pajak

Restoran, apakah

penerimaan pajak restoran

yang dipungut oleh

Dispenda Kabupaten

Sekadau sudah efektif dan

efissien.

Metode penelitianyang

digunakan adalah „metode

Deskriptif Analisis‟ dengan

menggunakan data skunder

dan primer.

Hasil analisis

menunjukkan bahwa

penerimaan pajak restoran

di Kabupaten Sekadau

memiliki tingkat

efektivitas yang tinggi,

namun tingkat efisiensi

yang rendah.

Sudiman, 2010,

“ANALISIS REALISASI

PENDAPATAN ASLI

DAERAH DALAM

MENCAPAI

KEMANDIRIAN

OTONOMI DAERAH

KABUPATEN

LANDAK,” Tesis

Program Magister Ilmu

Ekonomi Fakultas

Ekonomi Universitas

Tanjungpura Pontianak.

Permasahan yang dikaji

dalam penelitian Sudiman

adalah :

- Bagaimana tingkat

efektivitas dan efisiensi

kinerja penerimaan

pendapatan asli daerah

Kabupaten Landak ?

- Berapa besar tingkat

kepekaan pendapatan asli

daerah (PAD) terhadap

PDRB Kabupaten

Landak.

Analisis data yang

digunakan meliputi :

Analisis kinerja, yaitu

dengan menganalisis

efektifitas dan efisiensi

penghimpunan PAD,

Analisis elastisitas, untuk

mengukur tingkat

sensitivitas penerimaan

PAD terhadapPDRB dan

terhadap pertumbuhan

penduduk.

Hasil perhitungan

disimpulkan bahwa :

a) Sistem dan prosedur

pemungutan pendapatan

asli daerah pada tahun

2007 lebih efisien dan

lebih efektif

dibandingkan dengan

tahun 2006.

b) Pendapatan asli daerah

Kabupaten Landak

memiliki tingkat

sensitivitas yang cukup

tinggi terhadap PDRB

dan terhadap jumlah

penduduk.

c) Tingkat kemandirian

dalam membiayai

kegiatan rutin dan

pelayanan publik pada

2007 lebih tinggi

dibandingkan dengan

tahun 2006, karena

kemampuan Pemerintah

Kabupaten Landak dalam

menghimpun pendapatan

asli daerah pada tahun

2007 semakin besar.

Page 27: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

13

Mardiasmo dan Makhfatih

(2000) melakukan

PENGHITUNGAN

POTENSI PAJAK DAN

RETRIBUSI DAERAH

DI KABUPATEN

MAGELANG.

Dalam kesimpulan

Mardiasmo menyatakan

bahwa

ketergantungan

Kabupaten Magelang

cukup tinggi terhadap

sumber penerimaan dari

sumbangan dan bantuan

Pemerintah Pusat atau

Provinsi Jawa Tengah.

Untuk itu upaya

meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah

dari pajak dan retribusi

daerah sudah merupakan

keharusan;

5. Yahya M. Bana, 2001 ;

Analisis Sistem

Pengelolaan Keuangan

Daerah Kabupaten Alor

Propinsi Nusa Tenggara

Timur, Tesis, Program

Studi Magister

Ekonomika Pembangunan

Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial,

Program Pasca Sarjana

Universitas Gadjah Mada

menganalisis tingkat

efektivitas dan efisiensi

pengelolaan keuangan

daerah untuk mengetahui

keeratan hubungan realisasi

penerimaan daerah dan

realisasi pengeluaran rutin

di Kabupaten Alor Propinsi

Nusa Tenggara Timur dari

Tahun Anggaran

1994/1995 sampai dengan

1999/2000.

Data yang diamati adalah

data sekunder dalam runtut

waktu (time series) yang

diperoleh dari Bagian

Keuangan Kabupaten Alor

Hasil analisis

menunjukkan bahwa :

- Tingkat efektivitas

selama periode

pengamatan antara

87,37% s/d 99,34%,

(cukup efektif).

- Tingkat efisiensi antara

51,30% s/d 69,53%

(berarti efisien).

- Perkembangan dan

hubungan variabel yang

diamati yaitu kontribusi

Penerimaan Daerah

Sendiri (PDS) dilihat dari

target memberikan

kontribusi terhadap

APBD sebesar 16.29%

- Tingkat ketergantungan

kepada pemerintah pusat

besarnya83.71%.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan indikasi dan identifikasi masalah di atas, maka lingkup

permasalahan dirumuskan sebagai berikut :

Page 28: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

14

1. Bagaimana kondisi keuangan daerah Kabupaten Sekadau dilihat dari

pertumbuhan dan kontribusi serta komposisi PAD?

2. Bagaimana efektifitas Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sekadau ?

3. Bagaimana kondisi keuangan daerah dilihat dari Derajat Kemandirian Daerah

di Kabupaten Sekadau ?

4. Bagaimana kondisi keuangan daerah dilihat dari Elastisitas PDRB dan

jumlah penduduk terhadap PAD di Kabupaten Sekadau ?

5. Bagaimana dampak penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi daerah terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Sekadau ?

1.3. Tujuan penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan menganalisa kondisi, pertumbuhan, kontribusi dan

komposisi per komponen PAD di Kabupaten Sekadau.

2. Mengetahui dan menganalisis efektifitas Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Sekadau.

3. Mengetahui dan menganalisis tingkat kemandirian keuangan daerah dengan

menghitung Derajat Desentralisasi Fiskal Daerah Kabupaten Sekadau.

4. Mengetahui dan menganalisa elastisitas PDRB dan jumlah penduduk

terhadap PAD Kabupaten Sekadau.

5.Menganalisis dampak penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Sekadau.

Page 29: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

15

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak, diantaranya :

1.4.1. Bagi Kalangan Akademis dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan

a. Memperkaya kajian-kajian empiris terdahulu, terutama berkaitan dengan upaya

peningkatan efektifitas, dan optimalisasi pengelolaan keuangan daerah.

b. Mampu melahirkan sebuah pemikiran baru berupa konsep, strategi, dan

kebijakan pengelolaan keuangan daerah dan menjadi acuan dalam penelitian

lebih lanjut khususnya di Kalimantan Barat.

c. Menjadi salah satu sumber masukan dan informasi bagi para peneliti yang

ingin mengembangkan dan melanjutkan studi lebih mendalam tentang berbagai

topik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan sistem keuangan

daerah.

1.4.2. Bagi Pemerintah dan Pengambil Kebijakan

a. Menjadi sumber informasi alternatif dan fakta dalam membuat kebijakan

berkenaan dengan kebijakan pembangunan dan keuangan khususnya yang

berkaitan dengan prinsip akuntabilitas publik bagi masyarakat.

b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Kabupaten

Sekadau dalam rangka untuk lebih meningkatkan pengelolaan keuangan

daerah;

c. Dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang keadaan pengelolaan

keuangan di Pemerintah Kabupaten Sekadau.

Page 30: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

16

1.4.3. Bagi penulis

Penelitian ini sebagai media pembelajaran dan pemahaman lebih dalam

tentang teori dan ilmu pengetahuan yang penulis pelajari khususnya di bidang

ilmu ekonomi pembangunan dan keuangan daerah.

Page 31: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Salah satu upaya pemerintah pusat dalam mengakomodasi aspirasi

masyarakat dan peningkatan kesejahteraan serta pemerataan pendapatan adalah

melalui otonomi daerah. Otonomi Daerah di Indonesia dimulai dengan

bergulirnya Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah yang masing-masing telah diperbaharui dengan UU

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah. Otonomi Daerah menurut UU ini adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Penyelenggaraan otonomi daerah dan desentralisasi kepada daerah

kabupaten/kota membawa implikasi dan konsekuensi terutama pada masalah

pembiayaan, pengelolaan, dan pengawasan keuangan daerah. Saat ini masih

banyak masyarakat yang memahami bahwa otonomi daerah berarti peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga dengan otonomi daerah dan

desentralisasi, pemerintah daerah harus membiayai pengeluaran daerahnya dengan

Pendapatan Asli Daerahnya sendiri.

Page 32: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

18

Desentralisasi tidak hanya terkait dengan sisi model pemerintahan, namun

juga menyangkut paradigma ekonomi yang disebut desentralisasi ekonomi.

Desentralisasi ekonomi mencakup aktivitas dan tanggung jawab ekonomi yang

diimplementasikan pada level daerah.

Berkaitan dengan hal tersebut, desentralisasi fiskal menjadi komponen

utama proses desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia. Menurut Mardiasmo

(2002) dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia diharapkan:

(1) Dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah,

(2) Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat, serta

(3) Membudayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartispasi

dalam proses pembangunan.

Lebih jauh Mardiasmo (2002:97) mengemukakan bahwa untuk

mewujudkan itu semua diperlukan reformasi kelembagaan (institutional reform)

dan reformasi manajemen publik (public management reform) secara lebih nyata.

Reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan

di daerah, baik struktur maupun infrastrukturnya. Kunci reformasi kelembagaan

tersebut adalah pemberdayaan masing-masing element di daerah, yaitu

masyarakat umum sebagai "stakeholder", pemerintah daerah sebagai eksekutif,

dan DPRD sebagai "shareholder".

2.2. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (pasal1) adalah hak Pemerintah

Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun

Page 33: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

19

bersangkutan. Definisi pendapatan menurut Halim (2007;237) adalah semua

penerimaan daerah dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang

mempengaruhi kekayaan daerah.

Adapun sumber-sumber atau jenis penerimaan pemerintah daerah terdiri

atas (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan yang berupa Bagi

Hasil Pajak (BHP), Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP), Dana Alokasi Umum

(DAU), dan Dana Aiokasi Khusus DAK), Perimbangan propinsi, dan (3) Lain –

lain Pendapatan Daerah yang sah. Dari aspek penggunaan anggaran, sumber

pendapatan Pemerintah Daerah dapat dikelompokkan sebagai penerimaan umum

dan penerimaan khusus. Penerimaan umum adalah semua jenis penerimaan yang

dapat digunakan untuk segala pengeluaran daerah. Termasuk dalam penerimaan

umum adalah semua jenis penerimaan kecuali (DAK). Penerimaan khusus adalah

penerimaan yang dikaitkan dengan kegiatan pemerintah tertentu, dan DAK adalah

jenis penerimaan ini.

2.2.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Halim (2007:96) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan

semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi daerah. Undang-

undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan

pengertian : “Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD sebagai

pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”

Komponen utama Pendapatan Asli Daerah terdiri atas pajak daerah dan

retribusi daerah. Jenis pajak dan retribusi yang dipungut di daerah tergantung pada

Page 34: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

20

karakteristik daerah. Dalam hal penambahan pajak dan retribusi baru yang perlu

diperhatikan adalah apakah akan ada tambahan kemampuan kuantitas dan kualitas

pelayanan kepada masyarakat. Tanpa ini maka asas keadiian, kelayakan, dan

keselarasan pajak tidak akan tercapai.

Besar masing-masing jenis pajak dan retribusi daerah bervariasi antar

daerah tergantung karakteristik daerah. Studi menunjukkan bahwa secara umum

penerimaan PAD dipengaruhi oleh potensi sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa.

Semakin besar potensi keempat sektor tersebut akan semakin besar pula potensi

penerimaan PAD. Secara spesifik penerimaan PAD tergantung pada aktivitas

keempat sektor yang ada di daerah, misalnya daerah berbasis wisata industri, dan

sebagainya.

2.2.2. Dasar Hukum Pendapatan Asli Daerah

Pada hakekatnya setiap penempatan beban kepada rakyat termasuk dalam

hal perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan, harus

ditetapkan dengan undang-undang. Hal tersebut berlaku pula dalam pemungutan

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, keduanya harus didasarkan pada aturan

hukum yang jelas.

Sebagai sebuah sistem, kebijakan perpajakan Indonesia yang pada

dasarnya merupakan beban masyarakat selalu perlu dijaga agar kebijakan tersebut

dapat memberikan beban yang adil. Sejalan dengan sistem perpajakan nasional,

pembinaan Pajak Daerah dilakukan secara terpadu dengan pajak nasional.

Page 35: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

21

Pembinaan ini perlu dilakukan secara terus-menerus, terutama mengenai objek

dan tarif pajak, sehingga antara pajak pusat dan Pajak Daerah saling melengkapi.

2.3. Teori Pajak

Penghasilan pemerintah dalam rangka membiayai pengeluaran

pemerintahan yang utama diperoleh melalui pungutan pajak dari masyarakat dan

dari hasil kekayaan alam yang terdapat di daerah tersebut. Penerimaan dari sektor

pajak yang dikenakan kepada masyarakat akan kembali kepada masyarakat

melalui pengeluaran rutin dan kegiatan pembangunan berupa penyediaan fasilitas

publik yang secara tidak langsung akan menunjang kelancaran pembangunan

daerah.

2.3.1. Pengertian Pajak

Pajak adalah pembayaran dari warga negara kepada pemerintah untuk

keperluan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan yang pemungutannya

diatur dengan undang-undang dan dapat dipaksakan, tanpa adanya prestasi atau

balas jasa langsung dari pembayarannya itu. Malah ada kalanya kontraprestasi

yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk

membiayai pengeluaran pemerintah secara umum.

Pengertian pajak menurut beberapa ahli antara lain, menurut

Mangkoesoebroto (1997;86) :

"Pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak prerogative pemerintah,

pungutan tersebut didasarkan pada Undang-Undang, pemungutannya dapat

dipaksakan kepada subjek pajak untuk mana tidak ada balas jasa yang langsung

dapat ditunjukkan penggunaannya."

Page 36: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

22

Sedangkan Rochmad Soemitro (1990;156) menyatakan sebagai berikut :

"Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapat cara timbal batik (kontra prestasi), yang

langsung dapat diyujukan dan di gunakan untuk membayar pengeluaran

umum."

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan

ke kas negara disebabkan suatu keadaan. kejadian. dan perbuatan yang

memberikan kedudukan

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pajak

adalah iuran atau pungutan yang digunakan oleh suatu badan yang bersifat umum

(negara) untuk memasukkan uang ke dalam kas negara dalam menutupi segala

pengeluaran yang telah dilakukan dimana pemungutannya dapat dipaksakan oleh

kekuatan publik, dengan pengertian :

1. Iuran masyarakat kepada negara dalam arti bahwa yang berhak melakukan

pemungutan pajak adalah negara dengan alasan apapun swasta atau partikuler

lidak boleh memungut pajak.

2. Berdasarkan Undang-Undang dalam arti bahwa walaupun negara mempunyai

hak untuk memungut pajak namun dalam pelaksanaannya harus memperoleh

persetujuan dari rakyat yaitu melalui Undang-Undang.

3. Tanpa jasa timbal balik (prestasi) dari negara yang dapat langsung ditunjuk.

dalam arti bahwa jasa timbal balik atau kontra prestasi yang diberikan oleh

negara kepada rakyatnya tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan

besarnya pajak.

Page 37: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

23

4. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang bersifat umum dalam arti

bahwa pengeluaran-pengeluaran pemerintah tersebut mempunyai manfaat bagi

masyarakat secara umum.

2.3.2. Aspek Ekonomi dari Perpajakan

Sistem pajak yang baik dipandang dari ilmu ekonomi adalah sistem

perpajakan yang memiki pengaruh yang baik (Suhendi, 2006). Konsep sistem

pajak adalah membatasi masalah keadilan sistem pajak. Ada dua prinsip keadilan

yang digunakan yaitu prinsip manfaat atau benefit principle dan prinsip

kemampuan atau ability to pay. Norma keadilan yang ada disini untuk

mengenakan pajak yang sama untuk hal-hal yang sama dan tidak sama untuk hal-

hal yang tidak sama. Suatu pajak dapat disebut progresif, proporsional atau

regresif jika membebani pendapatan orang lain lebih besar dibanding mereka yang

miskin dalam proporsi yang sama.

2.3.3. Fungsi Pajak

Peraturan pajak dibuat dengan didasarkan pada tujuan meningkatkan

kesejahteraan umum. Untuk meningkatkan kesejahteraan umum aturan pajak tidak

semata-mata dibuat untuk memasok uang sebanya-banyaknya ke dalam kas

negara, akan tetapi harus memiliki sifat yang mengatur guna meningkatkan taraf

kehidupan masyarakat.

Teori keuangan negara menjelaskan bahwa pajak timbul sebagai implikasi

dari peran pemerintah dalam perekonomian. Latar belakang perlunya campur

tangan pemerintah dalam perekonomian adalah karena adanya eksternalitas,

merupakan barang publik, ketidaksempurnaan informasi, pilihan publik, dan

Page 38: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

24

masalah distribusi penghasilan dan kemiskinan yang tidak dapat ditangani pihak

swasta. Pemerintah daerah dalam melakukan pungutan pajak harus tetap

menempatkan sesuai dengan fungsinya. Adapun dilihat dari pemungutannya pajak

mempunyai dua fungsi (Mardiasmo 2002 ; 231) yaitu :

1) Fungsi Anggaran (Budgeter); pajak digunakan sebagai alat untuk membiayai

seluruh pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah pusat/daerah.

2) Fungsi Pengaturan (Regulator), pajak juga berfungsi sebagai alat kontrol atau

mengatur untuk mencapai tujuan. Misal, pajak minuman keras dimaksudkan

agar rakyat menghindari atau mengurangi konsumsi minuman keras, pajak

ekspor untuk menghindari kelangkaan di dalam negeri.

2.3.4. Asas-Asas Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak baik dikelola oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas-asas pemungutan pajak. Ada

empat (4) prinsip dasar pengenaan pajak yang harus dipenuhi yang dikemukakan

oleh Adam Smith dalam Suparmako (1994:97-98). Empat prinsip dasar ini

pertama kali dikemukakan oleh Adam Smith, sering disebut dengan Smith's

Cannons, yakni :

1. Prinsip kesamaan; atau keadilan artinya beban pajak harus sesuai dengan

kemampuan relatif dari setiap wajib pajak.

2. Prinsip kepastian; pajak hendaknya tegas. jelas dan pasti bagi setiap wajib

pajak. sehingga mudah dimengerti oleh mereka.

3. Prinsip kecocokan; atau kelayakan. pajak jangan sampai terlalu menekan si

wajib pajak, sehingga wajib pajak akan dengan suka dan senang hati

melakukan pembayaran pajak kepada pernerintah.

Page 39: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

25

4. Prinsip ekonomi; pajak hendaknya menimbulkan kerugian yang minimal

dalam arti jangan samapai biaya pemungutannya lebih besar dari pada jumlah

penerimaan pajaknya.

Pemilihan dasar pajak yang tepat merupakan sesuatu yang penting dan

merupakan langkah pertama dalam merancang struktur pajak yang adil. Langkah

kedua adalah menerapkan indeks tersebut, apakah berupa pendapatan, konsumsi

atau kekayaan terhadap kompleksitas badan-badan hukum dan perekonomian.

Sistem pajak yang adil tidaklah sederhana, struktur pajak yang rumit, di satu pihak

selalu mengarah pada timbulnya usaha penghindaran pajak (tax avoidance) yaitu

beberapa wajib pajak menyesuaikan aktivitas mereka untuk meminimumkan

kewajiban, disamping timbulnya penghindaran yang terang-terangan dan ilegal

(tax evasion), yang pada gilirannya akan mengurangi aspek keadilan.

Menurut Devas dkk (1989:81) dalam menilai kewajaran pajak daerah

digunakan serangkaian prinsip dan indikator sebagai berikut :

1. Hasil (yield) yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya dengan

berbagai layanan yang dibiayainya. Menilai perbandingan hasil pajak dengan

biaya pungut.

2. Keadilan (equity) yaitu dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan

tidak sewenang-wenang, pajak harus adil secara horisontal, artinya beban

pajak haruslah sama besar antara sebagian kelompok yang berbeda tetapi

dengan kedudukan ekonomi yang sama ; harus adil secara vertikal, artinya

kelompok yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih besar memberikan

Page 40: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

26

sumbangan yang lebih besar dari pada kelompok yang tidak banyak memiliki

sumber daya ekonomi.

3. Daya guna ekonomi (economic efficiency); pajak hendaknya mendorong

penggunaan sumber daya secara berdaya guna dalam kehidupan ekonomi;

mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan pilihan produsen menjadi salah

arah atau orang menjadi segan bekerja atau menabung.

4. Kemampuan melaksanakan (ability to implement); suatu pajak haruslah dapat

dilaksanakan dari sudut kemampuan polilik dan kemampuan tata usaha.

5. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as a local revenue

source);

Ini berarti haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak harus dibayarkan

dan tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban

pajak ; pajak daerah hendaknya jangan mempertajam perbedaan antara daerah

dari segi potensi ekonomi masing-masing ; dan pajak hendaknya tidak

menimbulkan beban yang lebih dari kemampuan tata usaha pajak daerah.

Selanjutnya Mardiasmo (1999:22) mengemukakan agar pemungutan pajak

tidak mengalami hambatan atau perlawanan. maka pemungutan pajak harus

memenuhi syarat sebagi berikut :

1. Pemungutan pajak harus mencapai keadilan undang-undang dalam pelaksanaan

pemungulan harus adil. Adil dalam pcrundang-undangan diataranya

mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan

kemampuan masing-masing. sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni

Page 41: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

27

dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan,

penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis

pertimbangan pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang (syarat yuridis) di

Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. memberikan jaminan

hukum menyatakan keadilan baik bagi negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan.

sehingga tidak tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan pajak haras efisiensi (syarat finansial). Sesuai fungsi budgetair

biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil

pemungutan.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana. Sistem yang sederhana akan

memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban

perpajakan. Syarat ini haru dipenuhi oleh undang-undang perpajakan.

2.4. Pajak Daerah

Pajak adalah pungutan pemerintah yang bisa mengurangi daya beli

masyarakat tanpa pemerintah harus memberikan kontraprestasi secara langsung.

Meskipun demikian untuk menjamin kelangsungan pungutan, pemerintah harus

memberikan manfaat kepada pembayar pajak dalam bentuk pembangunan.

Dengan demikian pada akhirnya masyarakat merasakan manfaat dari membayar

pajak. Pajak daerah yang baik adalah pajak yang didasarkan pada basis pajak yang

belum dipajaki oleh daerah dan atau tingkat daerah di atasnya. Jika satu basis

Page 42: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

28

pajak dipajaki dua kali atau lebih maka akan menimbulkan ketidakadilan bagi

wajib pajak dan memberikan dampak pada wajib pajak untuk tidak membayar

pajak.

Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari hasil

pemungutan pajak daerah berdasarkan perda. Pajak Daerah adalah jenis-jenis

pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah meliputi jenis-jenis pajak yang

belum dipungut oleh pusat. Dalam undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang

pajak daerah dan retribusi daerah, didefinisikan bahwa:

“Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang di

lakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung

yang seimbang, yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yang di gunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.”Selanjutnya pajak daerah

dibedakan atas pajak daerah provinsi dan pajak daerah kabupaten/kota.Sesuai

dengan UU No.28 / 2009, jenis pajak yang dapat dipungut oleh daerah

kabupaten/kota meliputi :

1. Pajak Hotel;

2. Pajak Restoran;

3. Pajak Hiburan;

4. Pajak Reklame;

5. Pajak Penerangan Jalan;

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

7. Pajak Parkir;

8. Pajak Air Tanah;

9. Pajak Sarang Burung Walet;

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2.5.Retribusi Daerah

Retribusi adalah pungutan yang diambil hanya dari masyarakat yang

menikmati layanan pemerintah secara langsung. Retribusi dimaksudkan untuk

mengganti seluruh atau sebagian biaya pengadaan layanan. Pemerintah tidak akan

mengambil laba dalam hal ini. Jika penikmat layanan pemerintah hanya

Page 43: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

29

membayar retribusi yang mencakup hanya sebagian biaya pengadaan maka

pemerintah telah memberikan subsidi terhadap pelayanan tersebut. Dalam kasus

ini misalnya harga retribusi adalah nol atau gratis maka berarti semua biaya

pengadaan layanan ditanggung oleh pemerintah dengan dana yang bersumber dari

pajak daerah.

Retribusi dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah sebagai akibat adanya kontra prestasi yang diberikan oleh

pemerintah daerah atau pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah yang langsung dinikmati secara

perorangan oleh warga masyarakat dan pelaksanaanya didasarkan atas peraturan

yang berlaku (Halim, 2004:115).

Retribusi Daerah adalah pungutan sebagai imbalan atas pemakaian fasilitas

dan jasa pemerintah atau manfaat yang diperoleh langsung oleh seseorang atau

badan jasa yang nyata dan pemerintah daerah. Objek retribusi adalah berbagai

jenis jasa tertentu yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Tidak semua jasa

yang diberikan oleh Pemerintah Daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya

jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak

dijadikan sebagai objek retribusi. Ketentuan mengenai retribusi daerah menurut

UU No.28 Tahun 2009 meliputi tigagolongan retribusi daerah yakni :

1. Retribusi Jasa Umum adalah:

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

Page 44: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

30

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta

Catatan Sipil;

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

f. Retribusi Pelayanan Pasar;

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

2. Retribusi Jasa Usaha adalah:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

b. Retribusi Pasar Gosir dan/atau Pertokoan;

c. Retribusi Tempat Pelelangan;

d. Retribusi Terminal;

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;

g. Retribusi Rumah Potong Hewan;

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhan;

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga;

j. Retribusi Penyebrangan di Air; dan

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Page 45: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

31

3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah:

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

c. Retribusi Izin Gangguan;

d. Retribusi Izin Trayek; dan

e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

2.6. Dasar Hukum Pajak dan Retribusi Daerah

Pungutan pajak dan retribusi harus dipayungi oleh kesepakatan kolektif

berupa peraturan perundang-undangan. Sebagai bagian dari negara Indonesia

maka peraturan daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan di atasnya.

Oleh karena itu pengenaan jenis pajak baru harus mempedomani peraturan yang

berlaku.

Demikian pula dengan wajib pajak, wajib pajak akan memperhatikan

peraturan yang ada dan mengambil keputusan investasi pada koridor tersebut.

Penambahan jenis pungutan tertentu yang tidak pernah dirperhitungkan dalam

keputusan investasi akan berdampak negatif pada daerah dalam jangka panjang.

Hal ini disebabkan karena dalam jangka panjang investor akan memindahkan

investasinya ke daerah lain yang pungutannya tidak sebesar dari daerah semula.

2.7. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan

penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang

Page 46: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

32

dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang

mencakup:

1. Bagian laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD.

2. Bagian laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik Negara/BUMN.

3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat.

2.8. Lain-lain PAD yang Sah

Penerimaan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain

milik pemda. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:

1. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.

2. Penerimaan jasa giro.

3. Pendapatan bunga.

4. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.

5. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan, pengadaan barang, dan jasa oleh daerah.

6. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

8. Pendapatan denda pajak.

9. Pendapatan denda retribusi.

10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan.

11. Pendapatan dari pengembalian.

12. Fasilitas sosial dan umum.

13. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

Page 47: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

33

14. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

2.9. Dana Perimbangan/Pendapatan Transfer

Menurut Halim (2007:99), pendapatan transfer merupakan pendapatan

daerah yang diperoleh dari otoritas pemerintah di atasnya. Sebelum munculnya

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006, kelompok

pendapatan ini terbatas hanya pada dana perimbangan. Setelah peraturan ini

muncul, terdapat transfer dana lain di luar dana perimbangan.

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan dapat bersumber dari pusat dan

propinsi berupa :

(1) Bagi Hasil Pajak,

(2) Bagi Hasil Sumber Daya Aim,

(3) DAU, dan

(4) DAK.

(5) Lain-lain Pendapatan yang Sah yang mencakup:

1. Pendapatan hibah.

2. Pendapatan dana darurat.

3. Pendapatan lainnya.

Sebelum otonomi daerah terjadi ketimpangan vertikal yang cukup

memprihatinkan. Daerah-daerah kaya sumber daya alam dan daerah-daerah kaya

sumber daya manusia kurang menikmati sumber daya alam dan atau sumber daya

manusia yang menjadi kekayaan daerahnya. Dengan diberlakukannya Undang-

Page 48: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

34

undang Nomor 33 Tahun 2004 dan otonomi daerah pola penerimaan daerah

berubah melalui dana perimbangan yang berupa bagi hasil sumber daya alam dan

PPH pasal 21. Pola penerimaan daerah dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok yang berbeda. Pertama adalah daerah yang kaya sumber daya alam.

Daerah pada kelompok ini diuntungkan secara signifikan dengan kenaikan

penerimaan yang bersumber dari bagi hasil bukan pajak: bagi hasil sumber daya

alam. Kelompok kedua adalah kelompok daerah yang memiliki sumber daya

manusia. Daerah pada kelompok ini diuntungkan dengan tambahan penerimaan

yang bersumber dari bagi hasil pajak, bagi hasil PPH pasal 21. Kelompok ketiga

adalah kelompok tidak kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia. Pada

kelompok ini jika DAU belum diperhitungkan, maka penerimaan daerah sebelum

dan sesudah otonomi daerah tidak berubah secara signifikan. Kondisi ini

memperbaiki kesenjangan vertikal antara pusat dan daerah.

Meskipun keseimbangan vertikal membaik melalui perimbangan yang

berupa bagi hasil sumber daya alam dan bagi hasil PPH pasal 21, dengan adanya

kelompok daerah yang diuntungkan dan tidak diuntungkan oleh bagi hasil sumber

daya alam dan bagi hasil pajak PPH pasal 21, telah menimbulkan ketimpangan

horizontal. Ketimpangan horizontal ini menjadi tugas terpenting dari DAU. DAU

diharapkan mampu menutup ketimpangan antar daerah sehingga kemampuan

semua daerah dalam memberikan pelayanan publik tidak berbeda jauh.

2.10. Total Penerimaan Daerah (TPD)

Total Penerimaan Daerah (TPD) adalah jumlah keseluruhan penerimaan

daerah yang terdiri dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, pendapatan

Page 49: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

35

asli daerah, pendapatan yang berasal dari Pemerintah yang lebih tinggi, pinjaman

pemerintah daerah, dan lain-lain penerimaan sah dalam rupiah.

2.11. Potensi Pendapatan Asli Daerah

Setiap daerah mempunyai potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

berbeda-beda. Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Simanjuntak

(dalam Halim, 2001:101) adalah kekuatan yang ada di suatu daerah untuk

menghasilkan sejumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Untuk mengetahui potensi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dibutuhkan pengetahuan tentang analisa perkembangan beberapa variabel yang

dapat dikendalikan (yaitu variabel-variabel kebijakan dan kelembagaan) dan yang

tidak dapat dikendalikan (yaitu variabel-variabel ekonomi), yang dapat

mempengaruhi kekuatan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Beberapa variabel yang perlu dianalisa untuk mengetahui potensi sumber-

sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Simanjuntak (dalam Halim,

2001:101) adalah :

a. Kondisi awal suatu daerah ; Keadaan struktur ekonomis dan sosial suatu

daerah sangatlah menentukan besar kecilnya keinginan pemerintah daerah

untuk menetapkan pungutan serta menentukan kemampuan masyarakat untuk

membayar segala pungutan-pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

b. Peningkatan cakupan atau esktensifikasi dan intensifikasi penerimaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

c. Perkembangan PDRB Per Kapita Riil ; Semakin tinggi PDRB per Kapita Riil

suatu daerah, semakin besar pula potensi sumber Pendapatan Asli Daerah

tersebut.

d. Pertumbuhan Penduduk; Besarnya pendapatan Pendapatan Asli Daerah

dipengaruhi oleh jumlah penduduk.

e. Tingkat Inflasi ; Inflasi akan meningkat penerimaan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang penetapannya didasarkan pada omzet penjualan, misalnya pajak

hotel, pajak restoran.

Page 50: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

36

f. Penyesuaian tarif ; Peningkatan pendapatan Asli Daerah sangat tergantung

pada kebijakan penyesuaian tarif.

g. Pembangunan baru ; Penambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga dapat

diperoleh bila pembangunan-pembangunan baru ada, seperti terminal angkutan

kota dan luar kota.

h. Sumber Pendapatan Baru; Adanya kegiatan usaha baru dapat mengakibatkan

bertambahnya sumber-sumber pendapatan pajak dan atau retribusi yang sudah

ada.

i. Perubahan Peraturan ; Adanya peraturan-peraturan baru, khususnya yang

berhubungan dengan pajak, jelas akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD).

2.12. Efektivitas dan Efisiensi

Efektivitas adalah ukuran suatu hasil kegiatan dengan target atau rencana

yang telah ditentukan. Efektivitas PAD menyangkut semua komponen dan

administrasi penerimaan PAD seperti menentukan wajib pajak, retribusi,

menetapkan nilai kena pajak, memungut pajak dan membukukan penerimaan.

Pengertian efektivitas menurut Devas (1989;144) :

“ Efektifitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga

dikatakan efektifitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu,

kebijakan dan prosedurdari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan

derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan

dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap

kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran

yang telah ditentukan.”

Ada beberapa faktor yang mengancam terhadap efektivitas PAD yaitu

menghindari pajak oleh wajib pajak dan kelalaian dalam penagihan oleh petugas

pajak, dalam hal ini kerjasama antara petugas pajak dan wajib pajak untuk

mengurangi jumlah pajak terhutang perlu diupayakan.

Sedangkan efisiensi kaitannya dengan biaya pemungutan, yaitu mengukur

bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup biaya memungut pajak

Page 51: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

37

tersebut. Selain mencakup biaya langsung kantor pajak yang bersangkutan,

efisiensi juga memperhitungkan biaya tidak langsung bagi kantor pajak (waktu

yang digunakan untuk mengambil keputusan, waktu kantor-kantor departemen

dan lembaga lain yang dihabiskan untuk membantu kegiatan memungut pajak,

dan sebagainya). (Devas, 1989:146).

Efisiensi akan lebih besar bila biaya untuk menata penerimaan pajak

ditekan serendah mungkin terhadap hasil pajak tersebut. Semakin besar biaya

untuk memungut suatu pajak akan berakibat terhadap semakin kecilnya

penerimaan pajak tersebut. Sebagai contoh, biaya memungut akan besar sekali

jika pajak harus dipungut dari rumah ke rumah. Sedangkan bila wajib pajak harus

datang membayar ke kantor pajak, hal ini tiada lain adalah menggeser beban ke

pundak wajib pajak, dan mungkin hasil pajak akan kecil tetapi tenaga dan waktu

dapat dihemat.

Biaya pemungutan adalah biaya operasional Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Sekadau selama satu tahun anggaran yang dipergunakan untuk

mengelola pemungutan pajak. Unsur biaya pemungutan terdiri dari insentif

pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

Dalam penentuan tingkat efisiensi dapat dilakukan dengan membuat

ketentuan oleh pemerintah daerah kabupaten atau provinsi. Misalnya suatu pajak

dikategorikan efisien dalam pemungutannya apabila rasio yang dicapai di bawah

100% dan semakin kecil semakin bagus (efisien).

Pada dasarnya effektivitas adalah menunjukkan keberhasilan suatu usaha

atau kegiatan dalam rangka mencapai sasaran yang ditetapkan. Effektivitas

Page 52: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

38

pemungutan dalam penerimaan PAD merupakan gambaran dari kemampuan

organisasi pemungut (Dispenda) dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan,

yakni penerimaan PAD yang telah direncanakan.

2.13. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)

Untuk mengukur kinerja keuangan daerah salah satunya yaitu dengan

melihat atau mengukur DDF. Derajat desentralisasi fiskal adalah rasio antara

jumlah Pendapatan Asli Daerah dengan jumlah total Pendapatan Daerah dalam

satuan persen. Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya

Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF), yaitu perbandingan antara Pendapatan

Asli Daerah (PAD) dengan Total Pendapatan Daerah (TPD) yang merupakan

indikator tingkat kemandirian daerah. Kemandirian daerah, artinya

kemampuan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dalam membiayai sendiri

kegiatan pemerintah,pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang

telah membayar pajakdan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan

daerah.Formula yang diguakan untuk menghitung derajat desentralisasi fiskal

adalah sebagai berikut (Mahmudi, 2007:128):

Keterangan:

DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal

PAD = Realisasi Pendapatan Asli Daerah

TPD = Realisasi Total Pendapatan Daerah

PAD DDF = ––––––––– x 100 % TPD

Page 53: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

39

Penilaian Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) menggunakan parameter

yang digunakan dalam penelitian ini dengan kriteria Balitbang Depdagri, Fisip

UGM, 1991 dengan kreteria dari Fisipol UGM dalamTabel 2.1. berikut ini.

Tabel 2.1.

Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal

No Skala PAD/TPD

1 < 10,00 Sangat kurang

2 10,01 - 20,00 Kurang

3 20,01 - 30,00 Cukup

4 30,01 - 40,00 Sedang

5 40,01 - 40,00 Baik

6 > 50,01 Sangat baik

Sumber : Balitbang Depdagri, 1991

Kemandirian keuangan suatu daerah dapat dilihat dengan membandingkan DDF

suatu daerah dari tahun ke tahun. Semakin tinggi DDF, maka semakin mandiri pula

kemampuan keuangan daerah tersebut dalam melaksanakan otonomi untuk membiayai

pembangunan di daerahnya.

2.14. Elastisitas PAD

Dalam pengertian yang umum elastisitas dapat didefinisikan bahwa

Elastisitas adalah persentase perubahan variabel dependent yang disebabkan oleh

adanya perubahan variabel independent. Soetrisno PH (1982:244-248)

menjelaskan bahwa “elastisitas adalah derajat kepekaan atau reaksi dari

suatu variabel karena adanya perubahan variabel yang lain.” Pada umumnya

yang mengalami perubahan terlebih dahulu merupakan variabel bebas sedangkan

yang bereaksi adalah merupakan variabel terikat. Konsep elastisitas dapat

diformulasikan sebagai berikut :

Page 54: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

40

Dimana :

E = Angka atau nilai elastisitas

Y = Variabel terikat (yang diukur elastisitasnya, yakni PAD)

X = Variabel bebas (penentu nilai elastisitas, yakni PDRB dan jumlah

penduduk)

ΔY = Perubahan nilai Y

ΔX = Perubahan nilai X

Hasil perhitungan elastisitas PAD menunjukkan kemampuan untuk

menghasilkan tambahan pendapatan dari variabel yang diduga memiliki hubungan

terhadap penerimaan daerah (PAD), biasanya yang cukup berpengaruh adalah

jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi (PDRB), maka dalam penelitian ini

akan dihitung elastisitas PAD terhadap PDRB dan jumlah penduduk. Dalam

konsep elastisitas terdapat 3 kemungkinan angka elastisitas yaitu :

elastis (E > 1) Jika nilai X naik atau turun sebesar 1% maka Y naik atau

turun lebih dari 1%, (= perubahan nilai X lebih besar/lebih

cepat dari perubahan nilai Y)

inelastik (E < 1) Jika nilai X naik atau turun sebesar 1% maka nilai YD naik

atau turun kurang dari 1%, (= perubahan Nilai X lebih

kecil/lebih lambat dari perubahan nilai Y)

unitary (E = 1) Jika nilai X naik/turun sebesar 1% maka nilai Y juga naik atau

turun sebesar 1% (perubahan nilai X sama dengan perubahan

nilai Y)

Konsep elastisitas menunjukkan kepekaan variabel dependent terhadap

perubahan variabel independent. Hasil studi atas elastisitas PAD di suatu daerah

Δ Y X Elastisitas X/Y = ––––– x ––––– Y ΔX

Page 55: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

41

terhadap variabel yang mungkin mempengaruhinya (variabel independen)

mempunyai dua manfaat, yakni menggambarkan prediksi pertumbuhan dan

kemudahan dalam mengidentifikasi atas potensi dalam rangka penetapan dan

pemungutan.

2.15. Upaya Peningkatan PAD

Pendapatan Asli Daerah merupakan cerminan kemampuan daerah dalam

mengelola sumber-sumber pendapatan di daerah. Daerah yang berkarakteristik

unggul sumber daya manusia dan tidak tergantung pada sumber daya alam

biasanya memiliki PAD yang tinggi. Upaya peningkatan PAD bukan hal yang

dapat dilakukan dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek kita hanya mampu

meletakkan dasar-dasar yang mengarah pada PAD yang "benar" dan

mencerminkan fungsi pemerintah daerah. Peningkatan PAD yang tidak terarah

dan benar (hanya emosional dan jangka pendek) ditakutkan justru akan

menurunkan kesejahteraan masyarakat daerah.

Meskipun PAD sebagai sumber pendapatan daerah yang utama namun dari

segi jumlah hampir di setiap daerah di Indonesia jumlahnya selalu jauh lebih kecil

dari dana perimbangan. Menurut Mahl (2000,208) Pendapatan Asli Daerah belum

dapat diandalkan sebagai sumber pembiayaan daerah oleh karena :

“ Pertama, relatif rendahnya basis pajak dan retribusi daerah apalagi dengan

diterapkannya UU No. 18 tahun 1997 meskipun sudah diperbaiki dengan UU

Nomor 28 Tahun 2009, beberapa pajak atau retribusi yang ditetapkan untuk

daerah memiliki basis pungutan yang relatif kecil.

Kedua, peranannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah,

karena sebagian besar penerimaan daerah masih berasal dari pusat.

Ketiga, kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah,

akibatnya pungutan pajak cenderung dibebani oieh biaya pungut yang besar.

Page 56: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

42

Keempat, kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah

sehingga mengakibatkan penerimaan daerah mengalami kebocoran-kebocoran

yang sangat berarti bagi daerah (Mahl, 2000: 58-59).”

Di sisi lain, menurut Jaya (1994), masih rendahnya Pendapatan Asli

Daerah yang mengakibatkan masih besarnya tingkat ketergantungan daerah

terhadap pemerintah pusat adalah disebabkan karena kurang berperannya

perusahaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah, tingginya derajat

sentralisasi dalam bidang perpajakan, pajak daerah kendati jumlahnya cukup

beragam namun hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber pendapatan

(Jaya , 1994 : 5). Alasan praktis dimana ada kehawatiran bahwa apabila daerah

memiliki sumber pendapatan yang tinggi akan mendorong disintegrasi bangsa dan

yang terakhir adalah karena pola pemberian subsidi dari pemerintah pusat yang

hanya sedikit memberi kewenangan kepada daerah untuk merencanakan

pembangunan daerahnya sendiri.

Salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan PAD adalah

(modul,2004,17) :

“ melakukan edukasi PAD yang ditekankan pada manfaat PAD dan keadilan

PAD. Pendidikan PAD yang paling mudah adalah melalui transparansi

penggunaan anggaran dan disiplin fiskal. Keadilan PAD harus menjamin

keadilan vertikal dan horizontal pembayar PAD. Tanpa kedua hal tersebut

PAD tidak akan tumbuh dengan baik. Disamping itu secara bertahap dapat

dilakukan penentuan potensi setiap jenis PAD secara benar dan penerapan

sistem yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat daerah setempat.”

Meningkatkan pendapatan daerah merupakan upaya yang dilakukan semua

daerah di Indonesia. Upaya ini meliputi berbagai jenis penerimaan daerah baik

yang berupa bagi hasil maupun yang berupa PAD. Berikut adalah sumber

penerimaan daerah yang dapat upayakan adalah PBB, PPH pasal 21, PKB,

Page 57: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

43

BBNKB, PBBKB, Pajak Daerah, Reribusi Daerah. Peningkatan berbagai sumber

pendapatan tersebut di atas dapat dilakukan pada tingkatan kebijakan dan

administrasi. Untuk daerah upaya peningkatan pendapatan dengan kebijakan

hanya berlaku pada pajak dan retribusi daerah. Pada tingkatan kebijakan daerah

dapat menentukan berbagai aturan main untuk merubah tarif dan basis

penerimaan. Pada tingkat kebijakan juga dimungkinkan untuk melakukan

ekstensifikasi jenis pungutan. Pada tingkat administrasi daerah dapat berupaya

memperbaiki administrasi pajak melalui perbaikan sistem dan prosedur koleksi

melalui perbaikan basis data, penghitungan potensi penerimaan, mekanisme

penagihan, dan lain sebagainya yang ditujukan untuk intensifikasi pungutan pajak

dan retribusi.

2.16. Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Upaya meningkatkan kemampuan penerimaan daerah, khususnya dalam

penerimaan dari pendapatan asli daerah, harus diarahkan pada usaha-usaha yang

terus-menerus dan berkelanjutan agar pendapatan asli tersebut terus meningkat,

sehingga dapat memperkecil ketergantungan pemerintah pusat. Menurut Yustika

(2008 : 63-68), dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah diantaranya

dapat ditempuh melalui :

2.16.1. Intensifikasi

Adalah suatu tindakan atau usaha-usaha untuk memperbesar penerimaan

dengan cara melakukan pemungutan yang lebih giat, ketat, dan teliti. Dalam

upaya intensifikasi akan mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan,

dan aspek personalianya, yang pelaksanaannya melalui kegiatan sebagai berikut :

Page 58: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

44

1) Menyesuaikan/memperbaiki aspek kelembagaan/organisasi pengelola

pendapatan asli daerah (dinas pendapatan daerah), berikut perangkatnya sesuai

kebutuhan yang terus berkembang, yaitu dengan cara menerapkan secara

optimal sistem dan prosedur mapatda, sebagaimana diatur dengan Keputusan

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 1990 tentang

Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah

Lainnya serta Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di

Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II seluruh Indonesia, atau yang lebih

dikenal dengan sistem mapatda.

2) Memperbaiki/menyesuaikan aspek ketatalaksanaan, baik administrasi maupun

operasional yang meliputi penyesuaian/penyempurnaan administrasi pungutan,

penyesuaian tarif, dan penyesuaian sistem pelaksanaan pungutan.

3) Peningkatan pengawasan dan pengendalian yang meliputi pengawasan dan

pengendalian yuridis, teknis, dan penatausahaan.

4) Peningkatan sumber daya manusia pengelola PAD.

5) Meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk menumbuhkan

kesadaran masyarakat membayar pajak maupun retribusi.

2.16.2. Ekstensifikasi

Adalah usaha-usaha untuk menggali sumber-sumber pendapatan asli

daerah yang baru. Namun, dalam upaya ekstensifikasi ini, khususnya yang

bersumber dari pajak dan retribusi daerah, tidak boleh bertentangan dengan

kebijakan pokok nasional, yakni pungutan pajak dan retribusi yang dilaksanakan

tidak semata-mata untuk menggali pendapatan daerah berupa sumber penerimaan

Page 59: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

45

yang memadai, tetapi juga untuk melaksanakan fungsi fiskal lainnya agar tidak

memberatkan masyarakat.

Upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka

meningkatkan pendapatan daerah melalui optimalisasi ekstensifikasi pemungutan

pajak daerah dan retribusi daerah, antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut (Yustika, 2008 : 61) :

1) Memperluas basis penerimaan

2) Antara lain mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah

pembayar pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian, dan

menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan.

3) Memperkuat proses pemungutan

4) Yaitu antara lain mempercepat penyusunan peraturan daerah, mengubah

tarif, khususnya tarif retribusi dan peningkatan SDM.

5) Meningkatkan pengawasan

6) Yaitu dengan melakukan pemeriksaan secara dadakan dan berkala,

memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak

pajak, dan sanksi terhadap pihak fiskus, serta meningkatkan pembayaran

pajak dan pelayanan yang diberikan oleh daerah.

7) Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan

8) Antara lain memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui

penyederhanaan adminsitrasi pajak, dan meningkatkan efisiensi pemungutan

dari setiap jenis pemungutan.

9) Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik,

yaktu dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di daerah.

Faktor-faktor yang dapat digunakan untuk melihat potensi sumber

penerimaan daerah, terdiri dari faktor yang dapat dikendalikan (yaitu faktor-faktor

kebijakan dan kelembagaan) dan yang tidak dapat dikendalikan (yaitu variabel

ekonomi) yang mempunyai kekuatan sumber-sumber penerimaan daerah.

Beberapa faktor yang tidak bisa dikendalikan tersebut menurut Wahyudin (2002 :

38), yaitu :

a) Kondisi sosial ekonomi daerah dan struktur ekonomi.

b) Peningkatan cakupan atau ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan.

c) Perkembangan PDRB per kapita riil.

Page 60: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

46

d) Pertumbuhan penduduk.

e) Tingkat inflasi.

f) Penyesuaian tarif.

g) Pembangunan prasarana baru.

h) Sumber pendapatan baru, dan

i) Perubahan peraturan.

Secara eksplisit usaha ekstensifikasi telah diatur dalam UU No. 18 Tahun

1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, yang telah diubah dengan Undang-

Undang No 34 Tahun 2000, dan terakhir diubah lagi menjadi Undang-Undang No

28 Tahun 2009.

Mengidentifikasi apa yang menjadi kelemahan, kekuatan, peluang, dan

tantangan dalam sistem dan prosedur penerimaan pendapatan daerah sangat

penting sebagai basis dalam membuat perencanaan program peningkatan

Pendapatan Daerah. Beberapa faktor yang dapat menjadi penghambat dalam

manajemen pajak dan retribusi daerah antara lain (dikutif dari Modul Pelatihan

Strategi Peningkatan PAD, 2004, hal 16) sebagai berikut :

1. Kesadaran masyarakat untuk membayar pajak/retribusi rendah

2. Pengetahuan masyarakat tentang pajak/retribusi rendah

3. Penghindaran pajak/retribusi (taxavoidance) tinggi

4. Penggelapan pajak/retribusi (tax evasion) tinggi

5. Masalah kelembagaan

6. Peraturan hukum (perda) yang kurang tegas

7. Sosialisasi pajak dan retribusi daerah kurang

8. Sanksi pajak yang kurang tegas

9. Sistem reward yang kurang memotivasi

10. Kendala administrasi

11. Tidak adanya insentif pajak/retribusi kepada investor (misalnya dalam

bentuk local tax holiday)

12. Masalah perilaku petugas pemungut pajak di lapangan

13. Kurangnya jumlah personel petugas pemungut

14. Biaya pemungutan pajak/retribusi yang tinggi

Page 61: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

47

Selanjutnya pemerintah daerah perlu mengidentifikasi permasalahan dan

kendala yang terkait dengan upaya intensifikasi pajak dan retribusi daerah.Apabila

sudah teridentifikasi berbagai masalah dan kendalanya (seperti disebutkan di

atas), maka langkah selanjutnya adalah menghilangkan penyebab

masalah.Langkah-langkah yang bisa dilakukan pemerintah daerah untuk

mengatasi permasalahan rendahnya pajak dan retribusi daerah antara lain :

• Sosialisasi pajak dan retribusi daerah. Program sosialisasi pajak dan retribusi

daerah penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan. kesadaran masyarakat untuk

membayar pajak dan retribusi.

• Penegakan hukum (law enforcement) dalam sistem perpajakan dan retribusi

daerah. Penegakan hukum terkait dengan perlunya kepastian hukum dan sanksi

hukum yang tegas baik bagi masyarakat yang tidak membayar pajak (tax

evation) maupun bagi aparat pajak.

• Pemberian insentif pajak untuk menarik investor, misainya dengan memberi

kan local tax holiday.

• Penyederhanaan sistem administrasi pajak dan retribusi daerah, langkah ini

perlu dilakukan agar masyarakat tidak merasa dipersulit dalam membayar

pajak dan retribusi daerah. Masyarakat yang sudah sadar untuk membayar

pajak dan retribusi seringkali menjadi enggan untuk membayai pajak karena

sistem administrasi yang berbelit-belit dan menyulitkan. Oleh karena itu,

pemerintah daerah perlu mengusahakan kemudahan bagi masvarakat untuk

membayar pajak dan retribusi daerah.

Page 62: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

48

• Penambahan personel (aparat) pemungut pajak di lapangan. Selain secara

kuantitatif ditambah jumlahnya, kualitas aparat pemungut pajak juga harus

ditingkatkan, baik profesionalisme maupun kualitas moralnya.

2.17. Kajian Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi bahan acuan dan landasan

berfikir empiris dalam penelitian ini diantaranya adalah hasil penelitian Bob

Mustafa dan Abdul Halim, 2008, yang berjudul “Pengukuran Kinerja Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Jurnal Ekonomi Politeknik Negeri

Pontianak Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM Yogyakarta. Dari hasil

penelitiannya diketahui bahwa Dispenda Pro-vinsi Kalimantan Barat telah

menghasilkan kinerja yang baik dalam mengelola sumber-sumber PAD. Hal ini

ditandai dengan beberapa hasil analisis rasio keuangan diantaranya :

a) Pertumbuhan PAD selama periode tahun 2003-2007, baik secara total maupun

per komponen mengalami pertumbuhan yang positif, kecuali komponen PAD

dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah dan Lain-Lain PAD yang Sah.

b) Selama periode penelitian, PAD Provinsi Kalimantan Barat mengalami

pertumbuhan rata-rata sebesar 24,71% per taliun, atau telah terjadi kenaikan

PAD sebesar 98,85%, yaitu dari Rpl 98.180.901.653,04 di tahun 2003

meningkatmenjadi Rp 474.322.732.532,00 di tahun 2007. Tahun 2004 adalah

periode yang memiliki pertumbuhan PAD tertinggi (33,55%), sementara tahun

2005 merupakan periode pertumbuhan PAD terendah (11,60%) dalam periode

penelitian. Walaupun pertumbuhan per komponen PAD cenderung tidak stabil,

Page 63: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

49

namun pertumbuhan PAD Provinsi Kalimantan Barat selama periode penelitian

mengalami pertumbuhan yang positif dan relatif stabil.

c) Secara rata-rata, kontribusi pajak daerah terhadap PAD adalah sebesar 83,69%

per tahun, sedang-kan kontribusi retribusi daerah terhadap PAD hanya 6,49%.

Hal ini menunjukkan bahwa pajak daerah memiliki peran besar dan selalu

menjadi primadona dalam penerimaan PAD setiap tahunnya dibandingkan

dengan sumber PAD lainnya. Pajak daerah yang memiliki kontribusi besar

dalam pembentukan pajak daerah adalah dari Pajak Kendaraan Bermotor

(33,97%), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (43,27%), dan Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor (23,28%). Sementara itu, kontribusi tiga jenis

pajak daerah lainnya (Pajak Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama

Kendaraan di Atas Air, dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

Permukaan) masih sangat kecil dalam pembentukan pajak daerah, yaitu hanya

berkisar antara 0,004% - 0,161%.

d) Berbeda dengan pajak daerah, kontribusi retribusi daerah terhadap PAD selama

lima tahun masih sangat kecil. Total penerimaan retribusi daerah selama

periode penelitian berjumlah Rp l09.206.558.465,00 atau Rp21.841.311.693,00

per tahun. Secara rata-rata, kontribusi retribusi daerah terhadap PAD sebesar

6,49% per tahun. Angka ini menunjukkan masih kecilnya peran retribusi

daerah dalam pembentukan PAD di Kalimantan Barat. Kendala dalam

pengelolaan retribusi daerah berkaitan dengan aspek data potensi riil retribusi

daerah yang kurang andal dan inefisiensi dalam pembahasan raperda retribusi

daerah.

Page 64: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

50

e) Elastisitas PAD terhadap PDRB di Kalimantan Barat

Nilai elastisitas PAD provinsi Kalimantan Barat dari periode 2003 sampai

dengan 2007 menunjukkan bahwa rata-rata adalah sebesar 4,80 atau E>1. Ini

berarti bahwa setiap terjadi kenaikan PDRB sebesar 1% akan mengakibatkan

kenaikan penerimaan PAD sebesar 4,80% (elastis).

f) Derajat Desentralisasi Fiskal

Derajat desentralisasi fiskal Provinsi Kalimantan Barat selama periode

penelitian diketahui perkembangan Derajat Desentralisasi Fiskal dalam kurun

waktu lima tahun (2003-2007) berfluktuasi, namun relatif stabil. Secara rata-

rata, derajat desentralisasi fiskal Provinsi Kalimantan Barat selama periode

penelitian adalah sebesar 40,10% per tahun atau masuk dalam kategori "Baik".

Artinya, PAD memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan daerah,

sehingga meningkatkan kemampuan keuangan daerah Provinsi Kalimantan

Barat dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di

daerah serta mengindikasikan tingkat ketergantungan yang rendah pada

transfer pemerintah pusat.

g) Efektivitas PAD

Hasil perhitungan rasio efektivitas PAD Provinsi Kalimantan Barat selama

periode penelitian (2003-2007) diketahui selama lima tahun selalu di atas

100%. Secara rata-rata rasio efektivitas PAD adalah 106,75% per tahun.

Pemerintah Daerah Kalimantan Barat telah mampu merealisasi PAD dari yang

Page 65: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

51

telah ditetapkan sebelumnya dalam APBD, bahkan melampauinya. Dapat pula

dikatakan bahwa pengelolaan PAD pada setiap tahunnya telah efektif.

Penelitian lainnya mengenai PAD di Kabupaten Sekadau telah

dilaksakanan yakni oleh Joko Dwi Maryono yang berjudu“Optimalisasi Potensi

Riil Pajak Restoran dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Sekadau,” Tesis Program Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Tanjungpura Pontianak. Hasil analisis menunjukkan bahwa

penerimaan pajak restoran di Kabupaten Sekadau memiliki tingkat efektivitas

yang tinggi, namun tingkat efisiensi yang rendah.

2.18. Kerangka Berpikir

Penjelasan diagram: Pada dasarnya penelitian ini adalah bagaimana proses

dan upaya pemungutan PAD dengan segala potensi dan perangkat yang ada di

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

KEBUTUHAN

PEMBIAYAAN

PEMERINTAHAN DAN

PEMBANGUNAN

Potensi PAD Kabupaten Sekadau

Sumber daya Alam, Penduduk, Struktur

Ekonomi, PDRB, dsb.

Kebijakan Pemungutan PAD

- Kebijakan pusat / UU 28/2009

- Perda Pemungutan

- Penatalaksanaan, Sistem, dan dan

SDM pelaksana

- pengawasan dan Evaluasi

Indikator Kinerja Keuangan Daerah

(PAD) :

• Efektivitas, Efisiensi, Elastisitas

• Kapasitas Fiskal Daerah

UMPAN BALIK/

KONSEKWENSI

REALISASI PENERIMAAN PAD

Page 66: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

52

daerah. Pada siklus di atas, dengan indikator kinerja keuangan yang ditunjukkan

oleh efektivitas, efisiensi, elastisitas dan kapasitas fiskal daerah memberikan

konsekwensi pada kebutuhan keuangan daerah, sehingga dengan pertimbangan

potensi daerah dilakukan regulasi pemungutan dan penata laksanaan serta SDM

yang berkualitas kembali akan memberikan hasil kinerja keuangan yang baik.

Page 67: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

53

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif analisis, yakni menggambarkan

suatu kondisi/keadaan di suatu tempat yakni keadaan di Kabupaten Sekadau

provinsi Kalimantan Barat. Menurut (Nawawi 1998:63)

“…metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur penelitian (pemecahan

masalah) yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/

obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya yang

diikuti dengan suatu penjelasan argumentative yang memuat proses penalaran dan

penafsiran logis.”

3.2. Prosedur Penelitian

Sesuai tujuan, variabel serta objeknya, maka penelitian ini dilakukan

terhadap literatur, data empiris, dokumen-dokumen, data statistik, dengan

prosedur sebagai berikut :

1) Mengamati dan menelaah landasan teoritis dan landasan empiris (penelitian

terdahulu) yang berhubungan tema penelitian, untuk dirumuskan

permasalahan.

2) Melakukan identifikasi, pengamatan dan pengumpulan data tentang

perkembangan PAD di Kabupaten Sekadau dalam periode tahun 2006-2011.

3) Menyusun data-data tersebut di atas dalam bentuk datatime series,

selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan alat analisis penelitian

yaitu analisis efektivitas, elastisitas, dan kemandirian keuangan daerah

4) Terakhir adalah membuat kesimpulan dan memberikan saran.

Adapun prosedur penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram berikut:

Page 68: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

54

Landasan Teoritis :

- UU Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan

Daerah, dan No. 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah, UU

No 28 tahun 2009 tentang

pajak dan Retribusi Daerah

- Konsep Desentralisasi dan

Otonomi Daerah

- Konsep Kebijakan Fiskal

daerah

- Teori Pajak

- Teori keuangan daerah

Landasan Empiris : 1. Mardiasmo dan Makhfatih (2000)

melakukan penghitungan Potensi Pajak dan Retribusi Daerah di Kabupaten Magelang.

2. Ernie A.A. Purukan, Analisis Potensi, Keefektifan dan Efisiensi Retribusi Pasar di Kota Manado

3. Wahyudin (2002) efisiensi pajak hotel dan restoran di Kota Yogyakarta

4. Sudiman, 2010, Analisis Realisasi Pendapatan Asli Daerah dalam Mencapai Kemandirian Otonomi Daerah Kabupaten Landak

PENGUMPULAN DATA SKUNDER

DAN DATA PRIMER

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana Potensi riil Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sekadau

2. Bagaimana kondisi keuangan daerah Kabupaten Sekadau dilihat dari pertumbuhan dan kontribusi PAD.

3. Bagaimana kondisi keuangan daerah dilihat dari derajat kemandirian daerah dan kapasitas fiskal daerah.

4. Bagaimana kondisi keuangan daerah Kabupaten Sekadau dilihat dari Elastisitas terhadap PDRB.

5. Bagaimana dampak penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi daerah terhadap realisasi Penerimaan Asli Daerah di Kabupaten Sekadau.

PENGOLAHAN DAN

ANALISIS DATA

KESIMPULAN HASIL

PENELITIAN

Analisis Potensi dan Realisasi

Pendapatan Asli Daerah Dalam

Mencapai Kemandirian

Keuangan Daerah di Kabupaten

Sekadau Tahun 2006-2010

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian

Page 69: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

55

3.3. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan

data skunder. Data primer diambil dari responden pada bagian Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten Sekadau, sedangkan data sekunder dari laporan keuangan

berupa Realisasi penerimaan Daerah pada APBD. Selain itu data pendukung

lainnya seperti deskripsi wilayah diambil dari data Kabupaten Sekadau dalam

Angka dan Kalbar dalam Angka 2011.

3.4. Analisis Data

Analisis akan dilakukan terhadap potensi, realisasi, kontribusi per

sektor, pertumbuhan, efektifitas, efisiensi, elastisitas terhadap PDRB,

elastisitas terhadap jumlah penduduk, tingkat kemandirian keuangan daerah,

dan tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap pusat.

3.4.1.Analisis Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah

Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dihitung dengan formula

berikut(Mahmudi, 2007:123):

Keterangan:

PPADt = Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah tahun berjalan.

PAD Th t = Realisasi Pendapatan Asli Daerah tahun berjalan.

PAD Th t-1 = Realisasi Pendapatan Asli Daerah tahun sebelumnya.

PAD Th t – Realisasi PAD Th t-1 PPAD t = –––––––––––––––––––––––––––– x 100 %

PAD Th t-1

Page 70: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

56

3.4.2. Analisis Kontribusi PAD(KPAD)

Dalam analisis Kontribusi, dihitung komposisi per komponen PAD

yang dihitung dengan formula sebagai berikut (Halim, 2004:163):

Keterangan :

K = Kontribusi

X = Realisasi komponen

Y = Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

3.4.3. Efektifitas dan Efisiensi PAD

Efektifitas adalah tingkat atau derajat keberhasilan (output) suatu program

dibandingkan dengan rencananya, sedangkan effisiensi adalah tingkat

keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan input yang yaang terjadi akibat

rencana tersebut. Dalam hal efektifitas PAD adalah seberapa besar realisasi yang

dicapai dibandingkan rencana atau target yang telah ditentukan, dan efisiensi PAD

adalah sebesapa besar output yang dihasilkan dibandingkan dengan biaya

pemungutan PAD yang telah terjadi.

Efektifitas secara operasional dihitung dengan menggunakan rumus :

Atas dasar formula di atas, tingkat efektivitas penerimaan PAD di

Kabupaten Sekadau dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan

komponen PAD dengan target yang ditetapkan. Apabila hasil perhitungan

Realisasi Penerimaan Komponen PAD Efektifitas = ─────────────────────────X 100% Target Penerimaan Komponen PAD

X K = –––– x 100 % Y

Page 71: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

57

menghasilkan angka atau persentase mendekati atau melebihi 100 persen, maka

penerimaan PAD semakin efektif atau dengan kata lain kinerja pemungutan PAD

di Kabupaten Sekadau semakin baik.

Dalam perhitungan efektivitas, kriteria menurut Abdul Halim (1994:43)

adalah apabila yang dicapai minimal satu atau 100% maka rasio efektivitas

semakin baik, artinya semakin efektif. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil

persentase efektivitasnya menunjukkan pemungutan PAD semakin tidak efektif.

Sedangkan kriteria efektivitas lebih detil berdasarkan Keputusan Menteri Dalam

Negeri Nomor 690900327 Tahun 1996 Tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja

Keuangan sebagai berikut :

Tabel 3.1

Skala Efektifitas dalam Pengukuran Kinerja Penerimaan Pajak

No. Skala (Persen) Kriteria

1. 0 - < 40 Sangat tidak Efektivitas

2. 40 - < 60 Tidak efektif

3. 60 - < 80 Cukup efektif

4. 80 - < 100 Efektif

5. > 100 Sangat efektif

Sumber : Badan Litbang Depdagri (1991)

3.4.4. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)

Formula yang diguakan untuk menghitung derajat desentralisasi fiskal

adalah sebagai berikut (Mahmudi, 2007:128):

PAD

DDF = ––––––––– x 100 %

TPD

Page 72: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

58

Dimana :

DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal

PAD = Realisasi Pendapatan Asli Daerah

TPD = Realisasi Total Pendapatan Daerah

Penilaian Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) menggunakan parameter

yang digunakan dalam penelitian ini dengan kriteria Balitbang Depdagri, Fisip

UGM, 1991 dengan kreteria dari Fisipol U GM dalamTabel berikut ini

Tabel 3.2

Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal

No Skala PAD/TPD

1 < 10,00 Sangat kurang

2 10,01 - 20,00 Kurang

3 20,01 - 30,00 Cukup

4 30,01 - 40,00 Sedang

5 40,01 - 40,00 Baik

6 > 50,01 Sangat baik

Sumber : Balitbang Depdagri, 1991

3.4.5. Elstisitas PAD (Tax Ratio)

Dalam kebanyakan teori dikatakan bahwa yang berpengaruh secara nyata

terhadap perubahan PAD adalah perubahan jumlah penduduk dan pertumbuhan

ekonomi (PDRB). Maka dalam penelitian ini akan dihitung elastisitas PAD

terhadap PDRB dan jumlah penduduk terhadap PAD di Kabupaten sekadau.

Dalam perhitungan elastisitas PAD terhadap PDRB terlebih dahulu

diketahui tingkat pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan jumlah penduduk,

Page 73: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

59

kemudian diketahui perubahan realisasi PAD) dalam periode 2006-2011. Akan

dihitung perubahan per komponen PAD dengan rumus elastisitas sebagai berikut :

a. Elastisitas terhadap PDRB :

b. Elastisitas terhadap jumlah penduduk :

ΔPENDUDUK PAD

Elastisitas PNDDK/PAD = ––––––––––––––– x –––––––

PENDUDUK ΔPAD

ΔPDRB PAD

Elastisitas PDRB/PAD = ––––––– x –––––––

PDRB ΔPAD

Page 74: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

60

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.Pertumbuhan PAD Kabupaten Sekadau

Berdasarkan data yang diperoleh penulis,pertumbuhan PAD Kabupaten

Sekadau selama periode tahun 2006-2011 mengalami pertumbuhan yang

berfluktuasi dan menunjukkan tren yang positif yakni selalu mengalami

peningkatan setiap tahunnya, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.1 Pertumbuhan PAD Kabupaten Sekadau, Tahun 2007-

2011

Selama periode tahun 2006 hingga tahun 2011 pertumbuhan Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Sekadau mengalami peningkatan yang berfluktuasi,

dimana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yakni dari Rp 3.144,69

menjadi Rp 5.177,30 Milyar atau peningkatan sebesar 64,64 %. Tertinggi kedua

pada tahun 2009 dimana terjadi peningkatan dari Rp 7.647,62 Milyar pada 2008

menjadi Rp 11.428.99 Milyar pada 2009, atau dengan prosentase sebesar

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Nilai PAD (Milyar) 3,144.69 5,177.30 7,647.62 11,428.9 11,997.1 19,545.3

Pertumbuhan (%) 64.64 47.71 49.45 4.97 62.92

3,144.69

5,177.30

7,647.62

11,428.99 11,997.16

19,545.35

64.64 47.71 49.45 4.97 62.92

-

5,000.00

10,000.00

15,000.00

20,000.00

25,000.00

Page 75: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

61

49,45%. Sedangkan peningkatan terendah terjadi pada tahun 2010 yakni hanya

terjadi peningkatan sebesar 4,97 %. Secara rata-rata pertumbuhan PAD Kabupaten

Sekadau dari tahun 2006 hingga 2011 sebesar Rp 9,823.52 Milyar atau 45.94%.

4.2. Komposisi PAD Kabupaten Sekadau (KPAD)

Sebagaimana diketahui bahwa PAD terdiri beberapa komponen

penyumbang yakni Pajak Daerah, Retribusi Daerah,Hasil Pengolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan,dan Lain-lain PAD yang sah. Dilihat dari masing-

masing komposisi atau kontribusi penyumbang PAD Kabupaten Sekadau

selama periode tahun 2006-2011 komposisinya sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Kontribusi Masing-masing Komponen PAD Kabupaten Sekadau

Tahun 2006-2011 (dalam persen)

Komponen PAD Tahun

2006

(%)

2007

(%)

2008

(%)

2009

(%)

2010

(%)

2011

(%)

Pajak Daerah 13.68 9.13 18.28 15.44 17.79 48.50

Retribusi Daerah 12.14 12.02 18.59 14.76 24.82 18.05

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan

- - 3.49 4.92 9.46 10.76

Lain-lain Pendapatan

Asli Daerah yang Sah 74.18 78.85 59.64 64.88 47.93 22.69

Sumber : Dispenda Kabupaten Sekadau, diolah

Jika dilihat secara kumulatif dari tahun 2006 hingga 2011 komposisi

per komponen PAD dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 76: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

62

Gambar 4.2

Kontribusi Masing-masing Komponen PAD Kabupaten Sekadau

Tahun 2006-2011

Dilihat dari data di atas terlihat bahwa komponen lain-lain pendapatan

daerah memegang peranan paling dominan di Kabupaten Sekadau yakni

sebesar sebesar 48%, kedua pajak daerah sebesar 27%, dan urutan ketiga

Retribusi daerah sebesar 18%, sementara hasil dari pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan nilainya hanya sebesar 7%.

Lain-lain pendapatan yang sah di Kabupaten Sekadau mendominasi

karena terdiri dari banyak komponen yakni : Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan, Pelepasan Hak Atas Tanah, Jasa Giro, Jasa Giro Kas

Daerah, Jasa Giro Pemegang Kas, Tuntutan Ganti Rugi (TGR) Daerah,

Kerugian Uang Daerah, Pendapatan Denda Atas Keterlambatan

Pelaksanaan Pekerjaan, Bidang Kesehatan, Bidang Pekerjaan Umum, Bidang

Perencanaan Pembangunan.

Selain itu ditambah lagi pendapatan dari Pengembalian Pajak

Pajak Daerah 27%

Retribusi Daerah

18%

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

7%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

yang Sah 48%

Page 77: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

63

Penghasilan Pasal 21, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Gaji & Tunjangan, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Perjalanan Dinas, Pendapatan dari Kelebihan Pembayaran Pelaksana

Pekerjaan, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pemotongan Pajak

Konstruksi, Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Belanja

Bantuan, Pendapatan dari Pengembalian Penutupan Rekening.

4.3. Efektifitas PAD

Dalam penelitian ini yang dipertimbangkan dalam menentukan efektifitas

hanya pencapaian target. Sedangkan untuk tujuan yang lain, seperti keadilan,

ketepatan waktu pembayaran, dan kepastian hukum diabaikan. Di bawah ini tabel

hasil perhitungan efektifitas PAD di Kabupaten Sekadau 2006 – 2011.

Tabel 4.2.

Efektifitas Penerimaan PAD di Kabupaten Sekadau Tahun 2006-

2011

Tahun TARGET REALISASI EFEKTI

FITAS (%)

2006 1,622,569,500.00 3,144,686,774.57 193.81

2007 3,899,946,000.00 5,177,298,450.17 132.75

2008 9,767,434,973.20 7,647,623,854.79 78.30

2009 18,141,293,438.00 11,428,988,622.24 62.99

2010 23,403,762,864.00 11,997,160,342.53 51.26

2011 26,954,138,719.54 19,545,346,931.02 72.51

Rata-rata 98.61

Sumber : Data Dispenda diolah

Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat capaian realisasi penerimaan PAD

pada 2006 hingga 2011 masing-masing sebesar 193,81%, 132,75%, 78,30%, 62,

99%, 51,26%, dan 72.51 dengan rata-rata sebesar 98,61%.

Angka capaian atau efektifitas capaian ini menunjukkan kemampuan

Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau dalam merealisasikan penerimaan PAD.

Page 78: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

64

Semakin besar tingkat capaian atau nilai rasio yang diperoleh maka menunjukkan

semakin efektif pemerintah daerah dalam hal ini Dispenda Kabupaten Sekadau

dalam menghimpun PAD.Berdasarkan tabel di atas, efektifitas PAD di Kabupaten

sekadau pada tahun 2006 sampai dengan 2011 menurut kriteria Depdagri

tergolong efektif.

Jika dilihat dilihat tren nya ternyata relisasi penerimaan PAD di Kabupaten

Sekadau mengalami penurunan setiap tahunnya, seperti terlihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 4.3

Perkembangan Efektifitas Penerimaan PAD di Kabupaten Sekadau

Dari gambar terlihat bahwa efektifitas terjadi penurunan dari 2006 hingga

2010, dan baru meningkat kembali mulai tahun 2011, sedangkan angka rata-rata

nilai efektifitas dari 2006-2011 sebesar 98,61%, masih lebih efektif jika

dibandingkan dengan hasil penelitian Yahya M. Bana, 2001 yang berjudul

Analisis Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Alor Propinsi Nusa

2006 2007 2008 2009 2010 2011

EFEKTIVITASPENERIMAAN PAD

193.81 132.75 78.30 63.00 51.26 72.51

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

Skal

a

EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAD

Page 79: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

65

Tenggara Timur, dimana rata rata tingkat efektivitas penerimaannya selama

periode 1995-2000 sebesar 93.36%.

4.4. Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)

Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) adalah suatu indikator kemampuan

keuangan suatu pemerintah daerah. Untuk Kabupaten Sekadau nilai Derajat

Deentralisasi Fiskal (DDF) adalah :

Tabel 4.3.

Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) di Kabupaten Sekadau, Tahun

2006-2011

Tahun PAD

(Milyar Rp)

Total Penerimaan

Daerah

(Milyar Rp)

Nilai DDF

( % ) KRITERIA

2006 3,144.69 262,777.07 1.20 Sangat Kurang

2007 5,177.30 301,234.98 1.72 Sangat Kurang

2008 7,647.62 340,085.69 2.25 Sangat Kurang

2009 11,428.99 354,029.67 3.23 Sangat Kurang

2010 11,997.16 434,814.98 2.76 Sangat Kurang

2011 19,545.35 468,064.41 4.18 Sangat Kurang

Rata-Rata 2.73 Sangat Kurang

Sumber : Data hasil olahan

Berdasarkan hasil perhitungan yang tertera pada tabel di atas terlihat

bahwa nilai Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Sekadau sangatlah kurang

setiap tahun di bawah 10 %.

Tingkat kemampuan keuangan sendiri yang diukur dari angka DDF

Kabupaten Sekadau sangat rendah, yakni sebesar 2,73% yang berarti tingkat

ketergantungan terhadap pemerintah pusat sebesar 97,37%. Jika dibandingkan

dengan hasil penelitian terdahulu Yahya M. Bana, 2001, yang berjudul Analisis

Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara

Timur,menunjukkan perberbedaan yang cukup jauh dimana nilai Penerimaan

Page 80: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

66

Daerah Sendiri (PDS) di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Barat

memberikan kontribusi sebesar 16.29% terhadap APBD nya, yang berarti tingkat

ketergantungan kepada pemerintah pusat besarnya 83.71%.

4.4. Elastisitas PAD (Tax Ratio)

4.4.1. Elastisitas PDRB terhadap PAD

Untuk menghitung elastisitas PDRB terhadap PAD terlebih dahulu

dilakukan penghitungan terhadap perubahan atau penambahan masing-masing

PDRB dan PAD. Berdasarkan data realisasi PAD dan PDRB Kabupaten Sekadau

selama 2006-2011, maka perubahan/penambahan jumlah masing-masing PAD

dan PDRB di Kabupaten Sekadau hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4.

PAD dan PDRB Kabupaten Sekadau Atas Dasar Harga Konstan

2000, Tahun 2006-2011

Tahun PAD PDRB Penambahan

(Δ) PDRB

Penambahan (Δ)

PAD

2006 3,144,686,774.57 528,404.97

2007 5,177,298,450.17 568,179.33 39,774.35 2,032,611,675.60

2008 7,647,623,854.79 600,922.63 32,743.30 2,470,325,404.62

2009 11,428,988,622.24 633,063.94 32,141.31 3,781,364,767.45

2010 11,997,160,342.53 668,124.84 35,060.90 568,171,720.29

2011 19,545,346,931.02 708,527.60 40,402.76 7,548,186,588.49

Sumber : Bappeda, Dispenda, Kabupaten Sekadau, 2012

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dihitung elastisitas PDRB terhadap

PAD di Kabupaten Sekadau dengan rumus :

ΔPDRB PAD Elastisitas PDRB/PAD = ––––––– x ––––––– PDRB ΔPAD

Page 81: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

67

Adapun hasil perhitungan elastisitas setiap tahunnya dapat dilihat pada

Tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5.

Elastisitas PAD Terhadap PDRB di Kabupaten Sekadau

Tahun 2006 - 2011

Tahun (Δ)PDRB (Δ)PAD ΔPDRB

PDRB

PAD

ΔPAD ELAS

TISITAS

1 3 2 4 5 6=4x5

2006

2007 39,774.35 2,032,611,675.60 0.07 2.55 0.18

2008 32,743.30 2,470,325,404.62 0.05 3.10 0.17

2009 32,141.31 3,781,364,767.45 0.05 3.02 0.15

2010 35,060.90 568,171,720.29 0.05 21.12 1.11

2011 35,060.90 568,171,720.29 0.05 2.59 0.15

Rata-rata 0,35

Sumber : Data hasil penelitian, diolah

Dilihat dari angka elastisitas pada tabel di atas menunjukkan angka yang

bervariasi. Nilai Elastisitas PAD Terhadap PDRB Kabupaten Sekadau periode

tahun 2006-2011 adalah dengan masing-masing 0.18, 0.17, 0.15, 1.11, dan 0,15,

dengan rata-rata sebesar 0.35. Dalam konsep elastisitas nilai kurang dari satu

berarti in-elastis yang artinya setiap perubahan atau penambahan satu persen

PDRB pengaruhnya terhadap penambahan PAD sebesar angka tersebut (0,35%).

Jika dibandingkan dengan elastisitas di Kalimantan Barat, berdasarkan

hasil penelitian terdahulu (Mustafa dan Abdul Halim, 2008 ; 797), nenunjukkan

hasil nilai elastisitas PAD Provinsi Kalimantan Barat pada periode 2003-2007

rata-rata sebesar 4,80 (E>1 = elastis), yang berarti bahwa setiap kenaikan PDRB

1% akan mengakibatkan kenaikan PAD sebesar 4,80%.

Page 82: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

68

4.4.2. Elastisitas Jumlah Penduduk Terhadap PAD

Terkait dengan tingkat elastisitas jumlah penduduk terhadap PAD, secara

rasional perubahan jumlah penduduk akan mempengaruhi perubahan jumlah

penerimaan pajak, retribusi dan komponan PAD lainnya. Dengan bertambahnya

penduduk maka semakin bertambah juga kapasitas dari komponen PAD.

Berdasarkan data yang tersedia di BPS jumlah penduduk Kabupaten

Sekadau tahun 2006-2011 adalah.

Tabel 4.6.

Jumlah Penduduk Kabupaten Sekadau Berdasarkan Jenis

KelaminTahun 2006-2011.

TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

2006 - - 176,526

2007 89.675 85.854 177,840

2008 91.233 86.896 179,148

2009 92.513 88.136 180,448

2010 93.899 87.735 181,634

2011 - - 184,411

Sumber : Kabupaten Sekadau Dalam Angka 2012

Sementara perbandingan jumlah penduduk hasil sensus penduduk tahun

1990, 2000 dan 2011 di Kabupaten Sekadau menunjukkan pertumbuhan

penduduk Kabupaten Sekadau dalam rentang waktu 1990-2000 adalah sebesar

1,99 % dan 2006-2011 sebesar 1,21 %. Sedangkan kepadatan penduduk pada

2010 sebesar 33 jiwa per km2.

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2006-2010 di atas, maka

penghitungan elastisitas dilakukan terhadap jumlah penduduk tahun 2006-2011

dengan hasilnya sebagai berikut.

Page 83: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

69

Tabel 4.7.

Elastisitas PAD Terhadaap Penduduk Kabupaten Sekadau,

Tahun 2007-2011

THN (Δ)PEN-

DUDUK (Δ)PAD

ΔPENDUDUK

PENDUDUK

PAD

ΔPAD

ELASTI

SITAS

2006

2007 1,314.00 2,032,611,675.60 0.0074 2.5471 0.02

2008 1,308.00 2,470,325,404.62 0.0073 3.0958 0.02

2009 1,300.00 3,781,364,767.45 0.0072 3.0225 0.02

2010 1,186.00 568,171,720.29 0.0065 21.1154 0.14

2011 2,777.00 7,548,186,588.49 0.0151 2.5894 0.04

Rata-rata 0,05

Sumber : Data hasil olahan

Hasil perhitungan elastisitas penduduk terhadap PAD di Kabupaten

Sekadau tahun 2007-2011, masing-masing sebesar 0.02, 0.02, 0.02, 0.14, dan

0.04, dengan rata-rata sebesar 0,05 (=in-elastik). Artinya rata-rata perubahan atau

penambahan penduduk sebesar 1 % membuat perubahan atau penambahan jumlah

penerimaan PAD sebesar 0,05%.

4.5. Dampak Penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan

Retribusi daerah terhadap realisasi Penerimaan Asli Daerah di

Kabupaten Sekadau

Dalam menganalisa dampak penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak dan Retribusi daerah terhadap realisasi Penerimaan Asli Daerah di

Kabupaten Sekadau adalah melihat bagaimana pengaruhnya terhadap

penerimaan PAD setelah adanya perda yang dilandasi Undang-undang tersebut.

Dampak utama setelah adanya UU No 28 tahun 2009 yaitu dengan

adanya penambahan beberapa komponen pajak dan retribusi serta perluasan

cakupan pemungutannya seperti dapat dilihat pada matrik di bawah ini.

Page 84: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

70

Tabel 4.8.

Perbandingan Objek dan Jenis Pungutan Pajak dan Retribusi

Daerah Sebelum dan Sesudah Undang-Undang no 28 tahun 2009

Komponen Sebelum UU No 28 tahun 2009 Sesudah UU No 28 tahun

2009 (Berlaku 2010)

1. Pajak daerah

7 jenis, yakni :

1) Pajak Hotel; 2) Pajak Restoran; 3) Pajak Hiburan; 4) Pajak Reklame; 5) Pajak Penerangan Jalan; 6) Pajak Mineral Bukan Logam dan

Batuan; 7) Pajak Parkir;

Penambahan 4 jenis objek pajak untuk daerah kabupaten/kota, yakni:

8) Pajak sarang burung walet

9) Pajak air tanah 10) Pajak BPHTB 11) PBB II (PBB sektor

pedesaan/perkotaan)

2. Retribusi

A. Retribusi Jasa Umum, terdiri dari :

1) Retribusi Pelayanan Kesehatan; 2) Retribusi Pelayanan

Persampahan/Kebersihan; 3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak

Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;

4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

6) Retribusi Pelayanan Pasar; 7) Retribusi Pengujian Kendaraan

Bermotor; 8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam

Kebakaran; 9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak

Peta; 10) Retribusi Penyediaan dan/atau

Penyedotan Kakus; 11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair 12) Retribusi Pelayanan Pendidikan;

B. Jenis Retribusi Jasa Usaha, terdiri dari :

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;

c. Retribusi Tempat Pelelangan; d. Retribusi Terminal; e. Retribusi Temp. Khusus Parkir; f. Retr. Temp

Penginapan/Pesanggrahan/Villa; g. Retribusi Rumah Potong Hewan; h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; i. Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olahraga; j. Retribusi P‟brangan di Air k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha

Daerah.

Terjadi penambahan sebanyak 3 jenis objek retribusi untuk daerah kabupaten/kota, yakni : 1) Retribusi

pengendalian menara telekomunikasi

2) Retribusi Tera ulang 3) Retribusi tempat

penjualan minuman beralkohol.

Page 85: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

71

C. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri atas :

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; b. Retribusi Izin Gangguan; d. Retribusi Izin Trayek; dan e. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

3. Peruluasan objek pajak

- Pajak hotel

Hanya sewa kamar

semua pelayan hotel dipungut pajak termasuk rumah kos di atas 10 kamar

- Restoran Makan di tempat semua pelayanan restoran termasuk katering

Sumber : Undang-undang No. 28 Tahun 2009

Dengan adanya jenis dan cakupan penambahan atas objek pajak daerah

kabupaten/kota. maka pemerintah Kabupaten Sekadau merespon dengan

mengeluarkan Perda Nomor 1 tahun 2011 tentang Pajak dan Retribusi Daerah,

yang berlakunya mulai tahun 2011, sehingga penerimaan PAD setelah

pemberlakuan Perda tersebut mengalami peningkatan yang cukup nyata seperti

terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.9

Perbandingan Penerimaan PAD Kabupaten Sekadau Tahun 2010

dan 2011

KOMPONEN PAD 2010 2011

Pajak Daerah 2,134,703,841.17 9,479,835,470.39

Retribusi Daerah 2,977,241,398.00 3,528,743,413.93

Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan

1,134,785,309.00 2,102,568,662.54

Lain-lain Pendapatan Asli

Daerah yang Sah

5,750,429,794.36 4,434,199,384.16

Total PAD 11,997,160,342.53 19,545,346,931.02

Sumber : Dispenda Kabupaten Sekadau

Jika dilihat perbandingan antara penerimaan tahun 2010 dengan 2011

dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 86: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

72

Gambar 4.4

Perbandingan Penerimaan PAD Kabupaten Sekadau Tahun 2010

dan 2011

Dari gambar di atas nampak peningkatan penerimaan jumlah total PAD

maupun per komponen yang produktif (yakni yang bersumber dari pajak daerah,

retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan). Hal ini

adalah sebagai dampak nyata dari pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28

tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang melandasi Perda

Kabupaten Sekadau Nomor 1 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Menurut

pengamatan penulis bahwa pengalihan pengelolaan BPHTB menjadi komponen

pajak daerah telah memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan PAD

Kabupaten Sekadau, sehingga terdapat penerimaan pajak daerah dari BPHTB

sebesar Rp6.277.618.950,00.Selain itu menurut analisa dan pengamatan penulis

peningkatan penerimaan PAD Kabupaten Sekadau pada 2011 disebabkan oleh :

1. Terjadi perluasan objek pajak hotel, sehingga telah meningkatkan penerimaan

pajak hotel dari tahun 2010 sebesar Rp 75.389.730,00 menjadi

Rp181.249.764,00 pada 2011.

0.00

5,000,000,000.00

10,000,000,000.00

15,000,000,000.00

20,000,000,000.00

25,000,000,000.00

PAD PajakDaerah

RetribusiDaerah

HasilPengelolaan

KekayaanDaerah yangDipisahkan

Lain-lainPendapatanAsli Daerah

yang Sah2010 2011

Page 87: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

73

2. Terjadinya peningkatan pajak penerangan jalan yang cukup tinggi dari 2010

Rp640.912.240,00 menjadi Rp1.354.320.868,00. Hal ini disebabkan karena

telah terjadi peningkatan sektor usaha di Kabupaten Sekadau.

Sementara dari sektor retribusi daerah berdasarkan UU 28 belum

memberikan kontribusi pada tahun 2011 karena perda yang mengatur retribusi

yang mengacu pada uu 28 belum disahkan, sehingga pemungutan masih

menggunakan perda yang lama.

Page 88: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari uraian bab 1, bab 2 dan pembahasan dalam bab IV dapat diambil

beberapa poin kesimpulan sebagai berikut :

1. Selama periode 2006-2011, pertumbuhan PAD tertinggi terjadi pada tahun

2007 yakni sebesar 64,64 %. Tertinggi kedua adalah pada tahun 2009 yakni

sebesar 49,45%. Sedangkan peningkatan terendah terjadi pada tahun 2010 yang

hanya terjadi peningkatan sebesar 4,97%, dengan rata-ratasebesar 45.94%.

2. Sedangkan Komposisi per komponen PAD, Lain-lain pendapatan daerah

memegang peranan paling dominan yakni sebesar sebesar 48%, kedua pajak

daerah 27%, dan ketiga Retribusi daerah 18%, sementara hasil dari pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan nilainya hanya sebesar7%.

3. Dilihat dari Efektivitas penerimaan PAD di Kabupaten Sekadau menunjukkan

bahwa tingkat capaian realisasi penerimaan PAD pada 2006 hingga 2011

masing-masing sebesar 193,81%, 132,75%, 78,30%, 62, 99%, 51,26%, dan

72.51 dengan rata-rata sebesar 98,61%. Berdasarkna kriteria Depdagri angka

ini cukup efektif.

4. Dari hasil perhitungan Derajat Desentralisasi Fiskal di Kabupaten Sekadau

yang sangat rendah, selama periode tahun 2006-2011 rata-rata sebesar 2,73 %

dari total penerimaan daerah. Angka ini sangat rendah sehingga ketergantungan

pada pemerintah pusat sangat tinggi (92,37%). Berdasarkan kriteria Depdagri

DDF di bawah 10% termasuk katagori sangat kurang.

Page 89: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

75

5. Elastisitas PDRB terhadap PAD Kabupaten Sekadau periode tahun 2006-2011

masing-masing 0.18, 0.17, 0.15, 1.11, dan 0.15. dengan rata-rata0,35

(inelastis). Artinya setiap perubahan atau penambahan satu persen PDRB

terjadi penambahan PAD hanya sebesar0.35%. Sedangkan elastisitas terhadap

jumlah penduduk masing-masing sebesar 0.02, 0.02, 0.02, 0.14, dan 0.04,

dengan rata-rata sebesar 0,05 (inelastis). Artinya perubahan atau penambahan

penduduk sebesar 1% membuat perubahan/penambahan penerimaan hanya

sebesar 0,05%.

6. Pemberlakuan UU 28 tahun 2009 telah memberikan dampak yang cukup besar

terhadap peningkatan penerimaan PAD Kabupaten Sekadau, terutama dengan

masuknya BPHTB sebagai komponen pajak daerah, dimana dari realisasi

pajak daerah pada tahun 2011 sebesar Rp9.479.835.470,39 disumbang dari

BPHTB sebesar RpRp6.277.618.950,00. atau 66,22%

5.2. Saran

1. Kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau masih rendah untuk

membiayai kebutuhannya keuangannya sendiri, (terlihat dari rasio DDF yang

sangat rendah) sehingga dibutuhkan kebijakan untuk mengoptimalkan

kemampuan fiskal daerah.

2. Mengidentifikasi apa yang menjadi kelemahan, kekuatan, peluang, dan

tantangan dalam sistem dan prosedur penerimaan PAD sangat penting sebagai

basis dalam membuat perencanaan program peningkatan Pendapatan Daerah.

3. Pemerintah daerah perlu mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang

terkait dengan upaya intensifikasi pajak dan retribusi daerah. Beberapa faktor

yang dapat menjadi penghambat dalam manajemen pajak dan retribusi daerah

antara lainkesadaran masyarakat untuk membayar pajak/retribusi rendah.

Page 90: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

76

4. Langkah-langkah yang bisa dilakukan pemerintah daerah untuk mengatasi

permasalahan rendahnya pajak dan retribusi daerah antara lain :

a. Sosialisasi pajak dan retribusi daerah. Program sosialisasi pajak dan

retribusi daerah penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan.

kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi.

b. Penegakan hukum (law enforcement) dalam sistem perpajakan dan

retribusi daerah. Penegakan hukum terkait dengan perlunya kepastian

hukum dan sanksi hukum yang tegas baik bagi masyarakat yang tidak

membayar pajak (tax evation) maupun bagi aparat pajak.

c. Pemberian insentif pajak untuk menarik investor, misainya dengan

memberi kan local tax holiday.

d. Penyederhanaan sistem administrasi pajak dan retribusi daerah, langkah ini

perlu dilakukan agar masyarakat tidak merasa dipersulit dalam membayar

pajak dan retribusi daerah. Masyarakat yang sudah sadar untuk membayar

pajak dan retribusi seringkali menjadi enggan untuk membayai pajak

karena sistem administrasi yang berbelit-belit dan menyulitkan. Oleh

karena itu, pemerintah daerah perlu mengusahakan kemudahan bagi

masvarakat untuk membayar pajak dan retribusi daerah.

e. Penambahan personel (aparat) pemungut pajak di lapangan. Selain secara

kuantitatif ditambah jumlahnya, kualitas aparat pemungut pajak juga

harus ditingkatkan, baik profesionalisme maupun kualitas moralnya.

Page 91: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

77

DAFTAR PUSTAKA

Darumurti, KD dan Umbu Rauta, 2000, Otonomi Daerah, Kemarin, Hari Ini dan

Esok, Kritis, vol 12, No. 3.

Devas, Nick., Anne Both., Bryan Binder., Kenneth Davey., Roy Kelly. 1989.

Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta: UI Press.

Fisipol UGM dan Litbang Depdagri, 1991, "Pengukuran Kemampuan Keuangan

Daerah Tingkat II Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah yang

Nyata dan Bertanggung Jawab", Laporan Penelitian, Kerjasama Fisipol

UGM dan Litbang Depdagri.

Hirawan, Susiati B, 1987. Analisis tentang Keuangan Daerah di Indonesia, EKI,

Vol. XXXIV No. 1.

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Cetakan Pertama, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta

Halim, Abdul. 2004. Bunga RampaiManajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi.

Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.

Edisi Ketiga.Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul. 2001. Analisis Diskripsi Pengaruh Fiskal Stress pada APBD

Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah. Kompak. STIE

Yogyakarta.

Jaya, Wihana Kirana, 1996, "Analisis Keuangan Daerah : Pendekatan Makro"

Model Program PMSES, Laporan Penelitian, Kerja Sama Ditjen PUOD

Depdagri dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekonomi dan

Bisnis UGM, Yogyakarta.

Jaya , Wihana Kirana,Insukindro, Mardiasmo, Widayat, Purwanto, B.M., Halim,

A., Suprihanto,J., Purnomo, A. Budi, 1994, “Peranan dan Pengelolaan

Keuangan daerah dalam Usaha Peningkatan Pendapatan Asli Daerah”,

Laporan Penelitian,KKD, FE-UGM. Yogyakarta.

Kaho, Joseph Riwu,1997. “Prospek Otonomi Daerah di Negara Kesatuan

Republik Indonesia”, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 92: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

78

MangkoesoebrotoGuritno, 1997, Ekonomi Publik, BPFE, Yogyakarta

Mahmudi. 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta:

UPP STIM YKPN.

Mahl, R, 2000, "Prospek Desentralisasi di Indonesia Ditinjau Dari Segi

Pemerataan Antar Daerah dan Peningkatan Efisiensi", Analisis CSIS, No.

I, Tahun XXIX.

Mardiasmo, 2002 , Elaborasi Sistem Akuntansi Keuangan Sektor Publik: Telaah

Kritis terhadap Kebutuhan SAKD pada Pemerintah Daerah, Makalah

pada Seminar Nasional Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal,

Yogyakarta (tidak dipublikasikan).

Mardiasmo, (1999), Perpajakan, Edisi Ketiga, Andi Offset, Yogyakarta.

Modul Pelatihan Strategi Peningkatan PAD Berdasarkan Undang-Undang Nomor

34 Tahun 2000. Magister Ekonomika Pembangunan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Gajah Mada,

Mustafa, Bobdan Abdul Halim, 2008, “Pengukuran Kinerja Dinas Pendapatan

Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM

Yogyakarta, Jurnal Ekonomi Politeknik Negeri Pontianak

Nawawi H.Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gadjah

Mada University Press.

Pamudji, S. 1982. Pembinaan Perkotaan di Indonesia, Tinjauan dari Aspek

Pemerintahan. Ihctiar Baru, Jakarta.

Republik Indonesia, 2004, Undang-Undang No. 33 tentang Perimbangan

Keuangai Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

--------------------------, 2005, Peraturan Pemerintah No. 58 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah.

--------------------------, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

--------------------------,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Page 93: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

79

Suparmoko, 1994, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, Edisi keempat

BPFE, Yogyakarta.

Syaukani, HR., Affan Gaffar dan Ryaas Rasyid, 2002, “Otonomi Daerah dalam

Negara Kesatuan”, Kerjasama PUSKAP dan Pustaka Pelajar (Anggota

IKAPI), Jakarta.

Soemitro, Rochmat, Azas dan Dasar Perpajakan, PT Erasco, Bandung, 1990.

Sutrisno, P.H, 1982. Dasar-Dasar Keuangan Negara, Cetakan Kedua, BPFE,

Yogyakarta.

Wahyudin, Noor, (2002), Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Pajak Hotel

dan Restoran, Studi Kasus Manajemen Keuangan pada Pemerintah Kota

Yogyakarta tahun 2002, jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik

Vol 4, No. 02, Agustus 2003.

Wahyudi, S.A., (1996), Manajemen Strategik ; Pengantar Proses Berpikir

Strategik, Binarupa Aksara, Jakarta.

Yustika, A. Erani and Jati Andrianto. 2008. Pembangunan Ekonomi, Kebijakan

Fiskal, dan Upaya Peningkatan Pajak. Seminar Paper. Jember.

Page 94: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

80

LAMPIRAN 1.

DAFTAR TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN ANGGARAN

2006

Uraian

Target (Rp) Realisasi

Sebelum

Perubahan Setelah Perubahan (Rp) %

PENDAPATAN DAERAH 248.188.232.746,00 253.797.659.118,00 262.777.069.892,85 103.54 Pendapatan Asli Daerah 1.622.569.500,00 1.622.569.500,00 3.144.686.774,57 193.81 - Hasil Pajak Daerah 757.432.215,00 757.432.215,00 430.240.963,50 56.80 - Retribusi Daerah 536.776.000,00 536.776.000,00 381.798.859,00 71.13 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan

- Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 328.361.285,00 328.361.285,00 2.332.646.952,07 710.39 Dana Perimbangan 246.565.663.246,00 252.175.089.618,00 259.197.044.583,28 102.78 - Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan

Pajak

15.327.186.046,00 15.702.854.998,00 20.237.916.691,00 128.88

- Dana Alokasi Umum 202.150.000.000,00 202.150.000.000,00 202.150.000.000,00 100.00 - Dana Alokasi Khusus 26.130.000.000,00 27.848.091.000,00 29.598.092.171,00 106.28 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 2.958.477.200,00 6.474.143.620,00 7.211.035.721,28 111.38 - Pendapatan Hibah - - 435.338.535,00 - Pendapatan Darurat - - 435.338.535,00 - Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lain

248.188.232.746,00 253.797.659.118,00 262.777.069.892,85 103.54

Page 95: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

81

LAMPIRAN 2.

DAFTAR TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN ANGGARAN

2007

Uraian Target(Rp) Realisasi

SebelumPerubahan SetelahPerubahan (Rp) %

PENDAPATAN DAERAH 279.555.944.618,00 291.407.946.710,60 301.234.981.032,51 103.37

Pendapatan Asli Daerah 3.899.946.000,00 3.899.946.000,00 5.177.298.450,17 132.75 Hasil Pajak Daerah 1.910.361.350,00 1.910.361.350,00 472.754.315,00 24.75 Retribusi Daerah 1.023.957.650,00 1.023.957.650,00 622.064.450,00 60.75 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan

- - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 965.627.000,00 965.627.000,00 4.082.479.685,17 422.78 Dana Perimbangan 272.681.854.998,00 280.233.863.327,88 282.585.992.067,00 100.84 Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 15.702.854.998,00 20.898.881.866,00 25.642.887.433,00 122.70 Dana Alokasi Umum 216.970.000.000,00 216.970.000.000,00 216.970.000.000,00 100.00 Dana Alokasi Khusus 40.009.000.000,00 42.364.981.461,88 39.973.104.634,00 94.35

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 2.974.143.620,00 7.274.137.382,72 13.471.690.515,34 185.20 Pendapatan Hibah - - - Pendapatan Darurat - - 4.000.000.000,00 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lain

2.974.143.620,00 5.901.137.382,72 7.731.807.915,34 131.02

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus - - 386.882.600,00 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah

Daerah Lainnya

- 1.373.000.000,00 1.353.000.000,00 98.54

JUMLAH PENDAPATAN 279.555.944.618,00 291.407.946.710,60 301.234.981.032,51 103.37

Page 96: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

82

LAMPIRAN 3.

DAFTAR TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN ANGGARAN

2008

Uraian Target(Rp) Realisasi

SebelumPerubahan SetelahPerubahan (Rp) %

PENDAPATAN DAERAH 326.681.481.015,20 337.993.351.854,20 340.085.690.938,79 100.62

Pendapatan Asli Daerah 6.480.963.015,20 9.767.434.973,20 7.647.623.854,79 78.30 Hasil Pajak Daerah 2.950.962.740,20 2.950.962.740,20 1.397.880.409,00 47.37 Retribusi Daerah 1.387.837.275,00 2.018.047.275,00 1.421.799.704,00 70.45 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan

- 267.500.000,00 267.209.842,10 99.89

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 2.142.163.000,00 4.530.924.958,00 4.560.733.899,69 100.66 Dana Perimbangan 312.926.768.000,00 317.774.658.347,00 320.081.401.647,00 100.73 Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 23.220.288.000,00 25.712.196.887,00 28.018.941.187,00 108.97 Dana Alokasi Umum 245.122.480.000,00 245.122.480.000,00 245.122.479.000,00 100.00 Dana Alokasi Khusus 44.584.000.000,00 46.939.981.460,00 46.939.981.460,00 100.00

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 7.273.750.000,00 10.451.258.534,00 12.356.665.437,00 118.23 Pendapatan Hibah - - - Pendapatan Darurat - 3.500.000.000,00 3.500.000.000,00 100.00 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lain

5.900.750.000,00 5.225.262.534,00 7.130.669.437,00 136.47

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus - 437.996.000,00 437.996.000,00 100.00 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah

Daerah Lainnya

1.373.000.000,00 1.288.000.000,00 1.288.000.000,00 100.00

JUMLAH PENDAPATAN 326.681.481.015,20 337.993.351.854,20 340.085.690.938,79 100.62

Page 97: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

83

LAMPIRAN 4. DAFTAR

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN ANGGARAN 2009

Uraian Target(Rp) Realisasi

SebelumPerubahan SetelahPerubahan (Rp) %

PENDAPATAN DAERAH 349.481.441.851,00 356.464.665.917,41 354.029.667.521,68 99.32

Pendapatan Asli Daerah 12.393.360.150,00 18.141.293.438,00 11.428.988.622,24 63.00

Hasil Pajak Daerah 4.119.938.000,00 4.399.251.935,00 1.764.391.108,03 40.11

Retribusi Daerah 2.150.185.150,00 2.605.126.102,00 1.686.995.436,00 64.76

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan

- 562.371.381,00 562.371.381,00 100.00

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 6.123.237.000,00 10.574.544.020,00 7.415.230.697,21 70.12

Dana Perimbangan 323.413.451.100,00 319.838.520.150,80 319.287.261.962,00 99.83

Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 31.812.001.100,00 28.237.070.150,80 27.692.339.962,00 98.07

Dana Alokasi Umum 248.981.450.000,00 248.981.450.000,00 248.974.922.000,00 100.00

Dana Alokasi Khusus 42.620.000.000,00 42.620.000.000,00 42.620.000.000,00 100.00

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 13.674.630.601,00 18.484.852.328,61 23.313.416.937,44 126.12

Pendapatan Hibah - - -

Pendapatan Darurat - - -

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lain

5.993.544.601,00 9.803.766.328,61 9.802.841.937,44 99.99

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 437.986.000,00 437.986.000,00 5.267.475.000,00 1,202.66

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah

Daerah Lainnya

7.243.100.000,00 8.243.100.000,00 8.243.100.000,00 100.00

JUMLAH PENDAPATAN 349.481.441.851,00 356.464.665.917,41 354.029.667.521,68 99.32

Page 98: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

84

LAMPIRAN 5.

DAFTAR TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN ANGGARAN

2010

Uraian Target(Rp) Realisasi

SebelumPerubahan SetelahPerubahan (Rp) %

PENDAPATAN DAERAH 368.718.590.863,00 453.576.913.945,03 434.814.982.639,64 95.86

Pendapatan Asli Daerah 20.296.245.141,00 23.403.762.864,00 11.997.160.342,53 51.26 Hasil Pajak Daerah 5.572.920.195,00 6.297.596.265,00 2.134.703.841,17 33.90 Retribusi Daerah 2.839.707.202,00 4.175.915.243,00 2.977.241.398,00 71.30 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan

751.785.000,00 1.135.030.300,00 1.134.785.309,00 99.98

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11.131.832.744,00 11.795.221.056,00 5.750.429.794,36 48.75 Dana Perimbangan 333.622.499.365,00 341.467.294.307,00 334.306.503.158,00 97.90 Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 42.006.998.365,00 49.851.793.307,00 42.691.002.158,00 85.64 Dana Alokasi Umum 253.937.101.000,00 253.937.101.000,00 253.937.101.000,00 100.00 Dana Alokasi Khusus 37.678.400.000,00 37.678.400.000,00 37.678.400.000,00 100.00

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 14.799.846.357,00 88.705.856.774,03 88.511.319.139,11 99.78 Pendapatan Hibah - - - Pendapatan Darurat - - - Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lain

13.299.846.357,00 11.591.014.850,03 11.589.827.215,11 99.99

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus - 71.051.841.924,00 70.858.491.924,00 99.73 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah

Daerah Lainnya

1.500.000.000,00 6.063.000.000,00 6.063.000.000,00 100.00

JUMLAH PENDAPATAN 368.718.590.863,00 453.576.913.945,03 434.814.982.639,64 95.86

Page 99: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

85

LAMPIRAN 6.

DAFTAR TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN ANGGARAN

2011

Uraian Target(Rp) Realisasi

SebelumPerubahan SetelahPerubahan (Rp) %

PENDAPATAN DAERAH 453,147,014,427.39 468,064,406,204.91 103.29

Pendapatan Asli Daerah 26,954,138,719.54 19,545,346,931.02 72.51

Hasil Pajak Daerah 10,216,365,739.00 9,479,835,470.39 92.79

Retribusi Daerah 4,873,335,400.00 3,528,743,413.93 72.41 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan

2,102,568,662.54 2,102,568,662.54 100

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 9,761,868,918.00 4,434,199,384.16 45.42

Dana Perimbangan 363,408,637,559.00 366,815,563,352.00 100.94

Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 30,484,557,559.00 34,157,782,352.00 112.05

Dana Alokasi Umum 288,662,780,000.00 288,419,981,000.00 99.92

Dana Alokasi Khusus 44,261,300,000.00 44,237,800,000.00 99.95

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 62,784,238,148.85 81,703,495,921.89 130.13 Pendapatan Hibah Pendapatan Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lain

11,927,786,748.85 43,472,509,793.14 364.46

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 44,216,451,400.00 29,050,347,246.00 65.7 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah

Daerah Lainnya

6,640,000,000.00 9,180,638,882.75 138.26

JUMLAH PENDAPATAN 453,147,014,427.39 468,064,406,204.91 103.29

Page 100: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

86

LAMPIRAN 7.

PDRB KABUPATEN SEKADAU ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN 2006-2010 DALAM JUTAAN

RUPIAH

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009* 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN 255,649.94 280,695.87 296,568.95 315,467.22 330,344.66 a. Tanaman Bahan Makanan 43,389.39 45,466.74 47,663.28 50,137.14 52,119.65 b. Tanaman Perkebunan 175,726.14 195,956.96 208,561.89 223,763.54 234,665.18 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 16,861.68 22,279.69 24,428.76 26,196.81 28,012.22 d. Kehutanan 12,883.91 11,345.37 10,523.55 9,917.19 9,979.41 e. Perikanan 6,788.82 5,647.11 5,391.47 5,452.55 5,568.21 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 13,001.75 12,575.64 12,599.93 12,896.62 13,770.41 a. Minyak dan Gas Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 b. Pertambangan tanpa Migas 9,819.97 9,546.45 9,506.40 9,707.90 10,280.64 c. Penggalian 3,181.78 3,029.19 3,093.53 3,188.72 3,489.76 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 71,289.90 72,177.21 73,470.53 74,524.68 76,694.08 a. Industri Migas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2. Gas Alam Cair 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 b. Industri Tanpa Migas 71,289.90 72,177.21 73,470.53 74,524.68 76,694.08 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 17,167.00 17,386.68 17,609.18 17,940.11 19,933.46 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 982.54 970.13 960.77 1,039.67 1,006.13 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 12,824.84 12,988.96 13,143.18 13,318.95 13,741.77 4. Kertas dan Barang Cetakan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 14,365.87 14,549.70 14,735.90 14,931.05 14,449.40 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 13,168.89 13,337.41 13,637.09 13,788.66 14,616.06 7. Logam Dasar Besi & Baja 6,747.66 6,834.01 6,951.04 7,039.19 6,877.31 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 2,635.07 2,668.80 2,764.47 2,787.16 2,583.72

Page 101: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

87

9. Barang lainnya 3,398.03 3,441.51 3,668.90 3,679.89 3,486.21 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 916.68 1,123.39 1,183.52 1,286.78 1,480.58 a. Listrik 755.08 957.57 1,014.37 1106.9513 1,293.22 b. Gas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 c. Air Bersih 161.61 165.83 169.15 179.83 187.36 5. BANGUNAN 37,640.39 40,636.35 43,970.76 47,518.26 51,008.19 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN 97,323.36 104,884.49 112,939.18 117,652.20 127,276.74 a. Perdagangan Besar & Eceran 94,535.29 101,931.01 109,805.32 114,256.48 123,524.77 b. Hotel 1,929.88 2,041.48 2,154.69 2,359.67 2,693.76 c. Restoran 858.19 911.99 979.17 1,036.05 1,058.21 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12,109.14 12,475.27 13,034.02 13,643.48 14,808.35 a. Pengangkutan 10,527.05 10,858.67 11,205.98 11,727.04 12,709.68 1. Angkutan Rel 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2. Angkutan Jalan Raya 4,539.03 4,802.45 5,095.02 5,296.41 5,726.54 3. Angkutan Laut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5,449.67 5,503.41 5,543.31 5,852.68 6,385.87 5. Angkutan Udara 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6. Jasa Penunjang Angkutan 538.35 552.82 567.65 577.95 597.27 b. Komunikasi 1,582.08 1,616.59 1,828.04 1,916.44 2,098.67 1. Pos dan Telekomunikasi 1,512.47 1,543.85 1,751.87 1,841.10 1,990.14 2. Jasa Penunjang Komunikasi 69.61 72.75 76.17 75.34 108.53 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA

PERUSAHAAN 24,242.73 26,162.65 28,456.72 30,060.69 32,005.11 a. Bank 2,433.69 2,553.83 2,789.90 3,028.52 3,583.94 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 1,051.93 1,141.31 1,227.96 1,354.86 1,547.31 c. Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 d. Sewa Bangunan 20,757.11 22,467.51 24,438.86 25,677.31 26,873.86 e. Jasa Perusahaan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9. JASA-JASA 16,231.08 17,448.47 18,699.02 20,014.00 20,736.72

Page 102: Tesis Jadi Sarno - Hasil Ujian Oktober 2012

88

a. Pemerintahan Umum 15,305.49 16,483.24 17,680.07 18,947.63 19,608.00 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 10,713.84 11,703.10 12,783.70 13,714.60 14,057.52 2. Jasa Pemerintah lainnya 4,591.65 4,780.14 4,896.37 5,233.03 5,550.48 b. Swasta 925.59 965.23 1,018.95 1,066.37 1,128.72 1. Sosial Kemasyarakatan 502.34 528.05 563.27 586.01 625.67 2. Hiburan & Rekreasi 60.10 61.20 62.98 64.66 69.90 3. Perorangan & Rumahtangga 363.14 375.98 392.70 415.70 433.15

PDRB DENGAN/TANPA MIGAS 528,404.97 568,179.33 600,922.63 633,063.94 668,124.84